PEMENUHAN HAK ANAK YANG DIPISAHKAN DARI SALAH SATU ORANG TUA AKIBAT ADANYA PERCERAIAN DIKAITKAN DENGAN KEWAJIBAN ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM KEKELUARGAAN DI INDONESIA.

PEMENUHAN HAK ANAK YANG DIPISAHKAN DARI SALAH SATU
ORANG TUA AKIBAT ADANYA PERCERAIAN DIKAITKAN DENGAN
KEWAJIBAN ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM KEKELUARGAAN
DI INDONESIA
ABSTRAK
Perceraian antara kedua orang tua biasanya menimbulkan
perselisihan yang panjang diantara keduanya dan memberikan akibat
langsung terhadap anak. Pada faktanya, banyak dijumpai ketika hak asuh
anak tersebut jatuh kepada salah satu orang tua, orang tua ini
memberikan ruang batas kepada mantan pasangannya sehingga
kesulitan untuk bertemu dengan anak tersebut. Keadaan tersebut juga
berimbas kepada terabaikannya kewajiban dan tanggung jawab kedua
orang tua untuk bersama-sama menjamin hak-hak anak terpenuhi. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana jaminan
pemenuhan hak-hak anak yang dipisahkan dari salah satu orang tuanya
akibat adanya perceraian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan mengutamakan
penelitian kepustakaan menggunakan data berupa bahan hukum primer,
sekunder dan tersier. Spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat
dekriptif analitis, yaitu dengan menggambarkan permasalahan hukum

dalam fakta-fakta yang berupa data sekunder yang berhubungan dengan
permasalahan diatas. Adapun metode analisis data dilakukan secara
normatif kualitatif, dengan mempelajari dokumen-dokumen dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, literatur-literatur dan tulisan-tulisan
ilmiah yang berhubungan dengan obyek penelitian, kemudian dianalisis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan Pasal 45 UndangUndang Perkawinan, kewajiban seorang suami dan istri sebagai orang tua
tidak akan pernah putus walaupun terjadi perceraian. Ketentuan ini
sebenarnya juga mengisyaratkan bahwa ketika terjadi perceraian antara
kedua orang tuanya, tidak diperkenankan salah satu orang tua
menghalang-halangi orang tua lain atau mantan pasangannya untuk
bertemu dan menjalin hubungan dengan anak tersebut, sehingga
membawa keadaan seakan anak tersebut terpisahkan dari salah satu
orang tuanya. Apabila terjadi perselisihan di antara kedua orang tua
tersebut mengenai anak, Pasal 41 Undang-Undang Perkawinan menjamin
pemenuhan hak anak dalam konteks kewajiban orang tua dalam rangka
pengasuhan (hadhanah) anak.

iv