MARTA NUNGKI HARYANTO F3308075

(1)

commit to user

i

EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

KPRI ”SEJAHTERA P&K” SURAKARTA

TAHUN 2010

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi

Oleh :

MARTA NUNGKI HARYANTO F3308075

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

MOTTO

À Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan. À Jadikan dirimu bagai pohon yang rendang di mana insan dapat

berteduh. Jangan seperti pohon kering tempat sang pungguk melepas rindu dan hanya layak dibuat kayu api.

À Hidup terlalu singkat untuk direnungkan atau sekedar untuk diperdebatkan.

À Hidup biarlah berbakti, walaupun tidak dipuji

À Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Kerana mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya. À Tambang emas dalam diri kamu adalah fikiran kamu. Kamu dapat

menggalinya sedalam-dalamnya dan sepuas-puas yang kamu inginkan -Abdullah Mansur M.H


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Orang tua

3. Teman-teman yang telah membantu 4. Semua pihak yang bersangkutan atas


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaian Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat waktu.

Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat tugas akhir perkuliahan dalam mencapai Gelar Ahli Madya pada program Diploma III Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis tidak bekerja sendiri namun banyak pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir : 1. Prof. Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Agus Budiatmanto, M.Si., Ak. selaku ketua Program Diploma III Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Sri Murni, SE., Msi, Ak selaku pembimbing Tugas

Akhir yang bersedia meluangkan waktu dan selalu memberikan pengarahan. 4. Bapak Drs.Hanung Triatmoko,M.SI, Ak selaku Pembimbing Akademik.

terima kasih atas bimbingan dan sarannya

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 6. Bapak Yusak selaku Kabag Keuangan di Koperasi “Sejahtera P&K” yang


(7)

commit to user

vii

7. Seluruh direksi, staf, dan karyawan Koperasi “Sejahtera P&K” Surakarta. 8. Keluargaku, (ibu,bapak,adikku) yang selalu menyemangati untuk selalu

berusaha dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah.

9. “Sickmaet” yang selalu ada di saat suka dan duka, makasih ya kehadiranmu membuatku bisa menyelesaian semuanya dengan baik. Banyak kata yang ingin diucapkan untukmu tapi kamu pasti GR jadi tidak jadi saja. hehehehe 10.Yonita, lulut, ima dan mirza teman senasip seperjuangan, akhirnya kita bisa

melaluinya bersama-sama. sukses selalu untuk kita.

11.simbok, yonita, siska, vuri, dedek, febria, iren, hendra, dina terima kasih dukungan kalian. You are the best friends.

12.Teman-teman seangkatan Jurusan Akuntansi Keuangan tahun 2008 yang bersama-sama menempuh perkuliahan dan yang terus memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Tanpa mengurangi peranan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini, segala kritik dan saran yang membangun penulis terima dengan senang hati guna menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Surakarta, 26 Juli 2011


(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN . ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan... ... 1

1. Sejarah Berdirinya KPRI ”Sejahtera P&K ... 1

2. Struktur Organisasi KPRI “Sejahrtera P&K” ... 2

3. Bidang Administrasi ... ... ... 9

4. Permodalan KPRI “Sejahtera P&K”... ... 10

5. Usaha KPRI ”Sejahtera P&K” ... ... 11


(9)

commit to user

ix

C. Perumusan Masalah... 21

D. Tujuan Penelitian... 22

E. Manfaat Penelitian... 22

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka... ... 23

1. Pengertian Koperasi... ... 23

2. Pajak Penghasilan... ... 24

3. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 25 ... ... 31

4. Penggolongan dan Tarif Penyusutan... ... 32

5. Rekonsiliasi Fiskal... ... 33

B. Analisis Data dan Pembahasan.………...……… ... 40

BAB III TEMUAN A. Kelemahan... ... 52

B. Kelebihan…... . 53

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 54

B. Rekomendasi... ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman I.1 Bagan Struktur Organisasi KPRI ”Sejahtera P&K” ... 2


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

I.1 Tabel Pembagian Tugas Pengawas ... 4

I.2 Tabel Susunan Pengurus ………... 5

I.3 Tabel Daftar nama, jabatan, serta tugas Pegawai Tetap ……... 7

I.4 Tabel Daftar nama, jabatan, serta tugas Pegawai Tidak Tetap …... 8

I.5 Tabel Keadaan anggota ………..…………... 9

II.1 Tabel Penggolongan dan Tarif Penyusutan ………...32

II.2 Tabel Penyusutan Aktiva Tetap...42

II.3 Tabel Rekonsiliasi Fiskal ...…...43

II.4 Tabel Laporan Laba Rugi Fiskal ……...47


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Laporan Sisa Hasil Usaha 2. Laporan Neraca


(13)

commit to user

ii

EVALUTION CORPORATE TAX CULCULATION KPRI “SEJAHTERA P&K” SURAKARTA TAHUN 2010

MARTA NUNGKI HARYANTO

Frequent changes in legislation led to all parties as the taxpayer should be kept up to date understanding of legislation for the purposes of paying taxes. Income Tax bodies one component of income tax is quite complex because the taxpayers have to adjust your body between the commercial financial statements with fiscal financial statements. KPRI "Sejahtera P & K" has been recorded as corporate taxpayers who each year must calculate and pay the corporate tax adjusment between commercial financial statements with fiscal financial statements. authors conducted research on corporate tax calculation, so that the

financial statements KPRI "Sejahtera P & K" in accordance with Undang-Undang Rebuplik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2008.

Author in conducting research on KPRI "Sejahtera P & K" discovered archival file onthe financial statements so that the research materials as directed on the financial statements: balance sheet, income statement and a list ativa remains to evaluate the loss of tax calculation.

From the research, the authors found file the weaknesses and strengths in KPRI

"Sejahtera P & K". The disadvantage KPRI "Sejahtera P & K" still to give costs and income taxes according to law can not be deducted in reporting the rest of the business. Excess KPRI "Sejahtera P & K" has done well keeping each period and in doing so timely year SPT does

not exceed the month of March 31 proved KPRI "Sejahtera P & K" as good taxpayers who

comply with taxation legislation.


(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM

1. Sejarah Berdirinya KPRI “SEJAHTERA P&K”

Koperasi ini berdiri sejak tanggal 28 Oktober 1961 yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Dengan demikian hingga saat ini koperasi KPRI “Sejahtera” sudah berusia hampir 50 tahun. Pada akte pendirian tahun 1961 tercantum nama-nama pendiri KPRI “SEJAHTERA P&K”, yaitu sebagai berikut :

a. Bapak Petrus Canesius Suradi Sastrowidjojo (Almarhum) b. Bapak Wofgang Soeprapto Tedjopramono (Almarhum) c. Bapak Kudoprasanto (Almarhum)

d. Bapak H. Mas Ngabei Soeprapto Kartodiharjo (Almarhum) e. Bapak Muhammad Cholil Siswohardjo (Almarhum)

Anggota KPRI “SEJAHTERA P&K” sebagian besar adalah guru-guru Sekolah Dasar. Pada tanggal 7 April 1962, koperasi ini memperoleh status sebagai Badan Hukum dengan Nomor 1666/BH/VI. Selanjutnya dengan adanya penyesuaian Undang-Undang nomor 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok Perkoperasian maka KPRI “SEJAHTERA P&K” memperoleh pengakuan Badan Hukum baru dengan nomor 1666/BH/VI/12-67 tanggal 25 Agustus 1969.


(15)

commit to user

Sejalan dengan irama perkembangan gerakan koperasi saat ini, maka KPRI “SEJAHTERA P&K” selaku berusaha meningkatkan usaha pelayanan serta partisipasi dalam pembangunan di segala bidang. Dari data yang ada menunjukkan bahwa perkembangan meningkat tajam.

2. Struktur Organisasi KPRI “SEJAHTERA P&K”

Berdasarkan Rapat Anggota Tahunan tahun 2010, untuk tujuan terciptanya tertib administrasi serta kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab perangkat koperasi maka dibuat struktur organisasi koperasi sebagai berikut :

Gambar 1.1 : Struktur Organisasi pada KPRI “SEJAHTERA P&K” a. Rapat Anggota

1) Rapat Anggota Tahunan

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi yang mempunyai fungsi antara lain: a) Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga b) Menetapkan kebijakan-kebijakan umum koperasi

Rapat Anggota

Pengawas Pengurus

Anggota Karyawan


(16)

commit to user

c) Memilih, mengangkat dan memperhentikan pengurus dan pengawas

d) Mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas

Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal ini dilakukan pemungutan suara tiap anggota mempunyai satu hak suara.

2) Rapat Anggota Perencanaan (RAP)

Diselenggarakan bersamaan dengan HUT untuk tahun buku 2011. 3) Rapat Rutin

Diadakan setiap bulan menjelang gajian yang dihadiri oleh pengurus dan pengawas. Adapun secara pokok adalah membahas atau mendistribusikan permohonan kredit yang diajukan para anggota.

4) Rapat Khusus

Diselenggarakan untuk membahas masalah-masalah khusus diantaranya : Peringatan Harkop, HUT , Hari Besar Nasional, persiapan materi RAP-RAT dan pengembangan Gedung pertemuan.


(17)

commit to user

b. Pengawas

Tugas utama pengawas adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengalokasian koperasi sedangkan pemeriksaan dari bulan ke bulan dilaksanakan pada hari-hari yang tidak mengikat. Hal ini dilakukan agar pengawas tidak mengganggu pekerjaan dinasnya. Pada tahun 2010 juga merupakan tahun kedua bagi Pengawas masa bakti tahun 2009-2012. Adapun susunan Pengawas masa bakti ini, adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Pembagian tugas Pengawas

No Nama Sasaran/Tugas

1. 2.

3.

Sumari PA., A.Ma. Tatik Sudiarti, S.Pd

Slamet Haryanto, S.Pd

Bidang keuangan dengan segala penjabarannya. Bidang organisasi/manajemen dengan segala penjabarannya.

Bidang perusahaan dengan segala penjabarannya. Sumber : Data dari KPRI “Sejahtera P&K

c. Kepengurusan

Susunan pengurus masa bakti tahun 2009-2012, adalah sebagai berikut :


(18)

commit to user Tabel 1.2 Susunan Pengurus

No Jabatan Nama

1. Penasihat H.N. Sakdani

2. Ketua Drs. Sudarto

3. Wakil Ketua Drs. Wahyono

4. Sekretaris Abdurrochim, S.Pd.

5. Bendahara I Muhtarom, S.Pd.

6. Bendahara II Sugeng W.H., S.Pd.

Sumber : Data dari KPRI “Sejahtera P&K”

Pembagian tugas pengurus adalah sebagai berikut : 1) Ketua

Ketua mempunyai tugas antara lain yaitu : a) bertanggungjawab secara umum

b) bertindak mewakili Pengurus urusan keluar c) pengawasan buku kas

d) pembinaan karyawan

e) mengusahakan tambahan modal

f) mengelola kredit Jangka Panjang dan Kredit Sebrakan. 2) Wakil Ketua

Wakil Ketua mempunyai tugas antara lain yaitu : a) mewakili pengurus urusan ke dalam


(19)

commit to user c) melakukan pembinaan karyawan

d) mengelola kredit Jangka Panjang dan Kredit Sebrakan. 3) Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas antara lain yaitu : a) penanggungjawab Tata Usaha (TU) b) penanggungjawab tatalaksana perkantoran c) membuat agenda surat keluar-masuk d) mencatat notulen rapat

e) buku induk dan kartu anggota (KTA) f) mengelola kredit rutin

g) menerima setoran anggota Kecamatan Serengan. 4) Bendahara I

Bendahara I mempunyai tugas antara lain yaitu : a) mengelola pembukuan keuangan

b) membuat necara dan lampirannya c) pelaksanaan urusan Rumah Tangga

d) menyelenggarakan rapat-rapat, penataran, dan HUT koperasi e) pengawasan pembayaran bank

f) pengawasan pembayaran listrik g) mengelola Kredit Wiraswasta

h) menerima setoran anggota Kecamatan Pasarkliwon. 5) Bendahara II


(20)

commit to user

a) pengawasan urusan toko, pengadaan barang di toko koperasi dan komsumsi

b) inventaris kekayaan koperasi

c) membantu kegiatan pengurus secara umum d) pengawasan Gedung “Graha Sejahtera” e) mengelola Kredit Musibah

f) menerima setoran anggota campuran d. Karyawan

Jumlah karyawan tetap ada 5 orang, sedang jumlah karyawan tidak tetap ada 3 orang. Adapun daftar nama, jabatan, serta tugas pegawai tetap adalah sebagai berikut :

Tabel 1.3

Daftar nama, jabatan, serta tugas pegawai tetap

No Nama Jabatan Tugas

1. Tri Hartuti Kepala Kantor Kasir dan keuangan

2. Sri Waliman Pusak Sekretaris Surat-menyurat, rekap

potongan, tabungan murid, dan hubungan instansi. 3. Retno Yuliastuti Pembantu Umum Agenda, deposito, simpanan

serba guna, dan Mandiri. 4. Kristanti Widyaningsih Pembantu Umum Toko/laporan toko, dan


(21)

commit to user

5. Sukro Agus Triwibowo Pembantu Umum Toko/laporan toko, kwitansi potongan, dan gedung “Graha Sejahtera” Sumber : Data dari KPRI “Sejahtera P&K”

Adapun ini daftar karyawan tidak tetap beserta tugasnya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4

Daftar nama, jabatan, serta tugas pegawai tidak tetap

No Nama Jabatan Tugas

1. Bekti Nugroho S Petugas Rekening Listrik

Penarikan Rekening Listrik, pelaporan, rapat-rapat PLN.

2. Aminah Petugas Rekening

Listrik

Pelaporan / rekapitulasi, rapat-rapat PLN.

3. Wawu Wiryosuwito Petugas Gedung Graha Sejahtera

Kebersihan, inventaris barang, kerusakan dan laporan gedung Graha Sejahtera.

Sumber : Data dari KPRI “Sejahtera P&K” e. Keanggotaan

Keanggotaan pada tahun 2010 ini tidak banyak mengalami perubahan. Ada anggota yang keluar karena permohonan sendiri, pensiun, atau karena meninggal dunia. Akan tetapi ada juga anggota yang masuk karena adanya pengangkatan CPNS. Di bawah ini kami sampaikan keadaan anggota selama tiga tahun berturut-turut.


(22)

commit to user Tabel 1.4

Keadaan anggota selama 3 tahun berturut-turut

Tahun

Awal Keluar Masuk Akhir

L P J L P J L P J L P J

2008 126 196 322 5 6 11 5 8 13 126 198 324

2009 126 198 324 5 5 10 5 4 9 126 197 323

2010 126 197 323 3 6 9 1 3 4 124 194 318

Sumber : Data dari KPRI “Sejahtera P&K”

3. Bidang Administrasi

Tempat kegiatan terletak di Jalan Kyai Mojo, Semanggi, Pasarkliwon, Surakarta (0271) 642295. Buku-buku administrasi dikerjakan secara rutin dan laporan-laporan kegiatan perkembangannya secara periodik yaitu setiap 3 bulan sekali telah dikerjakan dan dikirim secara rutin ke PKPRI dan Dinas Koperasi dan PKM kota Surakarta. Buku-buku administrasi di antara lain yaitu :

a. Buku Induk Anggota b. Buku Daftar Pengurus c. Buku Notula

d. Buku Agenda Surat Keluar-masuk e. Buku Anjuran Pejabat Instansi f. Buku Saran Anggota Pengawas g. Buku Catatan Peristiwa Penting h. Buku Keputusan Rapat


(23)

commit to user i. Buku Simpanan Anggota

j. Buku Daftar Hadir Pengawas k. Buku Inventaris

l. Buku Catatan Piket Pengurus m. Buku Pengeluaran Tanda Anggota n. Buku Rekap Potongan Koperasi o. Buku Daftar Hadir Pengurus p. Buku Tertib Karyawan 4. Bidang Permodalan

Bidang permodalan KPRI “SEJAHTERA P&K” meliputi seluruh aktiva yang ada di koperasi ini, dari aktiva lancar, penyertaan sampai aktiva tetap. Pihak-pihak yang terkait dalam pemenuhan kebutuhan modal adalah para anggota simpanan pokok, simpanan wajib, dana atau cadangan. Di samping itu masih diperlukan modal luar (modal pinjaman) dari pihak ketiga. Hal ini ditempuh dalam rangka pengembangan koperasi juga dalam memenuhi permintaan kredit dari anggota yang semakin meningkat. Untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan koperasi dilihat dari sisi kekayaan dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Di bawah ini penulis sajikan perkembangan kekayaan KPRI “SEJAHTERA P&K” adalah sebagai berikut :

1. Kekayaan Tahun 2006 : Rp 2.381.480.131,00

2. Kekayaan Tahun 2007 : Rp 2.700.440.379,00


(24)

commit to user

4. Kekayaan Tahun 2009 : Rp 3.409.286.954,00

5. Kekayaan Tahun 2010 : Rp 4.017.899.326,00

5. Bidang Usaha

a. Simpanan atau tabungan

1) Simpanan pokok, yaitu sebesar seratus ribu rupiah

2) Simpana wajib, yaitu sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah

3) Simpanan “manasuka” yaitu sebesar lima puluh ribu rupiah setiap bulannya dan dikembalikan pada saat RAT

4) Simpanan “Serba Guna” yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah atau kelipatannya untuk setiap bulannya. Jasa 1% per bulan dan dapat diambil sesuai permintaan anggota, yaitu dapat diambil pada saat Lebaran, Natal atau pada saat Tahun Ajasan Baru.

5) Tabungan Hari Tua, yaitu sebesar lima ribu rupiah perbulan untuk setiap anggota. Tabungan hari tua akan dikembalikan apabila yang bersangkutan keluar atas permintaaan sendiri, pensiun atau meninggal dunia dengan bunga 10%.

6) Tabungan Murid (TAMU) adalah tabungan yang sudah dijalankan oleh koperasi sejak tahun 1986 dengan tujuan untuk membiasakan murid gemar menabung. Selain itu juga untuk memupukan modal koperasi. Setiap hari koperasi menerima setoran tabungan dari SD yang dikoordinir oleh Kepala Sekolah atau guru yang ikut dalam usaha tabungan murid ini. Bunga tabungan sebesar 0,6% per bulan.


(25)

commit to user

7) Tabungan Mandiri, yaitu minimal sebesar dua puluh ribu rupiah dan maksimal tak terhingga selama 12 bulan dan akan dikembalikan beserta bunganya pada bulan ke-13 dengan bunga 1% per bulan. Penabung mendapatkan fasilitas memperoleh hak pinjam 4 kali besar tabungannya, apabila menghendaki. Setiap tabungan senilai seratus ribu rupiah akan mendapatkan satu kupon berhadiah dan diundi bersama-sama kupon konsumsi pada saat RAT.

b. Perkeditan

Jenis usaha ini dibagi menurut jenjang waktu angsurannya :

1) Kredit Jangka Pendek

Kredit jangka pendek adalah kredit dengan jangka waktu pengembalian paling lama 10 bulan.

a) Kredit rutin

Kredit rutin diberikan secara otomatis kepada semua anggota dengan tidak perlu mengajukan permohonan, kecuali anggota tersebut tidak membutuhkannya (mengembalikan cek).

Anggota yang telah lama tidak menggunakan haknya, dan menghendaki kredit rutin harus mengajukan permohonan lagi. Anggota baru akan menerima kredit rutin pertama setelah 4 bulan menjadi anggota.

Besar kredit rutin pertama sebesar Rp 150.000.000,00. Sedang anggota lama dapat mengajukan kredit sampai Rp 2.400.000,00


(26)

commit to user

dengan melihat berapa kredit yang telah diambil, yang berarti harus ada persetujuan dari Kepala Sekolah.

b) Kredit Barang

Sesuai dengan namanya Kredit Barang, maka kredit ini diberikan kepada anggota untuk membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga, seperti : televisi, radio, mesin jahit, sepeda dan sebagainya. Besar Kredit yang diberikan antara Rp 100.000,00 hingga tertinggi Rp 3.000.000,00. Jangka waktu 10 bulan dengan bunga 1,7% per bulan.

c) Kredit Sebrakan

Kredit ini diberikan kepada anggota yang masih mempunyai kepentingan yang sangat mendadak dan masih mempunyai uang kas koperasi sesuai dengan namanya, maka pengembaliaannya juga hanya dalam waktu satu bulan atau paling lama 3 bulan. Kredit Sebrakan diberikan paling tinggi Rp 2.100.000.000,00 dengan bunga 1,5% dan berlaku surut. Apabila dalam waktu 3 bulan terpaksa belum dapat mengembalikan, maka akan dipotongkan ke gajinya 3 kali angsuran, dimulai pada bulan keempat sampai lunas.

d) Kredit Musibah

Kredit ini diberikan kepada anggota yang sedang mengalami musibah, misal : kecelakaan, sakit hingga terpaksa rawat inap paling sedikit 3 hari. Kredit musibah paling tinggi Rp


(27)

commit to user

2.000.000,00 diangsur 10 bulan dan dimulai pada bulan keempat dengan tidak dibebani bunga. Permohonan kredit hendaknya disertai bukti-bukti sah. Lingkup keluarga yang dapat memperoleh kredit musibah adalah anggota sendiri, suami atau istri atau anak.

2) Kredit Jangka Menengah

Kredit jangka menengah adalah kredit dengan jangka waktu pengembalian antara 15 bulan hingga paling lama 24 bulan.

· Kredit Pemugaran

Kredit Pemugaran adalah kredit untuk memugar atau memperbaiki rumah, yang besarnya paling tinggi Rp 15.000.000,00 dengan jangka waktu 15 bulan, bunga 1,9% per bulan.

· Kredit Kendaraan

Besar kredit kendaraan paling tinggi Rp 18.000.000,00 dengan jangka waktu 24 bulan, bunga 1,9% per bulan. Kredit tidak dapat diperbaharui sebelum lunas.

· Kredit Wiraswasta

Kredit ini diberikan sebagai tambahan modal bagi anggota yang telah mempunyai usaha wiraswasta. Kredit tambahan modal paling tinggi Rp 18.000.000,00 dengan jangka waktu pengembalian 20 bulan, bunga 1,7% per bulan. Bulan pertama


(28)

commit to user

sampai bulan keempat belum dikenakan angsuran, namun tetap dikenakan bunga 1,7% per bulan. Pada bulan kelima barulah dimulai angsuran pertama khusus kredit wiraswasta tidak ada SWK-RIA.

· Kredit Mandiri

Kredit Mandiri diberikan kepada anggota yang telah menabung secara rutin selama 12 bulan. Pada bulan ke-13, anggota yang menabung berhak menerima kembali jumlah tabungan beserta bunga 1% sebulan. Di samping itu penabung berhak mendapatkan kredit 4 kali besar tabungannya. Jangka waktu pengembalian 24 bulan dengan bunga 1,9% per bulan. Setelah menerima kredit, yang bersangkutan tetap boleh menabung lagi, namun tidak dapat memperoleh kredit sebelum lunas.

3) Kredit Jangka Panjang

Kredit jangka panjang adalah kredit dengan jangka waktu 36/48/60/72 bulan. Besar kredit paling tinggi Rp 72.000.000,00 dengan bunga 1,9% per bulan. Setelah mencapai 20 kali angsuran, kredit dapat diperbaharui kembali dengan dipotong sisa pinjamannya. Anggota yang telah memperoleh kredit jangka panjang masih diberi kesempatan mengambil kredit yang lain, namun terbatas hanya dua macam kredit.


(29)

commit to user

c. Usaha-usaha lain

1) Gedung Pertemuan “Graha Sejahtera”

Gedung “Graha Sejahtera” cukup dapat dirasakan manfaatnya, misal untuk keperluan sendiri, antara lain RAT, RAP, Ulang Tahun KPRI “SEJAHTERA P&K”, Harkop dan pertemuan-pertemuan khusus lainnya. Gedung “Graha Sejahtera” ini juga sering digunakan untuk masyarakat sekitarnya, misalnya untuk masyarakat yang mempunyai kerja, atau keperluan-keperluan lainnya. Masyarakat menilai bahwa gedung tersebut merupakan satu-satunya gedung pertemuan di daerah Semanggi bagian timur dan tarif sewanya cukup murah sehingga terjangkau masyarakat menengah ke bawah.

2) Toko Sejahtera

Toko ini berada di Jalan Kyai Mojo dalam lingkup Gedung Pertemuan “Graha Sejahtera” bagian depan cukup dapat memberi pelayanan kepada anggota dan tak kalah pentingnya dapat memberi pelayanan kepada masyarakat sekitar. Toko Sejahtera ini juga dilengkapi jasa fotokopi sehingga menambah minat masyarakat sekitar untuk berkunjung di Toko Sejahtera ini, apalagi toko fotokopi di daerah Semanggi masih jarang. Oleh karena itu petugas toko dituntut lebih peka terhadap kebutuhan masyarakat sekitar. Hingga saat ini barang yang dikelola lebih dari 800 macam. Toko Sejahtera tidak hanya mengambil barang dari grosir saja, tetapi


(30)

commit to user

juga menerima titipan barang dari para anggota yang telah berhasil dalam berwiraswasta.

3) Pelayanan Rekening Listrik

Pelayanan rekening listrik adalah wujud pelayanan kepada masyarakat dan merupakan pendapatan murni dari masyarakat. Pelayanan rekening listrik ditangani oleh 2 orang pekerja tidak tetap Koperasi “SEJAHTERA P&K”.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pajak adalah komponen Pendapatan Negara yang terbesar (http://alandwidarma.blogspot.com, Rabu 29 Juli 2010 ; 17:40) sehingga memberikan kontribusi yang terbesar bagi kelangsungan pembangunan nasional. Hal ini berarti pajak memberikan peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengingat peranan pajak cukup besar maka pengelolaan pajak untuk kebutuhan masyarakat pada umumnya juga harus diperhatikan, sehingga pemungutan dan penyalurannya dilakukan secara baik dan seimbang. Oleh karena itu perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk membayar pajak. Hal tersebut juga harus didukung dengan perangkat hukum yang mengatur pemungutan pajak kepada masyarakat dengan prinsip adanya keadilan dalam pemungutan pajak. Salah satu perangkat hukum yang mengatur pemungutan pajak adalah Undang–Undang Perpajakan.


(31)

commit to user

Undang-undang perpajakan ini sering sekali mengalami perubahan peraturan dan yang terakhir dan terbaru adalah undang-undang perpajakan nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Hal ini menyebabkan banyak pihak harus menguasai dan selalu up to date perundang-undangan perpajakan yang berlaku saat ini, karena membayar pajak adalah kewajiban masyarakat Indonesia dan agar dalam membayaran pajak tidak mengalami kesulitan.

Salah satu bunyi Undang–Undang Perpajakan adalah Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang–Undang ini telah mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan sistem seft assessment. Sistem seft assessment adalah sistem yang memberikan kepercayaan penuh tanggung jawab kepada wajib pajak menghitung, memotong, menyetor, dan melaporkan besarnya pajak terutang sesuai dengan ketentuan (Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah : 2008). Dalam sistem ini wajib pajak memiliki kesadaran terhadap kewajibannya, kejujuran dalam menghitung pajaknya, memiliki keinginan yang baik untuk membayar pajak sesuai dengan perundangan perpajakan.

Wajib pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban untuk memenuhi kewajiban di bidang perpajakan, sedangkan yang termasuk subjek pajak adalah orang pribadi, badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Koperasi adalah salah satu subjek pajak badan, maka secara umum dikenakan pajak.


(32)

commit to user

Begitupun dengan Koperasi KPRI Sejahtera yang merupakan salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang unit simpan pinjam dan pertokoan. Setiap tahun KPRI Sejahtera selalu menyajikan laporan keuangan berupa laporan laba rugi dan neraca. Laporan tersebut digunakan oleh pihak intern KPRI Sejahtera untuk mengukur kinerja pengurus atau pengawas, meramalkan usaha pada waktu yang akan datang, pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan pengurus pada masa yang akan datang.

Dalam setiap tahunnya menyusun laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan usaha koperasi pada anggotanya. Laporan keuangan tersebut didasarkan pada Peraturan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (PSAK). Untuk tujuan perpajakan, KPRI Sejahtera juga diharuskan menyusun laporan perpajakan yang sesuai dengan ketentuan dalam pasal 28 Undang–Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang peraturan kedua atas Undang–Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUTC), karena masing-masing laporan baik laporan akuntansi komersial dengan akuntansi perpajakan menggunakan dasar yang berbeda maka keduanya juga mempunyai perbedaan.

Perbedaan yang muncul antara laporan menurut komersial dan akuntansi perpajakan disebabkan oleh adanya perbedaan konsep penghasilan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima umum dan digunakan untuk kepentingan


(33)

commit to user

berbagai pihak. Sedangkan laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan (Lumbantoruan :1996). Perbedaan lain juga terdapat dalam penyusunan laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan menurut akuntansi bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti : manajemen, investor, pemegang saham, kreditur, dan pihak-pihak lain. Sedangkan penyusunan laporan keuangan menurut perpajakan bertujuan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam kaitannya dengan penerimaan Negara. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu penyesuaian yang dilakukan atas laporan keuangan komersial. Penyesuaian dalam perpajakan itu sendiri dikenal dengan nama koreksi fiskal.

Terhadap perbedaan yang timbul tersebut, maka KPRI “Sejahtera P&K” melakukan koreksi fiskal sehingga diperoleh laporan keuangan yang penyajiannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang digunakan untuk keperluan penghitungan besarnya pajak yang harus dibayar. Berkaitan dengan koreksi fiskal tersebut, KPRI “Sejahtera P&K” masih mengalami kesulitan karena kurangnya karyawan yang ahli dalam perpajakan Hal ini dibuktikan dalam perlakuan beberapa macam biaya dan pendapatan yang pada peraturan perundang-undangan perpajakan tidak boleh mengurangi atau menambah penghasilan bruto, misalnya pendapatan SHU konsumsi, pendapatan SHU KPK-RI, pendapatan dari bank, biaya deposito, biaya simpanan mandiri, dan biaya penyusutan. Namun KPRI “Sejahtera P&K” masih mengakui


(34)

biaya-commit to user

biaya dan pendapatan tersebut masih mempengaruhi penghasilan bruto atau sisa hasil usaha.

Oleh karena terdapat perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya seperti yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi perhitungan pajak penghasilan atas KPRI Sejahtera dengan melakukan terlebih dahulu rekonsiliasi laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dengan tujuan dapat memberikan saran bagi KPRI Sejahtera dalam hubungannya dengan perhitungan dan rekonsiliasi laporan keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal sebagai dasar penentuan besarnya pajak terhutang. Maka dari itu penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini mengambil judul “EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN KPRI SEJAHTERA SURAKARTA TAHUN 2010”

A. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang terdapat diatas, dalam tugas akhir ini penulis merumuskan masalah, yaitu apakah perhitungan PPh Badan di KPRI Sejahtera Surakarta sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008?


(35)

commit to user

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan atas penelitian yang dilakukan adalah menemukan pemecahan atas permasalahan yang diuraikan di atas, yaitu untuk mengetahui apakah perhitungan PPh Badan di KPRI Sejahtera Surakarta sudah benar dan sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan.

C. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti

Dapat memberikan tambahan pengetahuan ilmu dan teori Akuntansi Keuangan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan Program Diploma III Akuntansi Keuangan ke dalam kenyataan dunia kerja, khususnya tentang Pajak Penghasilan Badan yang ada pada KPRI “Sejahtera P&K”.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan KPRI “Sejahtera P&K” dalam menentukan laba menurut Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Undang-Undang Perpajakan, juga dapat memberikan masukan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal di tahun yang akan datang.

3. Bagi Pembaca

Dapat memberikan beberapa manfaat, seperti tambahan pengetahuan, wawasan, informasi dan sebagai referensi bacaan dalam pembuatan tugas akhir di masa yang akan datang.


(36)

commit to user

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

A. Landasan Teori

1. Pengertian Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Peraturan Undang-Undang Koperasi No 25 Tahun 1992).

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Deputi Bidang Pembiayaan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2008). Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 1992, koperasi badan hukum dan salah satu hal yang menjadi subjek pajak, Koperasi merupakan subjek pajak penghasilan badan dan mempunyai kewajiban memotong, menyetor, dan melaporkan besarnya pajak terutang sesuai dengan penghasilan yang diterima selama satu tahun pajak yang sesuai dengan perundang-undangan perpajakan.


(37)

commit to user

2. Pajak Penghasilan

Pajak berdasarkan Deputi Bidang Pembiayaan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2008) adalah iuran masyarakat kepada Negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Pajak penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) Undang-undang No. 17 tahun 2000 diartikan sebagai berikut :

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh atau diterima oleh Wajib Pajak baik berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri yang digunakan untuk tujuan komsumsi ataupun menambah kekayaan atas nama dan bentuk apapun.

Jadi pengertian pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Suandy, 2002). Dengan kata lain pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.


(38)

commit to user

Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan dikenakan sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan (Siti Resmi, 2004 :74). Subjek pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Jika Subjek Pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka disebut Wajib Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2004), antara lain :

a. Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

b. Warisan yang belum terbagi secara satu kelum satuan, menggantikan yang berhak. Warisan yang belum terbagi termasuk dalam Subjek Pajak pengganti menggantikan mereka yang menjadi ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai Subjek Pajak Pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal warisan tetap dapat dilaksanakan.

c. Badan

Badan berdasarkan Undang-undang KUP adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang merupakan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,


(39)

commit to user

organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif. d. Bentuk Usaha Tetap

Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan. Penghasilan yang dimaksud dalam perpajakan adalah objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun (Undang-Undang Perpajakan RI nomor 36 Tahun 2008). Jadi Objek Pajak Penghasilan dapat diartikan sebuah pajak yang dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya, yang dapat dipergunakan untuk menambah konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Jenis Penghasilan yang dikenakan pajak atau Objek Pajak sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) UU PPh dikelompokkan sebagai berikut :

a. Penggantia n atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorium,


(40)

commit to user

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; c. Laba Usaha;

d. Keuntungan karena penjualan atau pengalian harta termasuk :

1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseorangan, persekutuan dan badan lainnya sebagai saham atau penyertaan modal;

2) Keuntungan yangdiperoleh perseroan, persekutuan, atau badan lainnya karena pengalian harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;

3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

4) Keuntungan karena pengalihan harta karena hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali diberikan kepada saudara sedarah semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan antara usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;


(41)

commit to user

f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan lain karena jaminan pengembalian utang;

g. Dividen dengan nama dan bentuk apa pun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royalti;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi asuransi;

o. Iuaran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. surplus Bank Indonesia.


(42)

commit to user

Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final sesuai pasal 4 ayat 2 UU PPh antara lain :

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. penghasilan tertentu lainnya,

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Yang tidak termasuk Objek Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat (3) UU PPh, antara lain sebagai berikut :

a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima badan amil Zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;


(43)

commit to user

keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

b. Warisan;

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf b UU PPh sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, Koperasi, Badan Usaha Milik Negeri, Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modalpada badan usaha yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia dengan syarat :

1) dividen tersebut berasal dari cadangan laba yang ditahan;

2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di


(44)

commit to user luar kepemilikan saham tersebut.

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; i. Bagian laba yang diperoleh atau diterima anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;

j. Bunga Obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan rekadasa selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut.

3. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan pajak badan usaha koperasi untuk tahun berjalan yang dipotong dari hasil SHU selama 1 (satu) tahun buku. Dalam hal ini koperasi wajib memotong pajak badan untuk tahun berjalan dari hasil SHU yang diperoleh setiap tahunnya (Deputi Bidang Pembiayaan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2008).


(45)

commit to user

apabila memenuhi syarat (peredaran bruto setahun tidak melebihi Rp 50.000.000.000,00) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari 25% atau menjadi 12,5% yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (Pasal 31 E undang-undang PPh), ketentuan ini berlaku mulai tahun 2010 berdasarkan perubahan perundang-undangan terbaru nomor 36 Tahun 2008.

4. Penggolongan dan Tarif Penyusutan Aktiva

Dalam perundang-undangan perpajakan penyusutan aktiva tetap sesuai daftar golongan dan tarif penyusutan aktiva tetap yang dalam pasal 11 ayat 6 UU No. 36 Tahun 2008

Tabel II.1

Daftar Golongan dan Tarif Penyusutan Aktiva

Uraian Masa

Manfaat

Metode Garis Lurus

Metode Saldo Menurun

Kelompok I 4 tahun 25% 50%

Kelompok II 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok III 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok IV 20 tahun 5% 10%

Bangunan Permanen 20 tahun 5%

Bangunan Tidak Permanen 10 tahun 10%


(46)

commit to user

5. Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan perhitungan khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan menurut perpajakan (fiskal). Laporan keuangan komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor privat, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk kepentingan komersial, laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip yang berterima umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan (UU PPh).

Untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal meliputi pengakuan pendapatan dan biaya yang dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif.

a. Koreksi Fiskal Positif

Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan Terhutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiskal positif diantaranya:


(47)

commit to user

1) Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan

2) Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP

3) Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan menurut WP lebih tinggi

4) Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

5) Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final

b. Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurun. Koreksi fiskal negatif diantaranya : 1) Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP

lebih rendah, selisih amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan pengakuannya

2) Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

3) Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final


(48)

commit to user

Menurut Siti Resmi (2004), penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal biasanya terjadi karena hal sebagai berikut :

a. Perbedaan Prinsip Akuntansi

Beberapa prinsip akuntansi berterima umum (PSAK) telah diakui secara umum dalam dunia bisnis dan profesi tetapi tidak diakui dalam fiskal adalah :

1) Prinsip konservatisme, penilaian persediaan akhir dengan Lower of

Cost or Market, dan penilaian piutang dengan nilai taksiran

realisasi bersih diakui dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakui sebagai pengurangan/biaya;

2) Prinsip harga perolehan (cost), dalam akuntansi komersial, penentuan harga perolehan untuk barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkan unsur tenaga kerja yang berupa natura. Sedangkan dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai pengurangan/biaya;

3) Prinsip matching biaya-hasil, akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan pada saat aktiva tersebut menghasilkan. Sedangkan dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai sebelum menghasilkan, seperti alat-alat pertanian.


(49)

commit to user b. Perbedaan Metode dan Prosedur

1) Metode penilaian persediaan, akuntansi komersial memperbolehkan memilih beberapa metode menghitung harga perolehan persediaan, seperti metode rata-rata, masuk pertama keluar pertama, masuk terakhir keluar pertama, pendekatan laba bruto, pendekatan harga jual eceran dll. Sedangkan dalam fiskal, hanya diperbolehkan memilih dua metode, yaitu metode rata-rata atau masuk pertama keluar pertama;

2) Metode penyusutan dan amortisasi, akuntansi komersial memperbolehkan memilih metode penyusutan seperti metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode saldo menurun/saldo ganda, metode jam-jasa, metode jumlah unit diproduksi dll Sedangkan dalam fiskal hanya menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun ganda untuk kelompok harta berwujud non-bangunan, sedangkan untuk harta berwujud dibatasi dengan metode garis lurus saja;

3) Metode penghapusan piutang, dalam akuntansi komersial penghapusan piutang ditentukan berdasar metode cadangan. Sedangan dalam fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada saat suatu piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentuyang diatur dalam peraturan perpajakan.


(50)

commit to user

c. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya

1) Penghasilan tertentu yang diakui dalam akuntansi komersial, tetapi bukan merupakan objek penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilankena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. Biaya- biaya tersebut, adalah sebagai berikut :

a) Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura;

b) Penghasilan dividen yang diterima oleh perseroan terbatas, koperasi, yayasan, BUMN/BUMD sebagai Wajib Pajak dalam negeri;

c) Bagian laba yang diterima oleh perusahaan modal ventura dari badan pasangan usaha;

d) Hibah, bantuan dan sumbangan;

e) Iuaran dan penghasilan tertentu yang diterima oleh dana pensiun;

f) Bunga obligasi yang diterima oleh perusahaan reksadana. 2) Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi

pengenaan pajaknya bersifat final, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial. Biaya- biaya tersebut, adalah sebagai berikut :


(51)

commit to user

a) Bunga deposito/tabungan dan diskonto SBI;

b) Penghasilan obligasi yang tercatat di bursa efek baik saham pendiri maupun bukan saham pendiri;

c) Penjualan saham milik perusahaan modal ventura;

d) Penghasilan yang diterima penyalur/dealer/agen prodek pertamina dan premium;

e) Penghasilan yang diterima penyalur/distributor rokok;

f) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh yayasan atau organisasi sejenis;

g) Persewaan atas tanah dan/atau bangunan; h) Imbalan jasa konstruksi;

i) Bunga simpanan anggota koperasi, dll.

3) Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan lain dan pos-pos luar biasa :

a) Kerugian suatu usaha di luar negeri, dalam akuntansi komersial kerugian tersebut mengalami laba bersih. Sedangkan dalam fiskal kerugian tersebut tidak boleh dikurangkan dari total penghasilan (laba) kena pajak;

b) Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahun sebelumnya. Dalam akuntansi komersial, kerugian tersebut tidak berpengaruh dalam perhitungan laba bersih tahun sekarang dan yang akan datang. Sedangkan dalam fiskal, kerugian tahun sebelumnya dapat dikurangkan dari penghasilan (laba) kena pajak tahun


(52)

commit to user

sekarang dan yang akan datang sepanjang belum lewat waktu 5 tahun;

c) Imbalan yang diterima atas pekerjaan yang dilakukan oleh pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan jumlah yang melebihi kewajaran.

4) Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersial sebagai biaya atau pengurang penghasilan, namun dalam fiskal pengurangan tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Dalam rekonsiliasi fiskal, pengeluaran atau biaya tersebut harus ditambahkan penghasilan kena pajak. Contoh secara rinci diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh :

a) Imbalan atau penggantian yang diberikan dalam bentuk natura; b) Cadangan atau pemupukan yang dibentuk oleh perusahaan

selain usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, usaha asuransi dan pertambangan;

c) Pajak Penghasilan;

d) Sanksi administrasi berupa denda, bunga, kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan perundang-undangan pajak;

e) Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;

f) Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya dll.


(53)

commit to user

B. Analisis Data dan Pembahasan

Dalam menganalisis dan membahas tentang perbedaan penghitung Pajak Penghasilan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal diperlukan laporan, antara lain sebagai berikut ini :

1. Laporan Sisa Hasil Usaha 2. Neraca

Laporan tersebut di atas akan disajikan dalam lampiran Tugas Akhir ini Data laporan keuangan, neraca dan daftar aktiva tetap merupakan laporan keuangan komersial dari KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta yang akan menjadi dasar dalam rekonsiliasi fiskal. Berdasarkan laporan keuangan komersial yang ada di KPRI “Sejahtera P&K” terdapat perbedaan pengakuan antara pendapatan dan biaya (laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal) yang akan mempengaruhi laporan laba rugi dan neraca sehingga harus dilakukan koreksi fiskal, sebagai berikut :

1. Pendapatan lain-lain

Pendapatan lain-lain terdapat pos Jasa dari Bank yang tidak boleh diakui sebagai pendapatan sebesar Rp 7.000.000 sehingga harus dikoreksi fiskal untuk mengurangi Pendapatan non usaha.

2. Biaya lain-lain

Dalam pos Beban lain-lain terdapat pos-pos yang tidak dapat dikurangkan menurut perpajakan, antara lain, hadiah konsumsi, pajak SHU tahun 2010, kekurangan pajak tahun 2009, bantuan kegiatan 2 kecamatan, bantuan lingkungan dengan total biaya sebesar Rp 17.795.000 sehingga


(54)

commit to user harus dikoreksi sesuai nominal tersebut. 3. Penyusutan Inventaris

Dalam pos biaya penyusutan terdapat perbedaan perhitungan antara perhitungan penyusutan aktiva tetap komersial dan perhitungan penyusutan aktiva tetap fiskal sehingga harus dilakukan perhitungan ulang berdasarkan perhitungan penyusutan aktiva tetap fiskal agar laporan keuangan KPRI “Sejahtera P&K” sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. Berdasarkan : UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 11 Ayat 6 pengelompokan dan perhitungan penyusutan aktiva tetap fiskal sebagai berikut :


(55)

commit to user Tabel 11.2

Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap Fiskal KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta

Per 31 Desember 2010

No Keterangan Thn

Prlhn

Harga perolehan

Gol

Tarif Akumulasi Depresiasi Nilai Buku

Awal Depresiasi Akhir

1

Tanah Gedung

Pertemuan 72,720,000

-

72,720,000

Gedung

2

Gedung/Bangunan

II 1998 219,000,000

Tdk

prmn 5% 131,400,000 10,950,000 142,350,000 76,650,000

Saldo 219,000,000 131,400,000 10,950,000 142,350,000 76,650,000

Peralatan

3 Mimbar 2002 1,050,000 II 12.50% 918,750 131,250 1,050,000 -

4 Meja Rapat 2002 1,470,000 II 12.50% 1,286,250 183,750 1,470,000 -

5 Kursi 2003 3,282,500 II 12.50% 2,461,875.00 410,313 2,872,188 410,313

6 Brancast Listrik 2003 2,340,000 II 12.50% 1,755,000 292,500 2,047,500 292,500

7 Komputer 2006 3,251,500 I 25% 2,438,625 812,875 3,251,500 -

8 Investaris Gedung 2007 3,710,000 I 25% 1,855,000 927,500 2,782,500 927,500

9 Kakulator 2009 140,400 I 25% - 35,100 35,100 105,300

10 Layar Komputer 2009 1,345,000 I 25% - 336,250 336,250 1,008,750

Saldo 16,589,400 10,715,500 3,129,538 13,845,038 2,744,363

Jumlah Aktiva Tetap 308,309,400 142,115,500 14,079,538 156,195,038 152,114,363

Berdasarkan perhitungan penyusutan Aktiva Tetap menurut perpajakan, penyusutan Aktiva Tetap sebesar Rp 14.079.538 padahal dalam penyusutan laporan laba rugi tertulis Rp 12.246.079 sehingga harus ada pengoreksian sebesar Rp 1.833.459 (Rp 14.709.538 - Rp 12.246.079).

Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak tahun 2010 maka harus dilakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, seperti berikut ini :


(56)

commit to user Tabel II.3

Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2010 KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta

Keterangan Komersial Koreksi Fiskal

Positif Negatif

I. Pendapatan

A. Pendapatan Jasa Jasa Kredit Rutin 17,889,750

- 17,889,750 Jasa Kredit Pemugaran 11,561,500 - - 11,561,500

Jasa Kredit Barang 4,144,500 - - 4,144,500

Jasa Kredit Wiraswasta 46,202,250 - - 46,202,250 Jasa Kredit Jk Panjang 682,866,450 - - 682,866,450

Jasa Kredit Kendaraan 58,285,150 - - 58,285,150

Jasa Kredit Mandiri 11,404,550 - - 11,404,550

Jasa Kredit Sebrakan 614,600 - - 614,600

832,968,750 - - 832,968,750

B. Pend. Pelayanan Listrik 9,487,000 - - 9,487,000 C. Pendapatan Gedung 36,080,000 - - 36,080,000 D. Pendapatan Lain-lain : - - SHU Konsumsi 2,255,678 - - 2,255,678

- Jasa dari Bank 7,000,000 - 7,000,000 - - Jasa SKPB 140,000 - - 140,000 - Jasa Kredit Listrik 82,500 - - 82,500 - SHU dari di PKP-RI

7,021,400 - -

7,021,400

16,499,578 9,499,578

A. Biaya Usaha

Gaji Karyawan 76,349,400 - - 76,349,400 Biaya bangunan, listrik, air 16,742,215 - - 16,742,215

Tunjangan Karyawan 11,112,650 - - 11,112,650

Transport Pengurus,BP, Perjalanan

53,538,000 - -

53,538,000


(57)

commit to user Lanjutan Tabel II.3

Biaya Kendaran 948,000 - - 948,000

Biaya Alat Tulis 1,675,200 - - 1,675,200 Biaya Komunikasi 114,923,800 - - 114,923,800 Biaya Rapat Pengurus, BP 7,181,700 - - 7,181,700 Biaya Rapat Anggota 36,248,400 - - 36,248,400 Biaya Lain-lain 39,961,200 17,795,000 - 22,166,000 Biaya Perbaikan Investaris 281,500 - - 281,500

Biaya Audit 1,871,300 - - 1,871,300

Biaya Training 75,000,000 - - 75,000,000 Penyusutan Inventaris 12,246,079 - 1,833,459 14,079,538

448,079,444

432,117,903

B. Biaya Jasa

Jasa Deposito 13,572,000 - - 13,572,000

Jasa Simp. Mandiri 6,198,720 - - 6,198,720 Jasa Simp. Serbaguna 17,419,760 - - 17,419,760 Jasa Simp. Wajib 134,000,000 - - 134,000,000 Jasa Simp. Hari Tua 2,500,000 - - 2,500,000 Jasa Simp. Kesehatan 2,000,000 - - 2,000,000 Jasa Simp. Cad. Modal 5,000,000 - - 5,000,000 Jasa Simp. Jam. Hari Tua 500,000 - - 500,000 Jasa Simp. Manasuka 5,000,000 - - 5,000,000

Jasa SWK-RIA 115,994,115 - - 115,994,115

Jasa Tabungan Murid 20,078,880 - - 20,078,880

322,263,475 322,263,475

C. Biaya Keuangan Jasa plafon PKP-RI 5,922,000 - - 5,922,000 Sisa Hasil Usaha per 31 Desember


(58)

commit to user

Dengan analisis untuk rekonsiliasi di atas dapat dibuat jurnal koreksi dan buku besar koreksi tahun 2010 seperti yang terlihat di bawah ini :

a. Pendapatan Jasa Bank Rp 7.000.000

Koreksi Fiskal Rp 7.000.000

Koreksi Fiskal Rp 7.000.000

Modal Rp 7.000.000

b. Koreksi Fiskal Rp 17.795.000

Biaya Lain-lain Rp 17.795.000

Modal Rp 17.795.000

Koreksi Fiskal Rp 17.795.000

c. Biaya Penyusutan Rp 1.833.459

Koreksi Fiskal Rp 1.833.459

Koreksi Fiskal Rp 1.833.459

Modal Rp 1.833.459

Modal

DEBIT KREDIT

a. Rp 7.000.000 b. Rp 17.795.000

c. Rp 1.833.459


(59)

commit to user

Penghasilan kena pajak/sisa hasil usaha KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta 2010 menurut akuntansi komersial adalah sebesar Rp 118.770.410 setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal penghasilan/sisa hasil usaha menjadi Rp 127.731.950

Besarnya pajak terhutang tahun 2010 setelah rekonsiliasi fiskal adalah sebagai berikut :

a. Sisa hasil usaha kena pajak setelah rekonsiliasi adalah sebesar Rp 127.731.950

Pajak Terutang : (25% x 50%) x Rp 127.731.950 = Rp 15.966.494,00


(60)

commit to user

Setelah dilakukan rekonsiliasi dengan terdapat pos-pos yang dikoreksi maka laporan laba/rugi fiskal KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dapat disajikan dalam tabel berikut ini :

TABEL II.4

KPRI “SEJAHTERA P&K” SURAKARTA LAPORAN LABA/RUGI FISKAL

PER 31 DESEMBER 2010

Keterangan Jumlah

I. Pendapatan A. Pendapatan Jasa

Jasa Kredit Rutin 17.889.750

Jasa Kredit Pemugaran 11.561.500

Jasa Kredit Barang 4.144.500

Jasa Kredit Wiraswasta 46.202.250

Jasa Kredit Jk Panjang 682.866.450

Jasa Kredit Kendaraan 58.285.150

Jasa Kredit Mandiri 11.404.550

Jasa Kredit Sebrakan 614.600

832,968,750

B. Pendapatan Pelayanan Listrik 9.487.000

C. Pendapatan Gedung 36.080.000

D. Pendapatan Lain-lain : 17.889.750

- SHU

Konsumsi

2.255.679

- SHU

dari PKP-RI 7.021.400 - Jasa SKPB 140.000 - Jasa Kredit Listrik 82.500 9.499.578 888.035.328

II. Belanja

A. Biaya Usaha


(61)

commit to user Lanjutan Tabel II.4

Biaya bangunan, listrik, air 16.742.215

Tunjangan Karyawan 11.112.650

Transport Pengurus,BP, Perj 53.538.000

Biaya Kendaran 948.000

Biaya Alat Tulis 1.675.200

Biaya Komunikasi 114.923.800

Biaya Rapat Pengurus, BP 7.181.700

Biaya Rapat Anggota 36.248.400

Biaya Lain-lain 22,166,000

Biaya Perbaikan Investaris 281.500

Biaya Audit 1.871.300

Biaya Training 75.000.000

Penyusutan Inventaris 14,079,538

432,117,703 B. Biaya Jasa

Jasa Simp. Serbaguna 17.419.760

Jasa Simp. Wajib 134.000.000

Jasa Simp. Hari Tua 2.500.000

Jasa Simp. Kesehatan 2.000.000

Jasa Simp. Cadangan Modal 5.000.000

Jasa Simp. Jmnan Hari Tua 500.000

Jasa Simp. Manasuka 5.000.000

Jasa SWK-RIA 115.994.115

Jasa Tabungan Murid 20.078.880

322.263.475

C. Biaya Keuangan

Jasa plafon PKP-RI (5.922.000)

Sisa Hasil Usaha sebelum pajak 127.732.150

Taksiran Pajak 15.966.494


(62)

commit to user TABEL II.5

KPRI “SEJAHTERA P&K” SURAKARTA NERACA FISKAL

PER 31 DESEMBER 2010

Keterangan Jumlah

Aktiva Lancar

1. Kas 680,000

2. Bank/Tabanas 240,000,000

3. Toko 13,077,499

4. Piutang Simpan Pinjam 3,470,460,000

3,724,217,499 Penyertaan

5. Simpanan di PKP-RI 100,284,040

6. SKPB 2,000,000

7. Gerakan Menabung 16,696,200

8. SWK di PKP-RI 334,210

119,314,450 Aktiva Tetap

9. Tanah Inventaris 72,720,000

10. Inventaris Kantor 16,589,400

11. Gedung/Bangunan II 219,000,000

12. Inventaris Gedung

308,309,400

13. Akumulasi Penyusutan Inventaris 156,195,038 152,114,363 3,995,646,312 Hutang Lancar

14. Dana Pengembangan Koperasi 19,832,063

15. Dana Pendidikan 24,925,685

16. Dana Pengurus -

17. Dana Karyawan -

18. Dana Sosial 8,822,380

19. Simpanan Mandiri 88,215,000

20. Simpanan Manasuka -

21. Simpanan Serbaguna 144,835,000


(63)

commit to user Lanjutan II.5

23. Jasa Anggota 12,060

24. Tabungan Murid 242,408,000

25. SWK 84,228,965

26. Simpanan Kesehatan 55,777,000

27. Simpanan Hari Tua 120,779,500

28. Dana Simpanan Hari Tua 46,377,530

29. Dana Simpanan Kesehatan 42,302,440

30. Sertakhu 2,193,000

31. Cadangan Studi Banding 125,000,000

32. THT Karyawan 12,500,000

33. Jasa THT karyawan 3,050,000

1,227,933,623 Hutang Jk Panjang

34. Deposito 146,000,000

35. PKP-RI -

146,000,000 Modal Sendiri

36. Simpanan Pokok 31,800,000

37. Simpanan Wajib 1,864,123,100

38. Cadangan Modal 344,443,071

39. Dana Cad. Modal 9,476,000

40. Dana Gedung 62,092,610

41. Bunga Dana Gedung 22,557,000

42. Cad. Resiko Kredit 175,455,252

2,509,947,033

43. SHU 111,765,656


(64)

commit to user

BAB III TEMUAN

Berdasarkan pembahasan pada bab II, ditemukan beberapa kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta.

A. Kelemahan

1. KPRI “Sejahtera P&K” masih mengakui pendapatan yang menurut peraturan perpajakan tidak boleh diakui sebagai tambahan penghasilan bruto yaitu, Penjapatan Jasa dari Bank sebesar Rp 7.000.000. Pendapatan ini seharusnya tidak dilaporkan menurut peraturan perpajakan karena telah dikenai PPh Pasal 21 yang sifatnya final. Hal ini didasarkan pada Undang-undang No 36 tahun 2008

2. KPRI “Sejahtera P&K” masih mengakui beban yang menurut peraturan perpajakan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan bruto, biaya lain-lain sebesar Rp 39.961.200 yang tertulis dalam neraca KPRI “Sejahtera P&K” seharusnya sebesar Rp22.166.000 karena ada biaya lain-lain yang seharusnya tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto, misalnya hadiah konsumsi, pajak SHU tahun 2010, kekurangan pajak tahun 2009, bantuan kegiatan 2 kecamatan, bantuan lingkungan yang dalam peraturan perpajakan tidak diakui sebagai pengurang karena berbentuk natura dan pajak penghasilan.


(65)

commit to user

3. KPRI “Sejahtera P&K” mengakui besarnya beban penyusutan yang dalam perhitungan tidak berdasarkan tarif yang ditentukan menurut Undang-undang Perpajakan. Beban penyusutan yang diakui oleh KPRI “Sejahtera P&K” adalah sebesar Rp 12.246.079, sedangkan besarnya beban penyusutan menurut tarif dalam perpajakan adalah sebesar Rp 14.079.538 Hal ini didasarkan pada Undang-undang PPh No. 36 tahun 2008.

B. Kelebihan

1. KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta telah melakukan pembukuan dengan cukup baik. Pembukuan yang dilakukan oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dan penyusunan laporan keuangan dalam tiap periode. Selain itu, pembukuan yang dilakukan oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta merupakan dasar perhitungan sesuai PPh pasal 25 (PPh Badan) walaupun untuk tujuan perpajakan harus dilakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan SHU kena pajak sebagaimana diatur dalam peraturan perpajakan.

2. KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dalam melaporkan SPT Tahunannya telah tepat waktu yaitu tidak melebihi 31 Maret 2011. Hal ini menunjukkan bahwa KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta sebagai wajib pajak yang baik, yang memenuhi kewajiban wajib pajak badan yang taat pada peraturan perpajakan.


(66)

commit to user

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

Laporan keuangan yang disusun oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dalam tiap periodenya didasarkan pada standar akuntansi yang berlaku secara umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan keuangan tersebut meliputi laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan laporan arus kas. Laporan tersebut merupakan laporan keuangan secara komersial. Kaitannya dengan perpajakan, laporan keuangan komersial (laporan laba rugi dan neraca) harus direkonsiliasi secara fiskal. Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan konsep pengakuan pendapatan dan biaya diantara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.

Koreksi fiskal yang dilakukan penulis atas laporan keuangan komersial KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta pada tahun 2010 menemukan bukti bahwa terdapat perbedaan pendapatan dan biaya oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Akun atau rekening yang berbeda dengan pengakuan meliputi : Pendapatan jasa dari bank, , biaya lain-lain. Rekening-rekening tersebut menurut ketentuan perpajakan tidak boleh diakui dalam pelaporan keuangan fiskal tetapi oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta diakui sebagai pendapatan dan biaya. Selain itu, terdapat perbedaan pengakuan besarnya biaya penyusutan aktiva tetap, pengakuan besarnya penyusutan aktiva tetap oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta lebih besar daripada ketentuan perpajakan.


(67)

commit to user

Perbedaan yang ditemukan dari koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh penulis menyebabkan perbedaan pengakuan laba bersih oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta pada tahun 2010 dengan laba bersih menurut ketentuan perpakan. Perbedaan laba bersih tersebut menyebabkan perbedaan penentuan besarnya pajak yang akan dibayar oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan analisis atas laporan hasil usaha seperti yang telah diuraian, maka penulis dapat mengajukan rekomendasi seperti berikut ini : 1. Agar informasi dari laporan keuangan KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta

memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan, maka dalam penyusunan hendaknya berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk laporan keuangan komersial dan berpedoman pada Undang-undang Perpajakan dan peraturan perpajakan lainnya untuk laporan keuangan fiskalnya.

2. Rekening-rekening pendapatan dan biaya yang dalam perpajakan tidak diperbolehkan untuk diakui dalam tiap periodenya (seperti pendapatan jasa dari bank, biaya lain-lain dll) hendaknya tidak diakui dalam laporan keuangan oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta, sehingga laporan keuangan yang disusun oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dapat digunakan untuk penentuan laba.


(68)

commit to user

“Sejahtera P&K” Surakarta menerapkan tarif penyusutan sebagaimana ketentuan dalam peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga laporan keuangan yang disusun oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dapat digunakan untuk menghitung laba fiskalnya.

4. Hendaknya KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta selaku aktif untuk mendapatkan referensi perpajakan yang up to date, sehingga apabila ada perubahan ketentuan perpajakan atau ketentuan yang baru dalam perpajakan cepat untuk menyesuaikan dan menerapkan perubahan atau ketentuan baru tersebut.


(1)

commit to user Lanjutan II.5

23. Jasa Anggota 12,060

24. Tabungan Murid 242,408,000

25. SWK 84,228,965

26. Simpanan Kesehatan 55,777,000

27. Simpanan Hari Tua 120,779,500

28. Dana Simpanan Hari Tua 46,377,530

29. Dana Simpanan Kesehatan 42,302,440

30. Sertakhu 2,193,000

31. Cadangan Studi Banding 125,000,000

32. THT Karyawan 12,500,000

33. Jasa THT karyawan 3,050,000

1,227,933,623 Hutang Jk Panjang

34. Deposito 146,000,000

35. PKP-RI -

146,000,000 Modal Sendiri

36. Simpanan Pokok 31,800,000

37. Simpanan Wajib 1,864,123,100

38. Cadangan Modal 344,443,071

39. Dana Cad. Modal 9,476,000

40. Dana Gedung 62,092,610

41. Bunga Dana Gedung 22,557,000

42. Cad. Resiko Kredit 175,455,252

2,509,947,033

43. SHU 111,765,656


(2)

commit to user BAB III TEMUAN

Berdasarkan pembahasan pada bab II, ditemukan beberapa kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan pada KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta.

A. Kelemahan

1. KPRI “Sejahtera P&K” masih mengakui pendapatan yang menurut peraturan perpajakan tidak boleh diakui sebagai tambahan penghasilan bruto yaitu, Penjapatan Jasa dari Bank sebesar Rp 7.000.000. Pendapatan ini seharusnya tidak dilaporkan menurut peraturan perpajakan karena telah dikenai PPh Pasal 21 yang sifatnya final. Hal ini didasarkan pada Undang-undang No 36 tahun 2008

2. KPRI “Sejahtera P&K” masih mengakui beban yang menurut peraturan perpajakan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan bruto, biaya lain-lain sebesar Rp 39.961.200 yang tertulis dalam neraca KPRI “Sejahtera P&K” seharusnya sebesar Rp22.166.000 karena ada biaya lain-lain yang seharusnya tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto, misalnya hadiah konsumsi, pajak SHU tahun 2010, kekurangan pajak tahun 2009, bantuan kegiatan 2 kecamatan, bantuan lingkungan yang dalam peraturan perpajakan tidak diakui sebagai pengurang karena berbentuk natura dan pajak penghasilan.


(3)

commit to user

3. KPRI “Sejahtera P&K” mengakui besarnya beban penyusutan yang dalam perhitungan tidak berdasarkan tarif yang ditentukan menurut Undang-undang Perpajakan. Beban penyusutan yang diakui oleh KPRI “Sejahtera P&K” adalah sebesar Rp 12.246.079, sedangkan besarnya beban penyusutan menurut tarif dalam perpajakan adalah sebesar Rp 14.079.538 Hal ini didasarkan pada Undang-undang PPh No. 36 tahun 2008.

B. Kelebihan

1. KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta telah melakukan pembukuan dengan cukup baik. Pembukuan yang dilakukan oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dan penyusunan laporan keuangan dalam tiap periode. Selain itu, pembukuan yang dilakukan oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta merupakan dasar perhitungan sesuai PPh pasal 25 (PPh Badan) walaupun untuk tujuan perpajakan harus dilakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan SHU kena pajak sebagaimana diatur dalam peraturan perpajakan.

2. KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dalam melaporkan SPT Tahunannya telah tepat waktu yaitu tidak melebihi 31 Maret 2011. Hal ini menunjukkan bahwa KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta sebagai wajib pajak yang baik, yang memenuhi kewajiban wajib pajak badan yang taat pada peraturan perpajakan.


(4)

commit to user BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Laporan keuangan yang disusun oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dalam tiap periodenya didasarkan pada standar akuntansi yang berlaku secara umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan keuangan tersebut meliputi laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan laporan arus kas. Laporan tersebut merupakan laporan keuangan secara komersial. Kaitannya dengan perpajakan, laporan keuangan komersial (laporan laba rugi dan neraca) harus direkonsiliasi secara fiskal. Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan konsep pengakuan pendapatan dan biaya diantara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.

Koreksi fiskal yang dilakukan penulis atas laporan keuangan komersial KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta pada tahun 2010 menemukan bukti bahwa terdapat perbedaan pendapatan dan biaya oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Akun atau rekening yang berbeda dengan pengakuan meliputi : Pendapatan jasa dari bank, , biaya lain-lain. Rekening-rekening tersebut menurut ketentuan perpajakan tidak boleh diakui dalam pelaporan keuangan fiskal tetapi oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta diakui sebagai pendapatan dan biaya. Selain itu, terdapat perbedaan pengakuan besarnya biaya penyusutan aktiva tetap, pengakuan besarnya penyusutan aktiva tetap oleh KPRI “Sejahtera


(5)

commit to user

Perbedaan yang ditemukan dari koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh penulis menyebabkan perbedaan pengakuan laba bersih oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta pada tahun 2010 dengan laba bersih menurut ketentuan perpakan. Perbedaan laba bersih tersebut menyebabkan perbedaan penentuan besarnya pajak yang akan dibayar oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan analisis atas laporan hasil usaha seperti yang telah diuraian, maka penulis dapat mengajukan rekomendasi seperti berikut ini : 1. Agar informasi dari laporan keuangan KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta

memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan, maka dalam penyusunan hendaknya berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk laporan keuangan komersial dan berpedoman pada Undang-undang Perpajakan dan peraturan perpajakan lainnya untuk laporan keuangan fiskalnya.

2. Rekening-rekening pendapatan dan biaya yang dalam perpajakan tidak diperbolehkan untuk diakui dalam tiap periodenya (seperti pendapatan jasa dari bank, biaya lain-lain dll) hendaknya tidak diakui dalam laporan keuangan oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta, sehingga laporan keuangan yang disusun oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dapat digunakan untuk penentuan laba.


(6)

commit to user

“Sejahtera P&K” Surakarta menerapkan tarif penyusutan sebagaimana ketentuan dalam peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga laporan keuangan yang disusun oleh KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta dapat digunakan untuk menghitung laba fiskalnya.

4. Hendaknya KPRI “Sejahtera P&K” Surakarta selaku aktif untuk mendapatkan referensi perpajakan yang up to date, sehingga apabila ada perubahan ketentuan perpajakan atau ketentuan yang baru dalam perpajakan cepat untuk menyesuaikan dan menerapkan perubahan atau ketentuan baru tersebut.