tanya-jawab bid'ah.doc 29KB Jun 13 2011 06:28:01 AM
Sdr. Suyoto, KATAM No. 0803.7596.792965
Bangunsari, Abung Surakarta, Lampung Utara
Apakah Bid’ah itu
Pertanyaan :
1. Apa bid’ah itu ?
2. Bagaimana sebenarnya bid’ah ?
3. Apakah memperingati hari besar Islam itu dilarang atau tidak dibenarkan dalam agama
Islam ?
Jawaban :
Soal-soal di atas telah dijawab dan dapat dilihat pada Rubrik Fatwa Agama Majalah
Suara Muhammadiyah :
1. No. 11 Th. ke-87 Juni 2002
2. No. 11 Th. ke-88 Juni 2003
3. No. 22 Th. ke-88 November 2003.
Sdr. Hasan Ritonga, KTAM No. 368304
Ketua PRM Siringiringo, Rantau Prapat, Labuhan Batu
Pertanyaan :
4. Sahkah mandi wajib dengan menggunakan air hangat yang dipanaskan di panci, periuk,
dan sebagainya ?
5. Kalau harus dengan tayamum, bagaimana cara bertayamum ?
6. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Bukhari dinyatakan bahwa sarung yang dipakai
hingga bawah matakaki di dalam neraka. Apakah sama hukumnya dengan celana panjang
yang dalamnya melampaui matakaki ?
Jawaban :
Pertanyaan 1
Tidak ada ayat-ayat al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih lagi maqbul yang
menyatakan bahwa tidak sah mandi wajib dengan menggunakan air hangat yang telah
dipanaskan dengan panci, periuk, dan sebagainya, selama tidak kemasukan benda-benda najis
seperti; darah, bangkai, kotoran manusia atau binatang dan sebagainya. Semua air mutlak,
yaitu air yang suci dan mensucikan dapat digunakan untuk berwudlu dan mandi janabah.
Allah SWT berfirman:
æóíõäóÒøöáõ Úóáóíúßõãú ãøöäó ÇáÓøóãóÇÁö
ãóÇÁð áøöíõØóåøöÑóßõãú Èöåö …
…
Artinya: “… dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengannya …” (QS. Al-Anfal {8} : 11)
Bahkan air yang telah dipakai untuk bersuci dapat digunakan lagi untuk bersuci,
berdasarkan hadits:
Úóäú ÚóÈúÏö Çááåö Èúäö ÚõãóÑó Ñ.Ö. ÞÇá:
ßóÇäó
ÇáäøöÓóÇÁõ
æóÇáÑøöÌóÇáõ
íóÊóæóÖøóÆõæäó Úóáóì ÚóåúÏö ÑóÓõæáö
Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó Ýíö
ÅöäóÇÁò æóÇÍöÏò íóÔúÑóÚõæäó Èöåö ÌóãöíÚðÇ
(ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí æ ÃÈæ ÏÇæÏ æ ÇáäÓÇÆí æ ãÇáß æ
ÃÍãÏ)
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar r.a., ia berkata; Laki-laki dan perempuan pada
masa Rasulullah s.a.w. berwudlu pada tempat air yang satu, mereka semua mengambil air
dari tempat itu.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Nasa`i, Malik dan Ahmad)
Demikian pula air sisa minum binatang yang halal dimakan dan binatang yang
dipandang sebagai binatang yang suci, boleh digunakan untuk bersuci, berdasarkan hadits:
Úóäú ÞóÊóÇÏóÉó ÞóÇáó: Ãóäøó ÑóÓõæáó Çááåö
Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÞóÇáó:
ÅöäøóåóÇ áóíúÓóÊú ÈöäóÌóÓò ÅöäøóãóÇ åöíó
ãöäó
ÇáØøóæøóÇÝöíäó
Úóáóíúßõãú
Ãóæö
ÇáØøóæøóÇÝóÇÊö (ÑæÇå ÇáÌãÇÚÉ)
Artinya: “Dari Qotadah r.a., ia berkata; Bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Kucing itu tidak najis, ia termasuk binatang yang selalu ada di sekitar kamu (dalam
lingkunganmu)’.” (HR. Jamaah)
Begitu pula air yang bercampur dengan benda-benda suci, boleh digunakan untuk
bersuci.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa mandi janabah dengan
menggunakan air hangat yang dipanaskan dengan panci, periuk, dan sebagainya dibolehkan.
Pertanyaan 2
Cara tayamum yang diajarkan Rasulullah s.a.w. kepada sahabat ialah menepukkan
kedua telapak tangan ke tempat debu suci yang telah tersedia, lalu menghembus kedua telapak
tangan itu dan menyapukannya ke muka, kemudian menyapukannya pada kedua tangan
sampai pergelangan tangan. Cara ini berdasarkan hadits:
Úóäú ÚóãøóÇÑò ÞóÇáó: ÃóÌúäóÈúÊõ Ýóáóãú
ÃõÕöÈö
ÇáúãóÇÁó
ÝóÊóãóÚøóßúÊõ
Ýíö
ÇáÕøóÚöíúÏö æó ÕóáøóíúÊõ ÝóÐóßóÑúÊõ Ðóáößó
áöáäøóÈöíøö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó
ÝóÞóÇáó: ÅöäøóãóÇ ßóÇäó íóßúÝöíßó åóßóÐóÇ
ÝóÖóÑóÈó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö
æóÓóáøóãó ÈößóÝøóíúåö ÇúáÃóÑúÖó æóäóÝóÎó
ÝöíåöãóÇ Ëõãøó ãóÓóÍó ÈöåöãóÇ æóÌúåóåõ
æóßóÝøóíúåö (ãÊÝÞ Úáíå)
Artinya: “Dari Ammar r.a., ia berkata; Aku pernah berjanabah dan tidak mendapat
air, lalu aku berguling-guling dalam debu dan shalat. Maka aku sebutkan yang demikian itu
kepada Rasulullah s.a.w.. Beliau berkata: ‘Sesungguhnya cukup kamu melakukan begini’.
Lalu beliau meletakkan kedua tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian mengusap muka
dan tangannya sampai pergelangan tangannya dengan kedua telapak tangannya itu.”
(Muttafaq Alaih)
Pertanyaan 3
Memakai kain sarung atau celana yang dalamnya melampaui kedua matakaki pada
dasarnya bukanlah sesuatu yang dilarang oleh agama Islam. Larangan itu berlaku bagi orang
yang tujuan memakai sarung atau celana yang menutupi atau di bawah matakaki itu untuk
kemegahan, menyombongkan diri, dan rasa angkuh yang timbul dalam dirinya. Apalagi
sarung atau celana itu sampai menyapu tanah seperti yang biasa dilakukan oleh raja-raja atau
para bangsawan masa dahulu. Memakai sarung atau celana yang dalamnya sampai menyapu
tanah tidak saja memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan seseorang, tetapi juga dapat
mengotori pakaian yang dipakainya.
Sehubungan dengan ini Rasulullah s.a.w. bersabda:
áÇó íóäúÙõÑõ Çááåõ ãóäú ÌóÑøó ËóæúÈóåõ
ÎõíóáÇóÁó (ãÊÝÞ Úáíå)
Artinya: “Allah tidak memandang orang yang menjela-jelakan pakaiannya dalam
keadaan menyombongkan diri.” (Muttafaq Alaih)
Yang dimaksud dengan ‘jarra tsaubah’, dijelaskan oleh hadits menurut lafal Bukhari,
yaitu:
ãóÇ ÃóÓúÝóáó ãöäó ÇúáßóÚúÈóíúäö
ÇúáÅöÒóÇÑö Ýíö ÇáäøóÇÑö
ãöäó
Artinya: “Pakaian yang dalamnya di bawah kedua matakaki berada dalam neraka.”
Menurut hadits yang ditakhrijkan oleh Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa`i, tatkala Abu
Bakar r.a. mendengar pernyataan Rasulullah s.a.w. yang tersebut pada hadits di atas, beliau
menghadap Rasulullah s.a.w. dan berkata:
Ãóäøó ÅöÒóÇÑöíú íóÓúÊóÑóÎóí ÅöáÇøó Ãóäú
ÊõÚóÇåöÏõåõ
Artinya : “Sesungguhnya sarungku menutupi matakakiku”
Rasulullah s.a.w. menjawab:
Åöäøóßó áóÓúÊó ãöãøóäú íóÝúÚóáõåõ ÎõíóáÇóÁð
Artinya: “Sesungguhnya engkau bukan termasuk orang yang melakukan
kesombongan.”
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa boleh memakai sarung atau celana
yang dalamnya di bawah atau menutupi matakaki, asal tidak terdapat di dalamnya unsur-unsur
kesombongan. Dalam pada itu, sarung atau celana yang menyapu tanah dapat mengotori
sarung atau celana tersebut.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 1 2004
Bangunsari, Abung Surakarta, Lampung Utara
Apakah Bid’ah itu
Pertanyaan :
1. Apa bid’ah itu ?
2. Bagaimana sebenarnya bid’ah ?
3. Apakah memperingati hari besar Islam itu dilarang atau tidak dibenarkan dalam agama
Islam ?
Jawaban :
Soal-soal di atas telah dijawab dan dapat dilihat pada Rubrik Fatwa Agama Majalah
Suara Muhammadiyah :
1. No. 11 Th. ke-87 Juni 2002
2. No. 11 Th. ke-88 Juni 2003
3. No. 22 Th. ke-88 November 2003.
Sdr. Hasan Ritonga, KTAM No. 368304
Ketua PRM Siringiringo, Rantau Prapat, Labuhan Batu
Pertanyaan :
4. Sahkah mandi wajib dengan menggunakan air hangat yang dipanaskan di panci, periuk,
dan sebagainya ?
5. Kalau harus dengan tayamum, bagaimana cara bertayamum ?
6. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Bukhari dinyatakan bahwa sarung yang dipakai
hingga bawah matakaki di dalam neraka. Apakah sama hukumnya dengan celana panjang
yang dalamnya melampaui matakaki ?
Jawaban :
Pertanyaan 1
Tidak ada ayat-ayat al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih lagi maqbul yang
menyatakan bahwa tidak sah mandi wajib dengan menggunakan air hangat yang telah
dipanaskan dengan panci, periuk, dan sebagainya, selama tidak kemasukan benda-benda najis
seperti; darah, bangkai, kotoran manusia atau binatang dan sebagainya. Semua air mutlak,
yaitu air yang suci dan mensucikan dapat digunakan untuk berwudlu dan mandi janabah.
Allah SWT berfirman:
æóíõäóÒøöáõ Úóáóíúßõãú ãøöäó ÇáÓøóãóÇÁö
ãóÇÁð áøöíõØóåøöÑóßõãú Èöåö …
…
Artinya: “… dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengannya …” (QS. Al-Anfal {8} : 11)
Bahkan air yang telah dipakai untuk bersuci dapat digunakan lagi untuk bersuci,
berdasarkan hadits:
Úóäú ÚóÈúÏö Çááåö Èúäö ÚõãóÑó Ñ.Ö. ÞÇá:
ßóÇäó
ÇáäøöÓóÇÁõ
æóÇáÑøöÌóÇáõ
íóÊóæóÖøóÆõæäó Úóáóì ÚóåúÏö ÑóÓõæáö
Çááåö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó Ýíö
ÅöäóÇÁò æóÇÍöÏò íóÔúÑóÚõæäó Èöåö ÌóãöíÚðÇ
(ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí æ ÃÈæ ÏÇæÏ æ ÇáäÓÇÆí æ ãÇáß æ
ÃÍãÏ)
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar r.a., ia berkata; Laki-laki dan perempuan pada
masa Rasulullah s.a.w. berwudlu pada tempat air yang satu, mereka semua mengambil air
dari tempat itu.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Nasa`i, Malik dan Ahmad)
Demikian pula air sisa minum binatang yang halal dimakan dan binatang yang
dipandang sebagai binatang yang suci, boleh digunakan untuk bersuci, berdasarkan hadits:
Úóäú ÞóÊóÇÏóÉó ÞóÇáó: Ãóäøó ÑóÓõæáó Çááåö
Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÞóÇáó:
ÅöäøóåóÇ áóíúÓóÊú ÈöäóÌóÓò ÅöäøóãóÇ åöíó
ãöäó
ÇáØøóæøóÇÝöíäó
Úóáóíúßõãú
Ãóæö
ÇáØøóæøóÇÝóÇÊö (ÑæÇå ÇáÌãÇÚÉ)
Artinya: “Dari Qotadah r.a., ia berkata; Bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
‘Kucing itu tidak najis, ia termasuk binatang yang selalu ada di sekitar kamu (dalam
lingkunganmu)’.” (HR. Jamaah)
Begitu pula air yang bercampur dengan benda-benda suci, boleh digunakan untuk
bersuci.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa mandi janabah dengan
menggunakan air hangat yang dipanaskan dengan panci, periuk, dan sebagainya dibolehkan.
Pertanyaan 2
Cara tayamum yang diajarkan Rasulullah s.a.w. kepada sahabat ialah menepukkan
kedua telapak tangan ke tempat debu suci yang telah tersedia, lalu menghembus kedua telapak
tangan itu dan menyapukannya ke muka, kemudian menyapukannya pada kedua tangan
sampai pergelangan tangan. Cara ini berdasarkan hadits:
Úóäú ÚóãøóÇÑò ÞóÇáó: ÃóÌúäóÈúÊõ Ýóáóãú
ÃõÕöÈö
ÇáúãóÇÁó
ÝóÊóãóÚøóßúÊõ
Ýíö
ÇáÕøóÚöíúÏö æó ÕóáøóíúÊõ ÝóÐóßóÑúÊõ Ðóáößó
áöáäøóÈöíøö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó
ÝóÞóÇáó: ÅöäøóãóÇ ßóÇäó íóßúÝöíßó åóßóÐóÇ
ÝóÖóÑóÈó ÇáäøóÈöíøõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö
æóÓóáøóãó ÈößóÝøóíúåö ÇúáÃóÑúÖó æóäóÝóÎó
ÝöíåöãóÇ Ëõãøó ãóÓóÍó ÈöåöãóÇ æóÌúåóåõ
æóßóÝøóíúåö (ãÊÝÞ Úáíå)
Artinya: “Dari Ammar r.a., ia berkata; Aku pernah berjanabah dan tidak mendapat
air, lalu aku berguling-guling dalam debu dan shalat. Maka aku sebutkan yang demikian itu
kepada Rasulullah s.a.w.. Beliau berkata: ‘Sesungguhnya cukup kamu melakukan begini’.
Lalu beliau meletakkan kedua tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian mengusap muka
dan tangannya sampai pergelangan tangannya dengan kedua telapak tangannya itu.”
(Muttafaq Alaih)
Pertanyaan 3
Memakai kain sarung atau celana yang dalamnya melampaui kedua matakaki pada
dasarnya bukanlah sesuatu yang dilarang oleh agama Islam. Larangan itu berlaku bagi orang
yang tujuan memakai sarung atau celana yang menutupi atau di bawah matakaki itu untuk
kemegahan, menyombongkan diri, dan rasa angkuh yang timbul dalam dirinya. Apalagi
sarung atau celana itu sampai menyapu tanah seperti yang biasa dilakukan oleh raja-raja atau
para bangsawan masa dahulu. Memakai sarung atau celana yang dalamnya sampai menyapu
tanah tidak saja memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan seseorang, tetapi juga dapat
mengotori pakaian yang dipakainya.
Sehubungan dengan ini Rasulullah s.a.w. bersabda:
áÇó íóäúÙõÑõ Çááåõ ãóäú ÌóÑøó ËóæúÈóåõ
ÎõíóáÇóÁó (ãÊÝÞ Úáíå)
Artinya: “Allah tidak memandang orang yang menjela-jelakan pakaiannya dalam
keadaan menyombongkan diri.” (Muttafaq Alaih)
Yang dimaksud dengan ‘jarra tsaubah’, dijelaskan oleh hadits menurut lafal Bukhari,
yaitu:
ãóÇ ÃóÓúÝóáó ãöäó ÇúáßóÚúÈóíúäö
ÇúáÅöÒóÇÑö Ýíö ÇáäøóÇÑö
ãöäó
Artinya: “Pakaian yang dalamnya di bawah kedua matakaki berada dalam neraka.”
Menurut hadits yang ditakhrijkan oleh Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa`i, tatkala Abu
Bakar r.a. mendengar pernyataan Rasulullah s.a.w. yang tersebut pada hadits di atas, beliau
menghadap Rasulullah s.a.w. dan berkata:
Ãóäøó ÅöÒóÇÑöíú íóÓúÊóÑóÎóí ÅöáÇøó Ãóäú
ÊõÚóÇåöÏõåõ
Artinya : “Sesungguhnya sarungku menutupi matakakiku”
Rasulullah s.a.w. menjawab:
Åöäøóßó áóÓúÊó ãöãøóäú íóÝúÚóáõåõ ÎõíóáÇóÁð
Artinya: “Sesungguhnya engkau bukan termasuk orang yang melakukan
kesombongan.”
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa boleh memakai sarung atau celana
yang dalamnya di bawah atau menutupi matakaki, asal tidak terdapat di dalamnya unsur-unsur
kesombongan. Dalam pada itu, sarung atau celana yang menyapu tanah dapat mengotori
sarung atau celana tersebut.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 1 2004