Peningkatan kemampuan membilang banyak benda mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan melalui media benda konkret siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Bulu Kediri.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

DESY PUTRIARMA ISTIANA NIM. D07213006

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA JULI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Benda Mata Pelajaran Matematika Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Melalui Media Benda Konkret Siswa Kelas 1 Mi Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Wahyuniati, M.Si Latar belakang penulisan ini rendahnya kemampuan membilang banyak benda pada mata pelajaran matematika. Guru sering menggunakan cara ceramah dan sangat jarang menggunakan media untuk membantu proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mengambil pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan.

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui penerapan media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Kediri. (2) Mengetahui peningkatan kemampuan membilang banyak benda melalui media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Kediri.

Metode penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan, yaitu Perencanan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan media benda konkret dalam pembelajaran matematika pada membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Kediri berjalan dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat pada skor akhir aktivitas guru meningkat dari 62,5 dengan kategori kurang baik pada siklus I menjadi 96,09 dengan kategori sangat baik pada siklus II. Begitu pula pada aktivitas siswa meningkat dari skor 61,53 dengan kategori kurang baik pada siklus I menjadi 96,15 dengan kategori sangat baik pada siklus II. (2) Peningkatan kemampuan membilang banyak benda melalui media benda konkret meningkat dengan sangat baik. Hal ini terbukti pada pra siklus ketuntasan belajar siswa mencapai 30% dengan kategori tidak baik dan rata- rata mencapai 61,75. Pada siklus I mengalami peningkatan mencapai 60% dengan kategori cukup baik dan rata-rata mencapai 71,25. Terjadi peningkatan lagi pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dengan kategori sangat baik dan rata-rata kelas mencapai 86,25.

Kata Kunci: Kemampuan Membilang Banyak Benda, Media Benda konkret, Penjumlahan dan Pengurangan


(7)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... viii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ix

ABSTRAK ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR RUMUS ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tindakan yang dipilih ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

F. Signifikansi Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Membilang ... 13

1. Pengertian Kemampuan Membilang ... 13

2. Indikator Peningkatan Kemampuan Membilang ... 15

3. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 18

B. Pembelajaran Matematika ... 20


(8)

C. Pengertian Media Benda Konkret ... 32

1. Pengertian Media ... 32

2. Peran dan Fungsi Media ... 33

3. Penggunaan Media... ... 35

4. Pengertian Media Benda Konkret ... 37

5. Penggunaan Media Benda Konkret... ... 37

6. Langkah Penggunaan Media Benda Konkret ... 39

7. Kelebihan dan Kekurangan Media Benda Konkret ... 40

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 42

B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian ... 45

C. Karakteristik Subyek Penelitian ... 45

D. Variabel yang diteliti ... 46

E. Rencana Tindakan ... 46

1. Siklus I... 46

2. Siklus II ... 51

F. Data dan Cara Pengumpulannya ... 54

1. Sumber Data ... 54

2. Teknik Pengumpulan Data ... 55

3. Teknik Analisis Data ... 58

G. Indikator Kinerja ... 64

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 67

1. Tahap Pra Siklus ... 68

2. Tahap Siklus I ... 74


(9)

A. SIMPULAN ... 130 B. SARAN ... 131

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu isi tujuan nasional Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini merupakan kewajiban sekaligus hak bagi semua warga negara Indonesia untuk memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya dan pendidikanlah salah satu wadah untuk mencapai tujuan tersebut.

Pendidikan merupakan hal terpenting dan termasuk faktor yang terpenting dalam membangun negara Indonesia, pendidikan juga merupakan faktor yang sangat menentukan bagi terlaksananya suatu tujuan hidup bangsa. Dan untuk mencapai tujuan yang maksimal maka pendidikan atau pembelajaran harus disusun sebaik mungkin demi terlaksanannya tujuan pendidikan secara optimal.1

Pendidikan juga tidak bisa terlepas dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan pemerintah, disini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menunjang kreatifitas dan kemampuan peserta didik karena pertama kali anak mendapatkan pengetahuan dan bimbingan dari orang tua atau keluarga, dan di lanjutkan ke jenjang sekolah TK, SD sampai ke jenjang perkuliahan, semata-mata orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang pintar dan memperoleh pengetahuan yang luasmelalui kegiatan

1


(11)

bimbingan pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah baik formal, nonformal dan informal yang dilakukan sepanjang hayat untuk mempersiapkan peranan dalam berbagai masalah hidup secara tepat pada masa yang akan datang. Baik halnya pendidikan dasar yang ada dalam pembelajaran siswa usia dini, misalnya matematika.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskret. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Dalam matematika terdapat nilai konsistensi dalam berfikir logis, pemahaman aksioma kemudian mencari penyelesaian melalui pengenalan terhadap kemungkinan yang ada (sebuah probabilitas) lalu mengeliminasi

sejumlah kemungkinan tertentu dan akhirnya menemukan suatu

kemungkinan yang pasti akan membawa kepada jawaban yang benar. Dari sini ada pengalaman probabilitas adalah peluang atau kemungkinan suatu kejadian, ada eliminasi probabilitas adalah mengurangi peluang atau kemungkinan suatu kejadian, ada konklusi adalah pengetahuan yang diperoleh secara tak langsung karena kita mengetahui sesuatu itu tidak secara langsung, melainkan dengan perantaraan sesuatu yang lain dengan


(12)

menunjukkan jalan yang pasti menuju kepada suatu jawaban yang benar. Melalui matematika juga dapat ditanamkan sikap kejujuran. Siswa diajarkan untuk tidak salah faham melakukan operasi hitungnya.2

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) yang berumur berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 tahun atau 13 tahun. Menurut piaget, anak-anak berada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase operasional konkret.3 Di Sekolah Dasar mata pelajaran Matematika meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Apabila sejak dini ketiga aspek tersebut dapat dikuasai dengan baik, maka siswa akan dengan mudah menguasai aspek-aspek yang tingkat kesulitannya lebih tinggi di jenjang berikutnya.

Pembelajaran Matematika ditingkat Sekolah Dasar merupakan salah satu pembelajaran yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Dewasa ini perkembangan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak usia Sekolah dasar sedang mengalami perkembangan pada pola pikirnya karena tahap berpikir mereka masih belum rasional terutama untuk anak atau siswa yang masih

2

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Bengkulu: Kencana, 2011), 296. 3

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 1.


(13)

duduk di kelas rendah. Bukan tidak mungkin cara berpikirnya masih berada pada tahapan pra konkret.

Tujuan Matematika di Sekolah Dasar bukan hanya untuk memahami makna dan fakta maupun konsep yang terdapat dalam matamatika, melainkan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan dalam pencapaian pengetauan tersebut. Namun sayangnya, pengembangan model Matematika tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak usia Sekolah Dasar. Apa yang dianggap jelas orang yang berhasil mempelajarinya merupakan hal yang tidak mudah dipahami dan membingungkan bagi anak-anak. Hal ini pulalah yang menyebabkan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar selalu menarik untuk diutamakan. Untuk menambah pemahaman anak dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan media pembelajaran yang tepat.

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.4

Dengan adanya media anak dapat termotivasi dalam kegiatan belajarnya dan dapat menambah daya tarik juga minat anak untuk belajar. Media pembelajan dalam dunia pendidikan adalah hal yang mutlak harus digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keengganan penggunaan media

4


(14)

sekarang ini banyak dirasakan oleh para guru dengan alasan ribet dan merepotkan. Para guru umumnya menggunakan metode ceramah yang dianggapnya lebih simpel dan sederhana serta mudah dilakukan, tanpa persiapan dapat langsung mengajar di kelas menyampaikan materi pembelajaran.

Media memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Jika kondisi tersebut dapat dilaksanakan guru, yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari lebih lanjut karena adanya kebutuhan dan belajar bukan sekedar kewajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil.5

Hasil wawancara peneliti dengan guru matematika Ibu Binti Fauziyah, S. Pd.I di MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec.Semen Kab. Kediri. Kemampuan siswa kelas 1 dalam membilang banyak benda masih jauh dari harapan. Peneliti dapat mengatakan hal demikian karena setelah peneliti menganalisa bahwa siswa dikatakan mampu membilang adalah siswa mampu dengan empat tingkatan indikator kemampuan, meliputi membilang 1-10, membilang 10-20, membilang 20-30, dan membilang 30-40 dengan penjumlahan dan pengurangan cara pendek maupun cara panjang. Peneliti mendapatkan pesentase 70% dari siswa tidak mampu dengan empat indikator kemampuan

5


(15)

membilang dan 30% siswa mampu dengan empat indikator kemampuan membilang.6

Kemampuan membilang siswa saat diajarkan guru sangat rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan membilang banyak benda dengan tepat. Guru kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec, Semen Kab. Kediri menggunakan kemampuan membilang dengan metode ceramah tanpa menggunakan suatu hal yang bisa menarik siswa dalam bentuk nyata untuk cepat dimengerti siswa. Guru masih banyak yang tidak menggunakan cara efektif dan menarik untuk menarik kemampuan siswa. Selain itu dari hasil analisa proses kegiatan belajar mengajar ditemukan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan bercerita sendiri dengan temannya.

Motivasi siswa untuk belajar sangat minim. Hanya sebagian siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah dan itu pun hanya siswa yang pandai. Guru jarang menggunakan media dikelas. Bahkan, tidak adanya media yang mendukung pembelajaran guru dikelas. Hanya metode ceramahlah yang biasa digunakan guru dikelas. Padahal untuk kelas rendah harus banyak kreatifitas guru untuk menarik kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Seperti penggunaan media ataupun permainan yang sehingga siswa dapat lebih cepat

6

Hasil Observasi dan Wawancara dengan Ibu Binti Fauziyah, S.Pd.I pada tanggal 27 Februari 2017


(16)

untuk menambah kemampuan membilang dalam penjumlahan dan penggurangan.

Uraian di atas bisa disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang kurang memahami kemampuan membilang banyak benda, padahal kemampuan membilang banyak benda merupakan materi dasar yang harus dikuasai pada siswa mulai sejak dini karena dengan hal itu dapat membantu untuk memahami materi-materi yang berhubungan dengan menentukan bilangan dan pembelajaran matematika, baik kelas 1 maupun dikelas yang selanjutnya.

Dengan melihat keadaan tersebut, peneliti ingin meningkatkan kemampuan membilang banyak benda siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan media benda konkret. Media ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi siswa yang kurang memahami dalam bentuk membilang banyak benda, terutama bagi siswa yang kemampuan membilangnya kurang, karena sebenarnya matematika bukan untuk dihafal tetapi dipahami. Media benda konkret adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.

Penggunaan media benda konkret sebelumnya pernah diterapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Laili Diyah Fitriyana untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan judul “ Peningkatan hasil belajar


(17)

matematika tentang penjumlahan dengan alat peraga benda-benda konkret di lingkungan sekitar pada siswa kelas 1 MI Negeri Medali Puri Mojokerto”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 MI Negeri Medali Puri Mojokerto.

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar matematika tentang penjumlahan pada siswa kelas 1. Hasil belajar pada siklus I ratanya 7,4 dan pada siklus II rata-ratanya 89. Di dalam pembelajaran pun anak-anak akan lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dan juga anak-anak lebih aktif dalam mencari jawaban dari soal-soal penjumlahan.7

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memilih judul “Peningkatan Kemampuan Membilang Banyak Benda Mata Pelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Penggurangan Melalui Media Benda Konkret Pada Siswa Kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

7

Laili Diyah Fitriyah, Peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dengan alat peraga benda-benda konkrit di lingkungan sekitar pada siswa kelas 1 MI Negeri Medali Puri Mojokerto, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014)


(18)

1. Bagaimana penerapan media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri?.

2. Bagaimana peningkatan kemampuan membilang banyak benda melalui media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri?.

C. Tindakan yang dipilih

Berdasarkan dengan permasalahan yang ada pada siswa kelas I MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri, perlu dilakukan perubahan dalam metode dalam proses pembelajaran membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan metode yang hanya dengan ceramah dan penjelasan langsung melainkan peneliti menggunakan media benda konkret yang ada disekitar siswa, misalnya tutup botol, tusuk gigi, kelereng dan lain lain. Karena dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, membuat siswa mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membilang banyak benda pada kesempatan berikutnya. Selain itu media benda konkrit memang digunakan untuk memperbaiki pengajaran dalam membilang banyak benda.

Media benda konkret adalah media yang menunjukkan suatu objek yang dapat dilihat dengan panca indra dengan nyata dan asli. Pengertian media benda konkret juga dapat diartian alat peraga. Alat peraga adalah alat


(19)

yang digunakan oleh pengajar untuk mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan pengajaran guna memberikan pengertian atau gambaran yang sangat jelas tentang pelajaran yang diberikan.

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan penggurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membilang banyak benda melalui media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan penggurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri.

E. Ruang lingkup Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah:

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri tahun ajaran 2016/1017 dengan jumlah siswa 20 orang.

2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran matematika kelas 1 kemampuan membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan.


(20)

3. Standar Kompetensi:

4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar

4.1 Membilang banyak benda.

4.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Indikator

4.4.1 Membilang banyak benda konkret dengan tepat. 4.4.2 Mengurutkan banyak benda dengan tepat.

4.4.3 Melakukan penjumlahan banyak benda dengan tepat. 4.4.4 Melakukan pengurangan banyak benda dengan tepat.

4.4.5 Menyelesaikan soal cerita tentang penjumlahan dan

pengurangan dengan tepat.

F. Signifikansi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, secara umum penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membilang banyak benda melalui media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri. Disisi lain secara khusus peenlitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

Bagi Siswa :

1)Meningkatkan kemampuan membilang siswa.


(21)

3)Memperoleh pengalaman belajar siswa yang menarik dengan bantuan alat peraga berupa benda konkret melalui metode demonstrasi.

Bagi Guru :

1)Membantu guru dalam melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang dikelolanya.

2)Membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran secara professional. 3)Membuat guru lebih percaya diri.

4)Memberikan kesempatan kepada guru untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri.

5)Guru dapat mengembangkan alternatif untuk mengetahui kelemahannya. 6)Meningkatkan keterampilan dan kreatifitas guru.

Bagi sekolah :

1)Visi dan misi sekolah dapat terwujud.

2)Sekolah dapat meningkatkan strategi atau metode pembelajaran melalui model-model pembelajaran.

3)Sekolah dapat menerima segala saran untuk mengambil keputusan. 4)Meningkatkan kualitas sekolah.

Bagi Peneliti :

1)Dapat mengembangkan kinerja sebagai guru secara professional. 2)Mengembangkan kepercayaan diri.

3)Menambah ilmu pengetahuan.


(22)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Membilang

1. Pengertian Kemampuan Membilang

Dalam kamus besar bahasa indonesia kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa melakukan sesuatu, bisa, sanggup. Kemampuan mendapat imbuhan ke-an sehingga arti kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, seseorang dalam malakukan suatu usaha untuk dirinya sendiri yang menjadi tanggung jawabnya1. Kemampuan adalah kesanggupan kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. kemampuan merupakan perilaku yag rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 2

Membilang adalah suatu kegiatan membandingkan. Kegiatan membandingkan ini dilakukan dengan cara mengkorespondenkan atau memasangkan benda, unsur atau elemen suatu himpunan. Hasil dari kegiatan membandingkan dengan cara memasangkan satu demi satu tersebut adalah himpunan sama banyak atau tidak sama banyak. Jika hubungan tidak sama banyak yang diperoleh, maka dapat ditentukan

1

Depatemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 886

2

Cece Wijaya, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdkarya, 1991), 3


(23)

mana yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit. Jadi, membilang berarti menyebutkan bilangan tentang banyaknya unsur suatu himpunan yaitu sifat satuan, duaan, tigaan dan seterusnya.3

Membilang juga bisa dikatakan dengan menghitung. Karena menghitung adalah suatu proses ketika anak menyebutkan bilangan dengan nama bilangannya. Menghitung awal biasanya dilakukan anak dengan membilang. Proses membilang menyangkut dua kegiatan, yakni (1) anak menyebut seri bilangan mulai dari satu dan (2) anak dapat menunjuk pada obyek yang berbeda sementara itu. Adapun beberapa empat prinsip membilang. Keempat prinsip tersebut sebagai berikut: (1) Setiap objek akan dibilang harus dihubungkan dengan satu nama bilangan, (2) Nama bilangan harus sesuai dengan urutan obyek tertentu, (3) Membilang tidak perlu mulai dari obyek yang pertama atau terdepan. dan (4) Nama bilangan yang terakhir merupakan jumlah obyek.4

Membilang bisa kenalkan melalui benda konkret yaitu benda-benda yang ada di sekitar siswa. Belajar membilang akan mendukung siswa dalam hal seperti kemampuan membilang benda, membilang

3

Yasinta Nina Damayanti, Peningkatan Kemampuan Membilang Melalui Media Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B1 TK PKK 37 Dodogan Jatimulyo Dlingo Bantul, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), 18

4

J. Tombokan Runtukahu, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta:


(24)

angka, mengurutkan lambang bilangan dan menghubungkan lambang bilangan dengan benda.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian kemampuan membilang adalah kemampuan anak untuk menghitung benda satu-persatu untuk mengetahui berapa banyak benda yang ada, dengan menyebutkan bilangan satu per satu secara urut, baik ditunjuk maupun tidak, dapat juga dengan menghafal semua bilangan secara urut sesuai dengan jumlah benda yang ada tanpa harus mengerti lambang bilangan yang menyertainya. Dalam penelitian ini kemampuan membilang yaitu membilang banyak benda.

2. Indikator Peningkatan Kemampuan Membilang

Kelompok matematika dapat diperkenalkan mulai dari usia 3-6 tahun adalah kelompok bilangan (membilang, aritmatika dan berhitung). Penugasan masing-masing kemampuan anak tersebut melalui tiga tingkat penekanan tahapan yaitu5: (a) Tingkat pemahaman konsep, anak akan memahami konsep melalui pengalaman bekerja dan bermain dengan benda konkret, (b) Tingkat menghubungkan konsep konkret dengan lambang bilangan. Setelah konsep dipahami anak, guru anak mengenalkan konsep tutup botol ke lambang konsep. Hal ini lah yang mendasari media benda konkret sebagai lambang dari konsep benda konkret, dan (c) Tingkat lambang bilangan, anak diberikan

5


(25)

kesempatan untuk menulis bilangan atas konsep-konsep konkret yang mereka pahami.

Tahapan kemampuan membilang anak mendasarkan tugas perkembangan meliputi berbagai karakteristik perilaku pada setiap aspek perkembangannya. Anak usia 5-6 tahun pada umumnnya secara kognitif khususnya metematika sudah dapat melakukan banyak hal, dalam Standar Perkembangan Anak diantaranya : a) menyebutkan dan membilang 1 sampai 20, b) mengenal lambang bilangan, c) menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan, d) membuat urutan bilangan dengan benda-benda, serta e) membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya yang, tidak sama, lebih sedikit, sedikit, dan lebih banyak.

Perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun lebih ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 58 Tahun 2009. Permendiknas berisi Standar

Tingkat Percapaian Perkembangan yang merupakan tugas

perkembangan anak pada masing-masing usia. Pada ruang lingkup perkembangan kognitif bidang yang dikembangkan adalah konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Berikut ini adalah Standar Tingkat Percapaian Perkembangan pada lingkup perkembangan kognitif bidang konsep bilangan, lambanag bilangan dan huruf anak usia 5-6 tahun menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009.


(26)

Berikut ini adalah indikator lingkup perkembangan kognitif bidang konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf anak usia 5-6 tahun menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009: 6 (1) Berhitung atau menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 10, (2) Berhitung (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 20, (3) Menunjuk lambang bilangan 1-10, (4) Membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda-benda, dan (5) Meniru urutan bilangan 1-10.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan membilang siswa mmpu menyebutkan nama bilangan secara urut tepat dan benar mulai dari 1 sampai dengan 20. Kemampuan membilang siswa juga berdasarkan penjelasan diatas memiliki 3 tingkatan penekanan. Siswa memahami dan mengerti tentang sesuatu dengan menggunakan benda konkret seperti tutup botol, kelereng dan tusuk gigi. Serta dapat menghitung bilangan 1-20 yang ada. mereka mampu melewati proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari permulaan konkret menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda konkret itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambang.

6

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009. Diakses dari http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2012/08/permen_58_2009-ttg-standar-PAUD.pdf pada tanggal 15 November 2016 jam 21.48 WIB.


(27)

Pada penelitian ini, peneliti mengambil kemampuan siswa dalam membilang empat indikator yakni membilang 1-10, membilang 10-20, membilang 20-30, dan membilang 30-40 sampai anak benar-benar dapat membilang banyak benda dengan bentuk penjumlahan dan pengurangan menggunakan media benda konkret yang media benar-benar nyata dan asli untuk bisa disaksikan anak secara langsung oleh panca indera.

3. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah

a. Perkembangan Fisik Motorik

Seiring dengan pertumbuhan fisik yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar. 7

b. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat bereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan menghitung atau Calistung. Pada usia

7


(28)

SD/MI daya pikirnya sudah berkembang kea rah berpikir konkret dan rasional.

Dilihat dari aspek kognitif, terdapat tahap operasi konkret yang ditandai dengan kemampuan (1) mengklasifikasikan (mengelompokkan) benda-benda berdasarkan ciri yang sama (2)

menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau

menghitung) angka-angka atau bilangan dan (3) memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis, menghitung (CALISTUNG). Disamping itu, kepada anak juga sudah dapat diberikan dasar-dasar pengetahuan yang terkait dengan kehidupan manusia, hewan, lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, dan agama.8

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan anak usia sekolah, misalnya perkembangan fisik-motorik dan perkembangan intelektual. Dari perkembangan yang sudah dipaparkan diatas memiliki hubungan antara perkembangan anak dengan pembelajaran karena dalam

8


(29)

setiap perkembangan dimulai dengan titik pembelajaran yang diperoleh dari orang tua, guru dan orang disekitar.

B. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.9

Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, sedangkan hakikat matematika menurut soedjadi yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.10

Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI/SD karena matematika sangat berguna dalam

9

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineke Cipta,2005), 19. 10


(30)

kehidupan sehari-hari siswa-siswi dan diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika selanjutnya dan materi pelajaran lain. Seorang guru SD/MI yang akan mengajar mata pelajaran matematika memerlukan pemahaman yang memadai tentang hakikat matematika dan bagaimana matematika yang dimiliki karakteristik unik dan khas harus diajarkan kepada siswa-siswi.11

Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari suatu topik matematika. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep diberikan dimulai dengan benda-benda konkret kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika. Pembelajaran Matematika bertahap.

Pembelajaran Matematika bertahap maksudnya adalah

pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap yaitu dari pembelajaran tentang konsep matematika yang sederhana kemudian

11

Esti Yuli Widayanti, dkk, LAPIS PGMI : Pembelajaran Matematika MI dan Pembelajaran IPA MI, (Surabaya: Aprinta, 2009), 6


(31)

ke konsep matematika yang lebih sulit. Penggunaan benda-benda konkrit pada tahap awal dapat mempermudah siswa memahami konsep-konsep yang sederhana. Setelah itu, penggunaan gambar-gambar yang semi konkrit dan akhirnya ke simbol-simbol pada tahap abstrak.12

Dalam pembelajaran Matematika di tingkat MI/SD, diharapkan terjadi reinvention (Penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa MI/SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru.

Pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. ‘menemukan’ disini terutama adalah ‘menemukan lagi’ (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention) oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberi tahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing di bandingkan sebagai pemberi tahu.13

12 Ibid, 7 13


(32)

2. Ranah-Ranah Pembelajaran

Taksonomi Bloom memusatkan perhatian terhadap

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini masing-masing sesuai dengan pengertian cognitive atau kapabilitas intelektual yang semakna dengan pengetahuan , mengetahui berpikir atau intelek. Affective

semakna dengan perasaan, emosi, dan perilaku, terkait dengan perilaku menyikapi, bersikap atau merasa, dan merasakan. Sedangkan

psychomotor semakna dengan aturan dan keterampilan fisik, terampil dan melakukan.14 Ranah-ranah pembelajaran menurut Bloom, Ada 3 bagian, yaitu :15

a. Ranah Kognitif

Ranah yang mencakup kegiatan otak, yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Dalam ranah kognitif meliputi beberapa tingkatan :

(1) Pengetahuan merupakan kemampuan mengingat dan

kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall) yakni mengetahui tentang hal-hal khusus, peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

14

Suyono, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 167 15


(33)

(2) Pemahaman adalah kemampuan memahami suatu objek atas subjek pembelajaran (mampu menerjemahkan, menafsirkan, menentukan, memperkirakan, dan mengartikan)

(3) Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur pada situasi tertentu, yakni mampu memecahkan masalah, membuat bagan/grafik, menggunakan istilah atau konsep-konsep.

(4) Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan tersebut, yakni mampu mengenali kesalahan, membedakan, menganalisis unsur-unsur, hubung-hubungan, dan prinsip-prinsip organisasi

(5) Sistesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, yakni mampu menghasilkan, menyusun kembali dan merumuskan

(6) Evaluasi adalah kemampuan membuat penilain terhadap sesuatu berdasarkan maksud dan kriteria tertentu serta kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.

Dalam ranah kognitif menggunakan pengkuran dengan tes lisan dikelas atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan menggunakan portofolio.


(34)

Dalam penelitian yang diambil peneliti terdapat ranah kognitif dimana siswa menggunakan pembelajaran yang menerapkan pada kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual dan kemampuan berfikir yakni dengan menyelesaikan masalah pada pembelajaran matematika menggunakan media benda konkret. Seperti hal nya adalah dengan soal yang mendukung pengetahuan dan kemampuan siswa dalam berfikir.

b. Ranah Afektif

Ranah yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Ranah ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari ranah kognitif. Dalam ranah Afektif meliputi 5 tingkatan16 :

(1) Penerimaan yaitu sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala kondisi keadaan atau suatu masalah.

(2) Merespons (menanggapi) yaitu ditunjukkan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu.

(3) Menghargai yaitu berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau subjek tertentu.

(4) Mengorganisasi (mengelola) yaitu berkenaan dengan

pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu

16


(35)

termasuk hubungan antarnilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.

(5) Karakterisasi nilai (menghayati) yaitu dengan mengadakan sintesis dan internalisasi, sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya itu dijadikan pandangan hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak dan berprilaku.

Dalam penelitian yang diambil peneliti terdapat ranah afektif dimana siswa merespon dalam proses pembelajaran dengan memecahkan masalah terhadap tanggung jawab, proses, dan kerjasama. Seperti halnya selama proses berdiskusi siswa mampu menyelesaikan tes dengan melakukani kerja sama dalam kinerja dan proses pembelajaran.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan untuk mengukur penampilan atau perbuatan atau kinerja (performance)

yang telah dikuasai siswa.

3. Materi Penjumlahan dan Penggurangan

Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah dijelaskan pada bab I untuk materi yang akan digunakan guru dalam


(36)

proses pembelajaran. Disini peneliti menggunakan materi penjumlahan dan pengurangan. Di mana materi penjumlahan dan pengurangan juga membahas tentang berbagai macam bilangan. Berikut macam-macam bilangan:

Gambar 2.1 Macam-macam bilangan

Operasi bilangan merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum masuk sekolah, anak–anak telah belajar tentang penjumlahan sederhana. Setelah mereka masuk SD dan melanjutkan sekolahnya, masalah menyangkut penjumlahan bertambah kompleks, akan tetapi konsep penjumlahan akan tetap sama.17 Seperti pada operasi penjumlahan, sedeangkan operasi pengurangan harus diperkenalkan dengan pengalaman konkret. Model kegiatan yang menggunakan

17


(37)

objek-objek yang dapat dimanipulasi dan penggunaan bahasa informal baru beralih pada bahasa formal.

a. Pengertian penjumlahan dan pengurangan

Konsep penjumlahan harus dikembangkan dari pengalaman nyata. Dengan cara ini, mereka akan memanipulasi obyek-obyek dan menggunakan bahasanya yang akan diasosiasikan dengan simbol penjumlahan. Setelah anak-anak berpengalaman dengan obyek-obyek konkret menyangkut kegiatan bahasa tidak formal maka simbol penjumlahan formal (+) dapat diperkenalkan. Kita jangan terlalu cepat masuk pada bahasa dan simbol matematika padahal siswa berkesulitan belajar belum siap untuk itu.

Mengajarkan operasi penjumlahan bilangan bulat yang

memperhatikan pengalaman dan bahasa.

Tugas menjumlahan dapat dibalik, yaitu diketahui jumlah objek dan anak mencari objek-objek yang dijumlahan. Latihan ini dimulai dahulu dengan bilangan-bilangan kurang dari 6.

Sifat Umum Operasi Penjumlahan meliputi: (1) Bilangan berapa pun jika dijumlahan dengan bilangan nol, hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Contoh : 5 + 0 = 5, (2) Sifat Komutatif (pertukaran) yaitu hasil penjumlahan dari dua buah bilangan nilainya tidak akan berubah, meskipun letak kedua bilangan tersebut ditukarkan. dan (3) Sifat Asosiatif atau sifat


(38)

pengelompokkan yaitu hasil penjumlahan dari tiga buah bilangan tidak akan berubah, meskipun pengelompokannya berbeda. Sifat asosiatif ini berlaku untuk semua bilangan matematika.18

b. Macam-macam bentuk penjumlahan

1) Penjumlahan pada bilangan bulat

Bilangan bulat adalah gabungan himpunan asli dan himpunan cacah. Bilangan bulat merupakan perluasan dari bilangan cacah. Himpunan bilangan bulat digunakan untuk menjawab permasalahan yang tidak terjawab pada semesta bilangan cacah. Himpunan bilangan bulat terdiri atas himpunan bilangan asli, yaitu {1,2,3,4,…}. 19

2) Penjumlahan pada bilangan pecahan biasa

Pecahan adalah bilangan yang lambangnya terdiri dari pasangan berurutan bilangan bulat a dan b (dengan b ≠ 0) yang mempunyai arti a bagian dari b bagian yang sama.

3) Penjumlahan pada bilangan pecahan desimal

Sistem bilangan desimal atau sistem bilangan basis sepuluh merupakan sistem bilangan yang paling banyak dipakai sekarang. Sistem bilangan ini mempunyai sepuluh lambang dasar yang disebut angka , yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

18

Agus Hariyanto , Rangkuman Rumus Matematika SD, (Jakarta: Penerbit Raya, 2010), 17. 19


(39)

dan 9. Pemilihan sepuluh angka ini diduga dipengaruhi oleh banyak jari-jari pada dua tangan manusia. 20

Teori matematika mengembangkan pengurangan sebagai operasi kebalikan (invers). Apabila operasi pengurangan telah dimengerti, anak menyelidiki hubungan antara penjumlahan dan pengurangan. Proses pengurangan dimulai dari pengalaman konkret sampai pada simbol matematika dijelaskan. Booker,dkk menganjurkan pengajaran konsep pengurangan bagi anak-anak penyanding cacat dengan tiga model berikut21 : model memisahkan, model penjumlahan dengan suku yang tidak diketahui, dan model membandingkan.

Model penjumlahan dengan suku yang tidak diketahui. Misalnya, 3+…=7. Dalam model ini, kita perkenalkan pengurangan dengan mengangkat masalah konkret yang diketahui anak. kemudian berdasarkan bahasa informal beralih pada bahasa matematika.

Konsep Pengurangan bilangan negatif dengan menggunakan garis bilangan. Buku teks matematika SD banyak yang menggunakan garis bilangan untuk penanaman konsep pengurangan bilangan bulat. Jika menggunakan garis bilangan bulat, dibuat terlebih dahulu beberapa kesepakatan sebagai berikut : (1) Selalu mulai dari 0

20

Ibid, 12 21


(40)

menghadap kearah bilangan positif, (2) Maju ke depan untuk bilangan-bilangan positif, dan (3) Mundur ke belakang untuk bilangan-bilangan negatif.

Anak berkesulitan belajar matematika yang mengalami kesulitan mengadakan operasi bilangan bulat dengan garis bilangan, dianjurkan untuk menggunakan media konkret yang sederhana. Kegiatan dapat dianjurkan dengan latihan menggunakan bilangan-bilangan yang lebih besar tanpa menggunakan alat bantu seperti garis bilangan atau media sederhana.

c. Macam-Macam Pengurangan

a) Pengurangan pada bilangan cacah, bilangan cacah adalah gabungan bilangan nol dan bilangan asli. Operasi pengurangan dapat diselesaikan dengan cara :

(a) Puluhan yang dikurangkan – puluhan pengurangnya (b) Satuan yang dikurangkan – satuang pengurangnya b) Pengurangan pada bilangan bulat

Bilangan bulat adalah gabungan himpunan asli dan himpunan cacah. Bilangan bulat merupakan perluasan dari bilangan cacah. Himpunan bilangan bulat digunakan untuk mejawab permasalahan yang tidak terjawab pada semesta


(41)

bilangan cacah. Himpunan bilangan bulat terdiri atas himpunan bilangan asli, yaitu {1,2,3,4,…}. 22

c) Pengurangan pada bilangan pecahan biasa

Pecahan adalah bilangan yang lambangnya terdiri dari pasangan berurutan bilangan bulat a dan b (dengan b ≠ 0) yang mempunyai arti a bagian dari b bagian yang sama.

d) Pengurangan pada bilangan pecahan desimal

Sistem bilangan desimal atau sistem bilangan basis sepuluh merupakan sistem bilangan yang paling banyak dipakai sekarang. Sistem bilangan ini mempunyai sepuluh lambang dasar yang disebut angka , yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Pemilihan sepuluh angka ini diduga dipengaruhi oleh banyak jari-jari pada dua tangan manusia. 23

C. Pengertian Media Benda Konkret 1. Pengertian Media

Sebelum membahas tentang pengertian media benda konkret, terlebih dahulu dibahas pengertian tentang media. Media Pembelajaran menjelaskan bahwa Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari

22

A. Saeful Hamdani dkk, LAPIS PGMI : Matematika 2,…10 23


(42)

pengirim kepada penerima pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mempu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.24

Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya dalam belajar. Sementara itu Brings, berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh contohnya. 25

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan media adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang motivasi siswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan siswa.

2. Peran dan fungsi media a. Peran media26:

1) Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa.

24

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran..., 3. 25

Arief Sadiman, Media Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003), 6. 26

Singgih Heriyanto, Pengaruh Penggunaan Media Benda Konkret Terhadap Hasil Belajar IPA siswa di SD Negeri Gugus Kolopakin, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri yogyakarta, 2014). 16


(43)

2) Mengatasi batas-batas ruang kelas.

3) Mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil.

4) Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian untuk diamati secara terpisah.

5) Mengatasi hitungan-hitungan yang sulit dipahami.

6) Memungkinkan kemampuan yang mudah untuk menjalankan pola pikir siswa

7) Memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan siswa. 8) Membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan

motivasi kegiatan belajar siswa.

b. Fungsi media

Menurut Mc.Know, ada 4 fungsi yaitu27 :

1) Mengubah titk berat pendidikan formal yaitu pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang mementingkan kebutuhan pendidikan siswa.

2) Membangkitkan motivasi belajar pada siswa karena :

a) Media pada umumnya merupakan sesuatu yang baru bagi siswa, sehingga menarik siswa.

b) Penggunaan media memberikan kebebasan kepada siswa lebih besar dibandingkan dengan cara belajar tradisional.

27


(44)

c) Media lebih konkret dan mudah dipahami

d) Mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak. 3) Memberikan kejelasan (clarification).

4) Memberikan rangsangan (stimulation).

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar dan media yang digunakan pun baru sebatas alat visual.28 Dengan penjelasan diatas disimpulkan bahwa fungsi media adalah untuk sarana bantu siswa selama pembelajaran dikelas. Karena dengan media siswa dapat lebih menumbuhkan motivasi yang menarik dan kreatifitas berfikir siswa.

3. Penggunaan Media

Adapun dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran dikelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, guru perlu: 29

a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Meski pun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehungga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.

28

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), 244. 29


(45)

b. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan deterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

d. Lama waktu dipersingkat karena kebanyakan media hanya

memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan

isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan

kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata

dan gambar sebagai media pembelajaran dapat

mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.

f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

h. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat


(46)

dikurangi behkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain.

4. Pengertian Media Benda Konkret

Media benda konkret adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.30

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media benda konkret adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa melalui benda-benda nyata yang ada disekitar siswa. Media benda konkret adalah benda yang sebenarnya, yang membantu pengalaman nyata siswa. Media benda konkret memliki fungsi untuk menarik minat belajar siswa dan kreatifitas berfikir siswa.

5. Penggunaan Media Benda Konkret

Beberapa penyebab mengapa orang memilih media antara lain adalah bila (a) bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media, (b) merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang guru yang sudah terbiasa menggunakan proyektor

30


(47)

transparasi, (c) ingin memberi gambar atau penjelasan yang lebih konkrit, dan (d) merasa bahwa mendapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau respon motivasi belajar siswa. Jadi dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.31

Dengan demikian dapat disimpulkan penggunaan media benda konkrit dalam pembelajaran siswa SD sangat membantu kelancaran pemahamana kemampuan delam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa dan dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan kreatifitas siswa yang lebih tahan lama karena siswa mendapatkan pembelajaran yang nyata dan langsung. Maka, pembelajaran akan lebih mudah dipahami dengan cepat.

Penggunaan media benda konkret yang digunakan dalam penelitian ini adalah benda-benda disekitar siswa, misalnya tutup botol, tusuk gigi dan kelereng. Media yang digunakan digunakan untuk meningkatkan kemampuan membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan. Berikut adalah gambar media benda konkret yang digunakan peneliti melakukan penelitian tindakan kelas:

31


(48)

Gambar 2.2 Contoh benda konkret

6. Langkah-langkah penggunaan media benda konkret

Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget adalah sebagai berikut:32

a. Menentukan tujuan pembelajaran. b. Memilih materi pembelajaran.

c. Menentukan topik-topik yang akan dipelajari siswa secara aktif. d. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik

tersebut seperti memecahkan permasalahan.

e. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang

kreatifitas dan cara berfikir siswa.

f. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Dengan langkah-langkah tersebut maka langkah-langkah

penggunaan media benda konkret adalah langkah pertama guru

menentukan tujuan pembelajaran (meningkatkan kemampuan

membilang banyak benda dan kemampuan membilang banyak benda

32


(49)

dengan menunjukkan benda-benda (mengenal konsep bilangan dengan berbeda-beda), kedua materi dalam pembelajaran sesuai dengan indikator kemampuan membilang. Ketiga indikator yang akan dibahas adalah siswa mampu membilang banyak benda disekitar, keempat

anak-anak secara bersama-sama melakukan hitungan banyak benda dengan media benda konkrit dan asli yang disiapkan oleh guru, kelima

media pembelajaran yang digunakan adalah media nyata dan langsung disekitar. Keenam, selesai kegiatan guru melakukan penilaian dnegan menggunakan lembar observasi dan tes.

7. Kelebihan dan Kekurangan Media Benda Konkret a. Kelebihan Media Benda Konkret

(1) Membantu proses pembelajaran dengan nyata dan langsung. (2) Mengatasi sikap pasif siswa dengan media yang variasi dan

kreatif.

(3) Menimbulkan perhitungan yang mudah.

(4) Universal, dapat ditemukan oleh semua orang, dimana saja, dan kapan saja.

(5) Jika siswa terbiasa menggunakan media benda konkrit, banyak manfaat yang diperoleh.

b. Kekurangan Media Benda Konkret

(1) Memerlukan ruang yang memadai jika media tersebut berukuran besar.


(50)

(2) Memerlukan tempat untuk media yang sulit ditemukan secara langsung dapat menghambat proses pembelajaran.

(3) Bagi anak yang kurang tanggap dan paham media ini akan sulit di terapkan.

(4) Bagi pemula akan merasa bingung saat menggunakan media ini.


(51)

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.

PTK meliputi tiga kata yaitu “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru atau dosen yang sama.1

Penelitian ini menggunakan media benda konkret untuk mendukung kegiatan interaksi edukatif berproses guna mengembangkan kemampuan anak

1


(52)

dalam mempelajari kemampuan membilang banyak benda. Dalam melaksanakan media benda konkret, peneliti menggunakan model PTK “guru sebagai observer” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (Acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).2

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK yang membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral, yaitu3 :

Gambar 3.1 Model Kurt Lewin

2

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2009). 49. 3


(53)

Tahapan-tahapan dalam siklus tersebut meliputi: pertama, sebelum melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning), yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua, setelah perencanaan tersusun dengan rapi dan matang, barulah peneliti melaksanakan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada tahapan ini peneliti melaksanakan pengamatan (observing) dikelas yang meliputi: 1) mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; 2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam kelompok; 3) mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

Untuk mengatasi masalah dan memperbaiki proses pembelajaran agar lebih bermutu maka mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut berkaitan dan berkelanjutan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menyiapkan dua siklus dimana satu siklus ada satu pertemuan. Siklus ketiga, dilaksanakan bila masih ada yang kurang berhasil dalam siklus pertama dan kedua.


(54)

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini adalah MI Bahrul Ulum Desa Bulu Kecamatan Semen Kabupaten Kediri.

b. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016 / 2017.

2. Karakteristik Subyek penelitian

Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I MI Bahrul Ulum Desa Bulu Kecamatan Semen Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2016/ 2017 yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Sedangkan obyek penelitian dari penelitian ini adalah kelas 1 MI Bahrul Ulum Desa Bulu Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Adapun dipilihnya kelas 1 MI Bahrul Ulum menjadi obyek penelitian karena Kemampuan membilang siswa kelas I yang beragam, ada yang pandai dan cepat tanggap dalam menyelesaikan soal, ada yang sedang dan bahkan ada yang lambat sekali.

Pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa hasil belajar dikelas ini masih perlu ditingkatkan sesuai dengan hasil observasi yang telah peneliti lakukan. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret belum pernah diterapkan pada sekolah tersebut.


(55)

C. Variabel yang diteliti

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan kemampuan membilang banyak benda dengan menerapkan media benda konkret pada mata pelajaran matematika kelas 1. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :

1. Variabel input : Siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Desa Bulu Kediri. 2. Variabel Proses : Penerapan media benda konkret

3. Variabel output : Peningkatan kemampuan membilang banyak benda.

D. Rencana Tindakan

Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai apa yang di inginkan peneliti tercapai. Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakannya dengan 2 siklus, sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Menyusun perencanaan (planning)

Pada tahap ini perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti antara lain :

1.) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan.


(56)

3.) Mempersiapkan media benda konkret dikelas dalam pembelajaran yang digunakan.

4.) Mempersiapkan instrumen lembar tes siswa.

5.) Menyusun instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus satu dilaksanakan di kelas 1 dengan jumlah siswa 20 orang. Pada kegiatan ini peneliti bertindak sebagai guru, proses pembelajaran yang berlangsung memacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.

Tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan materi membilang banyak benda dengan menggunakan media benda konkret.

Adapun kegiatan yang dilakukan guru sebagai berikut: (1) Guru melakukan apersepsi dan motivasi, agar siswa siap menerima materi yang akan diajarkan dengan penuh semangat, (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan (3) Guru memperkenalkan media benda konkret yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP siklus I, yaitu :

Pada kegiatan pendahuluan guru akan mengawali pembelajaran dengan mengucap salam kemudian siswa dengan serentak menjawab salam dengan bersama-sama. Setelah itu, guru menanyakan kabar


(57)

siswa dengan mengecek kehadiran siswa dan memberi sedikit apresepsi. Selajutnya guru memulai pembelajaran dengan meminta siswa mengamati gambar yang terdapat didalam buku. Sebelumnya guru memberi penjelasan tentang bagaimana cara membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam membilang banyak benda. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dimana setiap kelompok diberi nama kelompok A, kelompok B, kelompok C, dan kelompok D. Masing-masing mendapatkan media benda konkret dengan banyak bilangan 1-25 yang disiapkan oleh guru.

Setiap kelompok diberikan lembar kerja untuk diselesaikan. Guru member waktu 10 menit untuk masing-masing kelompok menyelesaikan lembar kerja tersebut. Setelah itu pada kegiatan penutup guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Selanjutnya guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin do’a. (4) Menyiapkan lembar pengumpulkan data dengan bantuan guru yang bertugas selama pembelajaran. Peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dalam belajar selama proses pembelajaran dengan


(58)

menggunakan media benda konkret. dan (5) Melaksanakan tes/ evaluasi untuk semua siswa pada akhir siklus.

c. Tahap observasi (Pengumpulan Data)

Tahap ini, peneliti mengamati proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media benda konkret di kelas 1 MI Bahrul Ulum Desa Bulu Kecamatan Semen Kabupaten Kediri dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya. Hal yang akan dilakukan pengamat adalah: (1) Mengamati dan mencatat masalah yang muncul selama proses perbaikan pembelajaran dalam lembar observasi, (2) Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (3) Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu: lembar pengamatan kegiatan siswa, lembar pengamatan kegiatan guru, lembar tes tertulis, lembar kerja diskusi, dan melakukan wawancara kepada guru dan siswa.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Peneliti mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, yang mana dapat diketahui apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus I dapat meningkatkan kemampuan membilang banyak benda siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan. Peneliti juga dapat mencatat


(59)

kelemahan-kelemahan proses pembelajaran pada siklus I untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini peneliti melakukan refleksi pertama memeriksa instrumen penelitian, kedua memeriksa hasil observasi, ketiga mendiskusikan dengan guru untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan, keempat memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya dan kelima melakukan evaluasi siklus 1. Jika ternyata hasil yang diperoleh belum maka akan dilakukan siklus selanjutnya.

1. Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksud sebagai perubahan dari siklus pertama. Tahapan pada siklus kedua identik dengan siklus pertama yaitu diawali dengan perencanaan (planning), dilanjutkan dengan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Pada tahap ini dilakukan refleksi terhadap siklus 1 dan siklus II. Selain itu juga dilakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk

mengevaluasi agar dapat dibuat kesimpulan atas pelaksanaan


(60)

a. Tahap Menyusun perencanaan (planning)

Pada tahap ini perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti antara lain: (1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan, (2) Membuat instrumen penilaian tes (membilang banyak benda), (3) Mempersiapkan instrumen panduan wawancara guru dan siswa, (4) Mempersiapkan media benda konkret dikelas dalam pembelajaran yang digunakan dan (5) Menyusun instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus II di kelas I dengan jumlah siswa 20 orang. Pada kegiatan ini peneliti bertindak sebagai guru, proses pembelajaran yang berlangsung memacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.

Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran dengan membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan dengan media benda konkret. Adapun kegiatan yang dilakukan dengan acuan yang sedikit berbeda dengan seperti pada siklus I dengan disusun dalam RPP siklus II yang direvisi dari siklus I, sebagai berikut: Pada kegiatan pendahuluan guru akan mengawali pembelajaran dengan mengucap salam kemudian siswa dengan serentak menjawab salam dengan bersama-sama. Setelah itu, guru menanyakan kabar


(61)

siswa dengan mengecek kehadiran siswa dan memberi sedikit apresepsi. Selajutnya guru memulai pembelajaran dengan meminta siswa mengamati gambar yang terdapat didalam buku. Sebelumnya guru memberi penjelasan tentang bagaimana cara membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam membilang banyak benda. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dimana setiap kelompok diberi nama kelompok A, kelompok B, kelompok C, dan kelompok D.

Masing-masing mendapatkan media benda konkret dengan banyak bilangan 1-25 yang disiapkan oleh guru. Guru memberi pertanyaan dan perwakilan dari setiap kelompok menjawab setiap soal yang diberikan oleh guru dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu. Skor yang diperoleh apabila siswa mampu menjawab dengan benar dan tepat. Guru memberi waktu 15 menit untuk masing-masing kelompok menyelesaikan lembar kerja tersebut. Setelah itu pada kegiatan penutup guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya. Selanjutnya guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin do’a.


(62)

c. Tahap observasi (Pengumpulan Data)

Tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap

berlangsungnya proses perbaikan kemampuan membilang banyak benda dengan menggunakan media benda konkret pada mata pelajaran matematika pada siswa kelas I MI Bahrul Ulum Kediri. Hal yang dilakukan pengamat adalah: (1) Mengamati dan mencatat semua gejala yang muncul selama proses perbaikan pembelajaran dalam lembar observasi, (2) Menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu: lembar pengamatan kegiatan siswa, lembar pengamatan kegiatan guru, lembar tes tertulis, lembar kerja diskusi dan melakukan wawancara kepada guru dan siswa.

d. Tahap Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas penerapan media benda konkret dalam upaya meningkatkan kemampuan membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan siswa MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri. Pada tahap ini guru dan obsever mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan.


(63)

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistic atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud. 4 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data-data yang dapat menggambarkan keberhasilan dan

ketidakberhasilan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperlukan ada dua macam, yaitu :

a. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif pada penelitian ini, meliputi : materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas dan pendekatan yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk angka. 5 Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif pada penelitian ini, meliputi: data jumlah siswa kelas 1, Data persentase

4

Joko, Subagyo, Metode Penelitian dalam teori dan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 87. 5


(64)

ketuntasan minimal, data nilai siswa dan data presentase aktivitas guru dan siswa.

Jenis data yang dihimpun pada penelitian ini adalah data yang kualitatif, berupa hasil Observasi, diskusi dan penilaian. Sumber data dalam penelitian ini, barasal dari siswa kelas I MI Bahrul Ulum Desa Bulu Kecamatan Semen Kabupaten Kediri yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan pada penelitian ini diupayakan agar bisa mendapatkan data yang yang benar-benar valid. Ada empat teknik yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitian ini, yaitu (1) Wawancara, (2) Observasi, (3) Dokumentasi, dan (4) Tes.

1) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara.6 Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi tentang

bagaimana kemampuan membilang banyak benda materi

penjumlahan dan pengurangan siswa selama proses pembelajaran.

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 155.


(65)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dua kali kepada guru mata pelajaran matematika kelas 1 yakni sebelum dan sesudah penelitian berlangsung. Wawancara ini tertuju pada guru pengajar mata pelajaran matematika kelas 1 Ibu Binti Fauziyah, S. Pd. I dan semua siswa kelas 1 secara kelompok besar setelah mendapatkan perlakuan dalam pembelajaran matematika mengenai membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan melalui media benda konkret. Instrumen panduan wawancara terhadap guru dan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri dapat dilihat pada lampiran Lembar wawancara guru sebelum PTK (Lampiran ke 15). Lembar wawancara guru sesudah PTK (Lampiran ke 16). Lembar wawancara siswa sesudah PTK (Lampiran ke 17).

2) Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mangenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. 7 Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan menggunakan media benda konkret yang dilaksanakan guru dan peneliti.

7


(66)

Peneliti memakai teknik pengamatan (observasi) sehingga peneliti akan memperoleh informasi yang lebih valid atau akurat. Peneliti bisa melihat prakteknya berlangsung dan membandingkan informasi yang telah diberikan melalui teknik pengumpulan data yang lain. Instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada Lembar observasi guru (Lampiran ke 7). Lembar observasi siswa (Lampiran ke 10)

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengelohan, dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan. 8 Dokumentasi pada penelitian ini adalah absensi, data nilai, dan gambar-gambar yang dibutuhkan selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Tes

Tes adalah cara (yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.9

8

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia., 362 9


(67)

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan tes akhir yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menerapkan media benda konkret pada mata pelajaran matematika. Tes yang diberikan kepada siswa MI Bahrul Ulum Desa Bulu Kec.Semen Kab.Kediri adalah soal obyektif dan soal subyektif berupa membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan. Lembar Tes (Lampiran ke 13-14).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan selama di lapangan dan sesudah pencarian data di lapangan. Langkah-langkah dalam analisis selama di lapangan adalah sebagai berikut :

a) Setelah selesai dilakukan pengumpulan data, semua catatan lapangan dibaca, dipahami kemudian dibuat ringkasannya.

b) Selanjutnya begitu seluruh data selesai dikumpulkan dan peneliti meninggalkan lapangan (latar) penelitian, semua catatan lapangan yang dibuat selama pengumpulan data dianalisis lebih lanjut secara intensif diantaranya peneliti membacanya berulang-ulang, dan ringkasan yang telah dibuat sebelumnya diperiksa kembali.


(68)

Dengan demikian dalam pengumpulan data analisis dilakukan dalam 3 teknik : (1) Analisis nilai aktivitas guru dan siswa, (2) Analisis ketuntasan belajar, dan (3) Analisis ketuntasan kemampuan membilang. 10 a. Analisis Nilai Aktivitas Guru dan Siswa

Data tentang aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan menghitung nilai aktitivas siswa untuk setiap indikator. Rumus menghitung aktivitas guru dan siswa untuk tiap-tiap aspek yang dinilai adalah : nilai aktivitas guru dan siswa diperoleh dengan banyaknya aktivitas guru (G) dan siswa (S) dibagi dengan jumlah aktivitas secara keseluruhan (F) dikali seratus. Perhitungan hasil observasi guru dan siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:11

G = x 100……….Rumus 3.1

S = x 100……….Rumus 3.2

Untuk memberikan makna terhadap angka, maka digunakan ketetapan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa sebagai berikut:12

10

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu,…209. 11

Yuni Agustina, Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Materi Pengolahan Data melalui Metode Team Quiz Kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya, Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016, 19

12


(1)

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam pra siklus dan dua siklus dengan penerapan media benda konkret dalam pembelajaran matematika tentang membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan media benda konkret pada mata pelajaran matematika materi

penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri berjalan dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil pada setiap lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa. Pada siklus I, aktivitas guru memperoleh nilai sebesar 62,5 dengan kategori kurang baik kemudian meningkat pada siklus II sebesar96,09 dengan kategori sangat baik. Sedangkan hasil aktivitas siswa pada siklus I sebesar 61,53 dengan kategori kurang baik meningkat pada siklus II sebesar 96,15 dengan kategori sangat baik. 2. Peningkatan kemampuan membilang banyak benda melalui media

benda konkret pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 1 MI Bahrul Ulum Ds. Bulu Kec. Semen Kab. Kediri sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil ketuntasan belajar siswa dan indikator kemampuan membilang melalui media benda konkret mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Dapat


(2)

131

dilihat dari rata-rata kelas 1 pada siklus I dan siklus II adalah 71,25 dengan kategori baik dan 86,25 dengan kategori baik dari jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Sedangkan hasil prosentase ketuntasan hasil belajar siklus I dan sikus II adalah 60% dengan kategori cukup baikdan 90% dengan kategori sangat baik. Pada Hasil rata- rata skor nilai pada aspek indikator kemampuan membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan menggunakan media benda konkret pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan yaitu 69,2 dengan kategori cukup baik menjadi 85,35 dengan kategori baik. Sedangkan prosentase ketuntasan seluruh siswa pada aspek indikator kemampuan membilang telah mengalami peningkatan yaitu dari 55% dengan kategori cukup baikmenjadi 85% dengan kategori baik.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, maka beberapa yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penggunaan media benda konkretdalam pembelajaran matematika khususnya pada kemampuan membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kemampuan membilang dan hasil belajar siswa. Agar penggunaan media benda konkret dapat terlaksana dengan baik dalam


(3)

132

proses pembelajaran, guru hendaknya memotivasi siswa lebih ekstra, khususnya kepada siswa yang kurang aktif.

2. Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas agar proses belajar mengajar lebih interaktif dan dapat berjalan dengan lancar sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.

3. Bagi peneliti berikutnya

Media benda konkret dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada membilang banyak benda materi penjumlahan dan pengurangan. Pada penelitian selanjutnya, hendaknya guru lebih banyak memfasilitasi siswa dalam membangun keterkaitan-keterkaitan materi yang dipelajari dengan pengalaman siswa agar memudahkan siswa belajar sehingga hasil belajarnya pun meningkat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk SD, SLB, TK. (Bandung: CV, Yrama Widya)

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajatan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi

Aksara)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

(Jakarta: PT. Rineka Cipta)

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. (Jakarta: PT Rineka Cipta)

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : PT Rineka Cipta) Depatemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

(Jakarta: Pusat Bahasa)

Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta Selatan: GP Press Group) Esti Yuli Widayanti, dkk. 2009. LAPIS PGMI : Pembelajaran Matematika MI dan

Pembelajaran IPA MI. (Surabaya: Aprinta)

Hamdani, A. Saeful dkk. 2009. LAPIS PGMI : Matematika 2. (Surabaya: Aprinta) Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung : CV Pustaka Setia)

Hariyanto, Agus. 2010. Rangkuman Rumus Matematika SD. (Jakarta: Penerbit Raya)

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: RinekaCipta)


(5)

Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada)

Kunandar. 2013. Penelitian Auntentik. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)

Laili Diyah Fitriyah. 2014. Peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dengan alat peraga benda-benda konkrit di lingkungan

sekitar pada siswa kelas 1 MI Negeri Medali Puri Mojokerto. (Surabaya:

UINSA)

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009. Diakses dari

http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2012/08/permen_58_2009-ttg-standar-PAUD.pdf pada tanggal 15 November 2016 jam 21.48 WIB.

Rido Kurnianti, dkk. 2009. LAPIS PGMI 5 : Penelitian Tindakan Kelas.(Surabaya: Aprianta)

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukati. (Jakarta : PT Rineka Cipta) Runtukahu, J. Tombokan. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak

Berkesulitan Belajar. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)

Sadiman, Arief. 2003. Media Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group)

Singgih Heriyanto. 2014. Pengaruh Penggunaan Media Benda Konkret Terhadap

Hasil Belajar IPA siswa di SD Negeri Gugus Kolopakin”, Skripsi.

(Yogyakarta: UNY)

Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian dalam teori dan praktek. (Jakarta: Rineka Cipta)

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar.

(Bandung: PT Remaja Roesdakarya)

Sumadyo, Samsu. 2013. Penelitian TIndakan Kelas. (Yogyakarta: Graha Ilmu) Suyono, dkk. 2012. Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja


(6)

Tanireda, Tukiran. 2012. Penelitian Kuanitatif. (Bandung: Alfabeta)

Tim Pengembang MKDP. 2011. Kurikulim dan Pembelajaran. (Jakarta: Rajawali Pers)

Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. (Jakarta: Ciputat Pers) UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pasal 3. (Jakarta : Tamita Utama) Wijaya. Cece. 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.

(Bandung: Remaja Rosdkarya)

Yasinta Nina Damayanti. 2015. Peningkatan Kemampuan Membilang Melalui Media Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B1 TK PKK 37 Dodogan

Jatimulyo Dlingo Bantul. (Yogyakarta: UNY)

Yuni Agustina. 2016. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Materi Pengolahan Data melalui Metode Team Quiz Kelas VI MI Bina Bangsa

Surabaya, Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah Jurusan

Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. (Surabaya: UINSA) Yusuf, Syamsu. 2011. Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada)\

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Dengan Menggunakan Media Benda-Benda Terdekat Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD N 3 Kacangan Kecamatan Ando

0 2 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Dengan Menggunakan Media Benda-Benda Terdekat Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD N 3 Kacangan Kecamatan Ando

0 9 18

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VMELALUI MEDIA BENDA-BENDA NYATA PADA Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Kelas V Melalui Media Benda-Benda Nyata Pada Mata Pelajaran IPA SDN Bogem Bayat Klaten.

0 1 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VMELALUI MEDIA BENDA-BENDA NYATA PADA Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Kelas V Melalui Media Benda-Benda Nyata Pada Mata Pelajaran IPA SDN Bogem Bayat Klaten.

0 2 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PENJUMLAHANDAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Bantuan Benda-Benda Konkret Pada Siswa Kelas I SDN 2 Gatak TP

0 2 13

PENDAHULUAN Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Bantuan Benda-Benda Konkret Pada Siswa Kelas I SDN 2 Gatak TP. 2012/2013.

0 3 6

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PENJUMLAHANDAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Bantuan Benda-Benda Konkret Pada Siswa Kelas I SDN 2 Gatak TP

1 1 13

Peningkatan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih melalui metode Scramble pada siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

6 47 105

Peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran IPS melalui strategi Concept Sentence siswa kelas III MI Bahrul Ulum.

0 0 133

Peningkatan pemahaman materi alat pencernaan manusia mata pelajaran IPA melalui model Word Square siswa kelas V MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

0 1 110