PENERAPAN MODEL RESPONS DAN ANALISIS DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah satu bentuk sistem tanda karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati serta selanjutnya dimanfaatkan, antara lain untuk mengembangkan wawasan kehidupan. Pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi. Oleh karena itu, pembelajaran sastra haruslah bersifat apresiatif. Sebagai konsekuensinya, pengembangan materi pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran dalam silabus haruslah lebih menekankan kegiatan yang bersifat apresiatif. Hal tersebut bukan saja tercantum dalam silabus, tapi yang terpenting adanya penerapan dalam kehidupan proses belajar mengajar.

Rusyana (1991 : 2) mengungkapkan bahwa unsur apresiasi itu merupakan suatu tujuan pembinaan yang sangat diutamakan hasilnya, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

’Tujuan apresiasi itu antara lain agar karya-karya puisi yang bersifat imajinatif, kreasi, dan estetis dalam menginterpretasikan kehidupan yang mempergunakan sarana bahasa sebagai medianya harus mampu disajikan dengan lebih berhasil dalam PBM yang apresiatif di dalam dan di luar kelas. Karena sastra sebagai seni, kegiatan kreatif manusia merupakan pengalaman jiwa yang diterjemahkan ke dalam medium bahasa’.

Hingga saat sekarang, pengajaran sastra di SMA masih merupakan bagian dari pengajaran Bahasa Indonesia. Di samping itu, guru kurang berkesempatan melengkapi diri dengan pengalaman sastra. Akibatnya, materi pengajaran lebih


(2)

menekankan teori dan sejarah sastra, tinimbang apresiasi sastra (Oemarjati, 1987 : 1). Menurut Badudu (1988 : 71) pengajaran sastra seharusnya lebih ditekankan pada menimbulkan apresiasi sastra daripada pengetahuan teori saja. Teori memang harus diberikan, tetapi bukanlah yang dipentingkan.

Hasil pengajaran apresiasi sastra di SMA hingga sekarang masih dianggap kurang berhasil atau belum mencapai tujuan akhir pengajaran sastra yang diharapkan (Rusyana, 1990 : 41). Hal ini terungkap dalam setiap ada Pertemuan Ilmiah Nasional Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Pilnas HISKI) baik dalam Pilnas HISKI kedua di Denpasar, ketiga di Malang, keempat di Bandung maupun kelima di Bogor. Para pemakalah masih selalu mengemukakan masalah pengajaran apresiasi yang dianggap belum mencapai harapan pengajaran.

Nadeak (1985 : 42) juga mengungkapkan bahwa ketidakmantapan pengajaran apresiasi sastra umumnya terjadi karena siswa hanya dapat menyebutkan judul buku, nama pengarang, dan ikhtisar isi. Secara tradisional, pengajaran sastra lebih menekankan segi-segi biografi dan sejarah sastra daripada melatih siswa untuk membaca teks secara kritis atau dengan penikmatan (Holden, 1985 : 105). Menurut Rosidi (1983 : 39) bahwa pengajaran sastra yang hanya akan membuat para pelajar hafal akan judul buku, dan nama pengarang, meskipun sampai ngelotok tetapi tidak pernah mendapat keterampilan untuk membaca karya-karya sastranya sendiri adalah sia-sia. Sesuai dengan pernyataan di atas, Rusyana (1991 : 16) mengungkapkan bahwa pengajaran apresiasi puisi secara umum dan tradisional lebih banyak berpusat pada hafalan atau bersifat teoritis,


(3)

3

dan bukan bertolak dari empiris membaca karya sastra, seperti membaca hasil karya puisi, prosa, dan drama.

Iskandarwassid (2004 : 2) mengungkapkan bahwa kekhawatiran para ahli tentang mutu pengajaran sastra di sekolah-sekolah rupanya telah muncul sejak lama, dikemukakan dalam diskusi-diskusi atau seminar-seminar, kemudian usaha-usaha untuk mengatasinya tampaknya belum memuaskan benar. Kongres Bahasa Indonesia IV yang diadakan pada tahun 1983 di Jakarta antara lain mencatat kesimpulan yang menyatakan bahwa ”pengajaran sastra di sekolah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pengajaran bahasa belum mencapai tujuan yang sesuai dengan fungsinya sebagai pengembang wawasan nilai kehidupan dan kebudayaan”. Disamping kesimpulan itu, kongres juga mencantumkan saran yang sangat berharga, yaitu agar pengajaran sastra di sekolah-sekolah bertumpu pada tiga segi, yaitu karya sastra, teori sastra, dan teori pendidikan. Saran agar bertumpu pada karya sastra, pada waktu itu diutarakan dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran sastra yang cenderung hanya mengarah pada aspek pengetahuan.

Tujuan pengajaran sastra memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan tujuan pengajaran lain, termasuk dengan pengajaran bahasa sendiri. Oleh karena itu, dalam usaha pencapaiannya akan menuntut corak kegiatan belajar mengajar yang berlainan, menuntut ditemukannya model-model pengajaran sastra yang lebih efektif dan efisien. Pada tahap ini peranan guru sangat besar. Guru sastra perlu memahami benar bahwa tujuan pengajaran sastra di sekolah yang paling utama ialah agar siswa memiliki pengalaman bersastra. Cukup sederhana


(4)

memang, namun memilih dan mengembangkan macam-macam kegiatan belajar mengajar yang mengarah ke tujuan itu memerlukan pertimbangan secara seksama. Lalu, apakah tujuan pengajaran agar siswa memiliki pengetahuan tentang sastra jadi tidak penting? Bukan tidak penting, melainkan difungsikan (aplikatif), menjadi pengetahuan siap. Bahkan dalam pelaksanaannya pengetahuan tentang sastra itu bisa disimpulkan atau ditemukan sendiri berdasarkan hasil pengalaman membaca karya-karya sastra (induktif).

Dalam rangka mengurangi permasalahan atau merupakan usaha perbaikan dalam pengajaran sastra, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah berusaha mengadakan perbaikan, perubahan, dan mengupayakan peningkatan pengajaran sastra Indonesia. Upaya pembaharuan itu telihat pada unsur-unsur pengajaran, seperti pengadaan penataran guru, seminar, MGMP, Pelatihan Peningkatan Profesionalisme dan Mutu Guru, perbaikan kurikulum, GBPP atau silabus, pengadaan bahan pelajaran (buku ajar dan pegangan guru), dan buku sumber, serta sarana penunjang PBM lainnya. Demikian halnya dengan masalah pelaksanaan kegiatan pembinaan pengajaran apresiasi puisi ini.

Berdasarkan hal tersebut di atas, usaha-usaha menuju perbaikan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran puisi akan tetap diperlukan. Perbaikan yang menyeluruh dan sekaligus tampaknya sangat sulit dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu ditentukan salah satu faktor yang diperkirakan mendesak. Faktor yang dimaksud adalah model pembelajaran.

Aktivitas dan kreativitas bersastra siswa sebagai pembaca dengan karya sastra (termasuk bentuk puisi) diperlihatkan oleh respons yang timbul. Dalam


(5)

5

kegiatan PBM pengajaran apresiasi puisi, kegiatan merespons ini akan menyertakan beberapa keterampilan yang ada pada siswa dalam PBM sehingga pengajaran mengapresiasi puisi dapat diklasifikasikan sebagai pengajaran terpadu.

Dalam kegiatan belajar mengajar pada umumnya peranan guru masih dominan, kemampuan, sarana, dan waktu yang tersedia masih sangat terbatas. Bahkan penekanan pada penguasaan teori dan sejarah sastra oleh guru dalam PBM disebabkan oleh tujuan belajar siswa untuk tujuan pencapaian kelulusan, target kurikulum, target naik kelas dan sebagainya. Dengan peran guru yang masih dominan dalam PBM, ternyata pengajaran secara tradisional dengan menggunakan metode ceramah merupakan model yang paling banyak dipergunakan guru sastra. Metode ceramah (Lecture methods) (Gage, 1983 : 448) ini masih dianggap mempunyai kemantapan oleh beberapa pengajar hingga saat sekarang ini. Nasution (1988 :125) menganggap metode ini masih bermanfaat dalam PBM mengingat siswa SMA dianggap belum cukup matang untuk belajar mandiri.

Kurangnya model dalam pembelajaran apresiasi sastra yang mungkin dapat mengarahkan kurangnya pengalaman bersastra di kalangan siswa, disebabkan pada pelaksanaan pembelajaran mungkin kadang-kadang didasarkan pada pertimbangan kepraktisan, tuntutan ujian, target pencapaian meteri, dan sebagainya. Alhasil, pertimbangan itu membawa konsekuensi pada hasil pembelajaran sastra yang selama ini dikeluhkan para ahli, yaitu tidak terwujudnya kemampuan apresiasi siswa.


(6)

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu diupayakan pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi yang lebih mendekati harapan yang dimaksud oleh pengertian apresiasi itu sendiri. Dengan demikian, penelitian yang direncanakan ini berupaya mengambil topik tentang pembelajaran apresiasi puisi dengan bertumpu pada pengalaman peserta didik sebagai pembaca karya puisi, yang menekankan pembelajaran dengan penerapan Model Respons dan Analisis dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mempertimbangkan bahwa Model Respons dan Analisis dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi ini lebih berkaitan dengan pengertian hakikat dan tujuan pengajaran sastra, maka peneliti merasa tertarik untuk menerapkannya dengan obyek karya puisi pada siswa SMA Negeri 1 Haurgeulis Kabupaten Indramayu.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah penelitian tersebut di atas, maka berikut ini dikemukakan rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah hasil pembelajaran apresiasi puisi sebelum dan sesudah

dengan menerapkan Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi?

2) Bagaimanakah keefektifan pembelajaran apresiasi puisi dengan menerapkan Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi?

3) Bagaimanakah signifikansi perbedaan hasil belajar dengan menerapkan Model Respons dan Analisis dengan Model Konvensional dalam pembelajaran apresiasi puisi?


(7)

7

1.3. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1) Mengetahui konsepsi teoretis tentang Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran Apresiasi puisi.

2) Mengetahui gambaran hasil pembelajaran apresiasi puisi dengan menerapkan Model Respons dan Analisis.

3) Mengetahui signifikansi hasil belajar yang diperoleh dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan menerapkan Model Respons dan Analisis dan Model Konvensional.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:

Manfaat secara teoretis yaitu sebagai berikut:

1) Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi. 2) Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan tentang model pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi. 3) Penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi.


(8)

Manfaat secara praktis yaitu sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam menentukan model pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tingkat keefektifan Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi.

1.5. Anggapan Dasar

Anggapan yang mendasari penelitian ini berkenaan dengan pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi yaitu sebagai berikut:

1) Salah satu usaha untuk menumbuhkembangkan dan membina apresiasi sastra siswa dalam hal ini apresiasi puisi yaitu dapat dilakukan dengan adanya respons dalam pembelajaran.

2) Dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi, model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan kualitas hasil pembelajaran.

3) Penerapan Model Respons dan Analisis dan Model Konvensional terdapat perbedaan baik dalam perencanaan, tujuan, PBM maupun hasil yang ingin dicapai.


(9)

9

4) Keefektifan pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi antara penerapan Model Respons dan Analisis dengan Model Konvensional tidak sama.

5) Untuk mengetahui keberadaan kualitas hasil pembelajaran apresiasi puisi dengan menerapkan kedua model tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan mengapresiasi puisi.

1.6. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan anggapan dasar tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini yaitu ”Terdapat perbedaan hasil pembelajaran yang menerapkan model respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan yang tidak menggunakan model respons dan analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi di SMA Negeri 1 Haurgeulis Kabupaten Indramayu”.

”Tidak ada perbedaan hasil pembelajaran yang menerapkan model respons dan analisis dalam pembelajaran apresiaasi puisi dengan yang tidak menggunakan model respons dan analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi di SMA Negeri 1 Haurgeulis Kabupaten Indramayu”.

1.7. Definisi Operasional

Untuk lebih memudahkan dalam memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian, berikut definisi operasional penelitian ini yaitu :

Implementasi yaitu pelaksanaan atau penerapan (KBBI, 1996:374). Model yaitu pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan


(10)

(KBBI, 1996:662). Respons yaitu tanggapan, reaksi, jawaban (KBBI, 1996:838). Analisis yaitu penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya) (KBBI, 1996:37). Pembelajaran yaitu suatu proses belajar mengajar yang saling berinteraksi antara murid dengan guru dalam membahas materi pelajaran. Apresiasi yaitu kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya. Penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu (KBBI, 1996:53). Puisi yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait (KBBI, 1996:794). Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu suatu lembaga pendidikan umum sebagai kelanjutan dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penerapan model pembelajaran di lembaga pendidikan umum yang berfokus pada aktivitas siswa untuk melakukan respons terhadap puisi berdasarkan penilaian, tanggapan pribadinya, respons siswa yang bersifat subjektif dimanfaatkan untuk mengenali, mengkaji, memahami, menghargai, dan menganalisis puisi bersama-sama siswa dan guru, pengalaman berpuisi diperoleh melalui tanggapan siswa sendiri.


(11)

72 BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Penelitian Eksperimen Semu

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. Sukmadinata (2005:5) mengungkapkan bahwa secara umum, penelitian sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu) menurut Fraenkel dan Wallen (dalam Syamsuddin & Vismaia, 2006:162) yaitu, (1) rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol (The Randomized Posttest-Only Control group Design), (2) rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol (The Randomized-Only Control group Design), (3) rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan (A Three-Treatment counter Balanced), (4) rancangan rangkaian waktu (A Basic Time-series Design), dan (5) rancangan faktorial (Factorial design).

Dalam penelitian pembelajaran apresiasi puisi ini, peneliti memakai rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol.


(12)

Adapun rancangan penelitian ini terlihat pada gambar seperti berikut. Treatment group R O X1 O

Control group R O X2 O

(Fraenkel dan Wallen, 1993:250). Dalam pelaksanaan penelitian ini, faktor-faktor luar itu tidak akan diperhitungkan kecuali memperhatikan hasil belajar berdasarkan pemberian perlakuan tersebut. Faktor-faktor luar yang dimaksud yaitu, 1) Faktor motivasi atau suasana hati siswa selama mengikuti PBM dan mengikuti postes. 2) Faktor keadaan tempat tinggal dan lingkungan belajar siswa, baik yang tinggal bersama keluarga maupun tidak. 3) Faktor ekonomi dan latar belakang kehidupan keluarga siswa. 4) Faktor keterampilan berbahasa siswa selama PBM dan kegiatan berdiskusi. 5) Faktor situasi dan kondisi belajar siswa di sekolah.

Dalam penelitian ini, peneliti tetap memperhatikan ketentuan yang ada yaitu, 1) Kejelasan rancangan serta hasil statistiknya. 2) Kejelasan menetapkan model perlakuan yang dieksperimenkan. 3) Pengadaan kelompok yang dieksperimenkan (kelompok eksperimen) dan kelompok pembanding (kelompok kontrol), serta 4) Ketelitian dan kejelian peneliti dalam mengendalikan diri dari situasi eksperimen, agar jelas terbukti bahwa hasilnya itu bukan karena faktor-faktor luar atau situasi dari subjek peneliti sendiri.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi sehingga apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai.


(13)

74

3.1.2 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model respons dan analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi. Model respons dan analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi ini diterapkan pada kelompok eksperimen.

3.1.3 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran apresiasi puisi atau setelah adanya perlakuan pembelajaran, yang berupa pemahaman apresiasi puisi yang diukur dengan tes prestasi belajar.

3.1.4 Populasi Penelitian

Populasi adalah kumpulan dari sejumlah elmen. Elmen tersebut bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain (Sujana, 2001:84). Dalam pengertian populasi penelitian ini terkandung empat hal pokok, yaitu isi, kesatuan atau unit, tempat atau ruang dan waktu. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

− Prestasi akademik atau kelas XI sebanyak 241 siswa adalah isinya − SMA Negeri adalah unit atau kesatuannya

− Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu adalah ruang atau tempat − Semester II tahun pelajaran 2006-2007 adalah waktu

Jadi, populasi sasaran dalam penelitian ini adalah kelas XI sebanyak 241 siswa SMA Negeri 1 Haurgeulis Indramayu semester II tahun pelajaran 2006-2007.


(14)

3.1.5 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kelompok atau kelas. Pemilihan kelas sampel dilakukan berdasarkan strata-strata tertentu, yaitu berdasarkan atas jumlahnya sama besar, keadaannya sama dan seimbang. Selanjutnya penentuan sampel diberikan tes pretes, hasil skornya dipergunakan untuk membagi sampel atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Jadi, sampel sasaran dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA sebanyak 80 siswa SMA Negeri 1 Haurgeulis Indramayu semester II tahun pelajaran 2006-2007.

3.2 Teknik Penelitian 3.2.1 Instrumen Penelitian

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh intrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.

Data penelitian ini berupa pemahaman siswa terhadap apresiasi puisi mencakup unsur-unsur yang membangun puisi dengan kriteria penilaian berdasarkan aspek: 1) pemahaman unsur tema, 2) pemahaman unsur rasa, 3) pemahaman unsur nada, 4) pemahaman unsur amanat, 5) pemahaman unsur pilihan kata, 6) pemahaman unsur pengimajian, 7) pemahaman unsur kata-kata konkret, 8) pemahaman unsur pengiasan dan gaya bahasa, 9) pemahaman unsur irama atau ritma, 10) pemahaman unsur rima, unsur bunyi.

Dalam penelitian ini prestasi belajar ditempatkan sebagai variabel terikat atau variabel respons, yakni variabel yang terjadi sebagai akibat dari suatu


(15)

76

perlakuan tertentu (variabel bebas). Tes prestasi belajar mengukur penguasaan atau abilitas tertentu sebagai hasil dari proses belajar.

Tes buatan peneliti sekalipun tidak baku dapat digunakan dalam penelitian ini karena sebelum dipergunakan sebagai pretes dan postes telah diuji kelayakannya sebagai tes yang baik. Subino (1987:45) dan Irianto (1988:140) mengungkapkan bahwa tes yang baik adalah tes yang ditandai oleh validitas (kesahihan), reliabilitas (keterandalan/keajegan), daya beda, dan tingkat kesukaran.

Bentuk tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Jumlah soal sebanyak 40 butir soal, yang terdiri atas materi, 1) puisi ”Karangan Bunga” karya Taufik Ismail puisi, 2) puisi ”Diponegoro” karya Chairil Anwar, 3) puisi ”Menyesal” karya Ali Hasjmy, dan 4) puisi ”Teratai” karya Sanusi Pane.

3.2.2 Pengumpulan Data Penelitian

Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu / kelompok (Riduan, 2005:105).

Prosedur pengumpulan data penelitian ini dengan melaksanakan tes, yaitu tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir, bentuk tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Jumlah soal sebanyak 40 butir soal, dan relevansinya tetap mengacu pada bahan puisi yang diajarkan.


(16)

Tes tersebut sebagai tes prestasi (achievement test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dibahas dalam kajian pengolahan data.

3.2.3 Pengolahan Data Penelitian

Pedoman penskoran sangat diperlukan agar subjektivitas korektor dapat diperkecil. Adapun pedoman penskoran tes yang dikeluarkan oleh Diknas 2004 (Majid, 2007:268) untuk soal bentuk pilihan ganda, dengan rumus sebagai berikut.

B Keterangan.

Skor = X 100 B = banyaknya butir yang dijawab benar N N = banyaknya butir soal

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-uji seperti berikut:

1. Uji perbedaan dua rata-rata pretes dan postes masing-masing di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol, menggunakan rumus seperti berikut:

Keterangan :

: rata-rata selisih pretes dan postes D : selisih antara pretes dan postes N : jumlah subjek

Df/db : n – 1

(

)

(

1

)

2 2 − − =

N N N D D D t D


(17)

78

2. Untuk menguji hipotesis dua rata-rata postes masing-masing di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol menggunakan rumus seperti berikut:

Keterangan:

X1 = rata-rata nilai kelompok eksperimen X2 = rata-rata nilai kelompok kontrol

X1 = selisih nilai dikurangi rata-rata kelompok eksperimen X2 = selisih nilai dikurangi rata-rata kelompok kontrol n1 = jumlah kelompok ekperimen

n2 = jumlah kelompok kontrol

(

)

(

)

     −         − + + − =

2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 n n N N X X X X t


(18)

115 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan rangkaian logis isi tesis secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Penerapan model respons dan analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi merupakan penerapan model pembelajaran di lembaga pendidikan yang berfokus pada aktivitas siswa untuk melakukan respons terhadap puisi berdasarkan penilaian dan tanggapan pribadinya. Respons siswa yang bersifat subjektif dimanfaatkan untuk mengenali, mengkaji, memahami, menghargai, dan menganalisis puisi bersama-sama siswa dan guru, pengalaman berpuisi diperoleh melalui tanggapan siswa itu sendiri.

Data dalam penelitian ini yaitu berupa pemahaman siswa terhadap apresiasi puisi mencakup unsur-unsur yang membangun puisi dengan kriteria penilaian berdasarkan aspek: pemahaman tema, pemahaman rasa, pemahaman nada, pemahaman amanat, pemahaman pilihan kata, pemahaman pengimajian, pemahaman kata-kata konkret, pemahaman pengiasan dan gaya bahasa, pemahaman ritma atau irama, dan pemahaman rima atau unsur bunyi.

Analisis uji beda berdasarkan pemahaman puisi ”Karangan Bunga”, puisi ”Diponegoro”, puisi ”Menyesal”, dan puisi ”Teratai” terdapat perbedaan hasil pretes dan postes pada kelompok eksperimen, dijelaskan bahwa diperoleh t hitung = 7.12 dengan n=40 untuk taraf signifikansi α = 0.05 maka dicari pada t tabel =


(19)

116

2.02. Dengan demikian t hitung >t tabel atau 7.12 > 2.02 artinya signifikan. Pada

kelompok kontrol, dijelaskan bahwa diperoleh t hitung = 6.52 dengan n = 40 untuk taraf signifikansi α = 0.05 maka dicari pada t tabel = 2.02. Dengan demikian t hitung >t tabel atau 6.52 > 2.02 artinya signifikan.

Dijelaskan hasil pembelajaran apresiaasi puisi berdasarkan pada peningkatan pemahaman puisi selisih rata-rata pretes dan postes kelompok eksperimen berdasarkan pemahaman puisi ”Karangan Bunga” yaitu mencapai 2.38, sedangkan selisish rata-rata pretes dan postes kelompok kontrol mencapai 2.55. Dilihat dari selisih rata-rata pretes dan postes antarkelompok, hal ini dijelaskan bahwa hasil pembelajaran berdasarkan apresiasi puisi ”Karangan Bunga” masing-masing kelompok baik pada kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional maupun pada kelompok eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran respons analisis sama-sama adanya peningkatan hasil pembelajaran berdasarkan apresiasi puisi ”Karangan Bunga” hanya pada kelompok kontrol peningkatan hasil pembelajaran apresiasi puisi tersebut lebih tinggi dibanding dengan kelompok eksperimen.

Adapun selisih rata-rata pretes dan postes kelompok eksperimen berdasarkan pemahaman puisi ”Diponegoro” yaitu mencapai 0.32, sedangkan selisih rata-rata pretes dan postes kelompok kontrol mencapai 0.65. Dilihat dari selisih rata-rata pretes dan postes antarkelompok, hal ini dijelaskan bahwa hasil pembelajaran berdasarkan apresiasi puisi ”Diponegoro” baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sama-sama adanya peningkatan hasil


(20)

belajar, hanya kelompok kontrol lebih baik peningkatan hasil belajarnya dibanding dengan kelompok eksperimen.

Adapun selisih rata-rata pretes dan postes kelompok eksperimen berdasarkan pemahaman puisi ”Menyesal” yaitu mencapai 0.18, sedangkan selisih rata-rata pretes dan postes kelompok kontrol mencapai 0.72. Dilihat dari selisih rata-rata pretes dan postes antarkelompok, hal ini dijelaskan bahwa hasil pembelajaran berdasarkan apresiasi puisi ”Menyesal” baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sama-sama adanya peningkatan hasil belajar, hanya kelompok kontrol lebih baik peningkatan hasil belajarnya dibanding dengan kelompok eksperimen.

Adapun selisih rata-rata pretes dan postes kelompok eksperimen berdasarkan pemahaman puisi ”Teratai” yaitu mencapai 1.25, sedangkan selisih rata-rata pretes dan postes kelompok kontrol mencapai -0.79. Dilihat dari selisih rata-rata pretes dan postes antarkelompok, hal ini dijelaskan bahwa hasil pembelajaran berdasarkan apresiasi puisi ”Teratai” pada kelompok eksperimen adanya peningkatan hasil belajar yang baik, sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan hasil belajar, hal ini disebabkan peserta didik kurang memahami unsur-unsur pembangun puisi ”Teratai” terutama pada aspek perasaan penyair terhadap objek, sikap penyair terhadap pembaca, pilihan kata, kata konkret, gaya bahasa, dan imaji. Suasana pembelajaran kurang kondusif, adanya pengumuman dan peringatan terhadap siswa dari sekolah menjelang ulangan umum, alhasil tidak ada konsentrasi terhadap pembelajaran apresiasi puisi ”Teratai”


(21)

118

5.2 Saran

Pembelajaran apresiasi puisi menghendaki terjadinya hubungan langsung antara peserta didik dengan hasil karya sastra. Hubungan langsung ini memungkinkan adanya pemerolehan pengalaman bersastra dalam hal ini pembelajaran apresiasi puisi.

Salah satunya keberhasilan dalam pemahaman pembelajaran apresiasi puisi yaitu dalam penggunaan model pembelajaran yang mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang menyenangkan, kreatif, aktif, dan apresiatif terhadap bidang ajar tersebut dalam hal ini pembelajaran apresiasi puisi.

Model Respons Analisis salah satu model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran apresiasi puisi yang menyenangkan, aktif, kreatif, dan apresiatif, ini terlihat dari hasil penelitian yang penulis laksanakan dengan menghasilkan nilai skor yang baik. Dengan hal ini, Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi perlu disosialisasikan kepada para pengajar khususnya kepada guru bahasa dan sastra Indonesia.

Untuk lebih memacu minat siswa, para pengajar dapat menerapkan Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi di luar kelas

Demikian selanjutnya ada peneliti lain untuk meneliti Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi, diterapkan pada jenjang atau tingkat, sekolah, pelajaran dan pokok bahasan yang lain.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru.

Anwar, Chairil. 1978. Kerikil Tajam dan Yang terampas dan Yang Putus. Jakarta:

Dian Rakyat.

Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Brumfit, C.J. 1985. Language and Literature Teaching, from Practice to Principle.

Oxford : Pergamon Press.

Brumfit, C.J dan Carter, R. 1987. Literature and Language Teaching. Oxford :

University Press.

Burton, S.H. 1974. the Criticism of Poetry. Singapore: Longman.

Carter, R., et al. 1988. Literature and the Learner Methodological Approaches.

Hongkong : Morgan Westley.

Dahlan, M.Djawad. 1990. Model-Model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai

Pustaka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum SMA dan Madrasah Aliyah 2004 Standar Kompetensi.

Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum SMA dan Madrasah Aliyah 2006 Standar Kompetensi

dan kompetensi dasar. Jakarta : Depdiknas.

Echols, John M dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:


(23)

120

Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi puisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

Esten, Mursal. 1995. Memahami Puisi. Bandung: Angkasa.

Farrell, Edmund J & James R Squire. 1990. Transactions with Literature. United

States of America : National Council of Teachers of English 1111 Kenyon

Road, Urbana, Illinois 61801.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. 1993. How to design and evaluate Research in

Education. New York: Mc Graw-Hill.

Gage, N.L. 1983. Handbooks of Research on Teaching. Chicago : L. Mcnally, Rand

& Company

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia, Respons dan Analisis. Padang :

Dian Dinamika Press.

Highet, Gilbert. 1950. The Art of Teaching. New York: A Vintage Books.

Holden, S. 1985. Techniques of Teaching from Theory to Practice. Oxford : Modern

English Publicatins LTD.

Hutagalung, M.S. 1975. Peranan dan Kedudukan Pengajaran Sastra dalam

Pengembangan Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.

Irianto, Agus. 1988. Statistik Pendidikan. Jakarta: P2LPTK.

Iskandarwassid. 2004. Tiga Pilar Pengajaran Sastra. Bandung : Depdiknas UPI.

Ismail, Taufiq. 1966. Tirani. Jakarta: Birpen Kami Pusat.

Joyce, Bruce dan Marsha Weil. 1986. Models of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall

Inc, Englewood Cliffs.


(24)

Moody, H.L.B. 1971. The Teaching of Literature. London: Longman Group Limited.

Nadeak, W. 1985. Pengajaran Apresiasi Puisi untuk Sekolah Lanjutan Atas. Bandung

: Sinar Baru.

Nasution, S. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Bandung : Bina Angkasa.

Norton, Donna. E. 1983. Through the eyes of A Child: an Introduction to Children`s

Literature. London: Charles E. Merril Publishing Company.

Oemarjati, B.S. 1987. Pengajaran Sastra, Sudahkah Terlaksana Sebagaimana

Seharusnya?. Jakarta : Konferensi Nasional I HISKI.

Pane, Sanusi. 1957. Madah kelana. Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Probst, R.E. 1988. Respons Analisis (Teaching Literature in Junior and Senior Hight

School). Portsmounth : Boynton/Cook Publishers.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Purwo, Bambang Kaswati. 1991. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa. Yogyakarta:

Kanisius.

Richards, I.A. 1976. Priciple of Literary Criticism. London: Routledge & K.P.

Riduwan. 2005. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rosenblatt, Louise M. 1983. Literature as Exploration. New York : The Modern


(25)

122

Rosidi, A. 1983. Pembinaan Minat Baca Bahasa dan Sastra. Surabaya : Bina Ilmu.

Rusyana, Yus. 1979. Penelitian Kegiatan Apresiasi Sastra Indonesia Murid SMA

Jawa Barat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa. Depdikbud.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran sastra. Bandung: Gunung Larang.

Rusyana, Yus. 1990. Penyelenggaraan Pengajaran Apresiasi Sastra di SMA yang

Sesuai dengan Hakekat dan Tujuannya dalam MimbarPendidikan Bahasa dan Seni. Bandung : FPBS IKIP Bandung.

Rusyana, Yus. 1991. Mengolah Lahan untuk Menyuburkan Pengajaran Sastra di

Sekolah. Bandung : Pertemuan Ilmiah Nasional IV HISKI.

Rusyana, Yus. 1991. Untuk Meningkatkan Pengajaran Sastra bagi Pengembangan

Budaya Bangsa Diperlukan Pengalaman Membaca Hasil Sastra yang Bermakna dalam Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : UPP

IKIP yogyakarta.

Semi, M. Atar. 1977. Anatomi Sastra. Padang: IKIP Padang.

Semi, M. Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandung: Angkasa.

Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes (Suatu Pengantar kepada Teori Tes dan

Pengukuran). Jakarta: P2LPTK.

Sudjana, N dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar

baru Algensindo.

Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta.


(26)

Sumardjo, J dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia PU.

Sutawijaya, Alam. Tanpa tahun. Kesusastraan UT. Jakarta: Depdikbud.

Syamsuddin AR dan Vismaia S.D. 2006. Motode Penelitian bahasa. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H.G. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai sastra. Jakarta: Gramedia.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Toegiman, N. 1974. ”Beberapa Masalah Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah”

dalam Publikasi Ilmu Keguruan Sastra Seni. No. 1.

Waluyo, Herman, J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wardani, Igak. 1981. Pengajaran Sastra. Jakarta: P3G Depdikbud.

Wellek, Rene dan Austin Weren. 1956. Theory of Literature. New York: A. Havest


(1)

Pembelajaran apresiasi puisi menghendaki terjadinya hubungan langsung antara peserta didik dengan hasil karya sastra. Hubungan langsung ini memungkinkan adanya pemerolehan pengalaman bersastra dalam hal ini pembelajaran apresiasi puisi.

Salah satunya keberhasilan dalam pemahaman pembelajaran apresiasi puisi yaitu dalam penggunaan model pembelajaran yang mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang menyenangkan, kreatif, aktif, dan apresiatif terhadap bidang ajar tersebut dalam hal ini pembelajaran apresiasi puisi.

Model Respons Analisis salah satu model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran apresiasi puisi yang menyenangkan, aktif, kreatif, dan apresiatif, ini terlihat dari hasil penelitian yang penulis laksanakan dengan menghasilkan nilai skor yang baik. Dengan hal ini, Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi perlu disosialisasikan kepada para pengajar khususnya kepada guru bahasa dan sastra Indonesia.

Untuk lebih memacu minat siswa, para pengajar dapat menerapkan Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi di luar kelas

Demikian selanjutnya ada peneliti lain untuk meneliti Model Respons dan Analisis dalam pembelajaran apresiasi puisi, diterapkan pada jenjang atau tingkat, sekolah, pelajaran dan pokok bahasan yang lain.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru.

Anwar, Chairil. 1978. Kerikil Tajam dan Yang terampas dan Yang Putus. Jakarta: Dian Rakyat.

Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Brumfit, C.J. 1985. Language and Literature Teaching, from Practice to Principle. Oxford : Pergamon Press.

Brumfit, C.J dan Carter, R. 1987. Literature and Language Teaching. Oxford : University Press.

Burton, S.H. 1974. the Criticism of Poetry. Singapore: Longman.

Carter, R., et al. 1988. Literature and the Learner Methodological Approaches. Hongkong : Morgan Westley.

Dahlan, M.Djawad. 1990. Model-Model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum SMA dan Madrasah Aliyah 2004 Standar Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum SMA dan Madrasah Aliyah 2006 Standar Kompetensi dan kompetensi dasar. Jakarta : Depdiknas.

Echols, John M dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.


(3)

Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi puisi. Ende-Flores: Nusa Indah. Esten, Mursal. 1995. Memahami Puisi. Bandung: Angkasa.

Farrell, Edmund J & James R Squire. 1990. Transactions with Literature. United States of America : National Council of Teachers of English 1111 Kenyon Road, Urbana, Illinois 61801.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. 1993. How to design and evaluate Research in Education. New York: Mc Graw-Hill.

Gage, N.L. 1983. Handbooks of Research on Teaching. Chicago : L. Mcnally, Rand & Company

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia, Respons dan Analisis. Padang : Dian Dinamika Press.

Highet, Gilbert. 1950. The Art of Teaching. New York: A Vintage Books.

Holden, S. 1985. Techniques of Teaching from Theory to Practice. Oxford : Modern English Publicatins LTD.

Hutagalung, M.S. 1975. Peranan dan Kedudukan Pengajaran Sastra dalam Pengembangan Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.

Irianto, Agus. 1988. Statistik Pendidikan. Jakarta: P2LPTK.

Iskandarwassid. 2004. Tiga Pilar Pengajaran Sastra. Bandung : Depdiknas UPI. Ismail, Taufiq. 1966. Tirani. Jakarta: Birpen Kami Pusat.

Joyce, Bruce dan Marsha Weil. 1986. Models of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs.


(4)

Moody, H.L.B. 1971. The Teaching of Literature. London: Longman Group Limited. Nadeak, W. 1985. Pengajaran Apresiasi Puisi untuk Sekolah Lanjutan Atas. Bandung

: Sinar Baru.

Nasution, S. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Bina Angkasa.

Norton, Donna. E. 1983. Through the eyes of A Child: an Introduction to Children`s Literature. London: Charles E. Merril Publishing Company.

Oemarjati, B.S. 1987. Pengajaran Sastra, Sudahkah Terlaksana Sebagaimana Seharusnya?. Jakarta : Konferensi Nasional I HISKI.

Pane, Sanusi. 1957. Madah kelana. Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Probst, R.E. 1988. Respons Analisis (Teaching Literature in Junior and Senior Hight School). Portsmounth : Boynton/Cook Publishers.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwo, Bambang Kaswati. 1991. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa. Yogyakarta: Kanisius.

Richards, I.A. 1976. Priciple of Literary Criticism. London: Routledge & K.P. Riduwan. 2005. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rosenblatt, Louise M. 1983. Literature as Exploration. New York : The Modern Language Association of America.


(5)

Rosidi, A. 1983. Pembinaan Minat Baca Bahasa dan Sastra. Surabaya : Bina Ilmu. Rusyana, Yus. 1979. Penelitian Kegiatan Apresiasi Sastra Indonesia Murid SMA

Jawa Barat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa. Depdikbud. Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran sastra. Bandung: Gunung Larang.

Rusyana, Yus. 1990. Penyelenggaraan Pengajaran Apresiasi Sastra di SMA yang Sesuai dengan Hakekat dan Tujuannya dalam MimbarPendidikan Bahasa dan Seni. Bandung : FPBS IKIP Bandung.

Rusyana, Yus. 1991. Mengolah Lahan untuk Menyuburkan Pengajaran Sastra di Sekolah. Bandung : Pertemuan Ilmiah Nasional IV HISKI.

Rusyana, Yus. 1991. Untuk Meningkatkan Pengajaran Sastra bagi Pengembangan Budaya Bangsa Diperlukan Pengalaman Membaca Hasil Sastra yang Bermakna dalam Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : UPP IKIP yogyakarta.

Semi, M. Atar. 1977. Anatomi Sastra. Padang: IKIP Padang.

Semi, M. Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes (Suatu Pengantar kepada Teori Tes dan Pengukuran). Jakarta: P2LPTK.

Sudjana, N dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar baru Algensindo.

Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta.


(6)

Sumardjo, J dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia PU. Sutawijaya, Alam. Tanpa tahun. Kesusastraan UT. Jakarta: Depdikbud.

Syamsuddin AR dan Vismaia S.D. 2006. Motode Penelitian bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H.G. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai sastra. Jakarta: Gramedia. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Toegiman, N. 1974. ”Beberapa Masalah Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah” dalam Publikasi Ilmu Keguruan Sastra Seni. No. 1.

Waluyo, Herman, J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Wardani, Igak. 1981. Pengajaran Sastra. Jakarta: P3G Depdikbud.

Wellek, Rene dan Austin Weren. 1956. Theory of Literature. New York: A. Havest Book, Harcout, Brace & World.