PENGARUH BULLYING VERBAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KHADIJAH SURABAYA.

(1)

PENGARUH BULLYING VERBAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KHADIJAH SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

ANIQOTHUL MAQFIROH D03212004

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


(2)

(3)

(4)

(5)

PENGARUH BULLYING VERBAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SMP KHADIJAH

ABSTRAK Nama : Aniqothul Maghfiroh

NIM : D03212004

Judul skripsi : Pengaruh Bullying Verbal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII B Di SMP Khadijah.

Dosen pembimbing : Dra. Mukhlishah AM, M. Pd

Penelitian ini menggambarkan tentang rasa ketidak nyamanan disekolah menengah pertama Khadijah Surabaya. Dalam rangka upaya menanggulangi masalah bullying dikalangan remaja khususnya di kelas VII B SMP Khadijah.

Tujuan utama peneliti ini adalah untuk mengetahui adakah tindakan bullying verbal yang terjadi di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya. Kedua ingin mengetahui bagaimana prestasi yang diperoleh siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya. Ketiga untuk mengetahui adakah pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP khadijah Surabaya. Untuk itulah penulis ingin menjawab masalah yang pertama

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan tekhnik pengumpulan data diantaranya adalah metode angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun cara perhitungan angketnya yakni dengan menggunakan tekhnik analisa data yaitu: prosentase (%) dan tekhnik korelasi product moment.

Bullying verbal di SMP Khadijah Surabaya memiliki kreteria kurang, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dan presentase yang menunjukkan 51,53%. Yang berada diantara 40%-56% dengan kategori kurang.

Sedangkan Prestasi belajar siswa SMP Khadijah Surabaya termasuk dalam kategori cukup/sedang, hal ini terbukti dari hasil analisis data presentase yang menunjukkan 61,68% Yang berada diantara 56%-75% dengan kategori cukup/sedang.

Dari presentase diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada penggaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya. Dapat terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang menghasilkan -0,3388 atau bisa juga ditulis dengan -0,34 yang berarti korelasi antara pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya termasuk kategori tidak mempunyai penggaruh, karena nilai rxy tidak terletak pada tabel interpretasi product moment. Jadi kesimpulannya Ha ditolak sedangkan Ho diterima.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN PEMBIMBING i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ii

MOTTO iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Balakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian ... 10 E. Batasan Masalah ... 10 F. Definisi Operasional ... 11


(7)

BAB II : KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis Tentang Bullying

1. Pengertian Bullying Verbal 15

2. Bentuk-Bentuk Bullying 16

3. Faktor Yang Mempengaruhi Bullying 18

4. Dampak Kekerasan Bullying Disekolah 21

5. Model-Model Pencagahan Bullying 24

B. Tinjauan Teoritis Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar 26

2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 28

3. Jenis Dan Indikator Prestasi Belajar 35

C. Pengaruh Bullying Terhadap Prestasi Belajar. 38

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian 42

B. Waktu Dan Tempat 43

C. Populasi Dan Sampel 44

D. Variabel Penelitian 46

E. Hipotesis 47

F. Jenis Data Dan Sumber Data 47

G. Tekhnik Pengumpulan Data 49


(8)

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMP Khadijah 56

2. Lokasi SMP Khadijah Surabaya 57

3. Struktur Organisasi SMP Khadijah 58

4. Visi Dan Misi SMP Khadijah 59

5. Aktivitas Dan Ciri Khas SMP Khadijah 61

6. Fasilitas 63

B. Penyajian Data. 64

1. Penyajian Data Tentang Bullying Verbal 67

2. Penyajian Data Tentang Prestasi Belajar. 76

C. Analisis Data 86

1. Analisis Data Tentang Bullying Verbal 86

2. Analisis Data Tentang Prestasi Belajar 88

3. Analisis data tentang pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar 89

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan 96

B. Saran 98

DAFTAR PUSTAKA

SURAT TUGAS


(9)

SURAT KETERANGAN

KARTU KONSULTASI SKRIPSI

RIWAYAT HIDUP


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sarana yang sangat penting dalam sekolah adalah kenyamanan dalam sebuah pembelajaran. Sedangkan dalam hal ini banyakditemukan kasus-kasus ketidak nyamanan dalam sekolah dikarenakan adanya kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya praktek-praktek bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi anak untuk masuk sekolah. Perilaku bullying kurang begitu diperhatikan, karena dianggap tidak memiliki pengaruh yang besar pada siswa. Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Dalambahasa Indonesia, kata bully berarti penggertak, orang yang menggangguorang yang lemah.1Jelas kata asing ini belum familiar ditelinga kita,namun sesungguhnya telah terjadi sejak lama dilingkungan kita.2

Bullying adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang denganberulang kali dan sengaja kepada orang lain. Novan Ardy dalam bukunyamengungkapkan bahwa bullying adalah perilaku negatif yangmenyebabkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka danbiasanya terjadi berulang-ulang.3 Sedang menurut Olweus seperti yang dikutip

KathrynGeldard mengemukakan bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagaisebuah tindakan

atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukanoleh sekelompok orang atau seseorang

1

Novan Ardy Wiyani, (2012),Save Our Children From School Bullying, Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, hlm. 12

2

Amirah Diniaty, (2012), Keterampilan Empati Dalam Penyelenggaraan Konseling 1


(11)

2

secara berulang-ulang dari waktukewaktu terhadap seorang korban yang tidak dapat

mempertahankandirinya dengan mudah.4

Adapun Coloroso mengemukakan bahwa ada 3 bentukbullying yaitu dalam bentuk verbal, fisik dan relasional.Masing-masingbentuk ini dapat menimbulkan dampak buruk.Terkadang ketiganya kerap dikombinasikan untuk menciptakan serangan yang lebihkuat.Bullying secara verbal merupakan bentuk penindasan yang palingumum dilakukan oleh anak laki-laki maupun perempuan.Kata-kataadalah alat yang kuat dan dapat mematahkan semangat anak yangmenerimanya.Bullying dalam bentuk verbal dapat berupa julukan nama,celaan, fitnah, kritik tajam, penghinaan dan pernyataan-pernyataan yangbernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual 5.

Bullying secara fisik dapat dilakukan dengan cara memukuli,mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting,mencakar serta meludahi anak yang ditindas. Selain itu pelaku menekukanggota tubuh anak yang menjadi korban, merusak serta menghancurkanpakaian serta barang-barang anak yang ditindas.6

Selanjutnya bullying relasional merupakan jenis yang paling sulitdideteksi. Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri korbansecara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, ataupenghindaran.Jenis bullying ini dapat digunakan untuk mengasingkanatau menolak seorang teman dalam pergaulan.Perilaku ini dapatmencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif,lirikan mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, dan tawamengejek.

Adapun dampak yang dialami oleh korban bullying adalahmengalami berbagai

macam gangguan meliputi kesejahteraan psikologisyang rendah (low psychological well-being) dimana korban akan merasatidak nyaman, takut, rendah diri, tidak berharga,

4


(12)

3

penyesuaian sosial yangburuk dimana korban merasa takut kesekolah bahkan tidak mau sekolah,menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun akibathilangnya konsentrasi belajar, bahkan yang lebih parah berkeinginanuntuk bunuh diri daripada harus

menghadapi tekanan-tekanan berupahinaan dan hukuman. 7

Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah, antara lain adalah mulai dari pribadi anak itu sendiri, keluarga, lingkungan, dan bahkan sekolah.8

Menurut Setiawati kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying menjadikan para siswa sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain, dengan begitu maka siswa akan trauma dengan tidak berani masuk sekolah, sehingga lama kelamaan bisa menjadikan perubahan dalam prestasi akademik. Yang mana prestasi akademik adalah hal yang sangat diinginkan bagi seorang siswa dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie,sedangkan istilah prestasi dalam kamus ilmiah popular didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.9

Adapun menurut Noehi Nasution menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yadng memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena suatu hal. 10 Sedangkan menurut pendapat djamarah (dalam rini,2012) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama sesorang itu tidak melakukan suatu kegiatan.

8. ibid.., hlm. 16


(13)

4

Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada 2 macam, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal diantaranya: faktor kesehatan fisik, intelegensi, motivasi, minat, kepribadian dan fisiologis.

Sedangkan faktor eksternal meliputi : keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, alat alat pelajaran, motivasi sosial lingkungan dan kesempatan, kurikulum.11

Adapun ragamprestasi belajarmeliputi : prestasi kognitif, prestasi efektif dan pestasi psikomotorik. Sedangkan prestasi belajar dalam ranah kognitif dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan cara tes tulis dan perbuatan.

Sedangkan prestasi belajar yang mencangkup ranah afektif dapat dilakukan denggan menggunakan skala likert (Likert scale) dan atau diferensial semantik yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan/sikap siswa mulai sangat setuju, ragu ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap sesuatu yang harus direspons. Adapun prestasi belajar dalam ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan mengobservasi pelaku jasmaniah siswa dan di catat dalam format observasi keterampilan melakukan pekerjaan tertentu.12

SMP Khadijah Wonokromo merupakan lembaga pendidikan yang nuansa keagamaannya sangat kental, karena didalam pembelajarannya materi agamanya lebih banyak. Namun ada juga permasalahan siswa yang tidak jauh berbeda dengan sekolah lain, hal ini menjadi sedikit penghambat dalam proses pendidikan.

Sebagian siswa SMP Khadijah Wonokromo juga ada yang tinggal di asrama pondok pesantren khadijah. Para siswa selain mendapatkan pelajaran disekolah mereka juga mengikuti kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak pondok pesantren yang mengakibatkan ketika siswa berada disekolah siswa merasa jenuh dan capek yang akhirnya siswa menjadi kurang berminat dalam mengikuti pelajaran. Disamping itu juga karena jauh


(14)

5

dari pantauan orang tua,kurangnya kesadaran diri siswa, dalam hal ini peran orang tua sangat penting dalam mendidik anaknya agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

Adapun proses bullying disekolah ini lebih sering kekatagori bullying verbal.Sedangkan para pelaku pembuli pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Suka mendominasi anak lain.

b. Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

c. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan perasaan anak lain.

d. Cenderung melukai anak lain ketika orangtua atau orang dewasa lainnya tidak ada di sekitar mereka.

e. Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran.

f. Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.

g. Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari perbuatannya.

h. Haus perhatian.

Adapun ciri-ciri yang terkait dengan korban bullying antara lain 13: 1. Anak baru di lingkungan itu.

2. Anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar karena rasa takut.

3. Anak penurut karena cemas, kurang percaya diri, atau anak yang melakukan sesuatu karena takut dibenci atau ingin menyenangkan.

4. Anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain.


(15)

6

6. Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatian orang lain.

7. Anak yang paling miskin atau paling kaya.

8. Anak yang orientasi gender atau seksualnya dipandang rendah.

9. Anak yang agamanya dipandang rendah.

10.Anak yang cerdas, berbakat, memiliki kelebihan atau beda dari yang lain.

11.Anak yang merdeka atau liberal, tidak memedulikan status sosial, dan tidak berkompromi dengan norma-norma.

12.Anak yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung.

13.Anak yang memakai kawat gigi atau kacamata.

14.Anak yang memiliki kecacatan fisik atau keterbelakangan mental

15.Anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah (bernasib buruk). Diantara akibat seseorang dibully adalah:

a. Psikologis, Perasaan kesepian, malu, timbul perkara untuk balas dendam, cemas, mudah merasa tertekan, tidak percaya diri, kesulitan membaur dengan kelompok, dan sebagainya.

b. Dampak Psikologis juga meliputi rasa takut, rasa tidak aman, dendam, dan menurunya semangat belajar siswa, daya konsentrasi, kreatifitas, hilang inisiatif, daya tahan (mental), menurunya rasa percaya diri, stress, depresi, dan sebagainya. Dan dalam jangka panjang bisa berakibat pada penurunan prestasi dan perubahan perilaku siswa.

c. Fisik, mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan, seperti memar, luka-luka, dan sebagainya.14

Adapun seorang siswa dikatakan mempunyai masalah manakala ia menunjukkan gejala gejala penyimpangan seperti suka menyendiri, terlambat masuk kelas, memeras teman


(16)

7

temannya, tidak sopan kepada orang lain dan guru, bersifat hiperaktif dan suka menarik perhatian orang lain. Begitupun tindakan menyimpang yang dilakukan siswa merupakan bagian dari gejolak jiwa remaja yang salah arah.Hal ini sering terjadi pada remaja disebabkan siswa menjadi kurang berminat dalam mengikuti pelajaran di kelas.Secara psikologis kondisi mental remaja sangatlah labil, sehingga dalam tingkah laku remaja masih dipengaruhi kuat oleh dorongan emosional.Dalam hal ini remaja adalah masa pencarian identitas diri yang belum menampakkan sosok yang utuh.

Menyikapi hal tersebut maka untuk meminimalisir dan mengatasi perilaku bullying diantara siswa agar dalam proses pendidikan dapat berjalan dengan baik serta meningkatkan prestasi akademik siswa yang berkualitas sehingga mampu menghadapi masa depan. Karena pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang mempunyai peran penting dalam membentuk mental generasi mendatang

Dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka bullying merupakan salah satu perilaku yang dapat membahayakan bagi siswa, baik secara fisik, psikologis maupun

prestasi akademik, Maka penelitian ini ingin menguji secara empirik mengenai “pengaruh bullying terhadap prestasi akademik siswa SMP Khadijah Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanatindakan Bullying verbal yang terjadi di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya..?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya..?

3. Adakah pengaruh Bullying verbal terhadap prestasibelajarsiswakelas VII B di SMP Khadijah Surabaya..?


(17)

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala sesuatu yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan permasalahannya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tindakan Bullying verbal yang terjadi di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya

2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh bullying verbal terhadap

prestasibelajarsiswakelas VII B di SMP KHADIJAH Surabaya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.

a. Bagi akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam mengkaji.

b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau sebagai referensi dalam meneliti lanjutan pada hal yang sama.

2. Manfaat Praktis. a. Siswa .

Siswa dapat memahami pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa di SMP Khadijah Surabaya.

b. Peneliti.


(18)

9

E. Batasan Penelitian

Untuk mencegah terjadinya pembahasan yang terlalu luas, dan dengan adanya keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan waktu, kemampuan dan biaya, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Yang menjadi objek penelitian adalah terbatas pada siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya.

2. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti hanya meneliti kondisi ada tidaknya korban bullying verbal yang terjadi di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya.

3. Prestasi belajar dalam ranah kognitif pada siswa kelas VII B SMP Khadijah Surabaya. 4. Pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa di kelas VII B SMP Khadijah

Surabaya.

F. Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat sifat al yang dapat didefinisikan atau diobservasikan. Konsep ini sangat penting, karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa. Sehingga halyang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. 15

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan makna, maka dipandang perlu dalam pembahasan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat, diantaranya:

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu, orang, benda, dan sebagainya yang berkuasa atau berkekuatan ghaib dan sebagainya. 16

2. Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti dimana hasrat ini diperlihatkan dalam aksi yang menyebabkan seseorang menderita, aksi ini dilakukan secara langsung oleh


(19)

10

seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, yang tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang. 17

Adapun wujud dari bullying verbal adalah perlakuan secara langsung yang berupa mengancam, mempermalukan, merendahkan, menganggu, member pangilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki dan menyebarkan gossip.

3. Prestasi belajar

a. Istilah prestasi dalam kamus ilmiah didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.18 b. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 19

Jadi, yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam hal ini adalah “tarafkeberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi

pelajaran tertentu”.20

G. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini tersusun secara sistematis dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab dan antara bab satu dengan bab lainnya merupakan integritas atau kesatuan yang tak terpisahkan, serta memberi gambaran secara lengkap dan jelas tentang penelitian dan hasil hasilnya.

Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut: Bab Pertama:

17

Ponny Retno, Merendam Bullying,…. Hlm 3 18


(20)

11

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua:

Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum tentang Bullying, gambaran umum tentang Prestasi belajar Serta pengaruh kedua variabel tersebut.

Bab Ketiga :

Dalam bab ini merupakan inti dari penelitian yang di dalamnya terdiri dari: Jenis dan Pendekatan Penelitian, waktu dan tempat Penelitian, populasi dan sampel, Jenis Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, serta Teknik Analisis Data.

Bab Keempat:

Dalam bab ini menjelaskan tahap pengumpulan data dari hasil penelitian, mulai dari teknik penyajian data, analisis data dan pengujian hipotesis.

Bab Kelima:

Bab ini merupakan penutup yang meliputi dari seluruh pembahasan skripsi antara lain kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran


(21)

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis Tentang Bullying 1. Pengertian Bullying Verbal

Istilah bullying berasal dari kata bull (bahasa inggris), yaitu “banteng” yang suka menanduk. Adapun pihak pelaku bullying disebut bully.1

Menurut Ken Rigby bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti, dimana hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi yang menyebabkan seseorang menderita.Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasannya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.2

Professor Dan Olweus pada tahun 1993 telah mendefinisikan bullying yang mengandung tiga unsur mendasar perilaku bullying, yaitu:

1. Bersifat menyerang (agresif) dan negatif. 2. Dilakukan secara berulang kali.

3. Adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat.

Istilah lain dari bullying adalah mengintimidasi orang lain artinya seseorang tersebut melakukan perbuatan secara berulang ulang terhadap seseorang atau kelompok orang yang takut kepada si pelaku bullying.Pelaku bullying secara sengaja bermaksud menyakiti seseorang secara fisik, emosi, atau sosial.3

1

Yayasan Semai Jiwa Amini, Bullying mengatasi kekerasan disekolah dan lingkungan sekitar anak, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm 2

2

Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekrasan Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008), hlm 3

3

Les Person, Bullied Teacher Bullied Student Guru Dan Siswa Yang Terintimidasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), hlm 10


(22)

16

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaaan secara psikologis maupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying atau yang biasa disebut bully bisa dari seseorang, bisa juga sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah tak berdaya, dan selalu merasa terancam oleh bully.4

Adapun bullying verbal sendiri adalah jenis bullying yang juga kasat mata namun tidak terjadi sentuhan fisik secara langsung.Contohnya menebarkan gossip, menertawakan (menyoraki), berkata kotor pada korban dan sebagainya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa bullying adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalah gunakan ketidak seimbangan kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik.

2. Bentuk- Bentuk Bullying

Pada dasarnya jenis dan wujud bullying terdapat beberapa jenis namun, praktik-praktik bullying dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: bullying fisik, bullying non-fisik (verbal dan non verbal) dan bullying mental (psikologis).5 a. Bullying fisik

Bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata, artinya yang kelihatan mata antara si pelaku bullying dan korban terjadi sentuhan fisik secara langsung. Contoh contoh dari bullying fisik antara lain: memukul, melempar

4

Jurnal Pengalaman Intervensi dari Beberapa Kasus Bullying, (Djuwita, 2005 : 8). 5


(23)

17

dengan barang, mendorong memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.

Bullying ini biasanya terjadi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung

pada saat guru mengadakan ulangan. Dimana pelaku bullying biasannya

melakukan hal semacam ini kepada korban apabila ia tidak memberi jawaban dari soal soal yang diberikan maka bullying semacam ini akan tetap berlanjut sampai kegiatan belajar mengajar selesai, karena sang pelaku kurang puas dengan perilaku yang dilakukan oleh sang korban.

b. Bullying non – fisik

Bullying non-fisik adalah jenis bullying yang juga kasat mata namun tidak terjadi sentuhan fisik secara langsung. Bullying non-fisik terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Bullying verbal contohnya: menebarkan gossip, menertawakan (menyoraki),

berkata kotor pada korban, mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name calling), merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, dan memaki.

2. Bullying non-verbal contohnya: gerakan (tangan kaki, atau anggota badan lain) kasar atau mengancam.

Bullying semacam ini biasannya terjadi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung pada saat pelaku bullying tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru atau melakukan hal hal lain yang melanggar kelas sehingga mendorong pelaku untuk melakukan hal hal seperti: menebar gosip, mengancam dan


(24)

18

sebagainya. Bullying ini biasanya akan tetap berkelanjut ketika sang korban benar benar melakukan hal hal yang dilarang oleh pelaku.

c. Bullying mental (psikologis)

Bullying mental merupakan jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga jika tidak waspada mendeteksinya.Karena

praktek bullying ini terjadi secara diam-diam dan diluar pemantauan

kita.Contohnya mempermalukan, mengucilkan, mentertawakan dan sebagainya. Bullying semacam ini biasanya terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung pada saat korban tidak bisa menjawab soal yang diajukan oleh guru atau dikarenakan korban mempunyai cacat fisik maupun mental. Sehingga korban ditertawakan bahkan kadang kadang dikucilkan oleh pelaku bullying.

3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Bullying.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa bullying merupakan suatu bagian dari tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah. Maka dalam hal ini bullying berarti siswa yang gemar melakukan suatu kegiatan berupa gangguan terhadap siswa lain.

Adapun faktor faktor yang menyebabkan bullying adalah sebagai berikut6 a. Lingkungan sekolah yang kurang baik

6

Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekrasan Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008), hlm 51-55


(25)

19

Salah satu faktor yang menentukan jumlah pelaku intimidasi antara siswa adalah budaya sekolah itu sendiri. Kunci utama dalam budaya sekolah adalah kadar komitmen antara para staff untuk melakukan sesuatu mengenai intimidasi.7

Sekolah yang mudah terdapat kasus bullying pada umumnya berada dalam situasi sebagai berikut:

1. Sekolah dengan cirri perilaku diskrimatif dikalangan guru dan siswa

2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan satpam.

3. Sekolah dengan kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin.

4. Adanya kedisiplinan yang sangat kaku atau lemah.

5. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten. b. Senioritas Yang Tidak Pernah Diselesaikan.

Pada dasarnya lingkungan sekolah merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak karena disekolah mereka dapat belajar

bermacam macam ilmu pengetahuan.8

Namun apabila sekolahan tidak pernah menyelesaikan persoalan senioritas yang bersikap sewenang wenangnya terhadap adik kelas seperti adanya pemaksaan dalam pemilihan ketua osis, tindakan sewenang wenang pada saat penerimaan siswa baru, dan lain lainnya.Hal inilah yang mengakibatkan munculnya bullying.

c. Guru Memberikan Contoh Yang Kurang Baik Kepada Siswa.

7

Les parson, bullied teacher… hlm 108 8


(26)

20

Pada dasarnya seorang guru itu mendidik dan menanamkan nilai nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh contoh teladan serta sikap sikap yang baik.Guru juga dapat memberikan nasiat nasihat yang baik, memotivasi siwa sebagai inspirasi dan pembimbing dan pengembangan sikap dan tingkah laku siswa.9Karena bagaimanapun itu guru sebagai suri tauladan bagi siswa.

Sebaliknya, apabila guru menanamkan sikap dan tingkah laku yang kurang baik seperti member hukuman yang berat, guru berkata kotor “goblok” karena siswa tidak mengerjakan tugas dan sebagainya maka siswa akan meniru tindakan guru tersebut. Hal ini akan menyebabkan siswa melakukan tindakan bullying (mengintimidasi) siswa lain.

d. Ketidakharmonisan Di Rumah

Selain faktor lingkungan, masalah senioritas, serta guru yang memberi contoh yang kurang baik, ketidakharmonisan dirumah juga mempengaruhi timbulnya anak untuk bersikap bullying. Ketidakharmonisan dirumah bisa berupa kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua, perceraian orang tua, masalah ekonomi, sikap otoriter orang tua terhadap anak yang terkesan dalam jiwa anak sebagai persepsi dasar. Sebagai kelanjutannya ialah anak akan tumbuh dan berkembang sebagai anak yang otoriter dan kepala keras. Bahkan bisa jadi anak itu akan menjadi pelaku bullying. Karena keluarga adalah faktor utama dalam membentuk karakter anak, Dalam hal ini orang tua juga perlu mempertimbangkan bahwa setiap siswa merupakan seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan

9


(27)

21

keluarga. Sehingga pada dasarnya pola asuh orang tua sangatlah dominan dalam membentuk karakter anak. Dalam kasus bullying hal yang seharusnya tidak dilakukan adalah melakukan bullying itu sendiri dalam keluarga termasuk kepada pasangan maupun anak karena seorang anak berpotensi menjadi bullied (pelaku bullying) karena pola asuh yang salah oleh orang tua.

e. Karakter anak (memiliki sifar agresif dan pendendam atau iri hati) Karakter anak sebagai pelaku bullying pada umumnya adalah anak yang selalu berperilaku:

1. Agresif, baik secara fisikal maupun verbal. Anak yang ingin popular, anak yan sering membuat atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya. anak yang berperilaku agresif ini telah menggunakan kemampuannya untuk mengunggkapkan ketidaksetujuannya pada kondisi tertentu korban, misalnya perbedaan ras, fisik, agama.

2. Pendendam. Anak pendendam atau iri hati sulit diidentifikasi perilakunya karena dia belum tentu agresif. Perilakunya juga tidak terlihat secara fisik dan mental.

4. Dampak Negatif Kekerasan Bullying Di Sekolah.

Ali As’ad Wathifah dalam penelitianya yang sangat luas, mengenai segala

bentuk tindakan kekerasan yang kerap kali terjadi dalam proses pendidikan, baik itu sekolah ataupun dirumah, akan memiliki dampak buruk yang sangat besar bagi

perkembangan akhlak dan tingkah laku anak. Beliau mengatakan “sikap semena

-mena dalam mendidik sangat berbahaya dan mengancam proses pendidikan. kemuncullanya melahirkan sikap kebencian, kemarahan, keras hati, susah diatur,


(28)

22

malu, takut, merasa bersalah, merasa kurang, hilang rasa percaya diri, suka

diremehkan, dan larut dalam perasaan bersalah.”.10

Perilaku bullying, merupakan tindak kekerasan yang bisa menimbulkan kerugian pada korban, baik dalam hal fisik maupun psikis. Carlise menguraikan efek pengalaman menjadi korban bullying yang terjadi pada siswa yaitu:

a. Psikologis, Perasaan kesepian, malu, timbul perkara untuk balas dendam, cemas, mudah merasa tertekan, tidak percaya diri, kesulitan membaur dengan kelompok, dan sebagainya.11

b. Dampak Psikologis juga meliputi rasa takut, rasa tidak aman, dendam, dan menurunya semangat belajar siswa, daya konsentrasi, kreatifitas, hilang inisiatif, daya tahan (mental), menurunya rasa percaya diri, stress, depresi, dan sebagainya. Dan dalam jangka panjang bisa berakibat pada penurunan prestasi dan perubahan perilaku siswa.

c. Fisik, mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan, seperti memar, luka-luka, dan sebagainya.

Secara spesifik, Rigby membagi dampak psikologis korban bullying menjadi empat kategori, yaitu:

1. Memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. pada ketegori ini kesadaran mental korban menjadi lemah, namun kodisi ini tidak terlalu berbahaya.

10

Muhammad Nabil Khazim, Mendidik Anak Tanpa Kekerasan, (Pustaka Al-Kautsar, 2010), cet ke-1, hlm. 156

11

Hoasel waluyo Erlan, Gambaran Percieved Long tern Effect dari Bullying pada Individu Dewasa yang pernah menjadi korban, hlm. 114


(29)

23

Perasaan tidak bahagia muncul pada diri korban, selain juga perasaan mudah marah, sensitif, serta harga dirinya yang rendah.

2. Memiliki pandangan dan kemampuan sosial yang rendah. korban yang

berada pada kategori ini seringkali menarik diri dari pergaulan, dan sebaliknya lebih suka mengisolasi diri dari dan cenderung untuk membolos sekolah.

3. Psychological distress, pada kategori ini korban memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi. Korban merasa depresi dan memiliki dorongan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

4. Dampak negatif secara fisik, misalnya luka-luka akibat serangan fisik, serta penyakit lainnya seperti sakit kepala, deman, flu dan batuk.12

Jadi Dalam jangka panjang, korban bullying dapat menderita karena masalah emosional, dan perilaku Bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, terisolasi, perasaanharga diri yang rendah, depresi atau menderita stress yang dapat berakhir denganbunuh diri.

12

Irwan Indera Putra, Hubungan Antara Perlikau Bullying dengan Permasalahan Penyesuaian


(30)

24

5. Model Model Pencegahan Bullying

Adapun model model pencegahan bullying antara lain: model transteori, jaringan pendukung serta program sahabat.13

a. Model transteori

Model transteori merupakan salah satu metode penyadaran bahaya bullying yang bersifat ajakan mudah difahami, bertahap namun relative cepat dan aman, bagi orang tua, guru, maupun siswa (korban maupun pelaku).

Dalam setiap tahapannya selalu muncul rasa keingintahuan hasrat dan upaya yang lebih besar untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setiap peserta akan mendapat kepuasan setiap kali ia menyadari atau disadarkan akan bahaya bullying. Dalam hal ini, para peserta akan menyediakan diri atau bertanya untuk melakukan persiapan selanjutnya dari setiap tahap yang dilaluinya.

b. Jaringan Pendukung

Jaringan pendukung adalah suatu program untuk melakukan upaya komunikasi antara pihak sekolah dengan komunitasnya. Dalam upaya pencegahan bullying, jaringan pendukung perlu dilakukan terlebih dahulu, yaitu dengan menggalang berkumpulnya seluruh komunitas sekolah untuk disatukan pemahaman dan keterlibatan mereka secara bersama mengenai bullying.

c. Program SAHABAT (kasih SAying dan persatuan, HArmonis, BAik budi dan Tanggung jawab).

Program sahabat adalah suatu program psikologi sosial untuk menanggulangi kenakalan siswa yang menitikberatkan pada organisasi jaringan

13


(31)

25

dengan menggunakan unsure unsure filosofi: kasih saying, harmonis, baik budi dan persatuan. Program ini melibatkan semua pihak yang ada di sekolah, termasuk didalamnya orang tua, guru, staff, siswa dan komunitas sekolah.

Kasih sayang yang merupakan sendi dasar program SAHABAT bisa diwujudkan dalam bentuk perbuatan, pikiran dan semangat yang dilakukan dengan kesadaran serta dapat ditujukan untuk siapapun. Namun jika konsep kasih sayang ditekankan pada hubungan personal individu, maka konsep ini menimbulkan ketidak adilan atau kebiadaban pada orang lain. Untuk itu dalam program sahabat kerteria kasih sayang ditekankan pada kasih sayang sesame yang tidak bersifat membedakab atau bersifat adil untuk tujuan moral yang disetujui oleh semua pihak.

Unsure kedua pada program SAHABAT adalah harmoni.Harmoni berarti memahami prinsip hidup bersama dengan damai, toleran, tenang saling menghargai, adil dan saling berbagi.

Unsur ketiga pada program SAHABAT adalah Baik budi.Baik budi ini memiliki makna untuk menekankan kelurusan hati. Makna yang merefleksikan konsep ini antara lain adalah nilai untuk melakukan perbuatan luhur, member dengan tulus, berbuat jujur, rendah hati menerima apa adanya dan bersikap adil.

Sedang tanggung jawab merupakan poin terakhir pada program sahabat merefleksikan makna dimana seseorang atau kelompok melakukan sesuatu dengan sebaik baiknya sesuai tugasnya, membantu orang lain ketika mereka membutuhkan bantuan, menjaga, merawat diri sendiri atau barang, menjaga orang


(32)

26

lain yang membutuhkan, bersikap adil dan membantu menciptakan dunia yang lebih baik.

B. Tinjauan Teoritis Tentang Prestasi Belajar.

Pada dasarnya anak-anak Negara maju di Indonesia itu memiliki kesamaan tentang tujuan pendidikan yaitu memiliki hasrat belajar yang tinggi, apat bekerja, dan beriman bersama orang lain, menghargai nilai sosial kemanusiaan dan menghargai perbedaan perbedaan pendapat secara tulus. Perbedaan bukan terletak pada Negara maju dan berkembang melainkan terletak pada tingkat kedewasaan dalam proses belajar mengajar serta dalam prestasi belajar mengajar.

1. Pengertian prestasi belajar.

Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu: prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yangberbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahuluuntuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi danbelajar. Istilah prestasi dalam kamus ilmiah popular didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.14

Di bawah ini akandikemukakan beberapa pengertian prestasi menurut para ahli.

Menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar bahwa prestasi adalah apa yang telah

dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

14


(33)

27

Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi adalah “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik

dan secepat mungkin”.15

Sedangkan pengertian belajar Menurut noehi nasution menyimpulkan bahwa dalam arti luas belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil adri terbentuknya respons utama, dengan syarat bahwa perubahan tingkah laku itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena suatu hal.16

Adapun menurut James O Whittaker dalam bukunya, merumuskan bahwa Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihanatau pengalaman. 17

Sedangkan secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak banyaknya.Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai oleh siswa.18

Berdasarkan hal tersebut dapat penulis ambil sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotorik.

15

Muray dalam Beck 1990 : hlm 290

16 Ibid…., hlm 242

17

Syaiful Bahri Djamarah, psikologi belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm12


(34)

28

Adapun menurut muhibbin syah yang dimaksud dengan prestasi belajar

adalah “taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran

disekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran tertentu”.19

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.20

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Prestasi belajar disekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar.Namun demikian, pada beberaa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.

IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar

seseorang. Ada “faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dan

19

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007) 20


(35)

29

mengklasifikasikannya menjadi dua bagian, yaitu: 1.) faktor intern dan 2.) faktor ekstern. 21

1. Faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalm diri seseorang yang dapat memengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor-faktor internal yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain kecedersan/ intelegensi, bakat, minat dan motivasi. 22

a. kecerdasan/inteligen Kecerdasan/ intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan

kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya

perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi

akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”23

21

Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hlm 248 22

Syaiful bahri djamarah, psikologi belajar (Jakarta: Rineka cipta 2011), hlm 191 23


(36)

30

1. Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Ngalim Purwanto bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan

kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorangsangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

2. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikandan mengenai beberapa kegiatan.Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.Dengan ini jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan.Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang


(37)

31

tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

3. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) Motivasi instrinsik dan (b) Motivasi ekstrinsik.Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusah dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

2. Faktor Ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat memengaruhi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ini antara lain:


(38)

32

a. Keadaan lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan.Peralihan pendidikan informal ke lembaga lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun.Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.


(39)

33

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

c. Keadaan lingkungan masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswadalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitarsangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

Kedua uraian pendapat diatas yang dapat memengaruhi proses dan prestasi

belajar seseorang. Masih banyak faktor-faktor yang belum terkofer

didalamnya..oleh karena itu untuk melengkapi kedua pendapat tersebut, penulis sajikan pandangan muhhibbin syah mengenai hal tersebut. Menurut beliau,


(40)

34

faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik disekolah, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian. Antara lain:

1. Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik ), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-faktor internal antara lain adalah:

a. Faktor fisiologis

Keadaan fisikyang tepat dan kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik, tetapi keadaan fiisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.

b. Faktor psikologis

Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang memengaruhi prestasi belajar antara lain:

- Inteligensi, faktor ini berkaitan dengan Intelligence Quotient (IQ) seseorang.

- Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan

pemahaman dan kemampuan yang mantap.

- Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

- Motivasi, merupakan kedaan internal organism yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu.

- Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai

keberhasilan dimasa yang akan datang. 24

24


(41)

35

2. Faktor ekstenal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik, adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara lain

a. Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat

b. Faktor nonsosial, yang meliputi letak dan keadaan sekolah, tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber belajar. Keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik disekolah.

3. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajarn.

3. Jenis dan indikator Prestasi Belajar.

Menurut ahmad Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah sesorang belajar. Menurut Ahmad bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi tiga aspek, yaitu: 1.) tahu/mengetahui (knowing), 2.) melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing) dan 3.) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being). 25

Adapun menurut banjamin S. Bloom, sebagimana yang telah dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah bahwa hasil belajar diklasifikasikan kedalam tiga

25 Ibid…, Hlm 244-245


(42)

36

ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain), 2.) ranah afektif (affective domain), dan 3.) ranah psikomotorik (psychomotor domain).26

Bertolak dari kedua pendapat tersebut diatas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S. Bloom, kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk megetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi tiga ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain), 2.) ranah afektif (affective domain), dan 3.) ranah psikomotorik (psychomotor domain). Untuk menggungkap hasil belajar/prestasi belajar pada ketiga ranah tersebutdiatas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai petunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhhibbin Syah mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator - indikator sebagai penunjuk bahwa siswa - siswi telah berhasil meraih prestasi belajar yang hendak diukur.

26 Ibid…, Hlm 245


(43)

37

Dan agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis- jenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang berisi jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi.

Tabel 2.1

Ranah/Jenis prestasi Indikator Cara evaluasi

A. Ranah kognitif

1. Pengamatan

1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

1. Tes lisan. 2. Tes tertulis. 3. Observasi

2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi

3. pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 4. aplikasi/penerapan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara

tepat

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 5. analisis

(pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)

1. Dapat menguraikan

2. Dapat

menklasifikasikan/memilah-milah.

1. Tes lisan 2.Pemberian tugas

6. Sintesis (membuat paduan baru dan utuh )

1.Dapat menghubungkan

materi-materi sehingga menjadi

kesatuan baru.

2.Dapat menyimpulkan

3.Dapat mengeneralisasikan

(membuat prinsip umum)

1. Tes tertulis

2. Pemberian

tugas

B.Ranah Afektif

1. Penerimaan

1.Menunjukkan sikap menerima.

2.Menunjukkan sikap menolak

1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi

2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi

2. Kesediaan memanfaatkan

1. Tes skala sikap 2. Pemberian

tugas 3. Observasi

3. Apresiasi 1. Menganggap penting dan

bermanfaat.

2. Menganggap penting dan

harmonis. 3. Mengagumi

1. Tes skala

penilaian sikap

2. Pemberian

tugas. 3. Observasi

4. internalisasi 1. mengaku dan menyakini

2. mengingkari

1. Tes skala sikap

2. Pemberian


(44)

38

(yang menyatakan sikap dan tugas proyektif) (yang menyatakan perkiraan dan ramalan)

5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau

meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi

dan perilaku sehari-hari

1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 2. Observasi

C. Ranah

psikomotorik

1. Ketrampilan

bergerak dan

bertindak

1. Kecakapan mengkoordinasikan

gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

1. Observasi 2. Tes tindakan

2. Kecakapan

ekspresi verbal

dan non-verbal

1. Kefasihan

melafalkan/mengucapkan.

2. Kecakapan membuat mimic

dan gerakan jasmani.

1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan

C. Pengaruh Bullying Verbal Terhadap Prestasi Belajar

Pada umumnya, keluarga ingin agar anaknya tumbuh dan berkembang menjadi orang yang menjujung tinggi akhlak dan moral sehari harinya. Adapun Dampak Perilaku bullying Menurut Vivie akibat dari tindakan bullying ini tidak dapat dikatakan main-main. perilaku tersebut mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak mulai dari yang ringan, sedang hingga yang serius dan mampu berakibat pada kematian Yakni: 27

1. Prestasi belajar/ prestasi akademiknya menurun. 2. Phobia sekolah.

3. Gelisah, sulit tidur.

4. Gangguan makan.

27


(45)

39

5. Menyendiri, mengucilkan diri. 6. Sensitive, lekas marah.

7. Agresif , bersikap kasar pada orang lain (contoh : pada kakak atau adik bahkan orang tua).

8. Depresi.

9. Hasrat bunuh diri (Data dari Jepang dinyatakan bahwa 10% korban bullying

mencoba bunuh diri).

Menurut berbagai sumber bahwasannya bullying berdampak menurunkan tes kecerdasan dan kemampuan analisis siswa yang menjadi korban, bahkan sampai berusaha bunuh diri.Bullying juga berhubungan dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai-nilai akademik dan tindakan bunuh diri.28Pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal dibanding yang tidak melakukan bullying.Tindakan ini juga masih menjadi masalah tersembunyi yang tidak disadari oleh para pendidik dan orang tua murid.bullying adalah masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena orang-orang yang menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan kurang percaya diri. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang menjadi korban bullying akan mengalami kesulitan dalam bergaul. Merasa takut datang ke sekolah sehingga absensi anak tinggi dan ketinggalan pelajaran, mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan kesehatan mental maupun fisik jangka pendek maupun panjang akan terpengaruh.

28


(46)

40

Sedangkan menurut Bangu (2007: 2), anak korban bullying sering menampakkan sikap: mengurung diri atau menjadi school phobia, minta pindah sekolah, konsentrasi berkurang, prestasi belajar menurun, suka membawa barang-barang tertentu (sesuai yang di minta si pelaku bullying). Anak jadi penakut, gelisah, tidak bersemangat, menjadi pendiam, mudah sensitif, menyendiri, menjadi kasar dan dendam, mudah cemas, mimpi buruk, melakukan perilaku bullying kembali terhadap orang lain.

Dian Ratna Sawitri (dalam Bullying_Waspadalah.pdf) Bullying dapat mengakibatkan korban merasa cemas, mengalami gangguan tidur, sedih berkepanjangan, menyalahkan diri sendiri, depresi, bahkan bunuh diri. Terkait dengan aktivitas sekolah, korban dapat pula sering absen,terisolasi secara sosial, prestasinya menurun, atau mengalami drop-out. Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa korban bullying pada 4 tahun berikutnya berpotensi menjadi pelaku. Sedangkan pada para pelaku bullying, mereka beresiko tinggi terlibat kenakalan dan tindakan kriminal serta berpotensi mengalami hambatan penyesuaian diri dan sosial. Tidak hanya sampai di situ, bullying juga meresahkan para orang tua dan masyarakat dan ketika terjadi di sekolah, tingkat kepercayaan mereka pada institusi pendidikan menjadi menurun.

D. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis adalah satu jawaban yang bersifat sementara terhadap permaslahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.29

29

Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996) hlm..67


(47)

41

Menurut Sutrisno Hadi, hipotesisi adalah dugaan yang mungkin benar atau salah, dia akan ditolak jika salah, dan akan diterima jika fakta faktanya membenarkannya. 30

Alam hal ini penulis menggunakan dua hipotesa, yaitu:

1. Hipotesa Kerja (Ha) yang berbunyi sebagai berikut: Ada pengaruh antaraBullyingverbal dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Khadijah Surabaya.

2. Hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi sebagai berikut: Tidak ada pengaruh antara antaraBullyingverbal dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Khadijah Surabaya.

30


(48)

35

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Menurut Mardalis metode adalah suatu cara teknis yang dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sadar hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.1

Menurut bagja waluya, penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari pemecahan terhadap suatu masalah.2.

Metode penelitian merupakan suatu jalan untuk memperoleh kembali

permasalahan.3Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Ketepatan dalam memilih metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Dalam metode penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat menentukan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan penelitian.Hal ini bertujuan agar dalam melaksanakan kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang harus ditentukan adalah jenis penelitian , waktu dan tempat penelitian, obyek penelitian, populasi dan sampel, sumber dan jenis data, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisis data.

Jenis Penelitian yang dilakukan ini adalah menggunakan diskriptif korelasional karena penelitian ini menggambarkan tentang penggaruh atau sebab akibat dari kedua

1

Mardalis, Metode Penelitian SuatuPendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hlm. 24

2


(49)

36

variabel penelitian. 4 , Yaitu Pengaruh Bullying Verbal TerhadapPrestasi BelajarSiswa SMP Khadijah.

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan jenis pendekatan non-eksperimen. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis pengaruh antara satu variabel (x) dangan variabel yang lain (y) atau bagaimana satu variabel berhubungan dengan variabel lainnya. Pendekatan kuantitatif ini dianggap sesuai oleh peneliti karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya korelasi antara dua variabel. Dan apabila ada, sejauh mana eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

B. Waktu Dan Tempat.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 November sampai 21 Desember 2015.Adapun mengambil lokasi penelitian berada di SMP Khadijah Surabaya.Tepatnya di Jl. A.Yani No. 2-4 Kec. Wonokromo Surabaya. Telp. 0318292851.

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi atau population mempunyai arti yang bervariasi. Populasi menurut babbie tidak lain adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama sama secara teoritis menjadi target hasil penelitian. Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.5

Sedangkan menurut Menurut Sumanto, populasi adalah seluruh subjek di dalam wilayah penelitian yang dijadikan sebagai subjek penelitian.6


(50)

37

Adapun populasi menurut Suharsimi Arikunto, dalam bukunya yang berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.7

Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII B yang ada di SMP Khadijah Surabaya, dengan jumlah 27 siswa.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dipilih untuk keperluan analisis.Hakekat penggunaan sampel dlam suatu penelitian dikarenakan sulitnya untuk meneliti seluruh populasi, hal ini mengingat banyaknya biaya dan waktu yang begitu banyak diperlukan jika harus meneliti seluruh populasi.8

Penggunaan sampel dalam penelitian ini disebabkan karena biasannya tidak seluruhnya populasi yang ada dijadikan data penelitian akan tetapi cukup sebagian yang dianggap sudah dapat mewakili seluruh populasi yang ada.

Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan cara cara tertentu.9Pengambilan sampel dimaksudkan untuk memudahkan pengambilan data obyek penelitian serta membatasi jumlah populasi.Hal ini disebabkan jumalah populasi terlalu banyak dengan catatan tidak mempengaruhi hasil penelitian.Dalam maslah sampel sendiri tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang diisyaratkan untuk penelitian dari populasi yang ada.

Menurut Suharsimi Arikunto untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya krang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika subyeknya


(51)

38

lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% aau 20-25% atau lebih.10 Maka dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan penelitian populasi.

D. Variabel penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akanmenjadi objek pengamatan

penelitian.11Untuk mempermudah dalam membuktikan adakah pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa.Maka di dalam judul penelitian ini dibedakan menjadi dua variabel. Di antaranya yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Pengaruh bullying verbal, merupakan variabel bebas atau independent variable atau variabel penyebab, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini disimbolkan dengan variabel (X).Dalam hal ini penulis hanya membahas mengenai pengaruh bullying verbal di SMP Khadijah Surabaya.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan variabel terikat atau dependent variable yaitu variabel yang dipengaruhi.Variabel terikat dalam penelitian ini disimbolkan dengan variabel (Y).Dalam hal ini peneliti membahas tentang prestasi belajar siswa.

10


(52)

39

E. Hipotesis

Sebagai landasan kerja untuk memperoleh suatu kebenaran, kegiatan penelitian perlu dirumuskan dalam bentuk hipotesis terlebih dahulu. Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah.12

Hipotesis dapat juga dipandang sebagai kesimpulan yang sifatnya sementara. Dalam penelitian ini, hipotesis disajikan sebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif (Ha) : yang menyatakan ada pengaruh bullying terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya.

2. Hipotesis Nihil (Ho) : yang menyatakan tidak ada pengaruh bullying terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya.

F. Jenis Data Dan Sumber Data 1. Jenis data

Data merupakan bahan baku informasi. Data penelitian pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan dua jenis data, yaitu:

a. Data kuantitatif

Yaitu data yang dapat dihitung dan diukur secara langsung dengan kata lain data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka, adapun yang termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah tenaga pendidik


(53)

40

3. Hasil angket

4. Dan lain sebagainya yang berhubungan dengan angka.

b. Data kualitatif

Yang dimaksud data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka.13data kualitatif ini dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian. Dalam hal ini yang termasuk data kualitatif adalah gambaran umum sekolahan dan lain sebagainya.

2. Sumber data

Menurut arikunto data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka.Atau sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan.14Data sendiri dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data skunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama, atau data yang diperoleh dari hasil wawancara maupun kuesioner yang telah disebarkan kepada responden.15Sumber data primer biasanya berupa catatan para pelaku maupun saksi mata laporan oleh pengamat yang benar-benar mengetahui suatu peristiwa. 16Adapun data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari siswa kelas VII B SMP Khadijah atau pusat lokasi penelitian.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak dari sumbernya langsung melainkan dari pihak lainyang sudah diolah.17Sumber data sekunder ini bersifat penunjang dan

13

Suprapto, Metodologi Riset Dan Aplikasi Dalam Pemasaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 1999), Hlm 75

14

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Hlm 96

15

Asnawi Dan Masyhuri, Metodologi Riset Pemasaran, Hlm 153


(54)

41

melengkapi data primer. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari beberapa modul pustaka dari beberapa literature (buku-buku, surat kabar, serta internet).

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh sejumlah data yang berkualitas dan valid dalam suatu penelitian, maka memerlukan adanya teknik pengumpulan data. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Angket (Kuesioner)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.18

Teknik ini diguanakan untuk memperoleh data atau informasi dari responden (siswa) dengan cara memberikan sejumlah pernyataan secara tertulis yang sudah ditentukan oleh peneliti. Angket (kuesioner) ini merupakan blue print atau data pokok yang sangat urgen yang menjadi dasar untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini.

2. Teknik Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak antara pewawancara dengan responden (informan) yang dikerjakan dengan sistematis dan menggunakan pedoman wawancara yaitu alat bantu pertanyaan-pertanyaan mengenai gambaran umum sekolah, sistem yang berlaku, aktifitas pergaulan siswa, proses belajar mengajar yang ada serta prestasi belajar yang ada. Wawancara tersebut dapat dilakukan dengan dialog secara lisan, melalui Tanya jawab sambil bertatap muka secara langsung.19

3. Teknik Dokumentasi

18


(55)

42

Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis.20 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.21Adapun pengumpulan data dengan dokumentasi ini bisa didapatkan dari Kesiswaan, Guru BK maupun TU. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan diantaranya, latar belakang sekolah , lokasi penelitian, letak geografis SMP Khadijah Surabaya, keadaan sarana dan prasarana, data guru, siswa dan staf sekolah. Adapun alasan peneliti menggunakan metode ini adalah karena dengan metode ini lebih mudah memperoleh data yang diperlukan dalam waktu singkat, karena biasanya data ini sudah tersusun dan tersimpan dengan baik.

4. Teknik Observasi.

Pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan ini di dapatkan ketika saya dalam proses mengajar setiap harinya. Sutisno hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis maupun psikologis, dua diantaranya yang paling penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.22

Adapun pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan standar lain untuk keperluan tersebut.23 karena untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta untuk memperoleh data yang aktual tentang bullying verbal dan prestasi belajar. Maka peneliti harus melihat sendiri proses yang terjadi dilapangan. Dengan pengamatan secara langsung untuk mencatat hal yang berkaitan dengan pengaruh bullying terhadap prestasi belajar. Dengan demikian data yang terkumpul dapat dicatat dan diketahui secara langsung oleh pengamat.

20

Ibid,.., hlm. 23.


(56)

43

H. Tekhnik Analisis Data.

Analisis data adalah cara yang digunakan penulis untuk menganalisis data yang terkumpul dalam rangka untuk menguji hipotesis dan mendapatkan kesimpulan. Maka diperlukan metode analisis data.

Setelah mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, maka langkah selanjutnya yang ditempuh adalah menganalisa data yang diperoleh.Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan tersebut, dimana peneliti telah meneliti tentang pengaruh bimbingan belajar terhadap kemandirian belajar siswa, maka untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh akan menggunakan teknik analisis statistik dengan rumus:

1. Untuk menganalisa tentang pengaruh bullying verbal terhadap dan prestasi belajar siswa, maka penulis menggunakan analisis prosentase dengan rumus:

P = F x 100% N

Keterangan :

F = Frekuensi

N = Jumlah responden P = Angka prosentase

Selanjutnya untuk menafsirkan hasil perhitungan dengan prosentase, peneliti menerapkan standart sebagai berikut: 24

a. 76-100% : tergolong baik

b. 56-75% : tergolong cukup baik


(57)

44

d. Kurang dari 40% : tergolong tidak baik

Adapun untuk pemberian bobot nilai dari 4 alternatif dengan memberikan ketentuan sebagai berikut 25:

a. Untuk jawaban selalu mempunyai skor 4

b. Untuk jawaban Sering mempunyai skor 3

c. Untuk jawaban Kadang-kadang mempunyai skor 2

d. Untuk jawaban Tidak pernah mempunyai skor 1

2. Mencari korelasi antara variabel (X) dengan variabel (Y) dengan menggunakan teknik korelasi pearson yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Σx : Jumlah skor x

Σy : Jumlah skor y

Σxy : Jumlah skor total item

Σx2

: Jumlah skor x setelah dikuadratkan

Σy2

: Jumlah skor y setelah dikuadratkan TABEL 3.1


(58)

45

N Taraf Signifikan N Taraf Signifikan N Taraf Signifikan

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345

4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330

5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317

6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306

7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296

8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286

9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270

11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263

12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256

13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230

14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210

15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194

16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181

17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148

18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128

19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115

20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105

21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097

22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091

23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086

24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081

25 0,396 0,505 49 0,281 0,364

26 0,388 0,496 50 0,279 0,361

25 0,396 0,505 49 0,281 0,364

Kemudian untuk mengetahui kuat atau tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka peneliti mengintepretasi hasil dari perhitungan Product Moment dengan standar pengukuran sebagai berikut:26


(59)

46

INTERPRETASI NILAI “r” PRODUCT MOMENT.

TABEL 3.2

Besarnya “r” product moment (rxy) Interpretasi 0,00– 0,20

0,20– 0,40

0,40– 0,70

0,70– 0,90

0,90– 1,00

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (diaggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat dan tinggi.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sanggat tinggi dan sanggat kuat.


(1)

80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai akhir dari skripsi ini, untuk lebih jelasnya penulis sampaikan

beberapa kesimpulan dan saran dari pembahasan sebelumnya.

Dari permasalahan yang ada di Skripsi ini, maka dapat di simpulkan sebagai

berikut:

1. Dapat diketahui bahwa bullying verbal yang ada di kelas VII B SMP

Khadijah Surabaya termasuk dalam kategori kurang, karena nilai yang

diperoleh dari hasil perhitungan yaitu 51,53% yang prosentasenya berada

di antara 40%-55% dengan kategorikurang baik.

2. Dapat diketahui bahwa prestasi belajar dalam ranah kognitif siswa kelas

VII B SMP Khadijah Surabaya termasuk dalam kategori cukup/sedang,

karena berdasarkan dari hasil perhitungan angket yang sudah dimasukkan

ke dalam rumus prosentase yaitu sebesar 61,68% yang prosentasenya

berada di antara 56%-75%dengan kategori cukup/sedang.

3. Dari hasil analisis data telah diketahui bahwa tidak ada pengaruh bullying

verbal terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Khadijah

Surabaya. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai hasil perhitungan korelasi

product moment

r

xy yaitu -0,34. Jika dibandingkan dengan tabel “r” tidak

ada taraf signifikannya, maka nilai rxy ≤ rt yaitu -0,34 ≤ rt.

Sehingga Jika melihat pada perhitungan di atas, telah diperoleh hasil

r

xy

sebesar -0,34 Dengan memperhatikan angka indeks korelasi yang diperoleh 80


(2)

81

negatif, maka dalam hal ini berarti korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak

terdapat hubungan searah.

Jadi kesimpulannya, tidak ada pengaruh bullying verbal terhadap prestasi


(3)

82

B. Saran

Setelah mengadakan penelitian, peneliti mencoba memberikan sedikit

saran yang mudah-mudahan bisa bermanfaat dan membangun.

1. Meskipun bullying verbal yang ada di kelas VII B SMP Khadijah dirasa

kurang. Akan tetapi alangkah lebih baik lagi manakala bullying verbal ini

tidak ada yang sering melakukannya, maka dari itu pengawasan guru

sangatlah diharapkan untuk mengantisipasi timbulnya bullying yang ada di

sekolahan, terutama di sekolah SMP Khadijah Surabaya. Karena sekolah

adalah tempat bagi anak dalam menimba ilmu serta membantu membentuk

karakter pribadi yang positif. sehingga ketika kenyamanan dalam

pembelajaran itu sudah didapatkan maka harapannya kelak anak-anak

menjadi generasi muda yang berbudi luhur, berakhlaqul karimah dan

berprestasi.

2. Mengingat karena prestasi belajar adalah hal yang diinginkan semua

siswa, maka bimbingan dan konseling sangat diperlukan guna mengatasi

masalah-masalah yang menimpa siswanya, termasuk permasalahan yang

ada disekolah.

3. Untuk penulis, sebagai bahan pembelajaran serta tambahan pengetahuan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ade Sanjaya, Prestasi Belajar (Bandung: 7 Maret 2011)

Amirah Diniaty, (2012), Keterampilan Empati Dalam Penyelenggaraan Konseling

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Asnawi Dan Masyhuri, Metodologi Riset Pemasaran.

Bagja waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat, (Bandung: PT

Grafindo media pratama, 2007)

Barbara Coloroso, (2007), Stop Bullying, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Buku Profil SMP Khadijah Surabaya Tahun Pelajaran 2010/2011

Coloroso, Barbara. 2006. The Bullying, The Bullied, And The Bystander. New York:

Chapin Company.

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003)

Djumhur. Muhammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Jilid 3 (Bandung:

Erlangga, 1976)

Hoasel waluyo Erlan, Gambaran Percieved Long tern Effect dari Bullying pada Individu

Dewasa yang pernah menjadi korban.

Irwan Indera Putra, Hubungan Antara Perlikau Bullying dengan Permasalahan

Penyesuaian Psikososial pada siswa sisiwi SMA.

Joko Subagyo, Metodelogi Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).


(5)

Les Person, Bullied Teacher Bullied Student Guru Dan Siswa Yang Terintimidasi, (Jakarta:

PT Grasindo, 2009)

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Margono, metode penelitian pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta 1997)

Muhammad Nabil Khazim, Mendidik Anak Tanpa Kekerasan, (Pustaka Al-Kautsar, 2010),

cet ke-1

Muhibbin Syah, 2013, Psikologi Belajar. Jakarta, PT Raja Gravindo Persada.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007)

Novan Ardy Wiyani, (2012),Save Our Children From School Bullying, Jogjakarta: Ar-

Pasca Traumatik Untuk KorbanBullying Di Sekolah Menengah. Prosiding International

Seminar

Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekrasan Pada

Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008

Rohmalina wahab, Psikologi Belajar (Jakarta, PT: Raja Grafindo Persada, 2015)

Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015)

Saifuddin Azwar, metode oenelitian , (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)

Sanapiah Faisal, Metode Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)

Sugiono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung :Alfabeta, 2009)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012)

Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, (Jakarta: Rineka Cipta,


(6)

Suharsimi arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan teori dan praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002)

Sumadi, Suryabrata, Metodologi Penelitian I,, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998)

Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: PT Andi Offset,

1990)

Suprapto, Metodologi Riset Dan Aplikasi Dalam Pemasaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 1999)

Sutrisno Hadi, Metodelogi research 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989 )

Syaiful bahri djamarah, psikologi belajar (Jakarta: Rineka cipta 2011)

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Yayasan Semai Jiwa Amini, Bullying mengatasi kekerasan disekolah dan lingkungan