PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASARKELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

DEWI MELIASARI NIM 0903263

PROGRAM S1 KELAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

Oleh: Dewi Meliasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© DewiMeliasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penjelasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA ... 9

B. Pembelajaran IPA di SD ... 10

C. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 13

D. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) ... 20

1. PengertiandanTujuan Model Pembelajaran CLIS ... 20

2. KelebihandanKekurangan Model Pembelajaran CLIS ... 21

3. Tahapan Model Pembelajaran CLIS ... 22

4. TeoriBelajar yang Mendukung CLIS ... 25

E. Model PembelajaranKonvensional ... 26

F. Hasil Belajar ... 27

G. Sifat-sifat Cahaya ... 29

H. Hasil Penelitian yang Relevan... 32

I. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Desain Penelitian... 35

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 36

C. VariabelPenelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. ValiditasInstrumen ... 41

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53


(4)

1. Analisis Data Kuantitatif ... 53

a. Analisis Data HasilPretest ... 53

b. Analisis Data HasilPost Test ... 60

c. AnalisisPeningkatanKeterampilan Proses Sainsdan HasilBelajarSiswa ... 66

d. AnalisisPerbedaanPeningkatanKeterampilanProses SainsdanHasilBelajarSiswa ... 83

e. AnalisisPerbedaanPeningkatanKeterampilanProses SainsdanHasilBelajarpadaKelompokTinggi, Sedang danRendah ... 95

2. Analisis Data Kualitatif ... 97

a. HasilWawancara Guru danSiswa ... 97

b. HasilObservasiAktivitasSiswa ... 98

B. TemuandanPembahasan ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN: A. Persiapan Mengajar ... 109

B. Tes ... 135

C. Nontes ... 145

D. Hasil Uji Coba Instrumen ... 152

E. Data Hasil Penelitian ... 164

F. Dokumentasi... 247

G. Surat Izin Penelitian ... 257

H. Daftar Monitoring Bimbingan ... 262


(5)

2.1 Keterampilan Proses Sains SD dan Indikatornya……….. 1 8 3.1 Daftar SekolahDasardenganKriteriaSedangKecamatan SiturajaTahun

Pelajaran 2011/2012 ………. 3 6 3.2 Kategori Validitas Butir Soal………. 4

2 3.3 HasilValiditasTesKeterampilan Proses

SainsdanTesHasilBelajar………

……… 42

3.4 Kategori Reabilitas Tes……….. 4 3 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran……….. 4

4 3.6 Hasil Tingkat KesukaranTesKeterampilan Proses Sains

danTesHasilBelajar………. 4 5 3.7 Kategori Daya Pembeda……… 4

6 3.8 HasilDayaPembedaTesKeterampilan Proses SainsdanTesHasilBelajar

……….. 4

6 3.9 HasilValiditas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan

DayaPembedaTesKeterampilan Proses Sains ……… 4 7 3.1

0

HasilValiditas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan

DayaPembedaTesHasilBelajar ………... 4 7 3.1

1

Kriteria tingkat N-Gain……….. 5 0 4.1 StatistikDeskriptifNilaiPretest KPSpadaKeduaKelas………….. 5

4 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretest KPS……….. 5

5 4.3 Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Pretest KPS……… 5

7 4.4 StatistikDeskriptifNilaiPretestHasilBelajarpadaKeduaKelas………

……… 5

7 4.5 Hasil Uji Normalitas Data PretestHasilBelajar………. 5

8 4.6 Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Pretest HasilBelajar….. 5


(6)

9 4.7 Statistik Deskriptif NilaiPost test KPS pada Kedua Kelas……….. 6

0 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Post Test KPS……….. 6

1 4.9 Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Post Test Tes KPS…… 6

2 4.1

0

Statistik Deskriptif NilaiPost testHasilBelajarpada Kedua

Kelas……….. 6 3 4.1

1

Hasil Uji Normalitas Data Post TestHasilBelajar………. 6 4 4.1

2

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData Post Test

HasilBelajar………. 6 5 4.1

3

Statistik Deskriptif Gain KPS pada Kedua Kelas………... 6 6 4.1

4

Hasil Uji Normalitas Data PeningkatanKeterampilan Proses

SainspadaKelasEksperimen……… 7 0 4.1

5

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData PeningkatanKeterampilan

Proses SainspadaKelasEksperimen………. 7 1 4.1

6

Hasil Uji Normalitas Data PeningkatanKeterampilan Proses

SainspadaKelasKontrol……… 7 2 4.1

7

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData PeningkatanKeterampilan

Proses SainspadaKelasKontrol……… 7 4 4.1

8

Statistik Deskriptif Gain HasilBelajarpada Kedua Kelas………… 7 5 4.1

9

Hasil Uji Normalitas Data

PeningkatanHasilBelajarpadaKelasEksperimen………

………. 78

4.2 0

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData

PeningkatanHasilBelajarSiswapadaKelasEksperime………

…………. 80

4.2 1

Hasil Uji Normalitas Data

PeningkatanHasilBelajarpadaKelasKontrol………

……… 81

4.2 2

Hasil Perhitungan Uji Mann-WhitneyData

PeningkatanHasilBelajarSiswapadaKelasEksperimen………

………… 82

4.2 3

Hasil Uji Normalitas PerbedaanPeningkatanKeterampilan Proses

Sains……… 8 3


(7)

5 Sains……… 8 6 4.2

6

Hasil Uji HomogenitasN-GainKeterampilan Proses Sains………... 8 7 4.2

7

HasilUjiPerbedaan Rata-rata N-gain Keterampilan Proses Sains…. 8 8 4.2

8

Rata-rata Nilai N-gain KelasEksperimendanKelasKontrol……… 8 9 4.2

9

Hasil Uji Normalitas PerbedaanPeningkatanHasilBelajar………... 8 9 4.3

0

Hasil Perhitungan Uji

Mann-WhitneyPerbedaanPeningkatanHasilBelajar………

………. 91

4.3 1

Hasil Uji Normalitas N-GainHasilBelajar……… 9 2 4.3

2

Hasil Uji HomogenitasN-GainKeterampilan Proses Sains……….. 9 3 4.3

3

HasilUjiPerbedaan Rata-rata N-gain HasilBelajar……….. 9 4 4.3

4

Rata-rata Nilai N-gain KelasEksperimendanKelasKontrol……… 9 4 4.3

5

HasilUjione way ANOVAKeterampilan Proses SainspadaKelompokTinggi, SedangdanRendah……….. 9 6 4.3 6

HasilUjione way ANOVAHasilBelajarpadaKelompokTinggi,

SedangdanRendah………. 9 7 4.3

7

Hasil Observasi Aktivitas Siswa………. 9 9


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Rata-rata SkorPretestdanPost test KPS………... 68 4.2 Hasil Perhitungan Gain KPS yang Dinormalisasi pada Kelas

Eksperimen……….. 68 4.3 Hasil Perhitungan Gain KPS yang Dinormalisasi pada Kelas

Kontrol………. 69 4.4 Rata-rata SkorPretestdanPost testHasilBelajar………. 76 4.5 Hasil Perhitungan Gain HasilBelajaryang Dinormalisasi pada

Kelas Eksperimen……… 77 4.6 Hasil Perhitungan Gain HasilBelajaryang Dinormalisasi pada


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Model Pembelajaran CLIS……….. 24 2.2 SkemaPembiasanCahaya………... 31 3.1 Desain Penelitian Pretes Postest Control Group Design……… 35


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang kian pesat. Hal ini dapat dirasakan dengan semakin banyaknya penemuan-penemuan mutakhir yang pada zaman dahulu tak pernah terpikir bahkan mustahil untuk terjadi, namun semua itu dapat terwujud dengan adanya ilmu penegtahuan yang kian hari semakin berkembang.

Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut menuntut kualitas sumber daya manusia yang mumpuni dalam mengahadapi setiap tantangan perubahan zaman. Tak terpungkiri bahwa perubahan zaman telah menimbulkan berbagai permasalahan, baik itu permasalahan yang berdampak positif maupun negatif. Dengan kata lain, manusia dituntut untuk bersikap kreatif, inovatif juga edukatif untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang pada akhirnya siap untuk menghadapi berbagai macam perubahan yang terjadi. Salah satunyamelaluipeningkatanmutupendidikan.

Dalam hal ini, pendidikan merupakan salah satu hal penunjang dan merupakan wadah pencetak generasi bangsa. Dengan demikian, pendidikan harus sanggup mencetak generasi bangsa yang siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi itu. Pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalia diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Tegas sekali disebutkan dalam UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan dari diselenggarakannya pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Salah satunya pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Melalui pendidikan di tingkat Sekolah Dasar siswa diharapkandapat mengembangkan potensi yang ada di dalamdirinya.


(11)

Dari berbagaimacammatapelajaran yang diajarkan diSekolahDasar (SD), pembelajaran IPA menjadisalahsatumatapelajaran yang memberikanbanyakkontribusidalammengembangkanpotensi yang terdapat di dalamdirisiswa.“IlmuPengetahuanAlam (IPA) berhubungandengancaramencaritahutentangalamsecarasistematis, sehingga IPAbukanhanyapenguasaankumpulanpengetahuan yang berupafakta-fakta, konsep-konsep, atauprinsip-prinsipsajatetapijugamerupakansuatu proses penemuan” (Depdiknas, 2007).SelainitumenurutBundu (2006:11),“pembelajaran IPA mencakuptigakomponenyaituproduk, proses dansikapilmiah”.IPA sebagaiprodukberisiprinsip-prinsip, hukum-hukumdanteori-teori yang berkaitandenganalamsemesta. IPA sebagai proses merupakansekumpulanketerampilan yang dimilikiparaahliSainsdalammenemukanprodukSains. Dan IPA sebagaisikapmerupakansikap yang jugadimilikiolehparaahliSainsdalammencaritahudanmengembangkanpengetahuan yang merekadapatkan.

Uraian di atasmenggambarkanbahwa IPA merupakansalahsatumatapelajaran yang layakdikuasaiolehsiswakhususnya di SekolahDasar.Dalampembelajaran IPA siswabelajarmemahamidanberinteraksidenganlingkungantempatiaberada.

Selainitu, melaluipembelajaran IPA, siswadiajakuntukmenjadiseorangahliSains yang memilikitugasuntukmemecahkanberbagaimacammisteriyang terdapat di lingkungansekitarnyamelalui proses dansikap yang dimilikiseorangilmuwan.

Secaralebihterperincipembelajaran IPA di SekolahDasarmemilikibeberapatujuan, seperti yang telahtermaktub di dalamtujuanKurikulum2006 (Depdiknas,2007)yaitu :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat


(12)

3

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari tujuan pembelajaran di atas, terlihatbahwaketerampilan proses sains siswa menjadi hal penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Hal ini diuraikan oleh Semiawan dalam Bundu (2006:5) bahwa „pentingnya proses sains dikuasai siswa, bahkan dianjurkan sejak di bangku sekolah dasar‟. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa „keterampilan proses akan menjadi pengait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai‟.

Keterampilan proses bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar, sehingga secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan-kemampuannya. Bila siswa hanya belajar untuk mencapai hasil, maka mereka akan mendapatkan nilai-nilai yang tinggi. Namun mereka tampak kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap dalam situasi lain. Akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.

Keterampilan proses yang dikembangkan diantaranya: mengamati, berhipotesis, merencanakan, menafsirkan, serta mengkomunikasikan. Menurut Samatowa, (2006: 143) “Guru harus dapat menyediakan kegiatan yang dapat memberikan kesempatan untuk memunculkannya. Kegiatan yang dipandang dapat memenuhi tujuan itu yaitu practical work atau kerja praktik”. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Artinya, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan hal tersebut.

Dalampembelajaran IPA selainhasilbelajar yang menjadihalterpenting, prosesdansikapjugamenjadihalpentingdalammemperolehhasiltersebut. Hal inijugasejalandenganteoribelajarkonstruktivisme yang menyebutkanbahwa, „belajarmelibatkanpembentukanmaknaolehsiswadariapa yang merekalakukan,


(13)

lihatdandengar‟.Selanjutnyadikemukakanbahwa

“pengetahuanitutidakdapatdipindahkansecarautuhdaripikiran guru kesiswa, namunsecaraaktifdibangunolehsiswasendirimelaluipengalamannyata” (Samatowa, 2006 : 53).

Sejalandenganhaltersebut, Bundu (2006: 13) mengungkapkanbahwa: “hasilbelajarSainsmelalui proses sainsmenghasilkankesan yang lama, tidakmudahdilupa,

danakandapatdigunakansebagaidasaruntukmemecahkanmasalah yang dihadapi.” Mengingatakanhaltersebut, makadipandangperlumelaksanakanpembelajaran IPA yang dapatmengembangkanketerampilan proses sainssiswa, salahsatunyamelalui model pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS). Model pembelajaranChildren Learning In Science(CLIS) inimerupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif pada pembelajaran IPA yang berdasarkanteoribelajarkonstruktivisme.

Menurut Ismail (2011:13), “model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS”. Sehinggadapatdikatakanbahwa model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)ini membentuk pengetahuan ke dalam ingatan siswa agar konsep tersebut dapat bertahan lama, karena model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) memuat sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkanmelaluipengalamanlangsung, yaitumelaluiprakteklapanganmaupunpengamatan.

Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dipandang sebagai model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa karena model pembelajaran CLIS yang bersifat minds-on dan hands-on. Sehinggabukan hanya pemikiran dan pemahaman tentang konsep-konsep IPA yang ditekankan dalam pembelajaran tetapi juga Keterampilan Proses Siswa yang dapat dimunculkan dalam pembelajaran melalui kegiatan hands-on atau uji coba di dalam pembelajaran. Model Pembelajaran Children Learning In Science


(14)

5

memberikan kesempatan yang besar pada setiap siswa untuk aktif di dalam pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu, karakteristik model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) yang menggunakan lingkungan sekitar di dalam pembelajaran akan membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran dan menerapkannya langsung pada lingkungan sekitar karena siswa dapat melihat contoh materi yang diajarkan di kehidupannya sehari-hari.

Hal itu sejalan dengan pendapat Marselina (http://marselinaportofolio.blogspot.com, Rabu, 5 Desember 2012), yang menyebutkanbahwa:

Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.

Olehkarenaitu, penerapan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) inimerupakan salah satu upaya konkret dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dengan kualitas pembelajaran yang meningkat, kompetensi siswa pada pelajaran IPA yang disyaratkan oleh kurikulum 2006 diharapkan dapat meningkat pula, salah satunya yaitu keterampilan proses siswa.

Dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.


(15)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: “bagaimana pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science(CLIS) terhadap keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya?”

Dari rumusan masalah di atas, dapat diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V?

2. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Apakah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas V?

4. Bagaimana perbedaanpeningkatanketerampilan proses sains dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi, sedang dan rendah?

5. Bagaimana perbedaanpeningkatanhasilbelajar dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi, sedang dan rendah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk melihat adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran Children Learning In Science(CLIS) dalam upaya peningkatan keterampilan proses sains siswa SD.

2. Untuk melihat adanya peningkatan keterampilan proses sains yang lebih baik antara siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan model Children Learning In Science (CLIS) dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Untuk melihatadanya pengaruh pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS).


(16)

7

4. Untuk melihatperbedaanpeningkatanketerampilan proses sains dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi, sedang dan rendah.

5. Untuk melihatperbedaanpeningkatanhasilbelajar dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada kelompok tinggi, sedang dan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru

a. Sebagai bahan referensi bagi guru dalam melakssiswaan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

b. Meningkatkan kreativitas dan kinerja guru dalam melakssiswaan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

c. Dapat memperbaiki cara mengajar terutama pada pelajaran IPA. 2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan peran siswa secara penuh di dalam pembelajaran IPA. b. Meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. 3. Bagi Lembaga

Diharapkan dengan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada pembelajaran IPA dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan memperbaiki proses belajar mengajar serta meningkatkan kualitas praktek pembelajaran di sekolah, yang selanjutnya dapat disebarkan kepada guru-guru dan sekolah lain.

4. Bagi Peneliti

Untukmemperkayahasil-hasilpenelitiantentangpenerapan model CLIS. Selainitu,

penelitianinibermanfaatsebagaiwahanalatihanpenelitidalammelakukanpenelitiani lmiahdannyatasertamendapatkanpengetahuandanpengalamandalammenerapkan


(17)

model CLIS, sertalebihjauhpenelitianinimenghasilkanrekomendasimengenailayaktidaknya model pembelajaran CLIS inidigunakandalam proses pembelajaran IPA padamaterisifat-sifatcahaya di masamendatangberdasarkantemuandananalisis yang telahdilakukan.

E. Penjelasan Istilah

Supayatidak terjadi salah penafsiran terdahadap judul penelitian, maka berikut ini diberikan penjelasan berkenaan dengan istilah-istilah yang digunakan:

1. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. (http://marselinaportofolio.blogspot.com, 5 Desember 2012).

2. Keterampilan Proses Sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya (Bundu, 2006:12). Pada penelitian ini, keterampilan proses sains yang dimaksud adalah 5 keterampilan proses dasar yaitu keterampilan melakukan pengamatan (observasi), keterampilan menafsirkan (interpretasi), keterampilan meramalkan (prediksi), keterampilan menerapkan konsep (aplikasi), dan keterampilan mengkomunikasikan.

3. Sifat-sifat cahaya

Cahayamempunyaisifat-sifattertentu yang sangatbanyakmanfaatnyadalamkehidupan.Sifat-sifat yang dimilikicahayaadalahcahayamerambatlurus,cahayadapatmenembus benda bening, cahayadapatdibiaskan, dancahayadapatdiuraikan.


(18)

(19)

35

Kelompok eksperimen (R)___ O____ X____ O Kelompok kontrol (R)___ O__________ O A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah True Eksperimental dengan desain penelitian Pretes Postest Control Group Designseperti yang dikemukakan oleh Cresswell (Fawaid, 2009: 243). Menurut Sukmadinata (2010: 212), “penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mengukur pengaruh

suatu atau beberapa variabel terhadap variabel lain”. Pada penelitian eksperimen,

peneliti melakukan suatu manipulasi terhadap variable bebas (satu atau lebih) kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada variable terikat (Maulana, 2009:20). Sehingga penelitian eksperimen tentunya berbeda dengan penelitian lain karena di dalam penelitian eksperimen ini terdapat adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dibandingkan.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian untuk melihat hubungan sebab-akibat yakni untuk melihat pengaruh pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi sifat-sifat cahaya. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Pada kelompok eksperimen digunakan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), sedangkan pada kelompok kontrol digunakan pembelajaran secara konvensional.Desain penelitian yang digunakan seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretes Postest Control Group Design (Cresswell dalam Fawaid, 2010: 243)


(20)

36

Keterangan:

R = pemilihan kelompok secara acak

O = pretes atau postes berupa tes keterampilan proses sains siswa

X = perlakuan berupa pembelajaran IPA dengan mengunakan model Children Learning In Science (CLIS).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan adanya populasi dan sampel penelitian untuk diteliti.Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan subjek ataupun objek dalam penelitian.Sedangkan sampel merupakan salah satu bagian dari suatu populasi.Populasi dalam penelitian ini adalah SD yang berada di Kecamatan Situraja yang berkategori sedang berdasarkan hasil rata-rata UN. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Kecamatan Situraja rincian data dari SD tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Daftar Sekolah dengan Kriteria Sedang Kecamatan Situraja Tahun Pelajaran 2011/2012

No. Nama Sekolah Kategori 1 SDN Babakanbandung Sedang 2 SDN Malaka Sedang 3 SDN Pasirimpun Sedang 4 SDN Pakemitan Sedang 5 SDN Pamulihan Sedang 6 SDN Sukajadi Sedang 7 SDN Sukatali Sedang 8 SDN Neglasari Sedang 9 SDN Sukasari Sedang 10 SDN Tegalsari Sedang 11 SDN Cikadu Sedang

Mengingat bahwa ukuran populasi cukup besar dan relatif homogen, maka untuk efisiensi biaya, waktu, dan tenaga, maka penelitian ini menggunakan teknik sampling random.Dalam pengambilan sampel, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehinga semua subjek dianggap sama dan mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Adapun sampel yang diambil di


(21)

dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua SD yang berada di Kecamatan Situraja berkategori sedang yang diambil secara acak, satu SD dijadikan kelas eksperimen dan satu SD lagi dijadikan kelas kontrol. Sehingga terpilih SDN Sukajadi sebagai kelas eksperimen dan SDN Sukatali sebagai kelas kontrol.Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CLIS, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran biasa atau pembelajaran konvensional.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian adalah pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran CLIS(variabel bebas) dan keterampilan proses sains siswa pada materi sifat-sifat cahaya sebagai variabel terikatnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian. Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga kegiatan yang harus dilakukan, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan evaluasi/ analisis hasil penelitian. Penjelasan dari prosedur penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan pertama yang dilakukan oleh penulis dalam tahapan persiapan ini adalah melakukan studi pendahuluan yaitu observasi ke sekolah dan


(22)

38

wawancara dengan pihak sekolah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi sekolah dalam kegiatan pembelajaran IPA serta keadaan sekolah dan jumlah siswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian juga kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai. Merumuskan masalah dan alternatif pemecahan masalah berdasarkan hasil temuan studi pendahuluan. Selanjutnya melakukan studi literatur untuk mengkaji temuan-temuan studi penahuluan. Studi ini dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan model CLIS, keterampilan proses sains, hasil belajar serta materi sifat-sifat cahaya. Menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS serta menyiapkan alat dan bahan serta menyusunan instrumen tes KPS dan hasil belajar, lembar observasi dan lembar wawancara. Selanjutnya dilakukan validasi, uji coba instrumen, revisi dan penetapan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan pretestkemampuan keterampilan proses siswa dan hasil belajar untuk kedua kelas. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa kedua kelas tersebut. Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai jadwal.

Pada saat pembelajaran, aktivitas pembelajaran akan diobservasi oleh observer. Setelah pembelajaran berakhir secara keseluruhan, dilakukan tes kemampuan keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar (post test) untuk kedua kelas. Selanjutnya mewawancarai siswa di kelas eksperimen beserta guru.

3. Tahap Evaluasi/ Analisis Hasil Penelitian

Analisis hasil penelitian yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data kualitatif dan data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif berupa pretest dan postest keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa dari kedua kelas. Sedangkan pengolahan data kualitatif berupa hasil wawancara dan observasi. Selanjutnya, dilakukan penyimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

Untuk lebih jelas bagan alur prosedur penelitian ini disajikan pada gambar berikut:


(23)

(24)

40

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yaitu tes keterampilan proses sains siswa dan tes hasil belajar. Sedangkan instrumen non tes terdiri dari pedoman wawancara dan pedoman observasi. Penjelasan dari masing-masing instrumen yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tes

Tes merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Menurut Sudjana (2010: 35), “tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam

bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Instrumen tes dalam penelitian ini yaitu terdiri

dari :

a. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya. Item soal keterampilan proses sains yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretest dan postest dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

b. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya. Tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Instrumen tes ini digunakan pada saat pretest dan postest dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.


(25)

2. Non tes

Selain dengan menggunakan tes, hasil belajar dan proses pembelajaran juga dapat dinilai oleh alat-alat nontes. Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Lembar wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam kegiatan peeneliti ini berisi sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada guru dan siswa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran CLIS sehingga jawaban yang diperoleh dapat dijadikan penguat pada penarikan kesimpulan.

b. Lembar observasi

Dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi berupa lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa format observasi berupa check list. Format observasi ini berisikan serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati. Ketika pengamatan berlangsung, peneliti secara objektif memilih dengan cepat dan memberi tanda cek pada daftar kejadian.

F. Validitas Instrumen

Instrumen suatu penelitian yang baik harus diperhatikan kualitasnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh kualitas tes yang baik harus dilakukan validitas instrumen yang meliputi analisis validitas butir soal, analisis reabilitas, analisis tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda. Berikut diuraikan penjelasan dari masing-masing validitas instrumen, yaitu:

1. Validitas Butir Soal

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 2010:12). Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas


(26)

42

yang tinggi. Untuk menghitung koefisien korelasi tersebut digunakan rumusProduct Moment Pearson(Arifin, 2009):

rxy =

N XY−( X)( Y)

{N X2 −( X)2{N Y2−( Y)2} Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

N = banyaknya peserta tes X = nilai hasil uji coba Y = nilai rata-rata harian

Selanjutnya hasil dari koefisien korelasi tersebut ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2009: 257):

Tabel 3.2

Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kriteria

0,81 – 1,00 sangat tinggi 0,61 – 0,80 tinggi 0,41 – 0,60 cukup 0,21 – 0,40 rendah 0,00 – 0,20 sangat rendah

Perhitungan validitas instrumen tes keterampilan proses sains siswa dan tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft OfficeExcel 2010 dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu:

Tabel 3.3

Hasil Validitas Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar

No. Item Soal

Tes Keterampilan Proses Sains Tes Hasil Belajar Koefisien

Korelasi Interpretasi

Koefisien

Korelasi Interpretasi

1 0,66 Tinggi 0,63 Tinggi

2 -0,56 Sangat Rendah 0,66 Tinggi

3 0,79 Tinggi 0,41 Cukup

4 0,44 Cukup 0,41 Cukup

5 0,36 Rendah -0,14 Tidak Valid

6 0,64 Tinggi 0,69 Tinggi

7 0,72 Tinggi 0,37 Rendah

8 0,77 Tinggi 0,74 Tinggi

9 0,84 Sangat tinggi 0,69 Tinggi


(27)

2. Reabilitas Tes

Selain memiliki validitas baik, tes yang baik juga harus memiliki suatu reabilitas. Reabilitas tes merupakan ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya (Sudjana, 2010: 16). Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hasil dari alat penilaian tersebut jika digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama atau sebaliknya.

Dalam menentukan reabilitas suatu tes dapat dihitung dengan mencari koefisien konsistensi internal. Koefisien konsistensi internal ini didapat dengan jalan reabilitas belah dua, yaitu dengan membagi tes yang ada menjadi dua atas dasar jumlah item-item yang paling umum dengan membagi ganjil dan genap pada kelompok tersebut. Kemudian korelasikan kedua skor tersebut dengan menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran. Selanjutnya, untuk memperoleh angka koefisien korelasi secara menyuluruh dari tes dapat digunakan rumus Spearman Brown (Sudjana, 2010: 18) sebagai berikut:

r

xy

=

2 x r

belah dua

1 + r

belah dua

Selanjutnya hasil dari koefisien korelasi tersebut ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2009: 257):

Tabel 3.4

Kategori Reabilitas Tes

Batasan Kriteria

0,81 – 1,00 Sangattinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,61 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangatrendah

Berdasarkan hasil analisis reabilitas instrument tes keterampilan proses sains siswa dan tes hasil belajar dengan menggunakan Software Microsoft OfficeExcel 2010, diperoleh besar koefisien reabilitas (rxy) untuk tes


(28)

44

Sedangkan besar koefisien reabilitas (rxy) untuk tes hasil belajar adalah sebesar

0,65 yang berada pada kategori tinggi.

3. Tingkat Kesukaran

Kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut.Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proposional. Menurut Sudjana (2010:135) disebutkan bahwa “tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat

soal”.Tingkat kesukaran merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Indek kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008):

� = �� Keterangan:

P = tingkat kesukaran item soal tertentu

B = banyaknya siswa yang menjawab benar item soal. Js = jumlah peserta tes

Adapun kategori penafsiran tingkat kesukaran item soal dapat dilihat pada tabel berikut (Arikunto, 2008):

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kriteria

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains siswa dan tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft OfficeExcel 2010 diperoleh hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu:


(29)

Tabel 3.6

Hasil Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar

No. Item Soal

Tes Keterampilan Proses Sains Tes Hasil Belajar Tingkat

Kesukaran Interpretasi

Tingkat

Kesukaran Interpretasi 1 0,7 Sedang 0,7 Sedang 2 0,7 Sedang 0,6 Sedang 3 0,4 Sedang 1 Mudah 4 0,5 Sedang 1 Mudah 5 0,7 Mudah 0,1 Sukar 6 0,5 Sedang 0,5 Sedang 7 0,5 Sedang 0,9 Mudah 8 0,5 Sedang 0,4 Sedang 9 0,4 Sedang 0,7 Sedang 10 0,6 Sedang 0,3 Sukar

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya (Sudjana, 2010: 141). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2008):

�= � − � =

� − � Keterangan:

D = indeks diskriminasi item soal

PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar


(30)

46

Hasil dari daya pembeda di atas ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2008):

Tabel 3.7

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < P ≤ 0,40 Cukup

0,40 < P ≤ 0,70 Baik

0,70 < P ≤ 1,00 Baik sekali

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains siswa dan tes hasil belajar dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft OfficeExcel 2010 diperoleh hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini, yaitu:

Tabel 3.8

Hasil Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains dan Tes Hasil Belajar

No. Item Soal

Tes Keterampilan Proses Sains Tes Hasil Belajar Daya

Pembeda Interpretasi

Daya

Pembeda Interpretasi 1 0,9 Baik Sekali 0,9 Baik Sekali 2 -0,8 Jelek 0,8 Baik Sekali 3 1 Baik Sekali 0,4 Baik 4 0,6 Baik 0,5 Baik 5 0,4 Baik -0,3 Jelek 6 0,9 Baik Sekali 0,8 Baik Sekali 7 1 Baik Sekali 0,3 Cukup 8 1 Baik Sekali 1 Baik Sekali 9 1 Baik Sekali 1 Baik Sekali 10 0,6 Baik 1 Baik Sekali

Selanjutnya diadakan analisis untuk melihat soal mana saja yang memenuhi kriteria, serta memilih soal mana saja yang akan digunakan dan tidak digunakan. Untuk memudahkan dalam mengambil keputusan, hasil analisis instrument tes keterampilan proses sains yang meliputi hasil validitas, analisis tingkat kesukaran item soal dan daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut:


(31)

Tabel 3.9

Hasil Validitas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan Daya PembedaTes Keterampilan Proses Sains

No. Item Soal Validitas item Soal Tingkat Kesukaran Item Soal Daya Pembeda Item Soal Kesimpulan

1 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 2 Invalid Sedang Jelek Tidak dipakai 3 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 4 Valid Sedang Baik Dipakai 5 Valid Mudah Baik Dipakai 6 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 7 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 8 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 9 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 10 Valid Sedang Baik Dipakai Sementara itu, hasil analisis instrument tes hasil belajar yang meliputi hasil validitas, analisis tingkat kesukaran item soal dan daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.10

Hasil Validitas, Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Dan Daya Pembeda Tes Hasil Belajar

No. Item Soal Validitas item Soal Tingkat Kesukaran Item Soal Daya Pembeda Item Soal Kesimpulan

1 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 2 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 3 Valid Sedang Baik Dipakai 4 Valid Mudah Baik Dipakai 5 Invalid Sukar Jelek Tidak dipakai 6 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 7 Valid Mudah Cukup Dipakai 8 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 9 Valid Sedang Baik sekali Dipakai 10 Valid Sukar Baik sekali Dipakai

Berdasarkan data hasil analisis pada tabel di atas, terdapat 1 item soal KPS dan 1 item soal tes hasil belajar yang tidak dipakai yaitu soal no 2 pada


(32)

48

soal KPS dan soal no 5 pada soal tes hasil belajar. Hal itu disebabkan karena soal tersebut tidak valid dan memiliki daya pembeda yang jelek.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan post test. Adapun data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.Secara terinci analisis dari kedua data tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dimulai dengan memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memeberikan skor pada lembar jawaban tes keterampilan proses sains dan tes hasil belajar dimana soal dengan jawaban benar diberi skor 1 dan soal dengan jawaban salah diberi skor 0. Kemudian menentukan nilai tes keterampilan proses sains dan tes hasil belajar dengan rentang nilai 0-100 dengan rumus sebagai berikut:

Nilai = skor yang diperoleh

skor ideal x 100

Hasil dari nilai keterampilan proses sains dan hasil belajar tersebut kemudian dirata-ratakan dan dicari gainnya dengan cara menghitung selisih antara skor post test dan pretest. Selanjutnya dilakukan uji statistik yang melalui langkah-lagkah berikut ini:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data yang terkumpul dilakukan uji normalitas dengan test of normality dariKolmogorof-Smirnovdengan menggunakan software SPSS Versi 16 for windows.Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


(33)

Uji normalitas dilakukan dengan α (taraf signifikansi) sebesar 5% (0,05).

Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi <0,05 maka

H0 ditolak. Jika kedua data kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan

pengujian homogenitas data dengan menggunakan SPSS 16. Namun jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitasnya, tetapi digunakan uji statistik nonparametrik dengan uji Mann Whitney pada SPSS 16.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians ini dilakukan jika data berdistribusi normal, tetapi bila data tidak berdistribusi normal maka langkah selanjutnya dilakukan uji statistik nonparametrik. Uji homogenitas data digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Untuk menganalisis homogenitas data, digunakan uji Levene’s test dalam SPSS 16. Rumusan hipotesis pengujian homogenitas, yaitu:

H0 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau

homogen.

H1 = data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau

tidak homogen.

Taraf signifikansi pada uji Levene’s test dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai

signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka

H0 ditolak.

c. Uji Beda Rata-rata

Jika data berdistribusi normal dan homogenitas variansnya sama, maka langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata atau dikenal pula dengan uji-t.Uji independent sample t-test dilakukan dengan merumuskan hipotesis pengujian kesamaan nilai rata-rata pretest atau nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu sebagai berikut ini.


(34)

50

H1 : keterampilan proses sains siswa tidak sama

Selanjutnya, menghitung uji beda dua rata data pretest atau dua rata-rata data posttest dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Dari kesimpulan di atas, jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka masih digunakan uji independent sampel t-test, akan tetapi hasil dari pengujiannya dapat dilihat pada kolom Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama).

d. Gain normal

Untuk menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dapat dilakukan dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain). Menurut Meltzer (Fauzan,2012) rumus yang digunakan untuk mencari gain yaitu sebagai berikut:

����= skor postes−skor pretes skor max− skor pretes

Hasil dari gain di atas ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikutHake (Fauzan, 2012):

Tabel 3.11 Kriteria tingkat N-Gain

Tingkat N-Gain Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

e. Analisis Data Anova Satu Jalur (One Way ANOVA)

Anova merupakan singkatan dari "analysis of varian" merupakan bagian dari metoda analisis statistik yang tergolong analisis komparatif (perbandingan) lebih dari dua rata-rata (Riduwan, 2006). Atau sering juga dikenal dengan nama uji-F (fisher test). Uji F ini dilakukan terhadap beberapa kelompok yang


(35)

independen, dalam hal ini yaitu kelompok siswa tinggi, sedang dan rendah.Untuk menentukan siswa termasuk kelompok tinggi, sedang dan rendah, diambil dengan cara menentukan siswa dari kelompok rendah dan tinggi 27% dari banyaknya peserta dan dilakukan berdasarkan peringkat skor yang diperoleh (Sudjana, 1990).

Dalam melakukan uji-F ini, harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu data dipilih secara random, berdistribusi normal dan variannya homogen (Riduwan, 2006).Jika semua hal tersebut terpenuhi, maka langkah selanjutnya yaitu menganalisis data dengan menggunakan uji one way ANOVA dalam SPSS 16. Rumusan hipotesis pengujiannya yaitu:

H0 = peningkatan KPS tiap kelompok sama satu dengan yang lain

H1 = peningkatan KPS tiap kelompok ada perbedaan satu dengan yang lain.

Taraf signifikansi pada uji one way ANOVA dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,05). Kriteria pengambilan keputusannya adalah jika nilai

signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, tetapi jika nilai signifikansi < 0,05 maka

H0 ditolak.

f. Uji Non Parametik

Jika syarat uji parametik tidak terpenuhi yakni data berdstribusi normal dan bervarian homogeny, maka dilakukan uji non-parametik dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan bantuan software SPSS Statistics v16 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05.

2. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dimulai dengan mengelompokkan data ke dalam kategori tertentu.Selanjutnya sebagian data yang terkait dengan keperluan tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Secara terperinci akan diuraiakan sebagai berikut:

a. Wawancara

Data hasil wawancara diolah dengan menganalisis jawaban dari responden kemudian mendeskripsikannya ke dalam bentuk penjelasan berupa tafsiran dari


(36)

52

jawaban yang disampaikan responden.Dalam hal ini yaitu pendapat dari guru dan siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran CLIS.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi aktivitas siswa selama pembelajaran CLIS.Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang terdiri dari kolom aspek observasi beserta nilai. Selanjutnya data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis untuk mengevaluasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan carateknik penskoran terhadap indikator yang dilaksanakan, kemudian dideskripsikan dan ditafsirkan. Perolehan nilai dalam format observasi kegiatan siswa yaitu diperoleh dari kegiatan siswa dalam keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran. Setiap aspek, skor tertinggi adalah 3 dan apabila tidak muncul mendapatkan skor 0.

Setelah data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, selanjutnya diadakan suatu validasi data untuk mendapatkan suatu gambaran dan kesimpulan yang dapat memperkuat hasil temuan di lapangan. Validasi data pada penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005: 168-171) yaitu :

a. Member Check, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir pembelajaran.

b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.

c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing. d. Expert Opinim, yaitu pengecekan terakhir terhadap kesulitan temuan

peneliti kepada profesional, dalam hal ini penulis mengkonsultasikan dengan temuan kepada dosenpembimbing.


(37)

104 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, hasilanalisis data danpembahasan yang telahdilakukantentangpenerapanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya,dapatdisimpulkanbahwa:

1. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Selainitu,pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. 2. Keterampilan proses sainssiswa yang mengikutipembelajarandenganmodel

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)lebihbaiksecarasignifikandaripadasiswa yang mengikutipembelajarankonvensionaldengantingkatkepercayaan 95%.

3. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Danpembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

4. Peningkatanketerampilan proses sainspadakelompoktinggi, sedangdanrendah di kelaseksperimentidakterdapatperbedaan yang signifikan. Hal inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,980.

5. Peningkatanhasilbelajarpadakelompoktinggi, sedangdanrendah di kelaseksperimentidakterdapatperbedaan yang signifikan. Hal


(38)

105

inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,734.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukantentangpenerapanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya, makapenelitidapatmemberikan saran sebagaiberikut:

1. Pembelajaran IPA padamaterisifat-sifatcahayadengan model CLIS dapatmeningkatkan KPS siswa. Olehkarenaitu, alangkahbaiknyajika model pembelajaraninidijadikansebagaialternatifpembelajaran IPA di SD. Selainitu, guru dapatmengembangkanpembelajarandenganmerancang LKS daneksperimen yang lebihkreatifdanmenantangsiswa.

2. Dalampenentuanwaktupembelajarandenganmenggunakan model CLIS harusdiperhitungkandenganbenar. Mengingat model initerdiridaribeberapatahapan yang memakanwaktutidaksedikit. Perhitungkanwaktudalamtiaptahapansehinggatidakmelebihiwaktu yang diinginkan. Dalampelaksanaannya pun harusdiperhatikansebaikmungkin, misalnyadenganmenggunakanbantuanstopwatch.

3. Bagipenelitianselanjutnyadapatmengembangkanmodel CLIS padamateripembelajaran IPA yang lain sertadengantinjauan yang berbedamisalnyaberpikirkreatif, berpikirlogis, berpikirkritisdanlainnya.Selainitu, penelitian yang dilakukanlebihbaikjikadilakukandalambeberapapertemuan, minimal tiga kali pertemuansupayalebihterlihatpeningkatannya.


(39)

106

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2008).Dasar-dasarEvaluasiPendidikan (EdisiRevisi). Jakarta: BumiAksara.

Azmiyawati, Choiril dkk.(2008). IPA Salingtemasuntuk Kelas V SD/MI. Jakarta: PusatPerbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Buana.

Devi, Poppy Kamalia, dkk. (2011). Pendekatan Keterampilan Proses PadaPembelajaran IPA.Tersedia: [Online]: (http://www.bpptkpu-jabar.com/materi/0109_SMA_05.pdf, 15 Mei 2013).

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi PGSD UPI kampus Sumedang: Tidak diterbitkan.

Fawaid, Ahmad. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kholik, Muhammad. (2012). MetodePembelajaranKonvensional.Tersedia: [Online]: (http://www.muhammadkholik.wordpress.com/2012/metode-pembelajaran-konvensional/, 22 Juni 2012)


(40)

107

Inayatul Alifviani. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Tersedia dalam [Online]: (http://id.scribd.com/doc/54419015/abstrak, 5 Desember 2012).

Ismail, Ali. (2011). Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia Dan Pokok Bahasan Fluida. Tersedia dalam [Online]: (http://repository.upi.edu, 5 Desember 2012).

Mahmuddin.(2010). KomponenPenilaianKeterampilanProsesSains.Tersedia [Online]: (http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/, 15 Mei 2013)

Marselina. (2008). Model - Model Pembelajaran Inovatif. Tersedia dalam [Online]: (http://marselinaportofolio.blogspot.com/2008/12/model-model pembelajaran-inovatif.html, 5 Desember 2012).

Matsugino.(2012). Sifat-sifatCahaya.Tersedia [Online]: (http://mastugino.blogspot.com/2012/11/sifat-sifat-cahaya.html, 15 Mei 2013).

Maulana. (2009). Memahami Hakikat,Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live ’n Live2Learn.

Nur’aini, Eka. (2011). Kata OperasionalTaksonomi Bloom VersiBaruUntuk Mata

PelajaranBiologi.Tersedia [Online]:

(http://pep-uny.ac.id/2011/-eka-nur’aini.pdf, 15 Mei 2013).

Nuryani, dkk. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Sri Handayani. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran CLIS untuk Meningkatkan Keterampilam Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Pada


(41)

Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Semarang: Tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana. (1990).Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. (2010).PenilaianHasil Proses Belajar Mengajar (Cetakan Kelimabelas). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). MetodePenelitianPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.(2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Wiriatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Rosda Karya.

Yani Anggraeni. (2009). Strategi Pembelajaran CLIS (Children Learning In Sains) untuk meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Makhluk Hidup Memerkukan Udara Untuk Bernafas. Skripsi PGSD UPI kampus Sumedang: Tidak diterbitkan.


(1)

52

jawaban yang disampaikan responden.Dalam hal ini yaitu pendapat dari guru dan siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran CLIS.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi aktivitas siswa selama pembelajaran CLIS.Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang terdiri dari kolom aspek observasi beserta nilai. Selanjutnya data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis untuk mengevaluasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan carateknik penskoran terhadap indikator yang dilaksanakan, kemudian dideskripsikan dan ditafsirkan. Perolehan nilai dalam format observasi kegiatan siswa yaitu diperoleh dari kegiatan siswa dalam keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran. Setiap aspek, skor tertinggi adalah 3 dan apabila tidak muncul mendapatkan skor 0.

Setelah data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, selanjutnya diadakan suatu validasi data untuk mendapatkan suatu gambaran dan kesimpulan yang dapat memperkuat hasil temuan di lapangan. Validasi data pada penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005: 168-171) yaitu :

a. Member Check, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir pembelajaran.

b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.

c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.


(2)

104 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, hasilanalisis data danpembahasan yang telahdilakukantentangpenerapanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya,dapatdisimpulkanbahwa:

1. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. Selainitu,pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya. 2. Keterampilan proses sainssiswa yang mengikutipembelajarandenganmodel

pembelajaran Children Learning In Science

(CLIS)lebihbaiksecarasignifikandaripadasiswa yang mengikutipembelajarankonvensionaldengantingkatkepercayaan 95%.

3. Pembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran konvensionalpadakelaskontroldapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD

kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

Danpembelajarandenganmenggunakanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) padakelaseksperimenjugadapat meningkatkan hasilbelajar siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.

4. Peningkatanketerampilan proses sainspadakelompoktinggi, sedangdanrendah di kelaseksperimentidakterdapatperbedaan yang signifikan. Hal inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,980.

5. Peningkatanhasilbelajarpadakelompoktinggi, sedangdanrendah di kelaseksperimentidakterdapatperbedaan yang signifikan. Hal


(3)

105

inidapatterlihatpadahasilujione way ANOVAdenganmenggunakan taraf signifikansi 5% (0,05)menghasilkanP-value (Sig.) yaitu 0,734.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukantentangpenerapanmodel pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada materi sifat-sifat cahaya, makapenelitidapatmemberikan saran sebagaiberikut:

1. Pembelajaran IPA padamaterisifat-sifatcahayadengan model CLIS dapatmeningkatkan KPS siswa. Olehkarenaitu, alangkahbaiknyajika model pembelajaraninidijadikansebagaialternatifpembelajaran IPA di SD. Selainitu, guru dapatmengembangkanpembelajarandenganmerancang LKS daneksperimen yang lebihkreatifdanmenantangsiswa.

2. Dalampenentuanwaktupembelajarandenganmenggunakan model CLIS harusdiperhitungkandenganbenar. Mengingat model initerdiridaribeberapatahapan yang memakanwaktutidaksedikit. Perhitungkanwaktudalamtiaptahapansehinggatidakmelebihiwaktu yang diinginkan. Dalampelaksanaannya pun harusdiperhatikansebaikmungkin, misalnyadenganmenggunakanbantuanstopwatch.

3. Bagipenelitianselanjutnyadapatmengembangkanmodel CLIS padamateripembelajaran IPA yang lain sertadengantinjauan yang


(4)

106

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2008).Dasar-dasarEvaluasiPendidikan (EdisiRevisi). Jakarta: BumiAksara.

Azmiyawati, Choiril dkk.(2008). IPA Salingtemasuntuk Kelas V SD/MI. Jakarta: PusatPerbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Isi dan Standar Kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Buana.

Devi, Poppy Kamalia, dkk. (2011). Pendekatan Keterampilan Proses PadaPembelajaran IPA.Tersedia: [Online]: (http://www.bpptkpu-jabar.com/materi/0109_SMA_05.pdf, 15 Mei 2013).

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi PGSD UPI kampus Sumedang: Tidak diterbitkan.

Fawaid, Ahmad. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kholik, Muhammad. (2012). MetodePembelajaranKonvensional.Tersedia: [Online]: (http://www.muhammadkholik.wordpress.com/2012/metode-pembelajaran-konvensional/, 22 Juni 2012)


(5)

107

Inayatul Alifviani. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Tersedia dalam [Online]: (http://id.scribd.com/doc/54419015/abstrak, 5 Desember 2012).

Ismail, Ali. (2011). Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia Dan Pokok Bahasan Fluida. Tersedia dalam [Online]: (http://repository.upi.edu, 5 Desember 2012).

Mahmuddin.(2010). KomponenPenilaianKeterampilanProsesSains.Tersedia [Online]: (http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/, 15 Mei 2013)

Marselina. (2008). Model - Model Pembelajaran Inovatif. Tersedia dalam [Online]: (http://marselinaportofolio.blogspot.com/2008/12/model-model pembelajaran-inovatif.html, 5 Desember 2012).

Matsugino.(2012). Sifat-sifatCahaya.Tersedia [Online]: (http://mastugino.blogspot.com/2012/11/sifat-sifat-cahaya.html, 15 Mei 2013).

Maulana. (2009). Memahami Hakikat,Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live ’n Live2Learn.

Nur’aini, Eka. (2011). Kata OperasionalTaksonomi Bloom VersiBaruUntuk Mata

PelajaranBiologi.Tersedia [Online]:

(http://pep-uny.ac.id/2011/-eka-nur’aini.pdf, 15 Mei 2013).

Nuryani, dkk. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.


(6)

Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Semarang: Tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana. (1990).Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. (2010).PenilaianHasil Proses Belajar Mengajar (Cetakan Kelimabelas). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). MetodePenelitianPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.(2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Wiriatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Rosda Karya.

Yani Anggraeni. (2009). Strategi Pembelajaran CLIS (Children Learning In Sains) untuk meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Makhluk Hidup Memerkukan Udara Untuk Bernafas. Skripsi PGSD UPI kampus Sumedang: Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Implementasi Model Children Learning In Science (CLIS) dalam Pembelajaran IPA-Fisika SMP Negeri 1 Glenmore (Studi Pada Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains)

0 3 16

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

2 7 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 1 32

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

4 12 37

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS.

1 1 27

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 2 42

PENGARUH MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN PANAS.

0 0 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM NEWTON SISWA.

1 3 65

Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk

1 3 4