PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBERDAYA PEMUDA MELALUI PROGRAM PELATIHAN: Studi Kualitatif Terhadap Program Pelatihan Kader HMI di Tasikmalaya.
PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBERDAYA PEMUDA
MELALUI PROGRAM PELATIHAN
(Studi Kualitatif Terhadap Program Pelatihan Kader HMI di Tasikmalaya)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian dan Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
4>
Oleh:
ABDUL HARIS
NIM. 979738
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
LEMBAR PERSETUJUAN/ PENGESAHAN
Pembimbing I
y/4^
^
Prof. Dr. H. DJUDJU SUDJANA, M.Ed.
Pembimbing II
Prof. Dr. SUDARDJA ADIWIKARTA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dngan judul
PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA PEMUDA MELALUI
PROGRAM PELATIHAN
(Studi Kualitatif terhadap Calon Instruktur
HMI Cabang Tasikmalaya ). Beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak benar sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apa bia kemudian ditemukan adanya pelanggaran
etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada kelainan terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, Oktober 2000
Yang membuat Pernyataan
ABDUL HARIS
11
ABSTRAK
Penelitian ini mengacu kepada pertanyaan pokok, "Bagaimana
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan
terhadap program pelatihan kader HMI Cabang Tasikmalaya dilakukan ?"
yakni, dalam soal motivasi, sistem dan materi, proses pelaksanaan, hasil
dan dampak, hambatan-hambatan dan dukungan yang diperoleh serta
bagaimana follow up setelah pelatihan itu dilaksanakan. Penelitian
bertujuan untuk mengungkap dari hal-hal tersebut di atas, di HMI Cabang
Tasikmalaya.
Ada beberapa landasan yang dikemukakan dalam menjawab
pertanyaan penelitian ini, yakni : a. karakteristik PLS yang meliputi :
Falsafah PLS, Sistem PLS, Teori PLS, Managemen PLS, Metodologi PLS,
b. Pendidikan sebagai proses pemberdayaan. c. Latar Belakang Sejarah
Kehadiran HMI, d. Jati diri HMI sebaga^ suatu oiganisasi e. Arti dan
essensi pelatihan bagi pengembangan sumber daya pemuda mencakup : (1)
Pentingnya pelatihan, (2) kebutuhan terhadap pelatihan, (3) proses
merancang pelatihan; masalah dan kebutuhan kelompok
sasaran,
sumberdaya penyelenggara pelatihan, ruiuan dan kurikulum pelatihan^
pengorganisasian pelatihan, Pelaksanaan pelatihan, dan Model-model
pelatihan.
Untuk itulah maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif (qualitative approach), yang menuntut peneliti
sendiri menjadi instrumen utama (human instrument) yang secara langsung
melakukan investigasi ke lapangan. Demikian peneliti dapat memiliki
'adaptabilitas' yang diharapkan cukup tinggi untuk menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Adapun prosedurnya, yaitu
Metode penelitian, Teknik pengumpulan data melalui : wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Subyek penelitian dan penarikan kasus;
subjek penelitian, penarikan kasus, Analisis dan penafsiran data meliputi:
analisis data,penafsiran data, Langkah-langkah penelitianya meliputi :
tahap orientasi, tahap eksplorasi, tahap membercheck dan pengolahan
data.
Pembahasan hasil temuan penelitian mencakup : Sejarah HMI
Cabang Tasik, analisis Hasil penelitian yang terdiri dari; motivasi, sistem
danmateri, pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan dan dukungan serta
follow up pascalatihan, dan Keterbatasan penelitian.
Implikasinya : pemuda tidak cukup mengandalkan kemampuan
yangdidapat dari bangku kuliahnya semata, akan tetapi perlu di dukung
dengan kemampuan-kemampuan yang di dapat dari aktifitasnya di
organisasi ekstra kampus. Hal demikian itu perlu dilakukan mengingat
kehidupan diera globalisasi sangat sarat dengan persaingan yang tinggi.
in
DAFTARISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
i
PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
m
KATA PENGANTAR
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
.:-
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian
7
C. Definisi Operasional
9
D. Tujuan Penelitian
13
E. Kegunaan Penelitian
14
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Karakteristik Keilmuan Pendidikan Luar Sekolah
a. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)
16
33
b. PLS Sebagai Proses Pemberdayaan (Empowering
Process)
42
ix
\
B. Hakekat Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Pemuda
51
C. Latar Belakang Sejarah kehadiran HMI
57
D. Jati Diri HMI Sebagai Suatu Organisasi
64
E. Arti dan Essensi Pelatihan Bagi Pengembangan Sumber
Daya Pemuda
0
55
1. Latar Belakang Pentingnya Pelatihan
66
2. Kebutuhan Pelatihan
68
3. Proses Merancang Pelatihan
71
4. Pelaksanaan Pelatihan
74
5. Model-model Pelatihan
79
BAB III METODA PENELITIAN
A. Metoda Penelitian
80
B. Teknik Pengumpulan Data
82
C. Subyek Penelitian dan Kriteria penarikan kasus
90
D. Analisis dan Penafsiran Data
92
1. Analisis Data
92
2. Penafsiran Data
94
E. Langkah-langkah Penelitian
95
X
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum HMI Cabang Tasikmalaya
99
B. Temuan Dan Analisis Data Hasil Penelitian
113
1.
Temuan Data Hasil Penelitian
113
2.
Analisis Data Hasil Penelitian
169
a. Motivasi Mengikuti Program Pelatihan
170
b. Sistem dan Materi Program pelatihan
179
c. Pelaksanaan Program Pelatihan
194
d. Hasil-hasil dan dampak yang
Diperoleh dari
Pelatihan
207
e. Hambatan-hambatan dan Dukungan-dukungan .. 212
f. Tindak
Lanjut
(Follow
Up)
yang
Dilakukan
Harus
217
C. Keterbatasan Penelitian
223
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan-kesimpulan
226
B. Implikasi
231
C. Rekomendasi
232
DAFTAR PUSTAKA
237
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel IV-3 : Frekwensi Latihan Kader HMI
108
2. Tabel IV-4 :Jumlah Peserta Latihan Kader 98/99
108
3. Tabel IV-5 : Alokasi Waktu dan materi Latihan
109
4.Tabel IV-6 : Frekwensi Pelaksanaan Pengembangan HMI Cab.
Tasikmalaya
nl
5.Tabel IV-8 :Materi dan alokasi waktu Pelatihan HMI
189
6. Tabel IV-9 : Alokasi waktu dan materi pelatihan
200
xu
DAFTAR BAGAN
Bagan
1: Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen
Pendidikan Luar Sekolah
24
Bagan
2: Komponen-komponen Rancangan Penelitian
Bagan
3 : Proses Pengembangan Kualitas Sumber Daya Pemuda
(mahasiswa)
melalui
Program
Pelatihan
73
oleh
Organisasi HMI Cabang Tasikmalaya
Bagan
4: Tingkat
Perbedaan
Waktu
pembinaan tingkah laku
Bagan
5 : Skema pola Pelatihan Kader HMI
xm
dan
225
kemantapan
209
127
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keputusan Bimbingan Tesis
240
2. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian
241
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Generasi muda sebagai pemilik, pewaris dan pengukir masa depan
bangsa, dituntut untuk senantiasa merespon problematika yang dihadapi
oleh bangsanya. Setiap generasi muda dari generasi ke generasi memiliki
posisi yang sama namun memiliki tantangan yang berbeda. Kepeloporan
generasi muda dalam merespon serta menghadapi perubahan ke arah yang
lebih baik merupakan jati diri yang mestinya menyaru der.-^n pcsuda.
Tantangan era globalisasi yang menghadang di depan kita menanti
kesiapan untuk memberikan kontribusi dan solusi demi eksistensi bangsa
ke depan. Pemuda sebagai pilar bangsa dituntut untuk berperan aktif
dalam merespon problematika dan tantangan yang dihadapi bangsa, sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Generasi muda di masa
lalu telah mengukir sejarah dengan tinta "emas" mulai dari
membangkitkan kesadaran (1908), membangkitkan kesatuan (1928),
sampai mewujudkan kemerdekaan (1945), generasi 1966 tampil bersama
ABRI dan rakyat membangun kemitraan yang sangat indah untuk menjaga
keutuhan bangsa sehingga melahirkan Orde Baru, serta pada tanggal 21
Mei 1998 Orde Baru lengser dari kekuasaannya yang di prakarsai oleh
pemuda pula. Generasi muda kini adalah "pemain utama" kelak di saat
berlangsungnya era globalisasi. Untuk itu dalam membangun kesadaran
kolektif (Collective Consciousness) dalam rangka menyiapkan kesadaran
generasi muda menyongsong era tersebut, menjadi sesuatu yang tak
mungkin dihindari, karena itu aktivitas mestinya bukan karena "by
accident" tetapi "by design" yang mengembangkan kualitas sumber daya
pemuda sebagai bekal dan persiapan untuk dapat lebih berperan di masa
depan perlu didukung oleh suasana dinamis, sehat dan demokratis.
GBHN
1998
telah
menegaskan
perlunya
membina
dan
mengembangkan kualitas sumber daya para pemuda, dalam rumusan yang
selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
"Pembinaan dan pengembangan pemuda sebagai pewaris nilai-nilai
luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan
pembangunan diarahkan agar pemuda menjadi kader pemimpin
bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos
kerja, tangguh, memiliki idealisme yang kuat, berwatak kebangsaan
yang luas, mampu mengatasi tantangan, baik masa kini maupun
masa yang akan datang dan tetap memperhatikan nilai-nilai sejarah
yang dilandasi oleh semangat kebangsaan serta persatuan dan
kesatuan. Pembinaan dan pengembangan etos kerja pemuda
ditujukan untuk menumbuhkan rasa
tanggung
jawab,
kesetiakawanan sosial, serta kepeloporan pemuda dalam
pembangunan masa depan bangsa dan negara".
Hal ini menunjukan betapa besarnya perhatian pemerintah terhadap
peranan dan kedudukan para pemuda dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Untuk itu para pemuda seyogyanya secara terus menerus harus
dibina dan dikembangkan melalui berbagai aktivitas atau program, salah
satunya adalah program pelatihan. Adapun tugas dan tanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan terhadap para
pemuda itu harus dilakukan secara bersama-sama antara orang tua
(keluarga), masyarakat, pemerintah dan pemudanya itu sendiri.
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tasikmalaya
mempakan lembaga Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang secara hirarki
berada dibawah Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).
Sejak Tahun 1962, HMI Cabang Tasikmalaya sangat peduli terhadap upaya
membina dan mengembangkan kualitas sumber daya pemuda yang secara
administrasi masih tercantum di perguruan tinggi sebagai mahasiswa.
Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya pemuda
melalui program pelatihan yang dilakukan oleh (HMI) Cabang
Tasikmalaya itu jika dikaji dari jalur pendidikan, maka kegiatan tersebut
masuk kedalam jalur pendidikan luar sekolah, sebab penyelenggaraannya
dilakukan diluar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan, dan jika dikaji dari satuan PLS maka
termasuk ke dalam satuan pendidikan yang sejenis, karena berbentuk
pelatihan (Training).
Sedangkan pada pasal 9 dan 10 UU tesebut ditegaskan bahwa
pendidikan dilaksanakan dalam dua jalur, yakni jalur pendidikan sekolah
dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan seklah meliputi
satuan TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah mencakup keluarga, kelompok belajar, kursus-
kursus dan satuan lainnya yang sejenis. Pada satuan sejenis didalamnya
termasuk kelompok bermain, penitipan anak, pusat magang, panti asuhan,
panti latihan,
penyuluhan,
kepramukaan
dan
kegiatan-kegiatan
transformasi edukatif melalui media massa (cetak atau elektronika), serta
lembaga diklat yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh
swasta.
Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah
merupakan
kesatuan yang integral, dari sistem pendidikan nasional yang berdasarkan
pancasila, dan bertujuan untu meningkatkan ketaqwaan kepada tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat
membangun dirinya sendiri, serta bersama-sama bertanggungjawab atas
pembangunan nasional.
Pendidikan adalah merupakan usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan
bagi perannya dimasa datang. Pendidikan pada hakekattnya dilaksanakan
sepanjang hayat. Yang mencakup segala aspek, proses dan siklus
kehidupan manusia sejak dalam kandungan, hingga usia lanjut atau
sampaikeliang lahat. Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah itu
merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, pemerintah. Oleh
karena itu, peran aktif semua pihak dalam semua jalur jenis dan jenjang
pendidikan diselenggarakan
secara terpadu dan diarahkan pada
peningkatan kualitas. Pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
pemerintah tidak hanya dilaksanakan oleh instansi diligkungan
depdiknas, melainkan juga semua lembaga pemerntah, baik departemen,
maupun yang non departemen.
Banyak pengertian dan definisi tentang PLS yang dikemukakan
para pakar, namun demikian esensinya menunjukan pada suatu "kegiatan
pendidikan yang terorganisir diluar sistem pendidikan seklah" {Kleis,
1973; 6; Combs dalam sudjana, 1996; Colleta, 1975. "selain itu PLS memiliki
fleksibilitas" (Qureshi, 1987;35) dan memiliki keterkaitan yang erat
dengan pasar kerja (Paulston Le Roy, 1982; 337, Blaug,1979;35). Pendidikan
Luar Sekolah berbeda dengan pendidikan sekolah, terutama dari segi
fleksibilitas, relevansi dan fungsionalisasi dari keseluruhan komponen
programnya.
Dengan
demikian
model
pembelajaran
yang
perlu
dikembangkan pada lembaga PLS harus mengacu kepada ciri-ciri
sebagaimana diuraikan di atas.
Dari hasil studi penjajakan yang dilakukan pada organisasi HMI
Cabang Tasikmalaya, para pelatih atau pembina telah melaksanakan
proses kreativitas pembelajarannya. Eksistensi para pelatih atau pembina
sangat penting dalam keberhasilan setiap pembelajaran pada program
pelatihan calon pelatih kader HMI tersebut, akan tetapi dari segi kuantitas
maupun dari berbagai karakteristik yang mendukung mutu para pelatih
kondisinya masih dianggap belum memadai. Hal itu disebabkan karena
adanya perbedaan motivasi, sistem dan materi, pelaksanaan, hasil dan
dampak, hambatan dan dukungan seta follow-up nya dalam pembelajaran
program pelatihan.
Studi penjajakan lain menemukan beberapa pendapat tentang
kemampuan para alumni program pelatihan dan nilai tambah yang
diperolehnya. Hal ini menunjukan masih belum maksimal dalam
mencapai sasaran yang diharapkan. Selain itu ditemukan pula adanya
kesan bahwa yang merupakan persepsi dari responden, baik para alumni
pelatihan, atau pimpinan HMI Cab Tasikmalaya yang menunjukan bahwr
para pelatih masih sangat diharapkan kemampuan maksimal., dalam
mengelola pembelajaran dalam program pelatihan pelatih kader HMI
tersebut.
Berbagai studi literatur menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan
dalam proses pembelajaran dalam pelatihan ditentukan pula oleh unsur
"keahlian, kredibilitas dan dedikasi" yang tinggi dari para pelatih. Sejalan
dengan itu, maka keadaan para pelatih dalam membelajarkan peserta
latihannya akan sangat tergantung pula pada tanggapan dan pengakuan
para peserta latihannya. Hal ini terlihat dari persepsi dan tanggapan
terhadap kemampuan para pelatih .
Atas dasar dan kondisi yang digambarkan di atas, maka dianggap
perlu adanya studi atau pengkajian secara ilmiah tentang pengembangan
kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan berdasarkan
kepada motivasi apa, sistem dan materi apa yang dipersiapkan, bagaimana
proses pelaksanaanya, bagaimana hasil dan dampak dari pelatihan,
hambatan-hambatan dan dukungan apa yang diperoleh peserta, serta
bagaimana follow up peserta latihan setelah program pelatihan itu
diselenggarakan di HMI Cabang Tasikmalaya.
B.
Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian
1.
Masalah Penelitian
Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya
pemuda melalui program pelatihan yang dilakukan oleh HMI
Cabang Tasikmalaya perlu ditangani secara profesional oleh
pelatih yang kompeten agar dapat memberikan hasil sesuai dengan
yang
diharapkan.
Masalah
dalam
penelitian
ini
adalah:
Pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program
pelatihan kepada calon pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya,
selama ini belum ditemukan melalui suatu hasil penelitian dan
kajian ilmiah. Kalaupun ada hanya sebatas laporan-laporan
tekhnis penyelenggaraan suatu program, pelatihan yang tidak
secara langsung belum mengungkapkan pengembangan kualitas
sumber daya pemuda melalui program pelatihan kepada calon
pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya yang berlokasi di
Jl. Sutisna Senjaya No. 41 Tasikmalaya, yaitu: Motivasi apa, sistem
dan materi apa yang dipersiapkan, bagaimana pelaksanaannya, apa
hasil dan dampak yang dirasakan, apa hambatan-hambatan dan
dukugan yang diperoleh pelatih serta bagaimana follow up peserta
program pelatihan itu dilakukan.
2.
Fokus Penelitian
Dengan didasarkan atas uraian tersebut diatas, maka di
bawah ini dirumuskan beberapa permasalahan yang dijadikan
sebagai
fokus
penelitian
yang
dijabarkan
dalam
bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Motivasi apa yang mendorong para pemuda mengikuti
pelatihan
yang
Tasikmalaya?
diselenggarakan
oleh
HMI
Cabang
b. Sistem dan Materi pelatihan apa saja yang dipersiapkan oleh
HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda agar mereka
memiliki sumber daya yang berkualitas?
c. Bagaimanakah
pelaksanaan
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasaikmalaya?
d. Apakah hasil-hasil dan dampak yang diperoleh dari
pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh
HMI Cabang Tasikmalaya?
e. Adakah hambatan-hambatan yang ditemui serta dukungan-
dukungan yang diperoleh oleh HMI Cabang Tasikmalaya
dalam pelaksanaan program pelatihan?
f. Bagaimanakah tindak lanjut (follow up) yang harus dilakukan
para pemuda setelah mengikuti program pelatihan yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya?
C. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu diberi
definisi operasional. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motivasi pemuda untuk mengikuti pelatihan yaitu, hal-hal yang
terdapat pada diri pemuda yang membuat mereka tergerak untuk
melibatkan diri dalam program pelatihan HMI Cabang Tasikmalaya
tersebut. Hal-hal tersebut berupa harapan atau keinginan-keinginan
10
yang bersifat psikologis maupun bersifat materi. Yang dimaksud
dengan kebutuhan psikologis adalah kebutuhan untuk di akui pada
status tertentu. Sedangkan kebutuhan materi lebih ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka meningkatkan
tarap hidup mereka.
2. Pemuda yaitu : Berdasarkan SK. Menddiknas Nomor 0323/1978 tanggal
28 Oktober 1978 tentang pola dasar pembinaan dan pengembangan
Generasi Muda, disebutkan bahwa pengertian pemuda berdasarkan
umur dan lembaga serta ruanglingkup tempat pemuda berada dapat
dibagi ke dalam tiga kategori : a. Siswa, Usia antara 6-18 tahun yang
masih berada di bangku sekolah, b. Mahasiswa, di Universitas atau
Perguruan Tinggi, Usia antara 18-25 tahun. c. Pemuda diluar
lingkungan sekolah maupun Perguruan Tinggi, usia antara 15-30
tahun.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemuda dalam penelitian ini
adalah para mahasiswa, maka pemuda disini diartikan sebagai
seseorang yang berumur antara 18-25 tahun.
3. Sistem Pelatihan adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, Kamus Bahasa
Indonesia (1988 :848), jadi sistem pelatihan yaitu mekanisme pelatihan
yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan disajikan oleh Pengurus
11
HMI Cabang Tasikmalaya kepada peserta latihan melalui para pelatih,
panitia pelaksana dan panitia pengarah sesuai dengan hasil kongres
HMI.
4. Materi Pelatihan yaitu; Benda, bahan atau segala sesuatu yang tampak
menjadi bahan untuk di sampaikan kepada peserta latihan.
5. Pelatihan, menurut pendapat Sikula (1976) yang dikutip oleh Moch
As'ad (1991, hal 70) bahwa: pelatihan (training) adalah proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis
dan terorganisir, yang mana tenaga kerja non managerial mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu.
Kemudian
Michael
J.
Jacuis
(1968:296)
mengemukakan
pula
pendapatnya bahwa istilah pelatihan menunjukkan suatu proses
peningkatan sikap, kemampuan dan kecakapan dari para pekerja
untuk menyelenggarakan pelaksanaan khusus.
Sesuai pendapat dari Mondy dan Noe (1990:270) yang
menyatakan bahwa pelatihan adalah merupakan suatu upaya
membantu seseorang meningkatkan performansinya agar mampu
menangani tuntutan pekerjaan atau tugas yang harus ia hadapi.
Performansi itu sendiri menurut Wayne Fcascio (1989) pada umumnya
mencakup perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan tingkah
laku sosial.
12
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pelatihan yang dilakukan didalam suatu organisasi atau
lingkungan kerja, pada dasarnya merupakan bagian dari pada
pendidikan yang didalamnya terdapat proses pembelajaran dilakukan
dalam waktu yang relatif singkat untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
6. Pelaksanaan pelatihan yaitu; Proses, cara, perbuatan meJaksanakan
sistem dan materi pelatihan oleh para pelatih kepada para peserta
latihan sebagai warga belajar.
7. Hambatan-hambatan dan dukungan-dukungan yang ditemui selama
proses pelatihan berlangsung adalah; segala sesuatu yang dapat
menghambat, menahan, dan merintangi proses pelaksanaan program
pelatihan, dan dukungan-dukungan adalah segala sesuatu yang
menyokong, membantu atau menunjang pelaksanaan program
pelatihan tersebut lebih lancar.
8. Hasil dan dampak pelatihan yaitu; sesuatu hal yang diadakan (dibuat,
dijadikan), oleh usaha para pelatih terhadap para peseta latihan baik
yang berubahnya dari aspek kognitif, apektif dan psikomotorik.
9. Tindak Lanjut (Follow Up) yaitu; langkah selanjutnya setelah
mengikuti program pelatihan dari tiap-tiap jenjang pelatihan.
13
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah dan fokus penelitian diatas, maka
dikemukakan tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam
penelitian nanti, dengan rincian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong para pemuda
sehingga
tertarik
untuk
mengikuti
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya?
2. Untuk mengetahui sistem dan materi pelatihan apa saja yang
dipersiapkan HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda peserta
pelatihan agar mereka dapat memiliki sumber daya pemuda yang
berkualitas.
3. Untuk
mengetahui
pelaksanaan
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya.
4. Untuk mengetahui hasil-hasil dan dampak yang diperoleh dari
pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh HMI
Cabang Tasikmalaya.
5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui serta dukungan-
dukungan yang diperoleh oleh HMI Cabang Tasikmalaya dalam
melaksanakan program-program pelatihan.
14
6.
Untuk mengetahui tindak lanjut (follow Up) yang harus dilakukan
para
pemuda
setelah
mengikuti
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
yang bersifat tioritis maupun bersifat praktis, seperti:
1.
Kegunaan tioritis :
Konstribusi dalam aspek tioritis yang diharapkan meliputi :
a.
Sumbangan bagi tiori pembinaan dan pengembangan melalui
program pelatihan. Hal tersebut diperlukan didalam usaha
pengembangan model dan strategi belajar dalam PLS yang dapat
dijadikan dasar pengembangan model dan strategi pembinaan
melalui program pelatihan para pemuda.
b.
Sumbangan bagi upaya penemuan dan pengembangan konsep
pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya para pemuda
melalui program pelatihan. Dalam hal ini terutama bagi upaya
menciptakan dan mengembangkan suatu konsep pembelajaran
yang diperuntukkan bagi sasaran PLS untuk para pemuda
khususnya para Mahasiswa.
15
2.
Kegunaan Praktis
Kontribusi dalam aspek praktis yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
a.
Sebagai
masukan
bagi
pengelola
dan
pelaksana
program
pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya
pemuda
melalui program pelatihan HMI Cabang Tasikmalaya, khususnya
bagi Trainer Kader HMI Cabang Tasikmalaya dalam upaya
menyempurnakan pembinaan dan pengembangan kualitas sumber
daya para pemuda melalui program pelatihan.
b.
Sebagai bahan pertimbangan bagi para perencana, pengambil
keputusan, dan para pengelola program PLS guna penyempumaan
program-program belajar yang sedang dan akan dilaksanakannya,
terutama bagi sasaran didik dikalangan pemuda khususnya para
Mahasiswa.
BAB III
tt * Pi, >\SM 7 #
V " i**
\\ «*. *
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode merupakan hal yang sangat penting diperlukan dalam suatu
penelitian dengan tujuan untuk
memandu seorang peneliti. Suatu
penelitian akan efektif dalam mencapai tujuannya sesuai dengan yang
diharapkan apabila memperhatikan metode yang akan digunakan. Sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu : memperoleh
data empiris tentang pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui
program pelatihan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif didasarkan atas fenomenologis yang
opada dasarnya bertujuan utuk memperoleh pemahaman dan pengertian
tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor pelaku itu sendiri.
Fenomenologis mempelajari pengalaman manusia dalam kehidupan, yang
mempercayai bahwa kebenaran akan terungkap melalui upaya menyelami
interaksi perilaku manusia, dan akhirnya memperoleh kesimpulan
tentang apa yang penting, dinamis dan berkembang. Dengan demikian
pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan pendekatan lain. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian
naturalistik(S. Nasution 1986 :18), disebut kualitatif karena data yang
80
81
dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif. Disebut naturalistik
karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana
adanya tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.
Selanjutnya Bogman Taylor yang dikutp oleh Lekxy J Moleong dalam
buku metodologi penelitian kualitatif (1983 : 3j menyatakan bahwa
"metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan
data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan padaa latar belakang
individu tersebut secara holistik (utuh). Dan selanjutnya Lexsy J. Moleong
(1983; 9) mengatakan bahwa "pendekatan fenomenologis berusaha
mengerti subyek dari segi pandangan mereka sendiri". Oleh karen itu
dalam penelitian ini tidak menggunakan pengolahan data secara statistik
atau tanpa perhitungan angka-angka. Pada bagian lain S. Nasution (1988 ;
1) menyatakan bahwa "tujuan penelitian naturalistik bukanlah untuk
menguji hipotesis yang didasarkan
atas teori-eori tertentu, melainkan
untuk menemukan pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi
teori.
Dengan demikian
penggunaan pendekatan penelitian kualitatif
lebih mengutamakan kemampuan peneliti untuk mengungkap fokus
permasalahan yang diteliti. Peneliti mengembangkan konsep pemikiran ,
pemahaman dari pola yang ada di dalam data, melihat secara keseluruhan
82
setting atau proses, individu, kelompok tanpa mengurangi variabel.
Sehingga peneliti harus memahami betul orang dari sisi orang pandangan
obyeknya, menaruh keyakinan, pandangan dan sikap, dan semua setting
atau proses dan orang-orang disekitar obyek berguna untuk diteliti dan
merupan suatu seni tersendiri.
Dilihat dari penjabaran di atas maka pendekatan kualitatif
merupakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini
sejalan dengan tujuan dari penelitian naturalistik kualitatif, yaitu
mengungkap kenyataan-kenyataan yang terjadi pada subyek penelitian
dan dideskripsikan melalui kata-kata, dan bukan berupa angka-angka
seperti dalam penelitian kuantitatif.
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian deskripsif dengan pendekatan kualitatif
yang menjadi instrumen penting dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri. Hal ini berarti bahwa peneliti
tersebut merupakan perencana,
pelaksana, pengumpul dan pencatat data, analis, penafsir data dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Keberadaan peneliti sebagai
instrumen merupakan alat pengumpul data utama, hal ini dilakukan
karena
dalam
penelitian
deskriptif kualitatif
peneliti merupakan
instrumen pokok yang dapat menelaah dan menafsirkan berbagai
83
fenomena dan sekaligus mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan
yang terjadi dilapangan. Selain itu peneliti sebagai instrumen bisa
mengadakan hubungan langsung dengan responden dan obyek yang
lainnya, memahami kaitan-kaitan dengan kenyataan di lapangan serta
mampu menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu
sehingga apabila terjadi hal yang demikian peneliti dapat menyadari
sekaligus berusaha untuk mengatasinya.
Sumber data utama dalam penelitian deskriptif kualitatif ialah
berupa kata-kata dan tindakan dn selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lainnya. Berkaitan dengan pemasalahan yang diajukan,
dan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang kasus yang
dikaji, maka diperlukan berbagai teknik pengumpulan data yang relevan.
Teknik pengumpulan data tersebut meliputi wawancara pada subyek
penelitian, observasi dan studi dokumentasi.
1.
Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini sifatnya terbuka dan tidak
terbatas serta dalam bentuk dialog semi teratur pada setiap aggota
peelitian, utamanya terhadap pengurus HMI, disamping
alumni
pelatihan pelatih kader HMI kasusnya sendiri, disamping simpatisan
yang
terlibat
langsung
atau
tidak
langsung
dalam
proses
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program
84
pelatihan. Dengan demikian diperoleh informasi yang lengkap, akurat,
obyektif, komprehensif, dan relevan dengan fokus penelitian yang
diajukan.
Agar wawancara dapat berlangsung terarah, baik dan tidak
terkesan kaku, peneliti disamping menggunakan alat bantu pedoman
singkat wawancara, juga berusaha untuk menghindarkan diri dari
situasi formal. Sedangkan agar dalam wawancara sedapat mungkin
peneJIti memfokuskan materi tertentu yang sudah dipersiapkan
sebelumnya secara bertahap, sampai data yang diperoleh dianggap
cukup memadai dan valid, baru kemudian dilanjutkan persoalan yang
lain, sesuai dengan fokus penelitian
yang diajukan. Agar data
wawancara tidak terdistorsi oleh keterbatasan
kemampuan ingatan
peneliti, maka setiap kali wawancara peneliti berusaha untuk
melakukan
perekaman
secara
tersembunyi,
sehingga
tidak
mengganggu situasi wawancara yang dilakukan.
Wawancara dengan alumni pelatihan HMI pada umumnya
dilakukan di rumah atau dikantor dengan terlebih dahulu mengadakan
perjanjian. Namun tidak jarang juga dilakukan di sekretariat HMI pada
saat mereka sedang berkunjung kesekretariat HMI, khususnya alumni
yang masih muda.
85
Sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan, materi wawancara
kepada pengurusa dan alumni kasus, mencakup pandangan mereka
terhadap proses pelatihan, motivasi, pelaksanaan, hasil dan dampak,
hambatan dan dukungan serta follow up yang harus dilakukan setelah
pelatihan.
Wawancara kepada pengurus dan alumni pelatihan, disamping
ditujukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari mereka,
sekaligus dimaksudkan untuk mengklarifikasi kebenaran data dari
sebelumnya. Wawancara pada pengurus pelatihan terutama dilakukan
pada pengurus dan alumni pelatihan secara khusus. Dipilihnya
pengurusan
dan
alumni
pelatihan
dikarenakan
mereka
lebih
mengetahui tentang proses pengembangan kualitas sumber daya
pemuda melalui program pelatihan serta berbagai upaya yang
dilakukan mereka untuk mensukseskannya.
Secara umum materi wawancara diarahkan kepada pemahaman
pengurus dan alumni pelatihan tentang pengembangan kualitas
sumber daya pemuda melalui program pelatihan berdasarkan motivasi,
sistem dan materi, proses pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan
dan dukungannya serta follow up setelah pelatihan. Misalnya melalui
identifikasi, keterlibatan pengurus secara langsung maupun tidak
langsung terhadap keseluruhan proses pembelajaran kasus baik di
86
lingkungan HMI atau di tempat pelatihan, seperti pemberian tugas,
presentasi makalah dan resume. Sedangkan wawancara dengan alumni
pelatihan tidak hanya dibatasi pada mereka saja melainkan kepada istri
dan keluarganya, yang secara fisik maupun psikologis terlibat langsung
dalam proses pelatihan tersebut.
Tahap kasus, sekalipun peneliti mengalami kesulitan dalam
menjalin komunikasi dengan mereka terutama menggali masalahmasalah tertentu yang memerlukan analisis yang lebih jauh, misalnya
tentang latar belakang keluarganya, baik dari segi status sosial atau dari
segi status agama. Namun jawaban-jawaban yang mudah dari kasus
tersebut cukup memberikan sumbangan yang berarti fokus penelitian
yang diajukan. Wawancara terhadap kasusu cenderung dilakukan di
rumah, atau di kantornya pada saat mereka lagi beristirahat. Materi
wawancara lebih diorientasikan kepada motivasi, sistem dan materi,
proses pelaksanaannya, hasil dan dampaknya, hambatan dan dukungan
serta follow up selanjutnya.
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan deskripsi dan
analisis data hasil wawancara, dalam penelitian ini wawancara
penelitian diupayakan dilakukan kasus perkasus maksudnya, setelah
diperoleh data yang komprehensif sesuai dengan fokus penelitian yang
diajukan, yaitu: peran para pemuda dalam pengembangan kualitas
87
sumber daya melalui program pelatihan dari kasus tertentu, baru
dilanjutkan dengan wawancara penelitian untuk mengumpulkan data
pada kasus yang berikutnya. Namun demikian, peneliti tetap
menggunakan asas fleksibilitas, terganrung situasi dan kondisi yang
berkembang di lapangan saat penelitian dilakukan.
2.
Observasi
Dalam penelitian ini observasi dilakukan melalui observasi
partisipasi pasif. Artinya disamping peneliti memfokuskan diri pada
upaya penggalian dan pengumpulan data sesuai dengan fokus
penelitian yang diajukan melalui pengamatan langsung terhadap
kegiatan yang dilakukan, situasi yang terjadi, dan gejala-gejala yang
ditampakkan, peneliti juga kadang-kadang ikut serta atau melibatkan
diri seadanya sebagai orang dalam terhadap kegiatan yang sedang
dilakukan, sehingga situasi yang diamati dapat berlangsung secara
alamiah, karena subyek penelitian tidak sedang diamati. Karena itu
dalam penelitian ini, peneliti lebih banyak menghabiskan waktunya
terutama bersama para pengurus dan alumni pelatihan untuk
mengamati berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para pengurus dan
peserta pelatihan tersebut dalam kaitannya
pengembangan kualitas sumber dayapemuda.
dengan upaya
88
Selama observasi berlangsung, peneliti berusaha untuk
melakukan pengamatan secermat mungkin tentang berbagai gejala
yang ditampakkan, baik perilaku, sikap, maupun reaksi dan tanggapan
para pengurus, alumni pelatihan, maupun kasus selama observasi
berlangsung. Sedapat mungkin selama proses pengamatan ini
berlangsung, peneliti sekaligus mencatata segala peristiwa yang terjadi
yang dianggap relevan dengan fokus penelitian dalam buku pedoman
dan catatan hasil observasi, namun bila tidak sempat maka pencatatan
dilakukan segera setelah pengamatan selesai dilakukan.
Sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan yaitu tentang
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program
pelatihan kepada calon pelatih, kader HMI, maka proses pengamatan
terhadap para pengurus: (1) tidak dibatasi pada saat para pengurus
dalam lingkungan organisasi, tetapi juga terjadi di luar lingkungan
organisasi, seperti dilingkungan kampus, (2) lebih diorientasikan pada
bagaimana perlakuan dan motivasi para pemuda, termasuk peserta
latihannya selama berinteraksi dengan para pelatih. Dengan demikian
dapat diketahui tentang pengembangan kualitas sumber daya pemuda
melalui program pelatihan, serta motivasi sistem dan materi, proses
pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan dan dukungan, serta tindak
lanjut seteah pelatihan dilaksanakan. Selanjutnya agar diperoleh data
89
yang akurat dan obyektif, peneliti berusaha untuk melakukan
pengamatan dalam situasi yang bervariasi. Misalnya, di sekretariat
HMI sambil ngobrol-ngobrol atau dilingkungan luar ditempat
pelatihan atau di kampus. Observasi terhadap guru pelatihan
dilakukan terutama pada saat proses pelatihan itu dilaksanakan. Pada saat
tersebut, peneliti memposisikan diri sebagai peserta latihan. Tujuan
observasi terhadap para pelatih, dimaksudkan untuk mengatasi proses
pengembangan kualitas sumber daya pemuda pada saat pelatihan
berjalan, ada tidaknya kesejalanan antara materi yang disampaikan
dengan sistem pelatihan yang sudah dilentukan terhadap kasus, serta
untuk mengamati bagaimana sebenarnya peran para pelatih dan pengurus
dalam pengembangan kualitas sumber daya para pemuda.
Sekalipun observasi dalam penelitian ini lebih menekankan pada
peristiwa-peristiwa yang terjadi antara para pelatih dan pengurus terhadap
peserta pelatihan, namuan agar diperoleh data yang lebih komprehensif
observasi juga dilakukan pada saat proses pelatihan itu dilaksanakan.
3.
Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan berbagai data tertulis yang dianggap mendukung,
melengkapi, atau memperkaya data utama penelitian yang diperoleh
90
melalui observasi dan wawancara. Beberapa data yang dikumpulkan
antara lain tentang catatan-catatan dari para pelatih, pengalaman para
pelatih dan para pengurus serta dokumen lain yang menjadi pedoman
pelatihan. Dengan untuk keperluan ini beberapa catatan tertulis
tersebut dipinjam untuk melakukan penelaahan lebih lanjut.
C. Subyek Penelitian dan Kriteria Penarikan Kasus.
1. Subjek Penelitian
Responden sebagai subjek penelitian merupakan unsur yang
penting untuk mendapat informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian adlah semua orang yang
dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Sejalan dengan permasalahan
dalam penelitian ini, subjek penelitian tidak terbatas pada Pengurus
(akttifis) dan alumni pelatihan pelatih kader HMI yang dijadikan kasus,
tetapi juga orang lain yang mampu menjadi sumber informasi langsung
dari masalah yang diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang objektif,
akurat, terpercaya, rinci, dan komprehensif. Untuk itu dijadikan subjek
dalam penelitian ini adalah para alumni pelatihan HMI yang telah
ditetapkan sebagai kasus, Pengurus dan alumni Pelatihan HMI Cabang
Tasikmalaya.
91
Dengan kata lain sebagai responden dalam penelitian ini adalah pra
pemuda (pengurus dan alumni) yang ditetapkan sebagai kasus, sedangkan
sebagai informan adalah para sismpatisan.
2. Kriteria Penarikan Kasus
Penelitian ini dilakukan melalui studi yang mendalam terhadap
kasus. Dalam hasil telaah kasus tersebut diharapkan mampu memberikan
gambaran tentang subjek penelitian. Dengan kata lain kasus dapat
diharapkan mampu menjadi wakil (sampel) yang refresentatif dari
keseluruhan subyek penelitian (populasi).
Dalam kontek penelitian kualitatif, teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Sejalan dengan itu maka masalah
utama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana teknik penarikan kasus
dilakukan, sehingga kasus benar-benar refresentatif sesuai dengan tujuan
penelitian. Seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana (1989 : 96), teknik ini
digunakan apabila peneliti punya pertimbangan tertentu dalam
menetapak sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Untuk itu
penarikan kasus tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi mengacu
kepada beberapa kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kriteria tersebut adalah:
a. Telah diidentifikasi sebagai Pengurus, dan alumni pelatihan pelatih
kader HMI CabangTasikmalaya.
92
b. Pengurus dan alumni yang pernah mengikuti program pelatihan
pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya.
c. Memiliki data yang cukup komprehensif untuk digunakan sebagai
sumber informasi, terutama data empiris dan data dekumentasi.
d. Dilakukan berdasarkan atas kesepakatan antara peneliti, pengurus
HMI, dan para alumninya.
Berdasarkan kriteria di atas, maka pengurus HMI dan alumni yang
telah diangkat dan ditetapkan sebagai kasus, selanjutnya dilakukan studi
analisa yang cermat dan mendalam sesuai dengan fokus penelitian.
Sejalan dengan kriteria diatas, dalam penelitian ini penarikan kasus
tidak dilakukan secara kaku dan sekaligus, tetapi flekeibel dan bertahap
sesuai dengan informasi yang berkembang. Artinya, orang tua yang
semula telah ditetapkan sebagai kasus biasa saja kemudian dikeluarkan
atau dibatalkan sebagai kasus karena sesuatu dan lain hal.
D. Analisis dan Penafsiran Data
1. Analisis Data
Menurut Patton (1980 : 268), analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
uraian pembahasan. Pendapat lain yang senada dengan apa
yang
dikemukakan Patton, yakni Bogdan & Biklen (1982 : 145) mengemukakan
93
bahwa analisis data adalah proses mencari dan manata secara sistematis
catatan hasil
observasi, wawancara
dan studi dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Selanjutnya, Bogdan &
Biklen (1982 :146-162) membedakan analisis data itu melalui dua langkah,
yaitu analisis selama di lapangan dan analisis sesudah meninggalkan
lapangan. Langkah-langkah analisis selama di lapangan dan analisis
sesudah meninggalkan lapangan. Langkah-langkah selama di lapangan
adalah: (1) mempersempit fokus studi, (2) menetapkan tipe studi,
(3) mengembangkan secara
terus-menerus pertanyaan analitik, (4)
menuliskan komentar peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide
dan tema penelitian pada subyek responden sebagai analisis penjajagan,
(6) membaca kembali pustaka yang relevan selama di lapangan, (7)
menggunakan metaphora, analogi dan konsep. Langkah-langkah analisis
sesudah meninggalkan lapangan adalah : (1) membuat kategori masalah
dan menyusun kodenya, (2) menata sekuensi atau urutan penelaahannya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
Berdasarkan data yang terkumpul, yakni berupa abstrak dari seluruh
deskripsi hasil observasi, transkrip hasil dari wawancara baik rekaman
"tape recorder" maupun catatan lapangan, dan abstrak dari hasil studi
94
dokumentasi. Peneliti memilah-milah data tersebut sesuai dengan
kategori masalahnya.
- Menguraikan kategori-kategori tersebut untuk memahami aspek yang
terdapat di dalamnya sambil menelaah hubungan antara satu dengan
lainnya.
- Menata
urutan
masalah
guna
memberikan
tafsiran
yang
menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna
terhadap hasil analisis data dari ketegorimasalah tersebut.
Rangkaian dari kegiatan analisis data yaitu penafsiran data. Dengan
demikian antara analisis data dan penafsiran data merupakan satu
kesatuan tahap kegiaian.
Data yang diperoleh pada setiap pertemuan langsung dianalisis dan
ditafsirkan. Analisis dan penafsiran data berjalan terus selama proses
penelitian dan semua datayang diperlukan terkumpul.
Selama
proses
penelitian,
analisis
dilakukan
dan
muncul
pertanyaan-pentanyaan yang dijadikan patokan untuk melacak terus
kasus yang diteliti sampai diperoleh data sebanyak mungkin tentang pola
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan
oleh HMI Cabang Tasikmalaya.
95
Oleh karena kasus yang diteliti menyangkut pola pengembangan atau
pembinaan melalui program pelatihan oleh HMI Cabang Tasikmalaya dan
motivasi apa yang mendorong para pemuda sehingga tertarik untuk
mengikuti program pelatihan, sistem program pelatihan apa yang digunakan,
proses pelaksanaan pelatihan yang bagai mana yang diberikan pada peserta,
apa yang dihasilkan peserta pelatihan setelah mengikuti program pelatihan,
hambatan dan dukungan apa yang terdapat pada proses pelatihan, serta
bagaimana follow up dari pelatihan berkaitan dengan kualitas sumber daya
pemuda, maka hasil penelitian akan dianalisis dengan menghubungkannya
melalui pendekatan pendidikan luar sekolah.
E. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dimaksud di sini adalah tahaptahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian
berlangsung. Langkah-langkah penelitian tersebut menurut S. Nasution
(1988 : 33 - 34) adalah 1) tahap orientasi, 2) tahap eksplorasi, dan 3) tahap
"member check".
1. Tahap Orientasi
Tahap awal sebagai pendahuluan peneliti lakukan sejak bulan
Maret 1999. Pada tahap ini penulis mengamati prilaku dan tingkah para
96
pengurus HMI dan Alumni Pelatihan pelatih kader HMI Cabang
Tasikmalaya baik saat proses pelatihan itu diselenggarakan, dan juga
saat diluar proses pelatihan. Berdasarkan penjajagan diperoleh
berbagai informasi tentang motivasi, sistem dan materi, proses
pelaksanaan, hasil dan
dan dampak, hambatan-hambatan dan
dukungan yang diperoleh peserta latihan serta follow up yang
dilakukan setelah mengikuti program pelatihan. Informasi data
diperoleh dari pengamatan terhadap para pemuda yang bersangkutan,
wawancara dengan para alumni, simpatisan yang tahu tentang program
pelatihan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi di atas, ditemukan
sejumlah aktifis HMI dan para alumninya yang dianggap tahu dan
memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai subjek penelitian, sesuai
dengan permasalahan yang diajukan. Berdasarkan temuan ini langkah
selanjutnya adalah:
97
a. Menetapkan 14 Orang dari sejumlah pengurus dan alumni pelatihan
yang berhasil diidentifikasi memenuhi kriteria sebagai subjek
penelitian untuk dijadikan sebagai kasus penelitian.
b. Menelusuri keberadaan Pengurus dan alumni pelatihan HMI yang
telah ditetapkan sebagai kasus kerumah atau kekantor masingmasing.
c. Mengurus surat-surat perizinan ke Pengurus HMI Cabang
Tasikmalaya guna keperluan wawancara dengan para alumninya
dan pengurus observasi di rumah atau di kantor.
d. Menyusun alat bantu penelitian, berupa pedoman wawancara dan
kisi-kisi observasi dan menyiapkan alat perekam yaitu ti
2. Tahap Eksplorasi
Tahap ini, dilaksanakan
dengan 15 Agustus 1999.
dari tanggal 18 Maret 1999 sampai
Pada tahap ini dilakukan penggalian
informasi dan pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang
diteliti. Jadi merupakan tahap pemantapan dari tahap sebelumnya ,
98
yang mencakup penyempurnaan alat bantu penelitian, pelaksanaan
observasi, studi dekumenter, dan kegiatan wawancara. Dalam
pelaksanaannya tahap ini tidak hanya dilakukan dilingkungan di
tempat pelatihan, tapi juga dilakukan di rumah dan kantornya.
3. Tahap member Check dan Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran data. Setiap
perolehan data selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali kepada
sumbernya, selanjutnya diolah dan ditafsirkan. Kegiatan ini dilakukan
selama kegiatan penelitian berlangsung, pelaksanaannya terus
dimantapkan sampai penelitian dianggap selesai.
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Dari temuan dan informasi hasil penelitian, maka setelah
dideskripsikan dan dibahas selanjutnya peneliti mencoba merumuskan
kesimpulan-kesimpulan, implikasi, danrekomendasi sebagai berikut:
A. Kesimpulan-Kesimpulan
1. Motivasi yang mendorong para pemuda (mahasiswa) untuk mengikuti
program pelatihan yang diselenggarakan organisasi HMI Cabang
Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Karena ingin belajar "ke-Islaman" yang mereka yakini bahwa suatu
kegiatan yang dilakukan dengan berlandaskan pada nilai-nilai keIslaman yang bersumber pada Al-Qur'an dan Al-Hadits.
b. Karena didorong oleh rasa kebutuhan untuk belajar memimpin,
sehingga dengan berorganisasi maka potensi kepemimpinan akan
terlatih.
c. Karena didorong oleh rasa kebutuhan untuk meningkatkan
wawasan dan pengalaman serta relasi yang luas, maka hal tersebut
akan bisa tercapai dengan berorganisasi karena di sana terkumpul
226
227
para pemuda (mahasiswa) dari berbagai disiplin ilmu dan dari
berbagai perguruan tinggi.
d. Karena didorong oleh keinginan beraktualisasi diri, dengan
berorganisasi maka keinginan tersebut akan berkembang.
e. Karena didorong oleh rasa tanggung jawab moral terhadap kondisi
kehidupan remaja khususnya kabupaten Tasikmalaya, melalui
pelatihan atau pembinaan tersebut maka akan mampu membantu
dan membimbing mereka.
f. Karena didorong untuk mendapatkan nilai tambah (adding value)
dari berbagai pembelajaran yang diikuti dan dilaksanakannya
diorganisasi selain ilmu pengetahuan yang terdapat dari kampus.
2. Sistem dan materi program pelatihan yang dipersiapkan organisasi
HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda (mahasiswa) peserta
pelatihan dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Sistem dan materi Program Pelatihan yang disusun dan
dipersiapkan dengan berlandaskan pada beberapa landasan,
pertama landasan nilai yang bersumber pada Al-Qur'an dan Al-
Hadits, kedua landasan Historis , ketiga landasan konstitusional,
keempat landasan sosio kultural, kelima Perguruan tinggi sebagai
faktor pendukung dalam membentuk wujud kader HMI di masa
depan dankeenam wujud profil kader HMI di masa depan.
228
b. Materi ke-Islaman yang meliputi ; Sejarah HMI, Nilai Identitas
Kader (NIK) yang terdiri dari : Dasar-dasar Kepercayaan, Dasardasar kemanusiaan, Taqdir dan ikhtiar, keadilan individu dan
masyarakat,
c. Materi umum yang terdiri :wawasan IPTEK, Mahasiswa sebagai inti
kekuatan pembaharaan, sistem pembangunan nasional, wawasan
internasional, seta materi tambahan yang ditentukan oleh Cabang
dan komisariat.
3. Pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan organisasi HMI
Cabang Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Program pelatihan calon anggota instruktur atau pelatih HMI adalah
merupakan tanggung jawab Ketua Bidang Pembinaan Anggota (PA)
Cabang
dan Bidang PA. di Komisariat-komisariat HMI Cabang
Tasikmalaya.
b. Pelaksanaan program pelatihan dilakukan secara bertingkat atau
berjenjang dan berkelanjutan yaitu: LK I, LK II, LK III.
c. Pelaksanaan program pelatihan dilakukan setiap penerimaan
mahasiswa baru di kampus, atau sesudah semesteran di kampus.
d. Pelaksanaan Up Greading dan kegiatan la
MELALUI PROGRAM PELATIHAN
(Studi Kualitatif Terhadap Program Pelatihan Kader HMI di Tasikmalaya)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian dan Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
4>
Oleh:
ABDUL HARIS
NIM. 979738
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
LEMBAR PERSETUJUAN/ PENGESAHAN
Pembimbing I
y/4^
^
Prof. Dr. H. DJUDJU SUDJANA, M.Ed.
Pembimbing II
Prof. Dr. SUDARDJA ADIWIKARTA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dngan judul
PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA PEMUDA MELALUI
PROGRAM PELATIHAN
(Studi Kualitatif terhadap Calon Instruktur
HMI Cabang Tasikmalaya ). Beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak benar sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apa bia kemudian ditemukan adanya pelanggaran
etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada kelainan terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, Oktober 2000
Yang membuat Pernyataan
ABDUL HARIS
11
ABSTRAK
Penelitian ini mengacu kepada pertanyaan pokok, "Bagaimana
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan
terhadap program pelatihan kader HMI Cabang Tasikmalaya dilakukan ?"
yakni, dalam soal motivasi, sistem dan materi, proses pelaksanaan, hasil
dan dampak, hambatan-hambatan dan dukungan yang diperoleh serta
bagaimana follow up setelah pelatihan itu dilaksanakan. Penelitian
bertujuan untuk mengungkap dari hal-hal tersebut di atas, di HMI Cabang
Tasikmalaya.
Ada beberapa landasan yang dikemukakan dalam menjawab
pertanyaan penelitian ini, yakni : a. karakteristik PLS yang meliputi :
Falsafah PLS, Sistem PLS, Teori PLS, Managemen PLS, Metodologi PLS,
b. Pendidikan sebagai proses pemberdayaan. c. Latar Belakang Sejarah
Kehadiran HMI, d. Jati diri HMI sebaga^ suatu oiganisasi e. Arti dan
essensi pelatihan bagi pengembangan sumber daya pemuda mencakup : (1)
Pentingnya pelatihan, (2) kebutuhan terhadap pelatihan, (3) proses
merancang pelatihan; masalah dan kebutuhan kelompok
sasaran,
sumberdaya penyelenggara pelatihan, ruiuan dan kurikulum pelatihan^
pengorganisasian pelatihan, Pelaksanaan pelatihan, dan Model-model
pelatihan.
Untuk itulah maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif (qualitative approach), yang menuntut peneliti
sendiri menjadi instrumen utama (human instrument) yang secara langsung
melakukan investigasi ke lapangan. Demikian peneliti dapat memiliki
'adaptabilitas' yang diharapkan cukup tinggi untuk menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Adapun prosedurnya, yaitu
Metode penelitian, Teknik pengumpulan data melalui : wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Subyek penelitian dan penarikan kasus;
subjek penelitian, penarikan kasus, Analisis dan penafsiran data meliputi:
analisis data,penafsiran data, Langkah-langkah penelitianya meliputi :
tahap orientasi, tahap eksplorasi, tahap membercheck dan pengolahan
data.
Pembahasan hasil temuan penelitian mencakup : Sejarah HMI
Cabang Tasik, analisis Hasil penelitian yang terdiri dari; motivasi, sistem
danmateri, pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan dan dukungan serta
follow up pascalatihan, dan Keterbatasan penelitian.
Implikasinya : pemuda tidak cukup mengandalkan kemampuan
yangdidapat dari bangku kuliahnya semata, akan tetapi perlu di dukung
dengan kemampuan-kemampuan yang di dapat dari aktifitasnya di
organisasi ekstra kampus. Hal demikian itu perlu dilakukan mengingat
kehidupan diera globalisasi sangat sarat dengan persaingan yang tinggi.
in
DAFTARISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
i
PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
m
KATA PENGANTAR
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
.:-
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian
7
C. Definisi Operasional
9
D. Tujuan Penelitian
13
E. Kegunaan Penelitian
14
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Karakteristik Keilmuan Pendidikan Luar Sekolah
a. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)
16
33
b. PLS Sebagai Proses Pemberdayaan (Empowering
Process)
42
ix
\
B. Hakekat Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Pemuda
51
C. Latar Belakang Sejarah kehadiran HMI
57
D. Jati Diri HMI Sebagai Suatu Organisasi
64
E. Arti dan Essensi Pelatihan Bagi Pengembangan Sumber
Daya Pemuda
0
55
1. Latar Belakang Pentingnya Pelatihan
66
2. Kebutuhan Pelatihan
68
3. Proses Merancang Pelatihan
71
4. Pelaksanaan Pelatihan
74
5. Model-model Pelatihan
79
BAB III METODA PENELITIAN
A. Metoda Penelitian
80
B. Teknik Pengumpulan Data
82
C. Subyek Penelitian dan Kriteria penarikan kasus
90
D. Analisis dan Penafsiran Data
92
1. Analisis Data
92
2. Penafsiran Data
94
E. Langkah-langkah Penelitian
95
X
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum HMI Cabang Tasikmalaya
99
B. Temuan Dan Analisis Data Hasil Penelitian
113
1.
Temuan Data Hasil Penelitian
113
2.
Analisis Data Hasil Penelitian
169
a. Motivasi Mengikuti Program Pelatihan
170
b. Sistem dan Materi Program pelatihan
179
c. Pelaksanaan Program Pelatihan
194
d. Hasil-hasil dan dampak yang
Diperoleh dari
Pelatihan
207
e. Hambatan-hambatan dan Dukungan-dukungan .. 212
f. Tindak
Lanjut
(Follow
Up)
yang
Dilakukan
Harus
217
C. Keterbatasan Penelitian
223
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan-kesimpulan
226
B. Implikasi
231
C. Rekomendasi
232
DAFTAR PUSTAKA
237
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel IV-3 : Frekwensi Latihan Kader HMI
108
2. Tabel IV-4 :Jumlah Peserta Latihan Kader 98/99
108
3. Tabel IV-5 : Alokasi Waktu dan materi Latihan
109
4.Tabel IV-6 : Frekwensi Pelaksanaan Pengembangan HMI Cab.
Tasikmalaya
nl
5.Tabel IV-8 :Materi dan alokasi waktu Pelatihan HMI
189
6. Tabel IV-9 : Alokasi waktu dan materi pelatihan
200
xu
DAFTAR BAGAN
Bagan
1: Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen
Pendidikan Luar Sekolah
24
Bagan
2: Komponen-komponen Rancangan Penelitian
Bagan
3 : Proses Pengembangan Kualitas Sumber Daya Pemuda
(mahasiswa)
melalui
Program
Pelatihan
73
oleh
Organisasi HMI Cabang Tasikmalaya
Bagan
4: Tingkat
Perbedaan
Waktu
pembinaan tingkah laku
Bagan
5 : Skema pola Pelatihan Kader HMI
xm
dan
225
kemantapan
209
127
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keputusan Bimbingan Tesis
240
2. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian
241
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Generasi muda sebagai pemilik, pewaris dan pengukir masa depan
bangsa, dituntut untuk senantiasa merespon problematika yang dihadapi
oleh bangsanya. Setiap generasi muda dari generasi ke generasi memiliki
posisi yang sama namun memiliki tantangan yang berbeda. Kepeloporan
generasi muda dalam merespon serta menghadapi perubahan ke arah yang
lebih baik merupakan jati diri yang mestinya menyaru der.-^n pcsuda.
Tantangan era globalisasi yang menghadang di depan kita menanti
kesiapan untuk memberikan kontribusi dan solusi demi eksistensi bangsa
ke depan. Pemuda sebagai pilar bangsa dituntut untuk berperan aktif
dalam merespon problematika dan tantangan yang dihadapi bangsa, sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Generasi muda di masa
lalu telah mengukir sejarah dengan tinta "emas" mulai dari
membangkitkan kesadaran (1908), membangkitkan kesatuan (1928),
sampai mewujudkan kemerdekaan (1945), generasi 1966 tampil bersama
ABRI dan rakyat membangun kemitraan yang sangat indah untuk menjaga
keutuhan bangsa sehingga melahirkan Orde Baru, serta pada tanggal 21
Mei 1998 Orde Baru lengser dari kekuasaannya yang di prakarsai oleh
pemuda pula. Generasi muda kini adalah "pemain utama" kelak di saat
berlangsungnya era globalisasi. Untuk itu dalam membangun kesadaran
kolektif (Collective Consciousness) dalam rangka menyiapkan kesadaran
generasi muda menyongsong era tersebut, menjadi sesuatu yang tak
mungkin dihindari, karena itu aktivitas mestinya bukan karena "by
accident" tetapi "by design" yang mengembangkan kualitas sumber daya
pemuda sebagai bekal dan persiapan untuk dapat lebih berperan di masa
depan perlu didukung oleh suasana dinamis, sehat dan demokratis.
GBHN
1998
telah
menegaskan
perlunya
membina
dan
mengembangkan kualitas sumber daya para pemuda, dalam rumusan yang
selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
"Pembinaan dan pengembangan pemuda sebagai pewaris nilai-nilai
luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan
pembangunan diarahkan agar pemuda menjadi kader pemimpin
bangsa yang berjiwa Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos
kerja, tangguh, memiliki idealisme yang kuat, berwatak kebangsaan
yang luas, mampu mengatasi tantangan, baik masa kini maupun
masa yang akan datang dan tetap memperhatikan nilai-nilai sejarah
yang dilandasi oleh semangat kebangsaan serta persatuan dan
kesatuan. Pembinaan dan pengembangan etos kerja pemuda
ditujukan untuk menumbuhkan rasa
tanggung
jawab,
kesetiakawanan sosial, serta kepeloporan pemuda dalam
pembangunan masa depan bangsa dan negara".
Hal ini menunjukan betapa besarnya perhatian pemerintah terhadap
peranan dan kedudukan para pemuda dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Untuk itu para pemuda seyogyanya secara terus menerus harus
dibina dan dikembangkan melalui berbagai aktivitas atau program, salah
satunya adalah program pelatihan. Adapun tugas dan tanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan terhadap para
pemuda itu harus dilakukan secara bersama-sama antara orang tua
(keluarga), masyarakat, pemerintah dan pemudanya itu sendiri.
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tasikmalaya
mempakan lembaga Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang secara hirarki
berada dibawah Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).
Sejak Tahun 1962, HMI Cabang Tasikmalaya sangat peduli terhadap upaya
membina dan mengembangkan kualitas sumber daya pemuda yang secara
administrasi masih tercantum di perguruan tinggi sebagai mahasiswa.
Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya pemuda
melalui program pelatihan yang dilakukan oleh (HMI) Cabang
Tasikmalaya itu jika dikaji dari jalur pendidikan, maka kegiatan tersebut
masuk kedalam jalur pendidikan luar sekolah, sebab penyelenggaraannya
dilakukan diluar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan, dan jika dikaji dari satuan PLS maka
termasuk ke dalam satuan pendidikan yang sejenis, karena berbentuk
pelatihan (Training).
Sedangkan pada pasal 9 dan 10 UU tesebut ditegaskan bahwa
pendidikan dilaksanakan dalam dua jalur, yakni jalur pendidikan sekolah
dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan seklah meliputi
satuan TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan jalur
pendidikan luar sekolah mencakup keluarga, kelompok belajar, kursus-
kursus dan satuan lainnya yang sejenis. Pada satuan sejenis didalamnya
termasuk kelompok bermain, penitipan anak, pusat magang, panti asuhan,
panti latihan,
penyuluhan,
kepramukaan
dan
kegiatan-kegiatan
transformasi edukatif melalui media massa (cetak atau elektronika), serta
lembaga diklat yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh
swasta.
Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah
merupakan
kesatuan yang integral, dari sistem pendidikan nasional yang berdasarkan
pancasila, dan bertujuan untu meningkatkan ketaqwaan kepada tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat
membangun dirinya sendiri, serta bersama-sama bertanggungjawab atas
pembangunan nasional.
Pendidikan adalah merupakan usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan
bagi perannya dimasa datang. Pendidikan pada hakekattnya dilaksanakan
sepanjang hayat. Yang mencakup segala aspek, proses dan siklus
kehidupan manusia sejak dalam kandungan, hingga usia lanjut atau
sampaikeliang lahat. Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah itu
merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, pemerintah. Oleh
karena itu, peran aktif semua pihak dalam semua jalur jenis dan jenjang
pendidikan diselenggarakan
secara terpadu dan diarahkan pada
peningkatan kualitas. Pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
pemerintah tidak hanya dilaksanakan oleh instansi diligkungan
depdiknas, melainkan juga semua lembaga pemerntah, baik departemen,
maupun yang non departemen.
Banyak pengertian dan definisi tentang PLS yang dikemukakan
para pakar, namun demikian esensinya menunjukan pada suatu "kegiatan
pendidikan yang terorganisir diluar sistem pendidikan seklah" {Kleis,
1973; 6; Combs dalam sudjana, 1996; Colleta, 1975. "selain itu PLS memiliki
fleksibilitas" (Qureshi, 1987;35) dan memiliki keterkaitan yang erat
dengan pasar kerja (Paulston Le Roy, 1982; 337, Blaug,1979;35). Pendidikan
Luar Sekolah berbeda dengan pendidikan sekolah, terutama dari segi
fleksibilitas, relevansi dan fungsionalisasi dari keseluruhan komponen
programnya.
Dengan
demikian
model
pembelajaran
yang
perlu
dikembangkan pada lembaga PLS harus mengacu kepada ciri-ciri
sebagaimana diuraikan di atas.
Dari hasil studi penjajakan yang dilakukan pada organisasi HMI
Cabang Tasikmalaya, para pelatih atau pembina telah melaksanakan
proses kreativitas pembelajarannya. Eksistensi para pelatih atau pembina
sangat penting dalam keberhasilan setiap pembelajaran pada program
pelatihan calon pelatih kader HMI tersebut, akan tetapi dari segi kuantitas
maupun dari berbagai karakteristik yang mendukung mutu para pelatih
kondisinya masih dianggap belum memadai. Hal itu disebabkan karena
adanya perbedaan motivasi, sistem dan materi, pelaksanaan, hasil dan
dampak, hambatan dan dukungan seta follow-up nya dalam pembelajaran
program pelatihan.
Studi penjajakan lain menemukan beberapa pendapat tentang
kemampuan para alumni program pelatihan dan nilai tambah yang
diperolehnya. Hal ini menunjukan masih belum maksimal dalam
mencapai sasaran yang diharapkan. Selain itu ditemukan pula adanya
kesan bahwa yang merupakan persepsi dari responden, baik para alumni
pelatihan, atau pimpinan HMI Cab Tasikmalaya yang menunjukan bahwr
para pelatih masih sangat diharapkan kemampuan maksimal., dalam
mengelola pembelajaran dalam program pelatihan pelatih kader HMI
tersebut.
Berbagai studi literatur menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan
dalam proses pembelajaran dalam pelatihan ditentukan pula oleh unsur
"keahlian, kredibilitas dan dedikasi" yang tinggi dari para pelatih. Sejalan
dengan itu, maka keadaan para pelatih dalam membelajarkan peserta
latihannya akan sangat tergantung pula pada tanggapan dan pengakuan
para peserta latihannya. Hal ini terlihat dari persepsi dan tanggapan
terhadap kemampuan para pelatih .
Atas dasar dan kondisi yang digambarkan di atas, maka dianggap
perlu adanya studi atau pengkajian secara ilmiah tentang pengembangan
kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan berdasarkan
kepada motivasi apa, sistem dan materi apa yang dipersiapkan, bagaimana
proses pelaksanaanya, bagaimana hasil dan dampak dari pelatihan,
hambatan-hambatan dan dukungan apa yang diperoleh peserta, serta
bagaimana follow up peserta latihan setelah program pelatihan itu
diselenggarakan di HMI Cabang Tasikmalaya.
B.
Perumusan Masalah dan Fokus Penelitian
1.
Masalah Penelitian
Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya
pemuda melalui program pelatihan yang dilakukan oleh HMI
Cabang Tasikmalaya perlu ditangani secara profesional oleh
pelatih yang kompeten agar dapat memberikan hasil sesuai dengan
yang
diharapkan.
Masalah
dalam
penelitian
ini
adalah:
Pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program
pelatihan kepada calon pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya,
selama ini belum ditemukan melalui suatu hasil penelitian dan
kajian ilmiah. Kalaupun ada hanya sebatas laporan-laporan
tekhnis penyelenggaraan suatu program, pelatihan yang tidak
secara langsung belum mengungkapkan pengembangan kualitas
sumber daya pemuda melalui program pelatihan kepada calon
pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya yang berlokasi di
Jl. Sutisna Senjaya No. 41 Tasikmalaya, yaitu: Motivasi apa, sistem
dan materi apa yang dipersiapkan, bagaimana pelaksanaannya, apa
hasil dan dampak yang dirasakan, apa hambatan-hambatan dan
dukugan yang diperoleh pelatih serta bagaimana follow up peserta
program pelatihan itu dilakukan.
2.
Fokus Penelitian
Dengan didasarkan atas uraian tersebut diatas, maka di
bawah ini dirumuskan beberapa permasalahan yang dijadikan
sebagai
fokus
penelitian
yang
dijabarkan
dalam
bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Motivasi apa yang mendorong para pemuda mengikuti
pelatihan
yang
Tasikmalaya?
diselenggarakan
oleh
HMI
Cabang
b. Sistem dan Materi pelatihan apa saja yang dipersiapkan oleh
HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda agar mereka
memiliki sumber daya yang berkualitas?
c. Bagaimanakah
pelaksanaan
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasaikmalaya?
d. Apakah hasil-hasil dan dampak yang diperoleh dari
pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh
HMI Cabang Tasikmalaya?
e. Adakah hambatan-hambatan yang ditemui serta dukungan-
dukungan yang diperoleh oleh HMI Cabang Tasikmalaya
dalam pelaksanaan program pelatihan?
f. Bagaimanakah tindak lanjut (follow up) yang harus dilakukan
para pemuda setelah mengikuti program pelatihan yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya?
C. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu diberi
definisi operasional. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motivasi pemuda untuk mengikuti pelatihan yaitu, hal-hal yang
terdapat pada diri pemuda yang membuat mereka tergerak untuk
melibatkan diri dalam program pelatihan HMI Cabang Tasikmalaya
tersebut. Hal-hal tersebut berupa harapan atau keinginan-keinginan
10
yang bersifat psikologis maupun bersifat materi. Yang dimaksud
dengan kebutuhan psikologis adalah kebutuhan untuk di akui pada
status tertentu. Sedangkan kebutuhan materi lebih ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka meningkatkan
tarap hidup mereka.
2. Pemuda yaitu : Berdasarkan SK. Menddiknas Nomor 0323/1978 tanggal
28 Oktober 1978 tentang pola dasar pembinaan dan pengembangan
Generasi Muda, disebutkan bahwa pengertian pemuda berdasarkan
umur dan lembaga serta ruanglingkup tempat pemuda berada dapat
dibagi ke dalam tiga kategori : a. Siswa, Usia antara 6-18 tahun yang
masih berada di bangku sekolah, b. Mahasiswa, di Universitas atau
Perguruan Tinggi, Usia antara 18-25 tahun. c. Pemuda diluar
lingkungan sekolah maupun Perguruan Tinggi, usia antara 15-30
tahun.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemuda dalam penelitian ini
adalah para mahasiswa, maka pemuda disini diartikan sebagai
seseorang yang berumur antara 18-25 tahun.
3. Sistem Pelatihan adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, Kamus Bahasa
Indonesia (1988 :848), jadi sistem pelatihan yaitu mekanisme pelatihan
yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan disajikan oleh Pengurus
11
HMI Cabang Tasikmalaya kepada peserta latihan melalui para pelatih,
panitia pelaksana dan panitia pengarah sesuai dengan hasil kongres
HMI.
4. Materi Pelatihan yaitu; Benda, bahan atau segala sesuatu yang tampak
menjadi bahan untuk di sampaikan kepada peserta latihan.
5. Pelatihan, menurut pendapat Sikula (1976) yang dikutip oleh Moch
As'ad (1991, hal 70) bahwa: pelatihan (training) adalah proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis
dan terorganisir, yang mana tenaga kerja non managerial mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu.
Kemudian
Michael
J.
Jacuis
(1968:296)
mengemukakan
pula
pendapatnya bahwa istilah pelatihan menunjukkan suatu proses
peningkatan sikap, kemampuan dan kecakapan dari para pekerja
untuk menyelenggarakan pelaksanaan khusus.
Sesuai pendapat dari Mondy dan Noe (1990:270) yang
menyatakan bahwa pelatihan adalah merupakan suatu upaya
membantu seseorang meningkatkan performansinya agar mampu
menangani tuntutan pekerjaan atau tugas yang harus ia hadapi.
Performansi itu sendiri menurut Wayne Fcascio (1989) pada umumnya
mencakup perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan tingkah
laku sosial.
12
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pelatihan yang dilakukan didalam suatu organisasi atau
lingkungan kerja, pada dasarnya merupakan bagian dari pada
pendidikan yang didalamnya terdapat proses pembelajaran dilakukan
dalam waktu yang relatif singkat untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
6. Pelaksanaan pelatihan yaitu; Proses, cara, perbuatan meJaksanakan
sistem dan materi pelatihan oleh para pelatih kepada para peserta
latihan sebagai warga belajar.
7. Hambatan-hambatan dan dukungan-dukungan yang ditemui selama
proses pelatihan berlangsung adalah; segala sesuatu yang dapat
menghambat, menahan, dan merintangi proses pelaksanaan program
pelatihan, dan dukungan-dukungan adalah segala sesuatu yang
menyokong, membantu atau menunjang pelaksanaan program
pelatihan tersebut lebih lancar.
8. Hasil dan dampak pelatihan yaitu; sesuatu hal yang diadakan (dibuat,
dijadikan), oleh usaha para pelatih terhadap para peseta latihan baik
yang berubahnya dari aspek kognitif, apektif dan psikomotorik.
9. Tindak Lanjut (Follow Up) yaitu; langkah selanjutnya setelah
mengikuti program pelatihan dari tiap-tiap jenjang pelatihan.
13
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah dan fokus penelitian diatas, maka
dikemukakan tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam
penelitian nanti, dengan rincian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong para pemuda
sehingga
tertarik
untuk
mengikuti
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya?
2. Untuk mengetahui sistem dan materi pelatihan apa saja yang
dipersiapkan HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda peserta
pelatihan agar mereka dapat memiliki sumber daya pemuda yang
berkualitas.
3. Untuk
mengetahui
pelaksanaan
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya.
4. Untuk mengetahui hasil-hasil dan dampak yang diperoleh dari
pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh HMI
Cabang Tasikmalaya.
5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui serta dukungan-
dukungan yang diperoleh oleh HMI Cabang Tasikmalaya dalam
melaksanakan program-program pelatihan.
14
6.
Untuk mengetahui tindak lanjut (follow Up) yang harus dilakukan
para
pemuda
setelah
mengikuti
program
pelatihan
yang
diselenggarakan oleh HMI Cabang Tasikmalaya.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
yang bersifat tioritis maupun bersifat praktis, seperti:
1.
Kegunaan tioritis :
Konstribusi dalam aspek tioritis yang diharapkan meliputi :
a.
Sumbangan bagi tiori pembinaan dan pengembangan melalui
program pelatihan. Hal tersebut diperlukan didalam usaha
pengembangan model dan strategi belajar dalam PLS yang dapat
dijadikan dasar pengembangan model dan strategi pembinaan
melalui program pelatihan para pemuda.
b.
Sumbangan bagi upaya penemuan dan pengembangan konsep
pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya para pemuda
melalui program pelatihan. Dalam hal ini terutama bagi upaya
menciptakan dan mengembangkan suatu konsep pembelajaran
yang diperuntukkan bagi sasaran PLS untuk para pemuda
khususnya para Mahasiswa.
15
2.
Kegunaan Praktis
Kontribusi dalam aspek praktis yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
a.
Sebagai
masukan
bagi
pengelola
dan
pelaksana
program
pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya
pemuda
melalui program pelatihan HMI Cabang Tasikmalaya, khususnya
bagi Trainer Kader HMI Cabang Tasikmalaya dalam upaya
menyempurnakan pembinaan dan pengembangan kualitas sumber
daya para pemuda melalui program pelatihan.
b.
Sebagai bahan pertimbangan bagi para perencana, pengambil
keputusan, dan para pengelola program PLS guna penyempumaan
program-program belajar yang sedang dan akan dilaksanakannya,
terutama bagi sasaran didik dikalangan pemuda khususnya para
Mahasiswa.
BAB III
tt * Pi, >\SM 7 #
V " i**
\\ «*. *
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode merupakan hal yang sangat penting diperlukan dalam suatu
penelitian dengan tujuan untuk
memandu seorang peneliti. Suatu
penelitian akan efektif dalam mencapai tujuannya sesuai dengan yang
diharapkan apabila memperhatikan metode yang akan digunakan. Sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu : memperoleh
data empiris tentang pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui
program pelatihan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif didasarkan atas fenomenologis yang
opada dasarnya bertujuan utuk memperoleh pemahaman dan pengertian
tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor pelaku itu sendiri.
Fenomenologis mempelajari pengalaman manusia dalam kehidupan, yang
mempercayai bahwa kebenaran akan terungkap melalui upaya menyelami
interaksi perilaku manusia, dan akhirnya memperoleh kesimpulan
tentang apa yang penting, dinamis dan berkembang. Dengan demikian
pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan pendekatan lain. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian
naturalistik(S. Nasution 1986 :18), disebut kualitatif karena data yang
80
81
dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif. Disebut naturalistik
karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana
adanya tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.
Selanjutnya Bogman Taylor yang dikutp oleh Lekxy J Moleong dalam
buku metodologi penelitian kualitatif (1983 : 3j menyatakan bahwa
"metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan
data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan padaa latar belakang
individu tersebut secara holistik (utuh). Dan selanjutnya Lexsy J. Moleong
(1983; 9) mengatakan bahwa "pendekatan fenomenologis berusaha
mengerti subyek dari segi pandangan mereka sendiri". Oleh karen itu
dalam penelitian ini tidak menggunakan pengolahan data secara statistik
atau tanpa perhitungan angka-angka. Pada bagian lain S. Nasution (1988 ;
1) menyatakan bahwa "tujuan penelitian naturalistik bukanlah untuk
menguji hipotesis yang didasarkan
atas teori-eori tertentu, melainkan
untuk menemukan pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi
teori.
Dengan demikian
penggunaan pendekatan penelitian kualitatif
lebih mengutamakan kemampuan peneliti untuk mengungkap fokus
permasalahan yang diteliti. Peneliti mengembangkan konsep pemikiran ,
pemahaman dari pola yang ada di dalam data, melihat secara keseluruhan
82
setting atau proses, individu, kelompok tanpa mengurangi variabel.
Sehingga peneliti harus memahami betul orang dari sisi orang pandangan
obyeknya, menaruh keyakinan, pandangan dan sikap, dan semua setting
atau proses dan orang-orang disekitar obyek berguna untuk diteliti dan
merupan suatu seni tersendiri.
Dilihat dari penjabaran di atas maka pendekatan kualitatif
merupakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini
sejalan dengan tujuan dari penelitian naturalistik kualitatif, yaitu
mengungkap kenyataan-kenyataan yang terjadi pada subyek penelitian
dan dideskripsikan melalui kata-kata, dan bukan berupa angka-angka
seperti dalam penelitian kuantitatif.
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian deskripsif dengan pendekatan kualitatif
yang menjadi instrumen penting dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri. Hal ini berarti bahwa peneliti
tersebut merupakan perencana,
pelaksana, pengumpul dan pencatat data, analis, penafsir data dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Keberadaan peneliti sebagai
instrumen merupakan alat pengumpul data utama, hal ini dilakukan
karena
dalam
penelitian
deskriptif kualitatif
peneliti merupakan
instrumen pokok yang dapat menelaah dan menafsirkan berbagai
83
fenomena dan sekaligus mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan
yang terjadi dilapangan. Selain itu peneliti sebagai instrumen bisa
mengadakan hubungan langsung dengan responden dan obyek yang
lainnya, memahami kaitan-kaitan dengan kenyataan di lapangan serta
mampu menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu
sehingga apabila terjadi hal yang demikian peneliti dapat menyadari
sekaligus berusaha untuk mengatasinya.
Sumber data utama dalam penelitian deskriptif kualitatif ialah
berupa kata-kata dan tindakan dn selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lainnya. Berkaitan dengan pemasalahan yang diajukan,
dan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang kasus yang
dikaji, maka diperlukan berbagai teknik pengumpulan data yang relevan.
Teknik pengumpulan data tersebut meliputi wawancara pada subyek
penelitian, observasi dan studi dokumentasi.
1.
Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini sifatnya terbuka dan tidak
terbatas serta dalam bentuk dialog semi teratur pada setiap aggota
peelitian, utamanya terhadap pengurus HMI, disamping
alumni
pelatihan pelatih kader HMI kasusnya sendiri, disamping simpatisan
yang
terlibat
langsung
atau
tidak
langsung
dalam
proses
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program
84
pelatihan. Dengan demikian diperoleh informasi yang lengkap, akurat,
obyektif, komprehensif, dan relevan dengan fokus penelitian yang
diajukan.
Agar wawancara dapat berlangsung terarah, baik dan tidak
terkesan kaku, peneliti disamping menggunakan alat bantu pedoman
singkat wawancara, juga berusaha untuk menghindarkan diri dari
situasi formal. Sedangkan agar dalam wawancara sedapat mungkin
peneJIti memfokuskan materi tertentu yang sudah dipersiapkan
sebelumnya secara bertahap, sampai data yang diperoleh dianggap
cukup memadai dan valid, baru kemudian dilanjutkan persoalan yang
lain, sesuai dengan fokus penelitian
yang diajukan. Agar data
wawancara tidak terdistorsi oleh keterbatasan
kemampuan ingatan
peneliti, maka setiap kali wawancara peneliti berusaha untuk
melakukan
perekaman
secara
tersembunyi,
sehingga
tidak
mengganggu situasi wawancara yang dilakukan.
Wawancara dengan alumni pelatihan HMI pada umumnya
dilakukan di rumah atau dikantor dengan terlebih dahulu mengadakan
perjanjian. Namun tidak jarang juga dilakukan di sekretariat HMI pada
saat mereka sedang berkunjung kesekretariat HMI, khususnya alumni
yang masih muda.
85
Sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan, materi wawancara
kepada pengurusa dan alumni kasus, mencakup pandangan mereka
terhadap proses pelatihan, motivasi, pelaksanaan, hasil dan dampak,
hambatan dan dukungan serta follow up yang harus dilakukan setelah
pelatihan.
Wawancara kepada pengurus dan alumni pelatihan, disamping
ditujukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari mereka,
sekaligus dimaksudkan untuk mengklarifikasi kebenaran data dari
sebelumnya. Wawancara pada pengurus pelatihan terutama dilakukan
pada pengurus dan alumni pelatihan secara khusus. Dipilihnya
pengurusan
dan
alumni
pelatihan
dikarenakan
mereka
lebih
mengetahui tentang proses pengembangan kualitas sumber daya
pemuda melalui program pelatihan serta berbagai upaya yang
dilakukan mereka untuk mensukseskannya.
Secara umum materi wawancara diarahkan kepada pemahaman
pengurus dan alumni pelatihan tentang pengembangan kualitas
sumber daya pemuda melalui program pelatihan berdasarkan motivasi,
sistem dan materi, proses pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan
dan dukungannya serta follow up setelah pelatihan. Misalnya melalui
identifikasi, keterlibatan pengurus secara langsung maupun tidak
langsung terhadap keseluruhan proses pembelajaran kasus baik di
86
lingkungan HMI atau di tempat pelatihan, seperti pemberian tugas,
presentasi makalah dan resume. Sedangkan wawancara dengan alumni
pelatihan tidak hanya dibatasi pada mereka saja melainkan kepada istri
dan keluarganya, yang secara fisik maupun psikologis terlibat langsung
dalam proses pelatihan tersebut.
Tahap kasus, sekalipun peneliti mengalami kesulitan dalam
menjalin komunikasi dengan mereka terutama menggali masalahmasalah tertentu yang memerlukan analisis yang lebih jauh, misalnya
tentang latar belakang keluarganya, baik dari segi status sosial atau dari
segi status agama. Namun jawaban-jawaban yang mudah dari kasus
tersebut cukup memberikan sumbangan yang berarti fokus penelitian
yang diajukan. Wawancara terhadap kasusu cenderung dilakukan di
rumah, atau di kantornya pada saat mereka lagi beristirahat. Materi
wawancara lebih diorientasikan kepada motivasi, sistem dan materi,
proses pelaksanaannya, hasil dan dampaknya, hambatan dan dukungan
serta follow up selanjutnya.
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan deskripsi dan
analisis data hasil wawancara, dalam penelitian ini wawancara
penelitian diupayakan dilakukan kasus perkasus maksudnya, setelah
diperoleh data yang komprehensif sesuai dengan fokus penelitian yang
diajukan, yaitu: peran para pemuda dalam pengembangan kualitas
87
sumber daya melalui program pelatihan dari kasus tertentu, baru
dilanjutkan dengan wawancara penelitian untuk mengumpulkan data
pada kasus yang berikutnya. Namun demikian, peneliti tetap
menggunakan asas fleksibilitas, terganrung situasi dan kondisi yang
berkembang di lapangan saat penelitian dilakukan.
2.
Observasi
Dalam penelitian ini observasi dilakukan melalui observasi
partisipasi pasif. Artinya disamping peneliti memfokuskan diri pada
upaya penggalian dan pengumpulan data sesuai dengan fokus
penelitian yang diajukan melalui pengamatan langsung terhadap
kegiatan yang dilakukan, situasi yang terjadi, dan gejala-gejala yang
ditampakkan, peneliti juga kadang-kadang ikut serta atau melibatkan
diri seadanya sebagai orang dalam terhadap kegiatan yang sedang
dilakukan, sehingga situasi yang diamati dapat berlangsung secara
alamiah, karena subyek penelitian tidak sedang diamati. Karena itu
dalam penelitian ini, peneliti lebih banyak menghabiskan waktunya
terutama bersama para pengurus dan alumni pelatihan untuk
mengamati berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para pengurus dan
peserta pelatihan tersebut dalam kaitannya
pengembangan kualitas sumber dayapemuda.
dengan upaya
88
Selama observasi berlangsung, peneliti berusaha untuk
melakukan pengamatan secermat mungkin tentang berbagai gejala
yang ditampakkan, baik perilaku, sikap, maupun reaksi dan tanggapan
para pengurus, alumni pelatihan, maupun kasus selama observasi
berlangsung. Sedapat mungkin selama proses pengamatan ini
berlangsung, peneliti sekaligus mencatata segala peristiwa yang terjadi
yang dianggap relevan dengan fokus penelitian dalam buku pedoman
dan catatan hasil observasi, namun bila tidak sempat maka pencatatan
dilakukan segera setelah pengamatan selesai dilakukan.
Sesuai dengan fokus penelitian yang diajukan yaitu tentang
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program
pelatihan kepada calon pelatih, kader HMI, maka proses pengamatan
terhadap para pengurus: (1) tidak dibatasi pada saat para pengurus
dalam lingkungan organisasi, tetapi juga terjadi di luar lingkungan
organisasi, seperti dilingkungan kampus, (2) lebih diorientasikan pada
bagaimana perlakuan dan motivasi para pemuda, termasuk peserta
latihannya selama berinteraksi dengan para pelatih. Dengan demikian
dapat diketahui tentang pengembangan kualitas sumber daya pemuda
melalui program pelatihan, serta motivasi sistem dan materi, proses
pelaksanaan, hasil dan dampak, hambatan dan dukungan, serta tindak
lanjut seteah pelatihan dilaksanakan. Selanjutnya agar diperoleh data
89
yang akurat dan obyektif, peneliti berusaha untuk melakukan
pengamatan dalam situasi yang bervariasi. Misalnya, di sekretariat
HMI sambil ngobrol-ngobrol atau dilingkungan luar ditempat
pelatihan atau di kampus. Observasi terhadap guru pelatihan
dilakukan terutama pada saat proses pelatihan itu dilaksanakan. Pada saat
tersebut, peneliti memposisikan diri sebagai peserta latihan. Tujuan
observasi terhadap para pelatih, dimaksudkan untuk mengatasi proses
pengembangan kualitas sumber daya pemuda pada saat pelatihan
berjalan, ada tidaknya kesejalanan antara materi yang disampaikan
dengan sistem pelatihan yang sudah dilentukan terhadap kasus, serta
untuk mengamati bagaimana sebenarnya peran para pelatih dan pengurus
dalam pengembangan kualitas sumber daya para pemuda.
Sekalipun observasi dalam penelitian ini lebih menekankan pada
peristiwa-peristiwa yang terjadi antara para pelatih dan pengurus terhadap
peserta pelatihan, namuan agar diperoleh data yang lebih komprehensif
observasi juga dilakukan pada saat proses pelatihan itu dilaksanakan.
3.
Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan berbagai data tertulis yang dianggap mendukung,
melengkapi, atau memperkaya data utama penelitian yang diperoleh
90
melalui observasi dan wawancara. Beberapa data yang dikumpulkan
antara lain tentang catatan-catatan dari para pelatih, pengalaman para
pelatih dan para pengurus serta dokumen lain yang menjadi pedoman
pelatihan. Dengan untuk keperluan ini beberapa catatan tertulis
tersebut dipinjam untuk melakukan penelaahan lebih lanjut.
C. Subyek Penelitian dan Kriteria Penarikan Kasus.
1. Subjek Penelitian
Responden sebagai subjek penelitian merupakan unsur yang
penting untuk mendapat informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian adlah semua orang yang
dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Sejalan dengan permasalahan
dalam penelitian ini, subjek penelitian tidak terbatas pada Pengurus
(akttifis) dan alumni pelatihan pelatih kader HMI yang dijadikan kasus,
tetapi juga orang lain yang mampu menjadi sumber informasi langsung
dari masalah yang diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang objektif,
akurat, terpercaya, rinci, dan komprehensif. Untuk itu dijadikan subjek
dalam penelitian ini adalah para alumni pelatihan HMI yang telah
ditetapkan sebagai kasus, Pengurus dan alumni Pelatihan HMI Cabang
Tasikmalaya.
91
Dengan kata lain sebagai responden dalam penelitian ini adalah pra
pemuda (pengurus dan alumni) yang ditetapkan sebagai kasus, sedangkan
sebagai informan adalah para sismpatisan.
2. Kriteria Penarikan Kasus
Penelitian ini dilakukan melalui studi yang mendalam terhadap
kasus. Dalam hasil telaah kasus tersebut diharapkan mampu memberikan
gambaran tentang subjek penelitian. Dengan kata lain kasus dapat
diharapkan mampu menjadi wakil (sampel) yang refresentatif dari
keseluruhan subyek penelitian (populasi).
Dalam kontek penelitian kualitatif, teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Sejalan dengan itu maka masalah
utama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana teknik penarikan kasus
dilakukan, sehingga kasus benar-benar refresentatif sesuai dengan tujuan
penelitian. Seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana (1989 : 96), teknik ini
digunakan apabila peneliti punya pertimbangan tertentu dalam
menetapak sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Untuk itu
penarikan kasus tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi mengacu
kepada beberapa kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kriteria tersebut adalah:
a. Telah diidentifikasi sebagai Pengurus, dan alumni pelatihan pelatih
kader HMI CabangTasikmalaya.
92
b. Pengurus dan alumni yang pernah mengikuti program pelatihan
pelatih kader HMI Cabang Tasikmalaya.
c. Memiliki data yang cukup komprehensif untuk digunakan sebagai
sumber informasi, terutama data empiris dan data dekumentasi.
d. Dilakukan berdasarkan atas kesepakatan antara peneliti, pengurus
HMI, dan para alumninya.
Berdasarkan kriteria di atas, maka pengurus HMI dan alumni yang
telah diangkat dan ditetapkan sebagai kasus, selanjutnya dilakukan studi
analisa yang cermat dan mendalam sesuai dengan fokus penelitian.
Sejalan dengan kriteria diatas, dalam penelitian ini penarikan kasus
tidak dilakukan secara kaku dan sekaligus, tetapi flekeibel dan bertahap
sesuai dengan informasi yang berkembang. Artinya, orang tua yang
semula telah ditetapkan sebagai kasus biasa saja kemudian dikeluarkan
atau dibatalkan sebagai kasus karena sesuatu dan lain hal.
D. Analisis dan Penafsiran Data
1. Analisis Data
Menurut Patton (1980 : 268), analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
uraian pembahasan. Pendapat lain yang senada dengan apa
yang
dikemukakan Patton, yakni Bogdan & Biklen (1982 : 145) mengemukakan
93
bahwa analisis data adalah proses mencari dan manata secara sistematis
catatan hasil
observasi, wawancara
dan studi dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Selanjutnya, Bogdan &
Biklen (1982 :146-162) membedakan analisis data itu melalui dua langkah,
yaitu analisis selama di lapangan dan analisis sesudah meninggalkan
lapangan. Langkah-langkah analisis selama di lapangan dan analisis
sesudah meninggalkan lapangan. Langkah-langkah selama di lapangan
adalah: (1) mempersempit fokus studi, (2) menetapkan tipe studi,
(3) mengembangkan secara
terus-menerus pertanyaan analitik, (4)
menuliskan komentar peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide
dan tema penelitian pada subyek responden sebagai analisis penjajagan,
(6) membaca kembali pustaka yang relevan selama di lapangan, (7)
menggunakan metaphora, analogi dan konsep. Langkah-langkah analisis
sesudah meninggalkan lapangan adalah : (1) membuat kategori masalah
dan menyusun kodenya, (2) menata sekuensi atau urutan penelaahannya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
Berdasarkan data yang terkumpul, yakni berupa abstrak dari seluruh
deskripsi hasil observasi, transkrip hasil dari wawancara baik rekaman
"tape recorder" maupun catatan lapangan, dan abstrak dari hasil studi
94
dokumentasi. Peneliti memilah-milah data tersebut sesuai dengan
kategori masalahnya.
- Menguraikan kategori-kategori tersebut untuk memahami aspek yang
terdapat di dalamnya sambil menelaah hubungan antara satu dengan
lainnya.
- Menata
urutan
masalah
guna
memberikan
tafsiran
yang
menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna
terhadap hasil analisis data dari ketegorimasalah tersebut.
Rangkaian dari kegiatan analisis data yaitu penafsiran data. Dengan
demikian antara analisis data dan penafsiran data merupakan satu
kesatuan tahap kegiaian.
Data yang diperoleh pada setiap pertemuan langsung dianalisis dan
ditafsirkan. Analisis dan penafsiran data berjalan terus selama proses
penelitian dan semua datayang diperlukan terkumpul.
Selama
proses
penelitian,
analisis
dilakukan
dan
muncul
pertanyaan-pentanyaan yang dijadikan patokan untuk melacak terus
kasus yang diteliti sampai diperoleh data sebanyak mungkin tentang pola
pengembangan kualitas sumber daya pemuda melalui program pelatihan
oleh HMI Cabang Tasikmalaya.
95
Oleh karena kasus yang diteliti menyangkut pola pengembangan atau
pembinaan melalui program pelatihan oleh HMI Cabang Tasikmalaya dan
motivasi apa yang mendorong para pemuda sehingga tertarik untuk
mengikuti program pelatihan, sistem program pelatihan apa yang digunakan,
proses pelaksanaan pelatihan yang bagai mana yang diberikan pada peserta,
apa yang dihasilkan peserta pelatihan setelah mengikuti program pelatihan,
hambatan dan dukungan apa yang terdapat pada proses pelatihan, serta
bagaimana follow up dari pelatihan berkaitan dengan kualitas sumber daya
pemuda, maka hasil penelitian akan dianalisis dengan menghubungkannya
melalui pendekatan pendidikan luar sekolah.
E. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dimaksud di sini adalah tahaptahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian
berlangsung. Langkah-langkah penelitian tersebut menurut S. Nasution
(1988 : 33 - 34) adalah 1) tahap orientasi, 2) tahap eksplorasi, dan 3) tahap
"member check".
1. Tahap Orientasi
Tahap awal sebagai pendahuluan peneliti lakukan sejak bulan
Maret 1999. Pada tahap ini penulis mengamati prilaku dan tingkah para
96
pengurus HMI dan Alumni Pelatihan pelatih kader HMI Cabang
Tasikmalaya baik saat proses pelatihan itu diselenggarakan, dan juga
saat diluar proses pelatihan. Berdasarkan penjajagan diperoleh
berbagai informasi tentang motivasi, sistem dan materi, proses
pelaksanaan, hasil dan
dan dampak, hambatan-hambatan dan
dukungan yang diperoleh peserta latihan serta follow up yang
dilakukan setelah mengikuti program pelatihan. Informasi data
diperoleh dari pengamatan terhadap para pemuda yang bersangkutan,
wawancara dengan para alumni, simpatisan yang tahu tentang program
pelatihan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi di atas, ditemukan
sejumlah aktifis HMI dan para alumninya yang dianggap tahu dan
memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai subjek penelitian, sesuai
dengan permasalahan yang diajukan. Berdasarkan temuan ini langkah
selanjutnya adalah:
97
a. Menetapkan 14 Orang dari sejumlah pengurus dan alumni pelatihan
yang berhasil diidentifikasi memenuhi kriteria sebagai subjek
penelitian untuk dijadikan sebagai kasus penelitian.
b. Menelusuri keberadaan Pengurus dan alumni pelatihan HMI yang
telah ditetapkan sebagai kasus kerumah atau kekantor masingmasing.
c. Mengurus surat-surat perizinan ke Pengurus HMI Cabang
Tasikmalaya guna keperluan wawancara dengan para alumninya
dan pengurus observasi di rumah atau di kantor.
d. Menyusun alat bantu penelitian, berupa pedoman wawancara dan
kisi-kisi observasi dan menyiapkan alat perekam yaitu ti
2. Tahap Eksplorasi
Tahap ini, dilaksanakan
dengan 15 Agustus 1999.
dari tanggal 18 Maret 1999 sampai
Pada tahap ini dilakukan penggalian
informasi dan pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang
diteliti. Jadi merupakan tahap pemantapan dari tahap sebelumnya ,
98
yang mencakup penyempurnaan alat bantu penelitian, pelaksanaan
observasi, studi dekumenter, dan kegiatan wawancara. Dalam
pelaksanaannya tahap ini tidak hanya dilakukan dilingkungan di
tempat pelatihan, tapi juga dilakukan di rumah dan kantornya.
3. Tahap member Check dan Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran data. Setiap
perolehan data selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali kepada
sumbernya, selanjutnya diolah dan ditafsirkan. Kegiatan ini dilakukan
selama kegiatan penelitian berlangsung, pelaksanaannya terus
dimantapkan sampai penelitian dianggap selesai.
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Dari temuan dan informasi hasil penelitian, maka setelah
dideskripsikan dan dibahas selanjutnya peneliti mencoba merumuskan
kesimpulan-kesimpulan, implikasi, danrekomendasi sebagai berikut:
A. Kesimpulan-Kesimpulan
1. Motivasi yang mendorong para pemuda (mahasiswa) untuk mengikuti
program pelatihan yang diselenggarakan organisasi HMI Cabang
Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Karena ingin belajar "ke-Islaman" yang mereka yakini bahwa suatu
kegiatan yang dilakukan dengan berlandaskan pada nilai-nilai keIslaman yang bersumber pada Al-Qur'an dan Al-Hadits.
b. Karena didorong oleh rasa kebutuhan untuk belajar memimpin,
sehingga dengan berorganisasi maka potensi kepemimpinan akan
terlatih.
c. Karena didorong oleh rasa kebutuhan untuk meningkatkan
wawasan dan pengalaman serta relasi yang luas, maka hal tersebut
akan bisa tercapai dengan berorganisasi karena di sana terkumpul
226
227
para pemuda (mahasiswa) dari berbagai disiplin ilmu dan dari
berbagai perguruan tinggi.
d. Karena didorong oleh keinginan beraktualisasi diri, dengan
berorganisasi maka keinginan tersebut akan berkembang.
e. Karena didorong oleh rasa tanggung jawab moral terhadap kondisi
kehidupan remaja khususnya kabupaten Tasikmalaya, melalui
pelatihan atau pembinaan tersebut maka akan mampu membantu
dan membimbing mereka.
f. Karena didorong untuk mendapatkan nilai tambah (adding value)
dari berbagai pembelajaran yang diikuti dan dilaksanakannya
diorganisasi selain ilmu pengetahuan yang terdapat dari kampus.
2. Sistem dan materi program pelatihan yang dipersiapkan organisasi
HMI Cabang Tasikmalaya bagi para pemuda (mahasiswa) peserta
pelatihan dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Sistem dan materi Program Pelatihan yang disusun dan
dipersiapkan dengan berlandaskan pada beberapa landasan,
pertama landasan nilai yang bersumber pada Al-Qur'an dan Al-
Hadits, kedua landasan Historis , ketiga landasan konstitusional,
keempat landasan sosio kultural, kelima Perguruan tinggi sebagai
faktor pendukung dalam membentuk wujud kader HMI di masa
depan dankeenam wujud profil kader HMI di masa depan.
228
b. Materi ke-Islaman yang meliputi ; Sejarah HMI, Nilai Identitas
Kader (NIK) yang terdiri dari : Dasar-dasar Kepercayaan, Dasardasar kemanusiaan, Taqdir dan ikhtiar, keadilan individu dan
masyarakat,
c. Materi umum yang terdiri :wawasan IPTEK, Mahasiswa sebagai inti
kekuatan pembaharaan, sistem pembangunan nasional, wawasan
internasional, seta materi tambahan yang ditentukan oleh Cabang
dan komisariat.
3. Pelaksanaan program pelatihan yang diselenggarakan organisasi HMI
Cabang Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Program pelatihan calon anggota instruktur atau pelatih HMI adalah
merupakan tanggung jawab Ketua Bidang Pembinaan Anggota (PA)
Cabang
dan Bidang PA. di Komisariat-komisariat HMI Cabang
Tasikmalaya.
b. Pelaksanaan program pelatihan dilakukan secara bertingkat atau
berjenjang dan berkelanjutan yaitu: LK I, LK II, LK III.
c. Pelaksanaan program pelatihan dilakukan setiap penerimaan
mahasiswa baru di kampus, atau sesudah semesteran di kampus.
d. Pelaksanaan Up Greading dan kegiatan la