Partisipasi subak dan pemerintah pasca pembangunan infrastruktur DISIMP II pada daerah irigasi Gadon DAS Sungi di Kabupaten Tabanan.

(1)

PARTISIPASI SUBAK

DAN PEMELIHARAA

DISIMP II PADA D

PR

U

TESIS

AK DAN PEMERINTAH TERHADA

AN PASCA PEMBANGUNAN INFRA

A DAERAH IRIGASI GADON DAS SU

KABUPATEN TABANAN

I WAYAN YULIARTHA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

AP OPERASI

RASTRUKTUR

S SUNGI DI


(2)

PARTISIPASI SUBAK

DAN PEMELIHARAA

DISIMP II PADA D

PROGR

PR

U

TESIS

AK DAN PEMERINTAH TERHADA

AN PASCA PEMBANGUNAN INFRA

A DAERAH IRIGASI GADON DAS SU

KABUPATEN TABANAN

I WAYAN YULIARTHA NIM : 1391561027

PROGRAM MAGISTER

OGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

AP OPERASI

RASTRUKTUR

S SUNGI DI


(3)

PARTISIPASI SUBAK DAN PEMERINTAH TERHADAP OPERASI

DAN PEMELIHARAAN PASCA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DISIMP II PADA DAERAH IRIGASI GADON DAS SUNGI DI

KABUPATEN TABANAN

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I WAYAN YULIARTHA NIM : 1391561027

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 13 JUNI 2016

Pembimbing I,

Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D NIP. 19530819 198003 1 004

Pembimbing II,

Kadek Diana Harmayani, ST, MT, Ph.D NIP. 19711204 199803 2 001

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Putu Alit Suthanaya, ST. MEngSc.Ph.D NIP. 19690805 199503 1 001

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19590215 198510 2001


(5)

Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis

Tesis ini telah diuji pada Tanggal 13 Juni 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No : 2707/UN.14.4/HK/2016

Tanggal : 10 Juni 2016

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Ketua : Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D Anggota :

1. Kadek Diana Harmayani, ST, MT, Ph.D 2. Dr. Ir. I gusti Agung Adnyana Putera, DEA 3. Ir. I Gusti Bagus Sila Dharma, MT, Ph.D 4. Dr. Eng. Ni Nyoman Pujianiki, ST.MT. M.Eng 5.


(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : I Wayan Yuliartha NIM : 1391561027

PROGRAM STUDI : Magister Teknik Sipil

JUDUL TESIS : Partisipasi Subak Dan Pemerintah Terhadap Operasi Dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur Disimp II Pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi Di Kabupaten Tabanan

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, 13 Juni 2016 Hormat saya,

(I Wayan Yuliartha) NIM. 1391561027


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul Partisipasi Subak dan Pemerintah Terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II Pada Daerah Irigasi Gadon Di DAS Sungi Kabupaten Tabanan

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, PhD selaku pembimbing I yang telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Kadek Diana Harmayani, ST, MT, PhD. selaku pembimbing II yang juga telah memberikan dorongan dan semangat sehingga penyelesaian tesis ini tepat waktu.

Ungkapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada para dosen penguji, yaitu Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA, Ir. I Gusti Bagus Sila Dharma, MT, Ph.D dan Dr. Eng. Ni Nyoman Pujianiki, ST.MT. M.Eng yang telah memberikan masukan serta kritik yang mampu menyempurnakan tesis yang penulis buat. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Dr Ketut Suastika, Sp.PD,KEMD selaku Rektor Universitas Udayana beserta staff atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti studi pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terimakasih Kepada Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Kepada Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc,Ph.D selaku ketua Prodi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana.Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Istri tercinta Ni Luh Sri Astini, SE beserta anak tersayang Ni Putu Nadya Aurora Kanjeng Artha dan Made Nero Julian Artha serta Bapak I Nengah Arma, Ibu Ni Ketut Wandri, Adik I Made Putra Adi Artha, SE yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga tesis ini dapat terselesaikan.Tidak lupa kepada Adik sepupu Putra Artawan dan Wisnu Saputra yang telah membantu dan dukungan sehingga dapat berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Terakhir ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Ir. I Gusti Putu Wandira Sp.1 beserta teman – teman Ketut Asmara Putra, Nyoman Setiawan, Pande Dharma Setiawan, Angga, Made Sura, Wayan Balik Andika serta staf satu ruangan yang telah memberikan motivasi.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar,Juni 2016


(8)

PARTISIPASI SUBAK DAN PEMERINTAH TERHADAP OPERASI

DAN PEMELIHARAAN PASCA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DISIMP II PADA DAERAH IRIGASI GADON DAS SUNGI DI

KABUPATEN TABANAN

ABSTRAK

Pertanian di Indonesia khususnya di Bali semakin mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan pertanian yang ada serta kondisi sarana dan prasarana pendukung pertanian yang mengalami kerusakan. Disamping itu juga kurangnya Partisipasi Subak sebagai perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan pada Jaringan irigasi yang mengakibatkan terganggunya jaringan secara menyeluruh. Sehubungan dengan itu, salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan adalah merehabilitasi Jaringan Irigasi di Wilayah Sungai Empas-Sungi khususnya pada Daerah Irigasi Gadon di Kabupaten Tabanan pada kegiatan DISIMP II (Decentralized Irrigation System Improvement Project in Eastern Region of Indonesia Phase II), yang bertujuan mengembalikan dan meningkatkan fungsi-fungsi fasilitas jaringan dan bangunan irigasi.

Penelitian dilakukan pada D.I Gadon Daerah Aliran Sungai Tukad Sungi dengan metode eksploratif, yaitumempelajari dan mengevaluasi mengenai DI Gadon pada Daerah Aliran Sungai Tukad Sungi, dengan cara melakukan wawancara terhadap anggota Subak serta dinas-dinas terkait. Responden dipilih berdasarkan metode purposive sampling yang meliputi 73 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi Subak dan Pemerintahmenggunakan skalalikert, selain itu juga dilakukan analisis regresi linear untuk mengetahui peranan subak dan pemerintah terhadap operasi dan pemeliharaan pasca pembangunan insfrastuktur DSIMP II pada daerah irigasi gadon di DAS Sungi Kabupaten Tabanan.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Pemerintah memiliki peranan lebih besar yang ditunjukan dari niaistandarrizedcoefficient beta sebesar 0,499 (49,9%) dan diikuti oleh peran Subak/P3A sebesar 0,344 atau 34,4% terhadap Operasi dan Pemeliharaan. Sedangkan 15,7 % dipengaruhi oleh factor – factor yang belum diikutsertakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini Subak/P3A memiliki partisipasi atau peranan yang lebih rendah dibandingkan dengan partisipasi dari pemerintah. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa, peningkatan partisipasi pemerintah dan subak akan dapat meningkatkan kegiatan operasi dan pemeliharaan pada jaringan irigasi pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II baik secara parsial ataupun secara simultan.


(9)

SUBAK AND GOVERNMENT PARTICIPATION INOPERATION AND MAINTENANCE OF POST DISIMP II INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT IN

GADON IRRIGATION AREA OF SUNGI RIVER WATERSHED IN TABANAN REGENCY

ABSTRACT

Agriculture in Indonesia, especially in Bali is getting decreased. This is due to the reduction in existing agricultural lands as well as the condition of agricultural facilities and infrastructure whichhave undergone damages. Besides that, there is also a lack of Subakparticipation as a water user farmer association (P3A) and the Government of the Operation and Maintenance of the irrigation network which resulted in disruption of the network as a whole. In connection with that, one of the activities to be carried out is the rehabilitation of Irrigation network in the River Basin of Empas-Sungi especially in GadonIrrigation Area in Tabanan on the activities of DISIMP II (Decentralized Irrigation System Improvement Project in Eastern Region of Indonesia Phase II), which aims to restore and improve the functions of network facilities and irrigation.

The study was conducted on Gadon D.I Watershed of SungiRiver with explorative methods, that is, studying and evaluating DI Gadon on the Watershed of Sungi River, by conducting interviews with members of Subak and relevant agencies. Respondents were selected based on purposive sampling method that included 73 respondents. The data were analyzed using descriptive qualitative methods to measure attitudes, opinions and perceptions of Subak and the Government using Likert scale, but linear regression analysis was also performed to determine the role of water control system and the government against the post-construction operation and maintenance of infrastructure of DISIMP II in Gadonirrigated areas in the watershed of Sungi River in Tabanan Regency.

Regression analysis showed that the Government had shown a greater role withthe beta standardizedcoefficient value of 0.499 (49.9%), followed by the role of Subak / P3A amounting to 0.344 or 34.4% of the Operations and Maintenance while 15.7% was influenced by factors that had not been included in this study. In this study, Subak / P3A had the participation or role lower than the participation of the government. The results also showed that the increase in government participation and Subakwould improve the operation and maintenance of the irrigation network of post Infrastructure Development of DISIMP II either partially or simultaneously.


(10)

DAFTAR ISI

(halaman)

SAMPUL DALAM... i

PRASYARAT GELAR... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Batasan Masalah... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Irigasi ... 10

2.2 Jaringan Irigasi ... 10

2.3 Bangunan Irigasi ... 11

2.3.1 Bangunan Utama ... 12

2.3.2 Bangunan Pembawa ... 13

2.3.3 Bangunan Bagi dan Sadap ... 14

2.3.4 Bangunan Pengukur dan Pengatur ... 15

2.3.5 Bangunan Pengatur Muka Air ... 15

2.3.6 Bangunan Pembuang dan Penguras ... 16

2.3.7 Bangunan Pelengkap ... 17

2.3.8 Bangunan Lindung ... 17

2.4 Irigasi Menurut Sistem Irigasi Subak ... 17

2.5 Sistem Jaringan Irigasi Subak ... 18

2.6 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 21

2.7 Pengertian Partisipasi... 22 2.8 Partisipasi Pemerintah dalam Operasi dan Pemeliharaan


(11)

2.8.1 Partisipasi Pemerintah dalam Operasi Jaringan Irigasi 24 2.9 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi dan Pemeliharaan

Jaringan Irigasi ... 27

2.9.1 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi Jaringan Irigasi... 28

2.9.2 Partisipasi Subak/P3A dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 29

(halaman) BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Pendekatan Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 34

3.4.1 Pengumpulan Data Primer ... 34

3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder ... 35

3.5 Metode Penentuan Sampel... 35

3.6 Identifikasi Variabel ... 37

3.7 Difinisi Operasional Variabel ... 40

3.7.1 Variabel Operasi dan PemeliharaanJaringan Irigasi (Y) ... 40

3.7.2 Variabel Partisipasi Pemerintah Dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (X1) ... 41

3.7.3 Variabel Partisipasi Subak/P3A Dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (X2) ... 42

3.8 Teknik Analisis Data ... 44

3.8.1 Skala Pengukuran ... 44

3.8.2 Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 45

3.8.3 Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 47

3.8.4 Uji Regresi Linear Berganda... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Gambaran Umum Daerah Studi ... 56

4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57

4.3 Analisis Partisipasi Subak dan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II Pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi di Kab. Tabanan ... 59

4.3.1 Uji Multiklolinearitas ... 59

4.3.2. Uji heterokedastisitas ... 60

4.3.3 Uji Normalitas ... 60

4.3.4 Persamaan Regresi Linear Berganda ... 61

4.3.5 Hasil Analisis Penelitian ... 63


(12)

4.5 Uji Pengaruh Variabel ... 75

4.6 Pembahasan ... 79

4.6.1 Partisipasi Pemerintah ... 79

4.6.2 Partisipasi Subak/P3A ... 82

4.7 Peran Pemerintah dan Subak/P3A dalam Operasi danPemeliharaan... 86

(halaman) BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 89


(13)

DAFTAR GAMBAR

(Halaman)

Gambar 2.1 Jaringan Irigasi Subak ... 20 Gambar 2.2 Ilustrasi Wilayah Subak dalam Wilayah Desa Adat ... 21 Gambar 3.1 Peta Daerah Irigasi Gadon di Kab. Tabanan ... 32 Gambar 3.2 Daerah Pengujian Penerimaan/ Penolakan H0dengan Uji F. 52

Gambar 3.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji t

(Daerah pengujian sisi kanan/ positif) ... 54 Gambar 3.4 Kerangka Alur Penelitian ... 55 Gambar 4.1 Daerah Pengujian Penerimaan/ Penolakan H0 dengan Uji F

untuk peran serta Pemerintah ... 77 Gambar 4.2 Daerah Pengujian Penerimaan/ Penolakan H0 dengan Uji t


(14)

DAFTAR TABEL

(Halaman)

Tabel 3.1 Nama Subak pada Daerah Irigasi Gadon ... 33

Tabel 4.1 Data Subak pada Daerah Irigasi Gadon ... 59

Tabel 4.2 Hasil uji validitas ... 57

Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas ... 58

Tabel 4.4 Hasil uji multikolinearitas ... 59

Tabel 4.5 Hasil uji heteroskedastisitas ... 60

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 61

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 62

Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Variabel Partisipasi Pemerintah ... 63

Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Variabel Partisipasi Subak/P3A ... 63

Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Variabel Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 64

Tabel 4.11 Deskripsi Data Penelitian X1.1 ... 64

Tabel 4.12 Deskripsi Data Penelitian X1.2 ... 65

Tabel 4.13 Deskripsi Data Penelitian X1.3 ... 65

Tabel 4.14 Deskripsi Data Penelitian X1.4 ... 66

Tabel 4.15 Deskripsi Data Penelitian X1.5 ... 66

Tabel 4.16 Deskripsi Data Penelitian X1.6 ... 66

Tabel 4.17 Deskripsi Data Penelitian X1.7 ... 67

Tabel 4.18 Deskripsi Data Penelitian X1.8 ... 67

Tabel 4.19 Deskripsi Data Penelitian X2.1 ... 68

Tabel 4.20 Deskripsi Data Penelitian X2.2 ... 68

Tabel 4.21 Deskripsi Data Penelitian X2.3 ... 69

Tabel 4.22 Deskripsi Data Penelitian X2.4 ... 69

Tabel 4.23 Deskripsi Data Penelitian X2.5 ... 70

Tabel 4.24 Deskripsi Data Penelitian X2.6 ... 70

Tabel 4.25 Deskripsi Data Penelitian X2.7 ... 70

Tabel 4.26 Deskripsi Data Penelitian X2.8 ... 71

Tabel 4.27 Deskripsi Data Penelitian Y.1 ... 71

Tabel 4.28 Deskripsi Data Penelitian Y.2 ... 72

Tabel 4.29 Deskripsi Data Penelitian Y.3 ... 72

Tabel 4.30 Deskripsi Data Penelitian Y.4 ... 72

Tabel 4.31 Deskripsi Data Penelitian Y.5... 73

Tabel 4.32 Deskripsi Data Penelitian Y.6 ... 73

Tabel 4.33 Hasil analisis standarized coefficient beta ... 74


(15)

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA

DI : Daerah Irigasi

P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air

GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air IP3A : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air

n : jumlah sampel / responden

N : jumlah populasi

d : derajat kecermatan (Level of Significance) ni : jumlah sampel menurut stratum

n : jumlah sampel seluruhnya Ni : jumlah populasi menurut stratum r hitung : koefisien korelasi

: jumlah skor item

: jumlah skor total (seluruh item)

11

r : koefisien reliabilitas seluruh item

Y : Pengamanan dan pemeliharaan (variabel terikat)

 : konstanta

1,2,3 : koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas

X1 : Partisipasi pemerintah

X2 : Partisipasi masyarakat

i : nilai residual (variabel pengganggu)

F : nilai F hitung

R2 : koefisien determinasi

βi : koefisien regresi

Se(βi) :standar errordari βi

H0 : Hipotesis nol


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(Halaman)

LAMPIRAN 1 Daftar Pertanyaan Kuisioner ... 92

LAMPIRAN 2 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 100

LAMPIRAN 3 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 103

LAMPIRAN 4 Deskripsi Data Penelitian ... 106

LAMPIRAN 5 Uji Multikolinearitas ... 111

LAMPIRAN 6 Uji Normalitas ... 112

LAMPIRAN 7 Uji Heteroekdastisiitas ... 112

LAMPIRAN 8 Regresi Linear Berganda... 112

LAMPIRAN 9 Statistik Deskriptif Data Uji ... 113

LAMPIRAN 10 Tabel Distribusi t ... 114

LAMPIRAN 11 Tabel Distribusi F ... 115

LAMPIRAN 12 Skema Jaringan Irigasi Gadon I ... 116

LAMPIRAN 13 Skema Jaringan Irigasi Gadon II ... 117


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai upaya telah sedang dan akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten bersama masyarakat guna meningkatkan produksi dan produktivitas bidang pertanian khususnya pertanian padi pada lahan beririgasi. Upaya tersebut dimulai dari pembangunan daerah irigasi, pencetakan sawah lahan baru dan perluasan lahan beririgasi yang ada, sampai dengan peningkatan jaringan irigasi, termasuk rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan Irigasi yang telah terbangun. Upaya lain yang akan digiatkan adalah upaya memoderenisasi sistem jaringan irigasi yang sudah relatif lama dibangun guna memulihkan dan meningkatkan daya guna dan hasil guna Daerah Irigasi bersangkutan dan khususnya Daerah Irigsai Gadon terdapat banyak kerusakan pada jaringan irigasi sehingga air tidak dapat optimal mengalir disamping itu juga partisipasi Subakdan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan pada daerah irigasi Gadon DAS Sungi di Kabupaten Tabanan sangat kurang yang mengakibatkan Jaringan Irigasi terganggu dan banyak mengalami kebocoran mengakibatkan kehilangan air yang cukup parah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 11 tahun 1974 tentang Pengairan yang menjelaskan tentang kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan ketentuan: Daerah Irigasi (DI) dengan luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Pusat, Daerah Irigasi (DI) antara 1000 ha - 3000 ha kewenangan Pemerintah Provinsi dan Daerah Irigasi


(18)

(DI) lebih kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadi kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten, sedangkan jika berada pada lintas kabupaten maka menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi. Jaringan tersier sepenuhnya merupakan tanggungjawab organisasi petani (P3A) dalam hal ini adalah masyarakat petani (Subak). Maka dari itu Pemerintah melakukan perbaikan jaringan irigasi secara teknis dan non teknis. (Suyasa, 2009).Sehubungan dengan itu, salah satu dari kegiatan termaksud adalah Merehabilitasi Jaringan Irigasi di Wilayah Sungai Empas-Sungi di Kabupaten Tabanan. Di Provinsi Bali yang dikerjakan oleh DISIMP. Secara umum kegiatan DISIMP adalah merupakan keberlanjutan dari serangkaian kegiatan sebelumnya yaitu proyek SSIMP (Small Scale Irrigation Management Project) yang dimulai sejak tahun 1990. Kegiatan SSIMP terdiri dari IV phase (I s/d IV) dimana SSIMP IV kemudian disebut DISIMP. Hingga sampai dengan saat ini kegiatan DISIMP telah sampai pada phase II. Dengan adanya rehabilitasi jaringan irigasi maka diharapkan akan tersedia suatu sistem jaringan irigasi yang handal sehingga akan lebih menjamin ketersediaan air irigasi yang secara kuantitas cukup, kualitas baik, dan kontinyu berkesinambungan, sehingga dengan demikian maka keberfungsian seluruh sarana dan prasarana irigasi yang ada dapat optimal dan lestari.

Kabupaten Tabanan adalah salah satu lumbung pangan terbesar di Provinsi Bali khususnya beras. Tabanan memiliki areal persawahan beririgasi seluas 34.662 Ha atau 33.15% dari total areal persawahan di Provinsi Bali, dimana seluas 3.487 Ha dari areal tersebut di rehabilitasi dan dikembangkan oleh kegiatan ini. Pengelolaan irigasi tingkat usaha tani di Provinsi Bali dilakukan oleh perkumpulan petani yang disebut Subak yang memiliki otonomi penuh. Melalui


(19)

sejarah yang panjang terbukti bahwa kemampuan organisasi tani ini dapat berfungsi dan berhasil dengan sangat baik dalam pengelolaan jaringan irigasi secara unik dan spesifik. Topografi atau countourpermukaan tanah (sawah) yang berbentuk terasering disepanjang kiri dan kanan sungai sangat memungkinkan petani dibawah koordinasi Subak melakukan penggunaan air irigasi secara pemakaian ulang(repeating used)dengan maksimal ( Norken, 2015)

Menurut JICA (2011) secara singkat maksud dari kegiatan DISIMP II di Wilayah Sungai Empas Sungi adalah untuk merehabilitasi/meningkatkan kapasitas design saluran, dan untuk mengurangi kebocoran saluran, serta mengoptimalkan pemanfaatan air irigasi atau pemanfaatan kembali sisa air irigasi guna meningkatkan pemenuhan kebutuhan air irigasi di WS Empas Sungi yang berbasis partisipasi masyarakat agar mampu mendukung peningkatan produksi pertanian beririgasi dimasa akan datang secara berkesinambungan.

Selanjutnya diuraikan bahwa tujuan dari Decentralized Irrigation System Improvement Project in Eastern Region of Indonesia Phase II (DISIMP II) sendiri adalah untuk mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan yang perekonomiannya rendah di wilayah timur Indonesia dengan menerapkan pertanian beririgasi teknis yang menguntungkan dan berkesinambungan, melalui pendekatan pengembangan pedesaan yang berwawasan irigasi, dengan titik berat pada pemberdayaan petani penerima manfaat dan tujuan ini akan dicapai dengan peningkatan produksi pangan melalui rehabilitasi dan perluasan jaringan irigasi, serta peningkatan Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi di wilayah timur Indonesia. Berdasarkan maksud dan tujuan tersebut diatas maka pendekatan yang dianut dalam kegiatan ini adalah penerapan dari pola pendekatan terintegrasi. Pola ini mengintegrasikan


(20)

dua komponen yaitu komponen infrastruktur berupa rehabilitasi dan pengembangan fisik jaringan irigasi (hard component), yang didukung oleh komponen lunak(soft component). Komponen lunak (soft component)termaksud, meliputi kegiatan pembentukan/pemberdayaan P3A yang di Provinsi Bali disebut Subak, penguatan kelembagaan Pemerintah Daerah sebagai lembaga penyelenggara Operasi dan Pemeliharaan irigasi, pengelolaan air irgasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang dapat terjamin bila manajemen serta pembinaan teknis diberikan dimulai dari sebelum, selama dan setelah fase pembangunan infrastruktur berlangsung. Selain itu perlu adanya sistem ketersediaan pendanaan yang memadai serta adanya penerapan system pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan (OP) yang baik dan benar. Upaya ini harus pula dapat memaksimalkan keikut sertaan masyarakat penerima manfaat agar dapat berpartisipasi dalam pengelolaan dan pendanaan Operasi dan Pemeliharaan irigasi (Project Completion Report 2012). Dengan demikian maka maksud dan tujuan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wilayah Sungai Empas Sungi dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Untuk mengembalikan dan meningkatkan fungsi-fungsi fasilitas jaringan dan bangunan irigasi Wilayah Sungai Empas Sungi khususnya pada Daerah Irigasi Gadon, sehingga debit air dapat optimal masuk ke jaringan dalam rangka memenuhi kebutuhan areal sawah yang akan diairi.

2. Untuk meningkatkan intensitas tanam dan produksi pertanian khususnya produksi beras dan palawija.

3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja dalam pengolahan lahan/produksi tanam.


(21)

4. Untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi lingkungan/kawasan. 5. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat petani khususnya.

Dengan adanya kegiatan DISIMP II ini fungsi-fungsi fasilitas jaringan dan bangunan irigasi khususnya pada Daerah Irigasi Gadon air dapat mengalir optimal masuk ke jaringan dalam rangka memenuhi kebutuhan areal sawah yang dialiri, maka dari itu diharapkan partisipasi Subak dan Pemerintah bekerjasama melakukan kegiatan seperti pelumasan pintu air, pembersihan saluran, perbaikan saluran apabila terjadi kebocoran sesuai dengan kewenangan masing masing pada saluran primer, sekunder dan tersier disamping itu apabila terjadi kerusakan berat (bencana alam) diharapkan petani aktif membantu dalam penanggulangan darurat. Walaupun petani (Subak/P3A) hanya kewenangannya pada saluran tersier diharapkan juga ikut serta melakukan operasi dan pemeliharaaan pada saluran primer maupun skunder karena apabila saluran primer ataupun skunder mengalami kerusakan akan berdampak pada saluran tersier.

Partisipasi Subak dan Pemerintah Pasca pembangunan infrastruktur DISIMP II, terhadap Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi meliputi :

1. Kegiatan pemeliharaan rutin adalah usaha – usaha yang mempertahankan kondisi dan fungsi jaringan irigasi, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah/diganti dan pekerjaan ini dikerjakan setiap waktu secara rutin.

2. Macam kegiatan perawatan bangunan pada garis besarnya adalah sebagai berikut :

- Pembersihan bangunan ukur


(22)

- Pembersihan kotoran/sampah disebelah udik suatu bangunan seperti talang, sipon, gorong-gorong dan lain-lain

- Penanaman gebalan rumput

- Pencabutan rumput pada tebing/tembok bangunan

- Pembersihan endapan/lumpur pada lokasi lokasi yang ada pada bangunan penguras

- Memberi pelumas/gemuk pada semua bagian yang bergerak dari pintu-pintu air

Dalam hal ini Pasca Pembangunan Infrastruktur Disimp II Pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi di Kab. Tabanan diharapkannya peran serta Partisipasi Subak dan Pemerintah yang lebih maksimal terhadap Operasi dan Pemeliharaan. Selain itu pada penelitian ini dilakukan kajian yang mendalam pada Partisipasi Subak dan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Insfrastruktur DISIMP II pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi di Kabupaten Tabanan (Norken 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimanakahtingkat partisipasi Subak dan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan pasca pembangunan Infrastruktur DISIMP II pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi?

b. Apakah partisipasi Subak dan Pemerintah Terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II Pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi berpengaruh signifikan?


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Subak dan Pemerintah Terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi.

b. Untuk menganalisis adakah pengaruh yang signifikan Partisipasi Subak dan Pemerintah Terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II Pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi di Kabupaten Tabanan.

1.4 Manfaat Peneltian 1.4.1 Manfaat Akademik

1. Bagi Mahasiswa dapat melakukan pengembangan lebih lanjut terhadap penelitian ini.

2. Bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem irigasi yang ada serta mengetahui bagaimana Partisipasi Subak dan Pemerintah Terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur ini.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap masyarakat maupun masyarakat Subak itu sendiri terhadap pembangunan-pembangunan yang ada dalam bidang keirigasian.


(24)

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Memberikan informasi kepada masyarakat Kabupaten Tabanan pada

umumnya dan khususnya pada masyarakat yang terkena dampak sampai dimana Partisipasi Subak dan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II dalam memenuhi kebutuhan air irigasi.

b. Mengetahui implikasi tingkat Partisipasi Subak dan Pemerintah Terhadap Operasi dan Pemeliharaan PascaPembangunan Infrastruktur DISIMP II pada bangunan Jaringan Irigasi.

c. Sebagai refrensi bagi instansi terkait yang menangani pengelolaan sumber daya air dan pengembangan irigasi di Kabupaten Tabanan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan responden untuk Partisipasi Subak dan Pemerintah Terhadap Operasi dan Pemeliharaan Pasca Pembangunan Infrastruktur DISIMP II Pada Daerah Irigasi Gadon DAS Sungi pada saluran Primer dan Sekunder di Kabupaten Tabanan.

b. Dalam penelitian ini yang termasuk partisipasi Pemerintah adalah Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten/Kota selaku pembuat kebijakan dan masyarakat pemakai air dalam hal ini adalah Subak/P3A.


(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Meskipun demikian, suatu definisi yang lebih umum dan termasuk sebagai irigasi adalah penggunaan air pada tanah dengan tujuan sebagai berikut.

1. Menambah air kedalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek.

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.

5. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah. 6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.

7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.

8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena penguapan.


(26)

2.2. Jaringan Irigasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007, Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi disebutkan bahwa jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Ada beberapa jenis jaringan irigasi yaitu:

a. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. b. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri

atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

c. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

Ketentuan yang mengatur tentang jaringan irigasi di Indonesia dituangkan dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01 Depertemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986. Pada buku Standar Irigasi tersebut diuraikan bahwa suatu jaringan irigasi umumnya memiliki empat (4) unsur fungsional pokok yaitu :

1. Bangunan-bangunan utama(headwork)dimana air diambil dari sumbernya yang umumnya dari sungai atau waduk.


(27)

2. Jaringan pembawa berupa saluran dengan bangunan-bangunan yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier

3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif dimana air irigasi dibagi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak tersier

4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.

2.3 Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain (Standar Perencanaan Bagian Irigasi KP–01):

a. Bangunan utama b. Bangunan pembawa c. Bangunan bagi dan sadap

d. Bangunan pengukur dan pengatur e. Bangunan pengatur muka air f. Bangunan pernbuang dan penguras g. Bangunan pelengkap.


(28)

2.3.1 Bangunan Utama

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu:

a. Bendung

Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.

b. Pengambilan bebas

Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.


(29)

Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.

d. Stasiun pompa

Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

2.3.2 Bangunan Pembawa

Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.


(30)

a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.

b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran

sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran tersier adalah bangunan boks tersier terkahir

d. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.

2.3.3 Bangunan Bagi dan Sadap

Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masing - masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu:


(31)

a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.

b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.

c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.

2.3.4 Bangunan Pengukur dan Pengatur

Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pangatur.

2.3.5 Bangunan Pengatur Muka Air

Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan


(32)

pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya. Bangunan-bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute). Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium(trapezoidal notch).

2.3.6 Bangunan Pembuang dan Penguras

Bangunan pembuang dan penguras dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bangunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

a. Mengeringkan sawah

b. Membuang kelebihan air hujan c. Membuang kelebihan air irigasi

Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.


(33)

2.3.7 Bangunan Pelengkap

Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.

2.3.8 Bangunan Lindung

Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar saluran.

2.4Irigasi Menurut Sistem Irigasi Subak

Pengertian Subak yang dinyatakan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang.


(34)

Pada sistem Subak, yang ditekankan adalah keadilan dalam memperoleh air. Apabila air yang mengalir tidak cukup untuk mengairi seluruh areal sawah maka pemberian air dilakukan dengan cara pergiliran atau rotasi, yaitu Subak dibagi bagi menjadi bagian bagian lebih kecil yang disebut tempek. Pola rotasi biasanya diawasi oleh patelik (petugas yang ditunjuk untuk mengawasi pergiliran air). Selain dengan cara rotasi pada sistem Subak juga dikenal pengaturan pemberian air dengan sistem nyorog yaitu dengan mengatur waktu tanam tidak bersamaan.

Sedangkan pola Operasi dan Pemeliharaan ditingkat Subak biasanya diselenggarakan melalui mekanisme musyawarah mufakat dalam sangkepan. Adapun langkah perbaikan-perbaikan atau rehabilitasi pada bangunan-bangunan dan saluran irigasi, sehingga kehilangan air akibat kebocoran-kebocoran pada saluran dapat dihindari, dan juga dikaitkan dengan pola dan jadwal tanam yang hendak diterapkan dalam suatu organisasi Subak. Ketika hendak mengambil keputusan tentang pola dan jadwal tanam itulah musim dan atau iklim akan diperhitungkan.

2.5 Sistem Jaringan Irigasi Subak

Subak sebagai organisasi yang fungsi utamanya adalah mengatur air irigasi telah membangun sistem jaringan irigasi dengan keunggulan teknologi tradisionalnya, dimana konstruksi jaringan sangat disesuaikan oleh kondisi fisik alam dimana jaringan itu dikonstruksi. Kondisi alam Bali yang bergelombang dan dilalui oleh banyak sungai menjadikan luasan lahan sawah yang sempit, oleh karena itu dengan kearifan yang sangat tinggi Subak telah


(35)

berupaya menekan pemanfaatan lahan agar sekecil mungkin dibebaskan untuk pembangunan jaringan irigasi. Atas dasar pertimbangan tersebut ketika Subak membangunan jaringan irigasinya banyak memanfaatkan alur alam berupa lembah atau pangkung sebagai saluran pembawa.

Secara prinsip antara jaringan irigasi dengan jaringan irigasi Subak memiliki tugas dan kewajiban yang sama. Sehingga dalam penelitian kali ini yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah jaringan irigasi Subak.Jaringan irigasi Subak sudah dikonstruksi sedemikian lengkap mulai dari bangunan pengambilan pada sumber air, bangunan pembagi dan pengambilan di saluran sampai saluran distribusi di petak-petak sawah, seperti ditunjukkan dalam gambar jaringan irigasi Subak pada Gambar 2.1. dengan jenis dan fungsi bangunan seperti diuraikan berikut ini.


(36)

Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Subak (Sushila,2006)

Pura Ulun Empelan

Pura Bedugul

Empelan (Bendung Subak)

Aungan (Terowongan)

Telabah (Saluran Pembawa)

Tembuku Aya (B.Bagi Utama) Tembuku Pemaron (B.Bagi) Telabah Pemaron (Saluran Kedua)

Tembuku Daanan (B. Sadap)

Telabah Daanan (Saluran Ketiga)

Telabah Pengutangan (Saluran Pembuang) Tukad (Sungai)


(37)

Gambar 2.2. Ilustrasi Wilayah Subak dalam Wilayah Desa Adat (Sushila,2006)

2.6 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.

Desa Adat - A Desa Adat - B

Desa Adat - C

Subak - X

Tembuku (B. Bagi) Telabah (Saluran) Aungan (Trowongan) Empelan (Bendung) Tukad (Sungai)


(38)

Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi sebagai pengganti PP 77/2001 tentang irigasi, pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi ditetapkan:

a. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

b. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab masyarakat petani pemakai air.

2.7 Pengertian Partisipasi

Pengertian tentang partisipasi oleh Dusseldorf (dalam Yuswari,2010) yang menulis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pedesaan. Dikatakan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan komunikasi khas, yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab. Pandangan tersebut mengandung arti bahwa partisipasi sebagai bagian dalam kegiatan bersama

(taking part in joint action).

Pengertian tentang partisipasi dari Mubyarto (dalam Yuswari, 2010) menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan harus diartikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa harus mengorbankan kepentingan diri sendiri. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam keadaan yang paling ideal keikutsertaan masyarakat merupakan ukuran tingkat partisipasi rakyat.


(39)

Semakin besar kemampuan mereka untuk menentukan nasibnya sendiri, maka semakin besar pula kemampuan mereka dalam pembangunan.

Berdasarkan atas penjelasan tersebut diatas dapat diartikan bahwa partisipasi merupakan keterlibatan seseorang secara langsung dan spontanitas untuk turut serta dalam aktifitas karena adanya rasa memiliki, yang diterapkan dalam tahapan proses pembangunan dalam rangka pencapaian target tertentu.

2.8 Partisipasi Pemerintah dalam Operasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan operasi jaringan irigasi adapun partisipasi yang dapat dilakukan Pemerintah adalah: 1. Mengumpulkan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,serta

pembuatan laporan pengoperasian bangunan irigasi).

2. Membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll. 3. Berperan sebagai pembimbing atau penasehat yang memberi masukan dan

pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang mungkin bisa dipergunakan untuk pertanian.

4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu)


(40)

6. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi, melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis.

2.8.1Partisipasi Pemerintah dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi disamping dalam kegiatan operasi jaringan irigasi Pemerintah juga turut berpartisipasi dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Adapun partisipasi Pemerintah dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut antara lain:

A.Pengamanan Jaringan Irigasi 1. Tindakan Pencegahan

a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi lebih kurang 500 m sebelah hulu dan lebih kurang 1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan memasang papan larangan.

c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran.

e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan.


(41)

g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.

h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran irigasi.

i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.

2. Tindakan Pengamanan

a. Membuat bangunan pengamanan ditempat tempat yang berbahaya, misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya.

b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.

c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal, patok.

B. Pemeliharaan Rutin

Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :

1. Yang bersifat perawatan :

a. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.

b. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak.

c. Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran. d. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.


(42)

e. Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.

2. Yang bersifat perbaikan:

a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.

C. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A / GP3A / IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual. Adapun pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan a. Pengecatan pintu

b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran 2. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan

a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya

c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balk

d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, kendaraan dan peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi

3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian a. Penggantian pintu


(43)

b. Penggantian alat ukur c. Penggantian peil schall

d. Penanggulangan / Perbaikan Darurat

Adapun pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan akibat bencana alam dengan menggunakan bahan yang tersedia di Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain -lain).

b. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi.

2.9 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Secara umum menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2007 masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3 dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan uji pengaliran dan penyesuaian manual Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi yang didasarkan pada hasil uji pengaliran dengan cara mengamati dan melaporkan kejadian pada jaringan irigasi, seperti terjadinya kebocoran, longsor,banjir dan limpasan selama uji pengaliran berlangsung kepada penanggung jawab kegiatan.

Menurut pandangan (Sutawan,1997) partisipasi petani Subak dalam setiap tahapan proyek pembangunan irigasi sangat penting karena: 1)


(44)

dapat memperlancar proyek melalui dukungan moral para petani, 2) petani dapat merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk tujuan pembuatan lay-out dan desain, 3) dapat menumbuhkan rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap proyek sehingga mereka terdorong untuk memelihara jaringan irigasi yang bersangkutan dengan baik, 4) Organisasi irigasi tradisional dapat lebih berperan dan berfungsi sehingga mendorong berkembangnya lembaga irigasi yang bersangkutan, 5) mengurangi kemungkinan kegagalan proyek dalam arti proyek dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan aspirasi para petani Subak.

2.9.1 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi selain Pemerintah partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) atau di Bali biasa disebut Subak sangatlah penting, adapun partisipasi masyarakat dalam operasi jaringan irigasi adalah sebagai berikut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007): 1. Dalam kegiatan pengumpulan data Subak/P3A berpartisipasi dalam

memberikan informasi mengenai data – data yang diperlukan seperti data luas tanam, jenis tanaman, serta luas panen dan kerusakan tanaman.

2. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan irigasi Subak/P3A mengusulkan rencana tanam dan luas areal kepada Dinas yang membidangi irigasi.


(45)

3. Mendiskusikan komoditas yang akan ditanam bersama dengan petani lain dalam P3A maupun dengan kelompok P3A lainnya.

4. Memberikan masukan mengenai pengubahan rencana tata tanam, pengubahan pola tanam, pengubahan jadwal tanam dan pengubahan jadwal pemberian/pembagian air dalam hal terjadi perubahan ketersediaan air pada sumber air.

5. Membantu melaksanakan pelaksanaan operasi seperti membantu melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka, menutup pintu, dan memberikan pelumasan pintu air.

6. Melaporkan jika adanya pengambilan air secara tidak resmi serta melaporkan kerusakan–kerusakan yang terjadi pada bangunan irigasi.

2.9.2 Partisipasi Subak/P3A dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Partisipasi masyarakat dalam hal ini Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A) atau di Bali biasa disebut dengan Subak dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil penelusuran bersama dengan proses sebagai berikut :

1. P3A/GP3A/IP3A bersama petugas pengelola irigasi melakukan penelusuran untuk mengindentifikasi kerusakan - kerusakan, usulan rencana perbaikan dan skala prioritas.

2. P3A/GP3A/IP3A dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder dalam bentuk penyampaian laporan penyimpangan pelaksanaan kepada dinas atau pengelola irigasi.


(46)

3. P3A/GP3A/IP3A dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya sesuai dengan kemampuannya.

4. Dinas yang membidangi irigasi melaksanakan pemeliharaan jaringan irigasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola.

5. Ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan akibat bencana alam sesuai dengan kemampuan.

Masih terbatasnya penelitian mengenai Partisipasi Subak dan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi yang menyebabkan harus dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.


(1)

g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.

h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran irigasi.

i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.

2. Tindakan Pengamanan

a. Membuat bangunan pengamanan ditempat tempat yang berbahaya, misalnya : disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya.

b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.

c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal, patok.

B. Pemeliharaan Rutin

Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :

1. Yang bersifat perawatan :

a. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.

b. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak.

c. Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran. d. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.


(2)

e. Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.

2. Yang bersifat perbaikan:

a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.

C. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A / GP3A / IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual. Adapun pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan a. Pengecatan pintu

b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran 2. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan

a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya

c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balk

d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, kendaraan dan peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi

3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian a. Penggantian pintu


(3)

b. Penggantian alat ukur c. Penggantian peil schall

d. Penanggulangan / Perbaikan Darurat

Adapun pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan akibat bencana alam dengan menggunakan bahan yang tersedia di Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain -lain).

b. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi.

2.9 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Secara umum menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2007 masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3 dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan uji pengaliran dan penyesuaian manual Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi yang didasarkan pada hasil uji pengaliran dengan cara mengamati dan melaporkan kejadian pada jaringan irigasi, seperti terjadinya kebocoran, longsor,banjir dan limpasan selama uji pengaliran berlangsung kepada penanggung jawab kegiatan.

Menurut pandangan (Sutawan,1997) partisipasi petani Subak dalam setiap tahapan proyek pembangunan irigasi sangat penting karena: 1)


(4)

dapat memperlancar proyek melalui dukungan moral para petani, 2) petani dapat merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk tujuan pembuatan lay-out dan desain, 3) dapat menumbuhkan rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap proyek sehingga mereka terdorong untuk memelihara jaringan irigasi yang bersangkutan dengan baik, 4) Organisasi irigasi tradisional dapat lebih berperan dan berfungsi sehingga mendorong berkembangnya lembaga irigasi yang bersangkutan, 5) mengurangi kemungkinan kegagalan proyek dalam arti proyek dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan aspirasi para petani Subak.

2.9.1 Partisipasi Subak/P3A dalam Operasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi selain Pemerintah partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) atau di Bali biasa disebut Subak sangatlah penting, adapun partisipasi masyarakat dalam operasi jaringan irigasi adalah sebagai berikut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007): 1. Dalam kegiatan pengumpulan data Subak/P3A berpartisipasi dalam

memberikan informasi mengenai data – data yang diperlukan seperti data luas tanam, jenis tanaman, serta luas panen dan kerusakan tanaman.

2. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan irigasi Subak/P3A mengusulkan rencana tanam dan luas areal kepada Dinas yang membidangi irigasi.


(5)

3. Mendiskusikan komoditas yang akan ditanam bersama dengan petani lain dalam P3A maupun dengan kelompok P3A lainnya.

4. Memberikan masukan mengenai pengubahan rencana tata tanam, pengubahan pola tanam, pengubahan jadwal tanam dan pengubahan jadwal pemberian/pembagian air dalam hal terjadi perubahan ketersediaan air pada sumber air.

5. Membantu melaksanakan pelaksanaan operasi seperti membantu melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka, menutup pintu, dan memberikan pelumasan pintu air.

6. Melaporkan jika adanya pengambilan air secara tidak resmi serta melaporkan kerusakan–kerusakan yang terjadi pada bangunan irigasi.

2.9.2 Partisipasi Subak/P3A dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Partisipasi masyarakat dalam hal ini Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A) atau di Bali biasa disebut dengan Subak dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil penelusuran bersama dengan proses sebagai berikut :

1. P3A/GP3A/IP3A bersama petugas pengelola irigasi melakukan penelusuran untuk mengindentifikasi kerusakan - kerusakan, usulan rencana perbaikan dan skala prioritas.

2. P3A/GP3A/IP3A dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder dalam bentuk penyampaian laporan penyimpangan pelaksanaan kepada dinas atau pengelola irigasi.


(6)

3. P3A/GP3A/IP3A dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya sesuai dengan kemampuannya.

4. Dinas yang membidangi irigasi melaksanakan pemeliharaan jaringan irigasi dapat dilakukan melalui kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola.

5. Ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan akibat bencana alam sesuai dengan kemampuan.

Masih terbatasnya penelitian mengenai Partisipasi Subak dan Pemerintah terhadap Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi yang menyebabkan harus dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.