Mitos 'Phoenix' Dalam Film Animasi 'Hi No Tori'.

(1)

映画 火 鳥

鳳凰 神話性 分析

ン ア

0342054

ト教大学

文学部

日本文学料


(2)

序論

私 こ 論文 火 鳥 いう映画 通 鳳凰 関 神話

分析 ま こ 映画 有 漫画家 手塚治虫 書い ン フ

ク 作 ま そ 2004 年 高橋良助 こ ン ア

映画 作 ま こ 映画 2005 年 イタ Future Film

Festival い 賞 受 ま

火 鳥 いうア 映画 中 フ ク いう動物 あ

ま 日本 フ ク 鳳凰 火 鳥 いわ いま

鳳凰 空想上 火 死鳥 さ い こ 鳳凰 神話 中国 来ま

飛鳥時代 593-628 日本へ伝え ま 鳳凰 一般 鳥

類 形 描写さ いま

こ ア 鳳凰 神話 関 い テ 物語 編

成さ いま 私 こ ア 記述分析アプ チ理論 使 分

析 ま こ 方法 研究 現象 関係 性質 事実 組織的 確


(3)

日本人 鳳凰 永遠 命 持 神鳥 信 い 考え ま

鳳凰 善行 象徴 い 神 人 天国 使者 象徴

いま

日本人 鳳凰 神話 信 い こ 寺 鳳凰 像や 柄

見 わ ま こ 寺 大部分京都 奈良 あ ま

私 鳳凰 神話 火 鳥 いうア 通 日本人 信仰

心 理解 そこ そ 神話 分析 い 思 いま

本論

火 鳥 いうア 映画 手塚治虫 描い 鳳凰 姿形

頭 鶏 う 尾 ク ク う いま

こ ア 鳳凰 火 要素 持 鳥 描 いま こ

鳥 触 焼 え 鳳凰 ま 石 焼

鳳凰 捕 え う 焼 死 ま 鳳凰 火山

宿 火山 激 動 時 火 鳥 現 いわ いま 鳳凰 火


(4)

こ ア 鳳凰 永遠 命 死 鳥 いわ いま

鳳凰 矢 い 死 ませ 鳳凰 ア ユ

ヒコ 殺さ 火 中 生 え ま そ 鳳凰 永遠 命

持 そ 血 飲 人 死身 人間 ま こ こ サト 鳳

凰 永遠 命 え 六億年死 い 生 続 こ わ

こ ア 鳳凰 善行 動物 いわ いま 鳳凰 タケ

オ 生死 危険 ま そ い さ

鳳凰 天 人間 対的宿命 伝え 天国 使者 いわ ま

鳳凰 サコン ケ様 う い 伝えま サコン ケ様 オ尼僧

殺 鳳凰 イ い 伝えま

ま こ ア 輪廻 いう仏教 概念 秘 ま こ

オ 話 対話 見えま オ そういえ 僕 何度 生


(5)

サト 鳳凰 永遠 命 え 世界 消滅 過程 世 界 生 吹 返 過程 見ま

結論

私 火 鳥 いう映画 通 鳳凰 関 神話 分析 ま

そ こ 映画 日本人 鳳凰 神話 信 い こ わ ま

結論 こ 通

総合的 見 映画 出 い 鳳凰 神話 日本人 信 い 神

話 一致 いま 鳳凰 火 要素 持 死身 鳥 善行 鳥

天国 使者 あ こ わ ま ま 鳳凰 神話 仏教 概


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Pembatasan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Metode Penelitian ... 5

1.5Organisasi Penulisan ... 8

BAB II PHOENIX 2.1 Pengertian Phoenix ... 10

2.1.1 Phoenix Dalam Mitologi Yunani ... 10

2.1.2 Phoenix Dalam Mitologi Cina... 10

2.1.3 Phoenix di Jepang ... 13

2.2 Mitos Phoenix Dalam Kepercayaan Masyarakat Jepang ... 16

2.2.1 Phoenix Berelemen Api ... 17

2.2.2 Phoenix Membawa Kekuatan Keabadian/ Immortal ... 19


(7)

2.3 Pengaruh Buddhisme Dalam Mitos Phoenix (Reinkarnasi) ... 24

2.3.1 Hubungan Buddhisme dan Phoenix ... 24

2.3.2 Buddhisme di Jepang ... 25

2.3.2.1 Reinkarnasi dalam Ajaran Agama Buddha... 26

BAB III MITOS PHOENIX DALAM FILM ANIMASI HI NO TORI 3.1 Bentuk Phoenix ... 28

3.2 Phoenix Berelemen Api ... 29

3.3 Phoenix Membawa Kekuatan Keabadian ... 32

3.3.1 Phoenix Tidak Dapat Mati (Immortal) ... 32

3.3.2 Phoenix Dapat Memberikan Kehidupan Abadi ... 36

3.4 Phoenix Sebagai Burung Mistik yang Melambangkan Kebajikan ... 41

3.5 Phoenix Sebagai Lambang Utusan dari Surga ... 44

3.6 Reinkarnasi Dalam Mitos Phoenix ...47

BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan ... 51

SINOPSIS ... vi

DAFTAR PUSTAKA ... ix

LAMPIRAN GAMBAR ... xi

LAMPIRAN DATA ...xvii


(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. DATA PRIBADI

Nama : Neng Maria

Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 27 Maret 1984 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katholik Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat : Jln. Gunung Sabeulah Gg. Haji Kiah No. 85, Tasikmalaya.

Kewarganegaraan : Indonesia Nama Ayah : Pepek Surya Nama Ibu : Titin Kartini

2. PENDIDIKAN

1990-1996 : Sekolah Dasar Yos Sudarso Tasikmalaya

1996-1999 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Yos Sudarso Tasikmalaya 1999-2002 : Sekolah Menengah Umum Santa Angela Bandung

2003-2007 : Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha Bandung


(9)

LAMPIRAN GAMBAR Gambar 1

(Feng huang)

Feng Huang (berkepala ayam pegar, berekor burung merak, memiliki punggung menyerupai kura-kura)

www.bunchoffun.com/html/asian_stamps.html Gambar 2

(Feng dan Huang)

Feng dan Huang ditampilkan bersama sebagai simbol pernikahan melambangkan “cinta abadi”


(10)

Gambar 3 (Phoenix dan Naga)

Di Cina, phoenix sering kali dipasangkan dengan naga. Pasangan ini menggambarkan konflik dan pasangan abadi. Foto di atas: Hall of Heavenly and Terrestrial Union (Cina) Desain ornament pintu phoenix (Permaisuri) dan Naga (Raja)

www.kiku.com/electric_samurai/virtual_china/beijing.html Gambar 4

(Phoenix dan naga sebagai metafora dari Yin danYang)

www.bunchoffun.com/html/asian_stamps.html


(11)

Gambar 5 (Hou Ou)

Lukisan houou yang terdapat di museum Ganshouin, Nagano. www.localinfo.nagano-idc.com/museum/gansyouin

Desain porselen dari zaman Edo

(Patung hou ou terbuat dari tembaga di atas atap Byoudouin hououdou) Phoenix digambarkan dengan sayap terbentang, paruh menyerupai ayam, rahang burung layang layang, leher ular, setengah bagian depan tubuhnya terlihat seperti

jerapah, setengah badan belakangnya seperti rusa, punggungnya menyerupai kura–kura dan ekornya ikan.


(12)

Gambar 6

(Kuil Phoenix Byoudouin Hououdou)

Kuil phoenix yang bentuknya menyerupai burung phoenix yang sedang melebarkan sayapnya


(13)

Patung phoenix yang terbuat dari tembaga di atas atap Byoudouin Hououdou Amida Hall (平等院鳳凰堂), Kyoto.

Hou-ou digambarkan sebagai pasangan pria-wanita yang saling berhadapan. Amida hall byoudouin hououdou

(Phoenix ditampilkan pada mata uang Jepang 10000 Yen)

鳳凰像 平等院鳳凰堂の棟飾り 国宝

Patung houou (yang menghias atap kuil byoudouin) Perbendaharaan Nasional Jepang


(14)

Gambar 7 (Kuil 金閣寺Kinkakuji)

Kinkakuji (Golden Pavilion Temple) juga biasa disebut Rokuonji (Deer Garden Temple) terletak di kota Kyoto. Dibangun tahun 1398 oleh Yoshimitsu, Shogun Ashikaga ketiga. Bangunan kuil yang asli telah terbakar habis pada tahun 1950

dan dibangun kembali pada tahun 1955.

Patung phoenix yang terbuat dari emas di atas atap kuil Kinkakuji (Kuil 銀閣寺Ginkakuji)


(15)

(16)

LAMPIRAN DATA

Resensi Film Animasi Hi No Tori (火の鳥

)

Volume 1 (The Sunrise)

Cerita ini terjadi pada masa pemerintahan ratu Himiko, ratu dari negara Yamatai. Ratu Himiko adalah seorang ratu yang menguasai ilmu sihir, karena menyadari dia sudah mulai tua, maka ia takut akan kematian dan akan kehilangan kekuasaannya. Keinginannya untuk terus berkuasa dan ingin awet muda selama-lamanya, membuat ia memerintahkan tentaranya yang dipimpin oleh jendral Saruta untuk menangkap burung phoenix untuk diminum darahnya. Karena menurut mitos bahwa barang siapa yang meminum darah burung phoenix akan mendapatkan hidup yang abadi. Namun karena keserakahannya dan takdir yang telah ditentukan langit, walaupun burung phoenix telah tertangkap dan dibunuh, semuanya sia-sia karena ratu Himiko sudah tidak bisa menunggu lagi dan kemudian meninggal sebelum sempat meminum darah burung phoenix.

Dalam cerita yang lain diceritakan Hinaku dan Guzuri terjebak di dalam gunung berapi karena desanya telah dihancurkan oleh tentara suruhan ratu Himiko. Selama bertahun-tahun mereka hidup tanpa melihat dunia luar. Kemudian pada akhirnya anak sulung mereka yang bernama Takeru sudah menjadi besar dan kuat. Maka tibalah waktunya bagi Takeru untuk memanjat dinding gunung Hi untuk melihat dunia luar. Tetapi di tengah perjalanannya mencapai puncak gunung, Takeru merasa kelelahan dan hampir terjatuh. Pada saat itu datanglah burung phoenix yang memberikan kekuatan pada Takeru sehingga Takeru berhasil mencapai puncak gunung.

Volume 2 (Resurections)

Cerita ini menceritakan masa yang terjadi pada tahun 2482-3344, pada zaman robot, teknologi dan science, di mana pada saat itu kehidupan di bumi telah punah. Manusia meninggalkan bumi dan hidup di angkasa luar. Tokoh utama cerita ini adalah Leona seorang ilmuwan yang sedang berusaha mencari rahasia


(17)

kehidupan untuk mengembalikan kehidupan di bumi lewat sehelai bulu burung phoenix. Namun Lamp, atasan Leona adalah orang yang jahat dan ingin memanfatkan Leona untuk menemukan rahasia itu, yang kemudian akan dimonopoli untuk kepentingan dirinya sendiri , yaitu untuk mendapatkan hidup yang abadi. Seketika di permukaan bulan terjadi keajaiban munculnya burung phoenix yang datang untuk mengambil sehelai bulunya, yang digunakan Leona untuk penelitian. Saat itu terjadilah ledakan pesawat yang menyebabkan Leona meninggal. Namun karena kekuatan burung phoenix yang mengatakan bahwa Leona belum ditakdirkan mati, maka Leona dapat terselamatkan. Tetapi ada kerusakan di otaknya yang menyebabkan dia kehilangan ingatan dan tidak dapat mengenali manusia sebagai manusia. Karena frustasi dan bingung Leona akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, tapi dicegah oleh burung phoenix, yang kemudian menuntun Leona pada Chihiro (sebuah robot bekas yang sudah tidak terpakai). Namun karena kerusakan otaknya, Leona melihat Chihiro sebagai wanita yang cantik, dan akan memperjuangkan cintanya. Leona kemudian menyelamatkan Chihiro yang akan dibuang ke tempat pembuangan dan melarikan diri ke tempat di mana Leona mengalami kecelakaan sebelumnya. Di sana Leona menemukan kembali ingatannya dan menemukan rahasia di balik kecelakaan itu. Pada akhir cerita Leona yang sekarat memohon pada Dr. Saruta agar jika meninggal dia ingin dijadikan robot. Kemudian robot ini diberi nama Robita. Robot yang memiliki perasaan seperti manusia, yang akan muncul kembali pada volume 5.

Volume 3 (Strange Creatures)

Cerita ini menceritakan suatu kisah yang terjadi pada zaman Onin. Pada suatu hari yang gelap dan hujan, saat di mana pintu menuju dunia lain terbuka setiap 30 tahun sekali, seorang gadis yang bernama Sakon no Suke Sama bersama pelayannya Kahei pergi ke kuil yang terletak di gunung untuk membunuh seorang bikhuni (Yao bikhuni). Yao bikhuni ini disebutkan telah hidup selama 800 tahun dan dapat menyembuhkan segala penyakit. Sakon no Suke Sama membunuh Yao bikhuni karena tidak ingin Yao bikhuni menyembuhkan ayahnya yang jahat. Setelah menguburkan mayat Yao bikhuni, Sakon no Suke Sama dan pelayannya


(18)

Kahei tidak dapat keluar dari gunung itu. Mereka selalu kembali ke tempat semula walaupun sudah jalan berputar-putar. Akhirnya Sakon no Suke Sama memutuskan untuk menyamar menjadi Yao bikhuni karena banyak orang yang datang meminta penyembuhan dari Yao bikhuni. Tahun demi tahun sudah terlewati, Sakon no Suke Sama yang menyamar jadi Yao bikhuni melanjutkan tugas Yao bikhuni dengan menyembuhkan orang-orang yang datang menggunakan bulu burung phoenix yang bersinar. Suatu hari datanglah seseorang menemui Sakon no Suke Sama untuk mengabari kelahiran seorang putri dari pemimpin yang diberi nama Sakon no Suke Sama. Sakon no Suke Sama yang saat itu menjadi Yao bikhuni sangat terkejut mendengar kelahiran dirinya sendiri di dunia yang lain. Setelah itu burung phoenix muncul dan menjelaskan bahwa semua keanehan yang dialami oleh Sakon no Suke Sama disebabkan oleh karena dosanya yang besar telah membunuh seseorang. Maka Sakon no Suke Sama akan dibunuh oleh dirinya sendiri terus berulang-ulang untuk selamanya, sampai dia sudah menebus dosanya.

Volume 4 (The Sun)

Harima adalah keturunan keluarga kerajaan Kudara yang pada saat itu kalah perang oleh kerajaan To (Cina). Harima tertangkap oleh tentara kerajaan To dan karena indentitasnya telah diketahui maka Harima dikuliti kepalanya dan diganti oleh kepala serigala. Harima kemudian diselamatkan oleh Obaba (seorang nenek yang pintar ilmu pengobatan) dan sejak saat itu Harima dipanggil “Kuchi Inu” oleh Obaba. Semua orang menganggap Harima sebagai siluman, kecuali Obaba. Harima dan Obaba melarikan diri dengan berlayar ke negara lain (Wa). Sebelum mereka berangkat, Harima menyelamatkan seseorang yang terluka, yang ternyata adalah jendral besar kerajaan To, Azumi no Uraji Saruta dan akhirnya mereka berteman. Sesampainya di pantai Harima melihat burung phoenix yang terbang ke arah laut, diikuti segerombolan serigala yang bisa bicara. Ternyata para serigala itu adalah Klan Ku, yang mengejar burung phoenix untuk menyembuhkan anaknya yang terluka parah. Kemudian Obaba dan Harima menyelamatkan putri dari Klan Ku. Klan Ku merasa berhutang budi dan sangat berterima kasih pada Obaba dan Harima, sehingga mereka menunjukan jalan ke


(19)

desa. Sesampainya di desa, Harima, Obaba, dan Jendral Saruta disambut baik oleh kepala desa. Tetapi pada malam harinya pondok Harima dan Obaba tiba-tiba dibakar oleh ketua desa karena perintah dari Hoben sama (seorang pendeta Budha dari kerajaan Wa). Harima dan Obaba berhasil diselamatkan oleh Klan Ku.

Empat tahun telah berlalu, Okimi Tenji, Kaisar negeri Wa berencana untuk menyatukan negaranya yang sedang goyah dengan cara mengganti religi negara dari agama asal (kepercayaan terhadap dewa-dewa asli) menjadi agama Budha (asing). Tetapi perubahan ini malah menimbulkan masalah baru dan menyebabkan rakyatnya sengsara. Harima kemudian diceritakan telah menjadi kepala desa di sebuah desa di bagian Timur negeri Wa berkat promosi dari jendral Saruta dan namanya diganti menjadi Inugami Sama.. Desa yang diketuai oleh Inugami Sama menjadi desa yang sangat makmur dan sejahtera, namun muncul masalah ketika pemerintah memerintahkan untuk mengambil batu keramat dari desa itu untuk membangun kuil Budha. Inugami dan warganya menentang keras, karena batu itu dianggap sebagai batu suci untuk menyembah dewa-dewa asli mereka. Selain itu pemerintahan di ibukota pun sedang tidak stabil karena Okimi Tenji sakit keras dan perebutan kekuasaan antara Oama no Miko (adik Okimi Tenji yang tidak setuju dengan rekontruksi negara) dan Okimi no Miko (putra Okimi Tenji, masih muda dan dibawah pengaruh pejabat yang jahat Hayatasu dan biksu Hoben) sedang berlangsung. Tetapi pada akhirnya Oama no Miko memilih untuk menjadi biksu demi menghindari perebutan kekuasaan dan Okimi no Mikolah yang menjadi raja setelah Okimi Tenji meninggal. Setelah itu tekanan pada Inugami Sama semakin berat, sehingga Inugami Sama memutuskan untuk pergi ke ibukota demi menyuarakan suara rakyat pada Kaisar Okimi no Miko. Tetapi di tengah perjalanan Inugami Sama dicegat oleh utusan Hoben. Inugami Sama hampir terbunuh pada saat itu, tapi ditolong oleh Marimo (gadis dari Klan Ku yang menyukai Inugami Sama), serta pada saat itu bertemu dengan burung phoenix.

Setelah itu Inugami Sama bertemu dengan Oama no Miko, yang pada saat itu akan berperang dengan pihak kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Hoben dan Hayatasu. Inugami Sama memutuskan untuk bergabung dengan Oama no Miko karena tujuan mereka sama, yaitu melindungi rakyat dan kepercayaan


(20)

terhadap dewa-dewa asli. Ketika dalam perjalanan menuju medan perang, pasukan Aoyama no Miko diserang oleh awan Budha yang dikirim oleh Hoben. Kemudian mereka berlindung di tanah keramat dewa-dewa. Di tanah itu serangan petir dari awan buatan Hoben tidak mempan karena tanah tersebut membentuk kekkai(pelindung). Di tanah keramat itu pula Inugami Sama bertemu dengan burung phoenix dan meminta bantuannya untuk melindungi dewa-dewa asli dari pengaruh Budha. Tetapi burung phoenix adalah hewan yang bijaksana, ia tidak mau mencampuri urusan manusia dan tugasnya hanya mengawasi kehidupan manusia. Ia hanya memberikan penjelasan bahwa baik Budha ataupun kepercayaan terhadap dewa-dewa asli keduanya adalah benar, tetapi manusialah yang menjadikan agama/ kepercayaan sebagai alat untuk menjatuhkan yang lainnya. Marimo kemudian meminta bantuan dari dewa-dewa asli dalam peperangan ini. Dan pada akhirnya terjadilah peperangan antara Oama no Miko melawan kerajaan dan dewa-dewa asli melawan Budha (kekuatan Hoben). Peperangan ini dimenangkan oleh pihak Oama no Miko dan Inugami Sama, tetapi Marimo dan dewa-dewa asli yang mendiami bumi itu tetap harus pergi ke arah Utara. Karena walaupun sudah memenangkan peperangan, hati manusia yang percaya akan dewa-dewa asli waktu demi waktu akan berubah. Inugami pun wajahnya sudah kembali menjadi manusia dan memutuskan untuk mengikuti Marimo.

Volume 5 (Future)

Cerita ini terjadi pada tahun 3404, mendekati akhir zaman kehidupan manusia. Dunia pada zaman ini menjadi super modern (komputerisasi), manusia menciptakan kota di bawah tanah dan hidup di bawah permukaan bumi. Tetapi pada saat itu seluruh dunia diatur oleh komputer utama yang pada akhirnya menuju pada kehancuran ras manusia. Diceritakan seorang ilmuwan bernama Dr. Saruta yang mengasingkan diri hidup di permukaan bumi demi untuk melakukan penelitian untuk menciptakan kembali kehidupan di bumi. Tetapi walaupun segala upaya telah dilakukannya tetap saja dia tidak bisa menciptakan makhluk hidup. Sampai pada suatu waktu burung phoenix datang kepadanya, dan ia berpikir


(21)

bahwa akan terjadi suatu kejaiban. Setelah itu seorang pemuda bernama Masato Yamanobe bersama kekasihnya, Tamami, seorang alien(moopie), datang berlindung ke laboratorium Dr. Saruta, yang diikuti oleh Rock (rekan Masato dari kota bawah tanah). Mereka melarikan diri dari kota bawah tanah ke permukaan karena komputer utama sudah memutuskan untuk berperang, yang dampaknya adalah kehancuran seluruh kota di bumi. Pada saat kekacauan terjadi Rock membunuh Masato dan merusak Robita yang menghalanginya untuk kabur menggunakan roket. Tetapi Masato ditolong oleh burung phoenix dan diberi minum darahnya. Mengetahui Masato celaka Tamami mengorbankan dirinya untuk dijadikan percobaan Dr. Saruta demi menyelamatkan Masato. Setelah itu Masato hidup kembali, tetapi Tamami dan Dr. Saruta sekarat. Dr. Saruta meminta Masato untuk mengirimkan tubuhnya ke luar angkasa agar dia dapat melihat kehidupan kembali di bumi. Setelah itu Masato hidup sendirian di bumi, tidak bisa mati selama milyaran tahun lamanya karena telah diberkati kehidupan abadi oleh burung phoenix. Pada akhirnya setelah 6 milyar tahun berlalu, bumi mulai berubah dan Masato dapat melihat kehidupan kembali di bumi. Kemudian setelah itu Masato pergi ke langit bersama burung phoenix.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Di balik kemajuannya dalam era modernisasi di bidang teknologi dan ekonomi, masyarakat Jepang juga merupakan masyarakat yang percaya pada hal-hal yang gaib atau mitos. Dalam sebagian besar aspek kehidupan orang Jepang, masih selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau mitos. Hal ini terlihat dalam karya klasik Jepang yang banyak tersembunyi pelajaran dan ajaran hidup yang berharga sebagai alat pendidikan khususnya dalam cerita binatang (Danandjaja, 1997: 78-79).

Cerita prosa rakyat di Jepang dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok yaitu: mitos, legenda, dan dongeng. Mitos adalah cerita mengenai para dewa. Legenda adalah cerita rakyat berdasarkan peristiwa yang terjadi. Sedangkan dongeng adalah cerita yang tidak nyata atau tidak benar-benar terjadi.

Menurut Yanagita Kunio1, Jepang memiliki lebih banyak legenda dari negara-negara manapun. Legenda Jepang yang oleh Yanagita Kunio disebut dengan istilah 伝説densetsu (legenda) itu masih hidup hingga kini. Sebab legenda

Jepang ditopang oleh kepercayaan rakyat yang masih dianut secara kuat. Dengan demikian mitos berdasarkan legenda Jepang masih dianggap benar-benar terjadi.

1

Yanagita Kunio adalah penemu bahan pelajaran mengenai dongeng-dongeng (folklore) Jepang (minzokugaku). Seorang sarjana dan penyair yang juga bekerja sebagai jurnalis dan birokrat pemerintah. Penelitian dan karya tulis Yanagita telah membangun kerangka untuk penelitian mengenai dongeng-dongeng lainnya di Jepang. (Sumber: KONDANSHA: Japan An Illustrated


(23)

Sehingga dongeng-dongeng di sana dapat digolongkan ke dalam kategori legenda. Di dalam cerita-cerita legenda tersebut banyak terdapat cerita tentang binatang-binatang mistik/mahkluk alam gaib yang sering juga dianggap oleh masyarakat Jepang sebagai dewa/siluman (Dorson, 1982: 24-25).

神話shinwa (mitos Jepang) mempunyai susunan yang lengkap mengenai cerita para dewa yang saling berhubungan satu sama lain. Mitos berasal dari buah hayalan dan cerita orang-orang dulu, yang timbul karena adanya kontak peristiwa antara alam dan manusia. Cerita aslinya mungkin lebih hidup dan sederhana dibandingkan dengan cerita-cerita sekarang. Mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, yang mengandung penafsiran tentang asal usul alam semesta, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 589).

Kamus Jepang Reikai shin kokugo jiten mendefinisikan mitos sebagai berikut:

神話 古くから伝えら た、そ 民族 神を中心とす 物

語(林四郎、1984:507)

Shinwa ha furukukara tsutaerareta, sono minzoku no kami wo chuushin to suru monogatari (Hayashi Shirou,1984:507)

Mitos adalah cerita mengenai dewa suatu bangsa, yang disampaikan dari jaman dahulu.

Kamus Jepang Shinmeikai kokugo jiten mendefinisikan mitos sebagai berikut:


(24)

天地 創造を擬人的に説明し森羅万象に宿 霊 存在や民

族 祖神 活躍を述べ 物語(金田一京助、1972:650)

Tenchi no sozo wo gijinteki ni setsumei shi shiramanzuo ni yadoru tama no sonzai ya minzoku no soshin no katsudou wo noberu monogatari (Kindaichi Kyousuke,1972:650)

Mitos adalah cerita yang menceritakan aktifitas perjuangan nenek moyang dan adanya kepercayaan terhadap arwah atau roh dan mengarahkannya kepada ciptaan alam semesta.

Dalam film animasi 火 鳥Hi No Tori terdapat hewan yang disebut 火

hi no tori / 鳳凰 hou ou atau yang sering disebut sebagai burung phoenix. Mitos burung phoenix ini berasal dari Cina, dan diperkenalkan ke Jepang pada periode Asuka (pertengahan abad ke VI – pertengahan abad ke VII). Burung phoenix di Cina disebut朱雀feng huang, sedangkan di Jepang biasa disebut hi no

tori atau hou ou.

Animasi Hi No Tori diangkat dari komik yang berjudul Phoenix/Hi No Tori karya 手塚治虫Osamu Tezuka yang terdiri dari 12 jilid. Osamu Tezuka

adalah seorang animator dan 漫画家mangaka (komikus Jepang). Dia dilahirkan

pada tanggal 3 November 1928 (tahun 3 Showa) di kota Toyonaka, Osaka, dan tumbuh di kota Takazura. Dia lulusan Universitas Osaka jurusan profesi kedokteran. Pada tahun 1946 debut pertamanya dengan Diary of Ma-chan. Kemudian pada tahun 1947 karyanya yang berjudul Shin Takajima/New Treasure Island menjadi hit. Sejak itu dia mendirikan studio animasi komik Jepang. Di dunia animasi dia telah memberikan kontribusi yang besar, sehingga dia


(25)

seringkali disebut sebagai “The Father of Anime and The Walt Disney of Japan”. Hasil karyanya mencapai 700 manga, sekitar 170,000 halaman. Osamu Tezuka meninggal pada tanggal 9 Februari 1989 2. Karyanya yang paling terkenal adalah Tetsuwan ATOM (Astro Boy), tetapi yang disebut sebagai karya hidupnya adalah Phoenix. Phoenix adalah karya Tezuka yang paling mendalam dan ambisius, mengenai pencarian manusia akan keabadian. Komik ini beredar pada tahun 1967-1988. Kemudian 高橋良助 Ryousuke Takahashi membuat film animasi Hi

No Tori pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 mendapatkan penghargaan pada Future Film Festival di Italia.

Film animasi Hi No Tori merupakan kumpulan beberapa cerita yang berisi cerita dengan tema yang sama yaitu tentang mitos burung phoenix. Karakter utamanya adalah Phoenix, manifestasi fisik dari alam, yang di tubuhnya membawa kekuatan keabadian. Burung phoenix ini dipercaya bahwa darahnya dapat memberikan kehidupan yang abadi bagi seseorang yang meminumnya. Oleh karena itu banyak pencarian yang dilakukan oleh manusia untuk membunuhnya, tetapi seperti burung phoenix yang ada dalam legenda, burung phoenix tidak dapat mati (immortal). Film ini berlatarkan masa lampau dan masa depan, yaitu ketika terjadi perselisihan di antara manusia, dan ketika semua orang takut akan kematian. Setiap cerita dalam film ini memberikan pelajaran, yaitu kehidupan setelah kematian adalah awal dari keabadian, dan merupakan siklus yang tak akan berakhir.

2


(26)

Judul cerita dalam filmnya sendiri adalah Hi No Tori. hi berarti api,

sedangkan 鳥tori berarti burung. Secara harafiah 火 鳥hi no tori bisa diartikan

sebagai burung api.

Adapun pertimbangan penulis membahas film animasi Hi No Tori karena penulis tertarik dengan mitos burung phoenix yang muncul dalam film animasi Hi No Tori. Umumnya burung phoenix digambarkan sebagai hewan mistik yang bijaksana, tidak dapat mati (immortal), dan berelemen api.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis akan membahas mitos burung phoenix dalam film animasi Hi No Tori dalam konteks kepercayaan masyarakat Jepang.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui apakah burung phoenix yang ada dalam film animasi Hi No Torisesuai dengan mitos yang ada dalam kepercayaan masyarakat Jepang.

1.4 Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti, dengan berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisa data sehingga


(27)

dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek penelitian yang dipilih, yaitu mengenai mitos burung phoenix dalam film Hi No Tori.

Dasar untuk semua penyelidikan ilmiah adalah deskripsi, mendata atau mengelompokkan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang ada. Banyak penyelidik cenderung menganggap deskripsi sebagai kegiatan ilmiah yang paling kurang sulit. Dengan alasan itu, sering kali perhatian penyelidik kurang diberikan pada pembahasan tentang berbagai segi deskripsi dibandingkan dengan perhatian ekstrem yang diberikannya pada kegiatan ilmiah lainnya. Sesungguhnya, penggunaan deskripsi tidaklah semudah yang tampak sepintas. Dua kriteria harus dipenuhi dalam suatu sistem pengelompokan untuk menjadikan informasi deskriptif yang terkandung di dalamnya cocok untuk tujuan-tujuan ilmiah lainnya. Dalam praktek, ini bisa muncul menciptakan beberapa kesulitan. Data yang dikelompokan dalam batas tertentu atas dasar (1) kelengkapan dan (2) peletakan pada tempatnya. Kelengkapan akan tercapai apabila semua unsur yang menuntut perhatian telah dikenali dan suatu tempat telah ditemukan bagi masing-masing soal di dalam sistem pengelompokan. Sedangkan peletakan pada tempatnya muncul apabila masing-masing soal bisa ditempatkan secara tepat pada tidak lebih dari satu lokasi di dalam sistem. Sebagai tambahan pada persyaratan yang sederhana tapi mengikat itu, informasi deskriptif harus sejajar dan menyumbang pada pencapaian tujuan selebihnya dari ilmu pengetahuan. Kecuali jika deskripsi berguna untuk penguraian, peramalan, dan kesadaran, deskripsi-deskripsi kurang berarti, betapapun dekatnya deskriptif-deskriptif itu pada penemuan persyaratan kelengkapan dan peletakan pada


(28)

tempatnya. Tentu saja ketika data deskriptif bergerak makin dekat pada urusan semacam penguraian dan peramalan, maka persyaratan makin dibebankan pada data deskriptif itu. Pertanyaan-pertanyaan mengenai kelayakan metode-metode yang digunakan untuk memperoleh data timbul, juga pertanyaan-pertanyaan mengenai sejauh mana penemuan itu mengalamatkan dirinya pada kepentingan-kepentingan konseptual tertentu. Tidaklah terlalu meleset berpendapat bahwa kelayakan yang lekat pada suatu fakta yang merupakan pokok ilmu pengetahuan berasal dari pemeriksaan cermat yang kritis atas fakta seperti juga dari sesuatu yang lainnya.

Ada tiga cara dimana deskripsi-deskripsi dikaitkan secara langsung dengan tujuan-tujuan ilmiah lainnya:

1. Informasi deskriptif bisa difokuskan secara langsung pada suatu pokok teoretis.

2. Informasi deskriptif membolehkan perluasan konsep-konsep suatu perspektif teoretis yang ada kepada temuan-temuan yang membuktikan kebenaran peramalan-peramalan yang dibuat di dalam teori.

3. Informasi deskriptif bisa menggarisbawahi aspek-aspek metodologis yang penting dari kumpulan dan penafsiran data (James.A Black, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, 1992:6).

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan


(29)

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat3. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Secara harafiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka (Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian,1990:63).

Sedangkan teknik penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah penelitian pustaka (library research), yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur berupa buku-buku, majalah, buletin, surat kabar, catatan kuliah, data di internet, film, maupun tulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

1.5 Organisasi Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam 4 Bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Analisis Data beserta kutipan-kutipan dan Bab IV Kesimpulan.

Pada Bab I Pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian, serta organisasi penulisan.

3


(30)

Latar belakang masalah berisi cerita singkat, biografi pengarang dan gambaran objek secara sekilas, serta pengertian mitos. Pembatasan masalah berisi batasan masalah yang akan digunakan oleh penulis. Tujuan penelitian berisi untuk apa penelitian dilakukan. Serta metodologi penelitian berisi teori yang penulis anggap penting dan mendukung penelitian penulis. Organisasi penulisan berisi sistematika penulisan dari Bab 1 Pendahuluan sampai Bab 4 Kesimpulan.

Pada Bab II, penulis menguraikan objek yang akan diteliti yaitu mitos phoenix dalam kepercayaan masyarakat Jepang.

Pada Bab III Analisis mitos phoenix dalam film animasi Hi No Tori yang diangkat dari komik karya Osamu Tezuka, dalam bab ini penulis menyajikan analisis mitos yang terdapat dalam film tersebut. Bab ini membahas mitos dalam film Hi No Tori terhadap gambaran/wujud burung phoenix, burung phoenix yang memiliki elemen api, mitos burung phoenix yang membawa kekuatan keabadian, burung phoenix sebagai lambang kebajikan, dan burung phoenix yang menggambarkan utusan dari surga, serta ajaran Buddha tentang adanya reinkarnasi yang tersirat dalam mitos burung phoenix dalam film animasi Hi No Tori.

Pada Bab IV Kesimpulan, penulis menarik kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis pada bab sebelumnya sesuai tujuan penelitian.


(31)

BAB IV KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan analisis film animasi Hi No Tori dengan menggunakan metode deskriptif analitis yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti, dengan berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisa data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek penelitian yang dipilih, ternyata terdapat mitos burung phoenix yang dipercaya oleh masyarakat Jepang di dalam film animasi ini. Kesimpulan penulis mengenai mitos burung phoenix adalah sebagai berikut:

Phoenix adalah burung imajinasi/khayalan. Bentuk phoenix dalam kepercayaan masyarakat Jepang umumnya digambarkan dalam bentuk burung. Dalam kamus Jepang phoenix digambarkan sebagai burung yang nampak seperti merak, atau sebagai seekor burung yang memiliki kepala menyerupai ayam, rahang burung layang-layang, leher ular, setengah bagian depan tubuhnya seperti jerapah, setengah badan belakangnya seperti rusa, punggungnya kura-kura dan ekornya ikan. Di dalam film animasi Hi No Tori, bentuk phoenix yang digambarkan oleh Osamu Tezuka adalah burung yang memiliki kepala menyerupai ayam dan memiliki ekor seperti merak.

Kepercayaan masyarakat Jepang menganggap phoenix memiliki elemen api. Burung mistik ini digunakan untuk menggambarkan elemen api. Hal ini dibuktikan dalam film bahwa segala sesuatu yang disentuh oleh burung phoenix


(32)

terbakar oleh api, seperti batu yang dihinggapi phoenix jadi terbakar, dan pada saat Uraji yang berusaha menangkap phoenix akhirnya mati terbakar. Di dalam film juga diceritakan bahwa burung phoenix bersarang di gunung berapi dan keluar pada saat gunung tersebut meletus. Serta di dalam film diceritakan burung phoenix yang dapat hidup kembali melalui api.

Orang Jepang menganggap phoenix sebagai burung abadi yang immortal dan membawa kekuatan keabadian yang bisa membawa manusia menuju kehidupan yang abadi. Hal ini terbukti dalam film bahwa burung phoenix tidak bisa mati meskipun dipanah oleh Uraji, dan burung phoenix yang dapat hidup kembali melalui api setelah tertangkap dan dibunuh oleh Ana no Yumihiko. Serta terbukti dalam kutipan dialog yang menyatakan bahwa burung phoenix adalah burung abadi yang membawa kekuatan keabadian dalam tubuhnya. Selain itu di dalam film juga menceritakan bahwa burung phoenix memiliki kekuatan keabadian yang bisa membuat manusia hidup abadi dengan meminum darahnya. Dalam hal ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan mitos burung phoenix dalam kepercayaan masyarakat Jepang. Dalam kepercayaan masyarakat Jepang sendiri, burung phoenix memang dipercaya memiliki kekuatan keabadian yang bisa membawa manusia pada kehidupan yang abadi. Namun kehidupan abadi yang dimaksud di sini adalah kehidupan abadi setelah kematian. Sedangkan di dalam film animasinya, kehidupan abadi yang dimaksud adalah hidup abadi di dunia dengan meminum darah burung phoenix.

Mitos dalam kepercayaan masyarakat Jepang yang menganggap phoenix sebagai burung yang melambangkan kebajikan. Hal ini terbukti dalam film yang


(33)

menggambarkan burung phoenix yang suka menolong, yaitu ketika phoenix menyelamatkan nyawa Takeru dan mencegah Leona yang akan bunuh diri. Serta burung phoenix datang menghibur Marimo yang sedang bersedih karena Inugami terluka parah, untuk menyampaikan bahwa Inugami tidak akan mati.

Orang Jepang percaya bahwa burung phoenix adalah jelmaan utusan dari surga yang datang untuk menyampaikan pesan dari langit. Dalam film animasi ini burung phoenix hadir sebagai mahkluk yang bijaksana untuk menyampaikan pesan langit (takdir) pada Sakon no Suke tentang karma yang harus diterimanya, karena ia telah membunuh nyawa manusia yang tak berdosa. Dan pada Marimo, burung phoenix datang untuk menyampaikan takdir Inugami yang tidak akan mati.

Dalam film animasi Hi No Tori, pengarang menyampaikan pesan ajaran agama Buddha yaitu tentang adanya reinkarnasi ke dalam mitos burung phoenix. Hal ini terbukti pada kutipan-kutipan dialog tokoh animasi Leona yang menyatakan bahwa takdirnya adalah mati dan kemudian hidup kembali secara berulang-ulang. Dan diceritakan dalam film, Masato yang dianugerahi hidup abadi oleh burung phoenix dapat melihat proses musnahnya kehidupan dan kelahiran kembali kehidupan di atas bumi.

Secara keseluruhan mitos burung phoenix dalam film animasi Hi No Tori sesuai dengan mitos burung phoenix yang terdapat dalam kepercayaan masyarakat Jepang. Burung phoenix yang memiliki elemen api, mitos burung phoenix yang dianggap membawa kekuatan keabadian, phoenix sebagai lambang kebajikan, dan phoenix yang menggambarkan utusan dari surga, serta terkandung pesan ajaran Buddha tentang adanya reinkarnasi yang tersirat dalam mitos burung phoenix.


(34)

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Befu, Harumi. Japan: An Anthropological Introduction, Tokyo: 1981. Black, James.A. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: 1992. Byoudouin Hououdou, KIIS(Kansai Institute of Information Systems), 1996. http://www.kiis.or.jp/rekishi/kyoto/uji1.html

Danandjaja, James. Folklor Jepang, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.1997. Dhammananda, Sri. Keyakinan Umat Buddha, Pustaka Karaniya. 2004. Dorson, Richard. Folk Legends of Japan, Tokyo: Tuttle Company. 1982.

Egami, Namio. Light on Japanese Cultural Origins from Historical Archeological and Legends, New York: 1962.

Gateway To Chinese Culture, Singapura: Montage Culture. 2003. 鳳凰houou, 22 Januari 2004.

Kz-houou.hp.infoseek.co.jp/main.htm Hou-ou, 16 Maret 2005.

http : www. Arisingphoenix.com

鳳凰の話(1) houou no hanashi(1), 29 Maret 2007. http://www.painless-clinic.com

鳳凰の話(2) houou no hanashi(2), 30 Maret 2007. http://www.painless-clinic.com

鳳凰の話(4) houou no hanashi(4), 5 April 2007. http://www.painless-clinic.com

Izuru, Shinmura dkk. Kamus Jepang Kojien Vol. 2, 1991.

JAANUS/houou (Japanese Architecture and Art Net Users System), 2001. http://www.JAANUS/deta/h/houou2.htm

JAANUS/karakusa (Japanese Architecture and Art Net Users System), 2001. http://www.JAANUS/deta/h/houou.htm


(36)

Japanese Buddhist Statuary: Gods, Goddesses, Shinto Kami, Creatures and Demons, Mark Schumacher, 12 Maret 2005.

http://www.onmarkproduction.com/index.html Japan : Profile of A Nation, Tokyo: Kodansha. 1995.

Jepang Dewasa ini, The International Society for Educational Information, Inc. 1989.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1989.

Kodansha, Japan An Illustrated Encyclopedia, Tokyo: 1993.

Kyousuke, Kindaichi. Kamus Jepang Shinmekai kokugo jiten, Tokyo: Sanseido Co.,Ltd.1972.

Nazir, Moh. Ph. D. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.1988. Phoenix, Chevalier, Jean. The Penguin Dictionary of Symbols, 1996. http://users.winshop.com.au/annew/Phoenix.html

Shirou, Hayashi dkk. Kamus Jepang Reikai shin kokugo jiten, Tokyo: 1993. Tanaka, Yoshio. Japan As It Is, Third Edition, Tokyo: Gakken. 1997. Tezuka, Osamu. Black Jack, Tokyo: Akita Bunko. 1993.

The World Book Encyclopedia, London: World Book Inc. 1996. Vision of The Pure Land: The Treasure of Byoudou-in Temple http://www.kyotokk.com/byoudouin.html

Whitney, F. L. The Elements of Research, Prentice Hall Inc. New York: 1960.


(1)

BAB IV KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan analisis film animasi Hi No Tori dengan menggunakan metode deskriptif analitis yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti, dengan berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisa data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek penelitian yang dipilih, ternyata terdapat mitos burung phoenix yang dipercaya oleh masyarakat Jepang di dalam film animasi ini. Kesimpulan penulis mengenai mitos burung phoenix adalah sebagai berikut:

Phoenix adalah burung imajinasi/khayalan. Bentuk phoenix dalam

kepercayaan masyarakat Jepang umumnya digambarkan dalam bentuk burung. Dalam kamus Jepang phoenix digambarkan sebagai burung yang nampak seperti merak, atau sebagai seekor burung yang memiliki kepala menyerupai ayam, rahang burung layang-layang, leher ular, setengah bagian depan tubuhnya seperti jerapah, setengah badan belakangnya seperti rusa, punggungnya kura-kura dan ekornya ikan. Di dalam film animasi Hi No Tori, bentuk phoenix yang digambarkan oleh Osamu Tezuka adalah burung yang memiliki kepala menyerupai ayam dan memiliki ekor seperti merak.

Kepercayaan masyarakat Jepang menganggap phoenix memiliki elemen api. Burung mistik ini digunakan untuk menggambarkan elemen api. Hal ini dibuktikan dalam film bahwa segala sesuatu yang disentuh oleh burung phoenix


(2)

terbakar oleh api, seperti batu yang dihinggapi phoenix jadi terbakar, dan pada saat Uraji yang berusaha menangkap phoenix akhirnya mati terbakar. Di dalam film juga diceritakan bahwa burung phoenix bersarang di gunung berapi dan keluar pada saat gunung tersebut meletus. Serta di dalam film diceritakan burung

phoenix yang dapat hidup kembali melalui api.

Orang Jepang menganggap phoenix sebagai burung abadi yang immortal dan membawa kekuatan keabadian yang bisa membawa manusia menuju kehidupan yang abadi. Hal ini terbukti dalam film bahwa burung phoenix tidak bisa mati meskipun dipanah oleh Uraji, dan burung phoenix yang dapat hidup kembali melalui api setelah tertangkap dan dibunuh oleh Ana no Yumihiko. Serta terbukti dalam kutipan dialog yang menyatakan bahwa burung phoenix adalah burung abadi yang membawa kekuatan keabadian dalam tubuhnya. Selain itu di dalam film juga menceritakan bahwa burung phoenix memiliki kekuatan keabadian yang bisa membuat manusia hidup abadi dengan meminum darahnya. Dalam hal ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan mitos burung phoenix dalam kepercayaan masyarakat Jepang. Dalam kepercayaan masyarakat Jepang sendiri, burung phoenix memang dipercaya memiliki kekuatan keabadian yang bisa membawa manusia pada kehidupan yang abadi. Namun kehidupan abadi yang dimaksud di sini adalah kehidupan abadi setelah kematian. Sedangkan di dalam film animasinya, kehidupan abadi yang dimaksud adalah hidup abadi di dunia dengan meminum darah burung phoenix.

Mitos dalam kepercayaan masyarakat Jepang yang menganggap phoenix sebagai burung yang melambangkan kebajikan. Hal ini terbukti dalam film yang


(3)

menggambarkan burung phoenix yang suka menolong, yaitu ketika phoenix menyelamatkan nyawa Takeru dan mencegah Leona yang akan bunuh diri. Serta burung phoenix datang menghibur Marimo yang sedang bersedih karena Inugami terluka parah, untuk menyampaikan bahwa Inugami tidak akan mati.

Orang Jepang percaya bahwa burung phoenix adalah jelmaan utusan dari surga yang datang untuk menyampaikan pesan dari langit. Dalam film animasi ini burung phoenix hadir sebagai mahkluk yang bijaksana untuk menyampaikan pesan langit (takdir) pada Sakon no Suke tentang karma yang harus diterimanya, karena ia telah membunuh nyawa manusia yang tak berdosa. Dan pada Marimo, burung phoenix datang untuk menyampaikan takdir Inugami yang tidak akan mati.

Dalam film animasi Hi No Tori, pengarang menyampaikan pesan ajaran agama Buddha yaitu tentang adanya reinkarnasi ke dalam mitos burung phoenix. Hal ini terbukti pada kutipan-kutipan dialog tokoh animasi Leona yang menyatakan bahwa takdirnya adalah mati dan kemudian hidup kembali secara berulang-ulang. Dan diceritakan dalam film, Masato yang dianugerahi hidup abadi oleh burung phoenix dapat melihat proses musnahnya kehidupan dan kelahiran kembali kehidupan di atas bumi.

Secara keseluruhan mitos burung phoenix dalam film animasi Hi No Tori sesuai dengan mitos burung phoenix yang terdapat dalam kepercayaan masyarakat Jepang. Burung phoenix yang memiliki elemen api, mitos burung phoenix yang dianggap membawa kekuatan keabadian, phoenix sebagai lambang kebajikan, dan

phoenix yang menggambarkan utusan dari surga, serta terkandung pesan ajaran


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Befu, Harumi. Japan: An Anthropological Introduction, Tokyo: 1981. Black, James.A. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: 1992. Byoudouin Hououdou, KIIS(Kansai Institute of Information Systems), 1996. http://www.kiis.or.jp/rekishi/kyoto/uji1.html

Danandjaja, James. Folklor Jepang, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.1997. Dhammananda, Sri. Keyakinan Umat Buddha, Pustaka Karaniya. 2004. Dorson, Richard. Folk Legends of Japan, Tokyo: Tuttle Company. 1982.

Egami, Namio. Light on Japanese Cultural Origins from Historical Archeological

and Legends, New York: 1962.

Gateway To Chinese Culture, Singapura: Montage Culture. 2003.

鳳凰houou, 22 Januari 2004.

Kz-houou.hp.infoseek.co.jp/main.htm Hou-ou, 16 Maret 2005.

http : www. Arisingphoenix.com

鳳凰の話(1) houou no hanashi(1), 29 Maret 2007. http://www.painless-clinic.com

鳳凰の話(2) houou no hanashi(2), 30 Maret 2007. http://www.painless-clinic.com

鳳凰の話(4) houou no hanashi(4), 5 April 2007. http://www.painless-clinic.com

Izuru, Shinmura dkk. Kamus Jepang Kojien Vol. 2, 1991.

JAANUS/houou (Japanese Architecture and Art Net Users System), 2001. http://www.JAANUS/deta/h/houou2.htm

JAANUS/karakusa (Japanese Architecture and Art Net Users System), 2001. http://www.JAANUS/deta/h/houou.htm


(6)

Japanese Buddhist Statuary: Gods, Goddesses, Shinto Kami, Creatures and

Demons, Mark Schumacher, 12 Maret 2005. http://www.onmarkproduction.com/index.html Japan : Profile of A Nation, Tokyo: Kodansha. 1995.

Jepang Dewasa ini, The International Society for Educational Information, Inc. 1989.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1989.

Kodansha, Japan An Illustrated Encyclopedia, Tokyo: 1993.

Kyousuke, Kindaichi. Kamus Jepang Shinmekai kokugo jiten, Tokyo: Sanseido Co.,Ltd.1972.

Nazir, Moh. Ph. D. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.1988. Phoenix, Chevalier, Jean. The Penguin Dictionary of Symbols, 1996. http://users.winshop.com.au/annew/Phoenix.html

Shirou, Hayashi dkk. Kamus Jepang Reikai shin kokugo jiten, Tokyo: 1993. Tanaka, Yoshio. Japan As It Is, Third Edition, Tokyo: Gakken. 1997. Tezuka, Osamu. Black Jack, Tokyo: Akita Bunko. 1993.

The World Book Encyclopedia, London: World Book Inc. 1996. Vision of The Pure Land: The Treasure of Byoudou-in Temple http://www.kyotokk.com/byoudouin.html

Whitney, F. L. The Elements of Research, Prentice Hall Inc. New York: 1960.