PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011
commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Skripsi
Oleh:
LILIN YUNARWI X 4306027FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Oleh:
LILIN YUNARWI X 4306027Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
commit to user
(4)
commit to user
(5)
commit to user
v ABSTRAK
Lilin Yunarwi. X 4306027. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian dilaksanakan dua siklus. Tiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-D SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar biologi siswa di kelas VII-D SMP
Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui angket dan lembar observasi. Persentase rata-rata berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa pra siklus sebesar 54,24%, siklus 1 sebesar 71,89% dan siklus 2 sebesar 83,98%. Hasil perhitungan angket pra siklus menunjukkan motivasi belajar siswa sebesar 68,37%, siklus 1 sebesar 73,06%, dan siklus 2 sebesar 80,34%. Kesimpulannya bahwa penerapan pembelajaran koperatif Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif Jigsaw, motivasi belajar siswa, pembelajaran Biologi.
(6)
commit to user
vi ABSTRACT
Lilin Yunarwi. X 4306027. IMPLEMENTATION OF JIGSAW
COOPERATIVE LEARNING TO INCREASE STUDENT’S
MOTIVATION IN LEARNING BIOLOGY TO THE SEVENTH-D GRADE STUDENT’S OF SMP NEGERI 16 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, January 2011.
The purpose of this study was to increase student’s learning motivation in biology teaching and learning activities with the implementation of jigsaw
cooperativelearning.
This research was a classroom action research. This research was done in two cycles, each cycle consisted of planning, action, observation, analysis, and reflection. The subject of the research were the students of seventh-D of SMP Negeri 16 Surakarta in academic year of 2010/2011. The source of the data were gained from the teacher and student’s interview, observation, and documentation. The technique of collecting data was questionnaire, observation, and interviews. The validity of the data used triangulation technique. The data were analyzed by using qualitative analysis. The research procedure is a spiral model of inter-related.
The results showed that the application of jigsaw cooperative learning strategies coul increase student’s motivation in biology learning in the seventh-D of SMP Negeri 16 Surakarta in academic year of 2010/2011. The improvement of student learning motivation coul be viewed through a questionnaire and observation sheet. The student’s based on the observation sheet, the student’s motivation average percentage in the pretes was 54,24%, first cycle 71,89%, and the second cycle 83,98%. Based on the questionnaire, the student’s motivation was 68,37% in the pretest, 73,06% in the first cycle, and 80,34% in the second cycle. It can be concluded that the implementation of Jigsaw cooperative learning can increase the student’s learning motivation.
Key words: Jigsaw cooperative Implementation, Student Motivation, Biology learning.
(7)
commit to user
vii MOTTO
Gagal berarti harus memupuk semangat lagi untuk berusaha lebih baik lagi untuk mendapatkan yang lebih baik dan yang terbaik.
(Penulis)
“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan”.
(8)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis ini untuk :
Bapak dan ibu, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, nasehat, perhatian, pengorbanan, do’a, dan semangatnya untukku...
Kakak dan adikku tersayang, yang selalu memberi keceriaan dalam hidupku...
Bapak Drs. Maridi, M.Pd dan bapak Drs. Slamet Santosa, M.Si terima kasih banyak atas bimbingan dan nasehatnya...
Mas prapto, terima kasih telah menemaniku, memberi dukungan, nasehat, do’a, dan bantuannya selama ini...
Desi, Danik, Tya, Destik, Retno, Rahayu, Vina, Suci, Achi, teman-teman seperjuanganku... terima kasih atas nasehat dan dukungannya... Mbk Untari, Erna, Rita, Desi, Danik, Winda, teman dekatku... terima kasih atas nasehat dan kebersamaannya selama ini...
Eka, Oky, Qisti, Dila, dan teman-teman pondok bulan yang lainya terima kasih untuk kebersamaan yang indah selama ini...
Teman-teman biologi’06, terima kasih atas kebersamaannya selama ini...
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan P. MIPA yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi yang memberikan ijin untuk penulisan skripsi.
4. Drs. Maridi, M.Pd, yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penelitian.
5. Drs. Slamet Santosa, M.Si, yang selalu memberikan pengarahan, motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Kepala SMP Negeri 16 Surakarta, yang telah memberi izin dan tempat pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 16 Surakarta yang senantiasa membantu kelancaran penelitian, bimbingan dan kerja samanya.
8. Siswa kelas VII-D SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. 9. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa dan dukungan.
(10)
commit to user
x
10. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Maret 2011
(11)
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
1 4 4 5 BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka B. Kerangka Berpikir
6 15 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bentuk dan Metode Penelitian C. Data dan Teknik Pengumpulan Data D. Analisa Data E. Pemeriksaan Validitas Data F. Prosedur Penelitian
17 17 19 21 22 23
(12)
commit to user
xii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian B. Deskripsi Kondisi Awal (pra siklus)
C. Deskripsi Siklus 1 D. Deskripsi Siklus 2 E. Deskripsi Antar Siklus
F. Pembahasan
26 27 30 37 43 47 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan B. Implikasi C. Saran
51 51 51 DAFTAR PUSTAKA 53 LAMPIRAN
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Perbandingan empat pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif
8
Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan 10
Tabel 3. Tingkat Penghargaan Kelompok 10
Tabel 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa 20 Tabel 5. Daftar Presentase Target Capaian Dari Masing-,masing
Variabel Observasi Kegiatan Belajar
21
Tabel 6. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus
27
Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Angket Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus
29
Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Angket Motivasi Belajar Siswa siklus I
33
Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I
34
Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II
40
Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II
41
Tabel 12. Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Lembar Observasi
Tabel 13. Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Perhitungan Angket
44
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 16
Gambar 2. Skema Skematik Kegiatan Inti Penelitian 18
Gambar 3. Skema Triangulasi Sumber Data 23
Gambar4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 26 Gambar5. Presentase Motivasi Belajar siswa Tiap Aspek Pra Siklus
Berdasarkan Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
28
Gambar6. Persentase Motivasi Siswa Tiap Aspek Siklus I Berdasarkan Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
35
Gambar7. Presentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Aspek Siklus II Berdasarkan Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
42
Gambar8. Presentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
45
Gambar9. Presentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Perhitungan Angket
Gambar10.Rata-rata Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Lembar Observasi dan Angket
47
(15)
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Instrumen Penelitian
a. Silabus 55
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 (Pertemuan ke 1) 59 c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 (Pertemuan ke 2) 65 d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan ke 1) 72 e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan ke 2) 78 f. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Biologi 85 g. Angket Motivasi Belajar Biologi (Prasiklus) 86 h. Angket Motivasi Belajar Biologi (Pascasiklus I) 88 i. Angket Motivasi Belajar Biologi (Pascasiklus II) 90 j. Kisi-Kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa (Prasiklus) 92 k. Kisi-Kisi lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
(Pascasiklus) 94
l. Lembar Observasi Siswa Prasiklus 96 m. Lembar Observasi Siswa Pascasiklus I 99 n. Lembar Observasi Siswa Pascasiklus II 102 o. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Guru
Prasiklus 105
p. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Guru
Pascasiklus 107
q. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Siswa
Prasiklus 109
r. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Siswa
Pascasiklus 111
s. Lembar Kerja Siswa 113
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian
a. Daftar Siswa Kelas VIID SMP Negeri 16 Surakarta 141
b. Daftar Nama Kelompok Diskusi 142
(16)
commit to user
xvi
d. Daftar Presensi siswa Kelas VII-D Siklus II 144 e. Hasil Lembar Observasi Siswa Pra Siklus 145 f. Hasil Lemabr Observasi Siswa Pasca Siklus I 150 g. Hasil Lembar Observasi Siswa Pasca Siklus II 155 h. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus 160 i. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pasca Siklus I 163 j. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pasca Siklus II 166
k. Hasil Wawancara Guru Pra Siklus 169
l. Hasil Wawancara Siswa Pra Siklus 170
m. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus I 172 n. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus II 173 o. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus I 174 p. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus I 175 q. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus II 176 r. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus II 177 s. Dokumentasi Kegiatan Pra Siklus 178
t. Dokumentasi Siklus I 179
u. Dokumentasi Siklus II 181
Lampiran 3. Perijinan
a. Surat Permohonan Mengadakan Observasi 183 b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 184 c. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan 185
d. Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri 16 Surakarta
e. Surat Permohonan Ijin Research
186
(17)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah, tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang saling berkaitan, di antaranya guru, siswa, dan metode. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, misalnya motivasi belajar, tingkat intelegensi siswa, fasilitas belajar yang tersedia atau sarana dan prasarana, kurikulum, media pembelajaran, dan sebagainya.
Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat serta sesuai dengan pokok bahasan tertentu dan tingkat perkembangan intelektual siswanya. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kelompok atau diskusi yang menghendaki adanya kerjasama di antara anggota kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif di kelas, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari. Pembagian kelompok tersebut dibuat heterogen, baik dalam hal prestasi belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dapatmemotivasi siswa untuk berinteraksi, berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu satu sama lain.
Peran guru sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan kurikulum. Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memberikan bimbingan pada saat kegiatan belajar.
(18)
commit to user
SMP Negeri 16 Surakarta merupakan salah satu sekolah negeri yang mempunyai fasilitas yang cukup memadai dan input siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda, mulai dari siswa yang memiliki kemampuan belajar rendah, sedang dan tinggi. Perbedaan kemampuan belajar siswa dalam menyikapi kegiatan belajar dikelas sangat beragam.
Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran biologi di kelas VIID SMP Negeri 16 Surakarta yang berjumlah 34 siswa, diketahui bahwa metode mengajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah disertai tanya jawab. Penggunaan metode ini kurang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa menjadi pasif. Selama proses belajar mengajar ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang ramai dan bercanda dengan teman lain, siswa mengantuk, siswa pasif karena hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru, sebagian siswa tidak membawa buku panduan, saat guru memberi pertanyaan siswa tidak mau menjawab jika tidak ditunjuk, siswa tidak ada yang bertanya apabila ada materi yang belum jelas. Adapun ciri-ciri motivasi rendah antara lain ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak memusatkan perhatian dan ada yang bermain sendiri selama proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 79). Terlihat korelasi yang jelas antara temuan masalah di kelas dengan teori mengenai ciri motivasi belajar rendah.
Sebagai tindak lanjut terhadap hasil observasi awal, maka dilakukan observasi lanjutan menggunakan indikator motivasi belajar siswa. Hasil observasi lanjutan sebagai berikut, yang bersemangat dan antusias dalam mengikuti pelajaran sebanyak 19 siswa (55,88%), siswa yang membawa buku sumber pembelajaran biologi sebanyak 23 siswa (67,64%), siswa yang bertanya mengenai materi yang belum jelas sebanyak 10 siswa (29,41%), siswa yang mencatat penjelasan guru sebanyak 22 siswa (64,70%), siswa yang menyontek jawaban teman saat ulangan sebannyak 13 siswa (38,23%), siswa yang tidak mengumpulkan tugas 6 siswa (17,64%), dan siswa yang mengemukakan pendapat sebanyak 9 siswa (26,47%).
(19)
commit to user
3
Berdasarkan kajian terhadap hasil observasi, diskusi dengan guru dan siswa ditemukan permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 16 Surakarta dalam pembelajaran Biologi. Guru menggunakan metode yang kurang bervariasi dan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran menyebabkan siswa menjadi pembelajar yang pasif dan mudah merasa bosan karena dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih berperan sebagai penerima informansi pasif yaitu cenderung hanya mendengar dan mencatat penjelasan oleh guru.
Solusi untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi di kelas VII D SMP Negeri 16 Surakarta adalah menggunakan strategi pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong siswa untuk bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah pembeljaran kooperatif jigsaw pada materi cirri-ciri makhluk hidup dan klasifikasi makhluk hidup. Alasan pemilihan pembelajaran kooperatifj jigsaw karena melalui teknik ini siswa dapat belajar dengan berkelompok-kelompok dan berdiskusi sehingga materi yang dipelajari dapat terselesaikan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama - sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar - benar menguasai materi yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Siswa juga dapat menerima dengan senang hati pembelajaran yang digunakan karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa.
Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah
Jigsaw. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa. Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw,
(20)
commit to user
siswa secara individual dapat mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari serta menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya. Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw
mempelajari materi yang berbeda dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagiannya masing-masing. Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Slavin (2008:237), pembelajaran kooperatif Jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi kelas VIID SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siswa kelas VII D SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
(21)
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi. 2. Bagi Guru
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penggunaan metode jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Memberikan masukan pada guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.
b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran biologi.
4. Bagi peneliti
Dapat menjadi bahan rujukan untuk tindakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.
(22)
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen Isjoni (2009:15). Menurut Slavin (2008: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja sama siswa dalam kelompok. Siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang dimiliki dan dapat mengatasai kesenjangan dalam pemahaman di antara siswa.
Lie (2000) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan (Isjoni, 2009: 23).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Sugiyanto, 2008: 38).
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran biasa. Lie (2008: 31) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima prinsip pembelajaran kooperatif
(23)
commit to user
7
yang harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Trianto (2007: 49-51) mengemukakan bahwa terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif diantaranya yaitu STAD (Student Teams Achievement Divisions), Jigsaw, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together
(NHT). Perbedaan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
(24)
commit to user
Tabel 1. Perbedaan Empat Model Pembelajaran Kooperatif
STAD Jigsaw Investigasi
Kelompok Pendekatan Struktural Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerjasama Kerja kelompok dan kerjasama Kerjasama dalam kelompok kompleks Informasi akademik sederhana Struktur tim Kelompok
belajar heterogen dengan 4 -5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ‘asal’ dan kelompok ‘ahli’ Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen Bervariasi, berdua, bertiga atau 4-6 anggota kelompok Pemilihan topik
Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru Tugas utama Siswa dapat
menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok ‘ahli’ kemudian membantu anggota kelompok asal dalam mempelajari materi itu Siswa menyelesaiakan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay Bervariasi
Pengakuan Lembar
pengetahuan dan publikasi lainnya
Publikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lainnya
(25)
commit to user
9
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode pembelajaran lain, diantaranya adalah: meningkatkan kesetiakawanan, saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, memudahkan penyesuaian diri, menghilangkan sifat egois, rasa saling percaya, meningkatkan kemampuan memandang masalah, meningkatkan menggunakan ide, meningkatkan kegemaran berteman (Sugiyanto, 2008: 41-42 ).
2. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Selain metode ceramah, masih banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif atau kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi metode yang dapat diterapkan, yaitu di antaranya : a. Student Team Achiement Division (STAD), b.
Jigsaw, c. Team-Games Tournamentsi (TGT), d. Group Investigation (GI),
Rotating Trio Exchange, dan e. Group Resume (Isjoni, 2009:73). Penelitian ini
akan mencoba mengkaji penggunaan pembelajaran kooperatif jigsaw dalam pembelajaran biologi.
Isjoni (2009:77) jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan dibuat heterogen baik dalam hal prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul dan sebagainya. Materi dibagi dalam sub-sub pokok bahasan. Menurut Suprijono (2009:90) masing-masing anggota kelompok dalam kooperatif jigsaw
mempelajari materi yang berbeda dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian-bagiannya masing-masing.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Slavin (2008:238-244), pelaksanaan metode jigsaw meliputi 2 tahap , yaitu persiapan dan pelaksanaan. a. Persiapan, meliputi : 1) menentukan materi yang akan dipelajari, 2) siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang secara heterogen.
b. Pelaksanaan, meliputi empat tahap antara lain : 1) membaca, 2) diskusi kelompok ahli, 3) laporan tim atau kelompok, 4) tes, 5) penghargaan.
(26)
commit to user
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menghitung skor individu
Menurut Slavin (2008:159) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti Tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor Perkembangan
a. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal. b. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah
skor awal.
c. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal.
d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal.
e. Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor).
5 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
2. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok yaitu menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok seperti tercantum pada Tabel 3 (Slavin, 2008:160).
Tabel 3. Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim Predikat
15 16 17
Tim baik Tim sangat baik Tim super
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat divariasikan. Lie (2008:70) menjelaskan bahwa ada variasi pembelajaran kooperatif Jigsaw yaitu jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Siswa bekerja sama mendiskusikan bagian tersebut, kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.
(27)
commit to user
11
Gocer (2010:442) mengemukakan bahwa teknik pembelajaran kooperatif
jigsaw yaitu siswa dibagi dalam kelompok masing-masing 5-6 siswa. Setiap
kelompok diberikan materi yang dibagi menjadi beberapa bagian dengan jumlah anggotanya sehingga setiap siswa diberi materi yang berbeda-beda. Setiap siswa belajar bagian mereka sendiri, setelah itu anggota kelompok lain yang telah mempelajari materi yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi, kemudian setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bertugas mengajar temannya. Jing (2010:502) juga mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif jigsaw setiap siswa dalam satu kelompok diberi materi yang dibagi menjadi beberapa sub bab. Setelah membaca, para siswa di masing-masing kelompok yang mempelajari bagian yang sama bertemu di kelompok ahli untuk berdiskusi dan mereka kembali ke kelompok asal untuk mengajar anggota kelompoknya.
Trianto (2007:56-57) bahwa langkah-langkah pembelajaran jigsaw adalah, sebagai berikut : siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok 5-6 orang), materi diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab, setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi, setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya.
Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw hanya belajar pada bagian mereka sendiri. Siswa akan mendengarkan dengan cermat apa yang diterangkan oleh teman kelompoknya agar bisa memahami dan menguasai materi yang telah dipelajari oleh teman kelompoknya itu, sehingga mereka akan termotivasi untuk saling belajar.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
jigsaw mempunyai kelebihan yaitu, dapat memacu siswa untuk berpikir kritis dan
mampu menggunakan kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman lain, hal ini akan menguntungkan semua anggota kelompok dengan memberikan keuntungan mengajar dan belajar dari teman.
(28)
commit to user
3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Sardiman (1990: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan.
Menurut Hamzah (2008: 3), motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sukmadinata (2004: 61) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah. Motivasi menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang, yang mendorong seseorang untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, 1987: 214). Aida (2009: 93) mengemukakan bahwa motivasi itu mengacu pada kesediaan siswa, kebutuhan, keinginan dan keharusan untuk berpartisipasi dan berhasil dalam proses pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2002: 80) mengemukakan motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Pada motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap individu dalam mencapai tujuannya.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
(29)
commit to user
13
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007:75). Yamin (2007: 219) menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diketahui aspek-aspek motivasi yaitu adanya daya penggerak dari dalam diri siswa, perhatian terhadap pelajaran, dan keinginan untuk melakukan kegiatan. Seseorang dapat di katakan termotivasi terhadap sesuatu apabila individu itu memiliki ketiga aspek tersebut. Masing-masing aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Adanya daya penggerak dari dalam diri
Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dalam proses belajar. Motor penggerak disini dapat dikatakan sebagai pembangkit motivasi belajar siswa yaitu guru. Tugas guru sebagai pembangkit motivasi belajar, terutama motivasi untuk memperkaya diri sendiri. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil indikator dari aspek adanya daya penggerak dalam diri yaitu adanya kemampuan untuk bertantanya dan meningkatkan kualitas belajar jika menemui kesulitan, adanya usaha untuk mengerjakan tugas-tugas yang di berikan guru, dan merasa rugi jika tidak dapat mengikuti pelejaran ( Sardiman, 2007:75-76).
2). Perhatian terhadap pelajaran biologi
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang di pertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya untuk menjamin hasil belajar yang baik. Bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan dan tidak suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil indikator dari aspek perhatian yaitu semangat untuk memperhatikan pelajaran,
(30)
commit to user
mempelajari biologi dari berbagai sumber, dan mengerjakan ulangan tanpa bantuan orang lain (Sardiman, 2007:75-76).
3). Keinginan untuk melakukan kegiatan belajar
Seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar yang besar terhadap sesuatu maka akan memiliki keingintahuan yang tinggi, akan belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Seorang murid memiliki rasa ingin belajar, maka akan cepat mengerti dan mengingatnya. Siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi juga akan mengajukan pertanyaan/ sering bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil indikator dari aspek keinginan yaitu keinginan mempelajari kembali materi dari guru, belajar dengan sungguh-sungguh, dan bertanya jika merasa belum jelas (Sardiman, 2007:75-76).
b.Jenis dan Sifat Motivasi
Berdasarkan sifatnya, menurut Sardiman (2007:89-91) motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrensik. Perbedaan ini juga berdasarkan dari datangnya motivasi seseorang. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan kegiatan. Contohnya yaitu seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat dicontohkan yaitu seseorang itu belajar karena besok mau ujian, dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh teman, guru, atau orang tuanya.
Motivasi ekstrinsik sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
c. Fungsi Motivasi
Motivasi bertalian dengan tujuan dan mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut menurut Sardiman (2007:85) ada tiga fungsi
(31)
commit to user
15
motivasi dalam belajar, yaitu: 1) mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, 2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan sesuai dengan rumusan tujuannya, 3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Fungsi motivasi yang lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Usaha yang tekun dan terutama didasari oleh motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan mendapatkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
d.Cara Menumbuhkan Motivasi
Sardiman (1990: 91) berpendapat bahwa terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar, yaitu dengan : memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, memberi angka, dan memberi hadiah. Beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, yaitu dengan: memberi nilai, hadiah, memberi ulangan dan memperlihatkan hasilnya, dan pujian (Sardiman, 2007: 92-94).
B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai akhir hasil belajar tetapi juga dilihat dari prosesnya. Input yang berkualitas tetapi tidak diikuti oleh proses yang sesuai maka output belum tentu akan berkualitas baik. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah metode mengajar yang digunakan oleh guru. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa dapat menyebabkan siswa menjadi bosan dan jenuh, akibatnya siswa menjadi pasif dan kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan.
(32)
commit to user
Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai peranan yang penting dalam mencapai keberhasilan belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian keberhasilan belajar adalah motivasi belajar siswa. Pemilihan metode yang tepat akan membawa peran serta siswa dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru yang selama ini dilakukan dalam kegiatan pembelajaran biologi sedikit sekali melibatkan siswa dalam belajar sehingga motivasi belajar siswa rendah.
Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan perubahan terhadap metode pembelajaran yang digunakan yaitu dengan penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw. Aplikasi pembelajaran kooperatif jigsaw yang merupakan pembelajaran kooperatif dimaksudkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dituntut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kerangka pemikirannya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran PROSES
INPUT
Proses belajar di kelas
Metode pembelajaran kurang bervariasi
Siswa merasa bosan dan jenuh
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
Motivasi belajar siswa rendah
Motivasi belajar siswa meningkat
(33)
commit to user
17 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang beralamat di Jl. Kolonel Sutarto No. 188 Surakarta.
2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi observasi, identifikasi masalah, penentuan tindakan, pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, seminar proposal, dan pengajuan perijinan penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Juni 2010.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu pengambilan data yaitu pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Tahap ini dilaksankan pada bulan Agustus 2010.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan selesai.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan mencari solusi dari persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. Menurut Arikunto, dkk (2008: 16) bahwa penelitian tindakan kelas
(34)
commit to user
secara garis besar terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakkan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Pelaksanaannya dalam satu siklus di mulai dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, kegiatannya dapat berlangsung berkali-kali karena yang akan diajarkan ada beberapa sehingga dapat merupakan siklus berkesinambungan, dapat dilihat pada Gambar 2 (Arikunto, dkk
2008: 20-21).
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 2. Skematik Kegiatan Inti Penelitian (Arikunto,dkk 2008: 16)
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini merupakan permasalahan yang dihadapi, dirasakan atau dihayati oleh guru dan peneliti di kelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses kegiatan belajar mengajar dan motivasi belajar siswa. Pelaksanaan tindakan tersebut
(35)
commit to user
19
dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tindakan yang dilakukan pada penelitian berupa penggunaan pembelajaran kooperatif jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data informasi tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif. Aspek kualitatif berupa catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi berdasarkan lembar observasi, wawancara dengan guru dan siswa serta memberikan angket yang menggambarkan kegiatan pembelajaran oleh siswa di dalam kelas. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi:
a. Informasi siswa dan guru.
b. Tempat dan proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
c. Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan buku referensi mengajar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran, dokumentasi, angket, dan wawancara atau diskusi. Secara lengkap teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa terhadap materi yang diajarkan guru. Lembar observasi yang digunakan akan diisi oleh pengamat berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta item-item pernyataan yang disesuaikan dengan hal-hal yang akan dinilai.
b. Angket
Angket diberikan pada siswa untuk mengambil data tentang motivasi belajar siswa. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian adalah bentuk cek-list, yaitu suatu bentuk angket dimana pengisi angket memberi tanda cek (V) pada
(36)
commit to user
kolom yang telah disediakan. Prosedur pemberian tiap item berdasarkan sikap siswa terhadap pelajaran biologi. Kisi-kisi angket motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa
Konsep Aspek Indikator
Motivasi belajar yaitu daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar siswa dan memberikan arah dalam kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. (Sardiman, 2007:75)
Adanya daya penggerak dari dalam diri siswa
Perhatian terhadap
pelajaran biologi.
Keinginan untuk melakukan kegiatan belajar. (Sardiman, 2007: 75-76)
1. Ada kemampuan untuk bertanya dan meningkatkan kualitas belajar jika menemui kesulitan.
2. Adanya usaha untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. 3. Merasa rugi jika tidak dapat
mengikuti pelajaran biologi. (Sardiman, 2007 : 83)
1. Semangat untuk memperhatikan pelajaran dengan baik.
2. Mempelajari biologi dari berbagai sumber.
3. Mengerjkan ulangan tanpa bantuan orang lain.
(Sardiman, 2007 : 83)
1. Mempelajari kembali, materi dari guru.
2. Belajar biologi dengan sungguh-sungguh.
3. Bertanya pada guru jika merasa belum jelas.
(37)
commit to user
21
Teknik penilaian atau pemberian skor mengacu pada Sudjana (1991:81) yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Teknik Penilaian Pernyataan Sangat
setuju
Setuju Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Pernyataan positif 5 4 3 2 1
Pernyataan negative 1 2 3 4 5
Menurut Mulyasa (2006:101) bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri.
c. Wawancara
Wawancara erat kaitannya dengan proses observasi. Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan sadalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara dilakukan untuk mendapat masukan yang mendalam setiap proses pembelajaran yang dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
d. Kajian Dokumentasi
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya dalam penelitian ini adalah silabus, presensi siswa dan buku ajar yang digunakan.
D. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini merupakan teknik analisa diskriptif kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
(38)
commit to user
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data terkumpul disajikan secara sistematis dan perlu diberi makna.
E. Pemeriksaan Validitas Data
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu data. Suatu informasi yang digunakan sebagai data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat mewakili atau mencakup aspek-aspek yang ingin diteliti yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik suatu kesimpulan.
Teknik yang digunakan untuk menjaga kevalidan data dalam penelitian digunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2002:178) teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding data. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi metode. Jenis triangulasi metode dilakukan dengan pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi selama KBM berlangsung dan angket. Adapun skema triangulasi dapat dilihat pada Gambar 3 (Sutopo, 2002: 81).
(39)
commit to user
23
Gambar 3. Skema Triangulasi Metode Penelitian
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah penelitian yang digunakan berupa model spiral (Sukardi, 2001: 214-215). Perencanaan menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan suatu dasar untuk pemecahan masalah. Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Tahap pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Tahap Perencanaan merupakan tahap penentuan materi pembelajaran yaitu Ciri-ciri Mahkluk Hidup dan Klasifikasi Mahkluk Hidup, dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus yang digunakan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilakukan dengan mengacu pada penerapan Pembelajarn kooperatif Jigsaw. Instrumen penelitian juga disusun pada tahap ini yaitu angket, lembar observasi motivasi belajar siswa serta pedoman wawancara bagi guru dan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada pokok bahasan Ciri-ciri Mahkluk Hidup dan Klasifikasi Mahkluk Hidup. Pembelajaran dimulai, guru memberikan pengarahan tentang pembelajaran kooperatif Jigsaw, menjelaskan materi secara garis besar,
Wawancara
Data Angket Siswa
(40)
commit to user
pembagian kelompok, dan membagikan materi diskusi. Kegiatan dilanjutkan yaitu diskusi kelompok asal dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok ahli. Tahap selanjutnya dengan persentasi masing-masing kelompok. Guru memberikan kesimpulan dan sebagai evaluasi diadakan post test serta pengisian angket motivasi belajar oleh siswa.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajarn kooperatif Jigsaw. Kegiatan pada tahap ini adalah mengamati, mencatat serta mendokumentasikan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi terfokus yaitu maksud dan sasaran observasi telah ditentukan sebelumnya. Lembar observasi digunakan untuk mempermudah mengamati setiap indikator yang diukur. Pengisisan angket motivasi belajar oleh siswa yang digunakan sebagai data sekunder juga dilakukan pada tahap ini.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interprestasi dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan belajar mengajar dan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi atau diberi makna sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan.
Kegiatan refleksi diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas agar tindakan yang dilakukan dapat dievaluasi keefektifannya. Hasil dari refleksi digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian dapat dihentikan apabila target yang diukur telah tercapai, sebaliknya apabila target yang diukur belum tercapai dapat dilanjutkan pada siklus selanjutnya dengan melakukan perbaikan.Urutan jalannya penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
(41)
commit to user
25
Pengamatan
Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi
Evaluasi motivasi belajar siswa melalui angket, lembar observasi,
dan wawancara siswa. Penerapan pembelajaran Pelaksanaan kooperatif Jigsaw
Perencanaan
Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I Penyusunan instrumen pembelajaran: angket motivasi belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus II, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Refleksi
Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, serta melihat ketercapaian indikator
Pelaksanaan
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
.
Tindak Lanjut
Perbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah penelitian.
Pengamatan
Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi
Evaluasi motivasi belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara siswa.
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Sukardi, 2001: 215)
Refleksi
Menganalisis proses dan dampak
pelaksanaan tindakan, jika
indikator belum tercapai
diteruskan siklus II
Perencanaan
Penyusunan instrument pembelajaran: angket motivasi belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus I, lembar observasi, dan pedoman wawancara
(42)
(43)
commit to user
26 BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Data Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta yang beralamat di
Jalan Kolonel Sutarto No. 188 Surakarta. Kepala Sekolah yang sedang memimpin
adalah Drs. M. Amir Khusni, MM. SMP Negeri 16 Surakarta pada tahun ajaran
2010/2011 memiliki 15 kelas yang terbagi menjadi 5 kelas VII, 5 kelas kelas VIII,
dan 5 kelas IX.
2.
Data dan Deskripsi Kelas
Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII D SMP Negeri 16 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011 dengan wali kelas Dra. Sri Sumarsih. Jumlah siswa di
kelas VII D adalah 34 siswa dengan 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Secara umum, ruang kelas VII D berukuran 7x8 m
2, lantainya berupa ubin berwarna
putih dengan dinding yang bercat kuning gading. Ruang kelas tersebut terdapat 1
buah pintu, 8 ventilasi dan 6 jendela kaca di sisi kanan dan 8 jendela kaca di sebelah
kiri. Deretan meja paling depan terdapat satu meja guru dan sebuah kursi guru. Buku
presensi siswa dan jurnal kegiatan mengajar tertata dengan rapi di atas meja guru.
Sebuah
whiteboard
terletak di depan kelas, dan juga terdapat satu buah papan tulis
hijau yang berada disisi kiri. Papan sebelah kiri digunakan sebagai papan
pengumuman dan menulis absensi kelas. Perkembangan akademik siswa kelas VII D
mempunyai kemampuan yang baik meskipun motivasi belajar biologi siswa masih
kurang. Siswa kelas VII D juga memiliki kepribadian yang cukup baik dan ramah,
hubungan antar siswa terjalin dengan baik sehingga tercipta sistem kerjasama kelas
yang kompak. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan diruang kelas,
laboratorium, dan multimedia.
(44)
commit to user
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas VII D SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Biologi masih rendah, rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 54,24%.Persentase tersebut didapat dari hasil perhitungan data lembar observasi dalam satu kali pertemuan yang terdiri dari 2x40 menit. Persentase motivasi belajar siswa pra siklus berdasarkan lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus Berdasarkan Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
ASPEK INDIKATOR Persentase
Tiap Indikator (%) Persentase Rata-Rata Tiap Aspek (%)
1. Adanya daya
penggerak dari
dalam diri siswa
Aktif dalam diskusi kelompok
0
60,78
Mengerjakan tugas dari guru
82,35
Hadir dalam pembelajaran
100
2.
Perhatian
terhadap pelajaran
biologi
Memperhatikan penjelasan dari
guru
55,88
61,76
Membawa buku pegangan dan
referensi biologi
67,64
Mengerjakan ulangan tanpa
melihat jawaban teman
61,76
3.
Keinginan untuk
melakukan
kegiatan belajar
Mencatat penjelasan dari guru
64,70
40,19
Mengemukakan pendapat saat
diskusi
26,47
Bertanya
mengenai
hal-hal
yang belum jelas
29,41
Rata-rata
54,24
Berdasarkan Tabel 6
diketahui bahwa rata-rata aspek motivasi belajar siswa
berkisar antara 40,19% - 61,76% dengan rata-rata sebesar 54,24%. Rata-rata
(45)
commit to user
28
persentase tertinggi adalah aspek perhatian terhadap pelajaran yaitu siswa yang memperhatikan penjelasan dari guru, membawa buku referensi, dan mengerjakan ulangan tanpa melihat jawaban teman dengan persentase 61,76%. Aspek daya penggerak dari dalam diri siswa berada pada urutan tengah yaitu siswa yang aktif dalam diskusi kelompok, mengerjakan tugas dari guru, dan hadir dalam pembelajaran biologi dengan persentase 60,78%. Aspek keinginan untuk melakukan kegiatan belajar menempati urutan terendah yaitu siswa mencatat penjelasan dari guru, mengemukakan pendapat saat diskusi, dan bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas dengan persentase 40,19%. Rendahnya keinginan untuk melakukan kegiatan belajar dapat disebabkan karena siswa kurang terlibat dalam kegiatan yang dapat meningkatkan keinginan untuk melakukan kegiatan yaitu keinginan untuk mencatat, mengemukakan pendapat, dan bertanya. Pembelajaran yang diterapkan guru pada saat observasi pra siklus belum mampu mengoptimalkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Persentase motivasi belajar siswa dalam bentuk diagram berdasarkan lembar observasi dapat dilihat pada Gambar 5.
0 10 20 30 40 50 60 70
1 2 3
P
er
se
n
ta
se
(
%
)
Rata-rata Motivasi Tiap Aspek
Keinginan untuk melakukan kegiatan belajar
Perhatian terhadap pelajaran biologi
Adanya daya penggerak dari dalam diri siswa
Gambar 5. Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Aspek Pra Siklus Berdasarkan
Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
(46)
commit to user
Data mengenai motivasi belajar siswa selain diperoleh dari hasil observasi, juga diperoleh dari angket. Rincian besarnya motivasi belajar siswa setiap indikator berdasarkan perhitungan angket dapat dilihat pada Tabel 7. Data dari angket digunakan sebagai data sekunder yang digunakan untuk menunjang data hasil observasi. Angket dibagikan kepada setiap siswa untuk diisi sehingga dapat diketahui tingkat motivasi belajar siswa menurut sudut pandang siswa sendiri.
Tabel 7. Persentase Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Perhitungan Angket Pra
Siklus
Aspek
Indikator
Persentase (%)
1.
Adanya
daya
penggerak
dari
dalam diri siswa
Adanya kemampuan untuk bertanya
dan meningkatkan kualitas belajar
jika menemui kesulitan
73,35
Adanya usaha untuk mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru
75,18
Merasa rugi jika tidak dapat
mengikuti pelajaran biologi
72,24
2.
Perhatian terhadap
pelajaran biologi
Semangat untuk memperhatikan
pelajaran dengan baik
75,74
Mempelajari biologi dari berbagai
sumber
73,77
Mengerjakan ulangan tanpa bantuan
orang lain
74,63
3.
Keinginan
untuk
melakukan kegiatan
belajar
Mempelajari
kembali
materi
dariguru
45,15
Belajar biologi dengan
sungguh-sungguh
73,53
Bertanya pada guru jika merasa
belum jelas
51,72
Rata-rata
68,37
Berdasarkan Tabel 7 nilai motivasi belajar siswa berkisar antara
45,15%-75,74% dengan persentase rata-rata sebesar 68,37%. Indikator yang memiliki
persentase skor tertinggi menurut jawaban siswa adalah semangat untuk
memperhatikan pelajaran dengan baik yang merupakan salah satu aspek dari
(47)
commit to user
30
perhatian terhadap pelajaran sebesar 75,74%. Indikator yang memiliki persentase terendah adalah mempelajari kembali materi dari guru yang merupakan salah satu aspek dari keinginan untuk melakukan kegiatan belajar sebesar 45,15%.
Hasil perhitungan rata-rata motivasi belajar menunjukkan adanya perbedaan persentase antara lembar observasi dan perhitungan angket pra siklus. Perbedaan hasil dapat terjadi karena perbedaan sudut pandang dalam mencari informasi mengenai motivasi belajar siswa. Kegiatan observasi dilakukan secara objektif terhadap motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran, sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa yang diisi secara subjektif menurut sudut pandang siswa sendiri.
Hasil wawancara siswa menyebutkan bahwa motivasi siswa selama pelajaran adalah mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Siswa yang belum paham materi lebih memilih bertanya kepada teman daripada bertanya kepada guru. Beberapa siswa ramai sendiri dan berbicara dengan teman dan bahkan ada yang mengantuk saat mengikuti pelajaran biologi. Hasil wawancara dengan guru biologi kelas VII D menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan bersifat klasikal, penggunaan metode ini membuat banyak siswa tidak memperhatikan misalnya bicara sendiri dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Guru berusaha merangsang motivasi siswa dalam pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab, siswa biasanya menjawab serempak pertanyaan yang diberikan. Pemberian tugas rumah kepada siswa juga dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Guru menambahkan penjelasan bahwa sudah pasti ada siswa yang ramai sendiri saat berlangsung pelajaran biologi.
C. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah menyusun beberapa instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan pembelajaran kooperatif
(48)
commit to user
a) Silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP dengan
materi pokok cirri-ciri makhluk hidup.
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi pertemuan 1 dan 2.
Penyusunan RPP sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
kooperatif
Jigsaw.
Urutan tahapan pelaksanaan secara lengkap dapat dilihat
dalam RPP pertemuan 1 dan 2 pada lampiran.
c) Angket motivasi belajar siswa.
d) Lembar observasi motivasi belajar siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan I, guru menggunakan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
yang terdiri dan 2 kali tatap muka. Pertemuan pertama (2 x 40 menit) dengan
membahas materi ciri-ciri makhluk hidup dengan presensi kehadiran 100% (hadir
semua). Pertemuan kedua (1 x 40 menit) masih melanjutkan materi ciri-ciri makhluk
hidup dengan presensi kehadiran siswa 100% (hadir semua). Kegiatan pembelajaran
lebih dipusatkan pada kegiatan diskusi dan pada saat presentasi serta tanya jawab.
Pertemuan pertama (2 x 40 menit) diawali dengan apersepsi guru mengenai
ciri-ciri makhluk hidup. Adanya apersepsi dapat merangsang siswa berpikir sebelum
dimulai pelajaran. Setelah apersepsi dilanjutkan tahap pertama dari pembelajaran
kooperatif
Jigsaw
yaitu persiapan yang dimulai dengan pembagian kelompok secara
heretogen. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan yang dimulai dengan membaca
yaitu setiap siswa menerima topik-topik ahli dan membaca materi yang diberikan
untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka, diskusi
kelompok ahli, anggota kelompok yang mendapatkan soal yang sama dengan anggota
kelompok lain berkumpul untuk mendiskusikan materi yang diperoleh. Kelompok
inilah kemudian disebut sebagai kelompok ahli. Laporan tim (diskusi kelompok awal)
kelompok ahli kembali ke kelompok awal kemudian menjelaskan hasil diskusi
kepada anggota kelompok awal secara bergantian. Presentasi, setiap siswa
mempersiapkan diri untuk presentasi. Persentasi dilakukan secara acak. Siswa yang
ditunjuk, presentasi di depan kelas. Rekognisi tim (penghargaan kelompok),
(49)
commit to user
32
kelompok akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Pertemuan kedua, setelah membuka pelajaran guru mengingatkan kepada siswa mengenai materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Tahap selanjutnya yaitu dengan pemberian materi secara keseluruhan tentang ciri-ciri makhluk hidup dengan menggunakan power point. Guru menjelaskan secara detail tentang ciri-ciri makhluk hidup, kemudian menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum dipahami dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan oleh siswa bersama dengan guru. Kegiatan akhir pada siklus 1 pertemuan kedua adalah diadakan postest untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi ciri-ciri dan makhluk hidup, selain itu siswa juga diberi waktu untuk mengisi angket motivasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dipantau dan diamati guna mengetahui letak kesulitan yang terjadi di dalam kelas khususnya saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi Tindakan Siklus 1
Penilaian terhadap motivasi belajar siswa dilakukan pada proses
pembelajaran berlangsung. Siswa diberi angket yang bersifat tertutup pada akhir
siklus untuk mengetahui motivasi belajar setelah diterapkan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
, lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi motivasi belajar
siswa. Berikut ini merupakan hasil observasi tindakan pada siklus 1:
a. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa
Angket motivasi belajar siswa dibagikan kepada setiap siswa untuk diisi
sehingga dapat diketahui tingkat motivasi belajar siswa menurut sudut pandang siswa
sendiri. Hasil pengisian angket motivasi belajar siswa dihitung dan didapatkan
persentase angket motivasi belajar siswa siklus I. Capaian angket motivasi belajar
siswa pada setiap indikator dalam proses pembelajaran biologi pada siklus I dapat
dilihat pada Tabel 8. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket motivasi
(1)
commit to user
73.35 79.23 87.13 75.18 79.78 86.03 72.24 79.23 88.24 75.74 79.23 87.13 73.77 78.43 88.73 74.63 79.41 87.32 45.15 47.21 52.21 73.53 80.88 86.03 51.72 54.17 60.29 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100Pra Siklus Siklus I Siklus II
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Indikator 8 Indikator 9
Gambar 9. Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Perhitungan
Angket
F. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII-D SMP Negeri 16 Surakarta tahun
pelajaran 2010/2011 ini dilakukan karena menurut hasil observasi diketahui bahwa
tingkat motivasi belajar siswa di kelas tersebut masih rendah. Salah satu upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas adalah dengan cara melakukan
perbaikan dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dan pengajar
dituntut untuk mengembangkan potensinya, salah satunya adalah dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif yang lebih inovatif sehingga motivasi belajar siswa dapat
meningkat.
(2)
commit to user
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif
Jigsaw
dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Pembelajaran kooperatif
Jigsaw
merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar mandiri secara
individu. Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut dapat dilihat melalui pemberian
angket, observasi serta wawancara dengan guru dan siswa tentang motivasi belajar
siswa. Capaian peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar siswa tiap aspek dari
pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar
10.
Gambar 10. Rata-Rata Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan
Lembar Observasi dan Angket
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir siklus I terdapat peningkatan
motivasi belajar siswa dilihat dari hasil pengisian angket dan lembar observasi.
Rata-rata persentase angket motivasi belajar siswa meningkat sebesar sebesar 68,37% pada
prasiklus menjadi 73,06% pada akhir siklus I. Rata-rata persentase observasi
motivasi belajar siswa meningkat sebesar 54,24% pada prasiklus menjadi 71,89%
pada akhir siklus I. Peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar siswa tersebut
menunjukkan bahwa ada perubahan tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih baik.
(3)
commit to user
Akhir siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar
siswa. Rata-rata persentase angket motivasi belajar siswa meningkat sebesar 73,06%
pada siklus I menjadi 80,34% pada akhir siklus II. Rata-rata persentase observasi
motivasi belajar siswa meningkat sebesar 71,89% pada siklus I menjadi 83,98% pada
akhir siklus II.
Hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif
Jigsaw
dapat membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran biologi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa pembelajaran
Jigsaw
cukup efektif untuk Kegiatan Belajar Mengajar dan siswa merasa lebih tertarik dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran telah memenuhi rata-rata indikator capaian minimal 75%.
Berarti telah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran seperti yang dijelaskan
oleh Mulyasa (2006: 101) bahwa suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa
terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Terpenuhinya rata-rata indikator capaian minimal 75% membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang ditunjukkan pada peningkatan hasil angket, observasi dan wawancara
siswa dalam proses pembelajaran biologi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanze (2007) menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan yang berarti pada prestasi (hasil) belajar yang dicapai siswa
antara metode konvensional dengan teknik
Jigsaw
namun, hasil penelitian ini
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pengalaman siswa yang dibagi pada 3
kebutuhan dasar siswa (otonomi, kompetensi, dan interaksi sosial pada
pembelajaran), aktivitas kognitif, dan peningkatan motivasi intrinsik.
Faktor lain yang harus diperbaiki selain strategi pembelajaran yang tidak
kalah penting adalah guru. Guru yang memiliki kreativitas dan kemampuan mengajar
yang baik dapat membuat berbagai strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif
(4)
commit to user
agar kualitas pembelajaran meningkat menjadi lebih baik. Penelitian dengan
pembelajaran kooperatif
jigsaw
ini berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif
jigsaw
lebih efektif daripada pembelajaran tradisional untuk
melatih kemampuan siswa dan dapat melatih siswa untuk melakukan kerjasama lebih
baik dengan teman dan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran kooperatif
Jigsaw
merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yang dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Penelitian tentang keefektifan metode pembelajaran dilakukan oleh
Widiyaningsih (2006) meneliti tentang studi komparasi metode pembelajaran STAD
dengan
Jigsaw
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajarn dengan metode
Jigsaw
efektif digunakan dalam pembelajaran IPA biologi siswa pada materi pokok
kepadatan populasi. Azizah (2006) juga meneliti tentang studi komparasi metode
pembelajaran kooperatif
jigsaw
dan konvensional. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metode pembelajaran kooperatif
jigsaw
lebih efektif daripada metode
pembelajaran konvensional karena mampu meningkatkan hasil belajar akuntansi
pokok bahasan jurnal khusus pada siswa kelas II MAN Suruh tahun pelajaran
2005/2006 mengarah pada ketercapaian belajar tuntas.
Penelitian yang dilakukan oleh Wing (2004) menunjukkan bahwa berbagai
hasil penelitian internasional menunjukkan bahwa penggunaan
Jigsaw
sebagai salah
satu metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara efektif pada hampir
semua subjek dan tingkat pendidikan. Penggunaan metode ini tidak hanya dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja siswa tetapi juga mengembangkan kemampuan
sosial dalam kerja kelompok. Berdasarkan penelitian ini keberhasilan implementasi
pembelajaran
Jigsaw
tergantung salah satunya pada kemampuan guru untuk
menangani permintaan partisipan (misalnya dalam pembentukan kelompok) dan
meyakinkan bahwa semua partisipan memiliki pemahaman yang jelas terhadap
setiap langkah.
(5)
commit to user
51
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
dapat
meningkatkan motivasi belajar biologi siswa kelas VII-D SMP Negeri 16 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011.
B.
Implikasi
1.
Implikasi
Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a.
Sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis lebih
lanjut.
b.
Sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi strategi
pembelajaran dalam mengajar biologi.
c.
Menambah wawasan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
khususnya mata pelajaran biologi.
2.
Implikasi
Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran Biologi
di SMP Negeri 16 Surakarta, yaitu motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dapat
ditingkatkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
.
C.
Saran
1.
Bagi Guru
a.
Guru harus lebih tegas dalam mengatur waktu dalam setiap tahap-tahap
pembelajaran agar dalam pelaksanaanya sesuai dengan alokasi waktu.
b.
Diharapkan pada saat awal pembelajaran guru selalu memotivasi siswa dengan
memberi pertanyaan-pertanyaan.
(6)