Perancangan buku eksiklopedia kesenian Tanjidor Jakarta

(1)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Marhao Gurumindra

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 Juni 1988 Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Kp. Duku RT 003/05 Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan

Telepon : 085222144555

e-mail : marhao_cerberus@yahoo.com

Pendidikan : 1994 – 2000, SDN Keramat Pela 13 Pagi Jakarta 2000 – 2003, SLTPN 11 Jakarta

2003 – 2006, SMK Gita Kirtti 1 Jakarta

2006 – 2013, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)


(2)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ENSIKLOPEDIA KESENIAN TANJIDOR JAKARTA

DK38315/Tugas Akhir

Semester II 2012-2013

Oleh:

Marhao Gurumindra

51906215

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

KATA PENGANTAR

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Media Informasi Kesenian Tanjidor Jakarta. Tanpa adanya bantuan-bantuan mungkin akan sangat sulit untuk bisa menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini. Penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Dalam penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini mungkin masih banyak kekurangan-kekurangannya baik dalam penulisan maupun materi, mengingat masih dalam proses belajar. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar Laporan Pengantar Tugas Akhir ini menjadi lebih sempurna. Semoga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua.

Bandung, 23 Agustus 2013


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Identifikasi masalah ... 4

I.3. Rumusan Masalah ... 4

I.4. Batasan Masalah ... 5

I.5. Tujuan Perancangan ... 5

BAB II KESENIAN TANJIDOR II.1. Pengertian Tanjidor ... 6

II.1.1. Jenis-jenis Alat Musik Tanjidor ... 8

II.1.2. Jenis-jenis Lagu Tanjidor ... 14

II.2. Media Pembelajaran ... 14

II.2.1. Jenis-jenis Media Pendidikan ... 16


(5)

II.3. Kurikulum Pendidikan pada Sekolah Dasar ... 23

II.4. Analisis Masalah ... 24

II.4.1. Analisa (5W +1H) ... 25

BAB III STRATEGI PERANCANGAN KONSEP VISUAL III.1. Target Audiens ... 27

III.2. Strategi Perancangan ... 28

III.2.1. Pendekatan Komunikasi... 28

III.2.2. Strategi Kreatif ... 29

III.2.3. Strategi Media ... 30

III.2.3.1. Media Utama ... 31

III.2.3.2. Media Pendukung... 31

III.2.4. Strategi Distribusi ... 33

III.2.4.1. Jadwal Distribusi Media ... 33

III.2.4.2. Tempat Distribusi Media... 34

III.3. Konsep Visual ... 34

III.3.1. Format Desain ... 36

III.3.2. Tata Letak ... 37

III.3.3. Tipografi ... 39

III.3.4. Ilustrasi ... 40

III.3.5. Warna ... 41

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1. Teknis Media ... 43

IV.1.1. Media Utama ... 44

IV.1.2. Media Pendukung ... 45

IV.1.2.1. Poster ... 45

IV.1.2.2. X-banner ... 47


(6)

IV.1.2.4. Flyer ... 49

IV.1.3. Media Merchandise ... 50

IV.1.3.1. Notebook ... 50

IV.1.3.2. Pin ... 51

IV.1.4. Media Gimmick ... 51

IV.1.4.1. Pembatas Buku ... 52

IV.1.4.2. Stiker ... 53 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR PUSTAKA

 Buku

Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. (2006). Model Mata Pelajaran Muatan Lokal. 2-3.

Iroom. (2012). Ensiklopedia Anak Hebat Hewan.

S1 TA & Skripsi (2012). Buku panduan tugas akhir dan skripsi S1 semester II 2012-2013 Universitas Komputer Indonesia.

 Jurnal

Zaman, Badru., Eliyawati, Cucu. (2010). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. 2-6.

Sugiyanto. (2009). Karakteristik Anak Usia SD, 5-6.

 Website

Aziz, Indra. 2009 (6 September). Mengenal Tanjidor. Tersedia di: http://indraaziz.net/2009/09/mengenal-tanjidor/

Budaya Indonesia. 2007 (28 Oktober). Tanjidor. Tersedia di: http://budayaindonesia.wordpress.com/2007/10/28/tanjidor/

Edukasi Kompas. 2013 (31 Januari). Manfaat Psikologi Perkembangan dalam Proses Pendidikan dan Pengajaran Siswa SD. Tersedia di: http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/31/manfaat-psikologi- perkembangan-dalam-proses-pendidikan-dan-pengajaran-siswa-sd-524575.html

Ensiklopedia Jakarta. 2010. Tanjidor. Tersedia di:

http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3135

Tim Indonesia Kaya. 2011 (25 November). Tanjidor. Tersedia di: http://www.indonesiakaya.com/see/read/2011/11/25/834/20006/4/ TanjidorYuliastuti, Desy. 2010 (12 Desember). Tanjidor Kian Tergerus Zaman. Tersedia di: http://gedeyenuyani.blogspot.com/ 2012/03/tanjidor-kian-tergerus-zaman.html


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam keanekaragaman suku, budaya, adat isitiadat. Ketiga hal tersebut merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus dilestarikan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Salah satunya yaitu melalui kurikulum pendidikan. Pengenalan kebudayaan dan kesenian melalui kurikulum pendidikan terdapat dalam mata pelajaran Muatan Lokal. Mata pelajaran Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan tentang kebudayaan dalam setiap masing-masing daerah sehingga nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia tidak hilang.

Indonesia memiliki ibukota yang bernama DKI Jakarta (Daerah Khusus Ibukota Jakarta). Jakarta memiliki suku yang bernama suku Betawi. Jakarta juga memiliki banyak kebudayaan dan kesenian. Salah satunya adalah Kesenian Tanjidor. Tanjidor merupakan salah satu kekayaan Budaya Indonesia yang dimiliki secara khusus oleh suku Betawi. Kata Tanjidor diambil dari bahasa Portugis yaitu Tangedor yang berarti alat-alat musik berdawai. Kesenian Tanjidor ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi seperti klarinet (alat musik tiup), piston (alat musik tiup), trombon (alat musik tiup), saksofon tenor (alat musik tiup), (membranofon), simbal (perkusi) dan tambur (Tim Indonesia Kaya). Kesenian Tanjidor umumnya dipakai dalam musik jalanan tradisional atau pesta Cap Gomeh dikalangan Cina Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Biasanya kesenian ini juga digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara


(9)

pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas seperti sebuah orkes.

Seiring dengan perkembangan jaman kini pentas Kesenian Tanjidor sangat sulit untuk ditemukan. Dalam sebulan pentas Kesenian Tanjidor ini rata-rata tampil hanya dua kali. Sangat berbeda jauh dengan tahun 1970-an dahulu pentas Kesenian Tanjidor dapat dinikmati hampir setiap hari karena masih banyak diminati oleh masyarakat. Banyak permasalahan-permasalahan yang menyebabkan Kesenian Tanjidor ini sulit ditemukan. Seperti kurang berjalannya regenerasi para pemain. Kurang berjalannya regenerasi pemain dikarenakan tidak adanya minat generasi penerus. Ada sebagian anak remaja yang memiliki pandangan bahwa Kesenian Tanjidor ini terlihat kuno atau tidak lebih menarik dari budaya-budaya jaman sekarang seperti band, modern dance atau kebudayaan dan kesenian lainnya. Tidak adanya minat atau permintaan pentas oleh masyarakat sekitar, karena Kesenian Tanjidor ini sangat bergantung dari bayaran penonton. Kurangnya peran dari orangtua untuk mengembangkan kesenian, banyak pola pikir para orangtua yang masih memandang rendah profesi seniman sehingga melarang anak-anaknya untuk menjadi seniman. Sulitnya memainkan alat-alat musik Tanjidor juga menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan. Butuh waktu yang cukup lama untuk mempelajari, memainkan dan menguasai alat-alat musik Tanjidor (Desy Yuliastuti, 2010).

Upaya-upaya pun sudah dilakukan oleh pihak terkait untuk dapat mengatasi semua permasalahan yang ada. Seperti mendirikan sanggar-sanggar seni oleh para pecinta kebudayaan Betawi. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta juga telah membantu dengan memberikan alat-alat musik Tanjidor. Pemerintah DKI Jakarta pun juga sering menggelar pentas-pentas kesenian sebagai dukungan pengembangan kesenian. Tidak hanya bantuan-bantuan itu saja yang dibutuhkan, bantuan dalam hal pembinaan juga sangatlah penting. Tanjidor kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kesenian Betawi lainya seperti Gambang


(10)

Kromong sehingga banyak masyarakat Betawi yang kurang atau bahkan tidak mengetahui Kesenian Tanjidor. Dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dengan memperkenalkan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan (Desy Yuliastuti, 2010).

Dinas pendidikan telah memasukan mata pelajaran Muatan Lokal ke dalam kurikulum Sekolah Dasar yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar DKI Jakarta. Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan pada setiap daerah. Namun materi pembelajaran hanya sebatas pada ruang lingkup yang kecil, yaitu hanya memperkenalkan Kesenian Tanjidor secara umum saja atau tidak memperkenalkan pengetahuan tentang Kesenian Tanjidor secara lebih mendalam. Media pembelajaran pun dirasakan kurang menarik dan tidak sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar sehingga belajarpun menjadi kurang efektif. Pada masa usia Sekolah Dasar atau masa tahap operasional konkrit atau disebut juga masa akhir anak-anak yaitu pada usia 7-11 tahun, cara berfikir egosentris (melihat dengan satu arah) mulai berkurang. Anak usia Sekolah Dasar sudah dapat melihat lebih dari satu dimensi secara serempak dan menghubungkan satu dimensi dengan dimensi lainnya sehingga masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik (Edukasi Kompas, 2013). Media pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Muatan Lokal juga harus disesuaikan dengan karakter atau ciri khas daerah masing-masing. Setiap kebudayaan daerah pasti memiliki karakter atau ciri khas yang berbeda-beda, oleh sebab itu tampilan pada media pembelajaran harus sesuai dengan karakter atau ciri khas kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing daerah sehingga ciri khas masing-masing daerah dapat dikenali atau diketahui.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu media pembelajaran yang menarik yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar yang senang bermain, senang bergerak dan senang bekerja kelompok (Sugiyanto, 2009). Disinilah pentingnya peran Desain Komunikasi Visual


(11)

untuk dapat membuat media pembelajaran yang dapat menarik secara visual sesuai dengan karaketeristik anak usia Sekolah Dasar.

I.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi adalah:

 Buku pelajaran untuk mata pelajaran Muatan Lokal yang ada saat ini kurang berperan dalam memberikan informasi.

 Media pembelajaran yang ada saat ini dirasakan kurang menarik minat baca anak usia sekolah dasar.

Layout atau tampilan buku yang ada saat ini kurang menarik dan terlihat membosankan.

 Kurangnya buku-buku pelajaran untuk anak sekolah dasar yang membahas tentang kebudayaan daerah sehingga sulit untuk didapatkan.

 Banyak masyarakat Betawi yang tidak mengetahui Kesenian Tanjidor lebih dalam. Sudah seharusnya masyarakat Betawi setidaknya mengetahui kebudayaan yang berasal dari daerahnya sendiri karena hal tersebut dapat mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

I.3. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

 Media informasi seperti apakah yang dibutuhkan dalam mata pelajaran Muatan Lokal?

 Seperti apakah peranan media pembelajaran yang ada saat ini dalam membantu pelestarian Kesenian Tanjidor?

 Bagaimana cara agar mata pelajaran Muatan Lokal memiliki media pendukung yang efektif?


(12)

 Bagaimanakah pengetahuan masyarakat khususnya anak sekolah dasar tentang Kesenian Tanjidor?

I.4. Batasan Masalah

Peranan Desain Komunikasi Visual untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah bagaimana merancang suatu media pembelajaran yang dapat memperkenalkan Kesenian Tanjidor dan memiliki informasi yang lengkap serta memiliki tampilan visual yang menarik dan tidak membosankan kepada anak usia sekolah dasar di daerah DKI Jakarta sehingga anak usia Sekolah Dasar memiliki minat untuk belajar dan juga dapat bermain pada saat belajar.

I.5. Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan media informasi ini adalah memperkenalkan dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai kebudayaan lokal Kesenian Tanjidor kepada anak usia sekolah dasar agar pengetahuan tentang kebudayaan lokal tidak hilang. Memperkenalkan Kesenian Tanjidor merupakan hal yang sangat penting karena Tanjidor merupakan salah satu kesenian yang memperkaya nilai-nilai bangsa Indonesia.


(13)

BAB II

KESENIAN TANJIDOR

II.1. Pengertian Tanjidor

Tanjidor adalah grup musik tradisional yang berasal dari Betawi yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat Betawi. Tanjidor merupakan seni musik yang mendapat banyak pengaruh dari musik-musik Eropa. Tanjidor dimainkan secara berkelompok. Kesenian Tanjidor ini kemudian dikembangkan oleh masyarakat Betawi yang berada di daerah Bekasi dan Karawang. Kedua daerah tersebut berdekatan dengan Jakarta sehingga dalam kehidupan sosial budaya masyarakat setempat sangat kental dengan budaya Betawi. (www.indonesiakaya.com, 2011)

Gambar II.1. Kesenian Tanjidor

Sumber: http://suaranada.files.wordpress.com/2011/07/tanjidor-1.jpg (Diakses pada: 11 Maret 2013)


(14)

Tanjidor merupakan ensambel musik atau permainan musik yang melibatkan beberapa pemain atau dimainkan secara bersama-sama. Nama Tanjidor lahir pada masa penjajahan Hindia Belanda. Kata “tanjidor” itu sendiri berasal dari bahasa Portugis yaitu “tangedor” yang memiliki arti yaitu alat-alat musik berdawai. Kesenian Tanjidor yang dimiliki oleh masyarakat Betawi ini cukup berbeda dengan kesenian “tangedor” yang dimiliki oleh Portugis walaupun sama-sama menggunakan sistem tangga nada diatonik atau nada yang memiliki 7 not yang berbeda disetiap oktafnya. Kesenian Tanjidor yang dikembangkan oleh masyarakat Betawi

ini lebih banyak didominasi oleh alat musik tiup.

(www.indonesiakaya.com, 2011)

Tanjidor merupakan kesenian musik yang dimainkan oleh sekelompok orang atau sering disebut Orkes Tanjidor. Orkes Tanjidor ini sudah berkembang sejak abad ke-19 dan sering membawakan laug-lagu rakyat, salah satunya adalah lagu Jali-jali. Orkes Tanjidor dapat dijumpai pada saat upacara perkawinan Betawi, khitanan, upacara kemerdekaan Indonesia, Tahun baru Masehi atau tahun Baru Imlek. Pada umumnya Orkes tanjidor dimainkan dengan berkeliling sambil memainkan alat musik. (Indra Aziz, 2009)

Dalam sejarahnya dahulu para pemain Tanjidor memainkan alat musik Eropa dengan nada yang berlawanan dengan kemampuan teknis nada-nada diatonik yang dimiliki alat musik Eropa tersebut sehingga alunan musik terdengar menjadi tidak selaras. Namun karena sering memainkan dan mendengarkan nada-nada yang tidak selaras tersebut, alunan musik Tanjidor menjadi terdengar selaras karena adaptasi pendengaran. Para pemain Tanjidor banyak berasal dari luar kota Jakarta seperti Tangerang, Indramayu dan lain-lain. Dalam memainkan alat musik Eropa tersebut, para pemain Tanjidor tidak dapat membaca not balok maupun not angka. Lagu-lagu yang dibawakan pun tidak jelas. (www.jakarta.go.id)


(15)

II.1.1. Jenis-jenis Alat Musik Tanjidor

Alat-alat musik yang digunakan dalam kesenian Tanjidor terdiri dari klarinet (alat musik tiup), french horn (alat musik tiup), trombon (alat musik tiup), saksofon (alat musik tiup), tenor horn (alat musik tiup), drum (alat musik pukul), simbal (alat musik pukul), dan tambur (alat musik Pukul). Grup musik Tanjidor dimainkan oleh 7 sampai dengan 10 orang.

Gambar II.2. Pemain Tanjidor Memainkan Alat Musik French Horn

Sumber:

http://www.indonesiakaya.com/uploads/article/photo/834_DKI_Jakarta_-_Tenor_Tanjidor_-_IE.JPG


(16)

Gambar II.3. Klarinet

Sumber: http://www.jupitermusic.co.uk/rdas/pages/html/dimages/JCL-637S%20NEW%20Clarinet.jpg

(Diakses pada: 11 Maret 2013)

Gambar II.4. Pemain Tanjidor Memainkan Alat Musik Klarinet Sumber:

http://suarajakarta.co/wp-content/uploads/2012/09/10092012-peniup-seruling-pada-orkes-tanjidor-betawi.jpg (Diakses pada: 11 Maret 2013)


(17)

Gambar II.5. Tenor Horn

Sumber:

http://static.musiciansfriend.com/derivates/19/001/453/811/DV020_Jpg_ Jumbo_585002.jpg

(Diakses pada: 11 Maret 2013)

Gambar II.6. Pemain Tanjidor Memainkan Alat Musik Tenor Horn

Sumber: http://suarajakarta.co/wp-content/uploads/2012/09/10092012-peniup-seruling-pada-orkes-tanjidor-betawi.jpg


(18)

Gambar II.7. Trombon

Sumber: http://www.digitaltrombone.com/wp-content/uploads/2011/12/Bass-trombone.jpg

Diakses pada: 11 Maret 2013)

Gambar II.8. Pemain Tanjidor Memainkan Alat Musik Trombon Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/- ylW1DQeDyYg/T6sxzoZv2WI/AAAAAAAAAkk/bH9taDC2R-0/s1600/Tanjidor1.jpg


(19)

Gambar: II.9. Simbal

Sumber: http://www.citraintirama.com/admin/product/99612610.jpg (Diakses pada: 11 Maret 2013)

Gambar: II.10. Pemain Tanjidor Memainkan Alat Musik Simbal

http://www.indonesiakaya.com/uploads/article/photo/834_DKI_Jakarta_-_Simbal_Tanjidor_-_IE.JPG (Diakses pada: 11 Maret 2013)


(20)

Gambar II.11. Pemain Tanjidor Memainkan Alat Musik Drum Sumber:

http://www.indonesiakaya.com/uploads/article/photo/834_DKI_Jakarta_-_Bedug_Tanjidor_-_IE.JPG

(Diakses pada: 11 Maret 2013)

Gambar II.12. French Horn, Tenor horn, Trombon dan Drum Sumber:

http://4.bp.blogspot.com/_zx4W0RR1aoc/TU91wuOvRwI/AAAAAAAA AEU/ZsLTeuXHaVI/s1600/IMG_9740.JPG


(21)

II.1.2. Jenis-jenis Lagu Tanjidor

Lagu-lagu yang sering dibawakan oleh Orkes Tanjidor diantaranya adalah Kramton dan Bananas merupakan lagu Belanda yang memiliki irama mars, Keramat Karam yang tercipat karena meletusnya Gunung Krakatau pada saat itu dan atas keinginan masyarakat Betawi kemudian lagu tersebut sering dimainkan dan digemari , Cente Manis, Merpati Putih, Surilang, Jali-jali dan lain-lain.

II.2. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara sumber pesan dengan penerima pesan. (Sadiman, 2002)

Menurut Sadiman (1993) “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.”

Media adalah bentuk-bentuk dari komunikasi baik dalam bentuk cetak maupun dalam bentuk audio visual yang dapat dimanipulasi, dapat dilihat, dapat didengar dan dapat dibaca. (National Education Association, 1969)

Media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar di sekolah. Namun media pembelajaran saat ini yaitu berupa buku pelajaran Muatan Lokal atau MULOK dirasakan membosankan dan tidak menarik untuk dibaca. Buku yang ada saat ini tidak mewakili karakteristik anak usia Sekolah Dasar yang gemar bermain dan juga tidak mewakili ciri khas daerah Betawi itu sendiri.


(22)

Gambar II.13. Contoh Buku Pelajaran Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta Sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2012/04/12/1833267620X310.jpg

(Diakses pada: 5 Mei 2013)

Gambar II.14. Contoh Materi Buku Pelajaran

Sumber: http://vokoes.files.wordpress.com/2012/04/bang-maman-1.jpg?w=683 (Diakses pada: 5 Mei 2013)


(23)

II.2.1. Jenis-jeins Media Pendidikan

Badru Zaman, M.Pd dan Cucu Eliyawati, M.Pd (2010) menjelaskan bahwa:

Keragaman dan jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangat banyak dan variatif oleh karena itu

dalam perkembangannya timbul usaha-usaha untuk

mengelompokkan dan mengklasifikasi media-media tersebut menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Para ahli yang tercatat dalam proses pengkalifikasian tersebut antara lain: Rudy Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, Allen, dan lain-lain. Namun demikian dari beberapa pengelompokkan media yang mereka lakukan belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi atau taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk suatu sistem pembelajaran. Bahkan tampaknya memang tidak pernah akan ada sistem pengelompokkan yang sahih dan berlaku umum. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bahan ajar ini jenis media tersebut akan dibagi menjadi tiga kelompok besar sebagaimana yang digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar II.15. Klasifikasi Media Pembelajaran

MEDIA

AUDIO VISUAL

AUDIO VISUAL


(24)

Sumber: Badru Zaman, M.Pd dan Cucu Eliyawati, M.Pd (Diakses pada: 15 April 2013)

Dari tabel di atas maka media pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu media visual, media audio dan media audio-visual. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing jenis dan karakteristik dari media pendidikan:

 Media Visual

Media visual merupakan suatu media yang hanya dapat dilihat. Media visual merupakan salah satu media yang paling sering digunakan dalam dunia pendidikan. Media visual terdiri dari media proyeksi, yaitu media yang menampilkan gambar pada suatu layar mengunakan alat bantu proyeksi dan media non-proyeksi, yaitu media yang tidak dapat diproyeksikan seperti pada buku. (Badru Zaman, M.Pd dan Cucu Eliyawati, M.Pd, 2010)

Contoh dari media proyeksi adalah media pembelajaran yang menampilkan gambar-gambar yang diproyeksikan atau ditampilkan dengan alat bantu proyeksi. Kelebihan dari media pembelajaran ini yaitu gambar-gambar yang ditampilkan pada suatu layar dapat terlihat lebih jelas dari gambar yang ada pada media buku, dapat menjangkau kelompok belajar yang lebih luas sehingga dapat memudahkan proses belajar-mengajar. Kelemahan dari media proyeksi ini yaitu membutuhkan alat bantu lain yaitu infokus atau proyektor, gambar yang ditampilkan berupa gambar datar atau gambar yang tidak dapat diraba atau tidak dapat dirasakan.


(25)

Gambar II.16. Media Proyeksi

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-szXXoA07a_w/TVVnC 3lxS7I/AAAAAAAAACw/jK-aD4gLBys/s1600/

penggunaan-media-google-earth.jpg.com (Diakses pada: 5 Mei 2013)

Gambar II.17. Contoh Pembelajaran dengan Media Proyeksi Sumber:

http://ardansirodjuddin.files.wordpress.com/2008/05/konsepsi-media.jpg


(26)

Contoh dari media non-proyeksi yaitu buku. Buku memiliki peranan yang sangat penting dalam sebagai media pembelajaran. Buku banyak dipakai karena memiliki banyak kelebihan. Buku dinilai sangat efektif dan juga efisien dalam penggunaannya, tidak memerlukan alat bantu apapun, proses belajar dapat dilakukan dimanapun karena buku dapat dibawa dan memiliki berbagai macam jenis serta bentuk seperti buku pop-up yang memiliki gambar serta warna-warna yang sangat menarik untuk dilihat, buku pop-up memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan visual cerita yang lebih menarik serta bagian-bagian gambar yang lebih memiliki dimensi.

Contoh lainnya adalah buku ensiklopedia. Buku ensiklopedia adalah buku yang berisi penjelasan dalam satu cabang ilmu pengetahuan tertentu serta memberikan informasi secara lengkap.

Gambar II.18. Contoh Buku ensiklopedia Sumber: Dokumentasi pribadi


(27)

Gambar II.19. Contoh Buku ensiklopedia Sumber: dokumentasi pribadi

 Media Audio

Media audio merupakan media yang hanya dapat didengar, tidak dapat dilihat. Media audio dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak-anak. Contoh dari media audio ini adalah program kaset suara dan radio. (Badru Zaman, M.Pd dan Cucu Eliyawati, M.Pd, 2010)

Kelebihan dari media audio ini yaitu dapat memberikan rangsangan-rangsangan berpikir kepada anak melalui suara-suara yang dihasilkan, perhatian anak-anak pun dapat lebih terfokus pada suara yang dihasilkan. Kelemahan dari media audio ini adalah media ini tidak mampu memberikan gambar-gambar sehingga tidak dapat memberikan rangsangan visual kepada anak-anak.


(28)

Gambar II.20. Contoh Media Pembelajaran Berupa Kaset Sumber:

http://4.bp.blogspot.com/-52JcaPBckoU/TnBcpRcMq7I/AAAAAAAABxY/86tfGV76fMQ /s1600/kaset.jpg

(Diakses pada: 5 Mei 2013)

 Media Audio-Visual

Media audio-visual merupakan media yang menggabungkan media audio dan media visual. Media ini merupakan media yang paling lengkap diantara media-media lainnya karena dapat didengar dan juga dapat dilihat sehingga menjadi dalam penyampaiannya media ini lebih optimal. Contoh dari media audio-visual adalah program televisi, CD interaktif dan lain-lain. (Badru Zaman, M.Pd dan Cucu Eliyawati, M.Pd, 2010)

Sebagai media yang memberikan rangsangan paling lengkap, media audio-visual ini banyak memiliki kelebihan yaitu media ini dapat memberikan rangsangan pikiran serta rangsangan visual yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak


(29)

dalam masa belajar. Namun media ini juga memiliki kelemahan yaitu membutuhkan alat bantu serta pengoprasiannya tidaklah mudah. Peralatan-peralatan yang digunakan dinilai cukup mahal.

Gambar II.21. Contoh Media Pembelajaran Berupa CD Interaktif Sumber: http://yodama.files.wordpress.com/2008/11/v2.jpg

(Diakses pada: 5 Mei 2013)

Gambar II.22. Contoh Tampilan CD Interaktif Sumber:

http://nikyuero.blogspot.com/2013/03/cd-interaktif-bahasa-inggris-sd.html (Diakses pada: 5 Mei 2013)


(30)

II.2.2. Manfaat Media Pendidikan

Badru Zaman, M.Pd dan Cucu Eliyawati, M.Pd (2010) menjelaskan bahwa:

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran yaitu:

 Pesan atau informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas, menarik, kongkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka (verbalistis).

 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.

 Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.

 Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.

 Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

 Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

 Memberikan perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.

II.3. Kurikulum Pendidikan pada Sekolah Dasar

Dikutip dari Departemen Pendidikan Jakarta Tahun 2006:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai


(31)

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.

Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.

Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.

II.4. Analisis Masalah

Setelah mengumulkan data-data maka proses selanjutnya adalah menganalisis masalah. Analisi masalah dilakukan dengan menggunakan analisa 5W + 1H, yaitu What, Who, Where, When, Why dan How.


(32)

II.4.1. Analisa Masalah (5W+1H)

 What

Merancang suatu media pembelajaran yang bersifat memperkenalkan yang berisi tentang sejarah serta alat-alat musik yang digunakan dalam Kesenian Tanjidor yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar sehingga anak dapat belajar sambil bermain dan tidak merasa bosan pada saat proses belajar berlangsung.

 Who

Media pembelajaran ini dikhususkan untuk anak usia Sekolah Dasar sesuai dengan kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan yang memiliki usia antara 9 tahun sampai dengan 11 tahun.

 Where

Media pembelajaran ini akan ditujukan ke Sekolah Dasar yang ada di DKI Jakarta. Karena bersifat memperkenalkan Kesenian Tanjidor, tidak menutup kemungkinan media pembelajaran ini akan didistribusikan ke tempat-tempat yang membutuhkan media pembelajaran seperti sanggar-sanggar para komunitas pecinta Betawi, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dan toko-toko buku di DKI Jakarta.

 When

Media pembelajaran yang ada saat ini dinilai sangat membosankan bagi anak usia Sekolah Dasar sehingga anak usia Sekolah Dasar menjadi tidak tertarik dalam proses belajar. Sudah saatnya membuat media yang dapat memberikan informasi serta pengetahuan tentang kebudayaan lokal.

 Why

Media pembelajaran dipilih karena saat ini media pembelajaran yang ada dinilai kurang menarik dan kurang


(33)

menyenangkan. Media pembelajaran yang ada saat ini dirasakan membosankan sehingga proses belajar dapat menjadi tidak efektif. Media pembelajaran pun tidak menampilkan ciri khas kebudayaan daerah Betawi. Sebagai media yang mengajarkan kesenian dan kebudayaan sudah seharusnya menampilkan ciri khas yang kebudayaan Betawi yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar.

 How

Merancang media pembelajaran berupa buku ensiklopedia untuk anak usia Sekolah Dasar yang bersifat memperkenalkan yang berisi tentang sejarah serta alat-alat yang digunakan dalam Kesenian Tanjidor dengan tampilan yang menarik serta memiliki ciri khas kebudayaan Betawi. Buku tersebut juga harus mewakili karakteristik anak usia Sekolah Dasar yang gemar bermain. Buku ensiklopedia dipilih karena buku tersebut dapat menjelaskan informasi secara luas, lengkap dan mudah untuk dipahami. Pemilihan media berjenis buku ensiklopedia dipilih disesuaikan dengan target Sekolah Dasar yang akan dituju yang ada di daerah DKI Jakarta. Ensiklopedia berasal dari bahasa Yunani yang berarti sebuah lingkaran atau pengajaran yang lengkap.

Ensiklopedia merupakan kumpulan dari kata-kata yang menjelaskan tentang informasi secara luas, lengkap dan mudah untuk dipahami. (http://www.anneahira.com/Ensiklo pedia.htm, 2012)


(34)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN KONSEP VISUAL

III.1. Target Audiens

Target audiens adalah memilih segmentasi audiens yang akan menjadi sasaran dalam sebuah kegiatan. Pemilihan audiens ditentukan melalui riset yang telah dilakukan. Dalam merancang media informasi berupa Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor ini terdapat 2 kelompok target audiens yaitu primer dan skunder. Target primer dalam perancangan media informasi ini adalah anak usia 9-11 tahun. Target skundernya ditujukan untuk sekolah-sekolah di Jakarta yang memiliki mata pelajaran Muatan Lokal.

1. Primer

 Demografi

Usia : 9-11 tahun Jenis klamin : pria dan wanita Pendidikan : sekolah dasar Pekerjaan : pelajar

Bahasa : indonesia formal dan non-formal

 Psikografi

Kelas sosial : kelas menengah ke atas dan kelas menengah ke bawah

gaya hidup : senang bermain, senang membaca

 Geografi

Tempat : DKI Jakarta

Iklim : tropis 2. Skunder

 Demografi

Usia : 6-12 tahun Jenis klamin : pria dan wanita Pendidikan : sekolah dasar


(35)

Pekerjaan : pelajar

Bahasa : indonesia formal dan non-formal 3. Psikografi

Kelas sosial kelas menengah ke bawah

gaya hidup : senang bermain, senang membaca 4. Geografi

Tempat : DKI Jakarta

Iklim : tropis

III.2. Strategi Perancangan

Strategi perancangan terdiri dari dua kata yaitu strategi dan perancangan. Strategi merupakan proses untuk menentukan arah yang akan dituju oleh perusahaan untuk mencapai suatu misi dan sebagai daya dorong yang membantu perusahaan dalam menentukan suatu produk, jasa dan pasar. (Morrisey 1995:45) Sedangkan perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. (Shafwandi, 2011)

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa strategi perancangan merupakan proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, memperbaiki dann menyusun suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

III.2.1. Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan adalah pendekatan komunikasi visual yaitu pendekatan komunikasi melalui pemilihan ilustrasi, tipografi serta warna-warna yang menarik yang memiliki ciri khas kebudayaan Betawi dan juga sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar, serta pendekatan komunikasi verbal yaitu pendekatan komunikasi yang menggunakan bahasa Indonesia agar mudah dipahami dan mudah untuk dibaca.


(36)

Dalam menciptakan atau merancang suatu desain yang komunikatif pemilihan tipografi, ilustrasi dan warna merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga harus direncanakan dengan sangat baik. Pendekatan visual dari media informasi ini menggunakan referensi dari beberapa buku yang ada di toko buku. Salah satunya adalah buku yang berjudul “Ensiklopedia Anak Hebat” edisi “Hewan”.

Gambar III.1. Buku Ensiklopedia Anak Hebat Hewan Sumber: dokumentasi pribadi

III.2.2. Strategi Kreatif

Dalam merancang sebuah media informasi tentang Kesenian Tanjidor ini dibutuhkan strategi kreatif berupa buku


(37)

ensiklopedia. Buku ensiklopedia dipilih karena memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan pesan yang lebih lengkap. Tampilan gambar juga dapat dibuat menarik, sehingga membuat anak usia Sekolah Dasar menjadi lebih bersemangat dan lebih tertarik dalam proses belajar dan juga menambah banyak pengetahuan tentang alat-alat musik kesenian Tanjidor. Buku ensiklopedia juga dinilai lebih efektif dan juga efisien dalam penggunaannya karena tidak membutuhkan alat bantu apapun sehingga dapat dipegang dan dipelajari secara langsung oleh anak-anak.

Informasi yang akan disampaikan berupa sejarah singkat serta alat-alat yang digunakan dalam Kesenian Tanjidor. Materi sejarah Kesenian tanjidor ini akan dibahas secara singkat dan jelas agar anak usia Sekolah Dasar tidak merasa bosan saat membaca namun tetap dapat dimengerti. Alat-alat yang digunakan dalam Kesenian tanjidor akan digambarkan satu persatu dengan keterangan nama pada setiap masing-masing alat agar anak-anak dapat mengetahui dan mengingatnya dengan jelas.

III.2.3. Strategi Media

Strategi media merupakan proses menentukan arah untuk memperoleh suatu tujuan atau mencapai suatu misi melalui suatu media tertentu. Strategi media terdiri dari dua unsur yaitu media utama dan media pendukung. Media utama dari media informasi ini adalah berupa buku ensiklopedia. Buku ensiklopedia dipilih karena memiliki kelebihan antara lain dapat memberikan informasi secara lengkap sehingga pengetahuan anak-anak terhadap alat-alat musik kesenian Tanjidor bertambah. Visual juga dapat dibuat menarik agar anak-anak tidak merasa bosan saat membaca. Media informasi buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor terbuat dari bahan kertas yang biasa digunakan untuk majalah. Sedangkan media pendukungnya berupa poster, X-banner, mini banner, flyer, stiker, pembatas buku, pin dan notebook.


(38)

III.2.3.1. Media Utama

Media utama yang digunakan adalah buku informasi dalam bentuk cetak yang berisi tentang Kesenian Tanjidor. Media buku cetak dipilih sebagai media utama karena buku merupakan media pembelajaran yang sering digunakan serta dapat memberikan informasi yang lengkap di dalamnya.

Gambar III.2. Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor Sumber: dokumentasi pribadi

III.2.3.2. Media Pendukung

Media pendukung berfungsi untuk membantu promosi media utama. Media pendukung dipublikasin


(39)

bersama dengan media utama. Ada beberapa macam media pendukung yang digunakan yaitu:

 Poster

Poster diperlukan untuk mempromosikan media buku informasi. Poster dipilih karena poster dapat ditempatkan di berbagai tempat sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat terlihat dimana saja.

 X-banner

Banner merupakan media promosi yang memiliki ukuran yang cukup besar sehingga dapat lebih mudah untuk dilihat. Media promosi ini juga dapat dilihat dari jauh sehingga membuat target audiens penasaran untuk membaca isi pesan yang disampaikan.

 Mini banner

Fungsi dan kegunaan mini banner tidak jauh berbeda dengan x-banner. Hanya penempatannya saja yang berbeda. Mini banner biasanya ditempatkan di depan meja kasir agar dapat dilihat pada saat pembeli melakukan transaksi pembayaran.

 Stiker

Stiker merupakan media promosi yang cukup efektif karena stiker dapat ditempatkan atau ditempel dimana saja sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dilihat oleh banyak orang. Stiker diberikan gratis ketika membeli media utama buku cetak ini.

 Pembatas buku

Pembatas buku dipilih karena berhubungan dengan media utama yang dipromosikan yaitu buku


(40)

cetak. Pembatas buku ini diberikan gratis ketika membeli media utama berupa buku cetak ini.

 Pin

Pin merupakan media pendukung yang sangat fleksibel dalam penggunaannya karena dapat dipasang di mana saja seperti baju, tas, jaket dan lain-lain.

 Notebook

Media pendukung notebook dipilih karena berhubungan langsung dengan media utama yang dibuat yaitu buku cetak.

III.2.4. Strategi Distribusi

Strategi distribusi merupakan strategi yang terpenting dalam hal pemasaran karena keberhasilan suatu promosi penjualan ditentukan salah satunya melalui strategi distribusi ini.

III.2.4.1. Jadwal Distribusi Media

Berikut ini adalah tabel mengenai jadwal distribusi media:


(41)

Media utama berupa buku cetak ini dijadwalkan akan terbit dari awal juni hingga akhir juli. Waktu tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari libur sekolah. Pada saat-saat tersebut pengunjung di toko buku meningkat. Ada beberapa gimmick yang diberikan saat promosi penjualan berupa stiker dan pembatas buku yang diberikan secara gratis yang terdapat di dalam buku. Diharapkan promosi ini dapat menarik minat beli.

III.2.4.2. Tempat Distribusi Media

Media informasi buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor ini bertujuan untuk memperkenalkan Kesenian Tanjidor sebagai kesenian khas Betawi pada anak usia Sekolah Dasar. Oleh karena itu media informasi buku ensiklopedia ini akan didistribusikan di:

 Sekolah Dasar DKI Jakarta.

 Tempat-tempat pariwisata kebudayaan Betawi seperti musem-museun Kebudayaan dan Kesenian DKI Jakarta.

 Toko-toko buku.

III.3. Konsep Visual

Konsep visual merupakan ide awal perancangan suatu desain yang dapat diperoleh melalui sebuah proses pendekatan dan pendalaman materi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep visual yang sangat baik agar karya yang dihasilkan sesuai dan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.


(42)

Gambar III.3. Konsep Visual Cover Buku Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar III.4. Konsep Visual Isi Buku Sumber: dokumentasi pribadi


(43)

III.3.1. Format Desain

Berikut ini merupakan format desain dalam pembuatan media utama buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor yaitu:

 Logo

Gambar III.5. Logo Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor Sumber: dokumentasi pribadi

Konsep logo yang digunakan menggunakan jenis logotype. Dalam pembuatan konsep logotype dibutuhkan referensi dari beberapa buku ensiklopedia yang ada di toko-toko buku agar desain buku ensiklopedia yang dibuat sesuai dengan buku-buku ensiklopedia yang ada.

 Cover

Gambar III.6. Cover Buku ensiklopedia Kesenian Tanjidor Sumber: dokumentasi pribadi


(44)

Cover buku dicetak menggunakan hard cover. Ukuran buku ini adalah 21,5 cm x 17 cm. Isi buku menggunakan kertas artpaper tipis 150gr.

III.3.2. Tata Letak

Tata letak atau layout adalah rangkaian unsur-unsur tertentu (gambar, tulisan, warna dan lain-lain) menjadi susunan yang menarik sehingga mencapai tujuan. Penerapan elemen-elemen serta prinsip-prinsip dalam proses desain dengan maksud agar dapat menghasilkan suatu karya grafis yang menarik, enak dipandang dan memiliki kesan serta ciri khas tersendiri namun penyusunan unsur tetap seimbang dan serasi. Menggunakan layout garis lurus vertikal dan horizontal karena dapat memberikan kesan tenang dan statis atau stabil. Garis lurus putus-putus juga dapat memberikan kesan gerak dan dinamika pada layout. Garis merupakan suatu bentuk yang memanjang yang memiliki sifat elastis, kaku dan tegas. Penggunaan garis dalam seni rupa sangat penting. Garis berfungsi memberikan representasi atau citra struktur, bentuk dan bidang, memberikan nilai ekspresi seperti nilai gerak atau dinamika, nilai irama dan nilai arah. (http://www.notepedia.info/2013/04/unsur-unsur-dalam-seni-rupa.html, 2013)

Berikut adalah beberapa hasil layout buku Ensiklopedia Alat-alat Musik Tanjidor:


(45)

Gambar III.7. Layout Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar III.8. Layout Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor Sumber: dokumentasi pribadi


(46)

Gambar III.9. Layout Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor Sumber: dokumentasi pribadi

III.3.3. Tipografi

Tipografi yang digunakan dalam membuat Buku Ensiklopedia Alat-alat Musik Tanjidor adalah:

 Constance

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

Jenis huruf ini adalah serif. Huruf ini digunakan untuk mendesain logotype dan beberapa menu yang ada pada isi layout Buku Ensiklopedia Alat-alat Musik tanjidor. Huruf ini dipilih karena huruf ini terlihat nyaman untuk dibaca dan juga tidak terlalu tegas sehingga membuat anak-anak nyaman saat membaca buku.

 Calibri

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890

!@#$%^&*()


(47)

Jenis huruf ini adalah serif. Huruf ini digunakan untuk menulis isi materi pada buku. Huruf ini dipilih karena huruf ini tidak terlalu tegas dan juga tidak terlalu rumit untuk dibaca sehingga anak-anak dapat dengan mudah membaca tulisan yang ada pada buku ini.

III.3.4. Ilustrasi

Buku Ensiklopedia Alat-alat Musik Tanjidor ini menggunakan ilustrasi digital, dengan teknik tracing pada setiap alat-alat kesenian musik Tanjidor. Ilustrasi yang digunakan dalam pembuatan buku Ensiklopedia pada umumnya berupa bentuk gambar realis sederhana atau mendetail. Karena buku Ensiklopedia lebih berisikan materi-materi pengetahuan. (Stefany, 2011)

Gambar III.10. Ilustrasi Alat Musik Tanjidor French Horn

Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar III.11. Ilustrasi Alat Musik Tanjidor Trombon Sumber: dokumentasi pribadi


(48)

Gambar III.12. Ilustrasi Alat Musik Tanjidor Tenor Horn

Sumber: dokumentasi pribadi

III.3.5. Warna

Warna yang dipilih untuk mendesain logotype adalah warna putih, hijau muda, dan warna khusus untuk tulisan Tanjidor yaitu warna emas. Warna emas dipilih karena emas merupakan warna yang elegan, karena setiap kesenian dan budaya asli mempunyai rasa elegan.

Warna yang dipilih untuk mendesain layout serta materi-materi yang ada dalam Buku Ensiklopedia Alat-alat Musik Tanjidor adalah warna-warna yang memiliki kesan ceria agar dapat menarik minat baca pada anak-anak sehingga anak-anak tidak akan merasa bosan saat membaca.

Berikut adalah macam-macam warna yang digunakan dalam mendesain Buku Ensiklopedia Alat-alat Musik Tanjidor:

R: 59 G: 159 B: 71

C: 84 M: 18 Y: 100 K: 0

R: 150 G: 213 B: 11


(49)

R: 2 G: 184 B: 227

C: 73 M: 0 Y: 9 K: 9

R: 151 G: 65 B: 149

C: 49 M: 88 Y: 0 K: 0

R: 255 G: 0 B: 0

C: 0 M: 100 Y: 100 K: 0

R: 224 G: 186 B: 104

C: 0 M: 20 Y: 60 K: 20

Pemilihan warna Warna hijau tua dipilih sesuai dengan ciri khas warna yang sering dipakai dalam kebudayaan Betawi. Pemilihan warna hijau muda tidak jauh beda dengan warna hijau tua. Warna ini dipilih agar buku yang dibuat memiliki ciri khas kebudayaan Betawi. Sedangkan warna emas pada tulisan “Tanjidor” dipilih karena warna emas merupakan warna yang memiliki sifat elegan. Setiap kebudayaan memiliki sifat yang elegan. Pemilihan warna-warna lainnya seperti merah, kuning, biru, ungu dan lain-lain dipilih agar buku menarik untuk dibaca dan membuat anak-anak tidak merasa bosan.


(50)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1. Teknis Media

Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam proses produksi media, yaitu:

 Tahap Sketsa

Sketsa merupakan tahapan awal dalam menentukan gagasan visual atau ide dalam pembuatan media promosi. Tahapan sketsa dibuat secara manual dengan alat tulis untuk membantu tahapan-tahapan selanjutnya.

 Tahap Pembuatan Visual

Proses pembuatan visual dilakukan dengan cara mengambil gambar dari beberapa situs internet serta melakukan tracing pada beberapa gambar.

 Tahap Perancangan

Tahapan perancangan merupakan tahapan selanjutnya dan juga merupakan tahapan terpenting dalam merancang media promosi yang akan dibuat. Dalam tahapan ini proses awalnya adalah mengolah foto yang telah diambil dari situs internetm selanjutnya mengatur tampilan satu-persatu gambar yang sudah didapatkan pada tahap pembuatan visual sesuai dengan kebutuhan target audiens dan sesuai dengan ilmu desain yang telah dipelajari. Perancangan pembuatan ilustrasi dilakukan dengan menggunakan beberapa software grafis yaitu Photoshop CS6, Illustrator CS6 dan CorelDraw X6.

 Tahap Akhir

Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam pembuatan media promosi ini dengan melakukan koreksi pada tahapan yang telah dilakukan sebelumnya.


(51)

IV.1.1. Media Utama

Media utama berupa Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor dipilih karena Buku Ensiklopedia dapat menjelaskan secara lebih rinci dan lebih jelas ketimbang buku biasa sehingga anak-anak dapat lebih mengerti dan lebih paham. Visual Buku Ensiklopedia juga dapat dibuat menarik sehingga anak-anak tidak merasa bosan saat membaca. Diharapkan pengetahuan anak-anak tentang alat-alat musik Tanjidor dapat bertambah.

Tahapan awal pembuatan Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor ini adalah mencari data-data dari narasumber, pencarian referensi dari toko-toko buku maupun pengumpulan data melalui internet. Selanjutnya adalah membuat alur cerita buku kemudian membuat sketsa awal termasuk membuat ilustrasi alat-alat musik Kesenian Tanjidor. Langkah berikutnya adalah mengatur tata letak gambar-gambar yang sudah dibuat. Setelah mengatur tata letak kemudian mengubah format desain ke dalam bentuk jpeg untuk dicetak. Buku ini dibuat dengan menggunakan software CorelDraw X6 dan Photoshop CS6.

Berikut adalah gambar dari Buku Ensiklopedia Alat-alat Musik Tanjidor:


(52)

Gambar IV.1. Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor Sumber: Pribadi

Format media:

- Nama media: Ensiklopedia Kesenian Tanjidor - Ukuran: 17,5 cm x 21 cm

- Format: portrait

- Material bahan: isi buku menggunakan artpaper tipis 150gr, jilid hard cover

- Teknis produksi: cetak offset sparasi IV.1.2. Media Pendukung

Media pendukung merupakan media tambahan yang digunakan untuk membantu promosi media utama agar informasi yang diberikan lebih jelas.

IV.1.2.1. Poster

Media pendukung berupa poster berfungsi untuk mempromosikan media utama. Poster dipilih karena dapat


(53)

diaplikasikan dimana saja sehingga dapat pengunjung dapat melihatnya dengan mudah.

Tahapan awal pembuatan poster Ensiklopedia Kesenian Tannjidor ini adalah dengan membuat sketsa awal kemudian mengatur tata letak dari gambar dan huruf. Selanjutnya adalah mengubah format ke dalam bentuk jpeg. untuk dicetak. Gambar buku dibuat dengan menggunakan software Photoshop CS6 sedangkan tata letak serta desain poster dibuat dengan menggunakan software CorelDraw X6.

Gambar IV.2. Poster Sumber: Pribadi

Format media:

- Ukuran: 42 cm x 29,7 cm - Format: portrait

- Material bahan: artpaper tipis 150gr - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(54)

IV.1.2.2. X-banner

Banner berfungsi untuk mempromosikan media utama. Banner dipilih karena format media banner yang besar sehingga dapat lebih terlihat oleh pengunjung.

Tahap awal pembuatan banner ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan poster. Dengan mengatur kembali tata letak dan format sesuai dengan ketentuan pembuatan banner.

Gambar IV.3. X-banner Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 60 cm x 160 cm - Format: portrait

- Material bahan: bahan jerman - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(55)

IV.1.2.3. Mini Banner

Fungsi mini banner tidak jauh beda dengan x-banner. Yang berbeda hanya penempatan letak media. Biasanya mini banner diletakan di meja kasir agar pengunjung dapat melihat media promosi saat bertransaksi.

Tahapan awal dari pembuatan mini banner ini juga tidak jauh berbeda dengan pembuatan x-banner. Hanya mengubah ukuran format ke dalam ukuran yang lebih kecil disesuaikan dengan ukuran mini banner.

Gambar IV.4. Mini banner Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 40 cm x 25 cm - Format: portrait

- Material bahan: bahan artpaper tebal 250gr laminasi dof - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(56)

IV.1.2.4. Flyer

Flyer merupakan media promosi yang dapat diberikan kepada target audiens kemana saja sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat menjadi lebih efektif. Flyer ditempatkan di depan meja kasir atau dapat dibagikan saat promosi berlangsung.

Tahapan awal dari pembuatan flyer ini hampir sama dengan pembuatan poster, namun pengaturan tata letak disesuaikan dengan pembuatan flyer. Kemudian membuat format dalam bentuk jpeg. untuk dicetak.

Gambar IV.5. Flyer Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 21 cm x 14,8 cm - Format: portrait

- Material bahan: bahan artpaper tipis 150gr - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(57)

IV.1.3. Media Merchandise

Media merchandise berfungsi untuk memberikan kenangan ketika promosi berlangsung agar selalu diingat oleh target sasaran.

IV.1.3.1. Notebook

Notebook dipilih karena target audiens adalah anak sekolah dan berfungsi sebagai buku catatan sehingga dapat dipakai di sekolah ketika belajar.

Notebook dibuat di software CorelDraw X6 kemudian membuat format dalam bentuk jpeg. untuk dicetak. Notebook ini dijilid ring dengan menggunakan bahan dasar kawat.

Gambar IV.6. Notebook Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 21 cm x 14,8 cm - Format: landscape

- Material bahan: artpaper tebal 260gr laminasi dof - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(58)

IV.1.3.2. Pin

Media merchandise berupa pin dipilih karena pin dapat ditempel di tas atau baju dan juga dapat dijadikan media promosi.

pembuatan awal pin ini adalah dengan membuat desain gambar terlebih dahulu. Selanjutnya adalah membuat format dalam bentuk jpeg. untuk dicetak. Setelah dicetak kemudian dilaminasi dengan menggunakan teknik laminasi dingin.

Gambar IV.7. Pin Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: diameter 4,5 cm

- Material bahan: artpaper tipis 150gr laminasi dof - Teknis produksi: cetak offset sparasi

IV.1.4. Media Gimmick

Media Gimmick diberikan secara gratis kepada target audiens ketika membeli buku dan berfungsi untuk menarik minat.


(59)

IV.1.4.1. Pembatas Buku

Pembatas buku diberikan sebagai hadiah setiap pembelian Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor.

Tahap awal pembuatan pembatas buku ini adalah dengan membuat desain serta mengatur tata letak, kemudian membuat format jpeg. kemudian dicetak.

Gambar IV.8. Pembatas Buku Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 15 cm x 5 cm - Format: portrait

- Material bahan: artpaper tebal 260gr - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(60)

IV.1.4.2. Stiker

Stiker merupakan media promosi yang sangat efektif karena media promosi ini dapat ditempel dimana saja di tempat-tempat yang strategis.

Tahap awal pembuatan stiker adalah dengan membuat desain gambar terlebih dahulu dengan menggunakan teknik ilustrasi. Selanjutnya adalah mengatur tata letak gambar dengan huruf. Selanjutnya adalah membuat format jpeg. kemudian dicetak dengan mengunakan kertas stiker vynil.

Gambar IV.9. Stiker Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 7 cm x 5 cm - Format: landscape - Material bahan: vinyl


(1)

IV.1.2.3. Mini Banner

Fungsi mini banner tidak jauh beda dengan x-banner. Yang berbeda hanya penempatan letak media. Biasanya mini banner diletakan di meja kasir agar pengunjung dapat melihat media promosi saat bertransaksi.

Tahapan awal dari pembuatan mini banner ini juga tidak jauh berbeda dengan pembuatan x-banner. Hanya mengubah ukuran format ke dalam ukuran yang lebih kecil disesuaikan dengan ukuran mini banner.

Gambar IV.4. Mini banner Sumber: pribadi Format media:

- Ukuran: 40 cm x 25 cm - Format: portrait

- Material bahan: bahan artpaper tebal 250gr laminasi dof - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(2)

IV.1.2.4. Flyer

Flyer merupakan media promosi yang dapat diberikan kepada target audiens kemana saja sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat menjadi lebih efektif. Flyer ditempatkan di depan meja kasir atau dapat dibagikan saat promosi berlangsung.

Tahapan awal dari pembuatan flyer ini hampir sama dengan pembuatan poster, namun pengaturan tata letak disesuaikan dengan pembuatan flyer. Kemudian membuat format dalam bentuk jpeg. untuk dicetak.

Gambar IV.5. Flyer Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 21 cm x 14,8 cm - Format: portrait


(3)

IV.1.3. Media Merchandise

Media merchandise berfungsi untuk memberikan kenangan ketika promosi berlangsung agar selalu diingat oleh target sasaran.

IV.1.3.1. Notebook

Notebook dipilih karena target audiens adalah anak sekolah dan berfungsi sebagai buku catatan sehingga dapat dipakai di sekolah ketika belajar.

Notebook dibuat di software CorelDraw X6 kemudian membuat format dalam bentuk jpeg. untuk dicetak. Notebook ini dijilid ring dengan menggunakan bahan dasar kawat.

Gambar IV.6. Notebook Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 21 cm x 14,8 cm - Format: landscape

- Material bahan: artpaper tebal 260gr laminasi dof - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(4)

IV.1.3.2. Pin

Media merchandise berupa pin dipilih karena pin dapat ditempel di tas atau baju dan juga dapat dijadikan media promosi.

pembuatan awal pin ini adalah dengan membuat desain gambar terlebih dahulu. Selanjutnya adalah membuat format dalam bentuk jpeg. untuk dicetak. Setelah dicetak kemudian dilaminasi dengan menggunakan teknik laminasi dingin.

Gambar IV.7. Pin Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: diameter 4,5 cm

- Material bahan: artpaper tipis 150gr laminasi dof - Teknis produksi: cetak offset sparasi

IV.1.4. Media Gimmick

Media Gimmick diberikan secara gratis kepada target audiens ketika membeli buku dan berfungsi untuk menarik minat.


(5)

IV.1.4.1. Pembatas Buku

Pembatas buku diberikan sebagai hadiah setiap pembelian Buku Ensiklopedia Kesenian Tanjidor.

Tahap awal pembuatan pembatas buku ini adalah dengan membuat desain serta mengatur tata letak, kemudian membuat format jpeg. kemudian dicetak.

Gambar IV.8. Pembatas Buku Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 15 cm x 5 cm - Format: portrait

- Material bahan: artpaper tebal 260gr - Teknis produksi: cetak offset sparasi


(6)

IV.1.4.2. Stiker

Stiker merupakan media promosi yang sangat efektif karena media promosi ini dapat ditempel dimana saja di tempat-tempat yang strategis.

Tahap awal pembuatan stiker adalah dengan membuat desain gambar terlebih dahulu dengan menggunakan teknik ilustrasi. Selanjutnya adalah mengatur tata letak gambar dengan huruf. Selanjutnya adalah membuat format jpeg. kemudian dicetak dengan mengunakan kertas stiker vynil.

Gambar IV.9. Stiker Sumber: pribadi

Format media:

- Ukuran: 7 cm x 5 cm - Format: landscape - Material bahan: vinyl