ANALISIS FAKTOR FAKTOR PRODUKSIPERTANIAN PADI SAWAH DI DESA PERDAMEAN KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATENDELI SERDANG.

(1)

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI

PERTANIAN PADI SAWAH DI DESA PERDAMEAN

KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Jurusan Pendidikan Geografi

OLEH :

CALVIN NAINGGOLAN NIM. 309131007

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

v

ABSTRAK

Calvin Nainggolan. NIM. 309131007. Analisis Faktor- Faktor Produksi

Pertanian Padi Sawah Di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2014.

Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui faktor-faktor produksi pertanian ditinjau dari pengolahan lahan, bibit unggul, pemupukan, pemberntasan hama dan pengairan dalam usaha tanaman padi sawah di Desa Perdamean. (2) Untuk mengetahui hasil produksi padi sawah di Desa Perdamean.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Perdamean pada tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani padi sawah di Desa Perdamean dengan jumlah 255 KK dan Sampel penelitian ini diambil 25% dari seluruh jumlah populasi sebanyak 64 KK. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Faktor-faktor produksi pertanian di Desa Perdamean terdiri dari pengolahan lahan, penggunaan bibit unggul, pemupukan, pengairan, dan pemberantasan hama. Untuk pengolahan lahan hampir seluruh petani (95,31%) telah menggunakan traktor dalam mengolah lahan persawahannya. Pengguna bibit unggul sebagian besar petani (76,56%) telah menggunakan bibit unggul. Untuk penggunaan pupuk sebagian kecil petani (42,18%) menggunakan pupuk sesuai dengan dosis. Pengairan di daerah penelitian ini memiliki irigasi teknis dan sebagian besar petani (51,56%) sudah mencukupi kebutuhan air. Jenis pestisida yang sering digunakan adalah herbisida dan insektisida. Untuk penggunaan herbisida sebagian besar petani (64,06%) menggunakan jenis herbisida Ally dan hampir seluruh petani (85,93%) menggunakan jenis insektisida Bestox. Untuk waktu penyemprotan hampir seluruh petani (82,81%) memperhatikan waktu yang tepat dalam melakukan peyemprotan pestisida. (2) Untuk hasil produksi padi hapir seluruh petani (76,56%) di Desa Perdamean memiliki hasil produksi 5-6 ton per hektar. Hal ini belumlah baik jika dibandingkan dengan produksi padi yang baik menurut standar nasional yaitu 7,5-10 ton per hektar.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Analisis Faktor - Faktor Produksi Pertanian Padi Sawah Di Desa Perdamean Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

banyak kekurangan. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

2. Bapak Dr. Restu M.S selaku Dekan Fakutas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi dan Dosen Pembimbing Akademik.

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi. 5. Bapak Drs. Julismin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

sabar meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan memberi banyak masukan kepada penulis sejak awal penulisan proposal sampai akhir skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah banyak membekali penulis dengan segudang ilmu pada saat di bangku perkuliahan.

7. Kepala Desa Perdamean yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

8. Semua masyarakat Desa Perdamean yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

iv

9. Terkhusus untuk orang tua penulis, Bapak Saut Maruba Nainggolan dan Ibu Meri Ani Br Sitorus yang tidak pernah lelah membantu dan memberi dukungan serta semangat baik moril maupun materil kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Teristimewa untuk adik-adik penulis, Marko Stevanus Nainggolan, Bobby Irawan Nainggolan, Ely Sabet Putriana Nainggolan, dan Gito Panuel Nainggolan yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberi semangat kepada penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Teman-teman seperjuangan di kelas B dan A Reguler (Juanda, Monica, Hotmian, Eva Teresia, Sonti, Marlina, Lidia, Efrendi, Harry, Maraden, dll terima kasih untuk doa dan dukungannya.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terkhusus bagi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Untuk itu semua penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2014 Penulis,

CALVIN NAINGGOLAN NIM. 309131007


(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kerangka Teoriti ... 6

B. Penelitian Yang Relevan. ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Lokasi Penelitian ... 23


(9)

viii

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV : DESKRIPSI WILAYAH ... 33

A. Kondisi Fisik ... 33

B. Kondisi Non Fisik ... 39

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 66

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(10)

viii

DAFTAR TABEL

NO URAIAN HAL

1. Penggunaan Lahan... 34

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur... 41

3. Komposisi Penduduk Menurut Agama... 42

4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan... 43

5 Sarana dan Prasarana Pendidikan... 43

6. Sarana dan Prasarana Desa ... 45

7. Umur Petani…………... 45

8. Tingkat Pendidikan Petani... 46

9. Pengalaman Petani……….……... 47

10. Luas Lahan Yang Dimiliki………... 48

11. Proses Pengolahan Lahan Persawahan ... 51

12. Senggang Waktu Pengolahan Tanah Sampai Penanaman ... 52

13. Alasan Petani Memilih Varietas Unggul ... 53

14. Usia Bibit Padi Yang Disemaikan Sehingga Dapat Ditanam ...….... 54

15. Jenis Pupuk Yang Digunakan Petani ... 56

16. Waktu Pemupukan ... 57

17. Ketersediaan Pengairan Pada Lahan Sawah ... 58

18. Jenis Herbisida Yang Digunakan Irigasi ... 61

19. Frekuensi Penyemprotan Gulma dalam Satu Kali Masa Tanam... 62

20. Jenis Insektisida Yang Digunakan... 63

21. Waktu Penyemprotan... 64


(11)

DAFTAR GAMBAR

NO URAIAN HAL

1. Skema Kerangka Berfikir Penelitian ... 22

2. Peta Desa Perdamean... 35

3. Peta Kecamatan Tanjung Morawa... 36

4. Peta Kabupaten Deli Serdang... 37

5. Lahan Pertanian Yang Dibiarkan Setelah Panen…………... 52

6. Bibit Siap Untuk Ditanam... 56

7. Bentuk Irigasi Atau Pengairan... 58

8. Petani Sedang Melakukan Penyemprotan Gulma... 60


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara agraris karena sebagian besar penduduknya

bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu pertanian memegang peranan

sangat penting dalam perekonomian penduduk secara keseluruhan. Untuk

meningkatkan ketahanan perekonomian nasional maka sektor pertanian harus

dilakukan pembenahan dalam kaitannya dengan konteks pembangunan nasional.

Pembangunan pertanian ditujukan untuk memperbaiki taraf hidup petani,

memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja dengan hasil akhir mengisi

kebutuhan pasar lokal dan pasar internasional.

Pembangunan dalam bidang pertanian merupakan pembangunan yang

ditujukan kepada masyarakat di pedesaan karena pada umumnya di pedesaan

kegiatan pertanian dilaksanakan sekaligus sebagai produsen bahan pangan utama.

Hampir 50% penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian dan bekerja sebagai

petani, maka pembangunan tersebut harus melibatkan langsung penduduk

pedesaan sebagai prioritas utama sehingga kehidupannya dapat ditingkatkan

(Pane, 2002).

Sehubungan dengan itu, bahwa pertanian di Indonesia, merupakan

aktivitas penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu

berbagai kegiatan telah dilaksanakan. Meskipun sudah dilaksanakan berbagai


(13)

2

kegiatan, masih belum dapat memenuhi kebutuhan. Hal ini terjadi karena masih

banyaknya permasalahan yang dihadapi petani yang berhubungan dengan

faktor-faktor produksi dan pemasaran hasil pertaniannya. Untuk mengatasi permasalahan

ini pemerintah telah melaksanakan pembangunan. Namun hasil yng diperoleh

kurang menggembirakan.

Hal ini terlihat dari 10 tahun terakir, penyusutan lahan pertanian padi

sawah mencapai 1,1 juta hektar terutama dari kawasan perkotaan seperti pulau

Jawa dan kota besar lainnya yang dinyatakan sebagai salah satu sentral padi

sawah nasional (Pardede, 2009). Hilangnya satu hektar lahan persawahan

(produktifitas rata-rata 4,5 ton/ha) identik dengan hilangnya produsen padi sawah

sebesar 4,5 juta ton/musim tanam (Yulianti, 2007).

Keadaan tersebut tidak jauh berbeda dengan di Sumatera Utara, sebagian

besar penduduknya hidup dari usaha pertanian yang pada umumnya berada di

daerah pedesaan. Hal itu menyebar di berbagai kabupaten, salah satunya

Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang terdiri dari beberapa kecamatan

yang penduduknya hidup dari usaha pertanian padi sawah. Diantaranya adalah

Kecamatan Tanjung Morawa yang mengusahakan tanaman padi sawah di

berbagai desa.

Desa Perdamean adalah salah satu desa di Kecamatan Tanjung Morawa

yang sebagian penduduknya hidup dari usaha tanaman padi sawah karena keadaan

topografi yang datar dan subur membuat sebagian besar penduduk di desa ini

bermata pencaharian sebagai petani padi sawah. Sebagai desa yang sebagian besar


(14)

3

umum telah menerapkan panca usaha tani namun produksi yang dicapai di desa

ini masih belum maksimal karena dari hasil pengamatan sementara dilapangan

diketahui bahwa produksi padi di desa ini tidak sesuai dengan luas lahan per

hektarnya. Pada tahun 2010 tercatat produksi padi 6-7 ton/Ha, pada tahun 2011

mengalami penurunan menjadi 5,5 ton/Ha, sedangkan pada tahun 2012 di desa ini

mengalami peningkatan berkisar 6-7 ton/Ha, Pada tahun 2013 turun kembali

menjadi 5-6 ton/Ha. Selain itu masih ada sebagian petani menggunakan pupuk

belum sesuai dengan dosis yang telah ditentukan (Hasil wawancara dengan dinas

penyuluhan pertanian di Kecamatan Tanjung Morawa). Bertitik tolak dari masalah

inilah, maka penulis ingin mengkaji dan meneliti mengenai penggunaan

faktor-faktor produksi pertanian seperti pengolahan lahan, penggunaan bibit unggul,

pemupukan, pemberantasan hama dan pengairan dalam usaha pertanian padi

sawah di Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli

Serdang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diketahui bahwa untuk

meningkatkan produksi pertanian padi sawah dapat dilakukan dengan

faktor-faktor produksi pertanian yang meliputi pengolahan lahan, penggunaan bibit

unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan pengairan. Jika kegiatan panca

usaha tani ini dijalankan dengan semaksimal mungkin diharapkan bisa

meningkatkan produksi pertanian padi sawah. Namun kenyataan di lapangan

terlihat penurunan produksi pertanian padi sawah di Desa Perdamean, Kecamatan


(15)

4

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan maka dalam

penelitian ini dibatasi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pertanian

tanaman padi sawah. Faktor-faktor produksi (panca usaha tani) ini meliputi

pengolahan lahan, penggunaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama

dan pengairan. Hal ini berkaitan dengan peningkatan produksi untuk memenuhi

kebutuhan para petani di Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa,

Kabupaten Deli Serdang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana keadaan faktor-faktor produksi pertanian ditinjau dari

pengolahan lahan, penggunaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan

hama dan pengairan tanaman padi sawah di Desa Perdamean, Kecamatan

Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

2. Bagaimana hasil produksi padi sawah di Desa Perdamean, Kecamatan


(16)

5

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keadaan faktor - faktor produksi pertanian ditinjau dari

pengolahan lahan, penggunaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan

hama dan pengairan tanaman padi sawah di Desa Perdamean, Kecamatan

Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui hasil produksi padi sawah di Desa Perdamean,

Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memperluas wawasan dan pengalaman penulis dalam penulisan

skripsi

2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian yang sama

pada waktu dan tempat yang berbeda.

3. Sebagai bahan masukan bagi para petani di khususnya dalam upaya

peningkatan produksi padi sawah di Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung


(17)

45

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian 1. Identitas Petani

Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 64 KK yang

mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian di Desa Perdamean

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data yang

diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

identitas petani sebagai berikut:

a. Umur Petani

Umur merupakan karakteristik yang digunakan dalam perhitungan

kependudukan. Pengelompokan umur sangat penting digunakan dalam

menganalisa angkatan kerja di suatu wilayah. Berdasarkan hasil angket yang

dikumpulkan maka didapati gambaran usia petani seperti tabel dibawah ini. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 7 berikut:

Tabel 7 Umur Petani di Desa Perdamean Tahun 2014

No Umur Petani Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 25-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 61 keatas 4 10 14 11 5 5 3 12 6,25 15,62 21,87 17,18 7,82 7,82 4,68 18,76 Jumlah 64 100,00 Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Tabel diatas memperlihatkan distribusi petani menurut umur pada umumnya

berada pada usia produktif berada pada umur 36-40 tahun yakni sebanyak 14


(18)

46

petani (21,87%) dan petani yang paling sedikit berada pada umur 56-60 yakni

sebanyak 3 petani atau (4,68%) dari seluruh jumlah petani yang ada.

b. Tingkat Pendidikan Petani

Kemajuan dan kemakmuran suatu daerah dapat dipengruhi oleh kualitas

pendidikan daerah tersebut. Daerah yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih

tinggi akan lebih mudah dalam proses pembangunan disegala bidang. Berdasarkan

data yang diperoleh dari hasil angket yang dibagikan terhadap petani maka

diketahui tingkat pendidikan petani dapat dilihat melalui tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 Tingkat Pendidikan Petani di Desa Perdamean Tahun 2014

No Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5

Tidak tamat SD Tamat SD

Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA Sederajat Perguruan Tinggi

6 23 9 21 5

9,37 35,93 14,06 32,82 7,82 Jumlah 64 100,00 Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Tabel diatas menjelaskan tingkat pendidikan petani umumnya belum

baik, hal ini dapat dilihat bahwa terdapat 23 orang petani yang tamat SD (35,93%)

dari keseluruhan petani. Dan petani lainnya yaitu sebanyak 6 orang atau (9,37%)

dari keseluruhan petani belum mendapat bangku pendidikan, hal ini akan

berdampak kepada beberapa petani tidak mudah untuk menerima tentang


(19)

47

2. Penglaman dan Luas Lahan

a. Pengalaman Bertani

Pengalaman petani sebagai pengelola usaha tani merupakan salah satu

faktor yang mendukung keberhasilan usaha tani. Biasanya petani yang memiliki

pengalaman selama bertahun-tahun akan lebih mengerti kebutuhan dan

faktor-faktor produksi yang dibutuhkannya dalam meningkatkan produktifitas. Dalam

penelitian ini pengalaman petani dapat diukur dari lamanya petani menjadi petani

dalam usaha tani padi sawah. Pengalaman menjadi petani oleh petani di Desa

Perdamean dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9 Pengalaman Petani di Desa Perdamean Tahun 2014

No Pengalaman Petani (Tahun) Frekuensi Persentase(%)

1 2 3 4

<10 10-19 20-29 >30

4 24 21 15

6,25 37,5 32,82 23,43 Jumlah 64 100,00 Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa petani yang pengalaman bertaninya

lebih banyak 10-19 tahun yaitu sebanyak 24 petani (37,5%) dan yang paling

sedikit <10 yaitu sebanyak 4 petani (6,25%).

b. Luas Lahan Yang Dimiliki

Desa Perdamean adalah desa dengan luas wilayah sebagian besar sebagai

daerah pertanian. Dari hasil penelitian melalui angket diketahui bahwa rata-rata

petani di Desa Perdamean memiliki luas lahan persawahan lebih kecil dari 0,5 Ha.


(20)

48

Tabel 10 Luas Lahan Yang Dimiliki Petani di Desa Perdamean Tahun 2014

No Luas Laha (Ha) Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

< 0,5 0,5-0,9 1,0-1,9

≥ 2

35 15 8 6

54,68 23,43 12,52 9,37 Jumlah 64 100,00 Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Berdasarkan tabel diketahui bahwa terdapat sebanyak 35 petani (54,68%)

yang memiliki luas < 0,5 Ha dan yang memiliki luas lahan ≥ 2 Ha yaitu sebanyak

6 petani (9,37%). Status Kepemilikan. Status tanah merupakan sistem

kepemilikan tanah yang diusahakan seseorang atau kelompok tertentu untuk

melaksanakan segala aktifitas seperti dijadikan lahan pertanian. Di Desa

Perdamean terdapat tiga status kepemilikan lahan pertanian yakni milik sendiri,

menyewa dan dipinjam. Adapun dari hasil angket yang telah dilakukan kepada

petani, diketahui terdapat sebanyak 43 petani (67,18%) mengusahai lahan milik

sendiri, jumlah petani mengusahakan lahan dengan sistem sewa sebanyak 15

petani (23,44%), sedangkan jumlah petani mengusahakan lahan dengan sistem

meminjam sebanyak 6 orang (9,38%).

Dapat dinyatakan bahwa masih ada petani yang memiliki lahan pertanian

diusahakannya masih berstatus sewa. Adapun alasan petani menyewa lahan

adalah karena tidak memiliki lahan untuk diusahakan sebagai lahan pertanian dan

ada sebagian petani memiliki sedikit lahan sendiri dimana hasilnya tentu tidak

mencukupi. Dan dari hasil angket yang disebarkan diketahui bahwa lahan sewa

biasanya dibayar kepada pemiliknya setelah panen dan biasanya pembayarannya


(21)

49

hubungan keluarga seperti antara orang tua dan anaknya yang ada dikampung

yang terkadang hasil panen diberikan dan kadang tidak diberikan.

3. Faktor-Faktor Produksi Pertanian

Peningkatan produksi padi sebagai lahan pertanian padi perlu dilakukan

sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan antara pertambahan penduduk

dengan kebutuhan pangan. Dimana semakin lama lahan yang digunakan untuk

persawahan semakin berkurang akibat pertambahan penduduk yang dinamis,

sehingga menyebabkan lahan persawahan yang ada dialihkan menjadi lahan

pemukiman, sekolah, perkantoran, puskesmas serta sarana prasarana lainnya.

Oleh karena itu untuk menanggulangi masalah seprti yang diuraikan diatas

maka petani khusus di Jawa dan Sumatera harus berusaha untuk mencari cara

dalam meningkatkan produksi padi sawahnya dengan jalan memanfaatkan lahan

yang ada semaksimal mungkin melalui penerapan panca usaha tani secara intensif.

Demikian juga halnya dengan petani yang berada di Desa Perdamean dimana

untuk meningkatkan produksi padi sawahnya para petani di desa ini

mengupayakan dengan memperhatikan faktor-faktor produksi pertanian. Adapun

faktor-faktor produksi pertanian meliputi: Pengolahan lahan, penggunaan bibit

unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan pengairan akan dijabarkan pada

poin-poin berikut sesuai dengan jawaban petani yang disajikan dalam bentuk


(22)

50

a. Pengolahan Lahan

1) Cara Pengolahan Lahan

Cara pengolahan lahan dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya biaya

yang dikeluarkan serta sangat berpengaruh juga terhadap tinggi rendahnya

produksi padi.

Di dalam pengolahan lahan persawahan hampir seluruh petani atau petani di

Desa Perdamean menggunakan traktor/Zetor yakni sebanyak 61 petani (95,31%),

yang menggunakan cangkul dalam pengolahan lahannya yakni sebanyak 3 petani

(4,68%) dengan alasan karena sebagian lahan sawah tidak terlalu luas dan dapat

diolah dengan menggunakan cangkul dan sebagian lagi karena jarak terlalu jauh

dan tidak dapat dimasukkan traktor, sementara yang menggunakan hewan tidak

ada lagi di desa ini dan petani. Namun sebelum pengolahan lahan persawahan

petani membiarkan lahan pertanian begitu saja setelah masa panen seperti terlihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Lahan Pertanian Yang Dibiarkan Setelah Panen Sebelum Pengolahan


(23)

51

2) Proses Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan harus diimbangi dengan tehnologi yang maju yakni

dengan menggunakan traktor. Di dalam proses pengolahan dengan

mempergunakan traktor ini ada proses pembajakan sebanyak dua kali dan

penggaruan sebanyak dua kali juga. Untuk mengetahui apakah petani sawah di

Desa Perdamean juga menerapkannya dalam proses pengolahan lahan

persawahannya dapat diketahui dengan melihat tabel 11 berikut :

Tabel 11 Proses Pengolahan Lahan Persawahan di Desa Perdamean Tahun 2014

No Pengolahan Lahan/1 Kali masa tanam

Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

1 kali 2 kali 3 kali

15 45 4

23,43 70,32 6,25 Jumlah 64 100,00 Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 45 petani (70,32%) yang

mengolah lahan persawahannya dengan melakukan pembajakan dan penggaruan

sebanyak 2 kali dalam satu kali masa tanam dan terdapat hanya 4 petani (6,25%)

yang membajak dan menggaru lahannya sebayak 3 kali dalam satu kali masa

tanam.

3) Senggang Waktu Pengolahan Tanah Sampai Penanaman

Setelah melakukan pengolahan lahan yang pertama biasanya tanah dibiarkan

untuk beberapa saat sebelum dilakukan penanaman. Tujuannya adalah agar


(24)

52

Senggang waktu pengolahan lahan sampai proses penananaman di Desa

Perdamean dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Tabel 12 Senggang Waktu Pengolahan Tanah Sampai Penanaman di Desa Perdamean Tahun 2014

No Senggang waktu Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

< 1 Bulan sebelum penanaman 1 Bulan sebelum penanaman 2 Bulan Sebelum penanaman >2 Bulan sebelum penanaman

41 16 5 2 64,06 25 7,82 3,12 Jumlah 64 100,00 Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa petani yang lama senggang waktu

pengolahan tanah untuk penanaman paling banyak kurang dari 1 bulan (sekitar 3

minggu) sebelum penanaman yaitu sebanyak 41 petani (64,06%) dan yang paling

sedikit senggang waktu pengolahan tanah > 2 bulan sebelum penanaman yaitu

sebanyak 2 petani (3,12%). Gambar dibawah ini menunjukkan

b. Penggunaan Bibit Unggul

1) Varietas padi yang ditanam

Dari hasil angket yang disebarkan kepada 64 petani maka, diketahui bahwa

terdapat sebanyak 49 petani (76,56%) dari seluruh jumlah petani mempergunakan

varietas unggul sedangkan 15 petani (23,43%) yang menggunakan varietas lokal.

Hal ini membuktikan bahwa varietas unggul sudah dikenal luas di desa ini,

terlihat dari 50% jumlah petani yang menanam lahannya dengan varietas lokal.

2) Jenis Varietas Unggul Yang Ditanam

Hasil angket yang telah dibagikan kepada 49 petani, diketahui bahwa ada 3

jenis varietas unggul yang biasa ditanam petani padi sawah di Desa Perdamean


(25)

53

unggul jenis IR-64 6 petani (9,37%), varietas unggul jenis siboyo-boyo yakni

sebanyak 3 reponden (6,12%).

3) Alasan Petani Memilih Varietas Unggul Dan Varietas Lokal

Diatas telah dijelaskan bahwa terdapat 49 petani (76,56%) yang menanam

lahan persawahannya dengan menggunakan varietas unggul dan terdapat

sebanyak 15 petani (23,43%) yang menggunakan varietas lokal. Dengan demikian

timbul pertanyaan apa sebenarnya alasan petani menggunakan varietas unggul dan

varietas lokal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 13

yaitu sebagai berikut :

Tabel 13 Alasan Petani Memilih Varietas Unggul di Desa Perdamean Tahun 2014

No Alasan Petani Frekuensi Persentase

1 2 3

Produksi lebih banyak Lebih mudah memeliharanya Lebih cepat panen

20 12 17

40,82 24,50 34,69 Jumlah 49 100,00 Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Adapun alasan petani memilih varietas unggul karena produksinya lebih

banyak ada 20 petani (40,82%), dan alasan petani memilih varietas lokal karena

lebih mudah cara penanamannya dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

4) Cara Memperoleh Varietas Unggul

Untuk memperoleh produksi padi yang baik maka petani harus memilih

bibit yang berkualitas. Dalam hal ini biasanya petani perlu memilih bibit yang

sesuai dengan keadaan keadaan tanah dimana bibit akan ditanam. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 39 petani (79,59%) petani yang


(26)

54

sebanyak 10 petani (20,40%) petani memperoleh bibit untuk ditanam dari

membeli dari orang lain.

5) Cara Memperoleh Varietas Lokal

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat sebanyak 10 petani

(66,66%) yang memperoleh bibit untuk ditanam dari hasil panen sendiri dan

selebihnya yakni 5 petani (13,34%) memperoleh bibit untuk ditanam dengan cara

membeli bibit tersebut.

6) Usia Padi yang Disemaikan Sehingga Dapat Ditanam

Untuk memperoleh hasil produksi padi yang maksimal maka perlu

diperhatikan usia bibit padi yang telah disemaikan sehingga dapat ditanam, karena

hal ini mempengaruhi jumlah batang padi yang dihasilkan dalam satu rumpun

padi.

Tabel 14 Usia Bibit Padi Yang Disemaikan Sehingga Dapat Ditanam di Desa Perdamean Tahun 2014

No Jawaban Petani Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 21-24 Hari 25-27 Hari 28-30 Hari 31-33 Hari 45 12 4 3 70,31 18,75 6,26 4,68 Jumlah 64 100,00 Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar petani di

Desa Perdamean menanam padi pada saat usia bibit antara 21-24 hari yakni

sebanyak 45 petani (70,31%). Dan yang paling sedikit dipilih oleh petani yakni

pada saat usia bibit antara 31-33 hari yaitu sebanyak 3 petani (4,68%). Seperti

terlihat pada gambar dibawah ini merupakan bibit padi yang siap untuk ditanam di


(27)

55

Gambar 6. Bibit Padi Siap Untuk Ditanam

c. Pemupukan

1) Jenis Pupuk

Pemberian pupuk pada tanaman diharapkan mampu meningkatkan

pertumbuhan vegetative dan mempertahankan daya tahan tanaman terhadap hama

dan penyakit. Pemupukan terhadap tanaman padi dilakukan dua tahap, tahap

pertama pada saat padi berumur kurang lebih 3 minggu dengan menggunakan

jenis pupuk Urea yang berfungsi merangsang perkembangan tanaman padi dan

tahap yang kedua pada tanaman padi dewasa saat berumur 40 hari dengan

menggunakan TSP dan sebagian jenis pupuk NPK yang berfungsi menambah

bobot pada tanaman padi dan pupuk KCL yang berfungsi untuk memberikan

ketahanan tanaman terhadap hama/penyakit.

Berbeda dengan petani yang memakai bibit lokal dimana waktu


(28)

56

Pemupukan juga dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama pada saat padi

berumur 3-4 minggu dan tahap kedua pada saat berumur 6-8 minggu. Untuk jenis

pupuk Urea, TSP, Phonska dan Za merupakan pupuk yang paling banyak

digunakan petani atau petani, tetapi ada juga petani yang menggunakan jenis

pupuk lain seperti KCL, NPK, dan SP-36. Untuk melihat lebih jelas pupuk yang

sering digunakan petani dapat kita lihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15 Jenis Pupuk Yang Digunakan Petani di Desa Perdamean Tahun 2014

No Jawaban Petani Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

Urea, Phonska, TSP, Za Urea, Za, Phonska, SP-36 Urea, NPK, Phonska Urea, TSP, KCL, Za

27 17 9 11 42,18 26,57 14,07 17,18 Jumlah 64 100,00 Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa petani paling banyak menggunakan

Urea, Phonska, TSP, Za yaitu 27 petani (42,18%) dan yang paling sedikit

menggunakan Urea, NPK, Phonska yaitu sebanyak 9 petani (14,07%).

2) Dosis Pemupukan

Dalam pemberian pupuk terhadap tanaman padi sangat perlu

memperhatikan cara dan dosis pemupukan sesuai dengan pemupukan yang

digunakan. Sehingga pemberian pupuk pada tanaman dapat maksimal sesuai

dengan kebutuhan tanaman. (Wirawan, 2004) menjelaskan bahwa “pemupukan yang baik apabila pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP dan KCL” dengan dosis perhektar 300 kg Urea, 200 Kg TSP dan 100 Kg KCL”. Pemberian pupuk

yang berlebihan dan tidak tepat malah akan merusak tanaman itu sendiri, sehingga


(29)

57

sangat diperlukan pemberian pupuk yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan

tanaman tersebut.

Dari hasil angket yang disebar kepada petani diketahui sebanyak 11 petani

(17,18%) yang melakukan pemupukan sesuai dosis dan hampir seluruh petani

melakukan pemupukan tidak sesuai dengan dosis yakni sebanyak 53 petani

(82,81%) dan alasan petani melakukan pemupukan dengan tidak sesuai dosis

karena disebabkan kekurangan biaya, sehingga dosis pemupukan dikurangi dari

semestinya tetapi ada juga penggunaan Urea banyak yang lebih dari 300 Kg/ Ha.

3) Waktu Pemupukan

Waktu penggunaan pestisida yang baik adalah pada pagi hari pukul

06.00-11.00 WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00 WIB, atau pada saat udara tenang,

sejuk dan tidak turun hujan (Rini, 1988). Dan untuk mengetahui apakah

masyarakat petani di Desa Perdamean juga memperhatikan waktu pemupukan

yang digunakan secara benar dan tepat, maka dapat dilihat pada tabel 16 berikut:

Tabel 16 Waktu Pemupukan Padi di Desa Perdamean Tahun 2014

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Pagi hari Siang hari Sore hari

52 4 8

81,25 6,25 12,5 Jumlah 64 100,00 Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani padi

sawah di Desa Perdamean telah mengetahui waktu pemupukan yang benar yakni

ada sebanyak 52 petani pada pagi hari (81,25%) pagi hari dan 8 petani pada sore

hari (12,5%) yang selalu memperhatikan waktu yang tepat dalam melakukan

pemupukan namun demikian masih ada juga masyarakat petani yang melakukan


(30)

58

d. Pengairan

1) Ketersediaan Pengairan Pada Lahan Sawah

Pengairan atau irigasi adalah pemberian air pada lahan pertanian padi sawah

dimana untuk memenuhi kebutuhan air untuk tanaman padi. Bagaimana

ketersediaan pengairan pada lahan sawah petani dapat dilihat pada tabel 17 berikut

:

Tabel 17 Ketersediaan Pengairan Pada Lahan Sawah di Desa Perdamean Tahun 2014

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Lebih dari Mencukupi Mencukupi

Kurang mencukupi

6 33 25

9,38 51,56 39,06 Jumlah 64 100,00 Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel diatas diketahui bahwa ketersediaan irigasi di Desa Perdamean

sudah mencukupi. Terlihat dari hasil angket yang disebar kepada 64 petani. Dari

tabel diatas terdapat 33 petani (51,56%) memiliki pengairan mencukupi

sedangkan yang memiliki pengairan tidak lancar atau kurang mencukupi yakni

sebanyak 25 respoden (39,06%). Seperti terlihat pada gambar dibawah ini


(31)

59

2) Jenis Sistem Pengairan

Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa semua petani mempergunakan

system pengairan teknis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini

pengairan Desa Perdamean sudah tercukupi terutama mengenai kuantitas dan

kualitas sistem irigasi atau pengairan.

3) Proses Mengairi Lahan Dengan Memperhatikan Tahap Pertumbuhan Padi

Dari hasil angket yang dibagikan diketahui bahwa sebagian besar petani

padi sawah di Desa Perdamean telah mengetahui cara mengairi sawah yang benar

yakni ada sebanyak 58 petani (90,62%) yang selalu memperhatikan pertumbuhan

padi namun demikian masih ada juga yang kadang-kadang menyesuaikan

pengaitan dengan tahap pertumbuhan padi yakni sebanyak 6 petani (9,37%).

e. Pemberantasan Hama

1) Penggunaan Pestisida

Pestida adalah bahan kimia yang digunakan untuk memberantas

hama/penyakit serta gulma atau tanaman penggangu yang akan menyerang

tanaman padi. Hama dan gulma hendaknya dikendalikan sedemikian rupa

sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi petani. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa sebagian besar petani yakni 52 petani (81,25%) melakukan penyemprotan

sebelum hama menyerang tanaman, sedangkan petani yang menyemprot saat

hama menyerang tanaman yakni 12 petani (18,75%). Terlihat pada gambar petani

sedang melakukan penyemprotan pestisida untuk memberantas gulma yang ada


(32)

60

Gambar 6. Petani Sedang Melakukan Penyemprotan Hama Gulma

2) Dosis Pestisida

Untuk penyemprotan hama serta gulma biasanya petani menggunakan jenis

pestisida tertentu sesuai dengan tanah dan hama serta gulma yang mengganggu

tanaman tersebut. Mengenai dosis dan takaran pemakaiannya tergantung pada

jenis pestisida yang digunakan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

besar yakni 51 petani (79,68%) yang dalam melakukan penyemprotan selalu

mengikuti dosis dari tiap jenis pestisida yang digunakan, sedangkan petani yang

melakukan penyemprotan yang kadang-kadang sesuai dosis sebanyak 13 petani

(20,32%).

3) Jenis Pestisida

Dalam tabel 18 berikut diperlihatkan jenis pestisida yang biasa

dipergunakan untuk memberantas gulma atau tanaman pengganggu yang biasa


(33)

61

Tabel 18 Jenis Herbisida Yang Digunakan Petani di Desa Perdamean Tahun 2014

No Jawaban Petani

Dosis (L/Ha)

Gulma yang dibasmi

Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 5 Ally Rhodiamine 46 Biosat Cabut rumput (marbabo) 4 Bungkus 1,0-2,0 0,5-1,0 - Biji-bijian Padi-padian teki-tekian, Padi-padian Padi-padian, genjer 41 12 7 4 64,06 18,75 10,94 6,25

Jumlah 64 100,00

Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Dari angket yang disebar diketahui bahwa dalam memberantas gulma

biji-bijian, dan padi-padian petani menggunakan jenis herbisida Ally yakni sebanyak

41 petani (64,06%) dan untuk memberantas gulma biji-bijian, padi-padian.

Sebanyak 12 petani (18,75%) dari seluruh petani menggunakan jenis herbisida

Rhodiamine 46 yakni untuk memberantas gulma teki-tekian dan sebanyak 7

petani (10,94%) yang menggunakan jenis herbisida biosat, sementara petani yang

tidak memakai herbisida melainkan dengan memakai tenaga sendiri untuk

mencabut rumput atau sering dikatakan dalam bahasa batak marbabo yakni


(34)

62

Gambar 7. Petani Membersihkan Rumput Dengan Cara Cabut Rumput Atau

Marbabo

4) Frekuensi Penyemprotan

Penyemprotan gulma dapat dilakukan 1-3 kali dalam satu kali masa tanam,

hal ini tergantung dari keadaan perkembangan gulma. Dan untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 19 berikut:

Tabel 19 Frekuensi Penyemprotan Gulma dalam Satu Kali Masa Tanam di Desa Perdamean Tahun 2014

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

3 kali dalam satu kali masa tanam

2 kali dalam satu kali masa tanam

1 kali dalam satu kali masa tanam

21 32 11

32,81 50 17,19


(35)

63

Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat perbedaan dalam melakukan

penyemprotan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kuantitas gulma pada setiap

lahan persawahan petani, dimana semakin banyak gulma semakin sering

penyemprotan dilakukan. Dari hasil jawaban petani dapat disimpulkan bahwa di

Desa Perdamean perkembangan gulma tidak begitu cepat karena hanya ada 21

responen (32,81%) yang melakukan penyemprotan 3 kali dalam satu kali masa

tanam, sedangkan yang paling banyak yakni petani yang melakukan

penyemprotan dua kali dalam satu kali masa tanam yaitu sebanyak 33 petani

(50%). Sementara selebihnya lagi yakni 11 petani (17,19%) melakukan

penyemprotan satu kali dalam satu kali masa tanam.

5) Pemberantasan Serangga

Untuk pengendalian serangga pada tanaman padi biasanya petani melakukan

penyemprotan insektisida, adapun insektisida yang biasa digunakan petani di Desa

Perdamean dapat diketahui pada jawaban petani pada tabel 20 berikut:

Tabel 20 Jenis Insektisida Yang Digunakan Di Desa Perdamean Tahun 2014 No Jawaban

Petani

Dosis (L/Ha)

Hama yang dibasmi Frekuen si Persentase (%) 1 2 3 4 Bestox Dafat Lebasic Bispot 1,0-1,5 4 bungkus 1,0-2,0 0,25-0,5 Kg Kapinding,Keong mas Walang sangit Walang sangit Wereng coklat, tikus

55 4 3 2 85,93 6,25 4,68 3,12 Jumlah 64 100,00 Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir seluruh petani

menggunakan insektisida jenis Bestox yaitu sebanyak 55 petani (85,93%) dalam

memberantas hama kapinding, keong mas yang merupakan hama yang paling

banyak di desa ini, 4 petani (6,25%) dari seluruh jumlah petani menggunakan


(36)

64

(3,12%) dari total petani memberantas hama wereng coklat menggunakan

insektisida jenis bispot.

6) Waktu Penyemprotan

Dalam pengendalian hama dan penyakit padi sawah dapat dilakukan dengan

penyemprotan pestisida, dimana petani harus memperhatikan waktu dalam

melakukan penyemprotan karena apabila tidak disesuaikan dengan kondisi yang

ada maka penyemprotan akan sia-sia. Waktu penggunaan pestisida yang baik

adalah pada pagi hari pukul 06.00-11.00 WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00

WIB, atau pada saat udara tenang, sejuk dan tidak turun hujan (Rini, 1988). Dan

untuk mengetahui apakah masyarakat petani di Desa Perdamean juga

memperhatikan waktu penyemprotan pestisida yang digunakan secara benar dan

tepat, maka dapat dilihat pada tabel 21 berikut:

Tabel 21 Waktu Penyemprotan Pestisida di Desa Perdamean Tahun 2014 No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Pagi hari Siang hari Sore hari

53 3 8

82,81 4,68 12,6

Jumlah 64 100,00 Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani padi

sawah di Desa Perdamean telah mengetahui waktu penyemprotan yang benar dari

data sebanyak 53 petani (82,81%) dan 8 petani (12,6%) yang selalu

memperhatikan waktu yang tepat dalam melakukan penyemprotan pestisida

namun demikian masih ada juga petani yang melakukan penyemprotan pada siang


(37)

65

4. Produksi Pertanian Padi Sawah

a. Frekuensi Panen Dalam Setahun

Pengambilan hasil atau pemanenan hasil padi dapat dilakukan 1-2 kali

dalam satu tahun. Di Desa Perdamean frekuensi panen yang dilakukan dalam satu

tahun berlangsung 1-2 kali dalam pemungutan hasil padi atau panen, dari hasil

wawancara yang dilakukan kepada 64 petani (100%) seluruhnya menjawab bahwa

pemungutan hasil berlangsung 1-2 kali dalam setahun.

b. Hasil Produksi Rata-Rata Yang Dicapai Setelah Menerapkan Panca Usaha Tani

Produksi adalah hasil yang diperoleh petani dari usaha tanaman padinya.

Produksi ini dihitung dalam jumlah ton/Ha selama satu kali masa panen. Produksi

padi yang diperoleh dikategorikan berdasarkan besar kecilnya persentase produk

yang dihasilkan dari jumlah petani yang memperoleh produksi tersebut. Untuk

melihat berapa hasil produksi padi yang dihasilkan oleh petani di Desa Perdamean

dapat dilihat dari jawaban petani pada tabel berikut:

Tabel 24 Produksi Rata-Rata Yang Diperoleh Dalam Sekali Panen di Desa Perdamean Tahun 2014

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 2 4 3 <4 4-5 5-6 >6 3 49 7 5 4,68 76,56 10,94 7,82 Jumlah 64 100,00 Sumber: Data Primer Olahan, 2014

Dari tabel di atas menunjukkan terdapat sebanyak 49 petani atau 76,56%

yang menyatakan bahwa produksi padi mereka antara 4 – 5 ton/Ha dan terdapat sebanyak 5 petani atau 7,82% yang menyatakan bahwa produksi padi yang


(38)

66

B. Pembahasan

1. Faktor-Faktor Produksi Pertanian

a. Pengolahan Lahan

Didalam pengolahan lahan persawahan hampir seluruh petani (95,31%) di

Desa Perdamean telah menggunakan traktor dalam mengolah lahan

persawahannya dan untuk proses pengolahannya hampir seluruh petani yang

mengolah persawahannya melakukan proses pembajakan sebanyak 2 kali. Dengan

tujuan agar lahan yang akan ditanami menjadi gembur dan memiliki sirkulasi

udara yang baik di dalam tanah, sehingga baik bagi pertumbuhan tanaman.

b. Pemilihan Bibit Unggul

Hampir seluruh petani di Desa Perdamean menggunakan varietas unggul

dengan jenis padi yang terbaru, umur pendek dan berdaya hasil tinggi, lebih

mudah memeliharanya dan produksi lebih banyak contoh Serang dan IR-64. Ada

sebanyak 76,56% petani yang menanam lahan persawahannya dengan

menggunakan varietas unggul dan terdapat sebanyak 23,43% petani yang

menggunakan varietas lokal. Adapun alasan mengapa mereka menggunakan

varietas bibit unggul dibandingkan dengan varietas lokal karena umurnya lebih

singkat untuk masa satu kali panen, lebih tahan hama dan perawatannya lebih

mudah. Sejalan dengan teori AAK (1990) menyatakan bibit unggul baru dengan

sifat umur pendek, mempunyai banyak anakan, produksi tinggi, lebih responsive

terhadap pupuk dan tahan rebah, contoh ciserang dan batang samo.

Dalam memperoleh bibit yang akan disemaikan khusus varietas bibit unggul


(39)

67

sendiri dan sebagian kecil petani (20,40%) memperoleh bibit untuk ditanam

membeli dari orang lain. Demikian juga halnya dengan petani yang memakai bibit

varietas lokal sebagian besar petani (66,66%) memperoleh bibit untuk ditanam

dari hasil panen sendiri dan sebagian kecil dari petani (13,34%) memperoleh bibit

untuk ditanam membeli dari orang lain.

c. Pemupukan

Jenis pupuk yang paling banyak digunakan petani di Desa Perdamean

adalah Urea, Za, Phonska. Untuk jenis pupuk Urea, Phonska, Za merupakan

pupuk yang selalu digunakan hampir setiap pemupukan mereka menggunkan

pupuk ini. Sedangkan untuk pupuk jenis TSP, KCL, NPK, SP-36 hanya

digunakan sebagian dari petani tergantung pada kebutuhan tanaman.

Dalam pemupukan tanaman, petani di Desa Perdamean belum

melakukannya dengan baik. Hanya sebagian kecil petani (17,18%) yang

melakukan pemupukan sesuai dengan dosis dan hampir seluruh petani (82,81%)

melakukan pemupukan tidak sesuai dengan dosis hal ini disebabkan kekurangan

biaya sehingga dosis pemupukan dikurangi dari semestinya tetapi ada juga petani

yang menggunakan pupuk melebihi dosis.

d. Pengairan

Ketersediaan air di Desa Perdamean sudah tercukupi dimana hampir seluruh

petani mempergunakan sistem pengairan teknis. Dari sini dapat disimpulkan

bahwa dalam hal ini pengairan Desa Perdamean sudah tercukupi. Terdapat

sebagian besar petani (51,56%) memiliki pengairan mencukupi dan sebagian kecil


(40)

68

hal mengairi lahan petani di Desa Perdamean hampir seluruhnya telah dapat

menyesuaikan dengan tahap pertumbuhan padi.

e. Penggunaan Pestisida

Pestisida yang digunakan oleh petani di Desa Perdamean ada dua yakni :

pestisida yang memberantas gulma yang disebut herbisida dan pestisida yang

memberantas hama yang disebut insektisida. Jenis herbisida yang digunakan

petani di desa ini adalah : Ally untuk memberantas gulma jenis Biji-bijian

padi-padian, Rodiamin 46 untuk memberantas gulma teki-tekian, biosat Sipon, Rumpas

untuk memberantas gulma padi-padian. Sedangkan ada juga petani yang tidak

menggunkan herbisida melainkan memakai tenaga sendiri untuk membersihkan

atau disebut Cabut rumput atau marbabo gulma yang terdapat dilahan

persawahannya.

Sementara untuk memberantas hama keong mas petani menggunkan

insektisida jenis daftat yakni 4 petani (6,25%) untuk memberantas jenis hama

walang sangit dari seluruh jumlah petani 64 (100%). Sedangkan dalam

memberantas jenis hama kepinding insektisida yang digunakan yaitu bostox

dipakai oleh 34 petani (59,65%) dan Lebasic 11 petani (19,30%). Sedangkan

untuk memberantas hama wereng respond menggunakan insektisida jenis matador

yang dipakai oleh 17 petani (29,82%). Dan untuk memberantas hama tikus

seluruh petani 57 (100%) menggunakan insektisida jenis bispot karena jenis hama

tikus sangat banyak ditemukan di desa ini.

Untuk memperoleh hasil pertanian dengan hasil yang tinggi dan memuaskan

pemberantasan hama tidak boleh luput dari perhatian petani, pemberantasan hama


(41)

69

hasilnya akan maksimal. Demikian juga dengan pemberantasan gulma pada setiap

lahan kuantitas gulma yang menyerang dan jenisnya tidak sama, dan untuk itu

perlu perhatian dalam memilih dan menggunakan herbisida sehingga tidak

merugikan petani.

2. Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Perdamean

Hasil produksi padi sawah di Desa Perdamean masih tergolong rendah

sebanyak dimana sebagian besar petani (76,56%) memperoleh hasil panen hanya

4 sampai 5 ton/Ha. Dan hanya sebagian kecil petani (7,82%) memperoleh hasil

panen mencapai 6 ton/Ha. Padahal Produksi padi yang baik menurut standar

nasional yaitu dalam 1 Ha lahan dapat menghasilkan 5 ton/Ha sekali musim tanam

untuk jenis bibit lokal, sedangkan bibit unggul varietas baru dalam 1 Ha lahan


(42)

72

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2003. Budi Daya Tanaman padi, Yogyakarta: Kanisius.

Herawati, W.D. 2012. Budidaya Padi, Yogyakarta: Javalitera.

HR, Sugeng. 2001. Bercocok Tanam Padi. Semarang: Penerbit Aneka Ilmu.

http://dwi-jo.blogspot.com/2012/06/pengertian-iklim-pengertian-cuaca.html

http://eprints.undip.ac.id/15686/1/Joko_Triyanto.pdf

(http://imelprayoga.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-in-xnone ar.html).

Kartasapoetra, AG. 1999. Teknologi Pengairan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara

Mubyarto. 1984. Pengantar Analisa Pertanian, Jakarta: LP3ES

Naskun. 1991. Usaha-Usaha Dalam Meningkatkan hasil Pertanian Padi.

Bandung: ITB

Passandaran, Effendi, dkk. 1984. Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan, Jakarta :

Gramedia

Setyati. 1990. Penyuluhan Pertanian. Medan: Fakultas Pertanian USU

Silaen, Junita. 2013. Studi Tentang Usaha-Usaha Tani Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah Di Desa Siringkiron Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Suntoro. 1997. Menggerakkan Dan Membangun Pertanian, Jakarta : CV.


(43)

73

Tampubolon, Sonty. 2013. Studi Tentang Panca Usaha Tani Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah Di Desa Jawa Tongah Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Putra A. 2007. Hubungan Luas LAhan Garapan dan Pengalaman Bertani terhadap Penerapan Tehnologi pertanian di Desa Baja Dolok Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Skripsi, Medan Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.


(1)

B. Pembahasan

1. Faktor-Faktor Produksi Pertanian a. Pengolahan Lahan

Didalam pengolahan lahan persawahan hampir seluruh petani (95,31%) di Desa Perdamean telah menggunakan traktor dalam mengolah lahan persawahannya dan untuk proses pengolahannya hampir seluruh petani yang mengolah persawahannya melakukan proses pembajakan sebanyak 2 kali. Dengan tujuan agar lahan yang akan ditanami menjadi gembur dan memiliki sirkulasi udara yang baik di dalam tanah, sehingga baik bagi pertumbuhan tanaman.

b. Pemilihan Bibit Unggul

Hampir seluruh petani di Desa Perdamean menggunakan varietas unggul dengan jenis padi yang terbaru, umur pendek dan berdaya hasil tinggi, lebih mudah memeliharanya dan produksi lebih banyak contoh Serang dan IR-64. Ada sebanyak 76,56% petani yang menanam lahan persawahannya dengan menggunakan varietas unggul dan terdapat sebanyak 23,43% petani yang menggunakan varietas lokal. Adapun alasan mengapa mereka menggunakan varietas bibit unggul dibandingkan dengan varietas lokal karena umurnya lebih singkat untuk masa satu kali panen, lebih tahan hama dan perawatannya lebih mudah. Sejalan dengan teori AAK (1990) menyatakan bibit unggul baru dengan sifat umur pendek, mempunyai banyak anakan, produksi tinggi, lebih responsive terhadap pupuk dan tahan rebah, contoh ciserang dan batang samo.

Dalam memperoleh bibit yang akan disemaikan khusus varietas bibit unggul sebagian besar petani (79,59%) memperoleh bibit untuk ditanam dari hasil panen


(2)

sendiri dan sebagian kecil petani (20,40%) memperoleh bibit untuk ditanam membeli dari orang lain. Demikian juga halnya dengan petani yang memakai bibit varietas lokal sebagian besar petani (66,66%) memperoleh bibit untuk ditanam dari hasil panen sendiri dan sebagian kecil dari petani (13,34%) memperoleh bibit untuk ditanam membeli dari orang lain.

c. Pemupukan

Jenis pupuk yang paling banyak digunakan petani di Desa Perdamean adalah Urea, Za, Phonska. Untuk jenis pupuk Urea, Phonska, Za merupakan pupuk yang selalu digunakan hampir setiap pemupukan mereka menggunkan pupuk ini. Sedangkan untuk pupuk jenis TSP, KCL, NPK, SP-36 hanya digunakan sebagian dari petani tergantung pada kebutuhan tanaman.

Dalam pemupukan tanaman, petani di Desa Perdamean belum melakukannya dengan baik. Hanya sebagian kecil petani (17,18%) yang melakukan pemupukan sesuai dengan dosis dan hampir seluruh petani (82,81%) melakukan pemupukan tidak sesuai dengan dosis hal ini disebabkan kekurangan biaya sehingga dosis pemupukan dikurangi dari semestinya tetapi ada juga petani yang menggunakan pupuk melebihi dosis.

d. Pengairan

Ketersediaan air di Desa Perdamean sudah tercukupi dimana hampir seluruh petani mempergunakan sistem pengairan teknis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini pengairan Desa Perdamean sudah tercukupi. Terdapat sebagian besar petani (51,56%) memiliki pengairan mencukupi dan sebagian kecil petani (39,06%) memiliki pengairan tidak lancar atau kurang mencukupi. Dalam


(3)

hal mengairi lahan petani di Desa Perdamean hampir seluruhnya telah dapat menyesuaikan dengan tahap pertumbuhan padi.

e. Penggunaan Pestisida

Pestisida yang digunakan oleh petani di Desa Perdamean ada dua yakni : pestisida yang memberantas gulma yang disebut herbisida dan pestisida yang memberantas hama yang disebut insektisida. Jenis herbisida yang digunakan petani di desa ini adalah : Ally untuk memberantas gulma jenis Biji-bijian padi-padian, Rodiamin 46 untuk memberantas gulma teki-tekian, biosat Sipon, Rumpas untuk memberantas gulma padi-padian. Sedangkan ada juga petani yang tidak menggunkan herbisida melainkan memakai tenaga sendiri untuk membersihkan atau disebut Cabut rumput atau marbabo gulma yang terdapat dilahan persawahannya.

Sementara untuk memberantas hama keong mas petani menggunkan insektisida jenis daftat yakni 4 petani (6,25%) untuk memberantas jenis hama walang sangit dari seluruh jumlah petani 64 (100%). Sedangkan dalam memberantas jenis hama kepinding insektisida yang digunakan yaitu bostox dipakai oleh 34 petani (59,65%) dan Lebasic 11 petani (19,30%). Sedangkan untuk memberantas hama wereng respond menggunakan insektisida jenis matador yang dipakai oleh 17 petani (29,82%). Dan untuk memberantas hama tikus seluruh petani 57 (100%) menggunakan insektisida jenis bispot karena jenis hama tikus sangat banyak ditemukan di desa ini.

Untuk memperoleh hasil pertanian dengan hasil yang tinggi dan memuaskan pemberantasan hama tidak boleh luput dari perhatian petani, pemberantasan hama harus disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang tanaman padi sehingga


(4)

hasilnya akan maksimal. Demikian juga dengan pemberantasan gulma pada setiap lahan kuantitas gulma yang menyerang dan jenisnya tidak sama, dan untuk itu perlu perhatian dalam memilih dan menggunakan herbisida sehingga tidak merugikan petani.

2. Hasil Produksi Padi Sawah di Desa Perdamean

Hasil produksi padi sawah di Desa Perdamean masih tergolong rendah sebanyak dimana sebagian besar petani (76,56%) memperoleh hasil panen hanya 4 sampai 5 ton/Ha. Dan hanya sebagian kecil petani (7,82%) memperoleh hasil panen mencapai 6 ton/Ha. Padahal Produksi padi yang baik menurut standar nasional yaitu dalam 1 Ha lahan dapat menghasilkan 5 ton/Ha sekali musim tanam untuk jenis bibit lokal, sedangkan bibit unggul varietas baru dalam 1 Ha lahan menghasilkan 7,5 – 10 ton.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2003. Budi Daya Tanaman padi, Yogyakarta: Kanisius.

Herawati, W.D. 2012. Budidaya Padi, Yogyakarta: Javalitera.

HR, Sugeng. 2001. Bercocok Tanam Padi. Semarang: Penerbit Aneka Ilmu.

http://dwi-jo.blogspot.com/2012/06/pengertian-iklim-pengertian-cuaca.html

http://eprints.undip.ac.id/15686/1/Joko_Triyanto.pdf

(http://imelprayoga.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-in-xnone ar.html).

Kartasapoetra, AG. 1999. Teknologi Pengairan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara

Mubyarto. 1984. Pengantar Analisa Pertanian, Jakarta: LP3ES

Naskun. 1991. Usaha-Usaha Dalam Meningkatkan hasil Pertanian Padi. Bandung: ITB

Passandaran, Effendi, dkk. 1984. Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan, Jakarta : Gramedia

Setyati. 1990. Penyuluhan Pertanian. Medan: Fakultas Pertanian USU

Silaen, Junita. 2013. Studi Tentang Usaha-Usaha Tani Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah Di Desa Siringkiron Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Suntoro. 1997. Menggerakkan Dan Membangun Pertanian, Jakarta : CV. Yosaguna.


(6)

Tampubolon, Sonty. 2013. Studi Tentang Panca Usaha Tani Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah Di Desa Jawa Tongah Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Putra A. 2007. Hubungan Luas LAhan Garapan dan Pengalaman Bertani terhadap

Penerapan Tehnologi pertanian di Desa Baja Dolok Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Skripsi, Medan Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.


Dokumen yang terkait

Penilaian Kinerja Keuangan Petani Padi Sawah Melalui Analisis Neraca di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

1 114 86

Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

3 98 104

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Dengan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 121 99

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

3 16 84

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 13

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

1 2 5

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 10 13

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 10 2

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 22