TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI MP3 BERKEMASAN SEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA.

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8
TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
JUAL BELI MP3 BERKEMASAN SEGEL DI TOKO HIKMAH CELL
DARMO SATELIT SURABAYA

SKRIPSI
Oleh
Rachmad Charis A
NIM.C02211099

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah
Surabaya
2016

ABSTRAK
Skripsi dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam dan Undang – undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli MP3
Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya ” merupakan
hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan : bagaimana praktik jual

beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya dan
bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen terhadap praktik jual beli MP3 berkemasan segel
di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
Data penelitian dihimpun melalui observasi, wawancara dengan pemilik
toko, dan pembeli, serta melalui studi dokumentasi, selanjutnya data yang
berhasil dihimpun dianalisis dengan metode deskriptif yaitu membuat deskripsi,
gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun
terkait dengan pembahasan.
Praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya menerapkan ijab kabul yang dilakukan dengan jelas, secara lisan
setelah pembeli memilih MP3 bersegel yang kriterianya telah disebutkan penjual,
dan harganyapun telah disetujui pembeli. Adapun bentuk akad atau perjanjian
jual beli MP3 berkemasan segel di toko Hikmah cell adalah bentuk jual beli yang
pembayarannya dilakukan secara tunai, jika ada komplain terhadap MP3 yang
dibeli, maka penjual tidak dapat berbuat banyak seperti mengganti rugi jika
barang MP3 tersebut ada cacat, karena penjual beranggapan bahwa MP3 yang
berkemasan segel sudah terjamin secara kualitas dan kalaupun ada cacat maka
hal tersebut merupakan kesalahan pihak produksi dan bukan merupakan
tanggung jawab pihak penjual. Adanya produk kemasan segel juga tidak dapat

disalahkan karena untuk melindungi konsumen dari produk palsu, dan apabila
suatu produk tidak diberi segel atau label maka akan melanggar pasal larangan
pelaku usaha yaitu pasal 8 Undang – undang nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Pelaksanaan praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell
Darmo Satelit Surabaya menurut Hukum Islam merugikan konsumen karena
konsumen tidak mendapat kualitas barang yang diinginkan ( barang mengandung
gharar ) disertai tetap disarankan membeli barang meskipun tidak sesuai
keinginan, karena telah membuka kemasan segel. Akan tetapi keberadaan produk
kemasan segel menurut Undang – undang nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen boleh diadakan.
Adapun saran yang dapat diberikan pertama kepada penjual diharapkan
memberikan garansi kepada pembeli, serta dengan meminta jaminan kualitas
terlebih dahulu kepada distributor terhadap barang dagangan sebelum
menjualnya kepada konsumen. Kedua bagi pembeli agar hati – hati dan
memeriksa barang yang akan dibeli dengan teliti. Dan yang ketiga bagi produsen
dalam memproduksi produk yang bersegel selalu memperhatikan mutu dengan
sebaik mungkin sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
i


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ viii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ........................................... 7
C. Rumusan Masalah .................................................................... 8
D. Kajian Pustaka ......................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................... 11
G. Definisi Operasional .............................................................. 11
H. Metode Penelitian .................................................................. 12
I. Sistematika Pembahasan ....................................................... 15


BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG JUAL BELI PRODUK
BERKEMASAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG
– UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Hukum Islam
1. Pengertian jual beli .......................................................... 17
2. Dasar hukum jual beli ...................................................... 18
3. Syarat jual beli ................................................................. 20
iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

v

4. Rukun jual beli ................................................................. 22
5. Batalnya jual beli ............................................................. 22
6. Macam – macam jual beli ................................................ 22

B. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Undang – undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
1. Pengertian jual beli .......................................................... 24
2. Dasar hukum jual beli ...................................................... 24
BAB III

DESKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI MP3 BERSEGEL DI
TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA
A. Gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya
1. Sejarah berdirinya Toko Hikmah Cell ............................ 39
2. Lokasi Toko ..................................................................... 40
3. Permodalan ...................................................................... 40
4. Struktur organisasi .......................................................... 40
5. Jenis pelayanan di Toko Hikmah Cell ............................. 41
6. Segmen pasar ................................................................... 46
B. Praktik Penjualan dan Pembelian MP3 Berkemasan Segel di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya
1. Tata Cara Akad .............................................................. 46
a. Cara melakukan ijab kabul ...................................... 47
b. Waktu pelaksanaan ijab kabul ................................. 48


c. Bentuk perjanjian jual beli MP3 bersegel ............... 48
C. Pelaksanaan Jual Beli MP3 Berkemasan Segel di Toko
Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya ................................ 49

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI MP3 BERKEMASAN
SEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT
SURABAYA
A. Analisis terhadap Praktik Jual Beli MP3 Berkemasan Segel di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya .......................... 53
B. Analisis Hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Praktik Jual

Beli MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya
1. Hukum Islam .................................................................. 56
2. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen ................................................. 59

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 64
LAMPIRAN ....................................................................................................... 66

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Hukum Islam adalah “seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah
dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan
diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam”.1
Supaya semua peraturan yang terdapat dalam hukum Islam dapat dikerjakan
oleh manusia, maka manusia harus bisa memahami semua peraturan yang
diinginkan oleh Allah dan merasa takut akan kekuasaan Allah Swt.
Allah Swt., memberi manusia akal pikiran untuk memahami segala
sesuatu dalam hidup di dunia terutama untuk memahami peraturan-peraturan
Allah. Akal pikiran pulalah yang harus digunakan oleh manusia untuk
menentukan langkah hidupnya ingin sesuai atau tidak dengan yang
diinginkan Allah Swt., serta membuat peraturan berdasarkan hukum Islam.
Dalam bisnis misalnya, terdapat pula aturan yang dibuat manusia
berdasarkan hukum Islam, disebut fikih muamalah. Ruang lingkup fikih
muamalah terdapat sifat adabbi@yah dan maddi@yah.

Adabbi@yah adalah ijab dan kabul, saling meridai, tidak ada keterpaksaan
dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan,
pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari indra
manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup
bermasyarakat. Sedangkan maddi@yah adalah mencangkup segala aspek

_______________
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam (Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press, 2011), 44.
1

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

kegiatan ekonomi manusia diantaranya yaitu buyu@‘ (tentang jual beli).2
Agama Islam mensyariatkan transaksi jual beli sebagai alat untuk
memperoleh barang dan jasa. Adapun firman Allah tentang jual beli terdapat
dalam surah Albaqarah ayat 275:

َِ
‫وم الَ ِذي يَتَ َخبَطُهُ ال َشْططَا ُن ِم َن الْ َم ِ َللِ َ بِأََ َُم ْ اَالُواْ إََِا‬
ُ ‫ومو َن إِاَ َك َما يَ ُق‬
ُ ‫ين يَأْ ُكلُو َن الِربَا اَ يَ ُق‬

َ ‫الذ‬
ِ
ِ
ِ
َ َ‫َح َل اللّهُ الْبَ ْط َع َو َحَرَم الِربَا فَ َمن َجاء ُ َم ْوعٌََ ِمن َبِه فَاَتَ َم ََ فَلَهُ َما ََل‬
ُ‫ف َوأ َْم ُر‬
َ ‫الْبَ ْط ُع مثْ ُل الِربَا َوأ‬
ِ
ِ
‫اب الَا َِ ُ ْ فِ َطما َخالِ ُدو َن‬
ْ ‫إِ ََ اللّه َوَم ْن َع َاد فَأ ُْولَئ َ أ‬
ُ ‫َص َح‬
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat): “Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang meng-ulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.3
Maksud ayat tersebut, orang-orang yang melakukan praktik riba,
usaha, tindakan dan seluruh keadaan mereka akan mengalami kegoncangan,
jiwanya tidak tentram. Perumpamaannya seperti orang yang dirusak akalnya
oleh setan sehingga terganggu akibat gila yang dideritanya. Mereka
melakukan itu, sebab mereka mengira jual beli sama dengan riba, sama-sama
____________
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 3.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, ( Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo,
1994 ), 69.

2
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

mengandung unsur pertukaran dan usaha. Kedua-duanya halal. Allah
membantah dugaan mereka itu dengan menjelaskan bahwa masalah halal dan
haram bukan urusan mereka. Dan persamaan yang mereka kira tidaklah
benar. Allah menghalalkan praktik jual beli dan mengharamkan praktik riba.
Barangsiapa

telah

sampai

kepadanya

larangan

praktik

riba

lalu

meninggalkannya, maka baginya riba yang diambilnya sebelum turun
larangan, dengan tidak mengembalikannya. Dan urusannya terserah kepada
ampunan Allah. Dan orang yang mengulangi melakukan riba setelah
diharamkan, mereka itu adalah penghuni neraka dan akan kekal didalamnya.4
Keunggulan hukum Islam dalam tata cara jual beli adalah dengan
memberikan hak memilih (dalam Islam disebut khiya@r) bagi pihak yang
melakukan akad jual beli terutama bagi pihak pembeli. Hal ini diharapkan
agar pembeli memperoleh hasil maksimal sesuai barang yang diinginkan
tanpa mengalami kekecewaan dengan membeli barang cacat atau tidak
sesuai harapan.
Meskipun dalam hukum Islam sudah mengatur tata cara jual beli,
masih banyak pelanggaran yang terjadi. Hal ini disebabkan karena hanya
masalah keinginan untuk mendapat untung besar. Dalam jual beli, ada
barang yang dapat dilihat secara langsung, adapula yang tidak dapat dilihat
secara langsung karena kemasan barangnya tidak dapat ditembus mata
(berwarna gelap) serta disegel dengan rapat, sehingga yang ditunjukkan ke__________________
4

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 549.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

pada konsumennya hanyalah spesifikasinya (ciri-ciri atau keunggulannya).
Saat ingin membeli barang yang tidak dapat dilihat isinya tersebut,
maka pembeli seharusnya dapat melakukan khiya@r. Dari sisi kebaikan khiya@rpun juga mempunyainya “pembeli yang menemukan cacat ada barang yang
dibeli mempunyai hak untuk mengembalikannya kepada penjual, kecuali dia
mengetahui tentang cacat barang itu sebelum dibelinya”.5 Akan tetapi khiya@r
akan sulit diterapkan apabila produk yang dipilih adalah produk kemasan
bersegel yang tidak boleh dibuka untuk menjaga keaslian produk, dan harus
jadi dibeli dahulu atau berpindah hak milik ke tangan pembeli jika ingin
dibuka dan diujicoba, dan ini berpotensi besar merugikan pembeli atau
konsumen. Hal ini mengakibatkan pembeli tidak dapat memilih-pilih barang
keinginannya dikarenakan juga rasa ketakutan barang yang tidak dapat
dibuka kemasannya, dilihat isinya, dan atau dicoba tersebut ternyata cacat
atau rusak, sehingga pembeli ragu untuk membelinya.
Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen memandang adanya produk kemasan bersegel inipun juga tidak
dapat dipersalahkan. Ini diperuntukkan agar konsumen atau pembeli tidak
tertipu dengan produk tiruan atau bajakan yang sangat merugikan serta
kualitasnyapun jauh dibawah standart kelayakan penggunaan. Untuk itu para
_______________
Muhammad Tahir Mansory, Shariah Maxim on Financial Matter, Kaidah-kaidah Keuangan dan
Transaksi Bisnis, (Bogor: Ulil Albab Institute, 2010), 59.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

produsen beramai-ramai membuat produk dengan kemasan segel bahkan ada
juga penambahan ciri atau logo unik pada kemasan sebagai tanda bahwa
produknya merupakan barang asli.
Undang-undang ini terbentuk untuk melengkapi hukum Islam yang
mengatur tentang dunia bisnis dengan kata lain dalam fikih muamalah.
Sehingga peraturan dalam dunia bisnispun menjadi lebih kompleks, hal ini
semuanya dibuat baik fikih muamalah serta Undang-undang adalah untuk
melindungi hak dan kewajiban produsen, penjual, maupun konsumen.
“Undang-undang merupakan setiap peraturan atau ketetapan yang
isinya berlaku mengikat kepada umum”.6 Sehingga dengan adanya Undangundang Nomor 8 tahun 1999 maka hal ini wajib dipatuhi baik oleh produsen,
penjual, maupun konsumen. Serta dengan adanya Undang-undang Nomor 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah untuk khususnya dalam
perdagangan agar berjalan dengan sehat.
Setiap pihak dalam hal perdagangan pasti mempunyai tujuan utama
yaitu mencari untung, sayangnya dalam mencari untung tersebut banyak
terjadi kecurangan terutama berasal dari baik pihak produsen maupun
penjual. Oleh sebab itu perlu diingat salah satunya dalam pasal 3 ayat (e)
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang
berbunyi perihal tujuan perlindungan konsumen yaitu “menumbuhkan
kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen se_______________________
Siswati, Sistem Hukum Indonesia, (Surabaya: Tim Penyusun Diktat Kuliah Universitas Wijaya
Kusuma, 2010), 39.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

hingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha”.7
Dengan adanya poin tersebut diharap tujuan perlindungan konsumen dapat
terwujud dan dipatuhi terutama pihak penjual. Karena jika tidak dipatuhi,
maka setiap poin dalam suatu Undang-undang pasti terdapat sanksi tegas.
Setelah adanya baik fikih muamalah dan Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen maka sangat diharapkan bagi seluruh
pelaku usaha untuk saling menghargai, bertanggung jawab dan bersikap
jujur.
Setelah menjelaskan pemaparan diatas, kemudian perlu diketahui
produk bersegel masih layak atau tidak diperdagangkan. Dalam hal ini pada
Toko Hikmah Cell yang bergerak dalam bisnis perdagangan khususnya MP3,
di mana pembeli bebas memilih MP3 baru dalam keadaan kemasan segel.
Sejak dalam waktu 1 tahun berdirinya Toko Hikmah Cell sudah ada 2
pembeli yang merasa kecewa dengan sistem praktek jual beli MP3 di toko
tersebut. Pembeli merasa dipaksa untuk tetap membeli barang pilihannya
meskipun barang tersebut ternyata cacat saat dibuka kemasan segel untuk
diuji coba.
Dengan paparan atau masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
membahas dalam skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam dan Undangundang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual
Beli MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya”.
____________________
7

UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 3 ayat (e).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi masalah
“Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan
kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan
melakukan identifikasi dan inventarisasi sebanyak-banyaknya yang
kemudian dapat diduga sebagai masalah”.8 Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan di atas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang
muncul di dalamnya, yaitu:
1. Tidak ada transparansi barang yang diperdagangkan.
2. Faktor yang menyebabkan adanya produk kemasan.
3. Syarat-syarat terhadap produk yang perlu dikemas.
4. Praktik jual beli terhadap produk kemasan.
5. Adanya asumsi yang bertentangan dengan Hukum Islam dan Undangundang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap
Jual Beli MP3 Berkemasan.
2. Batasan masalah
Jual beli memiliki cakupan yang luas, baik teori, syarat dari berbagai
segi, maupun penerapannya. Berbicara tentang syarat, “ada syarat yang di-

______________________
Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi Edisi
Revisi, (Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, 2012), 8.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

benarkan agama dan ada yang dilarang agama”.9 Untuk menghindari
pembahasan yang terlalu melebar, maka peneliti batasi dalam penelitian
tentang:
1. Praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya.
2. Tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen terhadap praktek jual beli MP3 berkemasan
segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Setelah memaparkan baik identifikasi dan batasan masalah diatas, penulis
memberi batasan agar tidak melenceng dari pembahasan yaitu dengan
memberi rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell
Darmo Satelit Surabaya?

2.

Bagaimana tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap praktik jual beli MP3
berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya?

D. Kajian Pustaka
Kajian

pustaka

adalah

untuk

“menunjukkan

jalan

pemecahan

permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilaku_______________
9

Yusuf Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalah dan Aplikasinya dalam
Ekonomi Modern, (Jakarta: Kencana, 2012), 15.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

kan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang
lebih dalam dan lengkap.”10 Banyak kajian tentang masalah jual beli kemasan
segel yang mempengaruhi khiya@r

dari segi pembeli yang dilakukan oleh

beberapa peneliti terdahulu hanya saja sudut pandang dan pendekatan yang
diambil berbeda, sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh juga berbeda.
Penelitian tentang jual beli tersebut antara lain dilakukan oleh Gustaf Ari
Fajar Jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya pada
tahun 2006 juga membahas tentang jual beli yang mempengaruhi khiya@r
pembeli dengan judul Skripsi “Hak Pilih dan Pembatalan Perikatan Jual Beli
di Pasar Sepanjang Menurut Mazhab Syafi’i”. Hasil penelitian yang didapat,
praktek hak pilih dan iqalah memiliki karakteristik yang cukup kompleks.
Praktek khiya@r majlis di pasar merupakan hak pilih yang diberikan kepada
pembeli ketika masih berada dalam lingkungan toko. Sedangkan khiya@r syarat
sebagai peluang memilih dengan batas waktu satu hari, untuk khiya@r aib
sebagai konpensasi terhadap barang cacat dengan cara mengurangi harganya.

Iqalah ada dua yaitu pembatalan dengan harga baru, dan tanpa perubahan
harga baru.
Berikutnya adalah penelitian dalam skripsi tentang jual beli yang berjudul
“Status Hukum Khiya@r Majlis Dalam Jual Beli Menurut Madzhab Hanafi dan
Syafi’i” yang dilakukan oleh Moh. Syaifullah Fakultas Syari’ah Jurusan Mua_______________
10

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 112.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

malah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2000. Hasil penelitian yang
didapat, dalam transaksi jual beli di pasar penerapan yang sesuai ialah khiya@r
majlis, sedang khiya@r syarat dan khiya@r aib belum berprinsip karena tidak
dapat dikembalikan barangnya. Batas khiya@r tidak boleh lebih dari tiga hari,
justru ketika terjadi kerusakan / pengembalian barang dianjurkan segera
dilakukan.
Penelitian berikutnya adalah skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Terhadap Mekanisme Penjualan Nada Sambung Pada Provider
Selular” yang dilakukan oleh Nur Alifah Hayati Akbar Fakultas Syari’ah
Jurusan Muamalah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2011. Hasil penelitian
yang didapat, penjualan nada sambung tidak boleh dilakukan jika dilakukan
dengan cara yang salah dan melanggar ketentuan yang telah ditetapkan,
penggunaan nada sambung juga sama, tidak boleh dilakukan jika dengan
menggunakannya menyebabkan kerugian pihak lain. Metode penelitian yang
digunakan ketiga penulis adalah studi lapangan yaitu mempelajari dan atau
mengamati peristiwa yang ada di lapangan yang dapat dijadikan permasalahan
yang kemudian dikaji dari pendapat ulama maupun hukum positif.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui praktik jual beli MP3 bersegel di Toko Hikmah Cell
Darmo Satelit Surabaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2.

Untuk mengetahui jual beli MP3 bersegel menurut hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Kegunaan teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong
perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber daya manusia,
khususnya yang terkait dengan pengaruh motivasi dan kompensasi
terhadap kinerja pemilik Toko Hikmah Cell.
2. Kegunaan praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi Toko
Hikmah Cell dalam meningkatkan kinerja pemilik, khususnya melalui
perspektif motivasi dan kompensasi.
G. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada beberapa variable yang perlu didefinisikan,
diantaranya:
Hukum Islam dalam jual beli

: Sebagian besar pelaku transaksi jual beli
baik

penjual

atau

pembeli

kurang

mengetahui cara berbisnis menurut syariah.
Undang-undang Nomor 8

: Penerapan “ peraturan yang mengikat ”11

tahun 1999 tentang Perlin-

ini tidak sepenuhnya diterapkan, barang te-

dungan Konsumen dalam

lah disegel tetapi tidak ada garansi yang di-

jual beli

berikan kepada pembeli.

__________________
11

Siswati, Sistem Hukum ..., 39.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Jual Beli MP3 bersegel

: Pertransaksian “ alat digital pemutar music ”12 ini
tidak diberikan garansi serta pada kemasan segel
produknya tidak terdapat tanda SNI.

Toko Hikmah Cell

: Toko yang menjual pulsa, aksesoris HP, MP3 di
jalan Darmo Satelit Surabaya.

Penelitian ini mencari data yang terkait dengan Tinjauan Hukum Islam
dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
terhadap sistem jual beli MP3 bersegel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit
Surabaya.
H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini data yang
akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data tentang praktik jual beli MP3 di Toko Hikmah Cell.
b. Data tentang ketentuan yang berlaku, baik hukum Islam maupun hukum
positif terkait dengan jual beli.
2. Sumber data
Untuk mendapatkan sebuah data, penulis akan menggunakan sumber
data sebagai berikut:

____________________
12

Arifin Putra, Seni Music Modern, (Jakarta:Kencana, 2010), 50.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang berasal dari pelaku transaksi, antara lain:
1. Dendi

: Pemilik toko

2. Rudi

: Pembeli I

3. Tati

: Pembeli II

4. Charis

: Pembeli III

b. Sumber data sekunder
Yaitu sumber data pembantu paling penting yang berasal dari
referensi buku, antara lain:
1. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya
2. Undang - undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
3. Ibnu Hajar ‘Asqalani, Bulughul Maram
4. An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Terjemah Riadhus

Shalihin II
5. Mardani, Fiqh Muamalah
6. Dijan Widijowati, Hukum Dagang
7. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah
8. Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu ( Jilid 5 )
9. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah ( Jilid 5 )
10. Rahmad Syafi’i, Fiqh Muamalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

3. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah pemilik Toko Hikmah Cell Darmo Satelit
Surabaya, dan pembeli.
4. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut
lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang
sedang berjalan.
b. Interview atau wawancara, yaitu peneliti bertanya secara langsung dan
bertatap muka kepada responden termasuk pemilik dan pembeli di Toko
Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
5. Teknis analisis data
Dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu membuat
deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang
berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.13 Dalam hal ini
menggambarkan ketentuan hukum Islam dan Undang-undang nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tentang praktek jual beli
barang berkemasan, sehingga dapat diperoleh kronologi peristiwa serta
aspek jual beli dalam pengungkapan kasus tersebut.
_____________________
13

Moch. Nazir, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai
berikut :
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang merupakan ulasan
penjelasan yang dibuat diawal penyusunan skripsi.14 Bab ini memuat: latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan maupun
daftar pustaka.
Bab kedua berisi landasan teori yang dipakai sebagai dasar yang kuat
dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.15 Bab ini membahas tentang:
pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, syarat, rukun dan batalnya jual
beli, dan macam-macam jual beli (menurut hukum Islam dan Undang-undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
Bab ketiga memuat data sebagai hasil penelitian yang berkenaan dengan
pelaksanaan jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya, yang berisi: gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya, praktik penjualan dan pembelian MP3 berkemasan segel di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.

___________________
M. Amin Amrullah, Panduan Menyusun Proposal Skripsi Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Smart
Pustaka, 2013), 26.
15
Ibid., 35.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Bab keempat berisi analisis terhadap data penelitian yang telah
dideskripsikan dalam bab tiga, menemukan jawaban masalah penelitian yang
berisi tentang analisis terhadap praktik jual beli MP3 berkemasan segel di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya dan analisis hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
terhadap pelaksanaan jual beli tersebut.
Bab kelima berisi penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
JUAL BELI PRODUK BERKEMASAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN
UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Hukum Islam
1. Pengertian jual beli
Secara terminologi fikih jual beli disebut dengan bay‘ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Lafal bay‘ dalam terminologi fikih terkadang dipakai untuk pengertian
lawannya, yaitu lafal al-syira yang berarti membeli. Dengan demikian,

bay‘ mengandung arti menjual sekaligus membeli atau jual beli.
Menurut Hanafiah pengertian jual beli (al-bay‘) secara definitif yaitu
tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu
yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut
Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, bahwa jual beli (al-bay‘) yaitu
tukar – menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan
milik dan kepemilikan. Dan menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, bay‘ adalah jual beli antara benda dan benda, atau
pertukaran antara benda dengan uang.

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

“ Berdasarkan definisi diatas, maka pada intinya jual beli itu adalah
tukar – menukar barang.”1
2. Dasar hukum jual beli
Jual beli telah disahkan oleh Alqur’an, Sunah, dan Ijma’. Adapun
dalil Alqur’an adalah QS. Annisaa’ : 29 :

ِ ‫يا أَي ها ال ِذين آَمُوا ََ تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي َ ُكم بِالْب‬
‫اط ِل إَِ أَ ْن تَ ُكو َن َِِ َارًة َع ْن‬
َ َ
َ ْ َْ ْ َ ْ
َ َ
ِ ِ
ِ ٍ ‫تَر‬
ِ
‫يم‬
ً ‫اض مْ ُك ْم َوََ تَ ْقتُلُوا أَنْ ُف َس ُك ْم إن اللهَ َكا َن ب ُك ْم َرح‬
َ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan
harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali
dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian
membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang
kepada kalian.”2
Maksud ayat tersebut, Allah Swt., melarang mengambil harta
orang lain dengan jalan yang bathil (tidak benar) kecuali dengan
perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka. Jalan yang bathil
menurut syara’ adalah mengambil dengan cara yang tidak disetujui oleh
pemiliknya dan menggunakan harta bukan pada tempatnya.
Islam menghormati hak milik (harta) dan menentukan hak-hak
tertentu atas harta tersebut dengan kewajiban zakat atau amalan-amalan
sunnah lainnya. Karena harta benda mempunyai kedudukan dibawah

_____________________
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 101.
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, ( Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo,
1994 ), 122.

1

2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

nyawa, bahkan terkadang nyawa dipertaruhkan untuk memperoleh atau
mempertahankannya. Maka pesan atau kandungan ayat ini selanjutnya
adalah dan janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri atau orang lain
secara tidak hak. Karena orang lain sama dengan kamu, bila kamu
membunuhnya maka kamupun terancam dibunuh.3
Kemudian ada juga dalil sunnah diantaranya, dari Jabir r.a. bahwa
Rasulullah bersabda:

ِ
ِ ِ
َ َ‫صلى اللهُ َعلَْي ِه َو َسل َم ق‬
ً‫ َرِح َم اللهُ َر ُجل‬: ‫ال‬
َ ‫ أَن َر ُس ْو ُل الله‬: ُ‫َو َع ْن َجاب ٍر َرض َي اللهُ َعْه‬
. ‫ َرَوا ُ البُ َخا ِرى‬. ‫ضى‬
َ َ‫اع َوإِذَا ا ْشتَ َرى َوإِذَا اقْ ت‬
َ َ‫ََْ ًحا إِذَا ب‬
“ Allah merahmati kepada orang yang ringan jika menjual atau
membeli dan jika menagih hutang. (HR. Bukhary).4
Maksud hadist tersebut, ringan (lapang dada) adalah perkara yang
tersembunyi, maka ketergantungan hukum sah tidaknya jual beli itu
dilihat dari cara – cara yang nampak yang menunjukkan suka sama suka,
seperti adanya ucapan penyerahan dan penerimaan.
Dan jika didapati adanya ketidaksesuaian yang diinginkan pembeli
terhadap kriteria barang yang diinginkan pembeli, maka seharusnya hal
itu menjadi tanggungan penjual, karena jika tidak maka transaksi jual

___________________
3
4

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta: Lentera hati, 2000 ), 24.
An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Riadhus Shalihin II, Salim Bahreisy,
( Bandung: PT Alma’arif, 1987 ), 309.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

beli tersebut tidak sah karena terkesan mengandung unsur penipuan /
pemaksaan yang dilarang, hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat
Muslim :

ِ ُ ‫ال نَهى رس‬
.‫ َو َع ْن بَْي ِع الْغََرِر‬،ِ‫صاة‬
ْ ‫صلى اللهُ َعلَْي ِه َو َسل َم َع ْن بَْي ِع‬
َ َْ‫ا‬
َ ‫ول الله‬
ُ َ َ َ َ‫َع ْن اَِ ِْ ُ َريْ َرَة ق‬
.‫َرَوا ُ ُم ْسلِ ٌم‬
“ Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad saw., melarang
jual beli hashah dan jual beli gharar (penipuan).” 5
Maksud hadist tersebut, jual beli hashah ada tiga macam. Pertama,
jika seseorang berkata “ bila aku campak batu kepadamu, berarti jual
beli itu jadi ”. Kedua, jika seseorang berkata “ jadi jual beli barang yang
jatuh atasnya batu lemparanmu ”. Dan yang ketiga, jika seseorang
berkata “ Jadi jual beli tanah sejauh batu lemparanmu ”. Sedangkan

gharar merupakan jual beli yang belum tentu harganya, rupanya,
waktunya, tempatnya, bagaikan jual kucing di dalam karung.
3. Syarat jual beli
Suatu jual beli tidak sah bila tidak terpenuhi dalam suatu akad tujuh
syarat, yaitu :
1. Saling rela antara kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua belah
pihak untuk melakukan transaksi syarat mutlak keabsahannya.
2. Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad, yaitu
________________
5

Ibnu Hajar ‘Al-Asqalani, Bulughul Maram, A. Hassan, ( Bandung: CV. Diponegoro, 1983 ), 391.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

orang yang telah balig, berakal, dan mengerti. Maka, akad yang
dilakukan oleh anak dibawah umur, orang gila, atau idiot tidak sah
kecuali dengan seizin walinya, kecuali akad yang bernilai rendah
seperti membeli kembang gula, korek api dan lain – lain.
3. Harta yang menjadi obyek transaksi telah dimiliki sebelumnya oleh
kedua pihak. Maka, tidak sah jual beli barang yang belum dimiliki
tanpa seizin pemiliknya.
4. Objek transaksi adalah barang yang dibolehkan agama. Maka, tidak
oleh menjual barang haram seperti khamar (minuman keras) dan lain
– lain.
5. Objek transaksi adalah barang yang bisa diserahterimakan. Maka
tidak sah jual mobil hilang, burung diangkasa karena tidak dapat
diserahterimakan.
6. Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Maka
tidak sah menjual barang yang tidak jelas. Misalnya, pembeli harus
melihat terlebih dahulu barang tersebut dan / atau spesifikasi barang
tersebut.
7. Harga harus jelas saat transaksi. Maka, tidak sah jual beli dimana
penjual mengatakan : “ Aku jual mobil ini kepadamu dengan harga
yang akan kita sepakati nantinya ”.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

4. Rukun jual beli
Rukun jual beli ada tiga, yaitu:
1. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli.
2. Objek transaksi, yaitu harga dan barang.
3. Akad ( transaksi ), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua belah
pihak yang menunjukkan mereka sedang melakukan transaksi, baik
tindakan itu berbentuk kata – kata maupun perbuatan.
5. Batalnya jual beli
Pada umumnya jual beli dapat batal jika tidak memenuhi seluruh
rukun – rukun dan syarat – syarat sahnya yang berlaku, yaitu 3 rukun
dan 7 syarat yang telah dijelaskan diatas sebelumnya.
6. Macam – macam jual beli
Dari berbagai tinjauan, bay‘ dapat dibagi menjadi berberapa
bentuk. Berikut ini bentuk-bentuk bay‘ :
1. Ditinjau dari sisi objek akad bay‘ yang menjadi :
a. Tukar-menukar uang dengan barang.
b. Tukar-menukar barang dengan barang.
c. Tukar-menukar uang dengan uang. 6
2. Ditinjau dari sisi waktu serah terima, bay‘ dibagi menjadi empat
bentuk :
_______________________
6

Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Syed Ahmad Syed Hussain, (Malang: Gema
Insani, 2011), 595.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

a. Barang dan uang serah terima dengan tunai, ini bentuk asal bay‘.
b. Uang dibayar dimuka dan barang menyusul pada waktu yang
disepakati, ini dinamakan salam.
c. Barang diterima dimuka dan uang menyusul, disebut dengan jual
beli tidak tunai. Misalnya jual beli kredit.
d. Barang dan uang tidak tunai, disebut bay‘ dayn bi dayn (Jual beli
utang dengan utang).
3. Ditinjau dari menetapkan harga, bay‘ dibagi menjdi :
a. Bay‘ musa>wamah, (jual beli dengan tawar - menawar) yaitu jual
beli dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga pokok
barang, akan tetapi menetapkan tertentu dan membuka peluang
untuk ditawar.
b. Bay‘ ama>nah, yaitu jual beli dimana pihak penjual menyebutkan
harga jual barang tersebut. Bay‘ jenis ini terbagi lagi menjadi
tiga bagian:
a)

Bay‘ murabahah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga
pokok barang dan laba.

b) Bay‘ al-wad}hiyyah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga
pokok barang atau menjual barang tersebut dibawah harga
pokok.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

c) Bay‘ tawliyah, yaitu penjual menyebutkan harga pokok dan
menjualnya dengan harga tersebut, misalnya penjual berkata
: “barang ibu saya beli dengan harga Rp.10.000,- dan saya

menjual sama dengan harga pokok.” 7
B. Jual Beli Produk Kemasan menurut Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
1. Pengertian jual beli
Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan
pembeli, dimana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu
benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga
benda sebagai yang sudah diperjanjikan.8
Barang yang menjadi obyek jual beli harus cukup tertentu, setidak –
tidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan
diserahkan hak miliknya kepada pembeli.
2. Dasar hukum jual beli
Dalam jual beli atau perdagangan, pembeli maupun konsumen
mempunyai hak – hak yang harus didapat agar dapat menerima kepuasan
yang penuh dalam memiliki barang yang diinginkan, sesuai dengan pasal 4
ayat b Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon-

________________________
Yusuf Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalah dan Aplikasinya dalam
Ekonomi Modern, (Jakarta: Kencana, 2012), 108.
8
Dijan Widijowati, Hukum Dagang, (Yogyakarta: Andi, 2012), 121.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

sumen, yang berbunyi “ hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta
mendapatkan barang dan / atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan ”. Pasal 4 ayat c Undang – undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “ hak
atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan / atau jasa ”. Serta pasal 4 ayat h Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi “ hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan / atau penggantian, apabila barang
dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya ”.
Seluruh hak – hak tersebut harus didapatkan oleh calon pembeli, oleh
karena itu bagi penjual harus memiliki “ usaha bisnis yang terorganisasi
dan melembaga ”9 agar dapat menjual / menghasilkan barang atau jasa yang
dapat dipertanggungjawabkan, baik secara pengadaan barang maupun
dalam pertransaksiannya.
Untuk mendapatkan hak – hak tersebut tentulah seorang calon pembeli
tidak boleh bertindak semena – mena. Dia juga harus memenuhi kewajiban
– kewajiban yang harus dipenuhi pula. Hal ini dilakukan agar dalam sebuah
transaksi bisnis tidak terjadi diskriminasi dan atau agar penjual tidak dapat
selalu tersudut jika sewaktu – waktu terjadi masalah didalam sebuah tran_____________________
9

Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

saksi jual beli yang dilakukan. Ini diatur dalam pasal 5 terutama pasal 5
ayat c Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, berbunyi “ membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

Sedangkan pelaku usaha atau yang biasa disebut penjual
adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi.10
Agar dalam setiap transaksi terjadi keseimbangan maka pelaku
usaha ini juga berhak mendapatkan hak – hak dalam menjalankan
usahanya. Seperti tertera dalam pasal 6 ayat a Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi “ hak untuk
menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan / atau jasa yang diperdagangkan. ”
Dan seperti halnya yang terjadi pada konsumen atau pembeli,
apabila penjual atau pelaku usaha ingin mendapatkan hak – haknya, maka
dia juga harus memenuhi kewajiban – kewajiban yang tidak boleh
dihindari. Ketetapan inipun di atur dalam pasal 7 ayat b Undang – undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

________________________
10

Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 3, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

jaminan barang dan / atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan.” Pasal 7 ayat d Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ menjamin
mutu barang dan / atau jasa yang diproduksi dan / atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan / atau jasa yang berlaku. ”
Pasal 7 ayat e Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi “ memberi kesempatan pada konsumen
untuk menguji, dan / atau mencoba barang dan / atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan / atau garansi atas barang yang dibuat dan / atau
yang diperdagangkan. ” Serta pasal 7 ayat g Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ memberi
kompensasi, ganti rugi dan / atau penggantian apabila barang dan / atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. ”
Kewajiban – kewajiban dan hak - hak diatas harus dilakukan dan
dipenuhi oleh pelaku usaha atau penjual maupun konsumen atau pembeli.
Untuk itulah Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dibuat, agar dipatuhi oleh semua pihak dan jika
tidak dipatuhi maka akan mendapatkan sanksi.
Dalam sebuah transaksi bisnis haruslah dimulai dengan unsur
kepercayaan dan berharap masing – masing pihak baik penjual atau
pembeli meniadakan penipuan.11 Untuk itulah dalam Undang – undang
______________________
11

Ahmad Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003), 15.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga memuat
aturan – aturan yang dilarang pelaku usaha atau penjual, dan itu tertera
dalam pasal 8 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, dimana pelaku usaha dilarang memproduksi dan
/ atau memperdagangkan barang dan / atau jasa yang tercantum dalam
ayat 1 d, berbunyi “ tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan
atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan / atau jasa tersebut. ”
Perlu diketahui bahwa istilah label dalam pasal tersebut dapat juga
dikatakan sebagai segel. Hal ini sesuai dengan pengartian istilah dalam
kamus umum bahasa Indonesia, dimana segel merupakan tera, cap, atau
meterai.12 Sedangkan tera, cap, atau materai merupakan tanda yang
menerangkan keaslian, baik itu keaslian sebuah produk atau surat – surat
penting.13 Pengertian labelpun merupakan tanda atau cap yang berisi
informasi - informasi penting yang menandakan sebuah jaminan kualitas
atau keaslian produk. Untuk itu pemasangan sebuah label atau segel
dalam sebuah produk dagang sangatlah penting agar penjual dan pembeli
merasa aman dalam melakukan sebuah transaksi jual beli. Penjual merasa
aman karena barang yang dijualnya terjamin kualitasnya tanpa ditakuti
_____________________
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976),
886.
13
Ibid., 1057.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

bayangan – bayangan ada komplain dari pembeli, pembelipun merasa
puas karena barang yang diinginkannya sesuai dengan standart mutu
produk layak pakai.
Berikutnya perbuatan ya

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN MUSLIM ATAS JUAL BELI HEWAN KURBAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 1

TINJAUAN HUKUM MENGENAI TRANSAKSI JUAL - BELI MELALUI SITUS BELANJA ONLINE ( ONLINE SHOP ) MENURUT KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG - UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 10

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE PRODUK FASHION BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 15

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MEKANISME TRANSAKSI JUAL BELI MINUMAN KEMASAN DALAM MESIN OTOMATIS DI UNTAG 1945 SURABAYA.

5 386 94

Analisis hukum Islam dan Undang-Undang no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap praktik jual beli barang kadaluwarsa yang tidak dapat dikembalikan di Toko Hidayah Surabaya.

0 0 80

TINJAUAN SADD AL-DHARI'AH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI ROTI SEMI KEDALUWARSA DI CV. SURYA GLOBAL SURABAYA.

0 1 101

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL BELI PESANAN DI DTC WONOKROMO SURABAYA.

0 0 88

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI ONLINE DAN RELEVANSINYA TERHADAP UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 18 165