KAJIAN NILAI BUDAYA PESTA LAUT NADRAN DI MASYARAKAT PESISIR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.

(1)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

KAJIAN NILAI BUDAYA PESTA LAUT NADRAN DI MASYARAKAT PESISIR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Deskriptif Analitis Tradisi Pesta Laut Nadran di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh ARIS FADLY

0906944

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Hak Cipta

KAJIAN NILAI BUDAYA PESTA LAUT NADRAN DI

MASYARAKAT PESISIR SEBAGAI SUMBER

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Deskriptif Analitis Tradisi Pesta Laut Nadran di Desa

Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Oleh Aris Fadly

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Aris Fadly 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2013


(3)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

ARIS FADLY 0906944

KAJIAN NILAI BUDAYA PESTA LAUT NADRAN

DI MASYARAKAT PESISIR SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II,

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd. NIP. 19600515 198803 1 002

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Syaifullah, S.Pd.,M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Aris Fadly, (0906944), “Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di

Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)”.

Indonesia memiliki keberagaman budaya. Kebudayaan digunakan untuk menuntun perilaku hidup di dalam masyarakat, namun globalisasi telah banyak melunturkan nilai-nilai di kalangan generasi muda. Untuk itu, pendidikan yang merupakan satu kesatuan dari kebudayaan harus mampu mentransformasikan nilai budaya yang ada di dalam kebudayaan. PKn sebagai mata pelajaran yang multidimensional meliputi pendidikan nilai dan moral, sudah seyogyanya di dalam pembelajarannya mengadopsi berbagai nilai-nilai budaya yang ada dalam sebuah tradisi sebagai salah satu sumber pembelajaran. Sebab nilai-nilai budaya tersebut menjadi pedoman tingkah laku masyarakat yang menjadi tujuan PKn itu sendiri. Tradisi nadran merupakan salah satu budaya daerah yang masih dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat pesisir desa Waru Duwur. Dalam tradisi nadran ini terdapat nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn di persekolahan yang diprediksi akan menghasilkan kebermaknaan dan keberhasilan dalam pembelajarannya, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotriknya. Penelitian ini didasarkan pada tiga permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana perkembangan pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn, (2) Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn, dan (3) Bagaimana peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh adat desa Waru Duwur, tokoh agama desa Waru Duwur, pemerintahan desa Waru Duwur, panitia pelaksana tradisi nadran, masyarakat desa Waru Duwur, dan guru PKn SD Negeri 1 Citemu.

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa dalam tradisi nadran sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang masyarakat Waru Duwur sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT. Di dalam tradisi nadran terdapat nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn yaitu nilai gotong royong, nilai kebersamaan, dan nilai kekeluargaan yang dapat terlihat ketika sebelum, pelaksanaan, dan sesudah pelaksanaan tradisi nadran. Selanjutnya guru PKn di SD Negeri 1 Citemu telah menggunakan nilai budaya tradisi nadran sebagai sumber pembelajaran PKn kepada peserta didik sehingga telah membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan para peserta didik dengan mudah dalam menyerap materi serta membuat ketertarikan terhadap mata pelajaran PKn.


(5)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Aris Fadly, (0906944), "Study of Cultural Values Party Nadran At Sea Coastal Community as a Civic Education Learning Resources (Descriptive Analytical Study of Tradition Ceremony Nadran In the village of Waru Duwur, District Mundu, Cirebon District)".

Indonesia has a cultural diversity. Culture is used to guide behavior in society, but globalization has a lot of fade values among the younger generation. To that end, education is an integral part of the culture must be able to transform the cultural values that exist in the culture. Civics Education as multidimensional subjects include education and moral values, it should be in the learning adopting various cultural values that exist in a tradition as a learning resources. Because these cultural values to guide the behavior of people is the goal it self Civics. Nadran Tradition is one of the local culture that is still carried out each year by the coastal village of Waru Duwur. In the tradition nadran there are cultural values that can serve as a learning resources civics education in schooling is predicted to result in significance and success in learning, whether cognitive, affective, and psychomotor. The study was based on three issues, namely: (1) How the sea party nadran as a Civics Education learning resources, (2) cultural values what is contained in the relevant party nadran sea to serve as a Civics Education learning resources, and (3) What is the role of teachers in implementing cultural values embodied in the party nadran sea as a Civics Education learning resources.

The approach used in this study is a qualitative approach using descriptive analysis. Data collected through interview techniques, observation, literature study, and study documentation. Subjects in this study were Duwur Waru village traditional leaders, religious leaders, village of Waru Duwur, Duwur Waru village government, the executive committee nadran tradition, villagers Duwur Waru and Civics teachers SD Negeri 1 Citemu.

Based on the results of the study revealed that in the tradition of nadran been done long ago by the ancestors of the Waru Duwur as an expression of gratitude for the blessings and bounty of Allah. In the tradition of nadran there are cultural values that can serve as a source of learning that values mutual assistance Civics, the value of togetherness and family values that can be seen as before, implementation, and post implementation nadran tradition. Furthermore Civics teacher in elementary school 1 Citemu have used traditional cultural values nadran as a Civics Education learning resources the students that have assisted teachers in delivering the subject matter and the students easily absorb the material and create interest in the subjects of Civics.


(6)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Secara Teoritis ... 10

1.4.2 Secara Praktis ... 10

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Tentang Kebudayaan ... 12

2.1.1 Pengertian Kebudayaan ... 12

2.1.2 Karakteristik Kebudayaan ... 13

2.1.3 Wujud Kebudayaan ... 14

2.1.4 Unsur-Unsur Kebudayaan ... 17

2.1.5 Komponen Kebudayaan ... 18

2.2 Kajian Tentang Nilai Budaya ... 19

2.2.1 Pengertian Nilai Budaya ... 19

2.2.2 Orientasi Nilai Budaya ... 20

2.3 Kajian tentang Masyarakat ... 22

2.3.1 Pengertian Masyarakat ... 22

2.3.2 Unsur-Unsur Masyarakat ... 22

2.3.3 Sifat Umum Masyarakat Indonesia ... 24

2.3.3.1Sifat Religio – Magis ... 24

2.3.3.2Sifat “Komunal” (Commune) ... 25


(7)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.3.3.4Sifat “Konkret” (Visual) ... 26

2.4 Kajian Tentang Pembelajaran ... 27

2.4.1 Pengertian Pembelajaran ... 27

2.4.2 Ciri-Ciri Pembelajaran ... 29

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 29

2.5 Kajian Tentang Pembelajaran PKn ... 32

2.5.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 32

2.5.2 Pembelajaran PKn ... 36

2.5.3 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran PKn ... 37

2.5.4 Objek Kajian Pembelajaran PKn ... 39

2.5.5 Dimensi pembelajaran PKn ... 40

2.5.6 Ruang Lingkup Pembelajaran PKn ... 40

2.5.7 Karakteristik Pembelajaran PKn ... 41

2.5.7.1Civic Knowledge ... 41

2.5.7.2Civic Skill ... 41

2.5.7.3Civic Disposition ... 42

2.5.8 Pendekatan Pembelajaran PKn ... 42

2.6 Kajian Tentang Sumber Pembelajaran ... 45

2.6.1 Pengertian Sumber Pembelajaran ... 45

2.6.2 Klasifikasi Sumber Belajar ... 46

2.6.3 Komponen Sumber Belajar ... 47

2.6.4 Fungsi Sumber Belajar ... 48

2.7 Kajian Tentang Pesta Laut Nadran ... 50

2.7.1 Pengertian Pesta Laut Nadran ... 50

2.7.2 Ritual Nadran ... 50

2.7.3 Prosesi Nadran ... 51

2.8 Tradisi Nadran Sebagai Sumber Pembelajaran PKn ... 53

2.9 Hasil Penelitian Terdahulu ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 57

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 57

3.1.2 Metode Penelitian ... 58

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.2.1 Wawancara ... 59

3.2.2 Observasi ... 59

3.2.3 Studi Dokumentasi ... 60

3.2.4 Studi Literatur ... 60

3.3 Subjek Penelitian ... 60

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 61


(8)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.4.2 Display Data (Penyajian Data) ... 62

3.4.3 Kesimpulan/Verifikasi ... 62

3.5 Pengujian Keabsahan Data ... 63

3.5.1 Credibility (Validitas Internal) ... 63

3.5.1.1Memperpanjang Pengamatan ... 63

3.5.1.2Peningkatan Ketekunan Dalam Penelitian ... 64

3.5.1.3Triangulasi Data ... 64

3.5.1.4Analisis Kasus Negatif ... 64

3.5.1.5Menggunakan Referensi Yang Cukup ... 64

3.5.1.6Member Check ... 65

3.5.2 Transferbility (Validitas Eksternal) ... 65

3.5.3 Defendability (Reliabilitas) ... 65

3.5.4 Konfirmability (Obyektivitas) ... 66

3.6 Tahap Penelitian ... 67

3.6.1 Tahap Pra Penelitian ... 67

3.6.2 Tahap Pelaksanaan ... 68

3.6.3 Tahap Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 69

4.1.1 Letak Geografis Desa Waru Duwur ... 69

4.1.2 Visi dan Misi Desa Waru Duwur ... 69

4.1.3 Struktur organiasi Desa Waru Duwur ... 70

4.1.4 Penduduk ... 71

4.1.5 Lembaga Pemerintah ... 71

4.1.6 Lembaga Ekonomi ... 72

4.1.7 Lembaga Pendidikan ... 72

4.1.8 Sarana dan Prasarana ... 72

4.1.8.1 Transportasi ... 72

4.1.8.2 Komunikasi ... 72

4.1.8.3 Kesehatan ... 73

4.1.8.4 Keagamaan ... 73

4.2 Laporan Hasil Penelitian ... 73

4.2.1 Hasil Observasi ... 73

4.2.2 Hasil Wawancara ... 74

4.2.2.1 Hasil Wawancara dengan Pemimpin Adat dan Tokoh Agama Desa Waru Duwur ... 74

4.2.2.2 Hasil Wawancara dengan Staf/AparatPemerintah Desa Waruduwur ... 78

4.2.2.3 Hasil Wawancara dengan Panitia Pelaksana Nadran 80 4.2.2.4 Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa


(9)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Waru Duwur ... 82

4.2.2.5 Hasil Wawancara dengan Guru ... 84

4.2.3 Hasil Dokumentasi ... 87

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 88

4.3.1 Perkembangan Tradisi Pesta Laut Nadran Sebagai Sumber Pembelajaran PKn ... 88

4.3.2 Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn ... 93

4.3.3 Peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya Yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai Sumber pembelajaran PKn ... 97

4.4 Analisis Hasil Penelitian ... 98

4.4.1 Perkembangan Tradisi Pesta Laut Nadran Sebagai Sumber Pembelajaran PKn ... 99

4.4.2 Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn ... 102

4.4.3 Peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya Yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn ... 106

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Rekomendasi ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... xii RIWAYAT HIDUP


(10)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Kerangka Kebudayaan ... 16

2.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembelajaran ... 30

2.3 Faktor Belajar Siswa ... 31


(11)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)


(12)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keberagaman suku dan budaya. Keberagaman ini tidak hanya ada pada salah satu daerah di Indonesia saja, namun di setiap penjuru nusantara terdapat suku bangsa yang berbeda sehingga menghasilkan khasanah kebudayaan yang khas dan sangat beragam. Hal ini merupakan manifesto dari bangsa Indonesia yang Berbhinneka Tunggal Ika.

Mengingat keberadaan budaya yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia, karena itu perlu adanya upaya pengembangan kebudayaan agar tidak “tererosi” bahkan terjadinya kepunahan. Pemerintah sendiri telah menyadari peran penting budaya bagi rakyat Indonesia yang tertuang dalam pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.” Maknanya sendiri tentu dapat dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia yaitu agar masyarakat ikut serta dalam mengembangkan dan melestarikan kebudayaan lokal maupun nasional.

Kebudayaan tidak akan lepas dari kehidupan manusia, sebab manusia sendiri yang menciptakan kebudayaan dan digunakan untuk menuntun perilaku hidupnya di dalam masyarakat dengan belajar. Hal tersebut senada dengan definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2011: 72) bahwa “Kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat”. Kemudian lebih lanjut Soedjito (1986: 19) menyatakan bahwa “yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain adalah bahwa manusia mampu menciptakan kebudayaan. Sejak manusia lahir di muka bumi ini, dia sudah dikelilingi dan diliputi oleh kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai tertentu.” Namun yang telah terjadi saat ini adalah nilai-nilai dan kepercayaan tersebut menjadi tidak jelas atau bias akibat globalisasi.


(13)

2

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Globalisasi yang menjamah seluruh aspek kehidupan sangat dipengaruhi oleh berkembang-pesatnya teknologi dan informasi sehingga membawa pengaruh besar terhadap lunturnya nilai-nilai di kalangan generasi muda dan juga mengakibatkan kedangkalan budaya atau bahkan hilangnya sebuah budaya. Seperti yang dikemukakan oleh Nasbit (Tilaar, 2011: 190) bahwa:

Bahaya globalisasi terhadap budaya yang cenderung kepada kedangkalan seperti kebudayaan yang dilahirkan oleh teknologi komunikasi dapat menyebabkan pendangkalan budaya dan kehilangan identitas.

Generasi muda yang merupakan tonggak pembangunan bangsa seakan tergerus oleh dampak-dampak negatif dari globalisasi. Hal ini dapat dilihat bukti nyatanya yaitu budaya kekerasan, kenakalan remaja, lunturnya semangat kebersamaan, sudah tidak mengenal gotong royong, terkikisnya rasa toleransi, kurangnya kerjasama, kurangnya kepedulian dan perhatian terhadap budayanya sendiri, budaya konsumerisme, lebih mencintai dan membanggakan produk luar negeri dibandingkan produk dalam negeri, dan masih banyak perilaku yang diakibatkan pengaruh negatif dari globalisasi terhadap melunturnya nilai-nilai budaya bangsa.

Dampak tersebut tentu akan menghambat dalam upaya pembangunan bangsa Indonesia, sebab upaya pembangunan bangsa tidak dapat tercapai jika diciptakan oleh manusia yang cenderung berperilaku negatif. Pengaruhnya globalisasi dalam nilai budaya disebabkan oleh asumsi bahwa nilai budaya merupakan tolak ukur untuk menyatakan baik buruk terhadap sesuatu yang ada di dalam masyarakat demi keberlangsungan hidup mereka sehingga nilai budaya yang luntur adalah indikasi dari dampak negatif globalisasi.

Melunturnya nilai budaya tentu merupakan sebuah krisis kebudayaan. Jika mengutip pernyataan Tilaar (2011: 71) yang menyatakan bahwa “… krisis kebudayaan adalah pula merupakan krisis pendidikan”. Tentu harus ada bentuk kesinergian antara kebudayaan dan pendidikan. Keberhasilan proses pendidikan sangat bergantung kepada budaya yang didalamnya terkandung sebuah nilai-nilai budaya, dan begitu pula dengan budaya yang secara kodrati tidak terlepas dari


(14)

3

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

proses pendidikan. Disini terlihat bahwa keterkaitan antara kebudayaan dan pendidikan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, keduanya terdapat hubungan yang sangat erat berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai.

Karena itu, dalam menentukan keberhasilan dalam proses pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang ada. Hal tersebut dipertegas oleh Ralph Linton (Tilaar, 2011: 190) bahwa “Pendidikan akan berhasil apabila bertitik tolak dari nilai-nilai budaya asal yang secara bertahap memasuki nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang lebih luas.” Namun yang terjadi saat ini adalah belum adanya upaya untuk mensinergikan kebudayaan dan pendidikan terutama dari tataran konsep maupun praksis baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, ataupun masyarakat. Seperti halnya dengan Budimansyah (2010: 50) yang mengungkapkan bahwa:

Konsep-konsep maupun praksis mengenai pendidikan dan kebudayaan, belum semuanya melihat keterkaitan organis antara pendidikan dan kebudayaan, demikian pula konsep mengenai kebudayaan banyak yang terlepas dari pandangan tentang pendidikan.

Untuk itu perlu adanya pengembangan pendidikan yang berbudaya dan bukan hanya pengembangan pendidikan tapi bebas budaya. Pendidikan harus mampu untuk menjalankan fungsinya sebagai alat untuk mengembangkan pembangunan serta mampu mentransformasikan nilai budaya yang ada di dalam kebudayaan. Berkaitan dengan nilai-nilai budaya dalam masyarakat dan pentingnya pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran, dewasa ini telah dikembangkan sebuah proses indiginasi. Menurut Winataputra (Budimansyah dan Winataputra, 2012: 181) bahwa:

… proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan lingkungan sekitar siswa, agar hasil belajar lebih bermakna sebagai wahana pengembangan watak individu sebagai warga negara.

Melihat pernyataan tersebut, tentu salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan proses indiginasi adalah pendidikan kewarganegaraan yang selanjutnya disingkat PKn. PKn sebagai pembelajaran yang multidimensional


(15)

4

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang salah satunya meliputi pendidikan nilai. moral, dan norma disamping pendidikan karakter konstitusi, politik, dan hukum (Sapriya, dkk., 2009: 9). Didalamnya, PKn mempunyai tanggung jawab dalam mendidik para peserta didik agar dapat membentuk perilaku yang baik di dalam kehidupannya sesuai dengan nilai, norma, serta moral yang hidup di masyarakat dan biasanya lebih berwujud nilai budaya. Sebab, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa nilai budaya merupakan sebuah pedoman kehidupan di masyarakat.

Hal itu bukan sebuah keniscayaan keterikatan antara kebudayaan dan PKn, sebab Somantri (Wahab dan Sapriya, 2011: 316) sendiri menyatakan bahwa “Objek studi civics dan civic education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara.” Oleh sebab itu, dalam sebuah proses pembelajaran PKn salah satu pokoknya haruslah membentuk keterikatan antara warga negara dengan kebudayaan karena peserta didik itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat yang berbudaya.

Dengan demikian, PKn merupakan sebuah mata pelajaran yang juga diyakini sebagai salah satu alat dari pendidikan untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya di dalam masyarakat tersebut. Melalui proses indiginasi, pembelajaran PKn akan lebih bermakna dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu membentuk watak warga negara yang baik.

Namun, mengingat begitu beragamnya kekayaan budaya di Indonesia, sehingga dalam pembelajarannya perlu untuk memahami dan mengerti nilai-nilai budaya di sekitar siswa, sebab pemahaman tersebut akan dapat mensukseskan kegiatan pembelajaran jika menyeimbangkan antara kebutuhan siswa dengan lingkungan sekitarnya. Kemudian dalam pembelajaran PKn di sekolah, siswa dapat menemukan sumber belajarnya melalui lingkungan sekitar yang salah satunya dalam wujud kebudayaan seperti adat istiadat, upacara adat, tradisi, dan lain-lain. Para peserta didik diyakini akan mampu belajar secara mandiri sehingga dapat mencapai tujuan PKn.


(16)

5

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dikemukakan oleh Peursen (1976: 14) bahwa “Kebudayaan merupakan semacam sekolah di mana manusia dapat belajar”, dan Komalasari (2010: 139) menyatakan bahwa:

Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran seperti mengamati, mengklarifikasikan, menggolongkan, menurunkan, meramaikan, memprediksi, mengukur, menafsirkan, mengkomunikasikan, membuat definisi, merumuskan pertanyaan dan hipotesis, eksperimen, dan sebagainya.

Karena itu, kebudayaan yang hidup dalam lingkungan masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Menurut Yulaelawati (2004: 133) bahwa “Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak, seperti buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto, dan lingkungan sekitar”. Dalam kaitannya dengan sumber belajar di lingkungan, Cirebon merupakan daerah yang memiliki corak kebudayaan yang unik dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Cirebon juga merupakan daerah yang memiliki nilai-nilai khasanah budaya sendiri dan berbeda dengan daerah lain, serta masih dipegang kuat oleh masyarakatnya. Hal ini dapat terlihat dengan masih dipertahankannya tradisi perayaan-perayaan ritual keagamaan dan kegiatan lain yang dipengaruhi oleh unsur budaya. Bukti wujud kebudayaan di Cirebon yang masih lestari keberadaannya, seperti: keraton kasepuhan Cirebon, keraton kanoman, gua sunyaragi, batik trusmi, kampung adat kuta, dan lain-lain.

Melihat kondisi Cirebon yang masih kuat memegang nilai-nilai budayanya, sudah seyogyanya dalam pembelajaran PKn mengadopsi berbagai nilai-nilai budaya yang ada dalam sebuah tradisi sebagai salah satu sumber pembelajaran dalam mata pelajaran PKn yang khususnya di daerah tersebut. Sebab dilihat dari metodologis PKn yang dikemukakan oleh Wahab dan Sapriya (2011: 316) bahwa “PKn sebagai bidang keilmuan merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi social studies yakni transmisi kewarganegaraan (citizenship transmission).” Karena konsep tentang tradisional mengenai

citizenship transmission” ini menurut Wahab dan Sapriya (2011: 301) sangat bergantung pada kemampuan orang dewasa dalam meneruskan nilai-nilai budaya


(17)

6

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kepada generasi mudanya dan dalam hal itu peran orang dewasa/orang tua adalah sebagai “guru partisan”.

Sehingga dalam perwujudannya, PKn dapat menjadi salah satu mata pelajaran yang dapat melestarikan dan mentransimisikan kebudayaan dengan dibantu peranan orang dewasa didalamnya. Kemudian secara perlahan dan tanpa disadari juga akan dapat mengarah kepada tujuan PKn yaitu untuk membentuk warga negara yang baik (to be a good citizenship). Seperti yang dikemukakan oleh Gultom (Iswandi, 2004: 28) sebagai berikut:

Salah satu sosok sebagai warga negara yang baik adalah menjadi insan budaya, yakni bahwa warga negara harus mampu membuktikan dirinya sebagai mahluk yang memiliki peradaban yang tinggi, begitu pula seorang warga negara harus ikut bagian dalam melestarikan kebudayaan yang telah ada sebagai hasil dari cipta, karsa dan karya.

Hal tersebut mengisyaratkan bahwa untuk menjadi warga negara yang baik tidak hanya dilaksanakan dalam praktik-praktik politik maupun hukum saja, namun juga menjadi warga negara berbudaya yang dapat membawa dirinya dan negaranya ke dalam peradaban yang tinggi sehingga menciptakan sebuah kekhasanahan sebuah negara.

Pesta laut nadran merupakan salah satu wujud kebudayaan yang masih hidup di lingkungan masyarakat pesisir Cirebon. Tradisi nadran dianggap sebagai bentuk rasa syukur para nelayan kepada Sang Pencipta atas hasil laut yang diperoleh dan berharap ke depan akan memperoleh hasil yang lebih baik lagi, serta senantiasa mendapatkan limpahan berkah dan keselamatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Tradisi nadran ini hampir dilaksanakan di setiap lokasi pesisir Cirebon, dan tak terkecuali oleh masyarakat pesisir desa Waruduwur di kecamatan Mundu. Waktu mereka melaksanakan tradisi ini adalah setiap setahun sekali. Namun dalam rangkaian persiapannya tersebut dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar satu tahun sebab kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi cukup banyak sehingga perlu membutuhkan tenaga dan materi yang tidak sedikit.

Pesta laut nadran mempunyai makna tersendiri, sehingga sampai sekarang upacara tersebut masih dilaksanakan oleh masyarakat Waruduwur. Pelaksanaan


(18)

7

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pesta laut nadran ini selalu dibuat meriah sehingga menarik perhatian banyak orang termasuk peneliti sendiri yang melihat acara tersebut secara langsung.

Pesta laut nadran membentuk sebuah nilai-nilai masyarakat Waruduwur yang diwujudkan dalam ritual keagamaan yang bersifat religi dan bernilai sosial. Pesta laut nadran ini mengandung nilai-nilai, norma-norma dan aturan yang berguna bagi kehidupan masyarakat sehingga budaya ini akan menciptakan hubungan kekeluargaan yang erat dan pada akhirnya akan terwujud semangat persatuan dan kesatuan di masyarakat.

Dalam pelaksanaaanya, kegiatan yang diselenggarakan adalah arak-arakan, hiburan kesenian (wayang kulit, wayang golek, dan sandiwara), dan ritual inti yaitu melarungkan sesajen ke tengah laut. Dalam kegiatan tersebut mempunyai kandungan nilai-nilai yang sangat besar bagi kehidupan masyrakat pesisir. Misalnya saja gotong royong dan kerjasama dalam mempersiapkan segala bentuk materi untuk arak-arakan dan bentuk biasanya berupa hiasan atau patung yang mirip seperti burung, ular naga, perahu dan lainnya. Dari kegiatan tersebut mampu menciptakan keakraban dan kebersamaan diantara masyarakat dan akhirnya terwujud semangat persatuan dan kesatuan diantara masyarakat Waruduwur.

Tidak hanya itu, dalam hiburan yang disajikan seperti wayang kulit, wayang golek, dan sandiwara menampilkan sebuah hiburan yang memberikan petuah-petuah kepada masyarakat agar dapat menjalankan kehidupan dengan baik. Jika ditinjau dari sisi pendidikan, hiburan yang ada dalam pesta laut nadran merupakan salah satu alat atau sarana pendidikan bagi masyarakat.

Dilihat dari beberapa contoh kegiatan tersebut, tentu akan sangat menarik sekali untuk memasukan unsur-unsur nilai budaya yang ada di dalam tradisi nadran dalam pembelajaran PKn dan diharapkan dapat memberikan warna tersendiri ketika tradisi ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar PKn. Sebab dalam satu kegiatan dalam nadran saja mempunyai kandungan nilai-nilai budaya yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar, serta impilikasinya menimbulkan sebuah nilai-nilai yang mencirikan misi atau tujuan dari PKn. Kekhasan yang ditampilkan oleh tradisi nadran ketika dalam pembelajaran PKn


(19)

8

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

baik dipersekolahan ataupun ketika peserta didik menjadikannya sebagai sumber belajar PKn langsung di lingkungannya diprediksi akan menghasilkan kebermaknaan dan keberhasilan dalam pembelajarannya, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotriknya. Dipertegas oleh Komalasari (2010: 141) bahwa “Pembelajaran akan memiliki kebermaknaan bagi siswa bila lingkungan yang paling dekat dan diakrabinya dijadikan sebagai salah satu sumber belajar.”

Untuk itu, para pendidik bidang PKn diharapkan untuk mampu memahami dan mengerti akan nilai-nilai budaya yang ada pada kebudayaan yang ada di lingkungan siswa. Peserta didik pun dapat mempelajari PKn secara mendalam melalui nilai-nilai kebudayan di lingkungan sekitarnya sebagai sumber pembelajaran PKn sehingga diyakini akan dapat menemukan sebuah pemahaman konsep dan praksis dalam materi yang diajarkan didalam mata pelajaran PKn.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam pembelajaran PKn di persekolahan siswa dihadapkan pada suasana kebosanan karena sering kali hanya mencakup ranah kognitif saja, misalkan dalam bentuk hafalan ataupun mendengarkan ceramah. Hal itu dipertegas oleh Komalasari (2010: 17) bahwa “Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang pada umumnya menghadapi kendala persepsi siswa bahwa Pendidikan Kewarganegaraan membosankan.”

Sumber pembelajaran PKn melalui tradisi nadran ini diharapkan akan mampu menciptakan sebuah korelasional antara pengetahuan (kognitif), afektif (sikap), dan keterampilan (psikomotorik). Sehingga tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions (Branson,1998: 5), akan dapat terpenuhi dan dicapai oleh siswa.

Kemudian dikemukakan oleh Herry (Komalasari, 2010: 124) nilai-nilai yang dapat diperoleh dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar diantaranya :

(1) lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat; (2) belajar akan lebih bermakna (meaningfull learning) sebab siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di


(20)

9

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

lingkungannya, dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa seperti cinta akan lingkungan; (3) kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar.

Dengan demikian lingkungan yang didalamnya terdapat sebuah tradisi dari kebudayaan perlu untuk digunakan oleh seorang guru dalam pelaksanaan pembelajarannya sehingga siswa dapat mencerna nilai-nilai yang ada di dalam lingkungan yang kemudian dikonfirmasi oleh seorang guru dan setelah itu siswa diharapkan akan mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-harinya.

Melihat begitu besarnya pengaruh kebermanfaatan kebudayaan sebagai sumber belajar dan juga kuatnya masyarakat Waruduwur memegang kebiasaan-kebiasaan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana nilai-nilai budaya dalam pesta laut nadran dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pesta laut nadran untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran yang dituangkan dalam judul “Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut penulis ingin meneliti “Apakah tradisi pesta laut Nadran yang dilakukan masyarakat pesisir desa Waru Duwur dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran pendidikan kewarganegaraan?

Untuk lebih memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka pada masalah pokok tersebut penulis menjabarkan dalam bentuk sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn?

2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn?


(21)

10

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu untuk mengidentifikasi dan mengkaji tradisi pesta laut Nadran yang dilakukan masyarakat pesisir desa Waru Duwur dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan perkembangan pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn?

2. Mengidentifikasi nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam pesta laut nadran yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn?

3. Mengidentifikasi peranan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn?

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan sebagai upaya untuk memperkaya khasanah tentang budaya di masyarakat Cirebon khususnya pesta laut nadran, serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian nilai budaya pesta luat nadran sebagai upaya pengembangan lingkungan sebagai sumber belajar dalam PKn.

1.4.2 Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai beriku:

1) Sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam program pelestarian budaya.


(22)

11

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2) Guru dan peserta didik dapat mengetahui serta mewariskan nilai budaya dalam pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn.

3) Guru dapat menggunakannya sebagai upaya memperkaya sumber pembelajaran PKn dipersekolahan dan peserta didik pun mampu belajar PKn secara nyata dalam lingkungan disekitarnya.

4) Masyarakat mampu menerapkan nilai-nilai budaya sebagai sumber pembelajaran PKn di persekolahan atau masyarakat.

5) Menjaga kekayaan budaya yang ada di daerah.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan merupakan hal penting demi memperlancar penulisan skripsi yang akan dilakukan, dan sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, mengemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, mengemukakan tentang kajian pustaka yang mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian ini, berikut dengan hasil penelitian terdahulu.

Bab III Metodologi Penelitian, mengemukakan metode penelitian, pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data penelitian, pengujian keabsahan data, dan tahap penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mengemukakan laporan hasil penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis hasil penelitian, dan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, mengemukakan kesimpulan berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan serta rekomendasi yang membangun bagi institusi yang bersangkutan.


(23)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dikemukakan oleh Moleong (2007: 27) bahwa:

Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisa data, dan secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar. Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

Pendapat Moleong di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9) yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat menyelami dan memahami makna interaksi antar-manusia secara mendalam.

Berdasarkan definisi di atas menunjukan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat peneliti utama adalah peneliti itu sendiri, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data secara akurat.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif ini karena pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian mengenai nilai budaya pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual. Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Melalui penelitian ini, peneliti mengamati kegiatan pesta laut nadran, kemudian berinteraksi dan ikut ke dalam kegiatan-kegiatan yang ada pada pesta laut nadran.


(24)

58

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hal ini dimaksudkan supaya penelitian akan mudah dilakukan, dengan cara terjun langsung sehingga hasil penelitian akan maksimal.

Ketiga, dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti sendiri, maka pendekatan kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, karena pendekatan kualitatif mempunyai adaptasi yang tinggi, sehingga memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara mendalam, maksimal dan mendapatkan data yang akurat dan valid terhadap upacara adat pesta laut nadran sebagai sumber pembelajaran PKn, sehingga hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan pada waktunya nanti menjadi penelitian yang ilmiah dan empirik.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode penelitian ini didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang dan memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Nazir (2005: 54) bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Metode deskriptif dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan penggunaan metode deskriptif yaitu pertama, metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan data saja, tetapi meliputi analisis data dan menginterpretasikan tentang arti data tersebut. Dengan menggunakan metode tersebut, pembahasan masalah dan analisis data menjadi efektif serta akan mudah dipahami. Kedua, metode deskriptif dapat mendeskripsikan data atau informasi hasil pendapat ahli, observasi dan wawancara yang selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan sehingga memiliki hasil yang maksimal.


(25)

59

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.2 Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka peneliti bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural setting). Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian di lapangan adalah:

3.2.1 Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee)” (Zuriah, 2009: 179). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan responden mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban serta memungkinakan wawancara dilakukan secara mendalam.

Dalam implementasinya di lapangan peneliti melakukan wawancara kepada sesepuh desa waruduwur, tokoh agama, pemerintah desa Waruduwur, panitia kegiatan, masyarakat Waruduwur, dan guru PKn SD Negeri 1 Citemu. Pemilihan responden berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mereka adalah sumber yang tepat karena responden tersebut yang mengetahui bagaimana pesta laut nadran tersebut dan penggunaan sebagai sumber pembelajaran.

3.2.2 Observasi

Mengenai observasi, Usman dan Akbar (2009: 52) mengemukakan bahwa “Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui observasi, peneliti mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam,


(26)

60

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

terinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan pada konteks data dalam keseluruhan situasi.

Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu pada tradisi pesta laut nadran untuk melihat perwujudan nilai-nilai budaya yang ada pada tradisi pesta laut nadran khususnya yang berkaitan dengan sumber pembelajaran PKn.

3.2.3 Studi Dokumentasi

Danial dan Wasriah (2007: 66) mengungkapkan bahwa “Studi dokumentasi adalah pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian”.

Guba dan Lincoln (Moleong, 2007: 216) memaknai dokumen sebagai bahan tertulis atau film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan peneliti. Studi dokumen yang diambil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan tradisi pesta laut nadran, laut wilayah waruduwur, dan data-data dari pemerintah desa seperti profil desa.

3.2.4 Studi Literatur

“Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian” (Danial dan Wasriah, 2007: 80).

Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis ini yaitu untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan upacara adat.

3.3 Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 188) bahwa “subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti”. Subjek penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data.


(27)

61

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian ahli di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Satu orang sesepuh masyarakat desa Waruduwur, sebagai yang dituakan dan yang mengetahui sejarah daerah tersebut.

2. Satu orang tokoh agama, sebagai pengontrol masyarakat agar tidak menyimpang terhadap agama dalam pelaksanaan pesta laut nadran.

3. Satu orang staf/aparat pemerintah desa Waruduwur, sebagai aparat pemerintah yang memiliki kebijakan dalam melestarikan nilai-nilai khasanah budaya masyarakat setempat.

4. Satu orang panitia pelaksana kegiatan pesta laut nadran, sebagai orang yang mengetahui tentang kegiatan-kegiatan dalam pesta laut nadran. 5. Satu orang anggota masyarakat Waruduwur, sebagai pelaksana dari

kegiatan pesta laut nadran.

6. Tiga orang guru PKn di sekolah yang dekat dengan daerah desa Waruduwur, sebagai pelaksana dan pendidik yang mengemban mata pelajaran PKn.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Menurut Sugiyono (2009: 335) bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan (Afifudin dan Saebani, 2009: 146).

Dalam analisis data kualitatif yang peneliti lakukan selama di lapangan menggunakan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 335) yang terdiri atas tiga aktivitas, yaitu reduksi data, display data dan kesimpulan/verifikasi. Ketiga


(28)

62

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut, penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.4.1 Reduksi Data

Sugiyono (2009: 338) menjelaskan bahwa “reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”.

Pada tahap ini, peneliti merangkum dan memilih data mana saja yang penting yang diperoleh dari lapangan yang akan digunakan untuk dijadikan bahan laporan. Melalui teknik memilah dan memilih, peneliti akan mengetahui data mana saja yang diperlukan dan membuang data yang tidak perlu. Data yang telah direduksi ini lah yang akan memberikan gambaran jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.

3.4.2 Display Data (Penyajian Data)

“Data yang bertumpuk dan laporan lapangan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat, networks, chart, dan grafik” (Nasution, 2003: 128).

Pendapat Nasution diatas sejalan dengan pendapat Sugiyono (2009: 341) yang menyatakan bahwa dalam “penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”.

Data yang diperoleh dari lapangan pasti banyak sekali, oleh karena itu supaya peneliti tidak terjebak dalam tumpukan data dari lapangan yang banyak, peneliti melakukan display data. Display data yang dilakukan lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian singkat.

3.4.3 Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih


(29)

63

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2009: 345).

Lebih lanjut Nasution (2003: 130) mengatakan bahwa “kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “Grounded”. Jadi kesimpulan itu

harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung”.

Tujuan dari kesimpulan dan verifikasi adalah untuk mendapatkan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotetis atau teori.

Langkah yang ketiga ini peneliti lakukan di lapangan dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mencapai suatu kesimpulan yang baik, kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, supaya hasil penelitiannya jelas dan dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang akurat.

3.5 Pengujian Keabsahan Data

Sugiyono (2009: 366) mengatakan bahwa “untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas), dan konfirmability(objektivitas)”.

3.5.1 Credibility (validitas internal)

“Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan member check” (Sugiyono, 2009: 368).

3.5.1.1Memperpanjang pengamatan

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan


(30)

64

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diperoleh merupakan data yang benara atau tidak. Bila ada yang data yang tidak benar, maka peneliti melakukan pengataman lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Perpanjangan pengamatan peneliti lakukan untuk memperoleh data yang sahih (valid) dari sumber data. 3.5.1.2Peningkatan Ketekunan Dalam Penelitian

Dalam melakukan penelitian, terkadang peneliti dilanda dengan penyakit malas, maka untuk menanggulangi hal tersebut peneliti meningkatkan ketekunan dengan membulatkan niat dan tetap menjaga semangat dengan cara meningkatkan intimitas hubungan dengan motivator. Hal ini peneliti lakukan agar dapat melakukan penelitian dengan cermat dan berkesinambungan.

3.5.1.3Triangulasi data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 372). Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan sumber yaitu dari sesepuh atau tokoh adat masyarakat desa Waruduwur, tokoh agama desa Waru Duwur, pemerintah desa Waruduwur, masyarakat Waruduwur, dan guru PKn SD Negeri 1 Citemu yang dilakukan dengan cara menggali dan mengecek informasi dari mereka dengan mengkombinasikan teknik wawancara dan observasi.

3.5.1.4Analisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu (Sugiyono, 2009: 374). Tujuan dari analisis kasus negatif ini untuk mencari data yang berbeda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan di lapangan. Dalam penelitian ini penulis mencari data yang berbeda terhadap pelaksanaan upacara adat yang sejenisnya, yaitu ke desa Mundu Pesisir, yang juga melaksanakan upacara adat serupa dengan pesta laut Nadran. 3.5.1.5Menggunakan Referensi yang Cukup

Yang dimaksud dengan menggunakan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2009: 375). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yaitu hasil


(31)

65

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian sumber penelitian, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

3.5.1.6Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data” (Sugiyono, 2009: 375). Dalam penelitian ini peneliti melakukan member check

kepada semua sumber data yaitu kepada sesepuh masyarakat desa Waruduwur, tokoh agama, pemerintah desa, masyarakat desa Waru Duwur, guru PKn di SD Negeri 1 Citemu.

3.5.2 Transferability (Validitas Eksternal)

Berkenaan dengan transferability, Sugiyono (2009: 376) menjelaskan bahwa:

Transferability merupakan konsep yang menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka peneliti dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis. Dengan demikian peneliti berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk mengplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3.5.3 Dependability (Reliabilitas)

Mengenai Reliabilitas, Affifuddin dan Ahmad Saebani (2009: 145) menjelaskan bahwa:


(32)

66

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Reliabilitas merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila penelitian yang sama dilakukan. Dalam penelitian kualitatif reliabilitas mengacu pada kemungkinan penelitian selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan kembali dalam subjek yang sama, yang menekankan pada desain penelitian dan metode serta teknik pengumpulan data dan analisis data.

Berkaitan dengan uji reliabilitas, peneliti dibimbing dan diarahkan secara kontinyu oleh dua orang pembimbing dalam mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan tujuan supaya penulis dapat menunjukan hasil aktivitas di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

3.5.4 Konfirmability (Obyektivitas)

Berkenaan dengan konfirmability, Sugiyono (2009: 377) menjelaskan bahwa:

Pengujian konfirmability dalam penelitian disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

konfirmability.

Mengenai konfirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak.


(33)

67

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.6 Tahap Penelitian

Sebuah penelitian akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan seperti yang diharapkan, jika penelitian itu dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan. Oleh karena itu, supaya penelitian yang peneliti lakukan dapat berjalan dengan baik guna mencapai hasil yang maksimal, maka dalam melakukan penelitian ini peneliti menyusun langkah-langkah penelitian secara sistematis sebagai berikut:

3.6.1 Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyusun rangan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke Desa Waruduwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon pada bulan Desember 2011. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi secara umum dari desa Waruduwur terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pesta laut nadran di desa tersebut. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data tentang bagaimana nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pesta laut nadran dan seperti apa proses pelaksanaannya.

Setelah mengadakan pra penelitian selanjutnya peneliti mengajukan rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian. Kemudian peneliti memilih dan menentukan lokasi yang dijadikan sebagai sumber data atau lokasi penelitian yang disesuaikan dengan keperluan dan kepentingan fokus penelitian. Setelah lokasi penelitian ditetapkan, selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi yang tekait, prosedur perizinan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada ketua jurusan PKn, FPIPS UPI Bandung.

2. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan I untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

3. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Kesbang dan Polinmas Kabupaten Cirebon.


(34)

68

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Kepala Kesbang dan Polinmas Kabupaten Cirebon mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Kecamatan Waruduwur Kabupaten Cirebon.

5. Kepala Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan Kepala Desa Waruduwur.

6. Kepala Desa Waruduwur memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menekankan bahwa instrumen yang utama adalah peneliti sendiri (key instrument). Peneliti sebagai instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis persiapkan untuk sesepuh masyarakat desa Waruduwur, tokoh agama, pemerintah desa, masyarakat Waruduwur, dan guru PKn di SD N 1 Citemu.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan supaya dapat mengungkapkan data secara mendetail dan lengkap.

3.6.3 Tahap Analisis Data

Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi. Selaras seperti yang dikemukakan oleh Afifuddin dan Ahmad Saebani (2009: 159) bahwa: ”analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar konsep (variabel) yang sedang diteliti, yang tujuannya adalah mendapatkan makna hubungan konsepsional sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian”.


(35)

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tradisi pesta laut nadran merupakan salah satu budaya masyarakat pesisir desa Waru Duwur yang sampai saat ini masih ada. Masyarakat desa Waru Duwur telah melaksanakan tradisi nadran dari nenek moyang sejak dulu yang mempunyai maksud sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat pesisir desa Waru Duwur atas nikmat dan karunia Allah SWT. Tradisi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sedekah laut dan nadaranan. Sedekah laut merupakan ritual yang diadakan di laut berupa pecunan. Sedangkan Nadaranan itu sendiri tempatnya berada di darat berupa anggapan dan jogedan seperti arak-arakan, pertunjukan wayang golek, wayang kulit / wayang lumping, sandiwara, dan pentas seni tarling modern / organ tunggal.

2. Nilai-nilai budaya yang ada di dalam tradisi nadran yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn adalah nilai gotong royong, nilai kebersamaan, dan nilai kekeluargaan. Pertama, nilai gotong royong yang masih dipertahankan seperti ketika pembuatan dan mengarak arak-arakan. Kedua, nilai kebersamaan ini dapat terlihat ketika pecunan, menonton pertunjukan anggapan dan kerja bakti. Ketiga, nilai kekeluargaan ini dapat terlihat ketika acara pecunan dan pengajian. Nilai budaya pada tradisi nadran dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn yang diintegrasikan kedalam materi pelajaran terkait. Esensi pembelajaran nilai budaya tradisi nadran sebagai sumber pembelajaran PKn kepada para peserta didik diharapkan memberikan kemudahan dalam menerima materi pelajaran dan juga melestarikan kebudayaan tradisi nadran.

3. Seorang guru PKn dapat menjadikan nilai budaya tradisi nadran sebagai sumber pembelajaran PKn kepada peserta didik. Sumber pembelajaran ini


(36)

114

Aris Fadly, 2013

Kajian Nilai Budaya Pesta Laut Nadran Di Masyarakat Pesisir Sebagai Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif Analitis Tradisi Upacara Nadran Di Desa Waru Duwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

diharapkan akan dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran, salah satu solusi jika media pembelajaran yang ada di sekolah masih belum memadai, dan mengatasi siswa yang memang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Sebab tradisi ini masih dipegang teguh oleh masyarakat desa Waru Duwur dan antusiasme terhadap tradisi nadran masih sangat tinggi.

5.2Rekomendasi

Melalui penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa rekomendasi yakni sebagai berikut:

1. Kepada warga masyarakat pesisir Waru Duwur agar terus melaksanakan tradisi nadran ini sebagai kegiatan rutin tiap tahun dan juga mewariskannya kepada generasi penerus agar mereka mau melaksanakannya.

2. Kepada guru PKn untuk dapat mengoptimalkan peranannya dan kompetensinya sebagai salah satu agen dalam proses pelestarian kebudayaan melalui kegiatan pembelajaran di kelas dan menjadikan kebudayaan terutama tradisi nadran ini untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Kemudian guru PKn lebih mengembangkan kembali ide kreatifnya agar dapat menerapkan model-model dalam penggunaan tradisi nadran ini sebagai sumber pembelajaran PKn sehingga dapat menciptakan sebuah pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengimplementasikan dan menerapkan nilai budaya yang ada di dalam tradisi nadran untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn. Dilakukannya hal tersebut agar para peserta didik dapat membentuk karakter yang baik khususnya menjadi to be a good citizenship.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tradisi pesta laut nadran merupakan salah satu budaya masyarakat pesisir desa Waru Duwur yang sampai saat ini masih ada. Masyarakat desa Waru Duwur telah melaksanakan tradisi nadran dari nenek moyang sejak dulu yang mempunyai maksud sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat pesisir desa Waru Duwur atas nikmat dan karunia Allah SWT. Tradisi ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sedekah laut dan nadaranan. Sedekah laut merupakan ritual yang diadakan di laut berupa pecunan. Sedangkan Nadaranan itu sendiri tempatnya berada di darat berupa anggapan dan jogedan seperti arak-arakan, pertunjukan wayang golek, wayang kulit / wayang lumping, sandiwara, dan pentas seni tarling modern / organ tunggal.

2. Nilai-nilai budaya yang ada di dalam tradisi nadran yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn adalah nilai gotong royong, nilai kebersamaan, dan nilai kekeluargaan. Pertama, nilai gotong royong yang masih dipertahankan seperti ketika pembuatan dan mengarak arak-arakan. Kedua, nilai kebersamaan ini dapat terlihat ketika pecunan, menonton pertunjukan anggapan dan kerja bakti. Ketiga, nilai kekeluargaan ini dapat terlihat ketika acara pecunan dan pengajian. Nilai budaya pada tradisi nadran dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn yang diintegrasikan kedalam materi pelajaran terkait. Esensi pembelajaran nilai budaya tradisi nadran sebagai sumber pembelajaran PKn kepada para peserta didik diharapkan memberikan kemudahan dalam menerima materi pelajaran dan juga melestarikan kebudayaan tradisi nadran.

3. Seorang guru PKn dapat menjadikan nilai budaya tradisi nadran sebagai sumber pembelajaran PKn kepada peserta didik. Sumber pembelajaran ini


(2)

114

diharapkan akan dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran, salah satu solusi jika media pembelajaran yang ada di sekolah masih belum memadai, dan mengatasi siswa yang memang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Sebab tradisi ini masih dipegang teguh oleh masyarakat desa Waru Duwur dan antusiasme terhadap tradisi nadran masih sangat tinggi.

5.2Rekomendasi

Melalui penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa rekomendasi yakni sebagai berikut:

1. Kepada warga masyarakat pesisir Waru Duwur agar terus melaksanakan tradisi nadran ini sebagai kegiatan rutin tiap tahun dan juga mewariskannya kepada generasi penerus agar mereka mau melaksanakannya.

2. Kepada guru PKn untuk dapat mengoptimalkan peranannya dan kompetensinya sebagai salah satu agen dalam proses pelestarian kebudayaan melalui kegiatan pembelajaran di kelas dan menjadikan kebudayaan terutama tradisi nadran ini untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Kemudian guru PKn lebih mengembangkan kembali ide kreatifnya agar dapat menerapkan model-model dalam penggunaan tradisi nadran ini sebagai sumber pembelajaran PKn sehingga dapat menciptakan sebuah pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengimplementasikan dan menerapkan nilai budaya yang ada di dalam tradisi nadran untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran PKn. Dilakukannya hal tersebut agar para peserta didik dapat membentuk karakter yang baik khususnya menjadi to be a good citizenship.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Azmi. (2010). Nilai Kebersamaan Untuk Para Generasi [Online]. Tersedia: http://theglobejournal.com/politik/nilai-kebersamaan--untuk-para-generasi/index.php [9Juli 2010]

Afifuddin dan Saebani A. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Pustaka Setia.

Ahira, Anne. (2011). Penghambat Pewarisan Budaya Berkarakter. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/pewarisan-budaya.htm [7 Januari 2011].

Al-Muchtar, Suwarma. (2005). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Ali, M. (1996). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Anwarudin, I. (2010). Nilai Budaya Dalam Tradisi Tenun Sambas Sebagai

Sumber Pembelajaran PIPS. Tesis Magister Pada SPs UPI Bandung : Tidak Dipublikasikan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education. Calabasas: Center for Civic Education (CCE).

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press

Budimansyah, D dan Winataputra, U.S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara Press

Danial, E. dan Wasriah. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI.

Darwis, Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Lab. PKn UPI.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.


(4)

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Djahiri, A. Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan

Games dalam VCT. Bandung.

Ember, C.R. dan Ember, M. (1990). Anthropology. Canada: Prentice Hall.

Gearon, L. (2003). Learning to Teach Citizenship in the Secondary School: A Companion to School Experience. New York: RoutledgeFalmer is an imprint of the Taylor & Francis Group

Gunari, M. (2010). Menakar Nilai Gotong Royong [Online]. Tersedia: www.harian-global.com/index.php?Menakar-nilai-gotongroyong [13 Juli 2010].

Gunawan, A.H. (2010). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. (1999). Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Haviland, W.A. (1999). Antroplogi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Herimanto dan Winarno. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Iswandi, H. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara yang Melalui Seni dan Budaya daerah di Kampus. Skripsi Sarjana FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koentjaraningrat. (2011). Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Kusmawan. (2009). Upacara adat [Online]. Tersedia:

www.aktual.co/budaya/165652ritual-nadran-sebagi-rasa-syukur-nelayan[19 Januari 2009].

Ma’mun, T.N. (2011). “Nadranan Ritual: Cultural Values of the Agricultural and

Fishermen Communities in Cirebon, West Java”. International Journal for


(5)

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Marzali, Amri. (2005). Antroplogi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: PT. Kencana

Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Natawidjaya. (1993). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Persada.

Peursen, V. (1976). Strategi Kebudayaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. Rochmadi. (2012). Menjadikan Nilai Budaya Gotong-Royong Sebagai Common

Identity dalam Kehidupan Bertetangga Negara-Negara ASEAN. Malang: Repository Perpustakaan Universitas Negeri Malang.

Rostiyani, Ani dkk. (1994). Fungsi Upacara Tradisional Masyarakat Pendukungnya Masa Kini. Jakarta: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sapriya, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI.

Setiadi, dkk. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Sekdes. (2011). Profil Desa Waru Duwur Tahun 2011. Cirebon: Desa Waru Duwur.

Soedjito, S. (1986). Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya

Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali Pres.

Solihatin dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Sukardi, D.K. (1983). Bimbingan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.

Syah, M. (1996). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan.Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tilaar, H.A.R. (2011). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Uno, H.B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Usman, H. dan Akbar P.S. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta CV.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Widagdho, dkk. (2010). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran : Filosofi, Teori, dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.

Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara