Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

ANALISIS MOTIF KEPENTINGAN AKTOR PENYIMPANGAN
PEMANFAATAN RUANG ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH BERIRIGASI TEKNIS DI
KAWASAN DUSUN BESAR KOTA BENGKULU
INTEREST MOTIVE ANALYSIS ACTOR OF TRANSFER FUNCTION OF TECHNICAL
IRRIGATED RICE FIELD IN DUSUN BESAR AREA, BENGKULU
Alimansyah
Prodi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu
Jl. WR. Supratman, Kandang Limun. Telp: (0736) 21170
Email: alimansyah79@yahoo.co.id

ABSTRACT
Dusun Besar area is agriculture rice cultivation field area which irrigated technically from Dendam Tak
Sudah Lake. This area protected by Constituition, but actually many of space in this area does not comply with
destining, such as deviations field use into houses, swallow nest, or shops. This research aims to analysize
interest motive actor of transfer function of technical irrigated rice field in dusun besar area which use
descriptive research and cualitative approach. This study showed that Dusun Besar Area is a suistainable food
land area which irrigated technically and protected by Constitution.The interest motive actor that caused the
space deviation are caused by economy reason of farmer, the field owner or the buyer. But, undirectly this space
deviation is caused administration politics in Bengkulu. The result of this research suggested to arrange the law
of agriculture field protection which application of the Act number 41 2009. .
Key words:interest motive, actor, space deviation, Dendam Tak Sudah Lake


PENDAHULUAN
Pembangunan nasional yang berkelanjutan (sustainable) antar sektor dan selaras dengan
penataan ruang yang ada, saat ini masih banyak terganjal oleh berbagai permasalahan nasional
maupun di daerah. Menurut Ernawi (2008;2), “Masih banyak terjadi inkonsistensi kebijakan terhadap

penataan ruang dan kelemahan dalam pengendalian ruang yang tidak sesuai dengan pemanfaatan
ruang sehingga terjadi penyimpangan seperti alih fungsi lahan sawah’’. Fakta-fakta permasalahan
penataan ruang secara nasional, sejalan dengan beberapa permasalahan penataan ruang yang terjadi
juga di daerah seperti di kota Bengkulu yaitu terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang berupa
alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis di kawasan Danau Dusun Besar kota Bengkulu.
Penyimpangan Pemanfaatan Ruang berupa alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis ini seperti
adanya lahan sawah beririgasi teknis yang berubah fungsi untuk bangunan Rumah permukiman,
Rumah toko, Sarang walet dan Kolam Ikan Rakyat Bengkulu (2010). Hal ini jelas berdampak pada
menurunnya luas lahan sawah tanam/tahun akibat terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis
yang terus berlanjut. Berdasarkan hasil investigasi Berita Harian Rakyat Bengkulu (2010) menyatakan
bahwa sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 terjadi penciutan lahan sawah beririgasi teknis di Dusun
Besar seluas 9,52 % atau sekitar 10 hektar yang telah beralih fungsi dari sebelumnya yaitu lahan
sawah. Hal ini menyebabkan jumlah panen per tahun dan produksi padi oleh petani semakin
menurun.

Menurut data dinas Pertanian dan Peternakan kota Bengkulu (2010) menunjukkan bahwa
“Telah terjadi penurunan produksi padi yang cukup drastis dari tahun 2006 s/d 2009 yaitu dari 13.335
ton/tahun menjadi 9.078 ton/tahun” menurunnya hasil produksi berimbas pada ketahanan pangan di
kota Bengkulu secara khusus dan Indonesia pada umunya. Selain itu berdampak juga pada
pendapatan petani yang semakin menurun sedangkan harga beras yang semakin meningkat yang
dirasakan masyarakat akibat harus mengimpor beras dari daerah atau negara lain.
Pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat sering menimbulkan masalah karena setiap pihak
berusaha mengutamakan kepentingan masing-masing. Hal inilah yang mendasari aktor atau pelaku
yang terlibat dan mempunyai kepentingan (interest) tersebut untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga terjadi sebuah penyimpangan pemanfaatan ruang dalam penataan ruang seperti alih fungsi
lahan sawah beririgasi teknis. Namun pada dasarnya penyimpangan pemanfaatan ruang dalam
penataan ruang tidak dapat berdiri sendiri. Hal ini menurut Ahab (2009) “Dalam Penataan Ruang
terdapat banyak kepentingan yang berhubungan baik Unit-unit Pemerintahan, Kelompok
Kepentingan, Partai politik, Kelompok penekan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan sebagainya, mulai

dari perencanaan, pemanfataan dan pengendalian ruang”. Sehingga lebih lanjut dinyatakan bahwa
pada hakekatnya penataan ruang merupakan hasil konsiliasi dari berbagai kepentingan ( interest)
yang ada dalam masyarakat terlepas ada yang menyimpang atau tidak.
Berdasarkan pendapat diatas terlepas menyimpang atau tidaknya pemanfaatan ruang dalam
penataan ruang, bahwa sedari awal motif kepentingan diantara masing-masing kelompok sudah ada.

Namun dari berbagai aktor kepentingan yang ada secara garis besar menurut Ahab (2009) ada 2
(dua) faktor yang melatarbelakangi motif kepentingan dalam penataan ruang sehingga dapat
mengarah pada penyimpangan pemanfaatan ruang tersebut, yaitu: Pertama, Motif politik dan Kedua,
Motif ekonomi. Tetapi kedua motif diatas kadangkala saling berkaitan sehingga dapat dikatakan
menjadi motif kepentingan politik ekonomi. Dengan demikian sangatlah menarik untuk diteliti tentang
motif kepentingan aktor penyimpangan pemanfaatan ruang terhadap alih fungsi lahan sawah
beririgasi teknis di Kawasan Dusun Besar Kota Bengkulu
Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana motif kepentingan aktor penyimpangan pemanfaatan ruang terhadap alih fungsi lahan
sawah beririgasi teknis di kawasan dusun besar kota bengkulu?”. Dengan demikian tujuan penelitian
ini adalah untuk menjawab pertanyaan utama diatas.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, fokus
penelitian adalah untuk menganalisis motif kepentingan aktor penyimpangan pemanfaatan ruang
terhadap Alih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi Teknis Di Kawasan Danau Dusun Besar Kota Bengkulu.
Teknik yang digunakan dalam penentuan informan yaitu purposive sampling, maka peneliti menggali
data pada Pemerintah Daerah melalui Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) yang berwenang,
petani, LSM dan seluruh pihak terkait yang intens menyoroti masalah alih fungsi lahan di Kawasan

Danau Dusun Besar secara representatif dan proporsional. Adapun sumber data dalam penelitian ini
yaitu data primer dan data sekunder, untuk mengumpulkan data penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data melalui teknik observasi, teknik wawancara mendalam (deep interview) dan
dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah model analisis kualitatif, yang menurut Miles dan
Huberman (1992) terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu Reduksi Data, Penyajian Data ( Display Data)
dan Menarik Kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Tempat Penelitian
Kawasan Dusun Besar secara geografis terletak diantara 3 0 47’ 45” – 30 49’ 01” Lintang
Selatan dan 1020 18’ 07” – 1020 20’ 15” Bujur Timur. Bila dilihat dari tofografinya kawasan Dusun
Besar pada umumnya relatif datar sampai bergelombang dengan kemiringan atau kelerengan 0-8%,
sedangkan ketinggian dari permukaan laut rata-rata 15 meter, dan memiliki batas-batas wilayah
adminsitrastif pemerintahan yang termasuk dengan wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dan termasuk dengan kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Ratu
Agung.
b. Sebelah utara berbatasan dan termasuk dengan kecamatan Sungai Serut dan kecamatan Muara
Bangkahulu.
c. Sebelah Timur berbatasan dan termasuk dengan kecamatan Gading Cempaka dan Karang Tinggi
serta kecamatan Talang empat (Kabupaten Bengkulu Tengah).

d. Sebelah selatan berbatasan dan termasuk dengan kecamatan Gading Cempaka dan kecamatan
Selebar.
Kawasan Dusun Besar tersebut dikelilingi oleh 8 (Delapan) desa atau kelurahan penyangga
yang dihuni oleh hampir menyeluruh oleh masyarakat adat suku Lembak yang sudah sejak dahulu
atau sekitar 500 (lima ratus) tahun yang lalu telah berdomisili dan berinteraksi secara simbiosis
mutualisme dengan ekosistem Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) atau Danau Dusun Besar, budidaya
pertanian lahan basah berupa lahan sawah beririgasi teknis yang bersumber dari buangan air Danau
Dendam Tak Sudah yang mengairi luas sawah pada awalnya seluas ± 700 ha. Penetapan lahan
pertanian berupa sawah beririgasi teknis dikawasan Danau Dusun Besar ini dikarenakan disesuaikan
dengan kondisi kesesuaian lahan yang didalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Bengkulu
merupakan wilayah kesesuaian lahan III (tiga) adalah lahan yang memiliki kestabilan tinggi sampai

dengan sedang dimana penggunaan lahannya diperuntukkan untuk sawah yang harus dipertahankan
kecuali bila keadaan memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipertahankan sebagai lahan
pertanian pangan berupa sawah.
Sedangkan potensi-potensi yang terdapat di Kawasan Danau Dusun Besar menurut
UY/yayasan Lembak (2009), dari hasil analisis yang telah dilakukan secara menyeluruh yaitu
terdapat: Potensi Ekologi, Potensi Ekonomi, Potensi Sosial dan Potensi Identitas Budaya. Berdasarkan
beberapa analisa tentang potensi-potensi yang ada di kawasan Danau Dusun Besar kota Bengkulu,
potensi-potensi tersebut akan terus berkurang bahkan hilang apabila alih fungsi lahan sawah

beririgasi teknis terus saja terjadi, oleh sebab itu perlindungan terhadap lahan sawah beririgasi teknis
dan penegakan peraturan tentang kawasan Danau Dusun Besar sangat diperlukan untuk
mempertahankan dan menjaga kawasan ini agar bisa diperuntukkan sesuai dengan fungsinya di
dalam RTRW kota Bengkulu sesuai dengan potensi yang ada.
Hal ini mengingat bahwa lahan pertanian produktif merupakan aset penting dalam
pembangunan pertanian karena hal ini didasarkan atas dua hal yaitu besarnya biaya investasi yang
harus dikeluarkan dalam bentuk sarana dan prasarana irigasi dan pencetakan sawah baru serta
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membuat sawah baru hingga terbentuknya lahan sawah
dengan tingkat produktivitas yang tinggi (Catur et al., 2010).

Motif Kepentingan Aktor Penyimpangan Pemanfaatan Ruang
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan tentang motif kepentingan
aktor dan penyebab Alih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi Teknis di kawasan Dusun Besarkota Bengkulu
sebagian besar dipicu oleh faktor ekonomi yaitu antara untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi petani
dan penguasaan modal bagi pembeli sawah (Pemilik modal). Untuk mengetahui lebih jelas tentang
latar belakang motif kepentingan aktor dan apa penyebab Alih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi Teknis
di kawasan Danau Dusun Besar, dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Motif Kepentingan & PenyebabAlih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi Teknis di kawasan Danau Dusun
Besar.


No

Peran Aktor Alih
Fungsi Lahan
Sawah Beririgasi
Teknis Danau
Dusun Besar

Aktor

Motif Kepentingan
Alih Fungsi Lahan
Sawah Beririgasi
Teknis

Penyebab Alih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi
Teknis
-

EKONOMI


Pemilik
Sawah
Awal

1

- Kebutuhan
hidup yang
semakin
meningkat
- Petani miskin
(Tidak berdaya)

-

Aktor Alih Fungsi
Secara
Langsung
Pemilik

Sawah
Setelah
Berpindah
Tangan
(Pembeli
Lahan)

EKONOMI
- Investasi
- Pengembangan
Usaha
- Kepemilikan
lahan atau
Penguasaan
modal

-

-


Air irigasi tidak lancar sehingga produksi
padi tidak maksimal lagi.
Bertanam padi tidak kompetitif
dibandingkan dengan usaha lain
Biaya produksi tinggi
Pembinaan (insentif) dan perhatian
terhadap petani masih rendah
Harga lahan yang meningkat dari para
spekulan tanah
Kurang pemahaman pentingnya
mempertahankan lahan sawah dan dampak
dari alih fungsi lahan sawah ke nonpertanian.
Pertumbuhan punduduk yang semakin
meningkat.
Lahan yang semakin terbatas.
Pertumbuhan ekonomi.
Kurang pemahaman pentingnya
mempertahankan lahan sawah dan dampak
dari alih fungsi lahan sawah ke nonpertanian.
Persaingan kepemilikan lahan.


Pembuat
kebijakan
daerah
(Eksekutif &
Legeslatif)

2

Aktor Alih Fungsi
Secara Tidak
Langsung

Satuan Kerja
Perangkat
Daera h
(SKPD) yang
berwenang
dan
berkaitan
Aparat
Penegak
Hukum

Politik
AdministrasiPemer
intahan Daerah
Kota Bengkulu

- Kelalaian dalam pembuatan kebijakan
RTRW.
- Lemahnya pengawasan, dengan adanya
pembiaran bangunan diatas irigasi dan
lahan sawah.
- Lemahnya Pengendalian dengan adanya
Pemberian izin (bangunan,usaha) dilahan
sawah irigási teknis.
- Pembinaan & Perlindungan terhadap petani
masih rendah.
- Adanya pembangunan irigasi sekunder baru
yang tidak sesuai keinginan petani karena
berfungsi sebagai drainase di areal sawah
tadah hujan.
- Data laporan penggunaan lahan ke
pemerintah dengan luas sawah yang tetap
walaupun ada alih fungsi lahan sawah ke
non sawah.
- Penertiban dan penegakan hukum yang
tidak tegas.

Sumber : Hasil analisis penelitian (2011).

Berdasarkan Tabel 1diketahui bahwa alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis yang dilakukan
oleh aktor secara langsung yaitu pemilik lahan sawah awal yang mempunyai latar belakang motif
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak, sehingga petani pemilik sawah
awal melepas kepemilikan dengan menjual sawahnya atau mengalihfungsikan sendiri hal ini terjadi
karena petani pemilik sawah awal tidak berdaya dengan kondisi yang ada yang mereka alami dengan
minimnya pembinaan dan perlindungan bagi mereka terutama dari pemerintah daerah melalui dinas
pertanian dan peternakan kota Bengkulu.
Sedangkan alih fungsi yang dilakukan oleh aktor Pemilik Sawah Pembeli (Pemilik modal)
yaitu dominan dilatarbelakangi oleh motif kepentingan ekonomi yaitu penguasaan modal seperti
investasi, pengembangan usaha atau perdagangan. Dalam hal ini sangat jelas terlihat bahwa pelaku
alih fungsi yang merubah fungsi pertanian (sawah) ke fungsi non pertanian (selain sawah) adalah
Pemilik Sawah Setelah Berpindah Tangan (Pembeli Lahan) yang mempunyai kepentingan dalam
penguasaan modal. Sebagaimana menurut IH yang menyampaikan bahwa :

“Alih fungsi kebanyakan dilakukan oleh pemilik sawah pembeli, mereka kebanyakan orang berduit
atau pengusaha, karena untuk membangun dilahan sawah perlu ditimbun terlebih dahulu yang
membutuhkan dana besar untuk memindahkan atau mengambil tanah dari tempat lain, hal ini
terbukti dari bangunan yang ada dibuat ruko untuk usaha material (penjualan bahan bangunan),
rumah makan bahkan ada kabarnya mau dibuat untuk hotel”.

Dengan demikian alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis terjadi kebanyakan dilakukan oleh
aktor secara langsung yaitu pemilik sawah pembeli yaitu pihak pemilik modal yang mempunyai
kepentingan ekonomi berupa penguasaan modal untuk perluasan usaha yang sebenarnya
menyimpang dari aturan pemanfaatan ruang dalam RTRW kota Bengkulu. Hal ini sejalan dengan
penelitian Suputra et al. (2012) yang menyatakan bahwa alih fungsi lahan sawah di Bali juga
dominan dilakukan oleh pemilik lahan namun bukan karena alasan faktor ekonomi melainkan karena
factor penggusuran karena kepadatan penduduk yang terus meningkat dan memerlukan tempat
tinggal.
Adapun motif kepentingan aktor alih fungsi secara tidak langsung dari hasil penelitan
menunjukkan bahwa adanya upaya untuk mengarahkan dan mendorong untuk terjadinya alih fungsi
lahan sawah beririgasi teknis di kawasan Danau Dusun Besar, hal ini dengan adanya kelalaian dalam
pembuatan kebijakan RTRW yang baru, selain itu pembinaan dan perlindungan terhadap petani yang
masih rendah dan luas sawah yang terjadi alih fungsi seperti tidak ada yang berubah karena luas
sawah yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS) dikawasan Danau Dusun Besar selama 5 (lima) tahun
terakhir hanya 1 (satu) hektar yang beralih fungsi walaupun sebenarnya faktanya lebih dari itu.

Hal ini menurut hasil wawancara dengan salah satu informan Sy (2011) dari Dinas Pertanian
dan Peternakan kota Bengkulu yang menyatakan bahwa :

“Data luas sawah yang dilaporkan ke BPS yang juga ke pemerintah pusat memang tidak ada yang
berkurang, sama dari tahun-tahun sebelumnya yaitu ± 700 hektar, karena kalau berkurang maka
akan mengurangi kegiatan ataupun bantuan program serta turunya anggaran dari pusat”.
Berdasarkan data diatas dalam hal ini terjadi manipulasi data lahan pertanian di kawasan Danau
Dusun Besar yang menggambarkan seolah-olah luas sawah masih seluas 700 hektar walaupun telah
terjadi alih fungsi.
Selain itu pengendalian ruang melalui perizinan dan penegakan hukum yang seharusnya
dapat berjalan efektif ternyata belum berjalan sesuai dengan peraturan yang ada, seperti adanya izin
usaha dan izin bangunan yang ada dikawasan Danau Dusun Besar walaupun secara kelembagaan
dinas Tata kota dan Pengawasan Bangunan tidak pernah mengakui secara kelembagaan dan
menyatakan bahwa apabila ada izin yang dikeluarkan oleh dinas maka itu dilakukan oleh oknum
perizinan sehingga izin mendirikan bangunan yang keluar adalah illegal dan oknum yang melakukan
hanya diberi sanksi ringan seperti dimutasikan ke dinas atau instansi yang lain.
Dari pemaparan dan penjelasan hasil penelitian diatas, maka motif ekonomi yang sangat
dominan terasa terutama oleh aktor alih fungsi lahan sawah secara langsung yaitu pemilik sawah
awal dan pembeli sawah yang mengalih fungsikan lahan sawahnya. Sedangkan motif kepentingan
aktor secara tidak langsung mempunyai peran secara tidak langsung baik dalam Perecanaan ruang
yang terjadi kelalaian tentang ketepatan waktu penetapan Perda RT/RW, dan adanya inkonsistensi
terhadap peraturan yang ada yang berkaitan dengan alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis di
kawasan Danau Dusun Besar kota Bengkulu dengan demikian peneliti melihat adanya indikasi
kepentingan oleh aktor secara tidak langsung yaitu adanya politik administrasi yang dilakukan oleh
pemerintahan daerah kota Bengkulu.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa motif Kepentingan yang menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis di kawasan Danau Dusun Besar, didominasi oleh
kepentingan ekonomi baik aktor pemilik sawah awal (petani) pembeli sawah (pemilik modal),
sedangkan secara tidak langsung alih fungsi lahan di kawasan danau dusun besar lebih kepada
dinamika politik administrasi di kota Bengkulu. Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti memberikan
saran sebagai berikut: Pertama. Agar dilakukan pengembalian fungsi kawasan lahan pangan
berkelanjutan di kawasan danau dusun besar oleh berbagai pihak yang berwenang dan
berkepentingan. Kedua. Agar adanya PERDA tentang Perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan sebagai turunan dari UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. Ketiga. Agar semua pihak bisa melaksanakan kewenangannya masing-masing
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan baik
secara vertikal maupun secara horizontal.

DAFTAR PUSTAKA
Ahab, Peter Heyn. 2009. “Penataan Ruang dan Implikasinya terhadap Peningkatan Ekonomi masyarakat di
Kecamatan Kupang Timur”. Tesis Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta. Prodi Ilmu Politik. Universitas Gadjah
Mada.
Catur, TB., Purwanto, J., Uchyani, R., F dan Susi, W.A. 2010. Dampak alih fungsi lahan pertanian ke sektor non
pertanian Terhadap ketersediaan beras di kabupaten klaten Provinsi jawa tengah. J.Caraka Tani Vol. 25
(1):38-42.
Ernawi S, Imam. 2008. “Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 Dalam Rangka
Penyelenggaraan Infrastruktur Pekerjaan Umum”. Jakarta. Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan
Umum.
Laporan Tahunan Penggunaan Lahan Dinas Pertanian & Peternakan kota Bengkulu 2006-2010.
Miles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael. 1992. “Analisa Data Kualitatif ”. (Terjemahan Tjetjep Rohidi).
Jakarta. UI Press.
Rakyat Bengkulu, 8 Oktober 2010.
Suputra, D.W.A., Ambarawati, I.G.A.A., Tenaya, I.M.N. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi Alih fungsi
lahan. Studi Kasus di Subak Daksina, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. EJournal Agribisnis dan Agrowisata Vol 1 (1):61-68.
Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.