Keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih (penelitian kualitatif di MTS At-Taqwa 06 Bekasi)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ZULHANI RISOVI

NIM: 109011000118

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus pada penelitian kualitatif berarti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada guru pengampu mata pelajaran fiqih serta peserta didik kelas VII-1 di MTs At-Taqwa 06 Bekasi.

Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian berupa informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran fiqih dan aktivitas belajar siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di MTs At-Taqwa, kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih berlangsung selama 2 X 40 menit (2 jam pelajaran), dimulai pada pukul 13.15-15.00 WIB dan jumlah siswa di kelas VII-1 sebanyak 25 siswa. Guru pengampu mata pelajaran fiqih adalah Bapak Ahmad Suhaimi S. Ag. Pada setiap pertemuan siswa mendapatkan materi yang kemudian pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan dan pretest guna mengetahui sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan diakhir pembelajaran guru memberikan posttest guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.

Berdasarkan pengamatan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya guru merupakan aktivitas yang paling sering dan paling penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat untuk mengajar. Karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban siswa. Pemberian pertanyaan akan membantu siswa belajar secara mental dan lebih sempurna dalam menerima informasi sehingga siswa turut aktif selama proses pembelajaran.


(6)

v

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul ”Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih” ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, do’a dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua kesulitan dan hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

3. Drs. Masan AF, M.Pd. Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.

4. Ubaidillah, S.Ag. Kepala sekolah MTs At-taqwa 06 Bekasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.


(7)

vi

bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

7. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

8. Kakakku Siti Riyani S.Pd.I beserta suami & anak, aaku Sofyan Yavin S.pd.I beserta istri & anak, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.

9. Sirru qolby (My Sun) yang selalu setia menemani, memotivasi, serta memberi keceriaan yang mampu menghibur hatiku dan memberikan arahan yang tepat untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009, kelas C dan Fiqih A. Terimakasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya.

11. Sahabat-sahabat (The Finger) yang selalu menemani penulis baik suka maupun duka.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta perhatian yang luar biasa.

Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini, mohon di maafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.

Jakarta, 13 Maret 2014


(8)

vii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A.Keterampilan Bertanya Guru ... 12

1. Pengertian Keterampilan Bertanya ... 12

2. Komponen Keterampilan Bertanya ... 14

3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya ... 16

4. Jenis-jenis Pertanyaan ... 17

5. Macam-macam Pertanyaan ... 22

6. Teknik-teknik Bertanya ... 23

7. Fungsi Pertanyaan ... 25

8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan ... 26

B. Metode Tanya Jawab ... 27


(9)

viii

C.Aktivitas Belajar ... 33

1. Pengertian Aktivitas Belajar ... 34

2. Prinsip-prinsip Aktivitas ... 38

3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar ... 39

4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 44

D.Fiqih ... 45

1. Pengertian Fiqih... 45

2. Dasar-dasar Fiqih... 47

E. Penelitian yang Relevan ... 48

F. Kerangka Berpikir ... 49

G.Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A.Metode dan Desain Penelitian ... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

C.Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Observasi ... 53

2. Dokumentasi ... 55

3. Wawancara ... 56

D.Instrumen Penelitian ... 58

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 63

F. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Data ... 67

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS At-Taqwa 06 Bekasi ... 69


(10)

ix

b. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar ... 73

c. Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut ... 74

2. Aktivitas belajar Fiqih Siswa ... 74

3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V PENUTUP ... 97

A.Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(11)

x

Tabel 2 Pedoman Wawancara Guru Fiqih ... 58

Tabel 3 Pedoman Wawancara Siswa kelas VII-1 ... 61

Tabel 4 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-1 ... 79

Tabel 5 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-2 ... 83

Tabel 6 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-3 ... 85


(12)

xi

Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa Lampiran 3 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru Lampiran 4 Foto Wawancara dengan Guru Fiqih

Lampiran 5 Berita Wawancara Siswa

Lampiran 6 Foto Wawancara dengan Siswa Kelas VII-I Lampiran 7 Berita Wawancara Guru

Lampiran 8 Lembar Instrumen Aktivitas Belajar Fiqih Siswa

Lampiran 9 Lembar Pengamatan (observasi) Keterampilan Bertanya Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 10 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah Lampiran 11 Foto Profil Lembaga Sekolah

Lampiran 12 Lembar Uji Referensi Lampiran 13 Surat keterangan Observasi


(13)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembangunan yang sangat penting. Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakatnya. Sangat wajar jika kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa besar perhatian bangsa tersebut terhadap pendidikan.

Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an.



















Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah: 11)1

Islam telah mewajibkan bagi setiap pengikutnya untuk menuntut ilmu seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:

1

Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung


(14)

Artinya: “Menuntut ilmu itu kewajiban atas setiap orang muslim laki-laki maupun muslim perempuan.” (Ibnu Abdul Bari)

Adapun tujuan dari pendidikan Nasional adalah membangun bangsa dan negara Indonesia lebih baik sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan melalui proses pembelajaran, dimana setiap komponen saling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.3

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu mendapatkan hasil yang baik.4 Sebagai seorang guru hendaknya juga mampu memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa sehingga siswa

2

Lampiran SISDIKNAS 20 Tahun 2003, h. 3. 3

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam

Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), Cet. I, h. 131.

4

Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. I, h.


(15)

yang menjadi tanggung jawab seorang guru di kelas merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama kepada suluruh siswa tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan secara matang dalam setiap rencana pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan sempurna.

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak terlihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan, kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-angguk kepala itu bukan karena ia memperhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru, akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa. Siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar, karena tidak menampakkan gejala-gejala perubahan tingkah laku. Sebaliknya, manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memperhatikan, misalnya ia kelihatan mengantuk dengan menundukkan kepala dan tidak pernah memandang muka guru, belum tentu mereka tidak sedang belajar. Mungkin saja otak dan pikirannya sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya ia bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Berdasarkan adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, maka kita yakin bahwa sebenarnya ia sudah melakukan proses belajar.5

Di kalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam menjelaskan dan mendefinisikan tentang makna belajar (learning). Namun baik secara eksplisit maupun implisit, pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah satu definisi yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.6

5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), Cet.

V, h. 112-113. 6

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. I, h.


(16)

Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan), dan knowledge (pengetahuan).

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik. 7

Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar. 8

Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya mata pelajaran fiqih selama ini secara umum tidak kunjung berubah. Pembelajaran secara konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta didik. Siswa juga dibiasakan dengan budaya diam sejak pendidikan terendah

7

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131. 8


(17)

sehingga mereka tidak berani mengutarakan pendapat ataupun bertanya. Hal ini akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang diberikan guru di depan kelas, tidak konsentrasi, mengobrol, atau mengerjakan tugas pelajaran lain.

Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasinya siswa salah satu caranya dengan merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam dunia pendidikan kita, siswa belum banyak terrangsang untuk mengajukan pertanyaan dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak terlatih dalam mengajukan pertanyaan, siswa kurang percaya diri dengan konsep yang dimilikinya atau siswa tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu guru juga dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing keaktifan siswa. Pertanyaan biasanya diajukan oleh guru pada saat awal memulai pelajaran dan akhir pelajaran. Pertanyaan biasanya dijawab oleh anak tertentu saja, tidak semua turut aktif dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru, hanya terlihat beberapa siswa saja yang aktif mengajukan pertanyaan.

Dalam proses pembelajaran strategi yang ditetapkan oleh guru di kelas hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan tidak belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari teman, orang tua ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan dimana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya menerima saja.

Di dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peran penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru diharapkan dapat mengelola kelas dengan baik dan menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan. Sayangnya sebagian besar guru hanya menggunakan metode ceramah saja, dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menanggapi pelajaran secara leluasa. Akibatnya peserta didik merasa jenuh


(18)

dalam belajar bahkan sebagian peserta didik tidak memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Mereka bercanda dan mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada diantara mereka yang asyik bermain dengan mainannya, seperti menggambar, gangsing, dan sebagainya.

Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keutuhan delapan keterampilan mengajar tersebut di atas merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

Setiap keterampilan mengajar memilki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. Termasuk keterampilan teknik bertanya guru atau keterampilan bertanya siswa akan berpengaruh terhadap kesegaran proses pembelajaran. Oleh karenanya siswa harus menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah motivasi untuk belajar, mengembangkan ide dan gagasan yang dimiliknya.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.9

Kita semua belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang kita tanyakan dan dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kita. Kita punya pertanyaan yang ingin ada jawabannya, kita punya pertanyaan yang terkadang takut untuk ditanyakan, dan terkadang orang menanyakan sesuatu kepada kita yang kita tidak

9

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi


(19)

tahu jawabannya. Mungkin ada banyak pertanyaan yang kita harapkan tidak akan ditanyakan orang kepada kita, dan ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tahu tidak boleh kita tanyakan kepada orang lain tapi tetap kita tanyakan karena manusia pada dasarnya inginnya selalu tahu. Orang bertanya untuk mendapatkan informasi, untuk meningkatkan pemahaman, dan bahkan untuk menarik perhatian. Sebagian pertanyaan yang ditanyakan mengagetkan, dan sebagian jelas pertanyaan ada yang salah. Terkadang guru terlalu memperhatikan jawaban sehingga mereka melewatkan pentingnya pertanyaan, menanyakan pertanyaan yang benar dan mendengarkan serta mempelajari pertanyaan yang ditanyakan para siswa mereka. 10

Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong siswa berpikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman siswa. Pertanyaan bisa diberikan dalam suatu rangkaian cepat untuk membahas ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa. Mempelajari seni bertanya pertanyaan yang tepat di waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat bisa merupakan salah satu dari aspek-aspek mengajar yang paling menantang.11

Alasan penulis mengambil pembelajaran fiqih karena pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi seorang muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).

10

Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. I, h. 369.

11


(20)

Dalam pembelajaran fiqih di kelas VII sering kali siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga siswa apabila diberi kesempatan untuk bertanya oleh gurunya hanya diam saja, ketika diberikan tugas tidak dapat menjawabnya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Kurangnya minat siswa untuk bertanya biasanya karena mereka malu dan takut kalau pertanyaannya kurang enak untuk didengar, walaupun mereka mungkin mempunyai pertanyaan yang sangat penting. Ada kesan yang penting bagi mereka lulus tes. Padahal keberanian dan kemampuan bertanya sangat penting. Tanpa adanya suatu pertanyaan dalam pembelajaran maka dapat dikatakan proses pembelajaran tersebut tidak berhasil karena tidak membuat siswa aktif.

Guru hendaknya tidak menganggap remeh mengenai teknik bertanya dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa pertanyaan berkualitas dan berwibawa yang dilontarkan oleh guru kepada siswa atau siswa yang bertanya kepada guru dapat menuntut proses pembelajaran itu berwibawa dan membuat peserta didik menjadi lebih aktif di kelas. Peserta didik merasa nyaman, aman dan tentram sehingga menjadi lebih terarah dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut.

Dari latar belakang tersebut di atas penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa 06

Bekasi”

B.

Identifikasi Masalah

Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau proses di kelas Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi dan perhatian siswa serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah digunakan dengan melihat prestasi siswa).


(21)

Dari uraian yang dipaparkan, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi di antaranya adalah:

1. Kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran. 2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Pada saat pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang mengobrol, main hand phone dan melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannnya dengan pembelajaran fiqih.

4. Kurangnya siswa dalam memberikan respon terhadap metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru fiqih.

5. Siswa cenderung tidak aktif dan kurang berani bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran fiqih.

6. Masih rendahnya siswa yang bertanya selama proses pembelajaran yang menyebabkan masih rendahnya keterampilan bertanya siswa karena siswa tidak terlatih untuk bertanya.

7. Guru kurang terampil dalam melontarkan pertanyaan kepada siswa.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, penggunaan keterampilan bertanya sering digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan lebih jelas pembahasannya, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Keterampilan guru yang diteliti pada penelitian ini adalah keterampilan bertanya, yaitu teknik keterampilan bertanya di kelas pada materi yang telah diajarkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lebih terarah yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun keterampilan bertanya pada penelitian ini dibatasi melalui metode tanya jawab.

2. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa yang dilakukan di dalam kelas atau selama proses pembelajaran berlangsung (seperti; bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan


(22)

pendapat, diskusi, menanggapi pertanyaan, mencatat penjelasan guru, mengerjakan tugas, dan berani atau bersemangat).

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas VII di MTS At-Taqwa 06 Bekasi. 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII dengan keterampilan bertanya

pada mata pelajaran Fiqih di MTS at-taqwa 06 Bekasi.

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana guru mendeskripsikan tekhnik keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-Taqwa 06 Bekasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-Taqwa 06 bekasi.

F.

Manfaat Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis sebagai mahasiswa maupun lembaga pendidikan, berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:

1. Bagi penulis adalah dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan sebagai salah satu syarat dalam menyelasaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan


(23)

khususnya pengetahuan tentang penggunaan keterampilan bertanya serta pengaruhnya dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa.

2. Bagi siswa adalah sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar, mengembangkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran fiqih untuk mencapai prestasi yang lebih baik, meningkatkan pemahaman siswa, siswa ikut berperan aktif di dalam kelas, dan dapat memberikan arahan bimbingan kepada siswa pada proses pembelajaran di kelas dalam merespon pertanyaan serta menguasai konsep-konsep ilmu yang diajarkan.

3. Bagi guru adalah sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam penerapan keterampilan bertanya dan sebagai upaya memperkaya model pembelajaran sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fiqih.

4. Bagi sekolah adalah hasil penelitian ini diharapkan daapat digunakan sebagai upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran serta dapat mengetahui penggunaan keterampilan bertanya yang efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar Fiqih siswa.


(24)

12

A.

Keterampilan Bertanya Guru

1. Pengertian Keterampilan Bertanya

Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan.1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengajukan pertanyaan. Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi:103









Artinya: “Katakanlah, apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang -orang yang paling merugi perbuatannya?"2

Pertanyaan ini pasti menraik orang-orang yang mendengarnya untuk segera mengetahui tentang orang-orang yang rugi dalam pekerjaan mereka. Kemudian Allah SWT baru menjelaskannya dalam Q.S Al-Kahfi:104







Artinya: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”3

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya berasal dari tanya yang berarti meminta diberikan keterangan penjelasan dan sebagainya. Sedangkan

1

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I,

h. 235. 2

Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung

Harapan), h. 417. 3


(25)

keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan cekatan.4

Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan.5

Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.

Keterampilan bertanya adalah ucapan herbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.6

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir setiap tahap pembelajaran dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.

Menurut Syaiful Bahri Dzamarah, dalam bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”, menjelaskan tujuan keterampilan bertanya antara lain:

a. Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik b. Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu

c. Mengembangkan belajar secara aktif d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa

e. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa.7

Menurut Moh. User Usman memberikan dasar-dasar pertanyaan yang baik yang harus diperhatikan, diantaranya:

a. Jelas dan mudah untuk dimengerti.

b. Diberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.

d. Membagi pertanyaan secara merata.

4

Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya, PT. Apollo,1997). 5

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT

Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 284. 6

J.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.

XI., h. 62. 7

Syaiful Bahri Dzamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaaksi Edukatif, (Jakarta: PT


(26)

e. Memberikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.

f. Menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar.8

g. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.9

Menurut Rusman Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus diperhatikan guru antara lain:

a. Berikan pertanyaan secara hangat dan antusias kepada siswa di kelas. b. Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan.

c. Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu. d. Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk

berpikir.

e. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.10

2. Komponen Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.

a. Keterampilan Dasar

Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar bertanya meliputi:

1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.

2) Pemberian acuan: supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi yang menjadi acuan pertanyaan.

3) Pemusatan ke arah jawaban yang diminta: pemusatan dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.

4) Pemindahan giliran menjawab; pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama.

8

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2006),

cet. XI, h. 75. 9

Rusman, Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 82. 10


(27)

5) Penyebaran pertanyaan: untuk maksud tertentu guru dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu, atau menyebarkan respons siswa kepada siswa yang lain.

6) Pemberian waktu berpikir: dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merespons pertanyaan. 7) Pemberian tuntunan: bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam

menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.11

b. Keterampilan Lanjutan

Komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya lanjut adalah:

1) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan; untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi).

2) Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis.

3) Melacak: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.

4) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar siswa.12

11

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.

XI, h. 62. 12

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.


(28)

3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya

Adapun tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam bentuk setiap pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe pertanyaan yaitu:

a. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya ingat siswa terhadap sesuatu yang pernah dipelajarinya.

b. Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya pikir analisis dan sintesis.

c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan atau membuat perkiraan-perkiraan.

d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan mengembangkan dan melatih kemampuan daya analisis.

e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan berfikir secara teratur.

f. Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan untuk memberikan penegasan dan meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan pertanyaan retorika yang tidak perlu mendapat jawabannya.

Syarat pertanyaan yang harus diperhatikan agar pertanyaan yang diajukan kepada siswa mendapat respon yang baik adalah:

a. Pertanyaan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya (siswa).

b. Pertanyaan diajukan secara klasikal, berikan waktu untuk berpikir kemudian baru diajukan salah seorang yang diminta untuk menjawabnya. c. Beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk


(29)

d. Penunjukkan siswa yang diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan atau sistematis, akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawabnya.

4. Jenis-jenis Pertanyaan

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari: pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), dan pertanyaan menggali (probing question), sedangkan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question), pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sinestis (synthesis question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).13

Dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan. a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya

1) Pertanyaan permintaan (Compliance question), pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.

Contoh: Dapatkah Anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh seluruh kelas?

2) Pertanyaan Retorik (rhetorical question)

Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa.

Contoh:

Guru: “apakah yang dimaksud dengan mengajar?

13

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT


(30)

Mengajar adalah. . . “

3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)

Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikir.

Contoh:

Guru: “Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam strategi belajar-mengajar. Coba, Halim, manakah yang lebih tinggi derajat CBSA-annya, strategi eksporsitorik atau

heuristik?”

Halim: Diam (sedang berpikir)

Guru: “silahkan tinjau dulu dasar pengklasifikasian SBM. Nah. . . . .

bagaimana. . . Halim?”

4) Pertanyaan menggali (probing question)

Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

Contoh:

Guru: “Setelah kemarin kita bersama-sama meninjau Bendungan Karangkates, bagaimana pendapatmu tentang bendungan

tersebut, Amin?”

Amin: “sangat menarik, Pak.” Guru: “faktor apa yang menarik?” Dan seterusnya.14

b. Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom

1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question) Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan.

14

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet


(31)

Contoh:

- Apa nama ibu kota Argentina?

- Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2? - Di mana Raden Ajeng Kartini dilahirkan? 2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)

Pertanyaan ini menurut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan.

Contoh:

- Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari pariwisata?

- Informasi apa yang dapat kita peroleh dari kurva semacam ini? 3) Pertanyaan penerapan (application question)

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya.

Contoh:

- Berdasarkan batasan yang telah diutarakan tadi, maka persamaan mana yang memenuhi syarat?

- Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang termasuk protozoa?

4) Pertanyaan analisis (analysis question)

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara:

- Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.

- Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi.

- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada.


(32)

Contoh:

- Identifikasi motif:

Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya? - Menganalisa kesimpulan generalisasi:

Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat. Dapatkah saudara menunjukkan bukti-buktinya;

- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada:

Setelah kita mempelajari Perang Diponegoro, Paderi, dan Trunojoyo, maka kesimpulan apa yang dapat kita buat tentang latar belakang, motif, serta sebab-musababnya?

5) Pertanyaan sintesis (synthesis question)

Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk:

- Membuat ramalan atau prediksi:

Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka? - Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:

Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang Anda tampilan untuk mengatasinya;

- Mencari komunikasi:

Susunlah suatu karangan pendek yang menggambarkan nilai serta perasaan anda!

6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)

Pertanyaan semacam ini menghendaki ssiwa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.


(33)

- Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau sekolah terbuka? 15

c. Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran 1) Pertanyaan sempit (narrow question)

Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup, dan biasanya kunci jawabannya telah tersedia.

a) Pertanyaan sempit informasi langsung:

Pertanyaan semacam ini menuntut siswa untuk menghafal atau mengingat informasi yang ada.

Contoh:

- Berapa derajat celcius temperatur tubuh manusia yang sehat? b) Pertanyaan sempit memusat:

Pertanyaan ini menurut murid agar mengembangkan ide atau jawabannya dengan cara menuntunnya menilai petunjuk tertentu. Contoh:

- Dengan cara bagaimana agar konsep gotong-royong dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa?

2) Pertanyaan luas (broad question)

Ciri pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik sehingga masih diharapkan hasil yang terbuka.

a) Pertanyaan luas terbuka (open-ended question):

Pertanyaan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing. Contoh:

- Bagaimana caranya menanggulangi peningkatan kejahatan di kota ini?

15

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet


(34)

b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question):

Pertanyaan ini meminta siswa untuk mengadakan penelitian terhadap aspek kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih efektif bila guru menghendaki siswa untuk:

- Merumuskan pendapat, - Menentukan sikap,

- Tukar-menukar pendapat terhadap suatu issue. Contoh:

- Bagaimana pendapatmu tentang film yang diputar tadi?

- Mengapa kamu katakan pada waktu pagi lebih baik berjalan-jalan daripada melamun?

- Bagaimana pendapatmu tentang . . . (suatu issue di masyarakat).16

5. Macam-Macam Pertanyaan

Macam-macam pertanyaan menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam” dibagi menjadi 2: pertanyaan dilihat dari waktu penyampaiannya dan dilihat dari sasarannya yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran:

a. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga: 1) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang

dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. 2) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.

3) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan untuk mengulang, atau menyimpulkan materi pembelajaran.17

16

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet

XI, h. 18-19. 17

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.


(35)

b. Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertanyan ingatan dan pertanyaan pikiran:

1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah dikuasai oleh siswa. Kata tanya yang digunakan ialah: apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), dan berapa. 2) Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai

sejauhmana cara berpikir siswa dalam menanggapi suatu persoalan. Kata tanya yang digunakan ialah: mengapa dan bagaimana.18

6. Teknik-teknik Bertanya

Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan antara lain:

a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan

Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari kebiasaan-kebiasaan yang tidak bagus dalam bertanya.

b. Kecepatan dan selang waktu

Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa. Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir; sementara itu, sambil memonitor kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab.

c. Arah dan distribusi penunjukkan

Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh kelas.

18


(36)

d. Teknik reinforcement

Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik.

e. Teknik menuntun dan menggali (prompting and probing)19

Menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”,Dilihat dari segi pertanyaan teknik pertanyaan dapat dibedakan:

a. The Mixed Strategy, yakni mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis pertanyaan.

b. The Speaks Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang saling bertalian satu sama lain.

c. The Plateaus Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang sama jenisnya terhadap sejumlah peserta didik sebelum beralih kepada jenis pertanyaan yang lain.

d. The inductive Strategy, yakni dengan berbagai pertanyaan peserta didik didorong untuk dapat menarik generalisasi dari hal khusus kepada hal-hal yang umum atau dari berbagai fakta menuju hukum-hukum.

e. The Deductive Strategy, yakni dari suatu generalisasi yang dijadikan sebagai titik tolak, peserta didik diharapkan dapat menyatakan pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.20

Dengan berbagai variasi dan jenis teknik pertanyaan tersebut diharapkan proses belajar-mengajar menjadi hidup dan menarik bagi anak. Di sisi lain guru hendaknya selalu berusaha memberikan kesempatan dan dorongan kepada siswanya untuk mengajukan pertanyaan.

19

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet

XI, h. 19-20. 20

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.


(37)

7. Fungsi Pertanyaan

Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (1979) mendefinisikan 12 fungsi pertanyaan seperti:

a. Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik. b. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.

c. Menggalakkan penerapan belajar aktif.

d. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.

e. Menstruktur tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal.

f. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

g. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

h. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan.

i. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir.

j. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau pertanyaan guru.

k. Memberi kesempatan untuk belajar diskusi.

l. Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni bagi siswa.21

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

a. Kegiatan guru yang mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.

c. Mengecek pemahaman siswa. d. Membangkitkan respons pada siswa.

21

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I,


(38)

e. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. f. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.22

Hampir pada semua aktivitas belajar, dapat menerapkan questioning (bertanya) antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan pembahasan dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan memudahkan mereka memberi keseluruhan ide yang ada.23

8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan

Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa maupun guru, bahkan menguji suatu ide atau teori maupun praktek penyelenggaraannya, sesuai dengan fakta atau penalaran. Hal ini dapat memungkinkan terbentuknya sikap ilmiah. Pertanyaan dapat merangsang timbulnya kegiatan belajar. Berikut ini adalah merupakan manfaat mengajukan pertanyaan:

a. Memperluas wawasan berfikir. Jika seseorang selalu menerima suatu ide atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa yang diterima semata-mata. Tetapi jika bertanya dan mempertanyakan tentang hal itu, akan mendapat penjelasan lebih luas, dihubungkan dengan ide atau teori lain. Selanjutnya, memungkinkan siswa yang bersangkutan dapat mengasosiasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan ide atau teori yang sedang dibahas.

b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya seorang siswa merasa puas, jika ia mengetahui bahwa jawaban yang dikemukakan untuk

22

Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi

Pustaka, 2011), Cet. I, h. 85. 23

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. IV, h. 115-116.


(39)

menjawab pertanyaan guru disetujui, atau pertanyaan yang diajukan relevan dan dapat mengundang pembahasan lebih lanjut. Guru sepatutnya menunjukkan sikap setuju itu dengan ucapan, anggukan atau kerlingan mata (tindakan bersifat gestural). Hal ini dapat dirasakan sebagai suatu hadiah (reward) yang dapat menguatkan pemahaman siswa yang bersangkutan terhadap materi pembelajaran yang dibahas.

c. Memberi motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih jauh. Dengan mengajukan pertanyaan, mendorong siswa untuk selalu bersikap tidak menerima suatu pendapat, ide atau teori secara mentah. Ini dapat mendorong sikap selalu ingin mengetahui dan mendalami (curiosity) berbagai teori, dan dapat mendorong untuk belajar lebih jauh.24

B.

Metode Tanya Jawab

1. Pengertian Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru dan siswa.25 Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari penyaji kepada peserta, tetapi dapat pula dari peserta kepada penyaji.26

Penyampaian agama yang dilakukan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW juga menggunakan metode pembelajaran dialog dan tanya jawab yang terjadi sewaktu Nabi Muhammad didatangi oleh Malaikat Jibril menjelma seperti seorang laki-laki yang berpakaian putih dan berambut hitam muncul dihadapan Nabi. Namun para sahabat yang duduk bersama Rasulullah tidak ada yang tahu dari mana munculnya seorang putih tersebut, tiba-tiba dihadapan Beliau.

24

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),

h. 58-59. 25

Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 160. 26

Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,


(40)

ها َص ها ْ س ْع ْح ْب : ق ْع ها ض َّ ْا ْب ع ْ ع

ب ْ ش ج ْ ع ع ط ْ ْ ا َس ْ ع

ِّ ا ض

, ْعَّ ا ا س ْ ش

ف ْع , فَّ ا ْثأ ْ ع

َس ْ ع ها َص ِ َ ا ا س ج َح حأ َ

ْ ف ع َْف عض , ْ ْ ا ْ ْ ْسأف

ع ْ ْخأ َ ح : ق

, ْس ْا

ح َ أ ها َا ا ْ أ ّْ أ ْس ْا : َس ْ ع ها َص ها ْ س ف

ا َ

ْ ّ , َّ ا ْؤ , َّ ا ْ ,ها ْ س

ا ْ ْا َّح , ض

ع ْ ْ ْخأف : ق قِّ أّْ ْجعف ق ْق ص ق ْ س ْ ا ْعّ ْسا

ْ ْا , ْ س ,

, ئ ,ها ب ْؤ ْ أ : ق

ْ ْا

ْؤ , خأْا

َأ ها ْع ْ أ : ق ّْح ْا ع ْ ْ ْخأف ق ْق ص ق ِ ش ْخ ْ ب

ْ أف , ا

ا : ق ع َّ ا ع ْ ْ ْخأف : ق ا ا َ ف ا ْ ْ

ْ ؤّْ ْ

ْ ا , َب أْا ْ أ : ق ا أ ْ ع ْ ْ ْخأف : ق ئ َّ ا ْعأب ْع

ْ ّ ء َّ ا ء ع عْا ا عْا فحْا

ّْ ف ق ّْا َ ث ْ ْا ف

َث ً

ْ أ ْ ْج َ ف : ق ْعأ ْ س ها : ْق ؟ ئ َّ ا ْ ْ أ , ع : ق

) ّ ا ( ْ ْ ِع

Artinya: “Dari Umar bin Khathab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami ada di samping Rasul datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang, dan tidak ada yang mengenalnya di antara kami seorang pun, sehingga dia duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kedua pahanya. Lalu berkata: “Hai Muhammad beritakan padaku tentang Islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan kamu menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan


(41)

pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “Kamu

benar”. Umar berkata: “Kami heran, dia bertanya dan dia

membenarkannya”. Lalu dia berkata lagi “Beritakan padaku tentang

Iman”. Lalu Nabi bersabda: “Kamu percaya pada Allah, para malaikat

-Nya, kitab-kitab--Nya, Rasul-rasul--Nya, hari akhir dan kamu percaya pada takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata: “Kamu benar”. Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul

bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan

jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kamu”. Orang itu berkata lagi: “Beritakan padaku tentang hari kiamat”. Nabi bersabda: “Tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu daripada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku tentang tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda: “Diantara tanda-tandanya jika telah muncul budak melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang berjalan nyeker (tidak beralas kaki), telanjang, dan miskin berlomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian Nabi bersabda kepadaku: “Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang

bertanya itu?” Saya menjawab “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang

mengetahui”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu.” (HR. Muslim).27

Hadits ini menunjukkan bahwa Malaikat Jibril ketika memberikan pengajaran kepada Rasulullah SAW tentang apa itu Islam, apa itu Iman, apa itu Ihsan dan kapan datangnya hari kiamat. Metode penyampaian pelajaran melalui metode tanya jawab atau dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi dan antara

27

Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana


(42)

Nabi dengan sesama sahabat atau antara guru dengan murid dan antara murid dengan sesama murid , jadi terjadi interaktif antar beberapa arah.28

Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta didik (dalam hal ini pendidik atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah pendidik memberikan jawabannya.29 Dalam kegiatan belajar mengajar melalui tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran. Bilamana metode tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.30

2. Tujuan Metode Tanya Jawab

Tujuan metode tanya jawab adalah:

a. Menciptakan suasana yang hidup (setiap peserta ikut serta dan aktif) dalam KBM.

b. Menggali ide-ide peserta.

c. Memberikan rangsangan pada peserta/siswa untuk merumuskan ide-ide yang tergali dengan menggunakan kalimat sendiri.

d. Mengetahui posisi pemahaman siswa terhadap tema yang dibahas.

e. Menciptakan kesempatan bagi peserta untuk lebih mengonsolidasikan pemahamannya.

f. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk berani berkomentar.31

28

ibid. 29

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.

IV, h. 305. 30

Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), Cet. I, h. 43. 31

Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,


(43)

Mengajar dengan sesi tanya jawab:

a. Pilihlah beberapa pertanyaan yang akan memandu pelajaran. Tulislah tiga sampai enam pertanyaan dan susunlah secara logis.

b. Tulis masing-masing pertanyaan pada kartu indeks, dan tulis isyarat yang akan digunakan guru untuk mengisyaratkan pertanyaan yang disampaikan guru.

c. Sebelum dimulai, pilihlah peserta didik yang akan bertanya. Berilah masing-masing sebuah kartu, dan jelaskan isyaratnya.

d. Bukalah sesi tanya jawab dengan menjelaskan topik dan berikan isyarat pertama guru. Panggillah penanya pertama dan jawab, lanjutkan dengan isyarat dan pertanyaan lain.

e. Lontarkan pertanyaan baru kepada peserta. Guru melihat beberapa peserta yang mengangkat tangan.

Memutar peran, mengajukan pertanyaan:

a. Susunlah pertanyaan yang akan guru kemukakan tentang beberapa materi pelajaran seolah-olah guru adalah peserta didik.

b. Pada awal sesi pertanyaan, umumkan kepada peserta didik bahwa guru akan menjadi peserta didik dan peserta didik secara kolektif akn menjadi guru. Beralihlah lebih ke pertanyaan guru.

c. Berlakulah argumentative, humoris, atau apa saja yang dapat membawa peserta didik pada perdebatan dan menyerang guru dengan jawaban-jawaban.

d. Memutar peranan beberapa kali akan tetap membuat peserta didik pada pendapat mereka dan mendorongnya untuk melontarkan pertanyaan sendiri.32

Metode tanya jawab digunakan sebagai pelengkap metode ceramah, metode ini dapat dipakai sebagai tolak ukur secara umum dan keseluruhan. Metode tanya jawab merupakan suatu cara interaksi edukatif dengan

32

Melvin L. Silbermen. Active Learning. (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri, 1996).


(44)

menggunakan pertanyaan dan jawaban sebagai komunikasinya, dalam hal ini tanya jawab tersebut tidak bersifat sepihak. Artinya pertanyaan tidak selalu timbul dari guru dan sebaliknya juga dari pihak murid, sehingga tercipta suasana yang timbal balik. Dengan metode tanya jawab guru dengan peserta didik akan terasa lebih hidup dan lebih aktif lagi di dalam kelas sehingga kegiatan pembelajaran tidak membosankan.

Dengan menggunakan metode tanya jawab ini guru dapat memberikan motivasi atau stimulus kepada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam belajar yaitu guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan tersebut, atas arahan dari guru baik dilakukan pada waktu apersepsi maupun berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Selain dari pada itu tanya jawab biasa dilakukan pada waktu guru menjumpai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

3. Pemakaian Metode Tanya Jawab

a. Wajar digunakan jika:

1) Meninjau pelajaran yang lalu, agar siswa memusatkan lagi, perhatian tentang jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pelajaran berikutnya.

2) Mengulangi pembicaraan untuk mendapatkan kerja sama siswa atau dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan semua siswa.

3) Menangkap perhatian siswa.

4) Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. b. Tidak wajar digunakan jika:

1) Menilai kemajuan siswa.

2) Mencari jawaban dari murid-murid, tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima.

3) Memberi giliran pada siswa tertentu saja.33

33

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik


(45)

4. Kebaikan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab a. Kebaikan metode tanya jawab adalah:

1) Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari peserta didik dapat mendorong pendidik untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut.34

2) Dengan tanya jawab perhatian siswa lebih terpusat bila dibandingkan dengan metode ceramah misalnya.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas, sehingga guru dapat menjelaskan kembali,

4) Guru dapat mengetahui perbedaan pendapat antara siswa yang satu dengan yang lain sehingga akan ditemukan pemecahannya,

b. Kelemahan metode tanya jawab adalah:

1) Dengan tanya jawab kemungkinan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan, persoalan/masalah, jika salah kendalinya.

2) Bagi siswa yang lemah sulit untuk mengembangkan daya pikirannya. 3) Bagi siswa yang pandai akan mendominasi jawaban

pertanyaan-pertanyaan itu.35

4) Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan menurut yang ditetapkan.

5) Apabila peserta didik terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran kepada setiap peserta didik.36

C.

Aktivitas Belajar

Di dalam teknik penggunaan keterampilan bertanya, aktivitas menjadi tujuan utama dalam penelitian peneliti. Pembelajaran harus menumbuhkan

34

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.

IV, h. 312. 35

Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1994), Cet. I, h. 82.

36

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.


(46)

suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.37 Dengan bertanya siswa harus mampu menemukan ide-idenya sendiri, mengemukakan pendapatnya dan mampu berdiskusi dengan temannya jika ada pelajaran yang kurang dimengerti.

1. Pengertian Aktivitas Belajar

“Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah

laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.”38 Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dengan adanya aktivitas dapat mewujudkan siswa yang aktif dan bukan siswa yang pasif.

Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan di sekolah secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Pada kenyataannya sekolah lebih dikenal sebagai pusat kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman A.M yang menyatakan bahwa sekolah adalah suatu pusat kegiatan belajar mengajar, karena sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.39 Lebih lanjut ia mengatakan pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk merubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.40

Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait baik yang bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan

37

Agus Supriyanto, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), h. x. 38

Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2011), Cet. XIX, h. 95. 39

Ibid, h. 100. 40


(47)

membuahkan aktivitas belajar yang optimal.41 Syaiful Bahri Djamarah berpendapat aktivitas belajar adalah interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru.42

Menurut ahli psikologi yang dikutip oleh Oemar Hamalik bahwa setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan belajar dan bekerja.43 Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sadirman A.M berpendapat bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.44

Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa kehadiran, pembahasan materi pelajaran, adanya diskusi antara guru dan siswa, dan lain sebagainya.

Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi tersebut menimbulkan aktivitas. Beberapa pandangan mengenai konsep aktivitas belajar antara lain.:

a. Siswa adalah suatu organism yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa.

41

Ibid, h. 100. 42

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), Cet. IV, h. 114-115. 43

Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2001), Cet. I, h.

171. 44


(48)

b. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan beraneka ragam pula.45

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.46

Belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif dalam pembelajaran, dengan demikian peran guru hanyalah sebagai fasilitator, merangsang keaktifan siswa dalam belajar dengan cara menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai dengan minat, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing siswa.

Dalam membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar, guru perlu: a. Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi siswa.

b. Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah, menganalisis, mengambil keputusan.

c. Menyelenggarakan berbagai percobaan dalam menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat.

Indikator tercapainya aktivitas belajar siswa selama pembelajaran adalah: a. Pada kegiatan awal pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya

respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan apersepsi yang diajukan guru pada siswa diawal pembelajaran, terpusatnya perhatian siswa kepada pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.

45

Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2003), Cet. I, h.

170. 46

Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010),


(1)

t:'/ t j

8 Departemen Agama RI, AI-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Pustaka Agung Harapan).

9 Emzir, trfetodologi Penelitian Kualttatif: Anolisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 20ll), cet. 2.

l 0

Endang Sri Haryanti, "Penerapan Teknik Pengaiuan P ertany aan Acc elarated Learning untuk M eningkatkan Ahivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika", Skripsi Sl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2009 .

l 1 Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang,2008 \,'

I

13

H. A. Syafi'I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : Pustaka Setia, 1997).

t 4

http://makalah-download.blo gspot. com/2C I I

/09/keterampilan-bertanva.html. diakses pada tanggal hari Kamis, 13 Maret 2014. Pukul 10.13.

1 5

Hulliah, "Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran PKN dengan Menggunakan Media Gambar di MI Al-Hidayah Kembangan Jaknrta Baret", Skripsi S I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012.

t a

l o Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran

Sekolah Terpadu, Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,

2 0 1 1 .

I

Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jarva Timur : Bayumedia Publishing, 240q, Cet. I.


(2)

F

I

i 8 j j, Hasibi,:;m, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

t 9 Jnhana S, Maria Dinata, dan Wiyana Mulyana, Dokumentasi dan Perpustakaan, (Bandung: CV. Armiko. 1991), cet 2.

2 0

Juliarrsyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi,

Tesis, Disertasi, dan Karya llmiah, (Jakana: Kecana Prenada Media Group, 201l), Cet. 1.

21

Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya,

PT. Apollo,1997.

22

Lampiran SISDIKNAS 2C Tahun 2003.

23

Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Bandung: PT Remaja Rosdakary a" 200q.

>/s

24

Lukmanul liakim, Perencanaan Pembelajaran,

(Bandung: CV Wacana Prima, 2009).

I

2 5

M. Quraisy Syihab, Membumikan Al-Qur'an,

(Bandung : Mizan, 1992).

26

Ma'rif Syafruddin, " Pengartrh Strategi Pembelajaran Aktif T'ehik Giving Question and Getting Answer

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa", Skripsi Sl Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013.

2 l

Martinis Yarnin, Kiat l,fembelajarkan Siswa, (Jakarta:

Gaung Persada Press, 2010), Cet. III.

2 8

Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. l.

2 9

Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting),


(3)

1..

3 0

Melvin L. Silbermen. Active Learning. (-1'ogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri. 1996).

l

3 l

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2006), cet. 1 1.

3 2

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: GP Presss Group, 2013).

J J Nana Syaodih Sukmadinata, Meiode Penelitian

Pendidikan, (Bandung: Remaj a Rosdakary a, 201 0).

I

3 4 Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Burni Aksara,2003), Cet. 6.

3 5

Oemar Hamlik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001.

l

3 6

Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Bulat Active Learning, Increasing Flow in the Classroom, Terj. Dari Active l.earnlng, Increasing Flow in the Classroom, oleh Dwi Wulandari, (Jakarta: PT Index,

2008), Cet.I.

I|-) I Ramayulis, Metodologi Pendidikon Agama Islam,

(Jakarta: Kalam Mulia" 2005), Cet.4.

t 2

Ridwan, Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013). Cet. 1.

3 8

Rusman" Model-Model Pembelajaran Mengembungkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

3 9

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1 988).

I

4 0

Sadirman A.M, Interaksi dan Motit,asi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 20ll), Cet. XIX,


(4)

r

46

Aksara, 1994), Cet. I.

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Meperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurilaium Berbasis Kompetensr, (Ciputat: euantum Teaching,2005).

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi

Belajar Mengajar, (Jakarta:

Rineka Cipta 2010), Cet.

IV.

Syaiful Bahri Dzamarah, Guru dan Anak Didik dalam

Interaalrsi

Edukatif Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2000.

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya,

Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum pBM,

(Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada,

l99S), Cet. 5.

Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 201 1), Cet. l. Sugiyono, Itfetode Penelitian Kuantitati"f Kualitati,f R&D, (Bandung: CV Alfabeta,2013), Cet. 18.

Sulaiman

Rasjid, Fiqih Islam, (Jakaria

: At-Tahiriyah,

1976),

Cet.I7.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurilatlum Tingkat Satuan Pendidikan (KTS?), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet.4. Usman, Basflruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Perc,2002), Cet. l. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Iakarta: Fajar Interpratarna Offset, 2006.

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Penrlidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas, Jakarta:


(5)

'{ I

Menyerujui,

Dosen

Pembimbine

Drq, ivlasan Atr'. M. Pd

N r P . 1 9 5 1 0 7 1 6 1

9 8 1 0 3

1 0 0 5


(6)

t # .

{

I l i

YAYASAN ATTAQWA 08

MADRASAH

TSNAWIYAH

ATTAQWA

06

TERAKREDITASI A

l{O . : 02.0A

n07 B AP-SM/SK/X/2012

Il. Karang Tengah RT. 03/01 Pusaka Rakyat Tarumajaya - Bekasi 17214 Phone :0857 7777 2332B-rirail: mts.attaqwa_06@yahoo.com

SURAT KETERANGAIT

Nomor z /MTs. A 06 fE.7/ll2014

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Madrasah Tsanawiyah Attaqwa 06 Kabupaten Bekasi menerangkan bahwa :

Nama NIM Jrrmsan Semester Alamat rumah

ZULHANI RISOVI

1 0 9 0 1

1 0 0 0 1

1 8

Pendidikan

Agama Islam ( PAI )

D( ( Sembilan

)

Jl. Golf. RT.04/10 Pancoran

Mas Rangkapan

Jaya

Baru Depok

Telah melakukan observasi penelitian di MTs. Attaqwa 06 Tarumajaya Bekasi,

sebagai

syarat

untuk menempuh

jenjang S1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Demikian surat keterangan

ini dibuat untuk dapat digunakan

sebagaimana

mestinya.

Bekasi,

07 ianuari 2014