PENGARUH PENAMBAHAN AIR KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP VIABILITAS KULTUR SEL MONONUKLEAR DARAH TEPI MANUSIA.

PENGARUH PENAMBAHAN AIR KELAPA
(Cocos nucifera) TERHADAP VIABILITAS
KULTUR SEL MONONUKLEAR DARAH
TEPI MANUSIA

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh

SARI UTAMI FRILIAN
No. BP : 0811012162

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN
AIR KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP VIABILITAS KULTUR SEL
MONONUKLEAR DARAH TEPI MANUSIA”. Skripsi ini ditujukan sebagai
salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan strata satu pada Fakultas
Farmasi Universitas Andalas Padang.
Selesainya penulisan skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari dorongan, doa
dan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Marlina, MS, Apt selaku Dosen Pembimbing satu (I)
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
membimbing penulis selama penelitian dan menyusun skripsi ini.
2. Bapak dr. Nurhadi Ibrahim, Ph.D selaku Dosen Pembimbing dua (II) yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing
penulis selama penelitian dan menyusun skripsi ini.
3. Pihak PT. Kimia Farma Jakarta yang telah memberikan kesempatan,
peluang dan berbagai kemudahan serta fasilitas kepada penulis untuk dapat
melakukan penelitian.


i

4. Ayah, Ibu, Adik dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa,
semangat, serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.
5. Bapak dr. Indra Kusuma, Ibu YM. Lauda Feroniasanti, M.Si dan Sakina
Lalitha Sari di Laboratorium Kultur Sel PT. Kimia Jakarta yang selalu
memberikan semangat dan bimbingan untuk penulis.
6. Bapak Drs. Asram Ahmad, Apt selaku Penasehat Akademik beserta Bapak
dan Ibu Dosen Fakultas Farmasi yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman berharga kepada penulis.
7. Seluruh teman, khususnya CYCLONE yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis.
Terima kasih atas semua bimbingan dan bantuan yang telah diberikan,
semoga nantinya akan menjadi amal shaleh bagi kita. Penulis berharap semoga
skripsi ini mampu memberikan manfaat dan kontribusi untuk perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa mendatang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan tidak
terlepas dari kekurangan, baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.


Padang, 11 Juli 2012
Wassalam

Penulis

ii

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan air kelapa
(Cocos nucifera) terhadap viabilitas kultur sel mononuklear darah tepi manusia.
Viabilitas kultur sel mononuklear yang diamati adalah non-adherent cells dan
plastic-adherent cells. Jumlah plastic-adherent cells dihitung manual dari foto sel,
sedangkan jumlah non-adherent cells dan total sel plastic-adherent cells
menggunakan hemositometer. Analisis viabilitas sel antara kontrol dan perlakuan
dengan penambahan air kelapa dibandingkan dengan uji t dua sampel tidak
terikat. Hasil menunjukkan bahwa jumlah plastic-adherent cells dan total sel
perlakuan berbeda nyata dibandingkan kontrol. Namun, pada non-adherent cells
jumlah antara kontrol dan perlakuan tidak berbeda nyata. Dengan demikian, air

kelapa bisa menjadi salah satu pilihan alternatif medium pertumbuhan plasticadherent cells.

iii

ABSTRACT

The study effect of coconut water (Cocos nucifera) addition on viability of
human peripheral blood mononuclear cells has been implemented. Viability of the
observed mononuclear cells culture are non-adherent cells and plastic-adherent
cells. The number of plastic-adherent cells was calculated manually from the
photo cell, while the number of non-adherent cells and total cells using a
hemocytometer. Cell viability was seen from the number of cells counted.
Analysis of cell viability between control and treatment with the addition of
coconut water was compared with two samples independent t-test. The results
showed that the number of plastic-adherent cells and total cells more significant
than the control treatment. However, the non-adherent cells between the control
and the treatment is not significant. As such, coconut water could be one
alternative choice of growth medium plastic-adherent cells.

iv


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN

i

KATA PENGANTAR

ii

ABSTRAK

iii

ABSTRACT

iv


DAFTAR ISI

v

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR TABEL

x

I.

1

PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA


4

2.1. Air Kelapa

4

2.1.1. Klasifikasi Kelapa

4

2.1.2. Komposisi Air Kelapa

6

2.1.3. Sitokinin

8

2.2. Darah


11

2.2.1. Pengertian Darah

11

2.2.2. Komponen Seluler Darah

11

2.2.3. Hematopoiesis

12

2.3. Sel Punca

13

2.3.1. Pengertian Sel Punca


13

2.3.2. Karakteristik Sel Punca

14

v

2.3.3. Jenis-jenis Sel Punca

16

2.4. Sel Punca Mesenkim

19

2.4.1. Pengertian Sel Punca Mesenkim

19


2.4.2. Sumber Sel Punca Mesenkim

19

2.4.3. Karakteristik Sel Punca Mesenkim

21

2.5. Kultur Sel

23

2.6. Serum

25

III. PELAKSANAAN PENELITIAN

29


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

29

3.2. Metode Penelitian

29

3.3. Alat dan Bahan

29

3.3.1. Alat

29

3.3.2. Bahan

30

3.4. Cara Kerja

30

3.4.1. Sterilisasi Alat

30

3.4.2. Pengambilan Sampel

31

3.4.3. Penyiapan Air Kelapa

31

3.4.4. Pengukuran pH Air Kelapa Steril dan Medium

31

3.4.5. Isolasi Sel Mononuklear Darah Tepi Manusia

32

3.4.6. Kultur Sel dengan Penambahan Air Kelapa

33

3.4.7 Penggantian Medium

34

3.4.8 Pasasi Sel

34

3.4.9 Penghitungan Sel

35

vi

3.4.9.1 Penghitungan Sel dengan Hemositometer

35

3.4.9.2 Penghitungan dengan Teknik Foto Sel

36

3.5. Analisis Data

37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

38

4.1 Hasil

38

4.2 Pembahasan

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

47

5.1 Kesimpulan

47

5.2 Saran

47

RUJUKAN

48

LAMPIRAN

52

vii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Halaman

II.1.

Kelapa hijau

5

II.2.

Struktur dasar dari sitokinin

8

II.3.

Sumber dan diferensiasi sel punca embrionik

13

II.4.

Karakteristik sel punca

20

II.5.

Fetus sapi dan Fetal Bovine Serum

25

III.1. Bagian hemositomer dan daerah penghitungan sel

36

III.2. Skema isolasi sel mononuklear darah tepi manusia

52

IV.1. Kurva pertumbuhan non-adherent cells

56

IV.2. Kurva pertumbuhan plastic-adherent cell dengan waktu kultur
panjang (18 hari)

56

IV.3. Kurva pertumbuhan plastic-adherent cell dengan waktu
kultur pendek (9 hari)

57

IV.4. Kurva pertumbuhan plastic-adherent cell setelah pasasi
pertama

57

IV.5. Grafik perbandingan jumlah total sel dengan waktu
kultur panjang (18 hari)

58

IV.6. Grafik perbandingan jumlah total sel dengan waktu
kultur pendek (9 hari)

58

IV.7. Grafik perbandingan total sel pasasi setelah pasasi pertama

59

IV.8. Foto morfologi non-adherent cells yang dihitung

60

IV.9. Foto morfologi plastic-adherent cells yang dihitung

60

IV.10. Foto morfologi kultur plastic-adherent cells dengan waktu
kultur panjang (inverted microscope perbesaran 10X)

61

viii

IV.11. Foto morfologi kultur plastic-adherent cells dengan waktu
kultur pendek (inverted microscope perbesaran 10X)

61

IV.12. Foto tabung vacutainer dan botol schot

67

IV.13. Foto sampel darah satu untuk kali isolasi

67

IV.14. Foto campuran darah+ PBS menembus ficoll

68

IV.15. Foto empat lapisan setelah sentrifus

68

IV.16. Foto proses pengambilan air kelapa dan sterilisasi

68

ix

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

II.1.

Komposisi air kelapa

7

II.2.

Komposisi umum Fetal Bovine Serum (FBS)

26

IV.1. Perbandingan jumlah non-adherent cells

53

IV.2. Perbandingan jumlah plastic-adherent cells dengan waktu
kultur panjang (18 hari)

53

IV.3. Perbandingan jumlah plastic-adherent cells dengan waktu
kultur pendek (9 hari)

54

IV.4. Perbandingan jumlah plastic-adherent cells setelah pasasi
pertama

54

IV.5. Perbandingan jumlah total sel dengan waktu kultur panjang
(18 hari)
54
IV.6. Perbandingan jumlah total sel dengan waktu kultur pendek
(9 hari)

55

IV.7. Perbandingan jumlah total sel setelah pasasi pertama

55

IV.8. Analisa data jumlah non-adherent cells

63

IV.9. Analisa data jumlah plastic-adherent cells dengan waktu
kultur panjang (18 hari)

64

IV.10. Analisa data jumlah plastic-adherent cells dengan waktu
kultur pendek (9 hari)

65

IV.11. Analisa data jumlah plastic-adherent cells pasasi pertama

66

x

I.

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia bioteknologi telah demikian jauh terutama di bidang
pengembangan sel (Puspitasari, Sardjono, Setiawan & Sandra, 2008). Namun, tidak dapat
dipungkiri masih banyak penyakit akibat kerusakan jaringan yang belum dapat diobati secara
optimal hanya dengan menggunakan senyawa kimia. Hal ini menjadi landasan bagi para
peneliti untuk berusaha mengembangkan alternatif terapi penyakit berupa penggantian sel yang
rusak dengan menumbuhkan jaringan baru dari sel punca yang berasal dari tubuh manusia
(Reksodiputro, 2006).
Potensi sel punca yang sangat menjanjikan untuk terapi berbagai penyakit
menimbulkan harapan baru sehingga minat terhadap pengembangannya pun meningkat
(Saputra, 2006). Sel punca adalah sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang
menyusun keseluruhan tubuh makhluk hidup. Sel ini belum berdiferensiasi, mampu
memperbanyak diri dan mampu berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel (Baskh, Song
& Tuan, 2004; Halim, et al., 2010).
Sel punca secara umum dapat dibedakan menjadi sel punca embrionik dan sel punca
dewasa. Sel punca dewasa digolongkan berdasarkan organ atau golongan sel yang akan
menjadi jalur diferensiasinya, seperti sel punca hematopoietik, sel punca jantung, sel punca
jaringan saraf, sel punca mesenkim, sel punca kulit, dan sebagainya (Halim, et al., 2010).
Beberapa tahun belakangan ini, penelitian mengenai potensi sel punca mesenkim dalam
terapi berbasis sel cukup menarik perhatian (Bieback, 2008). Sel punca mesenkim termasuk
sel punca dewasa bersifat multipoten karena mampu berdiferensiasi menjadi tiga jalur utama
yaitu osteogenik, kondrogenik dan adipogenik (Augello, Kurth & Bari, 2010; Meregalli &
Torrente, 2011).

Sel punca mesenkim dapat diisolasi dari berbagai sumber, antara lain sumsum tulang,
jaringan adiposa, paru-paru, jantung, plasenta, cairan sinovial ataupun darah tepi (Hass, et al.,
2011; Meregalli & Torrente, 2011). Isolasi sel punca mesenkim yang telah dikembangkan
umumnya berasal dari sumsum tulang, tapi prosedur ini bersifat invasif untuk pasien dan sering
disertai dengan adanya resiko infeksi (Hass, et al., 2011). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif
sumber sel punca mesenkim lain yang lebih aman dan mudah untuk diisolasi, seperti dari darah
tepi manusia.
Hasil isolasi sel mononuklear dari darah tepi manusia dikultur dalam medium yang
sesuai. Pada kultur tersebut terdapat dua jenis sel, yaitu non-adherent cells dan plastic-adherent
cells (sel punca mesenkim). Keberadaan medium akan dapat mempengaruhi jumlah produksi
sel dari kultur tersebut (Freshney, 2005). Air kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu
bahan alam yang banyak digunakan di laboratorium sebagai nutrisi tambahan dalam medium
kultur sel dan jaringan tumbuhan (Fatimah, 2008). Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui
bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai medium kultur bakteri (Barlina, 2004). Selain itu,
air kelapa juga pernah dimanfaatkan dalam kultur limfosit tikus (Anisah, 1995).
Air kelapa sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Air kelapa juga
merupakan suatu minuman alami yang diproduksi secara biologis dan sering digunakan sebagai
penambah elektrolit. Selain itu, air kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
pengobatan tertentu, seperti peradangan ginjal (Gopikrishna, Thomas & Kandaswamy, 2008).
Namun, sampai saat ini penelitian mengenai penggunaan air kelapa dalam kultur sel manusia
belum terlalu berkembang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
penambahan air kelapa terhadap kultur sel mononuklear darah tepi manusia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan air kelapa
(Cocos nucifera) terhadap viabilitas kultur sel mononuklear darah tepi manusia.