PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE QUIZ TEAM DENGAN KETERAMPILAN BERTANYA PROBING QUESTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE QUIZ TEAM DENGAN KETERAMPILAN BERTANYA PROBING QUESTION

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh: Yusep Hadiansyah

1101075

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE QUIZ TEAM DENGAN KETERAMPILAN BERTANYA PROBING QUESTION

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung)

Oleh Yusep Hadiansyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yusep Hadiansyah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

YUSEP HADIANSYAH (1101075) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE QUIZ TEAM DENGAN KETERAMPILAN BERTANYA PROBING QUESTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIID SMP NEGERI 14 BANDUNG)

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi awal bahwa peneliti menemukan adanya masalah pembelajaran di kelas VIID, yaitu rendahnya aktivitas belajar siswa pada pemebelajaran PKn. Oleh karena itu peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan lima cara, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi, angket, dan catatan lapangan. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung yang berjumlah 40 orang. Hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung, menunjukan bahwa (1) penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PKn. Hal ini terlihat dengan diterapkannya model pembelajaran ini terbukti mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu dengan diterapkannya model pembelajaran ini mampu meningkatkan minat rasa ingin tahu, dan kerjasama siswa serta dengan keterampilan bertanya probing question membuat siswa semakin aktif terdorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya. (2) beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question, antara lain kurangnya pengalaman guru dalam menerapkan model pembelajaran ini, kesulitan dalam pengolalaan kelas, kurangnya kesiapan siswa, hanya siswa tertentu saja yang aktif, dan memerlukan alokasi waktu yang cukup lama. (3) Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala-kendala atau hambatan yang terjadi, antara lain guru berusaha memahami dengan benar tentang makna dan langkah-langkah pembelajaran quiz team, menciptakan suasan pembelajaran yang kondusif, berusaha menumbuhkan kepercayaan diri siswa, memfasilitasi siswa untuk aktif dalam bertanya maupun berpendapat, dan manajemen waktu yang baik pada saat pembelajaran.


(6)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn

ABSTRACT

In this research is based on the result of preliminary observation that the writer found learning problem in class VIID, that is the low activity of students in civics learning. Therefore, the writer conducted a Classroom Action Research using learning model active learning tipe quiz team through skills probing question to improve students learning activities. The kind of this research is the Classroom Action Research (CAR). The writer use qualitative and quantitative approaches. Furthermore, the data collection techniques conducted in five ways, such as observation, interviews, documentation studies, questionnaires, and field notes. The writer takes the sample in SMP Negeri 14 Bandung, on the students of class VII D out of the 40 students. The results of the research that has been done in class VIID SMP Negeri 14 Bandung, show that (1) the application of learning model active learning tipe quiz team through skills probing question to improve students learning activities can support the achievement of objectives Civics learning. This can be seen with the implementation of this model proved to increase students' learning activities. In addition to the implementation of this model is able to increase the interest of curiosity, and the cooperation of students. Moreover, through skills to ask probing question makes pupils more actively encouraged to improve the quality or quantity of the answers that have been given in the previous question. (2) some of the obstacles encountered in the implementation of active learning learning model type quiz team with the skills to ask probing question, among others, the lack of experience of teachers in implementing this model, difficulties in classroom management, the lack of preparedness of students, only certain students are active, and requires the allocation of considerable time. (3) The efforts of teachers to overcome obstacles or barriers that occur, among other teachers try to understand the true meaning and learning steps quiz team, creating a conducive learning atmosphere, trying to foster self-confidence of students, facilitating students to be active in giving opinion, asnwer the questions, and time management of learning.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat dari Segi Kebijakan ………... 11

3. Manfaat Praktis ... 12

4. Manfaat dari Segi Isu serta Aksi Sosial ………... 12

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan ………. 15

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ………... 15

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 17

3. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan ………. 18 4. Kompetensi yang di Harapkan


(8)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn

dari Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 20

B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ……… 22

1. Pengertian Belajar ………... 22

2. Teori-teori Belajar ………. 24

3. Pengertian Pembelajaran ……… 27

4. Tujuan Pembelajaran ……….. 30

5. Prinsip-prinsip Pembelajaran ……… 31

C. Model Pembelajaran ………... 32

1. Pengertian Model Pembelajaran ……… 32

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran ……….. 33

3. Mengaktifkan Siswa Melalui Pendekatan dan Model Pembelajaran ……….. 34

4. Pembelajaran Aktif (Active Learning) ………. 35

5. Model Pembelajaran tipe Quiz Team ……… 38

6. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team………… 39

D. Keterampilan Bertanya ………... 39

1. Pengertian Keterampilan Bertanya ……….. 39

2. Keterampilan Bertanya Probing Question ………. 41

E. Keaktifan siswa ………... 41

1. Pengertian Keaktifan Siswa ……….. 41

2. Prinsip-prinsip Belajar Siswa Aktif Waktu Proses Belajar ………. 42

3. Indikator Cara Belajar Siswa Aktif ……….. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ………. 46


(9)

2. Subyek Penelitian ……… 46

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ………. 47

1. Pendekatan Penelitian ……… 47

2. Metode Penelitian ……….. 48

C. Teknik Pengumpulan Data ……….. 49

1. Wawancara ……….. 49

2. Observasi ……….... 50

3. Studi Dokumentasi ……….. 51

4. Kuesioner (Questionnaire) ………. 51

5. Studi Kepustakan (literature) ………. 52

D. Prosedur Penelitian ………... 52

1. Tahap Pra Penelitian ……… 53

2. Tahap Persiapan Penelitian ………. 53

3. Pelaksanaan Penelitian ……… 54

E. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ……….... 54

1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) ………. 54

2. Pelaksanaan Tindakan (Action) ………. 55

3. Pengamatan (Observing) ……… 55

4. Refleksi (Reflecting) ……….. 56

5. Siklus ……….. 56

F. Teknik Analisis Data ……… 57

1. Analisis Sebelum di lapangan ……… 58

2. Analisis Data di Lapangan Model Miles and Huberman ……….. 58

G. Validitas Data ………... 59

1. Uji Kredibilitas ………... 59


(10)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 62

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 62

2. Subjek Penelitian ………. 70

B. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 73

1. Observasi Awal Pembelajaran PKn ………. 73

2. Penelitian Siklus I ……… 75

a. Perencanaan Penelitian ……… 75

b. Pelaksanaan Tindakan ………. 76

c. Observasi Tindakan I ……….. 80

d. Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I ………….. 90

e. Refleksi Tindakan I ………. 101

3. Penelitian Siklus II ………. 103

a. Perencanaan Penelitian ……… 103

b. Pelaksanaan Tindakan ……… 104

c. Observasi Tindakan II ………. 108

d. Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II …………. 117

e. Refleksi Tindakan II ………... 128

4. Penelitian Siklus III ……… 130

a. Perencanaan Penelitian ………... 130

f. Pelaksanaan Tindakan ……… 130

g. Observasi Tindakan III ………... 132

h. Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III ………... 144

i. Refleksi Tindakan III ……….. 155

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 157

1. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan Menggunakan Model Pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question ……… 157 2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan


(11)

Model Pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa ………. 159

3. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn ……… 167

4. Kendala dalam Menerapkan Model Pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa ………. 174

5. Upaya Dalam Mengatasi Kendala Penerapan Model Pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question ………. 175

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 178

A. Kesimpulan ………... 178

1. Kesimpulan Umum ………. 178

2. Kesimpulan Khusus ……… 178

B. Saran ………. 182

1. Bagi Guru ……… 182

2. Bagi Siswa ……….. 182

3. Bagi Sekolah ……….. 182

4. Bagi Penelitian Selanjutnya ……… 183


(12)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(13)

BAB I PENDAHULUAN

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas

Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIID di SMPN 14 Kota Bandung)

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh kompenen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Mengembangkan potensi yang dipunyai peserta didik juga sangat penting dalam rangka mengasah kemampuan di bidang keterampilan. Hal ini dipandang perlu agar peserta didik mempunyai keterampilan sehingga bisa mengahadapi kehidupan dengan lebih baik.


(14)

2

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menunjukkan fenomena yang cukup memprihatinkan diantaranya ketidakmampuan proses pendidikan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melihat kenyataan ini, pemerintah dan praktisi pendidikan tidak diam saja, berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan, antara lain pengembangan dan perbaikan kurikulum, pengembangan metode, model pembelajaran dan sistem penilaian, perbaikan sarana pendidikan, dan penyediaan fasilitas belajar. Namun usaha itu belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya daya serap siswa.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mata pelajaran PKn dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan falsafah bangsa dan konstitusi negara Republik Indonesia. Dengan memperhatikan isi dan misi mata pelajaran kewarganegaraan yaitu membentuk warga negara yang baik, selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran kewarganegaraan ditandai dengan pemberian penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

Bransons dalam Winataputra dan Budimansyah (2007, hlm.182) mengungkapkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah “partisipasi yang bermutu dan bertangung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat, baik ditingkat lokal maupun nasional”. Partisipasi semacam itu memerlukan kompetensi kewarganegaraan sebagai berikut:

1. Pengembangan terhadap penguasaan dan pemahaman tertentu; 2. Pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; 3. Pengembangan karakter dan atau sikap mental tertentu;

4. Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi konstitusional.


(15)

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran PKn menghasilkan kompetensi kewarganegaraan yang memberikan bekal menuju warga negara yang baik (to be a good citizenship). Pendidikan Kewarganegaraan berbeda dengan mata pelajaran lainnya karena selain berisi tentang materi substansi mengenai syarat-syarat sebagai warga Negara yang baik, disamping itu pembelajaran PKn juga beresensikan pembelajaran nilai dan moral. Maka dari itu, pembelajaran PKn harus mampu mengembangkan nilai terutama nilai-nilai demokratis siswa yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Keaktifan siswa merupakan salah satu prinsip utama dalam proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktivitas. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Keaktifan siswa penting dalam proses pembelajaran sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat di transfer begitu saja tetapi harus siswa sendiri yang mengolahnya terlebih dahulu.

Rosalia (2005, hlm.4) menyatakan Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan

“Salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya”.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalisasikan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya


(16)

4

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

sendiri. Jangan dibatasi selama kreatifitas siswa masih dalam kerangka menunjang pencapaian kompetensi.

Untuk mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan senang belajar. Marno (2008, hlm.46) dalam kegiatan pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni:

Guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar sehingga terjadinya perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

Guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif, baik fisik maupun mental. Siswa akan belajar secara aktif kalau rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa, baik secara sukarela maupun terpaksa, menuntut siswa melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa dan mampu menggunakan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan demikian, ada korelasi signifikansi antara kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa. Mengaktifkan kegiatan belajar siswa berarti menuntut kreativitas dan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan kelas VIID di SMPN 14 Bandung memberikan gambaran fakta bahwa pembelajaran PKn masih menemui banyak kelemahan dan kendala yang di hadapi. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru PKn dan sebagian siswa, teridentifikasi masalah yang sangat problematik yang muncul dan memerlukan pemecahan dengan segera. Ternyata mata pelajaran PKn sampai saat ini masih dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak disukai dan membosankan oleh sebagian siswa. Hal ini bisa dilihat setelah melakukan pengamatan langsung di kelas VIID ternyata dari jumlah 40 siswa ada 30 siswa yang tidak mampu berpartisipasi aktif. Ketika proses pembelajaran tersebut berlangsung, banyak siswa yang pasif dalam pembelajaran. Rasa ingin tahu siswa tidak terbangun, kemandirian dalam kegiatan pembelajaran pun sedikit sekali terlihat.


(17)

Ketekunan yang dimiliki belum tampak. Selain itu hanya ada beberapa siswa yang aktif di kelas, mereka mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan, namun masih banyak siswa yang hanya menjadi pendengar dan tergolong pasif di kelas. Siswa tidak termotivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran, ini menunjukkan bahwa rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas VIID SMPN 14 Bandung. Jika hal demikian didiamkan saja oleh guru dan tidak diupayakan adanya perbaikan maka tujuan kegiatan pembelajaran tersebut tentu tidak akan dapat tercapai dengan maksimal.

Salah satu aspek penting yang mendapat sorotan untuk mengangkat kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran PKn adalah guru. Tugas pendidik atau guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan penuh semangat. Suasana yang demikian tentunya akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal aktivitas belajar merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan sebab tanpa adanya aktivitas maka tidak akan ada proses perubahan perilaku yang diakibatkan dari kegiatan belajar.

Aktivitas belajar siswa di lingkungan kelas VIID yang masih rendah. Penyebab dari permasalahan tersebut, yakni metode mengajar guru yang dirasa tidak mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Metode mengajar yang satu arah (one way traffict) tidak ada variasi dalam metode pembelajaran membuat siswa jenuh dalam pembelajaran dan tidak ada ketegasan guru dalam mengajar membuat aktivitas belajar siswa rendah dan cenderung siswa pada saat pembelajaran PPKn sedang berlangsung tidak memperhatikan dengan baik.

Metode mengajar yang satu arah (one way traffict) tidak akan menyentuh potensi kreativitas siswa, akan berwujudnya pencerminan kelas civics sebagai laboratorium demokrasi. Metode mengajar yang baik bersifat two way traffict sehingga mampu mendorong dan menggugah keterlibatan atau partisipasi siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar secara optimal. Dari berbagai fenomena yang ditemukan di kelas VIID SMPN 14 Kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa akar permasalahan yang terjadi saat ini yaitu dari segi proses pembelajaran di kelas.


(18)

6

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik harus tepat agar suasana belajar dapat menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreatifitas. Suasana belajar yang menyenangkan akan membawa dampak pada motivasi dan aktivitas belajar yang meningkat. Motivasi belajar yang tinggi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang terbaik.

Optimalnya kadar keaktifan belajar siswa dapat dilakukan dengan kemampuan ketarampilan bertanya yang dimiliki oleh seorang guru. Perlunya pembelajaran aktif sekurang-kurangnya didasarkan atas perangkat asumsi yang berkenaan dengan pendidikan, hakikat anak didik, hakikat guru, dan asumsi yang berkenaan dengan proses pengajaran. Perwujudan peningkatan aktivitas belajar dapat terwujud dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif. Salah satu model pembelajaran yang efektif mengenai peningkatan aktivitas belajar yaitu model pembelajaran Active Learning tipe Quiz team.

Bagi siswa kelas VIID SMPN 14 Kota Bandung model Active Learning tipe Quiz team dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat meningkatkan aktivitas belajarnya di kelas. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Guru memegang peranan penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran yang dilaksanakan. Selain, guru harus dapat memikirkan dan memilih berbagai strategi mengajar, guru juga harus memiliki kemampuan dasar mengajar. Keterampilan mengajar bagi seorang guru sangat penting. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Kerangka berpikir seperti ini menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalakan tugasnya dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru.

Dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar yang bersifat klasikal, guru harus berusaha menciptakan proses belajar mengajar yang mencerminkan komunikasi dua


(19)

arah antara guru dan peserta didik maupun antara pesertadidik dengan peserta didik lainnya, dalam hal ini semua peserta didik aktif baik individu maupun kelompok. Agar tercipta komunikasi dua arah, salah satu caranya adalah dengan bertanya. Bertanya memainkan peranan penting, karena dengan bertanya seseorang akan lebih paham, atau memiliki informasi yang banyak tentang sesuatu hal yang dikajinya. Oleh sebab itu kemampuan bertanya yang harus dimiliki guru, salah satu diantaranya adalah keterampilan bertanya, sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat dari guru akan memberikan dampak positif terhadap peserta didik.

Keterampilan bertanya yang dirasa efektif untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah Pertanyaan menggali (Probing Question) yang dimaksud pertanyaan menggali adalah pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya. Dengan pertanyaan menggali ini, murid didorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari murid guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas berkaitan dengan “Penerapan Pembelajaran Model Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VIID SMPN 14 Kota Bandung”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Dalam proses belajar mengajar terjadi aktivitas guru dan siswa. Hal ini yang memotivasi siswa untuk cenderung aktif dalam belajar. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktifitasnya


(20)

8

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Belajar aktif ditunjukkan dengan adanya ketertiban intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan kemampuannya.

Permasalahan rendahnya aktivitas belajar di kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung menjadi permasalahan dalam pembelajaran PKn. Penggunaaan model pembelajaran yang monoton membuat siswa jenuh dan akan berdampak pada aktivitas siswa dalam belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang bervariasi yang dapat mempengaruhi cara belajar siswa yang pasif menjadi aktif dan membuat siswa tertarik bahkan tertantang untuk mempelajari materi pembelajaran.

Bagi kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung Model Pembelajaran Active learning (Belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons aanak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan model pembelajaran active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

Kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi perkembangan siswa dalam belajar. Disamping guru harus mampu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa guru juga harus mempunyai kemampuan keterampilan dasar mengajar. Hal ini tidak semuanya guru dapat mengajar peserta didiknya dengan baik dan professional. Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang kompleks, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak. Dengan demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan atau kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Peranan guru sangat


(21)

menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan dalam pembelajaran di kelas. Untuk mencapai hal tersebut di atas maka dibutuhkan keterampilan-ketrampilan dasar seseorang guru dalam mengajar.

Dalam proses belajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah lepas dari guru memberikan jawaban yang diajukan. Pada kenyataannya guru dalam melakukan pembelajaran di kelas kurang menguasai teknik-teknik dalam meberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut hanya bersifat knowledge saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.

Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh tenaga pengajar karena dengan dengan keterampilan dasar mengajar dapat memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses penyampaian materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai. Keterampilan dasar pada guru di perlukan agar guru dapat melaksanakan peranannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai, dengan keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna dapat dirasakan, pembelajaran akan menjadi sangat membosankan mana kala selama berjam-jam guru menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan. Oleh karena itu dalam dalam setiap proses pembelajaran, bertanya merupakan kegiatan yang selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Mengingat begitu pentingnya peranan bertanya dalam proses pembelajaran, maka seorang guru harus memiliki keterampilan ini untuk menjamin kualitas pembelajaran.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu merumuskan apa yang menjadi permasalahannya. Secara


(22)

10

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

umum masalah yang dipertanyakan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

Untuk memperjelas masalah diatas, maka penulis membuat beberapa sub masalah yang ditampilkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana guru merancang persiapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya Probing Question?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya Probing Question dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn?

3. Bagaimana hasil penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya Probing Question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn?

4. Apa kendala yang dihadapi siswa dan guru dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi masalah atau kendala dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:


(23)

1. Untuk melaksanakan bagaimana guru merancang persiapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya Probing Question.

2. Untuk menerapkan bagaimana pelaksanaan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya Probing Question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIID SMPN 14 Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui hasil penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya Probing Question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa dan guru dalam menerapkan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question.

5. Untuk memperbaiki kendala-kendala yang dihadapi siswa dan guru dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat/signifikasi dari Segi Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan sosial, khususnya tentang penerapan model pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk meningkatkan aktifitas belajar dalam mata pelajaran PKn dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat/signifikasi dari Segi Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana yang positif kepada instansi terkait dalam merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran Active Learning tipe Quiz Team dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk meningkatkan aktifitas dalam mata pelajaran PKn.


(24)

12

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

3. Manfaat/signifikasi dari Segi Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa serta diharapkan mampu membantu siswa dalam mengatasi permasalahan belajar baik pada dirinya maupun untuk orang lain.

4. Manfaat/signifikasi dari Segi Isu serta Aksi Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn sehingga dapat memberikan pemahaman kepada siswa pentingnya pembelajaran PKn dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika dari penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1. BAB I: Pendahuluan

Berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, indentifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut uraian tiap bagian dari bab pendahuluan yaitu, sebagai berikut:

a. Latar Belakang Masalah

Menggambarkan alasan rasional pentingnya dilakukan penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan juga beberapa pendekatan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

b. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berisi tentang beberapa permasalahan yang terjadi dan pertanyaan yang sekiranya perlu untuk dijadikan permasalahan serta untuk membatasi masalah yang hendak diteliti selanjutnya.


(25)

c. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berisi tingkat pencapaian yang hendak ditempuh saat melakukan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

d. Manfaat Penelitian

Berisi tentang gambaran berupa outcome setelah melakukan penelitian yang hendak diberikan oleh peneliti.

2. BAB II: Kajian Pustaka

Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka ditunjukan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dam kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

3. BAB III: Metode Penelitian

BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian. Adapun isi dari metode penelitian ini adalah lokasi dan subjek penelitian, yang mana subjek penelitiannya yaitu di SMPN 14 Bandung, tepatnya di kelas VIID. Adapun desain penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), disamping itu teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi literatur.

4. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri atas dua hal utama yaitu:

a. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian.


(26)

14

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

5. BAB V: Simpulan dan Saran

Bab simpulan dan saran menyajikan penafsiaran dan pemaknaan peneliti tehadap hasil analisis temuan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 14 Bandung. Sekolah ini berlokasi di Jl. Lapangan Supratman No.8 Kel. Cihapit Kec. Bandung wetan Kota Bandung 40114. Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandung adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri yang berada di Kota Bandung merupakan salah satu Sekolah Standar Nasional di Kota Bandung.

Penelitian ini akan akan dilaksanakan di kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung, pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 40 anak. kelas ini dijadikan tempat penelitian karena peneliti sebelumnya telah melakukan pra penelitian dan menemukan permasalahan mengenai aktivitas belajar siswa dikelas VIID SMP Negeri 14 Bandung.

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dan menentukan di dalam penelitian. Oleh karena itu, subjek penelitian harus ditentukan sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data. Arikunto (2010, hlm. 188) memberikan pengertian bahwa subjek penelitian adalah “subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti”.

Subjek penelitian dilakukan kepada beberapa responden atau informan. Hal ini dilakukan supaya ada perbandingan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain. selain itu juga penulis memperoleh informasi dari informan yang lain yang dapat menambah dan memperkuat data. Adapun yang menjadi subyek penelitian untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(28)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

1. Guru PKn kelas VII, sebagai orang yang mengajar di kelas VII yang tentunya mengetahui kondisi belajar siswa di kelas.

2. Siswa kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung, sebagai subjek penerima tindakan kelas dalam pelaksanaan pembelajaran PKn.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012, hlm.9), Metode Penelitian kualitatif adalah:

Penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis deduktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kuailtatif lebih menekankan makna dari segala generalisasi.

Demikian juga dengan pendapat Bogdan dan Biklen (dalam Arikunto, 2010, hlm.24) mengatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti sangat penting kedudukannya. Oleh karena, penelitian adalah studi kasus, maka segala sesuatu akan sangat tergantung pada kedudukan peneliti”. Begitu penting dan keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan terhadap permasalahan dan subjek penelitian, dapat dikatakan bahwa peneliti melekat erat dengan subjek penelitian. Itulah sebabnya dalam penelitian kualitatif ditungtut adanya pengamatan mendalam (In-dept interview).

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat aktivitas belajar siswa di Kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam proses pembelajarannya. Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti berusaha objektif dalam memperoleh data dan informasi secara terperinci terkait tingkat aktivitas siswa belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question di SMP Negeri 14 Bandung khususnya dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(29)

Selain menggunakan pendekatan kualitatif, juga diperlukan pendekatan kuantitatif. Mengenai pendekatan kuantitatif, Sugiyono (2009: 7) mengemukakan bahwa “data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan statistik.” Analisis data kuantitatif disini, hanyalah statistik sederhana yaitu mempersentasekan peningkatan aktivitas siswa terhadap konsep dari siklus satu ke siklus berikutnya.

2. Metode Penelitian

Menurut Daniel dan Wasriah (2001, hlm.61) metode pada dasarnya merupakan “alat yang digunakan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan Metode penelitian menurut Sugiyono (2012, hlm.2) pada dasarnya merupakan “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas.

Menurut Arikunto (dalam Suyadi, 2012, hlm.18) menjelaskan Pengertian Tindakan Kelas secara lebih sistematis.

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodelogi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati.

b. Tindakan adalah gerakan yang di lakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.

c. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.

Dari ketiga pengertian di atas, yakni penelitian, tindakan, dan kelas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah


(30)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Metode ini dipilih karena peneliti ingin memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. PTK dapat dijadikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi didalam kelas, karena tujuan dari PTK itu adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus-temerus sehingga dapat ditemukan model pembelajaran yang terbaik dalam mengatasi permasalah pembelajaran yang terjadi di kelas VIID SMPN 14 Bandung.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Danial dan Wasriah (2001, hlm.87) pengumpulan data adalah “suatu masa yang dilakukan seorang peneliti untuk melakukan langkah-langkah atau prosedur yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pengumpulan data”. Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm.265) menyusun instrument adalah “pekerjaan penting didalam langkah penelitian. Akan tetapi, mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Sugiyono (2010, hlm.137) mengatakan:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan penelitian untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dari jumlah respondennya sedikit/kecil.

Sutrisno (dalam sugiyono, 2010, hlm.138) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut:


(31)

1) Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya

3) Bahwa interprestasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengana apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur, menurut Sugiyono (2010, hlm.140) wawancara tidak struktur adalah “wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap pengumpulan datanya”. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan.

Adapun mengenai wawancara yang dibuat, diajukan peneliti kepada siswa kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung sebagai subjek yang merasakan permasalahan yang terjadi didalam kelasnya, dan juga guru PKn sebagai pelaksana yang akan menerapkan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question.

2. Observasi

Sutrisno (dalam Sugiyono, 2010, hlm.145) mengemukakan bahwa observasi merupakan “suatu proses yang kompleks, suatu proses tersusun dari berbagai proses bilogis dan psikologis”. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Menurut Sugiyono (2010, hlm.145) dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat di bedakan menjadi participants observation (observasi berperan serta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktu dan tidak terstruktur.


(32)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

Observasi yang dipilih oleh peneliti guna menunjang penelitian ini ialah observasi terstruktur. Observasi terstruktur menurut Sugiono (2009, hlm.205) adalah “observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya”. Pemilihan observasi terbuka dalam penitian ini karena penelitian telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati dan dilakukan menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti berhubungan dengan pengamatan terkait penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran PKn di Kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung. Dengan demikian, observasi yang dilakukan peneliti adalah berkaitan dengan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan didalam kelas dalam hal aktivitas belajar siswa.

3. Studi Dokumentasi

Daniel dan Wasriah (2009, hlm.79) studi dokementasi adalah “mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian”. Informasi yang didapat ini sangat penting untuk membantu melengkapi data yang dikumpulkan.

Dokumentasi yang dapat diambil oleh peneliti berupa gambar proses pembelajaran guru di kelas, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn dan Silabus PKn , serta dokumen mengenai SMP Negeri 14 Bandung.

4. Kuesioner (Questionnaire)

Daniel dan Wasriah (2009, hlm.73) kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Alat ini berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian. Kuesioner disebut juga angket. Pertanyaan ini ada terbuka, tertutup, dan campuran.


(33)

Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup. Angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya oleh peneliti. Responden hanya memilih jawaban yang kira-kira cocok sesuai dengan pendapatnya dan tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban lain.

5. Studi Kepustakan (literature)

Daniel dan Wasriah (2009, hlm.80) Studi Kepustakaan (literature) adalah “penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian”. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan diolah dan dianalisis seperti banyak dilakukan oleh ahli sejaran, sastra, dan bahasa.

Studi kepustakan digunakan peneliti untuk membaca, mencari, dan mengkaji beberapa referensi teori-teori yang revelan dengan fokus penelitian, seperti melalui buku, jurnal, karya ilmiah, dan lainnya yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

6. Catatan Lapangan (field note)

Catatan lapangan (field note) menurut Bogdan dan Bikle dalam Moleong (2005, hlm.209) adalah “catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”.

D. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan dalam penelitian secara sistematis maka harus melalui beberapa tahapan penelitian. Tahapan penelitian tersebut ialah sebgai berikut:


(34)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian yang dilakukan peneliti yaitu memilih masalah, menentukan judul, dan menentukan lokasi penelitian. Pada tahap ini, penulis mencoba menyusun rancangan penelitian terlebih dahulu yang tertuang dalam proposal penelitian dan berisikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian lokasi serta subjek penelitian. Tujuannya yaitu untuk menyesuaikan antara kebutuhan dan kepentingan fokus penelitian.

Dalam tahap pra penlitian ini juga peneliti melaksanakan studi pendahuluan. Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran secara umum tentang masalah yang akan diteliti.

2. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap ini disebut juga tahap pra lapangan. Pada tahap ini, peneliti mencoba mengajukan rancangan (proposal) penelitian. Selanjutnya proposal penelitian tersebut diseminarkan dihadapan dosen penguji untuk mendapatkan koreksi, masukan dan sekaligus perbaikan hingga mendapatkan pengesahan dan persetujuan dari Ketua tim pengembangan skripsi, yang selanjutnya merekomendasikan untuk memndapatkan pembimbing skripsi.

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (observasi awal) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2014 untuk melihat lebih jauh apa yang menjadi masalah di dalam pembelajaran di kelas serta untuk mengetahui kondisi lapangan yang sesungguhnya. Hal pertama yang dilakukan adalah menandatangi guru mata pelajaran PKn untuk memperoleh informasi mengenai jalannya proses pembelajaran dikelas. Kedua, peneliti melakukan observasi kelas (classroom observation) untuk melihat proses pembelajaran di kelas secara langsung. Ketiga, melakukan pertemuan balikan (feedback conference) untuk mengadakan perencanaan bersama (planning conference) antara guru PKn dengan peneliti untuk membicarakan materi yang akan disampaikan, fokus yang akan diobservasi


(35)

berdasarkan kriteria-kriteria yang disepakati bersama serta waktu dan tempat kegiatan observasi akan dilaksanakan.

3. Pelaksanaan Penelitian a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan pembicaraan nonformal dengan guru dan melakukan wawancara peratama tentang penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team melalui keterampilan bertanya probing question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Guru mitra sepakat untuk menerapkan model pembelajaran tersebut dengan langkah-langkah yang sudah disiapkan oleh peneliti. Setelah itu peneliti dengan guru mitra merencanakan tentang kelas yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu kelas VIID.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti akan mengadakan wawancara dengan siswa dan guru tentang pembelajaran yang selama ini dilakukan serta tentang penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team melalui keterampilan bertanya probing question untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Kemudian metode ini akan menggunakan tiga siklus.

E. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Adapun untuk penjelasan prosedur penelitian tinadakan kelas dalam tiap siklus adalah:

1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi awal dan wawancara dengan guru PKn. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan, menentukan pokok bahasan, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan skenario pembelajaran, menyiapkan sumber belajar, dan membuat lembar observasi untuk digunakan dalam penelitian tindakan kelas.


(36)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Suyadi (2012, hlm.62) Pelaksnaan adalah “menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak d kelas”. Pada tahap ini tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa.

Pada tahap ini pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

3. Pengamatan (Observing)

Supardi (dalam Suyadi, 2012, hlm.63) observasi adalah “alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data (wawancara/angket/observasi, dan lain-lain).

Pengamatan dilakukan pada saat tindakan dilaksanakan, pengamatan dilakukan dengan memakai lembar observasi, peneliti mencatat setiap kejadian yang berlangsung. Sehingga peneliti dapat memperoleh data yang akurat, yang dapat dijadikan sebagai masukan untuk siklus berikutnya.

4. Refleksi (Reflecting)

Suyadi (2012, hlm.64) refleksi adalah “kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan”. Refleksi juga disebut dengan istilah memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya.

Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan, kemudian mengadakan pertemuan dengan observer untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, RPP, dan lain-lain untuk memperbaiki kegiatan belajar disiklus berikutnya.


(37)

5. Siklus

Suyadi (2012, hlm.65) siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan hingga pada evaluasi. Dalam hali ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam PTK adalah suatu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK. Arikunto (dalam Suyadi, 2012, hlm.50) memberikan contoh model tahapan-tahapan pelasnaan PTK, yaitu sebagai berikut:

Bagan 3.1 Arikunto (dalam Suyadi, 2012, hlm.50) Model Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

Pelaksanaan


(38)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm.244) menyatakan bahwa:

Melakukan analisis adalah pekerjaan sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono, 2010, hlm.244) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat dinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesei dilapangan. Dalam hal ini Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm.245) menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.


(39)

1. Analisis Sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama dilapangan.

2. Analisis Data di Lapangan Model Miles and Huberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesei pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu sebagai berikut: a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi merupakan langkah awal dalam menganalisis data, kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari, ditelaah, dan di pahami maka peneliti membuat rangkuman. Rangkuman ini merupakan inti dari data yang diperoleh yang difokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan permasalahan.

Dari langkah ini, peneliti dapat melakukan reduksi data dengan merangkum dan memilih hal-hal penting terkait dengan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas, dengan metode dan model yang akan diterapkan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Display data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya. Dengan mendisplay data, maka akan


(40)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan/Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk mencari makna yang sesungguhnya dari data yang telah dikumpulkan dilapangan, sehingga peneliti berharap mendapatkan penemuan-penemuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

G. Validitas Data

Validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Digunakan untuk membuktikan apa yang telah damati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya yang ada di lapangan, maka peneliti melakukan validasi data.

Pada tahap ini peneliti menyeleksi data untuk mempelajarai data yang terdapat pada jawaban dari hasil wawancara sehingga dapat mengetahui kelengkapan data untuk pengolahan. Hasil penelitian kualitatif sering sekali diragukan karena tidak memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu menurut Sugiyono (2012, hlm.270) ada cara untuk melakukan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut:

1. Uji Kredibilitas

Sugiyono (2012, hlm. 270) menyatakan bahwa uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan:

a. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjang pengamatan berarti penelitian kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjang pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak


(41)

lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

Peneliti akan mengetahui kedaan secara mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data, baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri ataupun oleh subjek penelitian.

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan ibarat kita mencek pengerjaan soal-soal ujian, atau meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Tujuan dari triangulasi adalah mengecek data kebenaran tertentu dengan membandingkan data-data yang diperoleh, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi-informasi yang diberikan oleh siswa dengan informasi yang diberikan oleh guru. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan diri dari berbagai teknik penelitian dan pengumpulan data yang sudah ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil observasi, kemudian peneliti melakukan pengecekan terhadap jawaban yang diperoleh dengan menanyakan kembali kepada guru mata pelajaran PKn.


(42)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya

d. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi, tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Aktivitas belajar siswa seperti melaksanakan tugas belajaranya, terlibat dalam proses pemecahan masalah, aktif dalam bertanya, kerja sama dalam diskusi kelompok, berani mengungkapkan pendapat, dan berani mengambil keputusan mengalami peningkatan dibandingkan pada observasi awal. 2. Kesimpulan Khusus

a. Perencanaan yang dilakukan guru dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question yaitu meliputi penyusunan silabus dan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran active learning tipe quiz team. Pelaksanaan tindakan ini hanya dilaksanakan sampai 3 siklus, karena dalam siklus ke III peneliti menganggap bahwa pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah mencapai hasil yang diharapkan dan terdapat pengaruh positif dilihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa terhadap proses pembelajaran dan kualitas belajar siswa. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question, dituntut untuk membuat perencanaan yang baik, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan serta tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn dapat tercapai.


(44)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn

b. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question guru mampu melaksanakan dengan baik, selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam mengajar untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Guru mampu memberikan perhatian yang khusus kepada siswa-siswa yang sebelumnya pasif, sehingga siswa terdorong untuk aktif dalam pembelajaran, memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran, membuat siswa lebih semangat dan termotivasi dalam pembelajaran, serta keterampilan bertanya probing question yang dilakukan oleh guru membuat siswa lebih terdorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya. Respon yang diberikan oleh siswa terhadap pertanyaan menggali ini pun sudah baik. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question dapat terlaksana dengan baik dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn semakin meningkat.

c. Hasil Penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas VIID SMP Negeri 14 Bandung, hal ini dapat terlihat dari hasil pembelajaran setiap siklusnya yang telah mengalami peningkatan baik dari aspek model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question maupun aktivitas belajar siswa yaitu:

1) Meningkatnya minat dan rasa ingin tahu siswa yang lebih terhadap pembelajaran PKn. Hal ini didukung karena dari proses belajar yang kondusif, tidak membosankan dan menarik sehingga siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran PKn.

2) Meningkatnya kerja sama siswa dalam berdiskusi kelompok, siswa ditungtut untuk mampu memecahkan masalah, berani mengambil keputusan untuk menjawab pertanyaan dalam quiz team.

3) Meningkatnya aktivitas belajar siswa, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan, memperhatikan, dan


(45)

melaksanakan tugas belajarnya. Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I, II, dan III mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum diterapkannya model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question dimana aktivitas belajar siswa di kelas VIID rendah. Pada siklus I mencapai skor 58% termasuk dalam kategori “Cukup”, siklus II mencapai skor 75% yang termasuk dalam ketogri “Baik”, dan siklus III mencapai skor 86% yang termasuk dalam kategori “Sangat Baik”. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa setiap siklusnya ada peningkatan yang sangat baik.

4) Keterampilan bertanya probing question yang dilakukan oleh guru membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Dengan pertanyaan menggali, siswa terdorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya.

d. Penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question yang telah dilaksanakan selama 3 siklus, dalam pelaksanaannya tidak lepas dari kendala. Dimana kendalanya yaitu:

1) Kurang optimalnya guru dalam menerapkan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question, hal ini dikarenakan guru baru pertama kali menerapakan model pembelajaran ini dalam pembelajaran.

2) Kurang optimalnya guru dalam melakukan pengelolaan kelas sehingga suasana kelas kurang kodusif.

3) Diawal siklus guru kurang memberikan pemahaman secara detail tentang model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question sehingga banyak siswa kurang paham dan kebingungan dalam melaksanakan permainan quiz team.

4) Partisipasi belajar siswa masih kurang, hal ini dapat dilihat masih ada siswa yang mengobrol dan tidak memperhatikan.


(46)

Yusep Hadiansyah, 2015

Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn

5) Kurangnya kesiapan siswa dalam bermain quiz team, hal ini bisa dilihat siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan.

6) Hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam kelompok.

7) Keterbatasan waktu, dalam permainan quiz team memerlukan waktu yang cukup banyak sehingga dalam penerapannya disini guru ditungtut harus bisa mengefektifkan waktu dalam proses pembelajaran.

8) Guru kurang memberikan apresiasi sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran.

e. Upaya untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question pada pembelajaran PKn yang dilaksanakan dikleas VIID SMP Negeri 14 Bandung adalah sebagai berikut:

1) Guru berusaha memahami dengan benar tentang makna dan langkah-langkah pembelajaran quiz team, sehingga guru dapat memberikan pengarahan yang jelas dan sistematis kepada siswa terhadap aturan main dalam pembelajaran quiz team.

2) Guru senantiasa meningkatkan kemampuan secara optimal dengan menambah wawasan ilmu pengetahuan baik tentang metode pembelajaran, cara pengelolaan kelas, materi pembelajaran, maupun dalam keterampilan dasar mengajar.

3) Guru berusaha menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar lebih berani untuk aktif dalam pembelajaran.

4) Guru mengembangkan format RPP.

5) Guru memberikan reward atas keberanian siswa, agar siswa lebih termotivasi lagi untuk aktif dalam pembelajaran.

6) Guru memfasilitasi siswa untuk aktif dalam bertanya maupun berpendapat.


(1)

5) Kurangnya kesiapan siswa dalam bermain quiz team, hal ini bisa dilihat siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan.

6) Hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam kelompok.

7) Keterbatasan waktu, dalam permainan quiz team memerlukan waktu yang cukup banyak sehingga dalam penerapannya disini guru ditungtut harus bisa mengefektifkan waktu dalam proses pembelajaran.

8) Guru kurang memberikan apresiasi sehingga siswa kurang termotivasi dalam

pembelajaran.

e. Upaya untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question pada pembelajaran PKn yang dilaksanakan dikleas VIID SMP Negeri 14 Bandung adalah sebagai berikut:

1) Guru berusaha memahami dengan benar tentang makna dan langkah-langkah

pembelajaran quiz team, sehingga guru dapat memberikan pengarahan yang jelas dan sistematis kepada siswa terhadap aturan main dalam pembelajaran quiz team.

2) Guru senantiasa meningkatkan kemampuan secara optimal dengan menambah

wawasan ilmu pengetahuan baik tentang metode pembelajaran, cara pengelolaan kelas, materi pembelajaran, maupun dalam keterampilan dasar mengajar.

3) Guru berusaha menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar lebih berani untuk

aktif dalam pembelajaran.

4) Guru mengembangkan format RPP.

5) Guru memberikan reward atas keberanian siswa, agar siswa lebih termotivasi lagi untuk aktif dalam pembelajaran.

6) Guru memfasilitasi siswa untuk aktif dalam bertanya maupun berpendapat.


(2)

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Akan tetapi, diharapkan guru dapat mengembangkan dan mengimplementasikan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question agar aktivitas belajar siswa dapat dipertahankan ataupun lebih ditingkatkan lagi.

b. Guru diharapkan dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran

yang kreatif, inovatif, dan variatif agar mampu menumbuhkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

c. Keberhasilan guru dalam pembelajaran salah satunya ditentukan oleh kemampuan

guru dalam menguasai keterampilan dasar mengajar salah satunya adalah keterampilan bertanya probing question hal ini dilakukan agar mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Walaupun siswa sudah mengalami peningkatan aktivitas belajar melalui model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question alangkah baiknya siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar PKn misalnya dengan membaca, dan memahami materi dari buku ajar siswa ataupun dari berbagai sumber yang lainnya seperti televisi, internet, koran, dan lain-lain.

b. Siswa diharapkan selalu meningkatkan minat dan motivasi belajar yang lebih baik lagi, sehingga mampu mengikuti dan menerima pelajaran dengan baik dari guru, sebagai upaya untuk mencapai hasil yang maksimal.


(3)

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya sekolah memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada guru untuk berekpresi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan model pembelajaran yang akan ditetapkan di sekolah. Selain itu pihak sekolah dapat lebih mengontrol ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dimana ada sistem kontrol yang terarah dari lembaga sekolah. Dan hendaknya memfasilitasi proses pembelajaran berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pendidik maupun siswa dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Mengingat aktivitas belajar itu sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran active learning tipe quiz team dengan keterampilan bertanya probing question dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa atau untuk meningkatkan kompetensi PKn yang lainnya pada tingkat kelas dan materi yang berbeda, dan juga lebih memperdalam ketajaman analisis yang digunakan dalam penelitian, dan penelitian lebih mendalam mengenai teori-teori yang akan dilaksanakan.

5. Bagi Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

a. Lebih memperbanyak dan memperluas mengenai pemberian pengetahuan model pembelajaran, untuk bekal mengajar kelak jika sudah menjadi guru yang sesungguhnya.

b. Memberikan sarana dan prasarana yang menunjang bagi mahasiswa untuk bisa berkreasi dan mengembangkan model model pembelajaran yang diterapkan disekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suhasirmi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Putra. Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Cogan, JJ. (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education.

Bandung: Ciced.

Danial, E. dan Wasriah. (2009). Metode penulisan karya ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Daryanto. 2005. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. (2013). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta. Djahiri, A. Kosasih. (1985). Strategi Pembelajaran Efektif Nilai Moral VCT dan

game dalam VCT. PMKN. FPIPS IKIP Bandung.

Djahir, Kosasih (2007). Dasar-dasar Metodelogi Pengajaran. Bandung: Lab. PKn UPI Bandung.

Erwin, Muhamad. (2012). Pendidikan Kewarganegraaan Republik Indoensia. Bandung: Rifika Aditama.

Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hartono, dkk (2012). PAIKEM. Riau: Zanafa Publishing.


(5)

Komalasari, (2010). Pembelajaran Kontekstual. Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Marno, 2008. Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Meleong, L. (2014). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: PT Fajar Interpertama.

Rosalia, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia,

Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung. Alfabeta

Sadirman, A. M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali. Silberman. (2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Somantri, Muhamad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.

Bandung: Rosda Karya

Sudjana, Nana. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar baru algensindo. Sugiyono. (2002). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus (2009). Cooperative Learning Teori dan Apliaksi PAKEM. Surabaya: Pustaka belajar.


(6)

Suyadi. (2012). Panduan Penelitian Tindakan Kelas.Yogjakarta: Diva Press.

Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Winataputra, U.S dan Dasim Budimansyah. 2007. Civic Education: Konteks. Landasan Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana UPI.

Winataputra. U.S. 1997. Teori belajar dan model-model pembelajaran. Dirjen dikti Depdikbud: Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instrumental

Wuryan dan Syaifullah. 2009. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Zaini, Hisyam. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Internet:

Cogan (1999).Pengertian Civic Educatian. [Online]

Tersedia: http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html. [10 Agustus 2014]

Rohman (2011). Tujuan Pendidikan. [Online]

Tersedia: https://ariefrahmans.wordpress.com/2011/12/05/masalah- pendidikan-di-indonesia/. [2 September 2014]


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih (penelitian kualitatif di MTS At-Taqwa 06 Bekasi)

0 4 196

Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Active Learning Type Quiz Team Pada Siswa Kelas V C MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta Tahun Ajaran 2013/2014

0 13 0

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

0 6 70

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 69

PENERAPAN STRATEGI CARD SORT KOLABORASI TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Strategi Card Sort Kolaborasi Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran PKN Di Kelas VIII A SMP Muhammadiyah

0 2 18

PENERAPAN STRATEGI CARD SORT KOLABORASI TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM Penerapan Strategi Card Sort Kolaborasi Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran PKN Di Kelas VIII A SMP Muhammadiyah

0 2 15

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK Penerapan Strategi Pembelajaran Team Quiz Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Gerak Pada Tumbuhan Siswa Kelas VIII G SMP Muhammadiya

0 1 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

4 8 40

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE PEER LESSON PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI NGEMPLAK.

0 0 221