Eksistensi jamu tradisional di tengah masyarakat Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep dalam pandangan teori tindakan sosial Max Weber.

(1)

EKSISTENSI JAMU TRADISIONAL DI TENGAH

MASYARAKAT DESA BRAGUNG KECAMATAN

GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DALAM PANDANGAN

TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

FITRIYANI

B75213045

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Fitriyani, 2017, Eksistensi Jamu Tradisional Di Tengah Masyarakat Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Dalam Pandangan Teori Tindakan Sosial Max Weber. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Eksistensi, Jamu Tradisional, Tindakan Sosial

Permasalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan masyarakat desa Bragung terhadap jamu tradisional dan bagaimana upaya masyarakat desa Bragung dalam melestarikan jamu tradisional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan sosial max weber.

Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Pandangan masyarakat Bragung tentang jamu tradisional; a) Masyarakat Bragung masih percaya akan kemujaraban jamu tradisional bagi kesehatan mereka, b) Masyarakat Bragung memandang jamu tradisioanal sangat penting dan baik untuk dikonsumsi guna membantu menjaga dan mengobati untuk kesehatan mereka. 2) Upaya masyarakat Bragung dalam melestarikan jamu tradisional; a) Memperkenalkan jamu tradisional itu seperti apa, manfaatnya apa dan baik tidaknya untuk kesehatan, b) Di desa Bragung ada satu lembaga yang melestarikan dan menyediakan jamu tradisional untuk kebutuhan masyarakat Bragung akan jamu tradisioanal. Lembaga tersebut adalah Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah dan kepala desa serta perangkat-perangkatnya juga ikut mendukung dalam proses pelestariannya, baik itu dari segi materi maupun lainnya. Selain itu, tidak ada kecemburuan dari pihak rumah sakit, bahkan pihak rumah sakit juga ikut mensuport, c) Mengajarkan kepada anak-anaknya agar di masa depan kelak, anak-anak mereka mengenal jamu tradisional dan mengkonsumsi, tidak tergantung pada obat kimia


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Obat adalah unsur penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan, oleh karena itu diperlukan obat dalam jumlah dan jenis yang cukup dengan kebutuhan masyarakat Indonesia agar dapat bermanfaat untuk menunjang taraf hidup. Salah satu obat yang dibutuhkan selain obat sintesis adalah obat tradisional yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Obat tradisional ternyata juga merupakan bagian penting dalam upaya menjaga dan memulihkan kesehatan masyarakat, karena berasal dari alam maka efek samping yang ditimbulkan tak setinggi obat-obatan sintesis.

Pada dasarnya pemakaian obat tradisional mempunyai beberapa tujuan diantarnya adalah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Obat tradisional juga merupakan warisan budaya dan diinginkan dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mencapai hal itu perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan, dan standar kualitasnya.1

1

Ana Hidayati, Dyah Aryani Perwitasari, Persepsi Pengunjung Apotek Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Alternatif Pengobatan Di Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, (Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat


(8)

2

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangasa yang harus perlu terus dilestarikan dan dikembangakan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk menungkatkan perekonomian rakyat. untuk dapat ikut meningkatkan pelayanan dan peningkatan pemerataan obat-obatan tradisional maka perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri. selama ini industri jamu ataupun obat-obatan tradisional bertahan tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri farmasi.

Jamu tradisional merupakan obat yang diracik secara tradisional dengan bahan-bahan yang diperoleh dari alam seperti tumbuhan yang memilik khasiat yang sama dengan obat-obatan sintesis, obat tradisional tak kalah mujarabnya dengan buatan pabrik dan sangat berguna untuk kesehatan. Saat ini banyak pabrik yang memproduksi jamu tradisional dalam bentuk kemasan sehingga sangat praktis dan mudah digunakan agar tak membuat konsumen kesulitan menggunakannya. Tapi sebagian besar orang masih sering membuat jamu tradisional dengan racikan sendiri, karena memang bahan yang dipakai mudah ditemukan dan cara membuatnyapun juga tidak ribet seperti membutuhkan banyak alat. Hal ini sudah turun temurun dilakukan karena jamu tradisional ini merupakan warisan nenek moyang yang sudah sejak dulu diyakini oleh masyarakat mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan sampai saat ini masyarakat luas masih meyakini dan mengkonsumsinya. Karena bukan hanya satu-dua penyakit yang bisa disembuhkan oleh jamu tradisional ini, tetapi sudah


(9)

3

banyak penyakit dan banyak pula yang sudah terbukti bisa disembuhkan oleh jamu tradisional dengan bahan dan takaran tertentu.

Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat sudah merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Ini dapat di lihat dengan banyaknya jenis-jenis tumbuhan yang dapat di manfaatkan sebagai obat. Pemanfatan tanaman obat sudah di gunakan dari zaman ke zaman, seperti (1) Mesir kuno, 2500 tahun sebelum Masehi, para ahli kesehatan/pengobatan selalu memanfaatkan tanaman-tanaman obat, bahkan telah dihimpun catatan-catatannya yang terkenal dengan Papyrus Ehers, kini disimpan di Universitas Leipzig Jerman. (2) Yunani Kuno, misalnya Hyppocrates (466 tahun Sebelum Masehi) seorang dokter/tabib pada waktu itu telah banyak memanfaatkan : Konium, kayu manis, hiosiamina, gentiana, gom arab, mira, bunga kamil,dan lain lain sebagai bahan-bahan pengobatan pasien-pasiennya dan ternyata sangat mujarab. (3) Otto Brunfels, seorang ahli botani Jerman telah menulis buku Herbarium Vivae Icones sekitar abad ke-16, merupakan buku pertama yang memuat gambar-gambar tanaman, sedang pada tahun 1737 Linaeus, seorang ahli botani Swedia telah berhasil pula menerbitkan buku Genera Plantarum, yang selanjutnya buku-buku tersebut menjadi buku pedoman utama sistematik botani. (4) Martius dalam bukunya yang berjudul Grundriss der Parmakognosie des Pflanzenreicies telah berhasil mengolong-golongkan tanaman-tanaman obat menurut segi morfologi, dan dengan demikian tanaman-tanaman tertebut dapat diketahui kemurniannya. (5) Egon Stahl, seorang ahli


(10)

4

tanaman obat Jerman, berhasil mengemukakan hasil-hasil penelitian zat-zat yang terkandung dalam tanaman-tanaman obat.2

Berbicara mengenai jamu tradisional, bukan hanya masyarakat pedesaan atau yang menurut Max Weber masyarakat yang masih percaya akan tahayul saja yang meyakini keampuhan dan mengkonsumsi obat tradisuional ini, namun masyarakat perkotaan atau modern juga telah mengakui bahkan tak jarang malah masyarakat kota juga menjadikan obat tradisional sebagai pilihan utama saat sedang dirundung sakit.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa pengobatan modern masuk ke Indonesia seiring dengan ekspansi Negara Barat ke negara-negara Timur. Kedokteran modern mulai memasuki desa hingga ke pelosok desa dan mulai mengalahkan pengobatan tradisional. Lembaga-lembaga kesehatan modern seperti dokter, rumah sakit, obat modern dan lain-lain semakin berkembang. Pendidikan modern juga mengajarkan bahwa pengobatan modern adalah pengobatan yang terbaik. Peraturan dan kebijakan negara melegitimasi bahwa metode pengobatan yang diakui adalah pengobatan modern. Keberadaan dukun dan praktik pengobatan tradisional semakin tersisih.

Hal yang sangat menarik diungkap Weber bahwa adanya proses rasionalisasi sama sekali tidak berarti bahwa masyarakat modern-begitu juga individu-individu modern-lebih rasional dan berpengetahuan dari pada masyarakat nonindustrial. Weber menunjukkan bahwa dalam

2

Dina Naemah, Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Bagi Masyarakat Dayak di Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, (Fakultas Kehutanan Universitas Lambung


(11)

5

kenyataannya, individu-individu atau populasi masyarakat modern yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai cara memandang dunia dan menuntun perilaku sangat terbatas pada kalangan elit terdidik yang biasa bergelut dengan ilmu pengetahuan. Sementara sebagian besar populasi masyarakat modern bisa jadi justru lebih “bodoh” dari pada masyarakat primitif.3

Namun, situasi dan kondisi yang terjadi di negara kita Indonesia akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya pergantian pola konsumsi obat pada masyarakat, antara lain dalam hal penggunaan obat tradisional sebagai salah satu obat alternatif dalam pengobatan di lingkungan masyarakat. Hampir semua pengguna obat tradisional beranggapan bahwa selain murah obat tradisional mempunyai efek samping yang lebih kecil dari obat sintesis selain itu makin banyaknya variasi obat tradisional yang ditawarkan lengkap dengan seabreg khasiatnya. Dan tentang seruan kembali ke alam atau bahasa kerennya ”back to nature” menjadi bahan pembicaraan yang penting dan mampu menghegemoni orang untuk kembali mengkonsumsi barang-barang yang berbau alam atau tradisional.

Seiring dengan semakin dirasakannya manfaat penggunaan obat tradisional masyarakat sendiri sudah mampu menilai bahwa obat tradisional memang tak kalah saing dengan obat-obatan sintesis, daya jualnya pun juga bisa dikatakan lebih laku meski pada daerah-daerah tertentu. Hingga saat ini pemanfaatan produk bahan alam untuk


(12)

6

pemeliharaan kesehatan mulai mengalami peningkatan, penguna produk bahan alam sangat bervariasi dari masyarakat pedesaan hingga perkotaan. Beberapa pemikiran inilah perlu dilakukan pengamatan mengenai penggunaan dan pengelolaan produk bahan alam dalam hal ini adalah obat tradisional.

Kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam dalam memelihara kesehatan tubuh dengan memanfaatkan obat bahan alam yang tersedia melimpah menjadikan jamu sebagai alternatif utama untuk dikonsumsi. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan mengkonsumsi jamu antara lain: mencegah penyakit, meningkatkan kecantikan wanita serta menjaga kelangsingan tubuh. Kebiasaan minum jamu bukanlah hal asing bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa dan Madura. Banyak masyarakat yang mengkonsumsi jamu namun tidak banyak masyarakat yang paham cara mengkonsumsi jamu. Kebanyakan masyarakat masih asal-asalan dalam mengkonsumsi jamu sehingga terkesan over dosis.

Seperti di Desa Bragung Guluk-Guluk Sumenep Madura yang mana masyarakatnya masih percaya terhadap kemujaraban obat tradisional ini, dan mereka memang lebih percaya obat tradisional daripada obat-obatan sintesis, meski di Desa Bragung sendiri sudah ada bidan-bidan dan puskesmas terdekat. Mereka lebih memilih memakai obat tradisional dibanding pergi ke apotek untuk membeli obat produk pabrikan, mereka tak akan pergi ke dokter atau rumah sakit selama masih bisa disembuhkan oleh obat-obatan tradisional ini. Meskipun telah banyak obat generic yang


(13)

7

beredar dengan harga murah, alih-alih malah gratis didapatkan, namun mereka masih percaya pada kemujaraban dan dan efek samping yang ditimbulkan lebih ramah pada tubuh dari pada obat yang diolah oleh pabrik. Misalnya, jika terserang diare maka daun jambu merahlah yang digunakan sebagai obatnya, diolah dengan cara ditumbuk lalu diperas dengan air dan diminum, meski pahit tetapi mujarabnya minta ampun.

Hal inilah yang menjadi ketertarikan peneliti untuk mengkaji lebih lanjut masalah obat tradisional tersebut. Bagaimana dampaknya, pandangan masyarakat dan animo masyarakat terhadap obat-obatan tradisional ini dan bagaimana upaya masyarakat melestarikan jamu atau obat-obatan tradisional agar tetap terjaga dan tetap bertahan di tengah pengobatan modern.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa pokok masalah yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pandangan masyarakat desa Bragung tentang jamu

tradisional?

2. Bagaimana upaya masyarakat desa Bragung dalam melestarikan jamu tradisional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dibuat untuk mengetahui apa yang hendak dicapai dari sebuah penelitian. Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:


(14)

8

1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat desa Bragung tentang jamu tradisional

2. Untuk mengetahui upaya masyarakat desa Bragung dalam melestarikan jamu tradisional

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi diri sendiri dan masyarakat pada umumnya, terutama dalam perkembang ilmu pengetahuan sosial. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada masyarakat Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep, baik itu dari segi pendidikan tentang jamu tradisioanal maupun dari segi kehidupan sosial. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemahaman dan informasi kepada masyarakat luas tentang obat tradisional yang sangat baik untuk dikonsumsi guna menjaga kesehatan, khusunya untuk masyarakat Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep.

2. Manfaat Praktis

Memahami berbagai tanaman-tanaman obat tradisional dan pemanfaatannya agar masyarakat mengunakan, mengolah dan tetap melestarikan jamu tradisional sebaik mungkin.


(15)

9

E. Definisi Konseptual

Pada dasarnya konsep merupakan unsur pokok dari suatu konsep sebenarnya, definisi singkat dari sejumlah atau gejala yang ada. Konsep yang dipilih peneliti harus ditentukan batas permasalahannya dan ruang lingkupnya. Adapun pengertian dan maksud judul di atas adalah sebagai berikut:

1. Eksistensi

Kata eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi, yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan). Kata eksistensi diartikan bahwa manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Menurut Loren Bagus, eksistensi berasal dari kata existence yang berasal dari Bahasa Latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, atau memiliki keberadaan aktual. Existere sendiri berasal dari kata “ex” yang berarti keluar dan “sistere” yang berarti tampil atau muncul.4

Eksistensi dapat diartikan sebagai sesuatu yang menganggap keberadaan manusia tidaklah statis tetapi senantiasa menjadi. Artinya, manusia itu selalu bergerak dari kemungkinan ke kenyataan. Bereksistensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan bagi kehidupannya.

4


(16)

10

2. Jamu Tradisional

Jamu tradisional adalah obat yang bersifat herbal dimana tidak mengandung bahan kimia dan berasal dari tanaman-tanaman obat yang berkhasiat. Jamu tradisional menurut Ensiklopedi Indonesia adalah ramuan obat yang diolah menurut tradisi, sudah dikenak secara turun temurun, menggunakan bahan dasar dari hewan, tumbuhan, bahan galian, ramuan yang disarikan dari bahan-bahan itu, campuran dari bahan-bahan tersebut.

Dewasa ini perkembangan jamu tradisional semakin

meningkat, dapat dilihat dari banyaknya program di televisi yang menayangkan akan pentingnya jamu tradisional. Selain itu selalu ada ulasan mengenai manfaat suatu tanaman untuk dijadikan obat dibeberapa media cetak. Jamu tradisional banyak dikonsumsi dikarenakan minimnya efek samping dan harganya yang cenderung lebih murah dibandingkan obat kimia.

Jamu tradisional adalah ramuan dari berbagai jenis bagian tanaman yang mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai penyakit yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu secara turun-temurun.

3. Masyarakat

Masyarakat merupakan segerombolan atau sekelompok orang yang mendiami atau tinggal bersama disuatu wilayah dalam


(17)

11

waktu yang lama. Ralph Linton dalam Harsojo menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas tertentu”.5

Masyarakat menurut Koenjaraningrat adalah masyarakat dalam bahasa Inggris dipakai bahasa Society yang berasal dari kata latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Kata Arab masyarakat adalah mujtama. Masyarakat adalah sekumpulan manusia saling bergaul atau berinteraksi.6

Masyarakat mencakup beberapa unsur, yaitu:7

a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran mutlak atau angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampu untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti kursi, meja dan sebagainya. Dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru.

5

Olha Panigoro, Persepsi Masyarakat Terhadap Kehidupan Generasi Muda. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosia, (SKRIPSI Universitas Negeri Gorontalo, 2013), 11

6


(18)

12

Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan

untuk menyampaikan kesan-kesan atau

perasaan-perasaannya. Akibat dari hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem

kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

Dengan demikian, suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif, karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan dan tentunya juga untuk dapat bertahan. Namun, disamping itu, masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat itu dapat hidup terus.

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:


(19)

13

Dalam bab ini peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang akan di teliti. Selanjutya, peneliti menentukan Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah dan menyertakan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual, dan Sistematika Pembahasan

BAB II : EKSISTENSI JAMU TRADISIONAL DALAM

PANDANGAN TEORI TINDAKAN MAX WEBER Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Serta peneliti memberikan gambaran tentang kajian pustaka yang di arahkan pada penyajian informasi terkait yang mendukung gambaran umum tema penelitian, kajian pustaka harus digambarkan dengan jelas. Disamping itu juga harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah yang akan dipergunakan guna adanya implementasi judul

penelitian “EKSISTENSI JAMU TRDISIONAL DI

TENGAH MASYARAKAT DESA BRAGUNG

KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN

SUMENEP DALAM PANDANGAN TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER”


(20)

14

Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang metode penelitian yang di gunakan secara jelas, yaitu kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan, yang memuat apa yang benar-benar peneliti lakukan di lapangan.

BAB IV : EKSISTENSI JAMU TRADISIONAL DI TENGAH

MASYARAKAT DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DALAM PANDANGAN TEORI MAX WEBER

Dalam bab ini, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang telah di analisis dan di sajikan. Selanjutnya peneliti akan menganalisa dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang di peroleh, baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data akan di buat secara tertulis dan juga di sertakan gambar-gambar atau tabel yang mendukung data. Dan selanjutnya, akan di lakukan analisa data dengan menggunakan teori yang sesuai.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dari setiap permasalahan dalam penelitian. Kesimpulan ini


(21)

15

menjadi hal terpenting pada bab penutup ini. Selain itu, peneliti juga memberikan rekomendasi kepada para pembaca laporan penelitian ini. Pada bab ini, menyertakan saran dan rekomendasi kepada para pembaca.


(22)

BAB II

EKSISTENSI JAMU TRADISIONAL DALAM PANDANGAN TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu perlu diacu dengan tujuan agar peneliti mampu melihat letak penelitiannya dibandingkan dengan penelitian yang lainnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lainnya adalah pada objek penelitian atau fokus penelitian atau sasaran penelitian yang tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian dan hasil penelitiannya, selengkapnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nirmawati R. Abas, dengan

judul “PENGOBATAN TRADISIONAL (Studi Kasus Pada

Masyarakat di Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango)”, Tahun 2015, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Gorontalo.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam apa sebab-sebab masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional dari pada pengobatan medis dengan adanya perkembangan teknologi dalam bidang ilmu medis pada saat ini.

Tujuan dalam penelitian ini sama dengan tujuan penelitian yang akan saya teliti, yaitu sama-sama bertujuan untuk mngetahui


(23)

17

apa yang menyebabkan masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional ketimbang berobat ke dokter. Letak perbedaannya terletak pada fokus dan tujuan tempat yang diteliti. Jika penelitian ini fokus pada pengobatan tradisional, maka penelitian saya fokus pada jamu tradisionalnya. Hal ini bisa dilihat dari makna pengobatan tradisional dan jamu tradisional. Yang mana pengobatan tradisional itu bisa mencakup perdukunan, paranormal. Sedangkan jamu tradisional itu sendiri adalah seperti jamu temulawak, kunyit, dll., yang mana keduanya merupakan dua hal yang berbeda.

Sementara itu, tujuan tempat penelitian pun juga berbeda. Tempat yang dituju dalam penelitian ini adalah Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Balango. Berbeda jauh dari tempat tujuan yang akan saya teliti, yaitu di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep.

Selain dari fokus penelitian dan tujuan tempat yang diteliti, juga terdapat perbedaan rumusan masalah dalam penelitian ini dengan rumusan masalah dalam penelitian yang akan saya lakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Suwawa. Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian saya adalah bagaimana pandangan masyarakat desa


(24)

18

Bragung tentang jamu tradisional dan bagaimana cara masyarakat desa Bragung melestarikan jamu tradisional.

Namun, penelitian ini juga ada persamaan dalam penelitian saya, yaitu sama-sama berbicara tentang hal-hal yang menyebabkan masyarakat memilih menggunakan pengobatan tradisional dari pada berobat ke dokter meskipun saat ini sudah pengobatan modern sudah maju, sehingga hasil penelitiannya pun akan ada sedikit persamaan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif, dengan sampel “sebagian masyarakat dan

dukun yang tinggal di kecamatan Suwawa Tengah”. Data-data

yang di perlukan dalam penelitian ini di ambil melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keseluruhan data di analisis secara deskriptif yang di lanjutkan dengan penjelasan yang relevan dengan data yang diambil selama penelitian yang

diperoleh dari masyarakat yang berhubungan dengan

pengobatan tradisional.

Hasil dari penelitian ini yaitu, pengobatan tradisional tetap bertahan sampai dengan sekarang di karenakan kebutuhan dari masyarakat. Hal ini karena yang menggunakan pengobatan tradisional ini pun tidak hanya masyarakat kalangan ekonomi bawah saja, akan tetapi ada juga masyarakat ekonomi kalangan


(25)

19

menengah sampai dengan kalangan atas datang berobat ke dukun yang ada di Kecamatan Suwawa Tengah.

Selain itu faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih pengobatan tradisonal disebabkan oleh faktor ekonomi dan kebiasaan masyarakat untuk melakukan pengobatan tradisional. Selain faktor-faktor tersebut dalam penelitian ini juga di temukan ada beberapa kalangan menengah keatas yang menggunakan penggobatan tradisional, dan datang kedukun dengan keluhan-keluhan yang bermacam-macam, ada juga yang datang ke dukun meminta jimat agar masalah yang di hadapi mereka diberi keringanan. Sebenarnya persepsi pengobatan tradisional ini sudah mengalami pengertian lain dimata beberapa masyarakat yang tak mempergunakan pengobatan tradisional sesuai dengan fungsi untuk mengobati penyakit.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fiskawati Tahir, dengan judul “PENGOBATAN TRADISIONAL (Studi Kasus Di Kelurahan Pauwo, Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango)”, Tahun 2015, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola pengobatan tradisional dan bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional. Kedua rumusan masalah ini


(26)

20

ada sedikit persamaan dan perbedaan dengan rumusan masalah yang saya teliti.

Perbedaan yang terletak dalam rumusan masalah dalam penelitian ini dengan penelitian yang saya teliti yaitu, pertama, membahas tentang pola atau cara dalam pengobatan tradisioanal, seperti memberikan air minum yang sudah dibacakan mantra. Kedua, kepercayaan masyarakat yang masih memilih munggunakan cara pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya.

Selain perbedaan dalam rumusan masalah, juga terdapat perbedaan pada fokus dan tujuan tempat yang diteliti. Seperti yang telah saya singgung dalam poin di atas, bahwa pengobatan tradisional dan jamu tradisional memiliki makna yang berbeda, hanya saja pengobatan tradisional dalam penelitian ini juga membahas tentang tanaman-tanaman seperti kunyit, yang mana kunyit tersebut juga termasuk dalam kategori jamu tradisional. Tujuan tempat yang diteliti pun berbeda jauh. Jika tempat yang dituju dalam penelitian ini adalah Kelurahan Pauwo Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Balango, maka tempat yang menjadi objek penelitian saya adalah di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep.

Persamaan dalam penelitian ini dan penelitian saya adalah sama-sama berbicara tentang jamu atau pengobatan tradisional


(27)

21

dalam masyarakat dan faktor yang mendorong masyarakat untuk tetap menggunakan pengobatan tradisional.

Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data berasal dari informan sebagai sumber primer yang berjumlah 30 orang yang tau pasti tentang masalah yang diteliti. Analisis data adalah analisis kualitatif dengan langkah mereduksi data, penyajian data dan terakhir menarik kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini yaitu, terdapat pola pengobatan tradisonal masyarakat di Kelurahan Pauwo yang berbeda-beda. Ada yang pengobatan tradisional dengan ramuan-ramuan yang di beri mantra oleh orang pintar atau dukun dan ada juga yang membuat ramuan sendiri karena bahan-bahan ramuan tersebut sudah ada pada rumah mereka sendiri seperti, jenis tanaman obat Balunda, jenis tanaman obat Sangir, jenis tanaman obat Mayana, jenis tanaman obat Kunyit. Walaupun berbeda- beda mereka tetap percaya dengan pengobatan tradisional tersebut sejak zaman dulu.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sekar Ageng Kartika, dengan

judul “EKSISTENSI JAMU CEKOK DI TENGAH

PERUBAHAN SOSIAL (Studi di Kampung Dipowinatan, Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta)”,


(28)

22

Tahun 2012, Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Perbedaan penelitian ini dan penelitian saya terletak pada fokus yang diteliti dan juga tempat yang dituju. Dalam penelitian ini fokus pembahasannya adalah eksistensi jamu cekok dalam masyarakat dan tempat penelitiannya berada di Kampung Dipowinatan, Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta . Sedangkan penilitian yang saya lakukan fokus pembahasannya adalah tentang pandangan masyarakat tentang jamu tradisional dan tempat penelitian yang dituju berada di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep. Selain itu, penelitian ini tentang jamu cekok yang mana jamu cekok ini adalah hasil dari turun temurun nenek moyang dan secara sadar masih digunakan oleh masyarakat kampong Dipowintan tanpa adanya dukungan dari lembaga-lembaga lainnya. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah tentang jamu tradisional secara umum yang menyangkut seluruh jenis jamu, seperti kunyit, dan latar belakang adanya jamu di desa Bragung bukan hasil dari turun temurun, melainkan karena adanya kesadaran dari masyarakat desa Bragung sendiri akan pentingnya mengkonsumsi jamu tradisional, dan juga adanya dukungan dari lembaga Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah, sehingga jamu tradisional di desa


(29)

23

Bragung berkembang dan menjadi salah satu pengobatan yang ada di desa Bragung.

Namun, dikarenakan jamu cekok juga termasuk jamu tradisional, maka penelitian ini dan penlitian saya persamaannya adalah sama-sama membahas tentang jamu tradisional di masyarakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sumber data utama yang terdiri dari pemilik warung jamu cekok, pegawai warung jamu cekok dan konsumen jamu cekok, sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan: observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, sedangkan analisis datanya menggunakan beberapa tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jamu cekok Kulon Kerkop masih mampu bertahan di tengah arus perubahan sosial. Eksistensi jamu cekok di tengah arus perubahan sosial karena ada faktor-faktor yang melatar belakanginya. Faktor- faktor tersebut adalah:


(30)

24

a. Faktor internal yang terdiri dari warisan leluhur, filsafat jawa, adanya tujuan mulia untuk menolong.

b. Faktor eksternal yang terdiri dari adanya kepercayaan masyarakat pada jamu cekok Kulon Kerkop, peran media cetak serta elektronik, harga yang merakyat, gethok tular dan efek samping jamu tidak sekeras obat kimia.

Eksistensi yang ditunjukkan oleh jamu cekok Kulon Kerkop dilihat dari banyaknya pembeli setiap harinya dan ditunjukkan dengan sering munculnya jamu cekok Kulon Kerkop di media massa maupun elektronik. Adapun strategi pemilik warung jamu cekok agar tetap eksis antara lain:

a. Mempertahankan keaslian bahan, cara pengolahan, cara penyajian, dan bentuk afeksi terhadap sesama.

b. Walaupun mereka sungguh tradisional, namun hal itu mereka gunakan untuk menjadi satu nilai tambah kualitas produk yang langka dan spesial sehingga jamu cekok Kulon Kerkop dikenal banyak kalangan baik secara nasional maupun internasional.

c. Lebih menjaga tujuan mulia untuk menolong orang lain (rasionalitas afeksi) daripada keuntungan ekonomis dan berkembangnya usaha tersebut.

Di lihat dari hasil persamaan dan perbedaan ketiga penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan saya lakukan tidak jauh berbeda dari ketiga


(31)

25

penelitian di atas, sama-sama membahas tentang bagaimana jamu atau pengobatan tradisional di masyarakat. Selain itu, metode penelitian dari ketiga skripsi tersebut, sama dengan metode penelitian yang akan saya lakukan, yaitu dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Adapun perbedaaan yang sangat mencolok dari ketiga penelitian tersebut dengan penelitian yang saya lakukan, bisa di lihat dari latar belakang adanya pengobatan tradisional tersebut. Jika ketiga penelitian tersebut berlatar belakang karena sudah ada dari dulu, dengan kata lain warisan nenek moyang, maka penelitian yang saya lakukan bukan warisan nenek moyang meskipun jamu tradisional memang sudah ada dari dulu. Melainkan jamu tradisional yang ada di desa Bragung adalah karena adanya kesadaran atau inisiatif dari salah satu warga desa Bragung untuk mengenalkan akan pentingnya jamu tradisional untuk kesehatan dan melastarikan jamu tradisional kepada masyarakat desa Bragung.

B. Eksistensi Jamu Tradisional di Desa

Tradisi pengobatan suatu masyarakat tidak terlepas dari kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat dan keragaman jenis tumbuhan obat terbentuk melalui proses sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya. Persoalannya di sini adalah bagaimana jamu tradisional itu masih tetap eksis di tengah pengobatan modern yang semakin maju. Sebelum berbicara lebih jauh, perlu sekiranya


(32)

26

Kata eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi, yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan). Kata eksistensi diartikan bahwa manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Menurut Loren Bagus, eksistensi berasal dari kata existence yang berasal dari Bahasa Latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, atau memiliki keberadaan aktual. Existere sendiri berasal dari kata “ex” yang berarti keluar dan “sistere” yang berarti tampil atau muncul.1

Eksistensi dapat diartikan sesuatu yang menganggap keberadaan manusia tidaklah statis tetapi senantiasa menjadi. Artinya manusia itu selalu bergerak dari kemungkinan ke kenyataan. Proses ini berubah bila kini menjadi suatu yang mungkin maka besok akan berubah menjadi kenyataan karena, manusia itu memiliki kebebasan maka gerak perkembangan ini semuanya berdasarkan pada manusia itu sendiri. Bereksistensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan bagi hidupnya. Konsekuensinya jika kita tidak bisa mengambil keputusan dan tidak berani berbuat maka kita tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya.

Sedangkan jamu tradisional adalah obat yang bersifat herbal dimana tidak mengandung bahan kimia dan berasal dari tanaman-tanaman obat yang berkhasiat. Jamu tradisional menurut Ensiklopedi Indonesia adalah ramuan obat yang diolah menurut tradisi, sudah dikenal secara

1


(33)

27

turun temurun, menggunakan bahan dasar dari hewan, tumbuhan, bahan galian, ramuan yang disarikan dari bahan itu, campuran dari bahan-bahan tersebut. Kata lain dari jamu tradisional adalah obat tradisional.

Pelayanan kesehatan tradisional didasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang didapat secara turun menurun. Pengobatan tradisional dalam perkembangannya terbagi dua yaitu: ada yang bersifat tradisional irasional dan tradisional rasional. Pengobatan tradisional rasional yang dimaksud adalah pengobatan tradisional yang dapat diteliti secara ilmiah.2

Dewasa ini perkembangan jamu tradisional semakin meningkat, dapat dilihat dari banyaknya program di televisi yang menayangkan akan pentingnya jamu tradisional. Selain itu selalu ada ulasan mengenai manfaat suatu tanaman untuk dijadikan obat dibeberapa media cetak. Jamu tradisional banyak dikonsumsi dikarenakan minimnya efek samping dan harganya yang cenderung lebih murah dibandingkan obat kimia.

Jamu adalah bagian tidak terpisahkan dari budaya bangsa, sejak masa lalu, sampai masa kini, dan diharapkan dapat terus lestari di masa depan. Kekayaan budaya jamu perlu terus dijaga menjadi milik Nusantara, dan terus dikembangkan untuk mendunia.

Jamu tradisional adalah ramuan dari berbagai jenis bagian tanaman yang mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu secara turun-menurun. Jamu tradisional sendiri masih mempunyai beragam variasi dari senyawa,

2


(34)

28

mungkin terjadi dengan adanya interaksi antar senyawa yang mempunyai pengaruh lebih kuat.

Menurut rumusan Pasal 1 Angka 16 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Jamu juga telah digambarkan sebaagai obat hemeopati. Tentu saja ada kesamaan, keduanya adalah holistik dan nabati. Tetapi kesamaannya berahir di sana, prinsip dasar homeopati yang pengenceran obatnya lebih dari 99 bagian alkohol hampir tidak cocok dengan teknik pembuatan jamu atau hukum islam pada alkohol. Jamu mencakup aturan yang mempesona dari minuman, pil, kapsul dan bubuk yang dikatakan untuk penyembuhan hampir setiap penyakit yang dikenal manusia. Jamu dapat digunakan sendiri atau dalam hubungannya dengan teknik penyembuhan lain seperti pijat. Keuntungannya adalah bahwa jika benar dalam mengelolanya, jamu tidak memiliki efek samping dan menurut kebanyakan orang jawa, jamu sangat efektif.3

Jamu memiliki empat fungsi dasar. Ini mengobati penyakit tertentu (masalah yang beragam seperti batu ginjal, kanker serviks atau diare), jamu terus mempertahankan kesehatan yang baik (melalui sirkulasi darah

3


(35)

29

dan meningkatkan metabolisme), jamu mengurangi sakit dan nyeri (dengan mengurangi peradangan atau dengan membantu masalah pencernaan), dan juga ditujukan untuk bagian tertentu tubuh yang tidak bekerja dengan baik (seperti kurangnya kesuburan atau bau badan yang tidak sedap). Kadang-kadang bisa bekerja multi-fungsional: misalnya, jamu mungkin menjadi obat penguat yang umum, tetapi juga bertindak sebagai antiseptik untuk mencegah infeksi perut.4

Adapun manfaat jamu tradisional, yaitu5: 1. Menjaga kebugaran tubuh

Berbagai jenis jamu memiliki fungsi untuk menjaga kebugaran tubuh termasuk menjaga vitalitas, menghilangkan rasa tidak enak di badan yang mengganggu kebugaran tubuh misalkan lemah, letih, lesu, serta capek-capek.

2. Menjaga kecantikan

Jamu selain untuk menjaga kebugaran tubuh, beberapa jenis jamu juga berfungsi menjaga dan meningkatkan kecantikan, beberapa hal termasuk diantaranya menyuburkan rambut, melembutkan kulit, memutihkan kulit, menghilangkan bau badan serta bau mulut dan sebagainya.

3. Mencegah penyakit

Beberapa jenis jamu berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah gangguan-gangguan kesehatan

4


(36)

30

ringan, misalnya influenza, mabuk perjalanan, dan mencegah cacat pada janin.

4. Mengobati penyakit

Manfaat jamu yang paling dikenal oleh masyarakat adalah untuk mengobati penyakit. Sehubungan dengan mahalnya biaya pengobatan, jamu mulai dilirik sebagai pengganti obat. Berbagai jenis jamu mulai dipercaya untuk mengobati berbagai jenis penyakit, misalnya asam urat, asma, batu ginjal, bronkitis, demam berdarah, diabetes mellitus, disentri, eksem, hipertensi, influenza, kanker, gangguan kolestrol, lepra, lever, luka, malaria, muntaber, peradangan, rematik, TBC, tifus, tumor dan usus buntu.

Jamu tradisional memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan jamu diantaranya adalah harganya relatif murah sehingga bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat bahkan sebagian besar bahan-bahannya tersedia di sekitar kita sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan jamu, kandungan bahan kimia di dalam jamu formulasinya lebih ringan dibandingkan dengan obat apotek sehingga jamu boleh dikonsumsi lebih sering daripada obat-obatan apotek. Jamu boleh dikonsumsi lebih sering daripada obat-obatan apotik tetapi, bukan berarti boleh dikonsumsi sesuka hati atau dikonsumsi setiap hari dengan takaran yang tidak diperhitungkan. Sedangkan kekurangan adalah efek yang didapatkan tidak akan dirasakan seketika, sehingga jika menginginkan kesembuhan yang cepat


(37)

31

bukan jamu solusinya dan belum banyak penelitian tentang jamu termasuk tentang segi keamanan jamu sehingga hal tersebut masih menjadi tanda tanya besar bagi konsumen. Karena itu sebagian besar jamu belum memiliki jaminan keamanan dari badan kesehatan negara dalam hal ini depkes ataupun badan POM. Selain itu, penelitian tentang jamu belum banyak dilakukan maka dosis tepat suatu sediaan jamu belum dapat ditentukan secara tepat.

Eksistensi terkait erat dengan kesadaran manusia bahwa dalam hidup di dunia ini manusia terhubung dengan manusia lain, manusia saling tergantung dengan manusia lain. Eksistensi metode jamu tradisional atau obat tradisional sangat ditentukan oleh masyarakat sebagai penggunanya. Ia ada ketika masyarakat masih mempercayai, menggunakan, melestarikan dan mempertahankannya.

Desa Bragung adalah salah satu contoh desa yang masyarakatnya masih percaya pada jamu tradisional. Di desa Bragung mempunyai budaya tersendiri dan masih menggunakan jamu tradisional, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah bahkan masyarakatnya berupaya untuk tetap mempertahankan kelestarian jamu tradisional. Walaupun pada dasarnya mereka melakukan pengobatan kepada dokter. Menariknya, sebagian besar masyarakat desa Bragung dari dulu masih mempercayai kemujaraban jamu tradisional. Selain itu, masyarakat juga mengupayakan untuk tetap melestarikan jamu tradisional. Bahkan untuk tetap ada dan bertahan, ada salah satu lembaga yang ikut mendukung mempertahankan dan


(38)

32

melestarikan jamu tradisional tersebut. Lembaga tersebut adalah salah satu sekolah atau madrasah yang ada di desa Bragung, yaitu Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah.

Pada mulanya, jamu tradisional ini di racik sendiri oleh salah satu warga desa Bragung, yaitu ibu Supriyati. Dikarenakan banyaknya permintaan jamu tradisioanal dan pasien yang terus-terusan datang, baik itu dari warga desa Bragung sendiri maupun dari desa lain, maka ibu Supriyati ini berinisiatif untuk mengembangkan dengan cara mengajarkan kepada siswa Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah tentang bagaimana membuat jamu, yang pada saat itu lembaga Madrasah Aliyah ini masih mengajarkan siswanya pemanfaatan tanaman obat tradisional tanpa mengajarkan bagaimana cara meraciknya. Bukan hanya meracik jamu saja, siswa Madrasah Aliyah ini juga diajari akupuntur, bekam, dll. Berharap agar siswa Madrasaha Aliyah mampu membantu dan mempermudah masyarakat desa Bragung yang membutuhkan pengobatan tradisional, seperti jamu, akupuntur, dll.,tanpa harus ke rumah ibu Supriyati.

C. Teori Tindakan Sosial Max Weber

Teori yang di gunakan dalam penelitian ini masuk dalam paradigma definisi sosial. Sebagaimana paradigma definisi sosial tidak berangkat dari sudut pandang fakta sosial yang objektif, seperti struktur-struktur makro dan pranata-pranata sosial yang ada dalam masyarakat. Paradigma definisi sosial justru bertolak dari proses berfikir manusia itu sendiri sebagai individu. Dalam merancang dan mendefinisikan makna dan


(39)

33

interaksi sosial, individu dilihat sebagai pelaku tindakan yang bebas tetapi tetap bertanggung jawab. Artinya, di dalam bertindak atau berinteraksi, individu tetap berada di bawah pengaruh bayang-bayang struktur sosial dan pranata-pranata dalam masyarakat, tetapi fokus perhatian paradigma ini tetap pada individu dengan tindakannya.

Menurut paradigma ini, proses-proses aksi dan interaksi yang bersumber pada kemauan individu itulah yang menjadi pokok persoalan dari paradigma ini. Paradigma ini memandang, bahwa hakikat dari realitas sosial lebih bersifat subjektif di bandingkan objektif menyangkut keinginan dan tindakan individual. Dengan kata lain, realita sosial itu lebih di dasarkan kepada definisi subjektif dari pelaku-pelaku individual. Jadi menurut paradigma ini, tindakan sosial menunjuk kepada struktur-struktur sosial, tetapi sebaliknya, bahwa struktur sosial itu menunjuk pada agregat definisi (makna tindakan) yang telah dilakukan oleh individu-individu anggota masyarakat.6

Weber sebagai pengemuka exemplar dari pradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu. Yang dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. sebaliknya jika tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau


(40)

34

obyek fisik semata tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang lain bukan merupakan tindakan sosial.7

Bagi Weber ciri yang mencolok dari hubungan-hubungan sosial adalah kenyataan bahwa hubungan-hubungan tersebut bermakna bagi mereka yang mengambil bagian di dalamnya. Dia percaya bahwa komplek hubungan-hubungan sosial yang menyusun sebuah masyarakat dapat dimengerti hanya dengan mencapai sebuah pemahaman mengenai segi-segi subjektif dari kegiatan-kegiatan antar pribadi dari para anggota masyarakat itu.8 Oleh karena itu, melalui analisis atau berbagai macam tindakan manusialah kita memperoleh pengetahuan mengenai ciri dan keanekaragaman masyarakat-masyarakat manusia.

Sekilas tentang biografi Max Weber. Max Weber lahir di Erfurt, Jerman, pada 21 April 1864, dalam suatu keluarga kelas menengah. Perbedaan - perbedaan penting di antara keduanya mempunyai efek yang mendalam baik kepada orientasi intelektualnya maupun perkembangan psikologisnya. Ayahnya adalah seorang birokrat yang berhasil mencapai posisi politis yang lumayan penting. Ayah Weber adalah seorang yang menikmati kesenangan-kesenangan duniawi. Ibu Weber adalah calvinis yang taat, seorang wanita yang berusaha menjalani kehidupan asketik yang meninggalakn sebagian besar kesenangan yang digandrungi oleh suaminya. Perhatian wanita itu lebih tertuju kepada dunia lain; dia gundah

7

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), 38.

8


(41)

35

dengan berbagai ketidak sempurnaan yang merupakan tanda-tanda bahwa dia ditakdirkan untuk selamat.9

Max Weber dalam memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakan tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berpikir dan perilaku orang lain. Tindakan individu adalah suatu tindakan subjektif yang merujuk pada suatu motif tujuan yang sebelumnya mengalami proses intersubjektif berupa hubungan tatap muka antar person. Tindakan rasional semacam itu adalah suatu tindakan yang bertujuan atas dasar rasional nilai yang berlaku dan bersifat afektual, yaitu tindakan yang terkait dengan kemampuan intelektual dan emosi, serta berdasar atas pemahaman makna subjektif dari aktor itu sendiri.

Tindakan sosial yang dimaksudkan weber dapat berupa tindakan yang nyata diarahkan kepada orang lain. Dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dan situasi tertentu. Atau juga merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat daripengaruh situasi yang serupa. Atau juga berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.

Tindakan sosial murni di terapkan dalam situasi dengan suatu pluralitas cara-cara dan tujuan-tujuan di mana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan efesiensi.10

Adapun ciri-ciri tindakan sosial, yaitu11:

9

George Ritzer, TEORI SOSIOLOGI; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2012), Cetakan ke-8, 194


(42)

36

1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi sebagai tindakan yang nyata.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memperhatikan orang lain dan terarah kepada orang orang lain itu.

Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang.dilihat dari sasarannya, maka yang menjadi sasaran si aktor dapat berua individu atau sekumpulan orang. Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu tindakan sosial, maka perbuatan-perbuatan lainnya tidak termasuk ke dalam obyek penyelidikan sosiologi.

Tindakan sosial lebih dari pada sekedar kesamaan di antara tingkah laku banyak orang (tingkah laku massa) walaupun tak perlu mengandung kesadaran timbal balik karena satu orang bisa bertingkah laku dengan sadar menuju orang lain tanpa yang lainnya itu sadar akan fakta ini. Tetapi tindakan sosial memang menuntut bahwa sekurang-kurangnya satu peserta


(43)

37

memberi makna untuk tingkah lakuknya menurut pengalaman-pengalaman subjektif orang lain, yaitu berkenaan dengan maksud-maksud atau perasaan-perasaan orang lain.

Rasionalitas merupakan konsep dasar yang di gunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang di berikan adalah tindakan rasional dan non rasional. Tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu di nyatakan.

Ada beberapa tipe-tipe rasionalitas, yaitu:12 1. Rasionalitas praktis

Orang yang mempraktikkan rasionalitas praktis menerima realitas-realitas yang sudah ada dan hanya memikirkan cara-cara yang paling bijaksana untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadirkannya. Tipe rasionalitas ini muncul bersama terputusnya ikatan-ikatan magis primitif, dan ada secara lintas peradaban dan lintas budaya, yakni tidak terbatas pada Barat modern. Tipe rasionalitas ini berlawanan dengan apapun yang mengancam akan melebihi rutinitas sehari-hari. Rasionalitas praktis membawa orang untuk tidak mempercayai segenap nilai-nilai yang tidak praktis.

2. Rasionalitas teoritis

12


(44)

38

Rasionalitas ini mencakup proses kognitif seperti deduksi logis, induksi, pengaitan kausalitas, dan semacamnya. Tipe rasionalitas ini mula-mula dicapai dalam sejarah oleh para ahli sihir dan imam-imam ritualistik dan kemudian oleh para filsuf, hakim, dan ilmuwan. Rasionalitas teoritis membawa aktor melampaui realitas-realitas sehari-hari dalam usaha untuk memahami dunia sebagai sesuatu yang berharga. Ia memuat proses-proses kognitif, ia tidak harus mempengaruhi tindakan yang diambil dan hanya secara tidak langsung ia berpotensi untuk memperkenalkan pola-pola tindakan yang baru.

3. Rasionalitas substantif

Rasionalitas substantif melibatkan pemilihan alat-alat menuju tujuan di dalam konteks suatu sistem nilai. Tipe rasionalitas ini juga ada secara lintas peradaban dan lintas sejarah, apabila ada rumusan-rumusan nilai yang konsisten.

4. Rasionalitas formal

Rasionalitas formal meliputi kalkulasi alat tujuan. Di dalamrasionalitas praktis kalkulasi tersebut terjadi dengan mengacu kepada kepentingan diri, di dalam rasionalitas formal ia terjadi dengan mengacu kepada aturan-aturan, hukum-hukum, dan pengaturan-pengaturan yang diterapkan secara universal.


(45)

39

Hal ini menjelaskan bahwa teori tindakan Weber adalah berfokus pada para individu, pola-pola dan regularitas-regularitas tindakan dan bukan pada kolektivitas. Tindakan di dalam arti orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif, ada hanya sebagai perilaku seorang atau lebih manusia individual.13 Weber siap untuk mengakui bahwa untuk maksud-maksud tertentu mungkin kita harus memperlakukan kolektivitas-kolektivitas sebagai para individu. Tindakan pada ahirnya memperhatikan para individu, bukan kolektivitas-kolektivitas.

Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat. keempat jenis tindakan sosial itu adalah14:

1. Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan

13


(46)

40

tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain.

2. Tindakan rasional nilai (Werk Rational)

Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.

3. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti.

4. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional Action)


(47)

41

Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri.

Max weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial yang diutarakan adalah merupakan tipe ideal dan jarang bisa ditemukan dalam kenyataan. Meskipun Weber membedakan empat bentuk tindakan yang khas ideal, dia sadar betul bahwa setiap tindakan tertentu biasanya memuat kombinasi keempat tipe-tipe ideal tindakan.

Dari keempat tipe ideal tindakan sosial yang dikemukakan oleh max weber, penelitian memilih untuk lebih fokus pada salah satu keempat tipe ideal tersebut, yaitu “Tindakan Rasionalitas Instrumental”. Yang mana tipe tindakan ini menganggap bahwa tindakan individu atau kelompok bisa dikatakan tindakan jika dilakukan dengan sengaja, dan secara sadar.

Tindakan rasional ini tidak menyiratkan bahwa manusia selalu bertindak rasional. Sejauh tingkah laku aktual mendekati tipe ide rasional tingkah laku itu langsung dapat dimengerti (dan dengan adanya pengetahuan tentang tujuan-tujuan dan sarana-sarana yang tersedia, dapat diprediksi) tetapi tingkah laku aktual sangat sering menyimpang dari mode rasional. Lagi pula sejauh mana tingkah laku manusia bersifat rasional-tujuan berbeda-beda menurut jenis masyarakat yang bersangkutan.

Tipe tindakan ini terjadi pada masyarakat di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep yang secara sengaja dan


(48)

42

menyadari untuk memilih berobat dengan jamu tradisional meskipun pengobatan di sana sudah bisa dikatakan maju, terbukti dengan adanya rumah sakit, puskesmas dan bidan. Namun, masyarakat lebih memilih berobat menggunakan jamu tradisional jika itu berkaitan dengan penyakit-penyakit yang kronis, seperti kencing batu, tumor, dll.

Masyarakat Desa Bragung lebih percaya pada jamu tradisional dari pada obat kimia dalam urusan penyakit yang membahayakan. Hal ini sudah dibuktikan berkali-kali oleh masyarakat sendiri. Dan memang benar, jamu lebih mujarab ketimbang obat kimia meskipun penyembuhannya tidak secara langsung dan cepat dari pada obat kimia. Selain itu, biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada biaya ke rumah sakit dan efek sampingnya pun juga sedikit.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada umumnya sebuah penelitian menggunakan dua model metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif (qualitative research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati1.

Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicaapai, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi analisis diskriptif. Nawawi dan Martini mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tertentu.2

Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research

menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk

1

Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Edisi Revisi, 4

2


(50)

44

hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial atau hubungan timbal balik.3

Adapun ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah :

1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang aktual. 2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang diselidiki

sebagimana adanya, diiringi interpretasi rasional.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana jamu tradisional dalam pandangan masyarakat dan bagaimana upaya masyarakat menjaga dan melestarikan jamu tradisional agar mampu bersaing dengan pengobatan modern, sehingga jamu tradisional masih tetap digunakan, dimanfaatkan, dan dilestarikan, dimana itu terjadi di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep.

Maka dari itu, peneliti akan menggunakan pendekatan dengan memakai teori tindakan sosial Max Weber, guna untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ada. Karena, teori tindakan ini memahami tentang tindakan yang memiliki makna atau nilai.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura. Alasan memilih Desa ini,

3

Alselm Strauss & Juliet Corbin, BASICS OF QUALITATIVE RESEARCH; Grounded Theory Procedures and Techniques, Penj. Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien (Yogyakarta: Pustaka


(51)

45

dikarenakan di Desa ini masyarakat masih menggunakan jamu tradisional dan masih percaya akan kemujaraban jamu tradisional dari pada obat-obat kimia. Dan di Desa ini juga masih mengupayakan agar jamu tradisional masis tetap eksis dan mampu bertahan dalam bersaing dengan pengobatan modern. Karena di Desa ini lembaga yang mengelola hanya ada satu dan masyarakat bertumpu pada satu lembaga untuk mendapatkan jamu dan lembaga ini pula yang dijadikan masyarakat sebagai tempat pelesatarian jamu tradisional, yaitu lembaga Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah. Sedangkan pengobatan modern, seperti rumah sakit, puskesmas desa, bidan desa, sudah mulai berkembang. Tidak hanya itu saja, lembaga yang mengelola tidak hanya menyediakan jamu saja, tapi juga menyediakan tempat konsultasi dan pengobatan tradisional lainnya, seperti, akupuntur, dll. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di Desa Bragung.

Waktu yang di laksanakan dalam proses penelitian ini adalah dua bulan yaitu tanggal 5 April – 5 Juni 2017, dimana proses wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti. Karena data yang dibutuhkan oleh peneliti dirasa sudah lebih dari cukup, dan pendaftaran skripsi untuk gelombang ke dua sudah dibuka sampai dengan tanggal 22 Juni 2017, maka peneliti menyegerakan untuk mendaftarkan tulisan skripsi ini kepada prodi.


(52)

46

C. Pemilihan Subyek Penelitian

Di dalam menentukan dan menemukan informan peneliti menggunakan prosedur purposif sebagai strategi untuk menentukan informan yang akan di teliti. Prosedur purposif merupakan salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian.

Menurut Nasution dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Saring sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan serial atau berurutan.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (palace), pelaku (aktor), ddan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam apa yang terjadi di dalamnya. 4

4


(53)

47

Berdasarkan paparan di atas, subjek penelitian ini adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpuse atau tujuan tertentu. Subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Besarnya jumlah responden sudah ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Karena beberapa responden tersebut telah memenuhi kriteria sebagai sumber data dan peneliti merasa cukup dengan beberapa responden tersebut.

Sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:5

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai

informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan

peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber


(54)

48

Dilihat dari hasil observasi pra penelitian, peniliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi, bidan desa, puskesmas desa dan lembaga yang mendukung.

Table.1

Daftar Nama Informan

No NAMA JABATAN USIA

1. Mujiburrahman Kepala Desa 40 Tahun

2. Misbahurrahman Kepala MA. Raudlah

Najiyah

38 Tahun

3. Supriyati Guru MA. Raudlah

Najiyah dan Pembina Jamu Tradisional

40 Tahun

4. Fathul Qarib Siswa MA. Raudlah

Najiyah

17 Tahun

5. Monique Martahlita Bidan Desa Bragung 35 Tahun

6. Naili Petani 50 Tahun

7. Hayati Petani 32 Tahun

D. Tahap-Tahap penelitian

Adapun tahap-tahap yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian tentang eksistensi jamu tradisional di desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut:

1. Melihat fenomena

Melihat eksistensi jamu tradisional yang ada di tengah masyarakat desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep. Langkah ini mempunyai tujuan untuk membuktikan,


(55)

49

merumuskan masalah, menentukan setting, dan juga subjek penelitian yang hendak di teliti mengenai objek penelitian. Melihat fenomena tidak hanya dimaknai dengan melihat dengan panca indera mata pada waktu itu, tetapi juga dari berbagai macam cerita yang telah dialami oleh masyarakat desa Bragung, yaitu tentang bagaimana pandangan masyarakat tentang jamu tradisional serta upaya untuk mempertahankan jamu tradisional.

2. Melakukan penulisan proposal

Langkah selanjutnya adalah menulis proposal penelitian. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang rencana kegiatan penelitian di desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep secara lengkap, jelas, singkat, dan mudah dimengerti sebagai pertimbangan bagi pihak yang memberikan persetujuan atas kegiatan penelitian yang diusulkan. Proposal sudah diujikan pada hari Senin, 03 April 2017 dan dinyatakan lulus dan melanjutkan pada tahap penulisan skripsi.

3. Pengumpulan data dan melakukan penelitian

Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data dari berbagai referensi, yaitu buku, jurnal yang berkaitan dengan eksistensi jamu tradisional di


(56)

50

perpustakaan, yaitu perpusatkaan UIN Sunan Ampel Surabaya, perpustakaan Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah, perpustakaan daerah Kabupaten Sumenep.

Selanjutnya, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam melakukan penelitian. Langkah ini merupakan inti dari kegiatan penelitian yang dilakukan yang bertujuan untuk mencari, memperoleh, dan menganalisa data yang telah diperoleh dari tujuan lapangan untuk penelitian. Peneliti melakukan wawancara sekaligus dokumentasi yang dimulai pada tanggal 10 April 2017 sampai 30 Mei 2017. Peneliti tidak setiap hari melakukan penelian pada tanggal tersebut, tetapi pada hari atau tanggal yang sudah ditentukan oleh peneliti. Sedangkan proses observasi peneliti lakukan setelah melakukan ujian proposal, yaitu pada tanggal 10 Mei 2017.

4. Melakukan penulisan laporan

Setelah memperoleh dan menganalisa data yang didapat dari penelitian lapangan, pada langkah ini dilakukan penulisan laporan secara deskriptif-interpretative dan menganalisa dengan teori yang sesuai dengan judul penelitian yang pada akhirnya di tarik kedalam sebuah kesimpulan.


(57)

51

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat diperlukan guna mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peniliti tidak akan mendapatkan data sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam.

1. Pengamatan

Pengamatan atau observasi merupakan suatu unsur penting dalam penelitian kualitatif. Observasi dalam konsep sederhana adalah sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahui kondisi realitas lapangan penelitian. Menurut Black dan Champion, observasi adalah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi dan pengendalian serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan analisis.6

Terkait dengan penelitian ini observasi dilakukan secara bertahap pada masyarakat desa Bragung. Karena masyarakat desa Bragung

2. Wawancara

6


(58)

52

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sebagai peneliti dapat memperoleh datta dari berbagai informan secara langsung. Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan wawancara. Sebagaiman yang diungkapkan oleh Nasution bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja belum memadai, itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara.7

Dalam penelitian ini wawancara sangat diperlukan untuk mengungkapkan pandangan massyarakat terhadap pengelolaan jamu dan pemanfaatannya terhadap kesehatan. Wawacara dalam peenlitian ini dilakukan kepada informan utama sebagai aktor atau orang yang melakukan pengelolaan dan yang menggunakan jamu tradisional. Selain itu juga kepada informan pendukung yang mendukung pelestarian dan pengembangan jamu tradisional agar tetap ada.

Peneliti menggunakan tiga macam cara wawancara, yaitu a. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam melalui pedoman wawancara,

dilakukan pada informan yang dipilih. Peneliti

mewawancarai masyarakat yang pernah dan memilih menggunakan jamu tradisional yang sesuai dengan kriteria


(59)

53

peneliti, di samping itu juga tokoh formal maupun informal

masyarakat. Melalui in-depth interview peneliti

mendapatkan informasi sedetail-detailnya. Selain itu, dengan teknik ini peneliti dapat memperoleh data-data berupa kasus-kasus pribadi yang di alami informan, seperti penyakit yang diderita dan jamu yang digunakan.

b. Wawancara semiterstruktur (Semistructure Interview) Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang di ajak wawancara di mintai pendapat, ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yag dikemukakan oleh informan. Dalam penelitian ini, wawancara semi terstruktur dimanfaatkan untuk menggali agen-agen sosialisasi lain yang berpengaruh terhadap pemilih pemula.8 Wawancara yang dimaksud peneliti adalah melakukan komunikasi dengan informan dengan cara sharing (diskusi), tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung kepada informan masyarakat desa Bragung.


(60)

54

c. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan berbagai macam cara pengumpulan data dengan wawancara di harapkan variasi data yang di dapatkan sangat tinggi.

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.9

Dalam melakukan wawancara jenis ini, juga dibutuhkan oleh peneliti dalam wawancara yang dilakukan pada hari-hari berikutnya kepada informan yang sama, untuk mendapatkan informasi yang lebih terkait dengan kehidupan mereka.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi, menurut Arikunto adalah merupakan suatu teknik yang digunakan dalam mencari data mengenai hal-hal, catatan-catatan, buku-buku, surat kabar, prasasti, kajian


(61)

55

kurikulum dan sebagainya.10 Artinya, studi dokumentur merupakan suatu metode atau teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan atau mencari berbagai informasi dari sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan hal yang cukup penting sebagai peelengkap data ddari obeservaasi dan wawancara. Adapun studi dokumentur yang dibutuhkan adalah berupa buku-buku, gambar, serta tulisan-tulisan tentang jamu tradisional.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif proses analisis data berlangsung sebalum peneliti ke lapangan, kemudian selama di lapangan dan setelah di lapangan, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono bahwa analisis telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian11.

Sementara itu, analisis data menurut Bogdan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

10

Saharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 236

11


(62)

56

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain12.

Dalam laporan penelitian ini, analisis data dilakukan dengan mengklasifikasi data dan menyusunnya ke dalam bentuk deskriptif. Teori yang digunakan dalam analisis data hasil penelitian ini menggunakan Teori Tindakan Sosial Max Weber, yang fokusnya pada tipe Tindakan Rasional Instrumental.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan daari proses penelitian ini. Menurut Nasution, pemeriksaan keabsahan data diperlukan untuk membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan keadaan sebenarnya13. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data penelitian ini adalah teknik Triangulasi.

Triangulasi merupakan proses pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data yang sudah ada. Stainback, teknik triangulasi dalam penelitian kualitatif bertujuan bukan untuk mencari kebenaran tentang fenomena tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah

12

Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Edisi revisi, 248


(63)

57

ditemukan14. Kebenaran data yang dimaksud valid atau tidak harus dibandingkan dengan data lain yang diperoleh dari sumber lain.

Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka informasi yang telah diperoleh dari satu informan dicoba untuk ditanyakan kembali pada informan yang lain dalam beberapa kesempatan dan waktu yang berbeda, yang dilakukan oleh peneliti. Dengan kata lain, peneliti mempertanyakan pertanyaan yang sama dengan informasi yang berbeda hingga informasi yang diperoleh menjadi sama atau memiliki kemiripan.


(64)

BAB IV

EKSISTENSI JAMU TRADISIONAL DI TENGAH MASYARAKAT DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN

SUMENEP DALAM PANDANGAN TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER

A. Profil Desa Bragung

1. Keadaan Geografis di Desa Bragung

Penelitian ini di lakukan di desa Bragung, di mana di desa ini jamu tradisional masih ada dan tetap bertahan keberadaannya. Masyarakat di desa Bragung masih mempercayai kemujaraban jamu tradisional dan melestarikan jamu tradisional, bahkan ada institusi yang mendukung pelestarian jamu tradisional, meskipun di desa Bragung tergolong desa modern dengan adanya bidan desa, puskesmas desa, akses desa lembaga pendidikan.

Desa Bragung adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Guluk-Guluk. Letak wilayah desa Bragung berada di atas tanah yang relative datar. Umumnya desa Bragung memiliki batas wilayah sebagai berikut; jika dari sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Guluk-Guluk, sebelah timur berbatasan dengan desa Penangungan, sebelah utara berbatasan dengan desa Prancak, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Tambukoh.


(65)

59

Table.2

Batas Wilayah DesaBragung

No Batas Desa Kecamatan

1. Sebelah Selatan Guluk-Guluk Guluk-Guluk

2. Sebelah Utara Prancak Pasongsongan

3. Sebelah Barat Tambukoh Guluk-Guluk

4. Sebelah Timur Penanggungan Ganding

Sumber: Data Monografis Desa Bragung, Tahun 2016 Table.3

Peta Desa Bragung


(1)

91

banyak lembaga yang mempunyai peran penting tersendiri bagi masyarakat sekitarnya.

Untuk masyarakat Bragung, sebaiknya mengkonsumsi jamu tradisional bukan hanya pada saat sakit atau mempunyai penyakit dalam, tapi juga biasakan mengkonsumsi jamu tradisional untuk menjaga kesehatannya. Karena menjaga kesehatan lebih baik dari pada mengobati. Artinya, kita menjaga kesehatan sehari-hari agar terhindar dari suatu penyakit yang tidak diinginkan. Jika sudah terkenak, maka mengobati belum cukup mempan untuk penyembuhannya, apalagi bagi penyakit yang sudah parah.

Untuk Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, diharapkan untuk selalu mendukung penelitian di daerah pedesaan dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga mendukung penelitian tentang jamu tradisional di desa, agar jamu tradisional masih dipercaya oleh masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat pedesaan dan tetap bertahan ditengah pengobatan modern yang ada di Indonesia. Sehingga untuk berobat saja tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak dan ini akan ikut mebantu pengeluaran perekonomian masyarakat.


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II : EKSISTENSI JAMU TRADISIONAL DALAM PANDANGAN TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER ... 16

A. Penelitian Terdahulu ... 16

B. Eksistensi Jamu Tradisional Di Desa ... 25


(3)

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

C. Pemilihan Subyek Penelitian ... 46

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 55

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 56

BAB IV : EKSISTENSI JAMU TRADISIONAL DI TENGAH MASYARAKAT DESA BRAGUNG DALAM PANDANGAN TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER ... 58

A. Profil Desa Bragung ... 58

B. Jamu Tradisional Dalam Pandangan Masyarakat Desa Bragung ... 63

C. Tindakan Sosial Masyarakat Desa Bragung Dalam Melestarikan Jamu Tradisional ... 77

BAB V : PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nirmawati R. SKRIPSI PENGOBATAN TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Masyarakat di Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Balango). Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo, 2015

Arikunto, Saharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1998

Ardani, Irfan. Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis, Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya. vol. 1 no. 2. Juli 2013

Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010

Bisri, Cik Hasan dan Rufaida, Eva. Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial. Jakarta: Raja Gravindo, 2002

Black, James A. dan Champion, Dean J. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Reflika Aditama, 2009

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, 2007 Campbell, Tom. Tujuh Teori Sosial; Skets, Penilaian, Perbandingan. Yogyakarta:

Kanisius, 2001

Hadits Sunan Abu Daud, Kitab 22 Pengobatan, Bab 1253 Berobat, No. 3357 Hidayati, Ana dan Aryani Perwitasari, Dyah. Persepsi Pengunjung Apotek

Mengenai Penggunaan Obat Bahan Alam Sebagai Alternatif Pengobatan Di Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Kerjasama Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. Juni, 2011


(5)

93

Jane – Beers, Susan. Jamu Sakti; Basmi Penyakit, Awet Muda dan Kecantikan. Jakarta: PT Ufuk Publishing House, 2013

Kartika, Sekar Ageng. SKRIPSI EKSISTENSI JAMU CEKOK DI TENAH PERUBAHAN SOSIAL (Studi di Kampung Dipowinatan Kelurahan Keparakan Kecamatan Mergangsan Yogyakarta). Program Studi Pendidikan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta, 2012

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Muttaqin, Husnul. Sosiologi Budaya. Surabaya: UIN SA Press, 2014

Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Naemah, Dina. Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Bagi Masyarakat Dayak di Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. fakultas kehutanan universitas lambung mangkurat banjarbaru, 2012 Nawawi, H. dan Martini, M. Penelitian Terapan. Jogjakarta: Gajah Mada

University Press,1994

Nasution. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 2003 Panigoro, Olha. Skripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Kehidupan Generasi

Muda. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo, 2013

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014


(6)

94

Ritzer, George. Teori Sosiologi; Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Berpradigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers, 2011 Strauss, Alselm dan Corbin, Juliet. Basics Of Qualitative Research; Grounded

Theory Procedures and Techniques. Penerjemah Shodiq, Muhammad dan Muttaqien, Imam. Yogyakarta: Pustaka Belajar 2003

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R@D. Bandung: Alfabeta, 2008

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007

Soekanto, Soerjono dan Herkutanto. Pengantar Hukum Kesehatan. Bandung: Remaja Karya, 1987

Tahir, Fiskawati. SKRIPSI PENGOBATAN TRADISIONAL (Studi Kasus di Kelurahan Pauwo Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Balango). Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo, 2015

Wirawan, I. B. Teori-Teori Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2012

Yuliarti, Nurheti. Tips Cerdas Mengonsumsi Jamu. Yogyakarta: Banyu Media, 2008