Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida.

(1)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hepatoprotektif pemberian dan dosis efektif serta ada tidaknya kekerabatan antara dosis pemberian infusa kulit alpukat (Persea americana Mill.) terhadap aktivitas ALT-AST serum tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Jenis penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan ± 150 – 250 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara

intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil 2 mL/kgBB. Kelompok III (kontrol infusa) diberi infusa kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB selama enam hari berturut-turut. Kelompok IV-VI (perlakuan) berturut-turut diberi infusa kulit alpukat (Persea americana Mill.) dengan dosis 362,8; 761,9; dan 1600 mg/kgBB secara peroral sekali sehari selama enam hari berturut-turut, pada hari ke tujuh semua kelompok perlakuan diberi induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Dua puluh empat jam paska induksi karbon tetraklorida, darah diambil melalui sinus orbitalis mata untuk diukur aktivitas ALT-AST serum. Aktivitas ALT-AST serum di analisis dengan menggunakan statistik Kruskal Wallis dan Uji Mann-Whitney

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pemberian infusa kulit Persea americana

Mill. memiliki pengaruh hepatoprotektif dengan dosis efektif sebesar 362,8 mg/kgBB yang dapat menurunkan aktivitas ALT-AST serum dan juga diketahui bahwa antara dosis pemberian dengan aktivitas ALT-AST serum tidak memiliki kekerabatan

Kata kunci : Persea americana Mill., infusa, efek hepatoprotektif, karbon tetraklorida, aktivitas serum ALT-AST


(2)

ABSTRACT

The aim of this study is to know the hepatoprotective effect and the effective dose of avocado peel (Persea americana Mill.), also to find the relationship between the dosage of infusion of avocado peel (Persea americana Mill.) toward AST-ALT level in male Wistar rats induced by carbon tetrachloride.

This research is pure experimental with randomized complete direct sampling design. This study used male wistar rats, age 2-3 months, with the body weight about 150-250 grams. The total of rats were divided randomly into six treatment groups, each group consist of 5 rats. Group I (hepatotoxin control) was given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW intraperitonial. Group II (negative control) was given olive oil 2 mL/kgBW. Group III (infusion control) was given infusion

of avocado’s peel (Persea americana Mill.) with dose 1600 mg/kgBW for six consecutive days. Group IV-VI (treatment group) was given infusion of avocado peel (Persea americana Mill.) with doses of 362.8; 761.9; and 1600 mg/kgBW orally once daily for six consecutive days, and in the seventh day all treatment group were given carbon tetrachloride, of 2 mL/kgBW intraperitonial as induction of hepatotoxicity. Twenty-four hours after the induction of carbon tetrachloride, blood samples were taken from the rats through orbital sinus in the eye, to measure the activity of ALT-AST serum. The activity of ALT-AST serum were analyzed statistically by using Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test.

Based on the data results, the administration of Persea americana Mill. peel infusion had hepatoprotective effect with an effective dose of 362.8 mg/kgBW which can decrease the activity of AST and ALT serum, and also there was no relationship between the variation of administration doses of infusion of avocado’s peel with the activities of ALT-AST serum.

Keywords : Persea americana Mill., infusion, hepatoprotective effect, carbon tetrachloride, ALT-AST serum activities


(3)

i

EFEK HEPATOPROTEKTIF PEMBERIAN INFUSA KULIT

Persea americana

Mill. TERHADAP ALT-AST TIKUS

TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi

Oleh :

Jolinna Michelia Bitti

NIM : 118114040

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

1 Petrus 5 : 6-7

Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu

Amsal 2 : 6

Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian

Amsal 16 : 3

Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu

Kupersembahkan karya ini untuk : Tuhan Yesusku yang telah menopang dan mengangkatku saat aku jatuh dan mulai putus asa Papa, Mama, Cyndi dan Fandy atas motivasi dan doanya Sahabat-sahabatku yang selalu setia menemaniku Almamaterku tercinta


(7)

(8)

(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Tritunggal atas kasih, penyertaan dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif Pemberian Infusa Kulit Persea Americana Mill. Terhadap ALT-AST Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini banyak pihak-pihak yang telah membantu dalam melancarkan penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. sebagai Dosen Pembimbing skripsi atas waktu dan segala kesabaran dalam membimbing, memberi masukan dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi

3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. sebagai Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukan demi kemajuan skripsi ini

4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK sebagai Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukan demi kemajuan skripsi ini

5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian skripsi ini

6. Bapak Suparjiman selaku laboran Farmakologi Toksikologi, Bapak Heru Purwanto selaku laboran Biofarmasetika, Bapak Kayatno selaku laboran


(10)

viii

Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Manusia, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Bapak Sigit selaku pengelola kebun obat, dan Bapak Otok selaku pengelola gudang farmasi

7. Christiansen Molle yang menemani beberapa waktu dalam pelaksanaan penelitian serta selalu memberikan semangat, doa dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

8. Teman-teman tim kulit Persea americana Mill. Maria Desita Putri, Angeline Syahputri, MM. Risa Puspitasari, Lusia Drikti G, Theresia Eviani, Fransisca A, Bernadet Brigita PW, Margareta Tri Nova, Paramita Liong, Gemah RP, Brigita Wina RP, Asi Putriati, Vivo Puspitasari, Ester Rina DA, atas kerja sama, bantuan, suka duka dan perjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini sampai akhir

9. Sahabat-sahabat Mendes Maria Desita Putri, Angeline Syahputri, Marcellina Avistya yang selalu mendengar keluh kesah dan memberikan dukungan serta motivasi selama penyusunan skripsi

10.Sahabat-sahabat Godelva Cindy Yunitasari Onthoni, Yurieke Sukma, Ekaryn Priskila Kiding Allo yang memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis 11.Kakak – kakakku tersayang Dwi Lestari, Theresia Wiwit, Novita Eka, Ayub

Pasomba, Chris Sohilait yang selalu menemani saat suka duka dan memberikan motivasi

12. Tim KBU GKI Gejayan yang menjadi keluargaku di Yogyakarta Bapak Petrus Matruty sebagai Bapak “kedua” yang memberikan motivasi dan nasehat, Ka Raisha, Nike, Ka Ema, Eka, Uchy, Ka Irza, Kak Theo, Unang,


(11)

(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 4

2. Keaslian penelitian ... 5

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6


(13)

xi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7

A. Hati ... 7

1. Anatomi dan fisiologi hati ... 7

2. Kerusakan hati ... 9

B. Alanin aminotransferase (ALT) dan Aspartat aminotransferase (AST) ... 12

C. Hepatotoksin ... 13

D. Karbon tetraklorida ... 14

E. Tanaman Persea americana Mill ... 16

1. Taksonomi ... 16

2. Sinonim ... 17

3. Nama Lain ... 17

4. Morfologi ... 17

5. Kandungan kimia ... 18

6. Khasiat dan kegunaan ... 18

F. Infundasi ... 19

G. Landasan Teori ... 19

H. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 22

1. Variabel utama ... 22

2. Variabel pengacau ... 22


(14)

xii

C. Bahan Penelitian ... 23

1. Bahan utama ... 23

2. Bahan kimia ... 24

D. Alat atau Instrument Penelitian ... 25

E. Tata Cara Penelitian ... 26

1. Determinasi Persea americana Mill ... 26

2. Pengumpulan bahan ... 26

3. Pembuatan serbuk kulit Persea americana Mill ... 26

4. Penetapan kadar air serbuk kulit Persea americana Mill. ... 26

5. Pembuatan infusa kulit Persea americana Mill ... 27

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dengan konsentrasi 50% ... 27

7. Uji Pendahuluan ... 28

8. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ... 30

9. Pembuatan serum ... 31

10. Pengukuran aktivitas ALT serum pada saat Orientasi ... 31

F. Tata Cara Analisis Hasil ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Penyiapan Bahan ... 33

1. Hasil determinasi Persea americana Mill... 33

2. Penetapan kadar air serbuk kulit Persea americana Mill ... 33

B. Uji Pendahuluan ... 34

1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ... 34


(15)

xiii

3. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji ... 35

C. Hasil Uji Efek Hepatoprotektif Infusa Kulit Persea americana Mill ... 38

1. Kontrol negatif olive oil dosis 2 ml/kgBB ... 43

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2 ml/kgBB ... 43

3. Kontrol infusa kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB ... 45

4. Kelompok perlakuan infusa kulit Persea americana Mill. dosis 362,8/kgBB; 761,9 mg/kgBB, dan 1600 mg/kgBB ... 46

D. Rangkuman Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 59


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I Komposisi dan Konsentrasi reagen ALT ... 24 Tabel II Komposisi dan Konsentrasi reagen AST ... 25 Tabel III Purata ± SE aktivitas ALT pada serum tikus jantang galur

Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2

mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah (n=3) ... 36 Tabel IV Hasil Uji Scheffe aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur

Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2

ml/kgBB pada waktu pencuplikan darah ... 37 Tabel V Purata ± SE aktivitas ALT-AST serum tikus galur Wistar dan

% hepatoprotektif setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hari ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ... 39 Tabel VI Hasil Uji Mann-Whitney aktivitas ALT pada serum tikus

jantan galur Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hari ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ... 41 Tabel VII Hasil Uji Mann-Whitney aktivitas AST pada serum tikus

jantan galur Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hari ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ... 42


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Mikroskopik Hati ... 8 Gambar 2 Struktur Karbon Tetraklorida ... 14 Gambar 3 Mekanisme Biotransformasi dan Oksidasi Karbon

Tetraklorida ... 15 Gambar 4 Diagram batang aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur

Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2

mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah ... 36 Gambar 5 Diagram batang aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur

Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana

Mill. selama enam hari dan pada hati ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB ... 40 Gambar 6 Diagram batang aktivitas AST pada serum tikus jantan galur

Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana

Mill. selama enam hari dan pada hati ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ... 40


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto kulit Persea americana Mill. ... 60 Lampiran 2 Foto serbuk kulit Persea americana Mill ... 60 Lampiran 3 Foto Infusa kulit Persea americana Mill. ... 60 Lampiran 4 Foto hasil determinasi makroskopik kulit Persea

americana Mill. ... 61 Lampiran 5 Surat Pengesahan determinasi tanaman Persea

americana Mill. ... 62 Lampiran 6 Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics

Commitee (MHREC) ... 63 Lampiran 7 Surat Penetapan kadar air serbuk kulit Persea americana

Mill. ... 64 Lampiran 8 Analisis statistik aktivitas ALT serum pada uji

pendahuluan penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ... 65 Lampiran 9 Analisis statistik aktivitas ALT serum perlakuan infusa

kulit Persea americana Mill. setelah induksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ... 68 Lampiran 10 Analisis statistik aktivitas AST serum perlakuan infusa

kulit Persea americana Mill. setelah induksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ... 84 Lampiran 11 Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa kulit Persea


(19)

xvii

Lampiran 12 Perhitungan konversi dosis untuk manusia ... 101 Lampiran 13 Perhitungan Efek Hepatoprotektif ALT ... 102 Lampiran 14 Perhitungan Efek Hepatoprotektif AST ... 103


(20)

xviii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hepatoprotektif pemberian dan dosis efektif serta ada tidaknya kekerabatan antara dosis pemberian infusa kulit alpukat (Persea americana Mill.) terhadap aktivitas ALT-AST serum tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Jenis penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan ± 150 – 250 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara

intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil 2 mL/kgBB. Kelompok III (kontrol infusa) diberi infusa kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB selama enam hari berturut-turut. Kelompok IV-VI (perlakuan) berturut-turut diberi infusa kulit alpukat (Persea americana Mill.) dengan dosis 362,8; 761,9; dan 1600 mg/kgBB secara peroral sekali sehari selama enam hari berturut-turut, pada hari ke tujuh semua kelompok perlakuan diberi induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Dua puluh empat jam paska induksi karbon tetraklorida, darah diambil melalui sinus orbitalis mata untuk diukur aktivitas ALT-AST serum. Aktivitas ALT-AST serum di analisis dengan menggunakan statistik Kruskal Wallis dan Uji Mann-Whitney

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pemberian infusa kulit Persea americana

Mill. memiliki pengaruh hepatoprotektif dengan dosis efektif sebesar 362,8 mg/kgBB yang dapat menurunkan aktivitas ALT-AST serum dan juga diketahui bahwa antara dosis pemberian dengan aktivitas ALT-AST serum tidak memiliki kekerabatan

Kata kunci : Persea americana Mill., infusa, efek hepatoprotektif, karbon tetraklorida, aktivitas serum ALT-AST


(21)

xix

ABSTRACT

The aim of this study is to know the hepatoprotective effect and the effective dose of avocado peel (Persea americana Mill.), also to find the relationship between the dosage of infusion of avocado peel (Persea americana Mill.) toward AST-ALT level in male Wistar rats induced by carbon tetrachloride.

This research is pure experimental with randomized complete direct sampling design. This study used male wistar rats, age 2-3 months, with the body weight about 150-250 grams. The total of rats were divided randomly into six treatment groups, each group consist of 5 rats. Group I (hepatotoxin control) was given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW intraperitonial. Group II (negative control) was given olive oil 2 mL/kgBW. Group III (infusion control) was given infusion of avocado’s peel (Persea americana Mill.) with dose 1600 mg/kgBW for six consecutive days. Group IV-VI (treatment group) was given infusion of avocado peel (Persea americana Mill.) with doses of 362.8; 761.9; and 1600 mg/kgBW orally once daily for six consecutive days, and in the seventh day all treatment group were given carbon tetrachloride, of 2 mL/kgBW intraperitonial as induction of hepatotoxicity. Twenty-four hours after the induction of carbon tetrachloride, blood samples were taken from the rats through orbital sinus in the eye, to measure the activity of ALT-AST serum. The activity of ALT-AST serum were analyzed statistically by using Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test.

Based on the data results, the administration of Persea americana Mill. peel infusion had hepatoprotective effect with an effective dose of 362.8 mg/kgBW which can decrease the activity of AST and ALT serum, and also there was no relationship between the variation of administration doses of infusion of avocado’s peel with the activities of ALT-AST serum.

Keywords : Persea americana Mill., infusion, hepatoprotective effect, carbon tetrachloride, ALT-AST serum activities


(22)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hati adalah organ vital terbesar di dalam tubuh berwarna merah kecoklatan. Hati memiliki fungsi diantaranya yaitu membantu dalam proses regulasi, metabolisme dan detoksifikasi. Fungsi hati sebagai detoksifikasi yaitu untuk membersihkan darah dari adanya zat-zat asing seperti senyawa kimia, obat-obatan, dan lain-lain yang sifatnya berbahaya bagi tubuh yang mana zat tersebut akan diekskresikan keluar tubuh sehingga darah yang dialirkan keseluruh tubuh bebas dari zat-zat asing. Jika hati mengalami kerusakan, maka proses regulasi, metabolisme dan detoksifikasi tidak berjalan dengan baik. Kerusakan hati dapat ditimbulkan oleh adanya induksi senyawa kimia, obat-obatan maupun virus. Salah satu bentuk kerusakan yang terjadi pada organ hati, yaitu steatosis. Steatosis

(perlemakan hati) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Sekitar 20 – 30% populasi orang dewasa di dunia menderita perlemakan hati (Nseir, Hellou, Assy, 2014)

Membran sel mempunyai penyusun utama, yaitu lipid dan protein. Fosfolipid adalah lipid yang menyusun membran yang mana merupakan molekul yang bersifat amfipatik (memiliki daerah hidrofilik dan hidrofobik). Membran sel juga tersusun dari asam lemak khususnya asam lemak rantai panjang tak jenuh yang mana sangat rentan terhadap radikal bebas. Jumlah asam lemak dalam bentuk fosfolipid dalam membran retikulum endoplasmik akan terus berkurang jika diinduksi karbon tetraklorida secara terus-menerus. Karbon tetraklorida


(23)

merupakan senyawa model hepatotoksin yang menginduksi terjadinya perlemakan hati. Pemberian dosis tinggi karbon tetraklorida (CCl4) dapat merusak retikulum

endoplasmik, mengakumulasi lipid, mengurangi sintesis protein, menurunkan bobot badan, mengacaukan proses oksidasi, menyebabkan pembengkakan hati sehingga berat hati menjadi bertambah dan jika diberikan dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan nekrosis sentrilobular serta degenerasi melemak. Di dalam retikulum endoplasmik hati karbon tetraklorida (CCl4) dimetabolisme

oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas triklorometil (•CCl3).

(Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah, Manalu, 2007).

Enzim yang mengkatalisis pemindahan gugus amino secara reversibel antara asam amino dan alfa-keto adalah enzim aminotransferase. Enzim ini akan keluar dari sel dan masuk kedalam sistem peredaran darah jika terjadi gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh perubahan permeabilitas membran sel yang mana akan membuat kadar enzim aminotransferase dalam darah akan meningkat. Enzim yang paling sering dihubungkan dengan adanya kerusakan sel hati adalah

alanine aminotransferase (ALT) yang disebut juga SGPT dan aspartat aminotransferase (AST) yang disebut juga SGOT (Hapsari, 2011).

Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuhan, terdapat 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia yang mana 940 jenis diantaranya memiliki khasiat sebagai obat herbal (jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di asia) (Masyhud, 2010). Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang tumbuh di wilayah Indonesia. Alpukat merupakan buah musiman yang mempunyai struktur daging


(24)

buah yang tebal berwarna hijau kekuningan dan rasa yang enak membuat buah ini banyak digemari masyarakat luas. Selain dikonsumsi, alpukat juga secara tradisional digunakan untuk mengobati hipertensi, peradangan, kanker, hepatotoksisitas (Arukwe, Amadi, Duru, Agomuo, Adindu, Odika, et al., 2012). Senyawa flavonoid pada Persea americana Mill. bersifat sebagai antioksidan yang dapat mengurangi pembentukan dan mengikat radikal bebas (Vinha, Moreira, Barreira, 2013). Di dalam kulit dan biji alpukat kaya akan katekin,

procyanidin dan hydroxycinnamic acid (Rodriquez-Carpena, Morcuende, Andrade, Kylli, Estevez, 2011). Menurut penelitian Kosinska, Karamac, Estrella, Hernandez, Bartolome, Dykes (2012) menyatakan bahwa ekstrak metanol biji alpukat terdapat senyawa flavonoid seperti 3-O-caffeoylquinic, 3-Op-coumaroylquinic acid dan procyanidin A trimer dan pada ekstrak metanol kulit alpukat mengandung 5-O-caffeoylquinic acid dan turunan quercetin yang mana jika dibandingkan ekstrak keduanya, ekstrak kulit alpukat memiliki kandungan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan ekstrak biji alpukat. Penelitian Vinha, et al., (2013) melaporkan biji alpukat mengandung jumlah fenolat, flavonoid dan vitamin E lebih tinggi dibandingkan kulit alpukat. Pada kulit alpukat mengandung karotenoid dan vitamin C lebih tinggi dibandingkan biji alpukat. Pada penelitian Putri (2013) dilaporkan bahwa infusa biji Persea americana Mill. (Alpukat) dapat memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida. Oleh sebab itu, penelitian ini akan melihat pengaruh infusa kulit Persea americana Mill. pada tikus jantan yang terinduksi karbon tertraklorida.


(25)

Pada penelitian ini menggunakan infusa kulit Persea americana Mill.. Teknik penggunaan serbuk kulit Persea americana Mill. sangat sederhana dengan menyeduh serbuk kulit Persea americana Mill. dengan menggunakan air panas dan air seduhannya dapat dikonsumsi. Menurut Xu, Chen, Liu, Zhang, Jiang, Ye (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa mineral dan kandungan fenolik (flavanon glycosid, polymethoxyl flavon dan asam fenolat) dan juga aktivitas antioksidan dapat diperoleh melalui ektraksi menggunakan air.

Penelitian ini dilakukan dengan pemberian jangka panjang infusa kulit

Persea americana Mill. pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida sehingga dapat ditentukan dosis yang paling efektif untuk memberikan efek hepatoprotektif.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pemberian infusa kulit Persea americana Mill. mempunyai pengaruh hepatoprotektif dalam menurunkan aktivitas ALT-AST tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida ?

2. Berapakah dosis paling efektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill.

terhadap penurunan aktivitas ALT-AST tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida ?

3. Adakah kekerabatan antara dosis pemberian infusa kulit Persea americana

Mill. dengan aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida ?


(26)

2. Keaslian penulisan

Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan Persea americana

Mill. diantaranya : Arukwe, et al., (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa selain untuk dikonsumsi, alpukat secara tradisional digunakan untuk mengobati hipertensi, peradangan, kanker dan hepatotoksisitas. Penelitian Vinha, et al., (2013) melaporkan senyawa flavonoid pada Persea americana Mill. bersifat sebagai antioksidan yang dapat mengurangi pembentukan dan mengikat radikal

bebas. Kosinska, et al., (2012) melaporkan dalam penelitiannya bahwa ekstrak kulit alpukat memiliki kandungan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan ekstrak biji alpukat. Penelitian Putri (2013) melaporkan bahwa infusa biji Persea americana Mill. (Alpukat) dapat memberikan efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian

Xu, et al., (2008) menjelaskan bahwa bahwa mineral dan kandungan fenolik (flavanon glycosid, polymethoxylat flavon dan asam fenolik) dan juga aktivitas antioksidan dapat diperoleh melalui ektraksi menggunakan air. Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian mengenai pemberian infusa jangka panjang kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill.


(27)

terhadap parameter aktivitas ALT-AST organ hati tikus yang terinduksi karbon tetraklorida.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dosis efektif penggunaan infusa kulit Persea americana Mill. yang diperoleh dalam penelitian sebagai alternatif pengobatan penyakit hati (liver) untuk menurunkan aktivitas ALT-AST.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

2. Tujuan khusus

a.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

b.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis paling efektif pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill.sebagai hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

c.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kekerabatan antara dosis pemberian infusa kulit Persea americana Mill. dengan aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.


(28)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hati

1. Anatomi dan fisiologi hati

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh berwarna coklat dengan berat ± 1½ kg (Syaifuddin, 2006). Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen pada ruang peritoneum tepat dibawah sisi kanan diafragma dan di bawah rongga dada. Hati di bungkus oleh suatu simpai fibrosa (McPhee dan Ganong, 2010) dan secara luas dilindungi iga-iga (Pearce, 2009).

Hati terbagi menjadi dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak dibawah diafragma : permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan disebut fisura transversus, dimana permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang keluar-masuk hati. Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan bawah (Pearce, 2009). Hati menerima hampir 25% curah jantung, yaitu sekitar 1500 mL darah per menit melalui dua sumber yaitu (1) aliran vena dari vena porta yang mana sangat penting bagi kinerja fungsi hati dalam tubuh dan (2) darah arteri dari arteri hepatika yang penting untuk oksigenasi hati dan yang mendarahi sistem empedu (McPhee dan Ganong, 2010). Arteri hepatika mempunyai kejenuhan oksigen 95% - 100% sedangkan pada vena porta memiliki kejenuhan oksigen sebesar 70% (Syaifuddin, 2006). Pembuluh- pembuluh ini (arteri hepatika dan vena porta) menyatu di dalam hati dan aliran darah gabungan keluar melalui vena-vena sentral (vena terminal) yang bermuara ke dalam vena hepatika dan akhirnya ke vena cava


(29)

inferior. Vena porta membawa darah vena dari usus halus yang kaya akan nutrien serta obat dan racun langsung ke dalam hati (McPhee dan Ganong, 2010). Vena porta terbentuk dari vena lienalis dan vena mesenterika superior (Pearce, 2009).

Gambar 1. Struktur mikroskopik hati (McPhee dan Ganong, 2010)

Lobulus adalah lobus hati yang dibagi menjadi beberapa struktur. Lobulus berbentuk heksagional yang terdiri dari lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk kubus yang mengelilingi vena sentralis secara radial (Gambar 1). Di sela-sela lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sinusoid yang mana adalah cabang dari vena porta dan arteri hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer. Sel kupffer merupakan sistem retikuloendotel, berfungsi sebagai sistem pertahanan yang akan menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah (Price dan Wilson, 2005). Sekitar 30% dari semua sel dihati adalah sel retikuloendotel dan sekitar 33% dari sel ini adalah sel Kupffer. Sistem retikuloendotel hanya membentuk 2-10% protein dari total di hati. Disfungsi sel retikuloendotel juga berperan menyebabkan nekrosis hepatosit dan fibrosis hati pada penyakit hati kronik (McPhee dan Ganong, 2010).


(30)

Hati adalah organ utama pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Hati memiliki fungsi dan kerja yang banyak dan kompleks. Hati berfungsi dalam metabolisme bahan makan seperti karbohidrat, protein dan lemak. Hati juga berfungsi untuk menyimpan vitamin, besi dan tembaga; juga sebagai tempat konjugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad dan detoksifikasi zat endogen dan eksogen. Fungsi detoksifikasi ini dilakukan oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi dan hidrolisis atau konjugasi zat-zat yang membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Zat-zat endogen seperti indol, skatol dan fenol yang mana dihasilkan dari hasil kerja bakteri pada asam amino dalam usus besar dan zat-zat eksogen seperti morfin, fenobarbital, karbon tetraklorida dan obat-obat/senyawa kimia lainnya (Price dan Wilson, 2005).

2. Kerusakan hati

Hati merupakan organ terbesar tubuh yang sering menjadi organ target cedera akibat senyawa kimiawi karena (1) sebagian besar xenobiotik yang masuk ke tubuh melalui saluran gastrointestinal, setalah melalui penyerapan akan diangkut oleh pembuluh darah portal ke hati sehingga hati menjadi organ pertama perfusi oleh bahan kimia yang diserap di dalam tubuh dan terkena xenobiotik konsentrasi tinggi (2) metabolisme xenobiotik dengan konsentrasi tinggi ini terjadi sebagian besar di sitokrom P450 pada sistem monooksigenase. Biotransformasi xenobiotik bertindak sebagai reaksi detoksifikasi namun banyak juga yang mengalami reaksi oksidatif menghasilkan metabolit reaktif yang dapat menginduksi lesi pada hati. Wilayah sentrilobular sering menjadi target sasaran


(31)

kerusakan karena didalamnya terdapat sel hepatosit yang memiliki banyak sitokrom P450 yang mana sebagai tempat memproduksi metabolit reaktif terbesar (3) xenobiotik dan sebagai besar empedu yang diserap dalam usus, diangkut kembali ke hati melalui sirkulasi portal hati yang mana akan meningkatkan konsentrasi xenobiotik dalam hepatosit (Hodgson, 2010).

Kerusakan hati dapat terjadi akibat paparan racun maupun bahan kimia seperti senyawa industri, pestisida dan obat-obatan. Bahan kimia seperti karbon tetraklorida dan parasetamol. Kerusakan hati dapat bersifat akut maupun kronis. Berbagai kerusakan hati, diantaranya :

a. Perlemakan hati (steatosis)

Perlemakan hati atau steatosis adalah proses abnormal akumulasi lemak pada hepatosit terutama trigliserida, ini karena terjadi ketidakseimbangan antara penyerapan trigliserida ekstrahepatik dan sekresi trigliserida hepatik (lipoprotein yang dan katabolisme asam lemak). Akumulasi lipid terjadi akibat gangguan sintesis dan sekresi lipoprotein. Lipid yang berlebih dapat disebabkan kelebihan asam lemak bebas dari jaringan adiposa atau dapat dikatakan terjadi gangguan pelepasan trigliserida dari hati ke plasma (Hodgson, 2010).

Perlemakan hati merupakan respon toksisitas yang mana akan mengganggu sintesis protein akibat paparan hidrazin, etionin dan tetrasiklin atau dengan kombinasi dengan karbon tetraklorida. Perlemakan hati ini bersifat reversibel (Timbrell, 2009).


(32)

b. Fibrosis dan sirosis hati

Senyawa kimia hepatotoksik dapat menyebabkan kerusakan hepatosit yang mengakibatkan fibrosis hati. Fibrosis ditandai oleh deposisi kolagen, proteoglikan, glikoprotein dan bahkan dapat terjadi fibrosis kronis pada pembentukan matriks ekstraseluler (ECM). Setelah terjadi paparan racun, sel-sel stelat hati (HSC) akan berdiferensiasi menjadi sel-sel-sel-sel fibroblast (seperti mengeluarkan komponen dari matriks ekstraseluler). Fibrosis yang luas dapat merusak bentuk hati dan mengganggu aliran darah yang mana akan mengakibatkan kerusakan hari yang bersifat irreversibel. Reversibilitas fibrosis mungkin terjadi jika sel stelat hati (HSC) mengalami apoptosis, terjadi kerusakan matriks ekstraseluler dan regenerasi hepatosit (Hodgson, 2010).

Sirosis dapat terjadi akibat paparan senyawa yang bersifat hepatotoksik yang ditandai dengan fibrosis yang meluas dan terbentuk jaringan parut. Sirosis yang disebabkan cedera kronis akibat senyawa kimia toksik dapat mengakibatkan akumulasi matriks ekstraseluler yang menyebabkan terjadi pembatasan aliran darah yang mana akan menghambat proses metabolisme dan detoksifikasi pada hati. Kerusakan seperti ini akan menyebabkan kerusakan yang berlanjut dan akhirnya menyebabkan gagal hati (Hodgson, 2010).

c. Kolestasis

Kolestasis terjadi karena penekanan atau penghentian aliran empedu. Inflamasi atau penyumbatan saluran empedu disebabkan oleh retensi garam empedu serta akumulasi bilirubin yang mana akan menyebabkan penyakit


(33)

kuning (jaundice). Kolestasis juga terjadi karena adanya perubahan membran permeabilitas hepasosit atau canaliculi empedu. Pembentukan empedu terjadi tergantung pada transportasi ATP empedu ke lumen canaliculi. Senyawa/ bahan kimia memiliki efek pada permeabilitas membran dan mengganggu gradient Na+ dan K+ dapat menyebabkan kolestasis (Hodgson, 2010).

d. Nekrosis

Nekrosis bersifat irreversibel akibat hilangnya fungsi sel normal pada hati. Nekrosis biasanya adalah cedera akut dan hanya mempengaruhi beberapa hepatosit (nekrosis fokal) atau melibatkan seluruh lobus (nekrosis masif). Kematian sel terjadi bersamaan dengan pecahnya membran plasma yang didahului dengan perubahan morfologis seperti pembengkakan seluler mitokrondria dengan gangguan krista, melarutnya organel sel dan mengkerutnya inti sel. Di daerah yang mengalami nekrosis terjadi peningkatan eosinofil dan respon imun. Peristiwa yang dapat menyebabkan perubahan ini meliputi terikatnya metabolit reaktif protein dan lemak tak jenuh mengakibatkan peroksidasi lemak dan kerusakan membran, gangguan homeostasis Ca2+, inferensi jalur metabolisme, pergeseran keseimbangan Na+ dan K+ dan penghambatan sintesis protein. Nekrosis yang meluas dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah dan kegagalan hati (Hodgson, 2010).

B. Alanin aminotransferase (ALT) dan Aspartat aminotransferase (AST)

Enzim yang sering berhubungan dengan kerusakan hepatoselular adalah aminotransferase, diantaranya adalah Alanin aminotransferase (ALT) dan


(34)

Aspartat aminotransferase (AST). Kedua enzim ini dikatakan enzim hati karena tingginya konsentrasi enzim ini dalam sel hepatosit (Sacher dan McPherson, 2004). Enzim ALT berfungsi mengkatalisis pemindahan alanine menjadi bagian dari gugus keton pada α-ketoglutarate sehingga menghasilkan pyruvate dan

glutamate sedangkan enzim AST berfungsi mengkatalisis pemindahan aspartate

menjadi bagian dari gugus keton pada α-ketoglutarate sehingga menghasilkan

oxaloacetate dan glutamate (Thapa dan Walia, 2007).

Enzim ALT utamanya terdapat dalam sitosol khususnya di sel hepatosit. Enzim ALT adalah enzim spesifik yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan hati. Enzim AST terdapat dalam sitosol dan mitokondria yang mana jumlahnya tinggi pada sel-sel organ jantung, jaringan otot, ginjal dan otak (Thapa dan Walia, 2007). Selain ALT-AST ada beberapa enzim lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan hati seperti enzim Fosfatase Alkali (ALP) dan gama-glutamil transpeptidase (GGT) (Sacher dan McPherson, 2004).

C. Hepatotoksin

Hepatotoksin diklasifikasikan menjadi :

1. Hepatotoksin teramalkan (tipe A)

Hepatotoksin tipe A merupakan suatu senyawa atau obat yang mempengaruhi sebagian besar individu yang mana akan memberikan efek toksik jika ditelan dalam jumlah yang cukup. Jenis hepototoksin ini bergantung pada jumlah dosis yang diberikan. Beberapa obat/senyawa tipe ini


(35)

adalah parasetamol (asetaminofen), karbon tetraklorida, salisilat, tetrasiklin dan metotrexat (Forrest, 2006).

2. Hepatotoksin tak teramalkan (tipe B)

Hepatotoksin tipe B merupakan suatu senyawa atau obat yang jika diberikan pada orang-orang tertentu akan memberikan efek toksik. Hepatotoksin jenis ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh senyawa/ obat jenis ini adalah klorpromazin, halotan dan isoniazid (Forrest, 2006).

D. Karbon Tetraklorida

Gambar 2. Struktur Karbon Tetraklorida (pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)

Karbon tetraklorida (Gambar 2) adalah cairan jernih, mudah menguap, memiliki bau yang khas dan memiliki berat molekul 153,82 (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Ketoksikan karbon tetraklorida lebih dipelajari secara ekstensif dibandingkan dengan hepatotoksin yang lain. Ketoksikan karbon tetraklorida bergantung pada aktivasi metabolik CYP2E1. Hati menjadi target utama efek toksisitas karbon tetraklorida karena mengandung banyak sitokrom P450. Karbon tetraklorida dengan dosis rendah dapat menyebabkan perlemakan di hati dan kehancuran sitokrom P450. Kerentanan ketoksikan sitokrom P450 berada pada daerah sentrilobular dan mid-zona hati. Pada tikus, isozim yang selektif adalah CYP2E1. Kerusakan CYP2E1


(36)

dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia, semakin banyak oksigen maka kerusakan yang terjadi akan semakin besar. Kerusakan/kehancuran ini disebabkan oleh radikal trikloroperoxi yang mana lebih reaktif daripada radikal triklorometil

(•CCl3) (Timbrell, 2009).

Gambar 3. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2009)

Dalam prosesnya pada gambar 3, CYP2E1 bersifat reduktif dan mengkatalis penambahan elektron yang mana akan memungkinkan pembelahan hemolitik, hilangnya ion klorida dan pembentukan radikal triklorometil (•CCl3).

Radikal triklometil akan mengalami salah satu reaksi. Atom hidrogen dari donor (berasal dari metilen) akan menjembatani reaksi antara radikal triklorometil dengan asam lemak tak jenuh atau protein yang mana akan menghasilkan ikatan kovalen. Radikal kovalen triklorometil ini akan kembali mengikat lemak mikrosomal dan protein dan akan bereaksi langsung dengan membran fosfolipid dan kolesterol yang mana akan menimbulkan efek toksik. Hasil lainnya adalah


(37)

kloroform yang dikenal sebagai metabolit karbon tetraklorida. Hasil lainnya juga adalah produksi metabolit radikal yang reaktif (tidak stabil) dengan bantuan O2

mengakibatkan terjadi peroksidasi lipid. Pembentukan peroksidasi lipid ini akan menghasilkan pemecahan lemak tak jenuh dan dari pemecahan lemak tak jenuh ini akan memberikan senyawa karbonil seperti 4-hydroxynonenal dan

hydroxyalkenal lainnya. Dimana senyawa-senyawa ini akan menghambat sintesis protein dan menghambat enzim glukosa-6-fosfat (Timbrell, 2009).

Satu sampai tiga jam setelah pemejanan karbon tetraklorida, trigliserida akan menumpuk di hepatosit dan terlihat droplet lemak. Lemak yang berada di hati akan menghambat sintesis protein yang mengakibatkan produksi kompleks lipoprotein menurun sehingga pengangkutan lemak keluar dari hati menjadi terhambat, hal ini akan menyebabkan perlemakan hati (steatosis) (Timbrell, 2009). Kerusakan hati dapat memicu terjadinya cedera membran hepatosit yang dapat menyebabkan keluarnya isi sel ke dalam aliran darah, diantaranya adalah enzim ALT-AST. Enzim ALT-AST secara normal berada di dalam sel namun jika terjadi kerusakan sel hepatosit enzim ini akan keluar dan masuk ke dalam aliran darah. Pada penyakit hati, kadar serum ALT dan AST akan naik maupun turun secara bersamaan (Sacher dan McPherson, 2004). Menurut penelitian Cao, Li, Chen, Cai, Tu (2014) aktivitas serum ALT-AST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida akan meningkat 3 – 4 kali dari nilai normal. Hal ini menegaskan bahwa penginduksian karbon tetraklorida dapat meningkatkan aktivitas serum ALT-AST.


(38)

E. Persea americana Mill. 1. Taksonomi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae (famili Laurel)

Genus : Persea Mill.

Spesies : Persea americana Mill. (Alpukat)

(USDA, 2014).

2. Sinonim

Persea gratissima Gaertn.f., Persea drymifolia Schlecht. & Cham., Persea nubigena L.O. Williams (Proseanet, 2014).

3. Nama lain

Amerika: avocado; Burma: htaw bat, kyese; Inggris: alligator pear, avocado, avocado-pear, butter fruit; Perancis: avocat, avocatier, zabelbok, zaboka; Filipina: avocado; Jerman: Alligatorbirne, Avocadobirne; Indonesia: adpukat, avokad; Malaysia: apukado, avocado; Spanyol: aguacate, pagua; Thailand:


(39)

4. Morfologi

Pohon alpukat (Persea americana Mill.) berwarna hijau dengan tinggi mencapai 20 m. Mempunyai daun tunggal, tersusun spiral, tepi daun rata; panjang tangkai daun 1,5 – 5 cm; daun berbentuk eplips hingga lanset, bulat telur hingga bulat telur sungsang, panjang daun 5 - 40 cm dan lebar 3 – 15 cm, permukaan atas daun diselaputi lilin. Perbungaan berupa tongkol majemuk (malai) yang muncul di ujung cabang; bunga banci tersusun atas 3 daun mahkota, memiliki bau harum; perhiasan bunga tersusun atas dua lingkaran; benang sari 9 di dalam 3 lingkaran; kumpulan benang sari di bagian dalam mengeluarkan 2 nektar dibagian dasarnya; putik terdiri atas satu ruang bakal buah, tangkai kepala putik ramping dengan kepala putik tunggal (simple papillate stigma). Buah besar berdaging dan berair, berbiji tunggal, permukaan buah halus, panjang 7 -20 cm. buah besar dan bulat, dilapisi dua lapisan dan dua kotiledon besar yang melindungi embrio kecil (Proseanet, 2014).

5. Kandungan kimia

Buah dan daun alpukat (Persea americana Mill.) mengandung beberapa kandungan fitokimia seperti saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, fenol dan steroid (Arukwe, et al., 2012). Di dalam kulit dan biji alpukat kaya akan katekin, procyanidin dan hydroxycinnamic acid (Rodriquez-Carpena, et al., 2011). Biji alpukat mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, triterpenoid, tannin, flavonoid dan saponin (Marlinda, Sangi dan Wuntu, 2012). Kulit alpukat mengandung 5-O-caffeoylquinic acid dan turunan


(40)

6. Khasiat dan kegunaan

Secara tradisional biji Persea americana Mill. digunakan untuk mengobati diare, disentri, sakit gigi, parasit didaerah usus, perawatan kulit dan kecantikan. Daun Persea americana Mill. dilaporkan memiliki aktivitas anti-inflamasi dan analgesik (Idris, Ndukwe dan Gimba, 2009). Ekstrak daunnya digunakan untuk antihipertensi dan diuretik. Secara tradisional biji Persea americana Mill. digunakan untuk pengobatan hipertensi (Asaolu, Fisayo, Sunday, Olugbenga, Aluko, Tola, 2010). Menurut penelitian Putri (2013) biji

Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif.

F. Infundasi

Infundasi adalah salah satu metode ekstraksi yang merupakan proses penarikan suatu kandungan kimia yang dapat larut dalam pelarut cair tertentu sehingga dapat terpisah dari bahan yang tidak larut. Infundasi dilakukan untuk menyari kandungan senyawa aktif yang larut dalam air yang diperoleh dari bahan-bahan nabati pada suhu 90oC selama 15 menit. Hasil proses infundasi disebut infusa (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986). Setelah itu, dilakukan penyerkaian kain flannel menggunakan air panas tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

G. Landasan Teori

Kerusakan hati dapat terjadi secara akut maupun kronis. Jenis-jenis kerusakan hati meliputi steatosis (perlemakan hati), fibrosis dan sirosis, kolestasis dan nekrosis. Kerusakan hati terjadi karena adanya paparan senyawa/bahan kimia


(41)

toksik, obat-obatan dan sebagainya. Senyawa atau obat dalam dosis tinggi yang dapat merusak hati misalnya adalah karbon tetraklorida dan parasetamol. Karbon tetraklorida adalah senyawa model hepatotoksin yang dapat menimbulkan perlemakan hati. Sitokrom P450 2E1 akan mengkatalis karbon tetraklorida menjadi radikal triklorometil yang akan berikatan dengan asam lemak tak jenuh dan protein menghasilkan ikatan kovalen yang akan mengakibatkan terjadi ketoksikan. Selain itu radikal triklorometil (•CCl3) yang di bantu oleh O2 akan

menghasilkan peroksidasi lipid yang mana akan menurunkan produksi lipoprotein sehingga terjadi akumulasi lemak dalam hati, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya perlemakan hati (steatosis) (Timbrell, 2009). Gangguan pada hati dapat menyebabkan permeabilitas sel hepatosit terganggu, jika terjadi cedera pada sel hepatosit dapat mengakibatkan isi sel akan keluar dan masuk kedalam aliran darah. Enzim ALT-AST merupakan salah satu diantaranya. Jika terjadi cedera sel, enzim ALT-AST yang normalnya berada di dalam sel akan keluar dan masuk ke dalam aliran darah. Kenaikan aktivitas ALT-AST sebanding dengan tingkat kerusakan hati.

Menurut penelitian Vinha, et al., (2013) biji dan kulit alpukat (Persea americana Mill.) mengandung fenolat, flavonoid, karotenoid, vitamin C, dan vitamin E. Senyawa flavonoid pada Persea americana Mill. bersifat sebagai antioksidan yang dapat mengurangi pembentukan dan mengikat radikal bebas. Fenolik dan antioksidan lainnya dapat diperoleh melalui ekstraksi menggunakan air (Xu, et.al., 2008). Pada penelitian Putri (2013) melaporkan bahwa biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif. Pada penelitian ini diharapkan


(42)

kandungan fenolat, flavonoid dan vitamin C dari ekstrak kulit Persea americana

Mill. ini dapat menghambat pembentukan radikal triklorometil (•CCl3) sehingga

dapat mengurangi efek toksik karbon tetraklorida.

H. Hipotesis

Pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. dapat menurunkan aktivitas ALT-AST serum pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.


(43)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel- variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida

b. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi hewan uji yaitu tikus jantan galur Wistar dengan berat badan 150-250 g dan umur 2-3 bulan, frekuensi pemberian infusa kulit Persea americana Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama. Cara pemberian senyawa pada tikus dilakukan secara peroral dan bahan uji yang digunakan berupa kulit Persea americana Mill.


(44)

b. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar yang digunakan.

3. Definisi operasional

a. Infusa kulit Persea americana Mill. Konsentrasi infusa kulit Persea americana Mill. 100% diperoleh dengan cara menginfundasi 8 gram serbuk kering kulit Persea americana Mill. dalam 100,0 mL air pada suhu 90oC selama 15 menit

b. Efek hepatoprotektif. Didefinisikan sebagai kemampuan infusa kulit Persea americana Mill. pada dosis tertentu untuk menurunkan aktivitas ALT-AST pada serum tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida

c. Pemberian jangka panjang. Pemberian infusa kulit Persea americana Mill. dilakukan satu kali sehari selama enam hari berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama

d. Dosis efektif. Dosis terkecil dari infusa kulit Persea americana Mill. yang dapat menurunkan aktivitas ALT-AST pada serum tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida

C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan berupa tikus jantan galur Wistar dengan umur 2-3 bulan dan berat badan 150-250 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(45)

2. Bahan kimia

a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

b. Aquades sebagai pelarut yang digunakan untuk pembuatan sediaan uji infusa kulit Persea americana Mill. yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. c. Aqua bidestilata yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis

Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta digunakan sebagai blanko pada pengujian aktivitas AST-ALT

d. Kontrol negatif yang digunakan adalah olive oil Bertoli® yang diperoleh dari Supermarket Mirota Kampus, Yogyakarta.

e. Pelarut Hepatoksin yang digunakan adalah olive oil Bertoli® f. Reagen ALT

Reagen serum yang digunakan adalah reagen ALT Abbott. Komposisi dan Konsentrasi dari reagen ALT adalah sebagai berikut.

Tabel I. Komposisi dan Konsentrasi reagen ALT

Komposisi Konsentrasi

R1 :β-NADH 0,16 mg/mL

Lactate dehydrogenase 2,57 U/mL

L-Alanine 392 mmol/L

R2 : α-Ketoglutaric acid 77 mmol/L


(46)

g. Reagen AST

Reagen serum yang digunakan adalah reagen ALT Abbott. Komposisi dan Konsentrasi dari reagen AST adalah sebagai berikut.

Tabel II. Komposisi dan Konsentrasi reagen AST

Komposisi Konsentrasi

R1 :β-NADH 0,16 mg/mL

Malate Dehydrogenase 0,64 U/mL

Lactate dehydrogenase 0,64 U/mL

L-Aspartate 232 mmol/L

R2 : α-Ketoglutarate 51,3 mmol/L

L-Aspartate 100 mmol/L

D. Alat atau Instrumen Penelitian

Alat-alat pembuat serbuk kering kulit Persea americana Mill. antara lain : oven, mesin penyerbuk, timbangan elektrik. Alat-alat infusa kulit Persea americana Mill. antara lain : panci enamel, heater, termometer, gelas ukur, stopwatch, timbangan elektrik, corong. Alat-alat uji hepatoprotektif anatar lain : Seperangkat alat gelas berupa Beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan elektrik Mettler

Toledo®, sentrifuge Centurion Scientific®, vortex Genie Wilten®, spuit per oral dan

syringe 3 cc Terumo®, spuit intraperotonial dan syringe 1 cc Terumo®, pipa


(47)

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi Persea americana Mill.

Determinasi kulit Persea americana Mill. dilakukan dengan cara mencocokan ciri-ciri makroskopis kulit Persea americana Mill. yang berasal dari depot es di Yogyakarta dengan literatur yang diperoleh (Agrilink, 2001).

2. Pengumpulan bahan

Bahan uji yang akan digunakan adalah serbuk kulit Persea americana Mill. yang berwarna kuning kecoklatan. Pengumpulan kulit Persea americana Mill. dikumpulkan pada bulan Juni – Juli 2014.

3. Pembuatan serbuk kulit Persea americana Mill.

Kulit Persea americana Mill. dibersihkan dari sisa-sisa daging buah yang menempel lalu di cuci hingga bersih. Setelah itu kulit di potong/ di robek kecil-kecil dan diangin-anginkan sehingga kulit tidak nampak terlalu basah lalu dioven pada suhu 50oC selama 24 jam. Setelah kering, kulit dibuat serbuk dan diayak dengan ayakan no. 40 agar kandungan fitokimia yang terkandung dalam kulit Persea americana Mill. lebih mudah terekstrak karena luas permukaan serbuk dengan pelarut semakin besar.

4. Penetapan kadar air serbuk kulit Persea americana Mill.

Proses penetapan kadar air serbuk kulit Persea americana Mill. dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance. Serbuk ditimbang dan dicatat sebagai bobot sebelum dipanaskan. Lalu serbuk kulit Persea americana Mill. dipanaskan selama 15 menit pada suhu 105˚C. Kemudian serbuk ditimbang kembali sebagai bobot sesudah pemanasan. Selisih bobot


(48)

sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan merupakan kadar air dari sampel yang diteliti.

5. Pembuatan infusa kulit Persea americana Mill.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Putri (2013) mengenai Efek Hepatoprotektif Infusa biji Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida yang mana peneliti tersebut menggunakan 8 gram serbuk dan 116 mL.

Dalam penelitian ini, infusa kulit Persea americana Mill dibuat dengan mengambil sebanyak 8 g serbuk kulit Persea americana Mill. dimasukkan ke dalam panci enamel lalu dibasahi terlebih dahulu dengan 16 mL aqudest lalu di tambahkan lagi dengan 100,0 mL aquadest. Campuran ini kemudian dipanaskan diatas heater pada suhu 90oC selama 15 menit. Waktu 15 menit terhitung pada saat campuran mencapai suhu 90oC. lalu menyiapkan corong yang telah diberi kain flannel. Kain flannel sebelum di tuang infusa kulit

Persea americana Mill. terlebih dahulu dijenuhkan dengan aquades panas. Setelah itu hasil infusa disaring, diperas dan ditampung dalam labu ukur 100 mL, jika kurang tambahkan aquades panas melalui kain flannel hingga tanda batas. Infusa kulit Persea americana Mill. dibuat dengan konsentrasi 8%. 6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dengan konsentrasi 50%

Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% didasarkan pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) yang mana perbandingan volume karbon tetraklorida dan olive oil (sebagai pelarut) adalah 1 : 1. Volume karbon tetraklorida dan olive oil dibuat sama pada saat akan dicampurkan.


(49)

7. Uji Pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida didasarkan pda penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) yang menjelaskan bahwa dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan terjadinya hepatotoksik adalah 2 mL/kgBB. Dosis ini diketahui mampu merusak sel-sel hepar pada tikus jantan galur Wistar yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT-AST tetapi tidak menimbulkan kematian hewan uji. Menurut penelitian Cao, et.al., (2014) aktivitas serum ALT-AST pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida akan meningkat 3 – 4 kali dari nilai normal. Penelitian Nurcahyanti (2013) menjelaskan peningkatan ALT-AST sebesar 3 – 5 kali dari kondisi awal mampu menyebabkan terjadinya kerusakan sel pada hati tikus.

b. Penetapan dosis infusa kulit Persea americana Mill.

Berdasarkan penelitian Putri (2013) konsentrasi infusa serbuk biji

Persea americana Mill. yang digunakan sebesar 8g/100mL yang mana akan dilanjutkan pada penelitian ini dengan membuat konsentrasi infusa kulit Persea americana Mill. sebesar 8%.

Peringkat dosis yang digunakan didasarkan pada pengobatan yang biasa digunakan pada masyarakat, yaitu sekitar ± 2 sendok makan atau setara dengan 4 gram serbuk kulit Persea americana Mill. yang direbus dengan 250 ml air. Maka dosis perlakuan yang digunakan adalah 4 g/70


(50)

kgBB manusia. Konversi dosis tikus (manusia 70 kg ke tikus 200g) = 0,018.

Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 4g = 0,72 g/200 g BB = 360 mg/kg BB. Konsentrasi maksimal infusa kulit Persea americana Mill. yang dibuat adalah 8 g/100 ml, dengan asumsi berat badan maksimal hewan uji adalah 250 g dan volume pemberian maksimal infusa secara p.o = 5 ml.

Berdasarkan perhitungan : D x 250 g = 8 g/ 100ml x 5 ml

D = 1600 mg/kg BB, dosis ini merupakan dosis tinggi perlakuan. Untuk mendapatkan dosis tengah perlakuan, terlebih dahulu dihitung faktor kelipatan dari dosis rendah dan dosis tinggi yang sudah diperoleh. Perhitungan faktor kelipatan sebagai berikut :

n = jumlah peringkat dosis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan 3 peringkat dosis maka n = 3, sehingga perhitungannya sebagai berikut.

= 2,1 (Faktor Kelipatan)

Berdasarkan faktor kelipatan yang diperoleh maka dosis tengah dan dosis rendah perlakuan ditentukan sebagai berikut :

D = 1600 mg/ kg BB : 2,1 = 761,9 mg/ kg BB (dosis tengah)


(51)

c. Penetapan waktu pencuplikan darah

Pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) dan Nurcahyanti (2013) menjelaskan bahwa waktu optimum kenaikan serum ALT-AST terjadi pada waktu 24 jam. Pada penelitian ini dilakukan orientasi dengan 3 cuplikan, yaitu jam 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida. Hal ini dilakukan untuk melihat profil kenaikan serum ALT. Dalam orientasi menggunakan tiga kelompok perlakuan waktu dan disetiap kelompok menggunakan lima ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Lima ekor tikus ini diambil darahnya masing-masing pada jam ke 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetrakorida untuk diukur aktivitas serum ALT.

8. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Sejumlah tiga puluh ekor tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan yang masing-masing perlakuan sejumlah lima ekor tikus. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi campuran karbon tetraklorida dan

olive oil (sebagai pelarut) dengan perbandingan 1 : 1 dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (Kontrol negatif olive oil) diberi olive oil

sebanyak 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (Kontrol Infusa) diberi infusa kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kg BB secara per oral selama 6 hari berturut-turut. Kelompok IV (dosis 362,8 mg/kg BB) diberi infusa kulit Persea americana Mill. secara per oral. Kelompok V (dosis 761,9 mg/kg BB) diberi infusa kulit Persea americana Mill. secara per oral. Kelompok VI (dosis 1600 mg/kg BB) diberi infusa kulit Persea americana


(52)

Mill. secara per oral. Semua perlakuan dilakukan sekali sehari selama enam hari berturut-turut.

Pada hari ke tujuh kelompok perlakuan IV-VI diberi larutan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB secara per oral. Dua puluh empat jam paska di induksi karbon tetraklorida tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis pada mata, dan diukur aktivitas ALT-AST pada serum.

9. Pembuatan serum

Darah diambil melalui bagian sinus orbitalis mata tikus dan di tampung dalam tabung Eppendorf. Darah didiamkan selama kurang lebih 15 menit dan disentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama 15 menit. Kemudian diambil bagian supernatannya (serum).

10.Pengukuran aktivitas ALT serum pada orientasi

Alat yang digunakan untuk mengukur aktivitas ALT serum adalah Microlab 200 Merck®. Sebelum melakukan pengukuran sampel, alat di flushing

dengan menggunakan aqua bidestilata selama ± 30 menit.

Analisis fotometri ALT dilakukan dengan cara : 100 µl serum dicampur dengan 1000 µl reagen I lalu di vortex selama 5 detik, didiamkan selama 2 menit, setelah itu dicampur dengan 250 µl reagen II, kemudian di vortex selama 5 detik dan dibaca serapan setelah 1 menit. Aktivitas ALT serum dinyatakan dalam U/L.

Pengukuran aktivitas ALT serum saat orientasi dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma


(53)

Yogyakarta dan pengukuran aktivitas ALT-AST serum saat penelitian dilakukan di Laboratorium Parahita Yogyakarta.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data aktivitas ALT-AST dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data pada masing-masing kelompok perlakuan. Nilai normal suatu data ditunjukkan dengan nilai p>0,05.Apabila hasil analisis statistik

Kolmogorov-Smirnov aktivitas ALT-AST menunjukkan distribusi data normal, dilanjutkan dengan analisis One Way Anova dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk melihat homogenitas data. Apabila hasil tersebut menunjukkan nilai signifikansi (p>0,05), berarti data tersebut homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Perbedaan bermakna (signifikan) dinyatakan dengan nilai p<0.05 dan tidak bermakna (tidak signifikan) jika nilai p>0.05.

Data aktivitas ALT-AST serum yang diperoleh pada kelompok diketahui tidak normal maka dilakukan analisis data menggunakan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Perbedaan bermakna (signifikan) dinyatakan dengan nilai p<0.05 dan tidak bermakna (tidak signifikan) jika nilai p>0.05.

Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin karbon tetraklorida diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

x 100%


(54)

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan dosis efektif serta ada tidaknya kekerabatan antara dosis pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

A. Penyiapan Bahan 1. Hasil determinasi kulit Persea americana Mill.

Determinasi bahan uji bertujuan untuk memastikan bahwa kulit Persea americana Mill. yang diperoleh telah sesuai dengan literatur yang ada sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penyiapan bahan uji.

Determinasi dilakukan secara makrokopis dengan membandingkan buah

Persea americana Mill. yang diperoleh dari depot es di Yogyakarta dengan literatur (Agrilink, 2001). Berdasarkan perbandingan bentuk, warna kulit, ketebalan kulit, permukaan kulit, ketebalan daging buah dan berat buah, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa buah Persea americana Mill. yang di peroleh dari depot es adalah benar buah Persea americana Mill.

2. Penetapan kadar air serbuk kulit Persea americana Mill.

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air pada serbuk kulit Persea americana Mill. yang akan digunakan. Menurut Farmakope Indonesia IV kadar air yang baik pada serbuk kering adalah kurang dari 10%. Penetapan kadar air ini dilakukan menggunakan alat moisture balance dengan


(55)

metode susut pengeringan atau gravimetri. Serbuk kulit Persea americana

Mill. yang sudah ditimbang dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit, yang mana diperkirakan dengan suhu dan waktu seperti ini kadar air di dalam serbuk akan berkurang. Setelah itu serbuk kembali ditimbang. Selisih bobot sebelum dan sesudah pemanasan merupakan kadar air serbuk. Berdasarkan hasil pengujian, kadar air pada serbuk kulit Persea americana Mill. yang digunakan sebesar 7,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk kulit Persea americana Mill. telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

B. Uji Pendahuluan 1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Penetapan dosis hepatotoksik bertujuan untuk mengetahui dosis efektif karbon tetraklorida yang dapat menimbulkan perlemakan hati (steatosis). Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan terjadiya steatosis sebesar 2 mL/kgBB tikus. Dosis ini mampu merusak sel-sel hepar pada tikus jantan galur Wistar yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT-AST namun tidak menimbulkan kematian hewan uji. Menurut penelitian Cao, et.al., (2014) tikus terinduksi karbon tetraklorida yang mengalami perlemakan hati (steatosis) aktivitas serum ALT-AST akan meningkat 3 – 4 kali dari nilai normal.

2. Penetapan dosis dan lama pemejanan infusa kulit Persea americana Mill.

Penetapan dosis dan lama pemejanan infusa adalah untuk mengetahui penggunaan dosis dan lama pemberian infusa kulit Persea americana Mill. yang akan dipejankan ke tikus. Penetapan dosis dan lama pemejanan infusa


(56)

mengacu pada penelitian Putri (2013), yang mana dosis tertinggi sebesar 1600 mg/kgBB, dosis tengah sebesar 761,9 mg/kgBB dan dosis rendah sebesar 362,8 mg/kgBB. Hewan uji akan dipejankan infusa kulit Persea americana

Mill. selama enam hari dan pada hari ketujuh akan diinduksi hepatotoksin karbon tetraklorida 50% dengan dosis 2 mL/kgBB.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Putri (2013) yang mana hetatotoksin yang digunakan sama yaitu karbon tetraklorida namun sediaan infusa yang digunakan berbeda.

3. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

Penentuan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk melihat efek maksimal hepatotoksik dari senyawa karbon tetraklorida. Senyawa model hepatotoksin ini diinduksikan pada tikus dengan dosis 2 mL/kgBB dengan selang waktu 0, 24 dan 48 jam. Ketoksikan karbon tetrakorida dapat dilihat dari kenaikan aktivitas ALT-AST pada serum darah tikus. Hasil penetapan pencuplikan darah berdasarkan kenaikan ALT dapat dilihat pada tabel III dan gambar 4.


(57)

Tabel III. Purata ± SE aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2 mL/kgBB pada

waktu pencuplikan darah (n=3)

Selang Waktu (jam) Purata aktivitas serum ALT ± SE (U/L)

0 72,3 ± 5,8

24 217,3 ± 2,7

48 90,3 ± 3,8

Keterangan. SE : Strandar Error

Gambar 4. Diagram batang aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2 mL/kgBB pada

waktu pencuplikan darah

Berdasarkan hasil statistik uji Kolmogorov-Smirvov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan variansi data homogen sehingga dapat berlanjut pada pengukuran satu arah (oneway anova). Dari hasil analisis data aktivitas ALT menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna dari ketiga kelompok waktu ini. Untuk mengetahui


(58)

kebermaknaan tiap kelompok waktu pencuplikan darah dilakukan Uji Schffe

yang mana hasilnya dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil Uji Schffe aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah pemberian karbon tetraklorida (CCl4) dosis 2 mL/kgBB pada

waktu pencuplikan darah

Selang Waktu (jam) 0 24 48

0 BB BTB

24 BB BB

48 BTB BB

Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05), BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)

Kenaikan signifikan aktivitas ALT terjadi pada jam ke 24 seperti yang terlihat pada tabel III dengan purata kenaikan mencapai 217,3 ± 2,7 U/L. Pada gambar 4 dan tabel IV terlihat perbedaan yang bermakna yang mana terjadi kenaikan yang signifikan pada aktivitas ALT pada jam ke 24 sedangkan pada jam ke 48 terjadi penurunan. Penurunan aktivitas ALT pada jam ke 48 dinyatakan berbeda tidak bermakna jika dibandingkan dengan jam ke 0, ini artinya pada jam ke 48 fungsi hati mulai kembali normal. Saat orientasi hanya dilakukan pengukuran enzim ALT karena enzim ini lebih spesifik pada hati dan dapat dikatakan naik turunnya enzim ALT pada penyakit hati akan berbanding lurus dengan kenaikan dan penurunan enzim AST.

Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas karbon tetraklorida yang memberikan efek hepatotoksik terjadi pada jam ke 24 yang ditandai dengan kenaikan aktivitas ALT serum yang signifikan pada jam tersebut. Untuk itu


(59)

penetapan waktu pencuplikan darah dilakukan pada jam ke 24 setelah diinduksi karbon tetraklorida.

C. Hasil Uji Efek Hepatoprotektif Infusa Kulit Persea americana Mill.

Efek hepatoprotektif dapat dilihat dengan menggunakan paremater ada tidaknya penurunan aktivitas ALT-AST serum setelah praperlakuan infusa kulit

Persea americana Mill. yang akan dibandingkan dengan kontrol karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dan kontrol olive oil dosis 2 mL/kgBB. Satuan aktivitas AST serum adalah U/L. Hasil pengukuran purata ± aktivitas ALT-AST serum dapat dilihat pada tabel V, gambar 4 dan 5.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data ALT-AST serum normal. Berdasarkan uji Oneway, data ALT-AST serum menunjukkan variansi yang tidak homogen dengan uji Levene

0,001 (ALT-serum) dan 0,000(AST-serum) (p<0,05) untuk itu akan dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk melihat kerbermaknaan data ALT-AST serum. Dari hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh signifikasi sebesar 0,001 (ALT-serum) dan 0,000 (AST-serum) (p<0,05) untuk itu akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada tabel VI dan tabel VII.


(60)

Tabel V. Purata ± SE aktivitas ALT-AST serum tikus galur Wistar dan % hepatoprotektif setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hati ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB.

Kel .

Perlakuan Purata aktivitas ALT ± SE (U/L)

Efek Hepatoprotektif (%)

ALT AST ALT AST

I Kontrol karbon tetraklorida 2 mL/kgBB 246,8 ± 10,2 762,2 ± 43,1 - -

II Kontrol olive oil 2 mL/kgBB

81,6 ± 3,1 127,8 ± 7,3

- -

III Kontrol Infusa kulit

Persea americana Mill. 1600 mg/kgBB

120,2 ± 3,1 120,0 ± 5,7

- -

IV Infusa kulit Persea americana Mill. 362,81 mg/kgBB + CCl4 2

mL/kgBB

137,3 ± 17,1

459,4 ± 54,1

66,3 47,7

V Infusa kulit Persea americana Mill. 761,90 mg/kgBB + CCl4 2

mL/kgBB

144,2 ± 7,1 575,2 ± 68.1

62,1 29,5

VI Infusa kulit Persea americana Mill. 1600 mg/kgBB + CCl4 2

mL/kgBB

130,7 ± 17,4

681,1 ± 72,1


(61)

Gambar 5. Diagram batang aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hati ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB

Gambar 6. Diagram batang aktivitas AST pada serum tikus jantan galur Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hati ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB Keterangan Gambar 4 dan 5. Dosis 1 : 362,8 mg/kgBB; Dosis 2 : 761,9 mg/kgBB;


(62)

Tabel VI. Hasil Uji Mann-Whitney aktivitas ALT pada serum tikus jantan galur Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hari ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB

Kontrol CCl4 2

mL/kgBB

Kontrol

Olive Oil 2 mL/kgBB Kontrol Infusa kulit Persea americana Mill. 1600 mg/kgBB Infusa kulit Persea americana Mill 362,8 mg/kgBB

+ CCl4 2

mL/kgBB Infusa kulit Persea americana Mill 761,9 mg/kgBB +

CCl4 2

mL/kgBB Infusa kulit Persea americana Mill 1600 mg/kgBB +

CCl4 2

mL/kgBB Kontrol karbon tetraklorida 2 mL/kgBB BB BB

BB BB BB

Kontrol Olive Oil

2 mL/kgBB

BB BB BB BB BB

Kontrol Infusa kulit Persea americana Mill.

1600 mg/kgBB

BB BB BTB BB BTB

Infusa kulit

Persea americana

Mill 362,8 mg/kgBB + CCl4

2 mL/kgBB

BB BB BTB BTB BTB

Infusa kulit

Persea americana

Mill 761,9 mg/kgBB + CCl4

2 mL/kgBB

BB BB BB BTB

BTB

Infusa kulit

Persea americana

Mill 1600 mg/kgBB + CCl4

2 mL/kgBB

BB BB BTB BTB BTB


(63)

Tabel VII. Hasil Uji Mann-Whitney aktivitas AST pada serum tikus jantan galur Wistar setelah praperlakuan infusa kulit Persea americana Mill. selama enam hari dan pada hari ketujuh diinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB

Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05), BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)

Kontrol CCl4 2

mL/kgB B Kontrol Olive Oil 2 mL/kgB B Kontrol Infusa kulit Persea americana Mill. 1600 mg/kgBB Infusa kulit Persea americana Mill 362,8 mg/kgBB

+ CCl4 2

mL/kgBB

Infusa kulit

Persea americana Mill 761,9 mg/kgBB

+ CCl4 2

mL/kgBB

Infusa kulit

Persea americana Mill 1600 mg/kgBB

+ CCl4 2

mL/kgBB Kontrol karbon tetraklorida 2 mL/kgBB BB BB

BB BTB BTB

Kontrol Olive Oil 2 mL/kgBB

BB BTB BB BB BB

Kontrol Infusa kulit Persea

americana

Mill. 1600 mg/kgBB

BB BTB BB BB BB

Infusa kulit

Persea americana Mill 362,8 mg/kgBB

+ CCl4 2

mL/kgBB

BB BB BB BTB BTB

Infusa kulit

Persea americana Mill 761,9 mg/kgBB

+ CCl4 2

mL/kgBB

BTB BB BB BTB

BTB

Infusa kulit

Persea americana Mill 1600 mg/kgBB

+ CCl4 2

mL/kgBB


(1)

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks AST Dosis 2 5 3.80 19.00

Dosis 3 5 7.20 36.00 Total 10

Test Statisticsb

AST Mann-Whitney U 4.000 Wilcoxon W 19.000

Z -1.776

Asymp. Sig. (2-tailed) .076 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a a. Not corrected for ties.


(2)

Lampiran 11. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa kulit Persea americana Mill. pada kelompok perlakuan

Penetapan peringkat dosis :

 Konsentrasi infusa kulit Persea americana Mill. sebesar 8% (Putri, 2013)  Bobot tikus yaitu 250 g

 Pemberian infusa secara per oral pada tikus yaitu 5 mL

Penentuan dosis rendah infusa kulit Persea americana Mill. di dasarkan pada penggunaan rebusan kulit Persea americana Mill. di masyarakat sebesar 4 g/hari.

 Dosis manusia 70 kgBB = 4 g

 Konversi dosis manusia 70 kg ke tikus 200 g = 0,018

Dosis untuk tikus 200 gBB = 0,018 x 4 g = 0,72 g/200 gBB = 360 mg/kgBB Penetapan dosis tertinggi infusa kulit Persea americana Mill.

D X BB = C X V

dosis x berat badan tikus = konsentrasi infusa x volume pemberian D x 250 g = 8g/100 mL x 5 mL

Dosis = 1600 mg/kgBB

Penetapan dosis tengah di dasarkan pada faktor kelipatan dari kedua dosis, dengan nilai n = 3

Faktor kelipatan =

= 2,1


(3)

Dosis tengah = 1600 mg/kgBB : 2,1 = 761,9 mg/kgBB Dosis rendah = 761,9 mg/kgBB : 2,1 = 362,8 mg/kgBB

Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia  Konversi tikus 200 g ke manusia 70 kgBB = 56,0

 Penetapan Dosis Infusa Kulit Persea americana Mill. :

Dosis manusia = dosis tikus 200 gBB x angka konversi ke manusia 1. Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 362,8 mg/kgBB

362,8 mg/kgBB = 0,3628 g/kgBB

= 0,0003628 g/gBB x 200 gBB = 0,07256 g/200 gBB x 56 = 4,06336 g/70 kgBB = 2,9024 g/50 kgBB

2. Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 761,9 mg/kgBB 761,9 mg/kgBB = 0,7619 g/kgBB

= 0,0007619 g/gBB x 200 gBB = 0,15238 g/200 gBB x 56 = 8,53328 g/70 kgBB = 6,0952 g/50 kgBB

3. Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB 1600 mg/kgBB = 1,6 g/kgBB

= 0,0016 g/gBB x 200 gBB = 0,32 g/200 gBB x 56 = 17,92 g/70 kgBB = 12,8 g/50 kgBB


(4)

Lampiran 13. Perhitungan Efek Hepatoprotektif ALT

Rumus perhitungan efek hepatoprotektif bila olive oil di asumsikan memiliki efek hepatoprotektif sebesar 100 %

x 100%

Berdasarkan rumus tersebut, maka perhitungan efek hepatoprotektif setiap kelompok perlakuan adalah sebagai berikut.

1. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 362,8 mg/kgBB + Induksi Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

x 100% = 66,3 %

2. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 761,9 mg/kgBB + Induksi Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

x 100% = 62,1 %

3. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB + Induksi Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB


(5)

Lampiran 14. Perhitungan Efek Hepatoprotektif AST

Rumus perhitungan efek hepatoprotektif bila olive oil di asumsikan memiliki efek hepatoprotektif sebesar 100 %

X 100% Berdasarkan rumus tersebut, maka perhitungan efek hepatoprotektif setiap kelompok perlakuan adalah sebagai berikut.

1. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 362,8 mg/kgBB + Induksi Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

x 100% = 47,7 %

2. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 761,9 mg/kgBB + Induksi Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

x 100% = 29,5 %

3. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB + Induksi Karbon Tetraklorida dosis 2 mL/kgBB


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif Pemberian Infusa Kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST Tikus Terinduksi Karbon

Tetraklorida” memiliki nama lengkap Jolinna

Michelia Bitti. Penulis lahir di Jayapura pada tanggal 2 Maret 1993, merupakan anak pertama dari pasangan Obed Bitti dan Elisabeth Arung Pasulu. Penulis mengawali pendidikan di TK Sandhi Putra Jayapura (1998-1999) kemudian melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD YPPK Kristus Raja Dok V Jayapura (1999-2005). Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 1 Jayapura (2005-2008) kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Jayapura (2008-2011). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2011. Semasa kuliah penulis aktif di dalam beberapa kegiatan kepanitiaan dan unit kegiatan fakultas antara lain sebagai anggota Paduan Suara “Veronika” Fakultas Farmasi Sanata Dharma. Penulis pernah menjabat sebagai koordinator divisi dana dan usaha serta konsumsi pada pelaksanaan aksi hari kesehatan dan lingkungan hidup (2012), anggota divisi dana dan usaha Pharmacy Performance and Event Cup (2012), volunteer Desa Mitra (2013), among tamu Sarasehan Spiritualitas Ignasian (2013 dan 2014), Bendahara Kampanye Informasi Obat (KIO) (2013). Penulis pernah menjadi asisten praktikum Farmasi Komunitas (2014). Selain itu, penulis merupakan peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai Hibah oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2014.


Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekok biji Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 127

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekokta kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 8

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 112

Uji efek hepatoprotektif jangka pendek sediaan dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alt-ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8

Pengaruh waktu pemberian infusa biji alpukat (persea americana mill.) secara akut sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 115

Uji efek hepatoprotektif jangka pendek sediaan dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alt ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 1 6

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT AST tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 0 123

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 113

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 121