PERISTIWA MALARI DAN AKTOR-AKTOR INTELEKTUAL TERLIBAT DI DALAMNYA.

ABSTRAK

Betti Helen Situmeang. NIM 308121028. PERISTWA MALARI dan AKTOR-AKTOR
INTELEKTUAL TERLIBAT DIDALAMNYA. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas
Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Dibawah Bimbingan Dr. Hidayat, MSi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi politik pada orde baru dalam bidang
ekonomi, keamanan dan sosial, untuk mengetahui peristiwa sejarah yang masih belum tuntas
penyelesainnya dizaman orde baru yaitu peristiwa Malari, untuk mengetahui pemikiran para
aktor intelektual terhadap kebijakan pemerintah sehingga munculnya peristiwa Malari.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan metode penelitian
Studi Pustaka, yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis, berupa buku, makalah,
artikel, tesis, naskah maupun literatur lainnya yang relevan dengan topik penelitian.
Penelitian Lapangan, yakni dengan mengumpulkan data penelitian langsung dari lapangan,
khususnya dengan cara melakukan wawancara kepada orang yang terlibat dalam peristiwa
Malari, telaah dokumen yang ada di Balai Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional Jakarta,
mengumpulkan data dan informasi tentang masalah terkait peristiwa Malari, serta dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Dari hasil penelitian maka diketahui bahwa dalam catatan sejarah aksi-aksi mahasiswa
terlihat pada rezim Orde Baru. Aksi yang dilakukan mahasiswa untuk menuntut kebijakan
pemerintah yang terlalu mengedepankan pertumbuhan ekonomi sementara keadilaan dan

kesejahteraan sosial diabaikan. Mahasiswa menuntut dan menolak dominasi ekonomi luar
negeri yang andil dan berkuasa di tanah air, bahkan mahasiswa menolak kedatangan PM
Jepang Tanaka yang ketika itu berkunjung ke Indonesia. Aksi mahasiswa berbuntut pada
demontrasi massal yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerugian besar di Indonesia.
Aksi tersebut dinamakan dengan Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) yang terjadi pada
tanggal 15 Januari 1974. Konsep pemikiran mahasiswa melakukan aksi menuntut kebijakan
pemerintah yang perlahan mematikan perekonomian rakyat. Pada peristiwa Malari peran
militer terlihat sehingga dikaitkan dalam peristiwa Malari adanya rivalitas antara Soemitro
dan Ali Moertopo. Selain militer peran jurnalis terlihat juga, yang mengakibatkan beberapa
media ditutup seperti Nusantara, Harian Kami, Indonesia Raya, Abadi, The Jakarta Times,
Mingguan Wenang, Pemuda Indonesia, majalah berita mingguan Ekspres, Pedoman, Suluh
Berita, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Pos. Beberapa media dibredel bukan karena apa
yang mereka tulis, tetapi karena siapa yang menulis dan pemimpin redaksi media itu, yang
dianggap merugikan pemerintah Orde Baru.

v

KATA PENGANTAR

Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Seperti diungkapkan seorang sejarawan Amerika,

sejarah itu ibarat orang naik kereta menghadap kebelakang. Ia dapat melihat ke belakang, ke
samping kanan dan kiri. Satu-satunya kendala ialah ia tidak bisa melihat ke depan. Sejarah
mengajarkan pada kita tentang perbuatan manusia di masa lampau. Selama 32 tahun Soeharto
memimpin Indonesia sehingga menunjukkan cengkramannya yang kuat dalam menjaga
kekuasaannya. Kebijakan represif dalam segala hal, terutama dalam menghadapi kegiatankegiatan yang dianggap bertujuan subversif, dijalankan secara kejam.
Masa pemerintahan Soeharto yang disebut sebagai Orde Baru menyimpan catatan sejarah
yang besar. Khususnya ditahun 1974, adanya aksi yang pertama kali dilakukan mahasiswa
untuk menolak kebijakan Soeharto yang terlalu mengedepankan pertumbuhan ekonomi,
sementara pemerataan dan keadilan sosial diabaikan. Aksi yang dilakuakan dengan
demonstrasi dijalan dengan dialog langsung langung kepada presiden serta PM Jepang yang
saat itu menjadi tamu negara Tanaka. Tetapi aksi demonstrasi tersebut berbuntut pada
kerusuhan massal, yang kemudian dikenal dengan sebutan Malari (Malapetaka Limabelas
Januari)
Untuk itulah penelitian ini dilakukan, bertujuan untuk mengetahui situasi politik,
ekonomi dan sosial sebelum terjadi Malari, hingga tercetusnya peristiwa Malari. Penelitian
ini juga berguna kepada masyarakat umum sebagai bahan informasi bahwa setiap rakyat
berhak mendapat hak-hak istimewa dari negara serta memiliki wewenang untuk menuntut
hak tersebut dan mengkoreksi pemerintahan yang neo-liberal.
Dengan selesainya penelitian bahkan tulisan yang dibuat sebagai skripsi, penulis turut
menyampaikan terimakasih kepada :

1. Yesus Kristus sebagai Guru Penyelamat Hidup
2. Orang tua/mamaku tersayang Ny. T. Simatupang (Op. Jesika) di Medan
3. Abang-abangku Lambok Situmeang/R. Sihombing, S.Pd, Lamsihar Situmeang/ C.
Tambun, Am. Keb, Joni Andika Situmeang serta kedua keponaanku Jechika Briggita
Situmeang dan Adryan Pratama Situmeang
4. Amangtua dan inangtuaku di Ujung Batu, Sosa
5. Sahabat setiaku Vandy Eptius Darungo di Sanghie Talaud, Sulawesi Utara
6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M. Hum, selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah sekaligus
dosen Pembimbing Akademik
7. Bapak DR. Hidayat, MS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
8. Ibu Dra. Flores Tanjung, MA, selaku Dosen Pembanding Ahli
9. Bapak Drs. Ponirin, M.Pd, selaku Dosen Penguji Bebas
10. Ibu Dra. Hafnita, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah
11. Seluruh Dosen beserta jajarannya Jurusan Pendidikan Sejarah Medan
12. Bapak Drs. Restu, M.Si, selaku Dekan FIS UNIMED
13. Bapak Ibnu Hajar Damanik, selaku Rektor UNIMED

14. Kedua sahabatku Rosa Simanjuntak dan Oktaviana Marbun di Medan
15. Teman sepermainan Afriani Sitanggang (Pingkan), K’Litie, Resnawati, dan Dini
Wariastuti

16. Kawan-kawan seperjuangan Neva, Edella, Listra, Sri Devi, Lilis Banjarnahor, Dear,
Rika, Donal, Mangara, Saut Samosir, Insani, Rasita, Era, Sofian, Mulyani, Siti
Khadijah, Isma, Yana-Yani, Hera, Rahman, Rivan, Safitri, Yuliarza, Joesniana, Dian
di Medan
17. Kawan yang menemani selama penelitian Rosdelita di Jakarta, terimakasih banyak
18. Bang Amir Husein Daulay di Jakarta
19. Bang Salim Hutadjulu di Jakarta
20. Bang Hariman Siregar di Jakarta
21. Kawan-kawan Jurusan Pendidikan Sejarah stambuk 2008
22. Kawan-kawan PPLT SMK Persiapan P. Siantar
23. Kawan-kawan SMK Sw. Eka Prasetya Medan
24. Kawan-kawan KoMPaS Medan
25. Mata Baca Sejarah serta Ruang Baca Sejarah Medan
26. PUSIS Unimed khususnya kak Novi, dan Bg Madan
27. Guru-guru SMA N 4 Medan
28. Bapak/Ibu Pegawai Arsip Nasional Jakarta
29. Bapak/Ibu Pegawai Perpustakaan Nasional Jakarta
30. Bang Irawan Tobasa di Gedung Kesenian Jakarta
31. Adek-adek Tuna Netra, Yatim Piatu di Yayasan Karya Murni Medan
32. Bang F. Simangukalit/br. Siahaan serta Alviano, namboru dan amangboru di Bekasi

33. Kawan-kawan Paduan Suara Gereja HKBP-PN Medan
34. Kawan-kawan Kesenian di Irian Jaya
35. Bang Toni Listiyanto Indemo (Indonesian Democrasy Monitor) Jakarta
36. Seluruh keluarga serta kawan-kawan dimana pun berada yang tidak bisa penulis
ucapkan satu-persatu
Mengingat terjadinya perang intelijen dibalik peristiwa Malari, maka mungkin menjadi
suatu kemustahilan bila berharap kepada setiap tokoh-tokoh membuka pengetahuan seluasluasnya. Semoga tulisan ini menjadi salah satu bahan referensi untuk menguak fakta-fakta
sejarah negeri ini.

Medan, 12 Juni 2012

Betti Helen Situmeang
Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ v
BAB I


PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah....................................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 7
2. 1 Kajian Pustaka .............................................................................. 7
2. 2 Kerangka Konsep .......................................................................... 10
2.1 Konsep Intelektual .................................................................... 10
2.2 Konsep Peranan ........................................................................ 11
2.3 Konsep Demonstrasi ................................................................. 13
2.4 Pendekatan Aktor...................................................................... 14
2. 3 Kerangka Berpikir......................................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 17
3. 1 Metode Penelitian ......................................................................... 17
3. 2 Lokasi Penelitian........................................................................... 17

3. 3 Jenis Data ...................................................................................... 18
3. 4 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 18
3. 5 Teknik Analisis Data .................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 20
4. 1 Peristiwa Malari ............................................................................ 21
4.1.1 Latar Belakang Peristiwa Malari ............................................ 20
4.1.2 Faktor Pemicu Peristiwa Malari ............................................. 26
4.1.3 Aktor - aktor dan Pemikiran Intelektual Peristiwa Malari .... 43
4.1.3.1 Latar Belakang Aktor ................................................... 43
i

4.1.3.1.1 Aktor Berlatar Belakang Militer .................. 43
4.1.3.1.2 Aktor Berlatar Belakang Aktivis ................. 48
4.1.3.1.3 Aktor Berlatar Belakang Jurnalis ................ 54
4.1.3.2 Pemikiran Aktor Intelektual ......................................... 55
4.1.3.2.1 Somitro >< Ali Moertopo ................................. 55
4.1.3.2.2 Hariman Siregar ............................................... 67
4.1.3.2.3 Jopie Lasut, Media Kompas, Tempo,
Sinar Harapan................................................... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 106

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 106
5. 2 Saran ................................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 110
Lampiran 1 Instrumen Wawancara
Lampiran 2 Peta Jakarta
Lampiran 3 Biodata Informan
Lampiran 4 Pidato Presiden Akhir Tahun 1973
Lampiran 5 Pidato Pernyataan Diri Mahasiswa
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7 Log Book Perjalanan Penelitian
Lampiran 8 Berita-berita Media Pasca Peristiwa Malari

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah
Banyak peristiwa sejarah saat ini tidak dikenal khalayak umum baik anak

sekolah sampai para pegawai negeri/swasta. Pada zaman pemerintahan Orde Baru
dimulai pada tahun 1966 – 1998 dipimpin oleh Presiden Soeharto. Kepemiminan
yang berlangsung selama 32 tahun yang saat itu memiliki catatan penting dalam
sejarah. Baik sistem perpolitikan, perekonomian bahkan banyak pergolakanpergolakan yang terjadi pasca rezim Orde Baru.
Salah satu pergolakan yang terjadi di Orde Baru mengakibatkan huru hara Ibu
Kota Jakarta sebagai dampak ketidakstabilan perekonomian, kerusuhan,
pembakaran ban, pencurian yang mewarnai kerusuhan sosial tidak dapat
dihindari. Karena panas bahkan dahsyatnya peristiwa yang terjadi sehingga
mengakibatkan banyak korban berjatuhan pasca peristiwa tersebut yang dikenal
sebagai peristiwa Malari.
Masalah mempelajari dan menghayati pengalaman gerakan Malari sebagai
sebuah pengalaman bangsa Indonesia pada tahun 1974 sebuah hal yang penting.
Dimana gerakan 1974 memulai aksi dari para kelompok aktivis untuk menolak
kebijakan yang ada dimana kebijakan tersebut menyangkut pada penanaman
modal asing. Hal ini membuktikan bahwa sikap ketidaksenangan para aktivis
terhadap meluasnya kekuatan para pemodal asing untuk menguasai tanah air yang
mengakibatkan kemerosotan serta kehidupan sosial masyarakat menurun, serta

1


situasi penguasa pada zaman tersebut menguntungkan kelompok yang ada
disekitar kekuasaan. Sebelum peristiwa Malari terjadi, tatkala suasana politik
tegang, bahkan mahasiswa mengancam akan turun kejalan. Aksi dan reaksi pada
gerakan di tahun 1974 sebagai dasar pentingnya untuk dipelajari.
Kedepannya, untuk menuntaskan yang belum selesai tidak mungkin tanpa
mempelajari gerakan 1973-1974 ini, baik pencapaiannya maupun kegagalannya,
baik kelebihannya maupun kekurangannya, baik sebagai fenomena sosial-politik
maupun sebagai hasil pergulatan orang per-orang yang memimpin dan
menjalankannya.
Istilah Malari merupakan Peristiwa Malapetaka Limabelas Januari sebagai
bentuk demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada tahun
1974. Aksi demontrasi menutut pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
kecil, demontrasi berbuntut pada kerusuhan sosial. Banyak hal yang dikaitkan
dalam peristiwa tersebut sehingga menimbulkan reaksi dari pemerintah dan
muncul aksi dari para kaum intelektual maupun rakyat biasa. Bukan saja bentuk
aksi penolakan kedatangan PM Jepang atau penanaman modal asing tetapi juga
sebagian mengatakan bentuk penolakan pemerintahan Soeharto. Dimana pada
masa pemerintahan Soeharto hanya terlalu mengedepankan pertumbuhan
ekonomi, sementara pemerataan dan keadilan sosial diabaikan.
Peristiwa Malari terjadi disebabkan oleh kebijakan pemerintah dibidang

ekonomi yang mengharapkan bantuan kredit-kredit luar negeri bahkan penanam
modal asing ditanah air. Hal tersebut menimbulkan aksi dari kalangan mahasiswa
sebagai wadah aspirasi suara rakyat yang dapat menyampaikan pikiran-pikirannya

2

kepada pemerintah. Untuk itu mahasiswa melakukan gerakan yang mana
menghalang kebijakan pemerintah yang masa itu tidak memperhatikan usahausaha dalam negeri. Masuknya modal asing yang mendominasi perekonomian
ditanah air mematikan pengusaha-pengusaha kecil ditanah air, hal ini terlihat dari
barang-barang, bahkan pabrik-pabrik, serta benda-benda merk luar negeri. Semua
benda dikuasai nama/merk luar yang diperlihatkan.
Melihat nama atau produk luar yang berkuasa ditanah air menimbulkan
penolakan dari kaum intelektual bahkan rakyat yang beranggapan akan
mematikan pengusaha lokal. Penolakan-penolakan yang dilakukan diwujudkan
dengan berbagai cara, melakukan diskusi sesama mahasiswa dikampus-kampus,
berdialog yang dilakukan mahasiswa kepada Presiden Soeharto, dan berujung
pada demonstrasi.
Demonstrasi mahasiswa dilakukan untuk menolak kebijakan pemerintah
menuntut strategi pembangunan berdominasi pada lokal tidak memihak pada luar
negeri. Demonstrasi-demontrasi yang dilakukan direncakan akan berdialog
langsung kepada PM

Jepang Tanaka yang berkunjung ke Indonesia. Pada

kunjungan tersebut mahasiswa akan memberikan penyataan bahwa Bangsa
Indonesia tidak senang dan bangga akan adanya modal asing di Indonesia yang
melemahkan usaha lokal.
Ketertarikan untuk menulis PERISTWA MALARI dan KATERLIBATAN
KAUM

INTELEKTUAL Aksi Protes Mahasiswa Terhadap Pemerintah

Mengkritisi Strategi Pembangunan Menentang Modal Asing dipicu dari beberapa

3

aspek ekonomi, politik dan keamanan pada masa orde baru secara khusus di tahun
1973-1974 dan meletusnya peristiwa Malari yang dipelopori aktor intelektual.
Dalam

peristiwa Malari

banyak melibatkan para aktor intelektual

(intelegensia) yang berperan dalam peristiwa tersebut. Berperan sebagai
pendukung bahkan berperan sebagai lawan. Aktor-aktor yang dituliskan dalam
penelitian ini berasal dari kalangan militer, aktivis dan jurnalis.
Untuk mengetahui peristiwa Malari dan keterlibatan aktor-aktor intelektual
dalam peristiwa tersebut maka penulis tertarik untuk
dengan

judul

“PERISTWA

MALARI

dan

melakukan penelitian

AKTOR



AKTOR

INTELEKTUAL TERLIBAT DI DALAMNYA”

1. 2. Identifikasi Masalah
Pemikiran untuk mewujudkan sebuah konsep tentang PERISTWA MALARI
dan KATERLIBATAN KAUM INTELEKTUAL Aksi Protes Mahasiswa
Terhadap Pemerintah Mengkritisi Strategi Pembangunan Menentang Modal Asing
mencakup :
1. Bagaimana situasi politik Indonesia pada zaman orde baru?
2. Seperti apa keadaan ekonomi dan keamanan di Indonesia?
3. Apakah ada konflik dikalangan pemerintah pada pasca 1973-1974?
4. Bagaimana awal tercetusnya peristiwa Malari?
5. Bagaimana aksi dan reaksi pasca peristiwa Malari?
6. Bagaimana peranan pemikiran aktor intelektual sehingga tercetusnya
peristiwa 1974?

4

1. 3. Pembatasan masalah
Permasalahan dalam penelitian ini terbatas pada kajian yang menyangkut
Peristiwa Malari dan Aktor-aktor Intelektual yang Terlibat di Dalamnya, penulis
membatasi tulisan ini diawali terjadinya peristiwa malari yaitu pada tahun 1974,
penulis membuat pembatasan masalah supaya penelitian ini akan lebih fokus,
yang mencakup :
1. Latar belang terjadinya peristiwa Malari.
2. Kebijakan pemerintah pada bidang ekonomi masa Orde Baru sehingga
menimbulkan reaksi dari intelktual memicu sebuah peristiwa.
3. Peranan pemikiran para aktor intelektual terhadap kebijakan pemerintah
sehingga munculnya peristiwa Malari.
1. 4. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana latar belakang terjadinya peristiwa Malari?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah pada bidang ekonomi masa Orde Baru
sehingga menimbulkan reaksi dari intelektual memicu sebuah peristiwa?
3. Bagaimana pemikiran

para aktor intelektual terhadap kebijakan

pemerintah sehingga munculnya peristiwa Malari?
1. 5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya peristiwa Malari.

5

2. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah pada bidang ekonomi masa Orde
Baru sehingga menimbulkan reaksi dari intelektual memicu sebuah
peristiwa.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran para aktor intelektual terhadap
kebijakan pemerintah sehingga munculnya peristiwa Malari.
1. 6. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi, bahwa dalam catatan sejarah menyimpan
beberapa fenomenal peristiwa yang pernah berlangsung, sehingga
peristiwa malari tidak hanya tinggal wacana (sebuah peristiwa sisi gelap
dari peristiwa sejarah di zaman orde baru).
2. Sebagai manfaat teori dan praktis keilmuan.
3. Mengetahui aktor-aktor intelektual yang terlibat dalam peristiwa Malari.
4. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam menyusun
sebuah karya ilmiah.
5. Bagi penulis sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
6. Bagi mahasiwa Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan mengetahui bahwa zaman orba masih banyak
peristiwa-peristiwa gelap dalam sejarah yang pantas untuk di teliti bahkan
di diskusikan, supaya setiap peristiwa tidak hanya menjadi wacana.
7. Bagi Indonesia, supaya mampu menguak setiap peristiwa-peristiwa yang
tejadi di tanah air, baik itu di setiap daerah-daerah pelosok Indonesia.

6

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4. 1. KESIMPULAN
1. Peristiwa Malari merupakan sebuah gerakan yang dilakukan sebagai aksi
mahasiswa untuk menolak akan kebijakan Soeharto terhadap pertumbuhan
ekonomi yang mendominasi pada

modal asing, serta mengkritisi

pemerintahan Orde Baru yang terlalu mengedepankan pertumbuhan
ekonomi sementara pemerataan dan kesejahteraan sosial diabaikan.
Sehingga dengan masuknya modal asing menjadikan Indonesia sebagai
negara yang ketergantungan pada negara-negara yang menyediakan kreditkredit luar negeri. Indonesia sebagai sumber bahan-bahan industri dan
sebagai tempat pasar industri. Namun yang mengelola bukan rakyat
Indonesia tetapi para kapitalis asing yang berdominasi di Indonesia, dan
hasil penjualan industri tersebut dijadikan modal membangkitakan negara
para kapitalis. Dengan kata lain Indonesia sebagai budak bahkan tempat
sewaan para negara luar untuk membangkitkan negaranya sendiri.
Indonesia hanya sebagai wadah cukong-cukong asing. Istilah-istilah
kerjasama dalam perekonomian yang disampaikan pemerintah hanya
sebagai bahasa halus yang kedengaran dikalangan masyarakat, namun
istilah tersebut hanya mementingkan para pejabat yang berkuasa.
Masuknya modal asing serta menguasai sektor-sektor industri Indonesia

106

akan mematikan secara cepat perekonomian masyarakat Indonesia serta
mengurangi tingkat pengerajin-pengerajin tradisional.
Ada banyak yang diungkap berbagai pengamat sosial-politik terhadap
peristiwa Malari, merupakan ekses konflik internal dikalangan elite
politik, ledakan ketidakpuasan kelompok kelas menengah pribumi
terhadap strategi pembangunan Orde Baru, sampai peristiwa yang
didalangi oleh oknum-oknum PSI dan Majelis Sjuro Muslimin Indonesia.
Faktanya, kerusuhan, pembakaran, pencurian, dan pengerusakan hingga
lepasnya 11 nyawa merupakan suatu aksi terpisah dari gerakan mahasiswa
yang memprotes dominasi modal asing, mengkritik strategi pembangunan
pemerintah Soeharto, dan mengecam korupsi di pemerintahan.
2. Salah satu kebijakan yang diprogramkan pemerintah dalam bidang
ekonomi ialah meningkatkan perekonomian bangsa baik dalam maupun
luar negeri. Cara meningkatkan perekonomian yang diprogramkan
pemerintah salah satunya dengan memperat hubungan luar negeri. Adanya
negara-negara kreditor yang menanamkan modal di Indonesia. Alasan
pemerintah

meningkatkan

hubungan

luar

negeri

ialah

untuk

mensejahterakan rakyat Indonesia. Kebijakan pemerintah dalam menjalin
hubungan luar negeri terlihat kuat dan lancar. Memang pada kenyatannya
dengan meningkatnya hubungan antar luar negeri dapat memperbaiki
perekonomian bangsa, namun tidak memiliki batas-batas yang dilakukan.
Sehingga peran luar negeri lebih mendominasi ditanah air. Hal inilah
sebagai salah satu pemicu cukong kapitalis memiliki adikuasa di tanah air

107

dan menimbulkan hutang luar negeri yang besar. Peranan modal asing
hanya sekedar memanfaatkan Indonesia sebagai lahan perekonomian
asing, keuntungan yang diperoleh digunakan untuk mensejahterakan
negara asing. Dengan kata lain bisa dikatakan Indonesia sebagai tanah
tempat negara asing memperbaiki perekonomiannya dan memanfaatkan
sumber daya alam Indonesia. Pemerintah hanya memanfaatkan dana asing
yang merugikan perekonomian Indonesia, adanya hubungan luar negeri
hanya menguntungkan sebagai para pejabat pemerintah yang berkuasa di
zaman tersebut.
3. Mantan Pangllima Kopkamtib Jenderal Soemitro, melalui memoarnya,
menungkapkan

bahwa

kelompok

Operasi

Khusus

(Opsus)

yang

bertanggung jawab terhadap kerusuhan tersebut. Opsus merancang suatu
operasi untuk menetralisasi posisi Soemitro sebagai Panglima Komkaptib,
mahasiswa dan golongan-golongan yang dianggap bisa menghalangi
ambisi politik Ali Moertopo. Operasi itu dilancarkan dengan cara
menunggangi rencana apel mahasiswa pada 15 Januari 1974 dengan
serangkaian aksi kerusuhan dan huru-hara. Sasaran kerusakan seperti
mobil-mobil Jepang, Kantor Toyota Astra, dan Coca-cola sengaja
ditentukan agar mengesankan kerusuhan memang benar-benar dibuat
mahasiswa. Soemitro menunjuk serangkaian rapat dan pertemuan rahasia
di Jalan Sabang, Jalan Salemba, dan Jalan Timor (semuanya di Jakarta
Pusat). Mahasiswa sebagai aspirasi masyarakat serta menjalankan tugas
sesuai Tri Darma Pendidikan mengkritisi sikap pemerintah yang sudah

108

dikuasai cukong asing tersebut. Memang pada kenyataannya dengan
adanya hubungan luar negeri meningkatkan perekonomian Indonesia
namun juga harus dilihat bahwa modal asing yang masuk tidak hanya
menjadi hubungan kerjasama tadi tetapi lebih besar peranan modal asing
itu sendiri di Indonesia. Hal-hal ini yang menimbulkan aksi-aksi
mahasiswa untuk menuntut bahkan menolak kebijakan pemerintahan yang
terlalu mengedepankan pertumbuhan ekonomi. Aksi mahasiswa yang
dilakukan dengan cara berdialog langsung dengan presiden namun karna
kurang mendapat respon mahasiswa merasa tidak puas sehingga
memtuskan untuk berdialog langsung dengan PM Jepang Tanaka yang
berkunjung ke Jakarta, Indnesia. Mahasiswa juga memutuskan untuk turun
kelapangan yang tadinya akan melakukan dialog dikampus. Demontrasi
yang dilakukan mahasiswa tanpa adanya agenda kurusuhan, pembakaran
dan lain-lain yang sebagai istilah huru-hara. Hariman Siregar dianggap
telah melakukan perbuatan melawan, merongrong wibawa, bahkan berniat
menjatuhkan kekuasaan pemerintahan yang ada. Subversi. Kapanpun, atau
kenapa, serta siapapun orang-orang yang dianggap menjadi dalang dalam
peristiwa Malari hanya orang-orang pemerintahan pasca Orde Baru yang
bisa menjawab untuk membuktikan kebenaran sejarah di Indonesia.
Adapun beberapa provokasi yang ada didalamnya hanya sebagai kilasan
tambahan yang menjadikan peristiwa Malari sebagai wujud huru-hara Ibu
Kota yang menginginkan kekuasaan atau menciptakan kekuasaan.

109

5. 2 Saran
Adapun yang menjadi saran dari penulis adalah :
1. Penulis mengharapkan kepada pembaca supaya lebih bijak dalam berpikir
dan bertindak untuk menuntut rezim-rezim pemerintahan yang merugikan
rakyat Indonesia.
2. Penulis mengharapkan supaya rakyat Indonesia lebih mengetahui
peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia khususnya di Orde
Baru yang dipelopori oleh mahasiswa.
3. Diharapkan kepada seluruh mahasiswa di Indonesia supaya lebih bijak
lagi dalam mengkritisi sistem pemerintahan dan mengambil keputusan
yang tidak merugikan negara.
4. Diharapkan kepada pemerintah yang memegang kekuasaan lebih arif dan
bijaksana mengambil kebijakan-kebijakan dalam penangan ekonomi,
politi dan sosial di tanah air yang tidak merugikan bangsa dan negara.
5. Diharapkan kepada aparatur negara khususnya militer supaya benar-benar
menjadi aparatur yang melindungi rakyat dari pertikaian dan konflik tanpa
ada maksud dan tujuan pribadi yang dapat merugikan pihak-pihak lain.
6. Diharapkan kepada para jurnalis supaya memuat berita berdasarkan fakta
yang akurat tanpa ada kebohongan sehingga para pembaca lain dapat
mengetahui dengan jelas peristiwa yang sudah pernah terjadi dan supaya
tidak ada kebohongan dalam sejarah.

110