20170310 brosur 2016 m divhumas stop radikalisme terorisme di indonesia

Presiden }okowi dan Kapolri }enderal Polisi Tito Karnavian Bertekad Mencegah Perkembangan
Paham Radikalisme di Indonesia.

Saat ini bahaya radikalisme dan terorisme di Indonesia sudah
semakin tampak. Walaupun Indonesia terletak jauh dari Timur
Tengah, namun negara ini sudah sering mengalami serangkaian
aksi radikalisme dan terorisme yang menewaskan lebih dari ratusan
orang. Sebut saja peristiwa yang bisa dikatakan belum lama terjadi,
Tragedi Thamrin pada 14 Januari 2016. Di daerah pusat bisnis ini para
teroris melakukan teror dengan memberondongkan tembakan ke
segala penjuru, serta meledakkan born di dekat kafe Starbucks. Akibat
peristiwa ini lebih empat orang warga sipil tidak berdosa tewas, serta
beberapa anggota Polisi luka parah.
Jika kita menengok pada tahun 2000 hingga 2015, serangkaian
ledakan born terjadi di beberapa tempat. Sebut saja pada tahun 2000,
sejumlah gereja di beberapa wilayah di Indonesia pada malam natal
diledakkan. Kemudian di tahun yang sama, born juga meledak di
keduataan besar Filipina di Jakarta. Kejadian ini menewaskan dua staf
kedutaan besar negara ASEAN. Lalu di tahun yang sama pula, born
meledak di tempat parker Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) hingga
menewaskan 10 orang, dan melukai 15 orang. Selang dua tahun, born

meledak di Graha Cijantung. Pada tahun yang sama pula, teror born
yang dikenal dengan nama Tragedi Born Bali I Bali terjadi, tepatnya
di sebuah kafe hingga tidak tanggung-tanggung, menewaskan 187
orang, dan 385 orang luka-luka. Satu tahun setelah itu, tepatnya pada
5 Agustus 2003 born meledak di Hotel JW Marriot, Jakarta. Peristiwa
ini mengakibatkan 14 orang luka-luka. Born yang digunakan di
tempat ini mirip dengan born Bali. Selang beberapa tahun kemudin
Bali kern bali mengalami teror born. Born meledak di tiga kafe hingga
menewaskan 22 orang tewas. Lalu pada 2006 teror born terjadi pula
di Kedutaan Besar Autralia, Jakarta. Pada tahun 2009, Hotel JW
0-

セM@



0

0


-

-

-

セ@

:.4 セ@

... _

Marriot kembali diguncang born. Ledakan born Marriot merupakan
yang kedua kalinya. Sembilan korban tewas dan puluhan luka-luka.
Kemudian pada tahun 2015 serangkaian born meledak di beberapa
tempat, di kawasan padat penduduk Tanah Abang, Di Mal Alam
Sutera, Tangerang, Banten yang meledak dua kali pada waktu yang
berlainan, serta di Jalan Raden Inten, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Lalu siapakah yang bertanggung jawab atas serangkaian peristiwa
teror born itu. Ada pihak-pihak tertentu yang berusaha menyebarkan

paham radikalisme. Pihak-pihak ini sengaja mendengungkan dan
menyebarkan pemahaman baru kepada masyarakat. Pemahaman
ini mengaitkan masalah agama, sosial, dan politik dengan paham
radikalisme dan terorisme.
Agama bukan Sumber Radikalisme dan Paham Terorisme

Dewasa ini kata radikalisme dan terorisme merupakan kata yang
sering ditemukan di media massa. Kedua kata itu selalu dikaitkan
dengan tindak kekerasan, seperti peledakan born di beberapa
tempat, atau penculikan. Tidak itu saja, kedua kata ini selalu saja
dikaitkan dengan agama Islam. Seolah agama Islam mengajarkan
ten tang radikalisme dan terorisme. Benarkah demikian? Sebelum
Anda terjerumus dengan pemahaman ini, pahami dahulu apa itu
radikalisme dan terorisme.
Radikalisme adalah suatu suatu sikap yang mendambakan perubahan
secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan
nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan dan aksi-aksi yang
ekstrem. Sedangkan terorisme suatu tindakan yang memiliki tujuan
politik, hukum, sosial maupun ekonomi dengan menggunakan tekanan,


Tertegun di Monumen Born Bali Legian

ancaman, intimidasi atau kekerasan terhadap masyarakat suatu wilayah
atau suatu negara tertentu sebagai pembenaran untuk mencapai
tujuannya. Adapun menurut Perpu Nomor 1 Tahun 2003, yang dimaksud
dengan tindak pidana terorisme adalah "setiap tindakan dari seseorang
yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
menirnbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas
atau menirnbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas
kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital
yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional"
Berkaitan dengan pengertian radikalisme dan terorisme, lalu
apakah benar agama Islam demikian? Sebagai masyarakat dan warga
negara, tentu kita paham bahwa tidak ada satu agama pun yang
mengajarkan kekerasan, penghancuran, ataupun pembunuhan kepada
umatnya. Semua agama mengajarkan toleransi, kasih sayang, empati,
keamanan, dan ketentraman kepada umatnya. Demikian juga agama
Islam, Islam sejatinya adalah agama yang memberikan keamanan,

kenyamanan, ketenangan dan ketenteraman bagi semua makhluknya.
Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk membenci dan
melukai makhluk lain.
Pemahaman yang dangkal terhadap agama Islam mengakibatkan
beberapa orang melakukan tindakan yang justru menyimpang dari
akidah agama Islam. Karena itu, jika Anda tidak ingin terlibat atau
radikalisme dan terorime berkembang di negeri ini, tingkatkan
keimanan dan pahami lebih jauh tentang agama Islam. Agama
Islam bukan agama radikali dan teroris! Ayo Stop Terorisme dan
Radikalisme.

Jangan biarkan radikalisme dan terorisme berkembang di
negera Indonesia. Kehancuran negara ini bisa terjadi karena adanya
kedua paham itu. Lalu apa penyebab radikalisme dan terorisme
dapat berkembang di negara Pancasial ini. Ada bebearpa penyebab
berkembangnya kedua paham ini.
1. Tingkat kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan seseorang
melakukan tindakan yang
Radikal karena solusi atas permasalahan mereka adalah bagaimana
mereka dapat memperoleh kesejahteraan. Apabila ada sekelompok

orang tertentu menawarkan dan mengiming-imingi kesejahteraan,
mereka yang berada pada masyarakat dalam kategori ini tentu saja
akan mudah tergiur.
2. Permasalahan keadilan. Sekelompok orang yang merasa atau
pernah mengalami ketidakadilan akan lebih mudah dimasuki
paham radikalisme dan terorisme. Para teroris akan menawarkan
solusi mencapai keadilan dengan cara mereka.
3. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Salah satu bentuk
kehancuran dari sebuah negara adalah masyarakatnya yang
bodoh. Masyarakat yang kurang mengenyam pendidikan akan
lebih mudah disusupi paham radikalisme dan terorisme.
4. Pemahaman yang sempit terhadap agama yang dianutnya.
Seseorang yang memiliki pemahaman yang dangkal terhadap

agarna dan kitab sucinya akan lebih mudah dimasuki kedua
paham ter ebut. Karena kelompok radikal akan mengambil dan
mell'impangkan isi ajaran agama untuk mencapai tujuan dan
·epentingan kelompok mereka.
:>. Paba.mi konsep mati syahid, jihad, dan kafir secara benar. Pahami
dengan benar ketiga konsep tersebut secara menyeluruh dalam

A.l Quran. Pemaham yang dangkal dan sepotong-sepotong akan
menyebabkan masuknya peluang kelompok radikal.
6. Ingm mendirikan ideologi negara agama. Pada tahap tertentu
1deologi negara agama turut menyuburkan paham terorisme.
Karena sebagaimana diakui para teroris, mereka menjalankan
semua aksinya dengan tujuan mendirikan negara agama.

Mencegah Radikalisme dan Teroris
Paham radikalisme dan terorisme harus dibendung penyebarannya
di negara tercinta, Indonesia. Mencegah penyebaran kedua paham ini
tidak bisa dilakukan oleh piham Polri saja. Namun Polri, Pemerintah,
beserta masyarakat bekerja sama untuk mengatasinya.
Ada beberapa cara yangt bisa dilakukan untuk mencegah paham
radikalisme dan terorisme berkembang di masyarakat.
.\lemperkenalkan Ilmu Pengetahuan. Dalam hal ini ilmu
pengetahuan yang harus diberikan, bukan hanya ilmu akademis
yang didapat di sekolah, tetapi juga ilmu agama. Karena itu, Polri,
ulama, tenaga pendidik, terutama Pemerintah harus bekerja sama
untuk memperkenalkan dan memberikan ilmu pengetahuan
yang benar kepada masyarakat. Dalam hal ini Pemerintah


harus memberikan peluang yang besar agar masyarakatnya
mendapatkan pendidikan dan pengetahuan sehingga tidak
mudah tersusupi oleh kedua paham tersebut.
Memberikan pemahaman keilmuan yang benar. Salah satu cara
kelompok teroris menambah pengikutnya adalah dengan cara
menyimpangkan ajaran dan pengetahuan yang terdapat pada
kitab suci dan keilmuan. Karena itu, peran Polri, ulama, para
pendidik, serta Pemerintah untuk memberikan pemahaman
yang benar, baik melalui institusi pendidikan, penyuluhan,
media massa, maupun ceramah agama.
Berikan pemahaman yang benar tentang nilai-nilai Pancasila.
Karena pada dasarnya paham radikalisme dan terorisme adalah
ideologi yang ingin mengganti ideologi Pancasila.
Meminimalisir kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial yang
terjadi dapat memicu munculnya paham radikalisme dan
terorisme.
Menjaga persatuan dan kesatuan. Menjaga persatuan dan
kesatuan di negara Indonesia ini mutlak dilakukan karen a negara
ini penuh dengan keberagaman, suku dan agama.

Mendukung aksi perdamaian. Aksi perdamaian mutlak harus
didukung, meski kita berasal dari berbagai suku dan agama yang
berbeda.
Berperan aktif mencegah masuknya paham radikalisme dan
terorisme. Dalam hal ini Polri dan masyarakat bekerja sama
untuk mencegah masuk dan berkembangnya kedua paham
ini. Masyarakat bisa berperan aktif dengan melaporkan kepada
Polri jika di lingkungannya terdapat kelompok-kelompok yang
mengarah pada kedua paham ini.

I

Meningkatkan toleransi beragama. Indonesia terdiri dari beragam
agama. Karena itu, pemahaman toleransi yang benar justru akan
menciptakan kebersamaan dan kenyamanan antar umat beragaman.
Menyaring informasi. Informasi yang diperoleh, baik melaui
internet, selebaran, Koran, atau pun seseorang harus dapat disaring
dengan benar. Mencari kebenaran atas informasi yang ada dengan
menggunakan keilmuan dan kitab suci. Datangilah para ahli ilmu
pengetahuan dan agama untuk menguji kebenaran dari sebuah

informasi.
Membangun komunikasi yang kuat antarkeluarga. Meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dengan membentuk
SISKAMLING dan Babinsa, serta mapping terhadap penduduk di
sekitar kita.
Tingkatkan komunikasi dan interaksi antartetangga dan penduduk
sekitar. Dengan demikian, datangnya orang asing atau sekelompok
orang yang ingin melakukan tujuan tertentu dapat segera terdeteksi.

Alamat DIVISI HUMAS POLRI
Jalan Trunojoyo No.3 Jakarta Selatan 1211 0
Tip.: (021) 721 8141, 721 8770,
Faks. : (021) 721 8141
E-mail: humas.pensat@yahoo.com