Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda
UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK
PAROKI SANTO YUSUF BATANG
DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Disusun oleh :
Aprilia Valentina Heppi Harsari
NIM : 081124024
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(2)
(3)
(4)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku
Yang selalu membimbing dan mempercayaiku selama ini
Yang tak pernah berhenti mencintaiku
Yang selalu mendukung dalam setiap keputusan yang aku ambil
Mereka menjadi alasanku tetap bertahan dan berjuang
Untuk menggapai cita-citaku
(5)
v
MOTTO
Dan aku sungguh percaya bahwa....
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya” (Pengkh 3:11)
Tiada sesuatu apapun yang diinginkan Tuhan
Selain kebahagiaan kita
Dapatkah kita menemukan seseorang yang mencintai kita
Daripada Tuhan?
(6)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
(7)
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Aprilia Valentina Heppi Harsari
NIM : 081124024
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul
UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
(8)
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “UPAYA MENINGKAT KETERLIBATAN
KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan keadaan kaum muda di stasi Gembala Yang Baik, di mana kaum muda di stasi tersebut belum semuanya terlibat dalam hidup menggereja. Kesibukan pribadi menghambat mereka untuk terlibat dalam hidup menggereja dan belum adanya kegiatan di gereja yang dapat memotivasi mereka untuk terlibat.
Melihat persolan tersebut, penulis mencoba melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diharapkan. Penulis melakukan observasi dan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yaitu kaum muda. Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, penulis membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kaum muda di stasi Gembala Yang Baik mempunyai keinginan untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja, tetapi pada kenyataannya belum ada kegiatan yang dapat memotivasi mereka untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Kaum muda sebenarnya juga menginginkan adanya suatu kegiatan yang dapat membimbing dan membantu kaum muda untuk dapat semakin menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegitan tersebut juga diharapkan sesuai dengan semangat dan jiwa muda saat ini, yang menarik dan dapat menginspirasi mereka untuk dapat menghayati iman mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menindaklanjuti hasil penelitian di stasi Gembala Yang Baik tersebut, penulis mengusulkan program katekese kaum muda sebagai salah satu upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Melalui program yang ditawarkan ini, kaum muda diharapkan dapat semakin menyadari bahwa keterlibatan dalam hidup menggereja itu penting sebagai bentuk penghayatan iman mereka akan Yesus Kristus.
(9)
ix
ABSTRACK
The title of my thesis is "THE EFFORTS TO INCREASE THE
YOUTH’S INVOLVEMENT FOR THE COMMUNITY OF GOOD SHEPHERD
IN THE PARISH OF SAINT JOSEPH. REVITALIZING OF THE CHURCH
THROUGHOUT THE YOUTH’S CATECHESIS". The background of this thesis
is motivated by the concerns of the authors seeing the situation of young people in the community of Good Shepherd, where they are not involve in the life of the church. The personal business and the personal reasons hold up their involvement
in the church activities and also there’s no good program which can motivate
them to get involved.
In response to the aforementioned problem, the author attempted to conduct a servey in order to collect the necessary informations. She did an observation and distributed a questions. She did an observation and distributed a questionnaire to 30 respondents consisting mainly of young people. Then the author discussed the results of the survey and brew conclusions. It turned out from the survey that the young people at the Gembala Yang Baik parish station whised to be actively involved in the life of christian community; yet so far there had been no activities that would motivate them to be so. They in fact wanted activities that would guide and assist them to live up their faith in daily life. It is hoped that those activities be well adapted to the mentality of the youth nowadays, and become an inspiration to put their faith into daily practices.
To follow up the research of the community of the Good Shepherd, I
prefer to propose a catechesis’s program for the youth as an effort to increase their
involvement in the life of the church. Through the programs offered, hopefully
their involvement and their awareness to participate the church’s life become
increase and they can arrive to think that it is very important as a realization of the faith in Jesus Christ.
(10)
x
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur dan terima
kasih atas penyertaanNya melalui cinta, kasih dan kesetiaanNya membimbing dan
menyertai penulis, sehingga penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Meskipun dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis
banyak mendapatkan tantangan dan hambatan, namun berkat kekuatan yang
diberikanNya, penulis dapat melaluinya dengan sikap yang sabar dan tenang.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma. Skripsi ini berjudul: UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG DALAM HIDUP MENGGEREJA MELALUI KATEKESE KAUM MUDA.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis merasakan
rahmat kasih dan kebaikan Allah melalui dukungan dan perhatian dari beberapa
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Romo Drs. FX. Heryatno W.W, S.J, M.Ed, selaku kaprodi dan dosen
pembimbing utama, yang dengan kesediaan, kerelaan, dan kesabarannya
membimbing penulis dan mengarahkan penulis dalam menyusun tugas akhir
(11)
xi
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik-Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan-Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik
penulis, yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing selama studi
di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y, M. Hum., selaku dosen penguji ketiga
yang telah merelakan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing dan
mengoreksi tulisan ini.
4. Segenap Romo, Bapak dan ibu dosen serta karyawan-karyawan IPPAK , yang
telah memberikan dukungan, perhatiaan, pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman dan penyediaan fasilitas pendukung demi memperlancar studi
penulis.
5. Kaum muda di Stasi Gembala Yang baik yang bersedia merelakan waktu dan
keterbukaan hati untuk mengisi kuesioner yang penulis berikan demi
memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Bapak Idris, selaku Pendamping kaum muda di Stasi Gembala Yang Baik
yang dengan kerelaannya memberikan informasi mengenai hal-hal yang
penulis perlukan dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Orang tua, adik, kakak dan saudara yang tidak pernah berhenti berdoa dan
memberi semangat dalam proses studi dan penyusunan tugas akhir di
(12)
xii
8. Teman-teman mahasiswa Prodi IPPAK angkatan 2008, yang selama ini
bersama-sama berjuang menjalani studi di Prodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma.
9. Serta segenap pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, di
mana mereka telah berperan dalam proses studi, khususnya dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan
dengan lancar dan baik tanpa adanya dukungan, doa, bimbingan dan motivasi
yang selama ini telah diberikan. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan
membantu para katekis dalam melaksanakan tugasnya sebagai pewarta untuk
(13)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii
HALAMAN PENGESAHAN. ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN. ... iv
MOTTO. ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii
ABSTRAK. ... viii
ABSTRACK. ... ix
KATA PENGANTAR. ... x
DAFTAR ISI. ... xiii
DAFTAR SINGKATAN. ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN. ... 1
A. Latar Belakang. ... 1
B. Rumusan Masalah. ... 9
C. Tujuan Penulisan. ... 10
D. Metode Penulisan. ... 10
E. Sistematika Penulisan. ... 11
BAB II. KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA. ... 13
A. Keterlibatan Kaum Muda. ... 15
1. Pengertian Kaum Muda. ... 15
2. Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda. ... 20
3. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda. ... 23
a. Faktor Penghambat Keterlibatan Kaum Muda... 24
(14)
xiv
B. Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 32
1. Pengertian Hidup Menggereja. ... 32
2. Perananan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 36
3. Bentuk-Bentuk Keterlibatan Hidup Menggereja. ... 37
a. Kegiatan Hidup Menggereja Internal. ... 37
b. Kegiatan Hidup Menggereja Eksternal. ... 41
BAB III. KETERLIBATAN KAUM MUDA DI STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI SANTO YUSUF BATANG. ... 44
A. Paroki Santo Yusuf Batang. ... 45
1. Sejarah Paroki Santo Yusuf Batang. ... 45
2. Gambaran Umum Stasi Gembala Yang Baik. ... 48
3. Gambaran Umum Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik. ... 50
B. Penelitian Mengenai Keterlibatan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 54
1. Desain Penelitian. ... 54
a. Latar Belakang Penelitian. ... 54
b. Tujuan Penelitian. ... 56
c. Instrument Pengumpulan Data. ... 56
d. Responden Penelitian. ... 58
e. Waktu Pelaksanaan dan Pelaksanaan Penelitian. ... 59
f. Variabel Penelitian. ... 59
2. Laporan Hasil Penelitian. ... 61
a. Identitas Responden. ... 62
b. Laporan Hasil Penelitian Kuesioner Tertutup. ... 63
c. Laporan Hasil Penelitian Kuesioner Terbuka. ... 74
3. Pembahasan Hasil Penelitian. ... 76
a. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner Tertutup. ... 76
b. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner Terbuka. ... 93
(15)
xv
BAB IV. KATEKESE KAUM MUDA UNTUK MENINGKATKAN
KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP
MENGGEREJA DI STASI GEMBALA YANG BAIK
PAROKI SANTO YUSUF BATANG. ... 100
A. Katekese Kaum Muda. ... 101
1. Pengertian Katekese Kaum Muda. ... 102
2. Tujuan Katekese. ... 103
3. Kekhasan Katekese Kaum Muda. ... 103
4. Figur Katekis Untuk Kaum Muda. ... 104
B. Usulan Program Katekese Kaum Muda Dalam Rangka Peningkatan Keterlibatan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja. ... 106
1. Latar Belakang Program. ... 107
2. Alasan Diadakannya Program Katekese Kaum Muda. ... 108
3. Tujuan Program. ... 109
C. Gambaran Program. ... 109
D. Uraian Tema dan Tujuan... 110
E. Matriks Penjabaran Program Katekese Kaum Muda. ... 112
F. Contoh Persiapan Katekese. ... 115
BAB V. PENUTUP. ... 122
A. Kesimpulan. ... 122
B. Saran. ... 124
1. Bagi Kaum Muda di Stasi Gembala Yang Baik. ... 124
2. Bagi Katekis di Stasi Gembala Yang Baik. ... 125
DAFTAR PUSTAKA. ... 126
LAMPIRAN. ... 130
Lampiran 1 : Surat Pernyataan Penelitian. ... (1)
(16)
xvi
Lampiran 3 : Lirik Lagu ... (6)
Lampiran 4 : Video Klip Lagu. ... (7)
(17)
xvii
DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru : dengan Pengantar dan Catatan Singkat.
(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1985/1986, hlm 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese),
Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
KGK :Katekismus Gereja Katolik, (P. Herman Embiru, SVD,
Penerjemah). Ende: Percetakan Arnoldus.
LG : Lumen Gentium (Terang Bangsa-bangsa), Konsitusi
Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.
C. Singkatan Lain
Art :Artikel Hal :Halaman
KAS :Keuskupan Agung Semarang Kej : Kejadian
Komkat : Komisi Kateketik
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia LCD :Liquid Crystal Display
(18)
xviii
MSC : Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu
OMK : Orang Muda Katolik PIA : Pendampingan Iman Anak PERNAS :Pertemuan Nasional
Pr : Projo Rm : Romo
RT : Rukun Tetangga RW : Rukun Warga SJ : Serikat Jesuit
SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas St : Santo
VCD : Video Compact Disc
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kaum muda terdiri dari pribadi-pribadi yang mulai berkembang. Mereka
memiliki ciri khas dan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Potensi yang
mereka miliki merupakan suatu cerminan dari perkembangan pribadi mereka
dalam pencarian identitas dan jati dirinya. Dalam proses pencarian jati dirinya
itu kaum muda cenderung menginginkan sesuatu yang cepat dan praktis dalam
memperoleh sesuatu yang mereka inginkan. Mereka lebih senang mengikuti
kegiatan yang menyenangkan, meriah dan kreatif, misalnya seperti; kegiatan
outbound, hiking, rekreasi bersama, main game, internet, dll. Kegiatan-kegitan
ini lebih menarik minat kaum muda untuk diikuti karena kegiatan tersebut
simple, menyenangkan dan tidak membosankan.
Media yang berkembang saat ini menyuguhkan berbagai hal yang menarik
dan sesuai dengan jiwa muda mereka yang kreatif dan inovatif. Budaya instan
dan budaya pop yang saat ini berkembang banyak mempengaruhi mereka.
Kebanyakan kaum muda lebih menyukai sesuatu yang berhubungan dengan
musik, film, lagu dan sesuatu yang berhubungan dengan hiburan atau
entertaiment. Mereka lebih tertarik untuk mendapatkan informasi melalui
internet. Dengan internet mereka dapat menemukan segala sesuatu yang mereka
butuhkan dengan mudah dan cepat. Media hampir mendominasi setiap aktifitas
(20)
film, komputer dan internet dipandang mampu memberi mereka solusi dari
setiap permasalahan dan keingintahuan mereka akan sesuatu hal. Kaum muda
lebih asyik memperluas pergaulannya dengan jejaring sosial seperti; facebook,
twiter, blackberry dan media jejaring sosial lainnnya. Mereka dengan mudah
mendapatkan teman dari manapun. Internet mempermudah mereka mendapatkan
segala sesuatu yang mereka butuhkan secara instan dan tidak memerlukan
banyak waktu.
Pada kenyataannya kaum muda adalah harapan bagi Gereja. Peran kaum
muda dalam Gereja mampu menumbuhkan semangat baru dan memberikan
pencerahan. Kaum muda memiliki daya pikat bagi umat yang lainnya. Mereka
dapat membuat suatu kegiatan yang dinamis, inspiratif dan kreatif. Ekaristi
Kaum Muda yang diadakan di gereja adalah salah satu contoh kegiatan yang
dilaksanakan dan dikoordinir oleh kaum muda. Perayaan Ekaristi dikemas secara
menarik dengan menggunakan tari-tarian, fragmen, dan pemutaran video atau
slide gambar maupun lagu. Ekaristi tersebut mampu menarik banyak umat untuk
hadir karena umat merasakan adanya sentuhan yang berbeda. Ekaristi menjadi
berwarna karena menampilkan sesuatu yang baru dan inspiratif.
Kaum muda perlu disadarkan agar mereka memiliki keinginan untuk
mengembangkan imannya dengan terlibat dalam hidup menggereja. Usaha
Gereja untuk menggerakkan dan mengarahkan kaum muda untuk mencintai
imannya dan mau terlibat dalam kegiatan di gereja adalah dengan membentuk
suatu kelompok atau organisasi bagi kaum muda yang disebut OMK atau Orang
(21)
terlibat dalam kegiatan di gereja. Gereja selalu mengusahakan agar
kegiatan-kegiatan OMK mengarah pada hal yang positif dan meningkatkan kepedulian
mereka terhadap Gereja. Gereja berperan untuk menghantar kaum muda dalam
menemukan identitas dan kekatolikan mereka yang mulai menghilang. Gereja
tidak cukup hanya memberi materi dan metode dalam mengarahkan kaum muda,
tetapi Gereja juga membutuhkan kerjasama dan keterbukaan kaum muda untuk
menerima karya Roh Kudus dalam Gereja-Nya. Roh Kudus merupakan
penggerak utama dalam setiap karya perutusan Gereja. Usaha untuk
mewujudkan pencarian identitas kaum muda itu sendiri tidak akan tercapai tanpa
adanya keterbukaan dari kaum muda.
Pendampingan iman bagi kaum muda juga perlu dilakukan agar kaum
muda terbuka kesadarannya untuk terlibat dalam kegiatan menggereja.
Pendampingan ini sebaiknya menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
kaum muda dan mengarahkannya kepada situasi yang menjamin kehidupan
kaum muda menjadi lebih baik di tengah perkembangan zaman saat ini.
Pendampingan diharapkan dapat membantu kaum muda untuk menjadi
orang-orang yang mampu berperan bagi kemajuan Gereja. Peran serta kaum muda itu
dapat diwujudkan dengan keterlibatan dalam hidup menggereja sebagai salah
satu aktualisasi diri dari perwujudan iman mereka. Kaum muda dapat
mengungkapkan imannya dalam kebersamaan serta keterlibatan dalam berbagai
(22)
Pertemuan Nasional Kaum Muda 2005 merumuskan tujuannya yaitu :
1. Merefleksikan panggilan Allah kepada orang muda Katolik untuk merasul dalam hidup bermasyarakat.
2. Merancang gerakan-gerakan orang muda Katolik bersama seluruh umat dalam lingkup nasional dan keuskupan masing-masing.
Tujuan tersebut bermaksud agar Gereja mampu mengajak umatnya khususnya
kaum muda untuk merefleksikan panggilaanNya. Gereja mengambil langkah
dengan mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mengajak kaum muda serta umat
yang lain untuk saling bekerjasama. Kegiatan tersebut mempunyai maksud
untuk menggerakkan kaum muda yang aktif terlibat di dalam masyarakat
maupun hidup menggereja. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan sosial,
kegiatan di dalam gereja dan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat. Dengan
demikian akan timbul suatu kesadaran dari kaum muda akan perannya yang
penting dalam hidup menggereja sebagai umat Allah. Kaum muda menjadi
penggerak pembaharuan dalam masyarakat maupun Gereja. Semangat dan pola
pikir mereka yang kreatif sungguh memberikan nuansa yang berbeda dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan, entah itu dalam kegiatan di masyarakat
maupun lingkungan Gereja. Untuk itu peranserta dan keterlibatan mereka sangat
penting bagi Gereja.
Tetapi pada kenyataannya dalam kehidupan menggereja, kaum muda
kurang banyak terlibat aktif. Bila mereka ikut kadang hanya sekedar formalitas
atau karena dipaksa oleh orang tua dan bukan dari inisiatifnya sendiri. Kaum
muda lebih disibukkan oleh kegiatan mereka seperti misalnya; kegitan sekolah
maupun kegiatan dalam organisasi lainnya yang diikuti. Sulitnya membagi
(23)
Kadang kegiatan gereja bertabrakan dengan kegiatan-kegiatan di luar yang
mereka ikuti sehingga mereka terpaksa memilih kegiatan yang dirasa lebih
menarik.
Keterlibatan dalam kehidupan menggereja itu tidak hanya semata-mata
kegiatan doa di lingkungan maupun sesuatu yang berhubungan dengan Gereja.
Kegiatan sosial seperti bantuan saat bencana alam, dan kegiatan-kegiatan sosial
di luar dari gereja yang dilakukan oleh banyak kaum muda Katolik juga dapat
disebut kegiatan menggereja. Mereka beranggapan bahwa ikut dalam kegiatan
sosial di luar gereja juga merupakan salah satu bagian dari perwujudan iman dan
bentuk keterlibatan dalam hidup menggereja. Tetapi tidak boleh dilupakan pula
bahwa penghayatan iman mereka akan Allah juga perlu dikembangkan. Kaum
muda sebenarnya ingin dekat pula dengan Yesus. Mereka mencoba
mendekatkan dirinya dengan Yesus dengan rajin pergi ke gereja sebagai bentuk
ungkapan imannya terhadap Yesus Kristus, akan tetapi nilai-nilai religius dari
iman mereka tidak mereka hayati sehingga mereka kurang dapat
mengembangkan imannya. Kaum muda diharapkan semakin menghayati
imannya dan perannya yang penting dalam perkembangan Gereja sehingga
penghayatan iman mereka dapat diwujudkan dalam kehidupan konkret dengan
ikut terlibat dalam kehidupan menggereja.
Melihat dari permasalahan yang dialami oleh kaum muda di Stasi
Gembala Yang Baik, penulis melihat ada beberapa permasalahan yang mereka
hadapi. Permasalahan itu seperti misalnya mereka sulit untuk terlibat karena
(24)
kegiatan-kegiatan di Gereja hanya saat hari-hari besar saja dan mereka juga tidak terlalu
aktif terlibat. Di stasi tersebut kaum mudanya didominasi oleh para pelajar dan
karyawan. Kaum muda yang telah menjadi mahasiswa hanya saat libur saja ada
di rumah, sehingga kegiatan-kegiatan di gereja kurang dapat diikuti. Para pelajar
juga disibukkan oleh kegiatan di sekolahnya dan kegiatan di sekolah itu kadang
bertabrakan dengan kegiatan menggereja. Mereka yang sudah menjadi
mahasiswa atau sudah bekerja berpindah tempat di luar kota. Mereka pulang
satu bulan sekali atau pada waktu liburan. Mereka yang telah bekerja dan masih
menetap di stasi tersebut juga kadang sulit untuk sepenuhnya dapat mengkuti
kegiatan dalam hidup menggereja, faktor waktu dan kesibukan menjadi
alasannya.
Tenaga pendamping untuk kaum muda juga menjadi permasalahan di
Stasi Gembala Yang Baik. Tenaga pendamping untuk kaum muda yang ada di
stasi kurang. Hanya ada satu pendamping yang mendampingi kaum muda di
stasi tersebut. Pendamping tersebut adalah seorang guru agama katolik dan
beliau adalah guru agama yang mengajar di beberapa sekolah Negeri di Batang.
Kesibukan pendamping juga mempengaruhi kurangnya keterlibatan kaum muda
dalam kehidupan mengereja. Pendamping kurang intensif mendampingi kaum
muda dalam kegiatan menggereja di stasi karena kesibukan dan keterbatasan
waktu. Kaum muda di stasi tersebut memerlukan seorang pendamping yang
dapat memotivasi mereka dan siap mendampingi secara intensif. Peran
pendamping sangat dibutuhkan bagi perkembangan iman kaum muda yang dapat
(25)
Dari keprihatinan dan permasalahan yang penulis rasakan, memotivasi
penulis untuk melakukan penelitian mengenai sejauh mana terwujudnya
keterlibatan hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf
Batang. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesadaran kaum muda di Stasi
Gembala Yang Baik Limpung akan pentingnya terlibat dalam kehidupan
menggereja adalah dengan katekese. Katekese yang tepat untuk diberikan
kepada kaum muda adalah katekese yang mempunyai sasaran utama yaitu kaum
muda, yang memiliki pola pikir, kreatifitas dan juga sikap kritis terhadap sesuatu
hal, yang dianggap tidak sesuai dengan mereka. Katekese ini juga harus bertolak
pada situasi dan permasalahan yang dihadapi oleh kaum muda, sehingga mereka
dapat tersentuh dan mampu untuk menghayatinya. Katekese ini juga diharapkan
mampu memberikan motivasi bagi kaum muda akan kesadaran dan penghayatan
imannnya yang perlu diwujudkan melalui keterlibatan dalam kehidupan
menggereja. Katekese yang dipakai harus menarik dan mengikuti
perkembangan zaman dan situasi saat ini. Katekese yang dipakai haruslah
menggunakan metode-metode yang lebih menarik, misalnya menggunakan film,
cerita yang dikemas lebih menarik dengan menggunakan alat-alat yang lebih
modern seperti LCD atau VCD. Agar prosesnya tidak terlalu kaku, kaum muda diajak untuk mensharingkan pengalamannya, sehingga kaum muda merasa
diakui dan diterima. Katekese dengan metode seperti ini membuat mereka
(26)
Seperti yang telah diungkapkan Yohanes Paulus II dalam Catechesi
Tradendae sebagai berikut:
Katekese menjadi penting sekali, karena sudah tibalah saatnya Injil dapat disajikan, dimengerti dan diterima sebagai sesuatu yang mampu memberi makna kepada kehidupam, dengan kata lain: mampu mengilhami sikap-sikap, yang tanpa Injil tidak dapat dijelaskan, misalnya pengorbanan diri, sikap lepas-bebas, sikap menahan diri, keadilan, komitmen, perdamaian, kepekaan terhadap Yang Mutlak dan tidak kelihatan. Itu semua termasuk ciri-ciri yang membedakan orang muda dengan teman-temannya sebagai murid Yesus Kristus (CT, art 39).
Katekese yang sesuai dengan kebutuhan kaum muda di stasi Gembala
Yang Baik adalah katekese kaum muda. Melalui katekese kaum muda ini,
mereka diajak untuk mendekatkan diri dan mengenal Allah. Melalui katekese,
mereka dapat menyadari sekaligus merefleksikan pengalaman hidupnya
sehingga mereka dapat menentukan aksi konkret atau tindakan konkret sesuai
dengan nilai-nilai kerajaan Allah. Melalui proses katekese semacam ini kaum
muda didorong untuk berani terbuka mengungkapkan permasalahan dan
pengalaman imannya sehari-hari. Peneguhan oleh katekis dalam menanggapi
permasalahan yang mereka hadapi diharapkan mampu membuat mereka merasa
diakui dan diteguhkan, seperti yang telah dijelaskan oleh Sri Paus Yohannes
Paulus II dalam Catecese Tradende, sebagai berikut:
Ciri-ciri Gereja muda masa kini yang begitu kompleks; dengan menunjukkan bahwa kaum muda menggunakan bahasa tertentu, dan bahwa amanat Yesus harus diterjemahkan ke dalam bahasa itu dengan sabar dan bijaksana dan tanpa mengkhianatinya; dengan memperlihatkan bahwa kendati apa yang nampak secara lahiriah bahwa orang-orang muda, meskipun sering secara kabur, bukan hanya siap sedia dan terbuka, melainkan dengan sungguh-sungguh berhasrat mengenal “ Yesus yang disebut Kristus” (CT, Art 40).
(27)
Menurut penulis, katekese bagi kaum muda ini adalah salah satu cara
untuk meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam kehidupan menggereja di
Paroki St. Yusuf Batang. Melalui katekese kaum muda diharapkan semakin
menyadari kehadiran Allah dan selalu mengusahakan dirinya untuk terlibat
dalam kehidupan menggereja demi perkembangan imannya. Katekese ini
menjadi suatu tempat pendampingan iman bagi kaum muda yang mengarahkan,
membimbing dan membantu mereka dalam menjawab kebutuhan dan
menghantar mereka untuk mewujudkan iman yang dewasa dan aktif dalam
kehidupan menggereja.
Melihat kenyataan dan keprihatinan di atas maka penulis tergerak untuk
menulis skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM MUDA STASI GEMBALA YANG BAIK, PAROKI ST. YUSUF BATANG MELALUI KATEKESE KAUM MUDA”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejauh mana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di stasi
Gembala Yang Baik?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kaum muda untuk
terlibat dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik?
3. Apa yang menjadi harapan-harapan kaum muda dalam meningkatkan
(28)
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum muda dalam hidup
menggereja di stasi Gembala Yang Baik.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kaum
muda untuk terlibat dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik.
3. Untuk mengetahui harapan-harapan kaum muda dalam meningkatkan
keterlibatan mereka dalam hidup menggereja di stasi Gembala Yang Baik.
D. METODE PENULISAN
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode observasi yang
partisipatif, yaitu menggambarkan keadaan yang dialami oleh kaum muda.
Penulis juga menguraikan dan menganalisa keadaan kaum muda terutama kaum
muda di Stasi Gembala Yang Baik, mengenai permasalahan dan kesulitan yang
dihadapi untuk terlibat dalam hidup menggereja. Untuk memperoleh data yang
diperlukan, penulis menggunakan kuesioner, adapun kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner disebarkan kepada
30 kaum muda yang masih aktif dan berada di stasi tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar penulis dapat memperoleh informasi lengkap dan sesuai
dengan yang diharapkan. Dari data yang diperoleh dapat diketahui permasalahan
yang dialami kaum muda dan harapan-harapan mereka dalam rangka
meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Kemudian
penulis memberikan usulan program yang akan di laksanakan untuk kaum muda
(29)
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Judul Skripsi yang dipilih penulis adalah “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang
Melalui Katekese Kaum Muda. Judul ini penulis bahas dalam lima bab, yang
diuraikan sebagai berikut:
Bab I menguraikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang katerlibatan kaum muda dalam hidup
menggereja yang dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama menguraikan
mengenai keterlibatan kaum muda dan bagian kedua membahas kaum muda
dalam hidup menggereja.
Bab III menguraikan tentang gambaran paroki yang meliputi: sejarah
paroki dan situasi kaum muda paroki. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai
metodologi penelitian. Metodologi penelitian ini mencakup latar belakang, tujuan,
instrumen pengumpulan data, responden, waktu pelaksanaan, variabel, laporan
pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan pembahasan penelitian.
Bab IV menguraikan tentang pengertian katekese kaum muda, tujuan
katekese kaum muda, kekhasan katekese kaum muda, figur katekis untuk katekese
kaum muda, usulan program katekese kaum muda, contoh program katekese
kaum muda, usulan program, matriks penjabaran program, dan contoh persiapan
(30)
Bab V merupakan bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari seluruh
pembahasan mengenai upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi
Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang melalui katekese kaum muda,
(31)
BAB II
KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA
Pada bab yang pertama penulis telah menguraikan alasan penulis memilih
tema skripsi dengan judul skripsi “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Kaum Muda Stasi Gembala Yang Baik, Paroki Santo Yusuf Batang Dalam Hidup Menggereja
Melalui Katekese Kaum Muda”. Pada bab I, tujuan, manfaat dan metode penulisan skripsi ini juga diungkapkan. Dalam bab yang kedua ini penulis akan
membahas lebih lengkap mengenai keterlibatan kaum muda dalam hidup
menggereja.
Pada kenyataan yang sering kita jumpai saat ini sebagian kaum muda
masih sulit untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja. Kaum muda lebih banyak
disibukkan oleh kegiatan mereka masing-masing dan terkesan mengabaikan
kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Kaum muda selalu menginginkan
sesuatu yang cepat, praktis dan kreatif yang sesuai dengan minat mereka. Mereka
merasa bahwa kegiatan dalam hidup menggereja sangatlah membosankan dan
monoton sehingga mereka tidak tertarik untuk mengikutinya. Kaum muda lebih
menyukai kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, meriah dan kreatif, seperti
misalnya; kegiatan outbound, hiking, rekreasi bersama, main game, internet, dll. Kegiatan-kegiatan seperti ini menarik minat kaum muda untuk diikuti karena
kegiatan tersebut dirasa menyenangkan, simple dan tidak membosankan. Untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja kaum muda harus mempunyai kesadaran
dalam dirinya. Kesadaran dalam diri kaum muda tersebut tidak tumbuh begitu
(32)
membutuhkan suatu pengarahan, bimbingan dan dukungan dari orang-orang
sekitar.
Sarjumunarsa (1989:497) berpendapat bahwa keterlibatan harus berangkat
dari keyakinan iman akan Kristus dan berakhir pada pengembangan iman
selanjutnya. Keterlibatan umat Kristiani adalah suatu bentuk perwujudan imannya
yang mendalam dan diwujudnyatakan melalui keterlibataannya dalam hidup
menggereja. Khusunya kaum muda, dimana dalam masa-masa perkembangannya
mereka mempunyai ide-ide, semangat dan kreatifitas yang mampu memberikan
nuansa baru bagi Gereja melalui kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti. Demi
terwujudnya hal ini, Gereja juga harus berupaya untuk melibatkan kaum muda
dan mengajak mereka untuk masuk dan terlibat aktif dalam kegitan-kegiatan
hidup menggereja di paroki maupun di lingkungan. Gereja harus mengambil
langkah agar kaum muda dengan kesadarannya mau terlibat aktif dalam hidup
menggereja. Kaum muda akan tergerak hatinya untuk aktif terlibat apabila Gereja
selalu memberdayakan kaum mudanya dengan dukungan dan kepercayaan pada
potensi-potensi yang dimiliki oleh kaum muda untuk memperkembangkan segala
kegiatan di gereja. Kepercayaan terhadap kaum muda tersebut membuat mereka
menjadi bebas mengekspresikan segala yang mereka ingin lakukan dan wujudkan.
Gereja hendaknya juga memberikan peluang-peluang bagi kaum muda untuk
dapat menyalurkan pendapat, kreatifitas dan kemampuannya sehingga mereka
merasa dipercayai dan diakui keberadaannya. Kaum muda akan semakin
menyadari perannya sebagai umat Katolik yang mengimani Yesus Kristus dengan
(33)
Bab yang kedua ini akan membahas beberapa bagian mengenai
keterlibatan kaum muda yang meliputi: pengertian kaum muda, pentingnya
keterlibatan kaum muda dan faktor yang mempengaruhi keterlibatan kaum muda.
Bab ini juga membahas mengenai kaum muda dalam hidup menggereja yang
diuraikan dalam beberapa bagian yaitu pengertian hidup menggereja, peranan
kaum muda dalam hidup menggereja dan keterlibatan kaum muda dalam hidup
menggereja.
A. Keterlibatan Kaum Muda 1. Pengertian Kaum Muda
Dalam topik ini penulis akan membahas mengenai pengertian kaum muda
yang dideskripsikan dalam beberapa bagian yaitu siapa saja yang disebut kaum
muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik yang dipaparkan oleh
beberapa tokoh.
a. Siapa Saja Yang Disebut Kaum Muda
Untuk mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda kita perlu melihat
kembali pengertian dari kaum muda itu sendiri. Deskripsi mengenai kaum muda
sangat beragam. Pendapat dari tokoh-tokoh dan dari Kamus Bahasa Indonesia
lebih jelas mendeskripsikan arti dari kaum muda tersebut. Melalui deskripsi
tersebut kita dapat mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda. Deskripsi
(34)
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,1982:397.594)
mengatakan bahwa kaum muda terdiri dari dua kata yaitu “ Kaum” dan “ Muda”. Kaum berarti golongan orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, sedangkan muda
berarti belum sampai setengah umur. Maka kaum muda adalah orang yang
sekerja, sepaham, namun belum sampai setengah umur.
Deskripsi mengenai kaum muda diuraikan oleh Tangdilintin (1984:5)
dalam buku Pembinaan Generasi Muda:Visi dan Latihan, yang mengutip tulisan
dr. J. Riberu dengan memakai istilah “muda-mudi”, sebagai berikut:
Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (±12-24). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Ditinjau dari segi sosiologis, sering kali patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu. Status sosial yang dimaksud adalah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah dan status sosial berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut tetapi masih dianggap muda-mudi.
Seperti yang dipaparkan oleh Tangdilintin (1984:5) bahwa kaum muda itu
digolongkan dari 2 segi yaitu: segi umur dan segi sosiologis. Pada segi umur
dikatakan bahwa yang disebut kaum muda adalah semua orang yang berumur
dibawah umur 24 tahun dan bisa dikatakan masih berstatus bersekolah atau
kuliah. Pada segi sosiologis kaum muda dilihat tidak hanya dari umur dan status
pendidikannya tetapi lebih melihat dari status sosialnya. Status sosial yang
dimaksud adalah dimana seseorang dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan
(35)
keluarga. Hal tersebut tidak terbatas oleh umur, bila seseorang sudah berkeluarga
dan bekerja, mereka tidak bisa digolongkan sebagai muda-mudi. Mereka sudah
memiliki tanggung jawab dan status sosial yang berbeda dan bisa dikatakan sudah
dewasa meskipun usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi. Tetapi
sebaliknya bila orang yang sudah dewasa dalam segi umurnya, namun belum
dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam masyarakat, mereka masih
dikatakan muda-mudi.
Shelton (1987: 64) mengatakan bahwa kaum muda adalah mereka yang
berusia antara 15-24 tahun dan sedang mengalami pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental, emosional, sosial, moral, serta religius. Mangunharjana
(1986:11-12) berpendapat bahwa istilah kaum muda dipergunakan untuk
menunjuk kaum, golongan atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda
adalah mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 24 tahun atau usia muda-mudi
yang masih berstatus sebagai siswa SMA dan berstatus sebagai mahasiswa.
Memberi batasan kepada kaum muda memang sulit karena perlu
memperhatikan berbagai segi di antaranya segi psikologis, sosiologis dan
biologis. Kaum muda harus dilihat sebagai pribadi yang sedang berada dalam
taraf tertentu yaitu dalam perkembangan hidup seorang manusia (Tangdilintin,
(36)
b. Siapa Saja Yang Disebut Kaum Muda Katolik
Pada bagian pertama telah dijabarkan deskripsi mengenai siapa saja yang
disebut kaum muda menurut kamus Bahasa Indonesia dan menurut pendapat para
pakar-pakar dalam bidangnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai siapa saja
yang disebut kaum muda Katolik. Seperti halnya pada bagian sebelumnya, pada
bagian ini juga akan dijabarkan lebih jelas siapa saja yang disebut kaum muda
Katolik. Deskripsi tersebut diambil dari pendapat dan pandangan dari beberapa
pakar, yang antara lain sebagai berikut:
Kaum muda Katolik yaitu warga Gereja Katolik usia tingkat SMA dan
perguruan tinggi yang belum menikah (Suhardiyanto, 2012:387).
Seperti yang dipaparkan pada kutipan di atas bahwa kaum muda itu terdiri
dari berbagai umur dan tingkat pendidikan yang berbeda dan belum menikah.
Mereka menjadi warga Gereja karena telah disahkan secara resmi melalui
sakramen-sakramen yang telah diterimanya. Gereja menyebut kaum muda Katolik
dengan OMK atau Orang Muda Katolik. OMK adalah organisasi dimana para
kaum muda melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Gereja yang
mendapatkan pembinaan dari Pastor, tokoh-tokoh orang muda maupun Dewan
Paroki. Umat lebih familiar memanggil kaum muda Katolik dengan sebutan OMK. Kaum muda Katolik atau OMK adalah mereka para kaum muda yang aktif
dalam kegiatan gereja.
Kaum muda Katolik atau yang sering disebut OMK harus sejak dini
(37)
diciptakan Allah sesuai dengan citraNya (Kej 1:27). Mereka memiliki panggilan
dasar untuk menjaga hidup dan berperilaku sebagai citra Allah, dan semakin
mendekati citra Allah itu. Untuk mendekati citra Allah itu kaum muda hendaknya
mampu mengenali diri dan menerima diri sebagaimana adanya. Kesadaran diri
itulah yang akan melandasi kaum muda untuk membangun harga diri dan percaya
kepada dirinya. Dengan dasar harga diri dan percaya diri yang dimiliki itulah
maka kepribadian yang menyangkut kejujuran, sikap adil, bertanggung jawab,
disiplin dan solider akan berkembang. Seperti pada kutipan berikut:
OMK itu adalah kaum muda Katolik yang mengenal diri dan percaya diri sebagai citra Allah, berwatak jujur, adil, bertanggungjawab, terbuka, disiplin, solider, beriman kokoh-kritis dengan spiritualitas martyria, mau dan mampu berperan aktif dalam hidup menggereja, serta mengemban misi sosial membangun keadaban publik (Tangdilintin, 2008:62).
Pada kutipan di atas kaum muda sungguh diharapkan dapat bertanggung
jawab akan perannya sebagai orang muda Katolik. Mereka mempunyai tanggung
jawab untuk mengembangkan Gereja, melalui keterlibatannya dalam hidup
menggereja. Kaum muda juga harus beriman secara kokoh dan menyadari bahwa
dirinya adalah citra Allah yang memiliki sikap-sikap baik dan sesuai dengan
kehendak Allah. Sikap-sikap baik misalnya terbuka terhadap lingkungan sekitar
dengan melihat akan tanggung jawab dan perannya terhadap Gereja maupun
(38)
2. Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda
Pada bagian pertama telah dijabarkan mengenai pengertian kaum muda
yang meliputi siapa saja yang disebut kaum muda dan siapa saja yang disebut
kaum muda Katolik. Pada bagian yang kedua ini akan dibahas mengenai
pentingnya keterlibatan kaum muda. Namun sebelumnya terlebih dahulu akan
dijabarkan mengenai deskripsi dari keterlibatan itu sendiri.
Dalam Katekismus Gereja Katolik Art. 10, dijelaskan bahwa arti
keterlibatan adalah sebuah pengabdian yang dilaksanakan secara sukarela oleh
pribadi-pribadi yang sesuai dengan tempat dan peranan seseorang serta harus
mengarah pada peningkatan kesejahteraan umum. Keterlibatan yang sukarela itu
berasal dari keinginan diri sendiri dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Kaum
muda menyadari perannya dalam hidup menggereja atau hidup dalam masyarakat.
Mereka akan dengan sepenuh hati mengikuti dan melaksanakan kewajiban yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan peranannya.
Sebagai seorang Kristiani, keterlibatan hendaknya selalu berangkat dari
keyakinan iman akan Kristus dan berakhir pada pengembangan iman selanjutnya.
Keterlibatan umat kristiani harus berdasar pada keyakinan imannya bukan
menjadi kepentingan pribadi maupun kelompok. Tindakan nyata atas keterlibatan
umat inilah mampu menghadirkan Allah menjadi nyata di dalamnya
(Sarjumunarsa, 1989:497).
Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja adalah suatu bentuk
perwujudan iman. Keyakinan akan Yesus Kristus mendorong kaum muda untuk
(39)
kehidupan sehari-hari. Perwujudan itu berupa keterlibatan aktif kaum muda dalam
hidup menggereja. Keterlibatan itu hendaknya berasal dari keinginan dan
kesadaran diri sendiri, bukan karena kepentingan pribadi maupun kelompok.
Kaum muda yang menyadari akan perannya sebagai umat Kristiani, mereka akan
senang dan merasa dapat menemukan bahwa Allah hadir dalam dirinya.
Peran kaum muda untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja maupun
masyarakat sangatlah penting. Keterlibatan itu adalah buah dari perwujudan
imannya akan Kristus, yang dihayati dan dikembangkan melalui sikap dan
tindakan konkret. Keterlibatan mampu menggerakkan kaum muda pada
penghayatan iman tidak hanya sekedar melakukan kewajiban sebagai umat
Katolik saja tetapi lebih pada penghayatan iman yang terwujud dalam hidup
konkretnya. Perwujudan iman yang konkret itu berupa keterlibatan kaum muda
dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan, wilayah, maupun kegiatan-kegiatan di
gereja.
Kaum muda diharapkan dapat melibatkan dirinya secara aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Hal ini dapat melatih kaum muda
untuk dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain di sekitar, mengarahkan
kaum muda dalam kegiatan-kegiatan positif yang dapat membentuk kepribadian
mereka yang baik dan yang terpenting adalah mereka dapat menghayati imannya
melalui keterlibatan mereka.
Seperti yang tercantum dalam Pernas kaum muda tahun 2005 bahwa
kegiatan-kegiatan yang diadakan Gereja maupun masyarakat yang melibatkan
(40)
a. Menciptakan kesadaran dan keprihatinan bersama di antara orang muda
Katolik (sebagai bagian tak terpisahkan dari Gereja dan masyarakat
Indonesia) akan rusaknya keadaban publik.
b. Menemukan makna spiritualitas panggilan dan membarui semangat orang
muda Katolik Indonesia untuk ikut bertanggung jawab dalam merintis
keadaban publik sebagai habitus baru bangsa sebagai perwujudan iman.
c. Merancang, mempersiapkan dan melaksanakan gerakan-gerakan orang muda
Katolik Indonesia sebagai pelopor gerakan-gerakan seluruh umat dalam
merintis keadaban publik sebagai habitus baru bangsa.
Dalam ketiga tujuan tersebut telah jelas bahwa peran kaum muda
sangatlah penting. Mereka diharapkan mampu menjadi penggerak dan pelopor
dalam setiap kegiatan dan gerakan-gerakan Gereja. Gereja sangat mengharapkan
keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dan masyarakat. Kaum muda
menjadi bagian penting dalam perkembangan Gereja. Semangat dan jiwa muda
mereka mampu memberikan nuansa yang berbeda dan pencerahan bagi
kegiatan-kegiatan yang sebelumnya ada. Kaum muda perlu diberi kesadaran bahwa sebagai
umat Katolik mereka mempunyai tanggung jawab untuk dapat terlibat dalam
hidup menggereja. Iman mereka perlu mereka wujudkan dalam kehidupan
mereka. iman bukan hanya semata percaya dan yakin saja, tetapi bagaimana iman
dan kepercayaannya itu dihayati dan akhirnya mampu diwujudkan secara konkret.
Untuk menyadari akan perannya di gereja, kaum muda membutuhkan pengarahan
dan bimbingan dari orang-orang di sekitarnya seperti misalnya; keluarga, teman,
(41)
tumbuh dan berkembang. Kepercayaan dan dukungan dari umat dan Gereja
sendiri, mampu memberikan motivasi bagi kaum muda untuk berkembang dan
aktif terlibat dalam hidup menggereja. Kaum muda menjadi bebas
mengekspresikan diri dalam kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti sesaui dengan
jiwa dan semangat muda mereka. Keterlibatan dalam hidup menggereja itu
sangatlah penting bagi semua umat Katolik. Keterlibatan tersebut dapat
dilaksanakan dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan anjuran Gereja bahwa:
Setiap orang beriman Kristiani dipanggil untuk bekerja sesuai dengan kondisinya masing-masing sesuai kehendak Allah (Kartosiswoyo,1993: 208-209).
Kutipan di atas bermaksud bahwa setiap umat Kristiani harus dapat
menghayati imannya akan Yesus Kristus dengan mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Perwujudan iman tersebut dilakukan oleh umat karena
kesadaraannya akan imannya yang harus dikonkretkan dalam hidupnya sesuai
dengan keadaannya.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda
Setiap umat Katolik terpanggil untuk dapat terlibat dalam hidup
menggereja. Keterbukaan untuk aktif terlibat datang dari dalam diri pribadi dan
dari penghayatan iman pribadi seseorang khususnya kaum muda. Bila kaum muda
mampu menyadari perannya sebagai umat Kristiani, mereka dapat menghayati
imannya tersebut dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja adalah salah satu bentuk wujud
(42)
menggereja ataupun tidak terlibat dalam hidup menggereja disebabkan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhinya (Sulendra, 1997:9). Pada bagian ini akan
dijelaskan mengenai faktor-faktor penghambat keterlibatan kaum muda dan
faktor-faktor pendukung keterlibatan kaum muda.
a. Faktor Penghambat Keterlibatan Kaum Muda
Dalam kenyataan yang sering kita jumpai, jarang sekali kita melihat kaum
muda aktif terlibat dalam hidup menggereja dan hanya beberapa saja yang terlibat.
Kegiatan-kegiatan di gereja hanya didominasi oleh orang-orang dewasa, dan
kaum muda kurang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kaum muda kurang
menyadari bahwa sebenarnya peran mereka sangat penting. Kaum muda memiliki
semangat, ide-ide kreatif dan potensi-potensi yang dapat dituangkan dalam
kegiatan-kegiatan di gereja dan ini mampu memberikan nuansa baru bagi Gereja.
Gereja berkembang apabila umatnya selalu berusaha dan menyadari akan
tanggung jawabnya untuk beperan aktif mengembangkan Gereja khususnya kaum
muda. Kaum muda tidak aktif terlibat dalam kehidupan menggereja kadang
disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat mereka sehingga mereka tidak
aktif terlibat. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Hambatan Dalam Diri
Hambatan dalam diri ini sering dimiliki oleh kaum muda, contohnya saja
mereka memiliki sikap rendah diri. Sikap rendah diri ini bisa dikarenakan oleh
(43)
karena kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang memadai. Dalam kondisi
seperti ini kaum muda sulit untuk ikut terlibat dan memperlihatkan
kemampuannya dalam berorganisasi bersama kaum muda yang lain, karena
menyadari dirinya tidak mampu. Kondisi seperti ini akan menimbulkan rasa
kurang percaya diri walaupun sebenarnya kaum muda tersebut memiliki
kemampuan tertentu. Kaum muda sulit untuk bersosialisasi dan cenderung
menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan di gereja maupun di dalam masyarakat.
Kaum muda juga mengalami sesuatu hambatan untuk terlibat karena
kurangnya mendapat motivasi dari orang lain. Dalam mengikuti kegiatan
terkadang kaum muda hanya melakukanya asal-asalan saja atau tidak serius,
hanya sekedar terlaksana saja. Mereka melaksanakan kegiatan tidak secara
sepenuh hati, sehingga kegiatan tidak dapat terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini dikarenakan mereka kurang termotivasi, mereka kurang
mendapatkan penjelasan dan pengarahan untuk menggugah kesadaran mereka
akan pentingnya keterlibatan mereka dalam setiap kegiatan hidup menggereja.
Apabila mereka menyadari hal tersebut, kemungkinan mereka dapat termotivasi
mengikuti dan melaksanakannya dengan baik dan sepenuh hati.
Kaum muda juga kurang berminat mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan di gereja. Mereka menganggap kegiatan di gereja tidak menarik dan
membuat mereka bosan. Kaum muda lebih menyukai kegiatan yang menarik dan
(44)
2) Hambatan Dalam Keluarga
Hambatan yang mungkin dialami kaum muda terkadang justru datang dari
keluarga sendiri. Permasalahan keuangan kadang menjadi salah satu faktor yang
mendominasinya. Banyak kegiatan-kegitan di gereja yang terpaksa ditunda atau
bahkan dibatalkan kaum muda hanya karena masalah keuangan yang dibutuhkan
tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut sering dialami oleh kaum muda di
gereja-gereja di pelosok atau pinggiran yang tingkat ekonomi umatnya rata-rata
menengah ke bawah. Kegiatan yang seharusnya diikuti kaum muda di gereja
terpaksa tidak dapat diikuti, karena tidak dapat membayar iuran.
Faktor ekonomi keluarga kadang menjadi faktor penghambat kaum muda
dalam keterlibatannya dalam hidup menggereja yang dalam kegiatan tersebut
memerlukan dana utuk mengikutinya. Kaum muda menjadi tidak terlibat dan
terkesan rendah diri, karena faktor ekonominya. Kegiatan menggereja kadang juga
memerlukan dana atau iuran dari peserta atau anggota. Bagi kaum muda yang
memiliki tingkat ekonomi rendah mereka merasa kegiatan tersebut berat untuk
diikuti, sehingga mereka berfikir lebih baik tidak mengikuti.
Selain faktor ekonomi keluarga, hambatan yang lain yang datangnya dari
keluarga adalah suasana atau keadaan dari keluarga itu sendiri. Kurangnya
komunikasi yang baik antar anggota keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan kaum muda dalam keluarga tersebut. Komunikasi yang baik dalam
keluarga sangatlah berpengaruh bagi perkembangan mental kaum muda. Orang
tua akan selalu mengarahkan dan memonitor anaknya, sehingga mereka dapat
(45)
dalam keluarga tersebut tidak ada hubungan harmonis dan komunikasi pun tidak
lancar, maka keluarga tersebut akan bersikap acuh tidak acuh terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya khususnya orang tua terhadap
anaknya. Orang tua kurang dapat memantau anaknya dan mengarahkan anaknya
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan mereka. Akhirnya kaum
muda yang ada dalam keluarga tersebut akan mengikuti kegiatan yang disukainya
yang mungkin akan menjurus pada kegiatan yang negatif karena kurangnya
perhatian dan pengarahan dari orang tua.
Peran orang tua sangatlah penting. Orang tua menjadi pendidik yang
pertama dan utama dalam menerapkan norma-norma yang berlaku dan
mengarahkan anak pada sesuatu yang baik, khususnya membimbing anaknya
untuk dapat dekat pada imannya. Apabila dalam keluarga tidak terjadi hubungan
yang baik, maka dalam keluarga tersebut tidak terjadi suatu kebersamaan yang
baik akan iman mereka. Orang tua kurang dapat mengarahkan anaknya untuk
menghayati imannya karena kesadaran iman merekapun kurang dikembangkan.
Hal ini sangat menghambat kaum muda untuk terlibat. Mereka merasa kurang
diarahkan dan dibimbing oleh orang tua untuk menghayati imannya, sehingga
kaum muda lebih memilih untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sesuai dengan
keinginan mereka.
3) Hambatan Dalam Sekolah
Lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan kaum
muda. Lingkungan sekolah dapat mendukung kegiatan-kegiatan kaum muda tetapi
(46)
sekolah yang padat menghambat kaum muda untuk dapat membagi waktunya
untuk terlibat dalam kegiatan menggereja. Kaum muda yang masih bersekolah
kadang disibukkan dengan kegiatan di sekolah, entah itu kegiatan tambahan
maupun les di luar sekolah, sehingga mereka kurang dapat terlibat dalam hidup
menggereja. Tuntutan-tuntutan akademik oleh sekolah mengharuskan mereka
untuk mengikuti pelajaran tambahan seperti les dan kegiatan-kegiatan di luar
sekolah yang mendukung lainnya. Hal tersebut membuat kaum muda sibuk dan
sulit untuk meluangkan waktunya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat maupun kegiatan hidup menggereja. Mereka merasa kegiatan yang
diadakan di sekolah lebih penting daripada mengikuti kegiatan di gereja.
4) Hambatan Dalam Masyarakat
Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kaum muda.
Lingkungan yang kurang berpendidikan biasanya cenderung membuat kaum
muda mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan yang negatif. Hal ini
disebabkan karena di lingkungan tersebut tingkat pendidikan masyarakatnya
masih rendah. Kaum muda kadang masih terpengaruh oleh kebiasaan dan
pergaulannya dalam masyarakat. Kaum muda kadang lebih suka untuk bepergian,
nongkrong dan akhirnya mereka meninggalkan kegiatan-kegiatan di gereja yang
seharusnya diutamakan.
5) Hambatan Dalam Gereja
Hambatan yang lain yang mungkin berpengaruh terhadap keaktifan kaum
muda dalam hidup menggerja adalah hambatan yang muncul dari pihak Gereja itu
(47)
letak gereja yang jauh dari tempat tinggalnya dan tidak adanya sarana transportasi.
Kondisi ini dapat membuat kaum muda malas untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan mengereja.
Hambatan yang muncul dari gereja sendiri lainnya adalah bahwa gereja
dalam mengadakan kegiatan-kegiatan untuk kaum muda kurang menarik dan
kurang dapat memotivasi kaum muda untuk terlibat. Kaum muda menginginkan
adanya suatu kegiatan yang dinamis, kreatif, dan inovatif. Bila kegiatan di gereja
hanya itu-itu saja dan monoton, kaum muda menjadi malas untuk berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut.
Kurangnya perhatian dari pendamping kaum muda juga menjadi hambatan
kaum muda terlibat dalam hidup menggereja. Pembimbing adalah motivator bagi
kaum muda dalam melaksanakan kegiatan menggereja dan kaum muda sangat
memerlukan pendampingan dan dukungan penuh dari pendamping. Namun
kadang pembimbing disibukkan oleh kegiatannya sendiri. Pembimbing yang
memiliki pekerjaan pokok tentu tidak selalu mempunyai waktu untuk memberikan
perhatian penuh terhadap kaum muda. Kaum muda masih kurang mendapatkan
perhatian walaupun sudah memiliki pendamping, apalagi kaum muda yang tidak
memiliki pendamping.
Relasi antara umat yang didominasi oleh orang dewasa dan orang tua
dengan kaum muda juga sangat menentukan keterlibatan kaum muda dalam hidup
menggereja. Program-program yang akan dijalankan oleh kaum muda akan
(48)
dengan kaum muda. mereka akan saling mendukung dan kegiatan yang diadakan
atau dikoordinir oleh kaum muda akan berjalan dengan lancar.
Hambatan-hambatan inilah yang sering membuat kaum muda enggan dan
bahkan tidak terlibat dalam hidup menggereja. Mereka menjadi takut dan merasa
bahwa mereka belum dapat melakukan sesuatu yang baik bagi Gereja. Kaum
muda perlu bimbingan dan pengarahan dalam melaksanakan kegiatan-kegitan
menggereja tersebut. Mereka memerlukan dukungan dari Gereja dan umat yang
lainnya. Dengan dukungan tersebut, kaum muda akan merasa diakui dan
dipercaya dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan menggereja.
b. Faktor Pendukung Keterlibatan Kaum Muda
Kaum muda dapat terlibat aktif dalam hidup menggereja itu dikarenakan
adanya faktor-faktor pendukung yang dapat memotivasinya. Menurut Darmanto
(1997:9), kaum muda tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya arahan dan
bimbingan, khususnya dukungan dari beberapa pihak. Faktor-faktor pendukung
itu antara lain:
1) Dukungan Dari Keluarga
Adanya komunikasi yang baik antara keluarga akan sangat berpengaruh
pada perkembangan kaum muda dalam keluarga tersebut. Keluarga merupakan
tempat terbentuknya jati diri seorang anak. Pendidik pertama adalah orang tua
sehingga dari keluarga, mereka akan mendapatkan bimbingan yang baik dan tepat.
(49)
kaum muda akan selalu dimonitor dan selalu mendapat pengarahan dan dukungan
penuh dari keluarga. Kaum muda merasa diakui dan dipercayai melakukan segala
kegiatan terutama kegiatan dalam hidup menggereja. Dengan pengarahan dan
bimbingan diharapkan kaum muda dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif
bagi dirinya. Pendampingan keluarga khususnya dalam iman juga menjadi
pendukung bagi keaktifan kaum muda terlibat dalam hidup menggereja. Kadang
kaum muda belum begitu mengerti dan memahami bagaimana menghayati
imannya. Orang tua menjadi pembimbing dan pendamping bagi kaum muda untuk
memahami dan membantu mereka untuk menghayati imannya. Dengan
pendampingan tersebut kaum muda menjadi mengerti dan mulai menghayati
imannya yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari dengan ikut terlibat dalam
hidup menggereja.
2) Dukungan Dari Masyarakat
Semua manusia adalah anggota masyarakat yang dikelompokkan dalam
golongan umur, status sosial, dan perannya di dalam masyarakat. Kaum muda
adalah bagian dari masyarakat tersebut, mereka menjadi generasi penerus bagi
berkembangnya norma dan kebiasaan dalam masyarakat. Aturan dan norma itu
menjadi panutan bagi kaum muda dalam hidup di masyarakat. Perkembangan
kepribadian dan pengetahuan kaum muda banyak dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kaum
muda dihadapkan pada pergaulan sehari-hari tata susila, nilai-nilai moral yang
langsung berhubungan dengan dirinya. Secara tidak langsung mereka menerima
(50)
semacam ini dapat menumbuhkan keinginan untuk bersosialisasi terhadap
lingkungan yang ditemuinya.
3) Pendamping Kaum Muda
Kaum muda memerlukan pendampingan agar mereka dapat menghayati
imannya secara mendalam. Dalam proses menghayati imannya tersebut, kaum
muda memerlukan pendampingan dan pengarahan yang baik agar mereka dapat
menghayati imannya dan pada akhirnya timbul kesadaran dalam diri mereka
untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peran pendamping bagi kaum muda adalah penting. Pendamping akan
membimbing, mengarahkan dan membantu kaum muda untuk memahami dan
menghayati imannya. Pendamping yang baik, mampu menjawab kebutuhan kaum
muda dan berusaha menggerakkan mereka untuk dapat terlibat aktif dalam setiap
kegiatan di gereja yang melibatkan kaum muda. Pendamping menjadi sahabat
kaum muda yang selalu terbuka dalam setiap permasalahan dan keinginan dari
kaum muda sehingga kaum muda merasa disapa, diperhatikan dan diakui
keberadaannya.
B. Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja 1. Pengertian Hidup Menggereja
Hidup menggereja itu merupakan suatu bentuk penghayatan iman umat
Allah. Di dalam kehidupan menggereja umat dapat mewujudkan
(51)
iman mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hidup menggereja itu selalu
tumbuh bersama dengan Gereja itu sendiri. Hidup menggereja terwujud apabila
terjadi dialog dan hubungan yang baik antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan sehari-hari ini tidak terbatas pada agama, sosial, budaya tertentu saja.
Konteks kehidupan sehari-hari tersebut selalu mengarah pada apa yang
dikehendaki oleh Allah. Hidup menggereja lebih pada mengaktualisasikan
penghayatan iman terhadap Allah melalui tindakan-tindakan, sikap-sikap yang
diwujudkan dalam hidup sehari-hari (Banawiratma,1992:9).
Hidup menggereja dalam lingkup intern yaitu pola kegiatan di dalam
lingkup Gereja Katolik, yang terbagi dalam dua bentuk kegiatan. Pertama,
kegiatan dalam lingkup teritorial misalnya: mudika, koor, Putra Altar dan terlibat
dalam pendampingan ibu-ibu paroki. Kedua, terlibat dalam lingkup kategorial
misalnya: Legio Maria, Choice, WKRI (Suhardiyanto 2005:1).
Hidup menggereja dibedakan menjadi dua segi yaitu segi batin yang
diterima melalui pembaptisan dan segi lahir yang diwujudkan dalam hidup
bersama (Suhardiyanto, 2005:3). Seseorang yang telah menerima sakramen baptis
dan krisma akan secara otomatis pula telah memutuskan untuk memilih dan
mengikuti Kristus dengan segala konsekuensinya. Dengan meneriman baptis,
umat beriman dimasukkan ke dalam Gereja dan menjadi orang Katolik. Penting
untuk disadari bahwa orang-orang Katolik adalah orang-orang yang dimasukkan
sepenuhnya ke dalam lembaga Gereja, dan masuk pula ke dalam Komunio.
Setelah menyadari bahwa telah menjadi anggota Gereja, maka akan adanya
(52)
dan pengakuan iman itu akan diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari
(Suhardiyanto, 2005:4).
Aspek yang ingin ditekankan dari hidup menggereja ialah ambil bagian di dalam tugas-tugas Kristus yaitu sebagai Imam, Nabi dan Raja. Imam bertugas menguduskan, nabi bertugas mengajar dan raja bertugas memimpin. Tugas pastoral Gereja dalam pengertian dahulu ialah ambil bagian dalam tugas imamat Kristus dan diwujudkan dalam leitorgia, sedangkan docendi atau tugas kenabian Kristus diwujudkan dalam kerygma yang bahkan di dalamnya ada unsur martyria yang bisa dikatakan ambil bagian sebagai imam dan nabi, sedangkan koinonia dan diakonia
adalah ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai Raja (Suhardiyanto, 2005:5).
Pada kutipan di atas hidup menggereja merupakan suatu kesaksian hidup
Gereja tentang Allah yang diwujudkan oleh umat dalam kehidupan konkret
sehari-hari. Hidup menggereja itu dapat digolongkan dalam empat dasariah Gereja
yaitu sebagai berikut:
1) Koinonia yang berarti persekutuan persaudaraan. Koinonia ini merupakan
cara hidup bersama yang terbuka dan nyata dalam menumbuhkan kepekaan
terhadap kesusahan dan penderitaan sesamanya. Dalam hidup menggereja itu
persekutuan melalui kepedulian bersama tidak ditentukan dari iman dan
agama tertentu melainkan oleh pengalaman hidup bersama. Iman umat
berkembang melalui kepedulinnya terhadap sesamanya. Pendalaman akan
iman dan Injil diolah dan dikembangkan dalam persekutuan dan persaudaraan
yang dibangun berdasar Injil dan iman akan Yesus Kristus.
2) Kerygma berarti pewartaan Injil. Pewartaan dilaksanakan dan dijalankan oleh
setiap umat beriman, agar dapat mengalami perjumpaan dengan Allah
mengenai kabar gembira bahwa dalam Yesus Kristus akan ada keselamatan
(53)
perjumpaan dengan Allah. Pewartaan akan Allah dan Kerajaan Allah
menuntut suatu tanggapan kokret dari umat untuk mewujudkannya dalam
kehidupan konkret. Penghayatan iman harus dikembangkan melalui
persekutuan dan persaudaraan yang berdasar pada Injil.
3) Leitourgia atau Perayaan Iman. Dalam perayaaan Ekaristi umat dapat
merasakan penghayatan imannya secara lebih mendalam. Imam membimbing
umat agar kenangan akan Kristus tidak sekedar menjadi upacara wajib,
melainkan mendorong dan menjiwai keterlibatan umat.
4) Diakonia atau pelayanan. Fungsi pelayanan tidak bisa dilepaskan dari ketiga
fungsi lainnya. Fungsi koinonia, kerygma, leitourgia tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama menjiwai dan mendorong umat beriman untuk
melaksanakan pelayanan (diakonia). Diakonia merupakan gerak dasar seluruh kegiatan Gereja. Segala kegiatan Gereja berpusat pada pelayanan kepada
sesama. Pelayanan Gereja menaruh perhatian utama pada mereka yang
miskin, sakit dan tertindas. Orang-orang seperti inilah yang terutama
diperhatikan oleh Yesus, dan disentuh secara mendalam oleh sabda dan
karyaNya (Ardhisubagyo,1987:24).
Terlibat dalam hidup menggereja merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh kaum muda. Philip Tangdilintin (2008:65) dalam buku
Pembinaan Generasi Muda mengatakan bahwa:
Iman pribadi itu dihidupi dan dikembangkan dalam kebersamaan komunitas serta diwujudkan dalam relasi-relasi kemasyarakatan. Penghayatan dimensi personal-vertikal dari iman harus sampai pada
Tuhan, semakin dekat pula kita pada sesama, baik dalam “komunitas gerejawi” maupun dalam “ komunitas insani”.
(54)
2. Perananan Kaum Muda Dalam Hidup Menggereja.
Kaum muda adalah generasi yang dapat menumbuh kembangkan serta
mewujudnyatakan Kerajaan Allah di dalam dunia saat ini. Kaum muda memiliki
semangat dan potensi yang dapat membantu pada proses perubahaan dan
perkembangan Gereja ke arah yang lebih baik di tengah-tengah perkembangan
dunia modern saat ini. Setiap pribadi orang muda memiliki kualitas dan ciri
tertentu tetapi mereka tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan agar potensi
yang mereka miliki dapat bermanfaat bagi Gereja. Bimbingan tersebut diharapkan
dapat membantu kaum muda menemukan penghayatan iman dan pada akhirnya
dengan kesadaran, mereka dapat mewujudkannya dalam kehidupan konkret
sehari-hari (Tangdilintin, 1984:6).
Kaum muda akan mengalami perkembangan dalam imannya apabila
melalui imannya, mereka dapat menyadari akan peranannya yang penting dalam
perkembangan Gereja. Perkembangan iman kaum muda akan terwujud jika segala
segi hidup mereka yakni perkembangan kognitif, moral, iman, emosi,
interpersonal dan panggilan hidup diarahkan menuju panggilan Yesus., sehingga
membuat mereka peka akan panggilan Yesus: “Mari. Ikutilah Aku” (Mark 1:17). Sebagai manusia yang terpanggil untuk mengikuti Kristus dan percaya
kepada Gereja, kaum muda memiliki kewajiban untuk terlibat dalam hidup
menggereja. Gereja mengharapkan semua umat beriman dengan penuh kesadaran
mau terlibat dalam setiap kegiatan Gereja sebagai bentuk perwujudan iman
(55)
Peran serta kaum muda sangat diperlukan oleh Gereja. Para kaum muda
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Gereja di masa yang akan
datang. Sebagai bagian dari Gereja, para kaum muda tidak bisa menutup mata
terhadap keprihatinan Gereja yang terjadi di dunia. Dengan demikian, bentuk
keterbukaan Gereja terhadap dunia luar dapat diwujudkan lewat keterlibatan atau
pelayanan kaum muda dalam usaha secara terus menerus mengembangkan Gereja
dengan segala potensi yang dimiliki (Shelton, 1987:19).
3. Bentuk - Bentuk Keterlibatan Hidup Menggereja
Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dibedakan menjadi dua
yaitu kegiatan hidup menggereja dalam lingkup internal dan
kegiatan-kegiatan hidup menggereja dalam lingkup eksternal.
a. Kegiatan Hidup Menggereja Dalam Lingkup Internal
Kegiatan hidup menggereja dalam lingkup internal dapat digolongkan
dalam beberapa kegiatan-kegiatan berikut:
1) Retret Kaum Muda
Kata retret berasal dari kata Perancis yaitu la retraite yang berarti pengunduran diri, menyendiri, menyepi, menjauhkan diri dari kesibukan
sehari-hari, meninggalkan dunia ramai (Mangunhardjana, 1984:7). Retret berarti mundur
ke keheningan untuk mengetahui kehendak Tuhan agar selanjutnya melangkahkan
hidup sesuai dengan kehendak-Nya (Sumantri, 2002:13). Tujuan dari kegiatan
(56)
kehidupan itu bisa dipahami maknanya. Yang terpenting ialah memahami makna
hidup yang umumnya sulit ditemukan dalam kesibukan hidup sehari-hari
(Sumantri, 2002:12).
2) Rekoleksi
Rekoleksi merupakan kegiatan pembinaan iman yang tidak jauh berbeda
dengan retret. Dalam rekoleksi bahan yang diolah adalah dari pengalaman hidup
yang telah dilalui atau pengalaman yang didapatnya pada saat mengikuti retret
maupun pengalaman hidup yang dirasa mengena dan dapat mempengaruhi
hidupnya sampai saat ini. Pengalaman hidup ini kemudian diolah pada saat proses
rekoleksi dan kemudian mereka dapat menemukan hikmah maupun kedewasaan
iman dalam menanggapi permasalahan hidup mereka (Mangunhardjana, 1984:18).
Tujuan dari kegiatan rekoleksi kaum muda ini ialah membantu kaum muda
untuk mengenal situasi diri dan hidupnya dalam perkara tertentu, sebagai hasil
karya Allah dan tanggapan mereka kepadaNya (Mangunhardjana, 1984:20).
Hal-hal yang dilakukan dalam rekoleksi yakni meninjau karya Allah dalam diri
mereka, cara kerja serta bimbinganNya, serta tanggapan kaum muda terhadap
karya Allah itu (Mangunhardjana, 1984:18). Rekoleksi dapat dilakukan dalam
waktu beberapa jam saja misalnya dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang. Rekoleksi
dapat dikatakan sebagai kesempatan atau saat-saat penyegaran rohani. Rekoleksi
mampu memperkaya hidup dan hidup seluruh umat kepada Allah dan seluruh
karyaNya (Mangunhardjana, 1984:20). Melalui kegiatan rekoleksi diperoleh
semangat dan motivasi baru untuk melanjutkan kegiatan atau rutinitas sehari-hari
(57)
3) Ekaristi Kaum Muda
Ekaristi kaum muda selalu berbeda dengan Ekaristi pada umumnya, hal ini
dapat dilihat dari momen yang dirayakan, pemilihan lagu, pemilihan tema, sampai
pada kotbah yang berbeda dari biasanya. Ekaristi kaum muda ini didominasi oleh
kaum muda. Segala persiapan dan hal-hal teknis yang berhubungan dengan
ekaristi, sepenuhnya dikerjakan oleh kaum muda. Ekaristi kaum muda diadakan
untuk memberi wadah bagi kreativitas kaum muda dalam membina kebersamaan
dalam Gereja, dimana dapat dibina pula unsur seni dalam liturgi misalnya
menampilkan tari-tarian, teater, fragmen, puisi dan slide film.
Daya kreativitas dan cara mereka sendiri akan membantu mereka dalam
menghayati Ekaristi dengan gaya kemudaanya (Tangdilintin, 1984:89). Secara
lebih khusus Ekaristi kaum muda sebenarnya melatih kerjasama atau organisasi
dengan karakter yang berbeda-beda (Tim Redaksi Pusat Musik Liturgi, 2008:
101). Ekaristi kaum muda ini ingin mengajak kaum muda untuk dapat
berorganisasi dan menuangkan ide-ide mereka kedalam Perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi kaum muda lebih menarik karena dikemas dengan begitu kreatif
dan memunculkan suatu nuansa baru dalam perayaan Ekaristi. Umat yang
mengikutinya pun akan merasa tertarik karena Perayaan Ekaristi dirasa berbeda
daripada perayaan ekaristi yang lain. Perayaan Ekaristi kaum muda lebih menarik
dan isi dari setiap proses perayaan Ekaristi tersebut dijiwai oleh semangat dan
kreatifitas kaum muda pada umumnya. Kreativitas tersebut berupa lagu-lagunya
(58)
yang sesuai dengan tema juga dapat digunakan, pengggunaan lcd dan pertunjukan fragmen maupun tari-tarian. Dari hal-hal ini kaum muda diajak untuk
mengembankan kemampuan dan bakatnya serta menjadi kebanggaan tersendiri
bagi umat dan Gereja.
4) Pendalaman Iman Atau Katekese Kaum Muda
Di dalam katekese terdapat beberapa unsur yakni pewartaan, pengajaran,
pendidikan, pendalaman, pembinaan dan pendewasaan (Telaumbanua,1996:5).
Kegiatan katekese ini sangat bermanfaat bagi kaum muda. Mereka jadi lebih
mengerti dan memahami imannya yang diharapkan dapat mereka wujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan katekese ini juga harus sesuai dengan
kebutuhan kaum muda yang tidak terlalu kaku dan monoton, sehingga kaum muda
tertarik mengikutinya. Tujuan dari katekese ialah memaknai pengalaman hidup
sehari-hari dalam terang sabda Allah. Katekese dapat diikuti oleh semua lapisan
masyarakat, baik anak-anak, kaum muda (remaja, orang dewasa) dan orang tua
(CT, art. 35-45)
Pendamping katekese berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan, dan
mempermudah untuk menciptakan suasana yang komunikatif sehingga terjadi
dialog antara peserta, sehingga umat terbantu untuk menemukan Yesus dalam
hidup sehari-hari.
5) Ziarah
Ziarah merupakan kegiatan kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap
bersejarah dan suci, misalnya ziarah ke Gua Maria, gereja-gereja tua,
(59)
biasanya seperti doa bersama, doa Rosario, dan renungan. Agar kaum muda
diberdayakan maka sebisa mungkin dalam menyiapkan persiapan selalu
melibatkan mereka, misalnya dalam memimpin doa, menjadi pembaca Kitab Suci
(Tangdilintin, 1984:89). Melalui kegiatan ziarah ini kaum muda diajak untuk
saling memupuk rasa persaudaraan, kekompakan dan persatuan di antara satu
sama lain.
b. Kegiatan Hidup Menggereja Dalam Lingkup Eksternal
Beberapa bentuk kegiatan hidup menggereja dalam lingkup eksternal
dapat dikelompokkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan Kemasyarakatan
Banyak sekali kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dapat diikuti oleh
kaum muda. Kegiatan di dalam masyarakat tersebut adalah suatu bentuk
konsekuensi yang harus diikuti oleh kaum muda sebagai bagian dari masyarakat
dimana mereka tinggal. Kegitan tersebut menjadi suatu bentuk kepedulian kaum
muda akan lingkungan masyarakat dan menjalin hubungan yang baik antar warga
dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam masyarakat tersebut misalnya
keterlibatan kaum muda dalam keamanan desa dengan mengikuti ronda, ambil
bagian dalam kepengurusan RT/RW, keterlibatan dalam kegiatan tujuh belasan
dan bakti sosial. Tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah supaya kaum muda
menyadari hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat, sehingga
mereka terlibat aktif dalam membangun masyarakat di lingkungan tempat
(1)
[2]
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Untuk Kaum Muda IdentitasResponden
Usia :
Jenis kelamin :
Keadaan sekarang : SMP/SMA/Mahasiswa/Karyawan (coret yang tidak perlu)
Petunjuk pengisian angket:
1. Bacalah dengan seksama pernyataan-pernyataan yang tersedia sebelum anda menjawab.
2. Ada lima alternative jawaban yang tersedia untuk menjawab pernyataan yang terdapat dalam tabel, antara lain:
SS : Selalu P : Pernah
S : Sering TP : TidakPernah
K : Kadang-kadang
Silahkan memilih alternative jawaban yang sesuai dengan keadaan atau situasi yang anda rasakan atau alami dengan memberi tanda rumput (√ ) pada kolom yang anda pilih, misalnya:
NO PERNYATAAN SS S K P TP
1. Saya selalu mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu.
√
No PERNYATAAN SS S K P TP
1 Saya ambil bagian dalam panitia penyelenggaraan Misa yang bertemakan Kaum Muda.
2 Saya hadir dan selalu mengajak teman-teman untuk aktif mengikuti pendalaman iman yang diadakan di lingkungan.
(2)
[3]
NO PERNYATAAN SS S K P TP 3 Saya antusias mengikuti koor di gereja untuk
menyalurkan kemampuan saya dalam bernyanyi dan bermain musik.
4 Saya senang mengikuti organisasi-organisasi yang dapat melatih kepribadian dan menumbuhkan semangat muda dalam diri saya.
5 Saya ikut serta menjadi relawan dan panitia penggalangan bantuan kepada korban bencana alam.
6 Saya ikut dalam kerja bakti di lingkungan sebagai bentuk kepedulian saya menjadi anggota masyarakat yang baik.
7 Saya menyukai kegiatan Gereja yang menarik dan tidak monoton yang dapat membawa saya lebih memahami iman saya dengan baik.
8 Saya ingin terlibat dalam hidup menggereja sebagai bentuk penghayatan iman saya.
9 Orang tua memberi dukungan dan
pendampingan dalam setiap kegiatan di gereja yang diikuti oleh kaum muda.
10 Kegiatan yang dikoordinir kaum muda dapat berjalan lancar, karena Gereja memberi dukungan dan mempercayakan sepenuhnya pada kaum muda.
11 Kaum muda memiliki kesadaran untuk
mengembangkan imannya melalui keterlibatan dalam hidup menggereja.
12 Semangat dan ide-ide kreatif dari kaum muda dapat memberikan nuansa baru bagi Gereja.
13 Gereja menyediakan fasilitas untuk digunakan kaum muda dalam melaksanakan segala kegiatan di gereja.
(3)
[4] 14 Kegiatan di gereja terlalu monoton dan tidak
cocok dengan minat kaum muda.
15 Umat dan Gereja kurang memberikan ruang bagi kaum muda untuk mengeksprikan dan
menuangkan idenya dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan kaum muda di gereja.
16 Kesibukan di sekolah dan di tempat kerja menghambat kaum muda untuk terlibat dalam hidup bermasyarakat dan menggerja.
17 Saya menggunakan waktu luang dengan bermain
dan browsing di internet yang dirasa lebih
menyenangkan dan menguntungkan bagi saya.
18 Belum ada kegiatan yang dapat memotivasi kaum muda untuk tertarik dan terlibat dalam hidup menggereja.
19 Kegiatan pendalaman iman kaum muda membantu kaum muda untuk semakin menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari.
20 Pendalaman iman kaum muda yang sesuai dengan minat dan semangat kaum muda dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan
(4)
[5]
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas yang sesuai dengan kenyataan yang anda alami, misalnya :
1. Apakah terlibat dalam hidup menggereja bagi kaum muda Katolik merupakan suatu keharusan? Mengapa?
. ... . ... 2. Motivasi apa yang menyebabkan anda mau aktif terlibat dalam hidup
menggereja?
... 3. Sebutkan faktor-faktor yang mendukung anda untuk aktif terlibat dalam
hidup menggereja?
. ... . ... 4. Sebutkan alasan-alasan yang menyebabkan anda belum dapat terlibat aktif
dalam hidup menggereja saat ini ?
. ... . ... 5. Apa yang anda harapkan agar kegiatan kaum muda ini sungguh dapat berguna
bagi pengembangan dan penghayatan iman anda?
. ... . ...
(5)
[6]
Lampiran 3 : Lirik Lagu
“ Hari Ini Kurasa Bahagia”
Hari ini kurasa bahagia berkumpul bersama saudara seiman Tuhan Yesus Tlah satukan kita tanpa memandang diantara kita
Bergandengan tangan dalam kasih, dalam satu hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan
Kau sahabatku.. kau saudaraku.. tiada yang dapat memisahkan kita 2X
“Aku Muda Aku Bisa”
E lo e lo e lo heee... e lo e elo e lo hee Ku berlari pakai hati tak berhenti sampai mati
E lo e lo e lo heee... e lo e elo e lo hee
Aku dengar ada yang bicara papa mamaku punya cita-cita Dia baru berusia lima, namun semangatnya sunggguh sempurna
Never in your life, let than talk to you like you can not Yes, you’re miles do your heart with a smile Couse youre young, you are young, your young
Hidupku itu adalah aku Bukan kamu dan ragumu Jangan sama-samakan ku
Hidupmu itu adalah kamu tak peduli usiamu Aku muda aku bisa
(6)
[7]
Lampiran 4 : VCDVideo Klip Lagu “ Aku Muda Aku Bisa “ dan Video “Chicken Dance”