IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENYELESAIAN MASALAH DI SDIT AR RAUDAH TAMIN BANDAR LAMPUNG
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENYELESAIAN MASALAH DI SDIT AR RAUDAH TAMIN BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Dalam Ilmu Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Oleh MAIDA SARI NPM.1311030089
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1438 H / 2017 M
(2)
i
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENYELESAIAN MASALAH DI SDIT AR RAUDAH TAMIN BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Dalam Ilmu Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Oleh MAIDA SARI NPM.1311030089
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam
Pembimbing I : Dr. H. Ainal Ghani, M. Ag Pembimbing II : Dr. Yetri, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1438 H / 2017 M
(3)
ii ABSTRAK
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENYELESAIAN MASALAH DI SDIT AR RAUDAH TAMIN BANDAR LAMPUNG
Oleh MAIDA SARI
Aktivitas kegitan pendidikan dapat efektif apabila individu dan kelompok kerja lainnya dapat menciptakan hubungan kerja saling mendukung satu sama lain, berupaya untuk tidak menciptakan perbedaan yang akhirnya akan menjadi sebuah konflik. Untuk menciptakan suasana sekolah menjadi lebih kondusif, diperlukan suatu strategi dalam mengelola konflik. Implemetasi manajemen konflik ternyata mampu menciptakan hubungan kerja yang harmoni dengan adanya saling menghargai perbedaaan, mau menerima masukan untuk kebaikan, saling menjaga dan menghargai satu sama lain, serta saling membangun komunikasi terbuka dengan penuh keikhlasan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan satu variabel. Tujuan dari penelitian ini adalah 1). untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan manajemen konflik di SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung. Selain itu tujuan penelitian ini adalah 2). Untuk mengetahui bagaimana kepala sekolah dalam mengoptimalkan penerapan manajemen konflik.
Penelitian yang dilakukan ini memperoleh hasil 1). Manajemen Konflik di sekolah secara tertulis dan terprogram tidak ada, 2). Dalam penerapan manajemen konflik kepala sekolah berkomunikasi dengan para bawahanya, 3). Konflik diselesaikan oleh kepala sekolah dengan melibatkan pihak-pihak yang terlibat konflik didalamnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Kepala sekolah selalu menjalin komunikasi didalam penyelesaian setiap konflik yang terjadi di sekolah, 2). Kepala sekolah mengoptimalkan manajemen konflik dengan memahami hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik setiap individu, karena karakteristik individu di sekolah tentunya bebeda-beda, 3). Terdapat hubungan yang baik antara guru dan siswa, yang mana guru selalu menjalin komunikasi dengan baik kepada para siswanya. 4). Dengan mengadakan buku kejadian yang dikhusukan kepada para siswa hal tersebut ternyata dapat membantu untuk memperthatikan kemungkinan ternjadinya konflik.
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada sekolah, 1). Kepala sekolah dapat menjalin komunikasi dengan baik kepada bawahanya, 2). Sekolah membuat program dalam menangani konflik yang terjadi di sekolah secara tertulis, 3). Untuk para guru agar dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, dan tidak membawa permasalahan yang sedang dihadapi didalam kelas, 4). Seharusnya sekolah memiliki guru BK sendiri untuk dapat membantu didalam menangani konflik yang terjadi di sekolah.
(4)
(5)
(6)
v MOTTO
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan
-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. An Nahl : 125)
11
Departmen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, yayasan penerjemah Al-Qur‟an. Jakarta, 2005, Hlm.237
(7)
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah puteri kelahiran Bandar Lampung dilahirkan dan diberi nama Maida Sari di Tanjung Karang, tepatnya pada tanggal 1 Mei 1993, anak keenam dari enam bersaudara berasal dari pasangan, ayah yang bernama Alwi Hasan (almarhum) dan ibu bernama Yuniar (almarhumah).
Sebelum masuk kejenjang perguruan tinggi penulis mengenyam pendidikan formal maupun non formal, pendidikan formal terdiri dari tingkat dasar di SD Negeri 1 Kebon Jeruk, lulus pada tahun 2004, kemudian masuk kejenjang Sekolah Menengah Pertama, di SMP Negeri 17 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Arjuna Bandar Lampung, dan dapat menyelesaikan studi pada tahun 2010. Pada tahun 2013 penulis memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi di IAIN Raden Intan Lampung pada fakultas Tarbiyah jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Adapun penulis pernah menjalani pendidikan Non Formal diantaranya sebagai berikut, Sekolah Musik Panoe Banoe, Sekolah Murabbi, Training For Instruktur Trainer.
Semasa menjadi mahasiswa di IAIN penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan baik yang bersifat ekstra maupun intra kampus dan pernah mengikuti berbagai pelatihan sebagai berikut :
(8)
vii
1. Organisasi ekstra kampus yang pernah diikuti:
a. KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), Komisariat IAIN Raden Intan Lampung : Sekretaris Departmen Kebijakan Publik 2014
b. KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), Daerah Bandar Lampung : Sekretaris Departmen Sosisal masyarakat 2017 c. Hiscom (Hijab Syar‟i Community) 2014 sekarang
d. MB GSB (Marching Band Gita Surosowan Banten), sebagai pemain trumpet 2013
e. MB GPS (Marching Band Gita Praja Saburai), sebagai pemain trumpet 2013
f. KRC (Korps Reaksi Cepat), sebagai anggota 2015-sekarang 2. Adapun organisasi intra kampus yang pernah diikuti :
a. UKMF IBROH (Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Ikatan Bina Rohani Fakultas Tarbiyah), sebagai kader 2013-2014
b. UKM BAPINDA (Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Pembinaan Dakwah), sebagai kader 2013-2017
c. SEMA (Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah), sebagai anggota departmen ekonomi 2013-2014
d. Dema Muda-i (Dewan Mahasiswa Angkatan Muda Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung), sebagai anggota departmen luar negeri 2013-2014
(9)
viii
e. Laskar Mawar (Komunitas Sahabat mahasiswa), sebagai sekretaris departmen aksi dan propaganda 2013-2014
f. HMJ MPI (Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam), sebagai ketua bidang pemberdayaan perempuan, 2015-2016 g. CSC (Creative and Smart Community), sebagai anggota 2016-2017 3. Sedangkan pelatihan yang pernah diikuti penulis :
a. DM 1 (Dauroh Marhalah) oleh KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) komisariat IAIN Raden Intan Lampung tahun 2013 b. PKD (Pelatihan Kader Dai) oelh UKM Bapinda IAIN Raden Intan
Lampung tahun 2013
c. DMK (Dauroh Manajemen Kampus) oleh KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) komisariat IAIN Raden Intan Lampung tahun 2014
d. Dauroh Rekruitment oleh UKM Bapinda tahun 2014
e. Dauroh Istiab oleh KAMMI komisariat IAIN Raden Intan Lampung tahun 2014
f. PMDTD (Pelatihan Manajemen Dakwah Tingkat Dasar) oleh UKM Bapinda tahun 2014
g. PMDTL (Pelatihan Manajemen Dakwah Tingkat Lanjut) oleh UKM Bapinda tahun 2014
h. PKB (Pelatihan Kemediaan Bapinda) oleh UKM Bapinda tahun 2014 i. TFT (Training For Tutor) oleh UKM Bapinda tahun 2014
(10)
ix
j. LKMI (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Islam) oleh Ukm Bapinda tahun 2015
k. FSLDKD (Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah) oleh Puskomda (Pusat Komunikasi Daerah) tahun 2015
l. DM 2 (Dauroh Marhalah 2) oleh KAMMI Wilayah Garut tahun 2015 m. DIKSARNAS (Pendidikan Dasar Nasional) oleh KRC (Korps Reaksi
Cepat) Wilayah Jogjayakarta tahun 2015
n. Dauroh Sosmas (Dauroh Sosial Masyarakat) oleh KAMMI Lampung 2015
o. DMB (Dauroh Motivasi Belajar) oleh UKM Bapinda tahun 2015 p. TFIT (Training For Iinspiratif Trainer) oleh Oase Lampung tahun
2015
(11)
x
PERSEMBAHAN
Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak dapat bekerja dengan sendirinya, melainkan sangat membutuhkan bimbingan an bantuan dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada:
1. Almarhum Ayah dan Almarhumah Ibu yang selalu menjadi penyemangat didalam mengerjakan skripsi ini.
2. Kakak, ayuk, paman, bibi serta saudara-saudara yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan hati memberikan bimbingan dan dorongan serta pengorbanan materil maupun spiritual kepada penulis selama dalam menuntut ilmu.
3. Sahabat-sahabatku rempong family Mira, Sefrizal, Sidiq, Aldi, Risma, Maryeni yang selalu memotivasi dan masukan kepada penulis selama menuntut ilmu.
4. Guru-guru SD Ar-Raudah Dewi Sartika, Maryeni, Nana, Lia, Eresi, yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis selama melakukan penelitian dan mendapatkan refrensi
5. Guru-guru TK-Kartika II-26 Persit Bandar Lampung Ibu Fenti, cicik Halimah, bu Harti, bu Eli, bu Eva, bu Septiana, bu Komala, bunda Rina, pak Purwanto, bu Sri, bu Her yang senantiasa memberikan dukungan selama penulis menuntut ilmu.
(12)
xi
6. Guru-guru SMP Kartika II-2 Persit Bandar Lampung pak Mujeni, bu Evika, bu Elmayanti, pak Sutris, pak Dwiky, pak Untung, bu Catur yang telah memfasilitasi selama penulis melakukan praktek pengalaman lapangan.
7. Kawan-kawan seperjuangan SMA Risda, Septi, Nur‟aini yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis.
8. Kawan-kawan Aktivis Dakwah Kampus (ADK) angkatan 2013 Rosi, Rani, Neti, Mega, Opri, Daeng, Fitra, Desna, Jamilah, Nurul, Ade Safitri, Desli, Ela, Iit, Nurani, Anil, Annisa, Ega, Tri Harto, Taufik Ikbal, Susilo Destiyawan, Khoiri, Lukito, Edi Setiawan, Ahmad Saefudin, Angga, Abdullah Muamar, dan kawan-kawan ADK 2013 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah selalu memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama menimba ilmu dikampus tercinta.
9. Kawan-kawan seperjuangan MPI kelas C angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang senantiasa membersamai penulis didalam menimba ilmu, semoga silaturahim ini senantiasa terjaga.
10.Sahabat-sahabat satu angkatan MPI Eni, Fitra, Nisa, Ria, Lisyati, Diah, yang selalu membantu dan memberikan dukungan kepada penulis didalam menuntut ilmu bersama-sama dibangku perkuliahan.
11.Kawan-kawan Lembaga Sharing Mahasiswa (LSM) MPI Riyan, Icha, Sobri, Arif, Rahma, Hayu, Qiftia, Endang, Dian yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
(13)
xii
12.Sahabat-sahabat KAMMI komisariat IAIN Raden Intan Lampung Samsul, Sofwan, Roy, Fitri Handayani, Savitri, Tsabita, Lara, Nurma, Serli, triyana, Vita, Widi, Yuda, Fatih, Sarimunah, Novi Rinawati, Titin, Habib, Alek, Helda, Amri Diantoro, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan kepada penulis untuk bersama-sama didalam melaksanakan kegiatan organisasi. 13.Pengurus BPH KAMMI Bandar Lampung Dian, Benny, Gustika, Isah,
Yunita, Delia, Devi, Hilya, Dani, Wahyu, Arif, Muzan, Rani yang selalu membersamai, memotivasi kepada penulis.
14.Kawan- kawan UKM Bapinda Aulia, Arina, Messi, Indri, Widi, Sodri, Messi yang bersama-sama melaksanakan kegiatan dikampus.
15.Kakak-kakak dan mbak-mbak senior, Jevri, Robert, Novriando, Dani, Aan, Rahman, Umar, Zara, Aina, Ipung, Susi yang tidak dapat disebutkan satup-persatu yang dengan selalu sabar memberikan masukan kepada penulis baik moril maupun spiritual.
16.Kawan-kawan HMJ MPI yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih telah membersamai penulis.
Buat semuanya penulis berdo‟a semoga amal kebajikan mereka dicatat sebagai amal sholeh disisi Allah SWT dan mendapat balasan yang baik.
Segala kemampuan telah penulis curahkan demi terselesaikanya skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa didalam pembahasan masalah didalam skripsi ini masih banyak mengalami kekurangan-kekurangan. Besar harapan penulis para
(14)
xiii
pembaca skripsi ini mengkritik serta memberi sran yang bersifat membangun demi kesempurnaaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah Ta‟ala jualah segalanya penulis kembalikan, semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna.
Bandar Lampung, 10 April 2017 Penulis,
MAIDA SARI NPM1311030089
(15)
xiv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan pencipta alam yang telah melimpahkan Rahmat-Nya kepada penulis khususnya dan kepada umat manusia pada umumnya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini sekalipun masih jauh dari kesempurnaan yang sebenarnya, untuk memenuhi syarat-syarat dalam memperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu Manajemen Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung. Shalawat teriring salam penulis haturkan kepada uswah
hasanah kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, Tabi‟in, Tabut-tabi‟in dan kepada seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan Islam hingga akhir zaman kelak.
Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak dapat bekerja dengan sendirinya, melainkan sangat membutuhkan bimbingan an bantuan dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Chairil Anwar, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Drs. Amirudin, M.pd.I selaku ketua jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruaan IAIN Raden Intan Lampung.
3. Bapak Dr. H. Ainal Ghani, M.Ag, selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Yetri, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
(16)
xv
5. Bapak dan ibu Dosen/Karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka penulisan skripsi ini.
6. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan keguruan serta Kepala Perpustakaan Pusat Institut Agama Islam Negeri IAIN Raden Intan Lampung, ban, serta staf karyawan, penulis ungkapkan terima kasih atas waktu, fasilitas dan layanannya dalam rangka mencari referensi untuk menunjang terselesaikannya skripsi ini.
7. SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung
8. Almamaterku tercinta IAIN Raden Intan Lampung.
Bandar Lampung, 10 April 2017 Penulis,
MAIDA SARI NPM1311030089
(17)
xvi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... viv
DAFTAR ISI ... xvi
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1
B. Alasan Memilih Judul ... 4
C. Latar Belakang Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 14
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 14
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Implementasi Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen ... 17
2. Pengertian Manajemen Konflik ... 18
3. Pengertian Pendekatan Manajemen Konflik ... 19
B. Konflik 1. Pengertian Konflik ... 27
2. Pengertian Konflik Menurut Perspektif Islam ... 32
3. Jenis – Jenis Konflik ... 33
(18)
xvii
5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konflik ... 39
C. Dampak Positif Konflik ... 42
D. Penyelesaian Masalah 1. Kompromi ... 44
2. Kesepakatan ... 44
3. Solusi Integratif ... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis-Jenis Penelitian ... 47
2. Sifat Penelitian ... 48
3. Sumber data ... 48
4. Teknik Pengumpulan Data ... 49
5. Analisis Data ... 52
6. Keabsahan Data ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung 1. Profil SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung ... 59
2. Visi, Misi dan Tujuan SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung ... 60
3. Keadaan Siswa SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung ... 62
4. Keadaan Guru SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung. ... 63
5. Sarana dan Prasrana SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung. ... 64
B. Manajemen Konflik Dalam Penyelesaian Masalah Di SDIT Ar Raudah Bandar Lampung ... 67
(19)
xviii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 92 B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(20)
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Profile Sekolah ... 59 Tabel 2 Identitas Kepala Sekolah ... 62 Tabel 3 Prestasi Akademik Non Akademik Sd Ar-Raudah Bandar Lampung .. 62 Tabel 4 SD AR-RAUDAH ... 63 Tabel 5 Keadaan Guru dan Staf Karyawan ... 63 Tabel 6 Sarana Prasarana ... 64
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul
Judul skripsi ini Implementasi Manajemen Konflik Dalam Penyelesaian Masalah di Sdit Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung. Untuk menghindari kesalah fahaman dan menjaga anggapan yang salah terhadap skripsi ini, maka terlebih dahulu penulis jelaskan masing–masing istilah yang terdapat di dalamnya, sehingga pembaca akan dapat memahami dengan mudah judul tersebut. Adapun yang dipandang perlu untuk dijelaskan yaitu :
1. Manajemen
Manajemen adalah proses perencaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha–usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya– sumberdaya lainya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2
Definisi lain menyebutkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaaatan sumber daya manusia dan sumber–sumber daya lainya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan tertentu. 2. Konflik
Konflik adalah relasi–relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak biasa di sesuaikan interes–interes yang eksklusif dan tidak dapat dtemukan, sikap–sikap emosional yang bermusuhan dan struktur nilai berbeda. Secara prilaku konflik dapat berupa perlawanan halus, tersembunyi,
2
(22)
2
terkontrol, tidak langsung atau sampai pada perilaku yang berbentuk perlawanan terbuka, dan sikap ekstrim lainya.3
Istilah dalam Al-Qur‟an, konflik bersinonim dengan kata “Ikhtifal” sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 213:
Artinya : “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.(Q.S. Al-Baqarah: 213)
Manusia tadinya merupakan umat yang satu. Satu akidah dan satu tujuan amal perbuatan, yaitu untuk memperbaiki dan bukan untuk merusak, berbuat baik dan bukan berbuat jahat, berlaku adil dan bukan berbuat aniaya. Kemudian mereka berpaling dan berbuat sebaliknya, dan tidaak ada lagi kesatuan akidah dan pendapat diantara mereka, yang membawa mereka kepada kebahagiaan, lalu mereka berselisih, bercerai-berai.4
3
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: Rajawali Press,1992)h.213
4
Veithzal Rivai,Islamic Leadership;Membangun SuperLeadership Melalui Kecerdasan Spiritual,Bumi Aksara,Jakarta,2010,hlm.536-537
(23)
3
Konflik menurut Berstein konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah, konflik mempunyai potensi memberikan dampak positif dan negatif dalam interaksi sosial.
Clinton mendefinisikan tentang konflik, sebagaimana dikutip oleh Kartini Kartono, konflik adalah relasi–relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan–tujuan yang tidak biasa disesuaikan interes–interes yang eksklusif dan tidak dapat ditemukan, sikap–sikap emosional yang bermusuhan dan struktur nilai yang berbeda. Secara prilaku konflik dapat berupa perlawanan halus, tersembunyi, terkontrol dan tidak langsung atau sampai pada prilakuyang berbentuk perlawanan terbuka, dan sikap ekstrim lainya.
3. Penyelesaian Masalah
Manajemen konflik dalam mengatasi konflik adalah dengan cara problem solving, yaitu dengan mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Problem solving dapat didefinisikan sebagai segala macam usaha yang dilakukan untuk mengalokasikan suatu solusi bagi kontroversi yang terjadi, yang dapat diterima oleh semua belah pihak. Peneliti sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa problem solving adalah langkah terakhir dalam suatu kontroversi. Bahkan, problem solving sering kali digunakan sebagai strategi pertama, terutama bila hubungan dengan pihak lain dianggap berharga untuk tetap dipertahankan.
(24)
4 B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan memilih judul skripsi adalah:
Pihak SDIT Ar–Raudah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab selalu berhadapan dengan berbagai macam faktor, seperti perbedaan pendapat dari masing-masing individu, tuga fungional, yang salah satunya konflik yang apabila tidak mampu mengelolanya dapat menjadi bumerang bagi sekolah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan implementasi manajemen konflik sebagai strategi didalam penyelesaian masalah agar terciptanya kinerja team work yang baik dan positif serta dapat membantu perkembangan bagi kemajauan sekolah.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa persyaratan–persyaratan yang telah diurai tersebut merupakan faktor yang sangat erat hubungan nya terhadap konflik yang terjadi, khususnya dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pendidikan lembaga tersebut dan tujuan pendidikan nasional.
C. Latar Belakang Masalah
Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan dan selalu akan terjadi.5
5
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik; Teori, Aplikasi Dan Penelitian, Salemba Humanika, Jakarta,2010,hlm.1
(25)
5
Konflik dapat terjadi antara individu–individu, antara kelompok–kelompok, dan antara organisasi–organisasi. Apabila dua orang individu masing–masing berpegang pada pandangan yang sama sekali bertentangan tanpa ada kompromi, kemudian menarik kesimpulan yang berbeda dan cenderung bersifat tidak toleran, maka dapat dipastikan akan timbul konflik tertentu.6
Clinton mendefinisikan tentang konflik, sebagaimana dikutip oleh Kartini Kartono, konflik adalah relasi–relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan–tujuan yang tidak biasa disesuaikan interes–interes yang eksklusif dan tidak dapat ditemukan, sikap–sikap emosional yang bermusuhan dan struktur nilai yang berbeda. Secara prilaku konflik dapat berupa perlawanan halus, tersembunyi, terkontrol dan tidak langsung atau sampai pada prilakuyang berbentuk perlawanan terbuka, dan sikap ekstrim lainya.7
Keberadaan konflik selama ini dibatasi pada peristiwa–peristiwa yang dianggap sudah benar–benar ekstrim dalam artian konflik sudah berada pada kondisi emosional yang memuncak, konflik dapat diartikan sebagai situaisi yang sangat mengganggu kestabilan organisasi atau sebuah lembaga. Konflik dan pertikaian adalah hal yang terhindarkan didalam setiap kelompok sosial. Adapun pengertian kata konflik itu sendiri banyak, diantaranya adalah, menurut Lewis yaitu perselisihan perselisihan mengenai nilai–nilai tatau tuntutan berkenaan dengan status, kuasa dan sumber–sumber lain yang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh
6
Winardi, Manajemen Konflik, (Konflik Perubahan Dan Pengembangan), Mandar Maju, Bandung, 2007, cet. Ke-2, Jilid 2, hlm.3.
7
(26)
6
barang yang dinginkan, melainkan juga memojokkan, merugikan dan menghancurkan lawan mereka, dikatakan pula bahwa perselishan atau konflik dapat berlangsung antar individu–ndividu, kelompok–kelompok atau antar individu dengan kelompok.8
Ada dua macam kelompok yang terjadi, yaitu konflik substantif dan konflik emosional. Konflik subtantif (subtantive conflicts) meliputi ketidak sesuaian faham tentang hal–hal seperti: tujuan–tujuan, alokasi sumber daya, kebijakan–kebijakan, serta penugasan–penugasan. Sedangkan konflik emosional (emotional conflicts) timbul karena perasaan marah, ketidak percayaan, ketidak senangan, takut dan sikap menentang, maupun bentrokan-bentrokan kepribadian. Kedua macam konflik ini akan selalu muncul pada setiap organisasi.
Konflik dapat terjadi pada tiga tempat, yaitu konflik pribadi (personal conflict), konflik kelompok (group conflict), dan konflik organisasi (organization conflict).9 Meskipun Demikian, konflik tidak perlu dihindari apalagi ditakuti. Konflik hanya butuh penyelesaian yang baik, karena konflik apabila dengan benar justru berubah menjadi kekuatan baru yang sangat besar dalam berinovasi serta sangat potensial untuk pengembangan sebuah organisasi.10
Salah satu upaya untuk meyelesaikan konflik adalah dengan pendekatan manajemen konflik. Manajemen konflik merupakan langkah–langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kearah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatau akhir berupa
8
Ibid, hlm. 214
9
Winardi, Op.Cit,hlm 3.
10
(27)
7
penyelesaian konflik. Disamping itu, mungkin atau tidak mungkin dapat mengh asilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.11
Hal lainnya yang penting dalam mengelola manajemen konflik adalah aktivitas menghindari perbedaan pendapat yang tidak menyenangkan dan menjaga komunikasi pada pihak lain yang tidak ada relevansinya dilakukan juga secara berkesinambungan dan terintegritas pada unit kerja lainnya sehingga tujuan organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hasil ini sejalan dengan pendapat Einsenhardt et al. Dalam Robbins dan Hunsaker (1996) dan De Dreu dan Weingart (2003) bahwa untuk menjaga kinerja individu seseorang dan kelompok kerjanya pada sebuah organisasi dibutuhkan suatu strategi manajemen konflik melalui lima aktivitas, yaitu:
a. Menghindari (Avoiding)
Pengabaian persoalan dengan harapan konflik akan selesei dengan sendirinya. Seseorang atau organisasi cenderung untuk menghindari terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.
b. Mengakomodasi (Accomodating)
Anggota tim mau mengumpulkan dan mengakomodasi pendapat-pendapat dan kepentingan pihak yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
c. Mengkompromikan (Compromising)
11
(28)
8
Penyelesaian konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution).
d. Berkompetisi (Competing)
Pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik, dan pada akhirnya harus ada pihak yang rela dikorbankan (dikalahkan) kepentinganya demo tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa (win-lose solution).
e. Mengkolaborasikan (Collaborating)
Pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerjasama secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap mengahrgai kepentingan pihak lain, sehingga kepentinga kedua pihak tercapai (menghasilkan win-win solution).
Dengan demikian pengelolaan konflik dapat memberikan kontribusi secara umum pada kinerja teamwork yang ada disekolah. Hal ini terlihat pada terciptanya keharmonisan kerja, adanya keterbukaan dalam komunikasi, penggunaan metode penyelesaian konflik yang tepat, serta mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi kerja yang mendukung.12
Manajemen konflik merupakan langkah–langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kearah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
12
Sri,Wartini. 2015. Strategi Manajemen Konflik Sebagai upaya Meningkatkan Kinerja Team Work Tenaga Kependidikan. Jurnal Manajemen dan Organisasi. Vol. 6: 1-10.
(29)
9
bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerja sama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
Manajemen Konflik berasal dari dua kalimat yaitu manajemen dan konflok. Mary parker Follet, salah satu tokoh ilmu manajemen, sebagaimana dikutip oleh Mahmud M. Hanafi mendefinisikan manajemen sebagai seni mencapai sesuatu melalui orang lain. Dengan definisi tersebut, manajemen tidak menghendaki seseorang untuk bekerja sendiri, tetapi bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.13
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha–usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya– sumberdaya lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.14 Berdasarkan pengertian manajemen diatas, serta kenyataan bahwa manajemen itu ilmu sekaligus seni maka manajemen itu dapat diberi definisi sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Konflik berasal dari bahasa latin “Conflique” artinya saling memukul. Jadi
konflik berarti pertentangan atau perbedaan antara dua kekuatan yang disertai dengan intimidasi dan kekerasan untuk saling menguasai. Konflik menurut Berstein konflik
13
Mahmud M. Hanafi, Manajemen, UUP AMP YKPN, Jogjakarta, 1997, hlm.6.
14
(30)
10
merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah, konflik mempunyai potensi memberikan dampak positif dan negatif dalam interaksi sosial.15
Konflik menurut Soerjono Soekanto konflik adalah suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuanya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.16
Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk prilaku para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran konflik. Beberapa strategi mengatasi konflik anatara lain adalah Contending (bertanding), Yielding (mengalah), Problem Solving (pemecahan masalah), With Drawing (menarik diri), dan Inaction (diam) tidak melakukan apapun, dimana masing–masing pihak saling menunggu langkah berikut dan pihak lain.17
Hubungan–hubungan antar kelompok tidak selalu bertujuan dengan baik, kadang timbul konflik antar individu dan konflik antar kelompok. Konflik timbul apabila terdapat ketidak sesuaian faham pada sebuah situasi sosial dan pendidikan mengenai persoalan-persoalan dan atau antagonisme emosional. Konflik– konflik emosional mencakup perasaan marah, ketidak percayaan, ketidak senangan, prasaan takut, penolakan, dan benturan–benturan kepribadian, Disamping itu seringkali terlihat gejala bahwa konflik–konflik yang tidak teratasi dapat menimbulkan konflik emosional yang berkepanjangan dan hal tersebut berkembang menjadi hubungan–
15
Kartono Kartini, patologi Sosiologi. PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm 76
16
Soejono Soekanto, Pokok – pokok Sosial Sebagai Penunjang Studi Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 1997, hlm 87
17
Dean G. Pruitt & Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2004, hlm. 7-8
(31)
11
hubungan disfungsional. Antara individu dan unit–unit kerja sekalipun, konflik merupakan sebuah kenyataan (fakta) didalam organisasi–organisasi, ia tidak perlu berkembang menjadi perang terbuka.
Seseorang mempunyai asumsi atau pendapat yang berbeda mengenai konflik. Asumsi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti budaya, agama, pendidikan, pengalaman menghadapi konflik, jenis kelamin, dan sebagainya. Secara umum, asumsi orang dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu konflik buruk dan merusak; konflik netral, tidak baik dan tidak buruk, serta sesuatu yang baru. Asumsi orang mengenai konflik mempengaruhi gaya manjemen konflik orang ketika menghadapi situasi konflik. Terutama pada seorang anak didik, karena pada usia-usia sekolah anak lebih cenderung menggunakan emosi terlebih dahulu.
Banyak juga yang berpendapat bahwa konflik merupakan sesuatu yang buruk, negatif, dan merusak. Oleh karena itu, konflik harus dicegah dan dihindari. Stephen P. Robbins menyebut asumsi ini sesuatu yang merusak mengasosiasikan konflik dengan sesuatu yang negatif, antara lain sebagai berikut:
1. Konflik buruk. Konflik menimbulkan sesuatu yang buruk, seperti pertentangan, kompetisi, perkelahian, perang, dan sebagainya.
2. Konflik merusak. Konflik merusak keharmonisan hidup dan hubungan baik antar manusia, keselarasan, serta keseimbangan hidup dan interaksi sosial antar manusia.
3. Konflik sama dengan kekerasan dan agresi. Konflik mengarah kepada kebencian, kekerasan, agresi, perkelahian, dan peperangan.
(32)
12
4. Konflik emosioanal dan Irasional. Konflik dapat membuat orang menjadi emosional dan irasional; membuat orang merasa bahwa dirinya sendiri yang benar dan lawan konfliknya salah, tanpa mempertimbangkan fakta dan data yang ada.
5. Konflik merupakan penyebab stres dan frustasi. Pihak–pihak yang terlibat konflik akan megalami stres dan frustasi sehingga mempengaruhi fisik dan kejiwaan seorang anak.
6. Konflik sama dengan perang, agresi, kehancuran, dan penderitaan manusia. Konflik destruktif sama dengan perang. Dimana terjadi saling menyerang dan agresi.
7. Konflik ancaman. Bagi pihak yang terlibat konflik, konflik merupakan ancaman dari lawan konflik yang berupaya untuk mengalahkanya.
8. Apabila kalah saat terlibat konflik, maka akan kehilangan apa yang dilimpahkanya.18
Seseorang yang berasumsi bahwa konflik buruk dan merusak, maka ia akan berupaya untuk menghindari dan mencegah terjadinya konflik. Caranya dengan menghilangkan penyebab terjadinya konflik dan menindas penyeab konflik tersebut jika suatu konflik akan terjadi dan telah terjadi.19
Konflik dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, bahkan di sebuah organisasi Islam konflik tidak dapat dihindarkan, sebuah yayasan tidak lepas dan konflik di era pendidikan modern seperti sekarang ini lembaga pendidikan seakan–akan menjadi
18
Wirawan. Op.Cit., 113 - 114
19
(33)
13
komoditi bisnis yang menguntungkan. Konflik didalam organisasi yayasan dapat terjadi disebabkan terjadinya pertentangan maupun kesenjangan dan pihak–pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan baik itu guru, kepala sekolah, dan lainya. Oleh karena itu diperlukan manajemen yang tepat agar konflik dapat ditangani.
Konflik dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang dihadapkan dengan motif, keyakinan, nilai dan tujuan yang saling bertentangan. Konflik bisa dialami oleh siapapun dan dimanapun, termasuk oleh komunitas di sekolah. Siswa, guru, ataupun kepala sekolah dalam waktu–waktu tertentu sangat mungkin dihadapkan dengan konflik.20
Konflik yang dialami individu di sekolah dapat hadir dalam berbagai bentuk, individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Misalnya, seorang guru berhadapan kepala sekolah, seorang guru berhadapan dengan seorang guru, sekelompok guru berhadapan dengan seorang guru, dan sejenisnya. Konflik yang terjadi diantara mereka bisa bersifat tertutup, terbuka atau bahkan menjadi konfrontasi.21
Manajemen konflik sangat dibutuhkan oleh organisasi atau sebuah lembaga untuk dapat mengembangkan dan mengrahkan organisasi ke arah yang lebih baik, dengan timbulnya masalah akan dapat lebih mematangkan pemikiran dalam organisasi atau sekolah salah satunya SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung. Sebagai salah satu sekolah pendidikan islam yang awalnya tidak banyak
20
Wijono, Strategi Pengelolaan Konflik. Ciputat, Quantumteaching, Jakarta, 2003, hlm 16.
21
(34)
14
perkembangan, namun sekarang nampak maju sangat pesat sehingga seringkali konflik antar guru dengan wali murid atau adanya konflik antara siswa dengan siswa.
Dalam penelitian ini akan mengungkapkan fakta–fakta konflik yang terjadi di SDIT Ar–Raudah dan bagaimana cara mengelolanya sehingga melahirkan sesuatu yang positif dan berdaya guna bagi perkembangan SDIT Ar-Raudah .22
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan masalah diatas dijelaskan, maka rumusan masalah menjadi dirpenting, karena adanya rumusan masalah ini akan terlihat dan akan menjadi maksud dari penelitian ini. Maka dapat dirumuskan pokok–pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Untuk apa implementasi manajemen konflik diterapkn di SDIT Ar–Raudah Tamin Bandar Lampung ?
2. Bagaimana cara kepala sekolah mengoptimalkan manajemen konflik di SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung ?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui yang menjadi penyebab konflik di SDIT Ar – Raudah Tamin Bandar Lampung.
22
Wawancara dengan Dewi Sartika, kepala sekolah (9 Maret 2017, pukul 09.30 wib), di ruang tunggu
(35)
15
b. Untuk mengetahui pendekatan manajemen konflik yang diterapkan pengurus SDIT Ar- Raudah Tamin Bandar Lampung dalam menyelesaikan konflik antara guru dengan wali murid.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Bagi Akademisi, sebagai sarana untuk mengembangkan teori manajemen khususnya manajemen konflik, serta menggambarkan teori yang jelas. Masalah yang terjadi disebuah lembaga, dan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut melalui manajemen konflik sesuai dengan realita yang ada di lapangan. Selain it, kegunaan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dedikasi ilmiah sehingga dapat meningkatkan dunia ilmu pendidikan terutama yang berkaitan dengan mengelola sebuah konflik yang ada dan memberikan hal yang terbaik untuk sekolah SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung.
b. Bagi Lembaga Pengelola. Untuk sumbangsih pemikiran bagi sekolah SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung agar lebih meningkatkan pendekatan manajemen konfliknya, dalam mengelola sebuah konflik agar bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik sehingga mampu menyelesaikan konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif tentang strategi pemecahan masalah yang terjadi yang sesuai dengan teori manajemen konflik.
(36)
16 F. Ruang Lingkup Penelitian
Memperhatikan scop bahasan yang berkenaan dengan permasalahan diatas, maka untuk memfokuskan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi beberapa hal sebagai berikut :
1. Seperti apa konflik yang terjadi di SDIT Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung 2. Implementasi manajemen konflik dalam penyelesaian masalah di SDIT
(37)
17 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Implementasi Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen
Manajemen dapat didefinisikan melalui banyak cara. Mary parker Follet, salah satu tokoh ilmu manajemen, sebagaimana dikutip oleh Mahmud M.Hanafi mendefinisikan manajemen sebagai seni mencapai sesuatu melalui orang lain. Dengan definisi tersebut, manajemen tidak menghendaki seseorang untuk bekerja sendiri, tetapi bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.23
Manajemen adalah proses perencanaa, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha- usaha para anggota organisasi dan penggnaan sumberdaya- sumberdaya lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.24 Definisi lain menyebutkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.25
Melihat dari beberapa pengertian manajemen diatas, serta kenyataan bahwa manajemen itu ilmu sekaligus seni, maka manajemen dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.26
23
Mahmud M. Hanafi, Manajemen (Jogjakarta:UUP AMP YKPN, 1997)hlm.6
24
T, Hani Handoko, Manajemen edisi ll (Yogyakarta: BPFE,1984)hlm.9
25
Ibnu Syamsi,pokok-pokok organisasi dan manajemen.hlm 59 26
(38)
18
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting sehingga berhasil atau tidaknya suatu manajemen untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang kearah tujuan yang akan dicapai sangatlah tergantung pada sumber daya manusia masing–masing. Selain unsur manusia, juga ada unsur barang, mesin, metode dan cara berfikir yang berbeda. Dalam hal ini unsur–unsur manajemen beupa dana dan sumber daya alam berapapun jumlahnya akan selalu terbatas. Oleh karena itu seorang pemimpin atau pendidik harus menggunakannya secara efisien.
Allah juga menganjurkan kepada manusia untuk selalu merencanakan dan mengatur apa–apa yang dilakukannya. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat Al-Hasyr ayat 18:
Artinya: ”Hai orang–orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Pengertian Manajemen Konflik
Menurut Ross, manajemen konflik merupakan langkah–langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kearah hasil tertentu yang muungkin atau tidak mungkin menghasikan suatu akhir berupa penyelesaian konflik. Di samping itu, mungkin atau tidak mungkin dapat menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
(39)
19
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interrest) dan interprestasi. Bagi pihak luar (diluar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukanya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif diantara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
3. Pengertian Pendekatan Manajemen Konflik
Pendekatan mnajemen konflik bisa diartikan sebagai pelaksanaan pendekatan manajemen konflik dalam menyikapi berbagai masalah yang timbul dikalangan anak asuh. Hal ini dinaksudkan agar setiap anak dapat berfikir cerdas tentang aspek positif dan negatif dari setiap tingkah laku mereka. Tidak hanya itu, dengan adanya pendekatan manajemen konflik, diharapkan setiap anak bisa lebih mudah berinteraksi antar sesama teman, sehingga tidak ada lagi perpecahan dan kelompok–kelompok kecil diantara mereka.
Menurut Fred R. David, sebagaimana dikutip oleh Dono Sunardi bahwa ada tiga pendekatan manajemen konflik, yaitu:
a. Penghindaran (avoidance): pengabaian persoalan dengan harapan konflik akan selesai dengan sendirinya.
(40)
20
b. Defisi (Defision): tidak menekan perbedaan antara pihak yang berkonflik.
c. Konfrontasi : mempertukarkan pihak–pihak yang berkonflik sebagai pembelajaran.27
Adapun langkah–langkah yang bisa dilakukan oleh seorang guru didalam melatih anak asuhnya agar terampil dalam mengelola konflik mereka adalah sebagai berikut:
3. Mengenalkan Substansi konflik
Anak asuh yang akan dilatih untuk mengelola konflik perlu diberikan wawasan yang cukup komprehensif tentang hakekat konflik, yaitu bahwa dimana pun konflik bisa saja terjadi, berkonotasi negatif, perlu dikenali dan apapun hasil akhirnya sangat tergantung pada pengelolaannya.
4. Mengenalkan faktor terjadinya konflik
Munculnya konflik biasanya diisyaratkan oleh adanya komentar emosional, serangan gagasan yang apriori, saling tuduh, dan saling serang pada pribadi. Dengan memahami hal ini diharapkan anak didik dapat berfikir cerdik dan mampu menganalisa sendiri setiap prilaku yang berpotensi menimbulkan konflik.
5. Mengenalkan aspek positif dari konfllik
27
(41)
21
Anak asuh perlu mengetahui dengan baik bahwa konotasi negatif dalam setiap konflik bukanlah sesuatu yang final. Dibalik sisi negatifnya masih terdapat sisi positif yang dimanfaatkan apabila dikelola dengan baik. Pengelolaanya dapat dilakukan dengan cara konfrontasi agresif, manufer negatif, penu ndaan terus menerus, dan bertempur secara pasif.28
6. Membangun keberagaman inklusif
Dengan memberikan wawasan tentang pendidikan multikultural pada anak asuh yang mau memahami, menghormati, menghargai perbedaan budaya, etnis, agama yang ada dilingkungan tersebut. Bukan bisa dimungkinkan mereka dapat bekerja sama kemudian pendidikan multikultural memberikan penyadaran bahwa perbedaan diantara mereka tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bersatu. Dengan perbedaaan siswa, justru diharapkan tetap bersatu, tidak bercerai berai, dan mereka juga diharapkan menjalin kerjasama dengan berlomba-lomba dalam kebaikan.29
7. Memberikan pendidikan sosial anak
Yang dimaksud pemikiran sosial/kemasyarakatan disini adalah pendidikan anak agar terbiasa melakukan hal–hal yang positif;seperti, tata krama sosial yang utama, dasar–dasar kejiwaan dan emosi keimanan yang mendalam agar dimasyarakat anak bisa bergaul dengan baik dan bertindak bijak.30
28
Yusuf al Aqsori, Manajemen Konflik: Bagaimana Mengatasi Masalah Dengan Orang Lain, Imron Affandi (Jakarta: Robbani Press, 2006)hlm.110
29
Mahfud Chairul: Pendidikan Multikultural. (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010).hlm.5
30
Ulwan Nashih Abdullah: Pendidikan Sosial Anak. (Remaja Osadakarya offset-Bandung,1990)hlm.2
(42)
22
Karena pendidikan sosial fenomena prilaku dan psikologis watak yang dapat mendidik anak guna menunaikan segala kewajiban, sopan santun, control soaial, dan interaksi yang baik dengan orang lain. Seorang guru dalam mengelola konflik siswa berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain, masing–masing guru mempunyai cara dan metode yang berbeda dalam menyelesaikan konflik siswa. Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar kurang lancar. Siswa merasa ada distansi (jarak) dengan guru, maka sulit untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
Guru yang kurang bijaksana, dan tidak pernah mengadakan pendekatan dengan murid,tidak pernah mengetahui bahwa didalam kelas itu ada klik atau group yang satu dengan yang lainnya saling bersaing secara tidak konstruksi, malah mungkin bisa melatar belakangi perkelahian antar pelajar secara massa. Jiwa kelas perlu dibina, bahkan hubungan antar individu perlu ditonjolkan. Kelas yang mati, yang didalamnya terdapat bentuk–bentuk group atau gang tidak diharapkan. Guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam belajar kelompok.31
Griffin (2000) dalam Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah (2008-292) mengatakan bahwa ada tiga pendekatan dalam manajemen konflik yaitu bagaimana konflik dapat dikelola, diawasi, dan dikendalikan sehingga
31
Sukardi Dewa Ketut,Bimbingan dan penyuluhan Belajar Disekolah(Usaha nasional surabaya-Indonesia).hlm.58
(43)
23
konflik yang terjadi tetap dapat diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi melalui kinerja organisasi yang lebih baik. Adapun ketiga hal tersebut adalah :
1) Metode stimulasi konflik
Menurut Erni Trisnawati Sule dan Kurniawan Saefulah (2008:292) Stimulasi konflik adalah upaya yang dilakukan oleh manajer terhadap konflik yang terjadi dengan jalan memberikan umpan-umpan stimulan yang menyebabkan pihak-pihak yang terlibat konflik mengarahkan konfliknya kepada sesuatu yang bersifat bagi dirinya dan organisasi. Diantara program yang bisa dijalankan adalah memposisikan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ke dalam satu situasi dimana mereka terlibat ke dalam sebuah persaingan yang positif yang akan meningkatkan kinerja mereka sekaligus juga organisasi. Memasukkan faktor persaingan ini dapat dengan tawaran konpensasi sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam konflik akan benar-benar melakukan persaingan antar mereka.adapun tawaran konpensasi tersebut dapat berupa bonus, insentif, dan bentuk konpensasi lainnya. Selain memperkenalkan persaingan kedalam pihak-pihak yang terlibat konflik, stimulan konflik dapat juga dilakukan dengan jalan memasukkan pihak ketiga diantara pihak-pihak yang terlibat konflik tersebut dapat diminimalkan dengan kehadiran pihak ketiga tersebut. Adapun bentuk stimulan lain yang dapat dilakukan adalah dengan mnelakukan perubahan pada aturan main dan prosedur yang selama ini berlaku dalam organisasi. Dengan adanya perubahan
(44)
24
prosedur tersebut diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik daapat melakukan penyesuaian ulang mengenai posisi mereka dalam organisasi sehingga konflik dengan sendirinya akan tersesuaikan pula. Pada unit–unit atau siswa yang tertinggal lebih sulit jika dibandingkan dengan standar. Disebabkan oleh tingkat konflik yang terjadi terlampau rendah. Yang dimaksud dengan tingkat konflik yang terlalu rendah disini adalah memunculkan sikap yang bertentangan dengan kebiasaan prilaku siswa. Implikasi yang muncul pada metode ini adalah:
a) Apabila anggota kelompok memiliki keterbukaan dalam menerima pertentangan, maka konflik melalui metode stimulasi membawa dampak yang konstruktif, bagi siswa.
b) Apabila anggota kelompok bersifat tertutup dan tidak menginginkan adanya pertentangan, maka bagi guru cara ini tidak berhasil dan akan membawa dampak deskruktif karena anggota hanya bersifat statis dan sulit untuk berubah. Bagi beberapa pihak yang terlibat akan menyisahan dampak emosional yang tidak sehat.
c) Apabila anggota kelompok memiliki keterbukaan maka bagi guru cara ini lebih mudah, dengan memberikan stimulus/rangsangan kearah yang positif agar kelompok yang satu berlomba dengan yang yang lain untuk meraih prestasi yang lebih baik. Dengan adanya stimulus/rangsangan yang positif, seorang anak akan lebih fokus pada apa yang diharapkannya, dan mereka juga bisa bekerja antara satu
(45)
25
dengan yang lainnya. Metode ini dapat ditempuh dengan cara – cara sebagai berikut:
1. Menyertakan orang luar 2. Bertindak bertentangan
3. Merekonstruksikan kelompok yang bersangkutan 4. Merangsang persaingan
5. Memilih ketua kelompok yang tepat 2) Metode mengurangi konflik
Dalam metode ini seorang guru mengelola konflik dengan jalan mendinginkan situasi yang panas, tanpa mempersoalkan apa yang menjadi penyebab timbulnya konflik dengan jalan mendinginkan situasi yang panas, tanpa mempsersoalkan apa yang menjadi penyebab timbulnya konflik tersebut. Usaha pendidik lebih pada mengurangi antagoisme yang timbul karena konflik. Pendidik dapat menggunakan cara yang efektif dalam metode ini,antara lain:
a) Pemberian informasi tentang kelompok lain yang bertentangan, memperbanyak kontak–kontak yang menyenangkan antara kelompok– kelompok yang berkonflik dengan mengusulkan untuk mengadakan perundingan. Dan hal ini ternyata menunjukkan bahwa tidak terlalu efektif untuk mengurangi konflik.
(46)
26
b) Menyadarkan dan mengarahkan segala tindakan kelompok–kelompok tersebut kepada tujuan yang lebih positif dan semata–mata untuk kepentingan kelompok.
c) Mempersatukan kelompok–kelompok yang ada dengan jalan menghadapkan mereka dengan bahaya antara masing–masing kelompok secara keseluruhan.
3) Metode Penyelesaian dan Penghilangan Konflik
Pada hakikatnya konflik merupakan sesuatu kenyataan yang tidak bisa dihindari dan dapat dietrima secara alamiah, namun demikian harus tetap diwaspadai semua konflik yang terjadi pada organisasi dapat diarahkan pada pencapaian tujuan kinerja organisasi kearah yang lebih baik walaupun organisasi sudah mengupayakan agar konflik tidak terjadi pada organisasi tersebut. Namun akan selalu ada dan terjadi konflik pada sebuah organisasi. Maka dari itu konflik yang ada harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik agar tidak terjadi dampak yang luas. Dan sebaliknya malahan bisa meningkatkan kinerja karyawan untuk menuju tujuan organisasi.
Program yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan dan menghilangkan konflik, yaitu dengan cara menghilangkan konflik yang ada, dengan melalui penghindaran konflik. Jika kita mengetahui ada dua orang atau lebih yang jika bertemu akan terjadi konflik, maka salah satu upaya kita adalah untuk tidak mempertemukan dua orang tersebut, dengan cara menghindarkan dua orang tersebut dipisahkan tempatnya, apabila dua orang
(47)
27
tersebut berada pada bagian yang sama maka harus diupayakan untuk dipisah pada bagian yang lain. Selain itu yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik adalah dipertemukan pihak-pihak yang bertikai atau yang menyebabkan konflik agar bisa diselesaikan dengan baik didepan pihak ketiga. Dan dengan kesadaran mereka sendiri dengan desakan agar mereka mengadakan kompromi dengan baik dan dengan kepala dingin.32
B. Konflik
1. Pengertian Konflik
Istilah konflik berasal dari bahasa latin konfigere yang berati saling memukul. Dari bahasa latin diadopsi kedalam bahasa inggris, conflict yang kemudian diadopsi kedalam bahasa Indonesia, konflik33 Menurut wirawan dalam bukunya konflik dan manajemen konflik yang menyatakan bahwa “konflik diartikan sebagai proses pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek onflik, menggunakan pola prilaku dan interaksi konflik yang mengeluarkan keluaran konflik.34
Konflik merupankan proses batin yang diliputi kegelisahan karena adanya pertentangan atau dapat dikatakan sebagai interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Sementara itu, konflik dalam perusahaan atau organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota atau kelompok yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang
32
Mulyadi, Pengantar Manajemen,(Bogor, In Media,2016),hlm.166-167
33
Wirawan, konflik dan manjemen konflik, (jakarta, Salemba Humanika, 2009),hlm.4
34
(48)
28
terbatas karena diantara mereka terjadi perbedaan dalam status, tujuan, nilai, dan persepsi.35
Menurut Dubrin bahwa konflik adalah hal yang mengacu pada pertentangan antar individu atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan sebagai diungkapkan
sebagai berikut “Conflict in the context used, refers to the opposition of persons or forces that gives rise some tension. It occurs when two or more parties (individuals, groups, organization) perceive mutually exclusive goals, or
events”.36
Selaras dengan pengertian yang dikemukakan oleh wirawan, winardi dalam bukunya manajemen konflik menjelaskan bahwa konflik berarti adanya posisi atau pertentangan pendapat antara orang–orang, kelompok–kelompok atau organisasi-organisasi.
Clonton Fink mndefinisikan tentang konflik, sbagaimana dikutip oleh Kartini Kartono, konflik adalag relasi–relasi psikologis yang natagonis, berkaitan dengan tujuan–tujuan yang tidak biasa di sesuaikan interes–interes yang eksklusif dan tidak dapat ditemukan, sikap–sikap emosional yang bermusuhan dan struktur nilai yang berbeda. Secara prilaku konflik dapat berupa perlawanan halus, tersembunyi, terkontrol dan tidak langsung atau sampai pada prilaku yang berbentuk perlawanan terbuka, dan sikap ekstrim lainya.37
Seseorang mempunyai asumsi atau pendapat yang berbeda mengenai konflik. Asumsi tersebut dipengrauhi oleh berbagai faktor, seperti budaya,
35
Veithzal Rivai, Islamic Leadership,(Jakarta, Bumi Aksara, 2009),hlm.534
36
Irham Fahmi, Manajemen kepemimpinan,(Bandung, alfabeta, 2013),hlm.206
37
(49)
29
agama, pendidikan, pengalaman menghadapi konflik, jenis kelamin, dan sebagainya. Secara umum, asumsi orang dapat diklompokkan menjadi tiga jenis, yaitu konflik buruk dan merusak; konflik netral, tidak baik dan tidak buruk, serta sesuatu yang baru. Asumsi orang mengenai konflik mempengaruhi gaya manajemen konflik. Apalagi pada seorang anak didik, karena pada usia–usia sekolah anak lebih cenderung menggunakan emosi terlebih dahulu.
Banyak orang juga berpendapat bahwa konflik merupakan sesuatu yang buruk, negatif, dan merusak. Oleh karena itu, konflik harus dicegah dan dihindari. Stephen P. Robbins menyebut asumsi ini sesuatu yang merusak. Oleh karena itu, konflik harus dicegah dan dihindari. Stephen P. Robbins menyebut asumsi ini sesuatu yang merusak mengasosiasikan konflik dengan sesuatu yang negatif, antara lain sebagai berikut:
a. Konflik buruk. Konflik menimbulkan sesuatu yang buruk, seperti pertentangan, kompetisi, perkelahian, perang, dan sebagainya.
b. Konflik merusak. Konflik merusak keharmonisan hidup dan hubungan baik antarmanusia, keselarasan, serta keseimbangan hidup dan interaksi sosial antar manusia.
c. Konflik sama dengan kekerasan dan agresi. Konflik mengarah kepada kebencian, kekerasan, agresi, perkelahian, dan perang.
d. Konflik emosional dan Irasional. Konflik dapat membuat orang menjadi emosional dan irasional; membuat orang bahwa dirinya sendiri menjadi
(50)
30
benar dan lawan konfliknya salah., tanpa mempertimbangkan fakta dan data yang ada.
e. Konflik merupakan penyebab stres dan frustasi. Pihak–pihak yang terlibat konflik akan mengalami stres dan frustasi sehingga mempengaruhi fisik dan kejiwaan seorang anak.
f. Konflik sama dengan perang, kehancuran, dan penderitaan manusia. Konflik destruktif sama dengan perang. Dimana terjadi saling menyerang dan agresi.
g. Konflik ancaman. Bagi pihak yang terlibat konflik, konflik merupakan ancaman dari lawan konflik yang berupaya untuk mengalahkannya. Apabila kalah saat terlibat konflik, maka akan kehilangan apa yang dimpikanya.
Seseorang yang berasumsi bahwa konflik adalah buruk dan merusak, maka ia akan berupaya untuk menghindari dan mencegah terjadinya konflik. Caranya dengan menghilangkan penyebab terjadinya konflik, yaitu dengan menghindari penyebab konflik dan menindas penyebab konflik tersebut jika suatu konflik akan terjadi dan telah terjadi.38
Konflik juga diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan berusaha menyingkirkan pihak lain dengan mengahncurkanya
38
Wirawan. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian (Jakarta: Salemba Humanika, 2010)hlm.113-114
(51)
31
atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan diantaranya adalah: Ras, Kepandaian, pengetahuan, adat, istiadat, keyakinan, dan sebagainya. Dengan ciri–ciri individual dalam interaksisosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap manusia dan semua manusiapun pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok lainnya.
Keberadaan konflik selama ini dibatasi pada peristiwa–peristiwa yang dianggap sudah benar–benar ekstrim dalam artian konflik sudah berada pada kondisi emosional yang memuncak, konflik dapat diartikan sebagai situasi yang sangat mengganggu kestabilan organisasi atau sebuah lembaga.
Konflik dan pertikaian adalah hal yang tidak terhindarkan didalam tiap kelompok sosial. Adapun pengertian kata konflik itu sendiri banyak, diantaranya adalah, menurut Lewis yaitu perselisihan mengenai nilai–nilai atau tuntutan berkenaan dengan staus, kuasa, dan sumber–sumber lain yang berselisih tidak hanyab bermaksud untuk memperoleh barang yang dinginka, melainkan juga memojokkan, merugikan dan mneghancurkan lawan mereka, dikatakan pula bahwa perselisihan atau konflik dapat berlangsung antar inividu–individu, kelompok–kelompok atau antar individu dengan kelompok.39
Konflik juga dapat diterjemahkan sebagai aposisi, interaksi yang antagonis, benturan antara macam–macam faham, perselisihan, perlawanan, maupun perang. Konflik merupakan suatu yang tidak menyenangkan, akan tetapi merupakan hal yang wajar terjadi. Didalam hubungan yang berlangsung lama, konflik mempunyai peranan tertentu yang dapat memperkaya suatu hubungan.
39
(52)
32
Konflik mempunyai cara untuk mengarahkan dirinya sendiri. Terjadinya konflik dalam setiap proses pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan, hal ini karena disatu sisi orang–orang yang terlibat dalam konflik mempunyai karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda. Disisi lain adanya saling ketergantungan antara satu dengan yang lain yang menjadi karakter setiap lembaga. Tidak semua konflik merugikan sebuah lembaga. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat menguntungkan lembaga tersebut sebagai suatu kesatuan. Dalam menata konflik dalam dunia pendidikan diperlukan keterbuakaan, kesabaran serta kesadaran semua pihak yang terlibat maupun yang berkepentingan dengan konflik yang terjadi dalam sebuah lembaga tersebut. 2. Pengertian Konflik Menurut Perspektif Islam
Istilah dalam Al-Qur‟an, Konflik bersinonim dengan kata “Ikhtifal” Sebagaimana firman ALLAH SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 213
Artinya : “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
(53)
33
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”40 Dari ayat diatas menjelaskan bahwa Manusia merupakan umat yang sau. Satu akidah dan satu tujuan amal perbuatan, yaitu untuk memperbaiki dan bukan untuk merusak, berbuat baik dan bukan berbuat jahat, berlaku adil dan bukan berbuat aniaya. Kemudian mereka berpaling dan mengerjakan sebaliknya, dan tidak ada lagi kesatuan akidah dan pendapat diantara mereka, yang membawa mereka kepada kebahagiaan, lalu mereka berselisih, bercerai-cerai.
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
3. Jenis – Jenis Konflik
a. Konflik dilihat dari pihak yang terlibat didalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat didalam konflik, maka Stoner dan Freeman (1989:393) dalam Samsul Arifin (2012:166) membagi konflik dalam enam macam, yaitu:
40
(54)
34
a. Konflik dari dalam individu (conflict within the individual) yaitu konflik yang dihadapi atau dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan, peran, dan harapan dari luar yang berbeda dengan keinginan atau harapanya.
b. Konflik anatar individu (conflict among the individual) yaitu konflik yang terjadi antar individu yang berada dalam satu kelompok/organisasi ataupun antara individu yang berada dikelompok yang berebeda. Konflik antar individu atau lebih sifatnya terkadang adalah emosional. Disebabkan karena konfrontasi dengan satu orang atau lebih maka ia jugamerupakan hal ang ingin dihindari. c. Konflik antar individu dan kelompok (conflict among individuals and
groups) yaitu konflik yang terjadi karena perbedaan cara individu terhadap paksaan kesamaan cara kerja yang dilakukan oleh kelompok kerja mereka.
d. Konflik antar kelompok dalam organisasi (conflict among groups in the same organization) yaitu perbedaan atau pertentangan kepentingan antar kelompok dalam organisasi yang akan memicu terjadinya konflik ini.
e. Konflik antar organisasi (conflict among organization) yaitu konflik yang terjadi sebagai akibat adanya persaingan sesuatu yang mengharuskan setiap organisasi untuk mengembangkan sesuatu yang lebih inovatif.
(55)
35
f. Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in different organization) yaitu konflik yang terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. b. Konflik dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi
Winardi (1992:174) dalam Samsul Arifin (2012:166) membagi konflik menjadi empat macam dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi, yaitu:
a. Konflik Vertikal
Yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi, misalnya atasan dan bawahan
b. Konflik Horizontal
Yaitu konflik yang terjadi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi, misalnya konflik antar karyawan atau antar departmen yang setingkat.
c. Konflik Garis Staf
Yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
d. Konflik Peran
Yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
(56)
36 c. Konflik Dilihat Dari Fungsi
Berdasarkan fungsinya, Robins (1996:430) dalam bukunya Samsul Arifin (2012) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu
a. Konflik Fungsional (functional conflict)
Yaitu konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Konflik fungsional disebut juga konflik konstruktif karena konflik ini dapat mendukung tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja kelompok.
b. Konflik Disfungsional (Dysfunctional Conflict)
Yaitu konflik yang merintangi tujuan kelompok. Konflik disfungsional disebut juga konflik destruktif, karena dapat merintangi kinerja kelompok.
Kriteria yang membedakan antara konflik fungsional dan disfungsional adalah kinerja kelompok. Karena kelompok-kelompok itu ekss untuk mencapai satu tujuan atau lebih, dan akan berdampak pada kelompok itu, bukan pada setiap amggota individual yang menentukan kefungsionalan.41
4. Penyebab Konflik
Konflik seringkali merupakan salah satu strategi untuk melakukan perubahan. Jika tidak dapat dilakukan secara damai, perubahan dilakukan
41
Veithzal Rivai Zainal, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi edisi 4 (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2009)hlm295-297
(57)
37
dengan menciptakan konflik. Faktor – faktor yang menyebabkan konflik untuk menggerakkan perubahan. Akan tetapi, konflik dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi objektif yang dapat menimbulkan terjadinya konflik.
a. Keterbatasan sumber
Manusia selalu mengalami keterbatasan sumber–sumber yang diperlukanya untuk mendukung kehidupanya. Kterbatasan itu menimbulkan terjadinya kompetisi diantara mereka untuk mendapatkan sumber yang diperlukanya dan hal ini seringkali menimbulkan konflik.
b. Tujuan yang berbeda
Seperti yang dikemukakan oleh Hocker dan Wilmot (1978), konflik terjadi karena pihak–pihak yang terlibat konflik mempunyai tujuan yang berbeda.
c. Komunikasi yang tidak baik
Komunikasi yang tidak baik sering menimbulkan konflik, faktor komunikasi yang menyebabkan konflik, misalnya informasi yang tidak tersedia dengan bebas dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh pihak–pihak yang melakukan komunikasi. Demikian juga, perilaku komunikasi yang berbeda seringkali menyinggung orang lain, baik disengaja maupun tidah disengaja dan bisa menjadi penyebab timbulnya konflik.
(58)
38
d. Beragam karakteristik sistem soaial
Konflik dalam masyarakat sering terjadi karena anggotanya mempunyai karakterisktik yang beragam; suku, agama, dan idiologi. Karakteristik ini sering dikuti oleh pola hidup yang sksklusif satu sama yang lain yang sering menimbulkan konflik. e. Pribadi orang
Ada orang yang memiliki sifat yang mudah menimbulkan konflik, seperti selalu curiga dan berfikiran negatif kepada orang lain, egois, merasa selalu paling benar, kurang dapat mengendalikan emosinya dan selalu ingin menang sendiri. Sifat seperti ini mudah untuk menyulut konflik jika berinteraksi dengan orang lain.
f. Kebutuhan
Orang memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain atau mempunyai kebutuhan yang sama mengenai sesuatu yang terbatas jumlahnya. Kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku manusia. Jika kebutuhan orang diabaikan atau terhambat, maka bisa memicu terjadinya konflik.
g. Perasaan dan emosi
Orang juga mempunyai perasaan dan emosi yang berbeda. Sebagian orang mengikuti perasaan dan emosinya saat berhubungan dengan sesuatu atau orang lain. Orang yang sangat dipengaruhi oleh perasaaan dan emosi tersebut bisa menimbulkan konflik dan menentukan perilakunya saat terlibat konflik.42
42
(59)
39
5. Faktor–faktor yang mempengaruhi konflik a. Emosi
Emosi mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya konflik dan proses interaksi konflik. Emosi dapat menyebabkan terjadinya konflik dan mempengaruhi interaksi konflik. Emosi merupakan perasaan yang kompleks, bisa berupa perasaan senang, tidak senang, atau netral ( perasaan yang biasa – biasa saja). Perasaan tersebut merupakan perasaan subjektif sebagai reaksi atas suatu pengalaman yang dihadapi seseorang. Emosi mempunyai bagian yang penting bagi manusia. Fungsi–fungsi tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Menyiapkan anak untuk bertindak. Emosi menghubungkan antara kejadian–kejadian dilingkungan dan perilaku orang terhadap kejadian tersebut.
2). Membentuk perilaku anak dikemudian hari. Emosi berfungsi mendorong anak untuk mempelajari informasi yang akan membantunya untuk membuat respons yang tepat di masa mendatang terhadap situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.
3). Membantu mengatur interaksi sosial. Emosi membantu anak untuk mengatur emosi sosialnya. Emosi yang dialami oleh seorang anak dapat diobservasi oleh orang lain yang berinteraksi dengan perilaku verbal dan non verbal dengan diri anak tersebut. Emosi bisa bersifat kontruktif atau destruktif, positif atau negatif, dan menyenangkan atau
(1)
99 Lampiran 1
PEDOMAN PENELITIAN PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENYELESAIAN MASALAH
DI SDIT AR-RAUDAH TAMIN BANDAR LAMPUNG
NO. Variabel Indikator Sub Indikator
(Isi Wawancara) a. Konflik Jenis-jenis konflik Konflik seperti
apa yang biasanya terjadi di sekolah? Konflik fongsional Apa yang
mendasari terjadinya konflik fungsional? Konflik vertikal dan horizontal Apa yang
menimbulkan adanya konflik
vertikal dan horizontal? b. Hal-hal penyebab konflik Kurangnya komunikasi Seperti apa komunikasi yang dibangun
di sekolah? Kurang memahami satu sama lain Mengapa dapat
terjadinya kesalah fahaman di
(2)
100
sekolaah? Pembagian tugas kerja Bagaimana
team work yang ada di
sekolah? Bentuk-bentuk upaya dalam
penyelesaian konflik
Komunikasi Seperti apa komunikasi yang dibangun
di sekolah? Konsultasi Bagaimana konsultasi yang dilakukan
didalam penyelesaian
konflik? Musyawarah Seperti apa
musyawarah yang dilakukan
saat terjadinya konfli
(3)
101 LAMPIRAN 2
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Profil Sdit Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung
2. Sejarah berdirinya Sdit Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung
(4)
102 LAMPIRAN 3
PEDOMAN OBSERVASI
Kegiatan sekolah di Sdit Ar-Raudah Tamin Bandar Lampung Dokumentasi
(5)
103 LAMPIRAN 4
(6)
104 LAMPIRAN 5