CARA BERWUDHU (5).doc 41KB Jun 13 2011 06:28:05 AM
CARA BERWUDHU (5)
Drs. Agung Danarta, M.Ag
Kemudian basuhlah (cucilah) kedua tanganmu beserta kedua dengan digosok tiga
kali (12)
Dalil yang dipergunakan adalah QS al-Maidah ayat 6 (Dan tanganmu sampai ke
siku), hadis dan Humran sebagaimana tersebut nomer 3 (Lalu membasuh tangannya yang
kanan sampai sikunya, tiga kali, dan yang kiri seperti itu pula), hadis dari Abdullah ibn
Zaid ibn 'Ashim sebagaimana tersebut nomer 10, dan hadis dari Abdullah ibn Zaid yang
diriwayatkan oleh Ahmad, yaitu:
1)
"bahwa Nabi saw diberi air dua per tiga mud (1,5 liter) lalu menggosok dua
lengannya".
Dalam HPT dikemukakan bahwa hadis ini disahihkan oleh Ibn Khuzaimah.
Hadis dan Humran sebagaimana tersebut dalam nomer 3 telah dibahas pada
pembahasan terdahulu di mana hadis tersebut berkualitas sahih lidzatihi dan dapat
digunakan sebagai dalil dalam beramal. Sedangkan hadis dari 'Abdullah ibn Zaid ibn
'Ashim sebagaimana tersebut nomer 10 juga telah dikemukakan pembahasannya pada
tulisan terdahulu di mana kualitas hadisnya adalah sahih lidzatihi dan dapat digunakan
sebagai hujjah dalam beramal.
Adapun dalil ketiga yang digunakan, yaitu hadis juga dari Abdullah ibn Zaid.
Lafal yang persis seperti yang terdapat dalam kitab HPT diriwayatkan oleh Ibn
Khuzaimah dalam kitab Sahihnya (I: 62). Sedangkan hadis dengan sedikit ada perbedaan
lafal, tetapi masih memiliki makna yang sama diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam kitab
Sahihnya (III: 363, 364), al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak 'ala al-Shahihayn (I:243),
al-Baihaki dalam kitab Sunan al-Baihaqiy Kubra (I: 196), dan al-Ruyaniy dalam kitab
Musnadnya (II: 181).
Menurut al-Hakim, hadis ini berkualitas sahih sesuai kriteria dan syarat Bukhari
dan Muslim. Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah menggolongkan hadis ini ke dalam hadis
yang berkualitas sahih. Dan sepanjang telaah penulis, belum ada ulama yang mengkritik
kesahihan hadis ini, sehingga penilaian al-Hakim, Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah bisa
kita ikuti. Dengan demikian hadis ini berkualitas sahih dan dapat digunakan sebagai
hujjah.
Dan sela-selailah jari-jarimu (13)
Dalil yang mendasari tuntunan ini adalah hadis dari Laqith sebagaimana telah
tersebut pada no. 6 {Sela-selailah di antara jari-jari). Sebagaimana pembahasan di atas,
hadis ini berkualitas sahih lidzatihi dan dapat digunakan sebagai hujjah.
Dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu (14)
Dalilnya adalah hadis dari Abu Hurairah sebagaimana tersebut pada no. 9.
(supaya melebihkan sinar muka, tangan dan kaki). Sebagaimana pembahasan yang telah
lalu, hadis yang digunakan untuk dalil dan klausul ini berkualitas sahih lidzatihi.
Mulailah tangan kanan (15)
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah:
2)
"Bahwa Rasulullah saw suka mendahulukan kanannya dalam memakai
sandalnya, bersisirnya, bersucinya dan dalam segala halnya."
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Sahihnya antara lain pada bab
al-Wudhu (1630), Shalat (408), al-Ath'imah (4961), dan Libas (5406 dan 5471);
diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Sahihnya pada bab Thaharah (553); Tirmidzi
dalam kitab Sunannya pada bab al-Jum'ah (553); Abu Dawud dalam kitab Sunannya pada
bab Libas (3611); lbn Majah dalam kitab Sunannya pada bab Thaharah (395); dan
diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal dalam kitab Musnadnya (23841, 23989, dan
24369).
Dalam Sahih al-Bukhariy (1630), para rawi yang meriwayatkan hadis secara
berurutan adalah 'Aisyah, Masruq ibn al-Ajda', Sulaim ibn al-Aswad ibn al-Handhalah,
Asy'as ibn Sulaim, Syu'bah ibn al-Hajjaj, dan Hafsh ibn 'Umar. Mereka semuanya adalah
orang-orang siqah yang memiliki peringkat tinggi dalam tingkatan al-ta'dil. Sanad di
antara mereka juga bersambung mulai dari al-Bukhari sampai kepada Rasulullah.
Sehingga karenanya sanad hadis riwayat al-Bukhariy ini berkualitas shahih lidzatihi.
Sedangkan jalur selainnya semakin memperkuat derajat kesahihan hadis ini. Hadis ini
bisa dipakai sebagai hujjah.
Lalu usaplah kepalamu (16)
Berdasar pada QS al-Maidah ayat 6 (dan usapkanlah kepalamu), dan hadis
Humran tersebut nomer 3 (kemudian mengusap kepalanya).
Hadis Humran ini telah dibahas pada bagian terdahulu, dan kualitasnya sahih
lidzatihi.
Atau ubunmudan atas surbanmu (17)
HPT mendasarkan ini pada hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud,
dari sahabat Mughirah:
3)
“bahwa Nabi saw berwudhu lalu mengusap ubun-ubunnya dan atas surbannya”.
Muslim meriwayatkan hadis ini dalam kitab kumpulan hadis Sahihnya pada bab
Thaharah (no. 412) dengan ada tambahan lafal wa 'ala al-Khuffaini (dan di atas dua
khuff-sepatu). Abu Dawud meriwayatkannya dalam kitab Sunannya bab Thaharah (no.
129). Dan Tirmidzi meriwayatkannya dalam kitab Sunannya pada bab Thaharah (no. 93)
tanpa lafal bina-shiyatihi (ubun-ubunnya).
Hadis riwayat Muslim berkualitas sahih lidzatihi, sedangkan jalur lainnya akan
memperkuat kesahihan jalur Muslim tersebut.
Dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala sehingga
tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan ( 18)
Berdasar pada hadis Abdullah bin Zaid bin 'Ashim dalam sifat wudhu yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
4)
"Dan memulai dengan permulaan kepalanya sehingga menjalankan kedua
tangannya sampai pada tengkuknya, kemudian mengembalikannya pada tempat
memulainya."
Hadis Abdullah ibn Zaid ibn 'Ashim yang menjelaskan sifat wudhu Rasulullah,
khususnya tentang tatacara membasuh kepala ada tiga versi. Versi pertama adalah seperti
yang ada di HPT, yaitu niemulai membasuh dari permulaan kepala dengan menjalankan
kedua tangan sampai tengkuk di bagian belakang, kemudian mengembalikannya pada
tempat semula. Hadis Abdullah ibn Zaid versi pertama ini diriwayatkan oleh Bukhari
(Sahih al-Bukhari, Wudhu: 179), Tirmidzi (Sunan, Thaharah: 30), Nasaiy (Sunan,
Thaharah: 96, 97), Abu Dawud (Sunan, Thaharah: 103), Ibn Majah (Sunan, Thaharah:
428), Ahmad ibn Hanbal (Musnad, 15836, 15843), dan Malik (Muwaththa', Thaharah:
29). Versi kedua, memulai dari tengkuk bagian belakang kepala dengan menjalankan
kedua tangan sampai bagian depan kepala, tanpa mengembalikannya. Versi ini
diriwayatkan oleh Bukhariy (Sahih al-Bukhariy, Wudhu: 192). Versi ketiga, seperti versi
pertama, tetapi tanpa mengembalikan tangan ke tempat semula. Versi ini diriwayatkan
oleh Bukhari (Sahih al-Bukhariy, Wudhu: 180, 184, 185, 190), dan Muslim (Sahih
Muslim, Thaharah: 346).
Hadis versi pertama rangkain rawinya adalah sebagai benkut:
1. Bukhari, 179: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Malik ibn Anas - Abdullah ibn Yusuf - Bukhari
2. Tirmidzi, 30: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya Malik ibn Anas - Ma'nu ibn Isa - Ishaq ibn Musa al-Ahshariy - Tirmidzi
3. Nasaiy, 96: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya Malik ibn Anas - Ibn al-Qasim - al-Haris ibn Miskin dan Muhammad ibn Salamah Nasaiy
4. Nasaiy, 97: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya Malik ibn Anas - 'Utbah ibn Abdillah - Nasaiy
5. Abu Dawud, 103: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Abdullah ibn Maslamah - Abu Dawud
6. Ibn Majah, 428: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Muhammad ibn ldris asy-Syafi'iy - Hurmulah ibn Yahya dan alRabi' ibn Sulaiman - Ibn Majah
7. Ahmad, 15836: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Abdurrahman ibn al-Mahdiy
8. Ahmad, 15843: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Abdurrazzak
Hadis versi kedua rangkaian rawinya adalah sebagai berikut:
- Bukhari, 192: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Sulaiman ibn Bilal - Khalid ibn Makhlad
Hadis versi ketiga rangkaian rawinya sebagai berikut:
1. Bukhari, 180: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umaiah) - 'Amr ibn Yahya
- Wuhaib - Musa - Bukhari
2. Bukhari, 184: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Khalid ibn 'Abdillah - Musaddad - Bukhari
3. Bukhari, 185: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Wuhaib - Sulaiman ibn Harb - Bukhari
4. Bukhari, 190: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- 'Abdul Aziz ibn Abi Salamah - Ahmad ibn Yunus - Bukhari
5. Muslim, 346: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Khalid ibn 'Abdillah - Muhammad ibn al-Shabbah.
Mencermati rangkaian rawi dari ketiga versi hadis riwayat 'Abdullah ibn Zaid
tampak bahwa ketiga-tiganya memiliki kesamaan dalam tiga rawi pertama, yaitu
Abdullah ibn Zaid, yang hadisnya diriwayatkan oleh Yahya ibn Umarah, yang kemudian
diriwayatkan oleh 'Amr ibn Yahya. Perbedaan baru muncul pada rawi yang keempat.
Versi pertama, rawi keempatnya hanya satu orang untuk semua jalur, yaitu Malik ibn
Anas. Pada versi kedua, rawi keempatnya juga satu orang, yaitu Sulaiman ibn Bilal.
Sedangkan pada versi ketiga, rawi keempatnya ada tiga orang, yaitu Wuhaib, Khalid ibn
'Abdillah, dan Abdul Azizi ibn Abi Salamah.
Apabila tiga rawi pertama dari semua versi orangnya adalah sama, maka bisa
dipastikan bahwa terjadinya perbedaan versi itu bukan pada Rasulullah atau pun pada
Abdullah ibn Zaid yang memperagakan cara berwudhunya Rasulullah, ataupun pada rawi
kedua atau pun ketiga. Perbedaan itu baru terjadi pada rawi keempat, di mana masingmasing versi memiliki rawi keempat masing-masing. Apabila terjadi seperti ini, maka
teori tarjihnya adalah, apabila ada hadis yang diriwayatkan oleh orang siqqah
bertentangan dengan riwayat orang siqqah lainnya, maka yang dimenangkan adalah hadis
yang diriwayatkan oleh orang yang lebih siqqah, atau orang siqqah yang jumlahnya lebih
banyak. Dengan demikian, menurut hemat penulis, hadis Abdullah ibn Zaid yang rajih
adalah versi ketiga, yaitu membasuh kepala dari permulaan kepala dengan menjalankan
kedua tangan sampai tengkuk di bagian belakang, tanpa mengembalikannya lagi ke
muka, karena rawi keempatnya ada tiga orang yang semuanya siqqah, sedangkan versi
yang lain rawi keempatnya masing-masing hanya satu orang walaupun juga siqqah.
Sedangkan hadis versi HPT yang membasuh dari depan ke belakang, kemudian
mengembalikan ke tempat semula, menurut hemat penulis adalah marjuh.
Sumber: SM-06-2002
Drs. Agung Danarta, M.Ag
Kemudian basuhlah (cucilah) kedua tanganmu beserta kedua dengan digosok tiga
kali (12)
Dalil yang dipergunakan adalah QS al-Maidah ayat 6 (Dan tanganmu sampai ke
siku), hadis dan Humran sebagaimana tersebut nomer 3 (Lalu membasuh tangannya yang
kanan sampai sikunya, tiga kali, dan yang kiri seperti itu pula), hadis dari Abdullah ibn
Zaid ibn 'Ashim sebagaimana tersebut nomer 10, dan hadis dari Abdullah ibn Zaid yang
diriwayatkan oleh Ahmad, yaitu:
1)
"bahwa Nabi saw diberi air dua per tiga mud (1,5 liter) lalu menggosok dua
lengannya".
Dalam HPT dikemukakan bahwa hadis ini disahihkan oleh Ibn Khuzaimah.
Hadis dan Humran sebagaimana tersebut dalam nomer 3 telah dibahas pada
pembahasan terdahulu di mana hadis tersebut berkualitas sahih lidzatihi dan dapat
digunakan sebagai dalil dalam beramal. Sedangkan hadis dari 'Abdullah ibn Zaid ibn
'Ashim sebagaimana tersebut nomer 10 juga telah dikemukakan pembahasannya pada
tulisan terdahulu di mana kualitas hadisnya adalah sahih lidzatihi dan dapat digunakan
sebagai hujjah dalam beramal.
Adapun dalil ketiga yang digunakan, yaitu hadis juga dari Abdullah ibn Zaid.
Lafal yang persis seperti yang terdapat dalam kitab HPT diriwayatkan oleh Ibn
Khuzaimah dalam kitab Sahihnya (I: 62). Sedangkan hadis dengan sedikit ada perbedaan
lafal, tetapi masih memiliki makna yang sama diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam kitab
Sahihnya (III: 363, 364), al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak 'ala al-Shahihayn (I:243),
al-Baihaki dalam kitab Sunan al-Baihaqiy Kubra (I: 196), dan al-Ruyaniy dalam kitab
Musnadnya (II: 181).
Menurut al-Hakim, hadis ini berkualitas sahih sesuai kriteria dan syarat Bukhari
dan Muslim. Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah menggolongkan hadis ini ke dalam hadis
yang berkualitas sahih. Dan sepanjang telaah penulis, belum ada ulama yang mengkritik
kesahihan hadis ini, sehingga penilaian al-Hakim, Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah bisa
kita ikuti. Dengan demikian hadis ini berkualitas sahih dan dapat digunakan sebagai
hujjah.
Dan sela-selailah jari-jarimu (13)
Dalil yang mendasari tuntunan ini adalah hadis dari Laqith sebagaimana telah
tersebut pada no. 6 {Sela-selailah di antara jari-jari). Sebagaimana pembahasan di atas,
hadis ini berkualitas sahih lidzatihi dan dapat digunakan sebagai hujjah.
Dengan melebihkan membasuh kedua tanganmu (14)
Dalilnya adalah hadis dari Abu Hurairah sebagaimana tersebut pada no. 9.
(supaya melebihkan sinar muka, tangan dan kaki). Sebagaimana pembahasan yang telah
lalu, hadis yang digunakan untuk dalil dan klausul ini berkualitas sahih lidzatihi.
Mulailah tangan kanan (15)
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah:
2)
"Bahwa Rasulullah saw suka mendahulukan kanannya dalam memakai
sandalnya, bersisirnya, bersucinya dan dalam segala halnya."
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Sahihnya antara lain pada bab
al-Wudhu (1630), Shalat (408), al-Ath'imah (4961), dan Libas (5406 dan 5471);
diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Sahihnya pada bab Thaharah (553); Tirmidzi
dalam kitab Sunannya pada bab al-Jum'ah (553); Abu Dawud dalam kitab Sunannya pada
bab Libas (3611); lbn Majah dalam kitab Sunannya pada bab Thaharah (395); dan
diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal dalam kitab Musnadnya (23841, 23989, dan
24369).
Dalam Sahih al-Bukhariy (1630), para rawi yang meriwayatkan hadis secara
berurutan adalah 'Aisyah, Masruq ibn al-Ajda', Sulaim ibn al-Aswad ibn al-Handhalah,
Asy'as ibn Sulaim, Syu'bah ibn al-Hajjaj, dan Hafsh ibn 'Umar. Mereka semuanya adalah
orang-orang siqah yang memiliki peringkat tinggi dalam tingkatan al-ta'dil. Sanad di
antara mereka juga bersambung mulai dari al-Bukhari sampai kepada Rasulullah.
Sehingga karenanya sanad hadis riwayat al-Bukhariy ini berkualitas shahih lidzatihi.
Sedangkan jalur selainnya semakin memperkuat derajat kesahihan hadis ini. Hadis ini
bisa dipakai sebagai hujjah.
Lalu usaplah kepalamu (16)
Berdasar pada QS al-Maidah ayat 6 (dan usapkanlah kepalamu), dan hadis
Humran tersebut nomer 3 (kemudian mengusap kepalanya).
Hadis Humran ini telah dibahas pada bagian terdahulu, dan kualitasnya sahih
lidzatihi.
Atau ubunmudan atas surbanmu (17)
HPT mendasarkan ini pada hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud,
dari sahabat Mughirah:
3)
“bahwa Nabi saw berwudhu lalu mengusap ubun-ubunnya dan atas surbannya”.
Muslim meriwayatkan hadis ini dalam kitab kumpulan hadis Sahihnya pada bab
Thaharah (no. 412) dengan ada tambahan lafal wa 'ala al-Khuffaini (dan di atas dua
khuff-sepatu). Abu Dawud meriwayatkannya dalam kitab Sunannya bab Thaharah (no.
129). Dan Tirmidzi meriwayatkannya dalam kitab Sunannya pada bab Thaharah (no. 93)
tanpa lafal bina-shiyatihi (ubun-ubunnya).
Hadis riwayat Muslim berkualitas sahih lidzatihi, sedangkan jalur lainnya akan
memperkuat kesahihan jalur Muslim tersebut.
Dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala sehingga
tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan ( 18)
Berdasar pada hadis Abdullah bin Zaid bin 'Ashim dalam sifat wudhu yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
4)
"Dan memulai dengan permulaan kepalanya sehingga menjalankan kedua
tangannya sampai pada tengkuknya, kemudian mengembalikannya pada tempat
memulainya."
Hadis Abdullah ibn Zaid ibn 'Ashim yang menjelaskan sifat wudhu Rasulullah,
khususnya tentang tatacara membasuh kepala ada tiga versi. Versi pertama adalah seperti
yang ada di HPT, yaitu niemulai membasuh dari permulaan kepala dengan menjalankan
kedua tangan sampai tengkuk di bagian belakang, kemudian mengembalikannya pada
tempat semula. Hadis Abdullah ibn Zaid versi pertama ini diriwayatkan oleh Bukhari
(Sahih al-Bukhari, Wudhu: 179), Tirmidzi (Sunan, Thaharah: 30), Nasaiy (Sunan,
Thaharah: 96, 97), Abu Dawud (Sunan, Thaharah: 103), Ibn Majah (Sunan, Thaharah:
428), Ahmad ibn Hanbal (Musnad, 15836, 15843), dan Malik (Muwaththa', Thaharah:
29). Versi kedua, memulai dari tengkuk bagian belakang kepala dengan menjalankan
kedua tangan sampai bagian depan kepala, tanpa mengembalikannya. Versi ini
diriwayatkan oleh Bukhariy (Sahih al-Bukhariy, Wudhu: 192). Versi ketiga, seperti versi
pertama, tetapi tanpa mengembalikan tangan ke tempat semula. Versi ini diriwayatkan
oleh Bukhari (Sahih al-Bukhariy, Wudhu: 180, 184, 185, 190), dan Muslim (Sahih
Muslim, Thaharah: 346).
Hadis versi pertama rangkain rawinya adalah sebagai benkut:
1. Bukhari, 179: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Malik ibn Anas - Abdullah ibn Yusuf - Bukhari
2. Tirmidzi, 30: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya Malik ibn Anas - Ma'nu ibn Isa - Ishaq ibn Musa al-Ahshariy - Tirmidzi
3. Nasaiy, 96: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya Malik ibn Anas - Ibn al-Qasim - al-Haris ibn Miskin dan Muhammad ibn Salamah Nasaiy
4. Nasaiy, 97: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya Malik ibn Anas - 'Utbah ibn Abdillah - Nasaiy
5. Abu Dawud, 103: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Abdullah ibn Maslamah - Abu Dawud
6. Ibn Majah, 428: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Muhammad ibn ldris asy-Syafi'iy - Hurmulah ibn Yahya dan alRabi' ibn Sulaiman - Ibn Majah
7. Ahmad, 15836: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Abdurrahman ibn al-Mahdiy
8. Ahmad, 15843: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn
Yahya - Malik ibn Anas - Abdurrazzak
Hadis versi kedua rangkaian rawinya adalah sebagai berikut:
- Bukhari, 192: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Sulaiman ibn Bilal - Khalid ibn Makhlad
Hadis versi ketiga rangkaian rawinya sebagai berikut:
1. Bukhari, 180: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umaiah) - 'Amr ibn Yahya
- Wuhaib - Musa - Bukhari
2. Bukhari, 184: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Khalid ibn 'Abdillah - Musaddad - Bukhari
3. Bukhari, 185: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Wuhaib - Sulaiman ibn Harb - Bukhari
4. Bukhari, 190: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- 'Abdul Aziz ibn Abi Salamah - Ahmad ibn Yunus - Bukhari
5. Muslim, 346: Abdullah ibn Zaid - Abihi (Yahya ibn Umarah) - 'Amr ibn Yahya
- Khalid ibn 'Abdillah - Muhammad ibn al-Shabbah.
Mencermati rangkaian rawi dari ketiga versi hadis riwayat 'Abdullah ibn Zaid
tampak bahwa ketiga-tiganya memiliki kesamaan dalam tiga rawi pertama, yaitu
Abdullah ibn Zaid, yang hadisnya diriwayatkan oleh Yahya ibn Umarah, yang kemudian
diriwayatkan oleh 'Amr ibn Yahya. Perbedaan baru muncul pada rawi yang keempat.
Versi pertama, rawi keempatnya hanya satu orang untuk semua jalur, yaitu Malik ibn
Anas. Pada versi kedua, rawi keempatnya juga satu orang, yaitu Sulaiman ibn Bilal.
Sedangkan pada versi ketiga, rawi keempatnya ada tiga orang, yaitu Wuhaib, Khalid ibn
'Abdillah, dan Abdul Azizi ibn Abi Salamah.
Apabila tiga rawi pertama dari semua versi orangnya adalah sama, maka bisa
dipastikan bahwa terjadinya perbedaan versi itu bukan pada Rasulullah atau pun pada
Abdullah ibn Zaid yang memperagakan cara berwudhunya Rasulullah, ataupun pada rawi
kedua atau pun ketiga. Perbedaan itu baru terjadi pada rawi keempat, di mana masingmasing versi memiliki rawi keempat masing-masing. Apabila terjadi seperti ini, maka
teori tarjihnya adalah, apabila ada hadis yang diriwayatkan oleh orang siqqah
bertentangan dengan riwayat orang siqqah lainnya, maka yang dimenangkan adalah hadis
yang diriwayatkan oleh orang yang lebih siqqah, atau orang siqqah yang jumlahnya lebih
banyak. Dengan demikian, menurut hemat penulis, hadis Abdullah ibn Zaid yang rajih
adalah versi ketiga, yaitu membasuh kepala dari permulaan kepala dengan menjalankan
kedua tangan sampai tengkuk di bagian belakang, tanpa mengembalikannya lagi ke
muka, karena rawi keempatnya ada tiga orang yang semuanya siqqah, sedangkan versi
yang lain rawi keempatnya masing-masing hanya satu orang walaupun juga siqqah.
Sedangkan hadis versi HPT yang membasuh dari depan ke belakang, kemudian
mengembalikan ke tempat semula, menurut hemat penulis adalah marjuh.
Sumber: SM-06-2002