PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

(1)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Helmi Asyari

1003557

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Oleh Helmi Asyari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Helmi Asyari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

iv

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………...…………..………...……...… i

KATA PENGANTAR …………...………...……... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ………...…..………..…………. iv

DAFTAR TABEL ………...…...……... vi

DAFTAR GAMBAR ………...…. Vii DAFTAR LAMPIRAN ... Viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...………...………...… 1

B. Rumusan Masalah …………...………...……….……. 5

C. Tujuan Penelitian ………...…..………...…...… 5

D. Manfaat Penelitian ………...…………...…..… 6

E. Hipotesis Tindakan ………...….………. 7

F. Definisi Operasional ………...………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA di SD …...…...…….………...…. 8

B. Model Discovery Learning ……...………... 9

C. Keterampilan Proses Sains …………...……….…….… 17

D. Hubungan Model Discovery Learning dengan Keterampilan Proses Sains ...… 29

E. Materi Sifat-Sifat Cahaya ………...………... 31

F. Penelitian yang Relevan ………...………... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ………...………. 34

B. Model Penelitian ………...………...….... 34

C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ……….……...……. 36


(5)

v

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian ………...……...…... 44

F. Analisis dan Pengolahan Data ………....…….………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Deskripsi Awal ………...…………... 48

2. Pelaksanaan ………...……..…... 49

B. Pembahasan ...…………..………...…………... 99

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan .………...…………...…….... 105

B. Rekomendasi .……...………...……... 107

Daftar Pustaka ...……...………... 109

Lampiran-Lampiran ………...……...………...………. 112


(6)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Helmi Asyari NIM 1003557

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan Keterampilan Sains (KPS) siswa kelas V SD Negeri 3 Cibodas. Hal ini ditandai oleh kurangnya kegiatan KPS siswa pada saat proses pembelajaran serta rendahnya hasil tes KPS pada akhir pembelajaran. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data bahwa nilai rata-rata evaluasi KPS adalah 57.03 dengan siswa yang tuntas sebanyak 13 orang atau sekitar 40.63%. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menggunakan model Discovery Learning sebagai pemecahan masalahnya, sehingga didapat rumusan masalah umum yakni bagaimanakah pelaksanaan model discovery learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas? Dengan rumusan masalah secara khusus yakni: Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya di kelas V melalui penerapan model discovery learning? Serta bagaimanakah peningkatan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat cahaya di kelas V melalui penerapan model discovery learning?. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat cahaya di kelas V dengan menerapkan model discovery learning dan mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya di kelas V setelah menerapkan model discovery learning. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis & Mc. Taggart dan dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Insrtumen pengumpul data yang digunakan meliputi tes KPS, catatan lapangan dan lembar observasi. Pengolahan data meliputi pengolahan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Hasil yang didapat setelah penelitian adalah adanya peningkatan kemampuan KPS siswa, pada siklus I nilai rata-rata yang didapat siswa yakni 72.18 dengan persentase ketuntasan sebesar 87.10%, pada siklus II nilai rata-rata yang didapat sebesar 77.97 dengan persentase ketuntasan sebesar 93.75% sementara pada siklus III nilai rata-rata yang didapat siswa sebesar 81.72 dengan persentase ketuntasan mencapai 96.88%. Penelitian ini dapat mejadi sumbangan yang positif bagi guru, siswa, sekolah dan peneliti selanjutnya dalam menerapkan model Discovery Learning pada pembelajaran IPA sebagai upaya meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa


(7)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

ABSTRACT

APPLICATION OF DISCOVERY LEARNING MODEL IN SCIENCE SUBJECT MATTER TRAITS OF LIGHT TO INCREASE SCIENCE

PROCESS SKILLS STUDENTS

Helmi Asyari NIM 1003557

This research is motivated by the lack of skill of Science fifth grade students of SD Negeri 3 Cibodas. It is characterized by a lack of Science Process Skills activities of students during the learning process and low Science Process Skills test results at the end of the learning. From the results of observations made by researchers, the results obtained that the average value is 57.03 with the evaluation of Science Process Skills students who completed as many as 13 people or about 40.63%. To overcome these problems, researchers used a model of Discovery Learning as problem solving. In order to get a general problem formulation which is how the implementation of the model discovery learning in science subjects the material properties of light to improve science process skills fifth grade students of State Elementary School 3 Cibodas? With the formulation of the problem in particular: How does the implementation of the Natural Sciences learning material properties of light in the fifth grade through the application of the discovery learning? And how do they increase students' science process skills in the subjects of Natural Sciences material properties of the light in the fifth grade through the application of the discovery learning ?. The purpose of this study was to obtain an overview implementation of the Natural Sciences learning material properties of the light in the class fifth by applying the model discovery learning and knowing increase students' science process skills in the subjects of Natural Sciences of light material properties in the model class fifth after applying the discovery learning. The research method used in this research was Classroom Action Research (CAR) model Kemmis & Mc. Taggart and implemented as much of three cycles. The instruments used include tests of Science Process Skills, field notes and observation sheets. Data processing includes processing data that are qualitative and quantitative. The results obtained after the research was an increase in the ability of Science Process Skill students, in the first cycle the average value obtained with the percentage of students that is 72.18 completeness of 87.10%, the second cycle of the average value obtained at 77.97 with the percentage of completeness was 93.75% while the third cycle the average value obtained was 81.72 students with the percentage of completeness reached 96.88%. This research can form the positive contribution for teachers, students, schools and further research in applying the model of Discovery Learning in an effort to improve science learning Science Process Skills Students


(8)

1

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa Sekolah Dasar (SD) untuk mengembangkan daya fikir siswa dalam hal penemuan yang berlandaskan penelitian. IPA mempunyai peranan penting untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Wonohardjo (2012, hlm. 12) mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam adalah

sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu.” Menurut Nash

(dalam Samatowa, 2010, hlm. 3) mengatakan bahwa “ IPA adalah suatu cara atau

metode untuk mengamati alam”. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006).

Dari ketiga definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa IPA adalah sekumpulan pengetahuan mengenai gejala-gejala alam yang diperoleh melalui metode-metode tertentu. Pada dasarnya dalam menemukan pengetahuan tentang IPA, para ilmuwan sering menggunakan percobaan untuk mendapatkan data yang digeneralisasikan menjadi sebuah pemahaman baru. Untuk melaksanakan percobaan dalam menemukan pengetahuan baru diperlukan kombinasi dari berbagai keterampilan proses sains karena keterampilan proses merupakan landasan untuk menerapkan metode-metode ilmiah. Sejalan dengan pernyataan di atas, Dewi (2008, hlm. 52) menyatakan bahwa “keterampilan proses merupakan bagian yang membentuk landasan untuk menerapkan metode-metode

ilmiah”. Sementara dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menyatakan bahwa pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas:2006). Salah satu dimensi IPA (sains) adalah proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivis sains. Proses dalam melakukan aktivias-aktivitas yang terkait dengan


(9)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains. Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains (Dewi, 2008, hlm. 92). Pembelajaran IPA di SD hendaknya membelajarkan siswa untuk melakukan penemuan konsep baru yang belum diperoleh melalui serangkaian metode ilmiah. Dalam melakukan proses penemuan, siswa perlu dibekali dengan keterampilan proses sehingga siswa mampu secara mandiri memperoleh pengertahuan tersebut.

Dewi (2008, hlm. 81) mengungkapkan bahwa “Ketika menyelidiki sesuatu, para ilmuwan selalu menggunakan keterampilan-keterampilannya secara sistematis dan terpola. Cara ilmuwan merancang dan menggabungkan alat untuk membuat hipotesis, memprediksi, membuat percobaan untuk menguji hipotesis, mengelola informasi, menginterpretasikan data, menyimpulkan serta mengkomunikasikan hasilnya disebut metode ilmiah”

Penting sekali bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains agar proses penemuan mereka berjalan sesuai dengan yang diharapkan tetapi pada faktanya tidak semua guru membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan proses mereka. Peneliti mengamati proses belajar mengajar mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas untuk menemukan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru saat pembelajaran, penulis mendapatkan permasalahan yang dihadapi guru yakni, 1) Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanyajawab, dengan menggunakan metode ini, siswa hanya menerima informasi yang disampaikan oleh guru dan bertanya apabila ada yang tidak dimengerti mengenai materi tersebut. Pada pelaksanaannya, permasalahan yang terjadi adalah aktifitas siswa yang pasif dan siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri, 2) Siswa tidak banyak melakukan aktivitas karena siswa hanya bertugas mendengarkan informasi dari guru sehingga peran siswa dalam hal ini hanya sebagai objek belajar; 3) Ada beberapa keterampilan proses sains siswa yang tidak dapat dikuasai oleh siswa kelas 5 SDN 3 Cibodas Lembang, diantaranya a) Keterampilan melakukan observasi. Dalam mengamati gambar-gambar yang diberikan oleh guru, siswa cenderung tidak bisa menjelaskan gambar tersebut, hanya 3 siswa atau sekitar 9.37% yang berani menjelaskan gambar dan sisanya berdiam diri serta tidak


(10)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu menjelaskan; b) Keterampilan mengklasifikasikan. Permasalahannya adalah pada saat siswa dipersilahkan untuk mengelompokkan sifat-sifat pantulan cahaya berdasarkan jenis cerminnya ada kesulitan tersendiri dari siswa, hanya 10 siswa atau atau sekitar 31.25% yang menjawab benar dan sisanya menjawab dengan salah atau tidak tepat dalam mengklasifikasikan sifat bayangan tersebut. c) Keterampilan menyimpulkan data. Pada saat siswa memiliki data-data yang diberikan oleh guru mengenai sifat-sifat cahaya, hanya 7 siswa atau sekitar 21.87 % yang dapat menyimpulkan sifat cahaya berdasarkan data tersebut dan sebagian besar tidak bisa menjawab atau salah dalam menyimpulkan sifat cahaya berdasarkan data yang dimiliki, d) Keterampilan menerapkan konsep. Dalam menerapkan konsep sifat-sifat cahaya pada kehidupan sehari-hari, permasalahan yang terjadi adalah kekeliruan dalam menentukan peristiwa yang menggunakan konsep sifat-sifat cahaya, meskipun dalam menerapkan konsep sifat cahaya dilakukan secara diskusi kelompok tetapi hanya 1 kelompok (5 siswa/15.62%) yang mampu menerapkan konsep sifat cahaya pada peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari; e) Keterampilan merumuskan hipotesis, permasalahan yang terjadi adalah ketidakmampuan siswa dalam menyatakan hubungan dua variabel sehingga jika salahsatu variabel diubah, siswa tidak bisa menentukan akibat pada variabel lain. Hanya ada 8 siswa atau sekitar 25% yang mampu menentukan perubahan sebuah variabel sebagai akibat dari perubahan variabel lain. Rata-rata nilai evaluasi KPS yang didapat siswa yakni 57.03 dengan siswa yang tuntas sebanyak 13 orang atau sekitar 40.63%.

Sebenarnya masalah-masalah tersebut saling berkaitan, jika siswa mampu menguasai keterampilan proses sains, maka siswa akan mampu melaksanakan percobaan sehingga aktifitas dan hasil belajar siswa akan meningkat. Masalah kemampuan keterampilan proses dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru, jika model pembelajaran yang digunakan dapat melatih kemampuan proses sains siswa maka siswa akan mampu menguasai keterampilan proses sains sehingga pembelajaranpun akan lebih bermakna.

Masalah kemampuan keterampilan proses sains merupakan masalah yang problematis dan perlu segera ditangani karena kemampuan ini adalah kemampuan


(11)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar yang harus dimiliki siswa untuk melakukan sebuah percobaan pada materi IPA, Ilmu pengetahuan Alam adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu, proses pencarian ini telah diuji kebenarannya secara bersama-sama oleh beberapa ahli sains dan pemirsanya (Wonohardjo, hlm. 13). Untuk menguji kebenaran pengetahuan tersebut siswa perlu memiliki keterampilan proses untuk mendapatkan data dan pemahaman sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Permasalahan keterampilan proses yang telah dikemukakan di atas dapat dipecahkan dengan model Discovery Learning. Discovery adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Adapun proses mental misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya (Hamdani, 2011, hlm. 184). Model Discovery merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa kepada data-data serta informasi yang telah disediakan oleh guru untuk diolah sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru sehingga siswa menemukan sendiri sebuah prinsip umum dari data dan informasi yang disediakan tersebut dan memecahkan masalah yang telah disediakan sebelumnya dengan menggunakan data yang diperoleh. Dalam model ini guru sebagai pembimbing atau fasilitator yang menjembatani para siswa dengan ilmu atau sebuah materi untuk menemukan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak diketahui oleh siswa.

Model pembelajaran Discovery dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung dan nyata kepada siswa untuk menemukan sebuah informasi dengan cara membuktikan langsung dengan mencari data baik itu dengan wawancara, pembuktian dengan demonstrasi atau eksperimen atau dengan mencari literatur lain. Dengan begitu, siswa akan lebih mengerti dan paham secara kukuh dan ajeg karena pengetahuannya didapat dengan cara membangun sendiri dan menemukan secara mandiri. Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme yang didukung oleh teori psikologi kognitif Brunner (Trianto, 2007). Teori Konstruktivisme memandang bahwa pembelajaran yang dilakukan menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar (Trianto, 2007). Dengan begitu, penulis memandang bahwa model ini


(12)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD pada materi Sifat-sifat cahaya, karena model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep dan menggeneralisasikan hasil temuan mereka sendiri untuk kemudian dapat memecahkan masalah yang telah disediakan oleh guru. Kemudian tahapan dalam model discovery dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan proses sains, hal ini dapat dijadikan pembelajaran untuk siswa yang pada akhirnya siswa mampu menguasai keterampilan proses sains dan permasalahan dapat terpecahkan. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wiati dan Sariningsih yang menemukan bahwa Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi konsep cahaya mata pelajaran IPA.

Oleh karena itu penulis mengangkat judul “PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah umum dalam

penelitian ini adalah ”Bagaimanakah pelaksanaan model discovery learning pada

mata pelajaran ilmu pengetahuan alam materi sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan kemampuan observasi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas?” Pertanyaan tersebut meliputi pelaksanaan dan peningkatan kemampuan keterampilan proses sains siswa. Untuk menjawab masalah itu, penulis jabarkan ke dalam beberapa masalah khusus sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya di kelas V melalui penerapan model discovery learning?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi sifat-sifat cahaya di kelas V melalui penerapan model discovery learning?


(13)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi mengenai penerapan model discovery learning pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam materi sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas, deskripsi tersebut meliputi pelaksanaan serta peningkatan keterampilan proses siswa setelah diberikan tindakan, dengan demikian tujuan secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya di kelas V dengan menerapkan model discovery learning.

2. Mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya di kelas V setelah menerapkan model discovery learning

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa serta meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi Sifat-sifat cahaya melalui Model Discovery Learning.

2. Bagi Guru

Memberikan informasi dan wawasan mengenai cara pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya dengan menerapkan Model Discovery Learning sehingga pada akhirnya guru dapat menggunakan hasil penelitan ini sebagai upaya peningkatan mutu proses belajar mengajar di kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya.

3. Bagi Sekolah

Sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi dalam pengembangan kurikulum terutama kurikulum yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam. Selain itu, sekolah dapat merekomendasikan model


(14)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Discovery kepada guru-guru untuk digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya sehingga kualitas pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas dapat meningkat.

4. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui tentang deskripsi hasil penelitian serta dapat mengaplikasikan hasil penelitiannya yakni penerapan model Discovery Learning pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mengenai Sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran selanjutnya.

E. Hipotesis Tindakan

Penerapan model pembelajaran Discvery Learning dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS) pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 3 Cibodas Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

F. Definisi Operasional

1. Model Discovery Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang menuntun siswa pada informasi yang belum mereka ketahui melalui serangkaian metode ilmiah sehingga siswa dapat mengolah, menggabungkan konsep baru dengan konsep yang telah mereka miliki dan membangun pengetahuannya sendiri. Tahapan model pembelajaran Discovery Learning meliputi enam tahap, yaitu: 1) Stimulation, 2) Problem Statement; 3) Data Collection, 4) Data Processing, 5)Verification, 6) Generalization. Keterlaksanaan model Discovery Learning diukur melalui lembar aktivitas guru dan siswa

2. Keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam mencari informasi, menguji kebenaran atau mencari data terutama melalui percobaan. Aspek keterampilan proses sains yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu: 1) Mengamati, 2)


(15)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Merumuskan Hipotesis, 3) Menyimpulkan, 4) Mengelompokkan, 5) Menerapkan konsep. Kemampuan Keterampilan proses siains siswa diukur melalui tes KPS berbentuk uraian.


(16)

34

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (PTK). Kunandar (2008, hlm. 44) mengemukakan pengertian PTK yakni:

PTK didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Sejalan dengan pendapat Kunandar, Hopkins (dalam Wiraatmadja, 2010, hlm. 11) mengemukakan pengertian penelitian tindakan kelas “… suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah

proses perbaikan dan perubahan”. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah usaha seseorang untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran di kelas baik itu dilakukan seorang diri atau bersama-sama dengan orang lain. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya (Kunanadar, 2008, hlm. 45). Maka dari itu, Penelitian Tindakan Kelas penting dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran serta mengembangkan kegiatan profesi guru.

B. Model Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kunandar, 2008, hlm. 70-71) bahwa


(17)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komplementari yang terdiri dari empat momentum esensial‟. Kemmis dan Mc

Taggart mengemukakan bahwa penelitian ini dilakukan melalui proses dinamis yang artinya proses yang dilaksanakan dapat terus berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan diberhentikan jika permasalahan yang terjadi dapat terpecahkan. Momentum esensial tersebut terdiri dari penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat momentum esensial tersebut dilaksanakan pada setiap siklus yang berkelanjutan.

Peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart karena pada model ini peneliti dapat merefleksikan setiap siklus dan merencanakan kembali tindakan sesuai dengan refleksi yang telah dilakukan, refleksi tersebut berdasarkan data yang ditemukan pada saat observasi ketika tindakan berlangsung. Refleksi berguna untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada saat tindakan berlangsung yang kemudian dapat dijadikan acuan memperbaiki kekurangan tersebut dan diterapkan pada siklus selanjutnya. Berikut ini alur empat unsur pokok model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Mc Taggart yang disajikan dalam tiga siklus sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

Observasi Perncanaan

Observasi

Refleksi

Perncanaan

Tindakan

Observasi Refleksi

Tindakan

Siklus II Siklus I


(18)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Model PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kusumah

dan Dwitagama, 2010, hlm. 21)

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus menurut model Kemmis dan Mc. Taggart adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning), dalam pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan pertama kali yaitu membuat perencanaan tindakan. Rencana tindakan dilaksanakan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan pada pelaksanaan. Selain itu, dalam perencanaan peneliti menentukan instrumen pembelajaran dan instrument penelitian yang akan digunakan saat pelaksanaan.

2. Pelaksanaan (Acting), dalam tahap ini, rencana yang telah disusun dilaksanakan sesuai dengan langkah yang telah dibuat, yaitu langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning sebagai model pembelajarannya.

3. Observasi (Observing), dalam tahap ini, penelitian melakukan observasi terhadap tindakan yang sedang dilakukan, Observasi dilakukan oleh pihak lain (Observer). Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya dengan keterlaksanaan tindakan.

4. Refleksi yang mencakup kegiatan analisis, interpretasi, dan evaluasi yang diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Data yang terkumpul saat observasi dianalisis dan diinterpretasi untuk mencari penyelesaian yang efektif. Hasil dari refleksi kemudian dibuat perencanaan tindakan selanjutnya.

Keempat tahapan dalam penelitian ini merupakan unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu kegiatan yang berdasarkan pada perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran.


(19)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas, yang beralamatkan di Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

b. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah 5 bulan terhitung dari Februari-Juni 2014, penelitian ini diawali dengan identifikasi masalah sampai penyusunan laporan hasil penelitian.

c. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas V (Lima) Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tahun pelajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 18 laki-laki dan 14 perempuan. Sebagian besar siswa berasal dari keluarga petani sayuran yang pendidikannya jarang sampai ke perguruan tinggi, hal ini berpengaruh terhadap pendidikan keluarga yang kurang diperhatikan karena tuntutan kerja yang harus dimulai pada subuh pagi sampai malam hari. Sementara jarak rumah ke sekolah ditempuh dengan jalan kaki antara 30-120 menit dengan akses jalan yang dilalui adalah perbukitan. Jika pagi hujan, siswa yang rumahnya jauh tidak berangkat karena jalan yang dilalui siswa cukup berbahaya dan beresiko terhadap keselamatan siswa.

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas pada materi Sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model siklus belajar. Tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan pada referensi awal. Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti melakukan tahap persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan tahap tindakan penelitian.


(20)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

1) Permintaan izin kepada Kepala Sekolah, Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas 2) Observasi dan wawancara

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi, karakteristik siswa dan situasi Sekolah Dasar Negeri 3 Cibodas secara keseluruhan, terutama siswa kelas V yang akan dijadikan subjek penelitian.

3) Identifikasi permasalahan Kegiatan ini dimulai dari :

a) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, buku sumber kelas V, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dan model-model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

b) Menentukan metode atau model yang relevan dengan karakteristik siswa, bahan ajar dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

c) Menentukan rencana pembelajaran (RPP) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan model Disecovery Learning

d) Menyusun atau menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahap penelitian.

b. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai berikut :

Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, peneliti melakukan persiapan perencanaan diantaranya sebagai berikut :

a) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening termasuk tujuan yang harus dicapai dan menentukan topik-topik yang akan dipelajari.

b) Mempersiapkan media pembelajaran dan alat percobaan sifat cahaya merambat lurus dan menambus benda bening.


(21)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

d) Mempersiapkan lembar aktivitas guru dan lembar kegiatan keterampilan proses sains siswa.

e) Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening

f) Mempersiapkan penilaian keterampilan proses sains siswa. 2) Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses atau kegiatan belajar mengajar. Adapun langkah tersebut meliputi:

- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai peristiwa-peristiwa yang menerapkan konsep sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.

- Guru mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis atas pertanyaan-pertanyaan tersebut secara berkelompok.

- Pengumpulan data, dilaksanakan dengan cara siswa dibimbing oleh guru untuk melakukan percobaan secara berkelompok. Percobaan pada siklus pertama adalah sifat cahaya merambat lurus dan sifat cahaya menembus benda benig.

- Setelah data terkumpul, siswa berdiskusi untuk mengolah data yang didapat saat percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

- Siswa secara berkelompok menentukan peristiwa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan sifat-sifat cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening

- Siswa menyimpulkan sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.


(22)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh observer dan berpedoman pada lembar observasi yang disediakan oleh peneliti. Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk mengetahui:

a) Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan menerapkan model Discovery Learning.

b) Pelaksanaan kegiatan kerampilan proses sains siswa dengan menerapkan model Discovery Learning.

4) Refleksi (Reflecting)

Setelah melaksanakan tindakan, peneliti berdiskusi dengan observer, mitra peneliti dan guru kelas V untuk membahas, menganalisis data evaluasi dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan data pengamatan observer. Kegiatan refleksi ini bertujuan memperbaiki pelaksanaan penelitian pada siklus selanjutnya, penelitian pada siklus pertama dianggap berhasil apabila 75% siswa berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengukur Keterampilan Proses Sains mengenai sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening diatas nilai 65.

Siklus II

Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan (Planning)

Peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Adapun perencanaan tindakan pada siklus II meliputi:

a) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sifat cahaya dapat dibiaskan termasuk tujuan yang harus dicapai dan menentukan topik-topik yang akan dipelajari.

b) Mempersiapkan media pembelajaran dan alat percobaan sifat cahaya dapat dibiaskan.


(23)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

d) Mempersiapkan lembar aktivitas guru dan lembar kegiatan keterampilan proses sains siswa.

e) Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sifat cahaya dapat dibiaskan. f) Mempersiapkan penilaian keterampilan proses sains siswa.

2) Pelaksanaan (Acting)

Guru melaksanakan pembelajaran dengan model Discovery Learning sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada siklus II, percobaan yang akan dilakukan adalah sifat cahaya dapat dibiaskan. Adapun langkah tindakan dalam siklus II meliputi:

- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai peristiwa-peristiwa yang menerapkan konsep sifat cahaya dapat dibiaskan.

- Guru mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis atas pertanyaan-pertanyaan tersebut secara berkelompok.

- Pengumpulan data, dilaksanakan dengan cara siswa dibimbing oleh guru untuk melakukan percobaan secara berkelompok. Percobaan pada siklus II adalah sifat cahaya dapat dibiaskan.

- Setelah data terkumpul, siswa berdiskusi untuk mengolah data yang didapat saat percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

- Siswa secara berkelompok menentukan peristiwa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan sifat cahaya dapat dibiaskan.

- Siswa menyimpulkan sifat cahaya dapat dibiaskan. 3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh observer dan berpedoman pada lembar observasi yang disediakan oleh peneliti. Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk mengetahui:


(24)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan menerapkan model Discovery Learning.

b) Pelaksanaan kegiatan kerampilan proses sains siswa dengan menerapkan model Discovery Learning.

4) Refleksi (Reflecting)

Setelah melaksanakan tindakan, peneliti berdiskusi dengan observer, mitra peneliti dan guru kelas V untuk membahas dan menganalisis hasil evaluasi dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan data pengamatan observer. Kegiatan refleksi ini bertujuan memperbaiki pelaksanaan penelitian pada siklus selanjutnya, penelitian pada siklus II dianggap berhasil apabila 85% siswa berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengukur Keterampilan Proses Sains mengenai sifat cahaya dapat dibiaskan diatas nilai 65.

Siklus III

Siklus III merupakan kegiatan dari hasil refleksi siklus II. Siklus III terdiri dari: 1) Perencanaan (Planning)

Peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus II. Adapun perencanaan tindakan pada siklus III meliputi:

a) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sifat cahaya dapat dipantulkan termasuk tujuan yang harus dicapai dan menentukan topik-topik yang akan dipelajari.

b) Mempersiapkan media pembelajaran dan alat percobaan sifat cahaya dapat dipantulkan.

c) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

d) Mempersiapkan lembar aktivitas guru dan lembar kegiatan keterampilan proses sains siswa.

e) Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sifat cahaya dapat dipantulkan. f) Mempersiapkan penilaian keterampilan proses sains siswa.


(25)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Pelaksanaan (Acting)

Guru melaksanakan pembelajaran dengan model Discovery Learning sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus II. Pada siklus III, percobaan yang akan dilakukan adalah sifat cahaya dapat dipantulkan. Adapun langkah tindakan dalam siklus II meliputi:

- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai peristiwa-peristiwa yang menerapkan konsep sifat cahaya dapat dipantulkan.

- Guru mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis atas pertanyaan-pertanyaan tersebut secara berkelompok.

- Pengumpulan data, dilaksanakan dengan cara siswa dibimbing oleh guru untuk melakukan percobaan secara berkelompok. Percobaan pada siklus II adalah sifat cahaya dapat dipantulkan.

- Setelah data terkumpul, siswa berdiskusi untuk mengolah data yang didapat saat percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

- Siswa secara berkelompok menentukan peristiwa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan sifat cahaya dapat dipantulkan. - Siswa menyimpulkan sifat cahaya dapat dipantulkan kemudian

mengkomunikasikan hasil percobaannya didepan kelas. 3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh observer dan berpedoman pada lembar observasi yang disediakan oleh peneliti. Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung karena untuk mengetahui:

a) Situasi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan menerapkan model Discovery Learning.

b) Pelaksanaan kegiatan kerampilan proses sains siswa dengan menerapkan model Discovery Learning.


(26)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus maka peneliti membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya.

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar observasi

Arikunto (20012, hlm.133) menungkapkan bahwa “Observasi atau sering

disebut dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap

suatu objek dengan menggunakan seluruh indera”. Tujuan observasi pembelajaran

adalah untuk memperoleh informasi, data dan rekaman hal-hal penting dalam pembelajaran yang dapat dijadikan bahan untuk menemukan masalah PTK.(Sumadayo,2013, hlm.82)

Observasi pada penelitian ini dilaksanakan setiap tindakan dilakukan untuk mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi saat berlangsungnya pembelajaran. Observasi yang digunakan meliputi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa.

2. Catatan Lapangan (Field note)

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007, hlm. 209) mengungkapkan

bahwa catatan lapangan “adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,

dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap

data dalam penelitian kualitatif”. Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat

segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan ini berguna untuk mengetahui perkembangan siswa dalam proses pembelajaran, peneliti bekerjasama dengan mitra peneliti untuk mengisi catatan lapangan agar fokus guru tidak terbagi kedalam dua fokus mengajar dan mencatat di catatan lapangan.


(27)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Tes soal uraian

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelgensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002, hlm. 127). Tes dilakukan untuk mengukur ketercapaian Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa, tes ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran.

F. Analisis dan Pengolahan Data

1. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

a. Data kualitatif diperoleh dari catatan lapangan dan catatan-catatan dalam lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan KPS siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini dilaporkan dalam bentuk ulasan deskripsi narasi serta dipilah sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan yakni fokus penelitian. Data yang tidak relevan direduksi, data yang relevan didiskusikan, dimaknai, dan digunakan sebagai dasar melakukan tindakan. Selanjutnya dilakukan penafsiran data dan penarikan kesimpulan.

b. Data kuantitaif diperoleh dari hasil evaluasi KPS, data observasi keterlaksanaan aktivitas guru dan keterlaksanaan kegiatan KPS siswa. Data kuantitatif ini diolah berdasarkan penskoran yang telah disiapkan sebelumnya. 2. Pengolahan Data kuantitatif Hasil observasi dan Evaluasi KPS

Data hasil kegiatan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya dianalisis berdasarkan standar penilaian. Penganalisisan data dilakukan dengan menyusun rambu-rambu analisis yang didasarkan pada kriteria dengan indikator dan kualifikasi yang telah ditetapkan.

Sebelum menghitung hasil data, terlebih dahulu peneliti membuat pedoman penskoran. Pedoman penskoran dibuat sebagai acuan guru untuk menilai hasil evaluasi KPS siswa, evaluasi KPS pada siklus terdiri dari 10 soal sementara evaluasi KPS siklus II dan siklus III masing-masing terdiri dari 5 soal. Penskoran


(28)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal yang diberikan sehingga skor maksimal pada setiap soal berbeda-beda.

a. Menghitung data hasil observasi

1) Menghitung Keterlaksanaan Pembelajaran guru

Untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut:

Keterlaksanaan Pembelajaran = x 100

Kemudian untuk menginterpretasikan keterlaksanaan pembelajaran, ditentukan berdasarkan kategori yang disajikan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Persentase dan Predikat Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Persentase Kategori

87.60%-100% Sangat Baik

62.60%-87.50% Baik

37.60%-62.50% Cukup

25.00%-37.50% Kurang

0.00%-24.90% Sangat Kurang

(Mulyadi dalam Dewi, 2012, hlm. 40)

2) Menghitung keterlaksanaan aktivitas siswa

Untuk menghitung persentase keterlaksanaan aktivitas siswa dalam pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut:

Keterlaksanaan Aktivitas Siswa = x 100

Adapun kriteria keterlaksanaan aktivitas siswa dalam pembelajaran disajikan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Peersentase dan Kriteria Aktivitas Siswa

No Persentase (%) Keterangan

1 81,7 % - 100 % Baik

2 48,3 % - 81,3 % Cukup

3 0 % - 48 % Kurang

(Suherman dalam Tusriyanto, 2009:78) b. Menghitung evaluasi KPS siswa

1) Menghitung nilai rata-rata


(29)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X =

Keterangan :

X = Rata-rata nilai KPS siswa

∑ x = Jumlah keseluruhan nilai siswa N = Jumlah siswa

Keterangan kriteria nilai beserta predikatnya disajikan pada tabel 3.3: Tabel 3.3 Angka dan Predikat Nilai Rata-Rata

Angka Predikat

80 – 100 Sangat Baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

(Syah, 2013, hlm.151)

Syah (2013, hlm. 151) mengemukakan bahwa “Angka terendah yang

menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar untuk skla 0-100 adalah 55 atau 60. Namun demikian, kiranya perlu dipertimbangkan oleh para guru sekolah penetapan Passing Grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70)”. untuk itu peneliti menyesuaikan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan KKM dari pihak sekolah yakni sebesar 65. Selanjutnya membandingkan nilai rata-rata hasil belajar ketiga siklus dengan pencapaian KKM. Menghitung persentase siswa yang mencapai KKM dibandingkan dengan persentase perolehan KKM sebelumnya. Adapun cara menghitung persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebagai berikut:

TB = x 100%

Keterangan :

TB = Ketuntasan belajar

∑ x = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 65

N = Jumlah siswa keseluruhan.

Tabel 3.4 Persentase dan Predikat Ketuntasan Hasil Belajar

Persentase Predikat


(30)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60%– 79% Baik

40%– 59% Cukup

21%– 39% Kurang

0%– 20% Sangat Kurang


(31)

105

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang dihasilkan dari observer, mitra guru dan evaluasi KPS siswa terhadap kegiatan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model Discovery Learning didapatkan data sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA materi siffat-sifat cahaya dengan menerapkan model Discovery Learning yakni dengan langkah-langkah 1) Stimulation, 2) Problem Satement, 3) Data Collection, 4) Data Processing, 5) Verification dan 6) Generalization. Keterlaksanaan kegiatan guru dalam melaksanakan keenam tahapan meningkat pada setiap siklusnya, peningkatan dari siklus I sampai siklus III didasarkan pada hasil refleksi yang dilakukan oleh guru yang dituangkan pada perencanaan dan diaplikasikan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Selain keterlaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh guru, keterlaksanaan kegiatan KPS yang dilakukan siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model Discovery Learning pada setiap siklusnya meningkat, Peningkatan pada pra siklus ke siklus I meningkat signifikan karena pada pra siklus guru hanya menggunakan metode ekspositori sementara pada siklus I, siklus II dan siklus III peneliti menggunakan model Discovery Learning. Peningkatan setiap siklus terjadi karena peneliti telah melakukan refleksi terhadap cara yang dilakukan agar siswa melakukan kegiatan KPS. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning, tahap stimulation guru memberikan permasalahan berupa pertanyaan mengenai sifat cahaya yang akan dipelajari untuk menstimulasi keinginan belajar siswa, dengan diberikannya permasalahan maka siswa akan merasa tertantang untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga pada saat proses pembelajaran siswa akan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Pada tahap Problem Statement siswa merumuskan hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan guru sebelum melakukan percobaan,


(32)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hipotesis ini berguna untuk mengarahkan siswa dalam mendapatkan data selama percobaan berlangsung. Pada tahap Data Collection siswa melakukan percobaan untuk mencari data dalam menentukan benar atau salahnya hipotesis yang di rumuskan oleh siswa serta membuat kesimpulan pada akhir pembelajaran, percobaan yang dilakukan yakni mengenai sifat-sifat cahaya. Tahap Data Processing siswa mendiskusikan hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, pertanyaan-pertanyaan dalam LKS merupakan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan KPS karena pertanyaan tersebut dapat dijawab jika siswa menggunakan kemampuan berfikirnya dan mengeluarkan kemampuan KPS-nya. Pada tahap verification siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep sifat-sifat cahaya yang dipelajari pada peritiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari, selain itu pada tahap ini siswa menilai apakah hipotesis yang dirumuskan mereka tepat atau tidak sehingga siswa dapat menyimpulkan sifat cahaya yang muncul berdasarkan data dan verifikasi tersebut. Pada tahap Generalization siswa menyimpulkan sifat cahaya yang dipelajari berdasarkan data yang didapat ketika percobaan dan verifikasi terhadap penerapan konsep sifat cahaya pada peristiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

2. Melalui model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa kelas V SDN 3 Cibodas. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai evaluasi KPS dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya meningkat. Selain rata-rata dan ketuntasan siswa, kemampuan KPS siswa meningkat setiap siklusnya, hal ini dilihat dari nilai siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan KPS yang terdapat dalam evaluasi akhir pembelajaran. Peningkatan-peningkatan ini didapat karena siswa telah melatih kemampuan KPS nya melalui kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang menerapkan model Discovery Learning.


(33)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

1. Untuk Guru

Model Discovery Learning dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa, untuk itu guru dapat menggunakan model ini dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V. Model ini dapat dijadikan alternatif bagi guru agar tidak selalu menggunakan pembelajaran ekspositori karena dengan ekspositori saja siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan KPS nya. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model Discovery Learning, guru perlu memahami terlebih dahulu mengenai model ini karena dengan begitu guru dapat menggunakan model ini dengan baik. Selain itu, guru perlu mempersiapkan terlebih dahulu perangkat pembelajran seperti RPP, LKS dan alat percobaan kemudian pada pelaksanaannya guru perlu membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran melalui model Discovery Learning apalagi jika siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran konvensional. Pada penelitian ini peningkatan yang paling rendah terjadi pada kemampuan KPS merumuskan hipotesis, hal ini terjadi karena siswa baru pertama kali melakukan kegiatan KPS sehingga berpengaruh terhadap hasil tes KPS. Untuk itu, guru perlu memberikan bimbingan lebih intensif lagi kepada siswa terutama pada saat langkah problem statement untuk merumuskan hipotesis.

2. Untuk Siswa

Diharapkan siswa kelas V melatih kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS) dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning. Dengan melakukan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning siswa dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains terutama pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.


(34)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model Discovery Learning sangat membantu dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran terutama mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V karena pembelajaran dengan penerapan model ini berdampak positif terhadap peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa. Harapannya sekolah dapat memfasilitasi seperti menyediakan alat dan bahan percobaan serta mengarahkan guru pada model pembelajaran yang bersifat Student Centered salah satunya model Discovery Learning.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain untuk dicobakan kembali pada siswa, kelas, materi maupun mata pelajaran yang berbeda sehingga penelitian ini dapat dijadikan perbandingan guna meningkatkan hasil penelitian selanjutnya.


(35)

109

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amien. (1987) Mengajarkan Ilmu Pengetahuan dengan Menggunakan Metode Discovery dan inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azmiyawati, C., Omegawati, M.H., dan Kusunawati, R. (2008) IPA 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.

Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran. Jakarta: Dharma Bhakti.

Dewi, R.M. (2012) Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Gaya Dalam Pembelajaran IPA. Skripsi, FIP, Universitas Pendidikan Indonesia.

Dewi, S. (2008) Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Emas Publishing. Dimyati dan Mudjiono.(2013) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamdani. (2011) Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2012) Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Heriawan A. dkk. (2012) Metodologi Pembelajaran. Banten: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru.


(36)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herman, T., Karlimah, dan Komariah. (2007) Pendidikan Matematika I. Bandung: Upi Press.

Ibrahim, dkk. (2011) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers. Kunandar. (2008) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.

Kusumah, W. dan Dwitagama, D. (2010) Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media.

Moleong, L. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Rustaman. (2003) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Sagala. (2003) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, U. (2010) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Permata Puri Media.

Sariningsih, D. (2013) Penerapan Pendekatan Guided Discovery melalui Eksperimen untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA. Skripsi, FIP, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sulistyanto, H. dan Wiyono, E. (2008) Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.

Sumadayo. (2013) Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryosubroto, B. (2009) Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta.


(37)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Trianto (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Tusriyanto. (2009) Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiati, W.R. (2012) Penerapan Pendekatan Discovery untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Cahaya di SDN Pasirangin 01 Kecamatan Cileungsi Kabpupaten Bogor. Skripsi, FIP, Universitas Pendidikan Indonesia.

Widodo, A., Wuryastuti, S., dan Margareta. (2010) Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Winkel. (2014) Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Yogyakarta.

Wiriatmadja, Rochiati. (2008) Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wonorahardjo,S.(2010) Dasar-Dasar Sains.Jakarta: PT Indeks.


(1)

106

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hipotesis ini berguna untuk mengarahkan siswa dalam mendapatkan data selama percobaan berlangsung. Pada tahap Data Collection siswa melakukan percobaan untuk mencari data dalam menentukan benar atau salahnya hipotesis yang di rumuskan oleh siswa serta membuat kesimpulan pada akhir pembelajaran, percobaan yang dilakukan yakni mengenai sifat-sifat cahaya. Tahap Data Processing siswa mendiskusikan hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, pertanyaan-pertanyaan dalam LKS merupakan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan KPS karena pertanyaan tersebut dapat dijawab jika siswa menggunakan kemampuan berfikirnya dan mengeluarkan kemampuan KPS-nya. Pada tahap

verification siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep sifat-sifat cahaya

yang dipelajari pada peritiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari, selain itu pada tahap ini siswa menilai apakah hipotesis yang dirumuskan mereka tepat atau tidak sehingga siswa dapat menyimpulkan sifat cahaya yang muncul berdasarkan data dan verifikasi tersebut. Pada tahap Generalization siswa menyimpulkan sifat cahaya yang dipelajari berdasarkan data yang didapat ketika percobaan dan verifikasi terhadap penerapan konsep sifat cahaya pada peristiwa yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

2. Melalui model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa kelas V SDN 3 Cibodas. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai evaluasi KPS dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya meningkat. Selain rata-rata dan ketuntasan siswa, kemampuan KPS siswa meningkat setiap siklusnya, hal ini dilihat dari nilai siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan KPS yang terdapat dalam evaluasi akhir pembelajaran. Peningkatan-peningkatan ini didapat karena siswa telah melatih kemampuan KPS nya melalui kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang menerapkan model Discovery Learning.


(2)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

1. Untuk Guru

Model Discovery Learning dapat meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa, untuk itu guru dapat menggunakan model ini dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V. Model ini dapat dijadikan alternatif bagi guru agar tidak selalu menggunakan pembelajaran ekspositori karena dengan ekspositori saja siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan KPS nya. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model

Discovery Learning, guru perlu memahami terlebih dahulu mengenai model

ini karena dengan begitu guru dapat menggunakan model ini dengan baik. Selain itu, guru perlu mempersiapkan terlebih dahulu perangkat pembelajran seperti RPP, LKS dan alat percobaan kemudian pada pelaksanaannya guru perlu membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran melalui model

Discovery Learning apalagi jika siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran

konvensional. Pada penelitian ini peningkatan yang paling rendah terjadi pada kemampuan KPS merumuskan hipotesis, hal ini terjadi karena siswa baru pertama kali melakukan kegiatan KPS sehingga berpengaruh terhadap hasil tes KPS. Untuk itu, guru perlu memberikan bimbingan lebih intensif lagi kepada siswa terutama pada saat langkah problem statement untuk merumuskan hipotesis.

2. Untuk Siswa

Diharapkan siswa kelas V melatih kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS) dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning. Dengan melakukan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning siswa dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains terutama pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.


(3)

108

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model Discovery Learning sangat membantu dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran terutama mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di kelas V karena pembelajaran dengan penerapan model ini berdampak positif terhadap peningkatan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa. Harapannya sekolah dapat memfasilitasi seperti menyediakan alat dan bahan percobaan serta mengarahkan guru pada model pembelajaran yang bersifat Student

Centered salah satunya model Discovery Learning.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain untuk dicobakan kembali pada siswa, kelas, materi maupun mata pelajaran yang berbeda sehingga penelitian ini dapat dijadikan perbandingan guna meningkatkan hasil penelitian selanjutnya.


(4)

109

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Amien. (1987) Mengajarkan Ilmu Pengetahuan dengan Menggunakan Metode

Discovery dan inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azmiyawati, C., Omegawati, M.H., dan Kusunawati, R. (2008) IPA 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.

Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam

Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sekolah Dasar Mata Pelajaran. Jakarta: Dharma Bhakti.

Dewi, R.M. (2012) Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Gaya Dalam Pembelajaran IPA. Skripsi,

FIP, Universitas Pendidikan Indonesia.

Dewi, S. (2008) Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Emas Publishing.

Dimyati dan Mudjiono.(2013) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamdani. (2011) Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2012) Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Heriawan A. dkk. (2012) Metodologi Pembelajaran. Banten: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru.


(5)

110

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herman, T., Karlimah, dan Komariah. (2007) Pendidikan Matematika I. Bandung: Upi Press.

Ibrahim, dkk. (2011) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.

Kunandar. (2008) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.

Kusumah, W. dan Dwitagama, D. (2010) Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media.

Moleong, L. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Rustaman. (2003) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Sagala. (2003) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, U. (2010) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Permata Puri Media.

Sariningsih, D. (2013) Penerapan Pendekatan Guided Discovery melalui

Eksperimen untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA. Skripsi, FIP, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sulistyanto, H. dan Wiyono, E. (2008) Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.

Sumadayo. (2013) Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryosubroto, B. (2009) Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

Helmi Asyari, 2014

Penerapan Model Discovery Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Trianto (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Tusriyanto. (2009) Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Tesis, Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiati, W.R. (2012) Penerapan Pendekatan Discovery untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Konsep Cahaya di SDN Pasirangin 01 Kecamatan Cileungsi Kabpupaten Bogor. Skripsi, FIP, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Widodo, A., Wuryastuti, S., dan Margareta. (2010) Pendidikan IPA di Sekolah

Dasar. Bandung: UPI Press.

Winkel. (2014) Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Yogyakarta.

Wiriatmadja, Rochiati. (2008) Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk

Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wonorahardjo,S.(2010) Dasar-Dasar Sains.Jakarta: PT Indeks.