Pengaruh Pendekatan Whole Language Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V Sekolah Dasar.

(1)

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE

TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

oleh

ASEP CEPI SUPRIATNA 1102501

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE

TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

oleh

Asep Cepi Supriatna S.Pd UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

© Asep Cepi Supriatna 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE

TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar)

oleh

Asep Cepi Supriatna

1102501

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I,

Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D.

NIP 19530312 197903 2 002

Pembimbing II,

Bachrudin Musthafa, M.A., Ph.D.

NIP 19570310 198703 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar,

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd.

NIP 19651001 199802 2 001


(4)

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE

TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

Asep Cepi Supriatna

1102501

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tuntutan supaya individu mampu berkomunikasi dengan individu lainnya.Komunikasi tidak hanya meliputi cara menyampaikan maksud kepada orang lain, tetapi bagaimana menjadi pendengar yang baik, menyimak pembicaraan, dan menyampaikan respon dengan kalimat yang dapat dipahami oleh lawan bicara.Selain itu, masih terdapat siswa yang kesulitan memahami bacaan secara efektif sehingga hasil belajar membaca pemahaman siswa cenderung rendah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan Whole Language dan mengetahui pengaruh pendekatan Whole Languageterhadapkemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V Sekolah Dasar.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi.Penelitian ini dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan Whole Language memiliki kualitas yang baik. Ada perbedaan kemampuan membaca pemahaman yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan pendekatan Whole Language dengan pembelajaran konvensional. Melalui analisis statistika, diketahui bahwa kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu rata-rata pencapaian siswa berada pada poin 0,52 yang berada pada level baik.Berdasarkan hasil penelitian ini, pendekatan Whole Language dapat menjadi alternatif yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran terutama membaca pemahaman.Oleh karena itu, Pendekatan ini dapat direkomendasikan untuk diterapkan dalam pembelajaran membaca di sekolah dasar.


(5)

PENGARUH PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE

TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

Asep Cepi Supriatna

1102501

ABSTRACT

This research is motivated by the demand that the individual is able to communicate with other individuals. Communication does not only cover how to convey meaning to others, but how to be a good listener, listening to the conversations, and deliver the response to the sentences that can be understood by the other person. In addition, there are students who have difficulty reading comprehension effectively so that the students learn reading comprehension tends to be low.

The purpose of this study was to obtain a picture of the learning process of reading comprehension using Whole Language approach and determine the effect of Whole Language approach to reading comprehension in learning Indonesian in fifth grade elementary school. The method used in this study is a quasi experimental. This study was divided into two groups: the experimental group and the control group.

The results showed that the learning process of reading comprehension using Whole Language approach has a good quality. There are differences in reading comprehension significantly between learning using the Whole Language approach with conventional learning. Through statistical analysis, it is known that the class experiments showed a significant increase is the average achievement of students is at 0,52 which points are at a good level. Based on these results, the Whole Language approach can be an alternative that can be implemented in an effort to improve the quality of learning, especially reading comprehension. Therefore, this approach can be recommended to be applied in teaching reading at primary school.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah Penelitian

Untuk melakasanakan tugas pada setiap tahap perkembangannya setiap individu dituntut mampu berkomunikasi dengan individu lainnya. Komunikasi tidak hanya meliputi cara menyampaikan maksud kepada orang lain, namun juga bagaimana menjadi pendengar yang baik, menyimak pembicaraan, dan melontarkan respon dengan kalimat yang baik dan dapat dipahami oleh lawan bicara. Pentingnya kemampuan tersebut dibuktikan dengan tercantumnya pembelajaran mengenai komunikasi pada tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia sejak di tahapan Sekolah Dasar yang dijabarkan sebagai berikut (BSNP, 2006):

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan meliputi: 1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan 4) keterampilan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan membaca menjadi keterampilan pokok yang harus dikuasai untuk menyelesaikan setiap tugas dalam tahapan perkembangan individu. Hal ini berkaitan dengan upaya memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan yang diperlukan individu untuk terus berkembang dan menjadi lebih baik. Membaca pada hakikatnya merupakan proses perubahan pola pikir pembaca yang meliputi perubahan mental, sikap, ataupun perilaku dalam kehidupannya.


(7)

Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa “Reading is the

Heart of Education”. Roger menyatakan bahwa membaca merupakan jantung pendidikan. Oleh karena itu, membaca merupakan suatu kemampuan berbahasa yang sangat penting dikuasai oleh setiap individu. Membaca dapat memberikan informasi-informasi penting, menambah wawasan, dan pengetahuan baru yang dapat meningkatkan kecerdasan untuk menghadapi kehidupan mendatang. Maka dari itu, keterampilan membaca perlu diajarkan pada individu semenjak usia Sekolah Dasar, karena pembelajaran membaca memerlukan proses yang cukup rumit apabila dilaksanakan secara benar.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nurhadi, (dalam Somadayo. S, 2011: 5) yang mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks berarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal berupa faktor intelegensi, minat, sikap bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.

Membaca pemahaman sangat penting dikuasai oleh individu, karena membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Sejalan dengan hal tersebut Tarigan (dalam Somadayo.S, 2011:8) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critikal reviw), drama tulis (printed drama), serta pola-pola fiksi (patterns of ficion).

Pada saat ini, kegiatan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar khususnya pada kemampuan membaca pemahaman menjadi permasalahan yang harus ditangani secara optimal. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya siswa yang kesulitan memahami bacaan secara efektif sehingga kualitas hasil belajar membaca pemahaman siswa tergolong sangat rendah. Hal tersebut didasarkan pada hasil data tes PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yang merupakan studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh The International Association for


(8)

Evaluation Achievment (IAEA). Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2006 yang diikuti oleh 45 negara dan Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah (dalam Iskandarwassid dan dadang Sunendar, 2008:245). Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil survey yang dilakukan oleh IEA pada tahun 1992 yang menyebutkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV, pada penelitian ini Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia.

Fenomena kurang optimalnya hasil pembelajaran membaca pemahaman, ditemukan juga pada pembelajaran membaca di kelas V SD Gugus Ciaro Kecamatan Nagreg. Pembelajaran dilakukan secara konvensional, dan hanya terfokus pada kegiatan membaca dalam hati serta menulis saja. Alhasil kompetensi pada keempat keterampilan bahasa siswa terutama tujuan utama tentang pemahaman siswa tidak tercapai secara optimal. Selain hal tersebut, sering ditemukan masalah seperti siswa tidak memahami bacaan yang dipelajarinya sehingga mereka tidak dapat mengaplikasikan isi bacaan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika siswa belajar membaca pemahaman tentang ketertiban berjalan kaki di jalan raya. Setelah pembelajaran selesai seringkali siswa tidak paham bahkan lupa dengan apa yang dibacanya, sehingga ketika berjalan di jalan raya mereka lupa dengan bagaimana tertib berjalan di jalan raya.

Dari hasil penelitian-penelitian tersebut sangat memprihatinkan bagi kita sebagai individu yang peduli terhadap pendidikan. Maka dari itu, kita tertantang untuk memperbaiki keadaan tersebut. Pihak yang paling tertantang dalam masalah ini adalah pendidik atau guru, karena guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran membaca dalam rangka membimbing, mengembangkan serta memfasilitasi siswa. Pendidik atau guru bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas. Maka dari itu, pendidik atau guru perlu mempertimbangkan berbagai hal yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran.

Hal yang paling penting dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang diperkirakan sebagai akar dari pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Untuk itu, penting kiranya seorang pendidik mendalami dan memahami pendekatan-pendekatan pembelajaran bahasa


(9)

Indonesia yang lebih inovatif. Dari sekian banyak pendekatan pembelajaran yang ada, pendekatan Whole Language merupakan salah satu pendekatan bahasa yang perlu dipertimbangkan untuk membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Dengan pendekatan Whole Language keempat keterampilan bahasa dengan sendirinya akan terpelajari, karena dalam proses pembelajarannya pendekatan ini mengintegrasikan semua keterampilan bahasa. Sehingga dengan pendekatan Whole Language, diharapkan pembelajaran membaca pemahaman akan lebih bermakna.

Dengan demikian penulis bermaksud mencari tahu pengaruh yang terjadi bila guru di sekolah mencoba melakukan pendekatan yang berbeda dalam mengajarkan cara membaca pemahaman. Untuk itu, akan dilakukan sebuah

penelitian berjudul “Pengaruh Pendekatan Whole Language terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pembelajaran membaca pemahaman di sekolah dasar dikatakan masih belum optimal, sebab dari beberapa survey dan penelitian ditemukan bahwa pendidik/guru masih belum bisa mengarahkan siswa pada kegiatan membaca pemahaman yang tepat. Pembelajaran membaca pemahaman yang sudah dilaksanakan belum mengembangkan potensi keterampilan berbahasa siswa. Oleh sebab itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V Sekolah Dasar dengan menggunakan pendekatan Whole Language dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan Whole Language dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V sekolah dasar?

2. Bagaimanakah pengaruh pendekatan Whole Language terhadap kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V sekolah dasar?


(10)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh pendekatan Whole Language terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan Whole Language di kelas V sekolah dasar.

2. Mengetahui apakah ada pengaruh pendekatan Whole Language terhadap kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Dengan pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat langsung di dalam dunia pendidikan. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman belajar yang bermakna.

b. Meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, terutama keterampilan membaca pemahaman.

2. Bagi Guru

a. Meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan mengajar.

b. Menambah pengalaman mengajar dalam kegiatan penelitian.

c. Menambah wawasan tentang pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

d. Digunakan sebagai bahan kajian dalam memperluas wawasan mengenai pembelajaran di sekolah.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang pengaruh pendekatan Whole Language terhadap kemampuan membaca pemahaman di SD.


(11)

b. Selanjutnya dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan secara bijaksana.

E. Struktur Organisasi

Untuk memahami alur dalam penulisan tesis ini, maka perlu adanya struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian ini. Laporan hasil penelitian disampaikan dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

1. Bab I, berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

2. Bab II, berisi Landasan Teori yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian yang relevan, hipotesis dan variable penelitian.

3. Bab III, berisi uraian tentang tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan tesis. Bagian tersebut meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data serta analisis data. 4. Bab IV, berisi gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis

data yang ditemukan dalam penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan atau analisis temuan.

5. Bab V, berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut.


(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh dalam melakukan penelitian, supaya memenuhi syarat-syarat ilmiah dalam pelaksanaannya. Metodologi penelitian tersebut meliputi lokasi, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan analisis data.

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (eksperimen kuasi). Menurut Ruseffendi (2006:52) penelitian eksperimen kuasi merupakan penelitian eksperimen semu dimana subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya. Oleh karena itu, pelaksanaannya menggunakan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan treatment dengan menerapkan pendekatan Whole Language sedangkan kelompok kontrol menggunakan pendekatan pembelajaran seperti biasanya dilakukan guru. Penggunaan metode tersebut bermaksud untuk mengumpulkan data dan menganalisis data agar dilaksanakan secara ekonomis sesuai dengan tujuan penelitian.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah Randomized Prates – Posttest Control Group Design. Dalam desain ini, sampel akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama atau homogen. Kedua kelas tersebut diberi tes awal (prates) dengan tes yang sama. Kemudian Kelas eksperimen mendapat treatment dengan menggunakan pendekatan Whole Language sedangkan kelas kontrol merupakan sampel yang melaksanakan pembelajaran konvensional. Setelah beberapa saat, kedua kelas tersebut diberi tes yang sama sebagai tes akhir (post tes). Hasil tes awal dan tes akhir kedua kelas tersebut dibandingkan (diuji perbedaannya), perbedaan yang berarti (signifikan) antara kedua hasil tes akhir, dan antara tes awal dan akhir pada kelas eksperimen menunjukan pengaruh dari


(13)

perlakuan yang diberikan. Berikut skema desain penelitian yang akan dilaksanakan.

Tabel 3.1

Skema Randomized pre test post test Control Group design

Kelas Prates Treatment Postest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 _ O2

Keterangan: O1 = Prates

O2 = Posttest

X = Kegiatan Pembelajaran menerapkan Pendekatan Whole Language. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Memilih dua kelas dari subjek penelitian yang ada untuk dijadikan tempat penelitian. Pemilihan tersebut dilakukan secara acak. Subjek yang terpilih yaitu kelas V SDN Ciaro 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas V SDN Ciaro 2 sebagai kelas Kontrol.

2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan pendekatan Whole Language. Selain itu peneliti dan guru melakukan kesepakatan mengenai pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru, peneliti hanya berperan sebagai observer dan partner guru, serta pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan. 3. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru melakukan prates untuk

melihat kemampuan awal anak untuk setiap kelompok.

4. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan menerapkan pendekatan Whole Language dalam pembelajaran membaca pemahaman. Sedangkan untuk kelas kontrol dilakukan pembelajaran seperti biasanya. 5. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan post test kepada kedua kelompok


(14)

6. Melakukan analisis data, untuk mengetahui pengaruh pendekatan Whole Language terhadap kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

B.Partisipan

Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas V di SDN Ciaro 2 dan SDN Ciaro 3 yang berlokasi di Desa Ciaro Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan dengan berbagai pertimbangan yaitu :

1. Kedua sekolah tersebut berada di lokasi atau lingkungan yang sama yaitu di pusat gugus Ciaro. Dengan kata lain kedua sekolah tersebut berada dalam satu komplek dimana siswa-siswinya diasumsikan memiliki kemampuan yang homogen.

2. Kedua sekolah tersebut belum pernah dijadikan sebagai tempat penelitian dengan menggunakan pendekatan Whole Language.

3. Prestasi SDN Ciaro 2 dan SDN Ciaro 3 memiliki tingkatan yang setara.

C.Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:80), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Sedangkan menurut Sudjana (2000:26) populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin baik dari menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Dalam penelitian ini populasi yang dipilih adalah siswa kelas V SDN gugus Ciaro Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

Berdasarkan populasi yang diambil dalam penelitian ini, sampel penelitian difokuskan pada siswa kelas V SDN Ciaro 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa yang diteliti 30 orang dan siswa kelas V SDN Ciaro 3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa yang diteliti 30 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(15)

Tabel 3.2

Subjek Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Nama Sekolah Kelas Guru Siswa

1. SDN Ciaro 3 Eksperimen 1 30

2. SDN Ciaro 2 Kontrol 1 30

Jumlah 2 60

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini merupakan suatu alat yang dikembangkan untuk mengamati dan mengumpulkan data dalam setiap kegiatan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Whole Language, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes yaitu sebagai berikut :

1. Instrumen Tes

Secara sederhana tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

aspek tertentu dari peserta tes. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Poerwanti,

dkk. 2008:131) tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data kemampuan siswa dalam membaca pemahaman pada pembelajaran bahasa Indonesia. Tes yang dilakukan berupa tes awal dan tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Alat ukur yang paling tepat digunakan dalam mengukur kemampuan membaca adalah alat ukur yang berupa tes. Hal tersebut dikarenakan aspek yang terpenting dalam penilaian membaca adalah pemahaman.

Dalam penelitian ini tes yang akan dilakukan adalah tes pemahaman wacana. Tes pemahaman wacana bersifat integratif, artinya banyak aspek yang dapat diukur dengan menggunakan tes ini. Misalnya, penguasaan kosa kata, penguasaan struktur, dan pemahaman isi wacana.


(16)

Komposisi isi dan bentuk soal prates dan pascates disusun serupa, karena salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan belajar membaca pemahaman siswa. Adapun tes dalam penelitian yang digunakan adalah tes berupa pilihan ganda. Penggunaan tes pilihan ganda memperhatikan panjang pendeknya wacana yang dibaca. Wacana pendek berupa teks bacaan yang terdiri dari 35-75 kata, sedangkan wacana panjang adalah teks bacaan yang terdiri dari 100-300 kata. Panjang pendeknya wacana harus disesuaikan dengan kemampuan membaca siswa yang akan mengikuti tes. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesulitan wacana. tingkat kesulitan wacana dapat diketahui dengan cara melihat hasil skor siswa yang di teskan.

Instrumen Tes Pemahaman Membaca (TPB) yang digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran membaca pemahaman mencakup prates dan pascates. Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Pemberian prates dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran membaca dengan pendekatan Whole Language, sedangkan pascates dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan Whole Language terhadap keberhasilan pembelajaran membaca pemahaman siswa. Instrumen kemampuan memahami bacaan berbentuk soal pilihan ganda yang mencakup isi dari bacaan yang dibaca.

Soal-soal yang diberikan adalah soal berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggambarkan pemahaman bacaan siswa. Riggs dan Lay dari Stanford (Damaianti, 2001:76) mengungkapkan bahwa khusus untuk menentukan tingkat pemahaman bacaan ada beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu berupa fakta-fakta yang spesifik, ide pokok, sebab akibat, kosakata, dan tata kalimat. Adapun ketentuan tingkat kesulitan masing-masing butir pertanyaan mengacu pada tingkat kognitif yang dikemukakan oleh Sanders. Pertanyaan-pertanyaan pada tes ini berupa pertanyaan ingatan (K1), terjemahan (K2), pemahaman (K3), aplikasi (K4), analisis (K5), sintesis (K6), dan evaluasi (K7).

Menurut Arikunto, ada beberapa aspek kognitif yang cocok untuk diterapkan secara bertahap pada anak sekolah dasar yaitu ingatan (K1), terjemahan (K2), pemahaman (K3), aplikasi (K4), mengingat anak usia sekolah


(17)

dasar berada pada tahapan operasional konkret seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Adapun analisis, sintesis dan evaluasi dapat dilatih secara bertahap di SMP, SMU dan Perguruan Tinggi (Arikunto, 2006).

Berdasarkan pemaparan tersebut, instrumen tes pemahaman bacaan akan mengacu pada pedoman tes dengan kriteria-kriteria seperti di atas. Pengembangan instrumen dilakukan dengan tahapan: menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan kisi-kisi menjadi soal kemudian melakukan uji coba instrument dengan cara uji validitas dan uji reliabilitas. Adapun penyusunan kisi-kisi tes pemahaman bacaan dipaparkan dalam tabel berikut:

TABEL 3.3

KISI-KISI TES PEMAHAMAN BACAAN (TPB)

Nomor pertanyaan (Butir Soal)

Jenjang / Aspek Kemampuan Ingatan

(K1)

Terjemahan (K2)

Pemahaman (K3)

Aplikasi (K4)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14


(18)

Butir soal yang dibuat berdasarkan kisi-kisi tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui valid tidaknya butir soal yang akan digunakan dalam penelitian.

Validitas menurut Arikunto (2012:168) adalah “suatu ukuran yang

menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”. Suatu instrument yang valid atau sahih, mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya instrument yang tidak valid memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan peneliti. Artinya, instrumen tersebut dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Soal yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam soal secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur, sedangkan validitas eksternal bila kriteria didalam soal disusun berdasarkan fakta-fakta emperis yang telah ada (eksternal). Validitas internal soal harus memenuhi construct validity (validitas kontruks) dan content validity (validitas isi). Validitas konstruk adalah kerangka dari suatu konsep.

Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (judment experts). Untuk itu soal yang telah dibuat dikonsultasikan kepada ahlinya untuk mendapatkan tanggapan, saran para ahli dapat tanpa perbaikan.

Validitas isi angket ditentukan oleh sejauh mana isi angket tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misal konsep yang akan diteliti terdiri dari empat aspek, maka soal yang dibuat harus menanyakan tentang keempat aspek tersebut.

Setelah validitas konstruk terpenuhi maka dilakukan validitas eksternal. Untuk menguji validitas eksternal instrumen, terlebih dahulu mencari harga korelasi antar bagian-bagian dari instrumen secara keseluruhan dengan cara mengorelasikan setiap butir instrumen dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir jawaban. Validitas eksternal ini dilakukan dengan ujicoba soal


(19)

tersebut pada populasi yang mempunyai kriteria serupa disarankan sebanyak 30 responden (mendekati kurva normal), setelah data ditabulasi maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antar skor item kuesioner. Agar memudahkan dalam pengolahan data, peneliti menggunakan SPSS versi 20.

Tabel 3.4

Interprestasi Nilai Korelasi Nilai r

Nilai Korelasi Kriteria

0,800-1,000 Sangat tinggi

0,600-0,799 Tinggi

0,400-0,599 Cukup tinggi

0,200-0,399 Rendah

0,000-0,199 Sangat rendah

Untuk item yang tidak valid, semuanya dihilangkan/ tidak digunakan. Hasil perhitungan validitas dari variabel penelitian pemahaman membaca dapat dilihat pada table 3.5 berikut: Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya ( r) sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Soal Pemahaman Membaca Item r table r hitung

α = 0,05; n=30 Keputusan Keterangan

1 0,374 0,178 Tidak Valid Ditolak

2 0,374 0,670 Valid Digunakan

3 0,374 0,411 Valid Digunakan

4 0,374 0,124 Tidak Valid Ditolak

5 0,374 0,454 Valid Digunakan

6 0,374 0,068 Tidak Valid Ditolak

7 0,374 0,045 Tidak Valid Ditolak

8 0,374 0,401 Valid Digunakan


(20)

10 0,374 0,490 Valid Digunakan

11 0,374 0,512 Valid Digunakan

12 0,374 0,670 Valid Digunakan

13 0,374 0,439 Valid Digunakan

14 0,374 0,578 Valid Digunakan

15 0,374 0,277 Tidak Valid Ditolak

Data hasil uji validitas tersebut dihitung berdasarkan rumus. Dari tabel di atas, soal yang dinyatakan valid berjumlah 10 yaitu item soal no 2,3,5,8,9,10,11,12,13,14,15 Soal yang tidak valid selanjutnya tidak digunakan dalam penelitian.

Setelah didapatkan hasil uji validitas, data tersebut diuji reliabilitasnya. Reliabilitas berarti suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Menurut

Arikunto (2010:178) “instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument

yang sudah dapat dipercaya, reliable akan menghasilkan data yang tepat juga.”

Berarti berapa kali pun datanya diambil, maka hasilnya tetap sama walaupun dalam jangka waktu yang berbeda. Hal ini dipertegas kembali oleh Sugiyono

(2010:121) “Hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.”

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS versi 20. Hasil analisis reliabilitas soal diperoleh nilai melebihi rtabel = 0,370 yang berarti instrument tersebut termasuk dalam kategori

reliable.

Setelah soal diujicobakan dan hasil ujicoba soal menunjukan bahwa instrument tersebut telah memenuhi kriteria validitas dan reabilitas, selanjutnya peneliti menggunakan soal tersebut sebagai alat prates dan post tes pada siswa kelas eksperimen dan kontrol yang sudah ditentukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diinginkan. Masing-masing tes berjumlah 10 butir soal. Soal prates dan post tes merupakan soal yang sama, hanya saja penomoran soalnya diacak.


(21)

2. Instrumen Non tes

Non tes merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran. Instrumen non tes yang dipakai dalam penelitian ini yaitu observasi, pedoman tanggapan guru dan angket. Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Sukmadinata (2012: 220) mengungkapkan bahwa “observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”. Sedangkan Nurgiyantoro (2010: 93) mengungkapkan bahwa “observasi merupakan cara

untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan

terencana”. Observasi dapat dilakukan dengan cara partisipatif ataupun

nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam nonpartisipatif (nonpartisipatif observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Observasi berisi hal-hal tentang langkah-langkah pembelajaran, kejadian-kejadian yang menggambarkan aktivitas guru dan siswa, serta merupakan rekaman data atau informasi yang ditujukan untuk mengenali, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai dari tindakan yang dilakukan oleh peneliti.

Dengan adanya lembar observasi, peneliti meninjau aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi non partisipatif (nonpartisipatif observation). Pada penelitian ini terdapat format lembar observasi yaitu lembar pedoman observasi guru. Adapun pedoman observasi pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan pendekatan Whole Language dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:


(22)

Tabel 3.6

Lembar Observasi Guru

NO Butir Pernyataan Skor

Ya Tidak

1. Guru menetapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan membaca pemahaman.

2. Guru mengucapkan salam pembuka.

3. Guru mengkondisikan siswa dengan menyuruh siswa untuk duduk rapi.

4. Guru melakukan apersepsi.

5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 6. Guru menjelaskan materi pokok pembelajaran. 7. Guru memperlihatkan dan membagikan teks

bacaan.

8. Guru memperhatikan dan membimbing siswa dalam membaca.

9. Guru memadukan keterampilan membaca, menulis, menyimak dan berbicara dalam proses pembelajaran.

10. Guru tanggap terhadap pertanyaan siswa

11. Guru melakukan konfirmasi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

12. Guru memberikan evaluasi.

13. Guru menyimpulkan pembelajaran.

14. Guru memberi tindak lanjut pembelajaran berupa PR.

15 Guru menutup pembelajaran.


(23)

Peneliti sebagai observer mengamati kegiatan pembelajaran dan memberikan nilai dengan cara memberi tanda ceklist (√) pada kolom ya atau tidak. Nilai observasi Guru dihitung dengan cara:

Nilai kriterium = Total perolehan jumlah ya Total item

(Riduwan, 2009: 29-30) Hasil nilai tersebut dimasukan ke dalam kategori penilaian rating scale sebagai berikut:

21 % - 40 % = tidak baik 41 % - 60 % = kurang baik 61 % - 80 % = baik

81 % - 100% = sangat baik

Selain lembar observasi, digunakan pula pedoman tanggapan guru. Pedoman tanggapan guru diberikan untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai penerapan pendekatan whole language terhadap pembelajaran membaca pemahaman. Guru model diminta menjawab beberapa pertanyaan dalam lembar tanggapan guru yang sudah disediakan. Berikut kisi-kisi lembar tanggapan guru:

Tabel 3.7

LEMBAR TANGGAPAN GURU

Hari/Tanggal :………

No Pertanyaan Tanggapan Guru

1.  Apakah Bapak/Ibu mengenal beberapa pendekatan pembelajaran membaca pemahaman selain Whole Language?  Jika sudah, bisakah Bapak/Ibu

menjelaskan pendekatan tersebut?

 Jika belum, tertarikkah Bapak/Ibu untuk mengetahui lebih mendalam tentang strategi pembelajaran membaca dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar?

2. Dari yang Bapak/Ibu amati, apakah ada kelebihan dan kekurangan dari penerapan


(24)

Whole Language dalam pembelajaran membaca pemahaman?

3. Menurut Bapak/Ibu, apakah pendekatan Whole Language efektif dan efisien diterapkan pada pembelajaran membaca pemahaman?

4. Apa saran Bapak/Ibu terhadap pembelajaran membaca pemahaman dengan penerapan Whole Language?

5. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang soal-soal pemahaman (kognitif) membaca pemahaman pada pembelajaran ini?

6.  Apakah Bapak/Ibu pernah mengenalkan soal-soal membaca pemahaman yang dikaitkan dengan pengetahuan siswa sebelumnya?

 Jika pernah, bagaimana tanggapan siswa?

Angket merupakan sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisi Ruseffendi (1994: 107).

Tabel 3.8 Angket Siswa

Pertanyaan

Kontrol Eksperimen Ya Tidak Ya Tidak

Apakah kamu suka membaca wacana? Apakah kamu cepat merasa bosan saat membaca wacana?

Apakah kamu memahami wacana yang sering kamu baca?


(25)

wacana, kamu dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan mengenai isi wacana tersebut?

Apakah kamu merasa senang belajar memahami wacana?

Apakah kamu senang belajar dengan cara belajar memahami wacana yang diajarkan? Apakah setelah belajar memahami wacana kamu bisa menjawab lebih banyak

pertanyaan dari wacana dengan benar?

E.Prosedur Penelitian

Berdasarkan desain penelitian eksperimen kuasi tersebut, peneliti membuat alur penelitian untuk memudahkan pengecekan dan pemahaman terhadap pelaksanaan penelitian ini. Alur penelitianya adalah sebagai berikut:

Bagan. 3.1 Prosedur Penelitian

KESIMPULAN ANALISIS DATA PENGUMPULAN DATA

POSTES OBSERVASI

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PRETEST

PENENTUAN SUBJEK PENELITIAN

JUDMENT, UJICOBA INSTRUMEN, DAN REVISI PENYUSUNAN INSTRUMEN (RPP,TES, NONTES)


(26)

Alur dalam penelitian ini dikelompokan menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pesiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: a. Mengidentifikasi masalah di lapangan;

b. Melakukan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi tentang penggunaan metode yang dilaksanakan; c. Kajian pustaka, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai

permasalahan yang akan dikaji; d. Menentukan subjek penelitian;

e. Bersama guru menyepakati penggunaan pendekatan Whole Language dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan yang akan dilaksanakan oleh guru. Peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru, pembelajaran disesuaikan dengan jadwal yang telah direncanakan;

f. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai;

g. Memberikan training (pelatihan) kepada guru tentang pelaksanaan membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan Whole Language. h. Membuat dan menyusun instrumen penilaian membaca pemahaman dengan

menggunakan pendekatan Whole Language;

i. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Whole Language; 2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

a. Memberikan tes awal (prates) di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur pembelajaran membaca pemahaman siswa sebelum diberi perlakuan;

b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu di kelas eksperimen berupa pendekatan Whole Language dan di kelas kontrol berupa pembelajaran seperti biasa. Pada saat treatment, observer mengamati keberlangsungan proses pembelajaran;

c. Memberikan tes akhir (pascates) untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman setelah diberi perlakuan;


(27)

d. Mengolah data hasil prates dan pascates serta menganalisis instrumen tes lainnya;

e. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui perbandingan peningkatan membaca pemahaman.

3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain, Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data sebagai panduan jika ada yang akan melakukan penelitian lanjutan mengenai pendekatan Whole Language.

F.Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Dalam melaksanakan penelitian diperlukan alat ukur yang baik untuk mengumpulkan data berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik pengumpulan data yaitu melalui tes dan non tes.

Pengumpulan data dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Observasi awal terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan awal siswa dalam membaca pemahaman.

2. Melakukan studi pustaka untuk mengetahui penelitian-penelitian yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian.

3. Pengembangan instrumen pembelajaran membaca pemahaman yang meliputi penentuan materi dan subjek penelitian, menyusun RPP, membuat teks wacana, menyusun lembar observasi dan wawancara, menyusun soal tes membaca pemahaman, dan melakukan penilaian terhadap instrumen yang telah dibuat. 4. Melakukan prates kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

5. Melakukan perlakuan (treatment) dengan menerapkan pendekatan Whole Language terhadap kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak


(28)

diberikan perlakuan atau dengan kata lain pembelajaran dilakukan seperti biasa.

6. Memberikan pascates terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 7. Membandingkan hasil tes kemampuan membaca pemahaman antara kelompok

eksperimen dan kontrol.

8. Memperoleh dokumentasi dari tempat penelitian secara langsung yang meliputi media/alat yang digunakan, laporan kegiatan, foto-foto dan data lainnya yang relevan dengan penelitian.

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, meng-organisasikanya dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan teknik statistika inferensial parametrik. Statistika inferensial parametrik adalah teknik analisis data dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti dan dibangun dari kajian teori dengan memiliki persyaratan tertentu terhadap data yang akan dianalisis yaitu distribusi data populasi berdasarkan pada model distribusi normal dan kedua populasi homogen (Susetyo, 2010: 138).

Skor yang diperoleh dari hasil prates dan pascates kelas eksperimen dianalisis dengan cara membandingkan skor prates dan pascates kelas kontrol. Besarnya peningkatan prates dan pascates pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yang dikembangkan oleh Meltzer (2002) sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (g) =

pretes skor ideal skor

pretes skor postes

skor



Hasil perhitungan N-gain diinterpretasikan dengan kriteria indeks gain sebagai berikut:

TABEL 3.9

KRITERIA SKOR GAIN TERNORMALISASI

Skor Gain Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g

0,7 Sedang


(29)

Data yang diperoleh diolah melalui tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Penyeleksian Data

Penyeleksian data yang dimaksud pada penelitian ini ialah melakukan pemeriksaan kelengkapan instrumen yang terjaring. Tujuan dari penyeleksian data ini adalah untuk memilih data yang memadai untuk diolah dan dianalisis. Data yang diolah dan dianalisis adalah data yang memiliki kelengkapan pengisian baik identitas maupun jumlah jawaban yang terisi, sehingga data dapat diolah dan dianalisis.

2. Memberikan skor sesuai dengan sistem penskoran yang digunakan.

Data penelitian yang telah diperoleh dari hasil lembar observasi dan tes, kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui profil kemampuan membaca pemahaman siswa. Data yang berbentuk tes kemudian diberi skor untuk setiap jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Sedangkan data hasil observasi pembelajaran baik untuk kinerja guru maupun untuk aktivitas siswa diolah secara deskriptif.

3. Mengetahui pengaruh pendekatan Whole Language terhadap kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara

spesifik. Siregar (2013) mengungkapkan bahwa “tujuan dilakukannya uji

normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi

data berdistribusi normal atau tidak”. Apabila data berdistribusi normal, maka

dapat digunakan uji statistik parametrik. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik nonparametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan memakai alat bantu SPSS for windows 18 dengan menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov Test dan Shapiro-Wilk. Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika probabilitas lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05). Sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka data tidak berdistribusi normal.


(30)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data memiliki variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS dengan uji Levene statistic. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka data berasal dari populasi yang mempunyai varian sama/homogen. Sebaliknya jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka data berasal dari populasi yang tidak homogen.

c. Uji Beda Rerata

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji t Tujuan uji t ini untuk mengetahui signifikansi perbedaan rerata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hipotesis pengujian uji t (t-test) adalah sebagai berikut: H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

H1: Terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: H0: µ1 = µ2

H1: µ1 µ2

Dimana 1= rata-rata skor kelompok eksperimen dan 2= rata-rata

skor kelompok kontrol. Dalam pengujian hipotesis penelitian, kriteria menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value atau nilai signifikansi uji yang

dinyatakan sebagai berikut:

Jika P-value < α = 0,05, maka H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan

rata-rata skor pada kelas kontrol dan kelas ekperimen. Sedangkan, jika P-value

> α = 0,05, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata skor

pada kedua kelas.

Bila data tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan pengujian nonparametrik, yaitu Uji Mann-Whitney. Pengujian nonparametrik berlaku untuk populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji Mann-Whitney (Uji-U) adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t, dalam hal asumsi distribusi-t tidak terpenuhi, seperti distribusinya tidak normal dan uji selisih rerata yang variansinya tidak sama atau tidak homogen (Ruseffendi, 1998: 398).


(31)

Daftar Pustaka

Abidin, Y. (2010). Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqy Press.

Aguiar, L., & Braday, S.(1991).Vocabulary Acquisition and reading ability. Reading and writing: an interdisciplinary journal 3: 413-425

Ahuja, Pramila. Ahuja, G.C. (2010). Membaca Secara Efektif dan Efisien. Bandung: PT. Kiblat Buku utama.

Azies, Furqonul & Alwasilah, A. Chaedar. (1996). Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Brown, Sam ED dan Everett, Rebecca Samalone. (1990). Activities for Teaching Using the Whole Language Approach. U.S.A: Charles C Thomas Publisher.

Burns, Paul C.’ Roe, Betty D.; and Ross, Elinor P. (1996). Teaching Reading in

Today’s Elementary Schools. Boston: Hougton Mifflin Company.

Byrnes, James P. (1996). Cognitive Development and Learning in Instructional Contexts. Bostom: Allyn and Bacon.

Cahyani, I, et al. (2006). Kemampuan Berbahasa Indonesia si Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Chaer, A. (2009). Psikolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Damaianti, V. (2001). Strategi Volisional Melalui Dramatisasi dalam Bidang Pendidikan Membaca (Studi eksperimen untuk Menguji Efektivitas Strategi volisional Melalui Dramatisasi dalam Meningkatkan Motivasi Membaca Siswa di Beberapa Madrasah Tsanawiyah di Kota dan Kabupaten Bandung). Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

De Carlo, Julia E. (1995). Perspective in Whole Language. Boston: Allyn and Bacon.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur Majumandiri. Furqon. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Goodman, Kennet S. (1996). Ken goodman on Reading Ability: A Guide to Developmental and Remedial Methods. New York: Longman.


(32)

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [7 Desember 2007]

Halimah, L. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Secara Utuh untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikatif. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung tidak diterbitkan.

Harjasujana. et al. (2006). Materi Pokok Keterampilan Membaca. Jakarta: Karunika.

Hartati, T, et al. (2012). Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas Rendah berdasarkan Pendekatan Whole Language. Bandung: UPI.

Hartati, T, et al. (2012). Panduan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

Hidayah, N.(2014). Pendekatan pembelajaran bahasa whole language. Jurnal terampil, vol 3, nomor 3, desember 2014.

Hirsch, T. (-). Teaching kids to read. Online

Ibrahim dan Syaodih, N. S. (1993) Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Iskandarwassid & Sunendar. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Iskandarwassid & Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Joyce & Weil. (2009). Models of Teaching Model-model Pengajaran Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamarga, H. (2000). Model Pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizer): Dalam Implementasi Kurikulum Sejarah di SD yang Menggunakan Pendekatan Kronologis dalam Rangka Mengembangkan Aspek Berpikir Kesejarahan. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung tidak diterbitkan. McMillan, J.H. and Schumacher, S. (2001). Research in education: A Conceptual

Introduction.-5th ed. United States: Longman, Inc.

Muchlisoh, dkk. (1992). Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud; Proyek Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis.


(33)

Nurhadi. (2005). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?: Suatu Teknik Memahami Literatur yang Efisien. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Pappas, C. C., Kiefer, Barbara Z., Levstik, Linda S. (1995). An Integrative Language Perspective: in the Elementary School. USA: Longman.

Pimsarn, P.(-). The Whole language approach to teaching writing. Online :

http://Ishss.asha.org/

Poerwanti, et al. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi, DEPDIKNAS.

Puorro, M.(1997). The Whole Language Approach versus The Basal reading Approach and the effects on reading achievements scores. Online :

http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED405551.pdf

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Rahman. (2011). Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Bandung: Alqa

Print.

Resmini, N. dan Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Ricards, J. C. (2001). Curriculum Development in Language Teaching. University Press: Cambridge.

Ruseffendi. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Menyelesaikan Problematikan Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Santosa, et al. (2003). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Universitas Terbuka.

Somadayo. S. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Ternate : Graha Ilmu.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.


(34)

Suharsimi, A. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Swarbrick, Ann. (1994). Teaching Modern Language. New York: Routledge. Tampubolon. (2008). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan

Efisien. Bandung: Angkasa.

Taniredja, T et al. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (1989). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud.


(1)

Data yang diperoleh diolah melalui tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Penyeleksian Data

Penyeleksian data yang dimaksud pada penelitian ini ialah melakukan pemeriksaan kelengkapan instrumen yang terjaring. Tujuan dari penyeleksian data ini adalah untuk memilih data yang memadai untuk diolah dan dianalisis. Data yang diolah dan dianalisis adalah data yang memiliki kelengkapan pengisian baik identitas maupun jumlah jawaban yang terisi, sehingga data dapat diolah dan dianalisis.

2. Memberikan skor sesuai dengan sistem penskoran yang digunakan.

Data penelitian yang telah diperoleh dari hasil lembar observasi dan tes, kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui profil kemampuan membaca pemahaman siswa. Data yang berbentuk tes kemudian diberi skor untuk setiap jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Sedangkan data hasil observasi pembelajaran baik untuk kinerja guru maupun untuk aktivitas siswa diolah secara deskriptif.

3. Mengetahui pengaruh pendekatan Whole Language terhadap kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui pengaruh tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Siregar (2013) mengungkapkan bahwa “tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak”. Apabila data berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik parametrik. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik nonparametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan memakai alat bantu SPSS for windows 18 dengan menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov Test dan Shapiro-Wilk. Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika probabilitas lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05). Sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka data tidak berdistribusi normal.


(2)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data memiliki variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS dengan uji Levene statistic. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka data berasal dari populasi yang mempunyai varian sama/homogen. Sebaliknya jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka data berasal dari populasi yang tidak homogen. c. Uji Beda Rerata

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji t Tujuan uji t ini untuk mengetahui signifikansi perbedaan rerata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hipotesis pengujian uji t (t-test) adalah sebagai berikut: H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

H1: Terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: H0: µ1 = µ2

H1: µ1 µ2

Dimana 1= rata-rata skor kelompok eksperimen dan 2= rata-rata

skor kelompok kontrol. Dalam pengujian hipotesis penelitian, kriteria menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value atau nilai signifikansi uji yang

dinyatakan sebagai berikut:

Jika P-value < α = 0,05, maka H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan

rata-rata skor pada kelas kontrol dan kelas ekperimen. Sedangkan, jika P-value > α = 0,05, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata skor

pada kedua kelas.

Bila data tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan pengujian nonparametrik, yaitu Uji Mann-Whitney. Pengujian nonparametrik berlaku untuk populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji Mann-Whitney (Uji-U) adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t, dalam hal asumsi distribusi-t tidak terpenuhi, seperti distribusinya tidak normal dan uji selisih rerata yang variansinya tidak sama atau tidak homogen (Ruseffendi, 1998: 398).


(3)

Daftar Pustaka

Abidin, Y. (2010). Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqy Press.

Aguiar, L., & Braday, S.(1991).Vocabulary Acquisition and reading ability. Reading and writing: an interdisciplinary journal 3: 413-425

Ahuja, Pramila. Ahuja, G.C. (2010). Membaca Secara Efektif dan Efisien. Bandung: PT. Kiblat Buku utama.

Azies, Furqonul & Alwasilah, A. Chaedar. (1996). Pengajaran Bahasa

Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Brown, Sam ED dan Everett, Rebecca Samalone. (1990). Activities for Teaching

Using the Whole Language Approach. U.S.A: Charles C Thomas

Publisher.

Burns, Paul C.’ Roe, Betty D.; and Ross, Elinor P. (1996). Teaching Reading in

Today’s Elementary Schools. Boston: Hougton Mifflin Company.

Byrnes, James P. (1996). Cognitive Development and Learning in Instructional

Contexts. Bostom: Allyn and Bacon.

Cahyani, I, et al. (2006). Kemampuan Berbahasa Indonesia si Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Chaer, A. (2009). Psikolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Damaianti, V. (2001). Strategi Volisional Melalui Dramatisasi dalam Bidang

Pendidikan Membaca (Studi eksperimen untuk Menguji Efektivitas Strategi volisional Melalui Dramatisasi dalam Meningkatkan Motivasi Membaca Siswa di Beberapa Madrasah Tsanawiyah di Kota dan Kabupaten Bandung). Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

De Carlo, Julia E. (1995). Perspective in Whole Language. Boston: Allyn and Bacon.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur Majumandiri.

Furqon. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Goodman, Kennet S. (1996). Ken goodman on Reading Ability: A Guide to

Developmental and Remedial Methods. New York: Longman.

Griffith, L. P., & olson, M. W.(2004). Phonemic awareness helsp beginning


(4)

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.

[Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [7 Desember 2007]

Halimah, L. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Secara Utuh

untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikatif. Disertasi Doktor pada PPS

UPI Bandung tidak diterbitkan.

Harjasujana. et al. (2006). Materi Pokok Keterampilan Membaca. Jakarta: Karunika.

Hartati, T, et al. (2012). Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas

Rendah berdasarkan Pendekatan Whole Language. Bandung: UPI.

Hartati, T, et al. (2012). Panduan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

Hidayah, N.(2014). Pendekatan pembelajaran bahasa whole language. Jurnal terampil, vol 3, nomor 3, desember 2014.

Hirsch, T. (-). Teaching kids to read. Online

Ibrahim dan Syaodih, N. S. (1993) Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Iskandarwassid & Sunendar. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Iskandarwassid & Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Joyce & Weil. (2009). Models of Teaching Model-model Pengajaran Edisi

Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamarga, H. (2000). Model Pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizer):

Dalam Implementasi Kurikulum Sejarah di SD yang Menggunakan Pendekatan Kronologis dalam Rangka Mengembangkan Aspek Berpikir Kesejarahan. Disertasi Doktor pada PPS UPI Bandung tidak diterbitkan.

McMillan, J.H. and Schumacher, S. (2001). Research in education: A Conceptual

Introduction.-5th ed. United States: Longman, Inc.

Muchlisoh, dkk. (1992). Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud; Proyek Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis.


(5)

Nurhadi. (2005). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?: Suatu

Teknik Memahami Literatur yang Efisien. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Pappas, C. C., Kiefer, Barbara Z., Levstik, Linda S. (1995). An Integrative

Language Perspective: in the Elementary School. USA: Longman.

Pimsarn, P.(-). The Whole language approach to teaching writing. Online : http://Ishss.asha.org/

Poerwanti, et al. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi, DEPDIKNAS.

Puorro, M.(1997). The Whole Language Approach versus The Basal reading Approach and the effects on reading achievements scores. Online : http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED405551.pdf

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahman. (2011). Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Bandung: Alqa Print.

Resmini, N. dan Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Ricards, J. C. (2001). Curriculum Development in Language Teaching. University Press: Cambridge.

Ruseffendi. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Menyelesaikan Problematikan Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santosa, et al. (2003). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Universitas Terbuka.

Somadayo. S. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Ternate : Graha Ilmu.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


(6)

Suharsimi, A. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Swarbrick, Ann. (1994). Teaching Modern Language. New York: Routledge.

Tampubolon. (2008). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan

Efisien. Bandung: Angkasa.

Taniredja, T et al. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (1989). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud.