Rancangan Modul Pelatihan Ketahanan Diri dalam Rangka Meningkatkan Derajat Resiliensi pada Ibu dengan Anak Autisme di SLB "X" Bandung.

(1)

x

ABSTRAK

Pelatihan ini berjudul Rancangan Modul Pelatihan Ketahanan Diri dibuat dalam rangka meningkatkan derajat resiliensi pada Ibu dengan anak autisme di SLB “X” Bandung. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh modul pelatihan teruji yang dapat digunakan untuk meningkatkan derajat resiliensi Ibu secara keseluruhan maupun aspek-aspek resiliensi yang terukur melalui level reaksi dan learning.

Sampel penelitian adalah 6 orang ibu dengan anak autisme yang pada kategori sedang-berat bersekolah di SLB”X” Bandung; berada memiliki derajat resiliensi pada taraf cenderung rendah; memiliki protective factors pada kategori sedang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner resiliensi yang dimodifikasi dari alat ukur Harcana (2008) disusun berdasarkan teori resiliensi dari Benard (2004). Validitas alat ukur menggunakan content validity. Teknik sampling dilakukan dengan purposive sampling dan menggunakan teknik analisis data berupa statistik uji t sampel berpasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peserta menampilkan reaksi yang positif ditandai dengan adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan resiliensi antara sebelum pelatihan dan sesudah diberikan pelatihan.Mereka menunjukkan peningkatan derajat resiliensi secara umum dan masing-masing aspek resiliensi dengan nilai p < 0.05. Modul pelatihan ini telah teruji melalui level reaksi dan level learning dalam meningkatkan derajat resiliensi secara keseluruhan maupun aspek-aspek resiliensinya.

Saran teoritis untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan revisi pada modul sesi 2 aspek problem solving skill dan sesi 1 aspek sense of purpose dimana mempertimbangkan faktor kesehatan peserta dan kedekatan antar peserta serta pemilihan ruangan pelatihan, sehingga dapat diminimalkan faktor yang mengganggu jalannya proses pelatihan. Saran praktis bagi pihak SLB “X” Bandung, agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk diberikan pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus lainnya agar pengetahuan dan kemampuan resiliensi ibu yang memiliki anak ABK dapat meningkat. Melalui program ini diharapkan para ibu dengan anak autisme memiliki derajat resiliensi yang cenderung tinggi agar dapat mengatasi kesulitan mengasuh anak autismenya.


(2)

ABSTRACT

The training plan called Personal Resilience Training Modules made in order to increase the degree resilience on mothers with children with autism in SLB "X" Bandung. The purpose of this study was to obtain tested training modules that can be used to increase the degree of capital in whole or in resilience aspects measured through reaction and learning level.

The sample of the study is 6 mothers with a child with midle-weight category-autism who are heads of school in SLB "X" Bandung; is a degree of status tend resilience on low; have protective factors in the category of being. Measuring instrument used was a questionnaire resilience modified from Harcana measuring instruments (2008) are based on the theory resilience of Benard (2004). Validity of measurement using content validity. Purposive sampling technique is done by using the technique of sampling and analysis of statistical data in the form of paired sample t test.

The results showed that most participants showing a positive reaction is characterized by an increase in knowledge and ability resilience between before and after the training is given. They showed resilience degree in general and each aspect resilience with values of p <0.05. This training module has been tested by the reaction level and degree level learning in improving overall resilience or its resilience aspects.

Theoretical suggestions for further research are doing revisions on two aspects of the module sessions and problem solving skills session one aspect of the sense of purpose which consider the health factor of the participants and the proximity between the participants and the selection of the training room, so it can be minimized factors that interfere with the course of the training process. Practical suggestions for the SLB "X" in Bandung, in order to be used as consideration to be given to parents who have children and other special that knowledge and ability resilience mothers who have children ABK could increase. Through this program it is hoped that parents with children with autism tend to have a high degree resilience in order to overcome difficulties their autisme child rearing.


(3)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN & SKEMA ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1. Latar Belakang Masalah ... 1

1. 2. Identifikasi Masalah ... 7

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1. 3.1. Maksud Penelitian ... 8

1. 3.2. Tujuan Penelitian ... 8

1. 4.Kegunaan Penelitian ... 8

1. 4. 1. Kegunaan Teoritis ... 8

1. 4.2. Kegunaan Praktis ... 9

1. 5. Metode Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11


(4)

2. 1. 1. Pengertian Resiliensi ... 11

2. 1. 2. Protective Factors ... 23

2. 1. 3. Risk Factors ... 30

2. 2. Tahap Penerimaan Orangtua Dengan Anak berkebutuhan Khusus ... 32

2. 3. Masa Dewasa Tengah ... 36

2. 4. Taksonomi Bloom... 39

2. 5. Pembelajaran Experiental Learning ... 43

2. 5. 1. Pengertian Experiental Learning ... 43

2. 5. 2. Karakteristik Experiental Learning ... 44

2. 5. 3. Fase Dalam Experiental Learning ... 47

2. 5. 3. Metode Dalam Experiental Learning ... 54

2. 6. Evaluasi Program Pelatihan ... 62

2.7. Instruktur ... 66

2. 8. Kerangka Pikir ... 67

2. 9. Asumsi ... 77

2. 10. Hipotesis ... 77

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 78

3. 1. Rancangan Penelitian... 78

3. 2. Variabel Penelitian ... 79

3. 2. 1. Definisi Konseptual ... 79

3. 2. 1. 1. Definisi Konseptual IV ... 79

3. 2. 1. 1. Definisi Konseptual DV ... 79

3. 2. 2. Definisi Operasional ... 80

3. 2. 2. 1. Definisi Operasional IV ... 80

3. 2. 2. 2 Definisi Operasional DV ... 80


(5)

xiv

3. 3. 1. Populasi Penelitian ... 82

3. 3. 2. Teknik Penarikan Sampel... 83

3. 4. Karakteristik Sampel ... 83

3. 5. Modul Pelatihan ... 83

3. 5. 1. Tujuan Pelatihan... 83

3. 5. 2. Rancangan Modul Penelitian... 86

3. 6. Alat Ukur ... 86

3. 6. 1. Kisi-Kisi Alat Ukur... 87

3. 6. 2. Prosedur Penelitian... 88

3. 6. 3. Sistem Penilaian... 89

3. 6. 4. Data Penunjang ... 90

3. 6. 5. Uji Validitas Alat Ukur ... 90

3. 6. 6. Evaluasi Program Pelatihan dan Teknik Analisis Data ... 91

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 94

4. 1. Gambaran Umum Responden... 94

4. 2. Hasil Uji Statistik ... 95

4. 3. Hasil Penelitian ... 98

4. 3. 1. Hasil Penelitian Berdasarkan Reaksi Peserta ... 98

4. 3. 2. Hasil Penelitian Berdasarkan Learning Peserta ... 107

4. 4. Pembahasan Ujicoba Modul Pelatihan ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 120

5. 1. Kesimpulan ... 120

5. 2. Saran ... 121


(6)

5. 2. 2. Saran Praktis ... 122 Daftar Pustaka ... 123 Daftar Rujukan ... 125 Lampiran ...


(7)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.6 Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data Evaluasi Tabel 3.2 Tujuan Instruksional Khusus

Tabel 3.3 Kisi-kisi Alat Ukur Tabel 3.4 Sistem Penilaian

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Tabel 4.2 Uji Statistik

Tabel 4.3 Reaksi Peserta Terhadap Keseluruhan Pelatihan

Table 4.4 Reaksi Peserta Terhadap Masing-Masing Sesi Pelatihan Tabel 4.5 Reaksi Peserta Terhadap Sesi Pelatihan

Tabel 4.6 Reaksi Peserta Terhadap Trainer Tabel 4.7 Reaksi Peserta Terhadap Fasilitator Tabel 4.8 Perubahan Proses Learning


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Rancangan Penelitian

Bagan 2.8. Kerangka Pikir


(9)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesediaan Mengisi Kuesioner Lampiran 2 Surat Kontrak Belajar

Lampiran 3 Data Penunjang Lampiran 4 Alat Ukur Resiliensi Lampiran 5 Lembar Evaluasi Pelatihan Lampiran 6 Modul Pelatihan Ketahanan Diri Lampiran 7 Kasus Tugas Tertulis

Lampiran 8 Lembar Analisa Diri SWOT Lampiran 9 Kasus Role Play

Lampiran 10 Lembar Tugas Rumah

Lampiran 11 Data Mentah Pre-test dan Post-test Lampiran 12 Uji Statistik t paired samples


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Autisme kini sudah menjadi permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin banyak. Data pusat pencegahan dan pengendalian penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat menyatakan, prevalensi penyandang autisme di beberapa negara bagian adalah 9 dari 1000 anak usia 8 tahun pada tahun 2006 (Iwan Setiyawan dalam www.kompas.com, 15 Maret 2012). Ditambahkan pula

resiko autisme pada anak laki-laki lebih besar dibandingkan anak perempuan yaitu 1 : 52 (Unoviana K dalam www.Kompas.com, 1 Maret 2014). Tak terkecuali di

Indonesia, jumlah penderitanya juga semakin pesat dari tahun ke tahun. Dr. Melly Budhiman, Ketua Yayasan Autisme Indonesia menyebutkan “Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autisme diperkirakan 1 : 5.000 anak, sekarang meningkat menjadi 1 : 500 anak” (www.Kompas.com, 5 Mei 2008). Data pendukung lainnya menurut Prof Dr dr Akmal Taher Sp.U(K) menyatakan, diperkirakan terdapat lebih dari 112 ribu anak penyandang autisme pada rentang usia 5-19 tahun di Indonesia, apabila jumlah anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 jiwa menurut data BPS tahun 2010 (Eko Sutriyanto dalam www.Tribunnews.com, 9 April 2013). Dengan adanya peningkatan jumlah penyandang autisme yang signifikan


(11)

2

tiap tahunnya tentu menjadi tantangan yang berat dan perhatian utama bagi orangtua. Orangtua yang memiliki anak autisme melakukan beragam penyesuaian akan dilakukan terkait waktu bekerja, keuangan keluarga dan keharmonisan keluarga (Mangunsong, 2011). Reaksi orangtua juga beragam menerima keadaan anaknya yang lahir tidak sempurna. Menurut Gargiulo (1985) reaksi orang tua yang menolak kenyataan, marah, sedih dan merasa bersalah muncul sebagai reaksi umum saat mengetahui anaknya berbeda dengan anak normal lainnya. Hal ini juga dirasakan para ibu dengan anak autisme di SLB”X” Bandung saat mengetahui keadaan anaknya menderita gangguan. Setelah melewati proses penyesuaian dalam rentang waktu yang cukup lama hingga menerima, mereka sebagai pihak terdekat dengan anak mencoba mencari tahu dan memberikan beragam pengobatan berupa terapi baik medis maupun alternative pada anaknya. Faktor biaya terapi yang relative mahal dan terbatasnya pelayanan terapi untuk anak berkebutuhan khusus merupakan kendala bagi ibu untuk mencari pengobatan yang terjangkau bagi anak autismenya (www.Kompas.com, 5 Mei 2008). Selain itu faktor menurunnya kesehatan fisik dan rentan terkena penyakit osteoporosis serta mengalami stress pengasuhan dimasa usia 40 – 50 tahun ini menurut Santrock (2002, 2012) pada masa dewasa tengah turut mempengaruhi mereka dalam mengerjakan berbagai tuntutan dan tanggungjawab tugas sebagai ibu dan istri. Di satu sisi mereka harus bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas rumah tangga dan mengurus keluarga, juga disisi lain harus mampu mengatasi beragam masalah pengasuhan anak autismenya. Pengalaman kegagalan berkali-kali dan rasa jenuh dengan situasi monoton menghadapi anaknya setiap hari,


(12)

3

mempengaruhi sikap mereka menjadi pasrah dan acuh tak acuh dengan kemajuan anaknya. Hal – hal ini merupakan situasi yang menekan dan menimbulkan stress yang tinggi bagi ibu, sehingga disimpulkan mereka mengalami adversity (Benard, 1991). Apabila dibiarkan berlarut-larut, maka akan mengganggu aktivitas para ibu ini dalam mengurus keluarga dan anaknya menjadi tidak optimal.

Salah satu cara yang dianggap dapat memberikan kemajuan di bidang pendidikan bagi anak autisme adalah dengan menyekolahkannya di lembaga formal dari pemerintah yang menerima anak berkebutuhan khusus dengan harga terjangkau. SLB “X” adalah sekolah luar biasa negeri yang dikelola oleh pemerintah daerah dan menjadi sekolah percontohan. Berbagai fasilitas yang dimilikinya antara lain fasilitas belajar dan sarana prasarana tempat terapi terlengkap mulai dari terapi wicara, terapi okupasi, fisioterapi serta dilengkapi staf ahli dokter anak, dokter gigi, psikolog dan guru yang berpengalaman di bidang kebutuhan khusus. Program pendidikan sekolah dilakukan melalui pengajaran, latihan, bimbingan dan rehabilitasi pada anak autisme untuk menambah pengetahuan dan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas mandiri harian serta kegiatan belajar di sekolah.

Dengan menyerahkan anak autismenya pada pihak sekolah untuk dididik, para ibu ini memperoleh dukungan dari lingkungan baik pihak sekolah dan teman. Ungkapan perhatian diberikan lingkungan sekolah melalui guru dan wali kelas ditampilkan dengan kesediaan bertanya keadaan dirinya dan kemajuan perkembangan anak autismenya. Mereka juga meluangkan waktu untuk konsultasi mengenai pendidikan kemajuan anaknya, seharusnya dapat membantu ibu untuk dapat


(13)

4

mengatasi beragam masalah yang dihadapi. Lingkungan teman yang bersedia berbagi informasi dan sharing pengalaman serta memberikan pendapat, seharusnya dapat membantu ibu dalam mengatasi kesulitan saat mengasuh anak autismenya. Selain itu, ungkapan perhatian berupa pujian dan dukungan material yang diberikan pihak keluarga pada ibu serta harapan agar berhasil mengatasi kesulitan seharusnya dapat membantu ibu mengatasi masalah yang dihadapinya. Hal – hal diatas merupakan beberapa faktor penunjang bagi ibu agar dapat bertahan dalam menghadapi berbagai masalah pengasuhan anak autismenya (protective factors) (Benard, 2004).

Setelah mendapatkan dukungan dari lingkungan keluarga dan komunitas, ternyata mereka masih mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah pengasuhan anak autismenya. Karenanya para ibu ini membutuhkan suatu kemampuan yang dapat membantu mereka agar dapat bertahan dalam mengatasi kesulitan mengasuh anak autismenya yang disebut resiliensi. Resiliensi adalah kapasitas kemampuan seseorang untuk dapat beradaptasi dan mampu berfungsi secara baik ditengah situasi yang menekan, banyak halangan dan rintangan (Benard, 2004). Resiliensi terbagi kedalam 4 aspek yaitu kemampuan merancang tujuan kedepan (sense of purpose and bright future); kemampuan memecahkan masalah (problem solving skills); kemampuan bertindak secara mandiri (autonomy); dan kemampuan menjalin relasi sosial (social competence).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti dengan memberikan kuesioner pada para ibu dengan anak autisme di SLB”X” Bandung, diketahui bahwa dari 9 orang terdapat 3 (33,3%) yang memiliki derajat resiliensi yang cenderung


(14)

5

tinggi. Diperoleh pada aspek sense of purpose, problem solving skills, autonomy dan social competence berada pada derajat cenderung tinggi juga. Sisanya 6 (66,6%) memiliki derajat resiliensi yang cenderung rendah. Diperoleh pada aspek sense of purpose, problem solving skills, autonomy dan social competence berada pada derajat cenderung rendah juga. Hal ini tampak dari sikap bingung dan sulit untuk menentukan tujuan kedepan bagi anak dan dirinya (sense of purpose), sulit membuat suatu keputusan dan cenderung mengambil keputusan yang tanpa dipikir panjang (problem solving skills), kurang fokus dan bertanggungjawab dalam menjalankan rencana yang dibuat untuk anaknya (autonomy) dan lebih menutup diri dari lingkungan komunitas dan teman serta kurang berani menyatakan pendapat pada orang lain (social competence). Dapat disimpulkan bahwa para ibu dengan anak autisme ini mengalami beberapa kesulitan dalam aspek resiliensi agar dapat bertahan dalam mengatasi kesulitan mengasuh anak atismenya.

Salah satu bentuk bantuan yang dapat diberikan pada ibu dengan anak autisme yang kurang mampu bertahan mengatasi tekanan dan situasi stress dalam mengatasi kesulitan mengasuh anak autismenya adalah dengan meningkatkan kemampuan resiliensinya. Dengan memiliki kompetensi pribadi yang tinggi, para ibu dengan anak autisme ini dapat bertahan dan menyesuaikan diri dalam menghadapi masalah yang terjadi sehingga dapat bangkit dari keterpurukan dan kegagalan yang terjadi. Berbagai intervensi dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan resiliensi pada ibu dengan anak autisme antara lain melalui konseling baik individual dan kelompok, psikoedukasi, terapi kelompok dan pelatihan. Beberapa penelitian sejenis mengenai


(15)

6

kemampuan resiliensi pada ibu dengan anak berkebutuhan khusus telah dilakukan namun hasilnya masih belum maksimal. Yunita (2011) dalam penelitiannya mengenai Efektivitas Pelatihan dari peningkatan resiliensi pada ibu yang memiliki anak autistik di SLB PH diperoleh hasil bahwa pelatihan yang dilakukannya tidak efektif dalam meningkatkan resiliensi ibu yang memiliki anak autistik dikarenakan sampel terbatas, tingkat pendidikan yang berbeda dan waktu pertemuan terbatas. Peneliti hendak melakukan pelatihan dengan menambah jumlah sampel dan waktu dilakukan lebih lama lagi.

Karena resiliensi secara teoritis dapat dikembangkan, maka peneliti berniat memberikan intervensi berupa pelatihan pada ibu dengan anak autisme di SLB”X” ini. Pelatihan dengan metode experiential learning merupakan intervensi yang bertujuan memberikan pengetahuan dan penyadaran mengenai kemampuan berelasi sosial, memecahkan masalah, bertindak secara mandiri dan merancang tujuan kedepan agar ibu dapat bertahan dan lentur menghadapi kesulitan mengasuh anak autismenya. Melalui metode pelatihan, para ibu ini akan mendapatkan pembelajaran melalui pengalaman terlibat langsung dalam serangkaian kegiatan (ceramah, tugas tertulis, diskusi, role play, games) yang diikutinya. Asumsinya ketika para ibu belajar dari pengalaman yang ia dapatkan, mengartikan pengalaman tersebut sesuai dengan tujuan, arah, ambisi dan harapan yang telah ditetapkan, maka para ibu ini akan mendapatkan insight, penemuan dan pengertian baru mengenai kemampuan yang dimiliki (Walter & Marks, 1981). Selama proses pelatihan, para ibu diajak melakukan refleksi diri terkait kemampuan resiliensi yang dimilikinya. Para ibu ini menyadari


(16)

7

dan membandingkan kemampuan resiliensi yang dimiliki dan tuntutan lingkungan yang harus dipenuhi. Kemudian diberi pengetahuan dan penyadaran diri mengenai ke-4 aspek resiliensi yang dimiliki. Setelah itu mereka diminta membuat action plan untuk mengatasi kesulitan pengasuhan anak autismenya. Pada akhir program pelatihan yaitu selang 2 minggu dari pelatihan, para ibu ini diminta menganalisis dan mengevaluasi action plan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pelaksanaannya apakah rencana tindakan berkaitan dengan kemampuan mengatasi kesulitan pengasuhan anak autismenya dapat dilakukan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; bagaimana reaksi orang lain saat ia melakukannya; apa hambatan yang terjadi saat melaksanakannya; dan apa hasil evaluasi pelaksanaan rencana tindakan yang dilakukan selama mengasuh anak autismenya. Dapat dilihat nanti apakah terdapat peningkatan dari segi pengetahuan, perasaan dan tindakan setelah mengikuti pelatihan ini pada ibu dengan anak autisme agar dapat bertahan dalam mengatasi kesulitan pengasuhan anak autisme di SLB “X” Bandung.

Berdasarkan fakta – fakta yang ada diatas, maka peneliti berkeinginan untuk mengujicobakan rancangan modul pelatihan Ketahahan Diri pada ibu dengan anak autisme di SLB”X” kota Bandung. Yang menjadi permasalahannya adalah apakah rancangan modul pelatihan Ketahanan Diri dapat meningkatkan derajat resiliensi ibu dengan anak autisme agar dapat bertahan mengatasi kesulitan pengasuhan anak autismenya di SLB “X” Kota Bandung.


(17)

8

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah modul pelatihan Ketahanan Diri dapat meningkatkan derajat resiliensi ibu dengan anak autisme agar dapat bertahan mengatasi kesulitan pengasuhan anak autismenya di SLB “X” Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menguji apakah modul pelatihan Ketahanan Diri dapat digunakan untuk meningkatkan derajat resiliensi ibu dengan anak autisme di SLB “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh modul pelatihan yang teruji yang dapat meningkatkan derajat resiliensi ibu dengan anak autisme di SLB “X Bandung, yang terukur melalui evaluasi terhadap level reaction dan level learning setelah menjalani pelatihan.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

a) Sebagai bahan masukan bagi ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi klinis dan perkembangan usia dewasa untuk memperdalam pemahaman dan memperkaya pengetahuan psikologi mengenai resiliensi pada ibu dengan anak autisme.


(18)

9

b) Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian serupa mengenai derajat resiliensi ibu dengan anak berkebutuhan khusus lainnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

a) Bagi ibu dengan anak autisme, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai kemampuan resiliensi dalam mengatasi kesulitan pengasuhan anak autismenya dan dapat membantu memberikan informasi pada ibu dengan anak berkebutuhan khusus lainnya, agar dapat menjalankan fungsinya sebagai orangtua dengan baik

b) Bagi Sekolah Luar Biasa “X”, khususnya Guru kelas dan Psikolog Sekolah, diharapkan penelitian ini akan memberikan masukan dan informasi pada ibu dengan anak autisme mengenai kemampuan resiliensi untuk mengatasi kesulitan mengasuh anak autismenya, sehingga dapat membantu terjalinnya kerjasama antara Guru dan orangtua dalam kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyusun rancangan modul pelatihan dan melihat signifikansinya terhadap peningkatan derajat resiliensi ibu agar dapat bertahan mengatasi kesulitan pengasuhan anak autismenya antara sebelum dan sesudah pelatihan. Penelitian ini menggunakan non experimental dengan desain


(19)

10

penelitian single group pretest-posttest studies. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistic t test paired samples. Treatment yang diberikan berupa metode pelatihan menggunakan metode experiental learning. Berikut ini adalah secara visual rangkaian kegiatan pada rancangan penelitiannya sebagai berikut :

Bagan 1.1 Rancangan Penelitian Penyusunan Rancangan

Modul Pelatihan

Ibu dengan anak autisme di SLB”X”

Bandung yang mengalami adversity Pelatihan Ketahanan Diri

Post- test Kuesioner Pre-test

Kuesioner

dibandingkan

Evaluasi Modul Pelatihan Ketahanan


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rancangan Modul Pelatihan Ketahanan Diri secara umum mendapatkan reaksi yang positif dari para ibu dengan anak autisme di SLB “X” Bandung yang menjadi peserta dalam pelatihan ini

2. Rancangan Modul Pelatihan Ketahanan Diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu dengan anak autisme di SLB “X” Bandung tentang kemampuan sense of purpose, problem solving skills, autonomy dan social competence.

3. Sesi 4 aspek social competence dalam rancangan modul pelatihan ketahanan diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri ibu dengan anak autisme di SLB”X” Bandung dalam hal kemampuan membina relasi sosial yang hangat dengan orang lain saat mengasuh anak autismenya.

4. Sesi 3 aspek autonomy dalam rancangan modul pelatihan ketahanan diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri ibu dengan anak autisme di


(21)

121

SLB”X” Bandung dalam hal kemampuan mengenali potensi diri yang membantu dalam mengatasi kesulitan mengasuh anak autismenya.

5. Sesi 1 aspek sense of purpose dalam rancangan modul pelatihan ketahanan diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri ibu dengan anak autisme di SLB”X” Bandung dalam hal perencanaan dan perwujudan tujuan kedepan.

6. Terdapat perubahan kearah peningkatan skor dan kategori pada derajat resiliensi pada peserta pelatihan sebelum dan sesudah pelatihan kecuali pada aspek problem solving skills.

7. Hasil evaluasi yang diperoleh pada penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena terkait jumlah sampel yang diikutsertakan dalam pelatihan

5.2 SARAN 5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, Peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Meneliti efektivitas pelatihan Ketahanan Diri pada ibu dengan anak autisme di SLB lain dengan fenomena yang sama di penelitian ini

2. Melakukan revisi modul sesi 2 aspek problem solving skills dan sesi 1 aspek sense of purpose pada muatan materi yang dapat dipahami dengan bahasa


(22)

122

yang mudah dimengerti oleh peserta. Selain itu juga mempertimbangkan faktor kesehatan peserta dan kedekatan antar peserta serta tempat (ruangan pelatihan) sehingga dapat diminimalkan faktor yang mengganggu jalannya proses pelatihan.

3. Melakukan penelitian dengan sampel pada anak autisme dengan derajat ringan dan jumlah sampel yang lebih banyak, dengan tujuan agar modul yang dibuat dalam penelitian ini dapat dipakai dan digeneralisasikan untuk sampel lainnya

5.2.2 Saran Praktis

1. Saran untuk pihak SLB “X” Bandung, modul pelatihan Ketahanan Diri dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk diberikan pada ibu dengan anak ABK lainnya agar pengetahuan dan kemampuan resiliensi ibu dengan anak ABK dapat meningkat.

2. Saran untuk pihak Psikolog dan Guru sekolah SLB, dilakukan follow-up lanjutan dalam jangka waktu 3 bulan kedepan pada ibu yang mengikuti pelatihan, agar dapat diketahui perubahan derajat resiliensinya menetap atau tidak dalam jangka waktu tersebut


(23)

123

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 1991. Fostering Resilience in Kids: Protective Factors in The Family, School, and Community. Portland, OR: Northwest Regional Educational Laboratory.

Benard, Bonnie. 2004. Turning The Corner: From Risk to Resilience. Minneapolis: National Resilience Resource Center, University of Minnesota.

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency: What We Have Learned. San Fransisco: WestEd Blanchard, P. Nick & James W. Thacker. 2004. Effective Training: System,

Strategies, and Practices. Second edition. New Jersey: Prentice Hall Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use. The University of North Carolina at Asheville. Allyn and Bacon: A Simon &

Schuster Company

Gargiulo, M. Richard. 1984. Working with Parents of Exceptional Children: A Guide for Profesionals. Boston : Houghton Mifflin Company

Graziano, A. M. & Raulin, M. L. 2000. Research Methods: A Process of Inquiry. Fourth Edition. Allyn & Bacon: Pearson Education Company

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Kirkpatrick, Donald. 2006. Evaluating Training Program. Second Edition.

Boston: Berrete-Koehler Publisher, Inc.

Mangunsong, Frieda. 2011. Psikologi Dan Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus : Jilid 2. Jakarta : LPSP3UI

Proceeding of The International Conference on Psychology of Resilience.22 nd. September, 2011. University of Indonesia. Depok

Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos & Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development (Perkembangan Manusia) Edisi 10 buku 2. Jakarta : Salemba Humanika


(24)

Reich, J.W. Alex J.Z. John.S.H (2010). Handbook of Adult Resilience. The Guilford Press

Santrock, John W. 2002. Life-span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5 jilid 2, Jakarta : Erlangga

Santrock, John W. 2012. Life-span Development. 13 th Edition. University of Texas, Dallas : Mc Graw-Hill

Siegel, Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Silberman, Mel. 1990. Active Learning : a handbook of techniques, designs, case examples, and tips. New York:John Wiley & Sons, Inc

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito

Vernoy, M & Kyle, D. 2002. Behavioral Statistics in Action. Third Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc

Walters, G. A., & & Marks, S. E. 1981. Experiential Learning and Change : Theory, Design, and Practice. New York : John Wiley & sons. Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogjakarta : Media Abadi

Wright, M.O’D & Masten, A.S. 2005. Resilience Processes in Development: Fostering Positive Adaptation in the Context of Adversity. In S. Goldstein & R. Brooks (Eds), Handbook of Resilience in Children (pp 17-37). NewYork : Kluwer Academic / Plenum


(25)

125

DAFTAR RUJUKAN

Harcana, Agung S. 2008. Studi Deskriptif mengenai Gambaran Resiliency Ibu yang memiliki anak autis di Lembaga Terapi ”X” Jakarta. Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Rahayu, Ginintasasi 2012. Program Bimbingan Dan Konseling Kolaboratif Dalam

Penanganan Anak Autis (Studi Pengembangan Program Konseling Melalui Pendekatan Behavioral di Yayasan Arief Widi Ayu, Yayasan Paulus, dan Yayasan Mutiara Bunda Bandung). Disertasi, Bandung: Program Studi Bimbingan Dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Prameswari, Irene E. 2012. Pengaruh faktor Kepribadian (Trait), Proteksi dan Resiko Terhadap Resilience pada Remaja usia 15 -18 tahun di Kotamadya Bandung. Disertasi, Bandung: Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Padjajaran Bandung.

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi II. 2007. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas ”X” Bandung.

Tribunnews (9 April 2013).Enam dari 1.000 Orang di Dunia Kena Autis, Bagaimana dengan Indonesia? Diakses pada bulan Maret, 2013 dari

www.tribunnews.com/kesehatan/2013/04/09/enam-dari-1000-orang-di-dunia-kena-autis-bagaimana-dengan-indonesia

Kompas (8 Juni 2008). Boom ! Autisme terus meningkat. Diakses pada bulan Maret, 2013 dari http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/08/1739470/boom.autisme. terus.meningkat

Kompas (15 maret 2012). Tenaga ahli autisme terbatas. Diakses pada bulan Maret,

2013 dari

http://health.kompas.com/read/2012/03/15/06225668/Tenaga.Ahli.Autisme.Terbatas

Kompas (1 Maret 2014).Resiko autisme lebih tinggi pada anak laki-laki. Diakses

pada bulan Maret, 2014 dari http://health.kompas.com/read/2014/03/01/0904094/Resiko.Autisme.Lebih.Tinggi.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rancangan Modul Pelatihan Ketahanan Diri secara umum mendapatkan reaksi yang positif dari para ibu dengan anak autisme di SLB “X” Bandung yang menjadi peserta dalam pelatihan ini

2. Rancangan Modul Pelatihan Ketahanan Diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu dengan anak autisme di SLB “X” Bandung tentang kemampuan sense of purpose, problem solving skills, autonomy dan social competence.

3. Sesi 4 aspek social competence dalam rancangan modul pelatihan ketahanan diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri ibu dengan anak autisme di SLB”X” Bandung dalam hal kemampuan membina relasi sosial yang hangat dengan orang lain saat mengasuh anak autismenya.

4. Sesi 3 aspek autonomy dalam rancangan modul pelatihan ketahanan diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri ibu dengan anak autisme di


(2)

121

SLB”X” Bandung dalam hal kemampuan mengenali potensi diri yang membantu dalam mengatasi kesulitan mengasuh anak autismenya.

5. Sesi 1 aspek sense of purpose dalam rancangan modul pelatihan ketahanan diri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri ibu dengan anak autisme di SLB”X” Bandung dalam hal perencanaan dan perwujudan tujuan kedepan.

6. Terdapat perubahan kearah peningkatan skor dan kategori pada derajat resiliensi pada peserta pelatihan sebelum dan sesudah pelatihan kecuali pada aspek problem solving skills.

7. Hasil evaluasi yang diperoleh pada penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena terkait jumlah sampel yang diikutsertakan dalam pelatihan

5.2 SARAN

5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, Peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :


(3)

122

yang mudah dimengerti oleh peserta. Selain itu juga mempertimbangkan faktor kesehatan peserta dan kedekatan antar peserta serta tempat (ruangan pelatihan) sehingga dapat diminimalkan faktor yang mengganggu jalannya proses pelatihan.

3. Melakukan penelitian dengan sampel pada anak autisme dengan derajat ringan dan jumlah sampel yang lebih banyak, dengan tujuan agar modul yang dibuat dalam penelitian ini dapat dipakai dan digeneralisasikan untuk sampel lainnya

5.2.2 Saran Praktis

1. Saran untuk pihak SLB “X” Bandung, modul pelatihan Ketahanan Diri dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk diberikan pada ibu dengan anak ABK lainnya agar pengetahuan dan kemampuan resiliensi ibu dengan anak ABK dapat meningkat.

2. Saran untuk pihak Psikolog dan Guru sekolah SLB, dilakukan follow-up lanjutan dalam jangka waktu 3 bulan kedepan pada ibu yang mengikuti pelatihan, agar dapat diketahui perubahan derajat resiliensinya menetap atau tidak dalam jangka waktu tersebut


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 1991. Fostering Resilience in Kids: Protective Factors in The Family, School, and Community. Portland, OR: Northwest Regional

Educational Laboratory.

Benard, Bonnie. 2004. Turning The Corner: From Risk to Resilience. Minneapolis: National Resilience Resource Center, University of Minnesota.

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency:What We Have Learned. San Fransisco: WestEd Blanchard, P. Nick & James W. Thacker. 2004. Effective Training: System,

Strategies, and Practices. Second edition. New Jersey: Prentice Hall Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use. The University of North Carolina at Asheville. Allyn and Bacon: A Simon &

Schuster Company

Gargiulo, M. Richard. 1984. Working with Parents of Exceptional Children: A Guide for Profesionals. Boston : Houghton Mifflin Company

Graziano, A. M. & Raulin, M. L. 2000. Research Methods: A Process of Inquiry. Fourth Edition. Allyn & Bacon: Pearson Education Company

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Kirkpatrick, Donald. 2006. Evaluating Training Program. Second Edition.

Boston: Berrete-Koehler Publisher, Inc.

Mangunsong, Frieda. 2011. Psikologi Dan Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus : Jilid 2. Jakarta : LPSP3UI


(5)

Reich, J.W. Alex J.Z. John.S.H (2010). Handbook of Adult Resilience. The Guilford Press

Santrock, John W. 2002. Life-span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5 jilid 2, Jakarta : Erlangga

Santrock, John W. 2012. Life-span Development. 13 th Edition. University of Texas, Dallas : Mc Graw-Hill

Siegel, Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Silberman, Mel. 1990. Active Learning : a handbook of techniques, designs, case examples, and tips. New York:John Wiley & Sons, Inc

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito

Vernoy, M & Kyle, D. 2002. Behavioral Statistics in Action. Third Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc

Walters, G. A., & & Marks, S. E. 1981. Experiential Learning and Change : Theory, Design, and Practice. New York : John Wiley & sons. Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogjakarta : Media Abadi

Wright, M.O’D & Masten, A.S. 2005. Resilience Processes in Development: Fostering Positive Adaptation in the Context of Adversity. In S. Goldstein & R. Brooks (Eds), Handbook of Resilience in Children (pp 17-37). NewYork : Kluwer Academic / Plenum


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Harcana, Agung S. 2008. Studi Deskriptif mengenai Gambaran Resiliency Ibu yang memiliki anak autis di Lembaga Terapi ”X” Jakarta. Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Rahayu, Ginintasasi 2012. Program Bimbingan Dan Konseling Kolaboratif Dalam

Penanganan Anak Autis (Studi Pengembangan Program Konseling Melalui Pendekatan Behavioral di Yayasan Arief Widi Ayu, Yayasan Paulus, dan Yayasan Mutiara Bunda Bandung). Disertasi, Bandung: Program Studi Bimbingan Dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Prameswari, Irene E. 2012. Pengaruh faktor Kepribadian (Trait), Proteksi dan Resiko Terhadap Resilience pada Remaja usia 15 -18 tahun di Kotamadya Bandung. Disertasi, Bandung: Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Padjajaran Bandung.

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi II. 2007. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas ”X” Bandung.

Tribunnews (9 April 2013).Enam dari 1.000 Orang di Dunia Kena Autis, Bagaimana dengan Indonesia? Diakses pada bulan Maret, 2013 dari

www.tribunnews.com/kesehatan/2013/04/09/enam-dari-1000-orang-di-dunia-kena-autis-bagaimana-dengan-indonesia

Kompas (8 Juni 2008). Boom ! Autisme terus meningkat. Diakses pada bulan Maret, 2013 dari http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/08/1739470/boom.autisme. terus.meningkat

Kompas (15 maret 2012). Tenaga ahli autisme terbatas. Diakses pada bulan Maret,

2013 dari