Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

(1)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “UPAYA MENINGKAT KETERLIBATAN

KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE

KAUM MUDA”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan keadaan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik, di mana kaum muda di stasi tersebut belum semuanya terlibat dalam hidup menggereja. Kesibukan pribadi menghambat mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja dan belum adanya kegiatan di gereja yang dapat memotivasi mereka untuk terlibat.

Melihat persolan tersebut, penulis mencoba melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diharapkan. Penulis melakukan observasi dan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yaitu kaum muda. Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, penulis membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kaum muda di stasi Gembala Yang Baik mempunyai keinginan untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja, tetapi pada kenyataannya belum ada kegiatan yang dapat memotivasi mereka untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Kaum muda sebenarnya juga menginginkan adanya suatu kegiatan yang dapat membimbing dan membantu kaum muda untuk dapat semakin menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegitan tersebut juga diharapkan sesuai dengan semangat dan jiwa muda saat ini, yang menarik dan dapat menginspirasi mereka untuk dapat menghayati iman mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menindaklanjuti hasil penelitian di stasi Gembala Yang Baik tersebut, penulis mengusulkan program katekese kaum muda sebagai salah satu upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Melalui program yang ditawarkan ini, kaum muda diharapkan dapat semakin menyadari bahwa keterlibatan dalam hidup menggereja itu penting sebagai bentuk penghayatan iman mereka akan Yesus Kristus.


(2)

ix ABSTRACK

The title of my thesis is "THE EFFORTS TO INCREASE THE YOUTH’S INVOLVEMENT FOR THE COMMUNITY OF GOOD SHEPHERD IN THE PARISH OF SAINT JOSEPH. REVITALIZING OF THE CHURCH THROUGHOUT THE YOUTH’S CATECHESIS". The background of this thesis is motivated by the concerns of the authors seeing the situation of young people in the community of Good Shepherd, where they are not involve in the life of the church. The personal business and the personal reasons hold up their involvement in the church activities and also there’s no good program which can motivate them to get involved.

In response to the aforementioned problem, the author attempted to conduct a servey in order to collect the necessary informations. She did an observation and distributed a questions. She did an observation and distributed a questionnaire to 30 respondents consisting mainly of young people. Then the author discussed the results of the survey and brew conclusions. It turned out from the survey that the young people at the Gembala Yang Baik parish station whised to be actively involved in the life of christian community; yet so far there had been no activities that would motivate them to be so. They in fact wanted activities that would guide and assist them to live up their faith in daily life. It is hoped that those activities be well adapted to the mentality of the youth nowadays, and become an inspiration to put their faith into daily practices.

To follow up the research of the community of the Good Shepherd, I prefer to propose a catechesis’s program for the youth as an effort to increase their involvement in the life of the church. Through the programs offered, hopefully their involvement and their awareness to participate the church’s life become increase and they can arrive to think that it is very important as a realization of the faith in Jesus Christ.


(3)

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN

KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK

PAROKI SANTO YUSUF BATANG

DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Disusun oleh :

Aprilia Valentina Heppi Harsari NIM : 081124024

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku

Yang selalu membimbing dan mempercayaiku selama ini Yang tak pernah berhenti mencintaiku

Yang selalu mendukung dalam setiap keputusan yang aku ambil Mereka menjadi alasanku tetap bertahan dan berjuang

Untuk menggapai cita-citaku


(7)

v

MOTTO

Dan aku sungguh percaya bahwa....

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya”

(Pengkh 3:11)

Tiada sesuatu apapun yang diinginkan Tuhan Selain kebahagiaan kita

Dapatkah kita menemukan seseorang yang mencintai kita

Daripada Tuhan?


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.


(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Aprilia Valentina Heppi Harsari

NIM : 081124024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.


(10)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “UPAYA MENINGKAT KETERLIBATAN

KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE

KAUM MUDA”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan keadaan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik, di mana kaum muda di stasi tersebut belum semuanya terlibat dalam hidup menggereja. Kesibukan pribadi menghambat mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja dan belum adanya kegiatan di gereja yang dapat memotivasi mereka untuk terlibat.

Melihat persolan tersebut, penulis mencoba melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diharapkan. Penulis melakukan observasi dan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yaitu kaum muda. Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, penulis membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kaum muda di stasi Gembala Yang Baik mempunyai keinginan untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja, tetapi pada kenyataannya belum ada kegiatan yang dapat memotivasi mereka untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Kaum muda sebenarnya juga menginginkan adanya suatu kegiatan yang dapat membimbing dan membantu kaum muda untuk dapat semakin menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegitan tersebut juga diharapkan sesuai dengan semangat dan jiwa muda saat ini, yang menarik dan dapat menginspirasi mereka untuk dapat menghayati iman mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menindaklanjuti hasil penelitian di stasi Gembala Yang Baik tersebut, penulis mengusulkan program katekese kaum muda sebagai salah satu upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Melalui program yang ditawarkan ini, kaum muda diharapkan dapat semakin menyadari bahwa keterlibatan dalam hidup menggereja itu penting sebagai bentuk penghayatan iman mereka akan Yesus Kristus.


(11)

ix ABSTRACK

The title of my thesis is "THE EFFORTS TO INCREASE THE YOUTH’S INVOLVEMENT FOR THE COMMUNITY OF GOOD SHEPHERD IN THE PARISH OF SAINT JOSEPH. REVITALIZING OF THE CHURCH THROUGHOUT THE YOUTH’S CATECHESIS". The background of this thesis is motivated by the concerns of the authors seeing the situation of young people in the community of Good Shepherd, where they are not involve in the life of the church. The personal business and the personal reasons hold up their involvement in the church activities and also there’s no good program which can motivate them to get involved.

In response to the aforementioned problem, the author attempted to conduct a servey in order to collect the necessary informations. She did an observation and distributed a questions. She did an observation and distributed a questionnaire to 30 respondents consisting mainly of young people. Then the author discussed the results of the survey and brew conclusions. It turned out from the survey that the young people at the Gembala Yang Baik parish station whised to be actively involved in the life of christian community; yet so far there had been no activities that would motivate them to be so. They in fact wanted activities that would guide and assist them to live up their faith in daily life. It is hoped that those activities be well adapted to the mentality of the youth nowadays, and become an inspiration to put their faith into daily practices.

To follow up the research of the community of the Good Shepherd, I prefer to propose a catechesis’s program for the youth as an effort to increase their involvement in the life of the church. Through the programs offered, hopefully their involvement and their awareness to participate the church’s life become increase and they can arrive to think that it is very important as a realization of the faith in Jesus Christ.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur dan terima kasih atas penyertaanNya melalui cinta, kasih dan kesetiaanNya membimbing dan menyertai penulis, sehingga penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Meskipun dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan hambatan, namun berkat kekuatan yang diberikanNya, penulis dapat melaluinya dengan sikap yang sabar dan tenang.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini berjudul: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK,

PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA

MELALUI KATEKESE KAUM MUDA.

Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis merasakan rahmat kasih dan kebaikan Allah melalui dukungan dan perhatian dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Drs. FX. Heryatno W.W, S.J, M.Ed, selaku kaprodi dan dosen pembimbing utama, yang dengan kesediaan, kerelaan, dan kesabarannya membimbing penulis dan mengarahkan penulis dalam menyusun tugas akhir dan proses pembelajaran selama ini di Program Studi Ilmu Pendidikan


(13)

xi

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik-Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik penulis, yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing selama studi di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. 3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M. Hum., selaku dosen penguji ketiga

yang telah merelakan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing dan mengoreksi tulisan ini.

4. Segenap Romo, Bapak dan ibu dosen serta karyawan-karyawan IPPAK , yang telah memberikan dukungan, perhatiaan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan penyediaan fasilitas pendukung demi memperlancar studi penulis.

5. Kaum muda di Stasi Gembala Yang baik yang bersedia merelakan waktu dan keterbukaan hati untuk mengisi kuesioner yang penulis berikan demi memperlancar penulisan skripsi ini.

6. Bapak Idris, selaku Pendamping kaum muda di Stasi Gembala Yang Baik yang dengan kerelaannya memberikan informasi mengenai hal-hal yang penulis perlukan dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Orang tua, adik, kakak dan saudara yang tidak pernah berhenti berdoa dan memberi semangat dalam proses studi dan penyusunan tugas akhir di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.


(14)

xii

8. Teman-teman mahasiswa Prodi IPPAK angkatan 2008, yang selama ini bersama-sama berjuang menjalani studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma.

9. Serta segenap pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, di mana mereka telah berperan dalam proses studi, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan baik tanpa adanya dukungan, doa, bimbingan dan motivasi yang selama ini telah diberikan. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan membantu para katekis dalam melaksanakan tugasnya sebagai pewarta untuk mewartakan karya keselamatan Allah.


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN. ... iv

MOTTO. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii

ABSTRAK. ... viii

ABSTRACK. ... ix

KATA PENGANTAR. ... x

DAFTAR ISI. ... xiii

DAFTAR SINGKATAN. ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 9

C. Tujuan Penulisan. ... 10

D. Metode Penulisan. ... 10

E. Sistematika Penulisan. ... 11

BAB II. KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA. ... 13

A. Keterlibatan Kaum Muda. ... 15

1. Pengertian Kaum Muda. ... 15

2. Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda. ... 20

3. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda. ... 23

a. Faktor Penghambat Keterlibatan Kaum Muda... 24


(16)

xiv

B. Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 32

1. Pengertian Hidup Menggereja. ... 32

2. Perananan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 36

3. Bentuk-Bentuk Keterlibatan Hidup Menggereja. ... 37

a. Kegiatan Hidup Menggereja Internal. ... 37

b. Kegiatan Hidup Menggereja Eksternal. ... 41

BAB III. KETERLIBATAN KAUM MUDA DI STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG. ... 44

A. Paroki Santo Yusuf Batang. ... 45

1. Sejarah Paroki Santo Yusuf Batang. ... 45

2. Gambaran Umum Stasi Gembala Yang Baik. ... 48

3. Gambaran Umum Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik. ... 50

B. Penelitian Mengenai Keterlibatan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 54

1. Desain Penelitian. ... 54

a. Latar Belakang Penelitian. ... 54

b. Tujuan Penelitian. ... 56

c. Instrument Pengumpulan Data. ... 56

d. Responden Penelitian. ... 58

e. Waktu Pelaksanaan dan Pelaksanaan Penelitian. ... 59

f. Variabel Penelitian. ... 59

2. Laporan Hasil Penelitian. ... 61

a. Identitas Responden. ... 62

b. Laporan Hasil Penelitian Kuesioner Tertutup. ... 63

c. Laporan Hasil Penelitian Kuesioner Terbuka. ... 74

3. Pembahasan Hasil Penelitian. ... 76

a. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner Tertutup. ... 76

b. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner Terbuka. ... 93


(17)

xv

BAB IV. KATEKESE KAUM MUDA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI GEMBALA YANG BAIK

PAROKI SANTO YUSUF BATANG. ... 100

A. Katekese Kaum Muda. ... 101

1. Pengertian Katekese Kaum Muda. ... 102

2. Tujuan Katekese. ... 103

3. Kekhasan Katekese Kaum Muda. ... 103

4. Figur Katekis Untuk Kaum Muda. ... 104

B. Usulan Program Katekese Kaum Muda Dalam Rangka Peningkatan Keterlibatan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 106

1. Latar Belakang Program. ... 107

2. Alasan Diadakannya Program Katekese Kaum Muda. ... 108

3. Tujuan Program. ... 109

C. Gambaran Program. ... 109

D. Uraian Tema dan Tujuan... 110

E. Matriks Penjabaran Program Katekese Kaum Muda. ... 112

F. Contoh Persiapan Katekese. ... 115

BAB V. PENUTUP. ... 122

A. Kesimpulan. ... 122

B. Saran. ... 124

1. Bagi Kaum Muda di Stasi Gembala Yang Baik. ... 124

2. Bagi Katekis di Stasi Gembala Yang Baik. ... 125

DAFTAR PUSTAKA. ... 126

LAMPIRAN. ... 130

Lampiran 1 : Surat Pernyataan Penelitian. ... (1)


(18)

xvi

Lampiran 3 : Lirik Lagu ... (6) Lampiran 4 : Video Klip Lagu. ... (7)


(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru : dengan Pengantar dan Catatan Singkat.

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1985/1986, hlm 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

KGK :Katekismus Gereja Katolik, (P. Herman Embiru, SVD, Penerjemah). Ende: Percetakan Arnoldus.

LG : Lumen Gentium (Terang Bangsa-bangsa), Konsitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

C. Singkatan Lain

Art :Artikel

Hal :Halaman

KAS :Keuskupan Agung Semarang

Kej : Kejadian

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia LCD :Liquid Crystal Display


(20)

xviii

MSC : Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu OMK : Orang Muda Katolik

PIA : Pendampingan Iman Anak PERNAS :Pertemuan Nasional

Pr : Projo

Rm : Romo

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SJ : Serikat Jesuit

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

St : Santo

VCD : Video Compact Disc


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kaum muda terdiri dari pribadi-pribadi yang mulai berkembang. Mereka memiliki ciri khas dan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Potensi yang mereka miliki merupakan suatu cerminan dari perkembangan pribadi mereka dalam pencarian identitas dan jati dirinya. Dalam proses pencarian jati dirinya itu kaum muda cenderung menginginkan sesuatu yang cepat dan praktis dalam memperoleh sesuatu yang mereka inginkan. Mereka lebih senang mengikuti kegiatan yang menyenangkan, meriah dan kreatif, misalnya seperti; kegiatan outbound, hiking, rekreasi bersama, main game, internet, dll. Kegiatan-kegitan ini lebih menarik minat kaum muda untuk diikuti karena kegiatan tersebut simple, menyenangkan dan tidak membosankan.

Media yang berkembang saat ini menyuguhkan berbagai hal yang menarik dan sesuai dengan jiwa muda mereka yang kreatif dan inovatif. Budaya instan dan budaya pop yang saat ini berkembang banyak mempengaruhi mereka. Kebanyakan kaum muda lebih menyukai sesuatu yang berhubungan dengan musik, film, lagu dan sesuatu yang berhubungan dengan hiburan atau entertaiment. Mereka lebih tertarik untuk mendapatkan informasi melalui internet. Dengan internet mereka dapat menemukan segala sesuatu yang mereka butuhkan dengan mudah dan cepat. Media hampir mendominasi setiap aktifitas senggang mereka di antara pekerjaan rutin setiap harinya. Radio, televisi, musik,


(22)

film, komputer dan internet dipandang mampu memberi mereka solusi dari setiap permasalahan dan keingintahuan mereka akan sesuatu hal. Kaum muda lebih asyik memperluas pergaulannya dengan jejaring sosial seperti; facebook, twiter, blackberry dan media jejaring sosial lainnnya. Mereka dengan mudah mendapatkan teman dari manapun. Internet mempermudah mereka mendapatkan segala sesuatu yang mereka butuhkan secara instan dan tidak memerlukan banyak waktu.

Pada kenyataannya kaum muda adalah harapan bagi Gereja. Peran kaum muda dalam Gereja mampu menumbuhkan semangat baru dan memberikan pencerahan. Kaum muda memiliki daya pikat bagi umat yang lainnya. Mereka dapat membuat suatu kegiatan yang dinamis, inspiratif dan kreatif. Ekaristi Kaum Muda yang diadakan di gereja adalah salah satu contoh kegiatan yang dilaksanakan dan dikoordinir oleh kaum muda. Perayaan Ekaristi dikemas secara menarik dengan menggunakan tari-tarian, fragmen, dan pemutaran video atau slide gambar maupun lagu. Ekaristi tersebut mampu menarik banyak umat untuk hadir karena umat merasakan adanya sentuhan yang berbeda. Ekaristi menjadi berwarna karena menampilkan sesuatu yang baru dan inspiratif.

Kaum muda perlu disadarkan agar mereka memiliki keinginan untuk mengembangkan imannya dengan terlibat dalam hidup menggereja. Usaha Gereja untuk menggerakkan dan mengarahkan kaum muda untuk mencintai imannya dan mau terlibat dalam kegiatan di gereja adalah dengan membentuk suatu kelompok atau organisasi bagi kaum muda yang disebut OMK atau Orang Muda Katolik. Organisasi ini membina dan membentuk kaum muda untuk


(23)

terlibat dalam kegiatan di gereja. Gereja selalu mengusahakan agar kegiatan-kegiatan OMK mengarah pada hal yang positif dan meningkatkan kepedulian mereka terhadap Gereja. Gereja berperan untuk menghantar kaum muda dalam menemukan identitas dan kekatolikan mereka yang mulai menghilang. Gereja tidak cukup hanya memberi materi dan metode dalam mengarahkan kaum muda, tetapi Gereja juga membutuhkan kerjasama dan keterbukaan kaum muda untuk menerima karya Roh Kudus dalam Gereja-Nya. Roh Kudus merupakan penggerak utama dalam setiap karya perutusan Gereja. Usaha untuk mewujudkan pencarian identitas kaum muda itu sendiri tidak akan tercapai tanpa adanya keterbukaan dari kaum muda.

Pendampingan iman bagi kaum muda juga perlu dilakukan agar kaum muda terbuka kesadarannya untuk terlibat dalam kegiatan menggereja. Pendampingan ini sebaiknya menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kaum muda dan mengarahkannya kepada situasi yang menjamin kehidupan kaum muda menjadi lebih baik di tengah perkembangan zaman saat ini. Pendampingan diharapkan dapat membantu kaum muda untuk menjadi orang-orang yang mampu berperan bagi kemajuan Gereja. Peran serta kaum muda itu dapat diwujudkan dengan keterlibatan dalam hidup menggereja sebagai salah satu aktualisasi diri dari perwujudan iman mereka. Kaum muda dapat mengungkapkan imannya dalam kebersamaan serta keterlibatan dalam berbagai kegiatan Gereja.


(24)

Pertemuan Nasional Kaum Muda 2005 merumuskan tujuannya yaitu : 1. Merefleksikan panggilan Allah kepada orang muda Katolik untuk

merasul dalam hidup bermasyarakat.

2. Merancang gerakan-gerakan orang muda Katolik bersama seluruh umat dalam lingkup nasional dan keuskupan masing-masing.

Tujuan tersebut bermaksud agar Gereja mampu mengajak umatnya khususnya kaum muda untuk merefleksikan panggilaanNya. Gereja mengambil langkah dengan mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mengajak kaum muda serta umat yang lain untuk saling bekerjasama. Kegiatan tersebut mempunyai maksud untuk menggerakkan kaum muda yang aktif terlibat di dalam masyarakat maupun hidup menggereja. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan sosial, kegiatan di dalam gereja dan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat. Dengan demikian akan timbul suatu kesadaran dari kaum muda akan perannya yang penting dalam hidup menggereja sebagai umat Allah. Kaum muda menjadi penggerak pembaharuan dalam masyarakat maupun Gereja. Semangat dan pola pikir mereka yang kreatif sungguh memberikan nuansa yang berbeda dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, entah itu dalam kegiatan di masyarakat maupun lingkungan Gereja. Untuk itu peranserta dan keterlibatan mereka sangat penting bagi Gereja.

Tetapi pada kenyataannya dalam kehidupan menggereja, kaum muda kurang banyak terlibat aktif. Bila mereka ikut kadang hanya sekedar formalitas atau karena dipaksa oleh orang tua dan bukan dari inisiatifnya sendiri. Kaum muda lebih disibukkan oleh kegiatan mereka seperti misalnya; kegitan sekolah maupun kegiatan dalam organisasi lainnya yang diikuti. Sulitnya membagi waktu juga menjadi alasan mereka kurang terlibat dalam kehidupan menggereja.


(25)

Kadang kegiatan gereja bertabrakan dengan kegiatan-kegiatan di luar yang mereka ikuti sehingga mereka terpaksa memilih kegiatan yang dirasa lebih menarik.

Keterlibatan dalam kehidupan menggereja itu tidak hanya semata-mata kegiatan doa di lingkungan maupun sesuatu yang berhubungan dengan Gereja. Kegiatan sosial seperti bantuan saat bencana alam, dan kegiatan-kegiatan sosial di luar dari gereja yang dilakukan oleh banyak kaum muda Katolik juga dapat disebut kegiatan menggereja. Mereka beranggapan bahwa ikut dalam kegiatan sosial di luar gereja juga merupakan salah satu bagian dari perwujudan iman dan bentuk keterlibatan dalam hidup menggereja. Tetapi tidak boleh dilupakan pula bahwa penghayatan iman mereka akan Allah juga perlu dikembangkan. Kaum muda sebenarnya ingin dekat pula dengan Yesus. Mereka mencoba mendekatkan dirinya dengan Yesus dengan rajin pergi ke gereja sebagai bentuk ungkapan imannya terhadap Yesus Kristus, akan tetapi nilai-nilai religius dari iman mereka tidak mereka hayati sehingga mereka kurang dapat mengembangkan imannya. Kaum muda diharapkan semakin menghayati imannya dan perannya yang penting dalam perkembangan Gereja sehingga penghayatan iman mereka dapat diwujudkan dalam kehidupan konkret dengan ikut terlibat dalam kehidupan menggereja.

Melihat dari permasalahan yang dialami oleh kaum muda di Stasi Gembala Yang Baik, penulis melihat ada beberapa permasalahan yang mereka hadapi. Permasalahan itu seperti misalnya mereka sulit untuk terlibat karena disibukkan oleh kegiatannya masing-masing. Mereka mengikuti


(26)

kegiatan-kegiatan di Gereja hanya saat hari-hari besar saja dan mereka juga tidak terlalu aktif terlibat. Di stasi tersebut kaum mudanya didominasi oleh para pelajar dan karyawan. Kaum muda yang telah menjadi mahasiswa hanya saat libur saja ada di rumah, sehingga kegiatan-kegiatan di gereja kurang dapat diikuti. Para pelajar juga disibukkan oleh kegiatan di sekolahnya dan kegiatan di sekolah itu kadang bertabrakan dengan kegiatan menggereja. Mereka yang sudah menjadi mahasiswa atau sudah bekerja berpindah tempat di luar kota. Mereka pulang satu bulan sekali atau pada waktu liburan. Mereka yang telah bekerja dan masih menetap di stasi tersebut juga kadang sulit untuk sepenuhnya dapat mengkuti kegiatan dalam hidup menggereja, faktor waktu dan kesibukan menjadi alasannya.

Tenaga pendamping untuk kaum muda juga menjadi permasalahan di Stasi Gembala Yang Baik. Tenaga pendamping untuk kaum muda yang ada di stasi kurang. Hanya ada satu pendamping yang mendampingi kaum muda di stasi tersebut. Pendamping tersebut adalah seorang guru agama katolik dan beliau adalah guru agama yang mengajar di beberapa sekolah Negeri di Batang. Kesibukan pendamping juga mempengaruhi kurangnya keterlibatan kaum muda dalam kehidupan mengereja. Pendamping kurang intensif mendampingi kaum muda dalam kegiatan menggereja di stasi karena kesibukan dan keterbatasan waktu. Kaum muda di stasi tersebut memerlukan seorang pendamping yang dapat memotivasi mereka dan siap mendampingi secara intensif. Peran pendamping sangat dibutuhkan bagi perkembangan iman kaum muda yang dapat memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja.


(27)

Dari keprihatinan dan permasalahan yang penulis rasakan, memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mengenai sejauh mana terwujudnya keterlibatan hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesadaran kaum muda di Stasi Gembala Yang Baik Limpung akan pentingnya terlibat dalam kehidupan menggereja adalah dengan katekese. Katekese yang tepat untuk diberikan kepada kaum muda adalah katekese yang mempunyai sasaran utama yaitu kaum muda, yang memiliki pola pikir, kreatifitas dan juga sikap kritis terhadap sesuatu hal, yang dianggap tidak sesuai dengan mereka. Katekese ini juga harus bertolak pada situasi dan permasalahan yang dihadapi oleh kaum muda, sehingga mereka dapat tersentuh dan mampu untuk menghayatinya. Katekese ini juga diharapkan mampu memberikan motivasi bagi kaum muda akan kesadaran dan penghayatan imannnya yang perlu diwujudkan melalui keterlibatan dalam kehidupan menggereja. Katekese yang dipakai harus menarik dan mengikuti perkembangan zaman dan situasi saat ini. Katekese yang dipakai haruslah menggunakan metode-metode yang lebih menarik, misalnya menggunakan film, cerita yang dikemas lebih menarik dengan menggunakan alat-alat yang lebih modern seperti LCD atau VCD. Agar prosesnya tidak terlalu kaku, kaum muda diajak untuk mensharingkan pengalamannya, sehingga kaum muda merasa diakui dan diterima. Katekese dengan metode seperti ini membuat mereka tertarik dan mampu menjawab kebutuhan mereka.


(28)

Seperti yang telah diungkapkan Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae sebagai berikut:

Katekese menjadi penting sekali, karena sudah tibalah saatnya Injil dapat disajikan, dimengerti dan diterima sebagai sesuatu yang mampu memberi makna kepada kehidupam, dengan kata lain: mampu mengilhami sikap-sikap, yang tanpa Injil tidak dapat dijelaskan, misalnya pengorbanan diri, sikap lepas-bebas, sikap menahan diri, keadilan, komitmen, perdamaian, kepekaan terhadap Yang Mutlak dan tidak kelihatan. Itu semua termasuk ciri-ciri yang membedakan orang muda dengan teman-temannya sebagai murid Yesus Kristus (CT, art 39).

Katekese yang sesuai dengan kebutuhan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik adalah katekese kaum muda. Melalui katekese kaum muda ini, mereka diajak untuk mendekatkan diri dan mengenal Allah. Melalui katekese, mereka dapat menyadari sekaligus merefleksikan pengalaman hidupnya sehingga mereka dapat menentukan aksi konkret atau tindakan konkret sesuai dengan nilai-nilai kerajaan Allah. Melalui proses katekese semacam ini kaum muda didorong untuk berani terbuka mengungkapkan permasalahan dan pengalaman imannya sehari-hari. Peneguhan oleh katekis dalam menanggapi permasalahan yang mereka hadapi diharapkan mampu membuat mereka merasa diakui dan diteguhkan, seperti yang telah dijelaskan oleh Sri Paus Yohannes Paulus II dalam Catecese Tradende, sebagai berikut:

Ciri-ciri Gereja muda masa kini yang begitu kompleks; dengan menunjukkan bahwa kaum muda menggunakan bahasa tertentu, dan bahwa amanat Yesus harus diterjemahkan ke dalam bahasa itu dengan sabar dan bijaksana dan tanpa mengkhianatinya; dengan memperlihatkan bahwa kendati apa yang nampak secara lahiriah bahwa orang-orang muda, meskipun sering secara kabur, bukan hanya siap sedia dan terbuka, melainkan dengan sungguh-sungguh berhasrat mengenal “ Yesus yang disebut Kristus” (CT, Art 40).


(29)

Menurut penulis, katekese bagi kaum muda ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam kehidupan menggereja di Paroki St. Yusuf Batang. Melalui katekese kaum muda diharapkan semakin menyadari kehadiran Allah dan selalu mengusahakan dirinya untuk terlibat dalam kehidupan menggereja demi perkembangan imannya. Katekese ini menjadi suatu tempat pendampingan iman bagi kaum muda yang mengarahkan, membimbing dan membantu mereka dalam menjawab kebutuhan dan menghantar mereka untuk mewujudkan iman yang dewasa dan aktif dalam kehidupan menggereja.

Melihat kenyataan dan keprihatinan di atas maka penulis tergerak untuk menulis skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK,

PAROKI ST. YUSUF BATANG MELALUI KATEKESE KAUM MUDA”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sejauh mana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kaum muda untuk terlibat dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik?

3. Apa yang menjadi harapan-harapan kaum muda dalam meningkatkan keterlibatan mereka dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik?


(30)

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kaum muda untuk terlibat dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik. 3. Untuk mengetahui harapan-harapan kaum muda dalam meningkatkan

keterlibatan mereka dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik.

D. METODE PENULISAN

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode observasi yang partisipatif, yaitu menggambarkan keadaan yang dialami oleh kaum muda. Penulis juga menguraikan dan menganalisa keadaan kaum muda terutama kaum muda di Stasi Gembala Yang Baik, mengenai permasalahan dan kesulitan yang dihadapi untuk terlibat dalam hidup menggereja. Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan kuesioner, adapun kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner disebarkan kepada 30 kaum muda yang masih aktif dan berada di stasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar penulis dapat memperoleh informasi lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Dari data yang diperoleh dapat diketahui permasalahan yang dialami kaum muda dan harapan-harapan mereka dalam rangka meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Kemudian penulis memberikan usulan program yang akan di laksanakan untuk kaum muda di Stasi Gembala Yang Baik. Usulan program itu berupa katekese kaum muda.


(31)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul Skripsi yang dipilih penulis adalah “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang Melalui Katekese Kaum Muda. Judul ini penulis bahas dalam lima bab, yang diuraikan sebagai berikut:

Bab I menguraikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang katerlibatan kaum muda dalam hidup menggereja yang dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama menguraikan mengenai keterlibatan kaum muda dan bagian kedua membahas kaum muda dalam hidup menggereja.

Bab III menguraikan tentang gambaran paroki yang meliputi: sejarah paroki dan situasi kaum muda paroki. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian ini mencakup latar belakang, tujuan, instrumen pengumpulan data, responden, waktu pelaksanaan, variabel, laporan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan pembahasan penelitian.

Bab IV menguraikan tentang pengertian katekese kaum muda, tujuan katekese kaum muda, kekhasan katekese kaum muda, figur katekis untuk katekese kaum muda, usulan program katekese kaum muda, contoh program katekese kaum muda, usulan program, matriks penjabaran program, dan contoh persiapan katekese kaum muda.


(32)

Bab V merupakan bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari seluruh pembahasan mengenai upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang melalui katekese kaum muda, yang meliputi kesimpulan serta saran.


(33)

BAB II

KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

Pada bab yang pertama penulis telah menguraikan alasan penulis memilih tema skripsi dengan judul skripsi “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang Dalam Hidup Menggereja Melalui Katekese Kaum Muda”. Pada bab I, tujuan, manfaat dan metode penulisan skripsi ini juga diungkapkan. Dalam bab yang kedua ini penulis akan membahas lebih lengkap mengenai keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja.

Pada kenyataan yang sering kita jumpai saat ini sebagian kaum muda masih sulit untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Kaum muda lebih banyak disibukkan oleh kegiatan mereka masing-masing dan terkesan mengabaikan kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Kaum muda selalu menginginkan sesuatu yang cepat, praktis dan kreatif yang sesuai dengan minat mereka. Mereka merasa bahwa kegiatan dalam hidup menggereja sangatlah membosankan dan monoton sehingga mereka tidak tertarik untuk mengikutinya. Kaum muda lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, meriah dan kreatif, seperti misalnya; kegiatan outbound, hiking, rekreasi bersama, main game, internet, dll. Kegiatan-kegiatan seperti ini menarik minat kaum muda untuk diikuti karena kegiatan tersebut dirasa menyenangkan, simple dan tidak membosankan. Untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja kaum muda harus mempunyai kesadaran dalam dirinya. Kesadaran dalam diri kaum muda tersebut tidak tumbuh begitu saja tetapi memerlukan suatu proses. Dalam proses tersebut kaum muda


(34)

membutuhkan suatu pengarahan, bimbingan dan dukungan dari orang-orang sekitar.

Sarjumunarsa (1989:497) berpendapat bahwa keterlibatan harus berangkat dari keyakinan iman akan Kristus dan berakhir pada pengembangan iman selanjutnya. Keterlibatan umat Kristiani adalah suatu bentuk perwujudan imannya yang mendalam dan diwujudnyatakan melalui keterlibataannya dalam hidup menggereja. Khusunya kaum muda, dimana dalam masa-masa perkembangannya mereka mempunyai ide-ide, semangat dan kreatifitas yang mampu memberikan nuansa baru bagi Gereja melalui kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti. Demi terwujudnya hal ini, Gereja juga harus berupaya untuk melibatkan kaum muda dan mengajak mereka untuk masuk dan terlibat aktif dalam kegitan-kegiatan hidup menggereja di paroki maupun di lingkungan. Gereja harus mengambil langkah agar kaum muda dengan kesadarannya mau terlibat aktif dalam hidup menggereja. Kaum muda akan tergerak hatinya untuk aktif terlibat apabila Gereja selalu memberdayakan kaum mudanya dengan dukungan dan kepercayaan pada potensi-potensi yang dimiliki oleh kaum muda untuk memperkembangkan segala kegiatan di gereja. Kepercayaan terhadap kaum muda tersebut membuat mereka menjadi bebas mengekspresikan segala yang mereka ingin lakukan dan wujudkan. Gereja hendaknya juga memberikan peluang-peluang bagi kaum muda untuk dapat menyalurkan pendapat, kreatifitas dan kemampuannya sehingga mereka merasa dipercayai dan diakui keberadaannya. Kaum muda akan semakin menyadari perannya sebagai umat Katolik yang mengimani Yesus Kristus dengan aktif terlibat dalam hidup menggereja.


(35)

Bab yang kedua ini akan membahas beberapa bagian mengenai keterlibatan kaum muda yang meliputi: pengertian kaum muda, pentingnya keterlibatan kaum muda dan faktor yang mempengaruhi keterlibatan kaum muda. Bab ini juga membahas mengenai kaum muda dalam hidup menggereja yang diuraikan dalam beberapa bagian yaitu pengertian hidup menggereja, peranan kaum muda dalam hidup menggereja dan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja.

A. Keterlibatan Kaum Muda

1. Pengertian Kaum Muda

Dalam topik ini penulis akan membahas mengenai pengertian kaum muda yang dideskripsikan dalam beberapa bagian yaitu siapa saja yang disebut kaum muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik yang dipaparkan oleh beberapa tokoh.

a. Siapa Saja Yang Disebut Kaum Muda

Untuk mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda kita perlu melihat kembali pengertian dari kaum muda itu sendiri. Deskripsi mengenai kaum muda sangat beragam. Pendapat dari tokoh-tokoh dan dari Kamus Bahasa Indonesia lebih jelas mendeskripsikan arti dari kaum muda tersebut. Melalui deskripsi tersebut kita dapat mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda. Deskripsi tersebut antara lain:


(36)

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,1982:397.594) mengatakan bahwa kaum muda terdiri dari dua kata yaitu “ Kaum” dan “ Muda”. Kaum berarti golongan orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, sedangkan muda berarti belum sampai setengah umur. Maka kaum muda adalah orang yang sekerja, sepaham, namun belum sampai setengah umur.

Deskripsi mengenai kaum muda diuraikan oleh Tangdilintin (1984:5) dalam buku Pembinaan Generasi Muda:Visi dan Latihan, yang mengutip tulisan dr. J. Riberu dengan memakai istilah “muda-mudi”, sebagai berikut:

Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (±12-24). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Ditinjau dari segi sosiologis, sering kali patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu. Status sosial yang dimaksud adalah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah dan status sosial berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut tetapi masih dianggap muda-mudi.

Seperti yang dipaparkan oleh Tangdilintin (1984:5) bahwa kaum muda itu digolongkan dari 2 segi yaitu: segi umur dan segi sosiologis. Pada segi umur dikatakan bahwa yang disebut kaum muda adalah semua orang yang berumur dibawah umur 24 tahun dan bisa dikatakan masih berstatus bersekolah atau kuliah. Pada segi sosiologis kaum muda dilihat tidak hanya dari umur dan status pendidikannya tetapi lebih melihat dari status sosialnya. Status sosial yang dimaksud adalah dimana seseorang dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan yang ia tempati dan melaksanakan hak serta kewajibannya dalam masyarakat dan


(37)

keluarga. Hal tersebut tidak terbatas oleh umur, bila seseorang sudah berkeluarga dan bekerja, mereka tidak bisa digolongkan sebagai muda-mudi. Mereka sudah memiliki tanggung jawab dan status sosial yang berbeda dan bisa dikatakan sudah dewasa meskipun usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi. Tetapi sebaliknya bila orang yang sudah dewasa dalam segi umurnya, namun belum dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam masyarakat, mereka masih dikatakan muda-mudi.

Shelton (1987: 64) mengatakan bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia antara 15-24 tahun dan sedang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial, moral, serta religius. Mangunharjana (1986:11-12) berpendapat bahwa istilah kaum muda dipergunakan untuk menunjuk kaum, golongan atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda adalah mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 24 tahun atau usia muda-mudi yang masih berstatus sebagai siswa SMA dan berstatus sebagai mahasiswa.

Memberi batasan kepada kaum muda memang sulit karena perlu memperhatikan berbagai segi di antaranya segi psikologis, sosiologis dan biologis. Kaum muda harus dilihat sebagai pribadi yang sedang berada dalam taraf tertentu yaitu dalam perkembangan hidup seorang manusia (Tangdilintin, 1984:6).


(38)

b. Siapa Saja Yang Disebut Kaum Muda Katolik

Pada bagian pertama telah dijabarkan deskripsi mengenai siapa saja yang disebut kaum muda menurut kamus Bahasa Indonesia dan menurut pendapat para pakar-pakar dalam bidangnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Seperti halnya pada bagian sebelumnya, pada bagian ini juga akan dijabarkan lebih jelas siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Deskripsi tersebut diambil dari pendapat dan pandangan dari beberapa pakar, yang antara lain sebagai berikut:

Kaum muda Katolik yaitu warga Gereja Katolik usia tingkat SMA dan perguruan tinggi yang belum menikah (Suhardiyanto, 2012:387).

Seperti yang dipaparkan pada kutipan di atas bahwa kaum muda itu terdiri dari berbagai umur dan tingkat pendidikan yang berbeda dan belum menikah. Mereka menjadi warga Gereja karena telah disahkan secara resmi melalui sakramen-sakramen yang telah diterimanya. Gereja menyebut kaum muda Katolik dengan OMK atau Orang Muda Katolik. OMK adalah organisasi dimana para kaum muda melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Gereja yang mendapatkan pembinaan dari Pastor, tokoh-tokoh orang muda maupun Dewan Paroki. Umat lebih familiar memanggil kaum muda Katolik dengan sebutan OMK. Kaum muda Katolik atau OMK adalah mereka para kaum muda yang aktif dalam kegiatan gereja.

Kaum muda Katolik atau yang sering disebut OMK harus sejak dini disadarkan bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang bermartabat karena


(39)

diciptakan Allah sesuai dengan citraNya (Kej 1:27). Mereka memiliki panggilan dasar untuk menjaga hidup dan berperilaku sebagai citra Allah, dan semakin mendekati citra Allah itu. Untuk mendekati citra Allah itu kaum muda hendaknya mampu mengenali diri dan menerima diri sebagaimana adanya. Kesadaran diri itulah yang akan melandasi kaum muda untuk membangun harga diri dan percaya kepada dirinya. Dengan dasar harga diri dan percaya diri yang dimiliki itulah maka kepribadian yang menyangkut kejujuran, sikap adil, bertanggung jawab, disiplin dan solider akan berkembang. Seperti pada kutipan berikut:

OMK itu adalah kaum muda Katolik yang mengenal diri dan percaya diri sebagai citra Allah, berwatak jujur, adil, bertanggungjawab, terbuka, disiplin, solider, beriman kokoh-kritis dengan spiritualitas martyria, mau dan mampu berperan aktif dalam hidup menggereja, serta mengemban misi sosial membangun keadaban publik (Tangdilintin, 2008:62).

Pada kutipan di atas kaum muda sungguh diharapkan dapat bertanggung jawab akan perannya sebagai orang muda Katolik. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan Gereja, melalui keterlibatannya dalam hidup menggereja. Kaum muda juga harus beriman secara kokoh dan menyadari bahwa dirinya adalah citra Allah yang memiliki sikap-sikap baik dan sesuai dengan kehendak Allah. Sikap-sikap baik misalnya terbuka terhadap lingkungan sekitar dengan melihat akan tanggung jawab dan perannya terhadap Gereja maupun masyarakat.


(40)

2. Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda

Pada bagian pertama telah dijabarkan mengenai pengertian kaum muda yang meliputi siapa saja yang disebut kaum muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Pada bagian yang kedua ini akan dibahas mengenai pentingnya keterlibatan kaum muda. Namun sebelumnya terlebih dahulu akan dijabarkan mengenai deskripsi dari keterlibatan itu sendiri.

Dalam Katekismus Gereja Katolik Art. 10, dijelaskan bahwa arti keterlibatan adalah sebuah pengabdian yang dilaksanakan secara sukarela oleh pribadi-pribadi yang sesuai dengan tempat dan peranan seseorang serta harus mengarah pada peningkatan kesejahteraan umum. Keterlibatan yang sukarela itu berasal dari keinginan diri sendiri dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Kaum muda menyadari perannya dalam hidup menggereja atau hidup dalam masyarakat. Mereka akan dengan sepenuh hati mengikuti dan melaksanakan kewajiban yang seharusnya dilakukan sesuai dengan peranannya.

Sebagai seorang Kristiani, keterlibatan hendaknya selalu berangkat dari keyakinan iman akan Kristus dan berakhir pada pengembangan iman selanjutnya. Keterlibatan umat kristiani harus berdasar pada keyakinan imannya bukan menjadi kepentingan pribadi maupun kelompok. Tindakan nyata atas keterlibatan umat inilah mampu menghadirkan Allah menjadi nyata di dalamnya (Sarjumunarsa, 1989:497).

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja adalah suatu bentuk perwujudan iman. Keyakinan akan Yesus Kristus mendorong kaum muda untuk semakin menghayati dan menyadari imannya, sehingga diwujudkan dalam


(41)

kehidupan sehari-hari. Perwujudan itu berupa keterlibatan aktif kaum muda dalam hidup menggereja. Keterlibatan itu hendaknya berasal dari keinginan dan kesadaran diri sendiri, bukan karena kepentingan pribadi maupun kelompok. Kaum muda yang menyadari akan perannya sebagai umat Kristiani, mereka akan senang dan merasa dapat menemukan bahwa Allah hadir dalam dirinya.

Peran kaum muda untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja maupun masyarakat sangatlah penting. Keterlibatan itu adalah buah dari perwujudan imannya akan Kristus, yang dihayati dan dikembangkan melalui sikap dan tindakan konkret. Keterlibatan mampu menggerakkan kaum muda pada penghayatan iman tidak hanya sekedar melakukan kewajiban sebagai umat Katolik saja tetapi lebih pada penghayatan iman yang terwujud dalam hidup konkretnya. Perwujudan iman yang konkret itu berupa keterlibatan kaum muda dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan, wilayah, maupun kegiatan-kegiatan di gereja.

Kaum muda diharapkan dapat melibatkan dirinya secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Hal ini dapat melatih kaum muda untuk dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain di sekitar, mengarahkan kaum muda dalam kegiatan-kegiatan positif yang dapat membentuk kepribadian mereka yang baik dan yang terpenting adalah mereka dapat menghayati imannya melalui keterlibatan mereka.

Seperti yang tercantum dalam Pernas kaum muda tahun 2005 bahwa kegiatan-kegiatan yang diadakan Gereja maupun masyarakat yang melibatkan kaum muda, mempunyai 3 tujuan yaitu:


(42)

a. Menciptakan kesadaran dan keprihatinan bersama di antara orang muda Katolik (sebagai bagian tak terpisahkan dari Gereja dan masyarakat Indonesia) akan rusaknya keadaban publik.

b. Menemukan makna spiritualitas panggilan dan membarui semangat orang muda Katolik Indonesia untuk ikut bertanggung jawab dalam merintis keadaban publik sebagai habitus baru bangsa sebagai perwujudan iman. c. Merancang, mempersiapkan dan melaksanakan gerakan-gerakan orang muda

Katolik Indonesia sebagai pelopor gerakan-gerakan seluruh umat dalam merintis keadaban publik sebagai habitus baru bangsa.

Dalam ketiga tujuan tersebut telah jelas bahwa peran kaum muda sangatlah penting. Mereka diharapkan mampu menjadi penggerak dan pelopor dalam setiap kegiatan dan gerakan-gerakan Gereja. Gereja sangat mengharapkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dan masyarakat. Kaum muda menjadi bagian penting dalam perkembangan Gereja. Semangat dan jiwa muda mereka mampu memberikan nuansa yang berbeda dan pencerahan bagi kegiatan-kegiatan yang sebelumnya ada. Kaum muda perlu diberi kesadaran bahwa sebagai umat Katolik mereka mempunyai tanggung jawab untuk dapat terlibat dalam hidup menggereja. Iman mereka perlu mereka wujudkan dalam kehidupan mereka. iman bukan hanya semata percaya dan yakin saja, tetapi bagaimana iman dan kepercayaannya itu dihayati dan akhirnya mampu diwujudkan secara konkret. Untuk menyadari akan perannya di gereja, kaum muda membutuhkan pengarahan dan bimbingan dari orang-orang di sekitarnya seperti misalnya; keluarga, teman, orang-orang disekitarnya dan lingkungan tempat tinggalnya dimana mereka


(43)

tumbuh dan berkembang. Kepercayaan dan dukungan dari umat dan Gereja sendiri, mampu memberikan motivasi bagi kaum muda untuk berkembang dan aktif terlibat dalam hidup menggereja. Kaum muda menjadi bebas mengekspresikan diri dalam kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti sesaui dengan jiwa dan semangat muda mereka. Keterlibatan dalam hidup menggereja itu sangatlah penting bagi semua umat Katolik. Keterlibatan tersebut dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan anjuran Gereja bahwa:

Setiap orang beriman Kristiani dipanggil untuk bekerja sesuai dengan kondisinya masing-masing sesuai kehendak Allah (Kartosiswoyo,1993: 208-209).

Kutipan di atas bermaksud bahwa setiap umat Kristiani harus dapat menghayati imannya akan Yesus Kristus dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perwujudan iman tersebut dilakukan oleh umat karena kesadaraannya akan imannya yang harus dikonkretkan dalam hidupnya sesuai dengan keadaannya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda

Setiap umat Katolik terpanggil untuk dapat terlibat dalam hidup menggereja. Keterbukaan untuk aktif terlibat datang dari dalam diri pribadi dan dari penghayatan iman pribadi seseorang khususnya kaum muda. Bila kaum muda mampu menyadari perannya sebagai umat Kristiani, mereka dapat menghayati imannya tersebut dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja adalah salah satu bentuk wujud dari penghayatan imannya tersebut. Kaum muda dapat terlibat dalam hidup


(44)

menggereja ataupun tidak terlibat dalam hidup menggereja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya (Sulendra, 1997:9). Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor penghambat keterlibatan kaum muda dan faktor-faktor pendukung keterlibatan kaum muda.

a. Faktor Penghambat Keterlibatan Kaum Muda

Dalam kenyataan yang sering kita jumpai, jarang sekali kita melihat kaum muda aktif terlibat dalam hidup menggereja dan hanya beberapa saja yang terlibat. Kegiatan-kegiatan di gereja hanya didominasi oleh orang-orang dewasa, dan kaum muda kurang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kaum muda kurang menyadari bahwa sebenarnya peran mereka sangat penting. Kaum muda memiliki semangat, ide-ide kreatif dan potensi-potensi yang dapat dituangkan dalam kegiatan-kegiatan di gereja dan ini mampu memberikan nuansa baru bagi Gereja. Gereja berkembang apabila umatnya selalu berusaha dan menyadari akan tanggung jawabnya untuk beperan aktif mengembangkan Gereja khususnya kaum muda. Kaum muda tidak aktif terlibat dalam kehidupan menggereja kadang disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat mereka sehingga mereka tidak aktif terlibat. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Hambatan Dalam Diri

Hambatan dalam diri ini sering dimiliki oleh kaum muda, contohnya saja mereka memiliki sikap rendah diri. Sikap rendah diri ini bisa dikarenakan oleh kondisi fisik yang kurang mendukung, tingkat pendidikan yang rendah, atau


(45)

karena kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang memadai. Dalam kondisi seperti ini kaum muda sulit untuk ikut terlibat dan memperlihatkan kemampuannya dalam berorganisasi bersama kaum muda yang lain, karena menyadari dirinya tidak mampu. Kondisi seperti ini akan menimbulkan rasa kurang percaya diri walaupun sebenarnya kaum muda tersebut memiliki kemampuan tertentu. Kaum muda sulit untuk bersosialisasi dan cenderung menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan di gereja maupun di dalam masyarakat.

Kaum muda juga mengalami sesuatu hambatan untuk terlibat karena kurangnya mendapat motivasi dari orang lain. Dalam mengikuti kegiatan terkadang kaum muda hanya melakukanya asal-asalan saja atau tidak serius, hanya sekedar terlaksana saja. Mereka melaksanakan kegiatan tidak secara sepenuh hati, sehingga kegiatan tidak dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan mereka kurang termotivasi, mereka kurang mendapatkan penjelasan dan pengarahan untuk menggugah kesadaran mereka akan pentingnya keterlibatan mereka dalam setiap kegiatan hidup menggereja. Apabila mereka menyadari hal tersebut, kemungkinan mereka dapat termotivasi mengikuti dan melaksanakannya dengan baik dan sepenuh hati.

Kaum muda juga kurang berminat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Mereka menganggap kegiatan di gereja tidak menarik dan membuat mereka bosan. Kaum muda lebih menyukai kegiatan yang menarik dan sesuai dengan jiwa muda saat ini.


(46)

2) Hambatan Dalam Keluarga

Hambatan yang mungkin dialami kaum muda terkadang justru datang dari keluarga sendiri. Permasalahan keuangan kadang menjadi salah satu faktor yang mendominasinya. Banyak kegiatan-kegitan di gereja yang terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan kaum muda hanya karena masalah keuangan yang dibutuhkan tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut sering dialami oleh kaum muda di gereja-gereja di pelosok atau pinggiran yang tingkat ekonomi umatnya rata-rata menengah ke bawah. Kegiatan yang seharusnya diikuti kaum muda di gereja terpaksa tidak dapat diikuti, karena tidak dapat membayar iuran.

Faktor ekonomi keluarga kadang menjadi faktor penghambat kaum muda dalam keterlibatannya dalam hidup menggereja yang dalam kegiatan tersebut memerlukan dana utuk mengikutinya. Kaum muda menjadi tidak terlibat dan terkesan rendah diri, karena faktor ekonominya. Kegiatan menggereja kadang juga memerlukan dana atau iuran dari peserta atau anggota. Bagi kaum muda yang memiliki tingkat ekonomi rendah mereka merasa kegiatan tersebut berat untuk diikuti, sehingga mereka berfikir lebih baik tidak mengikuti.

Selain faktor ekonomi keluarga, hambatan yang lain yang datangnya dari keluarga adalah suasana atau keadaan dari keluarga itu sendiri. Kurangnya komunikasi yang baik antar anggota keluarga berpengaruh terhadap perkembangan kaum muda dalam keluarga tersebut. Komunikasi yang baik dalam keluarga sangatlah berpengaruh bagi perkembangan mental kaum muda. Orang tua akan selalu mengarahkan dan memonitor anaknya, sehingga mereka dapat memberikan saran dan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan. Apabila


(47)

dalam keluarga tersebut tidak ada hubungan harmonis dan komunikasi pun tidak lancar, maka keluarga tersebut akan bersikap acuh tidak acuh terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya khususnya orang tua terhadap anaknya. Orang tua kurang dapat memantau anaknya dan mengarahkan anaknya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan mereka. Akhirnya kaum muda yang ada dalam keluarga tersebut akan mengikuti kegiatan yang disukainya yang mungkin akan menjurus pada kegiatan yang negatif karena kurangnya perhatian dan pengarahan dari orang tua.

Peran orang tua sangatlah penting. Orang tua menjadi pendidik yang pertama dan utama dalam menerapkan norma-norma yang berlaku dan mengarahkan anak pada sesuatu yang baik, khususnya membimbing anaknya untuk dapat dekat pada imannya. Apabila dalam keluarga tidak terjadi hubungan yang baik, maka dalam keluarga tersebut tidak terjadi suatu kebersamaan yang baik akan iman mereka. Orang tua kurang dapat mengarahkan anaknya untuk menghayati imannya karena kesadaran iman merekapun kurang dikembangkan. Hal ini sangat menghambat kaum muda untuk terlibat. Mereka merasa kurang diarahkan dan dibimbing oleh orang tua untuk menghayati imannya, sehingga kaum muda lebih memilih untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sesuai dengan keinginan mereka.

3) Hambatan Dalam Sekolah

Lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan kaum muda. Lingkungan sekolah dapat mendukung kegiatan-kegiatan kaum muda tetapi kadang justru menghambat kegiatan-kegiatan kaum muda tersebut. Kegiatan


(48)

sekolah yang padat menghambat kaum muda untuk dapat membagi waktunya untuk terlibat dalam kegiatan menggereja. Kaum muda yang masih bersekolah kadang disibukkan dengan kegiatan di sekolah, entah itu kegiatan tambahan maupun les di luar sekolah, sehingga mereka kurang dapat terlibat dalam hidup menggereja. Tuntutan-tuntutan akademik oleh sekolah mengharuskan mereka untuk mengikuti pelajaran tambahan seperti les dan kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang mendukung lainnya. Hal tersebut membuat kaum muda sibuk dan sulit untuk meluangkan waktunya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat maupun kegiatan hidup menggereja. Mereka merasa kegiatan yang diadakan di sekolah lebih penting daripada mengikuti kegiatan di gereja.

4) Hambatan Dalam Masyarakat

Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kaum muda. Lingkungan yang kurang berpendidikan biasanya cenderung membuat kaum muda mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan yang negatif. Hal ini disebabkan karena di lingkungan tersebut tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Kaum muda kadang masih terpengaruh oleh kebiasaan dan pergaulannya dalam masyarakat. Kaum muda kadang lebih suka untuk bepergian, nongkrong dan akhirnya mereka meninggalkan kegiatan-kegiatan di gereja yang seharusnya diutamakan.

5) Hambatan Dalam Gereja

Hambatan yang lain yang mungkin berpengaruh terhadap keaktifan kaum muda dalam hidup menggerja adalah hambatan yang muncul dari pihak Gereja itu sendiri. Hambatan yang sering dirasakan oleh kebanyakan kaum muda adalah


(49)

letak gereja yang jauh dari tempat tinggalnya dan tidak adanya sarana transportasi. Kondisi ini dapat membuat kaum muda malas untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan mengereja.

Hambatan yang muncul dari gereja sendiri lainnya adalah bahwa gereja dalam mengadakan kegiatan-kegiatan untuk kaum muda kurang menarik dan kurang dapat memotivasi kaum muda untuk terlibat. Kaum muda menginginkan adanya suatu kegiatan yang dinamis, kreatif, dan inovatif. Bila kegiatan di gereja hanya itu-itu saja dan monoton, kaum muda menjadi malas untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Kurangnya perhatian dari pendamping kaum muda juga menjadi hambatan kaum muda terlibat dalam hidup menggereja. Pembimbing adalah motivator bagi kaum muda dalam melaksanakan kegiatan menggereja dan kaum muda sangat memerlukan pendampingan dan dukungan penuh dari pendamping. Namun kadang pembimbing disibukkan oleh kegiatannya sendiri. Pembimbing yang memiliki pekerjaan pokok tentu tidak selalu mempunyai waktu untuk memberikan perhatian penuh terhadap kaum muda. Kaum muda masih kurang mendapatkan perhatian walaupun sudah memiliki pendamping, apalagi kaum muda yang tidak memiliki pendamping.

Relasi antara umat yang didominasi oleh orang dewasa dan orang tua dengan kaum muda juga sangat menentukan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Program-program yang akan dijalankan oleh kaum muda akan berhasil apabila terjadi komunikasi dan relasi yang baik antara umat yang lain


(50)

dengan kaum muda. mereka akan saling mendukung dan kegiatan yang diadakan atau dikoordinir oleh kaum muda akan berjalan dengan lancar.

Hambatan-hambatan inilah yang sering membuat kaum muda enggan dan bahkan tidak terlibat dalam hidup menggereja. Mereka menjadi takut dan merasa bahwa mereka belum dapat melakukan sesuatu yang baik bagi Gereja. Kaum muda perlu bimbingan dan pengarahan dalam melaksanakan kegiatan-kegitan menggereja tersebut. Mereka memerlukan dukungan dari Gereja dan umat yang lainnya. Dengan dukungan tersebut, kaum muda akan merasa diakui dan dipercaya dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan menggereja.

b. Faktor Pendukung Keterlibatan Kaum Muda

Kaum muda dapat terlibat aktif dalam hidup menggereja itu dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung yang dapat memotivasinya. Menurut Darmanto (1997:9), kaum muda tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya arahan dan bimbingan, khususnya dukungan dari beberapa pihak. Faktor-faktor pendukung itu antara lain:

1) Dukungan Dari Keluarga

Adanya komunikasi yang baik antara keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kaum muda dalam keluarga tersebut. Keluarga merupakan tempat terbentuknya jati diri seorang anak. Pendidik pertama adalah orang tua sehingga dari keluarga, mereka akan mendapatkan bimbingan yang baik dan tepat. Apabila dalam keluarga terjadi komunikasi yang baik, maka apapun kegiatan


(51)

kaum muda akan selalu dimonitor dan selalu mendapat pengarahan dan dukungan penuh dari keluarga. Kaum muda merasa diakui dan dipercayai melakukan segala kegiatan terutama kegiatan dalam hidup menggereja. Dengan pengarahan dan bimbingan diharapkan kaum muda dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif bagi dirinya. Pendampingan keluarga khususnya dalam iman juga menjadi pendukung bagi keaktifan kaum muda terlibat dalam hidup menggereja. Kadang kaum muda belum begitu mengerti dan memahami bagaimana menghayati imannya. Orang tua menjadi pembimbing dan pendamping bagi kaum muda untuk memahami dan membantu mereka untuk menghayati imannya. Dengan pendampingan tersebut kaum muda menjadi mengerti dan mulai menghayati imannya yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari dengan ikut terlibat dalam hidup menggereja.

2) Dukungan Dari Masyarakat

Semua manusia adalah anggota masyarakat yang dikelompokkan dalam golongan umur, status sosial, dan perannya di dalam masyarakat. Kaum muda adalah bagian dari masyarakat tersebut, mereka menjadi generasi penerus bagi berkembangnya norma dan kebiasaan dalam masyarakat. Aturan dan norma itu menjadi panutan bagi kaum muda dalam hidup di masyarakat. Perkembangan kepribadian dan pengetahuan kaum muda banyak dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kaum muda dihadapkan pada pergaulan sehari-hari tata susila, nilai-nilai moral yang langsung berhubungan dengan dirinya. Secara tidak langsung mereka menerima pengaruh dari media massa dan alat-alat komunikasi yang modern. Situasi


(52)

semacam ini dapat menumbuhkan keinginan untuk bersosialisasi terhadap lingkungan yang ditemuinya.

3) Pendamping Kaum Muda

Kaum muda memerlukan pendampingan agar mereka dapat menghayati imannya secara mendalam. Dalam proses menghayati imannya tersebut, kaum muda memerlukan pendampingan dan pengarahan yang baik agar mereka dapat menghayati imannya dan pada akhirnya timbul kesadaran dalam diri mereka untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Peran pendamping bagi kaum muda adalah penting. Pendamping akan membimbing, mengarahkan dan membantu kaum muda untuk memahami dan menghayati imannya. Pendamping yang baik, mampu menjawab kebutuhan kaum muda dan berusaha menggerakkan mereka untuk dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan di gereja yang melibatkan kaum muda. Pendamping menjadi sahabat kaum muda yang selalu terbuka dalam setiap permasalahan dan keinginan dari kaum muda sehingga kaum muda merasa disapa, diperhatikan dan diakui keberadaannya.

B. Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja

1. Pengertian Hidup Menggereja

Hidup menggereja itu merupakan suatu bentuk penghayatan iman umat Allah. Di dalam kehidupan menggereja umat dapat mewujudkan tindakan-tindakan konkret mereka sebagai hasil dari penghayatan serta refleksi terhadap


(53)

iman mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hidup menggereja itu selalu tumbuh bersama dengan Gereja itu sendiri. Hidup menggereja terwujud apabila terjadi dialog dan hubungan yang baik antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari ini tidak terbatas pada agama, sosial, budaya tertentu saja. Konteks kehidupan sehari-hari tersebut selalu mengarah pada apa yang dikehendaki oleh Allah. Hidup menggereja lebih pada mengaktualisasikan penghayatan iman terhadap Allah melalui tindakan-tindakan, sikap-sikap yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari (Banawiratma,1992:9).

Hidup menggereja dalam lingkup intern yaitu pola kegiatan di dalam lingkup Gereja Katolik, yang terbagi dalam dua bentuk kegiatan. Pertama, kegiatan dalam lingkup teritorial misalnya: mudika, koor, Putra Altar dan terlibat dalam pendampingan ibu-ibu paroki. Kedua, terlibat dalam lingkup kategorial misalnya: Legio Maria, Choice, WKRI (Suhardiyanto 2005:1).

Hidup menggereja dibedakan menjadi dua segi yaitu segi batin yang diterima melalui pembaptisan dan segi lahir yang diwujudkan dalam hidup bersama (Suhardiyanto, 2005:3). Seseorang yang telah menerima sakramen baptis dan krisma akan secara otomatis pula telah memutuskan untuk memilih dan mengikuti Kristus dengan segala konsekuensinya. Dengan meneriman baptis, umat beriman dimasukkan ke dalam Gereja dan menjadi orang Katolik. Penting untuk disadari bahwa orang-orang Katolik adalah orang-orang yang dimasukkan sepenuhnya ke dalam lembaga Gereja, dan masuk pula ke dalam Komunio. Setelah menyadari bahwa telah menjadi anggota Gereja, maka akan adanya pengakuan iman, yang artinya pribadi yang beriman itu akan mengakui imannya,


(54)

dan pengakuan iman itu akan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari (Suhardiyanto, 2005:4).

Aspek yang ingin ditekankan dari hidup menggereja ialah ambil bagian di dalam tugas-tugas Kristus yaitu sebagai Imam, Nabi dan Raja. Imam bertugas menguduskan, nabi bertugas mengajar dan raja bertugas memimpin. Tugas pastoral Gereja dalam pengertian dahulu ialah ambil bagian dalam tugas imamat Kristus dan diwujudkan dalam leitorgia, sedangkan docendi atau tugas kenabian Kristus diwujudkan dalam kerygma yang bahkan di dalamnya ada unsur martyria yang bisa dikatakan ambil bagian sebagai imam dan nabi, sedangkan koinonia dan diakonia adalah ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai Raja (Suhardiyanto, 2005:5).

Pada kutipan di atas hidup menggereja merupakan suatu kesaksian hidup Gereja tentang Allah yang diwujudkan oleh umat dalam kehidupan konkret sehari-hari. Hidup menggereja itu dapat digolongkan dalam empat dasariah Gereja yaitu sebagai berikut:

1) Koinonia yang berarti persekutuan persaudaraan. Koinonia ini merupakan cara hidup bersama yang terbuka dan nyata dalam menumbuhkan kepekaan terhadap kesusahan dan penderitaan sesamanya. Dalam hidup menggereja itu persekutuan melalui kepedulian bersama tidak ditentukan dari iman dan agama tertentu melainkan oleh pengalaman hidup bersama. Iman umat berkembang melalui kepedulinnya terhadap sesamanya. Pendalaman akan iman dan Injil diolah dan dikembangkan dalam persekutuan dan persaudaraan yang dibangun berdasar Injil dan iman akan Yesus Kristus.

2) Kerygma berarti pewartaan Injil. Pewartaan dilaksanakan dan dijalankan oleh setiap umat beriman, agar dapat mengalami perjumpaan dengan Allah mengenai kabar gembira bahwa dalam Yesus Kristus akan ada keselamatan dari Allah. Bentuk-bentuk dalam kegiatan Gereja merupakan jalan menuju


(55)

perjumpaan dengan Allah. Pewartaan akan Allah dan Kerajaan Allah menuntut suatu tanggapan kokret dari umat untuk mewujudkannya dalam kehidupan konkret. Penghayatan iman harus dikembangkan melalui persekutuan dan persaudaraan yang berdasar pada Injil.

3) Leitourgia atau Perayaan Iman. Dalam perayaaan Ekaristi umat dapat merasakan penghayatan imannya secara lebih mendalam. Imam membimbing umat agar kenangan akan Kristus tidak sekedar menjadi upacara wajib, melainkan mendorong dan menjiwai keterlibatan umat.

4) Diakonia atau pelayanan. Fungsi pelayanan tidak bisa dilepaskan dari ketiga fungsi lainnya. Fungsi koinonia, kerygma, leitourgia tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama menjiwai dan mendorong umat beriman untuk melaksanakan pelayanan (diakonia). Diakonia merupakan gerak dasar seluruh kegiatan Gereja. Segala kegiatan Gereja berpusat pada pelayanan kepada sesama. Pelayanan Gereja menaruh perhatian utama pada mereka yang miskin, sakit dan tertindas. Orang-orang seperti inilah yang terutama diperhatikan oleh Yesus, dan disentuh secara mendalam oleh sabda dan karyaNya (Ardhisubagyo,1987:24).

Terlibat dalam hidup menggereja merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kaum muda. Philip Tangdilintin (2008:65) dalam buku Pembinaan Generasi Muda mengatakan bahwa:

Iman pribadi itu dihidupi dan dikembangkan dalam kebersamaan komunitas serta diwujudkan dalam relasi-relasi kemasyarakatan. Penghayatan dimensi personal-vertikal dari iman harus sampai pada Tuhan, semakin dekat pula kita pada sesama, baik dalam “komunitas gerejawi” maupun dalam “ komunitas insani”.


(56)

2. Perananan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja.

Kaum muda adalah generasi yang dapat menumbuh kembangkan serta mewujudnyatakan Kerajaan Allah di dalam dunia saat ini. Kaum muda memiliki semangat dan potensi yang dapat membantu pada proses perubahaan dan perkembangan Gereja ke arah yang lebih baik di tengah-tengah perkembangan dunia modern saat ini. Setiap pribadi orang muda memiliki kualitas dan ciri tertentu tetapi mereka tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan agar potensi yang mereka miliki dapat bermanfaat bagi Gereja. Bimbingan tersebut diharapkan dapat membantu kaum muda menemukan penghayatan iman dan pada akhirnya dengan kesadaran, mereka dapat mewujudkannya dalam kehidupan konkret sehari-hari (Tangdilintin, 1984:6).

Kaum muda akan mengalami perkembangan dalam imannya apabila melalui imannya, mereka dapat menyadari akan peranannya yang penting dalam perkembangan Gereja. Perkembangan iman kaum muda akan terwujud jika segala segi hidup mereka yakni perkembangan kognitif, moral, iman, emosi, interpersonal dan panggilan hidup diarahkan menuju panggilan Yesus., sehingga membuat mereka peka akan panggilan Yesus: “Mari. Ikutilah Aku” (Mark 1:17).

Sebagai manusia yang terpanggil untuk mengikuti Kristus dan percaya kepada Gereja, kaum muda memiliki kewajiban untuk terlibat dalam hidup menggereja. Gereja mengharapkan semua umat beriman dengan penuh kesadaran mau terlibat dalam setiap kegiatan Gereja sebagai bentuk perwujudan iman mereka.


(57)

Peran serta kaum muda sangat diperlukan oleh Gereja. Para kaum muda bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Gereja di masa yang akan datang. Sebagai bagian dari Gereja, para kaum muda tidak bisa menutup mata terhadap keprihatinan Gereja yang terjadi di dunia. Dengan demikian, bentuk keterbukaan Gereja terhadap dunia luar dapat diwujudkan lewat keterlibatan atau pelayanan kaum muda dalam usaha secara terus menerus mengembangkan Gereja dengan segala potensi yang dimiliki (Shelton, 1987:19).

3. Bentuk - Bentuk Keterlibatan Hidup Menggereja

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan hidup menggereja dalam lingkup internal dan kegiatan-kegiatan hidup menggereja dalam lingkup eksternal.

a. Kegiatan Hidup Menggereja Dalam Lingkup Internal

Kegiatan hidup menggereja dalam lingkup internal dapat digolongkan dalam beberapa kegiatan-kegiatan berikut:

1) Retret Kaum Muda

Kata retret berasal dari kata Perancis yaitu la retraite yang berarti pengunduran diri, menyendiri, menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan sehari-hari, meninggalkan dunia ramai (Mangunhardjana, 1984:7). Retret berarti mundur ke keheningan untuk mengetahui kehendak Tuhan agar selanjutnya melangkahkan hidup sesuai dengan kehendak-Nya (Sumantri, 2002:13). Tujuan dari kegiatan retret yaitu menyadari kehadiran Tuhan di dalam hidup sehari-hari, sehingga


(58)

kehidupan itu bisa dipahami maknanya. Yang terpenting ialah memahami makna hidup yang umumnya sulit ditemukan dalam kesibukan hidup sehari-hari (Sumantri, 2002:12).

2) Rekoleksi

Rekoleksi merupakan kegiatan pembinaan iman yang tidak jauh berbeda dengan retret. Dalam rekoleksi bahan yang diolah adalah dari pengalaman hidup yang telah dilalui atau pengalaman yang didapatnya pada saat mengikuti retret maupun pengalaman hidup yang dirasa mengena dan dapat mempengaruhi hidupnya sampai saat ini. Pengalaman hidup ini kemudian diolah pada saat proses rekoleksi dan kemudian mereka dapat menemukan hikmah maupun kedewasaan iman dalam menanggapi permasalahan hidup mereka (Mangunhardjana, 1984:18). Tujuan dari kegiatan rekoleksi kaum muda ini ialah membantu kaum muda untuk mengenal situasi diri dan hidupnya dalam perkara tertentu, sebagai hasil karya Allah dan tanggapan mereka kepadaNya (Mangunhardjana, 1984:20). Hal-hal yang dilakukan dalam rekoleksi yakni meninjau karya Allah dalam diri mereka, cara kerja serta bimbinganNya, serta tanggapan kaum muda terhadap karya Allah itu (Mangunhardjana, 1984:18). Rekoleksi dapat dilakukan dalam waktu beberapa jam saja misalnya dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang. Rekoleksi dapat dikatakan sebagai kesempatan atau saat-saat penyegaran rohani. Rekoleksi mampu memperkaya hidup dan hidup seluruh umat kepada Allah dan seluruh karyaNya (Mangunhardjana, 1984:20). Melalui kegiatan rekoleksi diperoleh semangat dan motivasi baru untuk melanjutkan kegiatan atau rutinitas sehari-hari sehingga menjadikan pengalaman hidup lebih bermakna bagi kaum muda.


(59)

3) Ekaristi Kaum Muda

Ekaristi kaum muda selalu berbeda dengan Ekaristi pada umumnya, hal ini dapat dilihat dari momen yang dirayakan, pemilihan lagu, pemilihan tema, sampai pada kotbah yang berbeda dari biasanya. Ekaristi kaum muda ini didominasi oleh kaum muda. Segala persiapan dan hal-hal teknis yang berhubungan dengan ekaristi, sepenuhnya dikerjakan oleh kaum muda. Ekaristi kaum muda diadakan untuk memberi wadah bagi kreativitas kaum muda dalam membina kebersamaan dalam Gereja, dimana dapat dibina pula unsur seni dalam liturgi misalnya menampilkan tari-tarian, teater, fragmen, puisi dan slide film.

Daya kreativitas dan cara mereka sendiri akan membantu mereka dalam menghayati Ekaristi dengan gaya kemudaanya (Tangdilintin, 1984:89). Secara lebih khusus Ekaristi kaum muda sebenarnya melatih kerjasama atau organisasi dengan karakter yang berbeda-beda (Tim Redaksi Pusat Musik Liturgi, 2008: 101). Ekaristi kaum muda ini ingin mengajak kaum muda untuk dapat berorganisasi dan menuangkan ide-ide mereka kedalam Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi kaum muda lebih menarik karena dikemas dengan begitu kreatif dan memunculkan suatu nuansa baru dalam perayaan Ekaristi. Umat yang mengikutinya pun akan merasa tertarik karena Perayaan Ekaristi dirasa berbeda daripada perayaan ekaristi yang lain. Perayaan Ekaristi kaum muda lebih menarik dan isi dari setiap proses perayaan Ekaristi tersebut dijiwai oleh semangat dan kreatifitas kaum muda pada umumnya. Kreativitas tersebut berupa lagu-lagunya tidak monoton hanya dari madah bakti maupun puji syukur saja, lagu-lagu pop


(60)

yang sesuai dengan tema juga dapat digunakan, pengggunaan lcd dan pertunjukan fragmen maupun tari-tarian. Dari hal-hal ini kaum muda diajak untuk mengembankan kemampuan dan bakatnya serta menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat dan Gereja.

4) Pendalaman Iman Atau Katekese Kaum Muda

Di dalam katekese terdapat beberapa unsur yakni pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan dan pendewasaan (Telaumbanua,1996:5). Kegiatan katekese ini sangat bermanfaat bagi kaum muda. Mereka jadi lebih mengerti dan memahami imannya yang diharapkan dapat mereka wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan katekese ini juga harus sesuai dengan kebutuhan kaum muda yang tidak terlalu kaku dan monoton, sehingga kaum muda tertarik mengikutinya. Tujuan dari katekese ialah memaknai pengalaman hidup sehari-hari dalam terang sabda Allah. Katekese dapat diikuti oleh semua lapisan masyarakat, baik anak-anak, kaum muda (remaja, orang dewasa) dan orang tua (CT, art. 35-45)

Pendamping katekese berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan, dan mempermudah untuk menciptakan suasana yang komunikatif sehingga terjadi dialog antara peserta, sehingga umat terbantu untuk menemukan Yesus dalam hidup sehari-hari.

5) Ziarah

Ziarah merupakan kegiatan kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap bersejarah dan suci, misalnya ziarah ke Gua Maria, gereja-gereja tua, makam-makam pahlawan (Tangdilintin, 1984;89). Kegiatan yang dilakukan saat ziarah itu


(1)

[2]

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Untuk Kaum Muda IdentitasResponden

Usia :

Jenis kelamin :

Keadaan sekarang : SMP/SMA/Mahasiswa/Karyawan (coret yang tidak perlu)

Petunjuk pengisian angket:

1. Bacalah dengan seksama pernyataan-pernyataan yang tersedia sebelum anda menjawab.

2. Ada lima alternative jawaban yang tersedia untuk menjawab pernyataan yang terdapat dalam tabel, antara lain:

SS : Selalu P : Pernah

S : Sering TP : TidakPernah

K : Kadang-kadang

Silahkan memilih alternative jawaban yang sesuai dengan keadaan atau situasi yang anda rasakan atau alami dengan memberi tanda rumput (√ ) pada kolom yang anda pilih, misalnya:

NO PERNYATAAN SS S K P TP

1. Saya selalu mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu.

No PERNYATAAN SS S K P TP

1 Saya ambil bagian dalam panitia penyelenggaraan Misa yang bertemakan Kaum Muda.

2 Saya hadir dan selalu mengajak teman-teman untuk aktif mengikuti pendalaman iman yang diadakan di lingkungan.


(2)

[3]

NO PERNYATAAN SS S K P TP 3 Saya antusias mengikuti koor di gereja untuk

menyalurkan kemampuan saya dalam bernyanyi dan bermain musik.

4 Saya senang mengikuti organisasi-organisasi yang dapat melatih kepribadian dan menumbuhkan semangat muda dalam diri saya.

5 Saya ikut serta menjadi relawan dan panitia penggalangan bantuan kepada korban bencana alam.

6 Saya ikut dalam kerja bakti di lingkungan sebagai bentuk kepedulian saya menjadi anggota masyarakat yang baik.

7 Saya menyukai kegiatan Gereja yang menarik dan tidak monoton yang dapat membawa saya lebih memahami iman saya dengan baik.

8 Saya ingin terlibat dalam hidup menggereja sebagai bentuk penghayatan iman saya.

9 Orang tua memberi dukungan dan

pendampingan dalam setiap kegiatan di gereja yang diikuti oleh kaum muda.

10 Kegiatan yang dikoordinir kaum muda dapat berjalan lancar, karena Gereja memberi dukungan dan mempercayakan sepenuhnya pada kaum muda.

11 Kaum muda memiliki kesadaran untuk

mengembangkan imannya melalui keterlibatan dalam hidup menggereja.

12 Semangat dan ide-ide kreatif dari kaum muda dapat memberikan nuansa baru bagi Gereja.

13 Gereja menyediakan fasilitas untuk digunakan kaum muda dalam melaksanakan segala kegiatan di gereja.


(3)

[4] 14 Kegiatan di gereja terlalu monoton dan tidak

cocok dengan minat kaum muda.

15 Umat dan Gereja kurang memberikan ruang bagi kaum muda untuk mengeksprikan dan

menuangkan idenya dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan kaum muda di gereja.

16 Kesibukan di sekolah dan di tempat kerja menghambat kaum muda untuk terlibat dalam hidup bermasyarakat dan menggerja.

17 Saya menggunakan waktu luang dengan bermain

dan browsing di internet yang dirasa lebih

menyenangkan dan menguntungkan bagi saya.

18 Belum ada kegiatan yang dapat memotivasi kaum muda untuk tertarik dan terlibat dalam hidup menggereja.

19 Kegiatan pendalaman iman kaum muda membantu kaum muda untuk semakin menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari.

20 Pendalaman iman kaum muda yang sesuai dengan minat dan semangat kaum muda dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan


(4)

[5]

II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas yang sesuai dengan kenyataan yang anda alami, misalnya :

1. Apakah terlibat dalam hidup menggereja bagi kaum muda Katolik merupakan suatu keharusan? Mengapa?

. ... . ... 2. Motivasi apa yang menyebabkan anda mau aktif terlibat dalam hidup

menggereja?

... 3. Sebutkan faktor-faktor yang mendukung anda untuk aktif terlibat dalam

hidup menggereja?

. ... . ... 4. Sebutkan alasan-alasan yang menyebabkan anda belum dapat terlibat aktif

dalam hidup menggereja saat ini ?

. ... . ... 5. Apa yang anda harapkan agar kegiatan kaum muda ini sungguh dapat berguna

bagi pengembangan dan penghayatan iman anda?

. ... . ...


(5)

[6]

Lampiran 3 : Lirik Lagu

“ Hari Ini Kurasa Bahagia”

Hari ini kurasa bahagia berkumpul bersama saudara seiman Tuhan Yesus Tlah satukan kita tanpa memandang diantara kita

Bergandengan tangan dalam kasih, dalam satu hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan

Kau sahabatku.. kau saudaraku.. tiada yang dapat memisahkan kita 2X

“Aku Muda Aku Bisa”

E lo e lo e lo heee... e lo e elo e lo hee Ku berlari pakai hati tak berhenti sampai mati

E lo e lo e lo heee... e lo e elo e lo hee

Aku dengar ada yang bicara papa mamaku punya cita-cita Dia baru berusia lima, namun semangatnya sunggguh sempurna

Never in your life, let than talk to you like you can not Yes, you’re miles do your heart with a smile Couse youre young, you are young, your young

Hidupku itu adalah aku Bukan kamu dan ragumu Jangan sama-samakan ku

Hidupmu itu adalah kamu tak peduli usiamu Aku muda aku bisa


(6)

[7]

Lampiran 4 : VCD Video Klip Lagu “ Aku Muda Aku Bisa “ dan


Dokumen yang terkait

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Santo Petrus Sungai Kayan Keuskupan Tanjung Selor Kalimantan Utara.

1 48 171

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari.

0 8 159

Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

7 80 382

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari

2 17 157

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda

2 2 154

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Santo Antonius, Bade, Keuskupan Agung Merauke melalui shared christian praxis - USD Repository

0 4 141

Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository

0 3 236

Pemahaman Sakramen Baptis dalam keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda di Paroki Santo Ignatius Danan, Wonogiri, Jawa Tengah - USD Repository

0 1 151

Deskripsi pengaruh ekaristi kaum muda terhadap keterlibatan hidup menggereja Orang Muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta - USD Repository

1 5 169