Pengaruh Locus Of Control, Integritas, Due Profesional Care Dan Keahlian Audit Pada Kualitas Audit Di KAP Yang Ada Di Bali.

(1)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, INTEGRITAS, DUE PROFESIONAL CARE DAN KEAHLIAN AUDIT PADA KUALITAS AUDIT DI KANTOR

AKUNTAN PUBLIK YANG ADA DI BALI

SKRIPSI

Oleh :

DESAK PUTU PUTRI PRAMESTI NIM: 1115351053

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, INTEGRITAS, DUE PROFESIONAL CARE DAN KEAHLIAN AUDIT PADA KUALITAS AUDIT DI KANTOR

AKUNTAN PUBLIK YANG ADA DI BALI

SKRIPSI

Oleh :

DESAK PUTU PUTRI PRAMESTI NIM: 1115351053

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak .………

2. Sekretaris : Dr. Ni Ketut Rasmini, S.E., M.Si., Ak .………

3. Anggota : Drs. I Wayan Putra, M.Si ..………...

PERNYATAAN ORISINALITAS Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. NIP. 19650323 199103 1 004

Pembimbing

Dr. Ni Kt. Rasmini, S.E., M.Si., Ak. NIP. 19661008 199303 2 001


(4)

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 22 Januari 2016 Mahasiswa,

Desak Putu Putri Pramesti NIM : 1115351053


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Locus Of Control, Integritas, Due Professional Care dan Keahlian Audit Pada Kualitas Audit Di Kantor Akuntan Publik Yang Ada Di Bali” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimaksih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, S.E.,M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi dan selaku pembahas skripsi yang telah memberikan saran dan masukan.

5. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(6)

6. Ibu Ni Gst Putu Wirawati, S.E., M.Si., selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Ibu Dr. Ni Kt. Rasmini, S.E., M.Si., Ak., selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.

8. Bapak Drs. I Wayan Putra M.Si., selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi.

9. Dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, atas segala bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

10.Orang tua penulis, Dewa Made Apramana S.H dan Desak Nyoman Metriani S.Pd yang telah memberikan dukungan, doa, dan fasilitas selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, serta adik tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam penelitian ini.

11.Teman-teman angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 22 Januari 2016


(7)

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembang pesatnya dunia bisnis dan usaha belakangan ini membuat makin bertambah banyak pula berdiri perusahaan baik perorangan maupun persekutuan, perusahaan-perusahaan ini saling berkompetisi untuk meraih pasar dan terus berusaha mempertahankan keberadaan mereka. Untuk dapat bertahan dalam derasnya arus dunia bisnis serta ekonomi, suatu perusahaan harus melakukan usaha lebih dan terus melakukan inovasi, kebanyakan perusahaan kini melebarkan sayap keberbagai jenis usaha yang beragam dan kompleks. Makin beragam dan makin kompleks jenis usaha suatu perusahaan maka makin kompleks pula susunan posisi keuangan perusahaan tersebut. Peningkatan yang pesat dalam dunia bisnis dan ekonomi ini membawa peluang sekaligus tantangan bagi profesi akuntan publik (Andi et al., 2013).

Setiap perusahaan harus memiliki laporan keuangan yang nantinya digunakan untuk menyajikan informasi bagi pemilik dan manajemen perusahaan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat menjadi pemicu untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan (Bangun, 2012). Apabila terjadi kesalahan dalam penyajian informasi laporan keuangan, akan memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan. Selain untuk kepentingan pimpinan manajemen perusahaan, laporan keuangan juga diperlukan untuk menilai pengelolaan dana yang dilakukan manajemen juga untuk kepentingan para kreditur, investor, dan calon kreditur maupun calon investor (Dien,


(9)

2014). Dalam FASB laporan keuangan memiliki dua karakteristik yang bermanfaat bagi pemakai informasi yaitu reliabel (dapat diandalkan) dan relevance (relevan). Untuk mengukur tingkat reliabel dan relevance dalam suatu laporan keuangan sangat sulit dilakukan, ini disebabkan adanya kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemilik. Agar kepentingan ini menjadi selaras maka diperlukan adanya pihak ketiga yaitu auditor sebagai penengah dalam menentukan informasi yang disajikan agar laporan keuangan sesuai dengan karakteristik yang disyaratkan oleh FASB.

Profesi seorang auditor telah mendapat banyak pengakuan dari berbagai kalangan baik dari dunia usaha, pemerintah, bahkan masyarakat luas (Elya dan Nila, 2010). Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan dana keuangan yang baik, disamping itu perkembangan profesi auditor juga ikut didorong oleh peraturan pemerintah yang mengharuskan perusahaan yang berkeinginan untuk go publik untuk terlebih dahulu menyerahkan laporan keuangannya yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Ristina dan Indah (2014) menyatakan jasa akuntan yang bekerja di suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) atau para auditor independen memang sangat diperlukan untuk memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Dimana profesi akuntan publik memiliki penilaian yang bebas dan tidak memihak pada manajemen perusahaan atas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Akuntan Publik adalah profesi yang memberikan pelayanan bagi masyarakat umum, khususnya dalam bidang audit atas laporan keuangan. Dalam laporan keuangan profesi akuntan publik diharapkan mampu bertanggung jawab untuk meningkatkan tingkat kehandalan laporan keuangan


(10)

perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar dalam pengambilan suatu keputusan (Achmad, 2012).

Seorang akuntan harus memperhatikan kualitas auditnya, karena dengan kualitas audit yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya oleh pengguna informasi keuangan. De Angelo (1981) dalam Achmad (2012: 123) kualitas audit dikatakan sebagai keadaan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan ketidaksesuaian terhadap prinsip yang terjadi pada laporan akuntansi kliennya. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang berorientasi hasil (outcome oriented) dan pendekatan yang berorientasi proses (pocess oriented) (Greg and Graham, 2013).

Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik dan yang menjadi pertanyaan besar dalam masyarakat adalah mengapa justru semua kasus tersebut melibatkan profesi akuntan publik yang seharusnya sebagai pihak ketiga yang independen yang memberikan jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan. Hasbullah et al. (2014) mengatakan bahwa kualitas audit didefenisikan sebagai kemungkinan (joint probability) bahwa auditor akan menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntasi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan. Kualitas audit yang baik dapat dihasilkan jika auditor memiliki keahlian audit, integritas yang memadai untuk melakukan audit yang disertai dengan sikap bebas tidak memihak (independen). Oleh karena itu akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting yang


(11)

harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaanya (Dedik et al., 2014).

Auditor yang berkompeten dan independen diharapkan dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi (Carl, 2013). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas apabila memenuhi standar auditing untuk meningkatkan kualitas audit adalah meningkatkan pendidikan profesionalnya, mempertahankan idepedensinya dalam sikap mental, dalam melaksanakan pekerjaan audit menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, memahami stuktur pengendalian intern klien dengan baik, memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten, dan membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau sesuai dengan hasil temuan.

Kualitas audit yang baik tentunya tidak terbentuk begitu saja, namun ditentukan oleh banyak faktor. Setriadi et al. (2015) menyatakan locus of control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Achmad (2012) menyatakan locus of control sebagai prilaku yang menjelaskan apakah individu merasakan bahwa hasil kerjanya dikendalikan secara internal atau eksternal. Jika individu mempunyai sifat locus of control internal, maka ia merasa mampu mempengaruhi hasil kerjanya melalui kecakapan, keahlian dan usahanya sendiri. Jika seseorang tersebut merasakan bahwa hasil kerjanya lebih ditentukan oleh kekuatan diluar usahanya, maka individu atau auditor tergolong mempunyai sifat locus of control eksternal. Jadi locus of


(12)

control diharapkan dapat menggambarkan kenyakinan seorang auditor dalam mengendalikan faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalannya dalam melakukan audit.

Akuntan publik tidak hanya dituntut untuk ahli dalam bidang pengauditan, namun juga harus memiliki integritas yang baik dalam melakukan audit. Oleh karena itu, untuk menghasilkan kinerja yang memuaskan seorang auditor harus memiliki sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam melaporkan hasil audit terhadap laporan keuangan akuntansi (Nasrullah et al., 2013). Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur, transparan, bijaksana dan bertanggung jawab atas audit yang dilakukannya. Evi (2013) menyatakan bahwa integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan. Integritas mengharuskan seseorang untuk bersikap jujur, transparan, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Hal tersebut sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Josina et al. (2008) meyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2014).

Due professional care mengacu pada kemahiran professional yang cermat dan seksama dengan berfikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap bukti- bukti audit yang ditemukan. Menurut PSA No 4 (SPAP, 2013) dalam Melody dan Stefani


(13)

(2014), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran professional menuntut auditor untuk melakukan skeptisme profesional, yaitu sikap auditor yang berfikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atupun kecurangan. Liu (2010) menyatakan auditor yang independen akan memberikan penilaian yang sebenarnya terhadap laporan keuangan yang diperiksa sehingga jaminan atas kehandalan laporan yang diberikan dapat dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara itu, due professional care mengacu pada kemahiran professional yang cermat dan seksama. Kemahiran professional menuntut auditor untuk selalu berfikir kritis terhadap bukti audit yang ditemukannya. Due professional care merupakan hal penting yang harus diterapkan oleh para akuntan publik agar tercapainya kualitas audit yang memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya.

Faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas audit adalah keahlian. Keahlian yang meliputi pemeriksaan maupun penugasan seorang audit. Keahlian auditor dapat dilihat dari pengalaman yang cukup dalam melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Keahlian seorang auditor didalam menjalankan tugas secara profesional akan mempengaruhi tingkat kualitas audit yang baik, begitu juga sebaliknya bila keahlian rendah atau buruk maka kualitas audit yang dihasilkan rendah. Semiu and


(14)

Temitope (2010

)

mendifinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam Ikatan Akuntansi Indonesia (2001) auditor dapat mencapai keahlian melalui pendidikan formal dan praktik audit, selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis maupun pendidikan umum. Penelitian mengenai pengaruh keahlian terhadap kualitas audit telah dilakukan oleh Hasbullah et al. (2014), dimana dalam penelitiannya membuktikan bahwa keahlian berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor.

Auditor merupakan suatu profesi yang sangat penting untuk dikaji, dalam hal ini kualitas kerja seorang auditor dibutuhkan diantara tugas-tugas dan tanggung jawab profesi akuntan, tugas yang paling sentral adalah melakukan atesti (pengujian), sehingga dalam hal ini keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kualitas audit (Ifa dan Mochammad, 2012). Standar umum pertama mengatur persyaratan keahlian auditor dalam menjalankan profesinya, auditor harus sudah menjalani pendidikan dan pelatihan secara teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing.

1. 2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:


(15)

1) Apakah locus of control berpengaruh pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali?

2) Apakah integritas berpengaruh pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali?

3) Apakah due professional care berpengaruh pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali?

4) Apakah keahlian audit berpengaruh pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk menguji pengaruh locus of control pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali.

2) Untuk menguji pengaruh integritas pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali.

3) Untuk menguji pengaruh due professional care pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali.

4) Untuk menguji pengaruh keahlian audit pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali.


(16)

1.4 Kegunaan Teoretis

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

(1) Kegunaan teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman serta memperluas pengetahuan serta wawasan dilingkungan akademis. Selain itu diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan khususnya mengenai pengaruh locus of control, integritas, due professional care dan keahlian audit pada kualiatas audit di Kantor Akuntan Publik yang ada di Bali.

(2) Kegunaan praktis

(1) Bagi internal auditor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan dan pertimbangan bagi pihak internal auditor dalam meningkatkan kualitas audit dalam menjalankan tugasnya.

(2) Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikann tambahan pengetahuan tentang pengaruh locus of control, integritas, due professional care dan keahlian auditor pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik yang daa di Bali.


(17)

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dimana kelima bab tersebut saling berkaitan. Gambaran umum mengenai isi dari masing-masing bab antara lain sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menguraikan tentang kajian pustaka dan teori-teori yang relevan dengan penelitian ini yang meliputi teori keagenan, kualitas audit, locus of control, integritas, due professional care, keahlian audit, pembahasan penelitian sebelumnya dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrument penelitian, uji asumsi klasik dan teknik analisis data.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum kantor akuntan publik, karakteristik responden, deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti, hasil dari pengolahan data penelitian, serta menguraikan mengenai pembahasan hasil penelitian.


(18)

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan mengenai simpulan penelitian yang diperoleh dari hasil pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian serta saran yang sesuai dengan hasil penelitian untuk peneliti selanjutnya, pendidikan, dan organisasi khususnya kantor akuntan publik.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). Hubungan agensi ada ketika salah salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa, dan dalam hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Achmad, 2012:269). Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agent adalah pihak yang memberi mandat, dengan demikian dapat disimpulkan agent bertindak sebagai pihak yang mengevaluasi informasi (Nila, 2014).

Kenneth and Jeffrey (2007:186-188) menyatakan bahwa teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul diantara berbaagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan sebagai suatu “penghubung (nexus) kontrak”. Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih), seorang principal dan seorang agent untuk memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada agent. Baik principal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh


(20)

kepentingannya sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjektif mereka dan juga untuk menyadari kepentingan mereka bersama. Hubungan keagenan ini memberi ruang bagi terjadinya konflik kepentingan potensial antara pemilik dan agen. Selain itu, tidak mungkin bagi pemilik atau agen berada pada biaya nol untuk meyakinkan bahwa agen akan membuat keputusan optimal dari pandangan pemilik, sehingga memunculkan biaya keagenan (Priyanka, 2013). Untuk mengetahui konflik kepentingan antara principal dan agent, maka principal menggunakan pihak independen untuk mengawasi (monitoring) terhadap perusahaannya. Pihak independen tersebut adalah auditor internal yang diminta melakukan audit dengan fee yang dianggarkan perusahaan sehingga muncul monitoring cost. Auditor internal bertanggung jawab untuk memaksimalkan kinerjanya dalam mengawasi agent sebagai ganti dari imbalan yang diterima.

2.1.2 Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya, dimana dalam melakukan audit seorang auditor dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya. Angelo (1981) dalam Achmad (2012: 123) kualitas audit adalah probabilitas dimana auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Seorang akuntan publik dalam menjalankan tugas auditnya harus berpegang pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku, harapannya audit dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dan para pemegang saham. Dengan dipatuhinya standar dan prinsip


(21)

yang berlaku, sehingga tujuan yang inginkan akan tercapai yaitu audit yang berkualitas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mu’azu and Siti (2013), ada lima hal yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, (2) tingkat ketepatan waktu penyelesaian audit, (3) tingkat kepatuhan terhadap SPAP, (4) tingkat kepercayaan terhadap pernyataan klien, dan (5) tingkat kehati-hatian pengambilan keputusan. Laporan audit yang baik dan menghasilkan kualitas audit yang memuaskan apabila seorang akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya dengan memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2004:47) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu:

1) Tanggungjawab Profesi

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukan.

2) Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3) Integritas

Setiap anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.


(22)

4) Objektivitas

Setiap anggita harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5) Kompetensi dan kehati-hatian professional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh menfaat dari jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

6) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesionalnya dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan berdasarkan hukum untuk mengungkapkannya.

7) Perilaku Profesional

Srtiap anggota harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8) Standar teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan profesionalnya yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk


(23)

melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

2.1.3 Locus Of Control (LOC)

Johan (2002:9, dalam Liu, 2010) mendefinisikan locus of control adalah persepsi seseorang terhadap keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya yang dihubungkan dengan faktor eksternal individu yang didalamnya mencakup nasib, keberuntungan, kekuasaan atasan, dan lingkungan kerja, serta dihubungkan dengan faktor internal individu yang didalamnya mencakup kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan kerja individu yang bersangkutan. LOC dibedakan menjadi LOC internal dan LOC eksternal. Menurut Robbins (2008:102) LOC internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apapun yang terjadi pada diri mereka. LOC eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins, 2008:102).

LOC adalah persepsi tentang kendali seorang atas nasib, kepercayaan diri dan kepercayaan mereka atas keberhasilan diri. LOC memainkan peranan penting dalam berbagai kasus, seperti dysfunctional audit behavior, job satisfaction, kinerja, komitmen organisasi dan turnover intention (Patten, 2005). Beberapa perusahaan mengalami permasalahan dengan menjaga masa retensi karyawan yang ada dalam perusahaannya. Bahkan di sebagian besar perusahaan, justru


(24)

dengan semakin meningkatnya bisnis perusahaan tersebut akan dibarengi dengan tinggi tingkat turn over dari karyawan tersebut.

Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa aspek turnover karyawan di perusahaan meningkat, dan anehnya muncul ketika pertumbuhan bisnis perusahaan juga meningkat. Alasan-alasan yang melatarbelakangi tingginya angka turnver karyawan dalam perusahaan.

1) Tidak adanya pengembangan kompetensi yang memadai 2) Tidak adanya jenjang karir di perusahaan

3) Iklim perusahaan 4) Faktor kompensasi

5) Tidak adanya sistem (Standard Operating Procedure)

LOC merupakan salah satu aspek karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu dan dapat dibedakan atas LOC internal dan LOC external dalam Setriadi et al. (2015). LOC adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. LOC diartikan sebagai persepsi seseorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaan. LOC dibedakan menjadi LOC internal dan LOC eksternal. Kontrol internal akan tampak melalui kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan karyawan pada saat melakukan pekerjaannya, sedangkan kontrol eksternal adalah karyawan yang merasakan bahwa terdapat kontrol diluar dirinya yang mendukung hasil pekerjaan yang dilakukannya seperti lingkungan kerjanya.


(25)

Teori LOC menggolongkan individu apakah termasuk dalam LOC internal atau eksternal. Internal control adalah tingkatan di mana seorang individu berharap bahwa reinforcement atau hasil dari perilaku mereka bergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. External control adalah tingkatan di mana seseorang berharap bahwa reinforcement atau hasil adalah fungsi dari kesempatan, keberuntungan atau takdir di bawah kendali yang lain atau tidak bisa diprediksi. Pandangan hidup menurut internal dan external LOC sangat berbeda. Seseorang yang mempunyai internal LOC yakin dapat mengendalikan tujuan mereka sendiri, memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan di dalamnya. Individu dengan internal LOC diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan juga lebih menyukai keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Pada individu yang mempunyai external LOC akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di dalamnya. External LOC diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain, hidup mereka cenderung dikendalikan oleh kekuatan di luar diri mereka sendiri (seperti keberuntungan), serta lebih banyak mencari dan memilih kondisi yang menguntungkan. (Robbins, 2008: 7)

LOC dapat digunakan untuk memprediksi seseorang, LOC yang berbeda bisa mencerminkan motivasi dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karir mereka daripada eksternal, mereka cenderung


(26)

mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi lebih cepat dan mendapatkan penghasilan lebih. Sebagai tambahan, internal LOC dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada LOC eksternal. Penelitian sebelumnya (Siti dan Edi, 2013) menyatakan bahwa LOC eksternal berpengaruh negatif terhadap kinerja sehingga secara umum seseorang yang ber-LOC eksternal akan berkinerja lebih baik ketika suatu pengendalian dipaksakan atas mereka, atau sebaliknya ia akan melakukan perilaku disfungsional (tidak sesuai aturan) untuk memenuhi ataupun mengelabui pengendalian tersebut.

2.1.4 Integritas

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur tersebut diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Integritas merupakan kualitas yang menjadi dasar timbulnya kepercayaan masyarakat. Auditor dituntut untuk jujur dengan taat pada peraturan, tidak menambah atau mengurangi fakta dan tidak menerima segala sesuatu dalam bentuk apapun (Mohd et al., 2014).

Integritas diatur dalam Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (1998) dalam (Harjanto, 2014) yang menyatakan integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional. Dalam menghadapi aturan, standar, panduan khusus atau menghadapi pendapat yang bertentangan,


(27)

anggota harus menguji keputusan atau dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Dimana integritas mengaruskan anggotanya untuk mentaati standar teknis dan etika. Dengan mentaati semua standar yang telah ditentukan dan bersikap jujur serta transparan, maka auditor dapat membangun kepercayaan publik dan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan.

2.1.5 Due Professional Care

Due professional care merupakan kemahiran professional yang cermat dan seksama yang harus dimiliki seorang auditor. Dalam PSA No. 4 SPAP (2013), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran professional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme professional, yaitu suatu sikap auditor yang berfikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Putri dan Nur (2013) menyatakan bahwa auditor yang memiliki kemahiran professional yang cermat dan seksama akan cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit secara lengkap dan mempertahankan sikap skeptisme dalam mempertimbangkan bukti-bukti audit yang kurang memadai yang ditemukan selama proses audit untuk memastikan agar menghasilkan kualitas audit yang baik.

Auditor harus menggunakan keahlian professional dengan cermat, seksama dan hati-hati dalam penugasan yang dilakukan. Penerapan kecermatan dan keseksamaan ini diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap tingkatan dalam melaksanakan audit. Penggunaan kemahiran dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan


(28)

memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan (Putri dan Nur, 2013).

2.1.6 Keahlian Audit

Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor, karena dengan keahlian yang dimiliki memungkinkan tugas-tugas yang dijalankan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Keahlian merupakan komponen penting yang harus dimiliki seorang auditor dalam melaksanakan audit. Dimana dalam hal ini keahlian audit akan mempengaruhi tingkat kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi. Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor. dengan keahlian yang dimiliki memungkinkan tugas-tugas yang dijalankan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Hasbullah et al. (2014) mendefinisikan keahlian audit merupakan keahlian yang berhubungan dalam tugas pemeriksaan serta penguasaan masalah yang dapat diperiksanya ataupun pengetahuan yang dimiliki sebagai dasar untuk menunjang tugas audit.

Keahlian mengharuskan seorang auditor mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang digunakan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya dengan kriteria seorang auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu atau yang setara; kompeten di bidang auditing, akuntansi, administrasi pemerintah dan komunikasi. Hal ini memang sangat diperlukan oleh seorang auditor, auditor yang mempunyai keahlian tinggi akan memperlihatkan hasil kerjanya dengan kualitas baik dan akan berprilaku


(29)

pantas sesuai dengan persepsi serta ekpektasi orang lain dan lingkungan tempat bekerja.

Semakin kompeten seorang auditor dan memiliki keahlian audit akan membuat lebih peka dalam menganalisis laporan keuangan yang diauditnya sehingga auditor mengetahui apakah di dalam laporan tersebut terdapat tindakan kecurangan atau tidak serta mampu mendeteksi trik-trik rekayasa yang dilakukan dalam melakukan kecurangan (Temitope et al., 2013).

Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang sama yaitu kualitas audit. sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian dan waktu penelitian. Ringkasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Pembahasan Penelitian Sebelumnya

No. Nama dan

Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Teknik Analisa dan Hasil Penelitian

1. Haryanti (2011)

Pengaruh

Kompleksitas Tugas,

Locus of Control, Dan

Self Efficacy Terhadap Kepuasan Kerja Auditor (Studi pada Auditor KAP se-Jateng & DIY)

Kompleksitas Tugas, Locus of Control, Self Efficacy

dan Kepuasan Kerja

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat hubungan parsial kompleksitas tugas, locus of control

dan self efficacy positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

2. Gustati (2012)

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh

Locus of Control

Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi

Locus of Control dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat pengaruh yang signifikan variabel LOC internal terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Pengujian secara


(30)

Sumatra Barat) simultan ditemukan bahwa LOC internal dan LOC eksternal

berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit 3. Setriadi

Soepriadi, Hendra Gunawan, Harlianto utomo, 2015.

Pengaruh locus of control, self efficacy, dan komitmen professional terhadap prilaku auditor dalam

locus of control, self efficacy, dan komitmen professional, prilaku auditor

Teknik Analisis Regresi linear berganda dan Korelasi, Terdapat pengaruh positif locus of control, self efficacy, dan komitmen professional terhadap prilaku auditor 4. Hasbullah,

Ni Luh Gede Erni Sulindawat, Nyoman Trisna Herawati, 2014.

Pengaruh keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi terhadap kualitas audit.

keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi, kualitas audit.

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat pengaruh positifkeahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi terhadap kualitas audit

5 Putri Arsika Nirmala. Rr, Nur Cahyonow ati, 2013. Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas,

Kompleksitas Audit dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas Audit Time Budget

Pressure, Kualitas Audit

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat pengaruh positifIndependensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas,

Kompleksitas Audit dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah dan DIY). Diponegoro Journal Of Acounting. 2(3): h:1-13


(31)

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian yang akan di uji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian- kajian teori relevan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Pengaruh Locus of Control pada Kualitas Audit

Locus of control merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Locus of control merupakan salah satu aspek karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh seorang individu, yang dapat dibedakan atas locus of control internal dan locus of control eksternal. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setriadi et al. (2015) membuktikan bahwa variabel locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas dan prilaku audit. Hal yang sama dibuktikan oleh (Siti dan Edy, 2013) tentang pengaruh locus of control signifikan baik terhadap kualitas kerja audit. Mohd et al. (2014) menyatakan hal yang sama dimana locus of control memiliki pengaruh positif pada kualitas kerja seorang auditor. Dipertegas oleh Mahdy (2012) terdapat hubungan positif locus of control terhadap kualitas dan kinerja internal auditor. Karakteristik locus of control memiliki keterkiatan positif terhadap kualitas kerja auditor (Haryanti, 2011).

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:


(32)

2.2.2 Pengaruh Integritas pada Kualitas Audit

Intergitas merupakan sikap yang mutlak diperlukan bagi seorang auditor. Hasbullah dan Trisna (2014) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki integritas yang baik. Achmad (2012) membuktikan integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan. Dengan adanya integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan dalam melakukan audit (Pusdiklatwas BPKP, 2014). Pendapat yang sama diungkapkan oleh Pariardi et al. (2014) seorang auditor mampu meningkatkan kualitas audit apabila memiliki integritas yang baik. Lebih dipertegas lagi, adanya integritas yang baik akan memberikan dampak positif terhadap kualitas auditor (Harvita dan Sugeng, 2012).

Berdasarkan hal tersebut diatas, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: Integritas berpengaruh positif pada Kualitas Audit

2.2.3 Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit

Due Professional Care menjadi hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar tercapai kualitas audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme professional dan keyakinan yang memadai (Achmad, 2012). Putri dan Nur (2013) menyatakan due professional care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Elisha dan Icuk (2010) melakukan penelitian yang membuktikan bahwa due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kualitas auditor yang


(33)

baik dipengaruhi oleh due professional care secara positif (Melody dan Stefani, 2014). Lebih lanjut Achmad (2012) membuktikan dalam penelitiannya due professional care memberikan dampak positif terhadap kualitas auditor.

Berdasarkan penjelasan diatas yang telah didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah:

H3: Due Professional Care berpengaruh positif pada Kualitas Audit

2.2.4 Pengaruh Keahlian Audit pada Kualitas Audit

Salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas audit adalah keahlian audit yang dimiliki seorang auditor (Temitope et al., 2013). Keahlian audit memang sangat diperlukan untuk menunjang segala aktifitas yang dilakukan, karena dengan keahlian yang dimilik akan terlihat sejauh mana kemampuan nyang dimiliki oleh seorang auditor (Hasbullah et al., 2014). Penelitian mengenai pengaruh keahlian audit terhadap kualitas auditor telah dilakukan oleh Elisha dan Icuk (2010), dimana dalam penelitiannya menyatakan bahwa keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Ahcmad (2012) juga melakukan penelitian tentang kehalian audit, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sehingga dalam hal ini keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas audit (Harvita dan Sugeng, 2012).


(1)

memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan (Putri dan Nur, 2013).

2.1.6 Keahlian Audit

Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor, karena dengan keahlian yang dimiliki memungkinkan tugas-tugas yang dijalankan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Keahlian merupakan komponen penting yang harus dimiliki seorang auditor dalam melaksanakan audit. Dimana dalam hal ini keahlian audit akan mempengaruhi tingkat kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi. Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor. dengan keahlian yang dimiliki memungkinkan tugas-tugas yang dijalankan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Hasbullah et al. (2014) mendefinisikan keahlian audit merupakan keahlian yang berhubungan dalam tugas pemeriksaan serta penguasaan masalah yang dapat diperiksanya ataupun pengetahuan yang dimiliki sebagai dasar untuk menunjang tugas audit.

Keahlian mengharuskan seorang auditor mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang digunakan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya dengan kriteria seorang auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu atau yang setara; kompeten di bidang auditing, akuntansi, administrasi pemerintah dan komunikasi. Hal ini memang sangat diperlukan oleh seorang auditor, auditor yang mempunyai keahlian tinggi akan memperlihatkan hasil kerjanya dengan kualitas baik dan akan berprilaku


(2)

pantas sesuai dengan persepsi serta ekpektasi orang lain dan lingkungan tempat bekerja.

Semakin kompeten seorang auditor dan memiliki keahlian audit akan membuat lebih peka dalam menganalisis laporan keuangan yang diauditnya sehingga auditor mengetahui apakah di dalam laporan tersebut terdapat tindakan kecurangan atau tidak serta mampu mendeteksi trik-trik rekayasa yang dilakukan dalam melakukan kecurangan (Temitope et al., 2013).

Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang sama yaitu kualitas audit. sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian dan waktu penelitian. Ringkasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Pembahasan Penelitian Sebelumnya No. Nama dan

Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik Analisa dan Hasil Penelitian 1. Haryanti

(2011)

Pengaruh

Kompleksitas Tugas, Locus of Control, Dan Self Efficacy Terhadap Kepuasan Kerja Auditor (Studi pada Auditor KAP se-Jateng & DIY)

Kompleksitas Tugas, Locus of Control, Self Efficacy dan Kepuasan Kerja

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat hubungan parsial kompleksitas tugas, locus of control dan self efficacy positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

2. Gustati (2012)

Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi

Locus of Control dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat pengaruh yang signifikan variabel LOC internal terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Pengujian secara


(3)

Sumatra Barat) simultan ditemukan bahwa LOC internal dan LOC eksternal

berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit 3. Setriadi

Soepriadi, Hendra Gunawan, Harlianto utomo, 2015.

Pengaruh locus of control, self efficacy, dan komitmen professional terhadap prilaku auditor dalam

locus of control, self efficacy, dan komitmen professional, prilaku auditor

Teknik Analisis Regresi linear berganda dan Korelasi, Terdapat pengaruh positif locus of control, self efficacy, dan komitmen professional terhadap prilaku auditor 4. Hasbullah,

Ni Luh Gede Erni Sulindawat, Nyoman Trisna Herawati, 2014.

Pengaruh keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi terhadap kualitas audit.

keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi, kualitas audit.

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat pengaruh positifkeahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi terhadap kualitas audit

5 Putri Arsika Nirmala. Rr, Nur Cahyonow ati, 2013. Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas,

Kompleksitas Audit dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas Audit Time Budget

Pressure, Kualitas Audit

Teknik Analisis Regresi linear berganda,

Terdapat pengaruh positifIndependensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas,

Kompleksitas Audit dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah dan DIY). Diponegoro Journal Of Acounting. 2(3): h:1-13 Sumber : Jurnal Penelitian Publikasi, 2015


(4)

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian yang akan di uji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian- kajian teori relevan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Pengaruh Locus of Control pada Kualitas Audit

Locus of control merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Locus of control merupakan salah satu aspek karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh seorang individu, yang dapat dibedakan atas locus of control internal dan locus of control eksternal. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setriadi et al. (2015) membuktikan bahwa variabel locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas dan prilaku audit. Hal yang sama dibuktikan oleh (Siti dan Edy, 2013) tentang pengaruh locus of control signifikan baik terhadap kualitas kerja audit. Mohd et al. (2014) menyatakan hal yang sama dimana locus of control memiliki pengaruh positif pada kualitas kerja seorang auditor. Dipertegas oleh Mahdy (2012) terdapat hubungan positif locus of control terhadap kualitas dan kinerja internal auditor. Karakteristik locus of control memiliki keterkiatan positif terhadap kualitas kerja auditor (Haryanti, 2011).

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:


(5)

2.2.2 Pengaruh Integritas pada Kualitas Audit

Intergitas merupakan sikap yang mutlak diperlukan bagi seorang auditor. Hasbullah dan Trisna (2014) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki integritas yang baik. Achmad (2012) membuktikan integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan. Dengan adanya integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan dalam melakukan audit (Pusdiklatwas BPKP, 2014). Pendapat yang sama diungkapkan oleh Pariardi et al. (2014) seorang auditor mampu meningkatkan kualitas audit apabila memiliki integritas yang baik. Lebih dipertegas lagi, adanya integritas yang baik akan memberikan dampak positif terhadap kualitas auditor (Harvita dan Sugeng, 2012).

Berdasarkan hal tersebut diatas, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: Integritas berpengaruh positif pada Kualitas Audit

2.2.3 Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit

Due Professional Care menjadi hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar tercapai kualitas audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme professional dan keyakinan yang memadai (Achmad, 2012). Putri dan Nur (2013) menyatakan due professional care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Elisha dan Icuk (2010) melakukan penelitian yang membuktikan bahwa due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kualitas auditor yang


(6)

baik dipengaruhi oleh due professional care secara positif (Melody dan Stefani, 2014). Lebih lanjut Achmad (2012) membuktikan dalam penelitiannya due professional care memberikan dampak positif terhadap kualitas auditor.

Berdasarkan penjelasan diatas yang telah didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah:

H3: Due Professional Care berpengaruh positif pada Kualitas Audit

2.2.4 Pengaruh Keahlian Audit pada Kualitas Audit

Salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas audit adalah keahlian audit yang dimiliki seorang auditor (Temitope et al., 2013). Keahlian audit memang sangat diperlukan untuk menunjang segala aktifitas yang dilakukan, karena dengan keahlian yang dimilik akan terlihat sejauh mana kemampuan nyang dimiliki oleh seorang auditor (Hasbullah et al., 2014). Penelitian mengenai pengaruh keahlian audit terhadap kualitas auditor telah dilakukan oleh Elisha dan Icuk (2010), dimana dalam penelitiannya menyatakan bahwa keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Ahcmad (2012) juga melakukan penelitian tentang kehalian audit, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sehingga dalam hal ini keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas audit (Harvita dan Sugeng, 2012).