kisah 1001 malam abu nawas

1

Abunawas - Sang Penggeli Hati

MB. Rahimsyah

Kat a Pengant ar

Nama Abu Nawas begit u populernya sehingga cerit a-cerit a yang mengandung
humor banyak yang dinisbat kan berasal dari Abu Nawas.

Tokoh semacam Abu Nawas yang mampu mengat asi berbagai persoalan rumit
dengan st yle humor at au bahkan humor polit is t emyat a j uga t idak hanya ada di
negeri Baghdad. Kit a mengenal Syekh Juha yang hampir sama piawainya dengan
Abu Nawas j uga Nasaruddin Hoj a sang suf i yang lucu namun cerdas. Kit a j uga
mengenal Kabayari di Jawa Barat yang konyol namun t emyat a j uga cerdas.

Abu Nawas! Set elah mat i pun masih bisa membuat orang t ert awa. Di depan
makamnya ada pint u gerbang yang t erkunci dengan gembok besar sekali.
Namun di kanan kiri pint u gerbang it u pagarnya bolong sehingga orang bisa
leluasa masuk unt uk berziarah ke makamnya. Apa maksudnya dia berbuat

demikian. Mungkin it u adalah simbol wat ak Abu Nawas yang sepert inya t ert ut up

2

namun sebenarnya t erbuka, ada sesuat u yang mist eri pada diri Abu Nawas, ia
sepert inya bukan orang biasa, bahkan ada yang meyakini bahwa dari
kesederhanaannya ia adalah seorang guru suf i namun ia t et ap dekat dengan
rakyat j elat a bahkan konsis membel a mereka yang lemah dan t ert indas.

Begit u banyak cerit a lain yang diadopsi menj adi Kisah Abu Nawas sehingga
kadang-kadang cerit a t ersebut nggak masuk akal bahkan t erlalu menyakit kan
orang t imur, saya curiga j angan-j angan cerit a-cerit a Abu Nawas yang sangat
aneh it u sengaj a dicipt akan oleh kaum orient alis unt uk menj elek-j elekkan
masyarakat Islam. Karena it u membaca cerit a Abu Nawas kit a harus krit is dan
waspada.

Daf t ar Isi
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pesan Bagi Para Hakim
Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi
Membalas Perbuat an Raj a
Mengecoh Raj a
Debat Kusir Tent ang Ayam
Mengecoh Monyet Sirkus
Pekerj aan Yang Must ahil
Bot ol Aj aib
Ibu Sej at i

3

10. Hadiah Bagi Tebakan Jit u

11. Pint u Akhirat
12. Tet ap Bisa Cari Solusi
13. Menipu Tuhan
14. Raj a Dij adikan Budak
15. Abu Nawas Mat i
16. Taruhan Yang Berbahaya
17. Ket enangan Hat i
18. Manusia Bert elur
19. Peringat an Aneh
20. Asmara Memang Aneh
21. Cara Memilih Jalan
22. St rat egi Maling
23. Menj ebak Pencuri
24. Tipu dibalas Tipu
25. Tugas Yang Must ahil
26. Orang-orang Kanibal
27. Lolos Dari Maut

4


Pesan Bagi Para Hakim
Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun j uga dianggap ulama
besar ini— suf i, t okoh super lucu yang t iada bandingnya ini aslinya orang Persia
yang dilahirkan pada t ahun 750 M di Ahwaz meninggal pada t ahun 819 M di
Baghdad. Set elah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kuf a. Di sana ia belaj ar
bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir.
Karena pergaulannya it u ia mahir bahasa Arab dan adat ist iadat dan kegemaran
orang Arab", la j uga pandai bersyair, berpant un dan menyanyi. la sempat
pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya
menghambakan diri kepada Sult an Harun Al Rasyid Raj a Baghdad.
Mari kit a mulai kisah penggeli hat i ini. Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu
Keraj aan Baghdad bernama Maulana. Pada suat u hari bapaknya Abu Nawas yang
sudah t ua it u sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.
Abu Nawas dipanggil ke ist ana. la diperint ah Sult an (Raj a) unt uk mengubur
j enazah bapaknya it u sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan
Abu Nawas hampir t iada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai t at acara
memandikan j enazah hi ngga mengkaf ani, menyalat i dan mendo'akannya, maka
Sult an bermaksud mengangkat Abu Nawas menj adi Kadi at au penghulu
menggant ikan kedudukan bapaknya.
Namun. . . demi mendengar rencana sang Sult an.

Tiba-t iba saj a Abu Nawas yang cerdas it u t iba-t iba nampak berubah menj adi
gila.
Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil bat ang sepot ong
bat ang pisang dan diperlakukannya sepert i kuda, ia menunggang kuda dari bat ang pisang it u sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuj u rumahnya.
Orang yang melihat menj adi t erheran-heran dibuat nya.

5

Pada hari yang lain ia mengaj ak anak-anak kecil dalam j umlah yang cukup
banyak unt uk pergi ke makam bapaknya. Dan di at as makam bapaknya it u ia
mengaj ak anak-anak bermain rebana dan bersuka cit a.
Kini semua orang semakin heran at as kelakuan Abu Nawas it u, mereka
menganggap Abu Nawas sudah menj adi gila karena dit inggal mat i oleh
bapaknya.
Pada suat u hari ada beberapa orang ut usan dari Sult an Harun Al Rasyid dat ang
menemui Abu Nawas.
"Hai Abu Nawas kau dipanggil Sult an unt uk menghadap ke ist ana. " kat a wazir
ut usan Sult an.
"Buat apa sult an memanggilku, aku t idak ada keperluan dengannya. "j awab Abu
Nawas dengan ent engnya sepert i t anpa beban.

"Hai Abu Nawas kau t idak boleh berkat a sepert i it u kepada raj amu. "
"Hai wazir, kau j angan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan
di sungai supaya bersih dan segar. " kat a Abu Nawas sambil menyodorkan
sebat ang pohon pisang yang dij adikan kuda-kudaan.
Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
"Abu Nawas kau mau apa t idak menghadap Sult an?" kat a wazir
"Kat akan kepada raj amu, aku sudah t ahu maka aku t idak mau. " kat a Abu
Nawas.
"Apa maksudnya Abu Nawas?" t anya wazir dengan rasa penasaran.

6

"Sudah pergi sana, bilang saj a begit u kepada raj amu. " sergah Abu Nawas
sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan t eman-t emannya.
Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan
keadaan Abu Nawas yang sepert i t ak waras it u kepada Sult an Harun Al Rasyid.
Dengan geram Sult an berkat a, "Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu
Nawas kemari saj a t ak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia
kemari dengan suka rela at aupun t erpaksa. "
Si wazir segera mengaj ak beberapa praj urit ist ana. Dan dengan paksa Abu

Nawas di hadirkan di hadapan raj a.
Namun lagi-lagi di depan raj a Abu Nawas berlagak pilon bahkan t ingkahnya
ugal-ugalan t ak selayaknya berada di hadapan seorang raj a.
"Abu Nawas bersikaplah sopan! " t egur Baginda.
"Ya Baginda, t ahukah Anda. . . . ?"
"Apa Abu Nawas. . . ?"
"Baginda. . . t erasi it u asalnya dari udang ! "
"Kurang aj ar kau menghinaku Nawas ! "
"Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari t erasi?"
Baginda merasa dilecehkan, ia naik pit am dan segera memberi perint ah kepada
para pengawalnya. "Haj ar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali"

7

Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering it u akhirnya lemas t ak berdaya dipukuli
t ent ara yang bert ubuh kekar.
Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar ist ana. Ket ika sampai di pint u gerbang
kot a, ia dicegat oleh penj aga.
"Hai Abu Nawas! Tempo hari ket ika kau hendak masuk ke kot a ini kit a t elah
mengadakan perj anj ian. Masak kau lupa pada j anj imu it u? Jika engkau diberi

hadiah oleh Baginda maka engkau berkat a: Aku bagi dua; engkau sat u bagian,
aku sat u bagian. Nah, sekarang mana bagianku it u?"
"Hai penj aga pint u gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah
Baginda yang diberikan kepada t adi?"
"lya, t ent u it u kan sudah merupakan perj anj ian kit a?"
"Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya sat u bagian! "
"Wan t ernyat a kau baik hat i Abu Nawas. Memang harusnya begit u, kau kan
sudah sering menerima hadiah dari Baginda. "
Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebat ang kayu yang agak besar
lalu orang it u dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali. Tent u saj a orang it u
menj erit -j erit kesakit an dan menganggap Abu Nawas t elah menj adi gila.
Set elah penunggu gerbang kot a it u klenger Abu Nawas meninggalkannya begit u
saj a, ia t erus melangkah pulang ke rumahnya.
Sement ara it u si penj aga pint u gerbang mengadukan nasibnya kepada Sult an
Harun Al Rasyid.

8

"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba dat ang kemari
mengadukan Abu Nawas yang t eiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima

kali t anpa suat u kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda. "
Baginda segera memerint ahkan pengawal unt uk memanggil Abu Nawas. Set elah
Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia dit anya. "Hai Abu Nawas! Benarkah kau
t elah memukuli penunggu pint u gerbang kot a ini sebanyak dua puluh lima kali
pukulan?"
Berkat a Abu Nawas, "Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah
sepat ut nya dia menerima pukulan it u. "
"Apa maksudmu? Coba kau j elaskan sebab musababnya kau memukuli orang
it u?" t anya Baginda.
"Tuanku, "kat a Abu Nawas. "Hamba dan penunggu pint u gerbang ini t elah
mengadakan perj anj ian bahwa j ika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka
hadiah t ersebut akan dibagi dua. Sat u bagian unt uknya sat u bagian unt uk saya.
Nah pagi t adi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya
berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya. "
"Hai penunggu pint u gerbang, benarkah kau t elah mengadakan perj anj ian
sepert i it u dengan Abu Nawas?" t anya Baginda.
"Benar Tuanku, "j awab penunggu pint u gerbang.
"Tapi

hamba t iada mengira j ika Baginda memberikan hadiah pukulan. "


"Hahahahaha
IDasar t ukang peras, sekarang kena bat unya kau! "sahut
Baginda. "Abu Nawas t iada bersalah, bahkan sekarang aku t ahu bahwa penj aga
pint u gerbang kot a Baghdad adalah orang yang suka narget , suka memeras
orang! Kalau kau t idak merubah kelakuan burukmu it u sungguh aku akan
memecat dan menghukum kamu! "

9

"Ampun Tuanku, "sahut penj aga pint u gerbang dengan gemet ar.
Abu Nawas berkat a, "Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau ist irahat , t iba-t iba
diwaj ibkan hadir di t empat ini, padahal hamba t iada bersalah. Hamba mohon
gant i rugi. Sebab j at ah wakt u ist irahat hamba sudah hilang karena panggilan
Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari naf kah unt uk keluarga hamba. "
Sej enak Baginda melengak, t erkej ut at as prot es Abu Nawas, namun t iba-t iba ia
t ert awa t erbahak-bahak, "Hahahaha. . . j angan kuat ir Abu Nawas. "
Baginda kemudian memerint ahkan bendahara keraj aan memberikan sekant ong
uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hat i gembira.
Tet api sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan

semakin nyent rik sepert i orang gila sungguhan.
Pada suat u hari Raj a Harun Al Rasyid mengadakan rapat
ment erinya.

dengan para

"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai
kadi?"
Wazir at au perdana menet eri berkat a, "Melihat keadaan Abu Nawas yang
semakin parah ot aknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saj a
menj adi kadi. "
Ment eri-ment eri yang lain j uga mengut arakan pendapat yang sama.
"Tuanku, Abu Nawas t elah menj adi gila karena it u dia t ak layak menj adi kadi. "
"Baiklah, kit a t unggu dulu sampai dua puluh sat u hari, karena bapaknya baru
saj a mat i. Jika t idak sembuh-sembuh j uga bolehlah kit a mencari kadi yang lain
saj a. "

10

Set elah lewat sat u bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sult an Harun Al
Rasyid mengangkat orang lain menj adi kadi at au penghulu keraj aan Baghdad.
Konon dalam seuat u pert emuan besar ada seseorang bernama Polan yang sej ak
lama berambisi menj adi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekit ar Baginda
unt uk menyet uj ui j ika ia diangkat menj adi Kadi, maka t at kala ia mengaj ukan
dirinya menj adi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda
menyet uj uinya.
Begit u mendengar Polan diangkat menj adi kadi maka Abu Nawas mengucapkan
syukur kepada Tuhan.
"Alhamdulillah
aku t elah t erlepas dari balak yang mengerikan.
Tapi. , . . sayang sekali kenapa harus Polan yang menj adi Kadi, kenapa t idak yang
lain saj a. "
Mengapa Abu Nawas bersikap sepert i orang gila? Cerit anya begini:
Pada suat u hari ket ika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia
panggii Abu Nawas unt uk menghadap. Abu Nawas pun dat ang mendapat i
bapaknya yang sudah lemah lunglai.
Berkat a bapaknya, "Hai anakku, aku sudah hampir mat i. Sekarang ciumlah
t elinga kanan dan t elinga kiriku. "
Abu Nawas segera menurut i permint aan t erakhir bapaknya. la cium t elinga
kanan bapaknya, t ernyat a berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau
sangat busuk.
"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?"
"Benar Bapak! "

11

"Cerit akankan dengan sej uj urnya, baunya kedua t elingaku int . "
"Aduh Pak, sungguh mengherankan, t elinga Bapak yang sebelah kanan berbau
harum sekali. Tapi. . . yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?"
"Hai anakku Abu Nawas, t ahukah apa sebabnya bisa t erj adi begini?"
"Wahai bapakku, cobalah cerit akan kepada anakmu ini. "
Berkat a Syeikh Maulana "Pada suat u hari dat ang dua orang mengadukan
masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang
seorang lagi karena aku t ak suaka maka t ak kudengar pengaduannya. Inilah
resiko menj adi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menj adi Kadi maka kau akan
mengalami hai yang sama, namun j ika kau t idak suka menj adi Kadi maka
buat lah alasan yang masuk akal agar kau t idak dipilih sebagai Kadi oleh Sult an
Harun Al Rasyid. Tapi t ak bisa t idak Sult an Harun Al Rasyid past ilah t et ap
memilihmu sebagai Kadi. "
Nan, it ulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menj adi gila. Hanya unt uk
menghindarkan diri agar t idak diangkat menj adi kadi, seorang kadi at au
penghulu pada masa it u kedudukannya sepert i hakim yang memut us suat u
perkara. Walaupun Abu Nawas t idak menj adi Kadi namun dia sering diaj ak
konsult asi oleh sang Raj a unt uk memut us suat u perkara. Bahkan ia kerap kali
dipaksa dat ang ke ist ana hanya sekedar unt uk menj awab pert anyaan Baginda
Raj a yang aneh-aneh dan t idak masuk akal.
oo000oo

Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi
Pada suat u sore, ket ika Abu Nawas sedang mengaj ar murid-muridnya. Ada dua
orang t amu dat ang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanit a t ua penj ual
kahwa, sedang sat unya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.
12

Wanit a t ua it u berkat a beberapa pat ah kat a kemudian dit eruskan dengan si
pemuda Mesir. Set elah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh
murid-muridnya menut up kit ab mereka.
"Sekarang pulanglah kalian. Aj ak t eman-t eman kalian dat ang kepadaku pada
malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan mart il sert a
bat u. "

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begit u pat uh kepada Abu
Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kej ut an dan
berddf a di pihak yang benar.
Pada malam harimya mereka dat ang ke rumah Abu Nawas dengan membawa
peralat an yang dimint a oleh Abu Nawas.
Berkat a Abu Nawas, "Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini unt uk merusak
Tuan Kadi yang baru j adi. "
"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan.
"Apa? Kalian j angan ragu. Laksanakan saj a perint ah gurumu ini! " kat a Abu
Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu,
j angan kau perdulikan, t erus pecahkan saj a rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa
yang bert anya, kat akan saj a aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang
hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan bat u. "
Habis berkat a demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi.
Laksana demonst ran mereka bert eriak-t eriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.
Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih
ket ikat anpa basa-basi lagi mereka iangsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang kampung it u berusaha mencegah perbuat an mereka, namun karena j umlah

13

murid-murid Abu Nawas t erlalu banyak maka orang-orang kampung t ak berani
mencegah.
Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan
bert anya, "Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?"
Murid-murid it u menj awab, "Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami! "
Habis menj awab begit u mereka bukannya berhent i malah t erus menghancurkan
rumah Tuan Kadi hingga rumah it u roboh dan rat a dengan t anah.
Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena t idak orang yang berani membelanya
"Dasar Abu Nawas provokat or, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya
kepada Baginda. "
Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kej adian semalam sehingga Abu
Nawas dipanggil menghadap Baginda.

Set elah Abu Nawas menghadap Baginda, ia dit anya. "Hai Abu Nawas apa
sebabnya kau merusak rumah Kadi it u"
Abu Nawas menj awab, "Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliat u malam
hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya.
Sebab rumah it u t idak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus
lagi. Ya, karena mimpi it u maka hamba merusak rumah Tuan Kadi. "
Baginda berkat a, " Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah
perint ah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai it u?"
Dengan t enang Abu Nawas menj awab, "Hamba j uga memakai hukum Tuan Kadi
yang baru ini Tuanku. "

14

Mendengar perkat aan Abu Nawas seket ika waj ah Tuan Kadi menj adi pucat . la
t erdiam seribu bahasa.
"Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum sepert i it u?" t anya Baginda.
Tapi Tuan Kadi t iada menj awab, waj ahnya nampak pucat , t ubuhnya gemet aran
karena t akut .
"Abu Nawas! Jangan membuat ku pusing! Jelaskan kenapa ada perist iwa sepert i
ini ! " perint ah Baginda.
"Baiklah . . . . . . "Abu Nawas t et ap t enang. "Baginda. . . . beberapa hari yang lalu
ada seorang pemuda Mesir dat ang ke negeri Baghdad ini unt uk berdagang
sambil membawa hart a yang banyak sekali. Pada suat u malam ia bermimpi
kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini
hanya mimpi Baginda. Tet api Tuan Kadi yang mendengar kabar it u langsung
mendat angi si pemuda Mesir dan memint a mahar anaknya. Tent u saj a pemuda
Mesir it u t ak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah
t erlihat arogansi Tuan Kadi, ia t ernyat a merampas semua hart a benda milik
pemuda Mesir sehingga pemuda it u menj adi seorang pengemis gelandangan dan
akhirnya dit olong oleh wanit a t ua penj ual kahwa. "
Baginda t erkej ut mendengar penut uran Abu Nawas, t api masih belum percaya
serat us persen, maka ia memerint ahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda
Mesir. Pemuda Mesir it u memang sengaj a disuruh Abu Nawas menunggu di
depan ist ana, j adi mudah saj a bagi Abu Nawas memanggil pemuda it u ke
hadapan Baginda.

Berkat a Baginda Raj a, "Hai anak Mesir cerit akanlah hal-ihwal dirimu sej ak
engkau dat ang ke negeri ini. "

15

Ternyat a cerit a pemuda Mesir it u sama dengan cerit a Abu Nawas. Bahkan
pemuda it u j uga membawa saksi yait u Pak Tua pemilik t empat kost dia
menginap.
"Kurang aj ar! Ternyat a aku t elah mengangkat seorang Kadi yang bej ad
moralnya. "
Baginda sangat murka. Kadi yang baru it u dipecat dan seluruh hart a bendanya
dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.
Set elah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir it u dengan Abu Nawas
pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir it u hendak membalas kebaikan Abu Nawas.
Berkat a Abu Nawas, "Janganlah engkau memberiku
kepadaku. Aku t idak akan menerimanya sedikit pun j ua. "

barang

sesuat upun

Pemuda Mesir it u bet ul-bet ul mengagumi Abu Nawas. Ket ika ia kembali ke
negeri Mesir ia mencerit akan t ent ang kehebat an Abu Nawas it u kepada
penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menj adi sangat t erkenal.
oo000oo

Membalas Perbuatan Raj a

Abu Nawas hanya t ert unduk sedih mendengarkan penut uran ist rinya. Tadi pagi
beberapa pekerj a keraj aan at as t it an langsung Baginda Raj a membongkar
rumah dan t erus menggali t anpa bisa dicegah. Kat a mereka t adi malam Baginda
bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas t erpendam emas dan permat a
yang t ak t ernilai harganya. Tet api set elah mereka t erus menggali t ernyat a
emas dan permat a it u t idak dit emukan. Dan Baginda j uga t idak memint a maaf
kepada Abu Nawas. Apabila menggant i kerugian. inilah yang membuat Abu
Nawas memendam dendam.

16

Lama Abu Nawas memeras ot ak, namun belum j uga ia menemukan muslihat
unt uk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan oleh ist rinya t idak
dimakan karena naf su makannya lenyap. Malam pun t iba, namun Abu Nawas
t et ap t idak beranj ak. Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat -lalat mulai
menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. la t iba-t iba t ert awa riang.
"Tolong ambilkan kain penut up unt uk makananku dan sebat ang besi. " Abu
Nawas berkat a kepada ist rinya.
"Unt uk apa?" t anya ist rinya heran.
"Membalas Baginda Raj a. " kat a Abu Nawas singkat . Dengan muka berseri-seri
Abu Nawas berangkat menuj u ist ana. Set iba di ist ana Abu Nawas membungkuk
hormat dan berkat a,
"Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya unt uk mengadukan
perlakuan t amu-t amu yang t idak diundang. Mereka memasuki rumah hamba
t anpa ij in dari hamba dan berani memakan makanan hamba. "
"Siapakah t amu-t amu yang t idak diundang it u wahai Abu Nawas?" sergap
Baginda kasar.
"Lalat -lalat ini, Tuanku. " kat a Abu Nawas sambil membuka penut up piringnya.
"Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda j unj ungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang t idak adil ini. "
"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"
"Hamba hanya menginginkan ij in t ert ulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa
dengan leluasa menghukum lalat -lalat it u. " Baginda Raj a t idak bisa
mengelakkan diri menot ak permint aan Abu Nawas karena pada saat it u para
ment eri sedang berkumpul di ist ana. Maka dengan t erpaksa Baginda membuat
surat ij in yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat -lalat it u di
manapun mereka hinggap.

17

Tanpa menunggu perint ah Abu Nawas mulai mengusir lalat -lalat di piringnya
hingga mereka t erbang dan hinggap di sana sini. Dengan t ongkat besi yang
sudah sej ak t adi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengej ar dan
memukuli lalat -lalat it u. Ada yang hinggap di kaca.
Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca it u hingga hancur, kemudian vas
bunga yang indah, kemudian giliran pat ung hias sehingga sebagian dari ist ana
dan perabot annya remuk dit erj ang t ongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas
t idak merasa malu memukul lalat yang kebet ulan hinggap di t empayan Baginda
Raj a.
Baginda Raj a t idak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang
t elah dilakukan t erhadap Abu Nawas dan keluarganya. Dan set elah merasa
puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang
hancur. Bukan hanya it u saj a, Baginda j uga menanggung rasa malu. Kini ia
sadar bet apa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas
yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang it u t ernyat a bisa berubah
menj adi garang dan ganas sert a mampu membalas dendam t erhadap orang
yang mengusiknya.
Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Ist rinya past i sedang menunggu di
rumah unt uk mendengarkan cerit a apa yang dibawa dari ist ana.
oo000oo

Mengecoh Raj a
Sej ak perist iwa penghancuran barang-barang di ist ana oleh Abu Nawas yang
dilegalisir oleh Baginda, sej ak saat it u pula Baginda ingin menangkap Abu
Nawas unt uk dij ebloskan ke penj ara.
Sudah menj adi hukum bagi siapa saj a yang t idak sanggup melaksanakan t it ah
Baginda, maka t ak disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman. Baginda t ahu
18

Abu Nawas amat t akut kepada beruang. Suat u hari Baginda memerint ahkan
praj urit nya menj emput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda
Raj a Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa t akut dan gemet ar
t et api ia t idak berani menolak perint ah Baginda.
Dalam perj alanan menuj u ke hut an, t iba-t iba cuaca yang cerah berubah
menj adi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat
Abu Nawas mendekat i Baginda.
"Tahukah mengapa engkau aku panggil?" t anya Baginda t anpa sedikit pun
senyum di waj ahnya.
"Ampun Tuanku, hamba belum t ahu. " kat a Abu Nawas.
"Kau past i t ahu bahwa sebent ar lagi akan t urun huj an. Hut an masih j auh dari
sini. Kau kuberi kuda yang lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku
akan menunggang kuda yang cepat . Nant i pada wakt u sant ap siang kit a
berkumpul di t empat perist irahat anku. Bila huj an t urun kit a harus
menghindarinya dengan cara kit a masing-masing agar pakaian kit a t et ap kering.
Sekarang kit a berpencar. " Baginda menj elaskan.
Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu Nawas kini t ahu
Baginda akan menj ebaknya. la harus mancari akal. Dan ket ika Abu Nawas
sedang berpikir, t iba-t iba huj an t urun.
Begit u huj an t urun Baginda dan rombongan segera memacu kuda unt uk
mencapai t empat perlindungan yang t erdekat . Tet api karena derasnya huj an,
Baginda dan para pengawalnya basah kuyup. Ket ika sant ap siang t iba Baginda
segera menuj u t empat perist irahat an. Belum sempat baj u Baginda dan para
pengawalnya kering, Abu Nawas dat ang dengan menunggang kuda yang lamban.
Baginda dan para pengawal t erperangah karena baj u Abu Nawas t idak basah.
Padahal dengan kuda yang paling cepat pun t idak bisa mencapai t empat
berlindung yang paling dekat .

19

Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yang cepat yang kemarin dit unggangi
Baginda Raj a. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kudakuda yang lamban. Set elah Abu Nawas dan rombongan keraj aan berpencar,
huj an pun t urun sepert i kemarin. Malah huj an hari ini lebih deras daripada
kemarin. Baginda dan pengawalnya langsung basah kuyup karena kuda yang
dit unggangi t idak bisa berlari dengan kencang.
Ket ika saat bersant ap siang t iba, Abu Nawas t iba di t empat perist irahat an lebih
dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas menunggu Baginda Raj a.
Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya t iba dengan pakaian yang
basah kuyup. Melihat Abu Nawas dengan pakaian yang t et ap kering Baginda j adi
penasaran. Beliau t idak sanggup lagi menahan keingint ahuan yang selama ini
disembunyikan.
"Terus t erang begaimana caranya menghindari huj an, wahai Abu Nawas. " t anya
Baginda.
"Mudah Tuanku yang mulia. " kat a Abu Nawas sambil t ersenyum.
"Sedangkan aku dengan kuda yang cepat t idak sanggup mencapai t empat
bert eduh t erdekat , apalagi dengan kuda yang lamban ini. " kat a Baginda.

"Hamba sebenarnya t idak melarikan diri dari huj an. Tet api begit u huj an t urun
hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipat nya, lalu
mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai huj an berhent i. " Diam-diam Baginda
Raj a mengakui kecerdikan Abu Nawas.
oo000oo

Debat Kusir Tentang Ayam
20

Melihat ayam bet inanya bert elur, Baginda t ersenyum. Beliau memanggil
pengawal agar mengumumkan kepada rakyat bahwa keraj aan mengadakan
sayembara unt uk umum. Sayembara it u berupa pert anyaan yang mudah t et api
memerlukan j awaban yang t epat dan masuk akal. Barangsiapa yang bisa
menj awab pert anyaan it u akan mendapat imbalan yang amat menggiurkan.
Sat u pundi penuh uang emas. Tet api bila t idak bisa menj awab maka hukuman
yang menj adi akibat nya.
Banyak rakyat yang ingin mengikut i sayembara it u t erut ama orang-orang
miskin. Beberapa dari mereka sampai menet eskan air liur. Mengingat berat nya
hukuman yang akan dij at uhkan maka t ak mengherankan bila pesert anya hanya
empat orang. Dan salah sat u dari para pesert a yang amat sedikit it u adalah Abu
Nawas.

At uran main sayembara it u ada dua. Pert ama, j awaban harus masuk akal.
Kedua, pesert a harus mampu menj awab sanggahan dari Baginda sendiri.
Pada hari yang t elah dit et apkan para pesert a sudah siap di depan panggung.
Baginda duduk di at as panggung. Beliau memanggil pesert a pert ama. Pesert a
pert ama maj u dengan t ubuh gemet ar. Baginda bert anya,
"Manakah yang lebih dahulu, t elur at au ayam?" "Telur. " j awab pesert a pert ama.
"Apa alasannya?" t anya Baginda.
"Bila ayam lebih dahulu it u t idak mungkin karena ayam berasal dari t elur. " kat a
pesert a pert ama menj elaskan.
"Kalau begit u siapa yang mengerami t elur it u?" sanggah Baginda. .
Pesert a pert ama pucat pasi. Waj ahnya mendadak berubah put ih sepert i kert as.
la t idak bisa menj awab. Tanpa ampun ia dimasukkan ke dalam penj ara.

21

Kemudian pesert a kedua maj u. la berkat a,
"Paduka yang mulia, sebenarnya t elur dan ayam t ercipt a dalam wakt u yang
bersamaan. "
"Bagaimana bisa bersamaan?" t anya Baginda.
"Bila ayam lebih dahulu it u t idak mungkin karena ayam berasal dari t elur. Bila
t eiur lebih dahulu it u j uga t idak mungkin karena t elur t idak bisa menet as t anpa
dierami. " kat a pesert a kedua dengan mant ap.
"Bukankah ayam bet ina bisa bert elur t anpa ayam j ant an?" sanggah Baginda
memoj okkan. Pesert a kedua bj ngung. la pun dij ebloskan ke dalam penj ara.

Lalu giliran pesert a ket iga. la berkat a;
"Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam t ercipt a lebih dahulu daripada t elur. "
"Sebut kan alasanmu. " kat a Baginda.

"Menurut hamba, yang pert ama t ercipt a adalah ayam bet ina. " kat a pesert a
ket iga meyakinkan.
"Lalu bagaimana ayam bet ina bisa beranak-pinak sepert i sekarang. Sedangkan
ayam j ant an t idak ada. " kat a Baginda memancing.
"Ayam bet ina bisa bert elur t anpa ayam j ant an. Telur dierami sendiri. Lalu
menet as dan menurunkan anak ayam j ant an. Kemudian menj adi ayam j ant an
dewasa dan mengawini induknya sendiri. " pesert a ket iga berusaha
menj elaskan.

22

"Bagaimana bila ayam bet ina mat i sebelum ayam j ant an yang sudah dewasa
sempat mengawininya?"
Pesert a ket iga pun t idak bisa menj awab sanggahan Baginda. la pun dimasukkan
ke penj ara.
Kini t iba giliran Abu Nawas. la berkat a, "Yang past i adalah t elur dulu, baru
ayam. "
"Coba t erangkan secara logis. " kat a Baginda ingin t ahu "Ayam bisa mengenal
t elur, sebaliknya t elur t idak mengenal ayam. " kat a Abu Nawas singkat .
Agak lama Baginda Raj a merenung. Kali ini Baginda t idak nyanggah alasan Abu
Nawas.
oo000oo

Mengecoh Monyet
Abu Nawas sedang berj alan-j alan sant ai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas
bert anya kepada seorang kawan yang kebet ulan berj umpa di t engah j alan.
"Ada kerumunan apa di sana?" t anya Abu Nawas.
"Pert unj ukkan keliling yang melibat kan monyet aj aib. "
"Apa maksudmu dengan monyet aj aib?" kat a Abu Nawas ingin t ahu.
"Monyet yang bisa mengert i bahasa manusia, dan yang lebih menakj ubkan
adalah monyet it u hanya mau t unduk kepada pemiliknya saj a. " kat a kawan Abu
Nawas menambahkan.
Abu Nawas makin t ert arik. la t idak t ahan unt uk menyaksikan kecerdikan dan
keaj aiban binat ang raksasa it u.

23

Kini Abu Nawas sudah berada di t engah kerumunan para penont on. Karena
begit u banyak penont on yang menyaksikan pert unj ukkan it u, sang pemilik
monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saj a
yang sanggup membuat monyet it u mengangguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diant ara para penont on mencoba maj u sat u persat u.
Mereka berupaya dengan beragam cara unt uk membuat monyet it u
mengangguk-angguk, t et api sia-sia. Monyet it u t et ap menggeleng-gelengkan
kepala.

Melihat kegigihan monyet it u Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maj u
unt uk mencoba. Set elah berhadapan dengan binat ang it u Abu Nawas bert anya,
"Tahukah engkau siapa aku?" Monyet it u menggeleng.
"Apakah engkau t idak t akut kepadaku?" t anya Abu Nawas lagi. Namun monyet
it u t et ap menggeleng.
"Apakah engkau t akut kepada t uanmu?" t anya Abu Nawas memancing. Monyet
it u mulai ragu.
"Bila engkau t et ap diam maka akan aku laporkan kepada t uanmu. " lanj ut Abu
Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet it u t erpaksa mengangguk-angguk.
At as keberhasilan Abu Nawas membuat monyet it u mengangguk-angguk maka ia
mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet
it u hingga ia memukuli binat ang yang malang it u. Pemilik monyet it u malu
bukan kepalang. Hari berikut nya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia
melat ih monyet nya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyet nya bila sampai bisa
dipancing penont on mengangguk-angguk t erut ama oleh Abu Nawas. Tak peduli
apapun pert anyaan yang diaj ukan.
24

Saat -saat yang dinant ikan t iba. Kini para penont on yang ingin mencoba, harus
sanggup membuat monyet it u menggeleng-gelengkan kepala. Maka sepert i hari
sebelumnya, banyak para penont on t idak sanggup memaksa monyet it u
menggeleng-gelengkan kepala. Set elah t idak ada lagi yang ingin mencobanya,
Abu Nawas maj u. la mengulang pert anyaan yang sama.
"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet it u mengangguk.
"Apakah engkau t idak t akut kepadaku?" Monyet it u t et ap mengangguk.

"Apakah engkau t idak t akut kepada t uanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet it u
t et ap mengangguk karena binat ang it u lebih t akut t erhadap ancaman t uannya
daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet it u t et ap mengangguk .
"Baiklah, bolehkah
mengangguk.

kugosokselangkangmu

dengan

balsam?"

Monyet

it u

Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binat ang it u. Tent u saj a monyet it u
merasa agak kepanasan dan mulai-panik.
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan
it u j uga berisi balsam.
"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan unt uk menggosok selangkangmu?"
Abu Nawas mulai mengancam. Monyet it u mulai ket akut an. Dan rupanya ia lupa
ancaman t uannya sehingga ia t erpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil
mundur beberapa langkah.

25

Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan
sayembara merunt uhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.
Ah, j angankan seekor monyet , manusia paling pandai saj a bisa dikecoh Abu
Nawas!
oo000oo

Pekerj aan Yang Must ahil

Baginda baru saj a membaca kit ab t ent ang kehebat an Raj a Sulaiman yang
mampu memerint ahkan, para j in memindahkan singgasana Rat u Bilqis di dekat
ist ananya. Baginda t iba-t iba merasa t ert arik. Hat inya mulai t ergelit ik unt uk
melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin ist ananya dipindahkan ke at as
gunung agar bisa lebih leluasa menikmat i pemandangan di sekit ar. Dan
bukankah hal it u t idak must ahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang
amat cerdik di negerinya.

Abu Nawas segera dipanggil unt uk menghadap Baginda Raj a Harun Al Rasyid.
Set elah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda,

"Sanggupkah engkau memindahkan ist anaku ke at as gunung agar aku lebih
leluasa melihat negeriku?" t anya Baginda.

26

Abu Nawas t idak langsung menj awab. la berpikir sej enak hingga keningnya
berkerut . Tidak mungkin menolak perint ah Baginda kecuali kalau memang ingin
dihukum.

Akhirnya Abu Nawas t erpaksa menyanggupi proyek raksasa it u. Ada sat u lagi
permint aan dari Baginda, pekerj aan it u harus selesai hanya dalam wakt u
sebulan.

Abu Nawas pulang dengan hat i masgul. Set iap malam ia hanya bert eman
dengan rembulan dan bint ang-bint ang. Hari-hari dilewat i dengan kegundahan.
Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari
ini. Tet api pada hari kesembilan ia t idak lagi merasa gundah gulana.

Keesokan harinya Abu Nawas menuj u ist ana. la menghadap Baginda unt uk
membahas pemindahan ist ana. Dengan senang hat i Baginda akan
mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

"Ampun Tuariku, hamba dat ang ke sini hanya unt uk mengaj ukan usul unt uk
memperlancar pekerj aan hamba nant i. " kat a Abu Nawas.

"Apa usul it u?"

27

"Hamba akan memindahkan ist ana Paduka yang mulia t epat pada Hari Raya Idul
Qurban yang kebet ulan hanya kurang dua puluh hari lagi. "

"Kalau hanya usulmu, baiklah. " kat a Baginda.

"Sat u lagi Baginda. . . . . " Abu Nawas menambahkan.

"Apa lagi?" t anya Baginda.

"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk unt uk
dibagikan langsung kepada para f akir miskin. " kat a Abu Nawas.

"Usulmu kut erima. " kat a Baginda menyet uj ui. Abu Nawas pulang dengan
perasaan riang gembira. Kini t idak ada lagi yang perlu dikhawat irkan. Toh nant i
bila wakt unya sudah t iba, ia past i akan dengan mudah memindahkan ist ana
Baginda Raj a. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar
samudera pun Abu Nawas sanggup.

Desas-desus mulai t ersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang
harap-harap cemas. Tet api sebagian besar rakyat merasa yakin at as
kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pernah gagal

28

melaksanakan t ugas-t ugas aneh yang dibebankan di at as pundaknya. Namun
ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini.

Saat -saat yang dinant i-nant ikan t iba. Rakyat berbondong-bondong menuj u
lapangan unt uk melakukan salat Hari Raya Idul Qurban. Dan seusai salat ,
sepuluh sapi sumbangan Baginda Raj a disembelih lalu dimasak kemudian segera
dibagikan kepada f akir miskin.

Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan t ugas berat it u. Abu Nawas
berj alan menuj u ist ana diikut i oleh rakyat . Sesampai di depan ist ana Abu
Nawas bert anya kepada Baginda Raj a,

"Ampun Tuanku yang mulia, apakah ist ana sudah t idak ada orangnya lagi?"

"Tidak ada. " j awab Baginda Raj a singkat .

Kemudian Abu Nawas berj alan beberapa langkah mendekat i ist ana. la berdiri
sambil memandangi ist ana. Abu Nawas berdiri memat ung seolah-olah ada yang
dit unggu. Benar. Baginda Raj a akhirnya t idak sabar.

"Abu Nawas, mengapa engkau belum j uga mengangkat ist anaku?" t anya Baginda
Raj a.

29

"Hamba sudah siap sej ak t adi Baginda. " kat a Abu Nawas.

"Apa maksudmu engkau sudah siap sej ak t adi? Kalau engkau sudah siap. Lalu
apa yang engkau t unggu?" t anya Baginda masih diliput i perasaan heran.

"Hamba menunggu ist ana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang
hadir unt uk dilet akkan di at as pundak hamba. Set elah it u hamba t ent u akan
memindahkan ist ana Paduka yang mulia ke at as gunung sesuai dengan t it ah
Paduka. "

Baginda Raj a Harun Al Rasyid t erpana. Beliau t idak menyangka Abu Nawas
masih bisa keluar dari lubang j arum.

oo000oo
Bot ol Aj aib

Tidak ada hent i-hent inya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu
memanggil Abu Nawas unt uk dij ebak dengan berbagai pert anyaan at au t ugas
yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas j uga dipanggil ke ist ana.

30

Set elah t iba di ist ana, Baginda Raj a menyambut Abu Nawas dengan sebuah
senyuman.

"Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut . Kat a t abib pribadiku, aku
kena serangan angin. " kat a Baginda Raj a memulai pembicaraan.

"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil. " t anya
Abu Nawas.

"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenj arakannya. "
kat a Baginda.

Abu Nawas hanya diam. Tak sepat ah kat a pun keluar dari mulut nya. la t idak
memikirkan bagaimana cara menangkap angin nant i t et api ia masih bingung
bagaimana cara membukt ikan bahwa yang dit angkap it u memang benar-benar
angin.

Karena angin t idak bisa dilihat . Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin.
Tidak sepert i halnya air walaupun t idak berwarna t et api masih bisa dilihat .
Sedangkan angin t idak.

31

Baginda hanya memberi Abu Nawas wakt u t idak lebih dari t iga hari. Abu Nawas
pulang membawa pekerj aan rumah dari Baginda Raj a. Namun Abu Nawas t idak
begit u sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan
merupakan suat u kebut uhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan t erbent ang
j alan keluar dari kesulit an yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia
yakin bisa menyumbangkan sesuat u kepada orang lain yang membut uhkan
t erut ama orang-orang miskin. Karena t idak j arang Abu Nawas menggondol
sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raj a at as kecerdikannya.

Tet api sudah dua hari ini Abu Nawas belum j uga mendapat akal unt uk
menangkap angin apalagi memenj arakannya. Sedangkan besok adalah hari
t erakhir yang t elah dit et apkan Baginda Raj a. Abu Nawas hampir put us asa. Abu
Nawas benar-benar t idak bisa t idur walau hanya sekej ap.

Mungkin sudah t akdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menj alani hukuman
karena gagal melaksanakan perint ah Baginda. la berj alan gont ai menuj u ist ana.
Di sela-sela kepasrahannya kepada t akdir ia ingat sesuat u, yait u Aladin dan
lampu wasiat nya.

"Bukankah j in it u t idak t erlihat ?" Abu Nawas bert anya kepada diri sendiri. la
berj ingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat
mungkin menyiapkan segala sesuat unya kemudian menuj u ist ana. Di pint u
gerbang ist ana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal
karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.

Dengan t idak sabar Baginda langsung bert anya kepada Abu Nawas.

32

"Sudahkah engkau berhasil memenj arakan angin, hai Abu Nawas?"

"Sudah Paduka yang mulia. " j awab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil
mengeluarkan bot ol yang sudah disumbat . Kemudian Abu Nawas menyerahkan
bot ol it u.

Baginda menimang-nimang bot ol it u.

"Mana angin it u, hai Abu Nawas?" t anya Baginda.

"Di dalam, Tuanku yang mulia. " j awab Abu Nawas penuh t akzim.

"Aku t ak melihat apa-apa. " kat a Baginda Raj a.

"Ampun Tuanku, memang angin t ak bisa dilihat , t et api bila Paduka ingin t ahu
angin, t ut up bot ol it u harus dibuka t erlebih dahulu. " kat a Abu Nawas
menj elaskan. Set elah t ut up bot ol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau
kent ut yang begit u menyengat hidung.

33

"Bau apa ini, hai Abu Nawas?! " t anya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang
mulia, t adi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam bot ol. Karena
hamba t akut angin yang hamba buang it u keluar maka hamba
memenj arakannya dengan cara menyumbat mulut bot ol. " kat a Abu Nawas
ket akut an.

Tet api Baginda t idak j adi marah karena penj elasan Abu Nawas memang masuk
akal. Dan unt uk kesekian kali Abu Nawas selamat .

oo000oo
Ibu Sej at i

Kisah ini mirip dengan kej adian pada masa Nabi Sulaiman ket ika masih muda.

Ent ah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang
sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulit an
memut uskan dan menent ukan perempuan yang mana sebenarnya yang menj adi
ibu bayi it u.

Karena kasus berlarut -larut , maka t erpaksa hakim menghadap Baginda Raj a
unt uk mint a bant uan. Baginda pun t urun t angan. Baginda memakai t akt ik
rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah
sat u, wanit a it u ada yang mau mengalah. Tet api kebij aksanaan Baginda Raj a

34

Harun Al Rasyid j ust ru membuat kedua perempuan makin mat i-mat ian saling
mengaku bahwa bayi it u adalah anaknya. Baginda berput us asa.

Mengingat t ak ada cara-cara lain lagi yang bisa dit erapkan Baginda memanggil
Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggant ikan hakim. Abu Nawas t idak mau
menj at uhkan put usan pada hari it u melainkan menunda sampai hari berikut nya.
Semua yang hadir yakin Abu Nawas past i sedang mencari akal sepert i yang
biasa dilakukan. Padahal penundaan it u hanya disebabkan algoj o t idak ada di
t empat .

Keesokan hari sidang pengadilan dit eruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algoj o
dengan pedang di t angan. Abu Nawas memerint ahkan agar bayi it u dilet akkan
di at as mej a.

"Apa yang akan kau perbuat t erhadap bayi it u?" kat a kedua perempuan it u
saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanj ut kan dialog.

"Sebelum saya mengambil t indakan apakah salah sat u dari kalian bersedia
mengalah dan menyerahkan bayi it u kepada yang memang berhak memilikinya?"

"Tidak, bayi it u adalah anakku. " kat a kedua perempuan it u serent ak.

35

"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi it u
dan t idak ada yang mau mengalah maka saya t erpaksa membelah bayi it u
menj adi dua sama rat a. " kat a Abu Nawas mengancam.

Perempuan pert ama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua
menj erit -j erit hist eris.

"Jangan, t olongj angan dibelah bayi it u. Biarlah aku rela bayi it u seut uhnya
diserahkan kepada perempuan it u. " kat a perempuan kedua. Abu Nawas
t ersenyum lega. Sekarang t openg mereka sudah t erbuka. Abu Nawas segera
mengambil bayi it u dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.

Abu Nawas mint a agar perempuan pert ama dihukum sesuai dengan
perbuat annya. Karena t ak ada ibu yang t ega menyaksikan anaknya disembelih.
Apalagi di depan mat a. Baginda Raj a merasa puas t erhadap keput usan Abu
Nawas. Dan . sebagai rasa t erima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menj adi
penasehat hakim keraj aan. Tet api Abu Nawas menolak. la lebih senang menj adi
rakyat biasa.

oo000oo
Hadiah Bagi Tebakan Jit u

Baginda Raj a Harun Al Rasyid kelihat an murung. Semua ment erinya t idak ada
yang sanggup menemukan j awaban dari dua pert anyaan Baginda. Bahkan para
36

penasihat keraj aan pun merasa t idak mampu memberi penj elasan yang
memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin menget ahui j awaban yang
sebenarnya.

Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar
Abu Nawas saj a yang memecahkan dua t eka-t eki yang membingungkan it u.
Tidak begit u lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengat akan bahwa akhirakhir ini ia sulit t idur karena diganggu oleh keingint ahuan menyingkap dua
rahasia alam.

"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka
maksudkan?" t anya Abu Nawas ingin t ahu.

"Aku memanggilmu unt uk menemukan j awaban dari dua t eka-t eki yang selama
ini menggoda pikiranku. " kat a Baginda.

"Bolehkah hamba menget ahui kedua t eka-t eki it u wahai Paduka j unj ungan
hamba. "

"Yang pert ama, di manakah sebenarnya bat as j agat raya cipt aan Tuhan kit a?"
t anya Baginda.

37

"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia. " j awab Abu Nawas t anpa sedikit
pun perasaan ragu, "Tuanku yang mulia, " lanj ut Abu Nawas 'ket idakt erbat asan
it u ada karena adanya ket erbat asan. Dan ket erbat asan it u dit anamkan oleh
Tuhan di dalam ot ak manusia. Dari it u manusia t idak akan pernah t ahu di mana
bat as j agat raya ini. Sesuat u yang t erbat as t ent u t ak akan mampu mengukur
sesuat u yang t idak t erbat as. "

Baginda mulai t ersenyum karena merasa puas mendengar penj elasan Abu
Nawas yang masuk akal. Kemudian Baginda melanj ut kan t eka-t eki yang kedua.

"Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak j umlahnya : bint ang-bint ang di
langit at aukah ikan-ikan di laut ?"

"Ikan-ikan di laut . " j awab Abu Nawas dengan t angkas.

"Bagaimana kau bisa langsung memut uskan begit u. Apakah engkau pernah
menghit ung j umlah mereka?" t anya Baginda heran.

"Paduka yang mulia, bukankah kit a semua t ahu bahwa ikan-ikan it u set iap hari
dit angkapi dalam j umlah besar, namun begit u j umlah mereka t et ap banyak
seolah-olah t idak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sement ara
bint ang-bint ang it u t idak pernah ront ok, j umlah mereka j uga banyak. " j awab
Abu Nawas meyakinkan.

38

Seket ika it u rasa penasaran yang selama ini menghant ui Baginda sirna t ak
berbekas. Baginda Raj a Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan
ist rinya uang yang cukup banyak.

Tidak sepert i biasa, hari it u Baginda t iba-t iba ingin menyamar menj adi rakyat
biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar ist ana t anpa sepenget ahuan
siapa pun agar lebih leluasa bergerak.

Baginda mulai keluar ist ana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya
sepert i rakyat j elat a. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang
berkumpul. Set elah Baginda mendekat , t ernyat a seorang ulama sedang
menyampaikan kuliah t ent ang alam barzah. Tiba-t iba ada seorang yang dat ang
dan bergabung di sit u, la bert anya kepada ulama it u.

"Kami menyaksikan orang kaf ir pada suat u wakt u dan mengint ip kuburnya,
t et api kami t iada mendengar mereka bert eriak dan t idak pula melihat
penyiksaan-penyiksaan yang kat anya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara
membenarkan sesuat u yang t idak sesuai dengan yang dilihat mat a?" Ulama it u
berpikir sej enak kemudian ia berkat a,

"Unt uk menget ahui yang demikian it u harus dengan panca indra yang lain.
Ingat kah kamu dengan orang yang sedang t idur? Dia kadangkala bermimpi
dalam t idurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la j uga merasa sakit dan
t akut ket ika it u bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la
merasakan hal semacam it u sepert i ket ika t idak t idur. Sedangkan engkau yang
duduk di dekat nya menyaksikan keadaannya seolah-olah t idak ada apa-apa.
Padahal apa yang dilihat sert a dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka j ika
39

masalah mimpi yang remeh saj a sudah t idak mampu mat a lahir melihat nya,
mungkinkah engkau bisa melihat apa yang t erj adi di alam barzah?"

Baginda Raj a t erkesan dengan penj elasan ulama it u. Baginda masih ikut
mendengarkan kuliah it u. Kini ulama it u melanj ut kan kuliahnya t ent ang alam
akhirat . Dikat akan bahwa di surga t ersedia hal-hal yang amat disukai naf su,
t ermasuk benda-benda. Salah sat u benda-benda it u adalah mahkot a yang amat
luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga
karena barang-barang it u t ercipt a dari cahaya. Saking ihdahnya maka sat u
mahkot a j auh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin t erkesan. Beliau
pulang kembali ke ist ana.

Baginda sudah t idak sabar ingin menguj i kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas
dipanggil: Set elah menghadap Bagiri

"Aku menginginkan engkau sekarang j uga berangkat ke surga kemudian
bawakan aku sebuah mahkot a surga yang kat anya t ercipt a dari cahaya it u.
Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"

"Sanggup Paduka yang mulia. " kat a Abu Nawas langsung menyanggupi t ugas
yang must ahil dilaksanakan it u. "Tet api Baginda harus menyanggupi pula sat u
sarat yang akan hamba aj ukan. "

"Sebut kan sarat it u. " kat a Baginda Raj a.

40

"Hamba mohon Baginda menyediakan pint unya agar hamba bisa memasukinya. "

"Pint u apa?" t anya Baginda belum mengert i. Pint u alam akhirat . " j awab Abu
Nawas.

"Apa it u?" t anya Baginda ingin t ahu.

"Kiamat , wahai Padukayang mulia. Masing-masing alam mempunyai pint u. Pint u
alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pint u alam barzah adalah kemat ian.
Dan pint u alam akhirat adalah kiamat . Surga berada di alam akhirat . Bila
Baginda masih t et ap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkot a di
surga, maka dunia harus kiamat t eriebih dahulu. "

Mendengar penj et asan Abu Nawas Baginda Raj a t erdiam.

Di sela-sela kebingungan Baginda Raj a Harun Al Rasyid, Abu Nawas bert anya
lagi,

41

"Masihkah Baginda menginginkan mahkot a dari surga?" Baginda Raj a t idak
menj awab. Beliau diam seribu bahasa, Sej enak kemu