Dian Eka Wati C9409049

(1)

commit to user

i

PERAN MICE DALAM MENDUKUNG

PERKEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA DI

SURAKARTA

( Studi dalam tahun 2009 2011 )

LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Memperoleh gelar Ahli Madya pada

Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Dian Eka Wati C9409049

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012


(2)

commit to user

ii


(3)

commit to user

iii


(4)

commit to user

iv


(5)

commit to user

v

MOTTO

KEBAHAGIAAN SEORANG ANAK ADALAH HARTA YANG PALING MAHAL

BAGI ORANG TUA


(6)

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini, saya persembahkan untuk :

Bapak , Ibu, Adik adikku dan teman teman yang telah memberikan dukungan dan semangat selama ini


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat , hidayah serta inayah-Nya sehinnga penulisan Tugas Akhir yang berjudul

D

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya unutk mahasiswa Program Diploma III Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Suakarta. Selama proses penyusunan Tugas akhir penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk materi maupun spiritual yang tidak ternilai besarnya. Oleh karena itu, merupakan sebuah kewajiban untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Riyadi Santoso, M.Ed,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret memberikan fasilitas studi selama masa perkuliahan.

2. Ibu Dra. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua Program Diploma III Usaha

Perjalanan Wisata yang telah memberikan saran, dukungan dan pegarahan sehingga tugas akhir ini terselesaikan.

3. Bapak Drs. Suharyana, M.Pd, selaku sekretaris Program Diploma III

Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4. Bapak Bambang Ary Wibowo, SH selaku dosen pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan, pengetahuan , saran dan pengarahan sampai tugas akhir ini selesai.


(8)

commit to user

viii

5. Ibu Umi Yuliati, S.S, M.Hum selaku pembimbing Akademik yag telah

memberikan pengarahan , motivasi , saran dan kritik yang membangun dari awal perkuliahan sampai akhir studi.

6. Segenap dosen jurusan Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikn

bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama masa perkuliahan.

7. Seluruh staff UPT Perpustakaan Univesitas Sebelas Maret, Lab.Tour D III

UPW, Perpustakaan STP Sahid Surakarta yang memberikan kemudahan bagi penulis untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia.

8. Seluruh staff D III UPW UNS dan seluruh staff Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan pelayannan yang baik dalam proses belajar mengajar.

9. Bapak Supriyanto Waluyo, selaku humas Puro Mangkunegaran yang telah

banyak memberikan informasi.

10.Bapak Heru Prasetya, selaku pemimpin Mataya Art & Heritage dengan

sabar dan baik dalam memberikan masukan dan informasi.

11.Bapak Budi Santoso, selaku Seluruh staff Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Solo yang banyak memberikan informasi dan pengarahan yang sangat bermanfaat.

12.Mbak Lina, selaku staff BPPIS ang banyak memberikan masukan dan

informasi dalam pengumpulan data.

13.Bapak Daryono selaku pimpinan Sinergi Management dan mas mukhlis

yang telah memberikan data dan informasi.

14.Bapak, Ibu, adik adikku dan seluruh keluargaku yang telah memberikan


(9)

commit to user

ix

15.Daniel yang selalu sabar dalam membimbingku, memberi saran, selalu

mendukungku dan memberikan pengarahan yang terbaik selama ini.

16.Seluruh mahasiswa Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

angkatan 2009 yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kalian semua ini bukan apa apa.

17.Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis minta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan tugas akhir ini. Demi perbaikan isi tugas akhir ini, kritik dan saran yang membantu kesempurnaan tugas akhir ini penulis harapkan. Semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Surakarta, Desember 2012


(10)

commit to user

x

ABSTRAK

Dian Ekawati. C9409049. 2012. Pera n MICE Da la m Mendukung Perkemba nga n Industri Pa riwisa ta Di Sura ka rta . Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Alasan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi berkembangnya industri MICE di Surakarta serta mengetahui bagaimana pola pengembangan yang dilakukan semua pihak industri pariwisata dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan MICE di Surakarta.

Tujuan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh industri MICE terhadap perkembangan pariwisata di Surakarta.

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah observasi dan wawancara langsung kepada pihak pihak yang terkait. Observasi dan wawancara langsung di beberapa tempat yaitu industri yang bergerak dalam jasa pariwisata, seperti Puro Mangkunegaran, Mataya Art & Hertitage, Dinas Pariwisata, BPPIS, PHRI, ASITA ,Sinergi Management sehingga dapat diketahui gambaran umum pariwiwsata di Surakarta, latar belakang berkembangnya MICE serta pengaruh Industri MICE terhadap perusahaan, Instansi maupun masyarakat.

Hasil dari penelitian ini adalah seluruh sektor yang bergerak di bidang kepariwisataan mempunyai peran besar dalam meningkatkan pariwisata di Surakarta, baik pemerintah, swasta dan mayarakat. Surakarta mempunyai potensi besar untuk meningkatkan industri MICE terbukti dengan tersediannya fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan MICE. Pihak swasta dan pemerintah bekerjasama meningkatkan kegiatan MICE dan pariwisata dengan cara meningkatkan promosi kota, mempermudah aksesibilitas, menambah atraksi dan daya tarik wisata, selain itu tersedianya akomodasi yang memadai menjadi modal awal untuk menjadikan Surakarta sebagai salah satu daearah tujuan MICE di Indonesia.

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah perkembangan MICE di Surakarta dilatarbelakangi beberapa fakor diantaranya tersediannya sarana dan prasarana serta infrastrukur yang memadai, aksesibiltas yang mudah dijangkau, potensi dan daya tarik yang dimiliki, sumber daya manusia dan keunikan atau ciri khas Kota Surakarta. Promosi dan mengikuti tren MICE dunia menjadi pola pengembangan yang dilakukan pemerintah dan industri pariwisata lain guna meningkatkan kegiatan MICE di Surakarta. Selain itu tidak lepas dari peran pemerintah sebagai fasilitator dan motivator membangun kota yang dikenal banyak orang dan pihak swasta yang menyediakan fasilitas tempat penyelenggaraan kegiatan MICE, dalam hal ini hotel merupakan tempat yang dominan untuk diselenggarakan kegiatan MICE. Pengaruh yang ditimbulkan dari kegiatan MICE secara garis besar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebab MICE mempunyai dampak multiganda, semua pihak dapat merasakan pengaruh dari kegiatan MICE baik pemerintah, swasta dan masyarat.


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pernyataan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Pengesahan Panitia Ujian ... iv

Motto ... v

Halaman Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... x

Daftar Isi ... xi

... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I Pendahuluan ... 1

a. Latar Belakang Masalah ... 1

b. Rumusan Masalah ... 5

c. Tujuan Penelitian ... 5

d. Manfaat Penelitian... 5

e. Kajian Pustaka... 6

f. Metode Penelitian ... 13

g. Sistematika Penulisan Laporan ... 16

BAB II Sekilas Tentang Surakarta dan Profil Pariwisata ... 17

a. Sejarah Singkat Kota Surakarta ... 17

b. Profil Pariwisata Surakarta ... 19

c. Sarana Transportasi Kota Surakarta ... 20

d. Objek Wisata di Surakarta ... 21

e. Profil MICE Kota Surakarta ... 23

BAB III Peran MICE Terhadap Perkembangan Pariwisata Surakarta ... 26

a. Latar Belakang Berkembangnya Industri MICE di Surakarta ... 28

1. Aksesibilitas ... 32

2. Sumber Daya Manusia ... 34

3. Fasilitas ... 35

4. Potensi dan Daya Tarik ... 38

5. Keunikan Daerah ... 42


(12)

commit to user

xii

c. ... 48

d. Pengaruh Perkembangan Industri MICE Terhadap Pariwisata Solo... 50

1. Pengaruh Langsung ... 50

2. Pengaruh Tidak Langsung ... 51

e. ... 52

BAB IV Penutup ... 58

a. Kesimpulan ... 58

b. Saran ... 60

Daftar Pustaka ... 62

Daftar Informan ... 63


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Penerbangan Maskapai Domestik ... 20

Tabel 2. Data Penerbangan Maskapai Internasional ... 21

Tabel 3. Data Daerah yang menjadi Tujuan MICE ... 25

Tabel 4. Data Sarana Fasilitas Penunjang Pariwisata Kota Solo ... 27

Tabel 5. Banyaknya Hotel dan Jumlah Kamar Menurut Klasifikasi di Kota Surakarta Tahun 2009 2011 ... 36

Tabel 6. Hotel berskala Internasional untuk Meeting ... 37

Tabel 7. Atraksi Budaya Kota Solo Tahun 2012 ... 39

Tabel 8. Jumlah Wisatawan tahun 2009 2011 ... 42

Tabel 9. Jumlah Penyelenggaraan Event Di Solo Tahun 2009 2011 ... 45

Tabel 10. Strategi Pengembangan Solo Menjadi Destinasi MICE ... 53

DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Upaya Pengembangan MICE di Solo ... 24

Diagram 2. Lama Tinggal Wisatawan Solo ( Length of Stay ) LOS ... 41


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Informan

Lampiran 2 : Hotel Skala Internasional Untuk Kegiatan MICE Lmapiran 3 : Brosur Hotel Kusuma Sahid Solo

Lampiran 4 : Data Jumlah Hotel Anggota BPC PHRI Lampiran 5 :

Gambar 5.1 Fasilitas Hotel Kusuma Sahid Solo Gambar 5.2 Paket Meeting Kusuma Sahid Hotel Solo Gambar 5.3 Brosur Paket Meeting Kusuma Sahid Hotel Solo Gambar 5.4 Ruang Meeting Pantiarjo Kusuma Sahid Hotel Solo Gambar 5.5 Ruang Meeting Wijaya Kusuma Hotel Kusuma Sahid Solo Gambar 5.6 Objek Wisata Pasar Klewer

Gambar 5.7 Objek Wisata Keraton Kasunanan Surakarta Gambar 5.8 Kegiatan Exhibiton Sinergi Management


(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata, serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata, yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala.

Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan pengembangan usaha jasa dan sarana pariwisata, seperti biro perjalanan, jasa konvensi, penyediaan akomodasi dan penyediaan transportasi wisata, akan berfungsi di samping meningkatkan daya tarik bagi berkembangnya jumlah wisatawan juga mendukung pengembangan objek dan daya tarik wisata baru. Hasil yang optimal akan diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut didukung oleh pembangunan prasarana yang memadai. (Oka A. Yoeti, hlm. 31)

Saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara tujuan bisnis dan wisata. Hal itu dibuktikan dalam Statistical Report on Visitor arrivals to Indonesia 2004 2006, yang menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara untuk pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau meeting, incentive, convention,


(16)

exhibition (MICE) mencapai 41,23% sementara untuk wisatawan liburan 56,49% dan lainnya 2,28%.

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan MICE di Indonesia menunjukkan suatu peningkatan. Indonesia tidak hanya kaya akan potensi wisata tetapi juga potensi untuk dijadikan lahan bisnis komersial di bidang MICE. Hal ini akan menjadi peluang besar bagi pebisnis dan pemerintah Indonesia untuk menciptakan sumber pendapatan. Dari tahun ke tahun tingkat kunjungan wisatawan ke Solo semakin meningkat.

Solo menduduki peringkat 8 tujuan wisata nasional dan sekarang telah bergeser ke peringkat 4, selain itu pertumbuhan ekonomi kota Solo dalam 5 tahun terakhir rata-rata 5.6% dengan tingkat investasi tumbuh rata-rata 18% , pebisnis dan investor local/asing banyak melakukan kunjungan rata-rata 10/20 kali/orang/tahun. Selain dari sektor bisnis dan perdagangan potensi Solo dalam MICE di dukung dengan potensi seni budaya lokal. Solo mempunyai potensi

untuk menjadi pemain besar di bisnis MICE. (http://eprints.undip.ac.id/ LP3A -

Solo Convention a nd Exhibition Center) diakses pada 16 april 2012.

Wilayah Solo merupakan tempat berbagai macam industri dan organisasi yang bisa menjamin permintaan yang berkelanjutan untuk acara-acara bisnis dan konferensi. Hal ini terbukti bahwa kota Solo mampu mengorganisir berbagai festival, konferensi dan berbagai event seni dan budaya. Hotel di semua kategori, gedung-gedung pertemuan, dan ballroom-ballroom, restoran-restoran, perusahaan-perusahaan tour, semuanya mempunyai perlengkapan yang mencukupi untuk mengorganisir MICE secara profesional diadakannya konferensi bertaraf


(17)

commit to user

internasional seperti Asia Pasific Historian Conference dan Federation Asian Cultural Promotion Conference pada tahun 2012 merupakan suatu bukti dan kebanggaan bagi kota Solo, bahwa dunia percaya Solo mampu menyelenggarakan perhelatan besar.

Predikat Solo sebagai kota budaya dan pelajar sekarang berkembang menjadi kota bisnis, budaya dan wisata. Munculnya properti properti baru seperti apartemen, kondotel dan juga hotel berskala internasional seperti Ibis, Solo Paragon, menjadi penanda yang cukup kuat bagi bangkitnya nadi perekonomian di Kota Solo. Hal ini akan menjadi peluang besar yang sangat profitable bahkan akan menaikkan pamor Kota Solo menjadi kota metropolis. Akan tetapi, infrastruktur dan pemasaran MICE secara profesional dan lebih baik masih dibutuhkan untuk menunjang berkembangnya kegiatan mice.

Kota Solo merupakan kota yang memiliki banyak potensi pariwisata salah satunya adalah keraton. Terdapat dua keraton yang menjadi salah satu tujuan turisme lokal dan internasional yang didukung oleh berbagai kesenian tradisional yang masih hidup. Disamping itu, masih ada berbagai tempat di Solo dan sekitarnya yang mempunyai potensi jualan dan yang terpenting menurut perhitungan bisnis adalah biaya segala aktivitas yang diselenggarakan di Solo terhitung murah dibanding kegiatan yang diselenggarakan di Jakarta atau Bali, dari tarif hotel sampai harga makanan, dari biaya transportasi sampai tiket rekreasi.

Hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga secara langsung dapat menunjukkan kemampuannya sebagai


(18)

daerah otonom. Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dimana salah satu strateginya yaitu Optimalisasi Kinerja Sumber Daya Manusia Bidang Pariwisata. Kinerja yang baik sangat penting untuk pengelolaan/ pengembangan obyek dan daya tarik wisata serta pengembangan sumberdaya manusia bidang pariwisata agar diperoleh hasil kerja yang optimal. Kontribusi sektor pariwisata dalam kegiatan ekonomi global dan ketenagakerjaan diharapkan terus meningkat selama lebih dari sepuluh tahun ke depan.

Secara keseluruhan, Ekonomi Travel & Pariwisata diramalkan akan meningkat hingga 4% per tahun dalam jangka waktu antara 2009 hingga 2018, didukung dengan lapangan kerja sebanyak 296 juta hingga 2018 yaitu 9,2% dari seluruh lapangan kerja dan 10.5% dari GDP global. Jadi Travel & Pariwisata diharapkan terus berkembang menjadi salah satu sektor prioritas tertinggi dunia industri dan penciptaan lapangan kerja. (Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit, Januari 2008)

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengambil

penelitian sebagai bahan penulisan laporan Tugas Akhir yang berjudul Peran

MICE Dalam Mendukung Perkembangan Industri Pariwisata Di Surakarta Tahun 2009 - 2011.


(19)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi berkembangnya industri MICE di kota Solo

tahun 2009 2011 ?

2. Bagaimana pola pengembangan industri MICE yang ada di kota Solo ?

3. Bagaimana dampak perkembangan MICE bagi industri jasa pariwisata di

Solo ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang berkembangnya industri MICE di kota

Solo tahun 2009 2011.

2. Untuk mengetahui pola pengembangan MICE yang di kota Solo.

3. Untuk mengetahui dampak perkembangan MICE bagi industri jasa

pariwisata di Solo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ada dua kategori, yaitu teoritis atau akademis dan praktis atau Pragmatis. Kegunaan teoritis/akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Sedangkan kegunaan praktis/fragmatis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan


(20)

penelitian terhadap obyek penelitian, baik individu, kelompok, maupun organisasi.

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan

ilmu pengetahuan serta memperoleh informasi penting tentang peran MICE dalam mendukung pariwisata di Surakarta.

b. Dapat menjadi bahan masukkan bagi peneliti lain yang hendak melakukan

penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan wacana pemecahan masalah yang diteliti.

b. Untuk pribadi penulis dapat menerapkan ilmu ilmu yang sudah

didapatkan di bangku kuliah.

c. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai kepariwisataan Surakarta

Khususnya.

d. Sebagai pemenuhan syarat kelulusan Mahasiswa Universitas Sebelas

Maret Surakarta, khususnya Fakultas Sastra dan Seni Rupa Program D3 Usaha Perjalanan Wisata untuk memperoleh gelar Ahli Madya.

E.Kajian Pustaka

a. Kajian Teori

Pariwisata merupakan salah satu sektor di Wilayah Solo yang menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Wilayah Surakarta memiliki berbagai sumber daya yang sangat baik guna mencapai industri pariwisata yang sehat, dengan cara: Menciptakan lapangan kerja di bidang


(21)

commit to user

perhotelan, restoran, transportasi, perusahaan perjalanan wisata (BPW) dan lain-lainnya, terutama di daerah terbelakang namun memiliki potensi wisata yang tinggi. Mendorong tumbuhnya berbagai peluang yang mampu menarik pengusaha - pengusaha baru dan penawaran pelatihan-pelatihan dan pendidikan bagi generasi muda.

Nyoman S Pendit dalam bukunya Wisata Konvensi, Potensi Gede Bisnis Besar th. 1999 yang berisi tentang perkembangan bisnis MICE yang merupakan bagian dari industri pariwisata masa kini dan telah memberikan warna yang beragam terhadap jeniskegiatan pariwisata yang identik dengan pemberian pelayan/services. MICE dan bisnis pariwisata merupakan bisnis dengan high-quality dan high-yield, yang memberikan kontribusi tinggi secara ekonomi terlebih bagi negaraberkembang.

High Quality berarti kualitas pelayanan yang diberikan

mampumemberikan kepuasan kepada setiap peserta, high yield berarti kegiatanwisata konvensi mampu memberikan keuntungan yang besar pada penyelenggara wisata konvesi. Berkembangnya industri MICE atau wisata konvensi sebagai industri baru yang bisa menguntungkan bagi banyak pihak,karena industri MICE ini merupakan industri yang kompleks dan melibatkan banyak pihak. Alasan inilah yang menjadikan tingkat pertumbuhan para pengusaha penyelenggaran MICE bermunculan, sehingga tidak dipungkiri industri MICE sebagai industri masa kini yang banyak diminati oleh para pelaku bisnis pariwisata.


(22)

Istilah MICE di Indonesia dikenal juga dengan nama wisata konvensi, kegiatan wisata konvensi ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata, karena banyak sekali menggunakan fasilitas pariwisata dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkarakteristik padat karya, memberikan kontribusi baik darisisi penyediaan tenaga kerja maupun dalam memberikan devisa negara.

Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan peningkatan jumlah peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata perhari sebesar US$ 210 untuk setiap peserta konvensi. Dibandingkan dengan wisatawan yang sengaja datang keIndonesia untuk berwisata, pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari. Dengan demikian pengeluaran peserta wisata konvensi juga membawa serta spouse(istrinya), anak atau bahkan temannya yang berdampak pada pengeluaran peserta selamamengikuti kegiatan kovensi menjadi lebih besar .

Beberapa pengertian untuk kegiatan MICE dihubungkan dengan kegiatan pariwisata. Usaha jasa konvensi, perjalanan insentive, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan,cendikiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umummnya kegiatan kovensi berkaitan denganusaha pariwisata lainnya, seperti transportasi, akomodasi hiburan (entertaiment), perjalanan pra- dan pasca- konfrensi (pre- and post- conference tours).


(23)

commit to user

Kepanjangan MICE adalah Meeting, Incentive, Conference and Exhibition, yang telah dikenal secara luas di dunia dan menjadi istilah umum dalam industri pariwisata. Industri mice merupakan industri yang masih muda, di kenal di Eropa dan AmerikaUtara sekitar 50 tahun yang lalu dan bahkan lebih mudah di beberapa kawasan dunialainnya, tetapi dengan cepat indiustri ini menjadi matang terutama di negara-negara sedang berkembang, karena jelas terlihat perkembangannya mampu memberikan dampak ekonomi yang tinggi.

Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan yang tetap bagi banyak masyarakat yang memiliki kemampuan tidak berbeda dengan bisnis pariwisata yang banyak diciptakan di negara-negara sedang berkembang. Kegiatan konferensi dan bisnis MICE merupakan bisnis yang memiliki dampak negatif lebih kecil pada lingkungan daripada yang dilakukan mass tourism, karena bisnis ini fokus pada jumlah peserta yang tidak terlalu banyak, sehingga kegunaan transportasi akan lebih berkurang sehingga akan mengurangi kemacetan serta polusi yang ditimbulkan.

Kegiatan Industri MICE sebagai industri baru masa kini menunjukan bahwa mice sebagai salah satu sektor dalam bisnis pariwisata, karena kegiatan mice merupakan kegiatan bisnis wisata yang tujuan utama dari para delegasi atau peserta kegiatan MICE adalah menghadiri suatu kegiatan atau event yang berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan perjalanan wisata secara bersama-sama.


(24)

Menurut M. Kesrul ( 2004 : 3-108 ) MICE diartikan sebagai suatu kegiatankepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure

danbusiness, biasanya melibatkan sekelompok orang secara

bersama-sama,rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive

travels,conventions, congresses, conference dan exhibition. Adapun bentuk MICE adalah sebagai berikut :

1. Meeting

Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya

merupakan perpaduan antara leisure dan business , biasanya melibatkan orang secara

bersama-2. Incentive

Incentive merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien, ataukonsumen. Bentuknya bisa berupa uang, paket wisata atau barang

3. Conference

Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama. Dalam prakteknya, arti meeting sama saja dengan conference .

4. Exhibition

Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri

pariwisata,pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur dalam SuratKeputusan Menparpostel RI Nomor KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91, Bab


(25)

commit to user

menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata .

Adapun pertimbangan dalam pelaksanaan MICE, diantaranya : 1 . P enetapa n lo kasi dan venu e MI CE

2. Perlengkapan Fasilitas MICE

Perlengkapan fasilitas dan pelayanan kesekretariatan dari pertemuan atau konferensi amat beragam sehinggatidak ada standar yang berlaku umum. Dalam menentukan perlengkapan suatu pertemuan perlu memahami dengan seksama beberapa hal berikut: Jenis pertemuan dan lamanya, Jumlah peserta, Jumlah ruangan yang dibutuhkan, Jenis dan jumlah equipment yang diperlukan, Bentuk pengaturan tempat duduk dan Akomodasi peserta MICE.

3. Penanganan Transportasi

Meeting planer atau PCO bertanggung jawab terhadap

terselenggarakannya event MICE dan pengaturan transportasi bagi keseluruhan peserta MICE menjadi tugas dari sub bagian PCO. Ada enam poin dalam pengaturan transportasi yaitu:

Transportasi udara, Airport shuttle service, Multiple property shuttle, VIP transportation, Local tour, Staff transportation.

4.Pelayanan Makanan dan Minuman

Agar acara pertemuan atau konferensi berjalan dengan lancar dan mengurangi complaint makanan dan minuman, seorang meeting manager perlu memeriksa lokasi dan penempatan reguler food and beverage , room service and banquet capabilities .


(26)

appearance and attractiveness, cleanliness , dan jenis serta variasimakanan dan minuman pada saat ramai (peak hours) untuk mengetahui ketersediaan stok pelayanan dan keterampilan. Termasuk harga yang sesuai dengan penawaran, di samping itu apakah perlu melakukanpemesanan terlebih dahulu. Apakah restoran tersebut melayani permintaan khusus atau tambahan menyangkut layout dan jenis makanandan minuman.

5. Akomodasi

Berikut merupakan daftar penanganan akomodasi yang harus di cek dalam kegiatan MICE, antara lain:

Akomodasi sesuai harapan peserta, Penginapan: Jumlah kamar, tipe kamar dan tempat tidur , Kamar gratis untuk panitia atau komite: jumlah, tipe, dan fasilitasyang harus dibayar, Kamar khusus untuk organisasi dan tamu resmi: jumlah, tipe,dan harga.

b. Penelitian Terdahulu

Menurut Rinda Sari dalam penelitiannya Upaya Pengembangan Industri MICE di Solo, Suatu daerah tidak lepas dari peran dan kerjasama yang baik dari segala sektor pariwisata termasuk didalamnya pemerintah dan pihak swsata yang memilikiperanan dan fungsi penting. Industri MICE merupakan suatu industri yang berdampakluas terhadap perekonomian karena MICE merupakan kegiatan bisnis yang tidak dapat dipisahkan dengan mata rantai usaha usaha dibidang kepariwisataan ( akomodasi, transportasi, komunikasi, destinasi wisata, hiburan, informasi, kesehatan, keamanan ) dan berbagai sektor usaha lainnya seperti lingkungan yang baik.


(27)

commit to user

Secara umum kemudahan akesibiltas menuju Surakarta untuk semua wisatawan maupun peserta MICE di tunjukan melalui Bandara Internasional Adi Soemarmo berbanding terbalik negatif dengan kebutuhan kamar hotel yang ada di Surakarta. Dengan melihat kondisi di lapangan bahwa keberadaan hotel bintang di Surakarta, memiliki arti penting dalam penyelenggaraan kegiatan MICE.

Industri MICE masih dapat di kembangkan, jika para penggiat pariwisata melakukan tugasnya secara bersama sama dan dalam pengembanganyya tidak hanya satu sub kepariwisataan dalam hal ini adalah perhotelan saja melainkan berbagai sub kepariwisataan seperti tujuan wisata, sarana dan prasarana pariwisata, dll.

F.Metode Penelitian

Metode pembahasan penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif yaitu dengan memberikan gambaran segala permasalahan dan keadaan yang ada, selanjutnya dilakukan analisa.

1. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah instansi, perusahan pihak pihak yang bergerak dibidang MICE di Surakarta pada tahun 2009 2011 antara lain: Hotel, Event Organizer, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Objek Wisata yang ada di Surakarta.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian adalah kota Solo. Kota Solo merupakan kota yang mempunyai banyak aset budaya yang perlu dijaga dan dikembangkan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Selain itu perkembangan MICE Kota Solo dari tahun ke


(28)

tahun mengalami peningkatan. Hal itu menjadi bukti bahwa kota Solo layak dikembangkan menjadi salah satu tujuan Kota MICE.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap perkembangan kegiatan MICE yang diselenggarakan di kota Surakarta, adapun tahap metode observasi antara lain pengamatan dilakukan berdasarkan data tahun 2009 -2011 :

1. Pengumulan data yang dimaksud pengumpulan data dalam metode

observasi adalah pada tahap ini peneliti berusaha memprhatikan dn merekam sebanyak mungkin aspek/elemen situasi sosial, sehingga diperoleh gambaran umum tentang apa yang diteliti.

2. Identifikasi data yaitu hal yang dilakukan terutama untuk

pengelompokan berdasarkan elemen elemen domain yang telah

dipilih dari hasil pengumpulan data.

3. Pengolahan data biassa dilakukan untuk memperoleh data/ informasi

yang diperlukan untuk analisis komponensial sehingga menghasilkan informasi yang lebih detail.

4. Analisis dan Kesimpulan

b. Metode Wawancara (interview)

Wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara tanya jawab dengan narasumber. Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis melakukan wawancara dengan beberapa responden yang terkait.


(29)

commit to user

Pihak- pihak yang diwawancarai tersebut seperti staff Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, pihak hotel, travel, event organizer, restoran serta objek wisata.

Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber adalah :

a. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta sebagai informan

primer yang dapat memberikan informasi mengenai bahan penelitian penulis.

b. Pihak pihak industri jasa lainnya seperti, hotel, travel, dan restoran sebagai

informan sekunder yang dapat memberikan informasi mengenai

perkembanganMICE yang ada di Kota Solo. c. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data dari tempat penelitian berupa buku maupun arsip yang diperoleh dari PHRI berupa data data Hotel yang ada di Solo, data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta yang berupa data Kunjungan wisatawan, data kegiatan MICE. Selain itu, data-data dari artikel artikel yang berkaitan dengan judul penelitian, serta data data yang diambil dari Internet.

d. Studi Pustaka

Studi Pustaka merupakan bahan pendukung sebagai pengunpulan data untuk acuan pokok bahasan. Bahan sudi pustaka diperoleh dari perpustakaan program studi D III UPW (Lab Tour ), Perpustakaan Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta.


(30)

4. Teknik Analisis Data

Setelah pengumpulan data, kemudian menganalisis data. Pada tahap ini data dikumpulkan untuk menjawab permasalahan . Pada penelitian ini ditampilkan penjabaran mengenai perkembangan MICE kota solo berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumen lainnya yang mendukung penulisan laporan tugas akhir ini.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Laporan ini terdir dari empat ( 4 ) bab, setiap bab terdiri dari sub sub bab

disertai dengan penjelasan. Adapu penjelasan bab bab tersebut sebagai berikut : Bab pertama bagian awal dalam proses penulisa tugas akhir yang berisi latar belakang, perumusan masalah , tujuan masalah , manfaat penelitian , kajian pustaka, metode penelitian, dan sistemtika penulisan laporan.

Bab kedua berisi tentang gambaran umum Kota Surakarta, meliputi sejarah singkat kota Surakarta, pariwisata kota Surakarta yang meliputi profil pariwisata, objek dan daya tarik serta jasa wisata, profil MICE kota Solo.

Bab ketiga berisi tentang latar belakang berkembangnya industri MICE, pola pengembangan MICE yang dilakukan pemerintah Surakarta, dampak perkembangan mice terhadap Industri jasa pariwisata lainnya serta strategi pengembangan MICE.

Bab keempat merupakan prosess akhir dari penulisan laporan yang berisi penutup dengan pembahasan berupa simpulan dan saran yang bermanfaat untuk perkembangan industri pariwisata Surakarta.


(31)

commit to user

BAB II

SEKILAS TENTANG SURAKARTA DAN PROFIL PARIWISATA

A. Sejarah Singkat Kota Surakarta

Kota Surakarta diawali saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Keraton Kasunanan Surakarta secara resmi mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745. Akibat perpecahan wilayah kerajaan, di Kota surakarta berdiri dua keraton yaitu Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dengan hal itu Kota Surakarta menjadi dua bagian admiistratif. Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta ( DIS ), Karesidenan Surakarta.

Berkembang gerakan a ntimona rki di Surakarta serta kerusuhan,

penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni 1945 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soeraka rta) dengan luas daerah 5.677 km².

Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta,

Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten


(32)

Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern. Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah.

Surakarta disebut juga Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 , terletak di antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing dipimpin oleh seorang camat dan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh seorang lurah. Kelima kecamatan di Surakarta adalah :

Kecamatan Pasar Kliwon (57110): 9 kelurahan

Kecamatan Jebres (57120): 11 kelurahan

Kecamatan Banjarsari (57130): 13 kelurahan

Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140): 11 keluarhan

Kecamatan Serengan (57150): 7 kelurahan

memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan

pemasaran pariwisata, slogan Solo The Spirit of J a va (Jiwanya Jawa) sebagai


(33)

commit to user

beberapa julukan Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet. Penduduk Solo disebut sebagai wong Solo. ( http://id.wikipedia.org/wiki/kota_Surakarta, diakses pada 10 Februari 2012 ).

B. Profil Pariwisata Kota Surakarta

Sesuai visi pemerintah kota Solo dengan Perda No. 10 Tahun 2001 yaitu terwujudnya Solo sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan,

Meningka tka n Keseja hteraa n Masyara ka t da n Mema juka n Kota Dila ndasi Spirit Solo seba gai Kota Buda ya

Solo menjadi salah satu tujuan wisata utama tingkat nasional yang terkenal dengan warisan budayanya yang unik. Kaya akan keindahan alam dan keramah tamahan penduduknya. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Banyak objek objek yang menjadi daya tarik di kota solo, dari objek historian sampai wisata belanja. Keadaan Solo yang masih asri dan belum begitu padat dijadikan sebagai tujuan utama wisatawan untuk berlibur atau berkunjung

ke kota ini. Tahun tahun sebelumnya kota Solo hanya sebagai tempat

persinggahan wisatawan yang berlibur dari Bali atau Jogja, dengan manajemen

pemerintahan yang lebih baik sekarang Solo menjadi first destina tion.

Komitmen pemerintah untuk meningkatkan pariwisata kota Solo banyak komponen yang menunjang kebijakan pemerintah antara lain : pariwisata bersejarah dan tradisional ( Kraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran ), komponen kota Kota kolonial ( bangunan peninggalan kolonial Belanda ), komponen kota bercorak etnis Arab dan Cina. Letak geografis kota Solo sangat


(34)

akomodasi yang menunjang kegiatan MICE seperti Hotel , Restoran /rumah makan/ cafe / jasa boga , Pub / bar / diskotik, Bioskop , Biliard , Travel agent, Event Organizer . Selain itu adanya sungai Bengawan Solo yang mempunyai potensi besar dan sudah terkenal sampai mancanegara. Adanya kemudahaan dalam sarana transportasi merupakan gerbang utama dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung.

C. Sarana Transportasi Kota Surakarta

Solo memiliki sarana transportasi yang lengkap, dari terminal bus hingga terminal udara. Untuk menujang perkembangan pariwisata dan kesejahtern masyarakat, pemerintah Kota Solo menambah armada baru yaitu bus ( Batik Solo Trans ) agar mempermudah masyarakat atau wisatawan berkunjung dari tempat satu ke tempat lainnya. Selain itu dari jalur udara menambah rute baru

isata , industri dan perdagangan.

Tabel 1. Data Penerbangan Maskapai Domestik

Maskapai

Frekuensi

Rute 2009 2010 2011 2012

Maret Garuda ndonesia

Lion Air Sri Wijaya Air Batavia Air Sky Avition Trigana Air Trigana Air IAT Air

3x / hari 2x / hari 3x / hari - - - - -

3x / hari 2x / hari 3x / hari 1x / hari - - - - 3x /hari 2x /hari 3x /hari 1x /hari 1x /hari - - -

4x / hari 4x / hari 3x / hari 1x / hari -

1x/minggu 1x/minggu 1x/minggu

Jakarta Solo Jakarta Jakarta Solo - Jakarta Jakarta Solo - Jakarta Jakarta Solo - Jakarta Surabaya Solo - bandung Solo - Banjarmasin Solo Pangkalan Bun Pangkalan Bun Solo Pangkalan Bun


(35)

commit to user

Sumber : Seminar Mahasiswa D3 Usaha Perjalanan Wisata UNS pada tanggal 4 Mei 2012

Tabel 2. Data Penerbangan Maskapai Internasional

Maskapai

Frekuensi

Rute 2009 2010 2011 2012

Maret Garuda Indonesia

( haji ) Silk Air Asia Air 88 kloter 3x/ minggu 1x/ hari 88 kloter 3x/ minggu 1x/hari 91 kloter 3x/ minggu 1x/ hari 99 kloter 3x/ minggu 1x/ hari

Jeddah Solo Jeddah Singapore Solo - Singapore Kualalumpur - Solo - kualalumpur

Sumber : Seminar Mahasiswa D3 Usaha Perjalanan Wisata UNS pada tanggal 4 Mei 2012

Berdasarkan tabel 1. Dan tabel 2. Diatas dapat diketahui tingkat kebutuhan masyarakat untuk bepergian semakin tahun semakin meningkat. Hal itu menjadi salah satu faktor kebijakan pemerintah kota Solo untuk lebih meningkatkan kemudahan dalam melakukan perjalanan.

Selain penambahan rute perjalanan via udara, solo mempunyai alat transportasi baru yaitu sepur kluthuk Jaladara dan bs tingkat Werkudara yang menjadi salah satu daya tarik pariwisata kota Solo. Dan masih banyak lagi alat transportasi lainnya, andong, becak, kereta api.

D . Objek Wisata di Surakarta

Kota Solo memiliki potensi besar dalam industri pariwisata yang patut dikunjungi, mulai bangunan bersejarah, hingga wisata kuliner dan belanja. Tetapi dalam hal ini, objek wisata di Surakarta pada khususnya masih sedikit diantaranya Keraton Kasunanan Srakarta Hadininggrat, Puro Mangunegaran, Sentra Batik


(36)

Laweyan dan Kauman, Pasar Klewer, Pasar Antik Windujenar. Wisatawan yang sering berkunjung ke Surakarta merasa bosan sebab wisata hanya seperti saja. ( wawancara dengan Bp. Budi Sartono pada tanggal 11 November 2012).

Untuk mengeksplor pariwisata Surakarta lebih menarik lagi pemerintah Surakarta bekerjasama dengan Pemerintah Soloraya. Atraksi atraksi wisata semakin bervariasi anatara lain : terdapat 6 wisata budaya yang menjadi unggulan pariwisata Solo, Candi Cetho, Candi Sukuh, Keraton Kasunanan, Puro Mangkunegaran, Makam Pandanaran dan Museum Manusia Purba dan Fosil Sangiran. Wisata alam tersebar di Soloraya yang menjadi tempat pilihan bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan mancanegara.

Gunung Merapi, Merbabu, Selo Pass,Grojogan Sewu, Air Terjun Jumog, Wisata Air Waduk Gajah Mungkur, Goa Goa Karang. Banyak wisata sebagai minat khusus yang berkembang di Solo seperti Ramayana, Sentra Batik Kauman , Batik Laweyan, Pasar Klewer, Desa Wirun Sentra Pembuatan Gamelan. Objek objek wisata yang menjadi daya tarik kota Solo tidak hanya berpusat di Solo, tetapi tersebar di seluruh Soloraya yang sudah menjadi ikatan kerjasama semua pihak untuk meningkatkan citra dan pariwisata kota Solo.

Kerjasama dengan semua pihak pemerintah Soloraya menjadi salah satu alternatif yang dapat meningkatkan elektabilitas Surakarta khususnya dan Soloraya pada umumnya. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan pariwisata tidak dapat berdiri sendiri.


(37)

commit to user

E . Profil MICE Kota Solo

Kegiatan MICEsudah ada sejak zaman kerajaan, pertemuan merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan segala sesuatu yang menjadi permasalahan dan untuk diselesaikan bersama. Seiring berkembangnya zaman MICE ditangani oleh PCO/PEO orang yang mengatur segala sesuatu mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Di Solo kegiatan MICE mulai menggeliat pada tahun 2008, bersamaan dengan Solo Batik Carnival ( SBC ) yang pertama. Melihat kebutuhan orang untuk bertemu, bertukar pengalaman dan berdiskusi semakin meningkat pemerintah kota Solo mulai melirik peluang ini untuk menjadikan Solo sebagai destinasi MICE. Pada tahun 2009 kegiatan MICE yang bertaraf nasional maupun internasional sudah diselenggarakan di hotel hotel yang mempunyai fasilitas lengkap dan kapasitas yang memadai.

Untuk mendukung kebijakan pemerintah mengenai Solo sebagai destinasi mice, segenap industri jasa lainnya bekerjasama guna mencapai tujuan kota Solo. Pemerintah mulai memanfaatkan pariwisata kota Solo yang sudah mempunyai branding sebagai kota budaya dengan mengadakan dan menambah event tahunan yang menjadi Calender of Event. Hal itu menjadi strategi dan salah satu bahan promosi untuk menarik wisatawan agar berkunjung. Banyaknya event tahunan yang diselenggarakan membuat wisatawan untuk mengadakan kegiatan MICE semakin bertambah.

Dari tahun ke tahun tingkat kujungan MICE semakin meningkat hal itu terbukti bahwa kota Solo menduduki peringkat ke 6 tahun 2009 kota sebagai destinasi MICE se Indonesia. Adapun tingkat kunjungan MICE yang ada di salah satu hotel Solo, antara lain:


(38)

Diagram 1. Upaya Pengembangan MICE di Solo

Sumber : Tugas Akhir Rindha Sari, Upaya Pengembangan MICE di Solo di Best Western Premier Hotel

Perkiraan kegiatan MICE tahun 2011 yang berlangsung di Best Western Premier Hotel dihitung berdasarkan angka rata-rata jumlah kegiatan MICE per minggu di tahun 2012 dikurangi 7%. Banyaknya peserta berkisar 30 500 orang dan dibandingkan dengan jumlah tamu yang menginap di hotel tahun 2011 yang 85% adalah tamu MICE. Dengan meningkatkan kegiatan MICE di hotel. Kota Solo dideklarasikan sebagai kota MICE gambaran bahwa hotel memberikan arti penting dalam terselenggarakannya kegiatan MICE.

Meningkatnya kegiatan MICE di hotel Solo diimbangi dengan kota Solo sebagai salah satu daerah tujuan MICE se-Indonesia. Hal itu terdapat pada tabel berikut, antara lain 10 destinasi utama dan 4 destinasi potensial Indonesia :

16 12 28 32 24 28 14 8 20 24 7

562 944 3584

4096

2972 3384

494 296

2560 2672 559 Upaya Pengembangan MICE di SOLO


(39)

commit to user

Tabel 3. Data Daerah / Kota yang menjadi Tujuan MICE

No. Daerah / Kota Peringkat

1. Jakarta 1

2. Bali 2

3. Medan 3

4. Batam 4

5. Yogyakarta 5

6. Solo 6

7. Surabya 7

8. Padang Bukittinggi 8

9. Makasar 9

10. Manado 10

Daerah Potensial Peringkat

1. Mataram 1

2. Balikpapan 2

3. Bandung 3

4. Palembang 4

Sumber : GTZ, 2009

Berdasarkan tabel 3. di atas Departemen Pariwisata Indonesia menetapkan 10 daerah / kota destinasi MICE unggulan dan 4 kota sebagai destinasi MICE potensial. Dengan demikian, terdapat 14 kota destinasi MICE yang menjadi prioritas pemerintah untuk dijadikan prioritas wisata MICE.


(40)

Jakarta menjadi peringkat pertama sebagai kota tujuan MICE dikarenakan Jakarta menjadi ibukota negara dan industri jasa pendukung lainnya mempunyai fasiitas yang memadai dan memenuhi standar MICE internasional. Peringkat kedua adalah Bali, banyak wisatawan mancanegara yang mengenal Bali sejak

dulu, dikarenakan Bali memiliki brand natural equity objek wisata yang khas dan

exotic wisatawan lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia.

Yogyakarta dan Solo merupakan daerah/ kota yang serumpun berasal dari kerajaan mataram islam, sehingga Solo dan Jogja memiliki banyak kemiripan. Baik dari segi budaya maupun pariwisatanya. Dari tabel diatas terlihat bahwa peringkat 5 6 Jogja dan Solo, hal itu membuktikan bahwa Solo mempunyai peluang besar untuk menjadi kota tujuan MICE dengan potensi yang sangat besar. Adapun potensi yang dimiliki kota Solo antara lain :

a. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan pariwisata kota Solo

b. Komponen pariwisata bersejarah dan tradisional ( Kraton Kasunanan dan

Pura Mangkunegaran ), komponen kota Kota kolonial ( bangunan peninggalan kolonial Belanda ), komponen kota bercorak etnis Arab dan Cina.

c. Letak geografis kota Solo sangat strategis se ig

Solo, dan Semarang.


(41)

commit to user

Tabel 4. Sarana dan Fasilitas Penunjang Pariwisata Solo

No . Penyedia jasa Jumlah

1. Hotel

- Bintang

- Melati

- Homestay

24 114

10

2. Restoran / cafe / jasa boga / rumah

makan

207

3. Travel agent 63

4. Event organizer 15

5. Pub / Bar / Diskotik 6

6. Billiard 12

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta

Tabel diatas memperlihatkan bahwa Surakarta mempunyai sarana dan fasilitas yang memadai untuk kegiatan wisata. Selain itu keberadaan sarana dan prasarana yang lengkap menjadi kunci utama untuk mendatangkan wisatawan.


(42)

commit to user

BAB III

PERAN MICE TERHADAP PERKEMBANGAN PARIWISATA SURAKARTA

A . Latar Belakang Berkembangnya Industri MICE

Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE) dalam industri pariwisata masih tergolong baru, akan tetapi perkembangannya sangat signifikan. MICE bermula dari Amerika pada tahun 1960-an yang ditandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan orang untuk saling bertemu, berdiskusi, bertukar pikiran dan pengalaman. Pada dasawarsa 90-an, MICE telah menjadi bagian penting dalam perkembangan kepariwisataan di Tanah Air. Pesatnya perkembangan ini seiring dengan semakin terbukanya perdagangan internasional dan berkembangnya teknologi informasi dan transportasi.

Wisata MICE terdiri atas empat pokok kegiatan utama yaitu pertemuan (meetings), insentif (incentives), konvensi (conventions) dan pameran (exhibitions). Keempat jenis kegiatan itu merupakan usaha untuk memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (para pelaku bisnis, cendekiawan, para eksekutif pemerintah maupun swasta) untuk membahas berbagai masalah berkaitan dengan kepentingan bersama termasuk juga memamerkan produk-produk bisnis.

Bagi Indonesia kehidupan berserikat dan berkumpul sudah ada sejak zaman kerajaan. Secara historis momen terpenting munculnya MICE adalah diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 kemudian


(43)

commit to user

disusul dengan berlangsungnya kegiatan Genefo (Games of the New Emerging Forces) tahun 1960, Konferensi PATA tahun 1963 dan 1974 menyusul kemudian OPEC di Bali dan KTT APEC di Bogor tahun 1995, dan diselengarakanya UNFCC di Nusa Dua, Desember 2007. Di level Internasional Indonesia masuk dalam deretan tiga besar sebagai daerah tujuan wisata MICE di Asia Tenggara dan menempati urutan ke-5 di Asia Tenggara atau ke-45 di dunia. Sebelum terjadi krisis tahun 1997, industri MICE sempat mengalami pertumbuhan yang luar biasa pesatnya.

Pada tahun 1995 tercatat ada 991 kegiatan meeting dengan jumlah peserta 165.572 orang. Setelah krisis dan ancaman keamanan dalam negeri yang tidak kunjung stabil, wisata konvensi mengalami penurunan drastis. Pada tahun 2004 dari 5.321.000 wisatawan, hanya 22.693 (0,43%) orang yang tercatat sebagai wisata konvensi, dan tahun 2005 sebesar 67.147 (1, 34 %) dari total kunjungan

wisatawan sebesar 5.002.101 orang (sumber da ta: GTZ 2009). Berkaitan dengan

hal tersebut pemerintah telah mengeluarkan arah dan kebijakan pengembangan industri MICE, potensi penyelenggaraan/ perkembangan MICE di Indonesia serta peran penerbangan sebagai pendukung industri MICE di Indonesia yang nantinya dapat diharapkan akan terjalin komunikasi dan kerjasama antar stakeholders.

Solo sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang menetapkan diri sebagai kota MICE. Memiliki potensi besar dalam bisnis MICE, mengingat pertumbuhan ekonomi yang mantap, peningkatan tren pariwisata, serta keberhasilan dalam pencitraan kota Solo. Embrio sebagai destinasi wisata MICE telah dirintis melalui beberapa kegiatan skala nasional dan internasional seperti,


(44)

World Heritage Cities Conference ( 2008 ), Asia-Pasific Ministerial Conference Housing and Urban Development/ APMCHUD( 2010 ), Internasional Conference of Child Friendly Aisa-Pasific (2011), Asian Parliamentary Assemblyb/APA (2011), ASEAN Para Games (2011), ASEAN 67th Coordinating Committee on Services/ CCS (2012), Musyawarah Nasional APEKSI, Festival Musik Etnik (SIEM), International Performing Art Mart (IPAM), Solo Batik Carnival dan

beberapa event lainnya terkait dengan wisata, seni dan budaya (sumber : Booklet

BPPIS Solo ).

Dengan pencitraan ini, stakeho lder pariwisata di wilayah Solo saling bekerjasama guna mengembangkan wisata MICE. Di Solo sendiri MICE mulai terdengar pada tahun 2003 dengan adanya pameran dan 2008 beriringan dengan diadakannya SBC yang pertama. Pemerintah melihat Solo mempunyai peluang yang sangat besar dalam Industri MICE sehingga mulai mempromosikan Solo sebagai destiasi MICE yang merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran dalam suatu rangkaian kegiatan pelayanan bagi pertemuan/berkumpulnya orang-orang atau sekelompok orang pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan atau kepentingan bersama.

Meeting merupakan rapat/pertemuan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu asosiasi, perusahaan yang memiliki kesamaan minat dengan tujuan dan kepentingan pembahasan suatu permasalahan bersama. Sedangkan Incentives suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka yang


(45)

commit to user

berkaitan dengan penyelengaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan dan atau kegiatan pameran.

Ketiga, conventions. Pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, profesional dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama dan biasanya dalam jumlah peserta yang besar. Dan exhibition murupakan suatu bentuk kegiatan mempertunjukkan,

memperagakan, memperkenalkan, mempromosikan dan menyebarluaskan

informasi hasil produksi barang/jasa maupun informasi visual di suatu tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk disaksikan secara langsung oleh masyarakat untuk meningkatkan penjualan, memperluas pasar dan mencari hubungan dagang.

Penyelenggaraan kegiatan MICE melibatkan banyak pihak yang bergerak dibidang jasa maupun industri lainnya seperti pemasok bahan makanan sampai industri properti. Dengan banyaknya kegiatan MICE yang berlangsung berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Kota Solo. Dampak yang dihasilkan luas sehingga semua pihak dapat merasakan perubahan dan perkembangan yang terjadi. Hotel merupakan salah satu pihak yang merasakan dampak dari penyelenggaran kegiatan MICE, mulai dari venue meeting hingga makan dan minum sudah menjadi satu paket yang praktis. Dalam perhitungan bisnis, penyelenggaran kegiatan MICE di Solo terhitung lebih murah dibanding dengan kota kota lain dan murah tidak berarti murahan sebab Solo layak menjadi tujuan MICE Indonesia. ( wawancara dengan Bpk. Daryono pada tanggal 10 November 2012)


(46)

Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun wisata MICE Solo mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Akan tetapi perkembangan MICE di wilayah Solo terdapat permasalahan yang mendasar yang menghambat upaya pengembangan wisata konvensi salah satu permasalahan utama adalah pengolahan data base mengenai banyaknya kegiatan MICE yang diselenggarakan di hotel hotel belum maksimal.

Kajian data kegiatan MICE Solo merupakan aktivitas untuk menyediakan informasi mengenai kajian pasar wisata MICE serta sebagai bahan untuk perencanaan pengembangan dan kegiatan monitoring yang direncanakan oleh para pemangku kepentingan untuk mengetahui sejauh mana tren wisata MICE di masa depan (baik secara nasional mau pun internasional). Kebutuhan pasar MICE, latar belakang serta strategi pemasaran sebagai acuan dalam pengembangan MICE di

wilayah Solo Raya (wa wancara denga n Bp. Da ryono selaku pimpina n Sinergi

Mana gement pa da 10 Nov 2012).

Perkembangan kegiatan MICE di Kota solo tidak kalah dengan kota kota besar seperti Bali, Jakarta dan Bandung beberapa hal yang melatarbelakangi berkembangnya MICE Kota Solo anatara lain aksesibilitas, Sumber daya manusianya, fasilitas pendukung, daya tarik dan citra daerah yang membuat kota Solo berbeda dengan kota lain.

1. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan sarana untuk mempermudah mencapai daerah tujuan wisata. Tersedianya transportasi untuk menuju ke daerah tersebut, jarak pencapaian, kondisi jalan menjadi pertimbangan wisatawan untuk berkunjung.


(47)

commit to user

Kemudahan aksesibilitas kota menjadi point penting bagi kelancaran roda perekonomian masayarakat. Solo memiliki sarana transportasi yang lengkap, dari terminal bus hingga terminal udara. Melalui jalan darat 2 jam dari Yogyakarta, 3 jam dari Semarang dan 7 jam dari Surabaya. Jalan-jalan masuk ke wilayah Solo pada umumnya dalam kondisi yang baik, tapi dipadati oleh kendaraan-kendaraan pengangkut barang sperti truk, pick-up dan juga sepeda motor.

Perjalanan melalui jalan darat masih dianggap menyita waktu. Dengan kereta api: jalur kereta api sebelah selatan yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya melalui wilayah Solo 8 jam dari Jakarta, 4 jam dari Surabaya, 1 jam dari Yogyakarta. Masih terdapat jalur tambahan kereta api pulang-pergi yang menghubungkan Solo Yogyakarta.

Melalui udara: Bandara Internasional Adisumarmo yang berada di luar

kota Solo mempunyai jalur hubungan dengan Jakarta Garuda dan Lion Air 4 kali perhari, Sriwijaya Air 1 kali perhari dan Batavia Air sekali per hari, Jalur internasional ke Singapore dilayani oleh Silk Air dan ke Kuala Lumpur oleh Air

Asia 3 kali perhari(wa wa nca ra dengan Putri Da sa ini, Sta f Aba di Tour & Tra vel).

Untuk transportasi menujang perkembangan pariwisata dan kesejahteran masyarakat, pemerintah Kota Solo menambah armada baru yaitu bus ( Batik Solo Trans ) agar mempermudah mayarakat atau wisatawan berkunjung dari tempat satu ke tempat lainnya.

Selain itu dari jalur udara menambah rute baru yaitu sebagai gerbang gi kegiatan pariwisata , industri dan perdagangan. Lengkapnya armada angkutan yang tersedia mempermudahkan para wisatawan menjajakan diri menikmati


(48)

keindahan kota Solo. Mulai dari becak, andong, bus, taksi, kereta api, pesawat udara, dll mampau memberikan pelayanan baik bagi wisatawan. Letak Solo sangat strategis yaitu berada di segitiga emas Semarang dan Jogja, Selain itu mempunyai alat transportasi yang lengkap, infrastruktur dan kondisi jalan cukup bagus.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia sebagai pokok penggerak roda perindustrian dan ekonomi. Solo melahirkan banyak orang berprestasi dan berpotensi dalam dunia bisnis. Sumber Daya Manusia yang siap dan mapan mampu mengubah Solo menjadi pusat perekonomian Soloraya yang lebih baik. Dengan berkembangnnya industri MICE di kota Solo berdampak pada semua lini perekonomian mulai dari pemasok makanan hingga industri properti. Akan tetapi, Perkembangan bisnis pariwisata tujuan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) tidak diimbangi dengan cukupnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. (hasil wawancara dengan Bp. Daryono)

Untuk meningkatkan MICE Solo semua pihak SDM perlu mendapatkan pelatihan dan pengarahan tentang kebijakan pemerintah mengenai Solo sebagai salah satu destinasi MICE. Seperti Biro Perjalanan Wisata, Event Organizer, Hotel gerbang utama yang mempunyai peran mendatangkan wisatawan. Dengan adanya pelatiahan dan sertifikasi terhadap tenaga kerja parwisata khususnya Hotel, BPW, EO akan memantapkan perkembangan industri MICE Surakarta.


(49)

commit to user

Keberadaan sertifikasi menjadi jawaban atas Peraturan Pemerintah (PP) No 52/2012. Di dalam aturan ini disebutkan, baik hotel, professional conference organiser (PCO), event organiser (EO) hingga penyelenggara pameran harus mempekerjakan setidaknya satu karyawan yang telah bersertifikat MICE. (Suara Merdeka, 10 Januari 2013). Selain itu, Masyarakat Surakarta yang terkenal dengan orangnya yang ramah dan sopan santun dengan modal tersebut lebih dikembangan dengan cara memberi pengetahuan tentang arti penting pariwisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Fasilitas

Hotel merupakan fasilitas pokok dalam mendukung terselenggarakannya kegiatan MICE. Para pelaku MICE biasa menggunakan ballroom ballroom hotel untuk kegiatan Meeting, Conference maupun Exhibiton fasilitas yang lengkap menjadi salah satu pilihan dan bahan pertimbangan. Tidak hanya ballroom untuk kegiatan pokok tetapi juga tersedia kamar tidur dan restoran yang menjadi satu paket praktis dan mempermudah serta memperlancar jalannya acara. Hotel hotel di Solo mempunyai venue yang luas mampu menampung ribuan orang dengan fasilitas dan pelayanan yang baik.

Venue MICE Solo mempunyai hotel dengan fasilitas yang memadai, tetapi Solo membutuhkan convention hall untuk menyelenggarakan acara MICE yang berskala besar dan convention hall menjadi satu kendala untuk meningkatkan perkembangan MICE solo. Exhition dan conference lebih mudah diselenggarakan dengan adanya convention hall, kegiatan tersebut membutuhkan ruang yang luas


(50)

dan memadai. Dengan segala fasilitas yang memadai Solo mampu bersaing dengan kota kota besar di Indonesia

Tabel 5. Banyaknya Hotel dan Jumlah Kamar Menurut Klasifikasi di Kota Surakarta Tahun 2009 2011

No Kasifikasi 2009 2010 2011

Hotel Kamar Hotel Kamar Hotel Kamar

1 Hotel bintang 5 - - - - 1 138

2 Hotel bintang 4 4 481 4 481 5 778

3 Hotel bintang 3 6 197 6 197 8 563

4 Hotel bintang 2 8 78 8 78 6 886

5 Hotel bintang 1 5 176 5 176 4 137

6 Hotel melati 3 23 657 23 657 -

-7 Hotel melati 2 48 916 48 916 110 2.999

8 Hotel melati 1 42 562 42 562 -

-9 Blm teridentifiksi 8 73 8 73 4 42

10 Pondok wisata - - - - 10 83

Jumlah 144 3.135 144 3.135 148 4.926

Sumber : BPS Kota Surakarta

Untuk menyelenggarakan MICE di suatu kota ketersediaan prasarana pendukung wajib mengimbangi kebutuhan kegiatan MICE. Solo mempunyai banyak hotel untuk keperluan Meeting, terdapat 24 hotel bintang dengan jumlah kamar 2502 dan jumlah hotel melati 114 dengan kapasitas 2999 kamar, 10 pondok


(51)

commit to user

wisata dengan kapasitas 83 kamar. Dari data diatas dapat dilihat Solo mampu untuk menyelenggarakan konferensi besar dan layak disebut sebagai kota tujuan MICE. Adapun beberapa hotel yang mempunyai fasilitas dan memadai untuk kegiatan meeting.

Tabel 6. Hotel berskala Internasional untuk Meeting

No Nama Hotel Kapsitas persons

1 Best Western Premier 730

2 The Sunan 2800

3 Novotel 750

4 Ibis 80

5 Sahid Jaya 600

6 Indah Palace 1000

7 Lor In Business Resort 1000

8 Paragon 1500

9 Agas 170

10 Fave 200

11 Riyadi Palace 125

12 Kusuma Sahid Prince 400

Sumber : Booklet BPPIS Solo

Berdasar tabel 6. Diatas menunjukan bahwa Solo mempunyai hotel hotel kelas internasional yang mampu menampung ribuan orang untuk acara MICE. Venue venue yang ditawarkan sangat beragam dan terpenting pelayanan serta fasilitas pendukung yang baik dan memadai. Dari beberapa hotel yang ada Solo


(52)

mampu bersaing dengan kota lain, selain venue berskala internasional harga yang ditawarkan relatif lebiih murah dibanding dengan kota lain yang menjadi destinasi.

Infrastrukur yang memadai salah satu faktor pendukung

terselenggarakannya kegiatan wisata maupun MICE di suatu daerah. Kondisi jalan yang bagus, aparatur pemerintah, keamanan kota menjadi bahan pertimbangan pelaku wisata untuk berkunjung di suatu tempat. Solo mampu menyediakan permintaan pelaku MICE mulai dari kondisi jalan yang baik hingga keamanan. Baru baru ini kondisi keamanan Solo kurang stabil, banyak teror bom dan kerusuhan massa yang dapat menghambat tingkat kunjungan wisatawan. Hal itu tidak menyurutkan promosi pariwisata dan MICE kepada dunia terlihat peningkatan kegiatan meeting berskala Nasional maupun Internasional di hotel hotel pada awal tahun 2012.

4. Potensi dan daya tarik

Potensi dan daya tarik objek wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan di samping unsur-unsur yang lainnya seperti: akomodasi, restoran, usaha jasa perjalanan, dan lainnya, tetapi objek wisata dan atraksi budaya menjadi salah satu faktor pendukung ( optional tour ) kegiatan MICE. Potensi daya tarik suatu objek wisata adalah suatu sifat yang dimiliki oleh suatu objek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, atau lain dari pada yang lain memiliki sifat yang menimbulkan semangat dan nilai bagi wisatawan. Suatu tempat atau keadaan alam yang sangat menarik pasti sangat dinikmati oleh wisatawan pada umumnya.


(53)

commit to user

Objek wisata yang mempunyai potensi dan daya tarik wisata yang baik harus terus dibangun dan dikembangkan, sehingga mempunyai daya tarik agar wisatawan puas terhadap objek wisata yang dikunjunginya. Berbagai objek wisata ada di kota Solo mulai wisata sejarah hingga wisata belanja, untuk wisata sejarah Solo mempunyai Keraton Kasunanan, Puro Mangkunegaran, Sangiran. Solo terkenal sebagai kota batik sehingga banyak wisata belanja yang meningkatkan citra kota seperti PGS, pasar Klewer, Batik Danar Hadi, Batik

Laweyan dan pusat oleh oleh lainnya. Kegiatan wisata pre/post conference biasa

peserta MICE menyertakan anak dan istrinya disaat peserta mengikuti meeting anak dan istri berwisata dan berbelanja.

Tabel 7. Atraksi Budaya Kota Solo Tahun 2012

No . Atraksi Budaya Tanggal 1. Grebek Sudiro Pasar Gede 15 Januari

2. Sekaten 30 Januari 5 Februari , Alun alun Kraton Surakarta 3. Grebek Mulud Kraton Surakarta 5 Februari

4. Festival Ketoprak Balekambang 17 21 Februari

5. Solo Karnaval 18 Februari

6.

Gunungan Charity boat race Bengawan Solo

19 Maret

7. Mahesa Lawung Kraton Surakarta 22 Maret

9. Solo Menari 29 April

10. Mangkunegaran Performing Art 11 12 Mei 11. SBC ( Solo Batik Carnival ) 30 Juni


(54)

12. SIEM 4 8 Juli 13. Solo Batik Fashion 13 16 Juli 14. Pentas Wayang Orang Gabungan 19 22 Juli 15. Malam selikuran 8 Agustus

16. Grebeg Poso 9 Agustus

17. Solo Internasional Performing Art 28 30 September 18. Kirap Apem Sewu 11 November 19. Bengawan Solo Gethek Festival 11 November 20. Kirap Malam 1 Suro 15 November

Sumber : kalender of event Surakarta, 2012

Tabel 7. Sederet atraksi budaya kota Solo yang terangkum dalam calender of event Solo yang mempunyai nilai plus untuk mensugesti wisatawan. Dari kalender event, wisatawan atau para pelaku MICE bisa menyesuaikan diri kapan waktu yang tepat berkunjung ke Solo agar bisa melihat keindahan seni dan atraksi budaya yang disuguhkan. Seiring berkembangnya zaman kegiatan MICE tidak hanya meeting semata, melainkan para pelaku mice meluangkan waktu untuk menikmati pariwisata setempat dan menetap untuk beberapa waktu. Atraksi budaya mempunyai pengaruh besar terhadap pariwisata di suatu daerah, yang dapat meningkatkan PAD dan mempengaruhi tingkat hunian hotel. Wisatawan yang berkunjung dan bisa menikmati pariwisata serta atraksi budaya dapat mempengaruhi lama tinggal.


(55)

commit to user

Diagram 2. Lama Tinggal Wisatawan Solo ( Length of Stay ) LOS

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

Tabel 9. Menunjukan lama tinggal wisatawan yang setiap tahunnya selalu meningkat baik hotel bintang maupun hotel biasa. Atraksi budaya mempunyai andil besar dalam peningkatan jumlah lama tinggal wisatawan. Dari tahun ke tahun jumlah atraksi dan event tahunan selalu bertambah. Pemerintah tidak mau meninggalkan budaya budaya jawa yang sudah melekat di kota Solo dan karena atraksi wisatawan mempunyai rasa ingin tahu terhadap budaya kota Solo. Hal ini menjadi bahan acuan bagi pemerintah kota Solo dalam meningkatkan kegiatan pariwisata.

Potensi dan daya tarik yang dimiliki kota Solo menjadi faktor mendatangkan wisatawan, motivasi wisatawan datang ke Solo mayoritas untuk tujuan berwisata, motivasi lainnya adalah untuk mengunjungi saudara (sambil


(56)

berwisata), belanja, studi banding, meeting dan bisnis. Adapun data wisatawan sebagai berikut :

Tabel 8. Jumlah Wisatawan tahun 2009 - 2011

Tahun Mancanegara Domestik Total Prosentase %

2009 14.041 855.090 869.131 2,51

2010 19.875 1.000.050 1.019.925 17,35

2011 13.941 919.607 933.548 -8,46

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

Berdasar tabel 9. Terlihat bahwa wisatawan yang datang masih dominan wisatawan domestik akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan promosi pemerintah untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan manca dan jumlah wisatawan pada tahun 2011 turun sekitar 8,46% dibanding tahun 2010. 60% dari tujuan yang datang adalah untuk kegiatan MICE dan wisatawan domestik seperti Jakarta yang masih dominan untuk mengadakan MICE di Solo.

5. Keunikan Daerah

Faktor terakhir yang melatarbelakangi berkembangnya Industri MICE adalah keunikan suatu daerah. Daerah akan dikenal banyak orang apabila daerah tersebut berbeda dengan daerah lain. Di Solo sendiri yang menjadikan unik adalah karakter masyarakat terkenal dengan ramah, sopan, nyaman, murah dan mudah. Untuk penyelenggaraan kegiatan MICE pelaku akan memilih tempat yang nyaman mudah dijangkau dan murah. Berbeda dengan kota tujuan MICE lainnya, Solo masih asri belum padat tidak teralu macet dibandingkan daerah tujuan MICE


(57)

commit to user

lainnya dan mudah dijangkau baik lewat darat maupun udara. Aspek murah dalam kegiatan MICE tidak terlalu dihitungkan tetapi menjadi poin plus bagi kota Solo dengan fasilitas yang murah dan makanan yang enak dan murah membuat sugesti bagi wisatawan.

B . Pola Pengembangan MICE Kota Solo

Produk MICE Solo Raya layak untuk dikembangkan menjadi produk

wisata unggulan mengingat rata-rata 4.500 event setiap tahunnya telah

terselenggara di hotel dan convention ha ll di wilayah Solo. Kekuatan budaya lokal

serta pasar yang mulai terbentuk dapat dijadikan langkah awal untuk mengembangkan MICE. Posisi Solo Raya yang strategis berada di segitiga emas antara Semarang dan Yogyakarta secara umum dapat mendorong pertumbuhan pasar MICE.

Dari sisi sumber pasar, Semarang memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi aktivitas-aktivitas yang ada di Solo Raya. Perkembangan industri dan posisi Semarang sebagai ibu kota provinsi yang secara tidak langsung berakibat pada meluasnya kesempatan kerja dan usaha. Dari sisi bisnis, Kawasan Solo Raya merupakan kawasan penyangga bisnis untuk Kabupaten/Kota di pantai selatan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan dari sisi Kepariwisataan Solo Raya merupakan perluasan kawasan wisata dari Yogyakarta.

Kebijakan pemerintah yang menjadikan Solo sebagai kota MICE mendapat dukungan dari semua pihak industri jasa pariwisata. Perkembangan pariwisata di Solo dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami peningkatan


(58)

yang cukup signifikan, baik dalam sisi pasar maupun pasokan (supply), seperti hotel, restoran dan usaha lainnya serta pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan. Meningkatkan pariwisata memerlukan peran dan kontribusi dari semua pihak, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun masyarakat. Masing-masing memiliki peran dan kontribusi menurut posisi dan kapasitasnya. Pemerintah secara khususnya berkonsentrasi sebagai fasilitator dan regulator, mendatangkan wisatawan. Pemerintah bersama aparatur lainnya bekerjasama membangun citra Solo menjadi lebih baik. Pemerintah mempunyai peran sebagai pembina pelaku wisata hotel dan BPW sedangkan

pihak swasta berperan sebagai ser ver yang siap setiap jam melayani para

wisatawan.

Istilah MICE yaitu Meeting, Incentive, Conference dan Exhibiton kegiatan mempunyai dampak luas bagi semua pihak yang terkait seperti hotel, EO, objek wisata, dan restoran. Meeting merupakan rapat/pertemuan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu asosiasi, perusahaan yang memiliki kesamaan minat dengan tujuan dan kepentingan pembahasan suatu permasalahan bersama. Meeting biasa dilakukan oleh semua orang untuk menyampaikan permasalahan atau hasil dari pemecahan masalah. Intensitas meeting semakin hari semakin meningkat untuk mewadahi kegiatan tersebut perlu adanya faktor pedukung seperti venue yang layak dan memadai.

Dari tabel 6. hotel dan tempat meeting yang memadai menjadi modal awal untuk mendatangkan para pelaku meeting. Pola pengembangan yang dilakukan pemerintah bekerjasama dengan swasta membangun hotel hotel baru dengan latar belakang hotel MICE aktivitas yang ditawarkan tidak lepas dari kegiatan


(59)

commit to user

MICE misal : di lingkup hotel terdapat mall, kafe, spa, dll seperti halnya hotel Paragon Solo. Dengan hotel hotel yang berlatarbelakang MICE para pelaku meeting akan lebih tertarik untuk menyelenggarakan kegiatan di tempat tersebut.

Untuk mengembangkan pariwisata sebagai dampak dari perkembangan industri MICE suatu daerah perlu menyiapkan daya tarik yang dapat mensugesti

wisatawan. Dari tabel 8 sederet kalender atraksi budaya yang terangkum da la m

ca lender of event Solo disajikan bertujuan untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke kota Solo. Upaya menyiapkan daya tarik ciri khas daerah Solo

Solo di masa depan sama dengan Solo di masa lalu yang nantinya dikenal sebagai kota modern yang unggul namun tetap berpegang pada nilai nilai budaya luhur di masa lalu.

Tabel 9. Jumlah Penyelenggaraan Event Di Solo Tahun 2009 2011

Event 2009 2010 2011

Meeting 3.425 3.486 3.858

Conference 180 162 157

Exhibition 36 38 40

Total 3.641 3.686 4.055

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 10. Event MICE yang ada di Solo setiap tahunnya mengalami peningkatan, kegiatan paling jelas peningkatannnya adalah kegiatan meeting. Hampir setiap hari di hotel diadakan untuk acara meeting, baik yang bersifat goverment, corporate dan familiy.


(60)

Kegiatan MICE conference sama halnya dengan meeting perbedaan terletak pada jumlah pesertanya yang lebih banyak. Untuk memenuhi kebutuhan conference pemerintah dan aparatur daerah perlu menyiapkan saranan dan prasarana yang dibutuhkan. Banyak event tahunan yang menjadi agenda dan perhelatan besar bertaraf Nasional maupun Internasional seperti World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE), Solo Batik Carnival, Munas Apeksi, SIEM, Bengawan Solo Fair, Borobudur Travel Mart dan Munas Apeksi. Hal ini akan sangat disayangkan apabila tidak didukung dengan fasilitas yang memadai, seperti ruangan yang besar dan nyaman dan perlengkapan audio visual yang memadai. Pembangunan convetion center menjadi langkah awal untuk mewujudkan perkembangan MICE di kota Solo dan dengan sendirinya perkembangan itu dapat dirasakan oleh semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat lainnya.

Incentive kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka yang berkaitan dengan penyelengaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan dan atau kegiatan pameran. Pada dasarnya Indonesia unggul kegiatan MICE dalam halnya Incentvice. Beragam budaya dan pariwisata menjadi modal utama untuk kegiatan incentive. Solo menjadi bagian dari Indonesia yang mempunyai pariwisata unik dan berbeda dengan daerah lain mulai dari wisata sejarah hingga wisata alam.

Kegiatan incentive di Solo belum sejajar dengan kegiatan MICE lainnya, kurangnya pengelolaan menjadi kendala perkembangan Incentive. Pola pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan incentive di kota Solo antara lain dengan mengikuti trend MICE dunia. Pergerakan manusia untuk melakukan


(1)

commit to user

Komponen Rencana Aksi Nama Program Institusi Pelaksana Sumber Dana 12.

Beberapa Kota Besar asal wisatawan MICE Solo (Yogyakarta, Jakarta, Semarang dan Bandung) Pemerintah, ASITA, PHRI APBD/APBN, Swadaya Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektoral

1. Kerjasama dengan Airline

Untuk Mempromosikan MICE. Pemerintah APBD/APBN

2. Membangun kerjasama dengan Pihak Karantina dan Imigrasi untuk mempermudah layanan bagi Peserta dan Pendukung-pendukung MICE

Pemerintah APBD/APBN

3. Membangun Sistem Keamanan

Terpadu terkait dengan

pelaksanaan pengamanan event

dan perijinan dengan

Kepolisian, Pengelola Bandara, dan pihak-pihak terkait.

Pemerintah Pelaku MICE

APBD/APBN Swadaya

4. Membangun Kesepakatan dan

Prosedur Penanganan Peristiwa Pemerintah Pelaku MICE APBD/APBN Dana Lain 5. Peristiwa Tak Terduga Terkait

dengan Pelaksanaan MICE

Yang Tidak Mengikat 6. Membangun kerjasama dengan

Provider Telekomunikasi Untuk

mempermudah akses

komunikasi apabila terdapat event-event yang membutuhkan jaringan komunikas

Pemerintah APBD/APBN

7. Pembuatan Panduan Public

Transport Solo Raya dari dan menuju venue mice

Pemerintah APBD/APBN

Sumber : BPPIS Surakarta

Tabel 11. merupakan sederet program pemerintah yang terangkum dalam upaya dan strategi pengembangan Solo sebagai destinasi MICE. Banyak rencana pemerintah untuk meningkatkan pariwisata Solo, bersama aparatur pemerintah lainnya siap mempromosikan Solo ke penjuru dunia dan siap untuk bersaing. Citra Solo yang dipandang sebelah mata oleh wisman maupun wisdom sebagai kota teroris membuat pemerintah gencar untuk mempromosikan kota dan potensi pariwisata yang dimiliki.


(2)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A . Simpulan

Seiring berjalannya waktu kebutuhan pertemuan semakin meningkat terlihat banyaknya event yang terselenggara di Solo. Pada tahun 2009 event MICE 3.641, tahun berikutnya meningkat menjadi 3.686 dan tahun 2011 event MICE mencapai 4.055. Keadaan ini menjadi tolok ukur bagi pemerintah dan pemangku kepentingan bisnis MICE untuk lebih meningkatkan industri MICE di Solo. Beberapa hal yang melatarbelakangi berkembangnya MICE Kota Solo anatara lain aksesibilitas, Sumber daya manusianya, fasilitas pendukung, daya tarik dan citra daerah yang membuat kota Solo berbeda dengan kota lain.

Letak Solo yang strategis menjadi gerbang masuknya wisatawan dari berbagai penjuru daerah. Kemudahan aksesibilitas kota merupakan salah satu alasan wisatawan berkunjung ke Solo. Sarana transportasi yang dimiliki Solo lengkap mulai becak, bus, taksi, kereta api maupun pesawat udara. Selain itu sarana dan fasilitas pendukung menjadi salah satu pertimbangan para pelaku MICE untuk mengadakan kegiatan MICE di Solo. Pada tabel 5 dan 6 menunjukan bahwa Solo mampu untuk menyelenggarakan kegiatan MICE berskala Nasional maupun Internasional. Dengan banyaknya hotel yang ada dan fasilitas pendukung kegiatan MICE menjadi salah satu Inventarisasi kota Solo.

Pola pergerakan dan pengembangan kota Solo menjadi kota tujuan MICE tidak lepas dari peran masyarakat mendukung kebijakan pemerintah untuk


(3)

commit to user

mewujudkan Kota solo menjadi lebih baik dari sebelumnya. Masyarakat Solo sudah terkenal dengan orangnya yang ramah dan sopan santun dengan citra seperti itu pemerintah lebih mudah untuk mengembangakan pariwisata kota Solo. Faktor terakhir yang melatarbelakangi perkembangan MICE kota Solo adalah potensi wisata dan keunikan atau ciri khas kota.

Banyak potensi pariwisata yang menjadi daya tarik kota Solo diantaranya atraksi budaya. Solo masih menjujung tinggi nilai nilai budaya, sehingga banyak event budaya yang disajikan di kota solo seperti Kirab malam 1 Suro, Gunungan Charity boat race Bengawan Solo , Solo Batik Carnival, dll. Potensi dan daya tarik wisata yang dimiliki menjadi ciri khas Kota Solo.

Pola pengembangan MICE kota Solo tidak lepas dari sarana pendukung, seperti venue, tren pasar MICE dan promosi. Kegiatan Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition di Solo belum seimbang, hal itu dikarenakan kurangnya fasilitas pendukung seperti convention center. Dari segi hotel Solo mampu menampung ribuan orang, akan tetapi untuk conference maupun exhibition yang berskala besar Solo belum bisa menghandle dan biasa kegiatan seperti itu dialihkan ke tempat lain yang mempunyai convention center.

Pengaruh dari kegiatan MICE sangat luas, semua lini perekonomian dapat merasakan dampak yang terjadi. Mulai dari penyedia fasilitas hingga pemerintah. Dampak terlihat jelas pada perubahan sosial, budaya dan ekonomi. Untuk tempat penyelenggaraan kegiatan MICE semakin dikenal banyak orang. Selain itu dengan banyaknya kegiatan MICE yang diselenggarakan mempengaruhi PAD kota Solo.


(4)

B . Saran

Setelah melakukan penelitian langsung dan wawancara dengan beberapa sumber peneliti memiliki beberapa saran yang membangun seperti :

1. Pemerintah lebih memperhatikan terhadap kebijakan yang dikeluarkan dalam meningkatkan pariwisata maupun menguatkan diri sebagai kota tujuan MICE sebab pengelolaan data base mengenai kegiatan yang sudah dilakukan belum maksimal. Tolok ukur yang akurat dapat menjadi bahan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang sudah dilakukan.

2. Fasilitas pendukung MICE sangat penting untuk menyelenggarakan kegiatan MICE. Solo mempunyai banyak hotel dengan kapasitas room yang memadai tetapi solo belum mempunyai convention center. Suatu perhelatan besar membutuhkan venue yang besar untuk dapat menampung ribuan orang. Kelemahan kota Solo menjadi kekuatan kota lain untuk melirik wisatawan yang akan datang ke Solo.

3. Banyaknya potensi wisata kota Solo dapat meningkatkan jumlah kujungan wisatawan. Hal ini harus diimbangi dengan peran BPW yang pandai


(5)

commit to user

mengemas paket paket wisata dan mempromosikan agar wisatawan lebih tersugesti dan tertarik untuk berkunjung ke Solo.

4. Indonesia kuat akan potensi kegiatan Incentive berbagai ragam budaya dan wisata alam yang eksotik ada di Indonesia. Solo sebagai bagian dari Indonesia mempunyai potensi wisata yang beragam. Untuk meningkatkan kegiatan Incentive, para pemangku kegiatan MICE harus peka terhadap apa yang menjadi tren MICE dunia seperti Eco tourism, respobility tourism. Hal ini menjadi peluang bagi kota Solo untuk meningkatkan dan menyeimbangkan incentive dengan kegiatan MICE lainnya

5. Masyarakat merupakan faktor penggerak yang dapat mengubah kota menjadi lebih baik. Pihak pihak yang berperan dalam meningkatkan pariwisata Solo selalu diberi pengarahan dan monitoring agar semua pihak dapat bekerjasama mewujudkan visi dan misi kota Solo.

6. Penguatan kesadaran masyarakat dan aparatur lainnya mengenai pentingnya kegiatan MICE bagi pertumbuhan pariwisata dan ekonomi kota Solo dengan cara memberikan pelatihan dan pengetahuan dasar bagi masyarakat, sebab kegiatan MICE berdampak multiganda semua elemen masyarakat dapat merasakan dampak yang ditimbulkan.

7. Branding adalah alat promosi yang diunggulkan. Citra Solo sebagai kota batik, kota budaya, kota liwet sudah dikenal baik oleh masayarakat Indonesia, akan tetapi citra Solo sebagai kota teroris sudah melekat di telingga orang asing. Semua aspek masyarakat dan aparatur pemerintah harus bisa meyakinkan wisatawan mancanegara bahwa Solo tidak seperti yang mereka


(6)

pikirkan. Sebab keamanan suatu tujuan wisata menjadi kunci keberhasilan pariwisata.

8. Image daerah lebih ditingkat, kesan nyaman dan ramah tamah menjadi modal untuk mendatangkan wisatawan sebab kepuasaan menjadi tujuan utama.