PENGARUH MUSHOFAHAH DAN DOA TERHADAP EMOTIONAL QUOTIENT BAGI SISWA KELAS V SD ISLAMIC INTERNATIONAL SCHOOL PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN (IIS PSM) MAGETAN.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Muhamad Sidik (B53213050), Pengaruh Mushofahah dan Doa terhadap Emotional

Quotient Bagi Siswa Kelas V SD Islamic

International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan.

Penelitian ini mengkaji permasalahan tentang Adakah Mushofahah dan Doa terhadap Emotional Quotient Siswa Kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan dan bagaimana tingkat signifikansinya. Hipotesisnya adalah “Adanya pengaruh mushofahah dan doa terhadap emotional quotient bagi siswa kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan”.

Peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan regresi sebagai desain penelitiannya dalam upaya mengungkap permasalahan Ada tidaknya pengaruh mushofahah dan doa terhadap emotional quotient bagi Siswa Kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan dan bagaimana tingkat signifikansinya. Subyek yang digunakan adalah Siswa Kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan. Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui hasil observasi dan angket dalam pemberian angket peneliti memakai model skala likert. Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda karena penelitian ini menggunakan dua atau lebih variabel independen, dengan persamaan Y = a + β1X1+ β2X2, dengan Y

(emotional quotient), X1 (Mushofahah) dan X2 (Doa).

Hasil penelitian adalah ada pengaruh positif mushofahah dan doa terhadap

Emotional Quotient Siswa Kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan secara simultan dan satu variabel tidak berpengaruh secara parsial. Hasil secara simultan terlihat dari perhitungan SPSS

yang menunjukkan jika F hitung (10,193) > F tabel (3,25). Secara parsial dilihat dari perhitungan program SPSS yang menunjukkan jika t hitung (2,366) > t tabel (2,028) untuk mushofahah dan t hitung (1,562) < t tabel (2,028) untuk doa.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Populasi dan Sampel ... 9

3. Variabel dan Indikator Penelitian ... 12

4. Definisi Operasional ... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 17

F. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik Tentang Mushofahah, Doa, dan Emotional Quotient (EQ) ... 20

1. Mushofahah ... 20

a. Pengertian Mushofahah... 20

b. Etika/Tata Cara Bermushofahah ... 23

c. Manfaat Mushofahah ... 25

2. Doa ... 28

a. Pengertian Doa ... 28

b. Mendoakan Orang Lain ... 34

c. Keutamaan Berdoa ... 36

3. Emotional Quotient (EQ) ... 38

a. Pengertian Emotional Quotient ... 42

b. Ciri-ciri Emotional Quotient ... 46

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi EQ ... 48

d. Pengaruh Mushofahah dan Doa terhadap EQ ... 52

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 55


(8)

BAB III: PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Umum Sekolah Dasar Internastional Islamic

School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan .. 59

1. Profil Sekolah IIS PSM Magetan ... 59

2. Struktur Kepengurusan Lembaga ... 62

3. Data Tenaga Pendidik ... 63

4. Jumlah Murid ... 66

5. Fasilitas dan Inventaris ... 67

6. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 67

B. Deskripsi Penilaian, Indikator, dan Sampel ... 69

1. Penilaian Angket ... 69

2. Indikator dan Deskripsi Angket ... 70

3. Responden ... 74

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76

1. Tahap Pelaksanaan ... 76

2. Tahap Penyajian Data ... 82

D. Uji Keabsahan Instrument ... 84

1. Uji Validitas Data ... 84

2. Uji Relaiabilitas Data ... 87

E. Pengujian Hipotesis ... 88

BAB IV: ANALISIS DATA A. Uji Asumsi Klasik ... 90

1. Uji Multikolinearitas ... 90

2. Uji Heteroskedastisidas ... 91

3. Uji Normalitas ... 93

4. Uji Autokorelasi ... 95

B. Analisis Regresi Linier Berganda ... 96

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 97

1. Pengujian X1 dan X2 terhadap Y Secara Simultan (uji F) ... 97

2. Pengujian X1 dan X2 terhadap Y Secara Parsial (uji t) 100 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam rentang waktu yang panjang, manusia pernah mengagungkan

kemampuan otak dan daya nalar atau yang biasa kita kenal dengan sebutan

kecerdasan intelektual (IQ). Setiap orang memiliki harapan untuk mencapai

kesuksesan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal tersebut, kecerdasan

intelektual dipercaya sebagai jalannya. Kemampuan berpikir dianggap sebagai

dewa sehingga pada akhirnya berakibat pada dimarginalkannya potensi dalam

diri manusia yang lain. Nyatanya, kecerdasan intelektual yang selalu

dibanggakan oleh banyak orang tidak memberikan hasil yang sesuai dengan

kesuksesan hidup seseorang karena orang yang tinggi IQ-nya belum tentu dia

akan sukses dalam kehidupan sosialnya. Sehingga kemudian ditemukan bahwa

ada kecerdasan lain yang lebih mendominasi daripada kecerdasan intelektual

(IQ) yakni kecerdasan emosional (EQ).

Kecerdasan emosional termasuk di dalamnya kecerdasan sosial yang

dipercaya lebih mudah membuat seseorang mencapai kesuksesan dalam

hidupnya. Pada tahun 1990, kecerdasan emosional yang dikemukakan serta

dikembangkan oleh Daniel Goleman menjadi tren di tahun tersebut setelah

berhasil ditemukannya melalui pengolaborasian temuan-temuan mutakhir di

bidang neurologi dan psikologi. Daniel Goleman melihat bahwa keberhasilan


(10)

2

seseorang, melainkan ditentukan oleh bagaimana seseorang tersebut mengelola

hubungan antarpersonal secara lebih bermakna.5

Kecerdasan emosional (EQ) telah memberikan rasa empatik, cinta,

ketulusan, kehangatan, kemampuan, kejujuran, motivasi, serta merespon

kebahagiaan dan kesedihan secara cepat. Kecerdasan emosional juga

memberikan kesadaran mengenai perasaan diri sendiri begitu juga dengan

perasaan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual tidak

terlalu menentukan pada kehiudupan manusia tetapi kecerdasan emosional

yang menggerakkan manusia untuk mencapai sukses dalam hidupnya.

Banyak orang yang cerdas dan mapan secara intelektual namun mereka

gagal dalam kehidupan bisnis dan kehidupan pribadinya yang berarti bahwa

seseorang yang cerdas dalam bidang akademik atau cerdas secara intelektual

belum tentu menjamin kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Ada kunci lain

yang sangat penting untuk dipegang jika ingin meraih kesuksesan dan

kebahagiaan, yaitu pengelolaan emosi yang baik. Apabila seseorang mampu

mengatur dan mengelola emosi atau memiliki kecerdasan emosi yang tinggi

maka orang tersebut akan mudah untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan

seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya kecerdasan intelektual

saja yang menjadi landasan kesuksesan namun peran kecerdasan emosi

seseorang untuk kehidupan yang akan datang.

5 Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional (Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ). terj. T. Hermaya (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 8


(11)

3

Banyak orang yang menilai bahwa kecerdasan emosi merupakan

karakteristik bawaan sejak lahir, kecerdasan emosi ini dapat dipelajari dengan

belajar mengelola dan mengendalikan emosi mungkin pada saat awal belajar

memang sangat sulit, tetapi dengan belajar yang didasari atas niat yang teguh

dan siap mengalami halangan dan rintangan maka bukan mustahil dan bahkan

mungkin seseorang akan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.

Psikologi perkembangan menjelaskan bahwa ada dua faktor yang bisa

mempengaruhi perkembangan seseorang yaitu faktor internal dan eksternal.

Salah satu faktor eksternal yang bisa mempengaruhi individu adalah

lingkungan sekolah, yang mana seseorang berada di sekolah kurang lebih

selama tujuh jam. Tujuh jam itu waktu yang sangat lama, sehingga diharapkan

pengaruh yang baik terhadap anak ada di sekolah. Guru sebagai teladan yang

disegani yang berada di sekolah hendaknya juga mengajarkan perilaku yang

baik dalam bentuk belajar sebagaimana dalam hadits disebutkan sebagai

uswatun hasanah, yang bisa memberikan contoh yang baik atau pelajaran dalam kehidupan keseharian. Kedua, di sekolah hendaklah dijadikan rumah

bagi mereka, sehingga mereka tidak asing ketika berada di sekolah.

Ketidakasingan itu anak akan nyaman belajar dengan senang hati. Lalu

bagaimana cara menjadikan sekolah sebagai rumah? Maka hendaklah seorang

guru mampu menjadi orangtua bagi mereka yang dapat memberikan kasih

sayang sebagaimana kasih sayang orangtua kepada anak.

Hadits yang diriwayatkan oleh Dailami dan Abu Nuaim dari Abu


(12)

4

َ ح

َ قَ

َ ولا

َ لَ د

ََ ع

َ لى

ََ و

َ لا

َ دَ ه

ََ ا

َ نَ

َ ُي

َ س

َ نَ

َ سا

َُهَ

َ ة با ت كلاَُه م ل عُ ي و

َُه ج و زُ ي وَ

َ ك ر د أَا ذ ا

Artinya:

“ Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga,

yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mengajarkan tulis-menulis, dan ketiga, menikahkan ketika menginjak dewasa". (H.R. Dailami dan Abu Nuaim dari Abu Hurairah)

Berdasarkan hadits di atas ada beberapa hak orang tua kepada anak.

Pertama, hendaklah orang tua memberinya nama yang baik. Rasulullah

bersabda,” sesungguhnya pada hari kiamat kelak, kalian akan dipanggil dengan

nama- nama kalian dan nama-nama bapak kalian. Oleh karena itu berikanlah

nama yang baik pada anak- anak kalian.” (H.R. Abu Dawud). Kedua, Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya, anak

memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua. Pendidikan ini

bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun hukum Islam, dan

pendidikan emosi. Ketiga, Orang tua berkewajiban menikahkan anaknya jika sudah tiba waktunya untuk menikah. Kewajiban orang tua dalam hal ini

menyangkut pencarian calon untuk anak apabila ia belum memperoleh

pasangan.

Tugas orang tua dalam mendidik anak salah satunya adalah dengan

menyekolahkan anak di sekolah, dalam hal ini guru yang memiliki tugas untuk

mendidik anak sebagai amanah dari orang tua. Guru dalam pendidikan

memiliki tugas yang tak kalah penting selain dari mengajar, yaitu mendidik.

Mendidik dan mengajar memiliki makna dasar yang berbeda, adapun mengajar


(13)

5

jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan mendidik siswa untuk

mencapai kedewasaan, termasuk kedewasaan emosional. Usaha guru dalam

membentuk dan mengembangkan kecerdasan emosional siswa perlu

diperhatikan secara khusus karena dalam psikologi bukan hanya kecerdasan

intelektual saja yang bisa membantu anak mengalami perkembangan, tetapi

kecerdasan emosional juga memberi efek yang signifikan.

Untuk membentuk kecerdasan emosional siswa bisa berjalan dan

berkembang dengan baik, maka langkah yang paling efektif diberikan

pendidikan dan bimbingan yang dilaksanakan oleh para guru, dalam hal ini

yang memiliki kompetensi paling bagus adalah guru kepada siswa dalam masa

pertumbuhannya agar anak tersebut mempunyai kepribadian dan kecerdasan

yang cemerlang baik kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosional.

Menurut Daniel Goleman bahwa Kecerdasan Emosional memiliki

peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dewasa terutama

anak-anak. Untuk Kecerdasan Emosional pada usia anak-anak perlu dikembangkan

sedini mungkin agar nantinya anak-anak ini dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik secara moral, emosional, dan sosial.6 Karena hal inilah yang akan

menjadi fondasi keterampilan seseorang di tengah kehidupan masyarakat

nantinya. Dalam perkembangan potensi kecerdasan emosi, orangtua dan guru

memegang peran sangat penting. Karena itu, apabila guru memiliki sifat-sifat

yang baik maka akan memberikan pengaruh bagi peserta didik (murid) bahkan

6 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Terjemahan oleh T. Hermaya (Jakarta: PT


(14)

6

mereka akan mencontohnya. Hafidz Hasan Al-Mas’udi dalam kitab Taisirul Kholaq mengatakan bahwa guru haruslah orang yang bertakwa dan memiliki

sifat ramah, hal ini ditujukan agar mendapatkan simpati dari murid. Dikatakan

juga bahwa seorang guru haruslah sabar dan berwibawa agar dicontoh dan

diikuti murid, harus sayang kepada murid supaya perhatian dan kecintaan

mereka semakin besar terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Diharuskan

juga untuk selalu memberi nasihat dan bimbingan ke arah yang baik.7

Student welcoming merupakan salah satu program dari Biah Islamiah

yang ada di International Islamic School Pesantren Sabilil Muttaqien Magetan.

Program ini dilaksanakan setiap pagi ketika para siswa berdatangan ke sekolah,

yang mana guru menyambut dengan mushofahah/bersalaman, memeluk dan

mendoakan “be a good student”.

Mushofahah/bersalaman ini dilakukan oleh guru, tidak penting

siapakah yang pertama bertemu saat di sekolah, maka dialah yang mengajak

bersalaman. Walaupun itu guru ataupun kepala sekolah yang bertemu dengan

murid yang sedang menginjak kelas satu atau dua, maka guru/kepala sekolah

yang bersalaman terlebih dahulu kepada muridnya.

Kegiatan ini sangat sederhana namun cara sederhana yang seperti ini

memiliki dampak yang cukup bagus bagi kehidupan siswa. Salah satu contoh

yang pernah terjadi, pernah ada salah satu murid yang datang dengan muka

7 Hafidz Hasan Al–Mas’udi, Taisirul Kholaq; Bekal Berharga Untuk Menjadi Mulia (Pendidikan Moral Untuk Dasar). Terjemahan oleh M. Fadlil Sa’id An-Nadwi (Surabaya: Al-Hidayah, 1418 H). Hal. 16


(15)

7

cemberut lalu ketika memasuki sekolah dan disambut dengan hangat oleh para

guru yang diberi nama student welcoming tidak lama setelah itu muka yang sebelumnya cemberut lalu menjadi ceria. Contoh tersebut memberikan arti

bahwa cara yang sederhana yang dilakukan oleh para guru itu memang

memberikan dampak yang positif untuk siswa-siswa.

Dari beberapa topik di atas memang ada daya tarik yang sangat kuat

untuk diteliti lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh mushofahah dan

doa terhadap emotional quotient siswa kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan

masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana mushofahah dan doa yang dilakukan guru ketika menyambut

murid datang ke sekolah?

2. Bagaimana kecerdasan emosi siswa kelas V SD Islamic International

School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan?

3. Adakah pengaruh antara mushofahah dan doa terhadap emotional quotient siswa kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah


(16)

8

1. Untuk mengetahui mushofahah dan doa yang dilakukan guru ketika

menyambut murid datang ke sekolah.

2. Untuk mengetahui kecerdasan emosi siswa kelas V SD Islamic

International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara mushofahah dan doa

terhadap emotional quotient siswa kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari berbagai aspek,

yaitu:

1. Aspek Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam memperkaya pengetahuan terhadap ilmu bimbingan konseling islam,

terutama di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya, maupun lembaga formal lainnya lainya.

2. Aspek Praktis, Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan untuk lembaga

pendidikan yang lain supaya ikut menerapkan biah islamiah (lingkungan islam) yang dalam hal ini berupa mushofahah dan doa sebagai penyambut

ketika para siswa datang ke sekolah setelah mengetahui bahwa kegiatan

seperti itu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kecerdasan


(17)

9

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif itu sendiri memiliki arti sebagai metode penelitian

yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.8

Adapun jenis penelitiannya, peneliti menggunakan metode regresi.

Maksud dari metode regresi sendiri adalah suatu metode sederhana untuk

melakukan investigasi tentang hubungan fungsional diantara beberapa

variabel.9 Hubungan antara beberapa variabel tersebut dinyatakan dalam

suatu model matematis. Pada penelitian kali ini peneliti ingin mengetahui

seberapa besar pengaruh di antara dua variabel.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan sekelompok elemen atau kasus, baik itu

individual, objek, atau peristiwa, yang berhubungan dengan kriteria

spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi yang

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014)

cet. Ke-20 hal. 8

9 Nawari, Analisis regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17, (Jakarta: PT Elex Media


(18)

10

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.10 Bisa diartikan bahwa populasi bukan hanya sekedar orang, tetapi juga objek

dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah

yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.11 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian kali ini adalah seluruh

siswa-siswi kelas V SD International Islamic School Pesantren Sabilil

Muttaqien Magetan.

Pada saat usia 11 – 12 tahun (siswa/i kelas V-VI SD), anak-anak sudah mampu melakukan penalaran formal dan moral pun sudah mulai

berkembang.12Pada usia itu “kesetaraan” memiliki makna yang berbeda bagi anak. Tidak hanya itu, di usia ini seorang anak sudah memasuki

masa pubertas dan akan menuju pada remaja awal. Remaja tidak hanya

terlihat berbeda dari anak-anak, mereka juga berpikir dan berbicara

secara berbeda. Kecepatan pengolahan informasi yang mereka miliki

meningkat. Kebanyakan dari mereka sudah mampu membuat penalaran

abstrak dan penilaian moral yang sangat memuaskan dan dapat

menjelaskan masa depan secara realistis.13 Kemampuan dalam membuat penalaran abstrak juga memiliki impilikasi dengan emosi. Sehingga pada

10 Asep Saepul Hamdi & E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2015) hal. 38

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal. 80

12

Papalia Olds Feldman, Human Development (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hal. 450

13 Diane E. Papilia dan Ruth Duskin Feldman, Menyelami Perkembangan Manusia; Experience Human Development Edisi 12/ Buku 2, Terj. Fitriana Wuril Herarti (Jakarta: Salemba Humanika, 2014), hal. 24.


(19)

11

usia ini, anak kelas V SD sudah mampu untuk membedakan hal yang

seharusnya dilakukan dan yang seharusnya tidak dilakukan. Siswa kelas

VI SD pada saat pelaksanaan penelitian biasanya disibukkan dengan

persiapan ujian nasional. Dengan begitu siswa kelas V SD menurut

penulis sudah cukup bagus untuk dijadikan populasi penelitian ini.

b. Sampel

Sampel adalah contoh. Kesimpulan tentang contoh akan sama

dengan keseluruhan individu dari mana sampel diambil, karena contoh

mempunyai ciri yang sama dengan keseluruhan yang menjadi

sumbernya.14 Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki ciri yang sama dengan populasi. Sugiyono mengungkapkan bila populasi

besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang ada,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti bisa

menggunakan sampel yang diambil dari populasi.15

Adapun dalam metode pengambilan sampel, peneliti berpedoman

pada pernyataan Suharsimi Arikunto yang berbunyi: “Apabila subjek

penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga

penelitiannya adalah populasi. Akan tetapi apabila subjek penelitian

lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan mengambil sampel 10% - 15%

atau lebih 20% -25% atau lebih.16 Jadi, dalam penelitian ini mengambil

14 Purwanto, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, (Yogyakarta:

Putaka Pelajar, 2012) Hal. 242

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hal. 81


(20)

12

39 orang sebagai populasi, sehingga sampel dan teknik samplingnya

tidak ada dalam penelitian ini.

3. Variabel dan Indikator Penelitian

a. Variabel

Variabel penelitian dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.17

Variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu Mushofahah (X1)

dan Doa (X2) sebagai variabel independen dan kecerdasan emosi (EQ)

sebagai variabel dependen.

b. Indikator penelitian

1) Indikator Variabel X1

Mushofahah : Bagian dari Students Welcoming IIS PSM Magetan, Perdamaian, persahabatan, penghormatan, dan kasih sayang.

2) Indikator Variabel X2

Doa : Bagian dari Students Welcoming IIS PSM Magetan, Memohon, berserah diri kepada Allah, rasa rendah hati, penambah power.

3) Indikator variabel Y


(21)

13

Kecerdasan Emosi (EQ) : Mengenali emosi diri, mengelola emosi,

motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

4. Definisi Operasional

a. Mushofahah

Berjabat tangan atau bersalaman adalah kebiasaan yang diadakan

pada saat ada dua individu atau lebih bertemu. Berjabat tangan adalah

pernyataan penghargaan, rasa hormat, rasa gembira, dan rasa simpati.18

Mushofahah memiliki arti dan manfaat yang penting dalam

kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Mushofahah sendiri

berarti suatu tanda atau simbol dari tanda kemesraan dan penghormatan

diantara sesama manusia sehingga dari mushofahah ini akan memberikan

dampak positif pada hubungan antar individu berupa perdamaian dan

bisa menciptakan rasa kasih sayang, persahabatan, dan kemesraan.

b. Doa dan Mendoakan

Secara etimologis Doa berasal dari kata bahasa arab (– وعْدي– اعد

ءاعد) da’aa – yad’uu – du’aa-an yang berarti memohon atau meminta.19 Secara terminologis doa merupakan tanda penyembahan dan kebaktian

hamba Allah sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya kepada

Tuhannya sang Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha mampu atas

18 Hermine E.P Hutabarat, Etiket: Pedoman Praktis untuk Membawa Diri dalam Pergaulan Antar Bangsa, (Jakarta: Gunung Mulia, 1998), hal. 34

19 M. Khalilurrahman Al Mahfani, Keutamaan Do’a dan Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera, (Jakarta: PT WahyuMedia, 2006), hal. 27


(22)

14

segala sesuatu.20 Doa menandakan bahwa kita telah berserah diri kepada Tuhan, ketika berdoa kita hendaknya memohon dengan rasa rendah diri

supaya apa yang kita inginkan dan kita harapkan terkabul, terlaksana, dan

tercapai. Melalui doa itulah waktunya kita memohon agar Allah Swt

meridhoi apa yang kita lakukan dan memberkahinya. Dengan berdoa bisa

jadi akan datang kekuatan yang tidak disangka-sangka.

Ketika kita mendoakan orang lain maka doa itu bukan hanya

sampai kepada orang yang didoakan namun orang yang berdoa tadi juga

akan merasakan reaksi yang sama terhadap apa yang ia doakan dengan

cara malaikat yang akan mendoakan si pendoa tersebut. Bahkan ada juga

yang mengatakan doa tersebut tidak akan sampai kepada orang yang

didoakan sebelum orang yang berdoa merasakan apa yang ia doakan baru

setelah itu akan dirasakan oleh orang yang didoakan.

c. Mushofahah dan Doa Sebagai Bentuk Biah Islamiah

Mushofahah dan doa memang sejatinya bisa dilakukan dimana

saja, namun kali ini setidaknya mushofahah dan doa ini yang paling

sering dilakukan secara konsisten di setiap harinya adalah ketika siswa/i

datang ke sekolah.

Salah satu program biah islamiah yang ada di sekolah dasar IIS PSM adalah students welcoming yang mana setiap pukul 07.00-07.30 WIB guru-guru piket berbaris di pintu utama lembaga IIS PSM Magetan


(23)

15

untuk menyambut kedatangan siswa. Siswa laki-laki bersalaman dengan

guru piket laki-laki dan siswi perempuan bersalaman dengan guru piket

perempuan.21 Ketika guru bersalam guru juga mengucapkan salam kepada siswa kemudian menanyakan kabar lalu mendoakan dengan “be

a good student” barulah setelah itu para siswa siswi diperkenankan untuk masuk sekolah. Adapun kegiatan ini menggunakan tiga bahasa

sehari-hari, yaitu pada hari senin dan selasa menggunakan bahasa inggris, pada

hari rabu menggunakan bahasa indonesia, hari kamis menggunakan

bahasa jawa dan bahasa arab digunakan pada hari jum’at dan sabtu. d. Kecerdasan Emosi (Emosional Quotient)

Daniel goleman menyatakan bahwa pedoman penting yang

manusia miliki adalah perasaan terdalam manusia, nafsu dan hasrat dan

bahwa manusia memiliki hutang yang sangat besar pada kekuatan emosi

karena dengan kekuatan emosi manusia bisa menunjukkan eksistensinya

dalam menghadapi setiap permasalahan hidup.22

Kecerdasan emosi (EQ) merupakan kemampuan untuk mengelola

dan menata perasaan dan kemampuan diri serta memotivasi diri dalam

belajar dan berkarya agar sukses dan berprestasi.23 Kemampuan ini membantu kita supaya tidak mudah terpengaruh oleh tekanan luar tetapi

21Moh. Sajidullah Ma’sum, “Islamic Parenting Untuk Membentuk Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Anak : Studi Pola Asuh Anak Di Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan” (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya, 2016), hal. 83

22 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, hal. 4

23 Sri Habsari, Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas XI, (Jakarta: Grasindo, 2005) Hal.


(24)

16

dengan kemampuan diri dapat menjadi pribadi yang menyenangkan

dalam kehadirannya karena selalu memberikan nilai positif bagi orang

lain.

Goleman menggambarkan kecerdasan emosi ada dalam 5 wilayah

utama yaitu Mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri

sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membangun hubungan.24

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuisioner (angket)

Ada beberapa teknik pengumpulan data dan salah satuya adalah

angket, angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.25 Teknik pengumpulan data penelitian ini

menggunakan angket/kuesioner dengan pernyataan tertutup yang

disusun secara terstruktur.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket model

skala likert, adapun skor yang dipakai untuk tiap-tiap item jawaban sebagai berikut:

1) SS = Sangat Setuju = 5

2) S = Setuju = 4

3) N = Netral = 3

24 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, hal. 56


(25)

17

4) TS = Tidak Setuju = 2

5) STS = Sangat Tidak Setuju = 1

b. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks. Karena

pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek

penelitian melalui mata, telinga, dan perasaan. 26 Dengan melihat fakta-fakta fisik dari obyek yang akan diteliti dan mendapat masukan dari

pihak-pihak terkait di dalam penelitian ini akan memperkuat kualitas

sebuah penelitian. Fakta-fakta dan informasi yang diperoleh secara

langsung di lapangan, kesemuanya dicatat dan dirangkum untuk

dijadikan data sekunder sebagai pendukung data primer yang diperoleh

dari hasil jawaban responden melalui angket.

Model observasi yang akan digunakan oleh peneliti dilihat

berdasarkan instrumentasinya adalah observasi berperan serta

(participant observation) dan sekaligus observasi tidak terstuktur.

6. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Memeriksa (Editing)

Hal ini dilakukan setelah semua data yang kita kumpulkan

melalui kuesioner atau angket atau instrumen lainnya. Langkah

pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua


(26)

18

kuesioner tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan dengan maksud

untuk mengecek, apabila terjadi kesalahan maka responden diminta

untuk mengisi angket kembali.

b. Memberi Tanda Kode (Coding)

Memberi tanda kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

telah diajukan. Hal ini, dimaksudkan untuk mempermudah waktu

mengadakan tabulasi dan analisa.

c. Tabulasi Data

Tabulasi data dilakukan, jika semua masalah editing dan

coding telah terselesaikan. Artinya tidak ada lagi permasalahan

yang timbul dalam editing dan coding atau semuanya telah selesai dan

Ok.

Adapun untuk menganalisa data maka peneliti menggunakan uji F

dan uji t serta teknik analisis regresi linier berganda (multipleregression).

Y’ = a + β 1X1+ β 2X2

Keterangan:

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1 dan X2 = Variabel independen

A = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

β = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

F. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar, dalam skripsi terdiri dari 5 (lima) bab, agar mendapat


(27)

19

1. BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian (pendekatan dan jenis

penelitian, populasi, sampel, teknik sampling, variabel dan indikator

penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data) dan sistematika pembahasan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mencakup kajian teoritik, hasil penelitian terdahulu yang relevan

dan hipotesis penelitian. Yaitu penelitian sebelumnya yang berhubungan

dengan hipotesis penelitian saat ini dan mampu memperkuat penelitian

saat ini.

3. BAB III PENYAJIAN DATA

Bab ini mencakup deskripsi umum objek penelitian, deskripsi hasil

penelitian, hipotesis penelitian. Yaitu menjelaskan hasil dari penelitian

yang sudah diteliti.

4. BAB IV ANALISIS DATA

Menyajikan data-data yang didapat dari penelitian yang sudah dilakukan

berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang diteliti.

5. BAB V PENUTUP

Bab ini mencakup kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan


(28)

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik Tentang Mushofahah, Doa, dan Emotional Quotient (EQ) 1. Mushofahah

a. Pengertian Mushofahah

Bagi masyarakat yang telah mengenal tradisi bersalaman,

biasanya mereka melakukan dengan memiliki maksud atau motivasi

tertentu. Pertama, bersalaman untuk meminta maaf atas kesalahannya.

Kedua, bersalaman sebagai tanda persahabatan. Ketiga, bersalaman karena kedua belah pihak telah lama tidak bertemu. Dan, keempat,

bersalaman untuk mempererat silaturahmi.27

Secara etimologi kata mushofahah berasal dari bahasa arab yaitu

bentuk dasar dari kata kerja artinya menurut ibnu Munzir al Afiqi al Misri

yang dikutip dari ibnu al Atir adalah menempelkan telapak tangan

dengan telapak tangan orang lain.28 Sedangkan menurut substansinya merupakan berpaling atau meninggalkan dosa seseorang yang

memaafkannya.29 Dalam bahasa Indonesia, secara harfiah kata ini

menurut Mahmud Yunus diartikan, “berjabat tangan dengan tangan, atau bersalaman”.30 Sedangkan secara terminologi, pengertian menurut ibn

27 Fauzul Iman, Lentera Hati, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hal. 39

28 Ibnu Muzr al Afriqi al Mshri, Lisan al Arab, (Beirut: Dar shadir lit Taba’at wa An Nasakh,

1995), No. 1756, hal. 512

29Jubra Mas’ud Raid al Thullab,Mu’jam Lughawi ‘Asyry li al Thullab, (Beirut: Dar al Ilmi

li al Mlayin, 1979), cet, ke-4, hal. 573

30 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), cet. Ke-8,


(29)

21

Hajar al Asqalani adalah “Perbuatan membentangkan atau melapangkan tangan ke tangan lain”.31

Pengertian yang lebih jelas, yaitu bagian yang mana dari tangan

yang dimaksud, serta apa tujuannya, dikemukakan Imam Nawawi dalam

definisi berikut:

ءاضفاا

ةحفصب

ديلا

ىلا

ةحفص

ديلا

و

دكؤي

ةبحملا

Artinya:

“membentangkan permukaan tangan ke permukaan tangan (orang) lain,

dengan tujuan memperkukuh kasih sayang.”32

Sementara Muhammad ibn Ahmad Ismail mendeskripsikan

secara lebih tegas lagi, yaitu seseorang meletakkan telapak tangannya

kepada tangan temannya sehingga kedua telapak tangan itu saling

menempel”.33

Dengan memperhatikan definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa

yang dimaksud dengan mushofahah (berjabat tangan), adalah perbuatan

seseorang menempelkan telapak tangannya dengan telapak tangan

temannya, guna mengukuhkan kasih sayang dan persahabatan.

Di samping untuk mengukuhkan kasih sayang dan persahabatan

(bagi yang tidak terputus atau terganggu), mushofahah juga merupakan

bentuk dari menyambung kembali persahabatan atau kasih sayang yang

31 Ibnu Hajar al Asqalani, Fath al Bari Syarh al Bukhari, Juz. VIII, (Kairo: Mushthafa al

Baby al Haby, 1378 H/1959 M), hal. 634

32 Al Imam an Nawawi, Ryadh al shihin min Kalam Sayyid al Mursalah, (Beirut: dar al fikr,

1973), hal. 366

33 Muhammad ibn Ahmad ibn Ismail, Adilat Tahrim Mushafahat al Mar’ah al ajnabiyat,


(30)

22

sempat terputus atau terganggu karena kemarahan atau pertikaian. Dalam

hal ini, ia merupakan wujud dari pengamalan dari perintah Allah SWT.

Dalam al-Qur'an ash-shafahu wal-yashfahu, yang banyak tempat didahului oleh a’fu, walya’fu, di antaranya seperti terdapat pada:

1) Surah an-Nur: 22

َاَو

أَي

لَت

ْاوُلْوُأ

لٱ

ضَف

ل

مُك م

ةَعسلٱَو

نَأ

ؤُي

وُت ْا

ي لْوُأ

لٱ

رُق

ىَب

لٱَو

َني ك َسَم

لٱَو

َني ر ج َهُم

ي ف

لي بَس

هللٱ

ۖ

لَو

عَي

ْاوُف

لَو

صَي

وُحَف

ْا

ۖ

َاَأ

َنوب حُت

نَأ

غَي

َر ف

ُهللٱ

مُكَل

ۖ

ُهللٱَو

روُفَغ

مي حر

[

ةروس

روّلا

,

٢٢

]

Artinya:

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan

kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang”. (QS. an-Nur: 22) 2) Surah at-Taghabun: 14

َي

اَه يَأ

َني ذلٱ

وَُماَء

ْا

ن إ

ن م

زَأ

مُك ج َو

وَأَو

مُك د َل

اّوُدَع

مُكل

حٱَف

مُوُرَذ

ۖ

ن إَو

عَت

ْاوُف

صَتَو

ْاوُحَف

غَتَو

ْاوُر ف

ن إَف

َهللٱ

روُفَغ

مي حر

[

ةروس

نباغت لا

,

١٤

]

Artinya:

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan

anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. At-Taghabun: 14) 3) Surah al-Maidah: 13

اَم بَف

قَن

م ه ض

مُهَق َثيِم

مُه َعَل

لَعَجَو

اَ

مُهَ بوُلُ ق

ةَي س َق

ۖ

َنوُفِرَحُي

لٱ

َم لَك

نَع

ه ع ضاَوم

ۦ

ْاوُسَنَو

اّظَح

امِم

ْاوُرِكُذ

ه ب

ۦ

َاَو

ُلاَزَ ت

ُع لطَت

ىَلَع

اَخ

ةَ ئ

ِم

مُه

ا إ

اي لَق

ِم

مُه

ۖ

عٱَف

ُف

َع

مُه

صٱَو

حَف

ۖ

ن إ

َهللٱ

ب حُي

لٱ

حُم

َني س

[

ةروس

ةدئاملا

,

١٣

]


(31)

23

Artinya:

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan

Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka,

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS.

al-Ma’idah: 13)

4) Surah al-Baqarah: 109

دَو

ري ثَك

نِم

َأ

ل

لٱ

ب َت ك

وَل

مُكَنودُرَ ي

نِم

ۖ

عَب

د

مُك َمي إ

اًرافُك

ادَسَح

نِم

د ع

م ه سُفنَأ

نِم

ۖ

عَب

د

اَم

َنيَ بَ ت

ُمُهَل

لٱ

قَح

ۖ

عٱَف

ْاوُف

صٱَو

ْاوُحَف

ىتَح

أَي

َي ت

ُهللٱ

مَأ ب

ر

ۦ

ن إ

َهللٱ

ىَلَع

ِلُك

يَش

ء

ري دَق

[

ةروس

ةرقبلا

,

١٠٩

]

Artinya:

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat

mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas

segala sesuatu”. (QS. al-Baqarah: 109)

b. Etika/Tata Cara Bermushofahah

Ada beberapa etika atau tata cara yang baik ketika seorang

muslim melakukan mushofahah (jabat tangan) yang perlu diperhatikan:

1) Dengan saling berpegang erat-erat dan bersentuhannya telapak

tangan.

2) Bersalaman dengan menggoyang-goyangkan tangan maka dosanya

berguguran.

3) Hanafiyah dan sebagian malikiyah berpendapat bahwa sunah dalam

berjabat tangan dengan menggunakan kedua belah tangan. Hal ini


(32)

24

telapak tangan kanannya dengan telapak tangan kanan orang lain.

Kemudian, telapak tangan kirinya di atas punggung telapak tangan

kanan orang lain.34

4) Merendahkan diri sebagaimana dalam al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 88 yang artinya “dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang

beriman”.35

5) Hendaknya seseorang berwajah berseri-seri dan menatap wajah lawan

mushofahah, dalam al-Qur’an menjelaskan

ل ل َكدَخ ْرِعَصُت َاَو

ٍلاَتْخُم لُك ب حُي َا َهللا ن إ اًحَرَم ضْرَْْا ي ف شْمَت َاَو سا

ٍروُخَف

Artinya:

“dan janganlah kalian memalingkan mungkamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kalian berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman: 18)36 Nabi Muhammad SAW juga bersabda:

,ائيش فورعملا نم نرقتحت ا :معلص ها لوسر يل لاق :لاق ضر رذ ىبا نع

َملسم اورُ قيلص هجوب كاخا ىقلت نا ول و

Artinya:

“dari Abu Dzar, dia berkata, Nabi SAW bersabda kepadaku:

“janganlah sekali-kali engkau menghina perbuatan baik sekecil apapun, meski perbuatan baik itu hanya berupa penyambutan

saudaramu dengan wajah yang berseri-seri”.” (HR. Muslim)37

34 PISS KTB, Tim Dakwah Pesantren, Tanya Jawab Islam, (Yogyakarta: Darul Hijrah

Technology, 2015), Hal. 4812

35Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali, Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 3. Terjemahan oleh

M. Abdul Ghoffar (Jakarta: Putaka Ilmu ImamAsy-Syafi’i, 2005) hal. 31

36 Kementerian Agama RI, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Per Kata, (Bandung: Sygma

Publishing, 2010), hal. 412


(33)

25

6) Tidak diperkenankan mushofahah kepada orang yang bukan muhrim.

Karena Rasulullah SAW seumur hidupnya tidak pernah berjabat

tangan dengan wanita kecuali yang terhadap wanita yang menjadi

mahramnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

ْنَع

َةَش ئاَع

َي ضَر

ُهللا

اَهْ َع

ْتَلاَق

اَمَو

ْتسَم

ُدَي

لوُسَر

هللا

ىلَص

ُهللا

هْيَلَع

َملَسَو

َدَي

ٍةَأَرْما

ا إ

ًةَأَرْما

اَهُك لْمَي

-اور

يراخبلا

Artinya:

Dari Aisyah ra berkata bahwasanya Rasulullah SAW tidak pernah

menyentuh tangan seorang wanitapun, kecuali wanita yang menjadi

istrinya.” (HR. Bukhari)

7) Tidak menarik tangan dari berjabat tangan sebelum saudara kita

sesama muslim menarik tangannya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan

oleh Imam Turmidzi:

ْنَع

سَنَأ

نْب

ٍك لاَم

َلاَق

َناَك

ي ب لا

ىلَص

ُهللا

هْيَلَع

َملَسَو

اَذ إ

ُهَلَ بْقَ تْسا

ُلُجرلا

ُهَحَفاَصَف

َا

ُع زَْ ي

َُدَي

ْن م

دَي

ىتَح

َنوُكَي

ُلُجرلا

ُع زَْ ي

َاَو

ُف رْصَي

ُهَهْجَو

ْنَع

ه هْجَو

ىتَح

َنوُكَي

ُلُجرلا

َوُ

ي ذلا

ُهُف رْصَي

ُ ...

اور

يذمرتلا

َ

Artinya:

Dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW apabila bertemu dengan seseorang beliau menjabat tangannya dan tidak menarik tangan beliau sebelum orang tersebut menarik tangannya. Beliau juga tidak mengalihkan wajahnya dari wajah orang tersebut hingga

orang tersebut yang mengalihkan wajahnya…” (HR. Turmidzi)

c. Manfaat Mushofahah

Tradisi mushofahah ini terjadi seperti telah menjadi otomatisasi

dalam diri seseorang bahkan mengakar kuat dilakukan oleh anak kepada

orang tua, murid kepada guru, bawahan kepada atasan, dan antar sahabat


(34)

26

hukumnya. Banyak hadits yang menjelaskan tentang sunahnya

melakukan mushofahah, yang kemudian ternyata mushofahah memiliki

beberapa manfaat.

لاق

لجر

:

لوسراي

ها

لجرلا

ا م

ىقلي

هخا

وا

هقيدص

ا

ي ح ي

؟هل

لاق

:

ا

,

لاق

:

همزتليفا

و

؟هلبقي

ااق

:

ا

,

لاق

:

ذخأيف

ديب

و

؟هفاصي

لاق

:

معن

.

Artinya:

“ada seorang laki-laki yang bertanya: “wahai Rasulullah, jika seseorang dari kami bertemu dengan saudaranya atau temannya,

apakah ia membungkukkan badannya”?

Nabi saw. menjawab: “tidak”.

Orang tersebut bertanya lagi: “apakah ia memeluk dan menciumnya”? Nabi saw. menjawab: “tidak”.

Orang itu menyambung pertanyaan lagi: “apakah ia berjabatan tangan?”

Nabi saw. menjawab: “ya”.

(HR. Tirmidzi dan ibnu Majah)38

Terdapat beberapa manfaat dari bermushofahah, di antara

manfaat-manfaatnya adalah sebagai berikut:

1) Mushofahah memiliki keutamaan tersendiri yaitu akan mendapatkan

ampunan dari dosa. Nabi saw. bersabda:

اَمُهَل َر فُغ ا إ ناَحَفاَصَتَيَ ف ناَي قَتْلَ ي نْيَم لْسُم ْن م اَم

اَق رَتْفَ ي ْنَأ َلْبَ ق

-دواد وبأ اور

Artinya:

“(Apabila ada) dua muslim yang bertemu lalu berjabatan tangan,

maka keduanya orang itu diampuni (dosanya) sebelum keduanya berpisah.” (Hadits ini dituturkan oleh Abu Dawud)39

38 Imam an-Nawawi, Al-Adzkar, (Bandung, PT Alma’arif, 1984), Terjemahan oleh M. Tarsi

Hawi, hal. 758-759

39 Imam Al-Nawawi, Mutiara Riyadhush-shalihin, Terjemahan oleh Ahmad Rofi; Usmani


(35)

27

2) Hendaknya setiap muslim membiasakan diri untuk selalu

bermushofahah apabila bertemu dengan sesama muslim. Misalnya

ketika tiba di kantor dan bertemu sesama karyawan atau dengan

orang-orang yang kita kenal maka hendaknya diawali dengan

mengucapkan salam lalu disertai dengan bermushofahah. Demikian

juga ketika pulang ke rumah dan bertemu dengan tetangga, kenalan

atau bertemu dengan jamaah di masjid hendaknya diawali dengan

salam dan berjabat tangan. Karena selain menggugurkan dosa-dosa,

mushofahah juga memiliki sisi positif tersendiri bagi setiap muslim

yang melakukannya. Sisi positif mushofahah tersebut adalah akan

menjadi semakin erat Ukhuwah Islamiyah di antara sesama muslim

dan juga akan menumbuhkan rasa kebersamaan terhadap sesama

muslim.

3) Menghilangkan kedengkian dan menumbuhkan kelembutan hati.

Pengaruh positif yang muncul dari mushofahah adalah

menghilangkan permusuhan dan kedengkian di dalam hati. Dalam

hadits riwayat Imam Malik disebutkan:

هللا دْبَع ٍم لْسُم ي بَأ نْب ءاَطَع ْنَع

هْيَلَع ُهللا ىلَص هللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ِي ناَساَرُخْلا

ُءاَْحشلا ْبَ ْذَتَو اوباَحَت اْوَداَهَ تَو ل غْلا ْبَ ْذَي اوُحَفاَصَت َملَسَو

-كلام اور

Artinya:

Dari Atha’ bin Muslim Abdullah Al-Khurasani ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Berjabat tanganlah, karena berjabat tangan akan menghilangkan kedengkian. Saling memberi hadiahlah, karena saling memberi hadiah akan menumbuhkan rasa saling cinta


(36)

28

Selain itu, dengan mushofahah antar sesama juga akan

menimbulkan hati yang lembut. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

ٍسَنَأ ْنَع ٍدْيَمُح ْنَع دامَح اََ ثدَح دَمصلا ُدْبَع اََ ثدَح

ُهللا ىلَص هللا َلوُسَر نَأ

نَمَيْلا ُلَْأ ْمُكاَتَأ َلاَق َملَسَو هْيَلَع

َءاَج ْنَم ُلوَأ ْمُ َو ْمُكْ م اًبوُلُ ق قَرَأ ْمُ َو

ةَحَفاَصُمْلا ب

دمحأ ور

40

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abdush-Shomad telah menceritakan kepada kami Hammad dari Humaid dari Anas, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Telah datang kepada kalian penduduk Yaman, mereka adalah orang yang lebih lembut hatinya daripada kalian, merekalah orang yang pertama kali melakukan jabat tangan". (HR. Ahmad: 13244)

2. Doa

a. Pengertian Doa

Bagi orang yang beriman kepada Allah doa adalah unsur yang

sangat penting. Dalam kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. Doa

merupakan tanda kedekatan makhluk kepada sang khaliq. Ia selalu

mengingat Allah dalam keadaan suka maupun duka, sempit maupun

lapang, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin dan lain sebagainya. 41

اََ ثدَح

ُناَمْيَلُس

ُنْب

َدُواَد

اََ ثدَح

ُناَرْم ع

ْنَع

َةَداَتَ ق

ْنَع

دي عَس

نْب

ي بَأ

نَسَحْلا

ْنَع

ي بَأ

َةَرْ يَرُ

نَأ

َلوُسَر

هللا

ىلَص

ُهللا

هْيَلَع

َملَسَو

َلاَق

َسْيَل

ءْيَش

َمَرْكَأ

ىَلَع

هللا

ْن م

ءاَعدلا

42 Artinya:

40 Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal (Riyadh: Baitul Afkar, 1998), hal. 930

41 Jamal Makmur Asmani, 13 Cara mengubah Takdir, (Jakarta: PT WahyuMedia, 2010) Hal.

115


(37)

29

“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud berkata; telah

menceritakan kepada kami 'Imron dari Qatadah dari Sa'id bin Abi Al Hasan dari Abu Hurairah berkata; Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih mulia bagi Allah dari sebuah doa.". (HR. Ahmad: 8733)

Kata Doa berasal dari bahasa Arab, add-da’aa, yang merupakan bentuk, masdar dari bentuk mufrad da’aa.43 Istilah doa di dalam al-Qur’an banyak sekali disebutkan, yang mempunyai arti berbeda-beda antara lafazh satu dengan yang lainnya, antara lain:

1) Munajat.

Nabi Musa a.s. ketika menerima wahyu pertama kali

bermunajat kepada Rabbnya. Ini tertekan dalam Quran surat

al-A’raf 143.

اَج امَلَو

ُهَملَكَو اَ ت َقي م ل ىَسوُم َء

ُهبَر

ي ن رَأ ِبَر َلاَق

رُظنَأ

يَل إ

َك

ۚ

...

ةروس[

,فارعْا

١٤٣

]

Artinya:

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". (QS. al-A'raf: 143)

2) Beribadah

Orang awam sering membedakan doa dan ibadah. Jadi, ketika

shalat atau ibadah, yang dituju hanyalah Allah. Namun, jika tertimpa


(38)

30

kesulitan, yang didatangi justru dukun. Padahal, Allah sudah

menerangkan dalam al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 14.

َل ُه

عَد

لٱ ُةَو

ِقَح

ۚ

دَي َني ذلٱَو

ه نوُد ن م َنوُع

سَي َا

يَش ب مُهَل َنوُبي جَت

ط س َبَك ا إ ٍء

يفَك

لٱ ىَل إ ه

اَم

بَي ل ء

ه غ ل َب ب َوُ اَمَو ُاَف َغُل

اَعُد اَمَو

لٱ ُء

ةروس[ ل َلَض ي ف ا إ َني ر ف َك

,دعّرلا

١٤

]

Artinya:

“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. ar-Ra'd: 14)

Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan penafsiran dari ayat ini

adalah dan janganlah engkau dalam bentuk apa pun menyembah

sesuatu selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa itu apa yang

tidak memberi manfaat kepadamu walau menyembahnya dan tidak

pula memberi mudharat kepadamu walau engkau mengabaikan dan tidak menyembahnya44.

Adapun ayat-ayat al-Qur’an lainnya yang masuk dalam kata doa bermakna ibadah adalah45 :

 Surah al-An’am ayat 71

 Surah al-Qishash ayat 88

44 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta, Lentera Hati, 2002), jilid 6, hal 173 45Jamaluddin Abi ‘Abdurrahman Ibnu al-Jauziy, Nuzhah al-‘Ayun an-Nawadhir fi ‘Ilmi al -Wujuh wa an-Nadhair (Beirut, Muasasah ar-Risalah, 1987), hal 293-294


(39)

31

 Surah al-Furqan ayat 68 dan 77

 Surah al-‘Ankabut ayat 42 3) Meminta Bantuan

مُت ُك ن إَو

يَر ي ف

ب

امِم

لزَ ن

اَ

ىَلَع

بَع

اَن د

أَف

ْاوُت

ةَروُس ب

نِم

ثِم

ه ل

دٱَو

اَدَهُش ْاوُع

مُكَء

مُت ُك ن إ هللٱ نوُد نِم

َني ق د َص

٢٣

,ةرقبلا ةروس[

٢٣

]

Artinya:

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami

wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (QS. al-Baqarah: 23).

Dalam kitab Shafwatut Tafasir dijelaskan bahwa makna dari

kalimat “dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah”, ajaklah para penolong dan pembela kamu yang dapat membantu kamu

menandingi Alquran baik dari jin atau pun manusia46.

Adapun ayat-ayat Alquran lainnya yang masuk dalam kata

doa bermakna meminta bantuan adalah47 :  Surah Yunus 37

 Surah al-Mukmin 26 4) Ucapan

عَد

مُه ىَو

بُس اَهي ف

مُهللٱ َكَ َح

مُهُ تي حَتَو

م َلَس اَهي ف

ۚ

ُر خاَءَو

عَد

مُه ىَو

نَأ

لٱ

مَح

هل ل ُد

لٱ ِبَر

,سنوي ةروس[ َني مَل َع

١٠

]

46 Muhammad Ali ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, terjemahan oleh KH. Yasin, (Jakarta

Timur,Pustaka Al-Kautsar, 2011), Jilid I, hal 51

47Jamaluddin Abi ‘Abdurrahman Ibnu al-Jauziy, Nuzhah al-‘Ayun an-Nawadhir fi ‘Ilmi al -Wujuh wa an-Nadhair, hal 294


(40)

32

Artinya:

Doa mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil ´aalamin". (QS. Yunus: 10)

Orang-orang muknim di dalam surga selalu memulai doa dan

pujian kepada Allah dengan ucapan "Subhanakallahumma” (saya akui kesucian-Mu, wahai Tuhanku). Adapun penghormatan mereka di

surga dengan ucapan "Salam" yang menunjukkan kepada sejahtera dari segala hal yang tidak disukai, dan itu pula penghormatan

(tahiyyah) orang-orang mukmin di dunia.48

Adapun ayat-ayat Alquran lainnya yang masuk dalam kata

doa bermakna ucapan adalah:49

 Surah al-A’raf ayat 5

 Surah al-Anbiya’ ayat 15 5) Panggilan

وَي

دَي َم

مُكوُع

سَتَ ف

مَح ب َنوُبي جَت

د

ث بل ن إ َنوُظَتَو

مُت

اي لَق ا إ

,ءارسإا ةروس[

٥٢

]

Artinya:

“yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja”. (QS. al-Isra’: 52)

Ayat ini menjelaskan sekelumit yang terjadi pada saat itu,

yaitu pada hari, yakni pada saat itu Dia, yakni Allah swt. akan

memanggil kamu melalui seorang pemanggil, lalu kamu mematuhi

48 Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-quranul Majid An-Nur, (Jakarta, Cakrawala

Publishing, 2011), jilid 2, hal 337

49Jamaluddin Abi ‘Abdurrahman Ibnu al-Jauziy, Nuzhah al-‘Ayun an-Nawadhir fi ‘Ilmi al -Wujuh wa an-Nadhair, hal 293


(41)

33

secara cepat dan bersungguh-sungguh panggilan tu lalu kamu datang

ke tempat yang ditentukan sambil memuji-Nya, yakni memuji atas kuasa–Nya menghidupkan kamu dan kamu mengira ketika itu walaupun telah sekian lama kamu berada di alam kubur, yakni

barzakh bahwa kamu tidak berdiam di dalam kubur kecuali sebentar saja. Atau kamu tidak hidup di dunia kecuali dalam waktu yang singkat.50

Adapun ayat-ayat Alquran lainnya yang masuk dalam kata

doa bermakna panggilan adalah:51

 Surah al-Anbiya’ ayat 52

 Surah Fathir ayat 14

 Surah al-Qamar ayat 6 dan 10

Sementara secara istilah sebagaimana dikatakan al-Thiby dalam

Doa Ajaran Ilahi adalah “melahirkan kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan tiada berdaya dan tiada berkekuatan dan kemudian

menyatakan hajat, keperluan, ketundukan kepada Allah Swt.” Jadi, dengan doa berarti bahwa kita menyatakan apa yang menjadi keinginan

kita terhadap Allah Swt. untuk mendapatkan kemanfaatan atau menolak

kemudharatan.

50 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jilid 7, hal 486

51 Jamaluddin Abi ‘Abdurrahman Ibnu al-Jauziy, Nuzhah al-‘Ayun an-Nawadhir fi ‘Ilmi al -Wujuh wa an-Nadhair, hal 294


(42)

34

b. Mendoakan Orang Lain

ٍصْفَح نْب َرَمُع ُنْب ُدَمْحَأ ي َثدَح

ْنَع ي بَأ اََ ثدَح ٍلْيَضُف ُنْب ُدمَحُم اََ ثدَح ي عي كَوْلا

َلاَق ءاَدْردلا ي بَأ ْنَع ءاَدْردلا ِمُأ ْنَع ٍزي رَك نْب هللا دْيَ بُع نْب َةَحْلَط

:

هللا ُلوُسَر َلاَق

ُعْدَي ٍم لْسُم ٍدْبَع ْن م اَم َملَسَو هْيَلَع ُهللا ىلَص

ُكَلَمْلا َلاَق ا إ بْيَغْلا رْهَظ ب هي خَ ْ و

َكَلَو

Artinya:

“Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin 'Umar bin Hafsh Al Waki'i

telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami bapakku dari Thalhah bin 'Ubaidullah bin Kariz dari Ummu Ad Darda' dari Abu Ad Darda' dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula:

'Dan bagimu kebaikan yang sama.” (HR. Muslim).52

Diterangkan dalam hadits tersebut doa seorang muslim terhadap

saudaranya sesama muslim bersifat mustajab. Di atas kepala orang yang

berdoa telah diutus malaikat yang mengucapkan “amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu”. Doa malaikat sebagaimana kita pahami bersama merupakan doa mustajabah (dikabulkan Allah Swt.). Maka,

dapat dikatakan bahwa mendoakan orang lain sebagaimana hadits

tersebut di atas dapat digolongkan sebagai doa-doa yang mustajabah.

Misalnya ketika kita mendoakan orang agar diberi kemudahan

dalam menghadapi persoalan, maka orang yang mendoakan tadi akan

terlebih dahulu mendapatkan kemudahan dalam mengatasi masalahnya

barulah orang yang didoakan tadi diberi kemudahan sesuai yang

didoakan oleh orang yang berdoa tadi. Dengan mendoakan orang lain

52 Nurul Ihsan, Mengenal Malaikat - Malaikat Allah; Tentara Allah yang Patuh dan Setia,


(43)

35

maka Allah akan bertambah sayang kepada hamba-Nya tersebut, sebab

hamba tersebut telah memperhatikan nasib orang lain.53

Allah Swt. berfirman di dalam surat al-Hashr: 10.

اَج َني ذلٱَو

ن م وُء

ۚ

عَب

م د

غٱ اَ بَر َنوُلوُقَ ي

ر ف

خ إَو اََل

إٱ ب اَنوُقَ بَس َني ذلٱ اَ ن َو

َاَو ن َمي

جَت

لَع

ّا غ اَ بوُلُ ق ي ف

َني ذلِل

ْاوَُماَء

اَ بَر

َكن إ

فوُءَر

ر

,ر ش ح لا ةروس[ مي ح

١٠

]

Artinya:

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" (QS. al-Hashr: 10)

Mendoakan sesama muslim termasuk sunah hasanah yang telah

diamalkan turun-temurun oleh nabi dan orang-orang saleh yang

mengikuti mereka. Mereka senang kalau kaum muslimin mendapatkan

kebaikan, sehingga mereka juga mendoakan saudaranya di dalam doa

mereka tatkala mereka mendoakan diri sendiri.

Ini merupakan salah satu sebab terbesar tersebarnya kasih sayang

dan kecintaan di antara kaum muslimin, serta menunjukkan

kesempurnaan iman mereka. Nabi Saw. bersabda yang artinya, “Tidak

beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai

saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)


(44)

36

c. Keutamaan Berdoa

Banyak sekali keutamaan yang dimiliki sebuah doa. Banyak

orang sukses yang memakai doa sebagai alat untuk menggapai

keberhasilan, sementara orang bijak menjadikan doa sebagai petunjuk

hidup. Doa menjadi pintu dari seribu kebaikan.54 Berikut ini beberapa keutamaan sebuah doa.

1) Sebagai pengubah takdir

Segala sesuatu yang ada di langit maupun bumi telah ditulis

Allah di dalam kitab yang terpelihara. Begitu pula nasib kehidupan

manusia. Seluruh aspek hidupnya telah ditentukan, bahkan sejak lima

puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Pertanyaan ini

seakan membuat manusia hanya bisa pasrah pada ketentuan takdir.

Buat apa berusaha semaksimal mungkin jika hasilnya telah ditentukan

Allah? Di sinilah peran doa sebagai perubah takdir.

اََ ثدَح

دْبَع ْنَع ىَسي ع نْب هللا دْبَع ْنَع َناَيْفُس ْنَع عي كَو اََ ثدَح ٍدمَحُم ُنْب ي لَع

َلاَق َناَبْوَ ث ْنَع دْعَجْلا ي بَأ نْب هللا

ُدي زَي َا َملَسَو هْيَلَع ُهللا ىلَص هللا ُلوُسَر َلاَق

َ ي َاَو ر بْلا ا إ رْمُعْلا ي ف

بْنذلا ب َقْزِرلا ُمَرْحُيَل َلُجرلا ن إَو ُءاَعدلا ا إ َرَدَقْلا دُر

ُهُبي صُي

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah

menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abdullah bin Isa dari Abdullah bin Abu Al Ja'd dari Tsauban dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah akan bertambah umur (seseorang) kecuali dengan kebaikan, dan tidaklah akan dapat menolak takdir kecuali doa. Sesungguhnya seseorang akan ditahan rizkinya karena dosa yang dia lakukan." (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)


(45)

37

Dari situ jelaslah bahwa kita untuk tak perlu risau dengan

takdir. Beramalah, meski semuanya telah ditentukan oleh Allah.

Seperti kata Rasulullah saat ditanya para sahabat mengenai takdir dan

doa:

َمْس إ اََ ثدَح

َناَرْم ع ْنَع ريِخِشلا نْب فِرَطُم ْنَع َكْشِرلا ي ْعَ ي ُدي زَي اََ ثدَح ُلي عا

َلاَق ْمَعَ ن َلاَق را لا لَْأ ْن م ة َجْلا ُلَْأ َم لُعَأ هللا َلوُسَر اَي لُجَر َلاَقَلاَق ٍنْيَصُح نْب

اوُلَمْعا َلاَق َنوُل ماَعْلا ُلَمْعَ ي َمي ف

َلاَق اَمَك ْوَأ ُهَل َق لُخ اَم ل رسَيُم ٌلُكَف

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah menceritakan kepada kami Yazid yaitu Ar Risyk dari Mutharrif bin Syikhir dari 'Imran bin Hushain dia berkata; seseorang bertanya; 'Wahai Rasulullah, apakah penghuni surga dan penghuni neraka telah dimengerti (ditetapkan)? Beliau menjawab: 'Iya'. Orang tadi bertanya lagi; 'Lantas apa gunanya orang beramal? Nabi menjawab; "Beramalah, karena seseorang itu di mudahkan terhadap sesuatu yang telah dicipta baginya." atau sebagaimana yang beliau sabdakan." (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Dengan demikian, ketika Allah mengatakan dalam al-Qur’an “Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku jawab (perkenankan)....”, itu merupakan suatu janji dan tak akan menyalahi takdir-Nya.

2) Senjata orang mukmin

Hidup ini penuh perjuangan, dan setiap perjuangan butuh

senjata agar mampu meraih apa yang diinginkan, yaitu kemenangan.

Bagi orang mukmin, senjata yang biasanya digunakan adalah doa.

Kekuatan dan kedahsyatan doa sudah tidak diragukan lagi, bahkan

terus berlangsung dari zaman nabi Adam sampai hari kiamat nanti.

Sabda Nabi Saw. dalam hal ini, “doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.” (HR. Al-Hakim)


(46)

38

Begitu dahsyatnya doa hingga mampu menerangi langit dan

bumi. Karena itu, tidak ada senjata lain yang lebih ampuh daripada

doa.

3) Otak ibadah

“Doa adalah otaknya ibadah” (HR. Tirmidzi)

Doa merupakan salah satu bentuk ibadah, bahkan disebut

sebagai otaknya. Jadi peran doa memang sangat penting, sebagaimana

pentingnya fungsi otak bagi tubuh manusia. Ibadah tidak akan

sempurna tanpa doa. Baik buruk ibadah akan tertutupi dengan doa dan

merangsang tumbuhnya semangat ibadah karena berharap doanya

akan diijabah Allah. Bahkan, Ibu Abbas r.a. berkata, “Ibadah yang paling utama adalah berdoa.”

Karena begitu besar keutamaan berdoa, masih adakah dari kita

yang sombong untuk tidak berdoa kepada Allah dan ragu dengan

kekuasaan Allah yang sanggup mengabulkan doa, sekalipun penghuni

langit dan bumi bergabung untuk meminta secara bersamaan? Allah

pasti sanggup mengabulkannya.

3. Emotional Quotient (EQ)

Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi

belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar.

Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak

kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun


(1)

103

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Penelitian tentang pengaruh mushofahah dan doa terhadap emotional

quotient siswa kelas V SD Islamic International School Pesantren Sabilil

Muttaqien (IIS PSM) Magetan ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Output program SPSS 23.0 for windows menunjukkan jika F hitung sebesar

10,193 > F tabel yaitu 3,25 berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, mushofahah dan doa secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

emotional quotient. Ini mengandung makna semakin sering bermushofahah

dan sering berdoa maupun mendoakan, maka semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi siswa.

2. Output program SPSS 23.0 for windows menunjukkan jika t hitung sebesar

2,366 > t tabel 2,028 dan nilai signifikansi 0,023 < 0,05, jadi hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, kesimpulannya bahwa mushofahah berpengaruh terhadap kecerdasan emosi. Ini berarti semakin sering bermushofahah maka akan semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi siswa. 3. Output program SPSS 23.0 for windows menunjukkan jika nilai t hitung

sebesar 1,562 < t tabel 2,028 dan nilai signifikansi 1,27 > 0,05. Maka, kesimpulannya adalah doa (X2) tidak berpengaruh terhadap Kecerdasan Emosi (Y).

4. Output program SPSS 23.0 for windows menunjukkan Y= 11,115 +


(2)

104

menerangkan jika Mushofahah dan Doa nilainya adalah 0, maka Prestasi Belajar nilainya sebesar 11,115. Jika nilai variabel Doa tetap dan nilai variabel Mushofahah naik sebesar 1, maka Emotional Quotient akan

meningkat sebesar 0,432. Dan jika nilai variabel Mushofahah tetap dan nilai variabel doa naik sebesar 1, maka Emotional Quotient akan meningkat

sebesar 0,373. B. Saran

Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh mushofahah dan doa terhadap emotional quotient siswa kelas V SD Islamic International School

Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan ini, ada beberapa hal yang harus disampaikan oleh peneliti dalam bentuk saran agar penelitian ini menjadi lebih baik dan lebih bekontribusi bagi semua kalangan yang membutuhkan.

Adapun beberapa saran yang dianggap penting oleh peneliti dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagi Kepala sekolah dan para guru sekolah Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan agar terus-menerus memantau dan mempertahankan program welcoming student yang berisi

mushofahah dan doa. Sebab program yang terlihat sederhana ini ternyata memiliki efek yang bagus untuk siswa di sekolah.

2. Bagi siswa-siswa selalu senang melakukan mushofahah (bersalaman) dan juga agar lebih sering berdoa baik untuk kebaikan diri sendiri maupun orang lain, mungkin bagi kalian manfaat yang didapatkan belum bisa


(3)

105

merasakan secara nyata. Tapi, yakinlah bahwa kesemua itu memiliki manfaat untuk diri sendiri.

3. Bagi lembaga sekolah lain, mungkin bisa meniru program yang ada di lembaga Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan ini. Sebab, penyambutan yang sederhana ini memiliki dampak yang bagus untuk siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al Asqalani, Ibnu Hajar. Fath al Bari Syarh al Bukhari, Juz. VIII, Kairo: Mushthafa al Baby al Haby, 1378 H/1959 M.

Al Mahfani, M. Khalilurrahman. Keutamaan Do’a dan Dzikir untuk Hidup Bahagia

Sejahtera, Jakarta: PT WahyuMedia, 2006.

Al Mshri, Ibnu Muzr al Afriqi. Lisan al Arab, Beirut: Dar shadir lit Taba’at wa An Nasakh, 1995.

Al Thullab, Jubra Mas’ud Raid. Mu’jam Lughawi ‘Asyry li al Thullab, Beirut: Dar al Ilmi li al Mlayin, 1979.

Al-Hilali, Abu Usamah Salim bin ‘Ied. Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 3. Terjemahan oleh M. Abdul Ghoffar, Jakarta: Putaka Ilmu ImamAsy-Syafi’i, 2005.

Al-Jauziy, Jamaluddin Abi ‘Abdurrahman Ibnu. Nuzhah al-‘Ayun an-Nawadhir fi

‘Ilmi al-Wujuh wa an-Nadhair, Beirut, Muasasah ar-Risalah, 1987.

Al–Mas’udi, Hafidz Hasan. Taisirul Kholaq; Bekal Berharga Untuk Menjadi Mulia

(Pendidikan Moral Untuk Dasar). Terjemahan oleh M. Fadlil Sa’id An

-Nadwi, Surabaya: Al-Hidayah, 1418 H.

An Nawawi, Al Imam. Ryadh al shihin min Kalam Sayyid al Mursalah, Beirut: dar al fikr, 1973.

__________, Al-Adzkar, Terjemahan oleh M. Tarsi Hawi, Bandung, PT Alma’arif, 1984.

__________, Mutiara Riyadhush-shalihin, Terjemahan oleh Ahmad Rofi; Usmani, Bandung: Mizan, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Arsana, I Putu Jati. Etika Profesi Insinyur: Membangun Sikap Profesiobalisme

Sarjana Teknik, Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Ash-Shabuni, Muhammad Ali. Shafwatut Tafasir, terjemahan oleh KH. Yasin, Jakarta Timur,Pustaka Al-Kautsar, 2011.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Tafsir Al-quranul Majid An-Nur, Jakarta, Cakrawala Publishing, 2011.

Asmani, Jamal Makmur. 13 Cara mengubah Takdir, Jakarta: PT WahyuMedia, 2010.


(5)

107

Cinta, Ustaz. Rahasia Agar Doa Mustajab, Depok: Kaysa Media, 2010. Data Admin IslamicInternationalSchool (IIS PSM Magetan) tahun 2016. Goleman, Daniel. Emotional Intelligence, Terjemahan oleh T. Hermaya, Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, 2016.

Habsari, Sri. Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas XI, Jakarta: Grasindo, 2005.

Hamdi, Asep Saepul & E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Hanbal, Ahmad bin. Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Riyadh: Baitul Afkar, 1998.

Hardywinoto & Tony Setiabudhi, Anak Unggul Berotak Prima Hal, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Hermanto, Agus. Emotional Quotient, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2005. http://kbbi.web.id/

http://www.ypipsm.or.id/artikel/2016/03/08/49/Islamic-International-School-IIS-PSM diakses pada tanggal 29 Desember 2016.

Hutabarat, Hermine E.P. Etiket: Pedoman Praktis untuk Membawa Diri dalam

Pergaulan Antar Bangsa, Jakarta: Gunung Mulia, 1998.

Ihsan, Nurul Mengenal Malaikat - Malaikat Allah; Tentara Allah yang Patuh dan

Setia, Jakarta: QultumMedia, 2008.

Iman, Fauzul. Lentera Hati, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.

Ismail, Muhammad ibn Ahmad ibn. Adilat Tahrim Mushafahat al Mar’ah al

ajnabiyat, Kuwait: dar al Arqam, 1984.

Kementerian Agama RI, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Per Kata, Bandung: Sygma Publishing, 2010.

Kurniawan, Albert. Belajar Mudah SPSS untuk Pemula, Yogyakarta: MediaKom, 2010.

Ma’sum, Moh. Sajidullah. “Islamic Parenting Untuk Membentuk Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Anak : Studi Pola Asuh Anak Di Islamic

International School Pesantren Sabilul Muttaqin (IIS PSM) Magetan

Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016.


(6)

108

Nawari, Analisis regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010.

Papalia, Diane E., Sally Wendkos Olds, & Ruth Duskin Feldman. Human

Development, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

Papilia Diane E. & Ruth Duskin Feldman, Menyelami Perkembangan Manusia;

Experience Human Development Edisi 12/ Buku 2, Terj. Fitriana Wuril

Herarti, Jakarta: Salemba Humanika, 2014.

PISS KTB, Tim Dakwah Pesantren, Tanya Jawab Islam, Yogyakarta: Darul Hijrah Technology, 2015.

Priyanto, Dwi. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution):

Untuk Analisis Data & Uji Statistik, Yogyakarta: Mediakom, 2008.

Purwanto, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, Yogyakarta: Putaka Pelajar, 2012.

Safaria, Triantoro dan Nofrans Eka Saputra. Manajemen Emosi “Sebuah Panduan

Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda”, Jakarta:

Bumi Aksara, 2012.

Santoso, Singgih. Menguasai Statistik Parametrik; Konsep dan Aplikasi dengan SPSS Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2015.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah, Jakarta, Lentera Hati, 2002

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014.

Sujianato, Agus Eko. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009.

Sumardi, Password Menuju Sukses; Rahasia Membangun Sukses Individu,

Lembaga, dan Perusahaan, Jakarta: Penerbit Esensi, Erlangga, 2007.

Syaodih, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003.

Tridhonanto Al. & Beranda Agency. Meraih Sukses Dengan Kecerdasan

Emosional, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010.

Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Wijongko, Martin. Keajaiban dan Kekuatan Emosi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997.


Dokumen yang terkait

Pengaruh role stress terhadap kinerja auditor dengan emotional quotient sebagai variabel moderating

4 14 180

PENGARUH RENCANA KARIER, PROMOSI, DAN PENDIDIKAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI SMP PESANTREN SABILIL MUTTAQIEM (PSM) TAJI MAGETAN.

0 0 4

Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Non Rutin di Kelas VIII SMP Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien (IIS PSM) Magetan Ditinjau dari Kemampuan Awal.

0 0 20

ISLAMIC PARENTING UNTUK MEMBENTUK KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL ANAK : STUDI POLA ASUH ANAK DI ISLAMIC INTERNATIONAL SCHOOL PESANTREN SABILUL MUTTAQIN (IIS PSM) MAGETAN.

0 0 142

PPM Elektronika bagi remaja Pesantren Raudhatul Muttaqien

0 0 4

ANALISIS PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA NON RUTIN DI KELAS VIII SMP ISLAMIC INTERNATIONAL SCHOOL PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN (IIS PSM) MAGETAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL | Alfa Lutfiananda | 9700 20599 1 SM

0 0 12

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. PENYAJIAN DATA 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Muhammadiyah Sabilil Muttaqien Gisting Bawah Kabupaten Tanggamus - Fungsi Dakwah Pondok Pesantren Muhammadiyah Sabilil Muttaqien dalam Pengembangan Masyarakat Islam G

0 0 26

PENERAPAN MEDIA PLASTISIN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN (PSM) KECAMATAN MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN TAHUN AJARAN 20162017

0 0 18

Upaya Peningkatan Kosakata Bahasa Arab Bagi siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Fie Sabilil Muttaqien Ngarengan Kedunggalar Ngawi - Electronic theses of IAIN Ponorogo

0 2 88

MODEL PENGELOLAAN KELAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD ISLAMIC INTERNATIONAL SCHOOL PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN KEDIRI

0 0 17