PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF (MMI) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, BERPIKIR KRITIS, DAN RETENSI KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA PADA SISWA SMA.
i DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang .. ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Batasan Masalah……… ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
1.6 Asumsi Dasar ... 10
1.7 Hipotesis Penelitian ... 10
BAB II PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERKATIF (MMI) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, BERPIKIR KRITIS, DAN RETENSI PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA ... 11
2.1 Multimedia Pembelajaran Berbasis Komputer ... 11
2.2 Penguassaan Konsep ... 18
2.3 Berpikir Kritis ... 19
2.4 Retensi ... 24
2.5 Tinjauan Konsep Sistem Reproduksi Manusia ... 26
2.6 Penelitian yang Relevan ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 32
3.2 Populasi dan Sampel ... 32
3.3 Definisi Operasional ... 33
3.4 Instrumen Penelitian ... 35
3.5 Prosedur Penelitian ... 48
3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 50
(2)
ii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Hasil Penelitian ... 56
4.1.1 Peningkatan Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi Manusia ... 56
4.1.2 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 65
4.1.3 Retensi Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia ... 70
4.1.4 Respon Siswa terhadap Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran Biologi ... 72
4.2 Pembahasan Hasil Analisis Data ... 78
4.2.1 Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia ... 78
4.2.2 Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia ... 84
4.2.3 Retensi Siswa pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia ... 87
4.2.4 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Berbantuan Multimedia Interaktif ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93
5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
(3)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara komponen- komponen pendidikan. Menurut Ali (2004:4) komponen utama itu meliputi; 1) siswa; 2) isi/materi pelajaran; dan 3) guru. Dalam interaksi antara ketiga komponen ini diperlukan saran, prasarana dan penataan lingkungan sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Salah satu tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran pada siswa. Meskipun demikian, menurut Mulyasa (2007:204) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tugas guru tidak hanya berperan mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) akan tetapi lebih dari itu, yaitu membelajarkan anak supaya dapat berpikir integral dan komprehensif, untuk membentuk kompetensi dan pencapaian makna tertinggi. Guru yang baik berperan menyediakan, menunjukkan, membimbing, dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada (Depdiknas, 2007:2).
Keberhasilan guru dalam penyampaian materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi antara guru dengan siswanya. Untuk mengatasi ketebatasan dalam interaksi tersebut diperlukan perantara/media. Media berbasis komputer atau yang dikenal dengan istilah multimedia merupakan jenis media yang
(4)
menggabungkan antara teks, kesan bunyi, vocal, musik, animasi dan video dengan software interaktif (Wahidin, 2006:203).
Hasil penelitian Suhadah (2003) menyimpulkan bahwa media telah menunjukkan peranannya dalam membantu para guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran agar lebih cepat dan lebih mudah ditangkap oleh siswa. Media juga memiliki kekuatan-kekuatan yang positif dan sinergi yang mampu merubah sikap dan tingkah laku siswa ke arah perubahan yang kreatif dan dinamis.
Biologi adalah subjek visual yang seringkali melibatkan urutan peristiwa yang kompleks (O’Day, 2007:221). Oleh karena itu, diperlukan media yang mampu memvisualisasi, bisa didengar serta mampu mendeskripsikan proses yang rumit menjadi lebih mudah dipahami, peranan tersebut dimungkinkan dengan penggunaan multimedia. Edgar Dale (Arsyad, 2007: 10) memprediksi bahwa perolehan hasil belajar melalui indera penglihatan berkisar 30%, indera pendengaran sekitar 20% dan indera yang lainnya sekitar 12%. Dengan multimedia memungkinkan semua indera terlibat aktif sehingga proses pembelajaran lebih optimal.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru di tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) masih didominasi metode ceramah, padahal metode tersebut kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan pola pembelajaran dengan metode ceramah bersifat teacher-centered, dengan mengkondisikan siswa sebagai pihak penerima pelajaran secara pasif. Kecenderungan pembelajaran biologi selama ini adalah peserta didik hanya
(5)
3
mempelajari biologi sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya pelajaran biologi sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran (Puskur, 2007:3). Proses pembelajaran yang masih berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan membatasi pengembangan berpikirnya (Depdiknas, 2007:3).
Marzano (1988) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir matang yang dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Pendidikan seyogianya menjadi salah satu wahana dalam sebuah proses pembentukan pemikir yang handal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu mempersiapkan proses pembelajaran yang dapat melatih peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tingginya. Strategi pembelajaran hendaknya dapat memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, serta problem solving dan pengambilan keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk menentukan apa yang diyakini dan apa yang harus dilakukan (Ennis, 1985:54). Menurut Liliasari (2009) berpikir kritis mendasari tiga pola berpikir tingkat tinggi yang lain (berpikir kreatif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan), artinya berpikir kritis perlu dikuasai lebih dahulu sebelum mencapai ke tiga pola berpikir tingkat tinggi yang lain.
(6)
Hasil penelitian (Herlanti, 2006; Tapilaouw, 2008; Puspita, 2008; Sekarwinahyu, 2008; dan Faizin, 2009) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan multimedia mampu meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir generik, berpikir kritis, dan retensi siswa. Penelitian O’Day (2007) mengenai penggunaan animasi dalam pembelajaran biologi terhadap retensi jangka panjang menunjukkan bahwa penggunaan animasi dalam paket pembelajaran multimedia dapat membantu siswa menyimpan informasi dalam jangka panjang.
Materi pelajaran biologi banyak mengandung konsep-konsep yang bersifat abstrak (tidak dapat diamati secara langsung tanpa alat bantu) seperti pada konsep-konsep sistem reproduksi (Puspita, 2010:2). Sebagai contoh proses ovulasi dan fertilisasi di dalam organ reproduksi wanita sulit untuk dipelajari secara detil karena tidak ada obyek langsung yang dapat dipelajari. Kondisi demikian dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa untuk menguasai dan memahami konsep-konsep yang sulit diamati tersebut dan pada akhirnya dapat memancing terjadinya miskonsepsi. Oleh karena itu, konsep reproduksi manusia dianggap perlu dibantu dengan menggunakan multimedia agar konsep-konsep yang sulit dipelajari secara langsung dapat disimulasikan dalam bentuk animasi dalam program pembelajaran.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat memvisualisasikan berbagai fakta, keterampilan, konsep dan menampilkan animasi sesuai dengan kebutuhan sehingga proses pembelajaran lebih menarik. Menurut Slameto (2003: 57) bahan pelajaran yang menarik perhatian siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan dalam memori siswa, dengan demikian diharapkan penggunaan
(7)
5
multimedia memberikan efek lain berupa retensi informasi yang bertahan lama dalam struktur kognitif siswa.
Beberapa keunggulan multimedia di antaranya adalah adanya keterlibatan organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik). Keterlibatan berbagai organ ini membuat informasi lebih mudah dimengerti (Arsyad, 2007:172). Dengan berbagai keunggulan multimedia tersebut diharapkan dapat membantu efektivitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu, selain itu juga akan memberikan pengertian konsep yang sebenarnya secara realistis.
Menurut Suara Merdeka (2010) pemanfaatan TIK di sekolah masih sangat rendah, yaitu hanya berkisar 20%. Sementara penggunaan perangkat komputer oleh guru masih di bawah 50%, guru menggunakan perangkat komputer Laptop, Netbook, atau PC untuk aplikasi standar seperti mengetik, membuka internet dan rekreasi (Potyrala, 2006; Suara Merdeka, 2010).
Kurangnya pemanfaatan fungsi komputer dalam membantu proses pembelajaran biologi dan rangka implementasi PSB (Pusat Sumber Belajar) berbasis teknologi informasi di SMAN “X” Kabupaten Majalengka tahun 2011 ini, mendorong peneliti melakukan studi penggunaan multimedia interaktif (MMI) dalam pembelajaran biologi konsep reproduksi manusia. Dengan demikian akan diperoleh informasi mengenai bagaimana implementasi penggunaan media berbasis komputer dalam meningkatkan pemahaman konsep, berpikir kritis dan retensi pada siswa kelas XI IPA.
(8)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan suatu permasalahan, yaitu “Bagaimana penguasaan konsep, berpikir kritis, dan retensi siswa kelas XI IPA yang mengikut pembelajaran melalui program MMI dinamis dan siswa yang mengikut pembelajaran melalui program MMI statis pada konsep sistem reproduksi manusia ?”.
Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka rumusan masalah dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan tingkat penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI dimanis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI statis ?
2. Bagaimana perbedaan tingkat keterampilan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI dimanis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI statis ?
3. Bagaimana perbedaan tingkat retensi siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI dimanis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI statis ?
4. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif (MMI) dalam pembelajaran biologi ?
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalah dalam penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:
(9)
7
1. Multimedia interaktif (MMI) yang digunakan adalah model tutorial dengan materi ajar sistem reproduksi pada manusia.
2. Penguasaan konsep yang diukur di sini didasarkan pada indikator jenjang kognitif Bloom revisi yang meliputi kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
3. Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan sesuai dengan indikator berpikir kritis menurut Ennis (1985:54-56) meliputi lima kelompok besar yang merupakan indikatornya. Kelima kelompok indikator itu meliputi: 1) memberi penjelasan dasar (elementary clarification); 2) membangun keterampilan dasar (basic support); 3) menyimpulkan (inference); 4) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification); 5) taktik dan strategi (strategies and tactics). Yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) materi sistem reproduksi manusia kelas XI IPA semester II.
4. Retensi di ukur setelah tiga minggu pembelajaran dengan pengelompokkan retensi berdasarkan pada pendapat Deese (1959), yang terdiri dari lima kategori retensi (sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang).
5. Konsep sistem reproduksi pada manusia merupakan materi ajar yang dikembangkan dari indikator-indikator pada kompetensi dasar di kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 yang meliputi keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
(10)
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini, yaitu mengkaji penguasaan konsep, berpikir kritis, dan retensi siswa XI IPA pada konsep sistem reproduksi manusia dengan menggunakan MMI dinamis dan siswa yang belajar dengan menggunakan MMI statis. Lebih lanjut tujuan umum tersebut dirinci menjadi beberapa tujuan khusus yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis perbedaan tingkat penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI dimanis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI statis.
2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat keterampilan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI dimanis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI statis.
3. Untuk menganalisis perbedaan tingkat retensi siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI dimanis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui program MMI statis.
4. Mengkaji efektivitas penggunaan MMI dinamis dan MMI statis dalam pembelajaran biologi konsep sistem reproduksi manusia.
5. Mengidentifikasi respon siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi konsep sistem resproduksi.
(11)
9
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan minimal dapat menemukan prinsip atau teori untuk memanfaatkan TIK dalam membantu mempermudah proses pembelajaran biologi khususnya pada konsep-konsep yang memerlukan penjelasan mendetail yang tidak dapat secara langsung dilihat atau diperagakan melainkan dengan bantuan multimedia. 1.5.2 Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman merancang dan membuat media pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan kebutuhan siswa.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam pemilihan media pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan kognitif, maupun kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3. Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik dalam memahami konsep-konsep pelajaran biologi, dan melalui penggunaan multimedia diharapkan meningkatkan minat dan motivasi bagi siswa dalam mempelajari biologi, serta merubah cara pandang siswa bahwa pelajaran biologi tidak menarik dan menjenuhkan.
(12)
1.6 Asumsi Dasar
Penelitian ini dilaksanakan dengan anggapan dasar :
1. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa (Mayer dan Moreno, 2005:87).
2. Multimedia mampu memperluas cakrawala berpikir kritis siswa (Bittner dan Tobin dalam Puspita 2008:109).
3. Bahan pelajaran yang menarik perhatian siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan dalam memori (Slameto, 2003:57).
1.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas adalah sebagai berikut:
H1 = Terdapat perbedaan penguasaan konsep, berpikir kritis, dan retensi yang signifikan antara siswa yang belajar melalui program MMI dinamis dengan siswa yang belajar melalui program MMI statis pada konsep sistem reproduksi manusia.
(13)
32 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, karena menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dan menguji hipotesis hubungan sebab akibat. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design yang diadaptasi dari (Fraenkel, 2006; Sugiyono, 2009) sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen T1 X1 T1
Pembanding T2 X2 T2
Keterangan :
T = Penggunaan soal yang sama digunakan untuk pre-test dan post-test X1 = Pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) dinamis/animasi X2 = Pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) statis
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN I Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2010/2011 sebanyak tiga kelas dengan 123 siswa. Pemilihan populasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian dapat dilaksanakan di SMA tersebut karena sudah dilengkapi dengan fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memadai.
(14)
3.2.2 Sampel Penelitian
Teknik sampling yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian adalah cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel yang dipilih dari beberapa kelompok populasi secara acak. Setelah dilakukang pengambilan sampel secara cluster random sampling diperoleh dua kelas, yaitu kelas XI IPA 3 sebanyak 41 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebanyak 41 siswa sebagai kelas pembanding, dari tiga kelas XI IPA yang terdapat di SMAN I Jatiwangi.
3.3 Definisi Operasional
1) Program multimedia interaktif (MMI) dinamis merupakan media pembelajaran dalam bentuk program multimedia yang dibuat dengan software Macromedia Flash 8.0 berupa media visual gerak, yang memuat teks, gambar, garis, simbol, grafik, audio dan video bernarasi yang relevan dengan konsep sisterm reproduksi manusia serta dilengkapi dengan kontrol navigasi. Dalam penelitian ini MMI yang digunakan adalah model tutorial yang bertujuan memberikan pemahaman secara tuntas (mastery learning) kepada siswa mengenai materi pelajaran yang dipelajari.
2) Program multimedia interaktif (MMI) statis merupakan media pembelajaran dalam bentuk multimedia yang dibuat dengan menggunakan program Macromedia Flash 8.0 yang berisi uraian materi (teks), gambar diam bernarasi, simbol, dan grafik yang relevan dengan konsep sistem Reproduksi Manusia serta dilengkapi dengan kontrol navigasi. Untuk lebih jelasnya
(15)
34
mengenai media yang digunakan disajikan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.2
Perbandingan Jenis Multimedia Interaktif (MMI)
Kelas Jenis
Multimedia Konten
Software
untuk Membuat
Media Eksperimen Dinamis Teks, animasi, video, audio,
garis, simbol, grafik, narasi, dan navigasi.
Macromedia Flash 8.0 Pembanding Statis Teks, gambar statis, audio,
garis, simbol, grafik, narasi, dan navigasi
Tabel 3.3
Perbandingan Komposisi Multimedia Interaktif (MMI)
No. Aspek MMI Dinamis MMI Statis
1 Teks 30% 50%
2 Animasi 25% -
3 Audio 5% 5%
4 Video 5% -
5 Gambar Statis 6% 20%
6 Grafik 2% 1%
7 Simbol 7% 10%
8 Narasi 10% 4%
9 Navigasi 10% 10%
3) Penguasaan konsep siswa dalam penelitian ini didefiniskan sebagai kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta sesuai dengan taksonomi Bloom revisi. Penguasan konsep pada penelitian ini diukur dengan tes pilihan ganda.
4) Berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berpikir kompleks yang dilakukan siswa meliputi mencari alasan, mencari alternatif, berpikir terbuka, fokus pada suatu pertanyaan, dan menganalisis argumen pada konsep
(16)
sistem reproduksi. Dalam penelitian ini keterampilan berpikir kritis diukur dengan menggunakan tes keterampilan berpikir kritis dalam bentuk pilihan ganda.
5) Retensi dalam penelitian ini diartikan sebagai penambahan materi yang dipelajari dalam memori (yang tidak dilupakan). Retensi pada penelitian ini diukur setelah tiga minggu pembelajaran.
6) Konsep reproduksi manusia merupakan materi ajar yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator pada kompetensi dasar di KTSP 2006, yang meliputi keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
3.4 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen utama, yaitu: tes pilihan ganda (meliputi pre-tes dan post-tes serta retest), angket, wawancara, dan observasi.
3.4.1 Instrumen Tes
3.4.1.1 Tes Penguasaan Konsep
Langkah penyusunan tes penguasaan konsep adalah penyusunan kisi-kisi, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, meminta pertimbangan satu orang dosen ahli pendidikan dan satu orang dosen ahli bidang materi, serta uji coba soal. Soal yang dibuat terdiri dari 60 butir dalam pentuk pilihan ganda yang difokuskan pada soal penguasaan konsep.
(17)
36
Soal-soal diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas IX sebuah SMA Negeri yang telah mempelajari materi sistem reproduksi untuk diuji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Siswa di sekolah ini dipilih karena berada dalam cluster prestasi yang hampir sama dengan siswa yang menjadi sampel penelitian. Untuk memperoleh nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dilakukan perhitungan sebagai berikut:
1) Validitas
Menurut Arikunto (2006:170), sebuah tes dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment sebagai berikut.
{
2 2}{
2 2}
) ( )
( X N Y Y
X N
Y X XY N rxy
∑ − ∑ ∑
− ∑
Σ Σ − Σ
= (Arikunto, 2006:170)
rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment
N = jumlah subjek penelitian (Number of Cases)
∑xy = jumlah perkalian skor X dan skor Y
∑X = jumlah seluruh skor X
∑Y = jumlah seluruh skor Y
Jika r hitung > r tabel, maka item soal tersebut valid, dan pada keadaan lain, item soal
tersebut tidak valid. 2) Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan suatu instrumen bila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Untuk menguji reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:
(18)
b b r r x r
+ =
1 2
11 (Riduwan, 2005:102)
Dimana:
r11 = reliabilitas instrumen
rb = korelasi Product Moment antara belahan (ganjil-genap) Kriteria yang digunakan:
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Nilai r11 Interpretasi
0,90 r11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,70 r11 < 0,90 Reliabilitas tinggi 0,40 r11 < 0,70 Reliabilitas sedang 0,20 r11 < 0,40 Reliabilitas rendah r11 < 0,20 Reliabilitas sangat rendah 3) Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran atau indeks kesukaran (difficulty index) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 2006:207). Soal dikatakan memiliki indeks kesukaran baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran pada penelitian ini, yaitu:
% 100 × + + =
B A
B A
N N
B B
TK
Keterangan :
TK = indeks tingkat kesukaran satu butir soal tertentu BA = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok A BB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok B Dengan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut :
(19)
38
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai TK Interpretasi
0% - 15% Sangat sukar
16% - 30% Sukar
31% - 70% Sedang
71% - 85% Mudah
86% - 100% Sangat mudah
(To, 1996:11) 4) Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda soal merupakan kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2006: 206). Adapun rumus daya pembeda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
% 100 × − =
A B A
N B B
DP (To, 1996:10)
Keterangan :
DP = Daya pembeda
BA = ∑ Kelompok atas yang menjawab benar BB = ∑ Kelompok bawah yang menjawab benar NA = ∑ Banyaknya peserta tes kelompok atas Dengan kriteria daya pembeda sebagai berikut :
Tabel 3.6
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Nilai Dp Interpretasi Negatif - 9% Sangat buruk
10% - 19% Buruk
20% - 29% Agak baik
30% - 49% Baik
50% ke atas Sangat baik
(20)
Tes konsep dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pre-test, post-test, dan retest (tes ulang) setelah tiga minggu pembelajaran selesai. Pre-test digunakan untuk melihat kondisi awal sampel penelitian, homogenitas, dan normalitas sampel penelitian yang diuji dengan menggunakan software SPSS 18. Sementara tes akhir dilakukan melihat kondisi akhir sampel penelitian setelah diberi perlakuan, serta retest untuk mengetahui retensi siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Soal yang dipergunakan untuk pre-test, post-test, dan retest adalah soal yang sama dengan mengacak pilihan jawaban khusus pada retest.
Dalam pelaksanaannya pengujian validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dilakukan dengan menggunakan software Anates versi 4. Berikut disajikan kisi-kisi instrumen tes penguasaan konsep secara rinci pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi Manusia SK: 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu,
kelainan dan atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.
KD: 3.7. Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi
pembentukan sel kalamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
Indikator Nomor
Soal Jenjang Kognitif 1. Mengidentifikasi struktur dan fungsi
sistem reproduksi laki-laki dan wanita
1 2 3 4 5 6 7 8 9
C1 (prosedural) C3 (konseptual) C2 (konseptual) C3 (prosedural) C4 (faktual) C3 (prosedural) C3 (prosedural) C3 (konseptual) C1 (prosedural)
(21)
40
Indikator Nomor
Soal Jenjang Kognitif 2. Menjelaskan proses pembentukan
sperma dan sel telur
10 14 15 16 17 18 C3 (konseptual) C2 (konseptual) C2 (konseptual) C3 (konseptual) C5 (konseptual) C3 (prosedural) 3. Menguraikan proses ovulasi dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya
11 C4 (konseptual) 4. Menjelaskan peristiwa menstruasi
pada wanita 12 13 19 22 C4 (konseptual) C4 (konseptual) C4 (konseptual) C3 (konseptual) 5. Mengindentifikasi proses fertilisasi,
gestasi dan persalinan
20 21 23 24 25 26 30 31 C3 (prosedural) C3 (konseptual) C3 (prosedural) C3 (prosedural) C2 (konseptual) C4 (konseptual) C4 (konseptual) C2 (konseptual) 6. Menjelaskan alasan pentingnya ASI
bagi bayi.
27 C2 (konseptual) 7. Mendeskripsikan alat kontrasepsi pada
pria dan wanita
28 32
C1 (konseptual) C2 (konseptual) 8. Menjelaskan penyebab terjadinya
kelainan/penyakit yang terkait sisem reproduksi 29 33 34 35 36 37 C5 (konseptual) C4 (konseptual) C4 (konseptual) C2 (konseptual) C4 (konseptual) C5 (konseptual)
Dari 60 soal penguasaan konsep sistem reproduksi manusia yang diujicobakan diperoleh 35 soal yang memiliki hasil yang baik dan 2 soal revisi. Maka dipilih 37 soal yang dapat digunakan dalam penelitian. Berikut disajikan hasil analisis uji coba instrumen penguasaan konsep sistem reproduksi manusia.
(22)
Tabel 3.8
Analisis Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi Manusia
No. Butir Baru No. Butir Asal Daya Pembeda (%) Tingkat Kesukaran (%)
Korelasi Keterangan
1. 9,09
(sangat buruk) 95,00 (sangat mudah) 0,253 (signifikan) Tidak digunakan
1. 2. 45,45
(baik) 72,50 (mudah) 0,351 (s. signifikan) Digunakan
2. 3. 54,55
(sangat baik) 62,50 (sedang) 0,421 (s. signifikan) Digunakan
3. 4. 45,45
(baik) 37,50 (sedang) 0,362 (s. signifikan) Digunakan
4. 5. 54,55
(sangat baik) 45,00 (sedang) 0,399 (s. signifikan) Digunakan
5. 6. 27,27
(agak baik) 37,50 (sedang) 0,262 (signifikan) Revisi
6. 7. 63,64
(sangat baik) 67,50 (sedang) 0,564 (s. signifikan) Digunakan
8. 27,27
(agak baik) 87,50 (sangat mudah) 0,356 (s. signifikan) Tidak digunakan
7. 9. 63,64
(sangat baik) 57,50 (sedang) 0,419 (s. signifikan) Digunakan
8. 10. 63,64
(sangat baik) 67,50 (sedang) 0,596 (s. signifikan) Digunakan
9. 11. 63,64
(sangat baik) 60,00 (sedang) 0,461 (s. signifikan) Digunakan
12. -9,09
(sangat buruk) 47,50 (sedang) -0,123 --- Tidak digunakan
10. 13. 45,45
(baik) 77,50 (mudah) 0,404 (s. signifikan) Digunakan
14. 9,09
(sangat buruk) 80,00 (mudah) 0,115 --- Tidak digunakan
11. 15. 36,36
(baik) 17,50 (sukar) 0,348 (s. signifikan) Digunakan
16. -9,09
(sangat buruk) 25,00 (sukar) -0.090 --- Tidak digunakan
17. 27,27
(agak baik) 62,50 (sedang) 0,191 --- Tidak digunakan
12. 18. 45,45
(baik) 47,50 (sedang) 0,279 (signifikan) Digunakan
19. 18,18
(buruk) 90,00 (mudah) 0,219 --- Tidak digunakan
(23)
42 No. Butir Baru No. Butir Asal Daya Pembeda (%) Tingkat Kesukaran (%)
Korelasi Keterangan
20. -9,09
(sangat buruk) 40,00 (sedang) -0,090 --- Tidak digunakan
13. 21. 36,36
(baik) 30,00 (sedang) 0,348 (s. signifikan) Digunakan
22. 9,09
(sangat buruk) 90,00 (mudah) 0,083 --- Tidak digunakan
23. 0,00
(sangat buruk)
0,00 (sangat sukar)
--- Tidak
digunakan
14. 24. 72,73
(sangat baik) 45,00 (sedang) 0,571 (s. signifikan) Digunakan
15. 25. 36,36
(baik) 67,50 (sedang) 0,302 (signifikan) Digunakan
16. 26. 72,73
(sangat baik) 42,50 (sedang) 0,656 (s. signifikan) Digunakan
17. 27. 36,36
(baik) 35,00 (sedang) 0,312 (signifikan) Digunakan
18. 28. 36,36
(baik) 40,00 (sedang) 0,290 (signifikan) Digunakan
19. 29. 36,36
(baik) 47,50 (sedang) 0,286 (signifikan) Digunakan 30. -27,27
(sangat buruk) 17,50 (sukar) -0,220 --- Tidak digunakan 31. -27,27
(sangat buruk) 7,50 (sangat sukar) -0,350 --- Tidak digunakan
20. 32. 54,55
(sangat baik) 62,50 (sedang) 0,414 (s. signifikan) Digunakan
21. 33. 54,55
(sangat baik) 30,00 (sedang) 0,551 (s. signifikan) Digunakan 34. -45,45
(sangat buruk) 27,50 (sukar) -0,434 --- Tidak digunakan
35. -9,09
(sangat buruk) 70,00 (sedang) -0,048 --- Tidak digunakan
22. 36. 36,36
(baik) 17,50 (sukar) 0,308 (signifikan) Digunakan
23. 37. 36,36
(baik) 55,00 (sedang) 0,341 (s. signifikan) Digunakan
24. 38. 45,45
(baik) 17,50 (sukar) 0,475 (s. signifikan) Digunakan
39. 0,00
(sangat buruk) 22,50 (sukar) 0,033 --- Tidak digunakan
40. 9,09
(sangat buruk) 25,00 (sukar) 0,109 --- Tidak digunakan Tabel Lanjutan
(24)
No. Butir Baru No. Butir Asal Daya Pembeda (%) Tingkat Kesukaran (%)
Korelasi Keterangan
25. 41. 36,36
(baik) 20,00 (sukar) 0,415 (s. signifikan) Digunakan 42. -18,18
(sangat buruk) 37,50 (sedang) -0,091 --- Tidak digunakan
43. 0,00
(sangat buruk) 2,50 (sangat sukar) -0,046 --- Tidak digunakan
26. 44. 36,36
(baik) 45,00 (sedang) 0,272 (signifikan) Digunakan
27. 45. 45,45
(baik) 60,00 (sedang) 0,355 (s. signifikan) Digunakan
46. -9,09
(sangat buruk) 65,00 (sedang) -0,055 --- Tidak digunakan
28. 47. 36,36
(baik) 25,00 (sukar) 0,316 (s. signifikan) Digunakan
48. 27,27
(agak baik) 92,50 (sangat mudah) 0,350 (s. signifikan) Tidak Digunakan
29. 49. 45,45
(baik) 45,00 (sedang) 0,316 (signifikan) Digunakan
30. 50. 36,36
(baik) 20,00 (sukar) 0,312 (signifikan) Digunakan 51. -18,18
(sangat buruk) 30,00 (sedang) -0,106 --- Tidak digunakan
52. 9,09
(sangat buruk) 12,50 (sangat sukar) 0,072 --- Tidak digunakan
31. 53. 45,45
(baik) 25,00 (sukar) 0,453 (s. signifikan) Digunakan
54. 9,09
(sangat buruk) 85,00 (mudah) 0,172 --- Tidak digunakan
32. 55. 63,64
(sangat baik) 75,00 (mudah) 0,466 (s. signifikan) Digunakan
33. 56. 36,36
(baik) 65,00 (sedang) 0,382 (s. signifikan) Digunakan
34. 57. 45,45
(baik) 55,00 (sedang) 0,371 (s. signifikan) Digunakan
35. 58. 63,64
(sangat baik) 50,00 (sedang) 0,487 (s. signifikan) Digunakan
36. 59. 45,45
(baik) 25,00 (sukar) 0,410 (s. signifikan) Digunakan
37. 60. 27,27
(agak baik) 30,00 (sedang) 0,283 (signifikan) Revisi
(25)
44
3.4.1.2 Tes Berpikir Kritis
Tes berpikir kritis dalam penelitian ini diadopsi dari indikator keterampilan berpikir kritis Ennis (1985 dalam Costa, 1985:54-56). Yang meliputi lima indikator berpikir kritis yaitu: 1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); 2) membangun keterampilan dasar (basic support); 3) membuat inferensi (inferenting); 4) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification); dan 5) mengatur strategi dan taktik (strategis and tactics).
Indikator-indikator tersebut kemudian diturunkan dalam bentuk soal keterampilan berpikir kritis pada materi sistem reproduksi manusia kelas XI IPA. Dalam penelitian ini penulis menyusun 25 soal keterampilan berpikir kritis dalam bentuk pilihan ganda beralasan untuk diujikan pada siswa kelas XI IPA sekolah lain yang telah menerima materi tentang sistem reproduksi manusia.
Berikut disajikan kisi-kisi instrumen tes keterampilan berpikir kritis seperti yang tercantum pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis Pre-test dan Post-test
Sub-Indikator Penjelasan Jumlah
Soal
Nomor Soal 1. Menganalisis
Argumen
Mencari persamaan dan
perbedaan 1 1
Mengidentifikasi 1 12
Mengidentifikasi/merumus -kan kriteria untuk mempertimbangkan
jawaban yang memungkinkan
1 16
Mengidentifikasi alasan
yang dinyatakan 2 2, 3
2. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Mengkondisikan logika
(26)
Sub-Indikator
Penjelasan Jumlah
Soal
Nomor Soal 3. Membuat dan
mempertimbangkan nilai keputusan
Memikirkan alternatif
3 4, 7, 14 4. Memfokuskan pada
sebuah pertanyaan
Berfikiran terbuka
4 5, 6, 9, 15 5. Mempertimbangkan
kredibilitas (kriteria suatu sumber)
Mengetahui resiko
2 10, 11 6. Membuat dan
mempertimbangkan nilai keputusan
-
1 13
JUMLAH 16
Soal tes keterampilan berpikir kritis yang telah diujicobakan kemudian dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Dalam pelaksanaanya pengujiannya dilakukan dengan menggunakan software Anates Versi 4.
Dari hasil analisis uji coba diperoleh soal yang berkategori baik sebanyak 16 soal untuk dijadikan instrumen tes keterampilan berpikir kritis. Berikut disajikan analisis uji coba tes keterampilan berpikir kritis.
Tabel 3.10
Analisis Soal Uji Coba Soal Keterampilan Berpikir Kritis No. Butir Baru No. Butir Asal Daya Pembeda (%) Tingkat Kesukaran (%)
Korelasi Keterangan
1. 0,00
(sangat buruk) 17,50 (sukar) 0,067 --- Tidak digunakan
1. 2. 63,64
(sangat baik) 57,50 (sedang) 0,465 (s. signifikan) Digunakan
3. 0,000
(sangat buruk) 35,00 (sedang) 0,107 ---- Tidak Digunakan
4. 18,18
(buruk) 75,00 (mudah) 0,147 ---- Tidak Digunakan
2. 5. 63,64
(sangat baik) 32,50 (sedang) 0,573 (s. signifikan) Digunakan
(27)
46 No. Butir Baru No. Butir Asal Daya Pembeda (%) Tingkat Kesukaran (%)
Korelasi Keterangan
3. 6. 54,55
(sangat baik) 35,00 (sedang) 0,535 (signifikan) Digunakan
4. 7. 54,55
(sangat baik) 42,50 (sedang) 0,412 (signifikan) Digunakan
8. 18,18
(buruk) 30,00 (sedang) 0,142 --- Tidak digunakan
5. 9. 45,45
(baik) 47,50 (sedang) 0,429 (signifikan) Digunakan
6. 10. 27,27
(agak baik) 32,50 (sedang) 0,481 (s. signifikan) Digunakan
7. 11. 45,45
(baik) 40,00 (sedang) 0,543 (s. signifikan) Digunakan
12. 9,09
(buruk) 80,00 (mudah) -0,015 --- Tidak digunakan
13. 45,45
(baik) 55,00 (sedang) 0,190 --- Tidak digunakan
8. 14. 36,36
(baik) 20,00 (sukar) 0,418 (signifikan) Digunakan
15. 27,27
(agak baik) 87,50 (sangat mudah) 0,218 --- Tidak digunakan
9. 16. 63,64
(sangat baik) 25,00 (sukar) 0,482 (signifikan) Digunakan
10. 17. 36,36
(baik) 32,50 (sedang) 0,415 (signifikan) Digunakan
11. 18. 54,55
(sangat baik) 45,00 (sedang) 0,420 (signifikan) Digunakan
19. 9,09
(buruk) 95,00 (sangat mudah) 0,121 --- Tidak digunakan
12. 20. 63,64
(sangat baik) 50,00 (sedang) 0,477 (signifikan) Digunakan
13. 21. 63,64
(sangat baik) 72,50 (mudah) 0,504 (s. signifikan) Digunakan
14. 22. 63,64
(sangat baik) 70,00 (sedang) 0,453 (signifikan) Digunakan
23. 9,09
(buruk) 27,50 (sukar) 0,217 --- Tidak digunakan
15. 24. 54,55
(sangat baik) 52,50 (sedang) 0,451 (signifikan) Digunakan
16. 25. 45,55
(baik) 55,00 (sedang) 0,426 (signifikan) Digunakan Tabel Lanjutan
(28)
3.4.2 Observasi
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas akademik siswa selama melakukan pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif.
3.4.3 Angket
Angket diperguanakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbantuan MMI. Berikut disajikan analisis validitas data angket respon siswa terhadap pembelajar berbantuan multimedia interaktif.
Tabel 3.11
Analisis Validitas Angket
No. Item rhitung rtabel Validitas Keterangan
1 0.430 0.308 Valid Digunakan
2 0.478 0.308 Valid Digunakan
3 0.282 0.308 Invalid Tdk digunakan
4 0.275 0.308 Invalid Tdk digunakan
5 0.283 0.308 Invalid Tdk digunakan
6 0.364 0.308 Valid Digunakan
7 0.417 0.308 Valid Digunakan
8 0.357 0.308 Valid Digunakan
9 0.464 0.308 Valid Digunakan
10 0.422 0.308 Valid Digunakan
11 0.369 0.308 Valid Digunakan
12 0.519 0.308 Valid Digunakan
13 0.290 0.308 Invalid Tdk digunakan
14 0.166 0.308 Invalid Tdk digunakan
15 0.420 0.308 Valid Digunakan
16 -0.106 0.308 Invalid Tdk digunakan
17 0.243 0.308 Invalid Tdk digunakan
18 0.449 0.308 Valid Digunakan
19 0.424 0.308 Valid Digunakan
20 0.228 0.308 Invalid Tdk digunakan
21 0.400 0.308 Valid Digunakan
(29)
48
No. Item rhitung rtabel Validitas Keterangan
23 0.445 0.308 Valid Digunakan
24 0.610 0.308 Valid Digunakan
25 0.435 0.308 Valid Digunakan
26 0.268 0.308 Invalid Tdk digunakan
27 0.552 0.308 Valid Digunakan
28 0.397 0.308 Valid Digunakan
29 0.502 0.308 Valid Digunakan
30 0.641 0.308 Valid Digunakan
3.4.4 Wawancara
Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru untuk memperoleh penjelasan lebih rinci mengenai proses pembelajaran dan yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.
3.5 Prosedur Penelitian
Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi lima langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, persiapan, implementasi, kemudian diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.
3.5.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui proses pembelajaran biologi yang dilakukan di SMA yang menjadi obyek penelitian. Studi ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan utama yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran biologi. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran di kelas, mewawancarai guru biologi dan siswa mengenai pembelajaran biologi yang selama ini dilakukan.
(30)
3.5.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran berbantuan multimedia interaktif (MMI), penguasaan konsep, berpikir kritis, dan retensi. Studi ini dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator-indikator pembelajaran. Dari kajian terhadap SK, KD, dan indikator dirumuskan tujuan pembelajaran dan konsep-konsep dalam sistem reproduksi pada manusia yang akan dituangkan dalam materi pokok.
3.5.3 Perancangan Multimedia Interaktif (MMI) dan Instrumen Penelitian Pengembangan media yang dimaksud adalah suatu usaha menyusun program media pembelajaran yang lebih tertuju pada perencanaan media. Sadiman (dalam Asnawir, 2002:136), mengungkapkan program pengembangan media sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
2. Merumuskan tujuan intruksional (instructional objective) secara operasional dan jelas.
3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang dapat mendukung tercapainya tujuan.
4. Mengembangkan alat ukur keberhasilan. 5. Menulis naskah media.
6. Mengadakan tes dan revisi.
(31)
50
Gambar 3.1 Analisis Pengembangan Bahan Ajar Multimedia (Sumber: Asnawir, 2007)
3.5.4 Uji Coba Instrumen Penelitian dan Multimedia Interaktif
Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen penelitian, dilakukan uji coba instrumen. Instrumen yang diujicobakan adalah soal tes. Selain itu juga media yang digunakan diujicobakan kepada siswa sekolah lain untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan media yang akan digunakan dalam penelitian.
3.5.5 Tahap Implementasi
Setelah diperoleh justifikasi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian kemudia diimplementasikan dalam penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini berupa skor pre-test, post-test, dan retest, serta N-gain bila skor tes awal di kedua kelompok berbeda signifikan setelah diuji menggunakan statistik inferensial.
Analisa Kebutuah (masalah)
Topik
Tujuan
Materi pokok Story board Naskah awal
Evaluasi Revisi Naskah siap
produksi
Produksi Prototipe
Revisi Uji Coba
Program Final
(32)
3.6.1 Perhitungan Gain
Gain merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Gain yang diperoleh dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus N-gain dengan rumus:
pretes maks
pretes post
S S
S S gain N
− − =
− (Meltzer, 2002)
Kriteria tingkat gain : G ≥ 0,7 : tinggi 0,3 ≤g< 0,7 : sedang G < 0,3 : rendah 3.6.2 Skor Retest
Untuk mengetahui retensi siswa dilakukan tes ulang (retest) setelah dua minggu pembelajaran selesai. Adapun skor retest dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% 100 Re
x test Post
test retest
Skor =
(Deese, 1959 dalam Sekarwinahyu, 2008:32)
Skor retensi yang diperoleh dikategori dalam beberapa predikat :
Tabel 3.12
Penafsiran Skor Retensi
Skor Predikat
≥ 80% Sangat baik
70 % - 79% Baik
60 % - 69% Cukup
50% - 59% Kurang
(33)
52
3.6.3 Analisis Skor Tes
Data diolah menggunakan analisis statistik komparatif untuk membandingkan skor siswa di kelas eksperimen dan kelas pembanding.
3.6.3.1 Uji Prasyarat 3.6.3.1.1 Uji Normalitas
Untuk menguji data digunakan uji Kolmogorov-smirnov dengan SPSS versi 18, dengan Ho yaitu skor berasal dari populasi normal berbanding H1 bahwa skor berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Dengan dasar pengambilan keputusan, yaitu jika probabilitas (signifikansi) ≥α, maka Ho diterima; sedangkan jika probabilitas (signifikansi) ≤α, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
3.6.3.1.2 Uji Homogenitas
Setelah diketahui data distribusi normalitas data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan uji Levene menggunakan SPSS versi 18, dengan Ho yaitu skor di kedua kelompok memiliki varians homogen dan H1 bahwa skor di kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dengan dasar pengambilan keputusan, yaitu jika probabilitas (signifikansi) ≥ α, maka Ho diterima; sedangkan jika probabilitas (signifikansi) ≤ α maka Ho ditolak dan H1 diterima.
3.6.4 Uji Hipotesis dengan Uji Beda dua Rata-rata
Uji beda dua rata-rata skor tes pada data yang berdisitribusi normal dan homogen dengan jumlah sampel ≥ 30 uji statistik yang dipakai adalah uji Z (Russefendi, 1998; Koster; 2004, Sudjana, 2005). Adapun langkah-langkah uji Z sebagai berikut:
(34)
1. Menentukan rata-rata hitung kedua kelas 2. Menentukan varians (S2)
3. Menentukan Zhitung
2 2 2 1 2 1 2 1 2
1 ) ( )
( n S n S X X Z + − − −
= µ µ , (µ1 - µ2) diabaikan
(Sudjana, 2005:239) ) 1 ( ) ( 1 1 2 2 1 2 1 − ∑ − ∑ = n n X X n S dan ) 1 ( ) ( 2 2 2 2 2 2 2 − ∑ − ∑ = n n X X n S Keterangan : 1
X = skor rata-rata tes kelas eksperimen
2
X = skor rata-rata tes kelas pembanding S12 = varian skor kelas eksperimen S22 = varian skor kelas pembanding n = jumlah subyek
4. Menentukan Ztabel dengan P(0,05) = 1,96
5. Membandingkan Zhitung dengan Ztabel. Apabila Zhitung < Ztabel, maka H0 diterima, sebaliknya jika Zhitung > Ztabel H0 ditolak.
Bila data terdistribusi tidak normal dan heterog en maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney dengan software SPSS 18 for Windows.
3.6.5 Menghitung Prosentase Angket
% 100 % x sampel Jumlah jawaban Alternatif siswa= (Riduwan, 2009:89)
(35)
54
Tabel 3.13
Tafsiran Kualitatif Angket
Prosentase Kategori
0% Tidak ada
1% - 25% Sebagian kecil
26% - 49% Hampir separuhnya
50% Separuhnya
51% - 75% Sebagian besar
76% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
3.7 Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Untuk menjaring informasi awal penelitian dilakukan observasi ke lapangan. Hasil observasi digunakan untuk melakukan identifikasi masalah, selanjutnya melakukan studi literatur, menyusun instrumen dan media, melakukan uji coba serta revisi, kemudia melakukan penelitian. Data hasil penelitian diolah sehingga diperoleh kesimpulan. Secara rinci, tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 3.2.
(36)
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian Masalah
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Kajian dan Analisis Kurikulum Kajian Multimedia Interaktif
(MMI), Penguasaan konsep, Berpikir Kritis dan Retensi
Penyusunan Instrumen & Media
Uji Coba & Validasi Instrumen & Media
Revisi instrumen / Media
Pre Test (Tes Awal)
Kelas Eksperimen Kelas
Pembanding
Observasi MMI Dinamis Observasi
MMI
Statis Post Test
(Tes Akhir)
Retest (Tes Ulang)
Angket
Angket Analisis Data
(37)
93 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penguasaan konsep siswa tentang sistem reproduksi manusia yang belajar menggunakan MMI dinamis lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan bantuan MMI statis. Berdasarkan pengujian N-gain diperoleh nilai indeks N-gain kelas MMI dinamis sebesar 0,50, dan kelas MMI statis memperoleh indeks gain sebesar 0,34 keduanya pada kategori sedang. Secara umum penggunaan MMI dinamis lebih efektif diterapkan pada kelompok siswa dengan kemampuan sedang dan rendah sedangkan pada kelas MMI statis penggunaan MMI memberikan efek yang hampir sama pada semua kelompok siswa.
Keterampilan berpikir kritis pada kelas yang belajar dengan MMI dinamis lebih berkembang dari kelas yang belajar dengan bantuan MMI statis. Dari pengujian dengan N-gain diperoleh harga indeks 0,51 pada kelas MMI dinamis, dan harga indeks gain 0,21 (kategori rendah) pada MMI statis. Penggunaan MMI memberikan kontribusi terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan kategori sedang dan tinggi pada hampir semua indikator berpikir kritis pada kelas MMI dinamis dan peningkatan dengan kategori rendah dan sedang pada kelas MMI statis.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan MMI terhadap retensi siswa pada konsep sistem reproduksi manusia antara siswa yang belajar dengan MMI dinamis dan MMI statis.
(38)
Respon siswa tentang pembelajaran berbantuan MMI menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan setuju terhadap semua indikator angket tentang pembelajaran berbantuan MMI. Artinya siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran berbantuan MMI.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan MMI dalam pembelajaran biologi, peneliti menyarankan beberapa hal :
5.2.1 Penggunaan animasi dengan kualitas yang lebih baik, yaitu dengan menggunakan animasi 3D (tiga dimensi) untuk memperjelas proses/urutan kejadian yang ingin dideskripsikan.
5.2.2 Tes berpikir kritis sebaiknya dilakukan dengan tipe soal yang lebih bervariasi, yaitu dengan memberikan tes pilihan ganda dan juga tes essay untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa agar lebih akurat, bukan hasil jawaban menebak.
5.2.3 Perlu pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini misalnya dengan menggunakan media lain sebagai pembanding seperti gambar poster, dan buku teks untuk membandingkan retensi yang diperoleh siswa dari perlakuan yang berbeda.
5.2.4 Perlu adanya paparan narasi suara yang lebih banyak untuk membantu siswa dengan tipe belajar auditorial dalam mempelajari materi dengan bantuan MMI.
(39)
95
5.2.5 Harus dilakukan pengkajian lebih mendalam tentang efektifitas penggunaan animasi pada MMI. Apakah animasi yang lebih efektif hanya karena mereka lebih menarik untuk siswa dari teks sederhana atau grafis statis, atau benar-benar mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dengan bantuan animasi ?.
5.2.6 Mekanisme hormonal yang tidak dapat dijelaskan secara nyata sebaiknya lebih ditonjolkan dalam bentuk animasi sehingga konsep yang abstrak tersebut bisa divisualisasi melalui program multimedia.
(40)
96
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Anderson, & Krathwhol. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Longman
Ariasdi. (2008). Panduan Pengembangan Multimedia. Tersedia di:www.endangmuhtadin.wordpress.com [diakses tanggal 25 Maret 2011] Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
Asnawir, &Usman, M.B. (2002). Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press. Campbell, A.N, Reece, B.J, dan Mictchel, G.L. (2004). Biologi Edisi 5 Jilid 3.
Jakarta: Erlangga
Costa, A.L. (1985). Developing Minds: A Resource Book fot Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2007). Pendidikan Sains di Indonesia Berdasarkan Hasil PISA. Tersedia di www.blogwordpress.com [diakses 7 Februari 2011].
De Porter, J. (2000). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa-Mizan
Ennis, R. H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia:ASDC
Faizin, M.N. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Mulitmedia Interaktif (MMI) pada Konsep Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa. Tesis SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
(41)
97
Fraenkel, J.C, and Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill, inc.
Guilford, J.P. (1982). Psychometric Method. New York: McGraw-Hill Company Inc.
Herlanti, K. (2005). Analisis dan Pemahaman Retensi Siswa SMP, Penggunaan Wacana Multimedia “Berpetualang Bersama Mendel”. (Kajian Terhadap Teori Reduksi Didaktif dan Pedagogi Materi Subyek). Tesis SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Inch, E. S. et al., (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument 5th Edition. Boston: Pearson Education, Inc
Karyadinata, R. (2006). Aplikasi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SMA. Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Liliasari. (2009). “Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalitas Guru”. Proceding Seminar UPI
Lowe, R. K. (2003). Animation and Learning: Selective Processing Of Information in Dynamic Graphics. Learning Instruction 13, 157–176. Matlin, M.W. (2003). Cognition Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc Marzano, R.J. (1988). Dimensions of Thinking: A Frame work for Curriculum and
Instruction. Alexandria, Virginia USA: Assosiation for Supervision and Curriculum Development
Mayer, R. E. & Moreno, R. (2005). "Animations as an Aid to Multimedia Learning." Educational Psychology Review 14(1): 87-99.
McClean, et al., (2005). Molecular and Cellular Biology Animations: Development and Impact on Student Learning. Cell Biol. Educ. 4, 169–179. Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Physics: A Posibble “Hidden Variable” in Diagnostic Pretes Scores. tersedia di http://ojps.ajp.org/ajp/hotml [diakses
20 Desember 2010]
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: Remaja Rosda Karya.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta
(42)
O’Day, D. H. (2007). “The Value of Animations in Biology Teaching: A Study of Long-Term Memory Retention”. CBE-Life Science Education. 26, 217-223. Potyrala, K. (2006). “ICT Tools In Biology Education”. CBE-Life Science
Education 6 (2)
Pratiwi, D. A et al., (2006). Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Puskur, (2007). Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
http:www.puskur.net [diakses 20 Desember 2010]
Puspita, G.N. (2010). Penggunaan Program Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Biologi. Tersedia :www.gitabiology@blogspot.com [diakses 7 Februari 2011]
Puspita, G.N (2008). Penggunaan Multimedia Interaktif pada Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik, dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX. Tesis SPs UPI : Tidak Diterbitkan
Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Rusman.(2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ruseffendi, E.T (1998). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press
Sanger, M. J., Brecheisen, D. M. and Hynek, B. M. (2001). "Can computer Animations Affect College Biology Students' Conceptions about Diffusion & Osmosis ?" The American Biology Teacher 63(2): 104-109.
Sekarwinahyu, M. (2006). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) Interaktif terhadap Pemahaman dan Retensi Mahasiswa Pada Konsep Subtansi Hereditas dan Sintesis Protein. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Setyono, B. et al. (2006). Multimedia Pembelajaran Berbasis Macromedia Authorware 6.0 CAI. Yogyakarta: Ardana Media.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suara Merdeka. (2010). Pemanfaatan TIK di Sekolah Sangat Rendah. Tersedia di http://suaramerdeka.com diakses [04 Juli 2011].
(43)
99
Subana & Sudrajat. (2002). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhadah, B. (2003). The Rule Of IT/ICT Supporting The Implementation Of Competency-Based Curriculum. Bandung: JICA.
Sukmana, R. W. (2008). Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Multimedia Ilustrasi Statis dan Animasi pada Pembelajaran Reproduksi Sel. Tesis SPs UPI : Tidak Diterbitkan
Surapranata, S. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda Karya.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Syamsuri, et. al., (2007). Biologi untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga
Tapilouw. F & Setiawan, W. (2008). “Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf)”. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. 1, (2), 19-26.
To, K. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES. Bandung: IKIP Bandung
Uyanto, S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Wahidin. (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga
Buana.
Wirawan, J. A. (2010). Memory/ Ingatan. Dapat di akses di http://mechatenz.wordpress.com/2010/06/16/memory-ingatan/ diakses [04 Juli 2011].
Yarden, A. (2006). “Supporting Learning Biotechnological Methods Using Interactive and Task Included Animations”. CBE-Life Science Education 1, (2), 131-135
(1)
Respon siswa tentang pembelajaran berbantuan MMI menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan setuju terhadap semua indikator angket tentang pembelajaran berbantuan MMI. Artinya siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran berbantuan MMI.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan MMI dalam pembelajaran biologi, peneliti menyarankan beberapa hal :
5.2.1 Penggunaan animasi dengan kualitas yang lebih baik, yaitu dengan menggunakan animasi 3D (tiga dimensi) untuk memperjelas proses/urutan kejadian yang ingin dideskripsikan.
5.2.2 Tes berpikir kritis sebaiknya dilakukan dengan tipe soal yang lebih bervariasi, yaitu dengan memberikan tes pilihan ganda dan juga tes essay untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa agar lebih akurat, bukan hasil jawaban menebak.
5.2.3 Perlu pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini misalnya dengan menggunakan media lain sebagai pembanding seperti gambar poster, dan buku teks untuk membandingkan retensi yang diperoleh siswa dari perlakuan yang berbeda.
5.2.4 Perlu adanya paparan narasi suara yang lebih banyak untuk membantu siswa dengan tipe belajar auditorial dalam mempelajari materi dengan bantuan MMI.
(2)
95
5.2.5 Harus dilakukan pengkajian lebih mendalam tentang efektifitas penggunaan animasi pada MMI. Apakah animasi yang lebih efektif hanya karena mereka lebih menarik untuk siswa dari teks sederhana atau grafis statis, atau benar-benar mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dengan bantuan animasi ?.
5.2.6 Mekanisme hormonal yang tidak dapat dijelaskan secara nyata sebaiknya lebih ditonjolkan dalam bentuk animasi sehingga konsep yang abstrak tersebut bisa divisualisasi melalui program multimedia.
(3)
96
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Anderson, & Krathwhol. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and
Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New
York: Longman
Ariasdi. (2008). Panduan Pengembangan Multimedia. Tersedia
di:www.endangmuhtadin.wordpress.com [diakses tanggal 25 Maret 2011]
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
Asnawir, &Usman, M.B. (2002). Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press. Campbell, A.N, Reece, B.J, dan Mictchel, G.L. (2004). Biologi Edisi 5 Jilid 3.
Jakarta: Erlangga
Costa, A.L. (1985). Developing Minds: A Resource Book fot Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2007). Pendidikan Sains di Indonesia Berdasarkan Hasil PISA. Tersedia di www.blogwordpress.com [diakses 7 Februari 2011].
De Porter, J. (2000). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa-Mizan
Ennis, R. H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum Developing Minds:
A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia:ASDC
Faizin, M.N. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Mulitmedia Interaktif
(MMI) pada Konsep Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa. Tesis SPS UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan.
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
(4)
97
Fraenkel, J.C, and Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill, inc.
Guilford, J.P. (1982). Psychometric Method. New York: McGraw-Hill Company Inc.
Herlanti, K. (2005). Analisis dan Pemahaman Retensi Siswa SMP, Penggunaan
Wacana Multimedia “Berpetualang Bersama Mendel”. (Kajian Terhadap Teori Reduksi Didaktif dan Pedagogi Materi Subyek). Tesis SPS UPI
Bandung: Tidak Diterbitkan.
Inch, E. S. et al., (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of
Reason in Argument 5th Edition. Boston: Pearson Education, Inc
Karyadinata, R. (2006). Aplikasi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
Matematika Sebagai Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SMA. Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Liliasari. (2009). “Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalitas Guru”. Proceding Seminar UPI
Lowe, R. K. (2003). Animation and Learning: Selective Processing Of Information in Dynamic Graphics. Learning Instruction 13, 157–176. Matlin, M.W. (2003). Cognition Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc Marzano, R.J. (1988). Dimensions of Thinking: A Frame work for Curriculum and
Instruction. Alexandria, Virginia USA: Assosiation for Supervision and
Curriculum Development
Mayer, R. E. & Moreno, R. (2005). "Animations as an Aid to Multimedia Learning." Educational Psychology Review 14(1): 87-99.
McClean, et al., (2005). Molecular and Cellular Biology Animations: Development and Impact on Student Learning. Cell Biol. Educ. 4, 169–179. Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Physics: A Posibble “Hidden Variable” in Diagnostic Pretes Scores. tersedia di http://ojps.ajp.org/ajp/hotml [diakses
20 Desember 2010]
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: Remaja Rosda Karya.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
(5)
O’Day, D. H. (2007). “The Value of Animations in Biology Teaching: A Study of Long-Term Memory Retention”. CBE-Life Science Education. 26, 217-223. Potyrala, K. (2006). “ICT Tools In Biology Education”. CBE-Life Science
Education 6 (2)
Pratiwi, D. A et al., (2006). Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Puskur, (2007). Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
http:www.puskur.net [diakses 20 Desember 2010]
Puspita, G.N. (2010). Penggunaan Program Multimedia Interaktif dalam
Pembelajaran Biologi. Tersedia :www.gitabiology@blogspot.com [diakses
7 Februari 2011]
Puspita, G.N (2008). Penggunaan Multimedia Interaktif pada Pembelajaran
Konsep Reproduksi Hewan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik, dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX. Tesis SPs UPI :
Tidak Diterbitkan
Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta
Rusman.(2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ruseffendi, E.T (1998). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press
Sanger, M. J., Brecheisen, D. M. and Hynek, B. M. (2001). "Can computer Animations Affect College Biology Students' Conceptions about Diffusion & Osmosis ?" The American Biology Teacher 63(2): 104-109.
Sekarwinahyu, M. (2006). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)
Interaktif terhadap Pemahaman dan Retensi Mahasiswa Pada Konsep Subtansi Hereditas dan Sintesis Protein. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan
Setyono, B. et al. (2006). Multimedia Pembelajaran Berbasis Macromedia
Authorware 6.0 CAI. Yogyakarta: Ardana Media.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suara Merdeka. (2010). Pemanfaatan TIK di Sekolah Sangat Rendah. Tersedia di http://suaramerdeka.com diakses [04 Juli 2011].
(6)
99
Subana & Sudrajat. (2002). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhadah, B. (2003). The Rule Of IT/ICT Supporting The Implementation Of
Competency-Based Curriculum. Bandung: JICA.
Sukmana, R. W. (2008). Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan
Multimedia Ilustrasi Statis dan Animasi pada Pembelajaran Reproduksi Sel.
Tesis SPs UPI : Tidak Diterbitkan
Surapranata, S. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda Karya.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Syamsuri, et. al., (2007). Biologi untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga
Tapilouw. F & Setiawan, W. (2008). “Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf)”. Jurnal Pendidikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. 1, (2), 19-26.
To, K. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer
ANATES. Bandung: IKIP Bandung
Uyanto, S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Wahidin. (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga
Buana.
Wirawan, J. A. (2010). Memory/ Ingatan. Dapat di akses di http://mechatenz.wordpress.com/2010/06/16/memory-ingatan/ diakses [04 Juli 2011].
Yarden, A. (2006). “Supporting Learning Biotechnological Methods Using Interactive and Task Included Animations”. CBE-Life Science Education 1, (2), 131-135