PENGARUH BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA di DESA DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK : TINJAUAN TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER.

(1)

PENGARUH BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI

DALEGAN TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA

DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK

(Tinjauan Teori Tindakan Sosial Max Weber)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

Intan Qurrotu Aini

NIM. B95212075

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

PERIYYATAAN

PERTAIYGGI.IITG JAWABA}I PENULISA}I SKRIPSI

B i smi I I ahit ahmanir ahim

Yang bertanda tangm di bawah krj., saya:

Nama

NIM

Program Studi

Judul Skripsi

Intan Qurofu Aini 895212A75

Sosiologi

Pengaruh Berkembangnya Tempat Wisata Pwrtai Dalegan

Terhadap Perilaku Sosial Remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1) Skripsi

ini tidak pernah dikumpulkan pada lembaga pendidikan mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun

2)

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya secara mandiri dan bukan merupakan plagiasi atas karya orang lain

3)

Apabila skripsi ini dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan sebagai hasil

plagiasi, saya bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang terjadi.

Surabay4 4 F ebruari 201 6

Intan Qurrotu Aini NIM:895212075


(3)

PERSETUJUAI{ PEMBIMBING

Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi yang

ditulis oleh :

Nama : Intan Qurrotu Aini

NIM

:895212075

Program

Studi

: Sosiologi

yang berjudul: *Pengaruh Berkembangnya Tempat'Wisata Pantai Dalegan Terhadap

Perilaku Sosial Remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik", saya

berpendapat bahwa skrispsi tersebut sudah diperbaiki dan dapat diajukan dalam rangka

memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Sosiologi.

Surabay4 4Februart20l6

Pembimbing

Dr. Hi. Rr. Suhartini" M.si NrP. 1 9580 t131982032002


(4)

PENGESAIIAN

Slaipsi oleh Intan Qurrotu Aini dengan judul: sPengamh Berkembangnya Tempat Wisata Pantai Dalegan Tertradap Perilaku Sosial Remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng

Kabupaten Grrcsik (Tinjauan Teori Tindakan Sosial Mnx Weber)' telah dipertahankan

dan dinyatakan lulus di depan Tim Penguji Skripsi padatanggal 4 Pebruari 2016

TIM PENGUJI SKRIPSI

Penguji II

W

Dra. Hj. Rr. Suhartini. M.Si NrP. 195801 r31982032001

Penguji III

Surabay4 4 Februari 2016 Mengesahkan.

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik }\IIP. 1 97706232007 101,A06

Dra. Hi. Nur. Mazidah M.Si

NIP. 1 9s30 6t31992032401

Penguji IV

1001 i9851019201503

ffiffi


(5)

ABSTRAK

Intan Qurrotu Aini, 2016. Pengaruh Berkembangnya Tempat Wisata Pantai Dalegan Terhadap Perilaku Sosial Remaja Di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya

Kata kunci : Perkembangan Tempat Wisata, Perilaku Sosial Remaja

Penelitian ini merupakan studi tentang perilaku sosial remaja di tempat wisata pantai Dalegan. Masalah penelitian dalam skripsi ini, yaitu (1) Apakah perkembangan wisata pantai Dalegan berpengaruh terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan. (2) Seberapa besar sumbangan perkembangan wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian mixed methods dengan pendekatan paradigma pragmatis. Metode ini dipilih agar di peroleh data penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai perngaruh berkembangnya tempat wisata pantai dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik dengan mengkombinasikan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk statistik dan dianalisis dengan teori tindakan sosial Max Weber.

Dari hasil penelitian ini ditemukan (1) Berkembangnya wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik tidak ada pengaruh secara signifikan. (2) Berkembangya tempat wisata pantai Dalegan hanya menyumbang sebesar 1,7% terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Sumbangan dari perkembangan tempat wisata pantai Dalegan itu kecil sehingga berdampak pada perilaku sosial remaja yang menyimpang. Dari hasil wawancara ditemukan para remaja berpacaran dan bermesraan di tempat wisata. Hasil penelitian kualitatif mendukung hasil penelitian kuantitatif yang menyatakan bahwa perilaku sosial yang menyimpang masih ditemukan di tempat wisata pantai Dalegan.

Ada tiga tipe tindakan sosial yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu tindakan rasional instrumental adalah tindakan sosial yang berdasarkan atas pilihan sadar dan tujuan yang ingin dicapainya seperti tempat wisata pantai dalegan dijadikan tempat pemotretan oleh salah satu remaja, tindakan rasional yang berorientasi nilai adalah tindakan yang mengutamakan penilaian baik menurut masyarakat seperti salah satu remaja yang tetap menjadikan nilai agama walaupun berada di tempat wisata, dan tindakan afektif adalah perilaku yang berorientasi emosi atau perasaan seperti para remaja yang berpacaran di tempat wisata panati Dalegan.


(6)

ABSTRACT

Intan Qurrotu Aini, 2016. The effect of Tourism Development in Dalegan Beach on Youth’s Social Behaviour at Dalegan, Panceng, Gresik regency. Thesis, Sociology Department, Social and Political Science Faculty. UIN Sunan Ampel Surabaya

Key Words : Tourism Development, Youth’s Social Behaviour

This research is study of youth’s social behaviour in Dalegan beach tourism. The problems of this study are, (1) Does the tourism development of Dalegan beach effect on the youth’s social behavior at Dalegan village. (2) How much contribution of tourism development is in Dalegan beach on youth’s social behaviour at Dalegan, Panceng, Gresik regency.

To answer the previous problems, the researcher applies mixed method by pragmatic paradigm approach. This method applied to get research data deeply and comprehensively on tourism development in Dalegan beach on youth’s social behaviour at Dalegan, Panceng, Gresik regency by combining quantitative and qualitative methods. Data collected then presented in statistical form and analyzed by Max Weber’s theory of social behaviour.

This research found (1) There is no significant effect on youth’s social behaviour of tourism development in Dalegan beach at Dalegan, Panceng, Gresik regency. (2) The tourism development in Dalegan beach only accounted for 1.7% on youth’s social behaviour at Dalegan, Panceng, Gresik regency. The donation of Dalegan beach tourism development is little, so it has an impact to the youth’s diverge social behaviour. From the interview, it’s found some youth couples dating in that place. The qualitative research result supports the quantitative research result stating that diverge social behaviour is still found in Dalegan beach tourism.

There are three types of social behaviour found in this research, they are instrumental rational behaviour that is a social behaviour based on conscious and purpose wanting to be reached as tourism of Dalegan beach become photography spot by one of youths. Rational behaviour value oriented is a behaviour giving priority to both value according to people as like one of youths who keep making it as religion value although he is in a tourism place and affective behaviour emotional oriented or feeling as like the youths who made a date in Dalegan beach tourism.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN………..v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penelitian Terdahulu ... 5

F. Definisi Operasional ... 7

G. Hipotesis Penelitian ... ..9

H. Metode Penelitian ... ..10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... ..10

2. Populasi dan Sampel ... ..14

3. Variabel dan Indikator Penelitian ... ..16

4. Teknik Pengumpulan Data ... ..18

5. Teknik Analisis Data ... ..20

I. Sistematika Pembahasan... ... ..22

BAB II : PERKEMBANGAN TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN DAN


(8)

A. Pengembangan Tempat Wisata ... 24

B. Perilaku Sosial Remaja ... 32

C. Teori Tindakan Sosial Max Weber.... ... 40

BAB III : BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Obyek Wisata Pantai Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik ... 51

1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 51

2. Profil Tempat Wisata Pantai Dalegan ... 52

3. Potensi Obyek Wisata Pantai Dalegan ... 54

4. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Tempat Wisata ... 56

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

C. Hasil Wawancara ... 67

BAB IV : BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK A. Analisis Statistik ... 83

1. Product Moment... 83

2. Regresi ... 84

B. Analisis Deskriptif ... 89

C. Analisis Teori Tindakan Sosial Max Weber ... 93

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Angket


(9)

3. Dokumentasi 4. Jadwal Penelitian 5. Biodata


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki keindahan alam yang melimpah sehingga memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Keindahan alam tersebut merupakan salah satu sumber modal bagi usaha penanganan dan pengembangan kepariwisataan.

Pantai dalegan adalah salah satu objek wisata yang populer di Gresik. Pantai ini terletak di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Jarak tempat wisata pantai Dalegan dengan kota Gresik sekitar 40 km.

Dalam arsip Desa Dalegan dipaparkan bahwa pada tanggal 4 Maret 2007 bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Gresik, wiata pantai Dalegan diresmikan oleh pemkab Gresik sebagai tempat wisata sekaligus berubah nama dari Wisata Pasir Putih (WPP) menjadi Wisata Segoro Indah Dalegan (WISID). Kemudian perangkat desa Dalegan beserta warga melakukan pengembangan tempat wisata dengan membuat sebuah dermaga sederhana yang menjorok ke laut. Semenjak diresmikan oleh pemkab maka pantai Dalegan menjadi tempat agenda wajib perayaan HUT RI.

Semakin berkembang tempat wisata maka akan menjadikan tempat wisata tersebut semakin ramai dikunjungi. Banyak para pengunjung dari luar daerah maupun pengunjung dari desa Dalegan ke tempat wisata pantai Dalegan, tentunya berbagai macam interaksi akan terjadi. Pada dasarnya


(11)

2

kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Para petugas dan pedagang di wisata pantai Dalegan ini adalah masyarakat Dalegan sendiri.

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang kompleks, yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang besar, yang mempunyai berbagai komponen, seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya dan seterusnya. Melihat pariwisata sebagai sebuah sistem, berarti analisis mengenai berbagai aspek kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dari subsistem yang lain, seperti polotik, ekonomi, budaya, dan seterusnya, dalam hubungan saling ketergantungan dan saling terkait1.

Suatu tempat wisata tentu memiliki dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak terhadap lingkungan sekitar bisa saja berupa dampak positif maupun dampak negatif. Setiap pengelola obyek wisata tentunya menginginkan tempat wisata tersebut dapat menyedot para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan internasional tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pengelola agar dalam melakukan pengembangan tersebut tidak memberikan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar dan pengunjung.

Pada penelitian ini memfokuskan pada prilaku sosial remaja yang berada di tempat wisata. Kecenderungan remaja terhadap sesuatu kadang kala tidak dapat dipenuhi karena dihalangi oleh ketentuan agama dan adat kebiasaan di tengah masyarakat. Pertentangan itu semakin tampak tatkala remaja menginginkan sesuatu hanya menurut selera dan kehendaknya saja. Mereka berpakaian yang tidak sopan, menonton film dan berperangai buruk padahal semua perbuatan ini berlawanan dengan ketentuan agama dan nilai-nilai universal.

1


(12)

3

Kondisi semacam ini lazim disebut sebagai hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna yang mengakibatkan tidak bisa membedakan antara hal-ahal yang baik ataupun yang buruk, pantas atau tidak pantas, dan sebagainya. pengaruh lingkungan yang tidak baik, mislanya di lingkungan yang sering terjadi tindak penyimpangan, salah satunya di tempat wisata.

Pada dasarnya fungsi dari objek wisata adalah sebagai tempat untuk menghilangkan rasa bosan, jenuh, serta rasa penat agar dapat bersantai bersama dengan keluarga dan teman-teman, sehingga diberikan tempat peristirahatan seperti gazebo dan tempat bermain untuk anak-anak. Selain itu, adanya pohon-pohon yang rimbun juga dapat menambah kenyamanan sehingga terasa betah tinggal di obyek wisata tersebut. Tempat wisata pantai Dalegan secara tidak langsung bisa membuat pikiran menjadi lebih fresh karena pemandangan yang indah dan tempat yang nyaman.

Tapi ketika terlihat pemandangan-pemandangan yang tidak nyaman seperti para remaja yang sedang memadu kasih atau berpacaran secara kelewatan, seperti berpangkuan, berpelukan dan berciuman walaupun mereka sedang berada di tempat umum yang terbuka dan siang hari. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi kenyamanan orang lain dan membuat fungsi tempat wisata tidak berjalan secara maksimal. Kita mengetahui bahwa tidak hanya para remaja yang berkunjung ke tempat wisata tetapi semua kalangan mulai dari anak kecil sampai yang sudah tua.

Tempat yang teduh, indah dan tenang merupakan kondisi yang sangat di dambakan para pengunjung baik dari dalam ataupun luar daerah. Tapi tak


(13)

4

seperti pasangan remaja yang berkunjung di obyek wisata pantai Dalegan yang mayoritas memilih duduk-duduk saja di gazebo dan tempat bermain anak. Tidak hanya itu terlihat juga para remaja yang masih memakai seragam sekolah berada di tempat wisata, salah satu alasannya yaitu untuk menikmati akses jaringan Wi-Fi secara gratis. Mereka jadi lebih krasan berada di tempat wisata.

Sekedar pengamatan biasa, saat ini tempat wisata pantai Dalegan bukan hanya difungsikan sebagai tempat yang menyejukkan namun sudah jauh terkenal sebagai tempat mesum bagi para pengunjung, terutama bagi para remaja. Tempat wisata cenderung dijadikan wadah bagi para remaja untuk mengekspresikan segala perilakunya diluar norma baku yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu perlu diadakan suatu penelitian.

B.Rumusan Masalah

1. Apakah perkembangan wisata pantai dalegan berpengaruh terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan ?

2. Seberapa besar sumbangan perkembangan wisata pantai dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan ?

C.Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah perkembangan wisata pantai dalegan berpengaruh terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan


(14)

5

2. Untuk mengetahui berapa besar sumbangan perkembangan wisata pantai dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan

D.Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis bagi penulis akan bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya dibidang sosial terutama mengenai perilaku sosial masyarakat dan ilmu-ilmu lainnya yang saling berkaitan tentang perilaku sosial

2. Secara praktis penelitian ini sangat bermanfaat yaitu : a. Bagi Akademis

Sebagai sarana untuk berfikir secara ilmiah tentang perilaku sosial terhadap lembaga-lembaga akademis yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi

b. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan wawasan yang lebih luas dalam melakukan bentuk perilaku sosial, khususnya para remaja dan masyarakat yang ada di tempat wisata pantai Dalegan dan masyarakat luas pada umumnya c. Bagi Peneliti

Bagi peneliti sendiri dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu untuk menambah keilmuan khususnya bidang sosial.

E.Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang ditulis oleh Yusriana, mahasiswa jurusan sosiologi dengan judul Perilaku Sosial Remaja dalam Memanfaatkan Ruang Publik


(15)

6

Perkotaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan dasar penelitian studi kasus deskriptif. Lokasi penelitian ini di Taman Kota Benteng Rotterdam. Metode pengumpulan data yaitu dengan observasi dan wawancara secara mendalam untuk memperoleh data primer dan data skunder dilakukan dengan penelusuran atau studi pustaka. Ada lima bentuk perilaku sosial remaja yang ada di taman benteng, yaitu memadu kasih, berpesta miras, mengamen, memotret, berkumpul dan berbincang. Adapun alasan taman kota banyak dimanfaatkan oleh remaja yaitu : pertama, tidak pernah ada pantauan dari pihak terkait sehingga remaja lebih merasa aman dalam berperilaku, kedua, lokasi yang berdekatan dengan Benteng Rotterdam memberikan nuansa klasik yang cocok dijadikan sebagai objek wisata dan pemotretan, ketiga, kurangnya penerangan yang membuat para rmaja lebih leluasa dalam bertindak atau berperilaku sebebas mungkin, dan yang terakhir para remaja yang pada dasarnyua memamng belum memiliki penghasilan menjadikan taman benteng sebagai tempat alternatif untuk bersantai bersama orang terdekat.

2. Skripsi yang ditulis oleh Ety Marisa, mahasiswa jurusan Sosiologi dan Antropologi dengan judul Penyimpangan Perilaku Pergaulan Bebas Remaja Di Obyek Wisata Pantai Sigandu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa macam faktor yang mempengaruhi para remaja melakukan perilaku menyimpang di pantai, yaitu faktor dari dalam individu


(16)

7

yang biasanya berupa rasa ingin tahu, tekanan emosi dalam diri individu yang berakibat pada pergaulan bebas. Selain itu ada juga faktor dari luar individu yaitu lingkungan, kurangnya perhatian dari keluarga, salah pergaulan, teknologi, media massa, serta kesempatan para pasangan yang berpacaran di obyek wisata. Perilaku yang sangat memprihatinkan ketika melihat generasi penerus yang telah teracuni oleh bebasnya dunia luar.

Dari kedua judul penelitian diatas terdapat persamaan dan perbdaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaannya yaitu terletak pembahasan tentang perilaku sosial. Sedangkan perbedaanya terletak pada isi dari pembahasannya yang meliputi pengaruh perkembangan tempat wisata terhadap perilaku sosial remaja, jadi bisa saja dampak positif atau dampak negatif, lalu perbedaan selanjutnya terletak pada metode penelitian yang digunakan yaitu metode kombinasi dengan paradigma pragmatis.

F. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan tidak terjadi kesalahpahaman pembaca dalam mengartikan judul skripsi, maka penulis perlu untuk mengemukakan definisi operasional atas konsep dan variabel yang tertulis dalam judul skripsi ini.

1. Tempat wisata pantai Dalegan

Tempat wisata pantai Dalegan merupakan salah satu obyek wisata alam yaitu pantai yang terletak di desa Dalegan. Untuk menarik pengunujung maka pihak pengelola melakukan pembangunan. Setelah diresmikan oleh


(17)

8

Pemkab, tempat wisata ini semaikn dikenal oleh masyarakat dan semaikn bnayak pengunjung yang datang. Terakhir, pada tahun 2014 dibangun gazebo di sepanjang pantai, dibangun taman bermain anak, dan penambahan lahan untuk para penjual di dalam tempat wisata.

2. Prilaku sosial

Perilaku sosial adalah aktifitas fisik maupun psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial2.

Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Perilaku sosial seseorang merupakan suatu sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara yang berbeda-beda.

Sebagai makhluk sosial, maka individu akan berinteraksi dengan lingkungan fisisk maupun lingkungan sosialnya. Di dalam interaksi sosial tersebut akan terjadi peristiwa saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang lain. Hasil dari peristiwa tersebutlah yang merupakan perilaku sosial.

Perilaku sosial dalam penelitian ini yaitu semua perilaku yang dilakukan oleh para remaja yang berada di tempat wisata pantai Dalegan. Perilaku yang ditujukan kepada orang lain bukan perilakuyang ditujukan kepada benda mati. Perkembangan tempat wisata pantai Dalegan dengan berbagai fasilitas yang ada dapat mempengaruhi perilaku sosial para pengunjungnya terutama para remaja yang berada di tempat wisata tersebut.

2


(18)

9

3. Remaja

Masa remaja, berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir3.

Menurut piaget remaja adalah suatu usia dimana individu terintegrasi ke dalam remaja dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama4.

Dengan demikian remaja merupakan masa perkembangan yang dialami oleh individu antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial.

Remaja merupakan pengunjung yang banyak ditemui di obyek wisata karena masa remaja adalah masa pencarian jatidiri sehingga jiwa berpetualang dan mencoba hal-hal baru sangat erat kaitannya dengan masa remaja. Di tempat wisata pantai Dalegan sebagian pengunjungnya adalah remaja dengan berbagai macam perilaku sosial yang ditampilkan. Remaja beserta perilakunya menjadi objek dalam penelitian ini.

3

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, psikologi remaja. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006) 9

4


(19)

10

G.Hipotesis Penelitian

Selama dalam melakukan penelitian, seorang peneliti selalu berpedoman pada teori sementara. Teori sementara itulah yang disebut dengan hipotesis. Jadi hipotesis ini merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti5. Dan berikut ini merupakan hipotesis yang dirumuskan oleh penulis sebagai berikut :

1. Berkembangnya Tempat Wisata Pantai Dalegan Berpengaruh Terhadap Perilaku Sosial Remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik

2. Berkembangnya Tempat Wisata Pantai Dalegan tidak berpengaruh Terhadap Prilaku Sosial Remaja di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.

H.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma pragmatis. Sebagai salah satu paradigma untuk penelitian metode campuran, peneliti harus berfokus pada masalah-masalah penelitian dalam ilmu sosial, kemudian menggunakan pendekatan yang beragam untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang problem-problem tersebut. Pragmatisme dapat digunakan untuk penelitian metode campuran yang didalamnya para peneliti bisa dengan

5

Bagong Suyanto, Metode penelitian sosial berbagai alternatif pendekatan (Jakarta : Kencana, 2011) 43


(20)

11

bebas melibatkan asumsi-asumsi kuantitatif dan kualitatif ketika mereka terlibat dalam sebuah penelitian6.

b. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif7.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif8

Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunkan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.

6

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012) 16

7

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012) 5

8


(21)

12

Menurut Creswell, ada tiga strategi dalam metode penelitian campuran9 :

1. Strategi metode campuran sekuensial / bertahap (sequential mixed methods ) merupakan prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti berusaha menggabungkan atau memperluas penemuan-penemuannya yang diperoleh dari satu metode dengan penemuan-penemuannya dari metode yang lain. Strategi ini dapat dilakukan dengan melakukan interview kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang memadai, lalu diikuti dengan metode survei kuantitatif dengan sejumlah sampel untuk memperoleh hasil umum dari suatu populasi. Jika tidak, penelitian ini dapat dimulai dari metode kuantitatif terlebih dahulu dengan menguji satu teori atau konsep tertentu, kemudian diikuti dengan metode kualitatif dengan mengeksplorasi sejumlah kasus dan individu.

2. Strategi metode campuran konkuren / satu waktu (concurrent mixed methods) merupakan prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti mempertemukan atau menyatukan data kuantitatif dan data kualitatif untuk memperoleh analisis komprehensif atas masalah penelitian ini. Dalam strategi ini peneliti mengumpulkan dua jenis tersebut dalam satu wkatu, kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. Jika tidak dalam strategi ini peneliti dapat memasukkan satu jenis data yang lebih kecil ke dalam

9

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2012) 22-23


(22)

13

sekumpulan data yang lebih besar untuk menganalisis jenis-jenis pertanyaan yang berbeda-beda. Pada tipe ini terdapat tiga model yaitu: a. Strategi Triangulasi Konkuren

Dalam model ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama, baik dalam pengumpulan data maupun analisisnya, kemudian membandingkan data yang diperoleh, untuk kemudian dapat ditemukan mana data yang dapat digabungkan dan dibedakan.

b. Strategi Embedded Konkuren

Model ini merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan penggunaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara simultan atau bersama-sama, tetapi bobot metodenya berbeda, ada metode yang primer dan metode sekunder.

c. Strategi Transformative Konkuren.

Dalam model penelitian ini peneliti dipandu dengan menggunakan teori perspektif baik teori kuantitatif maupun kualitatif.

3. Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods) merupakan prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti menggunakan kacamata teoretis sebagai perspektif overaching yang didalamnya terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Perspektif inilah yang akan menyediakan kerangka kerja untuk topik penelitian, metode-metode untuk pengumpulan data, dan hasil-hasil atau perubahan-perubahan yang diharapkan. Bahkan, perspektif ini bisa


(23)

14

digunakan peneliti sebagai metode pengumpulan data secara sekuensial ataupun konkuren.

Strategi metode Embedded Konkuren yang dipakai dalam penelitian ini adalah urutan analisis kuantitatif dan kualitatif, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi komponen konsep melalui analisis data kuantitatif dan kemudian mengumpulkan data kualitatif guna memperluas informasi yang diperlukan untuk melengkapi data.

Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel tempat wisata pantai Delegan terhadap prilaku sosial remaja di Desa Dalegan. Untuk melengkapi data kuantitatif tersebut agar lebih luas dan mendalam maka peneliti mengumpulkan data kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk menggali lebih dalam bagaimana tindakan atau prilaku sosial para remaja di Desa Delegan. Wawancara dilakukan agar dapat mengumpulkan pandangan-pandangan dari masyarakat mengenai prilaku sosial remaja dan tujuan kunjungan para remaja tersebut. Pengumpulan data kualitatif dilakukan setelah pengumpulan data kuantitatif selesai dengan tujuan untuk menggali informasi lebih dalam terhadap variabel yang telah dianalisis secara kuantitatif.

2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Hubungan antara populasi dengan sampel sangatlah erat, karena populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan sampel


(24)

15

merupakan sebagian dari objek yang diteliti10. Populasi adalah jumlah teori dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik yang darinya sampel dipilih11. Dengan demikian yang dimaksud dalam populasi dalam penelitian ini adalah subyek suatu daerah atau lingkungan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah remaja yang berada di tempat wisata pantai dalegan yang berjumlah ± 1000 orang b. Sampel untuk pendekatan kuantitatif

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan smapel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)12. Dengan jumlah populasi yang telah diketahui, maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane untuk menentukan jumlah sampel13.

n =

Keterangan

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi d : Presisi yang ditetapkan

10

Bagong suyanto, Metode penenlitian sosial (Jakarta : Kencana Prenadamedia group, 2013) 139

11

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung : PT Refika Aditama, 2010) 253

12

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. (Alfabeta : Bandung 2012), hal 81

13


(25)

16

jika populasi sebanyak orang dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% maka besarnya sampel adalah

n =

c. Sampel untuk pendekatan kualitatif

Subjek penelitian untuk pendekatan kualitatif ini yaitu remaja yang berada di tempat wisata pantai Dalegan, baik itu remaja sekitar maupun remaja dari luar desa yang berkunjung ke tempat wisata pantai Dalegan yang meliputi, remaja, orang dewasa dan orang tua.

d. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengambilan sampling probability sampling dengan teknik simple random sampling

yang artinya simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu14.

Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Jadi dalam pengambilan sampel semua remaja yang berkunjung ke tempat wisata pantai Dalegan mempunyai hak yang sama untuk dijadikan sampel.

3. Variabel dan Indikator Penelitian a. Variabel

14


(26)

17

Untuk penelitian kali ini, peneliti sudah membuat

variabel-variabel dari judul penelitian “Pengaruh Berkembangya Tempat Wisata

Pantai Dalegan Terhadap Prilaku Sosial Remaja di Desa Dalegan

Kecamatan Panceng”, yaitu untuk Variabel X atau Independennya,

adalah Berkembangnya Tempat Wisata, sedangkan pada Variabel Y atau Dependennya adalah Prilaku Sosial.

Variabel Independen atau Variabel bebas merupakan variabel yang menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada outcome. Sedangkan Variabel Dependen atau Variabel terikat merupakan variabel yang bergantung pada variabel bebas. Variabel terikat ini merupakan outcome atau hasil dari pengaruh variabel bebas.

b. Indikator Penelitian

Berkembangnya Tempat Wisata dalam penelitian ini menjadi variabel independen yang merupakan sebagai variabel yang diamati dalam hubungan antar-variabel menunjukkan adanya urutan temporal, dapat dikatakan bahwa satu variabel dapat mempengaruhi variabel yang lain.

Tabel 1.1 Indikator Variabel X (Berkembangnya Tempat Wisata Pantai Dalegan)

Variabel X Indikator Penelitian Berkembangnya

Tempat Wisata

1) Tempat wisata semakin dikenal oleh masyarakat luas

2) Semakin banyak pengunjung 3) Bertambahnya fasilitas


(27)

18

Perilaku sosial itu sendiri dalam penelitian ini menjadi variabel dependen yang merupakan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen atau terikat bergantung pada variabel independen atau bebas.

Tabel 1.2 Indikator Variabel Y (Perilaku Sosial Remaja) Variabel Y Indikator Penelitian

Perilaku Sosial Remaja

1) Perilaku sosial

2) Perilaku yang memperhatikan norma 3) Memanfaatkan fasilitas tempat wisata

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan dalam suatu penelitian melalui pengamatan secara langsung di tempat atau objek yang diteliti15. Pengamatan ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh data secara detail dan valid. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi ke lapangan dengan mengamati secara langsung perilaku dan aktivitas remaja saat berada di tempat wisata. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dimulai dari sebelum pembuatan proposal yaitu bulan September.

b. Kuesioner/Angket

15

Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) 124


(28)

19

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner merupakan metode pengambilan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner berupa daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif (option) jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memlilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya16. Kuesioner dilakukan pada seluruh sampel yaitu sebanyak 94 remaja yang berada di tempat wisata pantai Dalegan. Jumlah sampel tersebut diperoleh dari penghitungan memakai rumus Taro Yamane. Jadi peneliti harus mengetahui dahulu jumlah populasi pada tanggal 6 Desember baru peneliti bisa menghitung berapa sampel yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang valid. Kuesioner disebar oleh peneliti kepada responden pada tanggal 6 Desember 2015.

c. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada remaja yang berada di tempat wisata. Peneliti dalam hal ini berkedudukan sebagai interviewer, mengajukan pertanyaa, menilai jawaban, meminta penjelasan, mencatatat dan menggali pertanyaan lebih dalam. Di pihak lain, sumber informasi (informan) menjawab pertanyaan,

16


(29)

20

memberi penjelasan dan kadang-kadang juga membalas pertanyaan17. Dalam pengumpulan data ini dilakukan dalam bentuk pertanyaan terbuka sehingga didapat informasi yang lebih lengkap dan lebih mendalam. Wawancara dilakukan kepada petugas, pengunjung yang meliputi remaja dan orang tua, anggota karang taruna Desa Dalegan serta para pedagang. Wawancara ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu dimulai dari tanggal 6 Desember 2016. Wawancara dilakukan secara bertahap berbeda dengan penyebaran angket yang hanya dilakukan dalam satu hari saja. d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pencarian data lapangan yang berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya. Peneliti perlu mengambil gambar selama proses penelitian berlangsung untuk memberikan bukti secara real bagaimana kondisi di lapangan terkait permasalahan yang ada lokasi penelitian. Arsip-arsip dan data-data lainnya digunakan untuk mendukung data yang ada dari hasil kuesioner dan wawancara langsung. Dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu foto kondisi di lapangan serta arsip yang dimiliki oleh Desa yang berkaitan dengan profil Desa serta profil tempat wisata.

5. Teknik Analisis Data

a. Analisis Data Kuantitatif

Di dalam penenlitian ini, peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan analisis statistika inferensial. Dalam statistika Inferensial

17


(30)

21

ini, peneliti mencoba menganalisa hasil angket dengan memasukkan rumus secara manual tanpa bantuan aplikasi komputer SPSS, berikut ini rumus-rumus yang digunakan dalam menganalisa hasil angket dengan menggunakan Analisis Statistika Inferensial sebagai berikut :

a) Product Moment, rumus ini digunakan oleh peneliti untuk mencoba mencari korelasi antara dua variabel (Independen dan Dependen) yang di duga ada hubungan logis. Berikut ini rumus Product Moment yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :

=

= √

=

= √

=

b) Regresi, rumus ini digunakan untuk mencari beberapa persen sumbangan variabel Independen kepada variabel Dependen dalam satu keterangan penelitian. Berikut ini rumus regresi yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:

= XY-

= ∑X²-

= ∑ - =


(31)

22

=

 Rumus untuk mencari fungsi Y, sebagai berikut:

Y = + X

Y = .... + ....X

 Rumus untuk mencari Koefisien Determinasi, sebagai berikut: =

 Rumus untuk mencari Standart Error, sebagai berikut: =

= √ ( )

S =

 Rumus Untuk Mencari Uji Signifikasi Estimator

Untuk :

=

= dF = N = 2

Untuk :

=

:

tο < tt = Hο : diterima Ha : diterima


(32)

23

tο > tt = Hο : ditolak Ha : ditolak b. Analisis data kualitatif

Dalam menganalisa data kualitatif, peneliti mengumpulkan data dari informan dengan cara wawancara secara langsung. Data yang diperoleh kemudian direduksi. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Setelah tahap reduksi data, kemudian ke tahap selanjutnya yaitu menganalisa data tersebut. Data hasil kualitatif ini digunakan untuk menyempurnakan data kuantitaif tentang perilaku sosial remaja. Data yang dihasilkan dari wawancara kemudian dianalisis menggunakan teori tindakan sosial Max Weber.

I. Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan

Bab pendahuluan menjelaskan dan membahas diantaranya latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan

Bab II Kajian Teori

Bab ini menjelaskan mengenai definisi konsep dari judul yang telah dipilih oleh peneliti dan landasan teori yang digunakan untuk menganalisa dari permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya


(33)

24

Bab III Penyajian Data

Bab ini menjelaskan tentang definisi umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan pengujian hipotesis

Bab IV Analisa Data

Pada Bab IV ini menjelaskan dan memaparkan tentang argumentasi teoretis terhadap hasil pengujian hipotesis

Bab V Penutup

Pada Bab V ini menjelaskan tentang kesimpulan yang bersifat konseptual dan terkait langsung dengan rumusan masalah, tujuan penelitian dan temuan yang dihasilkan dari penelitian tersebut. Serta menjelaskan saran-saran yang diajukan oleh peneliti berdasarkan pada temuan penelitian, pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian.


(34)

24 BAB II

BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN DAN PERILAKU SOSIAL REMAJA

A. Pengembangan Tempat Wisata

Pengembangan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna20. Pengembangan merupakan suatu proses/aktivitas memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi lebih menarik dan berkembang. Pengembangan pariwisata yaitu usaha untuk meningkatkan atau melengkapi fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan agar merasa nyaman saat berada di tempat wisata.

Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang21.

Wisata mengandung unsur-unsur yaitu kegiatan perjalanan, dilakukan secara sukarela, bersifat sementara, dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagain bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

20

Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2005) 538

21

H. Oka A. Yoeti, Ilmu Pariwisata : Sejarah, Perkembangan, dan Prospeknya (Jakarta : Penerbit Pertja, 1996) 112


(35)

25

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1), yaitu :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

4. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan

5. Usaha Pariwisata adalah segala usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata

6. Kawasan pariwisata kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan

7. Wisata Kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tertentu untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

Menurut Andi Mappi objek wisata dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu22 :

1. Objek wisata alam, seperti : laut, gunung, pantai, danau, cagar alam, dan lain-lain

2. Objek wisata budaya, seperti : tari tradisional, musik tradisional, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan, museum dan lain-lain

3. Objek wisata buatan, seperti : taman bermain, taman kota, taman rekreasi dan lain-lain

22


(36)

26

Dalam membangun objek wisata tersebut haruslah memperhatikan keadaan sosial, ekonomi, budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat serta objek wisata itu sendiri.

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata terdiri dari :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Berdasarkan hal diatas maka objek wisata dapat diklasifikasikan menjadi dua macam wisata yaitu wisata alam dan wisata bauatan manusia. Perkembangan suatu daerah menjadi destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa pernyataan penting, yaitu23 :

1. Attractive to client (menarik pengunjung)

2. Facilities and attractions (fasilitas dan daya tarik) 3. Geographic location (lokasi geografis)

4. Transport link (tersedianya transportasi) 5. Political stability (stabilitas politik)

6. Healthy environment (lingkungan yang sehat)

7. No government restriction (tidak ada larangan pemerintah) Atraksi (objek dan daya tarik) merupakan suatu komponen yang sangat penting karena atraksi merupakan faktor penyebab utama alasan seorang wisatawan mengunjungi suatu daertah tujuan wisata.

23

I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri, Sosiologi Pariwisata. (Yogyakarta : ANDI OFFSET, 2005) 101


(37)

27

Menurut Oka A. Yoeti ada tiga komponen yang dianggap sangat penting antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi dalam industri pariwisata yaitu24 :

1. The Accessibilities of the Destination

Semua faktor yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk dapat berkunjung pada suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata) seperti :

a. Tersedianya prasarana seperti pelabuhan, jalan, jembatan dan terminal

b. Adanya angkutan wisata

c. Adanya penetapan tarif angkutan dan promosi penjualan paket wisata

d. Tersedianya sarana komunikasi yang memadai 2. The Facilities of the Destination

Semua faktor yang dapat memberi atau melayani kebutuhan wisatawan jika sudah datang pada suatu DTW seperti :

a. Penginapan atau hotel dan bentuk akomodasi lainnya b. Rumah makan

c. Pusat hiburan dan sarana rekreasi lainnya d. Pusat perbelanjaan atau toko-toko cenderamata 3. The Tourist Attractions of the Destination

Semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan datang berkunjung pada suatu DTW tertentu seperti :

e. Natural resources seperti flora dan fauna, keindahan alam (natural beauty), pegunungan, pantai, danau, air terjun, dan sebagainya

f. Cultural resources seperti situs-situs peninggalan sejarah, bangunan-bangunan purbakala, candi, pura, monumen, kolesium, muselium, adat istiasat, dan lain-lain

g. Theme Park seperti Disneyland, Taman Impian Jaya Ancol dan sebagainya

Pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan baik itu keuntungan bagi wisatawan maupun keuntungan bagi masyarkat setempat. Berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan mendatangkan manfaat bagi wisatawan maupun masyarakat setempat. Bagi masyarakat setempat manfaatnya dalam hal ekonomi, sosial dan

24


(38)

28

budaya. Namun, jika dalam pengembangannya itu tidak dipersiapkan dan dikelola dengan sangat baik maka dapat juga menimbulkan berbagai permasalahan yang merugikan wisatawan ataupun masyarakat. Maka dari itu untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang secara baik dan berkelanjutan serta mendatangkan manfaat bagi wisatawan maupun masyarakat maka perlu pengkajian secara mendalam terhadap semua sumber dan daya pendukungnya.

Pengembangan kepariwisataan tidak luput dari pembangunan berkelanjutan, menurut Undnag-Undnag No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 5 menyatakan bahwa Pembangunan Obyek dan Daya Tarik Wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola, dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan daya tarik wisata kemudian pasal 6 menyatakan bahwa pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan :

1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya

2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

3. Kelestarian budaya dan lingkungan hidup 4. Kelangsungan pariwisata itu sendiri

Dalam penelitian ini pengembangan wisata di Obyek Wisata Pantai Dalegan dengan keindahan alam yang dimiliki berupa keindahan pantai serta pasir putihnya. Daya tarik wisata merupakan kekuatan untuk


(39)

29

mendatangkan wisatawan. Suatu objek mempunyai potensi untuk menjadi daya tarik wisatawan atau tempat wisata, tetapi untuk membentuk objek tersebut agar memiliki daya tarik maka diperlukan unsur-unsur yang lain seperti aksesibilitas dan fasilitas penunjang serta lingkungan sekitar objek tersebut mendukungnya.

Berdasarkan perilaku wisatawan pada suatu daerah tertentu ada dua macam wisatawan yaitu25 :

1. Sunlut Tourist adalah wistawan yang berkunjung ke suatu daerah dengan tujuan untama untuk beristirahat atau relaksasi, sehingga mereka pada umumnya mengunjungi tenpat wisata dengan mengaharapkan keadaan iklim, fasilitas, dan makanan yang sesuai dengann standar daerahnya.

2. Wanderlust Tourist adalah wisatawan yang perjalanan wisatanya didororng oleh motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru, mengetahui kebudayaan baru, ataupun mengagumi keindahan alam yang belum pernah dilihat.mereka tertarik kepada tempat wisata yang menampilkan keunikan budaya atau pemandangan alam.

Pada dasarnya kunjungan wisatawan merupakan kunjungan untuk mencari kesenangan dan kepuasan sehingga harus didukung oleh ketersediaan akomodasi yang memadai. Wisatawan cenderung akan tertarik dengan fasilitas akomodasi yang lengkap yang bisa mendukung aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan. Selain itu, peningkatan kualitas

25

I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri, Sosiologi Pariwisata. (Yogyakarta : ANDI OFFSET, 2005), 56.


(40)

30

pelayanan dan kenyamanan juga perlu diperhatikan agar wisatawan merasa senang dan puas dengan tempat wisata yang dikunjungi.

Menurut Ryan dalam Pitana dan Gayatri menyebutkan beberapa faktor pendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wista yaitu :

1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari

2. Relaxation. Keinginan untuk pwnywgaran, yang juga berhubungan dengan motivasi melepaskan kejenuhan atas aktivitas sehari-hari

3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan melepas diri sejenak dari berbagai urusan yang serius

4. Strengthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks melakukan perjalanan wisata bersama-sama, karena kebersamaan sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari

5. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi dengan mengunnungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial


(41)

31

6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi

7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual

8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain atau daerah lain, atau mengetahui kebudayaan etnis lain

9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru

10.Wisha-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang lama telah dicita-citakan sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat agar bisa melakukan perjalanan. Pariwisata merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya karena aktivitas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif, mneghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme. Dengan didukung waktu luang maka aktivitas kepariwisataan akan semakin meningkat. Oleh karena itu program pengembangan obyek wisata merupakan hal yang sangat penting demi meingkatnya kualitas obyek wisata dan meningkatnya


(42)

32

jumlah pengunjung yang berkunjung ke tempat wisata tersebut. Pengembangan pariwisata sendiri tidak lepas dari usaha pembangunan, pengembangan pariwisata adalah suatu bentuk pembangunan dari yang belum ada menjadi ada, dan yang sudah ada menjadi lebih baik dan berkualitas sehingga akan berdampak ke hal-hal yang positif baik itu untuk masyarakat sekitar maupun untuk wisatawan.

B. Perilaku Sosial Remaja

Perilaku sosial adalah suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial dan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang meliputi sikap dan tindakan26.

Perilaku sosial menurut Abu Ahmadi adalah suatu kesadaran individu yang menetukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial dan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang meliputi sikap dan tindakan27

Perilaku yang ada pada individu itu tidak muncul dengan sendirinya, tetapi perilaku yang diakibatkan dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu tersebut28.

Faktor pembentuk perilaku sosial menurut Baron dan Byrne ada empat faktor yaitu29 :

26

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999), 163.

27

Abu Ahmadi Psikologi Sosial (Jakarta : PT. Rineka Cipta, . 1999) 163

28

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta : Andi Offset, 2002), 9.

29


(43)

33

a. Perilaku dan karakter orang lain

Perilaku atau reaksi kita terhadap orang lain dapat dipengaruhi oleh perilaku orang lain, bahkan ketika kita tidak menyadarinya karena perilaku orang lain akan pemikiran sosial kita dan diwujudkan dalam bentuk perilaku. Jika seseorang berada dalam lingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki karakter pekerja keras maka ada kemungkinan besar seseorang tersebut akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang yang memiliki karakter pekerja keras yang ada dalam lingkungan pergaulannya. Penampilan orang lain juga akan mempengaruhi perilaku sosial kita. Perilaku yang kita tujukan kepada orang yang berpenampilan rapi dan berdasi akan berbeda dengan perilaku yang ditujukan kepada orang yang berpenampilan tidak rapi. Dalam berperilaku kita tidak dapat mengabaikan penampilan orang lain.

b. Proses-proses Kognitif

Ingatan, pemahaman dan pertimbangan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi dasar kesadaran sosial akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Proses-proses kognitif memainkan peran penting dalam perilaku sosial. Untuk memahami perilaku manusia dalam situasi sosial, maka harus memahami pemikiran mereka tentang situasi tersebut. Misalnya, seseorang membatalkan janji dikarenakan adanya musibah yang menimpanya maka


(44)

34

perilaku yang kita tujukan tidak terlalu kesal, karena kita dapat memahami situasi tersebut.

c. Faktor Lingkungan Fisik

Lingkungan alam dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Perilaku seseorang yang berada dalam cuaca panas dan lembab akan berbeda dengan perilaku seseorang yang berada dalam cuaca sejuk dan nyaman. Seseorang yang berada dalam cuaca panas akan lebih mudah marah jika dibanding dengan seseorang yang berada dalam cuaca dingin.

d. Konteks Budaya

Istilah budaya mengacu pada sistem yang dibagi atau dipahami bersama, persepsi, dan keyakinan yang dimiliki oleh orang-orang dalam kelompok tertentu. Perilaku sosial dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya. Bergesernya definisi budaya cantik bertubuh padat berisi ke definisi budaya cantik bertubuh kurus. Banyak sekarang para perempuan melakukan berbagai cara agar tubuhnya menjadi kurus layaknya model.

Sedangkan menurut Ary H. Gunawan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian atau tingkah laku seseorang, yaitu30 :

1. Faktor Sosiologis

Perubahan tingkah laku atau perilaku seseorang bisa terjadi dikarenakan pengaruh lingkungan sosialnya, misalnya dalam

30


(45)

35

lingkungan pergaulannya. Misalnya bergaul dengan anggota perampok, bisa menjadi penjahat, berbuat maksiat dan sebagainya. 2. Faktor Biologis

Keadaan biologis seseorang bisa turut mempengaruhi perkembangan kepribadian atau tingkah laku seseorang. Misalnya, seseorang yang memiliki cacat fisik jasmani maka biasanya akan berdampak pada seseorang tersebut seperti memiliki rasa rendah diri, pemalu, pendiam dan enggan bergaul.

3. Faktor Lingkungan dan Fisik

Faktor lingkungan fisik dapat mempengaruhi tingkah laku atau kepribadian seseorang. Misalnya orang yang berada di daerah pegunungan umumnya berani, sedangkan orang yang berasal dari daerah tandus biasanya keras dan ulet

4. Faktor Budaya

Misalnya seseorang yang berada dalam lingkungan budaya yang mengutamakan penghormatan terhadap orang lain, maka budaya tersebut akan mempengaruhi tingkah laku atau kepribadian seseorang.

5. Faktor Psikologis

Tingkah laku atau kepribadian seseorang bisa juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, misalnya dorongan, minat, tempramen dan sebagainya.


(46)

36

Selain faktor-faktor pembentuk perilaku sosial diatas, perilaku sosial juga dapat dipengaruhi oleh persepsi sosial31. Dalam hubungan sosial, persepsi sosial dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir seseorang agar mudah dalam mengatur suatu hubungan dengan orang lain. Mengetahui orang lain secara akurat akan sangat berguna untuk mengatur hubungan dalam berinteraksi, baik dimasa sekarang atau di masa yang akan datang. Tetapi persepsi dapat juga menimbulkan permasalahan apabila melakukan kesalahan persepsi. Kesalahan persepsi dikarenakan terlalu sempitnya sudut tinjauan seseorang dalam memahami dan menilai orang lain.

Pada masa remaja adalah masa dimana untuk mencoba hal-hal yang baru menurut mereka yang bersifat menantang, karena hal-hal baru yang dialami oleh remaja menunjukkan tanda-tanda kedewasaan.

Menurut Santrok masa remaja (adolescence) adalah periode peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa dewasa awal, memasuki masa ini sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja dimulai dengan perubahan fisik yang cepat, pertambahan tinggi dan berat badan yang dramatis, perubahan kontur tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis dan wajah, dan pembesaran suara. Pencarian indentitas dan kebebasan merupakan ciri utama periode ini.

31


(47)

37

Makin banyak waktu yang dihabiskan di luar keluarga atau rumah. Pikiran menjadi lebih abstrak, idealis, dan logis32.

Keragaman perilaku sosial yang ditampilkan oleh remaja merupakan manifestasi dari pengaruh yang melatar belakanginya, artinya keunikan perilaku itu disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat menimbulkan perilaku demikian.

Menurut Sarlito masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan masa sebelumnya dan sesudahnya. Ada tida tahap perkembangan remaja33 :

1. Remaja Awal

Pada tahapan ini remaja masih terheran-heran dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Pada tahap ini para remaja sulit dimengerti oleh orang dewasa

2. Remaja Madya

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Mereka sangat senang jika bersama teman-teman. Ada kecenderungan mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-temannya yang memiliki sifat yang sama dengan dirinya.

32

John W. Santrok, Perkembangan anak (Jakarta : Erlangga, 2007), 20.

33


(48)

38

3. Remaja Akhir

Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi d. Sikap keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan

orang lain

e. Tumbuh pembatas yang memisahkan diri pribadinya dengan masyarakat umum

Remaja merupakan golongan transisional, artinya keremajaan gejala sosial bersifat sementara karena remaja berada diantara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya itu mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya.

A. Teori Tindakan Sosial Max Weber

Dalam penelitian ini, peneliti memilih paradigma definisi sosial. Menurut Veeger yang dikutip oleh Wirawan bahwa paradigma definisi sosial berbeda dengan paradigma fakta sosial. Analisa paradigma ini menitikberatkan pada tindakan yang berdasarkan atas kesadaran penuh seseorang atau tindakan dari proses berpikir individu. Dalam merancang dan mendefinisikan makna dan interaksi sosial, individu berperilaku dengan bebas tetapi tetap dibawah pengaruh bayang-bayang struktur sosial


(49)

39

dan pranata dalam masyarakat. Fokus perhatian dalam paradigma ini yaitu pada individu dengan tindakannya itu34.

Para pengunjung yang berada di tempat wisata tidak hanya dari masyarakat tertentu saja, tetapi masyarakat dari berbagai daerah dan tentunya setiap daerah memiliki norma dan aturan yang berbeda-beda. Di tempat wisata sendiri pun memiliki aturan tersendiri yang seharusnya aturan itu di laksanakan dengan semestinya. Pengunjung yang ada di tempat Wisata Pantai Dalegan memiliki tujuan masing-masing, berbagai perilaku dapat ditemui disana. Para pengunjung berperilaku sesuai dengan keinginannya, tidak sedikit juga para pengunjung yang berperilaku diluar norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Misalnya para remaja yang memanfaatkan tempat wisata ini sebagai tempat yang aman dalam melakukan hal-hal yang dilarang dalam masyaralat pada umumnya, bermesraan di tempat umum dan berpakaian yang memamerkan auratnya. Norma dan nilai yang ada dalam masyarakat tidak akan berjalan secara lancar apabila dalam proses sosialisasi individu dalam masyarakat tersebut tidak benar-benar mengerti dan memahami dengan baik dan benar mengenai norma dan nilai tersebut.

Tokoh utama dalam paradigma ini adalah Max Weber. Tindakan sosial merupakan salah satu teori dalam paradigma definisi sosial. Dalam analisisnya tentang tindakan sosial (social action), Max Weber memperkenalkan konsep tentang makna suatu tindakan.

34

Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013),95.


(50)

40

Konsep tindakan sosial menjadi salah satu konsep dasar yang sangat penting dalam sosiologi. Bermula dari perbedaan definisi tentang tindakan sosial inilah muncul berbagai aliran dalam sosiologi. Hal ini disebabkan karena konsep ini berpengaruh terhadap teori selanjutnya35.

Max Weber sebagai pengemuka dari paradigma definisi sosial mengartikan bahwa sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan individu yang tindakannya itu memiliki makna subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Jika tindakan individu tersebut diarahkan kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang lain bukan merupakan tindakan sosial. Jadi tindakan manusia itu penuh dengan arti36.

Tindakan yang dilakukan oleh individu tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, walaupun dalam masyarakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial yang dapat membentuk tindakan sosial.

Tidak semua tindakan para pengunjung Wisata Pantai Dalegan sesuai dengan norma dan nilai yang telah diperolehnya di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Misalnya Para orang tua yang seharusnya menjaga dan selalu mengawasi anaknya yang masih kecil bermain di laut,

35

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1986), 76.

36

George Ritzer Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2003), 44.


(51)

41

tetapi ada beberapa orang tua yang membiarkan anaknya bermain sendiri sedang ia hanya duduk-duduk santai di gazebo ataupun di tikar yang telah disediakan oleh pedagang yang menyewakan tikar. Walaupun demikian tindakan yang dilakukan oleh orang tua tersebut memiliki arti subyektif bagi dia. Mendidik anak agar terbiasa mandiri adalah salah satu alasan membiarkan para anaknya bermain sendirian.

Para remaja yang berada di Wisata Pantai Dalegan banyak yang datang berkelompok dengan teman-temannya dan berpasang-pasangan dengan kekasihnya. Mereka saling berinteraksi. Hal itu dapat terlihat dari para remaja tersebut bercakap-cakap satu sama lain, berfoto-foto serta berpacaran. Warung kopi yang ada di tempat wisata kebanyakan di penuhi oleh para remaja laki-laki. Mereka terlihat menikmati kopi sambil bercakap-cakap dan bermain catur. Tindakan sosial yang mereka lakukan itu ada beberapa tindakan yang melanggar norma masyarakat dan ada juga yang tetap menjalankan norma yang ia tahu walaupun dia berada di tempat wisata.

Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. juga dapat berupa

tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin


(52)

42

tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu37.

Sehingga semua jenis tindakan yang terkait dan ditujukan atau diarahkan kepada orang lain dengan memiliki sebuah tujuan tertentu dinamakan tindakan sosial. Tindakan tersebut bisa jadi dikarenakan salah satu faktor situasi.

Kebanyakan para pengunjung tempat Wisata Pantai Dalegan ini datang tidak sendirian. Tindakan yang mereka lakukan jelas ditujukan kepada seseorang yang datang bersamanya ataupun ditujukan kepada pengunjung lain ataupun kepada para pedagang yang ada di tempat wisata. Situasi adalah salah satu faktor seseorang bertindak sedemikian. Tempat wisata yang memang pada umumnya di manfaatkan oleh seseorang sebagai tempat untuk bersenang-senang, oleh para remaja banyak yang memanfaatkan situasi tempat wisata sebagai tempat kebebasan dalam bertindak yang menurut mereka tindakan tersebut wajar dilakukan oleh para remaja pada umumnya, seperti berpegangan tangan dan berpelukan di tempat umum.

Ada lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi dalam hal tindakan sosial dan antar hubungan sosial yaitu38 :

37

George Ritzer Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2003), 45.

38

George Ritzer Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2003), 39.


(53)

43

1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif

3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

Selain kelima ciri pokok tersebut, menurut Max Weber tindakan sosial dapat juga dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang. Weber membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. Konsep perilaku di maksudkan sebagai perilaku otomatis yang tidak melibatkan proses pemikiran. Stimulus datang dan perilaku terjadi, dengan sedikit saja jeda antara stimulus dengan respon. Perilaku semacam itu tidak menjadi minat sosiologis Weber. Ia memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan peroses pemikiran (dan tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus dengan respon. Secara agak berbeda, tindakan terjadi ketika individu melekatkan makna subyektif pada tindakan mereka.

Para pengunjung sebelum melakukan kunjungan maka dia akan berpikir terlebih dahulu apa yang akan mereka lakukan pada saat di tempat wisata karena para pengunjung tersebut memiliki tujuan masing-masing dan memiliki makna tersendiri bagi tempat wisata. Hal itu dapat terlihat dari berbagai macam tindakan sosial dan interaksi sosial yang terjadi. Ada


(54)

44

pengunjung yang hanya duduk-duduk santai sambil ngobrol dan menikmati makanan, ada yang berfoto-foto, ada yang bermain-main di laut, ada yang bermain-main pasir, dan ada tak sedikit pula yang berpacaran di tempat wisata. Semua tindakan sosial tersebut memiliki makna subyektif bagi pelakunya dan orang lain.

Dalam teori tindakannya tujuan weber adalah untuk memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan, dan buka pada kolektifitis, tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif karena hadir sebagai perilaku seseorang atau beberapa orang. Weber mengakui bahwa untuk beberapa tujuan mungkin harus memerlukan kolektifitas sebagai individu, namun menafsirkan tindakan subjektif dalam karya sosiologi, kolektifitas-kolektifitas ini harus di perlukan semata-mata sebagai resultas dan mode organisasi dari tindakan individu tertentu, karena semua itu dapat diperlukan sebagai agen dalam tindakan yang dpat dipahami secara subjektif. Weber hampir tidak dapat mengelak lagi bahwa sosiologi tindakan pada akhirnya terkutat pada individu, bukan kolektifitas39.

Max Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu40 :

1. Tindakan rasional instrumental (Zwerk Rational)

39

George Ritzer Teori Sosiologi Modern (Jakarta : Kencana, 2014), 136-137.

40

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1986), 220.


(55)

45

“tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari

tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri (zweck rational) apabila tujuan itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif41”

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. individu memiliki tujuan yang yang bermacam-macam yang diinginkannya, kemudian untuk mencapai tujuan tersebut individu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan yang diingunkannya tadi.

Misalnya seorang pengunjung yang memiliki hobi fotografer dan dalam kunjungannya memiliki tujuan untuk mendapatkan foto yang bagus, maka ia membeli kamera SLR agar mengahsilkan foto yang baik sesuai dengan keinginannya. Tindakan tersebut telah dipertimbangkan dengan matang agar dia dapat mencapai tujuan tertentu.

2. Tindakan rasional yang berorientasi nilai (Werk Rational)

“nilai-nilai akhir bersifat nonrasional dalam hal di mana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif

41


(56)

46

mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Lebih lagi komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai kegunaan (utility), efisiensi, dan sebagainya tidak relevan. Juga orang tidak memperhitungkannya (kalau nilai-nilai itu benar-benar bersifat absolut) dibandingkan dengan nilai-nilai seperti itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada”42.

Tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungaanya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Individu beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat, tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh individu.

Misalnya seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika sedang mengantri di kamar mandi umum. Artinya tindakan sosial tersebut telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial yang ia miliki.

3. Tindakan Tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional Action)

Dalam tindakan tradisional ini, individu memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak

42

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1986), 221.


(57)

47

individu yang telah lazim dilakukan. Individu melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang ada dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau perencanaan terlebih dahulu tentang tujuan dan cara yang akan ia gunakan.

4. Tindakan afektif/tindakan yang dipengaruhi oleh emosi (Affectual Action)

Tindakan afektif ini lebih didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan ini bersifat spontan, tidak rasional dan merupakan sebuah ekspresi emosional dari individu.

Misalnya tindakan percintaan di tempat wisata yang dilakukan oleh dua remaja yang sedang dimabuk asmara yang menjalin hubungan kasih sayang. Tindakan tersebut biasanya terjadi dikarenakan rangsangan dari luar yang bersifat otomatis.

“Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang berusaha memperoleh pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial agar dengan demikian bisa sampai ke suatu penjelasan kausal mengenai arah dan akibat-akibatnya. Dengan tindakan simaksudkan semua perilaku manusia, apabila atau sepanjang individu yang bertindak itu memberikan arti subyektif kepada tindakan itu. Tindakan itu disebut sosial karena arti subyektif tadi dihubungkan dengannya oleh individu yang bertindak, memperhitungkan perilaku orang lain dan karena itu diarahkan ke tujuannya43.

43

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1986), 214.


(58)

48

Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial, sedangkan Durkheim melihat kenyataan sebagai sesuatu yang mengatasi individu, berada pada sutau tingkat yang bebas. Durkheim mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari fakta sosial yang bersifat eksternal, memaksa, dan fakta sosial harus dijelaskan dengan fakta sosial lainnya. Durkheim memiliki posisi yang umumnya berhubungan dengan realisme sosial, artinya masyarakat dilihat sebagai sesuatu yang riil, berada secara terlepas dari individu-individu yang yang berada di dalam masyarakatnya dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsipnya sendiri tanpa harus bertindak yang mencerminkan maksud-maksud individu yang sadar44.

Sebaliknya Weber berpendirian bahwa hanya individu-individulah yang riil secara obyektif, dan bahwa masyarakat hanyalah satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu-individu. Namun Weber juga mengakui bahwa pentingnya dinamika-dinamika kecenderungan sejarah yang besar dan pengaruhnya terhadap individu. Arti subyektif sangat penting dalam definisi Weber.

Tempat Wisata Pantai Dalegan merupakan salah satu tempat umum, jadi siapa saja boleh mengunjungi tempat tersebut. Individu-individu yang ada di tempat wisata pun tetap membutuhkan orang lain, sehingga mereka bisa disebut dengan masyarakat tempat wisata pada saat itu juga. Setiap tindakan sosial yang dilakukan oleh para pengunjung akan memiliki maksud atau makna tertentu dan memungkinkan tindakan tersebut dapat mempengaruhi tindakan orang lain.

44


(59)

49

Seperti yang telah diungkapkan oleh... bahwa dia berpacaran di tempat wisata karena sering melihat pasangan lain berpacaran di tempat wisata tersebut, sehingga ada keinginan untuk melakukan tindakan yang serupa di tempat wisata. Hal itu lebih jelasnya akan dipaparkan di bab selanjutnya. Individu-individu yang berada di tempat wisata berkumpul sehingga membentuk suatu masyarakat walaupun mereka memiliki motivasi tersendiri dan memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan tindakan sosial.

Sosiologi berhubungan dengan tindakan apabila tindakan tersebut mengandung/memiliki makna-makna. Ada dua tipe makna pertama, makna yang sebenarnya ada dalam kausu konkrit, kedua tipe murni yang dibentuk secara teoretis dan dikenal dengan pelaku-pelaku hipotesis. Makna yang dimaksud adalah makna yang terkandung dalam arti subyektif, bukan makna yang harus merujuk pada suatu makna yang benar secara objektif45.

45


(1)

100

bersifat afektif, dimana remaja menginginkan kesenangan yang berasal

dari perasaannya.

Berbicara mengenai perilaku afektif di tempat wisata maka

banyak hal yang dapat kita temukan yang semuanya tidak terlepas dari

perilaku menyimpang, perilaku yang semestinya tidak boleh dilakukan

di tempat umum. Namun fakta yang ada para remaja tersebut seakan

menjadikan Wisata Pantai Dalegan sebagai tempat favorit untuk

bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Sebagian para remaja memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang

masih terbilang baru seperti gazebo dan Wifi sebagai alasan

berkunjung mereka dan hal itu bagi sebagain remaja mampu merubah

perilaku sosialnya. Walaupun tidak semua perilaku remaja tersebut

dikarenakan fasilitas tempat wisata yang demikian. Faktanya mereka

bertindak sesuai dengan apa yang mereka inginkan tidak peduli bahwa


(2)

BAB V PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian dari penelitian, yang akan dicantumkannya

kesimpulan serta saran yang telah disususn oleh peneliti dari hasil penelitian di

lapangan.

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti

diungkapkan bahwa ternyata berkembangnya tempat wisata pantai

Dalegan terhadap perilaku sosial remaja di Desa Dalegan Kecamatan

Panceng Kabupaten Gresik sangat tidak berpengaruh secara signifikan

( = 0,132).

Perkembangan tempat wisata pantai Dalegan saat ini tidak mampu

membuat perilaku sosial para remaja menjadi lebih baik. Hal itu dapat

dibuktikan dengan hasil penelitian kualitatif yang mendukung hasil

penelitian kuantitatif yang menyatakan bahwa banyak perilaku sosial

remaja yang menyimpang yang ditemukan di tempat wisata panti Dalegan.

Hasil tabel deskriptif yang menyatakan bahwa para remaja

mengaku pernah melihat pasangan remaja lain berpacaran di tempat

wisata. Berbagai tindakan sosial para remaja dapat ditemui di tempat

wisata, dari hasil wawancara menunjukkan bahwa lebih banyak para


(3)

102

untuk berpacaran dan bermesraan bersama dengan pasangannya. Jadi

pasangan remaja tersebut lebih memilih memanfaatkan tempat wisata

sebagai tempat untuk berbuat pacaran atau tindakan sosial bersifat negatif

daripada memanfaatkan tempat wisata sebagai tempat rekreasi atau

tindakan sosial bersifat positif.

B. Saran dan Kritik

Setelah menyelesaikan proses penelitian ini, terdapat beberapa

saran yakni sebagai berikut :

1. Bagi Pengelola Tempat Wisata :

a. Pengawasan di dalam tempat wisata lebih diperketat

b. Harus ada papan pengumuman larangan berbuat mesum di

tempat wisata

c. Tempat strategis untuk pacaran dihilangkan

d. Adanya aturan-aturan yang jelas ketika berada di tempat

wisata

2. Bagi Pengunjung dan kalangan umum :

a. Jika bertindak setidaknya setiap individu perlu berpikir

dahulu sehingga tindakannya tersebut tidak berdampak

negatif terhadap orang lain

b. Selalu perhatikan aturan-aturan dimanapun berada agar


(4)

103

c. Norma dan nilai dalam masyarakat harus benar-benar

dipahami dan dilaksanakan

d. Sikap egois yang ada dalam diri sebaiknya dihilangkan

karena sifat itu akan berdampak buruk bagi diri sendiri

dan orang lain. Jika sifat egois itu selalu dipupuk dalam

diri maka bisa jadi akan mengakibatkan konflik sosial

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Jangan pernah putus asa dalam mengerjakan suatu

pekerjaan apapun, selalu nikmati setiap pekerjaan yang

dilakukan dan kerjakan semaksimal mungkin agar tercapai


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1999

Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010

Creswell, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gunawan, Ary H. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2001

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: CV. Andi Offset.2004

Hanurawan, Fattah. Psikologi Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010

Hasan, Alwi dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional. 2005

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Kencana, 2011

I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri, Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : ANDI

OFFSET, 2005

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Prenada Media Group. 2011

Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. 1986

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, psikologi remaja. Jakarta : PT Bumi

Aksara, 2006

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT

Raja Grafindo. 2003


(6)

Sammeng, Andi Mappi. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka. 2001

Santrok, John W. Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga. 2007

Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2002

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta, 2012

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatig dan R&D. Bandung : Alfabeta

, 2012

Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Pramedia Group,

2013

Syahrial Sarbaini dan Rusdiyanta. Dasar-dasar Soiologi. Yogyakarta: Graha

Ilmu. 2013

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset, 2002

Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group. 2013

Yoeti, Oka A. Ilmu Pariwisata: Sejarah, Perkembangan, dan Prospeknya.

Jakarta: Penerbit Pertja. 1996

Yoeti, Oka A. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa. 1998

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

http://.m. kompasiana.com diakses pada tanggal 08/12/2015 pada pukul 13.00