Kecenderungan deprivasi relatif ditinjau dari status kerja karyawan UIN Sunan Ampel Surabaya.

(1)

KECENDERUNGAN DEPRIVASI RELATIF DITINJAU DARI STATUS KERJA KARYAWAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

M.Choirul Ibad B07213020

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Pembahasan ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7


(7)

G. Definisi Operasional... 14

H. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) ... 18

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 18

2. Dasar dan Tujuan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas ... 22

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas ... 30

B. TINJAUAN TENTANG AMAL KEAGAMAAN ... 43

1. Pengertian Amal Keagamaan ... 43

2. Urgensi Amal Keagamaan Bagi Peserta Didik ... 44

3. Pokok-pokok Amal Keagamaan ... 44

4. Faktor Yang Mempengaruhi Amal Keagamaan ... 50

C. KORELASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN AMAL KEAGAMAAN PESERTA DIDIK ... 55

D. HIPOTESIS ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 59

B. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ... 60


(8)

D. Jenis dan Sumber Data ... 71 E. Teknik Pengumpulan Data ... 73 F. Teknis Analisis Data ... 81 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 85

1. Profil SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo kabupaten

Sidoarjo ... 85

2. Sejarah dan Perkembangan Berdirinya SMK YPM 11 Wonoayu

kabupaten Sidoarjo ... 86

3. Visi, Misi, Tujuan SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten

Sidoarjo ... 87

4. Program Kegiatan SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten

Sidoarjo ... 89

5. Struktur Organisasi SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten

Sidoarjo ... 93

6. Keadaan Para Guru SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten

Sidoarjo ... 95

7. Keadaan Siswa SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo . 99

8. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten

Sidoarjo ... 100 B. Deskripsi Data ... 102 1. Data Hasil Observasi ... 102


(9)

2. Data Hasil Wawancara ... 105 3. Data Hasil Angket ... 111

C. Analisis Data dan Pengujian Hasil Hipotesis ... 142

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan ... 149 B. Saran ... 150 DAFTAR PUSTAKA ... 152


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 66

2. Tabel 3.2 Data Responden ... 68

3. Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket ... 76

4. Tabel 3.4 Interpretasi Secara Sederhana Terhadap Angka Indeks Korelasi r ... 84

5. Tabel 4.1Guru dan Staf SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo ... 96

6. Tabel 4.2 Data Siswa Tahun Ajaran 2016/2017 ... 99

7. Tabel 4.3 Data Rombongan Belajar ... 100

8. Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ... 101

9. Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Angket Tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo ... 112

10.Tabel 4.6 Membaca Do’a Sebelum Pembelajaran ... 115

11.Tabel 4.7Mengamati dan Mencermati Pembelajaran... 115

12.Tabel 4.8 Guru Membantu Siswa dalam Belajar ... 116

13.Tabel 4.9 Aktif dan Antusias pada Pembelajaran ... 116

14.Tabel 4.10 Guru menggunakan alat bantu media pembelajaran ... 117

15.Tabel 4.11 Variasi Metode Pembelajaran Oleh Guru ... 117

16.Tabel 4.12 Penggunaan Alokasi Waktu dengan Baik ... 118


(11)

18.Tabel 4.14 Senang Mempelajari Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 119

19.Tabel 4.15 Guru Memperhatikan Semua Murid Ketika Mengajar ... 119

20.Tabel 4.16 Guru Memberi Pertanyaan Penilaian Diri ... 120

21.Tabel 4.17 Guru Memberi Pertanyaan Penilaian Teman Sebangku ... 120

22.Tabel 4.18 Guru Memberi Pertanyaan Materi Yang Diajarkan ... 121

23.Tabel 4.19 Guru Memberi Tugas Harian ... 121

24.Tabel 4.20 Guru Adil dalam Menilai ... 122

25.Tabel 4.21 Bekerja Sama Mencapai Tujuan pembelajaran ... 122

26.Tabel 4.22 Membaca Hamdalah/ Doa Ketika Pelajaran Selesai ... 123

27.Tabel 4.23 Data Rekapitulasi Prosentase Hasil Angket Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 124

28.Tabel 4.24 Deskripsi Hasil Angket Tentang Amal Keagamaan Peserta Didik di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo ... 127

29.Tabel 4.25 Percaya Allah SWT adalah Tuhan Semesta Alam ... 129

30.Tabel 4.26 Percaya Adanya Malaikat Allah ... 129

31.Tabel 4.27 Percaya keberadaan Jin, Iblis, dan Syetan ... 130

32.Tabel 4.28 Percaya Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT... 130

33.Tabel 4.29 Percaya Adanya Nabi dan Rasul yang Bertugas Menyampaikan Wahyu Allah SWT ... 131

34.Tabel 4.30 Percayaakan Datangnya Kiamat dan Hari Dibangkitkan Kembali ... 132


(12)

35.Tabel 4.31 Percaya Allah SWT Menjadikan Manusia Sesuai Kodrat, Iradat, dan

Hikmah-Nya ... 132

36.Tabel 4.32 Menjaga Kebersihan Diri dengan Mandi Sehari 2x atau lebih ... 133

37.Tabel 4.33 Membersihkan Najis Besar Bersentuhan Dengan Anjing ... 134

38.Tabel 4.34 Shalat Wajib 5 Waktu ... 134

39.Tabel 4.35 Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan Kecuali Wanita Haid ... 135

40.Tabel 4.36 Menabung dan Mensedekahkan Sebagian Harta ... 136

41.Tabel 4.37 Melaksanakan Transaksi Jual Beli Sesuai Syariat Islam ... 136

42.Tabel 4.38 Tidak Pacaran ... 137

43.Tabel 4.39 Tidak Membuang Sampah Sembarangan dan Membuang Sampah Pada Tempatnya ... 138

44.Tabel 4.40 Merawat Tanaman Sekitar Lingkungan ... 138

45.Tabel 4.41 Merawat Hewan Periharaan ... 139

46.Tabel 4.42 Data Rekapitulasi Prosentase Hasil Angket Amal Keagamaan Peserta Didik ... 140

47.Tabel 4.43 korelasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan amal keagamaan peserta didik SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo . 143 48.Tabel 4.44 Interpretasi Secara Sederhana Terhadap Angka Indeks Korelasi r ... 147


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Tugas Bimbingan Skripsi

2. Kartu Konsultasi Skripsi

3. Surat Keterangan Penelitian

4. Matrik Operasionalisasi Penelitian

5. RPP

6. Instrumen Wawancara

7. Intrumen Observasi

8. Instrumen Dokumentasi

9. Angket Peserta Didik

10.Photo Kegiatan Penelitian


(14)

ABSTRAK

Hayunimas, Ade Hutami, D71213071, 2017. Korelasi Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) dengan Amal Keagamaan Peserta Didik di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo.

Pembimbing : (1)Drs. H. M. Mustofa, SH. M.Ag (2)Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag Kata Kunci : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Amal Keagamaan Peserta Didik

Amal keagamaan sangat penting di dalam kehidupan bermasyarakat. Amal keagamaan mencakup Akidah, Syariah, dan Akhlak. Dalam hal ini orang dapat dikatakan amal keagamaannya baik apabila dalam menjalani kehidupan sehari-hari

sesuai dengan sumber hukum Islam yakni AlQur’an dan Hadist. Dalam hal ini

pembelajaran adalah upaya membelajarkan peserta didik. Dari makna ini, pembelajaran pendidikan agama Islam pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk peserta didik yang lebih berkualitas yang menjadi hamba Allah (taat beribadah), mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi Al- Ardh, untuk memperoleh kesejahteraan dunia akhirat, yakni sesuai dengan tujuan utama Pendidikan Agama Islam.Oleh karena itulah, penulis melakukan penelitian tentang Korelasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Amal Keagamaan Peserta Didik di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo.

Dalam hal ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), bagaimana amal keagamaan peserta didik, serta bagaimana korelasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan amal keagamaan peserta didik di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo..

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik statistik korelasi product

moment. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah 1) Interview, 2) Observasi, 3) Dokumentasi dan 4) Angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjobaik yakni hasil angket menunjukkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sebesar 76%. Sedangkan amal keagamaan peserta didik di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo baik, hal ini bisa dilihat dari angket tentang akhlak peserta didik sebesar 77%.

Berdasarkan perhitungan product moment bahwa terdapat korelasi positif

antara pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan amal keagamaan peserta

didik menunjukkan tingkat korelasi r sebesar 0,271dan r square (koefisien

determinasinya) adalah 0,073. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan amal keagamaan peserta didik sebesar 7,3%. Sedangkan faktor-faktor lain adalah pribadi diri peserta didik, lingkungan keluarga, serta lingkungan masyarakat, dan sebagainya.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana utama untuk menjadikan kepribadian peserta didik sebagai makhluk berbudaya yang berkualitas dan bertanggungjawab.

Pendidikan dalam konteks Islam yaitu bimbingan terhadap perkembangan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.1

Pendidikan dan pembelajaran saling berhubungan, yakni pendidikan

lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian.2

Pembelajaran sendiri tertuju pada proses perubahan sikap dan perilaku serta

peningkatan status pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu.3

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya yang dilakukan

oleh seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang belajar.4 Oleh

karenanya segala kegiatan interaksi,metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

1

Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Biona Aksara, 1987), h 13. 2

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 5 3

Endang Purwanti, dkk., Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Press, 2002), h. 4 4

Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Keguruan (Bandung: Pustaka Setia, 2012),h 85.


(16)

2

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), diharapkan mampu membentengi peserta didik dari berbagai pengaruh negatif lingkungan, sekaligus dapat menjadi agen sosial (social agent) menuju masyarakat yang

lebih berperadaban (civil society).5

Dunia modern saat ini, masyarakat mulai mempertanyakan hubungan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam konteks pembentukan amal keagamaan peserta didik. Fenomena dalam masyarakat memperlihatkan bahwa secara umum hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah saat ini belum memuaskan banyak pihak, terutama wali murid. Pendidikan agama Islam dinilai masih terkesan berorientasi pada pengajaran agama yang bersifat kognitif dan hafalan, kurang berorientasi pada aspek pengamalan keagamaan. Indikator yang sering dikemukakan, bahwa dalam kehidupan masyarakat, masih dijumpai banyak kasus tindakan masyarakat yang bertentangan dengan amal keagamaan, diantaranya kurangnya sopan santun peserta didik terhadap orang yang lebih tua, maraknya pergaulan bebas, hingga melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim yakni Sholat 5 waktu. Kekerasan yang dilakukan dikalangan pemuda, pelajar dan mahasiswa, masih marak diberitakan dalam media massa. Demikian juga perilaku maksiat, yakni kasus kehamilan di luar nikah dikalangan peserta didik dan ada pula yang terlibat dalam penggunaan narkoba, memperlihatkan adanya

5

http:// Gudang Makalah.Blogspot.com/2011/02/Skripsi. Korelasi Hasil Belajar. Html/ diakses pada tanggal 28 Juli 2016.


(17)

3

penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama peserta didik yang belum memadai.

Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik, agar pemahaman ini peserta didik dapat mengaktualisasikan nilai-nilai agama yang diperoleh dalam praktek amal keagamaannya. Pendidik diharapkan dapat menyampaikan materi secara komunikatif, edukatif dan persuasif sehingga tujuan yang diharapkan dapat terpenuhi.

Tujuan utama Pendidikan agama Islam adalah menjadi hamba Allah (taat beribadah), mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi Al-

Ardh, untuk memperoleh kesejahteraan dunia akhirat.6

Keberhasilan tujuan pendidikan agama Islam tersebut diperlukan adanya penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik agar dapat melaksanakan program-program pembelajaran dan mengimplementasikan program tersebut pada setiap mata pelajaran.

Menurut Harun Nasution sebagaimana dikutip Muhaimin, salah satu kegagalan dan kelemahan Pendidikan Agama Islam karena dalam praktik pendidikannya, hanya memperhatikan aspek kognitif semata dan mengabaikan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk

6

Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: PT Aditya Media, 1921), h 65.


(18)

4

mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal inti dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.

Dari sinilah, maka perlu adanya pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang tidak saja menekankan aspek pengetahuan (kognitif), tetapi yang lebih penting adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mampu memberikan bimbingan secara intensif tentang aspek psikomotorik dan afektif para siswa. Ketiga aspek tersebut harus berjalan secara berimbang. Pada aspek kognitif nilai-nilai ajaran agama diharapkan dapat mendorong peserta didikuntuk mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal. Sedangkan aspek afektif diharapkan nilai-nilai ajaran agama dapat memperteguh sikap dan amal keagamaannya. Demikian pula aspek psikomotor diharapkan mampu menanamkan keterikatan dan keterampilan keagamaan.

Perilaku peserta didik tentu tidak hanya dipengaruhi oleh tiga ranah diatas, karena tiga ranah tersebut masih terbatas pada pengaruh pendidikan di sekolah. Selain unsur pendidikan di sekolah, perilaku peserta didikjuga dipengaruhi oleh faktor pendidikan keluarga dan masyarakat. Ketika peserta didikmelakukan aktualisasi diri dan bersosialisasi, hal itu merupakan refleksi dari kondisi psikis peserta didik dan pengaruh dari pendidikan di sekolah, interaksi antara peserta didikdengan keluarganya dan interelasi antara peserta


(19)

5

didik dengan masyarakat lingkungannya. Menurut Jalaluddin, kebiasaan yang dimiliki anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga, orang tua

(bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati.7

Berdasarkan pokok-pokok pikiran diatas, penulis bermaksud meneliti hubungan anatar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan amal

keagamaan peserta didik, dengan judul: “Korelasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) Dengan Amal Keagamaan Peserta Didik SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK YPM

11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana amal keagamaan peserta didik di SMK YPM 11 Wonoayu

kabupaten Sidoarjo?

3. Adakah korelasi yang positif dan signifikan antara Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Amal Keagamaan Peserta didik di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo?

7

http:// Gudang Makalah.Blogspot.com/2011/02/Skripsi. Korelasi Hasil Belajar. Html/ diakses pada tanggal 28 Juli 2016.


(20)

6

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai beberapa tujuan dari penelitian. Antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK

YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui amal keagamaan peserta didik di SMK YPM 11

Wonoayu kabupaten Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui korelasi yang positif dan signifikan antara

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Amal Keagamaan Peserta didik kelas XI di SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo. D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memiliki kegunaan, antara lain:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu pendidikan Islam.

2. Secara Praktis

a. Bagi lembaga pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi lembaga-lembaga pendidikan, khususnya bagi SMK YPM 11 Wonoayu kabupaten Sidoarjo untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga peserta didik


(21)

7

mampu menguasai pengetahuan agama Islam dan semangat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selajutnya, penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang topik ini serta mengembangkannya kedalam fokus lain untuk memperkaya temuan penelitian yang lain.

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang telah penulis lakukan terhadap penelitian-penelitian yang ada, penulis belum menemukan adanya penelitian yang secara khusus berkaitan “Korelasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Amal Keagamaan Peserta Didik”, ada beberapa penelitian yang secara umum berkaitan dengan penelitian yang akan penulis paparkan, antara lain;

1. Penelitian yang dilakukan Ari Syahfruddin8 dengan judul Studi Korelasi

antara Pemahaman Agama Islam dengan Perilaku Keagamaan pada Komunitas Balap Liar di Dusun Kembang Desa Nglegi Gunung Kidul,

Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan lokasi pada Komunitas Balap Liar di Dusun Kembang Desa Nglegi Gunungkidul, Yogyakarta. Dari hasil penelitian ini 8

Ari Syahfruddin, Studi Korelasi antara Pemahaman Agama Islam dengan Perilaku Keagamaan pada Komunitas Balap Liar di Dusun Kembang Desa Nglegi Gunung Kidul, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.


(22)

8

bahwa nilai pemahaman agama islam baik sekali. Karena mendapatkan nilai baik sekali yakni nilai 80 keatas sebanyak 10 orang, mendapat nilai baik dengan rentan nilai 66-79 sebanyak 5 orang, mendapat nilai cukup 2 orang, dan yang mendapat nilai kurang sebanyak 1 orang. Sedangkan pada variabel perilaku keagamaan pada komunitas Balap Liar di Dusun Kembang Desa Nglegi Gunungkidul mayoritas mendapat nilai tinggi, perolehan skor maksimal yakni 140. Analisis data statistik korelasi product moment menunjukkan bahwa pemahaman agama Islam sangat mempengaruhi perilaku keagamaan pada komunitas Balap Liar di Dusun Kembang Desa Nglegi Gunungkidu. Perbedaan penelitian ini dilaksanakan di Desa sedangkan penelitian saya berada di Sekolahan. Variabel yang dikaitkan adalah pemahaman agama Islam dengan perilaku keagamaan sedangkan dalam penelitian peneliti adalah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terhadap amal keagamaan Siswa.

2. Penelitian yang dilakukan Siti Nurul Khoiriyah9 dengan judul Hubungan

Emotional Quotient (EQ) Pendidik Pendidikan Agama Islam Dengan Pengamalan Nilai-Nilai Moral Keagamaan Peserta didikDi SMP Baitussalam Surabaya, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Kependidikan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016. Hasil dari penelitian tersebut adalahterdapat 9

Siti Nurul Khoiriyah, Hubungan Emotional Quotient (EQ) Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Pengamalan Nilai-Nilai Moral Keagamaan Siswa Di SMP Baitussalam Surabaya, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016


(23)

9

korelasi antara Emotional Quotient (EQ) pendidik PAI dengan

pengamalan nilai-nilai moral keagamaan siswa. Hal ini didasarkan pada perhitungan rxy = 0,651. Kemudian dikonsultasikan dengan harga “ r ” tabel dengan n = 30 dan taraf signifikansi 1% = 0,463. Dengan demikian 0,651 > 0,463 sehingga Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara Emotional Quotient (EQ) Pendidik Pendidikan Agama Islam

dengan Pengamalan Nilai-nilai Moral Keagamaan Siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi EQ yang dimiliki oleh pendidik, maka akan semakin mampu untuk menanamkan nilai moral keagamaan pada diri anak didik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya data-data yang diperoleh melalui angket yang kemudian dianalisis. Perbedaan penelitian ini dari variabel X yakni lebih tertujua kepada Emosional Pendidik ketika mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Variabel Y yakni nilai nilai moral keagamaan peserta didik. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis adalah Variabel X pembelajaran PAI sedangkan Variabel Y amal keagamaan peserta didik.

3. Ayu Sri Tubana10 dengan judulPengaruh Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (Pai) Terhadap Perilaku Peserta didikKelas Viii Di Smpn 1

10

Ayu Sri Tubana, pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam (pai) terhadap perilaku siswa kelas viii di smpn 1 ponggok blitar, Skrips, IAIN Tulungagung, 2011.


(24)

10

Ponggok Blitar. Hasil Penelitian: a). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Ponggok Blitar sangatlah bervariasi dengan sampel 75 bila dirata-rata nilainya 35,98 dengan kriteria “Tinggi”.b). Dari perilaku peserta didikdi SMPN 1 Ponggok Blitar terdiri dari tiga kesimpulan berdasarkan pengambilan angket: 1) perilaku keagamaan di SMPN 1 Ponggok Blitar sangatlah bervariasi dengan sampel 75 bila dirata-rata nilainya 85,01. Nilai ini termasuk kriteria “Tinggi”.2) Perilaku sosial peserta didikdi SMPN 1 Ponggok Blitar sangatlah bervariasi dengan sampel 75 bila dirata-rata nilainya 83,4. Nilai ini termasuk kriteria “Tinggi”.3) Perilaku pada diri sendiri di SMPN 1 Ponggok Blitar sangatlah bervariasi dengan sampel 75 bila dirata-rata nilainya 25,36. Nilai ini termasuk kriteria “Tinggi”.3. Ada pengaruh positif yang signifikan antara pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan perilaku keagamaan di SMPN 1 Ponggok Blitar dalam kategori “Sangat rendah”. 4. Ada pengaruh positif yang signifikan antara pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan perilaku sosial peserta didikdi SMPN 1 Ponggok Blitar dalam kategori “Sangat tinggi”.5. Ada pengaruh positif yang signifikan antara pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan perilaku peserta didikpada diri sendiri di SMPN 1 Ponggok Blitar dalam kategori “Sangat rendah”.6. Ada korelasi positif yang signifikan antara pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan perilaku keagamaan, perilaku sosial, dan perilaku pada diri sendiri di SMPN 1 Ponggok Blitar dalam kategori


(25)

11

“Sangat rendah”. Perbedaan penelitian ini yakni pada variabel Y perilaku siswa, sedangkan varibel Y penulis adalah amal keagamaan Peserta didik. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Untuk memperoleh data yang relevan dan memberikan arah pembahasan pada tujuan yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian akan diarahkan pada:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Penulis membatasi ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI), dan lebih kepada proses pembelajaran yaitu dimulai perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan Pembelajaran

1) Merumuskan tujuan/ kompetensi pengajaran

2) Merancang dan menetapkan kegiatan-kegiatan mengajar

3) Merumuskan materi pelajaran beserta komponennya

(menyusun materi pelajaran, menyusun silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan penilaian pembelajaran)

4) Menyiapkan pendekatan, strategi, metode, dan media

pembelajaran yang akan digunakan

5) Mempersiapkan alat-alat evaluasi

b. Pelaksanaan Pembelajaran


(26)

12

a) Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu

upaya membantu siswa untuk memproses informasi yang diperoleh.

b) Pendekatan pembelajaran individu, yaitu upaya membantu

siswa untuk mengembangkan pribadi agar lebih produktif terhadap situasi dan lingkungan.

2) Aspek strategi, metode, dan taktik

a) Mengurutkan kegiatan pembelajaran (pendahuluan dalam

pembelajaran, penyajian materi/ bahan ajar, penutup)

b) Penggunaan metode dan taktik yang tepat sesuai kebutuhan

c) Penggunaan media pembelajaran

d) Pemanfaatan/ penggunaan alokasi waktu yang telah

disediakan dengan baik

e) Pengelolaan kelas

c. Evaluasi Pembelajaran

1) Kontinuitas, evaluasi yang dilakukan seacara kontinu.

2) Komprehensif, dalam melakukan evaluasi terhadap suatu

objek, pendidik harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi.

3) Adil dan Objektif, pendidik harus berlaku adil tanpa pilih


(27)

13

4) Kooperatif, pendidik bekerja sama dengan semua pihak, yaitu

orang tua peserta didik, sesama pendidik, kepala sekolah, dan peserta didik.

5) Praktis, praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh

pendidik itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.

6) Menggunakan 3 jenis penilaian evaluasi yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan:

2. Amal Keagamaan

Melihat luasnya ruang lingkup amal keagamaan tersebut, maka penulis membatasi hal-hal yang menyangkut amal keagamaan dikehidupan sehari-hari sesuai dengan peserta didik SMK YPM 1 Wonoayu.

a. Akidah

1) Illahiyat, berhubungan dengan Allah SWT, wujud Allah SWT, dan sifat-sifat Allah SWT.

2) Nubuwat, berhubungan dengan Nabi dan Rasul, kitab-kitab Allah SWT.

3) Ruhaniyat, berhubungan dengan alam metafisik yakni Malaikat, Jin, Iblis, Syetan.

4) Sam’iyyat, pembahasan tentang kiamat.

b. Syari’ah


(28)

14

2) Mu’amalah: jual beli

c. Akhlak

1) Akhlak dalam berhubungan dengan Allah SWT: menjalankan

segala perintahNya dan menjauhi laranganNya, mencintai Allah, mensyukuri segala nikmat Allah, mengakui keagungan Allah SWT.

2) Akhlak dalam berhubungan dengan sesama manusia:

bersilaturrahmi, tolong menolong, saling menghormati.

3) Akhlak dalam berhubungan dengan alam: menjaga kelestarian

alam. G. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul

penelitian “KORELASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM (PAI) DENGAN AMAL KEAGAMAAN PESERTA DIDIK DI SMK YPM 11 WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO”.

1. Korelasi

Korelasiberarti “hubungan.”11 Hubungan dalam arti timbal balik atau

sebab akibat.

11

Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), 37.


(29)

15

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar.12Sedangkan, Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan proses

pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik secara individu maupun sosial untuk mengarahkan potensi atau fitrahnya melalui proses intelektual maupun spiritual berlandaskan nilai Islam untuk

mencapai kebahagiaan dunia akhirat.13

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar

maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.14

3. Amal Keagamaan

Amal adalah perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan jiwa,

baik berupa ucapan, perbuatan anggota badan, ataupun perbuatan hati.15

Sedangkan keagamaanyang berawalan “ke” dan akhiran “an” berasal dari kata agama yang mempunyai arti hubungan manusia dengan sesuatu yang

12

Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokus Media, 2009), h 4.

13

Binti Maunah, Diktat Ilmu Pendidikan, (Tulungagung: STAIN, 2003), h 25. 14

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : cet. IV; PT Raja Grapindo Persada, 2003), h 37. 15

St. Nursiah Hamid, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), h 161.


(30)

16

dianggap suci, kudus, atau ilahi. Agama biasanya dikaitkan dengan Tuhan, dewa, atau roh. Ibadah, perilaku moral, iman, dan partisipasi dalam lembaga keagamaan merupakan unsur agama sebagaimana diamalkan

penganutnya karena diperintahkan kitab suci agama.16

Amal keagamaan adalah perbuatan baik yang dilandasi kehidupan agama Islam dalam menghadapi berbagai masalah agar lebih mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan syariat-syariat agama Islam.17

Jadi korelasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan amal keagamaan adalah hubungan dari suatu upaya membuat peserta didik dapat mempelajari agama islam dalam menghadapi berbagai masalah agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan syariat-syariat agama Islam.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika laporan penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama, tentang pendahuluan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.

16

M. ArfahShiddiq, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), h 88. 17

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta:Bulan Bintang, 1997), h 59.


(31)

17

Bab Kedua, tentang landasan teori yang terdiri dari dua aspek yaitu pertama: menjelaskan tinjauan tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang meliputi: pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), dasar dan tujuan pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas, dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas. Kedua: menjelaskan tentang tinjauan Amal Keagamaan yang meliputi: pengertian amal keagamaan, urgensi amal keagamaan bagi peserta didik, pokok-pokok amal keagamaan, dan faktor yang mempengaruhi amal keagamaan.

Bab ketiga, tentang metode penelitian membahas pendekatan dan jenis penelitian, variabel, indikator, dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab keempat, tentang hasil penelitian membahas gambaran umum objek penelitian, deskripsi data, analisis data dan pengujian hasil hipotesis.

Bab kelima, tentang kesimpulan dan saran-saran yang berkenaan dengan penelitian.

Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut, maka pada bagian akhir dari penelitian ini dilanjutkan dengan daftar pustaka serta beberapa lampiran-lampiran.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 menyebutkan,pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.18

Pembelajaran dalam arti sempit adalah suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan pembelajaran dalam arti luas adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik baik dalam kelas maupun diluar kelas.19

Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di 18

...,Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 4

19

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 10


(33)

19

luar diri peserta didik seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar

sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.20

Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran.21Sedangkan Muhaimin menyebutkan “pembelajaran adalah

upaya membelajarkan peserta didik”.22

Menurut Abdul Majid, pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah direncanakan.23

Menurut M. Syarif Sumantri, pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan

sumber belajar, dan anak dengan pendidik.24

Menurut Degeng (1989) dalam buku Strategi Pembelajaran karya M. Syarif Sumantri, pembelajaran adalah suatu proses dalam lingkungan seseorang yang secara sengaja dikelola untuk

20

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, (Jakarta; Kencana, 2010), h. 26 21

Oemar Hamalik, Kurikilum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 57 22

Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 183 23

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 109

24

M. Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), h. 162


(34)

20

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi

khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.25

Berdasarkan beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi dan komunikatif pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang adauntuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur’an dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman, disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.26

Majid dan Dian mendefinisikan, bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran atau

25

Ibid., h. 2 26

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, h. 11


(35)

21

pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.27

Menurut Zakiah Darajat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.28

Menurut Muhaiminin pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar

maupum mempelajari Islam sebagai pengetahuan.29

Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa kata “ Islam” dalam pendidikan

Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam. Pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang

berdasarkan Islam.30

Sedangkan Zuhairini dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan 27

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004),(Bandung: PT. Remaja Risdakarya, 2006), cet. Ke-3, h. 132 28

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Cet. VII, PT. Bumi Aksara, 2008), h. 87 29

Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan, h. 183 30

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidkan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 24.


(36)

22

ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan, dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai

dengan nilai-nilai Islam”.31

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruhserta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Maka, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah proses interaksi dan komunikatif pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruhserta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam

2. Dasar dan tujuan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah

Menengah Atas

a. Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah

Menengah Atas

Dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan

pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan.32 Dasar pendidikan

merupakan masalah yang sangat pokok dalam pelaksanaan pendidikan.

31

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 152 32

Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Pusat: Bina Ilmu, 2004), h. 39


(37)

23

Dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan arah pendidikan. Karenamasalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pendidikan dijadikan suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. Sedangkan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam merupakaan landasan atau fondasi tempat berpijak dalam setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja

untuk mencapai suatu tujuan.33

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut zuhairini dkk. yang dikutip

dalam bukunya Abdul Majid, dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:34

1) Dasar Yuridis/Hukum

Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis ini terdiri dari tiga macam, yaitu:

a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama:

Ketuhana Yang Maha Esa

b) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI

pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan

33

Munardji, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta Pusat: Bina Ilmu, 2004), h. 48 34

Abdul Majid dan Dian Andayani,Pendidikan Agama, h. 132


(38)

24

atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

c) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR

1978 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR IV/ MPR 1978 jo. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perpendidikan tinggi.

2) Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religious adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Perintah tersebut ada dalam al-Quran mengenai petunjuk pelaksanaan pendidikan agama Islam, antara lain:


(39)

25

a) Q.S. At-Tahrim: 6

ُسﺎ ﺒ ﺎﺴُدﻮُﺴو ﺒًرﺴ� ُْ ِْﺴأﺴو ُْ ﺴ ُْـﺴأ ﺒﻮُ ﺒﻮُﺴآ ﺴ ِﺬﺒ ﺎﺴﻬـﺴأ ﺴ�

ُْﺴﺮﺴﺴأ ﺎﺴ ﺴﻪﺒ ﺴنﻮُﺼْﺴـ ٌدﺒﺴﺪِﺷ ٌظ ِﻏ ٌﺔﺴِ ﺴ ﺎﺴﻬْـﺴﺴ ُةﺴرﺎﺴ ِْ ﺒﺴو

ﺴنوُﺮﺴْﺆُـ ﺎﺴ ﺴنﻮُﺴْﺴـﺴو

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”35

b) Q.S. An-Nahl: 125

ِﺔﺴﺴ ﺴْ ﺒ ِﺔﺴﻈِ ْﻮﺴْﺒﺴو ِﺔﺴ ِْْ ِﺎ ﺴ ِّﺴر ِ ِﺴ ﺴِإ ُعْدﺒ

Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik”36

c) Q.S. Al-Imran: 104

ﺴنْﻮﺴﻬْـﺴـﺴو ِفوُﺮْﺴِْﺎ ﺴنوُﺮُْﺴ�ﺴو ِْﲑﺴْ ﺒ ﺴِإ ﺴنﻮُ ْﺪﺴ ٌﺔ ُأ ُْ ِْ ْ ُ ﺴْﺴو

ِﺮﺴ ُْْﺒ ِ ﺴ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.”37

3) Dasar Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa

35

Depag RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002), h. 1144 36

Ibid., h. 526 37

Ibid., h. 115


(40)

26

dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk. yang dikutip dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, bahwa:

“semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolonganNya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitive maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi

kepada Zat yang Maha Kuasa.”38

Berdasarkan uraian di atas bahwa untuk membuat hati tenang dan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ra’ad ayat 28 yaitu:

ِﺴْﻄﺴ ِﻪﺒ ِﺮِْﺬِ ﺴأ ِﻪﺒ ِﺮِْﺬِ ُْﻬُـﻮُُـ ِﺴْﻄﺴﺴو ﺒﻮُﺴآ ﺴ ِﺬﺒ

ُبﻮُُْﺒ

Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”39

38

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama, h. 133 39

Depag RI, Al-Qur’an Terjemah, h. 470


(41)

27

Dapat diambil kesimpulan, bahwa dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan agama islam untuk mencapai suatu tujuan. Dasar pelaksanaan pendidikan terdiri dari 3 aspek yang merupakan masalah dalam pelaksaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan arah pendidikan. Dasar tersebut adalah dasar yuridis, dasar religius, dan dasar psikologis.

b. Tujuan pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di

Sekolah Menengah Atas

Tujuan Pendidikan Agama Islam ini mendukung dan menjadi bagian dari tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Bab II pasal 3 Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.40

Pendidikan agama Islam secara umum bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

40

Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem, h. 6


(42)

28

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.41

Menurut Ahmad D. Marimba tujuan pendidikan agama Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap orang muslim untuk menjadi hamba Allah. Hamba Allah mengandung implikasi kepercayaan dan

penyerahan diri kepadaNya.42

Menurut Mohammad Athahiyah al-Abrasyi tujuan pendidikan Islam adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad saw sewaktu hidupnya, yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan jasmani, akal dan ilmu

praktis.43

Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai ialah:

1) Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2) Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup dunia

dan akhirat, karena itu berusaha mengajar manusia agar mampu

mencapai tujuan yang dimaksudkan.44

41

Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan, h. 78 42

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat, h 48. 43

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 79-80

44

Munardji, Ilmu Pendidikan, h. 53


(43)

29

Zakiah Daradjad dalam metodik khusus pembelajaran agama islam mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut :

Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat. Yang dapat dibina melalui pembelajaran agama yang intensif dan efektif.45

Dari beberapa pendapat para tokoh diatas dapat disimpulkan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membina manusia, dalam hal ini mengembangkan potensi peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan mengenai Agama Islam, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat, serta menjadi insan yang beriman hingga mati dalam keadaan Islam, sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 102 yaitu ;

ﺴﻪﺒ ﺒﻮُـ ﺒ ﺒﻮُﺴآ ﺴ ِﺬﺒ ﺎﺴﻬـﺴأ ﺴ�

ُْْـﺴأﺴو ِإ ُﻮُﺴﲤ ﺴو ِِﺎﺴُـ ﺴﺣ

ﺴنﻮُِْ ُ

45

Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 172.


(44)

30

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”46

Dari ayat diatas dapat kita fahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam identik dengan tujuan agama Islam, karena tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan. Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam adalah suatu harapan yang diinginkan oleh pendidik Islam itu sendiri.

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas

Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat komplek, oleh sebab banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat di dalamnya. Dikatakan sangat penting, sebab pembelajaran adalah usaha membentuk manusia yang baik. Kegagalan pembelajaran dapat

merusak satu generasi masayarakat.47

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam seluruhnya serta menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

46

Depag RI, Al-Qur’an Terjemah, h. 114 47

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 135.


(45)

31

Pendidik yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pembelajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu, ialah pendidik tersebut senantiasa membuat tahap-tahap dalam pembelajaran, yakni perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Tiga tahap ini berurutan dan saling berhubungan. Dengan kata lain, seorang pendidik dalam mengembangkan aktivitas pembelajaran apa pun, yang pertama kali harus dilakukan adalah merencanakan, kemudian melaksanakan proses pembelajaran yang telah direncanakan, dan yang terakhir setelah proses dilaksanakan adalah melakukan penilaian atau evaluasi terhadap materi

pelajaran yang telah disampaikan.48

a. Perencanaan Pembelajaram

Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran.

Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. 48

Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta: Indeks, 2003), h. 65.


(46)

32

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.49

Perencanaan pembelajaran yang direncanakan harus sesuai dengan target pendidikan. Pendidik sebagai subjek dalam membuat perencanaan pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program

pembelajaran sesuai pendekatan dan metode yang akan di gunakan.50

Dalam perencanaan ada beberapa tahapan yang menjadi

strength point seperti yang dipaparkan oleh Kemp lewat Desain Pengembangan Pembelajaran PAI dalam Model J.E.Kemp yang berpijak pada empat unsur dasar perencanaan pembelajaran yang merupakan wujud jawaban atas pertanyaan (1) untuk siapa program itu dirancang? Peserta didik, (2) kemampuan apa yang ingin anda pelajari? Tujuan, (3) bagaimana isi pelajaran/ keterampilan yang dapat dipelajari? Metode, (4) bagaimana anda menentukan tingkat

49

Wina Sanjaya, Perencanaan, h. 28. 50

Abdul Majid dan Dian Andayani,, Pendidikan Agama, h. 91.


(47)

33

penguasaan terhadap pelajaran yang sudah dicapai? Evaluasi.

Keempat point ini akan dijelaskan dibawah ini:51

1) Merumuskan Tujuan atau Kompetensi Pembelajaran

Yaitu perumusan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang dirumuskan secara khusus (spesifik), operasional dan berupa jenis-jenis kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mereka mengikuti pelajaran-pelajaran yang kita berikan kepada mereka.

2) Merancang dan Menetapkan Kegiatan-Kegiatan Mengajar

Dalam langkah ketiga ini dapat berupa kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh oleh pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran nantinya yang juga harus dirumuskan, agar peserta didik dapat memiliki sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Setiap tujuan bisa ditempuh dengan satu atau beberapa kegiatan belajar, disesuaikan dengan kompleks tidaknya kemampuan yang terkandung dalam tujuan pembelajaran. Agar tujuan tersebut benar-benar dapat tercapai.

3) Merencanakan Program Kegiatan

Hal-hal pokok yang harus ditetapkan dalam perencanaan program kegiatan:

a) Merumuskan materi pelajaran beserta komponennya

51

Muhaimin, Paradigma Pendidikan, h. 222.


(48)

34

(1) Menyusun materi pelajaran tiap mata pelajaran.

(2) Menyusun Silabus.

(3) Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(4) Penilaian Pembelajaran.

b) Menyiapkan metode yang akan digunakan.

Metode pembelajaran adalah cara pendidik mengorganisasikan meteri pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses secara efektif dan efisien. Banyak sekali macam-macam dari metode-metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajar, diantaranya (1)Metode ceramah atau kuliah, (2)Metode diskusi, (3)Metode demonstrasi, (4)Metode eksperimen, (5)Metode pemberian tugas, dan sebagainya.

c) Menyusun jadwal.

Dalam menyusun jadwal kegiatan atau program pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dibuat, yaitu:

(1) Analisis hari efektif, hari libur, analisis program dan materi

pembelajaran.

(2) Membuat program tahunan, program semester dan program

tagihan .


(49)

35

Langkah ini memiliki fungsi yang nantinya digunakan untuk menilai sejauh mana peserta didik menguasai materi yang telah diberikan dan yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran tersebut. Adanya persiapan alat evaluasi ini ditempuh dalam perencanaan pembelajaran ini karena didasarkan pada

prinsip pembelajaran yang berorientasi pada tujuan hasil.52 Jenis

tes ini dapat meliputi tes lisan, tes tulis dan tes perbuatan atau praktek dengan menggunakan beberapa bentuk pertanyaan, diantaranya (1)Bentuk uraian, (2)Bentuk pilihan jawab terbatas, (3)Bentuk melengkapi, (4)Bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban singkat. Dalam suatu pelajaran bisa dimungkinkan menggunakan beberapa atau lebih dari satu bentuk dan jenis pertanyaan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap kedua dari pembelajaran tiga tahap adalah melaksanakan apa yang telah dipersiapkan. Setelah memiliki tujuan yang telah ditentukandan strategi yang relevan untuk mencapai tujuan itu sendiri. Cara pendidik mengimplementasikan materi dalam pembelajaran misalnya mengajukan pertanyaan, menyajikan gambar-gambar, memperagakan, merasakan, mengamati, dan melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. 52

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 61.


(50)

36

Jadi hal utama yang harus ditekankan oleh pendidik dalam implementasi atau pelaksanaan pembelajaran adalah: bagaimana pendidik akan membantu peserta didik untuk meraih tujuan? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan menjadi prosedur atau strategi pembelajaran yang akan digunakan. Memilih metode yang paling sesuai sangat tergantung pada tujuan, latar belakang, kebutuhan peserta didik, materi-materi yang tersedia, serta kepribadian, kekuatan, dan

gaya pendidik mengajar.53Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang

harus diperhatikan oleh seorang pendidik, diantaranya ialah:54

1) Aspek pendekatan dalam pembelajaran

Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai pendidik tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran. Dalam beberapa sumber ditemukan beberapa penggolongan pendekatan dari banyaknya pendekatan

yang ada dalam pembelajaran, diantaranya adalah:55

53

Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen dalam, h. 66. 54

Dari Internet: Lintang, 2013, Tahapan-tahapan Pembelajaran, Lihat di alfallahu.blogspot.co.id/2013/04/tahapan-tahapan-pembelajaran.html?m=1. Diakses pada 27 April 2017.

55

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 122-123.


(51)

37

a) Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu upaya

membantu peserta didik untuk memproses informasi yang diperoleh.

b) Pendekatan pembelajaran individu, yaitu upaya membantu

peserta didik untuk mengembangkan pribadi agar lebih produktif terhadap situasi dan lingkungan.

c) Pendekatan sistem pembelajaran, yaitu mengidentifikasi

kebutuhan, memilih problem, mengidentifikasi syarat-syarat pemecahan problem, memilih, menetapkan, penggunaan metode dan alat yang tepat, mengevaluasi hasil dan merevisi sebagian atau keseluruhan sistem yang dilaksanakan yang tidak dapat terlaksana atau yang tidak relevan dengan proses pembelajaran.

d) Pendekatan paedagody, yaitu pendekatan atau upaya yang

dilakukan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar dan mendidik peserta didik.

e) pendekatan andragogy, yaitu upaya yang dilakukan sebagai

seni dan ilmu untuk membantu peserta didik dalam belajar. Dalam hal ini posisi peserta didik lebih dominan dalam proses belajar, pendidik hanya membantu, mengarahkan dan membimbing saja, peserta didik-lah yang aktif dalam proses pembelajaran.


(52)

38

2) Aspek Strategi, Metode dan Taktik

Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri, dari awal pembelajaran hingga berakhirnya pembelajaran dalam pertemuan itu. Strategi pembelajaran berwujud sejumlah tindakan pembelajaran atau pola khusus yang dilakukan pendidik yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran yang berangkat dari titik tolak atau sudut pandang pendidik terhadap proses pembelajaran. Menurut Atwi Suparman (2004) seperti yang dikutip oleh Bambang Warsita secara garis besar,

komponen strategi dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi:56

a) Mengurutkan kegiatan pembelajaran

(1) Pendahuluan dalam pembelajaran. Bagian ini merupakan

bagian awal dalam proses pembelajaran, dalam bagian ini pendidik dituntut untuk bisa memberikan motivasi (penyemangat) diawal pembelajaran, mampu memusatkan perhatian peserta didik pada materi, juga mengetahui persiapan atau kemampuan atau wawasan peserta didik sebelum materi diajarkan. Hal-hal yang dapat dilakukan

56

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran;Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 272-274.


(53)

39

oleh pendidik pada tahap ini adalah memberi gambaran singkat tentang isi pelajaran, tujuan pembelajaran dan tanya jawab ringan dll.

(2) Penyajian materi atau bahan ajar. Kegiatan ini merupakan

inti dari pembelajaran. Dalam kegiatan ini peserta didik

ditanami pengetahuan baru dan mengembangkan

pengetahuan yang sudah ada. Tahapan yang dilakukan adalah menguraiakan materi pelajaran, memberikan contoh atau ilustrasi, memberikan latihan yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.

(3) Penutup. Tahapan ini adalah tahapan akhir dari urutan

kegiatan pembelajaran. Tahapan yang dilakukan adalah memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan, baik dengan mengguanakan tes formatif maupun dengan umpan balik dan selanjutnya adalah pemberian pengayaan/ tindak lanjut.

b) Penggunaan metode dan taktik yang tepat sesuai kebutuhan

Dengan metode ini pendidik dapat mencurahkan segala macam cara, rasa dan perasaannya untuk mengimplementasikan setiap rencana yang sudah disusun dalam rencana pembelajaran. Dalam penggunaan metode,


(54)

40

tentunya melihat atau mempertimbangkan materi apa yang akan disampaikan, dan dalam satu pokok pembahasan bisa menggunakan banyak metode yang bertujuan agar tercapai standar kompetensi yang diharapkan.

Didalam penerapan metode, memerlukan adanya taktik. Taktik ini bisa diwujudkan berupa style atau gaya atau tindakan teknis pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran. Tatik ini seharusnya bersifat unik dan kreatif untuk membangun semangat peserta didik dalam proses belajar.

c) Penggunaan media pembelajaran

Media atau sarana atau alat adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Media pendidikan terdiri dari alat pembelajaran, alat peraga, alat pendidikan, dapat berbentuk orang atau pendidik, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media audiovisual (video), multimedia dan lain sebagainya untuk mendukung suksesnya proses pembelajaran.

d) Pemanfaatan atau penggunaan alokasi waktu yang telah

disediakan dengan baik.

Pendidik harus tahu alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembelajaran. Baik itu satu pokok


(55)

41

bahasan atau satu kompetensi dasar didalam beberapa kali tatap muka. Tujuannya agar materi pelajaran yang sudah tersusun dalam rancangan pembelajaran atau silabus dapat tersampaikan semuanya.

e) Pengelolaan kelas

Kelas merupakan lingkungan fisik yang meliputi ruang kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan ventilasi atau udara dan cahaya atau pencahayaan, dan pengaturan sarana yang lain. Dan juga merupakan lingkungan sosioemosional yang meliputi tipe kepemimpinan pendidik, sikap pendidik, suara pendidik, pembinaan hubungan baik dan lain sebagainya.

c. Evaluasi Pembelajaran

Tahap ketiga dalam pembelajaran adalah evaluasi atau penilaian. Pada tahap ini, pendidik berusaha mengumpulkan informasi untuk menentukan jenis pembelajaran apa yang muncul. Hal tersebut dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya memberikan tes-tes, kuis-kuis, mengevaluasi pekerjaan rumah (PR), memperhatikan

tanggapan-tanggapan peserta didik atas pertanyaan atau komentar.57

Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah 57

Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen dalam, h. 69.


(56)

42

tercapai atau hingga mana terdapat kemajuan belajar peserta didik, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai atau tidak, apakah materi yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak, dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau tidak.58

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum

sebagai berikut:59

1) Kontinuitas, evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental

karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakuan seacara kontinu.

2) Komprehensif, dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek,

guru harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi.

3) Adil dan objektif, dalam melaksanakan evaluasi, guru harus

berlaku adil tanpa pilih kasih.

4) Kooperatif, dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerjasama

dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah,termasuk dengan peserta didik itu sendiri.

58

Ihsana El Khuluqo, Belajar dan Pembelajaran: Konsep Dasar Metode dan Aplikasi Nilai-Nilai Spiritualitas dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017), h. 62.

59

Zainal Arifin, Evaluasi, h. 31.


(57)

43

5) Praktis, praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru

itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

B. Tinjauan Amal Keagamaan

1. Pengertian amal keagamaan

Amal adalah perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan jiwa, baik berupa ucapan, perbuatan anggota badan, ataupun perbuatan

hati.60Sedangkan keagamaan yang berawalan “ke” dan akhiran “an”

berasal dari kata agama yang mempunyai arti hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap suci, kudus, atau ilahi. Agama biasanya dikaitkan dengan Tuhan, dewa, atau roh. Ibadah, perilaku moral, iman, dan partisipasi dalam lembaga keagamaan merupakan unsur agama sebagaimana diamalkan penganutnya karena diperintahkan kitab suci

agama.61

Amal keagamaan adalah perbuatan baik yang dilandasi kehidupan agama Islam dalam menghadapi berbagai masalah agar lebih mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan syariat-syariat agama Islam.62

60

St. Nursiah Hamid, (ed.), “Amal”, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), Jilid 1, h. 161

61

M. ArfahShiddiq, (ed.), “Agama”, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), h. 88

62

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa, h. 59


(58)

44

Maksudnya adalah semua kegiatan atau aktifitas yang berkaitan dengan agama Islam baik itu yang berupa hubungan langsung dengan Allah SWT sesama manusia maupun lingkungan alam yang dilakukan dengan kesungguhan hati dalam kehidupan sehari-hari.

2. Urgensi amal keagamaan bagi peserta didik

Pentingnya amal keagamaan bagi peserta didikadalah :

a) Agar peserta didik mampu membiasakan mengaplikasikan nilai-nilai

Islam dalam kehidupan sehari-hari.

b) Agarpeserta didik mampu membiasakan dalam mengamalkan

ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketentuan sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

c) Agar peserta didik mampu membiasakan berfikir, bersikap dan

bertindak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.63

Pentingnya amal keagamaan bagi peserta didik tidak lain untuk

menjadi pribadi khalifah Allah fi Al-Ardh serta bertanggung jawab sesuai

perintah Allah dan nilai-nilai Islam.

3. Pokok-pokok amal keagamaan

Agama di dalam Al Qur’an disebut dengan kata diin yang artinya

adalah pembalasan, adat kebiasaan, peraturan atau hari pembalasan atau

63

http://duniapendidikanilmu.blogspot.com/2011/12/pedoman-implementasi-mata-pelajaran.html diakses 1 Maret 2017 pukul 20:30.


(59)

45

hari kiamat. Kata millah yang berarti undang-undang atau peraturan dan

kata syari’ah yang berarti jalan yang harus dilalui atau hukum. Di dalam

Al Qur’an kata diin sering dihubungkan dengan kata al Islam, Allah, al

Haq, al Qayyim.64Adapun amal keagamaanmempunyai tiga pembahasan pokok yakni:

a) Akidah

Akidah berasal dari bahasa Arab ‘aqidah (ةﺪ ﻘ ا) yang bentuk

jamaknya adalah ‘aqa’id (ﺪﺋﺎﻔ ا) dan berarti faith, belief65

(keyakinan

atau kepercayaan); sedang menurut Louis Ma’luf ialah ma ‘uqidah

‘alayh al-qalb wa al-dlamir (ﺮ ﻀ او ﺐ ﻘ ا ﮫ ﺪﻘ ﺎ )P48F 66

P

yang artinya sesuatu yang mengikat hati dan perasaan. Dari etimologi diatas bisa diketahui bahwa yang dimaksud dengan “akidah” ialah keyakinan atau keimanan, dan hal itu diistilahkan sebagai akidah karena ia mengikatkan hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini atau diimaninya dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan selama

hidupnya. Inilah makna asal “aqidah” yang merupakan asal dari kata

‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang artinya mengikat.

Pada dasarnya, manusia memiliki dua potensi yakni teoritis

(ﺔ ﺮﻈﻧ) yang kesempurnaannya bisa dicapai dengan mengetahui

64

Zaky Mubarok Latif, dkk., Akidah Islam,(Jogjakarta : UII Press, 2001), h. 47 65

Hans Wahr, A Dictionary of Modern Writen Arabic: Arabic English, (Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1971), h. 628

66

Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughoh wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1975), Cet. ke-26, h. 519


(60)

46

hakikat-hakikat yang sebenarnya, dan praktis (ﺔ ) yang

kesempurnaannya dengan mengerjakan semua keharusan dalam urusan kehidupannya. Islam menetapkan hal tersebut sebagai prinsip untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Untuk itu, ditetapkanlah dua macam kewajiban (ﻒ ﺎﻜﺘ ا) yaitu kewajiban untuk

mengetahui atau meyakininya (iman) dan kewajiban untuk

melaksanakannya dengan perbuatan (‘amal).67

Al-Quran menyebut akidah dengan istilah “iman” sedangkan

syariah dengan istilah “amal shaleh”. Ayat-ayat yang berbicara tentang

hubungan akidah dan syariah yang dijabarkan dengan hubungan dan keterkaitan antara iman dan amal shaleh, yakni: QS Al-Kahfi, 107-108. Menurut Ahmad Daudy, semua amal saleh seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain bukan merupakan rukun iman tetapi bagian dari

kesempurnaan iman.68 Demikian iman yang tidak diikuti amal saleh

adalah iman yang tidak sempurna, hal itu mengandung makna bahwa seorang mukmin yang tidak menjalankan kewajiban agama dan meninggalkan larangannya, tidaklah keluar dari iman dalam arti menjadi kafir, tetapi ia tetap masih sebagai mukmin, mukmin yang

fasiq (berdosa).69

67

Mahmud Syalut, al-Islam ‘Aqidah wa Syari’ah, (Beirut: Dar al-Syuruq, 1972), Cet. ke-26, h. 66 68

Ahmad Daudy, Kuliah Akidah Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), Cet. ke-2, h. 7 69

Masyfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), Cet. ke-2, h. 7


(61)

47

Aqidah adalah merupakan fondasi ajaran Islam yang sifatnya pasti dan mutlak kebenarannya. Amal keagamaan yang berkisar pada aqidah yakni terumuskan dalam rukun iman yaitu, iman kepada Allah, iman kepada Malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul Nya, iman kepada hari Akhir dan iman kepada

Qada’ dan Qadar, yang landasannya adalah dalil-dalil qath’iy (

Al-Qur’an dan hadist mutawattir).70

b) Syariah

Syari’ah dalam kontek kajian hukum Islam lebih menggambarkan kumpulan norma-norma hukum yang merupakan

hasil dari proses tasyri’. Maka dalam membahas Syari’ah diawali

dengan membahas tasyri’. Tasyri’ adalah menciptakan dan

menerapkan Syari’ah. Dalam kajian hukum Islam, tasyri’ sering didefinisikan sebagai penetapan norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun

dengan umat manusia lainnya.71

Dari segi bahasa syari’ah berarti “jalan yang harus dilalui”, adapun menurut istilah adalah ketentuan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia,

70

Asy’ari, dkk., Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2004), h. 77 71

Muhammad Faruq Nabhan, al-Madkhal lli Tasyri’ al-Islami, (Beirut: Dar al-Qalam, 1982), h. 11


(62)

48

manusia dengan alam. Syariah dapat dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu :

1) Ibadah

Adalah aturan tentang hubungan manusia dengan Allah.

Ibadah dibagi menjadi dua macam, pertama:Ibadah Mahdhah,

yaitu aturan-aturan tentang tata cara hubungan manusia dengan Allah, seperti yang tercantum atau terumuskan dalam rukun Islam

yang kelima. Kedua: Ibadah Ghairu Mahdha, yaitu segala

perkataan dan perbuatan yang baik menurut agama, yang dilakukan untuk mencari keridhaan Allah.Contohnya diantaranya adalah ta’ziyah, menjenguk orang sakit, dan sebagainya.

2) Muamalah

Adalah aturan tentang hubungan manusia dengan manusia dalam rangka memenuhi kepentingan atau kebutuhan hidupnya, baik yang primer atau yang sekunder. Contohnya adalah berdagang, pernikahan, bertetangga, warisan, kepemimpinan, dan amal-amal saleh lainnya.

c) Akhlak

Secara etimologis kata akhlak berasal dari bahasa Arab (قﻼﺧا)

dengan unsur “خ, ل, dan ق” yang merupakan bentuk jamak dari kata


(63)

49

adat, (c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (d) agama, dan (e)

kemarahan (al-ghadab).72

Adapun makna akhlak secara terminologi menurut Imam

Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak

ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan

pertimbangan.73

Adapun tujuan akhlak adalah menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk dan terhadap Tuhan.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa pengamalan keagamaan yang secara garis besar berisi Iman, Islam dan Akhlak harus diterapkan secara bersamaan. Seluruh dalil menggabungkan amal sholeh dengan iman, Islam dengan Iman dan sahnya iman dengan pasrah dan taat membuktikan secara pasti bahwa pengamalan Syari`at Allah

72

A. Hafizh Anshari, (ed), “Akhlak”,Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), h. 130

73

Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Mesir: Isa Bab al-Halaby, tt), Juz 3, h. 53


(64)

50

merupakan konsekuensi dalam beraqidah dan beriman.74 Hal diatas di

dasarkan pada firman Allah dalam QS.An Nur :39

ُﺴﺌﺎﺴ ﺒﺴذِإ ﱴﺴﺣ ًﺌﺎﺴ ُنﺂْﻈﺒ ُُﺴ ْﺴ ﺳﺔﺴ ِِ ﺳبﺒﺴﺮﺴ ﺴ ُُْﳍﺎﺴْﺴأ ﺒوُﺮﺴﺴ ﺴ ِﺬﺒﺴو

ِبﺎﺴ ِْ ﺒ ُ ِﺮﺴ ُﻪﺒﺴو ُﺴﺎﺴ ِﺣ ُﺎ ﺴﻮﺴـ ُﺴﺪِْ ﺴﻪﺒ ﺴﺪﺴ ﺴوﺴو ﺎًْـﺴﺷ ُْﺪِﺴ ْﺴ

Artinya: “Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah

laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”75

Ayat tersebut memberikan gambaran pada kita tentang amalan orang-orang kafiryang tidak beriman kepada Allah adalah amal yang tidak bermanfaat baginya nanti di Akhirat. Amal kebaikan mereka tidak akan memperoleh pahala disisi Allah. Hal ini disebabkan karena aqidah mereka yang telah rusak. Itulah gambaran Islam (orang yang baik) yang tidak didasari dengan keimanan yang benar.

4. Faktor yang mempengaruhi amal keagamaan

Dalam melaksanakan amalan agama seseorang tidak lepas dari beberapa faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstren

74

Nasher Abdul karim Al Aqel, Hubungan Aqidah dan Syari`ah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 29-30

75

Depag RI, Al-Qur’an Terjemah, h. 679


(65)

51

a) Faktor intern

1) Keimanan

Seseorang yang memiliki keimanan kuat maka akan mengamalkan agamanya sebaik mungkin. Menurut Miftah Farid, bahwa iman tidak dapat diketahui dengan indra tetapi diketahui

dari indikator-indikatornya yaitu: amal, ilmu, dakwah, dan sabar.76

2) Perasaan Keagamaan

Yaitu perasaan akan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa misalnya rasa kagum akan kebesaran Allah, rasa syukur setelah lepas dari marabahaya secara ajaib, dan

sebagainya.77

Zakiah Darajat mengatakan “sesungguhnya pengaruh perasaan (emosi) terhadap agama jauh lebih besar daripada rasio (logika). Berapa banyak orang yang mengerti agama itu dapat diterima oleh pikirannya, tetapi dalam pelaksanaanya ia sangat lemah, kadang-kadang tidak sanggup mengendalikan dirinya sesuai

dengan pengertiannya itu.”78 Dari pendapat tersebut bahwasannya

perasaan keagamaan sangat berpengaruh terhadap penghayatan dan pengamalan seseorang.

76

Miftah Farid, Pokok-Pokok Ajaran Islam, (Bandung: Pustaka Salman, 1981), h. 31 77

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 69 78

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa,h. 81


(66)

52

3) Kebiasaan diri mengamalkan ajaran agama

Seseorang yang tidak terbiasa mengamalkan ajaran agama terutama shalat, puasa, membaca al-Qur’an, dan berdo’a dalam kehidupan sehari-hari serta tida terlatih menghindari larangannya, maka pada waktu dewasa akan cenderung tidak merasakan pentingnya agama, tetapi sebaliknya bila mendapat latihan dan

kebiasaan maka semakin merasakan kebutuhan pada agama.79

M. Utsman Najati mengemukakan bahwa: “untuk mem-peroleh derajat ketaqwaan dan bukti dari keberimanaan adalah dengan melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji yang berfungsi sebagai pendidik pribadi manusia, membersihkan jiwanya, mengajarkan banyak hal-hal terpuji dan bermanfaat yang dapat membantu menanggung beban hidup serta membentuk

kepribadian yang harmonis dan sehat jiwanya.80

Seseorang yang mengamalkan keagamaan atas dasar dorongan dari dalam diri tanpa paksaan dari lingkungan akan sangat mempengaruhi pola kehidupannya, dalam kehidupan pribadinya. Sikap keagamaan tersebut membentuk keyakinan dalam dirinya yang dinampakkan dalam pola tingkah laku sebagai realisasi dari keyakinan tersebut. Sedangkan dalam kehidupan

79

Ibid., h. 80 80

Utsman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, (Jakarta: Hikmah, 2002), h. 10


(1)

151

1. Hendaknya kepala sekolah lebih baik dibangunkan musholla atau masjid

khusus untuk ibadah, khususnya shalat sebagai sarana amal keagamaan bagi peserta didik.

2. Hendaknya pendidik khususnya Pendidikan Agama Islam di SMK YPM

11 Wonoayu Kabupaten Sidoarjo lebih menambah variasi metode pembelajaran serta strategi pembelajaran agar proses pembelajaran lebih baik dan mudah diterima oleh peserta didik, serta menambah wawasan kepada peserta didik mengenai keimanan akidah pada hal Ghoib, agar amal keagamaan peserta didik sempurna.

3. Hendaknya para peserta didik lebih meningkatkan amal keagamaan

mereka, baik dari segi akidah kepercayaannya pada hal yang ghaib, seperti iblis, jin, kiamat, qadha dan qadhar, serta meningkatkan ibadah baik wajib maupun sunnah, kejujuran dalam berniaga atau jual beli, dan akhlak peserta didik baik pada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan.

4. Hendaknya para orangtua peserta didik memberikan teladan yang baik,

mendisiplinkan anak dalam belajar, mendisplinkan anak dalam beribadah, serta mendisplinkan anak dalam pergaulan, dan memberikan kasih sayang dalam segala hal, karena peran kasih sayang orang tua dan ilmu pendidikan dari orang tua membantu dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar lebih baik serta membantu proses amal keagamaan dalam kehidupan sehari hari lebih baik.


(2)

152

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu, 1921, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: PT Aditya Media.

Al Aqel, Nasher Abdul karim, 1996, Hubungan Aqidah dan Syari`ah, Jakarta: Gema Insani Press.

Al-Abrasi, Muhammad Athiya, 1994, Dasar-dasar pendidikan islam, terj Bustami Abdul Ghani, Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Ghazali, Imam, tt, Ihya’ Ulumuddin, Mesir: Isa Bab al-Halaby.

Anshari, A. Hafizh (ed), 2005, “Akhlak”,Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Arifin, 1987, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Biona Aksara.

Arifin, Zaenal, 2011, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya. ___________, 2012, Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdaarya. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta: Rineka Cipta.

AShiddiq, M. rfah (ed.), 2005, “Agama”, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Asy’ari, dkk., Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Azwar, Saifuddin, 2003, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bungin, Burhan, 2013, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Daradjad, Zakiah, 1995, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

___________, 1997, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Bulan Bintang.


(3)

153

Dari Internet: Lintang, 2013, Tahapan-tahapan Pembelajaran, Lihat di alfallahu.blogspot.co.id/2013/04/tahapan-tahapan-

pembelajaran.html?m=1. Diakses pada 27 April 2017. Daudy, Ahmad, 1993, Kuliah Akidah Islam, Jakarta: Rajawali Pers. Depag RI, 2002, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, Jakarta: Sari Agung. Farid, Miftah, 1981, Pokok-Pokok Ajaran Islam, Bandung: Pustaka Salman. Hadi, Sutrisno, 1980, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, Oemar, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. ____________, 2010, Kurikilum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Hamid, St. Nursiah, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Hasanah, Aan, 2012, Pengembangan Profesi Keguruan, Bandung: Pustaka Setia. http:// Gudang Makalah.Blogspot.com/2011/02/Skripsi. Korelasi Hasil Belajar.

Html/ diakses pada tanggal 28 Juli 2016.

http://duniapendidikanilmu.blogspot.com/2011/12/pedoman-implementasi-mata-

pelajaran.html diakses 1 Maret 2017 pukul 20:30 Khuluqo, Ihsana El, 2017, Belajar dan Pembelajaran: Konsep Dasar Metode dan

Aplikasi Nilai-Nilai Spiritualitas dalam Proses Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Latif, Zaky Mubarok dkk. 2001, Akidah Islam, Jogjakarta : UII Press.

Ma’luf, Louis, al-Munjid fi al-Lughoh wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1975. Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2006, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT.

Remaja Risdakarya.

Majid, Abdul, 2012, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.


(4)

154

Margono, 1997, Metode Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Maunah, Binti, 2003, Diktat Ilmu Pendidikan, Tulungagung: STAIN.

Muhadjir, Noeng, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasih. Muhaimin, et.al., 2004, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media.

Mulyasa, E. 2006, Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Rosda Karya.

Munardji, 2004, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Pusat: Bina Ilmu.

Nabhan, Muhammad Faruq, 1982, al-Madkhal lli Tasyri’ al-Islami, Beirut: Dar al-Qalam.

Najati, Utsman, 2002, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, Jakarta: Hikmah.

Narbuko, Cholid, Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara.

Patoni, Achmad, 2004, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta Pusat: Bina Ilmu.

Purwanti, Endang dkk., 2002, Perkembangan Peserta Didik, Malang: UMM Press.

Sanjaya, Wina, 2010, Perencanaan dan Desain Pembelajaran, Jakarta; Kencana. Shiddiq, M. Arfah, 2005, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Simbolon, Hotman, 2009, Statistika, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Subagyo, Joko, 2004, Metodelogi dalam Teoridan Praktek, Jakarta: Rineka cipta. Sudjono, Anas, 2012, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.


(5)

155

Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta.

________, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Cv Alvabeta. ________, 2012, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: AlfaBeta.

Sujianto, Agus Eko, 2007, Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Sumantri, M. Syarif, 2015, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, Sumadi, 1987, Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali.

________________, 1993, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suryosubroto, B., 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka

Cipta.

Syah, Muhibbin, 2003, Psikologi Belajar, Jakarta : cet. IV; PT Raja Grapindo Persada.

Syaifurahman, dan Tri Ujiati, 2003, Manajemen dalam Pembelajaran, Jakarta: Indeks.

Syalut, Mahmud, 1972, al-Islam ‘Aqidah wa Syari’ah, Beirut: Dar al-Syuruq. Tafsir, Ahmad, 2008, Ilmu Pendidkan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Trianto, 2011, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2009, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media.

Wahr, Hans, 1971, A Dictionary of Modern Writen Arabic: Arabic English, Wiesbaden: Otto Harrassowitz.

Warsita, Bambang, 2008, Teknologi Pembelajaran;Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Warsito, Hermawan, 2005, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


(6)

156

Zuhairini, 2004, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.