PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH.

(1)

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

LINGKUNGAN SEKOLAH

(Kualitatif Deskriptif pada Siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Khusus

Oleh

Iceu Rochayatiningsih 0606990

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PERILAKU

BULLYING

SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN

SEKOLAH

Kualitataif Deskriptif pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan

Oleh

Iceu Rochayatiningsih 0606990

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

© Iceu Rochayatiningsih 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ICEU ROCHAYATININGSIH

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

(Kualitatif Deskriptif pada Siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. Sunardi, M.Pd. NIP. 19600201 198703 1 002

Pembimbing II

Dr. Dedy Kurniadi, M.Pd. NIP. 19560322 198203 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

LINGKUNGAN SEKOLAH

(Kualitatif Deskriptif pada Siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan) ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh makin maraknya perilaku bullying yang terjadi dikalangan remaja awal. Bullying ini banyak terjadi di sekolah-sekolah, baik di sekolah umum maupun sekolah swasta, bahkan di pesantren sekalipun. Bullying merujuk pada perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Perilaku bullying dapat berupa ancaman secara verbal, fisik dan secara rasional. Penelitian ini bertujuan mampu memberikan gambaran mengenai karakteristik perilaku bullying, faktor dominan yang melatar belakangi tindakan bullying, dampak yang ditimbulkan, serta upaya penanganan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencegah dan mengurangi perilaku bullying. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data melalui proses wawancara mendalam dengan pedoman umum, dan observasi yang dilakukan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik triangulasi sumber dan pengecekan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik pelaku bullying yang cenderung hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan perasaan anak lain. Faktor dominan penyebab terjadinya tindakan bullying tidak lepas dari adanya kebutuhan untuk dihormati oleh adik kelasnya. Dampak yang diakibatkan oleh adanya tindakan bullying adalah Seperti sering terlibat dalam perkelahian, resiko mengalami cedera akibat perkelahian, dan lain sebagainya, selain itu berdampak pula pada tingkat akademisnya yang rendah. Sedangkan upaya penanganan yang dilakukan pihak sekolah untuk mengurangi dan mencegah tindakan bullying dapat memberikan bimbingan berupa layanan pribadi dalam hal ini memberikan informasi cara bergaul yang baik agar disenangi oleh teman. Selain itu juga memberikan pendekataan konseling untuk menanggulangi perilaku bullying.


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Fokus Penelitian ... 6

D. Pertanyaan Penelitian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan penelitian ... 8

G. Asumsi Penelitian ... 8

BAB IIANALISA PERILAKU BULLYING PADA REMAJA AWAL A. Bullying ... 9

1. Pengertian Bullying ... 9

2. Jenis-jenis Bullying ... 10

3. Penyebab Perilaku Bullying ... 13

4. Karakteristik Pelaku Bullying ... 16

5. Konsekuensi Dari Bullying ... 17

B. Siswa Sekolah Menengah Pertama ... 18

1. Keadaan Emosi Pada Usia Remaja Awal ... 19

2. Perubahan Sosial Pada Usia Remaja Awal ... 20

3. Perkembangan Moral Pada Usia Remaja Awal ... 20

C. Perilaku Bullying pada Siswa Sekolah Menengah Pertama ... 21

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 24

C. Tahap-tahap penelitian... 25

1. Tahap Pra Penelitian ... 27

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 28

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ... 29

4. Tahap analisis data ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 34


(6)

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Proses Penelitian ... 38

B. Hasil Penelitian ... 39

1. Karakteristik Pelaku Bullying ... 39

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Bullying ... 43

3. Dampak Perilaku Bullying ... 46

4. Upaya Penanganan yang Dilakukan Pihak Sekolah ... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

1. Karakteristik Siswa Pelaku dan Target Bullying ... 49

2. Faktor Penyebab Perilaku Bullying di SMP... 51

3. Dampak Perilaku Bullying……….. 57

3. Upaya Penanganan Yang Dilakukan Pihak Sekolah ... 59

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan manusia sehingga dilaksanakan seiring dengan perkembangan individu. Pendidikan dilakukan dalam berbagai bentuk namun dalam tataran formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekola,. dalam lembaga ini, pendidikan dimulai dari jenjang sekolah dasar dan berakhir di perguruan tinggi. Sebagai lembaga formal, tujuan pendidikan di sekolah merujuk kepada tujuan pendidikan nasional yang tertera di dalam UUD 45 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, secara tersirat diungkapkan bahwa pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan semata tetapi juga memperhatikan perkembangan sikap dan kepribadian siswa secara terintegrasi melalui pendidikan, individu diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan individu dalam segala bidang sehingga lahirlah Sumber Daya Manusia yang bermutu. Jika Sumber Daya Manusia Indonesia mampu meningkatkan kualitasnya, maka kemajuan Indonesia bukanlah suatu impian belaka.

Pelaksanaanya, proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor berupa sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pendidik, kondisi siswa dan kondisi lingkungan pendidikan. Banyaknya faktor yang terlibat dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah turut mempengaruhi iklim pembelajaran. Sehubungan dengan ini, Surya (1992:5) mengemukakan bahwa ”pendidikan merupakan lingkungan dimana didalamya terlibat individu-individu yang saling berinteraksi dalam proses pendidikan dan siswa sebagai intinya”.

Interaksi ini dimungkinkan terjadinya salah komunikasi antar berbagai pihak yang terlibat terutama siswa. Oleh karena itu proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya akan melibatkan masalah tingkah laku dari seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan


(8)

baik secara individual maupun kelompok. Berbagai bentuk masalah tingkahlaku yang mungkin terjadi di sekolah, salah satu yang menjadi pusat perhatian saat ini adalah tindak kekerasan yang terjadi diantara siswa atau yang dikenal dengan istilah Bullying, yang dimaksud bullying dalam konstelasi ini ialah suatu perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain yang lebih lemah, baik secara verbal, fisik, maupun rasional, yang dilakukan secara terencana dan memiliki tujuan.

Berdasarkan sebuah kajian yang dilakukan oleh Kaiser Foundation bekerja sama dengan jaringan televisi Nickelodeon dan Children Now pada tahun 2001 (Gunawan, 2007:45), mengemukakan bahwa:

86% anak-anak yang berusia 12-15 tahun mengatakan bahwa mereka diejek atau ditindas di sekolah, dan lebih dari setengah anak yang berusia 8-11 tahun mengatakan bahwa bullying adalah masalah besar di sekolah. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa bullying merupakan masalah internasional, status sosial-ekonomi ataupun etnis.

Ejekan, cemoohan dan olok-olok mungkin terlihat sebagai hal yang wajar, namun pada kenyataanya hal-hal tersebut dapat menghancurkan seorang anak. Aksi-aksi negatif tersebut adalah sebagian wujud dari bullying, sebuah prilaku yang telah lama berlangsung dan mengancam segala aspek kehidupan sebagian besar anak-anak kita baik di sekolah, di rumah maupun di lingkunganya. Kematian dan bunuh diri hanyalah sedikit contoh dari akibat bullying. Ada sebagian besar anak-anak dan remaja korban bullying yang terus hidup dan tidak mengakhiri hidupnya, tetapi mereka tumbuh menjadi orang-orang yang berkepribadian rapuh, mudah sedih, tidak percaya diri atau sebaliknya pemarah dan agresif.

Munculnya kasus-kasus tersebut menunjukan bahwa bullying juga terjadi di Indonesia, dengan skala yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh Whitman (2001:77), mengungkapkan “bahwa 10-16% siswa Indonesia mendapatkan cemoohan, ejekan, pengucilan, pemukulan ataupun didorong, sedikitnya sekali dalam seminggu”.

Bentuk ancaman atau pemalakan lebih sering muncul dalam beberapa bentuk seperti minta uang, minta dibuatkan tugas, sampai disaat ujian diminta untuk diberikan contekan. Kasus lain yaitu, berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman yang diejek menangis. Selain itu juga terjadi kebiasaan untuk memanggil temannya dengan nama bapaknya atau bukan nama siswa yang sebenarnya dengan maksud melecehkan.


(9)

Meskipun terdapat efek berbahaya yang ditimbulkan oleh bullying, tetapi masih terdapat anggapan yang salah berkenaan dengan perilaku bullying ini, bahwa pelaku ini kerap dianggap sebagai suatu proses alami yang akan menghantarkan anak menuju kepada kedewasaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Amini Diena Trigg (Sampoerna Foundation, 2006) yang mengemukakan bahwa

„sekitar 18,3% guru menganggap penggencetan dan olok-olok antar teman merupakan hal yang biasa‟. Akibat dari kesalahan tersebut, perilaku kekerasan ini hanya dianggap sebuah kenakalan biasa, sehingga tidak ditangani secara serius. Padahal atmosfir lingkungan yang mendukung (environmental support) baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat menentukan proses tumbuh kembang anak secara optimal. Dengan keadan yang seperti itu maka akan mengganggu terhadap perilakunya. Sedangkan manusia merupakan makhluk sosial yang dimana semua kegiatan kehidupannya memerlukan orang lain.

Keadan yang seperti itu maka akan mengganggu terhadap perilakunya. Sedangkan manusia merupakan makhluk sosial yang dimana semua kegiatan kehidupannya

memerlukan orang lain. “Perilaku dapat diartikan sebagai respons (reaksi, tanggapan,

jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme, bagian dari satu kesatuan, satu perbuatan atau aktivitas, dan satu gerak atau kompleks gerak-gerak” (Chaplin, 1993:53). Anak tunalaras adalah anak yang mengalami penyimpangan prilaku dan sosial. Menurut Algozzine, Schmid, dan Mercer (Sunardi, 1995:9) mengatakan bahwa:

Anak tunalaras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus masih menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar, meskipun telah menerima layanan belajar dan bimbingan seperti halnya anak lain. Ketidak mampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, syaraf, atau intelegensi.

Tampilan anak tunalaras di sekolah sering bertentangan dengan norma dan peraturan, sehingga tidak jarang membuat orang lain kesal dan marah sehingga mereka harus berhubungan dengan kepala sekolah dan guru. Teman di sekolah sering terganggu karena perilaku yang tidak terkendali sehingga membuat teman di sekitarnya tidak aman dan nyaman. Perilaku tersebut menutup diri, agresif, hiperaktif, dan terkadang tidak peduli dengan lingkungannya serta melanggar norma yang ada di masyarakat. Dari penjelasan di atas jelas bahwa bentuk-bentuk penyimpangan itu beraneka ragam, sehingga definisi anak tunalaras sangat beragam.


(10)

LX merupakan seorang pelajar yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Sekarang duduk di kelas dua, berusia 14 tahun dan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Kegiatan dalam kesehariannya yaitu sekolah sebagaimana pelajar pada umumnya, saat sekolah bagi LX adalah saat yang paling ia harapkan dimana ia bisa melakukan aktivitas bermain dan kegiatan-kegiatan lainnya seperti bermain sepak bola dengan teman-teman yang lainnya. Di mana kegiatan itu tidak bisa ia peroleh ketika berada di lingkungan tempat tinggalnya, namun di sekolah LX mendapat kepopulerannya tidak dengan prestasi atau bakat yang ia miliki, namun dengan masalah yang selalu ia timbulkan di lingkungan sekolah.

Senada dengan LX, OK pun memiliki perilaku yang kurang baik. Sebagai perempuan OK memang dikategorikan sebagai anak yang cantik dengan tubuh ideal dan penampilan yang menarik. Namun anak semata wayang ini tidak lantas menjadi feminism, OK termasuk anak yang keras kepala dan tidak mudah untuk dinasehati. Beberapa kali OK membuat masalah dengan teman perempuan lainnya hanya sekedar OK tidak terima teman perempuan lainnya memandang sinis kearahnya, selain itu OK tak jarang memalak anak-anak baru. Perilaku demikian membuat anak menjadi kebiasaan yang menimbulkan efek negatif.

Menyikapi hal ini maka siswa, orang tua dan para pendidik perlu merasa lebih nyaman untuk membicarakan bersama mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupan anak. Perilaku penindasan yang dilakukan siswa, perlu segera ditangani untuk menghindarkan dampak yang lebih buruk terhadap iklim sekolah dan siswa. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab seluruh praktisi pendidikan yang ada di lingkungan sekolah. Sebagai bagian integral dari pendidikan yang bertujuan untuk membantu individu agar mampu mengembangkan diri dengan mengadakan perubahan-perubahan positif dalam dirinya (Myers, 1992 dalam Prayitno, 1999:113).

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi fenomena perilaku bullying di lingkungan sekolah menengah pertama, sehingga perilaku tersebut dapat lebih dikendalikan. Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Bullying Siswa Sekolah

Menengah Pertama di Lingkungan Sekolah ( Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan).


(11)

B. Identifikasi Masalah

Bullying ini banyak terjadi di sekolah-sekolah, baik di sekolah umum maupun sekolah swasta, bahkan di pesantren sekalipun. Bullying merujuk pada perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Munculnya perilaku bullying di lingkungan sekolah dapat menciptakan atmosfer lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan siswa, baik dalam bidang akademik maupun bidang pribadi-sosial. Penindasan dapat menyakiti siswa, sehingga mereka merasa tidak diinginkan dan ditolak oleh lingkungannya. Hal ini tentunya akan membawa efek kepada berbagai kegiatan siswa di sekolah. Bagi pelaku penindasan, jika dibiarkan tanpa ada intervensi maka mereka akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan di sekolah. Hal ini akan membuka kemungkinan munculnya perilaku kekerasan lainya yang bersifat kriminal seperti memukul, mencuri, menganiaya bahkan pembunuhan.

Menurut Piaget (Santrock, 2002:10) mengungkapkan bahwa, „berfikir operasional formal adalah yang paling tepat menggambarkan cara berfikir remaja.‟ Pada usia remaja

individu mampu membayangkan situasi rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan ataupun proposisi dan mencoba mengelolanya dengan pemikiran logis. Pada fase operasional formal remaja memiliki pemikiran yang logis terhadap konsekuensi-konsekuensi atas semua hal yang dilakukannya. Remaja yang memutuskan untuk melakukan tindakan bullying semestinya mengetahui dan menyadari dampak yang dapat ditimbulkan dari tindakan bullying secara berlebihan.

C. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini dapat terungkap secara mendalam maka peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas dengan menentukan fokus penelitian. Fokus dalam penelitian ini yaitu, bagaimana perilaku bullying di lingkungan sekolah menengah pertama dan upaya penanganan yang efektif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kuningan, yang akan di jelaskan berdasarkan hasil penelitian yang meliputi, kegiatan di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan bermain. Sehingga akan diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab siswa menjadi pelaku bullying di sekolah.


(12)

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah dipaparkan di atas maka penulis dapatkan petanyaan penelitian seperti sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik siswa pelaku bullying di lingkungan sekolah menengah pertama?

2. Apa faktor yang menjadi penyebab perilaku bullyingdi lingkungan sekolah menegah pertama?

3. Apa dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullyingdi lingkungan sekolah menegah pertama?

4. Apa tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencegah dan mengurangi perilaku bullying pada siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditunjukkan untuk melihat secara mendalam fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata mengenai perilaku bullying di lingkungan remaja, khususnya pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan, sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku bullying pada siswa sekolah menengah pertama ditinjau dari aspek akademik, sosial dan psikologis.

2. Mengetahui faktor dominan yang menyebabkan seorang anak menjadi pelaku bullying baik dari segi internal maupun eksternal anak.

3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan dari tindakan bullying di lingkungan Sekolah Menengah Pertama. Ditinjau dari aspek pelaku dan korban. 4. Untuk mengetahui upaya penanganan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk

mencegah dan mengurangi perilaku bullying pada siswa.

F. Kegunaan penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat/kegunaan sebagai berikut:

1. Sebagai data yang objektif guna memberikan masukan bagi Sekolah Menengah Pertama.


(13)

2. Dapat memberikan masukan terhadap pembinaan siswa tentang dampak dari perilaku bullying.

3. Memberikan kajian empiris tentang prilaku bullying terhadap kecenderungan perkembangan prilaku siswa.

4. Dapat memberikan petunjuk cara pencegahan dan penanganan yang baik terhadap perilaku bullying dilingkungan remaja.

G. Asumsi Penelitian

Penelitian ini dilandasi oleh beberapa anggapan dasar sebagai berikut:

1. Perilaku kekerasan di sekolah dapat mempengaruhi iklim pembelajaran dan mengancam keselamatan siswa baik secara psikis maupun fisik.

2. Bullying dapat menjadi sebuah siklus kekerasan yang akan berlangsung dan bahkan berisiko menimbulkan tindak kriminal lebih lanjut.

3. Penanganan perilaku bullying merupakan tanggung jawab bersama seluruh partisipan pendidikan. Penanganan yang diberikan bersifat prefentif, kuratif dan pengembangan.

4. Seluruh partisipan pendidikan terutama siswa, harus disadarkan bahwa bullying dalam bentuk apapun adalah sesuatu yang tidak dapat diterima secara moril.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Tylor (Molenong, 2007:4), mendefinisikan „metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistic (utuh).

Menurut Nasution (2003:5), “penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam

lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang dunia

sekitar”. Kemudian menurut Sukmadinata (2006:60), mengatakan bahwa

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktifitas sosial, sikap dan kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti berupaya mengamati pola perilaku bullying yang dilakukan siswa, proses terjadinya bullying, kemudian dirumuskan pada suatu penanganan untuk mengurangi perilaku bullying yang dilakukan siswa.

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Sebagaimana Lincoln (Pujosuwarno, 1992:34), yang menyatakan bahwa

„pendekatan kualitatif dapat juga di sebut dengan case study, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetil tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek

penelitian‟.

Menurut Mulyono (2004:201), penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif nuntuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi peneliti dan traferabilitas.

Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap perilaku bullying siswa sekolah menengah pertama di


(15)

bahwa tema penelitian ini termasuk unik dan merupakan fenomena yang sedang hangat diperbincangkan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa remaja kelas VIII yang bersekolah di SMP Negeri 3 Kabupaten Kuningan. Adapun subjek yang akan menjadi informan untuk mendapatkan berbagai informasi penting mengenai perilaku bullying di Sekolah Menengah Pertama. Diantaranya yaitu;

1. Guru wali kelas dengan inisial GWK, yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan siswa baik dari segi akademiknya, sosialisasinya, dan emosionalnya ketika siswa berada di lingkungan sekolahnya.

2. Guru bimbingan konseling dengan inisial GBK, yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perkembangan siswa, kasus yang pernah siswa lakukan, sosial, dan emosi siswa.

3. Orang tua (ayah dan ibu) kandung dengan inisial OT, yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kegiatan sehari-hari siswa setelah siswa pulang dari sekolah.

4. Teman sebaya dengan inisial TS, yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sosial dan emosional anak ketika dia bergaul dengan temannya baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga.

Diharapkan semua pihak yang menjadi informan dapat memberikan informasi yang akan menunjang demi kesempurnaan penelitian ini.

C. Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap penelitian merupakan sesuatu yang mutlak harus dilaksanakan dalam suatu penelitian. Karena tanpa adanya tahapan penelitian tidak akan mungkin menjadikan penelitian menjadi sempurna. Langkah-langkah atau tahap-tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sepertidigambarkan dalam bagan berikut:


(16)

Iceu Rochayatiningsih, 2013

TAHAP PRA LAPANGAN

TAHAPKERJ AAN LAPANGAN

TAHAP PEMERIKSAAN

KEABSAHAN

DATA

TAHAPANALISIS Menyusun Rancangan

Memilih Latar Penelitian

Mengurus Perizinan

Menyiapkan Peralatan

Memahami Latar

Interaksi dan Memasuki lapangan

Pemrosesan Satuan Triangulasi

Ketekunan Pengamatan


(17)

Bagan 3 1 Rangkain Tahap-tahap

Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Beberapa hal yang dilakukan peneliti, pada tahap ini diantaranya ini adalah sebagai berikut:

b. Penyusunan rancangan penelitian

Kegiatan awal dari rangkaian proses penelitian ini adalah menyusun rancangan penelitian yang diajukan ke dewan skripsi mengenai masalah yang akan di teliti. Setelah itu penelitian melalukan konsultasi dan bimbingan untuk melengkapi dan menyempurnakan rancangan penelitian tersebut.

c. Memilih latar penelitian

Pemilihan latar penelitian merupakan hasil dari studi pendahuluan dan konsultasi dengan dosen pembimbing. Tujuannya adalah agar peneliti mengenal unsur lingkungan sosial , fisik, dan keadaan lingkungan peneliti. d. Mengurus perizinan

Persiapan ini bersifat administratif telah dilakukan oleh penelitian, dengan cara mengurus perizinan mulai dari:

1) Tingkat Jurusan Pendidikan Luar Biasa dan Tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan untuk mengurus Surat Keputusan Dosen Pembimbing I dan II. 2) Mengurus surat pengantar ke Rektorat UPI yang di sampaikan melalui


(18)

3) Terakhir mengurus permohonan izin dari jurusan ke SMP 3 Kuningan, kemudian keluar surat rekomendasi izin penelitian yang harus diajukan kepada sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

e. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan.

Dalam melakukan suatu penelitian maka perlu menyiapkan peralatan yang nantinya bermanfaat pada saat penelitian. Mulai dari mempersiapkan kamera untuk dokumentasi, mempersiapkan alat rekam sejenisnya untuk wawancara dengan siswa yang bersangkutan, guru wali kelas (GWK), guru BK, teman sebaya, dan wakasek kesiswaan. Perlengkapan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara. Wawancara digunakan untuk menggali informasi secara verbal dari guru, teman sebaya dan siswa itu sendiri yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian mengenai perilaku bullying di lingkungan Sekolah Menengah Pertama.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Berikut adalah tahapan yang akan dilalui dalam proses pekerjaan lapangan dalam kaitannya dengan penelitian yang penulis akan tempuh dalam penelitian ini.

a. Memahami latar penelitian

Dalam pemilihan latar sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian, berhubung siswa yang bersangkutan bersekolah di SMP 3 Kuningan, maka saya mengambil latar penelitian di SMP 3 Kuningan dan di lingkungan keluarga yang mencangkup lingkungan bermainnya.

b. Memasuki lapangan

Pertama yang peneliti lakukan dalam memasuki lapangan adalah mendatangi orang tua siswa dan siswa yang bersangutan. Sementara memasuki lapangan di lingkungan sekolah peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada wakasek, dan setelah mendapatkan izin maka peneliti mengunjungai guru wali kelas, guru BK, dan teman di lingkungan sekolah. c. Interaksi dan pengumpulan data

Interaraksi yang dilakukan dalam pengumpulan data peneliti langsung berhubungan dengan subjek yang dibutuhkan dan informan yang dapat memberikan informasi secara langsung dan mendetail.


(19)

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data

Tidak berbeda dengan proses yang sebelumnya dilakukan pada tahap pemeriksaan keabsahan data penulis juga akan melalui beberapa tahapan guna menguji keabsahan informasi ataupun data yang diperoleh, dimana tahapannya seperti dijelaskan sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

Penelitian ini diperpanjang sampai tiga kali, karena pada periode I dan II, data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus penelitian terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data memberikan data masih ragu-ragu sehingga data yang didapat pada periode I dan II ternyata masih belum konsisten, masih berubah-rubah. Dengan ketekunan pengamatan sampai tiga kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.

b. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan wawancara kepada, orang tua, guru wali kelas, guru bimbingan konseling dan teman sebaya. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi yang digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987: 331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa


(20)

Data Hasil Observasi

Dokumentasi berupa foto dan dokumen Data Hasil

wawancara

3) Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen berkaitan. Usaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara uraian rinci. Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu sendiri tentuya bukan bagian dari uraian rinci, melainkan penafsirannya yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam pertanggung jawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

Dalam mengecek keabsahan data untuk pertanyaan penelitian tentang faktor dominan yang melatar belakangi perilaku bullying dan karakteristik perilaku bullying. Peneliti membandingkan data hasil observasi dan data hasil wawancara dengan orang tua siswa, guru wali kelas, guru bimbingan konseling, teman sebaya serta dokumentasi berupa foto-foto dan dokumen-dokumen mengenai data siswa.

Berikut ini adalah alur teknik triangulasi yang dilakukan oleh peneliti:

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa data hasil observasi dibandingkan dan dicek silang dengan data hasil wawancara dari berbagai sumber. Data hasil observasi juga dibandingkan dicek silang dengan data hasil dokumentasi (bila tersedia). Demikian pula data hasil wawancara dari berbagai sumber

Bagan 3.1


(21)

dibandingkan dicek silang dengan data hasil dokumentasi (bila tersedia). Langkah terakhir adalah mengambil dan memutuskan kesimpulan secara keseluruhan.

c. Pemeriksaan sejawat, diskusi

Diskusi teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada teman-teman mahasiswa yang telah lulus SI. Melalui diskusi ini banyak pertanyaan dan saran. Pertanyaan yang berkenaan dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti kembali kelapangan untuk mencarikan jawabannya, dengan demikian data akan semakin lengkap.

4. Tahap analisis data

Berikut adalah tahapan ata langakah-langkah yang akan peneliti ambil dalam menganalisis data yang didapatkan.

a. Pemrosesan satuan

Terdapat dua tahap dalam tahap pemerosesan satuan ini, yaitu; (1) tipologi

satuan, tujuannya untuk membuat kategori verbal dengan memberi “label”

pada bagian-bagian temuan penelitian dan menemukan ciri dan karakteristrik dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh peneliti. (2) penyusunan satuan, tujuannya untuk menyusun bagian-bagian yang menjadi temuan dalam penelitian, kemudian memberikan kode-kode tertentu pada masing-masing satuan temuan sehingga menjadi lebih mudah untuk dikategorisasikan.

b. Kategorisasi

Kategorisasi bertujuan untuk mengelompokkan, merumuskan, dan menjaga agar berbagai hasil temuan dari penelitian dapat dianalisis dan ditafsirkan. c. Penafsiran data

Penafsiran data yang dilakukan adalah bersifat deskriptif, artinya rancangan organisasional dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data hasil penelitian.

Menurut Patton dalam Moleong (2002:103) analisi data adalah „proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, katagori,

dan suatu urutan dasar‟. Adapun yang di ungkapkan oleh Moleong (2002:103) dia berpendapat bahwa yang dimaksud “Analisis data adalah proses


(22)

uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kinerja yang disarankan oleh data”.

Sedangkan menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono (2009:91)

mengatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh.”

Teknik analisis yang digunakan adalah kualitatif. Analisis kualitatif mencangkup 3 hal, yaitu reduksi, display data, kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data, data yang diperoleh dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, di fokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah” disingkatkan, direduksi, disususn lebih sistematis, sehingga lebih mudah di kendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah penelitian untuk mencari kembali data yang diperoleh jika di perlukan.

1) Reduksi data

Pada tahap ini peneliti memilih data mana yang relevan dan kurang dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini informasi mengenai tindakan bullying di lingkungan sekolah dijadikan sebagai bahan mentah, disingkat, diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan.

2) Display data

Pada tahap ini diusahakan menyajikan data dalam bentuk tema-tema singkat yang langsung diikuti dengan analisis pada setiap tema, sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan dari setiap responden.

3) Kesimpulan atau verifikasi

Sesuai dengan tujuan penelitian, analisis penelitian ini terutama dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pertanyaan responden atau fenomena yang diperoleh dilapangan tentang tindakan bullying dengan makna/konsep yang ada.


(23)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis dan pelapor hasil penelitian. Dengan penerapan pendekatan kualitatif, dalam mengungkapkan kenyataan-kenyataan yang terjadi pada subjek penelitian dideskripsikan melalui kata-kata, tindakan dan bukan angka-angka. Keberadaan peneliti sebagai instrumen merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen pokok yang dapat menelaah dan menafsirkan berbagai keadaan dan sekaligus mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang terjadi di lapangan. Selain itu peneliti sebagai instrumen dapat mengadakan hubungan langsung dengan responden dan objek lainnya serta memahami kaitan-kaitan yang ada di lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Molenong (1993:112) „sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain‟. Walaupun dikatakan bahwa sumber data di luar kata dan tindakan merupakan data tambahan, namun jelas sumber data tersebut tidak dapat di abaikan.

Agar penelitian ini dapat dijadikan acuan maka diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dan menunjang proses analisis data. Dibawah ini teknik-teknik yang dipakai dalam pengumpulan data:

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan bersifat tidak berstruktur yang pelaksanaannya mirip dengan percakapan informal, (Nasution 1996:72) mengatakan bahwa:

“wawancara dalam penelitian kualitatif, khususnya bagi pemula, biasanya bersifat tak berstruktur, tujuan ini ialah memperoleh keterangan yang rinci dan mendalam

mengenai pandangan orang lain”. Sementara itu Mulyana, (2002:182) menjelaskan dari keuntungan wawancara tak berstruktur yaitu:

Wawancara tak berstruktur memungkinkan responden mengemukakan cara-cara untuk mendefinisikan dunia. Wawancara-cara tak berstruktur mengasumsikan bahwa tidak ada urutan tetapi pertanyaan yang sesuai untuk responden. Wawancara berstruktur memungkinkan responden membicarakan isu-isu penting yang terjadwal.


(24)

Wawancara dalam penelitian ini diantaranya dilakukan kepada guru wali kelas, guru bimbingan konseling, orang tua, wakasek kesiswaan, dan teman sebayanya guna memperoleh informasi mengenai tindakan bullying. Data yang dikumpulkan wawancara bersifat verbal, artinya wawancara direkam dalam perekam data yang diperoleh lebih lengkap dan terperinci. Pedoman wawancara digunakan pada saat peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan bullying. Pedoman wawancara ini terdiri dari 3 buah pedoma, yaitu: 1) pedoman wawancara untuk LX dan OK (subjek peneliti), 2) pedoman wawancara untuk guru wali kelas, guru Bimbingan konseling, 3) pedoman wawancara untuk teman sebaya, 4) pedoman wawancara untuk orang tua, dan 5) pedoman wawancara dengan wakasek kesiswaan.

2. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengadakan pengamatan secara fisik tentang latar penelitian termasuk didalamnya kondisi situasi subjek di sekolah serta berbagai aktifitas prilaku lain yang terjadi dalam tempat tersebut.

Peneliti dalam kegiatan observasi ini bersifat partisipasi, artinya dalam prosesnya peneliti turut secara aktif dalam berbagai kegiatan yang terjadi dalam proses kerja. Jadi observasi dalam penelitian ini merupakan teknik pengumpul data penunjang.

3. Dokumentasi

Titik perhatian utama dalam kegiatan ini adalah dokumen-dokumen mengenai perilaku bullying. Dokumen ialah setiap bahan tertulis atau file lain dari recorder setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa. Untuk menunjang pengumpulan dan analisis data subjek yang telah di dokumentasikan. Dalam penelitian ini dilakukan penelaahan terhadap data pribadi siswa, keseharian beraktifitasnya.


(25)

Tabel 3.1

Matrik Sumber Data Perilaku Bullying di SMPN 3 Kuningan

No Data yang

Diungkap Sumber Data Teknik

1. Pelaku bullying di

SMP  Wakasek kesiswaan

 Guru pembimbing

 Wali kelas

 Siswa kelas VIII (yang diidentifikasi telah mengenal lingkungan sekolah dengan berbagai karakteristik

 Wawancara

 Pengamatan

2. Bentuk bullying

yang terjadi di SMP  Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami bullying

 Guru pembimbing

 Wakasek kesiswaan

 Wawancara

 Observasi

3. Bagaimana bullying terjadi dan dimana dilakukanya

 Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying

 Siswa yang diidentifikasi pernah melakukan bullying


(26)

4. Masalah yang menjadi penyebab terjadinya bullying

 Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying

 Siswa yang diidentifikasi pernah melakukan bullying

 Wawancara

 Observasi

5. Karakteristik pelaku

bullying  Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying

 Guru pembimbing

 Observasi

 Studi

dokumentasi (buku pribadi) 6. Penanganan yang

dilakukan oleh pihak sekolah

 Wakasek kesiswaan

 Guru pembimbing

 Wali kelas

 Siswa yang menjadi korban

Siswa yang mengetahui bullying tapi tidak melakukan dan juga tidak menjadi korban bullying

 Wawancara

 Studi


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penlitian dan studi yang telah dilakukan tentang perilaku bullying di SMPN 3 Kuningan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik perilaku bullying yang terjadi di lingkungan siswa dan siswi SMPN 3 Kuningan sebagian besar hanya meliputi perilaku mengintimidasi seseorang yang berada di bawahnya, semisal berbeda kelas, status sosial, baik itu dalam bentuk cibiran, ejekan, tatapan intimidasi, dan jarang terjadi bully yang sifatnya bully fisik. 2. Pelaku bullying di SMPN 3 Kuningan merupakan siswa yang merasa dirinya lebih

dari orang lain, baik dari penampilan maupun lebih tinggi kelasnya, selain itu pelaku bullying merupakan mereka yang haus akan pngakuan dari lingkungannya. Sedangkan siswa ataupun siswi yang menjadi korban merupakan mereka yang memiliki keterbatasan baik dari segi ekonomi, maupun sosial dimana mereka cendrung pendiam di sekolahnya.

3. Perilaku bullying berdampak bagi korban berdampak pada aspek akademis dimana mereka menjadi phobia sekolah dan kurang fokus di sekolah dama mengikuti pelajaran, aspek sosial dimana korban Bully menjadi pribadi yang penyendiri, sedangkan yang lain adalah berdampak pada aspek sosial emosiaonalnya dimana korban bully menjadi pribadi yang mudah tersinggunga dan mudah marah.

4. Tindakan yang dilakukan SMPN 3 Kuningan untuk menanggulangi prilaku bullying di lingkungan siswanya belum terprogram dngan baik, pnanggulangan yang ada saat ini hanya meliputi pendekatan secara individu yang dilakukan oleh wali klas, guru bidang studi ,maupun guru BK (bimbingan konseling).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengajukan beberpa saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran agar lebih meningkatkan pengelolaan kelas dan melakukan pendekatan secara individual terhadap siswa, sehingga dapat mendeteksi adanya kemungkinan-kemungkinan tindakan bullying dan membuat laporan untuk ditindak lanjuti.


(28)

2. Bagi guru BK dapat membuat laporan secara berkala tentang keadaan di sekolah serta memastikan tidak terdapat adanya tindakan bullying. Jika terdapat adanya perilaku bullying agar senantiasa sigap menindaklanjuti.

3. Bagi orang tua siswa agar lebih aktif mengikuti perkembangan perilaku anaknya di lingkungan sekolah. Dengan terus adanya komunikasi yang baik dengan pihak sekolah.

4. Bagi warga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang dampak buruk bullying, khusus bagi guru dan orang tua siswa agar sebisa mungkin selalu memberikan masukan dan pengawasan khususnya dalam keseharian siswa dengan menanamkan kesadaran bahwa semua orang bisa menjadi korban atau malah menjadi pelaku bullying. Untuk mengatasinya diperlukan kebijakan sekolah perlu rasanya ikut berupaya dalam rangka yang bersifat menyeluruh di sekolah. Sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid.

5. Kebijakan hanya akan berlangsung baik apabila ada langkah yang nyata dari sekolah untuk menyadarkan seluruh komponen sekolah betapa bullying sangat mengganggu proses belajar mengajar. Untuk itu salah satu yang bisa dipilih adalah membuat sebuah program anti bullying disekolah. Oleh karena itu kpala sekolah slaku pimpinan diharapkan sadar shingga dapat membuat program yang berkala dalam mengurangi perilaku bullying di lingkungan sekolah.

Bagi para peneliti selanjutnya Perlu kiranya melakukan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih luas dan mendalam.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin. C. (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada

Coloroso, B. (2006). (alih bahasa : Santi Indra Astuti). Penindas, Tertindas dan Penonton. Resep memntus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah

Hingga SMU. Jakarta: Serambi

Djuwita, R. (2006). Kekerasan Tersembunyi di Sekolah : Aspek-aspek

Psikososial dari Bullying, [online]. Tersedia

:http://www.ditplb.or.id/2006/index.php? Menu=profile&pro=175. [09 November 2006]

Gunawan, H. (2007). Tindakkan Kekerasan di Lingkungan Sekolah. Pikiran Rakyat (5 Juli 2007).

Hurlock, E. B. (1980). (alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo, Ed : Ridwan).

Psikologi Perkembangan, Snatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi kelima.Jakarta : Erlangga

Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana. D. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mutia, S. .(2006). Konsultasi. Anak Suka Ancam Teman. Tribun Batam[online], Tersedia:http://www.tribun-batarn.cora/index.

php?module=detail&rnoberita=l 4102. [09 November 2006].

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung : Tarsito

Pebriyani, S. (2007). “Si Jendral Kecil” Jadi Korban Geng SMA. Tabloid Nova (edisi 15-25 November 2009).

Quiroz, H. C, et all. (2006). Bullying In Schools, Fighting the Bully Battle,

Discussion Activitiesfor School Communities, [online]. Tersedia :

http://www.schoolsafety.us/pubfiles/bullyingchalktalk.pdf. [04 November 2006]

Sanders, E. C.(2004) "What Is Bullying?", BullyingImplications For The


(30)

Santrock, J.W (2002). What Is Bullying?”, Bullying Implications For The

Classroom. San Diego : lsevier Academic Press.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sugiyono, (2007).Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N.S (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sunardi. (1995). Ortopedagogig Anak Tunalaras I. Surakarta. Tidak Diterbitkan Surya, M. (1992).Psikologi Pendidikan. Bandung : Publikasi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan.

Whitman, (2001).Nobody Knew What to Do: Story About Bullying. Albert Whitman & Company.


(1)

Iceu Rochayatiningsih, 2013

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Matrik Sumber Data Perilaku Bullying di SMPN 3 Kuningan

No Data yang

Diungkap Sumber Data Teknik

1. Pelaku bullying di

SMP  Wakasek kesiswaan  Guru pembimbing  Wali kelas

 Siswa kelas VIII (yang diidentifikasi telah mengenal lingkungan sekolah dengan berbagai karakteristik

 Wawancara  Pengamatan

2. Bentuk bullying

yang terjadi di SMP  Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami bullying

 Guru pembimbing  Wakasek kesiswaan

 Wawancara  Observasi

3. Bagaimana bullying terjadi dan dimana dilakukanya

 Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying  Siswa yang diidentifikasi pernah

melakukan bullying


(2)

4. Masalah yang menjadi penyebab terjadinya bullying

 Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying  Siswa yang diidentifikasi pernah

melakukan bullying

 Wawancara  Observasi

5. Karakteristik pelaku

bullying  Siswa yang diidentifikasi pernah

mengalami korban bullying  Guru pembimbing

 Observasi  Studi

dokumentasi (buku pribadi) 6. Penanganan yang

dilakukan oleh pihak sekolah

 Wakasek kesiswaan  Guru pembimbing  Wali kelas

 Siswa yang menjadi korban  Siswa yang mengetahui bullying

tapi tidak melakukan dan juga tidak menjadi korban bullying

 Wawancara  Studi


(3)

Iceu Rochayatiningsih, 2013

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penlitian dan studi yang telah dilakukan tentang perilaku bullying di SMPN 3 Kuningan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik perilaku bullying yang terjadi di lingkungan siswa dan siswi SMPN 3 Kuningan sebagian besar hanya meliputi perilaku mengintimidasi seseorang yang berada di bawahnya, semisal berbeda kelas, status sosial, baik itu dalam bentuk cibiran, ejekan, tatapan intimidasi, dan jarang terjadi bully yang sifatnya bully fisik. 2. Pelaku bullying di SMPN 3 Kuningan merupakan siswa yang merasa dirinya lebih

dari orang lain, baik dari penampilan maupun lebih tinggi kelasnya, selain itu pelaku bullying merupakan mereka yang haus akan pngakuan dari lingkungannya. Sedangkan siswa ataupun siswi yang menjadi korban merupakan mereka yang memiliki keterbatasan baik dari segi ekonomi, maupun sosial dimana mereka cendrung pendiam di sekolahnya.

3. Perilaku bullying berdampak bagi korban berdampak pada aspek akademis dimana mereka menjadi phobia sekolah dan kurang fokus di sekolah dama mengikuti pelajaran, aspek sosial dimana korban Bully menjadi pribadi yang penyendiri, sedangkan yang lain adalah berdampak pada aspek sosial emosiaonalnya dimana korban bully menjadi pribadi yang mudah tersinggunga dan mudah marah.

4. Tindakan yang dilakukan SMPN 3 Kuningan untuk menanggulangi prilaku bullying di lingkungan siswanya belum terprogram dngan baik, pnanggulangan yang ada saat ini hanya meliputi pendekatan secara individu yang dilakukan oleh wali klas, guru bidang studi ,maupun guru BK (bimbingan konseling).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengajukan beberpa saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran agar lebih meningkatkan pengelolaan kelas dan melakukan pendekatan secara individual terhadap siswa, sehingga dapat mendeteksi adanya kemungkinan-kemungkinan tindakan bullying dan membuat laporan untuk ditindak lanjuti.


(4)

2. Bagi guru BK dapat membuat laporan secara berkala tentang keadaan di sekolah serta memastikan tidak terdapat adanya tindakan bullying. Jika terdapat adanya perilaku bullying agar senantiasa sigap menindaklanjuti.

3. Bagi orang tua siswa agar lebih aktif mengikuti perkembangan perilaku anaknya di lingkungan sekolah. Dengan terus adanya komunikasi yang baik dengan pihak sekolah.

4. Bagi warga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang dampak buruk bullying, khusus bagi guru dan orang tua siswa agar sebisa mungkin selalu memberikan masukan dan pengawasan khususnya dalam keseharian siswa dengan menanamkan kesadaran bahwa semua orang bisa menjadi korban atau malah menjadi pelaku bullying. Untuk mengatasinya diperlukan kebijakan sekolah perlu rasanya ikut berupaya dalam rangka yang bersifat menyeluruh di sekolah. Sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid.

5. Kebijakan hanya akan berlangsung baik apabila ada langkah yang nyata dari sekolah untuk menyadarkan seluruh komponen sekolah betapa bullying sangat mengganggu proses belajar mengajar. Untuk itu salah satu yang bisa dipilih adalah membuat sebuah program anti bullying disekolah. Oleh karena itu kpala sekolah slaku pimpinan diharapkan sadar shingga dapat membuat program yang berkala dalam mengurangi perilaku bullying di lingkungan sekolah.

Bagi para peneliti selanjutnya Perlu kiranya melakukan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih luas dan mendalam.


(5)

Iceu Rochayatiningsih, 2013

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Chaplin. C. (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raya Grafindo

Persada

Coloroso, B. (2006). (alih bahasa : Santi Indra Astuti). Penindas, Tertindas dan

Penonton. Resep memntus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: Serambi

Djuwita, R. (2006). Kekerasan Tersembunyi di Sekolah : Aspek-aspek

Psikososial dari Bullying, [online]. Tersedia

:http://www.ditplb.or.id/2006/index.php? Menu=profile&pro=175. [09

November 2006]

Gunawan, H. (2007). Tindakkan Kekerasan di Lingkungan Sekolah. Pikiran

Rakyat (5 Juli 2007).

Hurlock, E. B. (1980). (alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo, Ed : Ridwan). Psikologi Perkembangan, Snatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima.Jakarta : Erlangga

Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :

Remaja Rosdakarya

Mulyana. D. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Mutia, S. .(2006). Konsultasi. Anak Suka Ancam Teman. Tribun Batam[online],

Tersedia:http://www.tribun-batarn.cora/index.

php?module=detail&rnoberita=l 4102. [09 November 2006].

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung :

Tarsito

Pebriyani, S. (2007). “Si Jendral Kecil” Jadi Korban Geng SMA. Tabloid Nova

(edisi 15-25 November 2009).

Quiroz, H. C, et all. (2006). Bullying In Schools, Fighting the Bully Battle,

Discussion Activitiesfor School Communities, [online]. Tersedia : http://www.schoolsafety.us/pubfiles/bullyingchalktalk.pdf. [04 November 2006]

Sanders, E. C.(2004) "What Is Bullying?", BullyingImplications For The


(6)

Santrock, J.W (2002). What Is Bullying?”, Bullying Implications For The Classroom. San Diego : lsevier Academic Press.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sugiyono, (2007).Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N.S (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Sunardi. (1995). Ortopedagogig Anak Tunalaras I. Surakarta. Tidak Diterbitkan Surya, M. (1992).Psikologi Pendidikan. Bandung : Publikasi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan.

Whitman, (2001).Nobody Knew What to Do: Story About Bullying. Albert