Unsur Humor dalam Buku Kisah 1001 Abu Na
SEM I NAR I NT ERNASI ONAL
M emperkokoh Bahasa I ndonesia sebagai Bahasa
I nternasional M elalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
i
SEM I NAR I NT ERNASI ONAL
M emperkokoh Bahasa I ndonesia sebagai Bahasa
I nternasional M elalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang,
Korea Selatan, Amerika, Canada
Diselenggarakan Oleh:
Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Islam Malang
2015
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
iii
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
Editor
Cristopher Allen Woodrich Chief Coordinator Independent Riesearchear IIF Canada
Zukifli Osman dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia
Tengsoe Tjahjono dari Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan
Suyoto dari Kanda University of International Studies, Jepang
Abdul Rani dari Unisma, Indonesia
Cover Design:
Yudhista
Setiyono Wahyudi, D.Ng.
Layout :
Dayat
Penerbit
Surya Pena Gemilang
Anggota IKAPI Jatim
Jln. Rajawali Tutut Arjowinangun 12
Malang - Jawa Timur
Tlp. 082140357082
Fax. (0341) 751205
e-mail: [email protected]
Jumlah: x + 572 hlm.
Ukuran: 17 x 24 cm
September 2015
ISBN: 978-602-17923-8-4
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa
izin tertulis dari penerbit.
iv
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Kata Pengantar
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi
telah membentuk kristalisasi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dikenal dengan
istilah liberalisasi dan arus globalisasi. Bahasa sebagai bagian dari pranata kehidupan
sosial budaya suatu masyarakat tidak dapat menghindar dari pengaruh perkembangan
tersebut. Proses kristalisasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dalam jangka waktu
yang relatif panjang telah dialami oleh bahasa Melayu, yang mula-mula hanya sebagai
norma kebudayaan kelompok etnik Melayu yang mendiami daerah Riau dan kepulauan
sekitarnya, kemudian menjadi norma supraetnik, yaitu sebagai bahasa nusantara. Titik
kulminasi proses kristalisasi ini menjadikan bahasa Melayu bukan hanya sebagai
lingua franca saja, tetapi lebih dari itu, sebagai bahasa resmi kedua di kawasan Asia
Tenggara atau bahasa internasional, di samping bahasa Inggris, Belanda, Arab dan
lain-lain.
Bahasa Indonesia dan bahasa rumpun Melayu lainnya tidak dapat menghindar
dari arus globalisasi yang sedang melanda berbagai aspek kehidupan ini. Bahasa Indonesia dan bahasa rumpun Melayu lainnya telah mampu menjadi wadah
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan atau bahasa pergaulan pada
tingkat nasional maupun internasional. Bahkan, bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa asing yang dipelajari di berbagai perguruan tinggi di luar
negeri.
Upaya menginternasionalkan bahasa Indonesia memang perlu terus diupayakan,
yang antara lain dapat dilakukan melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan budaya.
Ide- ide kreatif dan hasil penelitian yang berkaitan dengan kajian memperkokoh bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasional melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan
budaya perlu didiskusikan dalam suatu forum ilmiah seperti kegiatan yang dirancang
dalam seminar internasional ini.
Buku ini berisi makalah-makalah, baik pemateri utama maupun pemakalah
pendamping yang berkaitan dengan tema besar seminar ini, yaitu “Memperkokoh
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional melalui Diplomasi Bahasa, Sastra,
dan Budaya”. Semoga bahan dan hasil diskusi dalam seminar yang diselenggarakan
oleh Universitas Islam Malang ini turut memperkukuh eksistensi Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Internasional.
Malang, 25 September 2015
PANITIA
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
v
Daftar I si
Kata Pengantar
Daftar Isi
..............................................................................
..............................................................................
v
vii
Upaya Memperkokoh Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional:
Tinjauan dari Perspektif Pendidikan Bahasa Indonesia di Jepang
Kyoko Funada .............................................................................
1
Memperkokoh Peran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pergaulan Internasional1
Mahsun
.............................................................................. 12
Melestarikan Pendidikan Kesusasteraan Melayu di Sekolah pada
Abad Ke-21 di Persada Antarabangsa
Hajah Siti Khariah Mohd Zubir dan Mohd Efendi Rahimi................. 26
Gerakan Sastra Lingkungan Menuju Pembangunan Peradaban Sastra
Masa Depan
Sony Sukmawan, Lestari Setyowati ................................................ 40
Ukbi sebagai Upaya Memperkokoh Peran dan Kedudukan
Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional
Suhartatik
..............................................................................
51
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Memperkuat Jati Diri
Bangsa dan Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Sulaiman.......... .............................................................................
64
Model Pelatihan Keterampilan Menulis Jurnalistik pada Siswa SMK dan
MA di Kabupaten Jombang dan Perspektif Global
Susi Darihastining, Fitri Resti Wahyuningarti, Rita Nurmilah ..............
74
Analisis Sikap Bahasa Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB)
terhadap Bahasa Indonesia: Upaya Meneguhkan Peran Bahasa
Indonesia Menuju Bahasa Internasional
Trisna Andarwulan .........................................................................
86
Sistem Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP di Kota Cimahi
(Studi Pendahuluan dari Penelitian Pengembangan Instrumen
Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia)
Wikanengsih ..............................................................................
98
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
vii
Peran Bahasa Indonesia Baik, Benar, dan Santun Menuju
Bahasa Internasional
Wiyono
.............................................................................. 105
Increasing Cross-Cultural Communication when Hosting International
Students: Sharing Experiences
Yudi Setyaningsih........................................................................... 118
Pola dan Kadar Kualitas Argumen Bagian Pembahasan Artikel-artikel
Jurnal Terakreditasi
Yuliana Setyaningsih, Kunjana Rahardi. ........................................... 127
Penguasaan Bahasa Melayu dalam Kalangan Pelajar Thai Kursus
Bahasa Melayu Elektif
Kusom Yamirudeng, Zulkifli Osman................................................. 148
Pengembangan Buku Ajar Mku Bahasa Indonesia Berbasis Karakter
dengan Mengoptimalkan Kemampuan Menulis Ilmiah bagi Mahasiswa
IKIP PGRI Madiun
Agus Budi Santoso, Dwi Rohman Soleh, Eni Winarsih .......................................... 160
Pengintegrasian Budaya Jawa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing di Universitas Sebelas Maret1
Kundharu Saddhono, Muhammad Rohmadi, dan Chafit Ulya ............ 173
Dimensi Asrè Tuturan Kèjhung sebagai Ekspresi Pendidikan Karakter
Warisan Madura—Melayu
Moh. Badrih .............................................................................. 190
Representasi Hegemoni pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Pangkep Kabupaten Pangkep
Munirah dan Kusnadi Idris ............................................................. 205
Model Buku Cerita Bergambar untuk Pembelajaran BIPA
Anak-anak Prasekolah
Ari Ambarwati .............................................................................. 224
Peneguhan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Toleran dalam
Pergaulan Dunia
Arief Rijadi
.............................................................................. 237
Model Rancangan Kuesioner Analisis Kebutuhan Target Bahasa Indonesia
Iptek
Nur Fajar Arief ............................................................................. 257
viii
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Telaah Nilai-nilai Edukatif dalam Komunikasi Keluarga dan Strategi
Penanamannya
Daroe Iswatiningsih .......................................................................
Mengenalkan Kearifan Lokal Madura dalam Percaturan Internasional
Melalui Pembelajaran BIPA
Hani’ah
..............................................................................
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Model Konstruktivisme
Berpendekatan Inkuiri
Ida Bagus Putrayasa ......................................................................
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Keterampilan Membaca dan
Menulis Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas Berbasis
Multiple Intelegensi Berpendekatan Observation Based Learning
Iwan Setiawan ..............................................................................
Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
Purwantiningsih,.............................................................................
Melongok Kembali Reduplikasi pada Bahasa Indonesia
Abdul Rani
..............................................................................
Harmonisasi Sastra, Agama, dan Negara: antara Bayangan dan Kenyataan
Wadji................. ..........................................................................
Pembelajaran BIPA dalam Perspektif Politik Membangun Indonesia
Gatut Susanto ..............................................................................
Pemeliharaan Keaksaraan Masyarakat “Mandiri”: Suatu Upaya
Memperkokoh Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
Sri Wahyuni, Mustangin, Afifudin.....................................................
276
291
303
317
328
338
347
361
373
Proses Kreatif dan Apresiasi Kreatif sebagai Upaya Refleksi dan
Transformasi Sastra Indonesia
Gatot Sarmidi .............................................................................. 391
Internalisasi Nilai-nilai Kearifan dalam Pembelajaran Bipa Berbasis
Budaya dengan Pemanfaatan Tik
Dyah Werdiningsih ......................................................................... 398
Linguistik Terapan dan Metode Pembelajaran Bahasa: Metode Langsung
Eni Wahyuni. ......................................................................................414
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
ix
Kajian Psikopragmatik Judul-judul Berita Rubrik Hukum dan Kriminalitas
Koran Joglosemar sebagai Wujud Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Tekstual dan Kontekstual dalam Kehidupan
Muhammad Rohmadi. .................................................................... 429
Unsur Humor dalam Buku Kisah 1001 Malam: Abu Nawas Sang
Penggeli Hati (Kajian Semantik Humor)
Iwan Marwan .............................................................................. 437
Permasalahan Gender dalam Karya Sastra Indonesia sebagai Bagian
dari Permasalahan Dunia
Iswadi Bahardur ............................................................................ 449
Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Laporan Ilmiah Berbasis
Masalah dengan Menggunakan Teknik Siklus Belajar sebagai Media
Pembentukan Karakter Siswa
Teti Sobari
.............................................................................. 464
Wacana Gerakan Demo Mahasiswa dalam Kajian Pragmatik
Mochtar Data .............................................................................. 472
Internasionalisasi Bahasa Indonesia: Best Practice dari Pembelajaran
Cooperative Learning pada pelajaran Bahasa Inggris di SMK*
Muhammad Yunus1, Hamiddin2 ....................................................... 490
Mengatasi Kesukaran Pelajar Mengenalpasti Tema dan Persoalan dalam Novel
“Dari Lembah Ke Puncak”
Ani Binti Haji Omar ....................................................................... 503
Penerapan Metode Global Berbasis Potensi Daerah dalam Pembelajaran
Keaksaraan Perempuan di Kabupaten Pamekasan
Hasan Busri, Sri Wahyuni, Mustangin .............................................. 519
Penyumbang Kekuatan Bahasa Indonesia: Bahasa dan Sastra Daerah
Subardi Agan .............................................................................. 533
Ancangan Kesemestaan Sosiolinguistik Dalam Pembelajaran Bahasa
Era Globalisasi IT
Abdul Syukur Ibrahim.............................................................................. 544
x
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
UNSUR HUM OR DALAM BUKU KI SAH 1001
M ALAM : ABU NAWAS SANG PENGGELI HAT I
(KAJI AN SEM ANT I K HUM OR)
Iwan Marwan
STAIN Kediri
[email protected]
Abstrak: Tindakan lucu atau humor merupakan tindak komunikasi yang rekreatif
untuk menyampaikan pesan berupa ide, ekspresi, dan perasaan. Tindakan lucu ini
tercipta atas unsur-unsur yang membangun cerita atau kisah. Dalam buku Kisah
1001 Malam: Abu Nawas Sang Penggeli Hati terdapat unsur tindakan lucu yang
menarik untuk dikaji. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji unsur humor yang terdapat
dalam buku Kisah 1001 Malam: Abu Nawas Sang Penggeli Hati. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara mengamati dan membaca seksama dan berulang-ulang.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan referensi
keilmuan semantik humor yang berpijak pada teori Brunvand dan teori Raskin.
Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur tindakan lucu yang terkandung dalam Kisah
1001 Malam: Abu Nawas Sang Penggeli Hati adalah pertama, motivasi yang meliputi
menyadarkan orang lain dan menyadarkan diri sendiri, dan kedua topik meliputi
agama, politik dan sosial. Berdasarkan temuan di atas dapat dikatakan bahwa setiap
tindakan lucu atau humor memiliki motivasi humor dan topik humor. Motivasi humor
berwujud kesadaran diri dan kesadaran orang lain. Motivasi inilah yang mampu
menggugah senyum dan menarik pikiran pembaca atau pendengar humor.
PENDAHULUAN
Tindakan lucu atau humor menurut
Flugel (dalam Dananjaja, 2001:14)
berarti cairan. Cairan tersebut sangat
berkaitan dengan temperamen
seseorang. Oleh karena itu tepat sekali
apabila Soebadiyo berpendapat bahwa
bangsa Indonesia secara umum disebut
bangsa yang pandai menutupi rasa marah
dengan tertawa (Dananjaja, 2001:7).
Tindakan lucu atau humor (istilah
Danadjaja) merupakan tindak
komunikasi rekreatif yang digunakan
untuk menyampaikan pesan. Tindakan
lucu ini terjadi karena adanya respon dan
stimulus penutur dan lawan tutur yang
menyatukan dua konsep yang berbeda.
Pembaca teks humor sebagai penikmat
humor memahami konteks karena
didasari oleh motivasi penciptaan humor
dan topik humor yang ingin disuguhkan
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
437
oleh penutur dan lawan tutur.
Humor tidak sekadar penyebab
timbulnya reaksi tersenyum dan/atau
tertawa, tetapi dapat pula menghibur,
baik melalui tulisan maupun lisan atau
ujaran. Selain itu, humor dapat pula
berupa kemampuan untuk merasakan,
menilai, menyadari, mengerti, dan
mengungkapkan sesuatu yang lucu, ganjil,
jenaka, atau menggelikan (Yuniawan,
2007).
Dalam buku Kisah 1001 Malam:
Abu Nawas Sang Penggeli Hati
terdapat unsur humor dalam membangun
cerita dan mengupas kisah-kisah teladan.
Unsur humor tersebut melingkupi
mo tivasi dan t opik. Motivasi
menyadarkan orang lain dan
menyadarkan diri sendiri, sedangkan
topik mencakup topik agama, sosial dan
politik.
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengamati dan membaca
seksama dan berulang-ulang. Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan melalui
dua prosedur, yaitu (1) analisis selama
proses pengumpulan data, dan (2) analisis
setelah pengumpulan data (Miles dan
Huberman 1984: 21-25; Muhadjir
1996:105). Penganalisisan data
dilakukan dengan mengacu pada
keilmuan semantik humor Brunvand dan
Raskin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Motivasi Humor
a. Menyadarkan orang lain
Teks 1
METODE
“Hai Abu Nawas benarkah Kau
telah memukuli penjaga pintu
gerbang kota ini sebanyak 25 kali
pukulan”
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan metode
deskriptif. Sifat kualitatif penelitian ini
mengarah pada
pembahasan
permasalahan tentang unsur tindakan lucu
dalam buku Kisah 1001 Malam: Abu
Nawas Sang Penggeli Hati. Kemudian,
dalam upaya memecahkan masalah
penelitian ini, ada tiga tahapan yang
dilakukan, yaitu: (1) penyediaan data, (2)
penganalisisan data, dan (3) penyajian
hasil analisis data (Sudaryanto 1993:5).
Berkata Abu Nawas, “Ampun
Tuanku, hamba melakukannya
karena sepatutnya ia menerima
pukulan itu,” Apa maksudmu?
Coba jelaskan sebab musababnya? Tanya Baginda. Hamba
dan penunggu pintu telah
melakaukan perjanjian jika hamba
medapat hadiah dari Baginda
maka hadiah tersebut akan dibagi
dua. Satu bagian untuk saya dan
satua bagian untuknya. Tadi pagi
438
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
saya menerima dua puluh lima kali
pukulan. Maka saya berikan dua
puluh lima kali pukulan kepadanya.
Jelas Abu Nawas.
“Hahaha….dasar tukang peras”!
Sekarang kena batunya”. Abu
Nawas tidak bersalah”, sahut
Baginda, dan “sekarang aku tahu
penjaga pintu tukang memeras”.
Teks 2
Pada suatu hari Abu Nawas
menyuruh murid-muridnya untuk
pulang dan datang kembali dengan
membawa cangkul, penggali,
kapak, dan batu. Malam harinya
mereka datang bergerak ke rumah
Kadi lalu merusak dan
menghancurkan rumah Tuan Kadi.
Banyak orang berlari karena tidak
ada yang berani mencegah. Tuan
Kadi hanya bisa marah dan
melapo rkan Abu Nawas ke
Baginda Raja.
Keesokan harinya Baginda
memanggilnya, “Hai Abu Nawas
apa sebabnya kau merusak rumah
Tuan Kadi, Abu Nawas
menjawab, bahwasannya suatu
malam hamba bermimpi Tuan Kadi
menyuruh saya merusak rumahnya.
Sebab rumah itu tidak cocok
baginya. ya karena mimpi itu saya
merusak rumah Tuan Kadi.
Baginda berkata, “Hai Abu Nawas
bolehkah karena sebuah mimpi
sebuah perint ah dilakukan?
Hukum negeri mana yang kau
pakai itu? Dengan tenang Abu
Nawas menjawab, Hamba juga
memakai hukum Tuan Kadi yang
baru ini Tuanku, “Hai Kadi
benarkah kau mempunyai hukum
seperti itu,
Tuan Kadi tiada menjawab
wajahnya nampak pucat tubuhnya
gemetaran karena takut. Abu
Nawas menjelaskan bahwa
beberapa hari lalu pemuda mesir
datang ke Bagdad sambil
membawa harta yang banyak.
Tuan Kadi memperlakukan
pemuda itu berdasarkan mimpinya
dengan merampas semua harta
benda milik pemuda itu.
Teks 1 menceritakan seorang Abu
Nawas yang dipanggil Baginda
Raja karena telah memukuli
penjaga pintu. Abu Nawas
menceritakan perihal sebab
musababnya bahwa ia telah
melakukan perjanjian jika ia
medapat hadiah dari Baginda
maka hadiah tersebut akan dibagi
dua dengan penjaga pint u.
Akhirnya Baginda Raja memecat
penjaga pintu itu karena telah
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
439
melakukan pemerasan, sementara
Abu Nawas diberi hadiah oleh raja.
Teks 2 menceritakan Abu Nawas
menyuruh murid-muridnya membawa alat-alat untuk merusak
rumah Tuan Kadi. Tuan Kadi
mengadu kepada Baginda Raja.
Kemudian Baginda memanggilAbu
Nawas
unt uk
memper t anggungjawabkan
perbuatannya. Namun Abu Nawas
dengan santai menjawab bahwa
perbuatannya adalah benar dan
sesuai dengan mimpinya
sebagaimana Tuan Kadi
memutuskan hukum berdasarkan
mimpi. Seketika wajah Tuan Kadi
pucat dan tubuhnya gemetar,
karena ia telah memperlakukan
pemuda mesir berdasarkan
mimpinya.
Kedua teks di atas mengandung
motivasi humor dengan tujuan
untuk menyadarkan orang lain,
yaitu penjaga pintu dan Tuan Kadi.
Penjaga pintu diingatkan agar tidak
melakukan pemerasan kepada
siapa pun. Sementara itu, Tuan
Kadi disadarkan agar memutuskan
hukum berdasarkan aturan-aturan
hukum dan bukan merujuk pada
mimpi yang jauh dari kebenaran
dan kepastian hukum.
Humor ini sengaja muncul dengan
440
motivasi menyadarkan orang lain
agar tidak semena-mena dengan
jabatan dan kedudukannya di
masyarakat. Tindakan lucu
tersebut merupakan tindakan
kesengajaan yang dilakukan agar
lawan tutur tidak merasa
tersinggung dengan langsung.
Tindakan lucu ini termasuk dalam
wit (istilah Freud), yaitu tindakan
lucu yang dilakuakan dengan
motivasi yang intelek. Sementara
itu menurut Raskin tindakan lucu
in termasuk humor intended (humor yang dilakukan sengaja agar
bisa menyadarkan orang lain.
b. Menyadarkan diri sendiri
Teks 1
Syahdan, Khalifah Harun AlRasyid marah besar pada sahibnya
yang karib dan setia, yaitu Abu
Nawas. Ia ingin menghukum mati
Abu Nawas setelah menerima
laporan bahwa Abu Nawas
mengeluarkan fatwa tidak mau
rukuk dan sujud dalam salat.
Lebih lagi, Harun Al-Rasyid
mendengar Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya khalifah yang
suka fitnah! Menurut pembantupembantunya, Abu Nawas layak
dipancung karena melanggar
syariat Islam dan menyebar fitnah.
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Khalifah mulai terpancing. Tapi
untung ada seorang pembantunya
yang memberi saran, hendaknya
Khalifah melakukan tabayun
(konfirmasi). Abu Nawas pun
digeret menghadap Khalifah. Kini,
ia menjadi pesakitan.
olah aku berkata salah.”
“Hai Abu Nawas, benar kamu
berpendapat tidak rukuk dan sujud
dalam salat?” tanya Khalifah ketus.
Abu Nawas beranjak dari
duduknya dan menjelaskan dengan
tenang, “Saudaraku, aku memang
berkata rukuk dan sujud tidak
perlu dalam shalat, tapi dalam salat
apa? Waktu itu aku menjelaskan
tata cara shalat jenazah yang
memang tidak perlu rukuk dan
sujud.”
Abu Nawas menjawab dengan
tenang, “Benar, Saudaraku.”
Khalifah kembali bertanya dengan
nada suara yang lebih tinggi,
“Benar kamu berkata kepada
masyarakat bahwa aku, Harun AlRasyid, adalah seorang khalifah
yang suka fitnah?”
Abu Nawas menjawab, “Benar,
Saudaraku.”
Khalifah berteriak dengan suara
menggelegar, “Kamu memang
pantas dihukum mati, karena
melanggar syariat Islam dan
menebarkan fitnah t entang
khalifah!”
Abu Nawas tersenyum seraya
berkata, “Saudaraku, memang aku
tidak menolak bahwa aku telah
mengeluarkan dua pendapat tadi,
tapi sepertinya kabar yang sampai
padamu tidak lengkap. Katakataku dipelintir, dijagal, seolah-
Khalifah berkata dengan ketus,
“Apa maksudmu? Jangan membela diri, kau telah mengaku dan
mengatakan kabar itu benar
adanya.”
“Bagaimana soal aku yang suka
fitnah?” tanya Khalifah.
Abu Nawas menjawab dengan
senyum, “Kalau itu, aku sedang
menjelaskan tafsir ayat 28 surat AlAnfal, yang berbunyi ketahuilah
bahwa kekayaan dan anakanakmu hanyalah ujian bagimu.
Sebagai seorang khalifah dan
seorang ayah, anda sangat
menyukai kekayaan dan anakanak, berarti anda suka ’fitnah’
(ujian) itu.”
Teks 2
Pada suatu hari Tuan Baginda
Harun al Rasyid mengadakan
pertemuan besar dengan para
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
441
menterinya .
“Apa pendapat kalian mengenai
Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai Kadi?
“Wazir atau perdana menteri
berkata, “melihat keadaan Abu
Nawas yang semakin parah
otaknya hendaknya Tuanku
menganggkat orang lain saja
sebagai Kadi,”
Menteri-menteri lain pun
mengutarakan pendapat yang
sama. “Baiklah kita tunggu sampai
dua puluh sat u hari karena
bapaknya baru saja mati, jika tidak
sembuh-sembuh juga, bolehlah kita
mencari kadi yang lain saja.
Setelah sebulan penuh Abu Nawas
masih dianggap gila, akhirnya Sultan Harun Arrasyid mengangkat
orang lain untuk menjadi Kadi atau
penghulu kerajaan Bagdhad.
menmenjawab, terkait dengan
pemilihan Kadi (Hakim).
Konon Abu Nawas berpura-pura
menjadi gila karena dirinya tidak
ingin diangkat menjadi Kadi. Ia
masih teringat perkataan bapaknya
sebelum meninggal.
Teks 1 mengisahkan Abu Nawas
yang akan dipancung karena
dianggap telah menyimpang syariat
442
Islam dan menebar fitnah.
Diketahui Abu Nawas telah
mengatakan jika dalam shalat tidak
ada rukuk dan sujud. Kemudian ia
berpendapat bahwa istri, keluarga
dan anak-anak akan menjadi fitnah.
Ia tersenyum bahwa pendapatnya
telah dipelintir dan perkataannya
dipotong karena sebetulnya shalat
yang tidak ada rukuk dan sujud
adalah shalat jenazah, serta
perkataan fitnah merujuk pada
surat Al Anfaal ayat 28 bahwa
kekayaan itu bia jadi fitnah.
Teks kedua mengisahkan Abu
Nawas yang berpura-pura gila
karena tidak ingin diangkat sebagai
Kadi (Hakim). Setelah Baginda
Raja mengetahui Abu Nawas
masih gila, maka Ia mengangkat
orang lain untuk dijadikan sebagai
Kadi. Abu Nawas melakuakan
perbuatan aneh dan gila karena
teringat pesan ayahnya tentang
resiko dan konsekuesni seorang
kadi.
Contoh kedua teks di at as
mengandung motivasi humor
dengan tujuan untuk menyadarkan
diri sendiri, yaitu menyadarkan
dirinya dalam memahami dan
mengamalkan ayat Al Quran surah
Al Anfal 28, dan juga tata cara
shalat jenazah. Selain itu motivasi
humor ini juga untuk mengingatkan
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
diri sendiri agar tidak ambisius
memperoleh jabatan terutama
menjadi seorang Kadi. Motivasi
humor ini sebenarnya menasehati
dirinya sendiri bahwa tugas dan
tanggung jawab seorang sungguh
berat, sebagai wakil Tuhan di
dunia.
Sikap pura-pura gila menunjukkan
bahwa Abu Nawas benar tidak
layak diangkat sebagai Kadi. Humor ini sengaja muncul dengan
motivasi menyadarkan diri sendiri
agar menyadari betapa berat tugas
dan tanggung jawab seorang Kadi
dan memahami serta mengamalkan
ayat Al Quran. Tindakan lucu
tersebut merupakan tindakan
kesengajaan yang dilakukan
pencipta humor agar lawan tutur
tidak merasa tersinggung secara
langsung. Dalam teori humor
tindakan lucu ini termasuk dalam
wit (istilah Freud), yaitu tindakan
lucu yang dilakuakan dengan
motivasi yang intelek. Sementara
itu menurut Raskin tindakan lucu
ini termasuk humor intended (humor yang dilakukan sengaja agar
bisa menyadarkan dan menasehati
diri sendiri, yaitu memahami dan
mengamalkan ayat Al Quran dan
serta tidak ambisius mengejar
jabatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Rohmadi
(2009:281) bahwa secara
kontekstual humor berbahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai
alat memotivasi diri. Hidup harus
dihadapi dengan senyum, begitu
kata orang bijak, sebagai ilustrasi
dapat diambil contoh humor cerita
lisan Si Kabayan.
Topik Humor
Berdasarkan hasil analisis pesan
cerita Abu Nawas dalam Kisah 1001
Malam: Abu Nawas Sang Penggeli
Hati.ditemukan humor dengan topik
agama, humor dengan topik politik, dan
humor dengan topik social.
a. Humor dengan Topik Agama
Tidak seperti biasa, hari itu baginda
ingin menyamar menjadi rakyat biasa.
Beliau ingin menyaksikan kehidupan di
luar istana tanpa sepengetahuan siapasiapa agar lebih leluasa bergerak.
Baginda mendekati sekumpulan
orang yang sedang mendengar kuliah dari
seorang ulama. Baginda terkesan oleh
penjelasan tentang alam barzah dan ia
tidak sabar ingin bertemu dengan Abu
Nawas. “Aku ingin kau berangkat ke
surga kemudian bawakan aku sebuah
mahkota surga yang katanya terbuat dari
cahaya. Apakah engkau sanggup Abu
Nawas?” “Sanggup paduka yang mulia,”
kata Abu Nawas menyanggupi hal yang
mustahil dilaksanakan, “Tetapi baginda
harus menyanggupi satu syarat yang akan
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
443
hamba ajukan”. “Sebutkan syarat itu?
Kata Baginda raja. “hamba mohon
Baginda menyediakan pintunya agar
hamba bisa memasukinya,” “Pintu apa?
Tanya baginda belum mengerti. “Pintu
alam akhirat,” jawab Abu Nawas, “Apa
itu?” Tanya Baginda Raja, “Kiamat,
Baginda yang mulia, masing-masing alam
memiliki pintu, pintu alam dunia
peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah
kematian. Pintu alam akhirat adalah
kiamat.surga berada di dalam alam
akhirat. Bila Baginda masih menginginkan
sebuah mahkota dunia maka dunia harus
terjadi terlebih dahulu.
Teks di atas menceritakan Baginda
Raja yang meminta Abu Nawas untuk
membawakan mahkota surga yang
terbuat dari cahaya. Abu Nawas
menyanggupinya dengan syarat Baginda
Raja menyediakan pintu masuk alam
akhirat sebagaimana manusia lahir
melewati pintu rahim sang ibu dan pintu
alam barzah adalah kematian Baginda.
Kandungan teks ini berkaitan
dengan cabang ilmu akidah sebagai
pokok ajaran dalam agama Islam. Teks
ini membahas keyakinan dan
kepercayaan terhadap hal-hal ghaib
termasuk kematian dan kiamat. Dalam
agama Islam, akidah merupakan fondasi
utama dan pertama sebelum melakukan
aktivitas kewajiban lainnya yaitu ibadah
dan muamalah. Akidah adalah ikatan
(janji) seorang individu dengan sang
khaliq (pencipta) yang akan
444
dimanifestasikan dalam ucapan hati, lisan
tindakan atau perbuatan. Dengan
pemahaman akidah yang kuat dan
mendalam manusia akan selamat
menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Topik humor terkait agama ini
senada dengan hasil penelitian Abbas
(2002) dan (Yuniarsih 2011) yang
menjelaskan bahwa topik humor tentang
agama paling dominan ditemukan dalam
teks yang memiliki latar belakang agama,
khususnya agama Islam. Topik-topik
yang diangkat dari jenis humor ini tidak
bertentangan dengan syariat-syariat Islam.
b. Humor dengan Topik Politik
Tadi pagi beberapa pekerja
kerajaan atas titah raja dating dan
membongkar rumah Abu Nawas untuk
menggali emas dan permata yang tak
ternilai harganya. Setelah digali ternyata
tidak ditemukan emas tersebut. Konon
raja melakukan hal tersebut karena ia
bermimpi, namun setelah kejadian itu raja
tidak meminta maaf kepada Abu Nawas,
sehingga Abu Nawas marah dan memeras
otak bagaimana membalas perbuatan
raja.
Dengan muka berseri-seri Abu
Nawas berangkat menuju istana. Setiba
di istana Abu Nawas membungkuk
hormat dan berkata
“Ampun Tuanku hamba menghadap Tuan untuk mengadukan tamu-
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
tamu yang tidak diundang. Mereka
masuk rumah hamba tanpa izin dan berani
memakan makanan hamba.”
“Siapakah tamu yang tidak
diundang itu wahaiAbu Nawas?” sergap
baginda kasar.
“Lalat-lalat ini Tuan” kata Abu
Nawas sambil membuka penutup
piringnya. “Kepada siapa lagi hamba
harus mengadu perlakuan yang tidak adil
ini.”
“Lalu keadilan yang bagaimana
yang engkau inginkan dariku?”
“Hamba inngin iszin tertulis dari
baginda sendiri agar hamab bisa leluasa
menghukum lalat-lalat itu.” Baginda raja
tidak bisa menolak permintaan Abu
Nawas karena pada saaat itu para
menteri sedang berkumpul di istana.
Maka dengan terpakasa baginda
membuat surat izin yang isinya
memperkenankan Abu Nawas memukul
lalat-lalat itu dimanapun ia hinggap.
Tanpa menunggu perintah Abu
Nawas mulai memukul lalat-lalat itu
dimanapun ia hinggap. Dengan tongkat
besi yang dibawa dari rumah Abu Nawas
memukul lalat yang hinggap di kaca, vas,
dan perabotan lain hingga seluruh barangbarang kerajaan remuk dan hancur.
Setelah merasa puas Abu Nawas mohon
diri untuk pulang, sementara barangbarang kerajaan banyak yang hancur.
Teks di atas menjelaskan Abu
Nawas yang merasa kesal dan marah atas
perbuatan raja dan pengawalnya. Mereka
telah merusak rumah Abu Nawas karena
diduga di dalam rumahnya tersimpan
emas permata yang sangat berharga.
Kemudian Abu Nawas mencari cara
membalas perbuatan raja yang semenamena. Dengan dalih meminta keadilan
Abu Nawas memohon keadilan agar raja
membuatkan surat agar ia bisa memukul
tamu atau lalat dimanapun lalat tersebut
hinggap. Akhirnya raja membuat surat
dan Abu Nawas leluasa memukul lalatlalat tadi dimanapun mereka hingap
hingga barang-barang kerajaan rusak dan
hancur.
Kandungan teks di atas mengungkap topik humor yang berkaitan
dengan politik, yaitu bagaimana
seseorang mencari cara agar dapat
membalas perbuatan orang lain yang telah
merugikan dirinya, kawan ataupun lawan
politiknya. Dengan siasat mencari
keadilan, Abu Nawas menyimpan
dendam pada sang raja. Menipu dan
mengecoh lawan atau kawan dalam domain politik adalah hal yang biasa terjadi.
Tindakan tersebut sering dilakukan baik
secara terang-terangan di depan umum
dan via media massa media sosial maupun
secara tersembunyi, baik antarindividu
mapun antarkelompok.
Topik humor ini berkaitan dengan
hasil penelitian Rohmadi (2009),
diterangkan bahwa humor dapat tercipta
dengan beragam konteks, seperti konteks
keluarga, ekonomi, hukum, dan juga
politik luar negeri. Topik humor politis ini
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
445
tercipta dengan konteks lingkungan
kerajaan at au hubungan anat ara
pemimpin dan rakyatnya. Hasil penelitian
lain yang relevan sebagaimana telah
dilakukan oleh Endahwarni (1994) yang
membahas kosa kata dan ungkapan humor Srimulat.
beberapa orang lain.
Ia masuk ke kamar orang kaya itu
yang sedang berbaring di ranjang,
katanya, “Dokter sudah datang, Tuan,
dan yang lain-lain sudah datang juga.”
“Yang lain-lain? Tanya orang kaya itu.
“Aku tadi hanya minta kamu memanggil
dokter, yang lain-lain itu siapa?”
c. Humor dengan Topik Sosial
Abu Nawas pernah bekerja pada
seorang yang sangat kaya, tetapi seperti
biasanya ia mendapatkan kesulitan dalam
pekerjaannya. Pada suatu hari orang kaya
itu memanggilnya, katanya, “Abu Nawas
kemarilah kau. Kau ini baik, tetapi lamban
sekali. Kau ini tidak pernah mengerjakan
satu pekerjaan selesai sekaligus. Kalau
kau kusuruh beli tiga butir telur, kau tidak
membelinya sekaligus. Kau pergi ke
warung, kemudian kembali membawa
satu telur, kemudian pergi lagi, balik lagi
membawa satu telur lagi, dan seterusnya,
sehingga untuk beli tiga telur kamu pergi
tiga kali ke warung.”
Abu Nawas menjawab, “Maaf,
Tuan, saya memang salah. Saya tidak
akan mengerjakan hal serupa itu sekali
lagi. Saya akan mengerjakan sekaligus
saja nanti supaya cepat beres.”
Beberapa wakt u kemudian
majikan Abu Nawas itu jatuh sakit dan
ia pun menyuruh Abu Nawas pergi
memanggil dokter.Tak lama kemudian
Abu Nawas pun kembali, ternyata ia
tidak hanya membawa dokter, tetapi juga
446
“Begini Tuan!” jawab Abu Nawas,
“Dokter biasanya menyuruh kita minum
obat. Jadi saya membawa tukang obat
sekalian. Dan tukang obat itu tentunya
membuat obatnya dari bahan yang
bermacam-macam dan saya juga
membawa orang yang berjualan bahan
obat-obatan bermacam-macam. Saya
juga membawa penjual arang, karena
biasanya obat itu direbus dahulu, jadi kita
memerlukan tukang arang. Dan mungkin
juga Tuan tidak sembuh dan malah mati.
Jadi saya bawa sekalian tukang gali
kuburan.”
Teks di atas mengisahkan Abu
Nawas sering mengulangi kesalahan yang
seharusnya tidak perlu terjadi. Suatu hari
ia diminta majikannya mencarikan dokter
untuk mengobati penyakitnya. Tak lama
kemudian Abu Nawas pun kembali,
ternyata ia tidak hanya membawa dokter,
tetapi juga beberapa orang lain, yaitu
tukang obat, tukang jual bahan obat,
penjual arang, dan tukang gali kubur.
Sang majikan terkejut karena banyaknya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
orang tersebut berkumpul di rumahnya.
Kandungan teks humor di atas
mengungkap topik yang berhubungan
sosial kemasyrakatan, yaitu menjaga
hubungan antara majikan dan bawahan.
Interaksi yang baik antara pembantu dan
majikannya. Pembantu atau bawahan
selayaknya melakukan tugas dan
kewajiban dengan baik atas semua
perintah dan keinginan majikan.
Demikian majikan memberikan hak
bawahan sesuai dengan auran dan norma
kemanusian yang baik dan benar.
Topik sosial kemasyarakatan ini
menunjukkan bagaimana seseorang
memahami peran dirinya baik sebagai
individu ataupun sebagai bagian dari
masyarakat. Strata sosial menegaskan
perilaku seseorang berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik terhadap
orang lain, misalnya relasi sosial
pemerintah dan rakyat, atasan dan
bawahan, dan orang tua dan anak.
Topik humor terkait sosial sangat
berkaitan dengan pendapat Sujoko
(1982) bahwa humor dapat berfungsi
mengemukakan bahwa di Indonesia
kalangan mahasiswa gemar menggunakan
humor sebagai sarana kritik sosial.
Kegemaran itu menunjukkan bahwa
mahasiswa adalah personal yang sedang
dididik untuk menjadi manusia yang kritis,
serta harus bersikap skeptis sehingga
jalan pikirannya akan menjadi ilmiah,
tidak begitu saja menerima semua yang
dihidangkan.
SIMPULAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa
unsur tindakan lucu yang terkandung
dalam Kisah 1001 Malam: Abu Nawas
Sang Penggeli Hati adalah pertama,
motivasi yang meliputi menyadarkan orang lain dan menyadarkan diri sendiri, dan
kedua topik meliputi agama, politik dan
sosial. Berdasarkan temuan di atas dapat
dikatakan bahwa setiap tindakan lucu
atau humor memiliki motivasi humor dan
topik humor. Motivasi humor berwujud
kesadaran diri dan kesadaran orang lain.
Motivasi inilah yang mampu menggugah
senyum dan menarik pikiran pembaca
atau pendengar humor
Humor merupakan sarana untuk
menyatakan ekspresi baik perasaan dan
maksud seseorang secara tidak langsung.
Pencipta humor memunculkan kelucuan
dengan muatan motivasi dan topik humor.
Kedua hal ini terkemas secara tekstual
dan kontekstual kisah Abu Nawas. Dapat
dikatakan motivasi humor pada umumnya
sarana untuk menyadarkan orang lain dan
untuk menyadarkan diri sendiri.
Demikian halnya dengan topik humor
umumnya mencakup humor dengan topik
agama, humor dengan topik politik, dan
humor dengan topik sosial. Berdasarkan
simpulan dapat disarankan, penelitian
humor lebih lanjut dapat ditinjau dari
perspektif lain yang dilatarbelakangi oleh
proses kreativitas pencipta humor dalam
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
447
memunculkan kelucuan, dan tujuan atau Raskin, V. 1994. Semantics Mechanism
orientasi humor yang berpijak pada
of Humor. Holland: D. Reidel
interdisipliner keilmuan.
Publishing Company
Rohmadi, Muhammad. 2009. Wacana
Humor dalam Bahasa IndoneDAFTAR PUSTAKA
sia:
Abbas, A. (2002). Unsur Humor dalam Analisis Tekstual dan Kontekstual.
Disertasi tidak diterbitkan.
Si Kabayan Manusia Lucu
Yogyakarta: PPS Universitas
Karya
Gadjah Mada
Achdiyat K. Mihardja. Tesis tidak
diterbitkan. Surabayar: FPS Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa,
UNESA.
Pengantar
Endahwarni, S. (1994). Kosakata dan
Ungkapan Humor Srimulat. Penelitian Wahana Kebudayaan
secara Linguistis. Yogyakarta:
Jakarta:
Duta Wacana University Press.
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Sujoko. 1982. Perilaku Manusia dalam
Humor. Jakarta: Karya Pustaka.
Huberman. 1984. Qualitative
Yuniawan, Tommy. Fungsi Asosiasi
Data
Pornografi dalam Wacana HuAnalysis. Terjemahan Tjetjep Rohendi
mor.
R. 1992. Analisis Data
Jurnal Linguistika. Vol. 14, No. 27, SepKualitatif. Jakarta: UI.
tember 2007 SK Akreditasi
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi
Nomor: 39/Dikti/Kep. 2004
Penelitian
Kualitatif.
Yuniarsih, Yuyun. 2011. Unsur Humor
Yogyakarta:
dalam Buku Ibtasim karya
Rakesarasin
“Aidh Al
Rahimsyah, M.B. 2008. Kisah 1001
Qarni.
Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta:
Malam: Abu Nawas Sang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Penggeli Hati.
Indonesia
Jombang:Lintas Media
448
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
M emperkokoh Bahasa I ndonesia sebagai Bahasa
I nternasional M elalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
i
SEM I NAR I NT ERNASI ONAL
M emperkokoh Bahasa I ndonesia sebagai Bahasa
I nternasional M elalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang,
Korea Selatan, Amerika, Canada
Diselenggarakan Oleh:
Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Islam Malang
2015
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
iii
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
Editor
Cristopher Allen Woodrich Chief Coordinator Independent Riesearchear IIF Canada
Zukifli Osman dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia
Tengsoe Tjahjono dari Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan
Suyoto dari Kanda University of International Studies, Jepang
Abdul Rani dari Unisma, Indonesia
Cover Design:
Yudhista
Setiyono Wahyudi, D.Ng.
Layout :
Dayat
Penerbit
Surya Pena Gemilang
Anggota IKAPI Jatim
Jln. Rajawali Tutut Arjowinangun 12
Malang - Jawa Timur
Tlp. 082140357082
Fax. (0341) 751205
e-mail: [email protected]
Jumlah: x + 572 hlm.
Ukuran: 17 x 24 cm
September 2015
ISBN: 978-602-17923-8-4
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa
izin tertulis dari penerbit.
iv
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Kata Pengantar
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi
telah membentuk kristalisasi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dikenal dengan
istilah liberalisasi dan arus globalisasi. Bahasa sebagai bagian dari pranata kehidupan
sosial budaya suatu masyarakat tidak dapat menghindar dari pengaruh perkembangan
tersebut. Proses kristalisasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dalam jangka waktu
yang relatif panjang telah dialami oleh bahasa Melayu, yang mula-mula hanya sebagai
norma kebudayaan kelompok etnik Melayu yang mendiami daerah Riau dan kepulauan
sekitarnya, kemudian menjadi norma supraetnik, yaitu sebagai bahasa nusantara. Titik
kulminasi proses kristalisasi ini menjadikan bahasa Melayu bukan hanya sebagai
lingua franca saja, tetapi lebih dari itu, sebagai bahasa resmi kedua di kawasan Asia
Tenggara atau bahasa internasional, di samping bahasa Inggris, Belanda, Arab dan
lain-lain.
Bahasa Indonesia dan bahasa rumpun Melayu lainnya tidak dapat menghindar
dari arus globalisasi yang sedang melanda berbagai aspek kehidupan ini. Bahasa Indonesia dan bahasa rumpun Melayu lainnya telah mampu menjadi wadah
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan atau bahasa pergaulan pada
tingkat nasional maupun internasional. Bahkan, bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa asing yang dipelajari di berbagai perguruan tinggi di luar
negeri.
Upaya menginternasionalkan bahasa Indonesia memang perlu terus diupayakan,
yang antara lain dapat dilakukan melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan budaya.
Ide- ide kreatif dan hasil penelitian yang berkaitan dengan kajian memperkokoh bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasional melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan
budaya perlu didiskusikan dalam suatu forum ilmiah seperti kegiatan yang dirancang
dalam seminar internasional ini.
Buku ini berisi makalah-makalah, baik pemateri utama maupun pemakalah
pendamping yang berkaitan dengan tema besar seminar ini, yaitu “Memperkokoh
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional melalui Diplomasi Bahasa, Sastra,
dan Budaya”. Semoga bahan dan hasil diskusi dalam seminar yang diselenggarakan
oleh Universitas Islam Malang ini turut memperkukuh eksistensi Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Internasional.
Malang, 25 September 2015
PANITIA
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
v
Daftar I si
Kata Pengantar
Daftar Isi
..............................................................................
..............................................................................
v
vii
Upaya Memperkokoh Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional:
Tinjauan dari Perspektif Pendidikan Bahasa Indonesia di Jepang
Kyoko Funada .............................................................................
1
Memperkokoh Peran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pergaulan Internasional1
Mahsun
.............................................................................. 12
Melestarikan Pendidikan Kesusasteraan Melayu di Sekolah pada
Abad Ke-21 di Persada Antarabangsa
Hajah Siti Khariah Mohd Zubir dan Mohd Efendi Rahimi................. 26
Gerakan Sastra Lingkungan Menuju Pembangunan Peradaban Sastra
Masa Depan
Sony Sukmawan, Lestari Setyowati ................................................ 40
Ukbi sebagai Upaya Memperkokoh Peran dan Kedudukan
Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional
Suhartatik
..............................................................................
51
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Memperkuat Jati Diri
Bangsa dan Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional
Sulaiman.......... .............................................................................
64
Model Pelatihan Keterampilan Menulis Jurnalistik pada Siswa SMK dan
MA di Kabupaten Jombang dan Perspektif Global
Susi Darihastining, Fitri Resti Wahyuningarti, Rita Nurmilah ..............
74
Analisis Sikap Bahasa Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB)
terhadap Bahasa Indonesia: Upaya Meneguhkan Peran Bahasa
Indonesia Menuju Bahasa Internasional
Trisna Andarwulan .........................................................................
86
Sistem Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP di Kota Cimahi
(Studi Pendahuluan dari Penelitian Pengembangan Instrumen
Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia)
Wikanengsih ..............................................................................
98
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
vii
Peran Bahasa Indonesia Baik, Benar, dan Santun Menuju
Bahasa Internasional
Wiyono
.............................................................................. 105
Increasing Cross-Cultural Communication when Hosting International
Students: Sharing Experiences
Yudi Setyaningsih........................................................................... 118
Pola dan Kadar Kualitas Argumen Bagian Pembahasan Artikel-artikel
Jurnal Terakreditasi
Yuliana Setyaningsih, Kunjana Rahardi. ........................................... 127
Penguasaan Bahasa Melayu dalam Kalangan Pelajar Thai Kursus
Bahasa Melayu Elektif
Kusom Yamirudeng, Zulkifli Osman................................................. 148
Pengembangan Buku Ajar Mku Bahasa Indonesia Berbasis Karakter
dengan Mengoptimalkan Kemampuan Menulis Ilmiah bagi Mahasiswa
IKIP PGRI Madiun
Agus Budi Santoso, Dwi Rohman Soleh, Eni Winarsih .......................................... 160
Pengintegrasian Budaya Jawa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing di Universitas Sebelas Maret1
Kundharu Saddhono, Muhammad Rohmadi, dan Chafit Ulya ............ 173
Dimensi Asrè Tuturan Kèjhung sebagai Ekspresi Pendidikan Karakter
Warisan Madura—Melayu
Moh. Badrih .............................................................................. 190
Representasi Hegemoni pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Pangkep Kabupaten Pangkep
Munirah dan Kusnadi Idris ............................................................. 205
Model Buku Cerita Bergambar untuk Pembelajaran BIPA
Anak-anak Prasekolah
Ari Ambarwati .............................................................................. 224
Peneguhan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Toleran dalam
Pergaulan Dunia
Arief Rijadi
.............................................................................. 237
Model Rancangan Kuesioner Analisis Kebutuhan Target Bahasa Indonesia
Iptek
Nur Fajar Arief ............................................................................. 257
viii
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Telaah Nilai-nilai Edukatif dalam Komunikasi Keluarga dan Strategi
Penanamannya
Daroe Iswatiningsih .......................................................................
Mengenalkan Kearifan Lokal Madura dalam Percaturan Internasional
Melalui Pembelajaran BIPA
Hani’ah
..............................................................................
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Model Konstruktivisme
Berpendekatan Inkuiri
Ida Bagus Putrayasa ......................................................................
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Keterampilan Membaca dan
Menulis Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas Berbasis
Multiple Intelegensi Berpendekatan Observation Based Learning
Iwan Setiawan ..............................................................................
Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
Purwantiningsih,.............................................................................
Melongok Kembali Reduplikasi pada Bahasa Indonesia
Abdul Rani
..............................................................................
Harmonisasi Sastra, Agama, dan Negara: antara Bayangan dan Kenyataan
Wadji................. ..........................................................................
Pembelajaran BIPA dalam Perspektif Politik Membangun Indonesia
Gatut Susanto ..............................................................................
Pemeliharaan Keaksaraan Masyarakat “Mandiri”: Suatu Upaya
Memperkokoh Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
Sri Wahyuni, Mustangin, Afifudin.....................................................
276
291
303
317
328
338
347
361
373
Proses Kreatif dan Apresiasi Kreatif sebagai Upaya Refleksi dan
Transformasi Sastra Indonesia
Gatot Sarmidi .............................................................................. 391
Internalisasi Nilai-nilai Kearifan dalam Pembelajaran Bipa Berbasis
Budaya dengan Pemanfaatan Tik
Dyah Werdiningsih ......................................................................... 398
Linguistik Terapan dan Metode Pembelajaran Bahasa: Metode Langsung
Eni Wahyuni. ......................................................................................414
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
ix
Kajian Psikopragmatik Judul-judul Berita Rubrik Hukum dan Kriminalitas
Koran Joglosemar sebagai Wujud Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Tekstual dan Kontekstual dalam Kehidupan
Muhammad Rohmadi. .................................................................... 429
Unsur Humor dalam Buku Kisah 1001 Malam: Abu Nawas Sang
Penggeli Hati (Kajian Semantik Humor)
Iwan Marwan .............................................................................. 437
Permasalahan Gender dalam Karya Sastra Indonesia sebagai Bagian
dari Permasalahan Dunia
Iswadi Bahardur ............................................................................ 449
Model Pembelajaran Keterampilan Menulis Laporan Ilmiah Berbasis
Masalah dengan Menggunakan Teknik Siklus Belajar sebagai Media
Pembentukan Karakter Siswa
Teti Sobari
.............................................................................. 464
Wacana Gerakan Demo Mahasiswa dalam Kajian Pragmatik
Mochtar Data .............................................................................. 472
Internasionalisasi Bahasa Indonesia: Best Practice dari Pembelajaran
Cooperative Learning pada pelajaran Bahasa Inggris di SMK*
Muhammad Yunus1, Hamiddin2 ....................................................... 490
Mengatasi Kesukaran Pelajar Mengenalpasti Tema dan Persoalan dalam Novel
“Dari Lembah Ke Puncak”
Ani Binti Haji Omar ....................................................................... 503
Penerapan Metode Global Berbasis Potensi Daerah dalam Pembelajaran
Keaksaraan Perempuan di Kabupaten Pamekasan
Hasan Busri, Sri Wahyuni, Mustangin .............................................. 519
Penyumbang Kekuatan Bahasa Indonesia: Bahasa dan Sastra Daerah
Subardi Agan .............................................................................. 533
Ancangan Kesemestaan Sosiolinguistik Dalam Pembelajaran Bahasa
Era Globalisasi IT
Abdul Syukur Ibrahim.............................................................................. 544
x
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
UNSUR HUM OR DALAM BUKU KI SAH 1001
M ALAM : ABU NAWAS SANG PENGGELI HAT I
(KAJI AN SEM ANT I K HUM OR)
Iwan Marwan
STAIN Kediri
[email protected]
Abstrak: Tindakan lucu atau humor merupakan tindak komunikasi yang rekreatif
untuk menyampaikan pesan berupa ide, ekspresi, dan perasaan. Tindakan lucu ini
tercipta atas unsur-unsur yang membangun cerita atau kisah. Dalam buku Kisah
1001 Malam: Abu Nawas Sang Penggeli Hati terdapat unsur tindakan lucu yang
menarik untuk dikaji. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji unsur humor yang terdapat
dalam buku Kisah 1001 Malam: Abu Nawas Sang Penggeli Hati. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara mengamati dan membaca seksama dan berulang-ulang.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan referensi
keilmuan semantik humor yang berpijak pada teori Brunvand dan teori Raskin.
Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur tindakan lucu yang terkandung dalam Kisah
1001 Malam: Abu Nawas Sang Penggeli Hati adalah pertama, motivasi yang meliputi
menyadarkan orang lain dan menyadarkan diri sendiri, dan kedua topik meliputi
agama, politik dan sosial. Berdasarkan temuan di atas dapat dikatakan bahwa setiap
tindakan lucu atau humor memiliki motivasi humor dan topik humor. Motivasi humor
berwujud kesadaran diri dan kesadaran orang lain. Motivasi inilah yang mampu
menggugah senyum dan menarik pikiran pembaca atau pendengar humor.
PENDAHULUAN
Tindakan lucu atau humor menurut
Flugel (dalam Dananjaja, 2001:14)
berarti cairan. Cairan tersebut sangat
berkaitan dengan temperamen
seseorang. Oleh karena itu tepat sekali
apabila Soebadiyo berpendapat bahwa
bangsa Indonesia secara umum disebut
bangsa yang pandai menutupi rasa marah
dengan tertawa (Dananjaja, 2001:7).
Tindakan lucu atau humor (istilah
Danadjaja) merupakan tindak
komunikasi rekreatif yang digunakan
untuk menyampaikan pesan. Tindakan
lucu ini terjadi karena adanya respon dan
stimulus penutur dan lawan tutur yang
menyatukan dua konsep yang berbeda.
Pembaca teks humor sebagai penikmat
humor memahami konteks karena
didasari oleh motivasi penciptaan humor
dan topik humor yang ingin disuguhkan
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
437
oleh penutur dan lawan tutur.
Humor tidak sekadar penyebab
timbulnya reaksi tersenyum dan/atau
tertawa, tetapi dapat pula menghibur,
baik melalui tulisan maupun lisan atau
ujaran. Selain itu, humor dapat pula
berupa kemampuan untuk merasakan,
menilai, menyadari, mengerti, dan
mengungkapkan sesuatu yang lucu, ganjil,
jenaka, atau menggelikan (Yuniawan,
2007).
Dalam buku Kisah 1001 Malam:
Abu Nawas Sang Penggeli Hati
terdapat unsur humor dalam membangun
cerita dan mengupas kisah-kisah teladan.
Unsur humor tersebut melingkupi
mo tivasi dan t opik. Motivasi
menyadarkan orang lain dan
menyadarkan diri sendiri, sedangkan
topik mencakup topik agama, sosial dan
politik.
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengamati dan membaca
seksama dan berulang-ulang. Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan melalui
dua prosedur, yaitu (1) analisis selama
proses pengumpulan data, dan (2) analisis
setelah pengumpulan data (Miles dan
Huberman 1984: 21-25; Muhadjir
1996:105). Penganalisisan data
dilakukan dengan mengacu pada
keilmuan semantik humor Brunvand dan
Raskin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Motivasi Humor
a. Menyadarkan orang lain
Teks 1
METODE
“Hai Abu Nawas benarkah Kau
telah memukuli penjaga pintu
gerbang kota ini sebanyak 25 kali
pukulan”
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan metode
deskriptif. Sifat kualitatif penelitian ini
mengarah pada
pembahasan
permasalahan tentang unsur tindakan lucu
dalam buku Kisah 1001 Malam: Abu
Nawas Sang Penggeli Hati. Kemudian,
dalam upaya memecahkan masalah
penelitian ini, ada tiga tahapan yang
dilakukan, yaitu: (1) penyediaan data, (2)
penganalisisan data, dan (3) penyajian
hasil analisis data (Sudaryanto 1993:5).
Berkata Abu Nawas, “Ampun
Tuanku, hamba melakukannya
karena sepatutnya ia menerima
pukulan itu,” Apa maksudmu?
Coba jelaskan sebab musababnya? Tanya Baginda. Hamba
dan penunggu pintu telah
melakaukan perjanjian jika hamba
medapat hadiah dari Baginda
maka hadiah tersebut akan dibagi
dua. Satu bagian untuk saya dan
satua bagian untuknya. Tadi pagi
438
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
saya menerima dua puluh lima kali
pukulan. Maka saya berikan dua
puluh lima kali pukulan kepadanya.
Jelas Abu Nawas.
“Hahaha….dasar tukang peras”!
Sekarang kena batunya”. Abu
Nawas tidak bersalah”, sahut
Baginda, dan “sekarang aku tahu
penjaga pintu tukang memeras”.
Teks 2
Pada suatu hari Abu Nawas
menyuruh murid-muridnya untuk
pulang dan datang kembali dengan
membawa cangkul, penggali,
kapak, dan batu. Malam harinya
mereka datang bergerak ke rumah
Kadi lalu merusak dan
menghancurkan rumah Tuan Kadi.
Banyak orang berlari karena tidak
ada yang berani mencegah. Tuan
Kadi hanya bisa marah dan
melapo rkan Abu Nawas ke
Baginda Raja.
Keesokan harinya Baginda
memanggilnya, “Hai Abu Nawas
apa sebabnya kau merusak rumah
Tuan Kadi, Abu Nawas
menjawab, bahwasannya suatu
malam hamba bermimpi Tuan Kadi
menyuruh saya merusak rumahnya.
Sebab rumah itu tidak cocok
baginya. ya karena mimpi itu saya
merusak rumah Tuan Kadi.
Baginda berkata, “Hai Abu Nawas
bolehkah karena sebuah mimpi
sebuah perint ah dilakukan?
Hukum negeri mana yang kau
pakai itu? Dengan tenang Abu
Nawas menjawab, Hamba juga
memakai hukum Tuan Kadi yang
baru ini Tuanku, “Hai Kadi
benarkah kau mempunyai hukum
seperti itu,
Tuan Kadi tiada menjawab
wajahnya nampak pucat tubuhnya
gemetaran karena takut. Abu
Nawas menjelaskan bahwa
beberapa hari lalu pemuda mesir
datang ke Bagdad sambil
membawa harta yang banyak.
Tuan Kadi memperlakukan
pemuda itu berdasarkan mimpinya
dengan merampas semua harta
benda milik pemuda itu.
Teks 1 menceritakan seorang Abu
Nawas yang dipanggil Baginda
Raja karena telah memukuli
penjaga pintu. Abu Nawas
menceritakan perihal sebab
musababnya bahwa ia telah
melakukan perjanjian jika ia
medapat hadiah dari Baginda
maka hadiah tersebut akan dibagi
dua dengan penjaga pint u.
Akhirnya Baginda Raja memecat
penjaga pintu itu karena telah
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
439
melakukan pemerasan, sementara
Abu Nawas diberi hadiah oleh raja.
Teks 2 menceritakan Abu Nawas
menyuruh murid-muridnya membawa alat-alat untuk merusak
rumah Tuan Kadi. Tuan Kadi
mengadu kepada Baginda Raja.
Kemudian Baginda memanggilAbu
Nawas
unt uk
memper t anggungjawabkan
perbuatannya. Namun Abu Nawas
dengan santai menjawab bahwa
perbuatannya adalah benar dan
sesuai dengan mimpinya
sebagaimana Tuan Kadi
memutuskan hukum berdasarkan
mimpi. Seketika wajah Tuan Kadi
pucat dan tubuhnya gemetar,
karena ia telah memperlakukan
pemuda mesir berdasarkan
mimpinya.
Kedua teks di atas mengandung
motivasi humor dengan tujuan
untuk menyadarkan orang lain,
yaitu penjaga pintu dan Tuan Kadi.
Penjaga pintu diingatkan agar tidak
melakukan pemerasan kepada
siapa pun. Sementara itu, Tuan
Kadi disadarkan agar memutuskan
hukum berdasarkan aturan-aturan
hukum dan bukan merujuk pada
mimpi yang jauh dari kebenaran
dan kepastian hukum.
Humor ini sengaja muncul dengan
440
motivasi menyadarkan orang lain
agar tidak semena-mena dengan
jabatan dan kedudukannya di
masyarakat. Tindakan lucu
tersebut merupakan tindakan
kesengajaan yang dilakukan agar
lawan tutur tidak merasa
tersinggung dengan langsung.
Tindakan lucu ini termasuk dalam
wit (istilah Freud), yaitu tindakan
lucu yang dilakuakan dengan
motivasi yang intelek. Sementara
itu menurut Raskin tindakan lucu
in termasuk humor intended (humor yang dilakukan sengaja agar
bisa menyadarkan orang lain.
b. Menyadarkan diri sendiri
Teks 1
Syahdan, Khalifah Harun AlRasyid marah besar pada sahibnya
yang karib dan setia, yaitu Abu
Nawas. Ia ingin menghukum mati
Abu Nawas setelah menerima
laporan bahwa Abu Nawas
mengeluarkan fatwa tidak mau
rukuk dan sujud dalam salat.
Lebih lagi, Harun Al-Rasyid
mendengar Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya khalifah yang
suka fitnah! Menurut pembantupembantunya, Abu Nawas layak
dipancung karena melanggar
syariat Islam dan menyebar fitnah.
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Khalifah mulai terpancing. Tapi
untung ada seorang pembantunya
yang memberi saran, hendaknya
Khalifah melakukan tabayun
(konfirmasi). Abu Nawas pun
digeret menghadap Khalifah. Kini,
ia menjadi pesakitan.
olah aku berkata salah.”
“Hai Abu Nawas, benar kamu
berpendapat tidak rukuk dan sujud
dalam salat?” tanya Khalifah ketus.
Abu Nawas beranjak dari
duduknya dan menjelaskan dengan
tenang, “Saudaraku, aku memang
berkata rukuk dan sujud tidak
perlu dalam shalat, tapi dalam salat
apa? Waktu itu aku menjelaskan
tata cara shalat jenazah yang
memang tidak perlu rukuk dan
sujud.”
Abu Nawas menjawab dengan
tenang, “Benar, Saudaraku.”
Khalifah kembali bertanya dengan
nada suara yang lebih tinggi,
“Benar kamu berkata kepada
masyarakat bahwa aku, Harun AlRasyid, adalah seorang khalifah
yang suka fitnah?”
Abu Nawas menjawab, “Benar,
Saudaraku.”
Khalifah berteriak dengan suara
menggelegar, “Kamu memang
pantas dihukum mati, karena
melanggar syariat Islam dan
menebarkan fitnah t entang
khalifah!”
Abu Nawas tersenyum seraya
berkata, “Saudaraku, memang aku
tidak menolak bahwa aku telah
mengeluarkan dua pendapat tadi,
tapi sepertinya kabar yang sampai
padamu tidak lengkap. Katakataku dipelintir, dijagal, seolah-
Khalifah berkata dengan ketus,
“Apa maksudmu? Jangan membela diri, kau telah mengaku dan
mengatakan kabar itu benar
adanya.”
“Bagaimana soal aku yang suka
fitnah?” tanya Khalifah.
Abu Nawas menjawab dengan
senyum, “Kalau itu, aku sedang
menjelaskan tafsir ayat 28 surat AlAnfal, yang berbunyi ketahuilah
bahwa kekayaan dan anakanakmu hanyalah ujian bagimu.
Sebagai seorang khalifah dan
seorang ayah, anda sangat
menyukai kekayaan dan anakanak, berarti anda suka ’fitnah’
(ujian) itu.”
Teks 2
Pada suatu hari Tuan Baginda
Harun al Rasyid mengadakan
pertemuan besar dengan para
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
441
menterinya .
“Apa pendapat kalian mengenai
Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai Kadi?
“Wazir atau perdana menteri
berkata, “melihat keadaan Abu
Nawas yang semakin parah
otaknya hendaknya Tuanku
menganggkat orang lain saja
sebagai Kadi,”
Menteri-menteri lain pun
mengutarakan pendapat yang
sama. “Baiklah kita tunggu sampai
dua puluh sat u hari karena
bapaknya baru saja mati, jika tidak
sembuh-sembuh juga, bolehlah kita
mencari kadi yang lain saja.
Setelah sebulan penuh Abu Nawas
masih dianggap gila, akhirnya Sultan Harun Arrasyid mengangkat
orang lain untuk menjadi Kadi atau
penghulu kerajaan Bagdhad.
menmenjawab, terkait dengan
pemilihan Kadi (Hakim).
Konon Abu Nawas berpura-pura
menjadi gila karena dirinya tidak
ingin diangkat menjadi Kadi. Ia
masih teringat perkataan bapaknya
sebelum meninggal.
Teks 1 mengisahkan Abu Nawas
yang akan dipancung karena
dianggap telah menyimpang syariat
442
Islam dan menebar fitnah.
Diketahui Abu Nawas telah
mengatakan jika dalam shalat tidak
ada rukuk dan sujud. Kemudian ia
berpendapat bahwa istri, keluarga
dan anak-anak akan menjadi fitnah.
Ia tersenyum bahwa pendapatnya
telah dipelintir dan perkataannya
dipotong karena sebetulnya shalat
yang tidak ada rukuk dan sujud
adalah shalat jenazah, serta
perkataan fitnah merujuk pada
surat Al Anfaal ayat 28 bahwa
kekayaan itu bia jadi fitnah.
Teks kedua mengisahkan Abu
Nawas yang berpura-pura gila
karena tidak ingin diangkat sebagai
Kadi (Hakim). Setelah Baginda
Raja mengetahui Abu Nawas
masih gila, maka Ia mengangkat
orang lain untuk dijadikan sebagai
Kadi. Abu Nawas melakuakan
perbuatan aneh dan gila karena
teringat pesan ayahnya tentang
resiko dan konsekuesni seorang
kadi.
Contoh kedua teks di at as
mengandung motivasi humor
dengan tujuan untuk menyadarkan
diri sendiri, yaitu menyadarkan
dirinya dalam memahami dan
mengamalkan ayat Al Quran surah
Al Anfal 28, dan juga tata cara
shalat jenazah. Selain itu motivasi
humor ini juga untuk mengingatkan
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
diri sendiri agar tidak ambisius
memperoleh jabatan terutama
menjadi seorang Kadi. Motivasi
humor ini sebenarnya menasehati
dirinya sendiri bahwa tugas dan
tanggung jawab seorang sungguh
berat, sebagai wakil Tuhan di
dunia.
Sikap pura-pura gila menunjukkan
bahwa Abu Nawas benar tidak
layak diangkat sebagai Kadi. Humor ini sengaja muncul dengan
motivasi menyadarkan diri sendiri
agar menyadari betapa berat tugas
dan tanggung jawab seorang Kadi
dan memahami serta mengamalkan
ayat Al Quran. Tindakan lucu
tersebut merupakan tindakan
kesengajaan yang dilakukan
pencipta humor agar lawan tutur
tidak merasa tersinggung secara
langsung. Dalam teori humor
tindakan lucu ini termasuk dalam
wit (istilah Freud), yaitu tindakan
lucu yang dilakuakan dengan
motivasi yang intelek. Sementara
itu menurut Raskin tindakan lucu
ini termasuk humor intended (humor yang dilakukan sengaja agar
bisa menyadarkan dan menasehati
diri sendiri, yaitu memahami dan
mengamalkan ayat Al Quran dan
serta tidak ambisius mengejar
jabatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Rohmadi
(2009:281) bahwa secara
kontekstual humor berbahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai
alat memotivasi diri. Hidup harus
dihadapi dengan senyum, begitu
kata orang bijak, sebagai ilustrasi
dapat diambil contoh humor cerita
lisan Si Kabayan.
Topik Humor
Berdasarkan hasil analisis pesan
cerita Abu Nawas dalam Kisah 1001
Malam: Abu Nawas Sang Penggeli
Hati.ditemukan humor dengan topik
agama, humor dengan topik politik, dan
humor dengan topik social.
a. Humor dengan Topik Agama
Tidak seperti biasa, hari itu baginda
ingin menyamar menjadi rakyat biasa.
Beliau ingin menyaksikan kehidupan di
luar istana tanpa sepengetahuan siapasiapa agar lebih leluasa bergerak.
Baginda mendekati sekumpulan
orang yang sedang mendengar kuliah dari
seorang ulama. Baginda terkesan oleh
penjelasan tentang alam barzah dan ia
tidak sabar ingin bertemu dengan Abu
Nawas. “Aku ingin kau berangkat ke
surga kemudian bawakan aku sebuah
mahkota surga yang katanya terbuat dari
cahaya. Apakah engkau sanggup Abu
Nawas?” “Sanggup paduka yang mulia,”
kata Abu Nawas menyanggupi hal yang
mustahil dilaksanakan, “Tetapi baginda
harus menyanggupi satu syarat yang akan
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
443
hamba ajukan”. “Sebutkan syarat itu?
Kata Baginda raja. “hamba mohon
Baginda menyediakan pintunya agar
hamba bisa memasukinya,” “Pintu apa?
Tanya baginda belum mengerti. “Pintu
alam akhirat,” jawab Abu Nawas, “Apa
itu?” Tanya Baginda Raja, “Kiamat,
Baginda yang mulia, masing-masing alam
memiliki pintu, pintu alam dunia
peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah
kematian. Pintu alam akhirat adalah
kiamat.surga berada di dalam alam
akhirat. Bila Baginda masih menginginkan
sebuah mahkota dunia maka dunia harus
terjadi terlebih dahulu.
Teks di atas menceritakan Baginda
Raja yang meminta Abu Nawas untuk
membawakan mahkota surga yang
terbuat dari cahaya. Abu Nawas
menyanggupinya dengan syarat Baginda
Raja menyediakan pintu masuk alam
akhirat sebagaimana manusia lahir
melewati pintu rahim sang ibu dan pintu
alam barzah adalah kematian Baginda.
Kandungan teks ini berkaitan
dengan cabang ilmu akidah sebagai
pokok ajaran dalam agama Islam. Teks
ini membahas keyakinan dan
kepercayaan terhadap hal-hal ghaib
termasuk kematian dan kiamat. Dalam
agama Islam, akidah merupakan fondasi
utama dan pertama sebelum melakukan
aktivitas kewajiban lainnya yaitu ibadah
dan muamalah. Akidah adalah ikatan
(janji) seorang individu dengan sang
khaliq (pencipta) yang akan
444
dimanifestasikan dalam ucapan hati, lisan
tindakan atau perbuatan. Dengan
pemahaman akidah yang kuat dan
mendalam manusia akan selamat
menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Topik humor terkait agama ini
senada dengan hasil penelitian Abbas
(2002) dan (Yuniarsih 2011) yang
menjelaskan bahwa topik humor tentang
agama paling dominan ditemukan dalam
teks yang memiliki latar belakang agama,
khususnya agama Islam. Topik-topik
yang diangkat dari jenis humor ini tidak
bertentangan dengan syariat-syariat Islam.
b. Humor dengan Topik Politik
Tadi pagi beberapa pekerja
kerajaan atas titah raja dating dan
membongkar rumah Abu Nawas untuk
menggali emas dan permata yang tak
ternilai harganya. Setelah digali ternyata
tidak ditemukan emas tersebut. Konon
raja melakukan hal tersebut karena ia
bermimpi, namun setelah kejadian itu raja
tidak meminta maaf kepada Abu Nawas,
sehingga Abu Nawas marah dan memeras
otak bagaimana membalas perbuatan
raja.
Dengan muka berseri-seri Abu
Nawas berangkat menuju istana. Setiba
di istana Abu Nawas membungkuk
hormat dan berkata
“Ampun Tuanku hamba menghadap Tuan untuk mengadukan tamu-
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
tamu yang tidak diundang. Mereka
masuk rumah hamba tanpa izin dan berani
memakan makanan hamba.”
“Siapakah tamu yang tidak
diundang itu wahaiAbu Nawas?” sergap
baginda kasar.
“Lalat-lalat ini Tuan” kata Abu
Nawas sambil membuka penutup
piringnya. “Kepada siapa lagi hamba
harus mengadu perlakuan yang tidak adil
ini.”
“Lalu keadilan yang bagaimana
yang engkau inginkan dariku?”
“Hamba inngin iszin tertulis dari
baginda sendiri agar hamab bisa leluasa
menghukum lalat-lalat itu.” Baginda raja
tidak bisa menolak permintaan Abu
Nawas karena pada saaat itu para
menteri sedang berkumpul di istana.
Maka dengan terpakasa baginda
membuat surat izin yang isinya
memperkenankan Abu Nawas memukul
lalat-lalat itu dimanapun ia hinggap.
Tanpa menunggu perintah Abu
Nawas mulai memukul lalat-lalat itu
dimanapun ia hinggap. Dengan tongkat
besi yang dibawa dari rumah Abu Nawas
memukul lalat yang hinggap di kaca, vas,
dan perabotan lain hingga seluruh barangbarang kerajaan remuk dan hancur.
Setelah merasa puas Abu Nawas mohon
diri untuk pulang, sementara barangbarang kerajaan banyak yang hancur.
Teks di atas menjelaskan Abu
Nawas yang merasa kesal dan marah atas
perbuatan raja dan pengawalnya. Mereka
telah merusak rumah Abu Nawas karena
diduga di dalam rumahnya tersimpan
emas permata yang sangat berharga.
Kemudian Abu Nawas mencari cara
membalas perbuatan raja yang semenamena. Dengan dalih meminta keadilan
Abu Nawas memohon keadilan agar raja
membuatkan surat agar ia bisa memukul
tamu atau lalat dimanapun lalat tersebut
hinggap. Akhirnya raja membuat surat
dan Abu Nawas leluasa memukul lalatlalat tadi dimanapun mereka hingap
hingga barang-barang kerajaan rusak dan
hancur.
Kandungan teks di atas mengungkap topik humor yang berkaitan
dengan politik, yaitu bagaimana
seseorang mencari cara agar dapat
membalas perbuatan orang lain yang telah
merugikan dirinya, kawan ataupun lawan
politiknya. Dengan siasat mencari
keadilan, Abu Nawas menyimpan
dendam pada sang raja. Menipu dan
mengecoh lawan atau kawan dalam domain politik adalah hal yang biasa terjadi.
Tindakan tersebut sering dilakukan baik
secara terang-terangan di depan umum
dan via media massa media sosial maupun
secara tersembunyi, baik antarindividu
mapun antarkelompok.
Topik humor ini berkaitan dengan
hasil penelitian Rohmadi (2009),
diterangkan bahwa humor dapat tercipta
dengan beragam konteks, seperti konteks
keluarga, ekonomi, hukum, dan juga
politik luar negeri. Topik humor politis ini
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
445
tercipta dengan konteks lingkungan
kerajaan at au hubungan anat ara
pemimpin dan rakyatnya. Hasil penelitian
lain yang relevan sebagaimana telah
dilakukan oleh Endahwarni (1994) yang
membahas kosa kata dan ungkapan humor Srimulat.
beberapa orang lain.
Ia masuk ke kamar orang kaya itu
yang sedang berbaring di ranjang,
katanya, “Dokter sudah datang, Tuan,
dan yang lain-lain sudah datang juga.”
“Yang lain-lain? Tanya orang kaya itu.
“Aku tadi hanya minta kamu memanggil
dokter, yang lain-lain itu siapa?”
c. Humor dengan Topik Sosial
Abu Nawas pernah bekerja pada
seorang yang sangat kaya, tetapi seperti
biasanya ia mendapatkan kesulitan dalam
pekerjaannya. Pada suatu hari orang kaya
itu memanggilnya, katanya, “Abu Nawas
kemarilah kau. Kau ini baik, tetapi lamban
sekali. Kau ini tidak pernah mengerjakan
satu pekerjaan selesai sekaligus. Kalau
kau kusuruh beli tiga butir telur, kau tidak
membelinya sekaligus. Kau pergi ke
warung, kemudian kembali membawa
satu telur, kemudian pergi lagi, balik lagi
membawa satu telur lagi, dan seterusnya,
sehingga untuk beli tiga telur kamu pergi
tiga kali ke warung.”
Abu Nawas menjawab, “Maaf,
Tuan, saya memang salah. Saya tidak
akan mengerjakan hal serupa itu sekali
lagi. Saya akan mengerjakan sekaligus
saja nanti supaya cepat beres.”
Beberapa wakt u kemudian
majikan Abu Nawas itu jatuh sakit dan
ia pun menyuruh Abu Nawas pergi
memanggil dokter.Tak lama kemudian
Abu Nawas pun kembali, ternyata ia
tidak hanya membawa dokter, tetapi juga
446
“Begini Tuan!” jawab Abu Nawas,
“Dokter biasanya menyuruh kita minum
obat. Jadi saya membawa tukang obat
sekalian. Dan tukang obat itu tentunya
membuat obatnya dari bahan yang
bermacam-macam dan saya juga
membawa orang yang berjualan bahan
obat-obatan bermacam-macam. Saya
juga membawa penjual arang, karena
biasanya obat itu direbus dahulu, jadi kita
memerlukan tukang arang. Dan mungkin
juga Tuan tidak sembuh dan malah mati.
Jadi saya bawa sekalian tukang gali
kuburan.”
Teks di atas mengisahkan Abu
Nawas sering mengulangi kesalahan yang
seharusnya tidak perlu terjadi. Suatu hari
ia diminta majikannya mencarikan dokter
untuk mengobati penyakitnya. Tak lama
kemudian Abu Nawas pun kembali,
ternyata ia tidak hanya membawa dokter,
tetapi juga beberapa orang lain, yaitu
tukang obat, tukang jual bahan obat,
penjual arang, dan tukang gali kubur.
Sang majikan terkejut karena banyaknya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
orang tersebut berkumpul di rumahnya.
Kandungan teks humor di atas
mengungkap topik yang berhubungan
sosial kemasyrakatan, yaitu menjaga
hubungan antara majikan dan bawahan.
Interaksi yang baik antara pembantu dan
majikannya. Pembantu atau bawahan
selayaknya melakukan tugas dan
kewajiban dengan baik atas semua
perintah dan keinginan majikan.
Demikian majikan memberikan hak
bawahan sesuai dengan auran dan norma
kemanusian yang baik dan benar.
Topik sosial kemasyarakatan ini
menunjukkan bagaimana seseorang
memahami peran dirinya baik sebagai
individu ataupun sebagai bagian dari
masyarakat. Strata sosial menegaskan
perilaku seseorang berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik terhadap
orang lain, misalnya relasi sosial
pemerintah dan rakyat, atasan dan
bawahan, dan orang tua dan anak.
Topik humor terkait sosial sangat
berkaitan dengan pendapat Sujoko
(1982) bahwa humor dapat berfungsi
mengemukakan bahwa di Indonesia
kalangan mahasiswa gemar menggunakan
humor sebagai sarana kritik sosial.
Kegemaran itu menunjukkan bahwa
mahasiswa adalah personal yang sedang
dididik untuk menjadi manusia yang kritis,
serta harus bersikap skeptis sehingga
jalan pikirannya akan menjadi ilmiah,
tidak begitu saja menerima semua yang
dihidangkan.
SIMPULAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa
unsur tindakan lucu yang terkandung
dalam Kisah 1001 Malam: Abu Nawas
Sang Penggeli Hati adalah pertama,
motivasi yang meliputi menyadarkan orang lain dan menyadarkan diri sendiri, dan
kedua topik meliputi agama, politik dan
sosial. Berdasarkan temuan di atas dapat
dikatakan bahwa setiap tindakan lucu
atau humor memiliki motivasi humor dan
topik humor. Motivasi humor berwujud
kesadaran diri dan kesadaran orang lain.
Motivasi inilah yang mampu menggugah
senyum dan menarik pikiran pembaca
atau pendengar humor
Humor merupakan sarana untuk
menyatakan ekspresi baik perasaan dan
maksud seseorang secara tidak langsung.
Pencipta humor memunculkan kelucuan
dengan muatan motivasi dan topik humor.
Kedua hal ini terkemas secara tekstual
dan kontekstual kisah Abu Nawas. Dapat
dikatakan motivasi humor pada umumnya
sarana untuk menyadarkan orang lain dan
untuk menyadarkan diri sendiri.
Demikian halnya dengan topik humor
umumnya mencakup humor dengan topik
agama, humor dengan topik politik, dan
humor dengan topik sosial. Berdasarkan
simpulan dapat disarankan, penelitian
humor lebih lanjut dapat ditinjau dari
perspektif lain yang dilatarbelakangi oleh
proses kreativitas pencipta humor dalam
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
447
memunculkan kelucuan, dan tujuan atau Raskin, V. 1994. Semantics Mechanism
orientasi humor yang berpijak pada
of Humor. Holland: D. Reidel
interdisipliner keilmuan.
Publishing Company
Rohmadi, Muhammad. 2009. Wacana
Humor dalam Bahasa IndoneDAFTAR PUSTAKA
sia:
Abbas, A. (2002). Unsur Humor dalam Analisis Tekstual dan Kontekstual.
Disertasi tidak diterbitkan.
Si Kabayan Manusia Lucu
Yogyakarta: PPS Universitas
Karya
Gadjah Mada
Achdiyat K. Mihardja. Tesis tidak
diterbitkan. Surabayar: FPS Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa,
UNESA.
Pengantar
Endahwarni, S. (1994). Kosakata dan
Ungkapan Humor Srimulat. Penelitian Wahana Kebudayaan
secara Linguistis. Yogyakarta:
Jakarta:
Duta Wacana University Press.
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Sujoko. 1982. Perilaku Manusia dalam
Humor. Jakarta: Karya Pustaka.
Huberman. 1984. Qualitative
Yuniawan, Tommy. Fungsi Asosiasi
Data
Pornografi dalam Wacana HuAnalysis. Terjemahan Tjetjep Rohendi
mor.
R. 1992. Analisis Data
Jurnal Linguistika. Vol. 14, No. 27, SepKualitatif. Jakarta: UI.
tember 2007 SK Akreditasi
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi
Nomor: 39/Dikti/Kep. 2004
Penelitian
Kualitatif.
Yuniarsih, Yuyun. 2011. Unsur Humor
Yogyakarta:
dalam Buku Ibtasim karya
Rakesarasin
“Aidh Al
Rahimsyah, M.B. 2008. Kisah 1001
Qarni.
Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta:
Malam: Abu Nawas Sang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Penggeli Hati.
Indonesia
Jombang:Lintas Media
448
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya