Korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

(1)

SKRIPSI Oleh: AHMAD AFIF NIM. D71212123

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Oleh: AHMAD AFIF NIM. D71212123

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Ahmad Afif, 2017, Korelasi Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

Pembimbing : Dra. Ilun Muallifah, M.Pd.

Penelitian yang dilakukan dalam mengkaji korelasi penggunaan bahasa gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya dengan beberapa rumusan masalah yaitu (1) Bagaimana Penggunaan Bahasa Gaul kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya, (2) Bagaimana Akhlak Siswa Pada Kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya, (3) Bagaimana Korelasi penggunaan bahasa gaul Terhadap Aklak Siswa pada kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang pada proses penelitian datanya menggunakan metode dokumentasi, interview, observasi, dan angket. Kemudian data dianalisis menggunakan rumus statistik yaitu rumus prosentase dan product moment agar mendapatkan hasil penganalisaan data secara aktual dan mendalam sesuai dengan topik penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa gaul di SMA Al-Falah Surabaya sering digunakan akan tetapi tidak berkorelasi dengan akhlak siswa. Artinya walaupun siswa kelas XI di SMA Al-Falah sering menggunakan bahasa gaul saat berkomunikasi nampaknya tidak berkorelasi dengan akhlak siswa. Karena di SMA Al-Falah walaupun siswa saat berkomunikasi menggunakan bahasa gaul, siswa tetap mempertahankan akhlak baiknya. Dari hasil perhitungan product moment, Dari r tabel product moment dengan n = 100, diketahui bahwa taraf signifikan 5% = 0,195 dan 1% = 0,256. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) di tolak dan hipotesis nihil (Ho) di terima. Sehingga tidak ada korelasi yang signifikan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa gaul tidak mempunyai korelasi terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.


(8)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 9


(9)

x

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Tinjauan Tentang Bahasa Gaul ………... 12

1. Pengertian Bahasa... 12

2. Bentuk Bahasa Baku dan Non Baku ... 14

3. Pengertian Bahasa Gaul ……... 16

4. Contoh Penggunaan Bahasa Gaul …………... 18

5. Contoh Bahasa Gaul ……….. 21

B. Tinjauan Tentang Akhlak ………... 26

1. Pengertian Akhlak ……... 26

2. Sumber dan Macam-macam Akhlak... 28

C. Korelasi Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya ………... 35


(10)

xi

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Rancangan Penelitian ... 42

C. Variabel Penelitian…... 43

D. Populasi………... 44

E. Metode Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data ……….. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 49

1. Data Profil Sekolah... 49

2. Visi dan Misi………... 50

3. Struktur Organisasi………... 50

4. Data Tenaga Pendidik ... 52

5. Data Siswa………... 53

6. Sarana Prasarana………... 55

7. Program Kegiatan ……….. 57

8. Ekstrakurikuler SMA Al-Falah Surabaya ……….. 58

B. Penyajian Data ... 59


(11)

xii

1. Korelasi Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah

Surabaya... 73

2. Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya ... 80

BAB V PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 102

LAMPIRAN ... 103


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata etika berasal dari bahasa latin yaitu Ethic yang berarti kebiasaan. Maka etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat.1 Filsuf asal Yunani, Plato mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari persoalan baik dan buruk.2 Etika merupakan suatu ilmu yang normatif, dengan sendirinya berisi norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila.3 Sebagaimana

firman Allah SWT dalam surat al hujarat ayat 13:

نإ انلٱ ا يأٓ ي

ۚ ا ٓوف اعتل لئٓابق ابوعش ۡمك نۡلعج ىثنأ رك ن م مك نۡقلخ ا

ّٱ نع ۡمكمرۡكأ إ

ريبخ ٌميلع ّٱ إ ۚۡمك ىقۡتأ

١٣

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

1

Burhanuddin Salam, Etika Individual, Pola Dasar Filsafat Moral, (PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000), h.3.

2 Widiyantoro, Materi Kuliah Filsafat dan Etika Komunikasi. (Surakarta,2011), h 3. 3 Burhanuddin Salam, Etika Individual, Ibid.


(13)

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Berdasarkan ayat di atas, manusia sebagai makhluk sosial akan berdampingan dengan berbagai sesama manusia dari berbagai daerah. Dalam menjalaninya dibutuhkan komunikasi yang baik dalam berinteraksi. Sebagaimana firman Allah SWT pada surat al-imron ayat 159:

ۡنم او نَ بۡلقۡلٱ ظيلغ اًظف تنك ۡول ۖۡم ل تنل ّٱ ن م ة ۡح ا بف

ت ۡم ع ا إف ۖر ۡم ۡۡٱ يف ۡمه ۡ اش ۡم ل ۡر ۡغت ۡسٱ ۡم ۡنع ف ۡعٱف ۖكل ۡوح

ي ّٱ إ ّۚٱ ىلع ۡلكوتف

نيل كوت ۡلٱ بح

١ ٩

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya

Berdasarkan ayat di atas, Seseorang yang berakhlak baik dapat dilihat dari cara bertutur kata. Sebaliknya orang yang tidak dapat bertutur kata dengan baik, biasanya mempunyai akhlak yang kurang baik juga. Hal ini dapat kita lihat di kehidupan kota pada jaman sekarang. Kebanyakan orang


(14)

yang tidak dapat bertutur kata dengan baik, mereka adalah orang yang tidak berpendidikan, atau orang yang mempunyai perilaku yang kurang baik. Akan tetapi hal ini tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur akhlak seseorang dari cara bertuturnya, karena belum tentu seseorang yang tidak dapat bertutur kata dengan baik mempunyai kepribadian yang buruk, walaupun beberapa orang berpendapat bahwa cara bertutur kata seseorang berdampak besar terhadap kepribadian orang tersebut. Sebagaimana telah djelaskan pada surat Al furqon ayat 63:

م ب اخ ا إ ان ۡوه ض ۡ ۡۡٱ ىلع وش ۡ ي ني لٱ ن ۡحرلٱ ابع

ا لس اولاق ول جۡلٱ

٣

Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang-orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

Pada masa kini tingkah laku dan akhlak peserta didik semakin bermacam-macam, tingkat kesopanan juga semakin menurun. Beberapa tingkah laku peserta didik yang melampaui batas kesopanan telah dianggap sebagai hal yang lumrah, serta dianggap sebagai salah satu bentuk pola hidup yang modern. Sesuatu yang dahulu dianggap sebagai hal yang tabu, kini dianggap sebagai hal yang lumrah. Dan lebih parahnya lagi, wali murid yang bersangkutan dapat memaklumi kenakalan anaknya tersebut, sehingga wali


(15)

murid yang bersangkutan tidak memberikan sanksi kepada peserta didik tersebut, mereka hanya memberikan teguran halus kepadanya sehingga mereka tidak merasa jera terhadap kesalahan yang telah dilakukannya. Hal ini yang memicu siswa untuk melakukan kesalahan yang sama bahkan kesalahan yang fatal.

Seiring tingkat kesopanan peserta didik yang mulai menurun, beberapa peserta didik tidak dapat menempatkan dirinya terhadap lingkungan di sekitar, sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana untuk berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat dari segi tutur kata peserta didik, terkadang mereka menyamakan bahasa yang digunakan terhadap orang yang lebih tua dan bahasa yang digunakan kepada teman sebayanya. Peserta didik tidak menyadari bahwa bertutur kata terhadap orang yang lebih tua tidak dapat disamakan dengan teman sebayanya. Peserta didik menganggap bahwa tutur kata yang digunakan tersebut adalah bahasa gaul, dan mereka mengagnggap itu adalah cara bertutur kata dan pola hidup yang modern. Bahkan beberapa peserta didik merasa bangga apabila dapat berbahasa gaul terhadap orang yang lebih tua, terlebih kepada orang tua kandung mereka sendiri. Peserta didik merasa bangga dan senang ketika memiliki orang tua yang dapat berbahasa gaul, mereka merasa bahwa pola hidup di keluarganya adalah pola hidup yang modern. Dan yang lebih mengherankan, wali murid dapat menerima dengan baik bahasa yang


(16)

diucapkan siswa tersebut serta mereka merasa bangga apabila dapat berbahasa gaul terhadap anaknya.

Hal tentang bertutur kata dengan menggunakan bahasa gaul kini sudah menjamur dimana-mana, terutama di perkotaan. Banyak orang menganggap bahwa berbahasa gaul adalah pola hidup yang modern. Mereka tidak menyadari dampak negatif dari bertutur kata yang kurang sopan terhadap orang yang lebih tua. Meskipun demikian beberapa orang tidak menyukai apabila ada peserta didik yang tidak dapat bertutur kata dengan baik, akan tetapi orang tersebut tidak memberikan sanksi, hanya memberikan teguran halus terhadap peserta didik yang tidak dapat bertutur kata dengan baik tersebut. Hal ini disebabkan sebagian besar orang di perkotaan menganggap penggunaan bahasa gaul merupakan pola hidup yang modern dan hal yang lumrah.

Kebanyakan pengguna bahasa gaul adalah remaja atau peserta didik di tingat sekolah menengah atas yang biasa di sebut SMA. Hal tersebut dapat kita lihat dari cara bertutur kata peserta didik SMA, mereka sering menggunakan bahasa yang cenderung rahasia dan tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Peserta didik SMA lebih memilih menggunakan bahasa gaul karena mereka merasa sudah beranjak dewasa dan memiliki suatu rahasia yang perlu di jaga dengan baik. Selain itu peserta didik SMA lebih suka menggunakan bahasa gaul karena mereka lebih merasa nyaman. Kenyamanan tersebut muncul saat menggunakan bahasa gaul karena ketika


(17)

peserta didik menggunakan bahasa gaul mereka tidak di ejek oleh temannya. Dan sebaliknya apabila peserta didik tidak menggunakan bahasa gaul mereka di ejek temannya sehingga memunculkan rasa tidak nyaman saat bergaul dan memunculkan rasa ingin memepelajari bahasa gaul. Dengan menggunakan bahasa gaul, peserta didik dapat berkomunikasi sesuai dengan caranya sendiri dan tidak terpaku pada kata-kata yang baku sehingga lebih mudah untuk di fahami oleh teman bicaranya. Oleh karena itu peneliti memilih peserta didik di tingkat SMA untuk di jadikan tempat penelitian.

Peserta didik di tingkat SMA sangatlah beragam, mulai dari kelas X, XI dan XII. Peserta didik di kelas X cenderung belum menggunakan bahasa gaul karena mereka baru saling kenal dan belum terlalu akrab. Bahasa gaul bahasa yang sangat beragam, sehingga untuk menggunakan bahasa gaul butuh waktu untuk mempelajari agar terbiasa menggunakannya. Untuk mempelajari bahasa gaul, peserta didik memerlukan sedikit analisis terhadap lingkungan sekitar, jenis bahasa gaul apakah yang sering di gunakan, maka bahasa tersebut lah yang perlu di pelajari. Keakraban peserta didik biasanya mulai terjalin di akhir kelas X, sehingga pada kelas XI pesetra didik sudah mulai akrab satu sama lain. Dari situlah terbentuk suatu keakraban yang memicu peserta didik lebih nyaman untuk berkomunikasi lebih dekat dan menggunakan bahasa gaul.

Pada saat menginjak kelas XI, peserta didik sangat menikmati masa-masa kebersamaan dan persahabatannya. Hal tersebut dikarenakan


(18)

peserta didik dapat mengenal teman sekelasnya lebih dekat di bandingkan pada saat kelas X. Keakraban itulah yang memicu peserta didik menggunakan bahasa gaul untuk saling menjaga rahasia satu sama lain ataupun hanya untuk kenyamanan berkomunikasi semata. Akan tetapi keakraban itu akan berkurang ketika peserta didik menginjak kelas XII. Hal tersebut di sebabkan peserta didik semakin fokus untuk menghadapi ujian. Sehingga mereka pun semakin jarang menggunakan bahasa gaul.

Oleh karena itu, berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka merupakan suatu alasan yang mendasar mengapa peneliti membahas permasalahan tersebut dalam penelitian yang berjudul “Korelasi penggunaan bahasa gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan bahasa gaul pada siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya?

2. Bagaimana akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya? 3. Adakah korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak pada


(19)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penggunaan bahasa gaul pada siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

2. Untuk mengetahui akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

3. Untuk mengetahui korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmu dan dapat memperkuat teori-teori yang ada.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada pembaca pada umumnya serta pendidik pada khususnya, tentang korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa.

3. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas wacana dan wawasan pendidikan khususnya tentangkorelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa. Dan sebagai


(20)

pengamalan teori-teori penelitian yang diperoleh dalam perkuliahan.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Agar tidak terjadi pembahasan yang tidak fokus dan meluas, maka peneliti memaparkan pembatasan masalah. Hal ini berguna agar tidak keluar dari ruang lingkup permasalahan penelitian. Adapun masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini sebatas membicarakan tentang korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa.

2. Penelitian ini hanya sebatas di ruang lingkup siswa kelas XI SMA Al-Falah Surabaya.

F. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang judul penelitian yang peneliti susun ini, maka peneliti rasa perlu untuk menjelaskan sedkit teori yang terdapat dalam judul penelitian ini yaitu “Korelasi penggunaan bahasa gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.”

1. Korelasi : Hubungan timbal balik atau sebab akibat.4

2. Bahasa gaul : Dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya


(21)

meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi.

3. Akhlak : Budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” ( قلخ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan “Khaliq” (قلاخ) yang berarti Pencipta dan “Makhluk” ( ول م) yang berarti yang diciptakan.

Dari beberapa definisi istilah di atas, maka yang dimaksud dengan judul “ korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya” adalah Daya yang timbul dari sesuatu Dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja yang mempengaruhi budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini jelas mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka peneliti membagi pembahasan ini dalam bab yang meliputi:

Bab satu, pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab dua, landasan teori yang terdiri dari tinjauan tentang bahasa gaul (pengertian bahasa, bahasa baku dan non baku, pengertian bahasa gaul,


(22)

contoh pengguna bahasa gaul), tinjauan tentang akhlak (pengertian akhlak, sumber dan macam-macam akhlak, tujuan akhlak), korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya, hipotesis.

Bab tiga, metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, rencangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab empat, laporan hasil penelitian berisi tentang laporan hasil penelitian (gambaran umum objek penelitian, yang memaparkan visi dan misi serta tujuan SMA Al-Falah Surabaya, struktur organisasi SMA Al-Falah Surabaya. Selain itu juga peneliti memaparkan penyajian analisis data yang berisi tentang akhlak siswa, penyajian data, pengujian hipotesa dan analisis data.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Bahasa Gaul 1. Pengertian Bahasa

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.1

Sedangkan menurut Bloomfield bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Karena merupakan suatu sistem, bahasa itu mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung, dan mengandung struktur unsur-unsur yang bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi yang berurutan membentuk suatu struktur tertentu. Bunyi-bunyi itu merupakan lambang, yaitu yang melambangkan makna

1


(24)

yang besembunyi dibalik bunyi itu. Pengertian sederet bunyi itu melambangkan suatu makna bergantung pada kesepakatan atau kovensi anggota masyarakat pemakainya. Hubungan antara bunyi dan makna itu tidak ada aturannya, jadi sewenang-wenang. Tetapi, karena bahasa itu mempunyai sistem, tiap anggota masyarakat terikat pada aturan dalam sistem itu, yang sama-sama dipatuhi.

Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual ini dapat berpengaruh luas pada anggota

masyarakat bahasa yang lain. Tetapi individu itu tetap terikat pada”aturan permainan” yang berlaku bagi semua anggota masyarakat.2

Bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial atau budaya tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Bahasa bisa

dianggap sebagai “cermin zamannya”. Artinya, bahasa itu dalam suatu

masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat.3

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa

2

Sumarsono, sosiolinguistik, (Yogyakarta : Sabda, 2014), cet. Ke10, h.19

3


(25)

melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Akan tetapi hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi. Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal sehingga sangat sulit untuk di ketahui secara jelas.

2. Bentuk Bahasa Baku dan Non Baku

Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi. Bahasa baku terutama digunakan sebagai bahasa persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa. Bahasa baku umumnya ditegakkan melalui kamus (ejaan dan kosakata), tata bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta penggunaan di masyarakat (pemerintah, sekolah, dan sebagainya).4 Bahasa baku tidak dapat dipakai untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum, dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Di luar keempat penggunaan itu, dipakai bentuk bahasa (ragam) non baku.5

4

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_baku. Diakses pada 20 juli 2016

5


(26)

Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa. Dengan kata lain ragam-ragam selebihnya, termasuk dialek, adalah ragam non baku. Dari sudut kebahasaan, ada perbedaan antara baku dan non baku menyangkut semua komponen bahasa, yaitu tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan tata kalimat. Dalam hal tata bunyi ragam baku mempunyai ragam ejaan. Dalam bahasa Indonesia, ejaan baku adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), sehingga penelitian yang melanggar EYD adalah ejaan non baku, sehingga ragam tulisnya merupakan non baku pula.6 Ragam baku memiliki ciri-ciri, yaitu:

a) Berasal dari dialek. Jumlah penutur asli (native speaker) bahasa baku lebih sedikit dibandingkan dengan keseluruhan penutur bahasa.

b) Biasanya diajarkan kepada orang lain yang bukan penutur asli bahasa tersebut.

c) Mampu memberi jaminan kepada pemakainya bahwa ujaran yang dipakai kelak dapat dipahami oleh masyarakat luas, lebih luas daripada jika pemakai dialek regional.

d) Dipakai oleh kalangan pelajar, kalangan cendikiawan dan ilmuwan, dan juga dalam karya tulis ilmiah.

e) Mempunyai bentuk-bentuk kebahasaan tertentu yang membedakannya dengan ragam-ragam lain. Ciri kebahasaan itu dalam bahasa baku pasti dan dipakai secara konsisten.

6


(27)

3. Pengertian Bahasa Gaul

Menurut Wikipedia dari penelusuran situs google mengatakan bahwa bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia non standar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk

“ok” di depan fonem terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi “ok” menjadi bokap. Diperkirakan ragam

ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.7

Bahasa gaul atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau bahasa.8 Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya dalam domain tertentu, seperti kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.

Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak

7

http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/12/antara-bahasa-gaul-prokem-dan-bahasa-alay-486171.html. Diakses pada 20 Juli 2016

8


(28)

diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini

untuk memberikan kode kepada lawan bicara

(kalangan militer dan kepolisian juga menggunakannya).

Bahasa prokem ini mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (contohnya, kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang

bernama “Kamus Bahasa Gaul” pada tahun 1999.

Meskipun bahasa gaul sebenarnya merujuk kepada bahasa khas yang digunakan setiap komunitas atau subkultur apa saja, bahas gaul lebih sering merujuk pada bahasa rahasia yang digunakan dalam kelompok yang menyimpang, seperti kelompok preman, kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/lesbian, pelacur, dsb.

Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di


(29)

lingkungan sosial bahkan dalam media-media popular seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan sering pula digunakan dalam bentuk publikasi-publikasi yang ditunjukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja popular.

Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat. Perbendaharaan kata dalam bahasa gaulnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa sunda.

Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T diubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

4. Contoh Penggunaan Bahasa Gaul

Masa remaja ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa kehidupan manusia yang menarik dan mengesankan. Masa remaja


(30)

Ciri ini tercermin pula dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat

kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa “rahasia”

yang hanya berlaku bagi kelompok mereka, atau kalau semua remaja sudah tahu, bahasa ini tetap rahasia bagi kelompok anak-anak dan orang tua. Bagi para remaja bahasa rahasia tersebut bisa juga di sebut sebagai bahsa gaul, karena dengan menggunakan bahasa rahasia mereka merasa sebagai remaja yang gaul, sehingga bahasa rahasia tersebut biasa di sebut sebagai bahsa gaul. Bahasa gaul yang mereka gunakan juga tidak sembarangan, mereka memang sudah mempunyai ciri bahasa yang sudah di sepakati sehingga mereka saling mengerti bahasa yang mereka gunakan. Bahasa gaul memiliki ciri-ciri sebagai berikut9:

a) Kosakata khas: berkata → bilang, berbicara → ngomong, cantik

→kece, dia → doi, doski, kaya →tajir, reseh →berabe, ayah → bokap, ibu → nyokap, cinta →cintrong, aku →gua, gue, gwa, kamu → lu, lo, elu, dll.

b) Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah → udah, saja → aja, sama

→ ama, memang → emang, dll.

c) Penghilangan huruf “h”: habis → abis, hitung → itung, hujan →

ujan, hilang → ilang, hati → ati, hangat → anget, tahu → tau, lihat → liat, pahit → pait, tahun → taon, bohong → boong, dll.

9


(31)

d) Penggantian huruf "a" dengan "e": benar → bener, cepat → cepet,

teman→ temen, cakap → cakep, sebal → sebel, senang → seneng, putar → puter, seram →serem.

e) Penggantian diftong "au", "ai" dengan "o" dan "e": kalau → kalo,

sampai → sampe, satai → sate, gulai → gule, capai → cape, kerbau → kebo, pakai → pake, mau (bukan diftong) → mo, dll.

f) Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang:

terima kasih → makasi/trims, bagaimana → gimana, begini → gini, begitu → gitu, ini → nih, itu → tuh.

g) Peluluhan sufiks me-, pe- seperti: membaca → baca, bermain →

main, berbelanja → belanja, membeli → beli, membawa → bawa,

pekerjaan → kerjaan, permainan → mainan, dst.

h) Penggunaan akhiran "-in" untuk menggantikan akhiran "-kan":

bacakan → bacain, mainkan → mainin, belikan → beliin, bawakan → bawain, dst.

i) Nasalisasi kata kerja dengan kata dasar berawalan 'c': mencuci → nyuci, mencari → nyari, mencium → nyium, menceletuk →

nyeletuk, mencolok → nyolok

j) Untuk membentuk kata kerja transitif, cenderung menggunakan proses nasalisasi. Awalan "me-", akhiran "-kan" dan "-i" yang cukup rumit dihindarkan.


(32)

k) Proses nasalisasi kata kerja aktif+ in untuk membentuk kata kerja

transitif aktif: memikirkan→ mikirin, menanyakan → nanyain, merepotkan → ngerepotin, mengambilkan → ngambilin

l) Bentuk pasif 1: di + kata dasar + in: diduakan → diduain, ditunggui

→ ditungguin, diajari → diajarin, ditinggalkan → ditinggalin

m) Bentuk pasif 2: ke + kata dasar yang merupakan padanan bentuk pasif "ter-" dalam bahasa Indonesia baku: tergaet → kegaet,

tertimpa → ketimpa, terpeleset → kepeleset, tercantol → kecantol, tertipu → ketipu, tertabrak → ketabrak10

Dari ciri-ciri bahasa gaul di atas kita dapat mengetahui jenis bahasa gaul apa yang paling sering para remaja gunakan sehingga kita dapat mengerti pula apa yang mereka bicarakan. Akan tetapi bahasa gaul tidak berhenti sampai disini, para remaja terus berkreasi untuk menciptakan aturan bahasa gaul yang terbaru. Hal tersebut dapat kita lihat dari semakin hari semakin banyak jenis bahasa gaul yang di gunakan. 5. Contoh Bahasa Gaul.

Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan. Ada pula beberapa contoh bahasa gaul yang paling sering di gunakan para

10


(33)

remaja saat ini bahkan hampir semua orang pun dapat mengerti bahasa tersebut.

a) Deh/ dah(Bagaimana kalau ...)

Coba dulu deh.(tidak menggunakan intonasi pertanyaan) Bagaimana kalau dicoba dulu?

b) Dong(Tentu saja ...)

Sudah pasti dong. – Sudah pasti / Tentu saja. Mau yang itu dong – Tentu saja saya mau yang itu. c) Eh(Pengganti subjek, sebutan untuk orang kedua…)

Eh, namamu siapa? - Bung, namamu siapa? Eh, ke sini sebentar. - Pak/Bu, ke sini sebentar. Ke sini sebentar, eh. - Ke sini sebentar, Bung.

d) Kan(Kependekan dari 'bukan', dipakai untuk meminta

pendapat/penyetujuan orang lain (pertanyaan)…)

Bagus kan? - Bagus bukan?

Kan kamu yang bilang? -Bukankah kamu yang bilang demikian? Dia kan sebenarnya baik. -Dia sebenarnya orang baik,bukan? e) Kok(Kata tanya pengganti 'Kenapa (kamu)'…)

Kok kamu terlambat? – Kenapa kamu terlambat?

f) Lho/Loh(Kata seru yang menyatakan keterkejutan. Bisa digabung dengan kata tanya. Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi…)


(34)

Lho, kok kamu terlambat? -Kenapa kamu terlambat? (dengan ekspresi heran)

Loh, apa-apaan ini! – Apa yang terjadi di sini? (pertanyaan retorik dengan ekspresi terkejut/marah)

g) Nih(Kependekan dari 'ini'…)

Nih balon yang kamu minta. -Ini (sambil menyerahkan barang). Balon yang kamu minta.

Nih, saya sudah selesaikan tugasmu. - Ini tugasmu sudah saya selesaikan.

h) Sih(Karena ...)

Dia serakah sih. - Karena dia serakah. (dengan ekspresi mencemooh)

Kamu sih datangnya terlambat .- Karena kamu datangterlambat. (dengan ekspresi menyesal)

i) Tuh/ tu(Kependekan dari 'itu', menunjuk kepada suatu objek…)

Lihat tuh hasil dari perbuatanmu. - Lihat itu, itulah hasil dari perbuatanmu.

Tuh orang yang tadi menolongku. - Itu lihatlah, itu orang yang menolongku.

j) Yah(Selalu menyatakan kekecewaan dan selalu digunakan di awal kalimat atau berdiri sendiri….)


(35)

Yah, Indonesia kalah lagi -Indonesia kalah lagi (dengan ekspresi kecewa)

Bahasa gaul dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis lagi, ada yang disebut bahasa gaul kaum selebritis, kaum gay dan lesbian atau kaum waria. Bahasa ini digunakan untuk memproteksi kelompok mereka dari komunitas lain. Sehingga komunikasi yang mereka lakukan, hanya kelompok mereka saja yang mengerti.11

1) Bahasa kaum selebritis

Perhatikan kata-kata yang sering digunakan oleh kalangan selebritis dalam bahasa gaul yaitu:

a) Baronang = baru b) Cinewinek = cewek c) Pinergini = pergi d) Ninon tinon = nonton 2) Bahasa gay dan bahasa waria

Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci. Sekelompok mahasiswa saya dari Fikom Unpad, berdasarkan penelitian mereka atas kaum gay di Bandung menemukan sejumlah kata yang mereka gunakan, misalnya adalah: a) Cinakinep = Cakep

11


(36)

b) Duta = Uang c) Kemek = Makan d) Linak = Laki-laki e) Maharani = Mahal f) Jinelinek = Jelek 3) Bahasa kaum waria

Bahasa adalah sebagian dari bahasa gaul yang dianut sebuah komunitas banci (waria), seperti yang diperoleh sekelompok mahasiswa berdasarkan wawancara dengan seorang waria.

a) Akika/ike = aku b) Bis kota = besar c) Cakra = ganteng d) Cucux = cakep/keren e) Diana = dia

f) Inang = Iya12

Bahasa tersebut sangat jarang di ketahui oleh masyarakat umum, hal tersebut sengaja di buat rumit dan memiliki arti yang berbeda pada kata yang sebenarnya karena para pemilik bahasa tersebut hanya di gunakan oleh kaum tertentu.

12


(37)

B. Tinjauan Tentang Akhlak 1. Pengertian Akhlak

Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (قلخ) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan

“khalkun” ( قلخ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan “Khaliq” (قل خ)

yang berarti Pencipta dan “Makhluk” ( ولخم) yang berarti yang diciptakan.13

Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al-Qur’an, sebagai berikut:

مْيظع قلخ ىلعل كنٳ

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.” (Q.S. Al-Qalam: 4).14

Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

13

Zahruddin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1.

14

Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 960.


(38)

a. Ibn Miskawaih, Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.15

b. Imam Al-Ghazali, Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik

dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan

jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.16

c. Prof. Dr. Ahmad Amin, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.17

15

Opcit., h. 4.

16

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h.

17


(39)

Jadi yang dimaksud dengan akhlak adalah suatu sikap yang di biasakan untuk melakukan sesuatu kegiatan tanpa berfikir panjang dan di dorong dari keinginan diri sendiri.

2. Sumber dan Macam-macam Akhlak a. Sumber Akhlak

Persoalan “akhlak” didalam Islam banyak dibicarakan dan

dimuat dalam al-Hadits sumbertersebut mrupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hri bagi manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.18

Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.

Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian,

18


(40)

dasar atau sumber pokok daripada akhlak adalah al-Qur’an dan al -Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.19

Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur’an dan as-Sunah dalam kesehariannya.

Beliau bersabda :

تكرت : ملس هيلع َ ىلص يبنلا ق كل م نب سن نع

اولضت نل نيرمأ م يف

.ىتهنس هَ تك ه عب

Artinya:

Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi saw

bersabda,”telah ku tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang

apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut sistem moral atau akhlak yang agamis (Islam)

19


(41)

dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni al-Qur’an dan al-Hadits.

b. Macam-macam Akhlak

1) Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat-sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.

b) Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.


(42)

Contohnya : Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela.

c) Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya.20

Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalm kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang

20

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h.49-57.


(43)

terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik.

2) Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:

a) Berbohong Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

b) Takabur (sombong) Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

c) Dengki Ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.


(44)

d) Bakhil atau kikir Ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.21

Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya di bedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.

c. Tujuan Akhlak

Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah).

Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap

21


(45)

pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya.22

Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.23

Sedangkan Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat.24

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prisnsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.

22

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 115.

23

Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: CV Ramadhani, 1988). h 2.

24

Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), Cet ke-2, h.346.


(46)

Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.

C. Korelasi penggunaan bahasa gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al – Falah Surabaya.

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk dipergunakan bertutur dengan manusia lainnya dengan tanda, misalnya kata dan gerakan. Perkiraan jumlah dari bahasa-bahasa di dunia beragam antara 6.000-7.000 bahasa. Namun, perkiraan tepatnya bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa, dan dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia adalah modalitas-independen. Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat belajar, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut. Semua bahasa


(47)

bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu.

Semakin majunya zaman semakin maju pula perkembangan bahasa. Hal ini dapat dilihat dari cara bertutur kata masyarakat pada saat ini. Kebanyakan masyarakat berkomunikasi tidak hanya menggunakan bahasa baku, tetapi masyarakat juga menggunakan bahasa daerah, bahasa prokem ataupun bahasa yang lainnya, salah satunya yaitu bahasa gaul.

Bahasa gaul merupakan perkembangan dari bahasa prokem ataupun pengembangan dari bahasa baku. Bahasa inilah yang pada saat ini sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya, terutama pada kalangan remaja.

Keragaman bahasa khususnya bahasa gaul memiliki dampak negatif dan positif. Dampak positif dari bahasa gaul yaitu bahasa menjadi lebih indah untuk di ucapkan dan lebih menarik untuk di dengar. Selain itu remaja lebih kreatif dalam pengembangan bahasa. Akan tetapi bahasa gaul juga mempunyai dampak negatif diantaranya penelitian bahasa baku menjadi tidak benar, mulai lunturnya budaya berbahasa baku khususnya bahasa Indonesia, kurangnya kesadaran membudayakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan lebih parahnya lagi dapat berdampak pada lunturnya sopan santun terhadap orang yang lebih tua.

Pada masa kini tingkah laku dan akhlak siswa semakin bermacam-macam, tingkat kesopanan juga semakin menurun. Beberapa tingkah laku


(48)

siswa yang melampaui batas kesopanan telah dianggap sebagai hal yang lumrah, serta dianggap sebagai salah satu bentuk pola hidup yang modern. Sesuatu yang dahulu dianggap sebagai hal yang tabu, kini dianggap sebagai hal yang lumrah. Dan lebih parahnya lagi, orang tua siswa yang bersangkutan dapat memaklumi kenakalan siswa tersebut, sehingga orangtua yang bersangkutan tidak memberikan sanksi kepada siswa tersebut, mereka hanya memberikan teguran halus kepada siswa sehingga siswa tidak merasa jera terhadap kesalahan yang telah dilakukannya. Hal ini yang memicu siswa untuk melakukan kesalahan yang sama bahkan kesalahan yang fatal.

Seiring tingkat kesopanan siswa yang mulai menurun, beberapa siswa tidak dapat menempatkan dirinya terhadap lingkungan di sekitar, sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana untuk berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat dari segi tutur kata siswa, terkadang siswa menyamakan bahasa yang digunakan terhadap orang yang lebih tua dan bahasa yang digunakan kepada teman sebaya. Siswa tidak menyadari bahwa bertutur kata terhadap orang yang lebih tua tidak dapat disamakan dengan teman sebaya. Siswa menganggap bahwa tutur kata yang digunakan tersebut adalah bahasa gaul, dan siswa mengagnggap itu adalah cara bertutur kata dan pola hidup yang modern. Bahkan beberapa siswa merasa bangga apabila dapat berbahasa gaul terhadap orang yang lebih tua, terlebih kepada orang tua kandung mereka sendiri. Siswa merasa bangga dan senang ketika memiliki orang tua yang dapat berbahasa gaul, siswa merasa


(49)

bahwa pola hidup di keluarganya adalah pola hidup yang modern. Dan yang lebih mengherankan, orang tua dapat menerima dengan baik bahasa yang diucapkan siswa tersebut serta mereka merasa bangga apabila dapat berbahasa gaul terhadap anaknya.

Hal tentang bertutur kata dengan menggunakan bahasa gaul kini sudah menjamur dimana-mana, terutama di perkotaan. Banyak orang menganggap bahwa berbahasa gaul adalah pola hidup yang modern. Mereka tidak menyadari dampak negatif dari bertutur kata yang kurang sopan terhadap orang yang lebih tua. Meskipun demikian beberapa orang tidak menyukai apabila ada seorang siswa yang tidak dapat bertutur kata dengan baik dan orang tersebut tidak memberikan sanksi, hanya memberikan teguran halus terhadap siswa yang tidak dapat bertutur kata dengan baik tersebut. Hal ini disebabkan sebagian besar orang di perkotaan menganggap penggunaan bahasa gaul merupakan pola hidup yang modern dan hal yang lumrah.

Akan tetapi pernyataan di atas sangat bertolak belakang dengan firman Allah SWT dalam surat al-imron ayat 159:

هظف تنك ۡول ۖۡم ل تنل َٱ نم ٖة ۡحر بف

ْاوض نَ بۡلقۡلٱ ظيلغ

ۡنم

ا إف ۖر ۡم ۡۡٱ يف ۡمه ۡر ش ۡم ل ۡر ۡغت ۡسٱ ۡم ۡنع ف ۡع ف ۖكل ۡوح

نيلكوت ۡلٱ بحي َٱ إ َۚٱ ىلع ۡلكوتف ت ۡمزع

١٥٩


(50)

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya

Berdasarkan ayat di atas, Seseorang yang berakhlak baik dapat dilihat dari cara bertutur kata. Sebaliknya orang yang tidak dapat bertutur kata dengan baik, biasanya mempunyai akhlak yang kurang baik juga. Hal ini dapat kita lihat di kehidupan kota pada jaman sekarang. Kebanyakan orang yang tidak dapat bertutur kata dengan baik, mereka adalah orang yang tidak berpendidikan, atau orang yang mempunyai perilaku yang kurang baik. Akan tetapi hal ini tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur akhlak seseorang dari cara bertuturnya, karena belum tentu seseorang yang tidak dapat bertutur kata dengan baik mempunyai kepribadian yang buruk, walaupun beberapa orang berpendapat bahwa cara bertutur kata seseorang berdampak besar terhadap kepribadian orang tersebut.


(51)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks.25 Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Kerja (Ha)

Hipotesis ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara veriabel independent (X) dengan variabel dependent (Y) yakni adanya korelasi yang signifikan antara bahasa gaul dengan akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

2. Hipotesis nihil (Ho)

Hipotesis ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara variable independent (X) dengan variable dependent (Y) yakni tidak adanya korelasi yang signifikan antara bahasa gaul dengan akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

25


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi, yakni rencana pemecahan bagi persoalan yang dihadapi.1 Metode penelitian ini meliputi jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian, jenis dan sumber data, pengumpulan data, teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.2 Sebagian besar melibatkan faktor jumlah barang atau nomimal angka yang dimunculkan.3 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Metode Survei ialah metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam pengamatan langsung terhadap suatu gejala dalam populasi besar atau kecil. Proses penelitian survei merupakan suatu fenomena

1

Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 50.

2

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 2.

3

Jasa Ungguh Muliawan, Metode Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Gava Media, 2014) cet. 1, h. 60.


(53)

sosial dalam bidang pendidikan yang menarik perhatian peneliti.4 Maka dari itu peneliti menggunakan metode survei untung pengamatan tentang bahasa gaul terhadap akhlak siswa.

B. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti :

1. Tahap Persiapan

a) Memilih sekolah yang berada di kota.

b) Mempersiapkan instrument penelitian yang terdiri dari : 1) Angket untuk siswa

2) Pertanyaan wawancara

c) Meminta izin kepada kepala sekolah yang bersangkutan untuk melakukan penelitian.

d) Berkonsultasi dengan guru mata pelajaran PAI kelas XI, mengenai : 1) Waktu yang akan digunakan dalam penelitian

2) Siswa yang akan dijadikan sampel

3) Korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa

4


(54)

2. Tahap Pelaksanaan a) Observasi

Dalam proses observasi, peneliti mengamati bagaimana cara berkomunikasi siswa, bahasa gaul jenis apa yang sering digunakan dan mengamati akhlak siswa yang menggunakan bahasa gaul.

b) Pemberian angket

Peneliti masuk ke dalam kelas untuk menyampaikan tujuan penelitian dan menjelaskan cara mengisi angket. Lalu peneliti menyebarkan angket kepada seluruh siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

3. Tahap akhir

Disini peneliti melakukan analisis hasil pengamatan.

C. Variable Penelitian

Ditinjau dari sifatnya penelitian ini korelasional karena ingin mengetahui hubungan antara dua variabel. Ada dua variabel utama yang ditetapkan dalam penelitian yakni :

1. Variabel bebas (X) yaitu suatu variabel yang mempengaruhi variabel lain.5 Adapun yang dimaksud variabel bebas yaitu bahasa gaul.

5


(55)

2. Variabel terikat (Y) yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun yang dimaksud variabel terikat adalah akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

D. Populasi

Penelitian yang bersifat penelitian populasi artinya seluruh subjek di dalam wilayah penelitian dijadikan subjek penelitian.6 Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti.7 Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian populasi. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya yang berjumlah 120 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi atau wakil dari populasi.8 Penyelidikan secara sampel ini dilakukan karena mengingat keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan faktor ekonomi.9 Menurut Suharsimi Arikunto apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih. Maka peneliti dalam penelitian ini tidak mengambil sampel, melainkan mengambil seluruh populasi yakni seluruh siswa kelas XI SMA Al-Falah Surabaya sebanyak 100 siswa.

6

Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 46. 7

Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 1980), h. 77. 8

Ibid., h. 77. 9

Ine L. Amilman Yousda Dan Arifin Zainal, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 135.


(56)

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan turun langsung ke lokasi penelitian, guna meninjau dan mencatat serta mengontrol keadaan lokasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Observasi adalah : “Teknik pengumpulan data yang diambil dari perilaku subyek penelitian dan

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti” (Winarno Surakhmad,

1990:162)

Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. dalam observasi partisipatif peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, sedangkan untuk nonpartisipatif peneliti hanya mengamati kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif karena pada peneliti mengamati segala aktivitas kegiatan di SMA Al-Falah Surabaya. Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang akhlak siswa dan untuk mengetahui korelasi penggunaan bahasa gaul pada siswa disana.

2. Kuesioner (Angket)

Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan


(57)

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.10 Angket akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket berstruktur yang diajukan kepada siswa sebagai responden. Metode angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang akhlak siswa dan untuk mengetahui korelasi penggunaan bahasa gaul pada siswa disana.

3. Interview

Metode interview adalah pengumpulan data dengan jalan tanya jawab atau dialog melalui proses wawancara kepada narasumber untuk mendapatkan informasi atau keterangan secara langsung.11 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang bahasa gaul dan akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumentasi atau catatan penting, surat kabar, internet, dan lain sebagainya. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.12 Dalam penelitian ini peneliti merekam kegiatan siswa saat berkomunikasi untuk mengetahui bahasa gaul yang sering digunakan siswa dan untuk mengetahui akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya. Selain itu metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), cet ke-13, h. 151.

11

Cholid Narboku dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 83. 12


(58)

data-data tertulis mengenai gambaran umum obyek penelitian yang meliputi: profil SMA Al-Falah Surabaya, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan sarana dan prasarana, keadaan guru dan siswa.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisis. Berkaitan dengan judul penelitian ini, peneliti dalam menganalisis data yang sudah terkumpul menggunakan metode statistik. Metode statistik adalah teknik analisis dengan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk penyelidikan angka-angka.

Adapun teknik analisis data statistik ini, peneliti gunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus product moment. Adapun rumusnya sebagai berikut:

� = �. ∑ − ∑ ∑

√{�. ∑ 2− ∑ 2}. {� ∑ 2− ∑ 2}

Keterangan :

Rxy = Koefisien antara variabel X dan Y yang dicari korelasinya N = Jumlah Responden

XY = Jumlah hasil perkalian anatara skor X dan Y X = Jumlah seluruh skor X

Y = Jumlah seluruh skor Y X2

= Jumlah hasil perkalian skor X dengan X Y2


(59)

Adapun teknik analisis data statistik ini peneliti gunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya. Peneliti melakukan analisis statistik dengan menggunakan SPSS versi 2.0 agar lebih mudah dan hasil lebih akurat.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Data Profil Sekolah

Tabel 4.1 Profil Sekolah Data Profil Sekolah

NPSN 20541315

Nama Sekolah SMA AL-FALAH KETINTANG Kepala Sekolah Indah Rahmawati, S.Pd

Tanggal Pendirian 2001-11-19 00:00:00+07 Status Swasta

Akreditasi A

Nama Yayasan KEPHARMASIAN SURABAYA Alamat Yayasan JALAN KETINTANG MADYA 81

SURABAYA

Pimpinan Yayasan Hj. HERNINA AGUSTIN, S.E Alamat Sekolah JALAN KETINTANG MADYA 81 Kecamatan Kec. Gayungan


(61)

Telepon 0318291502 Fax 0318275333

Email alfalahketintang@yahoo.co.id Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya

2. Visi dan Misi

Visi

Sekolah yang seluruh aspek kegiatannya mengacu pada nilai-nilai Islam dengan dasar Al Quran dan Al Hadits

Misi

a. Berdakwah melalui pendidikan

b. Membantu orang tua mewujudkan anak shalih-shalihah 1) Aqidah yang mantap dan berakhlak mulia

2) Intelektual (akademis) yang tinggi 3) Keterampilan dan kesamaptaan

4) Peduli dengan agama dan lingkungan sosialnya 5) Siap menata hidup sesuai zamannya.

3. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi SMA Al-Falah Ketintang Surabaya adalah sebagai berikut:


(62)

Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya Yayasan Kepharmasian

Surabaya

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Waka Kesiswaan dan Waka HUMAS Waka Kurikulum

dan Waka Sarpras

Koords. MOR Koords. MOR

Pusat Sumber

Belajar

Keuangan Ketenagakerjaan

Tata Usaha

Guru


(63)

4. Data Tenaga Pendidik

Guru dan tenaga pendidik di SMA Al Falah Ketintang Surabaya adalah guru yang memiliki kompetensi di bidangnya dengan latar belakang minimal sarjana strata 1 (S-1). Adapun komposisi tenaga pendidik adalah 60% S-1 Keguruan dan 40% S-1 keagamaan (Islam). Total keseluruhan dari tenaga pendidikan adalah 63 orang. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Pegawai Per Jabatan

Nama Jabatan Jumlah Pegawai

Bendahara BOS 1

Guru Bantu Sekolah Induk 1

Guru Tidak Tetap 1

Kepala Sekolah 1

Kepala Tenaga Administrasi 1 Tenaga Perpustakaan 1

Bendahara Gaji 2

Juru Bengkel 2

Wakil Kepala Sekolah 2 Tenaga Administrasi 6 Pesuruh/Penjaga Sekolah 12


(64)

Guru PNS Pemda 33

Total 63

Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya

5. Data Siswa

Tabel 4.3

Jumlah Siswa Tiap Kelas Tahun Ajaran 2015/2016

Kelas Jumlah Siswa

10 118

11 100

12 97

Total 315

Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya

Tabel 4.4 Jumlah Rombel

Kelas Jumlah Rombel

10 5

11 4

12 4


(65)

Tabel 4.5

Jumlah Siswa Per Rombel

Kelas

Program Pengajaran

Nama Rombel Jumlah Siswa

10 IPA 1 32

10 IPA 2 30

10 IPS 1 33

10 IPS 2 22

10

Matematika dan Ilmu Alam

2 1

11 Ilmu-Ilmu Sosial IIS1 25 11 Ilmu-Ilmu Sosial IIS2 25

11

Matematika dan Ilmu Alam

MIA1 25

11

Matematika dan Ilmu Alam

MIA2 25

12 Ilmu-Ilmu Sosial IIS1 27 12 Ilmu-Ilmu Sosial IIS2 20

12

Matematika dan Ilmu Alam

MIA1 26


(66)

Ilmu Alam

Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya

Tabel 4.6

Jumlah Siswa Berdasar Kota Asal

Kota Jumlah Siswa

Kota Surabaya 226

Luar Surabaya 86

Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya

Tabel 4.7

Jumlah Siswa Berdasar Kelamin

Kelamin Jumlah Siswa

L 153

P 162

Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya

6. Sarana Prasarana

Tabel 4.8

Daftar Prasarana Sekolah

No. Nama Jumlah

1 Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki 1 unit 2 Kamar Mandi/WC Guru Perempuan 1 unit 3 Laboratorium Biologi 1 unit


(67)

4 Laboratorium Fisika 1 unit 5 Laboratorium IPA (Lab. IPA) 1 unit 6 Laboratorium Kimia 1 unit 7 Laboratorium Komputer (Lab. Komputer) 1 unit 8 Lainnya (R. Tamu) 1 unit 9 Lainnya (R. Tunggu) 1 unit 10 Ruang Ibadah (masjid) 1 unit 11 Ruang Kepala Sekolah 1 unit 12 Ruang Kesehatan 1 unit 13 Ruang Keterampilan 1 unit 14 Ruang Multimedia 1 unit 15 Ruang Olahraga (Lapangan) 1 unit 16 Ruang Percetakan 1 unit 17 Ruang Perpustakaan 1 unit 18 Ruang Serba Guna/Aula 1 unit 19 Koperasi/Toko 2 unit 20 Ruang BP/BK (R. BK) 2 unit 21 Ruang Guru (R. Guru) 2 unit 22 Ruang TU (R. TU) 2 unit 23 Ruang UKS (R. UKS) 2 unit


(68)

25 Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki 4 unit 26 Ruang Laboratorium 4 unit 27 Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan 6 unit 28 Ruang Teori/Kelas 12 unit

Sumber: Dokumen SMA Al-Falah Surabaya

7. Program Kegiatan

a) Pengajaran Al-Qur’an bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kitab suci Al-Qur’an dan mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

b) Pengajaran sholat dan ibadah lainnya, bertujuan supaya tata cara sholat dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.

c) Penanaman aqidah dan akhlakul karimah yang bertujuan untuk menumbuhkan sikap yang santun dan terpuji, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

d) English conversation model & english day bertujuan agar siswa lancar dan berani berbicara dengan menggunakan bahasa inggris.

e) Out Bond diadakan untuk melatih keterampilan dan ketangkasan siswa sehingga diharapkan menjadi siswa yang terampil dan tangkas dalam menghadapi kehidupan.

f) Motivation training, bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar dan melatih mental siswa supaya lebih baik.


(69)

8. Ekstrakurikuler SMA Al-Falah Surabaya

Tidak hanya berprestasi di bidang akademik, siswa SMA Al-Falah Ketintang Surabaya ini juga dibekali dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tidak semua kegiatan ekstrakurikuler dapat diikuti oleh siswa-siswi. Ada beberapa kegiatan yang hanya dapat diikuti oleh siswa. Berikut adalah kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMA Al-Falah Surabaya:

a. Basket b. Futsal c. Paskibra d. Anggar e. Bulu Tangkis f. Drumband g. Tae Kwon Do h. Karate

i. Alfapala j. Pramuka k. Renang


(70)

B. Penyajian Data

Bahasa gaul di SMA Al-Falah dianggap sebagai bahasa yang paling mudah untuk diucapakan. Oleh karena itu siswa sering menggunakan bahasa gaul saat berkomunikasi dengan orang di sekitar, khususnya saat berkomunikasi dengan temannya. Alasan siswa memilih menggunakan bahasa gaul saat berkomunikasi dengan temannya di banding menggunakan bahasa baku karena bahasa gaul lebih mudah di mengerti dan terasa lebih indah saat dengarkan. Siswa SMA Al-Falah juga memahami berbagai macam jenis bahasa gaul, walaupun tidak semua bahasa gaul mereka gunakan. Akan tetapi tidak selamanya siswa menggunakan bahasa gaul saat berkomunikasi, terutama saat berbicara dengan orang yang lebih tua ataupun di acara resmi seperti saat berpidato atau memberi sambutan.

Akhlak siswa di SMA Al-Falah sangat baik, hal ini terbukti dari cara mereka bertutur kata dengan guru ataupun dengan orang tua. Dari hasil wawancara peniliti dengan siswa SMA Al-Falah, mereka selalu mengutamakan sopan santun tehadap guru ataupun dengan orang tua. Hal ini siswa lakukan karena mereka sudah di biasakan untuk sopan santun terhadap orang tua sejak kecil. Tidak hanya itu, saat di sekolah siswa juga di anjurkan untuk patuh terhadap guru dan menghormati satu sama lain.

Korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa di SMA Al-Falah tidak terlalu signifikan. Karena siswa SMA Al-Al-Falah sendiri sudah faham bagaimana cara bertutur kata yang baik dengan orang yang lebih tua. Siswa juga


(71)

hampir tidak pernah menggunakan bahasa gaul saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Akan tetapi siswa tetap menggunakan bahasa gaul saat berkomunikasi dengan temannya, karena ketika siswa berkomunikasi menggunakan bahasa gaul dengan temannya mereka merasa lebih akrab dan lebih leluasa saat berkomunikasi. Oleh sebab itu akhlak siswa tidak terlalu terkorelasi oleh pengunaan bahasa gaul.

C. Analisis Data

Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan data yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Al-Falah Surabaya. Data yang disajikan berupa dokumen nilai hasil angket siswa yang berjumlah 100 siswa.

Dalam pergaulan sehari-hari bahasa gaul merupakan bahasa yang tidak asing lagi bahkan sudah menjadi tradisi di kalangan remaja. Contohnya di SMA Al-Falah Surabaya.siswa-siswa di sekolah ini dalam kesehariannya terutama dalam berbicara dengan sesama temannya menggunakan bahasa gaul. “Contoh bahasa yang sering saya gunakan yaitu otw, btw, mager.” kata Ersyad salah satu siswa kelas XI IIS 2 di SMA Al-Falah Surabaya.1

Saat ditanya seberapa sering siswa siswi menggunakan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari, hampir 70% siswa menjawab sering sekali, baik itu berkomunikasi dengan teman, adik, kakak, saudara, orang tua, bahkan guru.2

1

Hasil Wawancara dengan Ersyad siswa kelas XI IIS 2 di SMA Al-Falah Surabaya, 22 November 2016.

2


(72)

“Saya menggunakan bahasa gaul karena saya sudah terbiasa dengan bahasa ini, dan bahasa ini enak saja ngomongnya.”Kata salah satu Siswi kelas XI IIS 1 yang berna Salma Fitria.3

Tidak hanya Salma Fitria yang menjawab bahwa sudah terbiasa dengan bahasa gaul, tapi hampir 70% siswa siswi kelas XI di SMA Al-Falah berpendapat bahwa mereka menggunakan bahasa gaul karena sudah kebiasaan dari mulai di Sekolah Dasar. Contohnya Muhammad Miftahul Hadi dari kelas XI MIA 2 dan Satria Hervanda, mereka menggunakan bahasa gaul sejak di bangku Sekolah Dasar.4

Dalam penyajian data skripsi ini adalah hasil angket tentang “Korelasi penggunaan bahasa gaul Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI di SMA Al-Falah

Surabaya.” yang sudah diberikan kepada responden berjumlah 100 siswa-siswi SMA Al-Falah Surabaya yang sudah diolah menjadi bentuk skor.

Angket tersebut terdiri dari 20 pernyataan. 10 pernyataan tentang “Korelasi penggunaan bahasa gaul” dan 10 pernyataan tentang “Akhlak Siswa Kelas XI”. Dan dari setiap pernyataan memiliki empat pilihan alternatif jawaban, dan masing-masing alternatif jawaban yang telah disediakan memiliki standart penlaian sebagai berikut:

3

Hasil Wawancara dengan Salma XI IIS 1 siswa kelas XI IIS 2 di SMA Al-Falah Surabaya, 22 November 2016.

4

Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Al-Falah Surabaya, 23 November 2016.


(73)

1. Alternatif jawaban “Selalu” dengan score 4 2. Alternatif jawaban “Sering” dengan score 3

3. Alternatif jawaban “Kadang-Kadang” dengan skor 2 4. Alternatif jawaban “Tidak pernah” dengan skor 1

Untuk lebih jelasnya maka peneliti sajikan data hasil angket yang telah peneliti berikan kepada 100 Siswa di SMA Al-Falah Surabaya dengan memberikan skor berdasarkan kriteria yang telah ditentukan di atas. Adapun tabel data sebagai berikut:5 selanjutnya untuk membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh dari masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Total Skor 10,00 – 20,00 : Cukup 2. Total Skor 20,01 – 30,00 : Baik

3. Total Skor 30,01 – 40,00 : Sangat Baik

Tabel 4.9

Data Hasil Angket Korelasi penggunaan bahasa gaul No.

Responden

Skor berdasarkan item pertanyaan Jumlah skor X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 4 4 2 3 3 1 4 3 3 2 29 2 4 4 2 3 3 2 3 3 2 1 27 3 4 3 3 4 3 2 3 2 1 2 27

5 Ibid.


(74)

4 3 3 2 3 3 1 3 3 2 1 24 5 4 4 4 4 4 2 4 2 3 1 32 6 4 3 3 4 4 1 2 2 1 1 25 7 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 35 8 4 4 3 4 4 2 4 2 2 1 30 9 4 4 2 3 3 1 3 2 1 1 24 10 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 32 11 4 4 4 4 3 2 3 2 2 1 29 12 3 4 3 3 2 2 3 1 1 1 23 13 4 4 2 2 2 1 4 2 1 1 23 14 4 4 4 4 4 1 2 1 1 1 26 15 4 3 3 3 4 1 3 3 3 1 28 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 28 17 4 3 3 4 3 3 4 2 2 1 29 18 3 3 3 4 4 1 4 1 2 1 26 19 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 27 20 4 4 4 4 4 4 3 3 1 2 33 21 4 4 3 4 4 2 4 2 2 2 31 22 4 4 3 4 4 1 4 2 1 1 28 23 4 4 4 4 4 2 4 4 2 1 33 24 4 3 2 3 2 2 3 1 2 1 23


(75)

25 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 17 26 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 27 4 3 2 4 4 2 4 1 2 1 27 28 4 2 3 3 3 1 3 2 2 1 24 29 4 3 2 4 2 2 4 2 2 3 28 30 4 3 3 3 3 2 4 4 3 1 30 31 4 3 3 4 3 2 3 2 2 1 27 32 4 4 4 4 3 2 3 3 2 1 30 33 3 3 2 4 3 2 4 4 1 1 27 34 4 4 4 4 4 1 4 2 2 1 30 35 4 4 4 4 4 1 4 2 2 1 30 36 4 4 4 4 3 1 4 4 2 1 31 37 3 3 2 3 2 1 2 3 2 1 22 38 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 28 39 3 3 3 4 4 2 2 4 2 1 28 40 4 3 2 4 4 4 4 4 1 1 31 41 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 31 42 3 2 3 4 4 1 2 3 1 1 24 43 3 3 3 3 4 2 4 2 1 1 26 44 3 3 2 4 4 2 4 3 3 1 29 45 3 3 2 3 3 1 4 4 1 1 25


(76)

46 4 4 4 4 3 1 4 1 3 1 29 47 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 27 48 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 26 49 4 4 4 4 4 3 4 1 3 1 32 50 2 3 2 3 2 3 4 3 1 1 24 51 3 3 3 3 3 3 4 2 2 1 27 52 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 26 53 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 29 54 4 3 2 4 4 2 4 2 1 1 27 55 3 4 2 4 4 3 4 3 1 1 29 56 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 27 57 3 4 4 3 2 1 4 2 1 1 25 58 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 25 59 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 24 60 4 3 3 4 4 1 2 2 1 1 25 61 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 35 62 4 4 3 4 4 2 4 2 2 1 30 63 4 4 2 3 3 1 3 2 1 1 24 64 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 32 65 4 4 4 4 3 2 3 2 2 1 29 66 3 4 3 3 2 2 3 1 1 1 23


(77)

67 4 4 2 2 2 1 4 2 1 1 23 68 4 4 4 4 4 1 2 1 1 1 26 69 4 3 3 3 4 1 3 3 3 1 28 70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 28 71 4 3 3 4 3 3 4 2 2 1 29 72 3 3 3 4 4 1 4 1 2 1 26 73 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 27 74 4 4 4 4 4 4 3 3 1 2 33 75 4 4 3 4 4 2 4 2 2 2 31 76 4 4 3 4 4 1 4 2 1 1 28 77 4 4 4 4 4 2 4 4 2 1 33 78 4 3 2 3 2 2 3 1 2 1 23 79 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 17 80 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 37 81 4 3 2 4 4 2 4 1 2 1 27 82 4 2 3 3 3 1 3 2 2 1 24 83 4 3 2 4 2 2 4 2 2 3 28 84 4 3 3 3 3 2 4 4 3 1 30 85 4 3 3 4 3 2 3 2 2 1 27 86 4 4 4 4 3 2 3 3 2 1 30 87 3 3 2 4 3 2 4 4 1 1 27


(78)

88 4 4 4 4 4 1 4 2 2 1 30 89 4 4 4 4 4 1 4 2 2 1 30 90 4 4 4 4 3 1 4 4 2 1 31 91 3 3 2 3 2 1 2 3 2 1 22 92 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 28 93 3 3 3 4 4 2 2 4 2 1 28 94 4 3 2 4 4 4 4 4 1 1 31 95 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 31 96 3 2 3 4 4 1 2 3 1 1 24 97 3 3 3 3 4 2 4 2 1 1 26 98 3 3 2 4 4 2 4 3 3 1 29 99 3 3 2 3 3 1 4 4 1 1 25 100 4 4 4 4 3 1 4 1 3 1 29

Total Responden = 100

2775 Total Skor Bahasa Gaul = 2775

Skor Bahasa Gaul = 27,75

Sumber : Hasil Angket Responden SMA Al-Falah Surabaya

Skor korelasi penggunaan bahasa gaul sebesar 27,75 yang berarti korelasi penggunaan bahasa gaul menunjukkan kategori baik yang artinya bahasa gaul sering digunakan oleh siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.


(1)

96

harga tabel, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesa kerja diterima sedangkan hipotesa nihil ditolak dan begitu juga sebaliknya.

Dari r tabel product moment dengan n = 100, diketahui bahwa taraf signifikan 5% = 0,195 dan 1% = 0,256. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) di tolak dan hipotesis nihil (Ho) di terima. Sehingga tidak ada korelasi yang signifikan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa gaul tidak mempunyai korelasi terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.


(2)

97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaaan bahasa gaul pada siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya sering digunakan saat berkomunikasi dengan orang sekitar, khusunya pada temannya.

2. Akhlak dalam kehidupan siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya dinyatakan baik. Hal ini terbukti dari hasil analisis akhlak siswa yang menyatakan skor sebesar 31,66 yang berarti baik.

3. Tidak ada korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI SMA Al-Falah Surabaya. Hal ini dapat dilihat hasil dari hasil analisis yang menyatakan rXY sebesar -0.009 dengan N sebesar 100, sedangkan taraf signifikan 5% = 0,195 dan 1% = 0,256. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) di tolak dan hipotesis nihil (Ho) di terima. Sehingga tidak ada korelasi yang signifikan bahasa gaul terhadap akhlak siswa kelas XI di SMA Al-Falah Surabaya.


(3)

98

B. Saran

Berangkat dari kesimpulan yang telah peneliti paparkan di atas, maka saran-saran yang diberikan peneliti yaitu:

1. Penggunaan bahasa gaul memang terdengar sangat menarik, akan tetapi bagaimanapun juga siswa harus tetap bisa menggunakan bahasa baku karena bahasa baku adalah bahasa yang baik dan benar. Alangkah baiknya apabila bahasa baku lebih sering digunakan pada kehidupan sehari-hari daripada menggunakan bahasa gaul. Karena dengan menggunakan bahasa baku siswa dapat terdengar lebih sopan saat berkomunikasi.

2. Akhlak siswa sangat perlu diperhatikan terutama sopan santun terhadap orang tua. Siswa harus bisa bagaimana menempatkan diri ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua agar menjadi pribadi yang baik. Siswa harus menggunakan bahasa yang baku ataupun bahasa yang lebih sopan ketika berkomunikasi dengan guru dan orang tua.

3. Walaupun korelasi penggunaan bahasa gaul terhadap akhlak siswa tidak terlalu signifikan, alangkah baiknya apabila siswa selalu menggunakan bahasa baku dan selalu menjaga sopan santun terhadap guru dan orang tua. Untuk peneliti selanjutnya, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan atau menjadi pertimbangan dikarenakan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-syaibany, Omar M. M.Al-Toumy, 1979, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang).

AR, Zahrudin, 2004, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).

Ardani, Moh., 2005, Akhlak Tasawuf, (PT. Mitra Cahaya Utama).

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta).

Azwar, Syaifuddin, 1980, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Chaer, Abdul, 2004, Sosiolinguistik: PerkenalanAwal,(Jakarta: PT RinekaCipta).

Cholid Narboku dan Abu Ahmadi, 1997, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara).

Darmadi, Hamid, 2011, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung: Alfabeta).

Departemen Agama Republik Indonesia, 1989, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang).

Depdiknas, 2005, KBBI EdisiKetiga, (Jakarta: BalaiPustaka).


(5)

Furchan, Arief, 1982, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional).

Iskandar, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta : GP).

Kridalaksana, Harimurti, 2008, Kamus Linguistik4, (Jakarta: GramediaPustakaUtama).

Muliawan, JasaUngguh, 2014, MetodePenelitianPendidikan(Yogyakarta: Gava Media).

Mustofa, A., 1997, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia).

Nazir, Moh.,2009, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia).

Ramayulis, 2002, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: KalamMulia).

Salam, Burhanuddin, 2000, Etika Individual, PolaDasarFilsafat Moral, (Jakarta: PT RinekaCipta).

Sumarsono, 2014, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Sabda).

Sugiyono, 2011, MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatifdan R&D (Bandung: Alfabeta).

Umary, Barnawie, 1988,Materi Akhlak, (Solo: CV Ramadhani).


(6)

Zuhri, Syaifuddin, 2001, Metodologi Penelitian, (Jakarta: UNIDA Press).

Http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/12/antara-bahasa-gaul-prokem-dan-bahasa-alay-486171.html. Diaksespada 20 Juli 2016, 16.13 WIB.

Https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_baku. Diaksespada 20 Juli 2016, 16.00 WIB.