PEMISAHAN ION IODIDA TERHADAP ANION LAINNYA SECARA KROMATOGRAFI ION PADA KOLOM ODS YANG DILAPISI DENGAN SETILTRIMETILAMONIUM BROMIDA.

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

Judul:

PEMISAHAN ION IODIDA TERHADAP ANION LAINNYA SECARA KROMATOGRAFI ION PADA KOLOM ODS YANG DILAPISI DENGAN

SETILTRIMETILAMONIUM BROMIDA Oleh:

Dr. Safni, M.Eng Dr. Syukri Arif, M.Eng

Dibiayai: Rp. 20.000.000

SURAT PERJANJIAN NOMOR: 005/SP3/PP/DP2M/II/2006 DIREKTORAT JENDERAL PERGURUAN TINGGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : PEMISAHAN ION IODIDA TERHADAP ANION LAINNYA SECARA KROMATOGRAFI ION PADA KOLOM ODS YANG DILAPISI DENGAN SETILTRIMETILAMONIUM BROMIDA

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Safni, M.Eng b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP : 131 912 580 d. Pangkat/Golongan : Penata/ III c e. Jabatan Fungsional : Lektor f. Fakultas/Jurusan : MIPA/ Kimia

g. Perguruan Tinggi : Universitas Andalas Padang

h. Pusat Penelitian : Lembaga Penelitian Universitas Andalas 3. Jumlah Tim Peneliti : 2 orang

4. Lokasi Penelitian : Laboratorium Kimia Analisis Instrumen, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas Padang

5. Kerjasama dengan institusi lain

a. Nama Instansi : Universitas Gifu b. Alamat : Jepang

6. Masa Penelitian : 7 bulan

7. Jumlah Biaya : Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)

Padang, 11 September 2006

Mengetahui: Ketua Peneliti,

Dekan

Dr. H. Ardinis Arbain Dr. Safni, M.Eng

NIP. 130 936 664 NIP. 131 912 580

Menyetujui,

Ketua Lembaga Penelitian

Prof. Dr. Ir. Helmi, MSc. NIP. 131 474 873


(3)

PEMISAHAN ION IODIDA TERHADAP ANION LAINNYA SECARA KROMATOGRAFI ION PADA KOLOM ODS YANG DILAPISI DENGAN

SETILTRIMETILAMONIUM BROMIDA Ketua Peneliti:

Dr. Safni, M.Eng

Laboratorium Kimia Analisis Instrumen, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Andalas, Padang, Indonesia.

RINGKASAN

Pemisahan ion iodida terhadap anion lainnya secara kromatografi ion telah dilakukan pada kolom Inertsil ODS-2 yang dilapisi ion setiltrimetilamonium bromida dengan menggunakan alat HPLC dan sistem deteksi UV. Penelitian ini bertujuan untuk pemisahan ion iodida terhadap anion lainnya dengan menentukan kondisi optimum pemisahan. Kondisi optimum diperoleh dengan variasi komposisi eluen yang terdiri dari larutan NaCl, NaClO4 dan bufer fosfat.

Pemisahan ion iodida dan anion lainnya dipengaruhi oleh konsentrasi NaCl dan NaClO4 serta pH dari larutan bufer fosfat. Kondisi optimum pemisahan ion iodida terhadap anion lainnya diperoleh pada komposisi eluen; 0,3 M NaCl  0,05 M NaClO4 

5 mM bufer fosfat pH 6,0 dengan kecepatan alir 1,0 mL/min dan sistem deteksi UV. Waktu retensi yang diperoleh untuk ion iodat dan iodida berturut-turut 2,33 menit dan 3,13 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 228 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk ion nitrat dan iodida berturut-turut 2,58 menit dan 3,16 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 227 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk ion tiosianat dan iodida berturut-turut 2,27 menit dan 2,93 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 222 nm.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolom Inertsil ODS-2 dapat digunakan untuk pemisahan ion iodida terhadap anion lainnya secara kromatografi ion setelah dilapisi dengan setiltrimetilamonium bromida.


(4)

SUMMARY

Separation of iodide and other anions has been investigated on an ODS column modified with cetyltrimethylammonium by ion chromatography using HPLC and UV detection. It was purposed to separate iodide and other anions by determining optimum condition. Optimum condition was determined by varying composition concentration of sodium chloride, sodium perchlorate and phosphate buffer solutions as eluent.

Separation of iodide and other anions was affected by concentration of NaCl, NaClO4 and pH of phosphate bufer solutions. Optimum condition was obtained on eluent composition; 0.3 M NaCl  0.05 M NaClO4  5 mM phosphate buffer (pH 6.0) at 1.0 mL/min of flow rate and UV detector for detection. Retention time of iodate and iodide were 2.33 minutes and 3.13 minutes, respectively, on UV detection 228 nm. Retention time of nitrate and iodide were 2.58 minutes and 3.16 minutes, respectively, on UV detection 227 nm. Retention time of thiocyanate and iodide were 2.27 minutes and 2.93 minutes, respectively, on UV detection 222 nm. These results indicated that an ODS column modified with cetyltrimethylammonium can be used for separation of iodide and other anions by ion chromatography.

I. PENDAHULUAN

Teknik kromatografi ion telah mengalami perkembangan yang pesat sejak pertama kalinya diperkenalkan oleh H. Small, T.S. Stevens dan W.C. Bauman pada tahun 1975. Kromatografi ion termasuk bagian dari kromatografi cair yang merupakan salah satu metoda analisis untuk pemisahan ion organik ataupun ion anorganik. Metoda ini telah menjadi suatu teknik yang popular untuk pemisahan anion dan kation yang biasanya sulit untuk dianalisis, karena metoda ini memiliki kecepatan analisis, sensitivitas, selektifitas, sistem pendeteksian, dan stabilitas kolom pemisah yang baik (Weiss, 1995)

Para ahli kromatografi ion telah mengembangkan berbagai jenis tipe material paket kolom seperti fasa diam penukar anion yang dimodifikasi dengan anionik polisakarida dimana dapat mempengaruhi kapasitas fasa diam penukar anion dan retensi


(5)

dari anion (Safni et al., 1999, 2001; Takeuchi et al., 1986, 1997,1998,1999, 2000). Kolom yang dimodifikasi dengan ammonium kuaterner seperti pada kolom fasa terbalik oktadesil-silika (ODS) (Ito, 1991; Yokoyama, 2000; Cassidy, 1982), kolom silika gel (Takeuchi, 1986) dan kolom siano (CN)-silika (Reeve, 1979) juga telah dapat digunakan untuk pemisahan anion anorganik dengan kapasitas yang tinggi sebagai fasa diam penukar anion.

Sejumlah reagen pemodifikasi berupa ammonium kuarterner yang terlapisi pada material kolom dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas penukar anion seperti: setiltrimetilammonium (Ito, 1991), setilpiridinium (Jun, 1986), dan tetrametil-ammonium (Takeuchi, 1986). Pelapisan kolom dengan ion cetyltrimethylammonium (CTA+)dipilih karena ia merupakan suatu surfaktan ionik yang bersifat hidrofobisitas tinggi dari gugus setil-nya dan reagen yang mudah larut dalam air (Ito, 1991). Sisi aktifnya yang bermuatan positif dapat meningkatkan kapasitas dan efisiensi kolom untuk pemisahan anion (Ito, 1991; Yokoyama, 2000; Cassidy, 1982). Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan kolom ODS yang dimodifikasi CTA+ untuk pemisahan ion iodida dan anion-anion lainnya pada daerah deteksi UV.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iodida

Iodida termasuk senyawa iodium yang penting dan dapat diperoleh dalam bentuk kalium iodida (KI), natrium iodida (NaI) dan ammonium iodida (NH4I). Iodida dalam bentuk NaI dengan berat molekul 148,92 g.mol-1 membentuk kristal tak berwarna yang mudah larut dalam air, etanol, aseton dan gliserol. Pada umumnya ion iodida dalam bentuk garam mudah larut dibandingkan garam halida lainnya (Ullmans Encyclopedia, 1989). Natrium iodida dihasilkan dengan adanya penambahan natrium hidroksida dalam larutan asam iodida. Iodida dalam air laut diproduksi secara biologis melalui reduksi iodat. Iodida mudah dioksidasi dalam larutan asam menjadi iod bebas dengan sejumlah zat pengoksidasi seperti kalium nitrit (Svehla, 1989)


(6)

Iodida bersifat racun apabila dikonsumsi dalam jumlah yang terlampau besar yang dapat menyebabkan anemia dan depresi (Ullmans Encyclopedia, 1989). Iodat dan iodida merupakan senyawa iodium dan diketahui berfungsi sebagai mikronutrien penting yang dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan ataupun kekurangan konsumsi senyawa iodium dalam bahan makanan dapat mengakibatkan terganggunya aktifitas metabolisme hormon tiroid. Pengunaan garam iodisasi dalam bahan makanan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan iodida dalam tubuh. Penentuan iodida dalam bahan biologis, makanan, obat-obatan dan air minum telah menjadi penelitian yang penting dalam bidang medis, farmasi, dan industri (Verma et al, 1992).

2.2 Iodat

Iodat merupakan garam-garam dari asam iodat yang berbentuk ristal rhombohedral dan monoklin yang berwarna putih, bersifat stabil pada temperatur kamar. Penyimpanan iodat harus dihindari dari kontak dengan senyawa organic dan material yang mudah terbakar atau meledak (Ullmans Encyclopedia, 1989). Iodat dapat membentuk garam dari berbagai logam, garamnya dengan logam alkali dan magnesium. Iodat dapat larut dalam air dan umumnya kelarutannya lebih kecil dari klorat dan bromat. Kelarutan garam atrium iodat dalam air ialah 90,0 g. L-1 pada suhu 20 oC (Svehla, 1989). Natrium iodat dan kalium iodat adalah senyawa iodat yang sering digunakan untuk iodisasi garam. Garam natrium iodat dapat disintesis dari bahan dasar iodium dalam larutan natrium hidroksida. Iodat dapat berubah menjadi iodida dengan adanya pereduksi seperti besi (II) sulfat (Svehla, 1989). Iodat ditemukan di alam dalam bentuk mineral brugenit, Ca(IO3).H2O; dietzeit, Ca2(IO3)2.CrO4; dan lautarit, Ca(IO3)2. Iodium dalam jumlah kecil banyak tersebar dalam batuan, tanah, dasar laut dan air laut (Ullmans Encyclopedia, 1989).

Iodium terdapat dalam bentuk iodat dan iodida dalam jumlah kecil. Penambahan iodat pada garam dapur merupakan proses lanjutan yang dikenal dengan iodisasi garam. Hasil iodisasi garam disebut dengan garam beryodium dan berguna untuk mencegah kekurangan iodium yang dapat menyebabkan penyakit kelenjar tiroksin (gondok) dan keratin (Ullmans Encyclopedia, 1989).


(7)

2.3 Nitrat

Nitrat ditemukan di alam dalam bentuk garam sebagai hasil siklus nitrogen. Nitrat terbentuk dari proses nitrifikasi, yaitu oksidasi amoniak dengan bantuan bakteri dalam tanah. Persenyawaan nitrat penting dalam sintesa protein yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan. Nitrat banyak digunakan dalam produksi pembuatan pupuk, industri logam, farmasi dan industri makanan sebagai pengawet (Ullman Encyclopedia, 1989).

Nitrat dapat ditemukan pada limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah rumah sakit. Kadar nitrat yang tinggi pada daerah perairan dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang mengakibatkan air kekurangan oksigen dan kematianpada ikan. Kelebihan nitrat dalam tubuh akan direduksi menjadi nitrat bereaksi langsung dengan hemoglobin dalam daerah membentuk metheglobin yang dapat menghambat transpor oksigen dalam darah (Iskandarani and Pletrzyk, 1982).

2.4 Tiosianat

Tiosianat meruapakan salah satu ion yang bersifat toksik bagi makhluk hidup. Sumber-sumber tiosianat pada air dapat berasal dari berbagai aktifitas kimia, fotografi, pertanian, produk obat-obatan , pabrik rokok, tekstil, baja dan bahan pangan yang mengandung flukosida sianogenik (Poole, 1994; Ahuja, 1989). Keberadaan tiosianat dalam cairan tubuh untuk memonitor adanya SCN- yang berasal dari rokok tembakau dan pada sayuran yang mengandung glikosida sianogenik. SCN- juga dapat menghambat penyerapan iodida oleh kelenjer tiroid (Bendsten and Hansen, 1991). Tiosianat juga berfungsi sebagai kagtalis dalam pembentukan nitrosamin dalam tubuh yang bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker lambung yang berhubungan dengan konsumsi pangan dan merokok (Pinillos et al, 1996).

Penentuan tiosianat dalam air ludah menjadi penelitian penting dalam bidang medis. Beberapa metoda telah dikembangkan dalam penentuan ion tiosianat dalam air ludah diantaranya, voltametri tidak langsung yang didasarkan pada perubahan tiosianat menjadi sianida, spectrometer UV-Vis dengan pembentukankompleks Fe 3, polarografi dengan menggunakan elektroda tetes merkuri, flow injeksi analisis dengan mengoksidasi


(8)

2-(5-Br-PADAP) dalam suasana asam secara kromatografi ion (Bendsten and Hansen, 1991; Pinillos et al, 1996).

2.5 Kromatografi Ion

Teknik kromatografi merupakan salah satu teknik pemisahan dengan menggunakan kolom yang berlangsung secara kontinyu, dimana komponen yang akan dipisahkan terdistribusi berdasarkan kesetimbangan diantara dua fasa. Salah satu fasa terdapat pada suatu tempat (kolom) yang dikenal sebagai fasa diam dan satu fasa lagi bergerak sepanjang fasa diam disebut fasa gerak. Komponen terelusi berdasarkan tingkat selektifitas kolom (Heftmann, 1992).

Kromatografi ion merupakan salah satu metoda analisis untuk pemisahan anion dan kation anorganik ataupun organik ataupun organik yang kompleks dan mungkin sulit untuk dianalisis dan dipisahkan dengan metoda lain. Metoda ini telah menjadi suatu teknik yang popular karena memiliki kecepatan analisis, sensitifitas, selektifitas, sistem pendeteksian dan stabilitas kolom yang baik (Weiss, 1995). Oleh karena itu, kromatografi ion telah banyak dipilih sebagai metoda pemisahan dalam industri, farmasi, produk bahan makanan dan lingkungan (Haddad and Jackson, 1990).

2.6 Modifikasi Kolom

Selektifitas menentukan kemampuan fasa diam untuk dapat membedakan komponen sampel sehingga setiap komponen dapat terpisahkan dengan baik. Fasa diam dapat dimodifikasi guna meningkatkan kapasitas dan efisiensi fasa diam sebagai penukar ion (Weiss, 1995; Haddad and Jackson, 1990).

Modifikasi fasa diam penukar anion-silika telah dilakukan secara kromatografi ion dengan ionik polisakarida, seperti: kondroitin sulfat, heparin dan dekstran sulfat. Fasa diam yang sudah dimodifikasi dengan ionic polisakarida ini dapat digunakan untuk pemisahan anion dan kation anorganik serta penentuan ion logam alkali dan alkali tanah (Safni et al., 1999, 2001; Takeuchi et al., 1986, 1997,1998,1999, 2000; Reeve, 1979). Retensi analit akan berubah dengan berubahnya jenis dan komposisi eluen yang digunakan. Ukuran molekul dari pemodifikasi mempengaruhi distribusi massa molekuler


(9)

pemodifikasi dalam pembentukan sisi aktif pertukaran ion, secara tidak langsung mempengaruhi kapasitas fasa diam penukar ion dan retensi dari analit.

Modifikasi kolom dapat dilakukan dengan menggunakan suatu surfaktan ionik seperti ion setiltrimetilamonium (CTA+) yang mempunyai hidrofobisitas tinggi dan memiliki gugus aktif yang bermuatan positif. Kolom ODS yang dilapisi dengan CTA+ dapat digunakan sebagai fasa diam penukar anion (Ito et al., 1991; Yokoyama, 2000).

III.METODE PENELITIAN II.1 Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan terdiri dari: sistem Peralatan HPLC Shimadzu model SCL-10AVP, yang dilengkapi dengan pompa LC-10 AT VP, detektor Shimadzu UV-VIS, model SPD-10 AV.VP, sample loop volume 20 (L Rheodyne 7725 i Injector (Cotati, California, USA); kolom Inertsil ODS-2 (250 x 4.6 mm i.d.), (Gasukuro, Tokyo, Japan), syringe, rekorder U-228-IP-123 Shimadzu, seperangkat alat Spectrophotometer UV-160A Shimadzu, pH meter Denver Instrument, water jet vakum / aspirator dan peralatan gelas yang umum dipakai di laboratorium.

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari: setiltrimetilamonium bromida (CTAB) dari E. Merck, natrium perklorat monohidrat (NaClO4.H2O) dari E. Merck, natrium klorida (NaCl) dari E. Merck, natrium iodat (NaIO3) dari Wako Pure Chemical, natrium iodida (NaI) dari E. Merck, bufer fosfat (NaH2PO4.H2O dan Na2HPO4) dari E. Merck dan akuabides.

II.2 Modifikasi Kolom ODS dengan CTAB

Larutan standar CTAB 5 mM dibuat dari pengenceran larutan induk CTAB 0,1 M dengan akuabides. Kolom ODS yang telah dipersiapkan dimodifikasi dengan mengalirkan larutan CTAB pada kolom dengan kecepatan alir 0,1 mL/menit. Pelapisan ion CTA+ dianggap sempurna setelah didapatkan absorban yang stabil. Setelah itu kolom dielusi dengan akuades dan 0,1 M NaCl untuk mengeluarkan sisa pemodifikasi yang tidak terlapisi pada fasa diam.


(10)

II.3 Pemisahan Anion

II.3.1 Pemisahan ion iodida dan iodat

Pemisahan ion iodida dan iodat dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan iodida dan iodat pada alat HPLC. Eluen yang terdiri dari variasi komposisi NaCl, NaClO4 dan bufer fosfat digunakan dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit pada panjang gelombang UV yang sesuai untuk pemisahan ion iodida dan iodat.

II.3.2 Pemisahan ion iodida dan nitrat

Pemisahan ion iodida dan nitrat dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan iodida dan nitrat pada alat HPLC. Eluen yang terdiri dari variasi komposisi NaCl, NaClO4 dan pH bufer fosfat digunakan dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit pada panjang gelombang UV yang sesuai untuk pemisahan ion iodida dan nitrat.

II.3.3 Pemisahan ion iodida dan tiosianat

Pemisahan ion iodida dan tiosianat dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan iodida dan tiosianat pada alat HPLC. Eluen yang terdiri dari variasi komposisi NaCl, NaClO4 dan bufer fosfat digunakan dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit pada panjang gelombang UV yang sesuai untuk pemisahan ion iodida dan tiosianat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Pemilihan panjang gelombang UV

Penentuan panjang gelombang yang akan dipakai pada detektor UV dilakukan dengan pengukuran spektrum serapan untuk masing-masing larutan natrium iodida, natrium iodat, natrium nitrat dan natrium tiosianat 20 mg/L. Ion iodida, iodat, nitrat dan tiosianat memiliki serapan maksimum masing-masing pada panjang gelombang 227,5 nm, 228 nm, 225,9 nm dan 216,2 nm. Selanjutnya untuk pemisahan ion iodida dan iodat dilakukan pendeteksian pada panjang gelombang 228 nm, untuk ion iodida dan nitrat pada 227 nm dan untuk ion iodida dan tiosianat pada 222 nm.


(11)

III.2 Pemisahan ion iodat dan iodida

III.2.1 Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap pemisahan ion iodat dan iodida

Eluen yang terdiri dari variasi konsentrasi NaCl, 0,05 M NaClO4 dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0 berpengaruh terhadap pemisahan ion iodat dan iodida. Variasi konsentrasi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 M NaCl pada eluen dapat memisahkan iodat dan iodida dengan waktu retensi yang dihasilkan berbeda. Pada konsentrasi 0,3 M NaCl terjadi kenaikan waktu retensi untuk kedua ion, sedangkan pada konsentrasi 0,5 M NaCl pemisahan terjadi dengan waktu retensi yang semakin kecil untuk kedua ion, iodat dan iodida. Pada konsentrasi 0,1 M dan 0,2 M NaCl ditemukan adanya puncak yang negatif dan puncak iodida yang tidak simetris. Pada konsentrasi 0,4 M NaCl terlihat bahwa iodida kurang sempurna terelusi dengan puncak yang dihasilkan melebar (tailing). Pada konsentrasi 0,5 M NaCl, puncak ion iodat dan iodida pada kromatogram terlihat berdempet (overlapping) dengan resolusi kecil dari 1,0. Hal ini memperlihatkan bahwa pada konsentrasi NaCl yang terlampau besar kurang baik untuk pemisahan iodat dan iodida.

4.2.2 Pengaruh konsentrasi NaClO4 terhadap pemisahan ion iodat dan iodida

Eluen yang terdiri dari variasi konsentrasi NaClO4, 0,3 M NaCl dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0 memberikan pengaruh terhadap daya elusi dan pemisahan ion iodat dan iodida. Variasi konsentrasi 0,03; 0,04; 0,05; 0,06 dan 0,07 M NaClO4 dapat memisahkan ion iodat dan iodida dengan waktu retensi yang berbeda. Pada konsentrasi 0,03; 0,04; 0,05 dan 0,06 M NaClO4 dihasilkan pemisahan ion iodat dan iodida dengan puncak yang tidak berdempet dan resolusi besar dari 1,3. Pada konsentrasi 0,03; 0,04 dan 0,06 M NaClO4 dari kromatogram terlihat bahwa iodida terelusi kurang sempurna. Pada konsentrasi 0,07 M NaClO4 terjadi pemisahan iodat dan iodida dengan puncak iodida yang dihasilkan tampak melebar dan resolusi yang dihasilkan kecil dari 1,0.

4.2.3 Pengaruh pH terhadap pemisahan ion iodat dan iodida

Eluen yang digunakan untuk pemisahan ion iodat dan iodida terdiri dari campuran 0,3 M NaCl, 0,05 M NaClO4 dan variasi pH bufer fosfat. Variasi pH 5,8; 6,0; 6,2; 6,4 dan 6,6 berpengaruh cukup besar terhadap selektifitas pemisahan iodat dan iodida, dan


(12)

kekuatan ionik ion-ion dari eluen terhadap analit. Variasi pH pada eluen terjadi fluktuasi yang tidak teratur terhadap waktu retensi. Pada pH 5,8; 6,0 dan 6,2 dapat memisahkan ion iodat dan iodida dengan waktu retensi yang berbeda dan puncak yang dihasilkan pada kromatogram terpisah dengan resolusi yang besar dari 1,0. Pada pH 6,2 terjadi kenaikan terhadap waktu retensi untuk kedua ion dengan puncak iodida yang melebar (tailing). Pada pH 6,4 waktu retensi yang dihasilkan semakin menurun untuk kedua ion, iodat dan iodida, dan resolusi yang diperoleh kecil dari 1,0. Pada pH 6,6 tidak terjadi pemisahan antara iodat dan iodida, dimana dalam campuran analit iodat tidak terdeteksi dan waktu retensi yang dihasilkan iodida kecil. Perubahan pH bufer akan mempengaruhi karakter dari media pertukaran anion, kesetimbangan asam-basa dan ionisasi dari sampel sehingga berguna untuk mengontrol selektifitas dan memperbaiki kekuatan elusi dari eluen.

Gambar 1. Kromatogram pemisahan ion iodat dan iodida pada kondisi optimum. Kolom: Inertsil ODS-2 (250 x 4.6 mm i.d.) yang dilapisi setiltrimetillamonium bromida; Eluen: 0,3 M NaCl, 0,05 M NaClO4 dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0; Sistem deteksi UV (228 nm), Analit: 1. 20 mg/L iodat, 2. 10 mg/L iodida

III.3 Pemisahan ion nitrat dan iodida

4.3.1 Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap pemisahan ion iodida dan nitrat

Penambahan konsentrasi NaCl dalam fasa gerak yang terdiri dari campuran 0,05 M NaClO4 dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0 berpengaruh terhadap pemisahan ion iodida dan


(13)

ion nitrat. Pemisahan terjadi pada konsentrasi 0,1-0,4 M NaCl, dimana kedua ion yang dipisahkan memberikan waktu retensi yang cukup berbeda, sedangkan pada konsentrasi 0,5 M NaCl memberikan waktu retensi yang sangat dekat, sehingga tidak terjadi pemisahan. Waktu retensi dari ion iodida maupun ion nitrat menunjukkan nilai terendah

pada konsentrasi 0,5 M NaCl. Dari beberapa variasi konsentrasi yang telah dilakukan, hasil pemisahan yang terbaik terjadi pada konsentrasi 0,3 M NaCl dengan resolusi 1,16. Konsentrasi 0,1 M NaCl puncak yang didapatkan tidak bagus, terutama untuk ion iodida. Pada konsentrasi 0,2 M NaCl dan 0,4 M NaCl kedua puncak untuk ion iodida dan nitrat tidak dipisahkan dengan baik, sedangkan pada konsentrasi 0,5 M NaCl tidak tampak terjadinya pemisahan atau tumpang tindih antara puncak ion iodida dan ion nitrat. 4.3.2. Pengaruh konsentrasi NaClO4 terhadap pemisahan ion iodida dan nitrat

Konsentrasi NaClO4 (0,03 M - 0,07 M) dalam fasa gerak yang terdiri dari 0,3 M NaCl dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0 sangat berpengaruh terhadap pemisahan ion iodida dan ion nitrat. Waktu retensi dari iodida dan nitrat berkurang dengan meningkatnya konsentrasi dari NaClO4 dalam fasa gerak. Hal ini disebabkan kekuatan elusi dari fasa gerak meningkat sehingga analit dielusi lebih cepat. Elusi dari iodida dan nitrat sangat bergantung pada konsentrasi NaClO4 dalam daerah konsentrasi yang diuji (0,03 M - 0,07 M). Iodida dan nitrat dapat terpisah pada konsentrasi NaClO4 0,03 M - 0,06 M sedangkan pada konsentrasi NaClO4 0,07 M tidak terjadi pemisahan yang baik. Pemisahan optimum terjadi pada konsentrasi 0,05 M NaClO4.

4.3.3. Pengaruh pH bufer fosfat terhadap pemisahan ion iodida dan nitrat

Pemisahan ion iodida dan ion nitrat sangat dipengaruhi oleh variasi pH bufer fosfat dalam fasa gerak yang terdiri dari 0,3 M NaCl dan 0,05 M NaClO4. Pemisahan terjadi pada pH bufer fosfat 5,8 dan 6,0. Pada pH di atas 6,0 ion iodida dan nitrat tidak terpisah dengan baik, terutama pada pH 6,4 dan pH 6,6. Hal ini disebabkan nilai pH sangat mempengaruhi kekuatan elusi dari fasa gerak sehingga akan mempengaruhi waktu retensi dari analit.


(14)

Gambar 2. Kromatogram pemisahan ion nitrat dan iodida.

Analit; 10 mg/L iodida dan 10 mg/L nitrat, kolom; Inertsil ODS - 2 dilapisi dengan setiltrimetilamonium bromida (250 x 4,6 mm i.d.), fasa gerak; 0,05 M NaClO4 + 0,3 M NaCl + 5 mM bufer fosfat pH 6,0, sistem deteksi UV pada; 227 nm, kecepatan alir; 1 mL/menit, volume sampel; 20 µL

III.4 Pemisahan ion tiosianat dan iodida

4.4.1 Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Pemisahan Ion Tiosianat dan Iodida

Pada awalnya waktu retensi kedua anion berkurang dengan kenaikan konsentrasi NaCl dalam fasa gerak. Pemisahan terbaik ion tiosianat dan iodida diperoleh pada konsentrasi 0,3 M NaCl dalam fasa gerak dimana waktu retensi masing-masing anion adalah 2,27 menit untuk ion tiosianat dan 2,93 menit untuk ion iodida dengan nilai resolusi (Rs) 3,3. Pada konsentrasi NaCl yang lebih rendah dari 0,3 M tidak terjadi pemisahan ion tiosianat dan iodida secara sempurna, hal ini disebabkan karena lemahnya kekuatan pengelusi NaCl. Sedangkan di atas konsentrasi 0,3 M NaCl dalam fasa gerak juga tidak terjadi pemisahan secara sempurna karena waktu retensi kedua anion berdekatan.

4.4.2 Pengaruh Konsentrasi NaClO4 Terhadap Pemisahan Ion Tiosianat dan Iodida Semakin besar konsentrasi NaClO4 dalam fasa gerak akan mempercepat pengelusian kedua ion. Variasi konsentrasi 0,03, 0,04, 0,05, 0,06, dan 0,07 M NaClO4 dapat memisahkan ion tiosianat dari iodida tetapi pemisahan terbaik ion tiosianat dan


(15)

iodida diperoleh pada konsentrasi 0,05 M NaClO4. Pada konsentrasi NaClO4 yang lebih kecil dari 0,05 M, perbedaan waktu retensi dari kedua ion lebih besar dari perbedaan waktu retensi pada konsentrasi 0,05 M NaClO4 tetapi pemisahan yang dihasilkan kurang baik karena tidak tercapainya garis dasar pemisahan. Sedangkan di atas konsentrasi 0,05 M NaClO4 perbedaan waktu retensi kedua ion lebih kecil dari perbedaan waktu retensi pada konsentrasi 0,05 M NaClO4 sehingga kedua analit tidak terelusi sempurna.

4.4.3 Pengaruh pH Terhadap Pemisahan Ion Tiosianat dan Iodida

Fasa gerak yang digunakan untuk pemisahan ion tiosianat dan iodida terdiri dari campuran yang mengandung larutan bufer fosfat dan garam-garam anorganik NaCl dan NaClO4. Dengan variasi pH 5 mM bufer fosfat, 0,3 M NaCl dan 0,05 M NaClO4 memberikan pengaruh yang besar terhadap pemisahan ion tiosianat dan iodida. Pemisahan terbaik ion tiosianat dan iodida diperoleh pada pH 6,0. Di sekitar pH 6,0 yaitu pH 5,8 dan 6,2 dapat juga memisahkan ion tiosianat dan iodida tetapi pengelusian kedua ion tidak sempurna sehingga tidak terjadi garis dasar pemisahan. Sedangkan pada pH 6,4 dan 6,6 tidak terjadi pemisahan sama sekali. Adanya variasi pH bufer fosfat akan mempengaruhi karakter dari media pertukaran anion, kesetimbangan asam-basa dan ionisasi dari sampel sehingga berguna untuk mengontrol selektifitas dan memperbaiki kekuatan elusi pemisahan.

Gambar 3. Kromatogram pemisahan ion tiosianat dan iodida pada kondisi optimum. Kondisi: Kolom inertsil ODS-2 yang dilapisi dengan setiltrimetilamonium bromida, Fasa gerak: 0,3 M NaCl: 0,05 NaClO4: 5 mM bufer fosfat pH 6,0: UV 222 nm, konsentrasi masing-masing ion 10 mg/ L, volume injeksi 20 L, Analit:1. tiosianat 2. iodida


(16)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN IV.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa kolom Inertsil ODS-2 yang dilapisi dengan setiltrimetilamonium bromida dapat digunakan sebagai kolom pemisahan ion iodida dengan beberapa anion lainnya yaitu iodat, nitrat dan tiosianat menggunakan fasa gerak yang terdiri dari campuran NaCl, NaClO4 dan bufer fosfat. Pemisahan yang baik diperoleh pada komposisi fasa gerak; 0,3 M NaCl, 0,05 M NaClO4 dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0, kecepatan alir 1 mL/menit dan sistem pendeteksian UV.

Waktu retensi yang diperoleh untuk ion iodat dan iodida berturut-turut 2,33 menit dan 3,13 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 228 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk ion nitrat dan iodida berturut-turut 2,58 menit dan 3,16 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 227 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk ion tiosianat dan iodida berturut-turut 2,27 menit dan 2,93 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 222 nm.

IV.2 Saran

Disarankan melakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan kondisi pemisahan anion-anion secara serentak dengan selektifitas yang baik menggunakan kolom ODS yang dilapisi CTAB ini.

Ucapan Terimakasih

Penelitian ini didanai oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dengan Surat Perjanjian Nomor: 005/SP3/PP/DP2M/II/2006.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahuja S., Chemical Analysis; Selectivity and Detectability Optimizations in HPLC. Vol. 104, John Willey & Sons, New York, USA, 1989.


(17)

2. Bendsten A.B., Hansen E.H., Spectrometric determination of trace amount of thiocyanate based on reaction with 5-PADAB and dichromate, assay of thiocyanate level in human saliva from smokers and nonsmokers, Analyst, 16, 1991, pp. 647-651.

3. Haddad P. R. and Jackson P. E., Ion Chromatography; Principles and applications, Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1990.

4. Heftmann E., Chromatography, 5th ed., Part A: Fundamental and Techniques, Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1992.

5. Ito K., Ariyoshi Y., Tanabiki F. and Sunahara H., Anion Chromatography Using Octadecylsilane Reversed-Phase Columns Coated with Cetyltrimethylammonium and Its Application to Nitrite and Nitrate in Seawater. Anal. Chem., 1991, 63, 273-276.

6. Jun X., Lima J.L.F.C. and Montenegro M.C.B.S.M., Simultaneous Determination of Inorganic Anions and Carboxylic Acids in Wine Using Isocratic Separations on A Permanently Coated Reversed-Phase Column and UV Indirect Detection. Anal. Chem. Acta, 1986, 321, 263-271.

7. Poole C. F. and Poole S. K., Chromatography Today, Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1994.

8. Reeve R. N., Determination of Inorganic Main Group Anions by High-Performance Liquid Chromatography. J. Chromatogr., 1979, 177, 393-397.

9. Safni, T. Takeuchi, T. Miwa, Y. Hashimoto and H. Moriyama, Effect of Eluent Composition on Retention behaviour on Anions in Ion Chromatography on Anion-Exchanger Modified with Heparin. J. Chromatogr. A, 1999, 850, 65.

10. Safni, Ito N., Takeuchi T. and Miwa T., Separation of Enantiomers on Anion Exchangers Modified with Heparin in Liquid Chromatography. J. Chromatogr. A, 1999, 864, 25-30.

11. Safni, Takeuchi T. and Miwa T., Application of Microcolumn Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Dextran Sulfate for The Determination of Alkali- Alkali and Earth Metal Ions. J. Chromatogr. B, 2001, 753, 409-412.


(18)

12. Svehla G., Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi ke-5, Terjemahan L. Setiono dan A. H. Pudjaatmaka, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta, 1989.

13. Takeuchi T. and Yeung E. S., High-Performance Liquid Chromatographic Separation of Inorganic Anions on a Silica Gel Column Modified with A Quaternary Ammonium Salt. J. Chromatogr., 1986, 370, 83-92.

14. Takeuchi T., Safni and Miwa T., Ion Chromatography of Anion on Stationary Phases Modified with Chondroitin Sulfate. J. Chromatogr. A, 1997, 789, 201-206.

15. Takeuchi T., Safni, Miwa T., Hashimoto Y. and Moriyama H., Ion Chromatography on Anion Exchangers Modified with Mucopolysaccarides. J. Chromatogr. A, 1998, 804, 79-86.

16. Takeuchi T., Safni, Miwa T., Hashimoto Y. and Moriyama H., Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Heparin. Analusis, 1998, 26, 61-64.

17. Takeuchi T., Safni, Miwa T., Hashimoto Y. and Moriyama H., Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Dextran Sulfate. Chromatographia, 1999, 50, 70-74.

18. Takeuchi T., Safni and Miwa T., Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Anionic Polysaccaharides. LCGC, 2000, 18, 418.

19. Ullman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, Vol. A-14, VCH, Weinheim, Germany, 1989

20. Verma K. K., Jain A. and Verma A., Determination of Iodide by High-Performance Liquid Chromatography After Precolumn Derivatization. Anal. Chem., 1992, 64, 1484-1489.

21. Weiss J., Ion Chromatography 2nd ed., VCH, Weinheim, Germany, 1995.

22. Yokoyama Y., Suemitsu H. and Sato H., Optimum Combination of Column and Eluent for High-Sensitivity Non Suppressed Ion Chromatography of Common Anions. Anal. Sci., 2000, 16, 1225- 1227.


(1)

ion nitrat. Pemisahan terjadi pada konsentrasi 0,1-0,4 M NaCl, dimana kedua ion yang dipisahkan memberikan waktu retensi yang cukup berbeda, sedangkan pada konsentrasi 0,5 M NaCl memberikan waktu retensi yang sangat dekat, sehingga tidak terjadi pemisahan. Waktu retensi dari ion iodida maupun ion nitrat menunjukkan nilai terendah pada konsentrasi 0,5 M NaCl. Dari beberapa variasi konsentrasi yang telah dilakukan, hasil pemisahan yang terbaik terjadi pada konsentrasi 0,3 M NaCl dengan resolusi 1,16. Konsentrasi 0,1 M NaCl puncak yang didapatkan tidak bagus, terutama untuk ion iodida. Pada konsentrasi 0,2 M NaCl dan 0,4 M NaCl kedua puncak untuk ion iodida dan nitrat tidak dipisahkan dengan baik, sedangkan pada konsentrasi 0,5 M NaCl tidak tampak terjadinya pemisahan atau tumpang tindih antara puncak ion iodida dan ion nitrat. 4.3.2. Pengaruh konsentrasi NaClO4 terhadap pemisahan ion iodida dan nitrat

Konsentrasi NaClO4 (0,03 M - 0,07 M) dalam fasa gerak yang terdiri dari 0,3 M NaCl dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0 sangat berpengaruh terhadap pemisahan ion iodida dan ion nitrat. Waktu retensi dari iodida dan nitrat berkurang dengan meningkatnya konsentrasi dari NaClO4 dalam fasa gerak. Hal ini disebabkan kekuatan elusi dari fasa gerak meningkat sehingga analit dielusi lebih cepat. Elusi dari iodida dan nitrat sangat bergantung pada konsentrasi NaClO4 dalam daerah konsentrasi yang diuji (0,03 M - 0,07 M). Iodida dan nitrat dapat terpisah pada konsentrasi NaClO4 0,03 M - 0,06 M sedangkan pada konsentrasi NaClO4 0,07 M tidak terjadi pemisahan yang baik. Pemisahan optimum terjadi pada konsentrasi 0,05 M NaClO4.

4.3.3. Pengaruh pH bufer fosfat terhadap pemisahan ion iodida dan nitrat

Pemisahan ion iodida dan ion nitrat sangat dipengaruhi oleh variasi pH bufer fosfat dalam fasa gerak yang terdiri dari 0,3 M NaCl dan 0,05 M NaClO4. Pemisahan terjadi pada pH bufer fosfat 5,8 dan 6,0. Pada pH di atas 6,0 ion iodida dan nitrat tidak terpisah dengan baik, terutama pada pH 6,4 dan pH 6,6. Hal ini disebabkan nilai pH sangat mempengaruhi kekuatan elusi dari fasa gerak sehingga akan mempengaruhi waktu retensi dari analit.


(2)

Gambar 2. Kromatogram pemisahan ion nitrat dan iodida.

Analit; 10 mg/L iodida dan 10 mg/L nitrat, kolom; Inertsil ODS - 2 dilapisi dengan setiltrimetilamonium bromida (250 x 4,6 mm i.d.), fasa gerak; 0,05 M NaClO4 + 0,3 M NaCl + 5 mM bufer fosfat pH 6,0, sistem deteksi UV pada; 227 nm, kecepatan alir; 1 mL/menit, volume sampel; 20 µL

III.4 Pemisahan ion tiosianat dan iodida

4.4.1 Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Pemisahan Ion Tiosianat dan Iodida

Pada awalnya waktu retensi kedua anion berkurang dengan kenaikan konsentrasi NaCl dalam fasa gerak. Pemisahan terbaik ion tiosianat dan iodida diperoleh pada konsentrasi 0,3 M NaCl dalam fasa gerak dimana waktu retensi masing-masing anion adalah 2,27 menit untuk ion tiosianat dan 2,93 menit untuk ion iodida dengan nilai resolusi (Rs) 3,3. Pada konsentrasi NaCl yang lebih rendah dari 0,3 M tidak terjadi pemisahan ion tiosianat dan iodida secara sempurna, hal ini disebabkan karena lemahnya kekuatan pengelusi NaCl. Sedangkan di atas konsentrasi 0,3 M NaCl dalam fasa gerak juga tidak terjadi pemisahan secara sempurna karena waktu retensi kedua anion berdekatan.

4.4.2 Pengaruh Konsentrasi NaClO4 Terhadap Pemisahan Ion Tiosianat dan Iodida Semakin besar konsentrasi NaClO4 dalam fasa gerak akan mempercepat pengelusian kedua ion. Variasi konsentrasi 0,03, 0,04, 0,05, 0,06, dan 0,07 M NaClO4 dapat memisahkan ion tiosianat dari iodida tetapi pemisahan terbaik ion tiosianat dan


(3)

iodida diperoleh pada konsentrasi 0,05 M NaClO4. Pada konsentrasi NaClO4 yang lebih kecil dari 0,05 M, perbedaan waktu retensi dari kedua ion lebih besar dari perbedaan waktu retensi pada konsentrasi 0,05 M NaClO4 tetapi pemisahan yang dihasilkan kurang baik karena tidak tercapainya garis dasar pemisahan. Sedangkan di atas konsentrasi 0,05 M NaClO4 perbedaan waktu retensi kedua ion lebih kecil dari perbedaan waktu retensi pada konsentrasi 0,05 M NaClO4 sehingga kedua analit tidak terelusi sempurna.

4.4.3 Pengaruh pH Terhadap Pemisahan Ion Tiosianat dan Iodida

Fasa gerak yang digunakan untuk pemisahan ion tiosianat dan iodida terdiri dari campuran yang mengandung larutan bufer fosfat dan garam-garam anorganik NaCl dan NaClO4. Dengan variasi pH 5 mM bufer fosfat, 0,3 M NaCl dan 0,05 M NaClO4 memberikan pengaruh yang besar terhadap pemisahan ion tiosianat dan iodida. Pemisahan terbaik ion tiosianat dan iodida diperoleh pada pH 6,0. Di sekitar pH 6,0 yaitu pH 5,8 dan 6,2 dapat juga memisahkan ion tiosianat dan iodida tetapi pengelusian kedua ion tidak sempurna sehingga tidak terjadi garis dasar pemisahan. Sedangkan pada pH 6,4 dan 6,6 tidak terjadi pemisahan sama sekali. Adanya variasi pH bufer fosfat akan mempengaruhi karakter dari media pertukaran anion, kesetimbangan asam-basa dan ionisasi dari sampel sehingga berguna untuk mengontrol selektifitas dan memperbaiki kekuatan elusi pemisahan.

Gambar 3. Kromatogram pemisahan ion tiosianat dan iodida pada kondisi optimum. Kondisi: Kolom inertsil ODS-2 yang dilapisi dengan setiltrimetilamonium bromida, Fasa gerak: 0,3 M NaCl: 0,05 NaClO4: 5 mM bufer fosfat pH 6,0: UV 222 nm, konsentrasi masing-masing ion 10 mg/ L, volume injeksi 20 L, Analit:1. tiosianat 2. iodida


(4)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa kolom Inertsil ODS-2 yang dilapisi dengan setiltrimetilamonium bromida dapat digunakan sebagai kolom pemisahan ion iodida dengan beberapa anion lainnya yaitu iodat, nitrat dan tiosianat menggunakan fasa gerak yang terdiri dari campuran NaCl, NaClO4 dan bufer fosfat. Pemisahan yang baik diperoleh pada komposisi fasa gerak; 0,3 M NaCl, 0,05 M NaClO4 dan 5 mM bufer fosfat pH 6,0, kecepatan alir 1 mL/menit dan sistem pendeteksian UV.

Waktu retensi yang diperoleh untuk ion iodat dan iodida berturut-turut 2,33 menit dan 3,13 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 228 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk ion nitrat dan iodida berturut-turut 2,58 menit dan 3,16 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 227 nm. Waktu retensi yang diperoleh untuk ion tiosianat dan iodida berturut-turut 2,27 menit dan 2,93 menit pada proses pemisahan dengan pendeteksian UV pada panjang gelombang 222 nm.

IV.2 Saran

Disarankan melakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan kondisi pemisahan anion-anion secara serentak dengan selektifitas yang baik menggunakan kolom ODS yang dilapisi CTAB ini.

Ucapan Terimakasih

Penelitian ini didanai oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dengan Surat Perjanjian Nomor: 005/SP3/PP/DP2M/II/2006.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahuja S., Chemical Analysis; Selectivity and Detectability Optimizations in HPLC. Vol. 104, John Willey & Sons, New York, USA, 1989.


(5)

2. Bendsten A.B., Hansen E.H., Spectrometric determination of trace amount of thiocyanate based on reaction with 5-PADAB and dichromate, assay of thiocyanate level in human saliva from smokers and nonsmokers, Analyst, 16, 1991, pp. 647-651.

3. Haddad P. R. and Jackson P. E., Ion Chromatography; Principles and applications, Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1990.

4. Heftmann E., Chromatography, 5th ed., Part A: Fundamental and Techniques, Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1992.

5. Ito K., Ariyoshi Y., Tanabiki F. and Sunahara H., Anion Chromatography Using Octadecylsilane Reversed-Phase Columns Coated with Cetyltrimethylammonium and Its Application to Nitrite and Nitrate in Seawater. Anal. Chem., 1991, 63, 273-276.

6. Jun X., Lima J.L.F.C. and Montenegro M.C.B.S.M., Simultaneous Determination of Inorganic Anions and Carboxylic Acids in Wine Using Isocratic Separations on A Permanently Coated Reversed-Phase Column and UV Indirect Detection. Anal. Chem. Acta, 1986, 321, 263-271.

7. Poole C. F. and Poole S. K., Chromatography Today, Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1994.

8. Reeve R. N., Determination of Inorganic Main Group Anions by High-Performance Liquid Chromatography. J. Chromatogr., 1979, 177, 393-397.

9. Safni, T. Takeuchi, T. Miwa, Y. Hashimoto and H. Moriyama, Effect of Eluent Composition on Retention behaviour on Anions in Ion Chromatography on Anion-Exchanger Modified with Heparin. J. Chromatogr. A, 1999, 850, 65.

10. Safni, Ito N., Takeuchi T. and Miwa T., Separation of Enantiomers on Anion Exchangers Modified with Heparin in Liquid Chromatography. J. Chromatogr. A, 1999, 864, 25-30.

11. Safni, Takeuchi T. and Miwa T., Application of Microcolumn Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Dextran Sulfate for The Determination of Alkali- Alkali and Earth Metal Ions. J. Chromatogr. B, 2001, 753, 409-412.


(6)

12. Svehla G., Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi ke-5, Terjemahan L. Setiono dan A. H. Pudjaatmaka, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta, 1989.

13. Takeuchi T. and Yeung E. S., High-Performance Liquid Chromatographic Separation of Inorganic Anions on a Silica Gel Column Modified with A Quaternary Ammonium Salt. J. Chromatogr., 1986, 370, 83-92.

14. Takeuchi T., Safni and Miwa T., Ion Chromatography of Anion on Stationary Phases Modified with Chondroitin Sulfate. J. Chromatogr. A, 1997, 789, 201-206. 15. Takeuchi T., Safni, Miwa T., Hashimoto Y. and Moriyama H., Ion

Chromatography on Anion Exchangers Modified with Mucopolysaccarides. J. Chromatogr. A, 1998, 804, 79-86.

16. Takeuchi T., Safni, Miwa T., Hashimoto Y. and Moriyama H., Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Heparin. Analusis, 1998, 26, 61-64.

17. Takeuchi T., Safni, Miwa T., Hashimoto Y. and Moriyama H., Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Dextran Sulfate. Chromatographia, 1999, 50, 70-74.

18. Takeuchi T., Safni and Miwa T., Ion Chromatography Using Anion Exchangers Modified with Anionic Polysaccaharides. LCGC, 2000, 18, 418.

19. Ullman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, Vol. A-14, VCH, Weinheim, Germany, 1989

20. Verma K. K., Jain A. and Verma A., Determination of Iodide by High-Performance Liquid Chromatography After Precolumn Derivatization. Anal. Chem., 1992, 64, 1484-1489.

21. Weiss J., Ion Chromatography 2nd ed., VCH, Weinheim, Germany, 1995.

22. Yokoyama Y., Suemitsu H. and Sato H., Optimum Combination of Column and Eluent for High-Sensitivity Non Suppressed Ion Chromatography of Common Anions. Anal. Sci., 2000, 16, 1225- 1227.