Perancangan Kampanye "Rayakan Perbedaan" dalam Upaya Meningkatkan Rasa Toleransi pada Kaum Muda.

(1)

Universitas Kristen Maranatha vi

ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE “RAYAKAN PERBEDAAN” DALAM

UPAYA MENINGKATKAN RASA TOLERANSI PADA KAUM MUDA

Oleh

Kristi Airin Sangari NRP 1164113

Indonesia adalah sebuah negara dengan banyak suku, budaya dan agama yang berbeda-beda. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki 13.466 pulau dengan lebih dari 237 juta jiwa. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki lebih dari 300 suku dan lebih dari 721 bahasa daerah. Namun sangat disayangkan tidak semua rakyat Indonesia memahami keragaman tersebut. Masih terdapat banyak kasus intoleransi di lingkungan masyarakat. Padahal keragaman tersevut yang menjadikan Indonesia negara yang kaya.

Maka dari itu, tujuan perancangan ini adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan toleransi antar suku pada kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa. Manfaat perancangan ini adalah agar kaum muda dapat saling menerima dan menghormati perbedaan yang ada di Indonesia.

Metode yang digunakan ialah dengan membuat kampanye sosial dengan media cetak, media elektronik serta ambient media. Melalui perancangan kampanye sosial ini, kaum muda sebagai target audiens dapat mengenal kelompok etnis yang ada di Indonesia serta diingatkan untuk saling menerima perbedaan yang ada.


(2)

Universitas Kristen Maranatha vii ABSTRACT

THE DESIGN OF “RAYAKAN PERBEDAAN” CAMPAIGN IN EFFORTS

OF INCREASING THE TOLERANCE OF THE YONGER GENERATION

Submitted by Kristi Airin Sangari

NRP 1164113

Indonesia is multicultural. It has 13.466 islands and more than 237 million people. Not only that, Indonesia has 300 different tribes with 721 local languages. But it is very unfortunate that such divergence is not tolerated enough. A lot of intolerance out of those c auses occurs in the society, which as a matter of fact enriches the Indonesians.

Thus, this design is to encourage and heighten tolerance among the youngsters who will determine the continuity of Indonesia as a country. They must realize that differences are to be cherised and respected.

The method that is used is a social campaign through printed, electronic, and ambient media. This campaign definitely is designed to remind the youngsters to accept differences in their lives.


(3)

Universitas Kristen Maranatha viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 2

1.3 Tujuan Perancangan ... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan... 4

BAB II : LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Pengertian Toleransi... 5

2.2 Pengertian Suku Bangsa atau Etnis ... 5

2.3 Pengertian Ras ... 6

2.4 Pengertian Pluralisme... 6

2.5 Teori Kampanye Sosial ... 6

2.5.1 Pengertian Kampanye Sosial... 7

2.5.2 Ciri Pokok Kampanye ... 7

2.5.3 Prinsip Kampanye ... 7


(4)

Universitas Kristen Maranatha ix

2.7 Teori Verbal ... 8

2.8 Pemilihan Media ... 9

BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH... 11

3.1 Data dan Fakta ... 11

3.1.1 Lembaga Terkait, Mandatory dan Sponsorship ... 11

3.1.2 Data Permasalahan ... 14

3.1.3 Proyek/ Persoalan Sejenis ... 26

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan berdasarkan Data dan Fakta ... 27

3.2.1 Analisis Data ... 27

3.2.2 Analisis SWOT Perancangan ... 29

3.2.3 Analisis STP Perancangan ... 30

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH... 32

4.1 Konsep Komunikasi ... 32

4.2 Konsep Kreatif ... 32

4.3 Konsep Media ... 33

4.3.1 Timeline ... 34

4.4 Hasil Karya... 35

4.4.1 Identitas ... 35

4.4.2 Media Cetak ... 38

4.4.3 Media Elektronik... 42

4.4.4 Event ... 46

4.4.5 Ambient Media ... 55

4.4.6 Budgeting ... 59

BAB V : PENUTUP... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(5)

Universitas Kristen Maranatha x DATA PENULIS ... 77 UCAPAN TERIMAKASIH ... 78


(6)

Universitas Kristen Maranatha xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika ... 11

Gambar 3.2 Logo Komunitas Kami Anak Bangsa ... 12

Gambar 3.3 Logo PT. Bank Rakyat Indonesia ... 13

Gambar 3.4 Logo BRI Peduli, Bangga Berindonesia ... 14

Gambar 3.5 Logo Bandung Lautan Damai tahun 2014 ... 26

Gambar 3.6 Aksi kampanye toleransi Bandung Lautan Damai ... 26

Gambar 4.1 Logo Kampanye Rayakan Perbedaan ... 35

Gambar 4.2 Warna Identitas Kampanye Rayakan Perbedaan... 36

Gambar 4.3 Warna Utama Kampanye Rayakan Perbedaan ... 36

Gambar 4.4 Warna Pendukung I Kampanye Rayakan Perbedaan ... 36

Gambar 4.5 Warna Pendukung II Kampanye Rayakan Perbedaan ... 37

Gambar 4.6 Tipografi Utama Kampanye Rayakan Perbedaan ... 37

Gambar 4.7 Tipografi Pendukung Kampanye Rayakan Perbedaan ... 37

Gambar 4.8 Poster Informing Edisi 1 dan 2 ... 38

Gambar 4.9 Poster Informing Edisi 3 dan 4 ... 38

Gambar 4.10 Poster Persuading Edisi 1 dan 2 ... 39

Gambar 4.11 Poster Persuading Edisi 3 dan 4 ... 40

Gambar 4.12 Poster Reminding Edisi 1 dan 2 ... 41

Gambar 4.13 Poster Reminding Edisi 3 dan 4 ... 41

Gambar 4.14 Akun Instagram Kampanye Rayakan Perbedaan ... 42

Gambar 4.15 Akun Twitter Kampanye Rayakan Perbedaan ... 43

Gambar 4.16 Akun LINE Kampanye Rayakan Perbedaan ... 43

Gambar 4.17 Tampilan Sticker LINE ... 44

Gambar 4.18 Sticker LINE Kampanye Rayakan Perbedaan ... 45

Gambar 4.19 Timeline Facebook Page Kampanye ... 45

Gambar 4.20 About Facebook Page Kampanye ... 46

Gambar 4.21 Poster Event “Ethnic Festival” ... 47

Gambar 4.22 Poster Event “Ethnic Festival” di Instagram ... 47


(7)

Universitas Kristen Maranatha xii

Gambar 4.24 Props Photobooth “Ethnic Festival” ... 48

Gambar 4.25 Brosur I Tampak Depan ... 49

Gambar 4.26 Brosur I Tampak Dalam ... 49

Gambar 4.27 Brosur I Tampak Belakang ... 50

Gambar 4.28 Brosur II ... 50

Gambar 4.29 Sticker ... 51

Gambar 4.30 Kalender 1 dan 2... 51

Gambar 4.31 Kalender 3 dan 4... 52

Gambar 4.32 Kalender 5 dan 6... 52

Gambar 4.33 Bagian Belakang Kalender 1 dan 4 ... 52

Gambar 4.34 Bagian Belakang Kalender 2 dan 5 ... 53

Gambar 4.35 Bagian Belakang Kalender 3 dan 6 ... 53

Gambar 4.36 Pembatas Notebook 1 dan 2... 54

Gambar 4.37 Pembatas Notebook 3 dan 4... 54

Gambar 4.38 Pembatas Notebook 5 ... 55

Gambar 4.39 Desain Ambient I ... 55

Gambar 4.40 Desain Ambient I Pintu masuk Gedung Tampak Depan ... 56

Gambar 4.41 Desain Ambient II ... 56

Gambar 4.42 Desain Ambient II Dinding depan Lift Tampak Depan ... 57

Gambar 4.43 Desain Ambient III ... 57

Gambar 4.44 Desain Ambient III Lantai depan Papan Pengumuman ... 58

Gambar 4.45 Desain Ambient IV ... 58

Gambar 4.46 Desain Ambient IV Dinding Food Court Luar ... 59


(8)

Universitas Kristen Maranatha xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Usia Responden ... 19

Diagram 3.2 Pekerjaan Responden ... 20

Diagram 3.3 Kota Domisili Responden ... 20

Diagram 3.4 Pendapat Responden Mengenai Suku dan Ras ... 21

Diagram 3.5 Tingkat Kepedulian Responden ... 21

Diagram 3.6 Pertemanan Responden dengan Ras berbeda ... 22

Diagram 3.7 Peristiwa Bully atau ditindas ... 22

Diagram 3.8 Kesenangan kepada suatu Suku dan Ras ... 23

Diagram 3.9 Peristiwa Intoleransi ... 23

Diagram 3.10 Perhatian Pemerintah ... 24

Diagram 3.11 Kontribusi Pemerintah ... 24


(9)

Universitas Kristen Maranatha xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Timeline Kampanye ... 34 Tabel 4.2 Budgeting Kampanye ... 59


(10)

Universitas Kristen Maranatha xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner ... 65 Lampiran B Sketsa Perancangan ... 67


(11)

66

LAMPIRAN

A.Kuesioner

Kuesioner dibagikan melalui “Google Forms”, dan ditargetkan kepada anak muda

berusia 16-24 tahun di Jawa Barat. 1. Berapa usia anda?

2. Apa pekerjaan anda?

3. Saat ini anda tinggal di kota mana?

4. Bagaimana pendapat anda mengenai banyaknya suku dan ras di Indonesia? 5. Apakah anda peduli dengan suku dan ras yang berbeda dengan anda? 6. Apakah anda memiliki teman yang berbeda suku dan ras?

7. Apakah dalam kelompok pertemanan terdekat anda, ada yang berbeda suku/ras?

8. Jika anda memiliki teman yang berbeda suku dan ras, bagaimana sejauh ini pertemanan tersebut?

9. Jika anda memiliki teman yang berbeda suku dan ras serta pertemanan anda kurang baik, apa alasannya?

10.Apakah anda pernah di bully atau diperlakukan secara tidak baik karena anda merupakan suku dan ras tertentu?

11.Jika pernah mengalami tindakan bully, bagaimana perasaan anda terhadap mereka (ras tersebut)?

12.Apakah anda tidak senang dengan salah satu suku/ ras di Indonesia? 13.Tuliskan suku/ ras yang tidak anda senangi

14.Apakah dalam kegiatan sehari-hari anda pernah melihat tindak intoleransi terhadap orang lain?

15.Bagaimana pendapat anda mengenai berbagai macam kasus intoleransi suku dan ras di Indonesia?

16.Menurut anda, apakah sikap intoleransi di Indonesia merupakan masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah?


(12)

67 17.Menurut anda, apakah pemerintah sudah berkontribusi dalam meningkatkan

sikap toleransi suku dan ras?

18.Dalam keseharian anda, media apa saja yang anda akses untuk mendapatkan informasi?

19.Apabila ada event yang bertemakan pluralitas suku dan ras, apakah anda tertarik untuk ikut serta?


(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara dengan banyak suku, budaya dan agama yang bebeda-beda. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki 13.466 pulau dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki lebih dari 300 suku dan lebih dari 721 bahasa daerah. Dengan keragaman yang begitu banyak, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya (wikipedia.com diunduh pada 11 Februari 2015 pada pukul 10.00 WIB).

Namun sangat disayangkan tidak semua rakyat Indonesia memahami keragaman tersebut. Padahal kebudayaan dari tiap-tiap suku daerah inilah yang menjadi salah satu dasar dari terciptanya budaya nasional Indonesia. Banyak kasus di media bahwa terjadi permasalahan antar suku, bahkan antar agama. Hal tersebut pun dapat kita jumpai dalam kehidupan setiap hari. Terjadi pemihakan suatu ras atau agama.

Padahal semboyan nasional Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap Satu”.

Pada awal tahun 2001, salah satu konflik yang diketahui seluruh Indonesia yaitu konflik Sampit terjadi (wikipedia.com diunduh pada 11 Februari 2015 pada pukul 11.00 WIB). Konflik ini terjadi antara suku Dayak dan suku Madura dan memakan lebih dari 500 kematian, serta lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal (wikipedia.com diunduh pada 11 Februari 2015 pada pukul 11.00 WIB). Pada 28 Oktober 2012, perselesihan terjadi antar suku Lampung dan suku Bali di kota Lampung yang disebabkan oleh hal yang sepele yaitu kesalahpahaman antar kedua pihak (lintasberita.web.id diunduh pada 11 Februari 2015 pada pukul 11.03 WIB). Bahkan pada tahun 2014, terjadi perselisihan yang diliput oleh media antara Bahsuki Tjahja Purnama atau yang lebih dikenal dengan Ahok dengan Front Pembela Islam (FPI). FPI menolak Ahok diangkat sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan


(23)

Universitas Kristen Maranatha 2 Joko Widodo dengan alasan Ahok merupakan non-muslim, namun banyak pihak yang berspekulasi bahwa alasan ditolaknya Ahok oleh FPI bukan hanya masalah agama namun juga masalah ras.

Perbedaan suku dan ras yang beragam ini akan mengundang perselisihan apabila masyarakat tidak dapat mengendalikan emosi masing-masing. Lingkungan dan masyarakat sangat menentukan sikap dan budaya seseorang berkembang dalam masyarakat itu sendiri, sehingga toleransi harus dapat diterapkan di lingkungan masyarakat. Seluruh masyarakat Indonesia yang sadar akan keberagaman ini semestinya saling menerima dan menghormati tanpa memandang suku dan ras.

Wakil Ketua MPR Republik Indonesia, Hidayat Nur Wahid pada tahun 2014 berkata, "Masyarakat harus kembali melihat nilai luhur bangsa Indonesia yang menyusun nilai- nilai kebangsaan kita saat ini,".

Jika sikap intoleransi ini terus dibiarkan tanpa ada perubahan, negara Indonesia yang didasarkan Bhinneka Tunggal Ika dapat terpecah secara perlahan. Penulis sangat yakin bahwa pluralitas bangsa Indonesia adalah sesuatu yang unik dan kaya sehingga sangat disayangkan apabila keberagaman ini dianggap sebagai suatu masalah. Perbedaan bukan hal yang buruk melainkan hal yang patut dibanggakan.

Maka dari itu diperlukan media pengingat kepada masyarakat mengenai pentingnya sikap toleransi.Media pengingat ini adalah rancangan kampanye yang didesain secara khusus agar menarik perhatian audiens serta dapat berjalan dengan efisien. Disini ilmu Desain Komunikasi Visual diperlukan agar pesan kepada masyarakat yang menghiraukan “Bhinneka Tunggal Ika” dapat disampaikan.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dari perancangan ini adalah:

1) Bagaimana agar generasi muda memashami dan menerima perbedaan suku dan ras yang ada di Indonesia?


(24)

Universitas Kristen Maranatha 3 2) Bagaimana merancang kampanye sosial agar generasi muda menerima

perbedaan suku dan ras di Indonesia?

Adapun ruang lingkup permasalahan dibatasi pada anak muda yang bertempat tinggal di provinsi Jawa Barat, dengan diawali di kota Bandung.

1.3 Tujuan Perancangan

Berdasarkan permasalahan dan ruang lingkup yang telah dirumuskan, maka tujuan dari perancangan ini adalah:

1) Agar generasi muda saling menerima perbedaan suku dan ras dengan sikap toleransi yang tinggi sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika.

2) Agar kampanye sosial mengenai toleransi suku dan ras di kaum muda Indonesia dapat memenuhi tujuan awal perancangan kampanye sosial..

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, dilakukan beberapa hal seperti: a) Wawancara

Melakukan wawancara kepada DR. Ir Martina A. Langi, M.Sc selaku akademisi dan pengamat sosial budaya, dan Lolourien Siwu, BFA selaku mahasiswa S3 Peacebuilding di Payap University yang pernah bekerja di NGOs United Nations.

b) Studi Pustaka

Melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber dari buku, koran, dan internet mengenai toleransi ataupun intoleransi suku dan ras di Indonesia.

c) Kuesioner

Membagikan kuesioner kepada target perancangan yaitu anak muda usia 16-24 tahun sebanyak 145 responden untuk mengetahui sikap mereka terhadap masyarakat yang berbeda suku dan ras.


(25)

Universitas Kristen Maranatha 4

1.5 Skema Perancangan

LATAR BELAKANG

Keberagaman suku dan ras di Indonesia yang sering menghadapi sikap intoleransi. Hal ini mengancam pola pikir generasi muda dalam berhubungan dalam masyarakat.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dibatasi pada anak muda yang bertempat tinggal di provinsi Jawa Barat, dengan diawali di kota Bandung.

PERMASALAHAN

- Bagaimana generasi muda dapat lebih toleran dan saling menerima perbedaan suku dan ras yang ada di Indonesia? - Bagaimana merancang kampanye sosial yang tepat sesuai

dengan ilmu Desain Komunikasi Visual?

SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA - Wawancara.

- Kuesioner. - Studi Pustaka

.STRATEGI MEDIA Ambient media, poster,

event, social media,

merchandise.

STRATEGI KOMUNIKASI Verbal dan Visual.

TEORI Teori Toleransi, Teori

Kampanye, Teori Seni Rupa. TUJUAN

- Agar generasi muda saling menerima perbedaan suku dan ras dengan sikap toleransi yang tinggi sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. - Agar kampanye sosial mengenai toleransi suku dan ras di kaum muda Indonesia

dapat terancang sesuai dengan ilmu Desain Komunikasi Visual.

HASIL AKHIR

Generasi muda menjadi lebih toleran dan peduli dimana saling menerima perbedaan dan tidak lagi melakukan diskriminasi.


(26)

Universitas Kristen Maranatha 5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Toleransi

Dibawah ini adalah pengertian toleransi menurut beberapa ahli:

a) Menurut Dewan Ensiklopedi Indonesia, toleransi dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia (Dewan Ensiklopedi Indonesia : 3588).

b) Menurut W.J.S Purwadarminta, Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri (Purwadarminta, 1986 : 1084).

Sehingga toleransi adalah sikap menerima, menghargai dan berhati lapang terhadap orang-orang yang berbeda dengan kita. Sikap toleransi bukan berarti membenarkan pendapat orang lain melainkan mengakui kebebasan dan menghormati hak asasi manusia.

2.2 Pengertian Suku Bangsa atau Etnis

Dibawah ini adalah pengertian suku bangsa atau etnis menurut beberapa ahli:

a) Menurut John W. Santrock, etnis adalah budaya, karakteristik kewarganegaraan, ras, agama dan bahasa (Santrock, 2003 : 289).

b) Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, etnis adalah sekelompok besar orang yang diidentifikasi memiliki kesamaan biologis dan tradisi (Webster, 1976 : 393).

Suku bangsa atau etnis adalah kumpulan besar ras, agama, serta kebudayaan. Mereka yang terkumpul karena persamaan biologis ataupun budaya dikatakan sebagai sebuah etnis.


(27)

Universitas Kristen Maranatha 6

2.3 Pengertian Ras

Dibawah ini adalah pengertian ras menurut beberapa ahli:

a) Menurut Academic American Encyclopedia, ras didefinasikan sebagai teori atau falsafah yang menyatakan seseorang mewarisi ciri-ciri seperti warna kulit, rupa bentuk, warna rambut, tingkat laku, kelakuan atau tahap intelektual. Pengertian sedemikian menyebabkan sesetengah manusia mengangggap kaum mereka adalah lebih unggul daripada kaum lain. (1980 :37).

b) Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, ras adalah sebuah divisi manusia yang memiliki kesamaan biologis yang bisa turun temurun dan mampu mengenali kesamaan tersebut sebagai sebuah tipe manusia (Webster, 1976 : 950).

Ras adalah divisi manusia yang mewarisi kesamaan karakteristik biologis seperti warna kulit, rambut juga tingkat laku atau cara berpikir. Ras adalah pernyataan bahwa manusia sama dengan manusia lainnya karena faktor turun temurun.

2.4 Pengertian Pluralisme

Pluralisme atau pluralism adalah keadaan sosial dimana anggota dari beragam etnis, ras, agama, atau kelompok sosial lainnya dengan rela mempertahankan tradisi dan berpartisipasi dengan sesama dalam masyarakat (Webster, 1976 : 885).

Pluralisme sama seperti toleransi sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Individu yang mengadopsi sudut pandang pluralisme biasanya berpendapat bahwa perbedaan kebudayaan harus dipertahankan dan dihargai (Santrock, 2003 : 309).

2.5 Teori Kampanye Sosial

Dibawah ini adalah pengertian kampanye menurut beberapa ahli:

a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kampanye adalah gerakan atau tindakan serentak untuk melawan, mengadakan aksi,mengubah keadaan, mengubah perilaku dan lain-lain (Lukman; 1996: 437).


(28)

Universitas Kristen Maranatha 7 b) Menurut Rogers dan Storey (1987), kampanye adalah serangkaian tindakan

komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu (Venus, 2004:7).

2.5.1Pengertian Kampanye Sosial

Dari pengertian kampanye menurut beberapa ahli di atas, kampanye sosial adalah suatu kegiatan berkampanye berupa serangkaian tindakan atau gerakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dan bersifal non kamersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan masalah sosial yang sedang terjadi. Kampanye sosial juga ingin “menjual gagasan” atau pemikiran serta perilaku masyarakat.

2.5.2Ciri Pokok Kampanye

Menurut Drs. Antar Venus, M.A, ciri pokok kampanye adalah (Venus, 2012 : 7): a) Ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu.

b) Jumlah khalayak sasaran yang besar.

c) Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu.

d) Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.

2.5.3 Prinsip Kampanye

Menurut Rachmadi (1993 : 135), terdapat beberapa prinsip kampanye yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Perkirakan terlebih dahulu kebutuhan, tujuan yang akan dituju, dan kemampuan dari khalayak sasaran.

2) Rencanakan kampanya secara sistematis. 3) Lakukan evaluasi secara terus menerus.

4) Gunakan media massa dan komunikasi interpersonal.


(29)

Universitas Kristen Maranatha 8

2.6 Teori Visual Seni Rupa

Teori untuk mendasari konsep komunikasi visual untuk desain media kepada target audiens kampanye;

a) Pop Art

Menurut Andika Indrayana, seorang Creative Freelancer dan dosen desain ISI Jogja, pop art adalah gerakan dan fenomena seni baru yang hadir di tahun 1950-an di Inggris dan Amerika. Seorang kritikus seni Inggris Lawrence Alloway mengatakan pop art atau popular art adalah inspirasi dan tema utama seniman mengenai budaya populer yang melanda masyarakat kontemporer. Budaya populer dapat dikatakan sebagai kehadiran berbagai macam objek visual seperti iklan, kemasan, komik maupun ikon selebritis.

Dari sisi konten, ciri gaya pop art adalah isi visual memperlihatkan fenomena budaya populer yang ada di masyarakat, seperti objek, tokoh ataupun budaya yang sedang terjadi.

Ciri-ciri gaya pop art secara lebih jelas adalah sebagai berikut: a) Warna-warna padat atau bold dan muda (mencolok). b) Ilustras yang sederhana dan cenderung ikonik. c) Berkarakter bend-day dots dan half tone screen. d) Bersifat humoris (witty) dan glamor.

e) Mudah dipahami oleh masyarakat karena faktor familiaritas pada visual yang digunakan.

2.7 Teori Verbal

Komunikasi verbal adalah proses penyampaian informasi berupa lisan dan tulisan. Menurut Drs. PC Bambang Herimanto, MM, komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan maupun lisan.


(30)

Universitas Kristen Maranatha 9 a) Copywriting

Copywriting adalah seni penulisan pesan penjualan persuasif yang persuasif yang memiliki latar belakang yang kuat (Agustrijanto, 2006 : 33).

Copywriting adalah penulisan dengan beragam gaya dan pendekatan. Dalam sebuah iklan atau media promosi lain, copywriting sangat penting. Media yang menggunakan copywriting beragam, seperti iklan cetak (print ad), iklan televisi (TV commercial), iklan radio, dan lain sebagainya.

2.8 Pemilihan Media

1) Media Cetak

Media cetak adalah media komunikasi dalam bentuk cetakan masal. Media cetak tergolong praktis, cepat dan harga terjangkau. Jangkauan media cetak saat luas, koran dan majalah dapat ditemui sampai ke pelosok.

Media cetak lebih mementingkan tulisan dibanding gambar, namun tulisan yang disajikan lebih terbatas.

Contoh media cetak antara lain: a) Koran.

b) Tabloid. c) Buletin. d) Majalah. e) Poster

2) Media Elektronik

Media elektronik adalah media yang menggunakan energi elektromekanis guna mengakses kontennya. Media elektronik dapat berupa televisi, radio dan internet. Sama seperti media cetak, media elektronik juga dapat menjangkau khalayak luas, namun dengan biaya yang lebih mahal dibanding media cetak. Ini disebabkan oleh alat elektronik yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh audiens untuk menjangkau konten media elektronik.


(31)

Universitas Kristen Maranatha 10 Media elektronik cenderung mementingkan visual. Media elektronik seperti internet menampilkan lebih banyak gambar dibandingkan media cetak.

3) Ambient Media

Ambient media merupakan salah satu cara beriklan yang memiliki tujuan menumbuhkan atau membangkitkan perasaan dan mood konsumen agar merasa nyaman serta agar konsumen dapat berinteraksi dengan produk atau layanan yang ditawarkan. Ambient media memberikan pengelaman kuat kepada konsumen. Ambient media dapat juga disebut sebagai media lingkungan (Lwin, Aitchison : 2002).


(32)

Universitas Kristen Maranatha 11

BAB III

DATA DAN ANALISIS MASALAH

3.1 Data dan Fakta

3.1.1 Lembaga Terkait, Mandatory dan Sponsorship

a) Lembaga yang terkait dengan program yang dirancang penulis adalah: Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI)

Gambar 3.1 Logo Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (sumber www.twitter.com/anbti, 17 Februari 2015, Pukul 22.00 WIB)

Aliansi Bhinneka Tunggal Ika merupakan aliansi keberagaman kebudayaan dan kepercayaan, yang bekerja untuk mempertahankan Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa yang beragam serta menjunjung konstitusi.

ANBTI lahir sebagai bentuk keprihatinan masyarakat sipil terhadap maraknya upaya pengkhianatan terhadap Konstitusi, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika, salah satunya mantan Presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid.

Kelahiran ini ditandai dengan dengan melakukan kritik budaya melalui Pawai Bhinneka Tunggal Ika, Jakarta, 22 April 2006. Awalnya pawai budaya ini untuk merespon pembahasan RUU Anti Pornografi dan pornoaksi yang kontroversial di parlemen nasional karena isinya yang mengancam keberagaman budaya Indonesia,


(33)

Universitas Kristen Maranatha 12 digelarlah pawai budaya Bhinneka Tunggal Ika 22 April 2006 di Jakarta.Sejak tahun 2010, Nia Sjarifudin dipercaya sebagai sekjen ANBTI.

b) Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai Mandatory program yang dirancang penulis adalah:

Komunitas Kami Anak Bangsa (KKAB)

Gambar 3.2 Logo Komunitas Kami Anak Bangsa (sumber www.kkab.org, 17 Februari 2015, Pukul 22.10 WIB)

Komunitas Kami Anak Bangsa (KKAB) adalah sekumpulan generasi penerus bangsa Indonesia yang membawa toleransi kebhinnekaan dan keragaman sebagai elemen membangun dan memajukan Negara Republik Indonesia.

KKABmerupakan kumpulan Generasi Muda Indonesia yang bangga akan identitas Bhinneka Tunggal Ika dan memiliki tujuan bersama untuk memajukan kemajemukan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Visi dari KKAB adalahmembangun Indonesia dengan toleransi dan kebhinnekaan, sedangkan misi KKAB adalahmelebur esensi perbedaan kultur, ras dan agama kepada persamaan untuk membangun masyarakat toleran, guna memajukan bangsa. Komunitas Kami Anak Bangsa memiliki semboyan “Perbedaan Itu Indah, Keberagaman Itu Anugrah.”.


(34)

Universitas Kristen Maranatha 13 c) Sponsorship

Produk yang akan mensponsori program rancangan penulis adalah: PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Gambar 3.3 Logo PT. Bank Rakyat Indonesia (sumber www.bri.co.id, 25 Februari 2015, Pukul 22.10 WIB)

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini. Sebelum Indonesia merdeka (1895), BRI sudah mengambil bagian dalam perekonomian masyarakat atau bumiputera istilahnya saat itu. Bank BRI yang bermula di Kota Purwokerto Jawa Tengah ikut serta membangun perekonomian masyarakat.

Setelah merdeka, memasuki orde lama, orde baru, dan orde reformasi, Bank BRI terus tumbuh secara signifikan hingga saat ini menjadi bank paling produktif secara nasional. Sebagai bank yang merupakan bagian dari kemajuan bangsa Indonesia, Bank BRI tidak lupa berbagi dengan masyarakat melalui program corporate social responsibility (CSR) melalui program BRI Peduli.


(35)

Universitas Kristen Maranatha 14 Gambar 3.4 Logo BRI Peduli, Bangga Berindonesia

(sumber www.bri.co.id, 25 Februari 2015, Pukul 22.11 WIB)

Melihat banyak kelebihan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, tidak berlebihan jika program-program BRI Peduli berada di bawah naungan tema Bangga Berindonesia. Bangga Berindonesia bermakna ganda. Bangga Berindonesia dapat berarti bangga memberi Indonesia, artinya bangga memberi sesuatu untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Adapun Bangga Berindonesia dapat juga bermakna bangga ber-Indonesia. BRI Peduli bangga menjadi bangsa Indonesia yang secara tersirat memiliki makna nasionalisme dan patriotisme serta bagaimana kami berbuat sesuatu yang berarti untuk kejayaan Indonesia.

Kegiatan yang pernah diadakan oleh BRI Peduli sebagai contoh adalah: a) BRI Bagi Sembako Di 15 Titik Miskin Jakarta.

b) BRI Bantu Peralatan Pengusaha Batik Bayat.

c) BRI Serahkan Buku Wirausaha Kepada KJRI Hongkong. d) BRI Peduli, Kembali Beri Bantuan ke SD YPK Sota, Papua. e) Bank BRI Peduli Masyarakat Bantu Pembangunan Rumah Ibadah

3.1.2 Data Permasalahan

Berikut adalah data permasalahan yang diperoleh penulis dengan cara wawancara, studi pustaka, dan kuesioner.

1. Wawancara

a) Wawancara dengan DR. Ir. Martina Langi, M.Sc, Akademisi dan Pengamat Sosial Budaya


(36)

Universitas Kristen Maranatha 15 Menurut narasumber, tingkat toleransi antar suku dan ras di Indonesia saat ini telah berkembang. Perkembangan ini sudah mulai terlihat sejak era kepresidenan Abdurrahman Wahid. Sebelumnya, banyak aturan tidak tertulis yang membatasi penggunaan bahasa tertentu pada nama, juga pembatasan bahkan pelarangan praktik budaya tertentu.

Walaupun pada tingkat pemerintahan terdapat tujuan positif tentang perubahan, masih terdapat beberapa orang dengan campur tangan yang kuat dalam komunitas yang tidak menginginkan perubahan serta masih menjunjung pemikiran pribadi, terutama mengenai suku dan ras di Indonesia. Hal ini berpengaruh pada tingkat toleransi sebagian besar anggota masyarakat. Masyarakat yang terpengaruh tidak atau belum dapat berpikir secara objektif, mereka lebih memiliki mengikuti cara pikir orang yang berpengaruh tersebut.

Menurut narasumber, orang Indonesia sangat toleran. Namun, dalam dua dekade terakhir seiring dengan bertumbuhnya kelompok atau perorangan radikal dalam masyarakat, terutama dari pulai Jawa, jumlah orang yang “mengikuti” kelompok atau orang tersebut semakin banyak dan sayangnya ikut mempengaruhi mereka yang berpendidikan. Tingkat toleransi di Indonesia kembali menjadi sebuah masalah.

Saat pemerintah tidak lagi sibuk dengan kegiatan politik jangka pendek, narasumber mengungkapkan pemerintah harus membuka mata dan mulai memikirkan masa depan jangka panjang Indonesia. Masyarakat harus diingatkan bahwa negara Indonesia telah menjadi negara hebat dengan apresiasi tinggi akan perbedaan budaya, agama dan ras, tanpa merasa terancam. Pemerintah harus memperhatikan masalah ini.

Sejauh ini, telah ada regulasi mengenai terorisme, anarki masal, dan lain sebagainya untuk mengontrol keamanan. Namun untuk masalah toleransi, pemerintah masih harus mengawasi dan mengembangkan sistem yang tepat.

Jika peraturan dan regulasi mengenai toleransi tidak ditanamkan secara penuh serta dijaga, maka tingkat toleransi akan mejadi tidak stabil, bahkan berbahaya. Hal ini


(37)

Universitas Kristen Maranatha 16 cepat atau lambat akan melemahkan negara mengingat adanya kemungkinan pertengkaran masyarakat, bahkan perang sipil.

Menurut narasumber, sebagai negara, semua harus mengambil bagian masing-masing secara bersamaan. Dalam hal ini, legislasi, pelaksaan dan yurisdiksi harus teguh. Generasi muda harus dapat menyingkirkan masa lalu, pengalaman, dan sikap buruk mengenai suku dan ras. Kaum muda harus dapat memiliki cara pandang yang lebih baik. Dengan adanya teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, kaum muda harus dapat memproduksi pemikiran dan motivasi yang sangat baik demi masa depan negara. Generasi muda harus memiliki pikiran yang terbuka.

b) Wawancara dengan Lolourien Siwu, BFA, mahasiswa S3 Peacebuilding, Payap University, Thailand. Beliau pernah bekerja di NGOs United Nations (Perhimpunan Bangsa-Bangsa).

Tanggal: 28 Februari 2015

Menurut narasbumber, tingkat toleransi antara kelompok etnis bahkan kelompok agama di provinsi dan kota di Indonesia bervariasi. Di kota-kota besar dimana terdapat tingkat keberagaman yang tinggi, masyarakat cenderung lebih toleran. Sedangkan di kota atau daerah yang lebih kecil dengan tingkat keberagaman yang rendah, sikap toleransi yang rendah sangat terasa serta lebih sulit untuk menerima keberagaman.

Narasumber mengatakan tingkat toleransi di Indonesia bukan harus diubah melainkan harus lebih baik dan stabil. Dengan kata lain, toleransi harus dipelihara dan dijaga karena tingkat toleransi dapat dengan mudah berubah sebagai respon peristiwa tertentu dalam masyarakat.

Tingkat pemahaman dan keterbukaan masih relatif rendah bagi negara yang sangat beragam. Masih terdapat kebencian tersembunyi bahkan tindakan diskriminatif atau rasisme yang terjadi terlalu sering di ruang publik juga media.


(38)

Universitas Kristen Maranatha 17 Pemerintah telah mengambil langkah saat terjadi konflik serta sesudah konflik untuk menghentikan kekerasan, menenangkan masyarakat serta proses perundingan. Namun masih sangat sedikit tindakan yang diambil untuk menjaga harmonitas, terutama untuk meningkatkan pengertian dan toleransi.

Toleransi yang lebih baik membawa hubungan dan kerja sama yang lebih baik. Kerja sama yang baik membawa produktifitas yang lebih baik dan keadaan sosial politik yang lebih damai dan stabil. Dengan adanya toleransi yang tinggi, akan tercipta kemungkinan konflik yang kecil, turunnya pelanggaran hak asasi manusia dan diskriminasi. Semua faktor ini membangun negara yang lebih kuat dan sejahtera.

Generasi muda harus didorong untuk belajar tentang mereka yang berbeda suku dan ras agar dapat lebih dikenal. Kaum muda harus belajar ataupun bekerja di lingkungan yang berbeda. Sekolah, terutama universitas harusnya memiliki program untuk mempromosikan kelompok etnis yang beragam dengan mengutamakan kerjasama dan pengertian yang baik. Hal yang paling penting adalah pemerintah harus memberikan contoh melalui perlakuan yang setara kepada semua suku dan ras di Indonesia.

2. Studi Pustaka

a) Perang Suku di Mimika

Perang antarsuku di bumi Papua sempat berlangsung sejak 4 Maret 2014. Suku Dani dan Suku Moni yang terlibat saling serang dan membuat Kampung Mimika Gunung, Jayanti, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika mencekam sejak Jumat 7 Maret 2014.

Perang antar suku ini dipicu sengketa lahan. Sebanyak 4 orang dari kedua suku tewas dalam peperangan ini, sedangkan ratusan orang lain menderita luka-luka akibat benda tajam.(Liputan6 : 2014)


(39)

Universitas Kristen Maranatha 18 b) Konflik Sampit

Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia yang berawal pada Februari 2001. Konflik ini berlangsung sepanjang tahun. Konflik Sampit berawal di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan menyebar ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.

Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Banyak cerita yang beredar mengenai awal dari konflik ini sehingga penyebab konflik masih belum pasti.

Profesor Usop (Asosiasi Masyarakat Dayak)mengatakan bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.

Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 korban jiwa, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal, sertabanyak warga Madura yang ditemukan kepala dipenggal oleh suku Dayak. (Wikipedia : 2014)

c) Indonesia Butuh Penyegaran Nilai-Nilai Kebangsaan

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Hidayat Nur Wahid mengatakan saat ini perlu penyegaran kembali nilai-nilai kebangsaan sehingga bangsa Indonesia dapat tumbuh menjadi bangsa yang senantiasa damai dalam kebersamaan meski ada perbedaan.

Ia mengatakan di tengah perkembangan politik dan demokrasi saat ini, dikhawatirkan munculnya berbagai konflik horizontal akibat kurangnya pemahaman mengenai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kebangsaan Indonesia. Masyarakat terancam lupa bahwa saat ini sedang berada di negara yang terdiri dari berbagai etnis, golongan, agama dan sebagainya sehingga tidak memahami adanya perbedaan itu.


(40)

Universitas Kristen Maranatha 19 Menurut beliau, masyarakat tidak lagi memahami kalau sedang berada dalam kebhinnekaan sehingga muncul ego ras, mayoritas dan ego lainnya yang tidak mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika.

"Makanya kita memang perlu penyegaran nilai-nilai kebangsaan sebagai salah satu cara untuk meredam konflik dan kejahatan yang meluas," (Wahid : 2014).

Apabila hal itu dapat terjadi, bangsa ini akan tumbuh menjadi bangsa yang senantiasa damai dalam kebersamaan dan perbedaan.

(Republika : 2014)

3. Kuesioner

Kuesioner dibagikan kepada target perancangan yaitu anak muda usia 16-24 tahun sebanyak 130 responden untuk mengetahui sikap mereka terhadap masyarakat yang berbeda suku dan ras.

Berikut ini adalah hasil data kuesioner tersebut: a. Usia

Diagram 3.1 Usia Responden

Responden yang telah mengisi kuesioner 85% berusia 18-22 tahun, 12% berusia di atas 23 tahun dan 3% berusia 15-17 tahun.

15-17 tahun 18-22 tahun >23 tahun 0 20 40 60 80 100 15-17 tahun 18-22 tahun >23 tahun


(41)

Universitas Kristen Maranatha 20 b. Pekerjaan

Diagram 3.2 Pekerjaan Responden

Responden yang telah mengisi kuesioner 85% berstatus mahasiswa serta 15% berstatus siswa.

c. Kota Domisili

Diagram 3.3 Kota Domisili Responden

Responden yang telah mengisi kuesioner 75% berdomisili di kota Bandung, 6% berdomisili di kota Cimahi, 17% berdomisili di kota Bogor, dan 2% berdomisili di kota Cianjur.

0 20 40 60 80 100

Mahasiswa Siswa

Mahasiswa Siswa

BandungCimahi Bogor Cianjur 0

20 40 60 80

Bandung Cimahi Bogor


(42)

Universitas Kristen Maranatha 21 d. Pendapat Mengenai Banyaknya Suku dan Ras di Indonesia

Diagram 3.4 Pendapat Responden Mengenai Suku dan Ras

Responden yang telah mengisi kuesioner 87% senang akang keberagaman suku dan ras di Indonesia sedangkan 13% lainnya tidak begitu senang.

e. Tingkat Kepedulian

Diagram 3.5 Tingkat Kepedulian Responden

Responden yang telah mengisi kuesioner 80% peduli dengan suku dan ras yang berbeda, sedangkan 20% lainnya kurang peduli.

Sangat Bagus Kurang Bagus 0 20 40 60 80 100 Sangat Bagus Kurang Bagus Sangat Peduli Kurang Peduli 0 20 40 60 80 100 Sangat Peduli Kurang Peduli


(43)

Universitas Kristen Maranatha 22 f. Pertemanan dengan Ras yang berbeda

Diagram 3.6 Pertemanan Responden dengan Ras berbeda

Responden yang telah mengisi kuesioner 70% berteman dengan ras yang berbeda, 30% tidak berteman dengan ras yang berbeda

g. Bully atau ditindas karena masalah Suku dan Ras

Diagram 3.7 Peristiwa Bully atau ditindas

Responden yang telah mengisi kuesioner 65% tidak pernah di bully karena masalah suku dan ras, sedangkan 35% lainnya pernah di bully karena masalah suku dan ras.

0 20 40 60 80

Ya Tidak berteman

karena suku dan ras

Ya

Tidak berteman karena suku dan ras

Pernah Tidak Pernah 0 10 20 30 40 50 60 70 Pernah Tidak Pernah


(44)

Universitas Kristen Maranatha 23 h. Tingkat Kesenangan kepada suatu Suku/Ras

Diagram 3.8 Kesenangan kepada suatu suku dan ras

Responden yang telah mengisi kuesioner 50% tidak senang dengan ras tertentu di Indonesia, sedangkan 50% lainnya senang.

i. Peristiwa Intoleransi dalam kegiatan sehari-hari

Diagram 3.9 Perisitwa Intoleransi

Responden yang telah mengisi kuesioner 92% pernah melihat tindak intoleransi terhadapa orang lain dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan 8% lainnya tidak pernah. Tidak senang Senang 0 10 20 30 40 50 60 Tidak senang Senang Pernah melihat Tidak pernah melihat 0 20 40 60 80 100 Pernah melihat Tidak pernah melihat


(45)

Universitas Kristen Maranatha 24 j. Perhatian Pemerintah terhadap sikap Intoleransi

Diagram 3.10 Perhatian Pemerintah

Responden yang telah mengisi kuesioner 88% mengatakan pemerintah harus memperhatikan masalah intoleransi di Indonesia, sedangkan 12% lainnya mengatakan hal tersebut tidak diperlukan.

k. Kontribusi Pemerintah

Diagram 3.11 Kontribusi Pemerintah

Responden yang telah mengisi kuesioner 25% mengatakan pemerintah sudah berkontribusi dalam meningkatkan sikap toleransi suku dan ras, sedangkan 76% lainnya mengatakan pemerintah tidak berkontribusi.

0 20 40 60 80 100

Harus Tidak harus

Harus Tidak harus

0 20 40 60 80

Berkontribusi Tidak berkontribusi

Berkontribusi Tidak berkontribusi


(46)

Universitas Kristen Maranatha 25 l. Media untuk mengakses Informasi

Diagram 3.12 Media Mengakses Informasi

Responden yang telah mengisi kuesioner 72% lebih mengakses media internet untuk informasi, 26% mengakses media cetak dan 17% mengakses media outdoor.

Kesimpulan hasil data kuesioner:

1) Generasi muda Indonesia khususnya Jawa Barat masih peduli dan tertarik dengan keberagaman suku dan ras di Indonesia, namun masih ada juga yang tidak peduli dan tidak tertarik sama sekali dengan suku dan ras atau kasus intoleransi.

2) Peristiwa bully atau ditindas karena suku dan ras masih terjadi di kalangan generasi muda.

3) Ternyata 50% anak muda tidak senang dengan ras tertentu, bahkan lebih dari satu ras.

4) Peristiwa intoleransi dalam kehidupan sehari-hari masih sering ditemui.

5) Menurut responden kuesioner, pemerintah harus menganggap kasus intoleransi sebagai masalah dan harus segera berkontribusi karena masyarakat masih merasa kurangnya kontribusi pemerintah.

Media Cetak Media Outdoor Media Internet 0 20 40 60 80 Media Cetak Media Outdoor Media Internet


(47)

Universitas Kristen Maranatha 26

3.1.3 Proyek/ Persoalan Sejenis

a. Kampanye Toleransi oleh Bandung Lautan Damai (Balad)

Gambar 3.5 Logo Bandung Lautan Damai tahun 2014 (sumber www.portalkbr.com, 25 Februari 2015, Pukul 22.25 WIB)

Kelompok Bandung Lautan Damai mengajak warga Bandung menjaga perdamaian kota dan menolak aksi intoleran. Seruan ini muncul dalam rangka peringatan Hari Toleransi setiap 16 November.

Bandung Lautan Damai membuka rangkaian acara peringatan ini dengan kampanye di Car Free Day di Dago, Bandung, hari Minggu 2 November 2014. Tujuannya adalah untuk mendorong hadirnya kota Bandung yang ramah bagi semua kelompok agama dan suku, termasuk kelompok minoritas.

Gambar 3.6 Aksi kampanye toleransi Bandung Lautan Damai (sumber www.portalkbr.com, 25 Februari 2015, Pukul 22.25 WIB)


(48)

Universitas Kristen Maranatha 27 Bandung sebagai ibukota Jawa Barat memegang peranan penting dalam mempromosikan toleransi dan perdamaian. Kajian dari The Wahid Institute, Setara Institute, dan CRCS UGM menyatakan Jawa Barat sebagai daerah dengan aksi intoleran terbanyak dalam empat tahun terakhir. Jawa Barat juga menyimpan kasus intoleransi besar seperti GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, GPId Rancaekek Sumedang, dan pembubaran peringatan Hari Asyura kelompok muslim Syiah.

Kampanye toleransi oleh Balad merupakan kampanye yang lebih mengutamakan kegiatan daripada visual desain. Dalam kampanye ini, Balad memperbanyak kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan target audiens.

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan berdasarkan Data dan Fakta

3.2.1 Analisis Data

a. Toleransi dan Pluralisme 1) Toleransi

Dari data yang telah didapatkan oleh penulis, toleransi di kaum muda masih sekedar kata-kata. Nyatanya, 50% kaum muda tidak berteman dengan suku dan ras yang berbeda, bahkan mereka menyebutkan ketidaksenangan mereka terhadap suatu ras di Indonesia. Padahal, 80% kaum muda mengakui bagusnya keberagaman suku dan ras di Indonesia. Bahkan, peristiwa bullying karena masalah suku dan ras masih terjadi di kaum muda. Tingkat toleransi di Indonesia berkembang sejak era kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid, namun masih tergolong rendah bagi negara yang memiliki keberagaman yang sangat tinggi.

Menurut penulis, kaum muda belum dengan sepenuhnya menganut toleransi. Keberagaman suku dan ras memang hal yang bagus menurut mereka, namun sedikit yang sampai melakukan toleransi tersebut.

2) Pluralisme

Keadaan bersatu antara suku dan ras yang berbeda pun masih belum maksimal. Dari data yang didapatkan, masih terdapat sebagian besar kaum muda yang hanya


(49)

Universitas Kristen Maranatha 28 berteman dengan suku dan ras yang sama. Tidak ada interaksi sosial yang dekat antara suatu ras yang berbeda dengan yang lain. Menurut data wawancara yang didapatkan, masih tersimpan kebencian tersembunyi akan suatu ras dikalangan masyarakat. Belum ada rasa ingin bersatu yang maksimal dari masyarakat karena masih kurang rasa pengertian dan pengenalan akan suku dan ras di Indonesia.

b. Kampanye Sosial

Kampanye sosial adalah suatu kegiatan berkampanye berupa serangkaian tindakan atau gerakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dan bersifal non kamersil. Menurut penulis, isu intoleransi antar suku dan ras di Indonesia adalah sebuah masalah sosial. Pasalnya, hal ini menyangkut hak asasi manusia. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan masalah sosial yang sedang terjadi.

Menurut data yang didapatkan penulis, keberadaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat berkembang dapat membantu pandangan dan cara berpikir generasi muda mengenai etnis di Indonesia. Kampanye sosial dapat menggunakan teknologi yang telah tersedia dengan mempromosikan kelompok etnis yang beragam. Generasi muda diharapkan dapat memiliki pikiran yang terbuka setelah menyaksikan kampanye sosial mengenasi etnis di Indonesia.

Dari pemaparan sebelum diketahui ciri pokok kampanye adalah: a. Ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu. b. Jumlah khalayak sasaran yang besar.

c. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu.

d. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.

Dari semua ciri pokok yang telah disebutkan, masalah sosial intoleransi ini dapat diangkat melalui sebuah kampanye sosial.

c. Pop Art

Dari yang telah disebutkan terlebih dahulu, ciri gaya pop art adalah isi visual memperlihatkan fenomena budaya populer yang ada di masyarakat, seperti objek,


(50)

Universitas Kristen Maranatha 29 tokoh ataupun budaya yang sedang terjadi. Menurut penulis, ini adalah gaya visual yang cocok guna menarik perhatian kaum muda. Karena pop art menampilkan hal atau budaya yang tengah populer di dalam masyarakat, khususnya anak muda.

d. Media Cetak

Media cetak adalah media komunikasi dalam bentuk cetakan masal. Contoh media cetak saat ini adalah koran , tabloid, buletin dan majalah. Penulis merasa media cetak adalah salah satu media yang cocok digunakan dalam perancangan kampanye sosial karena lebih dari 20% anak muda masih mengakses media cetak.

e. Media Elektronik

Media elektronik adalah media yang menggunakan energi elektromekanis guna mengakses kontennya. Media elektronik dapat berupa televisi, radio dan internet.Dari data yang didapatkan penulis, sebanyak 72% kaum muda mengakses media elektronik untuk mendapatkan informasi, salah satunya adalah internet.

Kemudahan yang disajikan internet dalam mendapatkan informasi menjadi alasan mengapa media ini begitu populer. Menurut penulis, media elektronik khususnya internet adalah salah satu media yang tepat bagi perancangan kampanye sosial.

f. Ambient Media

Ambient media adalah jenis media periklanan yang berbaur dengan lingkungan sekitar. Target audiens perancangan adalah kaum muda yang setiap hari berinteraksi dengan lingkungan sekolah, sehingga ambient media merupakan salah satu media yang dapat menarik perhatian target audiens apabila berada di lingkungan sekolah, seperti contoh lingkungan universitas.

3.2.2 Analisis SWOT Perancangan

a. Strength

1) Toleransi antar suku dan ras membangkitkan kembali “Bhinneka Tunggal Ika”.


(51)

Universitas Kristen Maranatha 30 2) Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara Indonesia.

3) Toleransi membawa ketenangan bagi semua suku dan ras.

4) Kampanye disponsori oleh Bank BRI yang dikenal baik oleh masyarakat. b. Weakness

1) Sebagian anak muda tidak menyukai keberagaman suku dan ras di Indonesia. 2) Sebagian besar anak muda tidak peduli dengan suku dan ras yang berbeda. 3) Sebagian besar anak muda tidak memiliki teman yang berbeda suku dan ras. 4) Sebagian besar anak muda mengatakan mereka tidak senang dengan suku dan

ras tertentu. c. Opportunity

1) Terdapat banyak organisasi dan lembaga yang mendukung toleransi di Indonesia sehingga dapat mendukung kampanye.

2) Biasanya ketidaksenangan akan suatu suku dan ras karena penilaian kepada satu orang bukan kepada keseluruhan etnis.

3) Sebagian besar anak muda memiliki teman yang berbeda suku dan ras. d. Threat

1) Sikap atau pendapat anak muda yang sulit untuk diubah.

2) Ketidaksenangan anak muda terhadap satu suku atau ras karena masalah pribadi.

3.2.3 Analisis STP Perancangan

a. Segmenting Demografi

Jenis kelamin : Pria dan wanita

Usia : 18-23 tahun (target primer), 15-17 tahun (target sekunder) Kelas sosial : Menengah dan menengah atas


(52)

Universitas Kristen Maranatha 31

Geografis

Bandung dan kota besar dan di Jawa Barat

Psikografis

Gaya hidup : Mengikuti trend, hidup ditengah lingkungan budaya yang beragam, senang berkelompok dan hidup di lingkungan masyarakat urban perkotaan.

Teknografi

Media sosial : Instagram, Path, Facebook, Twitter Teknologi : Televisi, smartphone

b. Targeting

Dewasa muda berusia 18-23 tahun dari kalangan menengah dan menengah keatas yang hidup ditengah lingkungan budaya yang beragam dan berkelompok. Kaum muda yang dalam keseharian menggunakan teknologi seperti smartphone dan televisi, yang sudah tidak asing dengan berbagai macam media komunikasi.

c. Positioning

Sebagai kampanye sosial yang menjunjung Bhinneka Tunggal Ika dengan meningkatkan toleransi antar suku dan ras di kaum muda.


(53)

Universitas Kristen Maranatha 32

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

4.1 Konsep Komunikasi

Berdasarkan data dan fakta yang telah didapat, kaum muda Indonesia khususnya di daerah Jawa Barat belum sepenuhnya menerima keragaman etnis yang ada. Untuk mengubah pola pikir kaum muda tersebut, penulis merancang kampanye sosial agar target audiens dapat saling menerima perbedaan yang ada. Kampanye sosial dilakukan terlebih dahulu di provinsi Jawa Barat dengan kota Bandung sebagai awal program. Target primer dari kampanye sosial ini adalah kaum muda berusia 18-23 tahun yang hidup di tengah lingkungan masyarakat yang beragam.

Strategi kampanye dibagi menjadi tiga tahap, yaitu informing, persuading dan reminding. Informing merupakan tahap awal pengenalan kampanye sosial, dengan memperkenalkan kelompok-kelompok etnis yang ada di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Pengenalan kelompok-kelompok etnis ini bermaksud menunjukkan kepada target audiens bahwa walaupun berbeda etnis, namun terdapat kebaikan yang sama pada tiap-tiap pribadi. Tahap persuading merupakan tahap mengajak target audiens untuk saling menerima perbedaan etnis yang ada,serta untuk tidak melihat batasan etnis sebagai hal yang buruk.Tahap reminding adalah tahap untuk mengingatkan pesan kampanye sosial kepada target audiens. Tahap ini akan mengingatkan target audiens untuk terus saling menerima dan merayakan perbedaan etnis yang ada.

4.2 Konsep Kreatif

Dalam perancangan kampanye “Rayakan Perbedaan”, penulis memakai gaya visual pop art dalam media-media yang ditampilkan. Hal ini berdasarkan informasi hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada target audiens. Hasil kuesioner mengatakan target audiens memilih gaya visual pop art sebagai gaya visual yang lebih menarik dibandingkan gaya visual yang lain. Warna-warna gaya pop art yang mencolok dapat lebih menarik perhatian target audiens.


(54)

Universitas Kristen Maranatha 33 Kata kunci dari perancangan ini adalah superhero versi Indonesia. Penulis menampilkan superhero untuk mengingatkan bahwa masing-masing diri kita adalah pahlawan Indonesia, karena toleransi dan kedamaian bangsa ada dalam pilihan kita masing- masing

4.3 Konsep Media

Media yang relevan dan dibutuhkan adalah antara lain: 1. Media Cetak

- Poster

Poster merupakan salah satu bentuk media yang relatif mudah dijangkau dan murah. Poster dapat ditemui diberbagai tempat seperti kampus, kelas, tempat makan bahkan di jalan umum. Poster cocok digunakan untuk menjangkau target audiens perancangan kampanye ini.

- Brosur

Brosur merupakan salah satu bentuk media yang mudah dijangkau. Brosur dapat dibagikan langsung kepada target audiens.

2. Media Elektronik - Media Sosial

Media sosial merupakan salah satu bentuk media yang sangat sering dipakai oleh masyarakat saat ini. Media sosial dipakai untuk mengakses berbagai informasi dan kepentingan lainnya. Berkampanye melalui media sosial tidak menggunakan biaya yang besar dibandingkan media lainnya. Media sosial cocok digunakan untuk menjangkau target audiens perancangan kampanye ini karena saat ini hampir setiap anak muda memiliki dan menggunakan gadget yang dipakai untuk mengakses media sosial.

3. Event

Event merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian target audiens perancangan kampanye. Event yang disajikan adalah event berjudul Ethnic Festival di Paris Van Java serta event di media sosial. Target audiens akan diajak menyaksikan pameran cosplay superhero Indonesia agar dapat melihat langsung keberagaman budaya Indonesia. Target audiens juga akan diajak


(55)

Universitas Kristen Maranatha 34 mengunggah fotohasil potret pada saat berada di event Ethnic Festival. Masukan yang paling kreatif akan dipilih dan pengunggahnya akan menerima merchandise dari kampanye.

4. Ambient Media

Ambient media digunakan agar dapat menarik perhatian lebih target audiens. Perancangan ambient media ini akan mengikuti bentuk badan target audiens karena berlaku sebagai bayangan. Ambient media ini akan ditempatkan di titik-titik yang menjadi tempat bagi mahasiswa berdiri dan menunggu, seperti di depan pintu lift, di depan pintu masuk, di depan papan pengumuman serta di area food court.

4.3.1 Timeline

Minggu JUL AGS SEP OKT NOV DES Poster

(Informing)

1 √ √

2 √ √

3 √

4 √

Media Sosial (Informing)

1 √ √

2 √ √

3 √

4 √

Poster (Persuading)

1 √

2

3 √ √

4 √ √

Media Sosial (Persuading)

1 √

2 √

3 √ √ √

4 √ √

Event

(Persuading)

1 √

2 3 4

Poster (Reminding)

1 √

2 √

3

4 √ √


(56)

Universitas Kristen Maranatha 35

(Reminding) 2 √ √

3 √

4 √

Ambient Media (Reminding)

1 √ √

2 √ √

3 √ √

4 √ √

Tabel 4.1 Timeline Kampanye

4.4 Hasil Karya 4.4.1 Identitias

a) Logo Perancangan Kampanye

Gambar 4.1 Logo Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)

Dalam merancang logo kampanye Rayakan Perbedaan, penulis menggunakan stilasi bentuk bunga dengan 5 (lima) putik. Stilasi ini bermaksud menggambarkan keberagaman etnis yang dirayakan akan menghasilkan perpaduan yang indah seperti bunga, sedangkan 5 (lima) putik mewakili 5 (lima) dasar Indonesia yaitu Pancasila. Warna yang berbeda-beda mewakili keberagaman yang ada di Indonesia.

Bentuk font yang san serif dan italic untuk menunjukkan bahwa kampanye adalah kampanye yang dinamis, ceria, dan tidak serius. Bentuk font yang boldjuga untuk menunjukkan bahwa kampanye adalah kampanye yang walaupun ceria namun tetap serius.


(57)

Universitas Kristen Maranatha 36 b) Warna Identitas

Gambar 4.2 Warna Identitas Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)

- Warna Utama

C: 1 M: 12 Y: 100 K: 0 R: 254 G: 214 B: 3 PANTONE 7404 C

Gambar 4.3 Warna Utama Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)

Warna kuning digunakan sebagai warna utama untuk melambang perdamaian dan keceriaan.

- Warna Pendukung

C: 72 M: 23 Y: 1 K: 4 R: 47 G: 152 B: 206

PANTONE 2925 C

Gambar 4.4 Warna Pendukung I Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)

Warna biru digunakan sebagai warna netral, karena warna biru ini dapat menarik perempuan maupun laki-laki.


(58)

Universitas Kristen Maranatha 37 C: 0 M: 98 Y: 100 K: 0

R: 238 G: 39 B: 36 PANTONE 485 C

Gambar 4.5 Warna Pendukung II Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)

Warna merah digunakan untuk melambangkan bangsa Indonesia. Warna merah melambangkan kehebatan Indonesia dengan berbagai kelompok etnis yang beragam.

c) Tipografi Identitas - Tipografi Utama

Comic Book.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRST

UVWXYZabcdefghijklmnopq

rstuvwxyz

Gambar 4.6 Tipografi Utama Kampanye Rayakan Perbedaan

(sumber: data penulis)

- Tipografi Pendukung Calibri.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

Gambar 4.7 Tipografi Pendukung Kampanye Rayakan Perbedaan


(59)

Universitas Kristen Maranatha 38

4.4.2 Media Cetak

a) Poster Informing Ukuran: A2

Material: Art Paper 210gr

Tempat: Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.8 Poster Informing Edisi 1 dan 2 (sumber: data penulis)

Gambar 4.9 Poster InformingEdisi 3 dan 4 (sumber: data penulis)


(60)

Universitas Kristen Maranatha 39 Dalam poster informing ini, penulis ingin memperkenalkan kelompok-kelompok etnis yang ada, terutama yang ada di Jawa Barat. Penulis memperkenalkan kelompok etnis melalui benda-benda yang dipakai oleh karakter superhero. Masing-masing benda merupakan benda khas etnis tertentu.

b) Poster Persuading Ukuran: A2

Material: Art Paper 210gr

Tempat: Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.10 Poster PersuadingEdisi 1 dan 2 (sumber: data penulis)


(61)

Universitas Kristen Maranatha 40

Gambar 4.11 Poster Persuading Edisi 3 dan 4 (sumber: data penulis)

Dalam poster persuading ini, penulis ingin menunjukkan bagaimana toleransi itu. Toleransi adalah saling menerima, saling menerima itu dilambangkan dengan gestur berpelukan. Dalam visual ini, penulis menggunakan objek yang berbeda jenis. Hal tersebut untuk menunjukkan bahwa objek yang bukan manusia saja dapat saling menerima, jadi kita sebagai manusia yang lebih sempurna harus dapat saling menerima juga. Objek yang ditampilkan adalah objek khas Indonesia namun berasal dari daerah atau etnis yang berbeda-beda.


(62)

Universitas Kristen Maranatha 41 c) Poster Reminding

Ukuran: A2

Material: Art Paper 210gr

Tempat: Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.12 Poster Reminding Edisi 1 dan 2 (sumber: data penulis)

Gambar 4.13 Poster Reminding Edisi 3 dan 4 (sumber: data penulis)


(63)

Universitas Kristen Maranatha 42 Dalam poster reminding ini, penulis menampilkan masyarakat biasa namun dengan gaya dan gerakan superhero. Hal ini untuk mengingatkan bahwa tiap warga Indonesia adalah pahlawan, karena toleransi, kesatuan dan kedamaian Indonesia adalah dalam pilihan masing-masing orang. Penulis ingin mengajak target audiens untuk menjaga kesatuan Indonesia dengan menjadi toleran.

4.4.3 Media Elektronik

a) Instagram

Nama Akun: RAYAKANPERBEDAAN

Gambar 4.14Akun Instagram Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)

Media sosial “Instagram” adalah salah satu media sosial yang paling berpengaruh saat ini. “Instagram” memiliki jutaan pengguna diseluruh dunia, dengan kaum muda sebagai pengguna paling dominan. Daya tarik dari media sosial ini adalah para pengguna dapat menampilkan gambar, namun dapat diakses oleh berbagai pihak. Salah satu kekuatan “Instagram” adalah hashtag atau tanda pagar (#). Pengguna yang menuliskan penjelasan pada post foto dengan menggunakan hashtag memberikan kesempatan bagi pengguna lain untuk melihat foto tersebut apabila mencari atau search hashtag tersebut. Media sosial ini sangat cocok bagi perancangan kampanye yang memiliki kaum muda sebagai target audiens.


(64)

Universitas Kristen Maranatha 43 b) Twitter

Nama Akun: RayakanPerbedaan

Gambar 4.15 Akun Twitter Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)

Media sosial “Twitter” adalah salah satu media sosial yang juga berpengaruh saat ini. Sama halnya dengan “Instagram”, “Twitter” memiliki jutaan pengguna diseluruh dunia, dengan kaum muda sebagai pengguna paling dominan. “Twitter” tidak hanya menampilkan foto, namun juga menampilkan tulisan-tulisan atau argumen dari pengguna. Media sosial ini cocok bagi kampanye yang ingin berbagi informasi dan berita penting.

c) LINE

Nama Akun: Rayakan Perbedaan

Gambar 4.16 Akun LINE Kampanye Rayakan Perbedaan (sumber: data penulis)


(65)

Universitas Kristen Maranatha 44 Media sosial “LINE” adalah media chatting. “LINE” memperbolehkan penggunanya mengobrol dengan mudah, juga berbagi foto atau video. Saat ini, “LINE” tidak hanya dipakai oleh perorangan namun juga dipakai oleh perusahaan besar yang ingin lebih dekat berbagi dengan konsumen dan audiens, seperti “Alfamart” dan “UNICEF”. Pengguna “LINE” saat ini sangat banyak, dengan kaum muda sebagai pengguna paling dominan. Salah satu terobosan dari “LINE” adalah penggunaan berbagai macam sticker. Sticker “LINE” dapat dibeli, ada juga yang dibagikan secara gratis. Media sosial ini sangat cocok bagi perancangan kampanye yang memiliki kaum muda sebagai target audiens.

d) LINE Sticker

Gambar 4.17 Tampilan Stick er LINE (sumber: data penulis)


(66)

Universitas Kristen Maranatha 45 Gambar 4.18Stick er LINE Kampanye Rayakan Perbedaan

(sumber: data penulis)

Sticker “LINE” ini akan dijual di “LINE” dengan harga yang lebih murah dibanding harga sticker “LINE” pada umumnya. Namun, penjualan dari sticker ini bukan untuk keuntungan kampanye melainkan sebagai dana yang akan disumbangkan melalui program sponsor yaitu BRI Peduli guna membantu rakyat Indonesia yang membutuhkan.

e) Facebook Page

Nama Akun: Rayakan Perbedaan

Gambar 4.19Timeline Facebook Page Kampanye (sumber: data penulis)


(67)

Universitas Kristen Maranatha 46 Gambar 4.20About Facebook Page Kampanye

(sumber: data penulis)

Media sosial “Facebook” adalah media sosial yang walaupun sudah lama namun masih berpengaruh sampai saat ini. “Facebook” merupakan media sosial yang lengkap karena para pengguna dapat berbagi foto, tulisan, video serta chatting dengan sesama pengguna. “Facebook” juga memiliki fitur page bagi perusahaan atau program. Fitur ini berbeda dengan akun pribadi pengguna dimana untuk berbagi, pengguna harus menambahkan terlebih dahulu pengguna yang lain. Fitur page ini dapat di akses oleh siapa saja dan bukan ditambahkan sebagai teman melainkan di like. “Facebook” memiliki jutaan pengguna diseluruh dunia. Media sosial ini sangat cocok bagi perancangan kampanye agar dapat berbagi berbagai informasi mengenai kampanye dan program.

4.4.4 Event

Event yang akan diselenggarakan oleh kampanye “Rayakan Perbedaan” akan bertempat di mall Paris Van Java Bandung pada 1 November 2015. Event ini berjudul “Ethnic Festival”. Dalam acara ini, pertunjukkan utama adalah pertunjukkan cosplay bergaya Indonesia. Hal ini betujuan untuk memperkenalkan budaya etnis Indonesia serta untuk memperlihatkan kehebatan budaya Indonesia. Dalam event ini, para pengunjung juga akan diajak mengikuti lomba Instagram dimana pengunjung diajak untuk mengunggah foto yang diambil saat acara


(68)

Universitas Kristen Maranatha 47 berlangsung. Pengunggah yang paling kreatif akan mendapatkan merchandise dari panitia. Lomba ini bertujuan menggugah kemauan target audiens untuk datang menyaksikan acara, serta agar acara dan kampanye ini dapat dikenal melalui media sosial.

a) Poster Ukuran: A2

Material: Art Paper 210gr

Gambar 4.21 Poster Event “Ethnic Festival” (sumber: data penulis)

b) Media Sosial (Instagram)

Gambar 4.22 Poster Event “Ethnic Festival” di Instagram (sumber: data penulis)


(69)

Universitas Kristen Maranatha 48 c) Photobooth

Ukuran: 5 x 2 m

Material: Flexi 180 gr on partisi

Gambar 4.23Photobooth “Ethnic Festival” (sumber: data penulis)

Pengunjung event “Ethnic Festival” akan dapat berfoto di photobooth yang telah disediakan. Pengunjung juga akan dipersilahkan mengunggah foto mereka ke Instagram dengan tag akun kampanye “Rayakan Perbedaan” (@rayakanperbedaan) serta menggunakan hashtag “rayakanperbedaan” dan “ethnicfestival”. Pengunjung yang melakukan hal tersebut akan mendapatkan merchandise acara.

c) Props (Property) Ukuran: Skala A2

Material: Art Paper 150gr on Duplex 5 mm

Gambar 4.24Props Photobooth “Ethnic Festival” (sumber: data penulis )


(70)

Universitas Kristen Maranatha 49 Props atau property ini akan dapat digunakan oleh pengunjung saat foto di dalam photoboothacara “Ethnic Festival”.

d) Brosur

Dibagikan kepada pengunjung yang menggunakan photobooth. Ukuran: A4 dan A5

Material: Art Paper 150gr dan Sticker Matte

Gambar 4.25 Brosur I Tampak Depan (sumber: data penulis)

Gambar 4.26 Brosur I Tampak Dalam (sumber: data penulis)


(71)

Universitas Kristen Maranatha 50 Gambar 4.27 Brosur I Tampak Belakang

(sumber: data penulis)

Gambar 4.28 Brosur II (sumber: data penulis)


(72)

Universitas Kristen Maranatha 51 e) Sticker

Dibagikan kepada pengunjung yang menggunakan photobooth. Ukuran: 16,8 x 7,8 cm

Material: Sticker Matte

Gambar 4.29 Stick er (sumber: data penulis)

f) Kalender

Dibagikan kepada pemenang lomba event foto “Instagram”. Ukuran: 17,02 x 12 cm

Material: BW paper

Gambar 4.30 Kalender 1 dan 2 (sumber: data penulis)


(73)

Universitas Kristen Maranatha 52

Gambar 4.31 Kalender 3 dan 4 (sumber: data penulis)

Gambar 4.32 Kalender 5 dan 6 (sumber: data penulis)

Gambar 4.33 Bagian Belakang Kalender 1 dan 4


(74)

Universitas Kristen Maranatha 53

Gambar 4.34 Bagian Belakang Kalender 2 dan 5 (sumber: data penulis)

Gambar 4.35 Bagian Belakang Kalender 3 dan 6


(75)

Universitas Kristen Maranatha 54 g) Notebook

Dibagikan kepada pemenang lomba event foto “Instagram”. Ukuran: A5

Material: HVS, Art Paper 210 gr

Gambar 4.36 Pembatas Notebook 1 dan 2 (sumber: data penulis)

Gambar 4.37 Pembatas Notebook 3 dan 4 (sumber: data penulis)


(76)

Universitas Kristen Maranatha 55 Gambar 4.38 Pembatas Notebook 5

(sumber: data penulis)

4.4.5Ambient Media

Ambient Media akan diletakkan di lingkungan kampus Universitas Kristen Maranatha sebagai salah satu kampus yang menjadi target perancangan kampanye di Bandung.

a) Tempat: Pintu masuk gedung Dimensi: 170x 50 cm

Material: Sticker Mattle Hires

Gambar 4.39 Desain Ambient I (sumber: data penulis)


(77)

Universitas Kristen Maranatha 56 Gambar 4.40 Desain Ambient I Pintu masuk Gedung Tampak Depan

(sumber: data penulis)

b) Tempat: Dinding depan lift Dimensi: 170 x 50 cm

Material: Sticker Glossy Hires

Gambar 4.41 Desain Ambient II (sumber: data penulis)


(78)

Universitas Kristen Maranatha 57 Gambar 4.42 Desain Ambient II Dinding depan Lift Tampak Depan

(sumber: data penulis)

c) Tempat: Lantai depan Papan Pengumuman Food Court Dimensi: 170 x 50 cm

Material: Sticker Matte Hires

Gambar 4.43 Desain Ambient III (sumber: data penulis)


(79)

Universitas Kristen Maranatha 58 Gambar 4.44 Desain Ambient III Lantai depan Papan Pengumuman

(sumber: data penulis)

d) Tempat: Dinding Food Court Luar dan Dinding Samping Lift Dimensi: 130 x 90 cm

Material: Sticker Matte Hires dan Sticker Glossy Hires

Gambar 4.45 Desain Ambient IV (sumber: data penulis)


(80)

Universitas Kristen Maranatha 59 Gambar 4.46 Desain Ambient IV Dinding Food Court Luar

(sumber: data penulis)

Gambar 4.47 Desain Ambient IVDinding samping Lift (sumber: data penulis)

4.4.6 Budgeting

No. Media Ukuran Harga

(Rp.)

Jumlah Total (Rp.)

1. Poster Seri Informing

A2 80

Poster Seri Persuading

A2 80

Poster Seri Reminding

A2 80


(1)

Universitas Kristen Maranatha 60 Event

Total (Art Paper 150gr)

2.800 320 896.000

2. Media Sosial

- - - -

3. Desain Ambient I

(Matte Sticker Hires)

170 x 50 cm

(120.000/m) 3

Desain Ambient II

(Glossy Sticker Hires)

170 x 50 cm

(120.000/m) 5

Desain Ambient III

(Glossy Sticker Hires)

170 x 50 cm

(120.000/m) 5

Total 102.000 13 1.326.000

Desain Ambient IV

(Matte Sticker Hires)

130 x 90 cm

140.400 10 1.404.000

4. Notebook A5 100.000 10 1.000.000

5. Kalender: 12 x 17,02 cm

10


(2)

Universitas Kristen Maranatha 61 Duplex

3mm

A1 8.500 1 8.500

6. Brosur I: 500

Art Paper 150gr (Bolak

Balik)

A4 1.200 500 600.000

Sticker Chromo

A4 3.000 84 252.000

Art Paper 210gr

A4 3.000 84 252.000

7. Brosur II (Art Paper

150gr)

A5 500 500 250.000

8. Sticker Event (Vinyl Doff)

A3 12.500 127 1.587.500

9. Photobooth (Flexi 180gr)

5 x 2 m 35.000 3 105.000

10. Property: Art Paper

150gr

A3 6.000 10 60.000

Duplex 2mm

A1 8.500 3 25.500

TOTAL 8.066.500


(3)

Universitas Kristen Maranatha 62

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Toleransi adalah hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Apalagi bagi bangsa yang sangat beragam budaya seperti Indonesia. Untuk meningkatkan lagi toleransi bangsa Indonesia, haruslah ditanamkan pada kaum muda sebagai generasi penerus bangsa. Melalui penelitian yang dilakukan oleh penulis, sangat disayangkan generasi muda Indonesia masih belum sepenuhnya menerima dan menghargai keberagaman etnis yang ada. Padahal, keberagaman etnis ini yang menjadikan Indonesia negara yang kaya dan unik.

Dari pengumpulan data sampai penyelesaian akhir, diperoleh kesimpulan bahwa harus ada pihak yang memperkenalkan keberagaman etnis Indonesia agar target dapat lebih mengenal dan memahami. Pengenalan kelompok etnis ini untuk menunjukkan bahwa tanpa memandang latar belakang ras, setiap warga Indonesia adalah sama. Tentunya pengenalan keberagaman etnis Indonesia ini harus melalui cara yang unik dan dekat dengan target perancangan. Apabila generasi muda telah mengenal lebih dalam kelompok etnis di Indonesia, mereka dapat dengan lebih mudah saling menerima dan menjadi lebih toleran.

Perancangan kampanye “Rayakan Perbedaan” untuk memenuhi tujuan yang diatas. Strategi yang dipakai adalah mengenalkan keberagaman etnis yang ada. Strategi ini tentunya melalui visual yang menarik bagi target perancangan yaitu gaya visual pop art. Konsep keseluruhan dari perancangan kampanye ini adalah superhero versi Indonesia, sehingga kata kunci perancangan adalah superhero Indonesia dan Indonesia. Semua objek yang ditampilkan adalah objek seputar superhero versi Indonesia serta ciri khas Indonesia. Penulis ingin menyampaikan bahwa kedamaian Indonesia ada ditangan kaum muda, karena kaum muda yang dapat menjadikan Indonesia bersatu. Cara untuk menjaga kedamaian tersebut adalah dengan toleransi dan saling menerima walaupun berbeda etnis.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 63 Untuk media yang dipakai, penulis memakai media yang dekat dan digemari oleh target. Media-media ini dapat ditemukan dalam lingkungan sehari-hari seperti di lingkungan kampus, melalui gadget, dan ditempat rekreasi target. Media perancangan antara lain adalah poster, media sosial, event dan ambient media. \ Dari perancangan kampanye sosial ini, diharapkan target dapat memenuhi tujuan perancangan yaitu target menjadi lebih toleran, memiliki pikiran terbuka dan saling menerima. Dengan demikian, generasi penerus bangsa Indonesia ini dapat menjadikan masa depan bangsa lebih cerah dan damai.

5.2 Saran

Dalam Tugas Akhir ini, penulis ingin menyampaikan agar semua masyarakat memiliki pemikiran yang bebas dan saling menerima. Toleransi adalah hal yang baik bukan hanya bagi negara namun bagi lingkungan terdekat. Toleransi berarti saling menghargai, saling menerima dan tidak membeda-bedakan. Seluruh masyarakat Indonesia harus memiliki pikiran yang terbuka dan saling menerima agar Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik dan sejahtera.

Dalam persidangan, para penguji memberikan beberapa saran, antara lain:

1. Logo kampanye “Rayakan Perbedaan” dirancang menjadi lebih dominan

dalam media-media yang ditampilkan. Visual logo masih mudah dilupakan dibanding visual media.

2. Dalam hal visual media, masih terdapat korelasi yang kurang jelas antar kata pahlawan dan toleransi. Menurut penguji, visualisasi pahlawan dalam beberapa media terlihat patriotik dan kurang sejalan dengan kata toleransi.


(5)

Universitas Kristen Maranatha 64

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Agustrijanto. 2006. Copywriting Seni Mengasah Kreativitas dan Memahami Bahasa Iklan. Bandung: Rosda.

Barth, Fredrik. 1969. Ethnic Groups and Boundries: The Social Organization of Culture Difference. London: Allen & Unwin.

Budiman, Arief. 1986. Mencari Konsep Manusia Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Porwadarminta, W. J. S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rachmadi, F. 1993. Public Relation dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Gramedia.

Santrock, John W. 2003. Adolesence: Perkembangan Manusia. Jakarta: Erlangga. Soelaeman, M. Munandar. 1987. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT. Retika Aditama. Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Webster, Merriam. 1976. Webster’s New Collegiate Dictionary. Philippines : G. &

C. Merriam Co.

1980. Academic American Encyclopedia. Arête Publishing.

Tuasikal, Rio. 2014. “Anak Muda Bandung Serukan Toleransi dan Perdamaian” (Online),

(http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/3362759_4262.htmldiakses pada 25 Februari 2015 pukul 22.25 WIB).

Wahyu, Anhar. 2012. “Perang Suku diLampung –Sebuah Dendam Lama” (Online), (http://www.lintas.me/go/lintasberita.web.id/perang-suku-di- lampung


(6)

Universitas Kristen Maranatha 65 “Ambient Media” (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Ambient_Media diakses

pada 20 Maret 2015 pukul 11.00 WIB).

”BRI Peduli” (Online), (http://www.bri.co.id diakses pada 25 Februari 2015 pukul 22.11 WIB).

“Deskripsi Program SabangMerauke” (Online),

(http://www.sabangmerauke.org diakses pada 25 Februari 2015 pukul 22.20 WIB).

“Indonesia” (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia diakses pada 20 Maret 2015 pukul 14.00 WIB).

“Komunitas Kami Anak Bangsa” (Online), (http://www.kkab.org diakses pada 17 Febrari 2015 pukul 22.10 WIB).

“Konflik Sampit” (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit diakses pada 11 Februari 2015 pukul 11.00 WIB).

“Suku Batak” (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak diakses pada 20 Maret 2015 pukul 11.30 WIB).

“Suku Sunda” (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda diakses pada 20 Maret 2015 pukul 11.10 WIB).

“Tionghoa Indonesia” (Online),

(http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa_Indonesia diakses pada 20 Maret 2015 pukul 13.00 WIB).