PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA KELUARGA MISKIN.

(1)

PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

PADA KELUARGA MISKIN

(Studi Pada Usaha Peningkatan Kesejahteraan keluarga

di PKBM Albir Salam

Kel. Sukaratu Kec. Majasari kab. Pandeglang)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana

Disusun Oleh : HERLINA SIREGAR

1009491

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2014


(2)

(3)

PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

PADA KELUARGA MISKIN

(STUDY PADA USAHA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI PKBM ALBIR SALAM

KEL. SUKARATU KEC. MAJASARI KAB. PANDEGLANG)

Oleh Herlina Siregar

S.Pd UNTIRTA Serang, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Fakultas Pendidikan Luar Sekolah

© Herlina Siregar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagia,


(4)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A.Konsep Kemiskinan ... 12

1. Pengertian Kemiskinan ... 12

2. Sebab-Sebab Kemiskinan ... 12

3. Karakteristik Kemiskinan ... 13

B.Konsep Pemberdayaan Perempuan ... 14

1. Konsep Pemberdayaan... 14

2. Strategi Pemberdayaan ... 18

3. Pemberdayaan Perempuan ... 26

C.Hakikat Keaksaraan Usaha Mandiri ... 29

1. Konsep Program Pendidikan Keaksaraan ... 29

2. Keaksaraan Usaha Mandiri ... 33

D.Hakikat Kesejahteraan Keluarga ... 37

E. Pendidikan Keaksaraan Merupakan Program PLS ... 40

F. Penelitian Yang Relevan ... 42


(5)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A.Metode dan Desain Penelitian ... 47

B.Subjek Penelitian ... 48

C.Definisi Operasional ... 50

D.Instrumen Penelitian ... 51

E. Prosedur Penelitian ... 52

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 57

1. Letak Geografis ... 57

2. Keadaan Penduduk ... 57

3. Profil Penyelenggara Program Keaksaraan Usaha Mandiri ... 59

B.Deskripsi dan Analisis Hasil Studi Lapangan ... 64

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

1. Karakteristik Perempuan Pada Keluarga Miskin ... 95

2. Strategi Pemberdayaan ... 104

3. Capaian Kesejahteraan Keluarga ... 126

D.Temuan Hasil Penelitian ... 129

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135

A.Simpulan ... 135

B.Rekomendasi ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139


(6)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 2.1 Standar kompetensi lulusan keaksaraan usaha mandiri ... 35 Tabel 2.2 Standar kompetensi dan kompetensi dasar keaksaraan usaha mandiri .. 36 Tabel 4.1 Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin ... 58 Tabel 4.2 Tahapan keluarga sejahtera ... 59 Tabel 4.3 Data warga belajar dilihat dari pendidikan dan usia ... 63


(7)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal


(8)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Herlina Siregar. (1009491). Program Keaksaraan Usaha Mandiri dalam Pemberdayaan Perempuan Keluarga Miskin

Perempuan keluarga miskin merupakan individu yang tidak berdaya atau tidak memiliki kekuatan (lemah) sehingga mereka sulit mengakses layanan publik seperti kesehatan, pendidikan, sosial, dan budaya. Tetapi bukan berarti tidak memiliki potensi untuk dikembangkan. Pemberdayaan perempuan melalui keaksaraan usaha mandiri berfokus pada upaya memberdayakan aspek ekonomi, sosial, dan budaya, sehingga diharapkan terjadinya perubahan hidup yang lebih baik. Tujuan penelitian ini mengkaji tentang : 1. Karakteristik perempuan pada keluarga miskin, 2. Strategi pemberdayaan melalui keaksaraan usaha mandiri, dan 3. Capaian kesejahteraan keluarga pada peserta program keaksaraan usaha mandiri.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data mencakup teknik wawancara, observasi, studi literatur, studi dokumentasi. Tempat berlokasi di PKBM Albir Salam Kelurahan Sukaratu Majasari Pandeglang. Subjek penelitian berjumlah 7 orang terdiri dari 4 orang warga belajar, 2 orang tutor, dan 1 orang penyelenggara.

Temuan hasil penelitian meliputi: 1. karakteristik perempuan pada keluarga miskin yang mengikuti program pendidikan keaksaraan usaha mandiri dilihat dari aspek a. tempat tinggal termasuk kategori permanen dan semipermanen, b. berpendidikan rendah tidak tamat sekolah dasar, c. bermata pencaharian sebagai ibu rumah tangga, apabila datang musim penghujan bekerja sebagai buruh tani, d. pendapatan minim dan tidak tentu mengandalkan dari musiman, e. upaya pengobatan dengan cara pengobatan tradisional atau dibawa ke puskesmas. 2). strategi pemberdayaan melalui keaksaraan usaha mandiri yaitu dengan cara a. bekerja sama dengan organisasi lokal seperti posyandu dan makjelis taklim, b. program lanjutan yang akan diselenggarakan yaitu pendampingan dengan melibatkan koperasi dan UKM, c. menggunakan pendekatan kelompok pada pelaksanaan program, d. melibatkan warga belajar dari tahap perencanaan, pelaksanaa, dan evaluasi program, e. materi pembelajaran ditentukan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan warga belajar dengan melihat potensi di lingkungan sekitar, f. dalam menyapaikan materi menggunakan metode ceramah, tanya jawab (diskusi), demonstrasi, dan pemecahan masalah. 3. capaian kesejahteraan keluarga pada perempuan keluarga miskin baru mencapai beberapa indikator pada tahap keluarga sejahtera II (KS-II).

Rekomendasi dalam penelitian ini ditujukan kepada pihak penyelenggara program agar memperluas jaringan kemitraan, membuat inovasi produk, dan melibatkan warga belajar dari tahap awal sampai akhir. Selain itu aparat pemerintah dan tokoh masyarakat untuk terlibat langsung terhadap program dan menyelenggarakan program lanjutan. Serta bagi peneliti lain dapat melakukan


(9)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian dengan tema yang sama dan mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini.

ABSTRACT

Herlina Siregar. (1009491). Independent Business Literacy Programme in Women's Empowerment of Poor Families

Women of poor families are individuals who are powerless or do not have the strength (weak) so that they are difficult to access public services such as health, education, social, and cultural. But that does not mean do not have the potential to be developed. Empowering women through literacy independent business focusing on the effort to empower the economic, social, and cultural, so expect changes better life. The purpose of this study examines: 1 Characteristics of women in poor families, empowerment through literacy Strategy 2 independent business, family welfare and 3 achievement in literacy program participants independent business.

This study uses descriptive qualitative approach. Data collection techniques include interview techniques, observation, literature, study documentation. The place is located in Albir CLC Sukaratu Majasari Salam village park. Subjects numbered 7 consists of 4 people learning community, 2 tutors, and 1 the organizers.

The findings of the research include: 1 female characteristics in a poor family literacy programs that follow an independent business seen from the aspect of a. residence including permanent and semi-permanent category, b. low education do not finish primary school, c. livelihood as a housewife, when the rainy season comes to work as a laborer, d. low income and do not necessarily rely on seasonal, e. treatment efforts with traditional treatments or brought to the clinic. 2). empowerment through literacy strategies independent business that is in a way a. working closely with local organizations such as health posts and makjelis taklim, b. program continued to be held with the assistance involving cooperatives and SMEs, c. group approach to the implementation of the program, d. involving residents learned from the planning stage, deploy, and evaluate programs, e. learning materials determined in accordance with the wishes and needs of potential residents learn by looking at the surrounding environment, f. in menyapaikan material using lectures, discussion (discussion), demonstrations, and problem solving. 3 family welfare outcomes in women of poor families has reached several indicators in stage II family welfare (KS-II).

Recommendations in this study addressed to the organizers of the program in order to expand the network of partnerships, create innovative products, and engage citizens to learn from the beginning to the end. In addition, government officials and community leaders to engage directly in the program and organizes advanced courses. As well as for other researchers can conduct research with the same theme and examine more deeply about this research.


(10)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat, dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan bangsa yang cerdas, agar dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas, bertanggung jawab, maju serta mandiri yang menjadikan manusia yang seutuhnya baik dari segi sosial, ekonomi, serta budaya.

Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencangkup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tujuan akhir pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran yang berkaitan dengan aspek ekonomi, dapat diukur dengan tingkat produksi, pengeluaran dan pendapatan. Sedangkan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh aspek nonekonomi, misalnya kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut dibutuhkan antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, mandiri serta berkualitas. (Soeroso, 2005: 42)

Dalam proses pembangunan manusia atau masyarakat bukan hanya sebagai objek pembangunan, akan tetapi berperan penting sebagai subjek pembangunan itu sendiri. Artinya proses pembangunan harus melibatkan peran aktif masyarakat. Dengan perspektif ini, pembangunan pada saat yang bersamaan harus diarahkan guna memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan, berarti mengarahkan pembangunan untuk memenuhi tujuanya yang paling utama yaitu pemberdayaan. (Ali, 2009: 52)


(11)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mewujudkan pembangunan nasional tidak lepas dari peran pendidikan karena menurut Rellisa, pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan, yang mana sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Definisi pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar yang dilaksanakan baik oleh pendidikan

formal, informal maupun non-formal dalam rangka membangun sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan bangsa.”

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan menekankan pada perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting untuk mengentaskan kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan sehingga kelak mereka dapat hidup layak dan mandiri di lingkungan tempat tinggalnya.

Masalah yang dihadapi oleh bangsa ini adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan yang kini semakin ketat. Masalah tersebut menyebabkan kemiskinan yang dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat. Mengutip laporan terbaru BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2013 mengalami kenaikan sebesar 7,85%, bertambah 0,48 juta orang dibandingkan posisi maret sebanyak 28,07 juta menjadi 28,55 juta jiwa. (Online Wicaksono, 2012)

Salah satu faktor penyebab kemiskinan yang dilatar belakangi oleh pendidikan adalah buta aksara. Yang mana penyandang buta aksara sebagian besar adalah perempuan. Dari tahun ke tahun, jumlah mereka belum mengalami penurunan secara signifikan. Pada 2007, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menunjukkan bahwa perempuan penderita buta aksara sebanyak 12,3% dari 211.063.000 jiwa. Pada 2010, Dirjen Pendidikan Non formal dan Informal (PNFI) Kemendiknas (2010) menyebutkan, jumlah perempuan buta aksara sekitar


(12)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

65% atau 5,46% dari jumlah total 8,4 juta jiwa. Adapun dari data mutakhir yang dirilis Kemendiknas (2011) diketahui, jumlah perempuan buta aksara masih sekitar 5,3 juta orang dengan usia 15 tahun ke atas. (Online Zahroh, 2011)

Kebanyakan dari mereka bertempat tinggal di kawasan pedesaan miskin yang secara geografis umumnya sulit terjangkau. Hal ini disebabkan karena masyarakat pedesaan mempunyai pandangan yang sudah menjadi budaya bahwa perempuan merupakan makhluk nomor dua. Sehingga berimplikasi kepada sulitnya perempuan mendapatkan akses pendidikan. Kondisi pendidikan yang rendah secara tidak langsung berdampak pada keterampilan dan mata pencaharian perempuan tersebut.

Dalam A’yun (2012), perempuan keluarga miskin di Indonesia cenderung memiliki kesempatan yang terbatas untuk menolong dirinya keluar dari kungkungan kemiskinan. Kesibukan para perempuan dalam urusan domestik sebagai isteri dan ibu yang hanya bertugas mengelola rumah tangga membuat mereka akan sulit mengakses layanan-layanan publik seperti kesehatan, pendidikan sosial, dan budaya. Oleh karena itu, mereka rawan terjerumus ke dalam bentuk eksploitasi seperti kekerasan seksual, prostitusi, buruh migran, kekerasan dalam rumah tangga dan lainnya yang sangat merugikan perempuan.

Pada umumnya mereka mengandalkan pendapatan kepala rumah tangga atau sang suami dalam memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Karena berlatar belakang pendidikan yang rendah dan tidak mempunyai keterampilan, mereka hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga saja. Maka dari itu perlu adanya program-program pemberdayaan bagi perempuan keluarga miskin.

Tidak dipungkiri bahwa perempuan keluarga miskin adalah para wanita yang sedang tidak berdaya, namun bukan berarti tidak memiliki potensi untuk dikembangkan. Oleh Kareana itu, upaya meningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya bagi perempuan melalui pendidikan menurut Undang-Undang UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 13 ayat 1 dilakukan melalui 3


(13)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jalur pendidikan terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. (Undang-Undang Sisdiknas, 2004: 23).

Menurut Hiryanto, agar perempuan tersebut memiliki kemampuan mengembangkan potensinya dalam rangka pemberdayaan masyarakat bagi perempuan pada keluarga miskin maka peran Pendidikan Non Formal sangat strategis. Definisi dan fungsi dari Pendidikan Non Formal sebagaimana yang tercantum di dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu :

“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstrukur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan

kepribadian profesional.” (UU. Sisdiknas, 2004 : 23-2)

Menurut Febrisusanto, pendidikan Non Formal timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. Pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu guna pengembangan potensi perempuan pada keluarga miskin dengan menyeimbangkan antara pengetahuan dan keterampilan fungsional.

Dalam memberdayakan perempuan keluarga miskin dilihat dari aspek pendidikan masih perlu pembinaan dan pembimbingan yang memfokuskan pada keterampilan. Agar mereka mempunyai bekal yang dipergunakan untuk mendapatkan kesempatan kerja atau membuka lapangan pekerjaan sendiri.

Kondisi di lapangan, program-program pemberdayaan perempuan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah, hasilnya belum banyak terlihat dalam konteks keseluruhan bangsa karena disatu pihak militansi sudah ada tapi dilain pihak mitos-mitos yang meminggirkan kaum perempuan juga belum sepenuhnya hilang dari kehidupan berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat. (Hubeis, 437: 2010)


(14)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keadaan ini terjadi karena desain program sama sekali tidak dibuat untuk mentransportasikan pola relasi gender di dalam rumah tangga dan di masyarakat sehingga tidak berdampak pada posisi perempuan (Holmes et al., 2010 danYumna et al., 2010) dan kesetaraan gender. Selain itu, kurangnya pemahaman pengambilan kebijakan terhadap perspektif gender secara utuh sehingga program hanya mampu menjangkau pemberdayaan sebatas peningkatan akses dan partisipasi perempuan dan tidak pada kontrol maupun manfaat yang didapatkan perempuan. Dalam pengambilan keputusan posisi perempuan belum terjadi perubahan secara signifikan karena belum adanya intervensi yang menyeluruh persoalan fundamental terkait aspek kontrol yang mengarah pada perubahan pola relasi gender yang berlaku dimasyarakat. (Online Syukri : 2013)

Bentuk hasil pembelajaran berupa keterampilan yang dilaksanakan masih belum menstrukturisasi budaya dan kebiasaan baru masyarakat serta disesuaikan dengan minat pasar. Selain itu pasca pembelajaran dimana warga belajar yang ingin mengembangkan kemampuan keterampilan yang diperoleh dari mengikuti program mengalami kesulitan sehingga kemampuan keterampilannya tidak dipergunakan secara fungsional dan berkelanjutan.

Untuk memberikan akses dan kontrol dalam rangka memberdayakan perempuan pada keluarga miskin dibutuhkan suatu wahana atau tempat agar pelaksanaan program berjalan dengan baik. Dengan mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 26 ayat 4 tercantum bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Sebagai salah satu satuan dalam pendidikan luar sekolah, dalam Auliyaaziz (2013) PKBM dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat dengan menitikberatkan keswadayaan, gotong royong dan partisipasi masyarakat itu sendiri. Menurut UNESCO dalam Kamal (2009: 85), definisi PKBM adalah pusat kegiatan belajar masyarakat adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggarakan di luar


(15)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistem pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaaan dan perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Dilain pihak, PKBM sebagai bentuk peran nyata masyarakat membantu upaya pemerintah dalam bidang pemerataan pendidikan yang diharapkan bisa menjadi pusat informasi bagi masyarakat yang membutuhkan keterampilan fungsional. Programnya pun juga langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan upaya peningkatan mutu hidupnya.

PKBM sebagai penyelenggara program-program Pendidikan Non formal, salah satu program yang diselenggarakan adalah pendidikan keaksaraan. Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu program Pendidikan Nonformal untuk membelajarkan warga masyarakat buta aksara, agar memiliki keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dengan memanfatkan potensi yang ada dilingkungan sekitarnya, sehingga peserta didik dan masyarakat dapat meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. (Online Susiati, 2011)

Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa peserta didik pasca mengikuti program pendidikan fungsional kembali menjadi buta aksara atau buta huruf karena kemampuan keaksaraanya tidak dipergunakan secara fungsional dan berkelanjutan. Sehingga tidak mempengaruhi dalam pengurangan jumlah buta huruf di Indonesia.

Pada pelaksanaanya program keaksaraan fungsional dengan penguatan keterampilan merupakan pendekatan pemberantasan buta aksara yang menitikberatkan pada proses dari, oleh dan untuk peserta didik dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan membaca dan menulis dan berhitung yang dipadukan dengan praktek ketrampilan yang segera dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.


(16)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh karena itu pendidikan keaksaraan diharapkan menjadi lebih efektif digunakan untuk memberantas ketunaaksaraan masyarakat khususnya bagi perempuan pada keluarga miskin dengan mengintegrasikanya dengan ketrampilan fungsional sesuai kebutuhan peserta didik. Dengan modal pedidikan ketrampilan fungsional yang diperoleh diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk mengikuti program keaksaran hingga tuntas dan tidak kembali menjadi buta aksara kembali.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal pada tahun 2010, mengembangkan salah satu program pendidikan keaksaraan yaitu keaksaraan usaha mandiri (KUM).

Keaksaraan usaha mandiri merupakan salah satu cakupan pendidikan keaksaraan sebagai upaya penguatan keberaksaan melalui pembelajaran keterampilan atau usaha yang dapat meningkatkan penghasilan dan produktivitas seseorang atau kelompok.

Menurut Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Yulaelawati, (2012) bahwa:

“Keaksaraan usaha mandiri merupakan program melestarikan keaksaraan

dengan memberdayakan masyarakat melalui kewirausahaan. Para peserta didik akan mempelajari keterampilan yang sesuai dengan potensi daerah mereka. Dengan demikian mereka bisa memelihara keberaksaraan sekaligus

meningkatkan kemampuan ekonomi.”

Sekitar 90 persen penduduk buta aksara berusia produktif dan berada di kalangan ekonomi lemah. Oleh karena itu keaksaraan usaha mandiri (KUM) menjadi prioritas dalam program keaksaraan lanjutan tahun 2012. Program ini dapat mengentaskan buta aksara sekaligus kemiskinan. Langkah ini diambil Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat karena penyandang buta aksara biasanya berpenghasilan rendah atau pengangguran, padahal dari 8,3 juta penduduk buta aksara 7, 5 juta di antaranya berada di rentang usia 15-59 tahun


(17)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang artinya berada di usia produktif. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2012)

Program keaksaraan usaha mandiri diprioritaskan untuk perempuan karena buta aksara didominasi oleh kaum perempuan karena ketahanan ekonomi keluarga banyak terkait dengan pemberdayaan perempuan. Terutama bagi perempuan keluarga miskin yang rentan terhadap masalah sosial dengan melalui program keaksaraan usaha mandiri ini mampu meningkatkan taraf hidup keluarga serta meningkatnya partisipasi termasuk kelompok perempuan dalam proses pembangunan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masih kuatnya budaya patriarki yang menyebabkan terbatasnya perempuan pada layanan-layanan publik seperti pendidikan sehingga perempuan tidak menjadi prioritas dalam pemberdayaan masyarakat

2. Masih rendahnya kemampuan keberaksaraan dan keterampilan yang dimiliki oleh perempuan pada keluarga miskin sehingga mereka tidak bisa melepaskan diri dari belenggu keterbelakangan atau kemiskinan

3. Kurang efektifnya program pemberdayaan perempuan menyebabkan pasca mengikuti program pendidikan keaksaran kembali buta aksara karena kemampuan aksaranya tidak dipergunakan secara fungsional dan berkelanjutan

4. Program pendidikan keaksaraan yang diselenggarkan hanya menekankan agar warga belajar mempunyai kemampuan calistung tetapi bagaimana agar warga belajar memiliki kemampuan pada aspek ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Karena terlalu luasnya permasalahan dari hasil identifikasi di atas, maka tidak semua akan dibahas. Agar penelitian ini lebih fokus dan mendalam maka


(18)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, dengan dibatasi pada program keaksaraan usaha mandiri yang diselenggarakan oleh PKBM Albir Salam Kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang.

Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian mengenai keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di PKBM Albir Salam adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik perempuan pada keluarga miskin yang mengikuti program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan?

2. Bagaimana strategi pemberdayaan yang diterapkan dalam program keakasaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin?

3. Bagaimana capaian kesejahteraan keluarga dari peserta program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara jelas pemberdayaan perempuan melalui program keaksaraan usaha mandiri pada keluarga miskin dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga di PKBM Albir Salam.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik perempuan pada keluarga miskin yang mengikuti program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan.

b. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan yang dilakukan dalam program keakasaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin.


(19)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Untuk mengetahui capaian kesejahteraan keluarga dari peserta program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritik

a. Hasil penelitiaan ini diharapkan mampu menunjang pengembangan teori tentang pemberdayaan perempuan khususnya keaksaraan usaha mandiri b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian sejenis

sehingga mampu menghasilkan penelitian-penelitain yang telah ada 2. Secara Praktis

a. Bagi penyelenggara program temuan ini dapat dijadikan umpan balik untuk pengembangan lebih lanjut yang berhubungan dengan penyelenggaraan program keasaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

b. Bagi aparat pemerintah dan tokoh masyarakat setempat, temuan ini dapat dijadikan alternatif program dalam melakukan pembinaan kepada perempuan keluarga miskin sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan

c. Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang pengembangan pemberdayaan perempuan peda keluarga miskin diberbagai sektor kehidupan selain bidang pemanfaatan ekonomi keluarga melalui layanan pendidikan keasaraan usaha mandiri

F. Struktur Organisasi Tesis

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini sistematika penulisan yang digunakan pada penulisan tesis ini yaitu sebagai berikut (Pedoman penulisan karya ilmiah UPI, 2013: 20) :


(20)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I. Cakupan pada bab I berisi tentang pendahuluan yaitu meliputi latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. Cakupan pada bab II berisi tentang landasan teoritis atau kajian

teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul yaitu konsep kemiskinan, hakikat pemberdayaan perempuan, hakikat keaksaraan usaha mandiri, hakikat kesejahteraan keluarga dan program keaksaraan usaha mandiri merupakan program pendidikan luar sekolah. Bab II juga mencakup mengenai kerangka berpikir.

BAB III. Cakupan pada bab III berisi tentang metode penelitian yaitu

membahas mengenai pendekatan dan metode penelitian, subyek penelitian, definisi operasional, teknik dan analisi pengumpulan data, langkah-langkah pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan serta proses validitas data.

BAB IV. Cakupan pada bab IV berisi tentang hasil penelitian dan

pembahasan yaitu menjabarkan mengenai profil lokasi penelitian dan profil penyelenggara program, serta deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin.

BAB V. Cakupan pada bab V berisi tentang simpulan dan rekomendasi

sehubungan dengan permasalahan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA. Cakupan pada daftar pustaka berisi tentang

sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penelitian.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Cakupan pada lampiran-lampiran berisi tentang

kumpulan dari kisi-kisi, instrumen penelitian yang digunakan serta biodata penulis.


(21)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan, menganalisis fakta dan mendeskripsikan data tentang program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di PKBM Albir Salam Kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Maka untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Karena pada hakekatnya penelitian ini ingin memahami dan mengungkapkan secara mendalam bagaimana karakteristik perempuan pada kelaurga miskin, strategi pemberdayaan melalui keaksaraan usaha mandiri dan capaian kesejahteraan keluarga.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007: 4) menyatakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sementara Sugiyono (2011: 13) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah:

Metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan beberapa pengertian dan ciri-ciri metode kualitatif menurut para ahli, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian tentang program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di PKBM Albir Salam Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Dalam penelitian ini, peneliti ikut berpatisipasi lama di lapangan, mencatat hati-hati apa yang terjadi, menafsirkan dan


(22)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan makna serta melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen berdasarkan temuan-temuan di lapangan secara obyektif, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dilakukan mulai dari proses perencanaan penelitian, penentuan lokasi, pemilihan sumber informasi, melakukan pengamatan, dan pelaksanaan wawancara mendalam.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi. (Koentjaraningrat, 1993: 89)

Alasan menggunakan desain deskriptif karena dengan penelitian ini akan mampu menghasilkan deskripsi, gambaran secara mendalam mengenai proses dan peristiwa-peristiwa penting dalam penelitian.

B. Subjek Penelitian

Menurut Nazir (1982:66) mengatakan bahwa “subjek penelitian dalam studi

kasus dapat berupa individu kelompok, lembaga maupun masyarakat.”

Sedangkan menurut Nasution dalam ini (1999:66) mengatakan bahwa sampel dalam penelitian kualitatif sedikit dan terpilih menurut tujuan. Atas dasar tujuan tersebut, maka yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini dibagi ke dalam du kelompok yaitu: 1. sumber informasi, yang merupakan responden atau warga belajar yang mengikuti program keaksaraan usaha mandiri binaan PKBM Albir Salam Kec. Majasari Kab. Pandeglang berjumlah 20 orang. 2 sumber informan, yang merupakan sumber data lain yang dapat memberikan informasi berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian yang belum terungkap dari para responden dan sekaligus sebagai proses triangulasi data yang diberikan para responden, adapun yang termasuk dalam kelompok ini ialah penyelenggara dan tutor/sumber belajar.


(23)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengambilan sumber data dalam penelitian ini mengguanakan teknik purposive. Sugiyono (2010: 300) mengemukakan bahwa teknik purposive adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sumber data/subyek penelitian dapat memberikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu subyek penelitian yang dapat mengemukakan, menjelaskan, menyatakan, mendemonstrasikan, dan memperlihatkan berbagai kegiatan berkenaan dengan fokus penelitian dan aspek-aspek yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini, terutama berkenaan dengan karakteristik perempuan keluarga miskin, strategi pemberdayaan pada program keaksaraan usaha mandiri dan capaian peningkatan kesejahteraan keluarga warga belajar program keaksaraan usaha mandiri.

Karena penelitian ini pengambilan sumber data menggunakan teknik purposive maka penelitian di fokuskan pada:

1. Perempuan berusia produktif antara usia 18 sampai dengan 55 tahun 2. Mempunyai anggota keluarga yang masih bersekolah

3. Berlatar pendidikan tidak tamat sekolah dasar

Jumlah subyek penelitian tidak ditentukan secara ketat, akan tetapi tergantung pada ketercapaian redundancy (ketuntasan atau kejenuhan data). Seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2010; 302) bahwa penentuan responden dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf

“redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah subyek lagi tidak memberikan informasi yang baru). Sehubungan dengan itu maka tidak semua warga belajar dijadikan subyek penelitian, melainkan dipilih secara purposive, yaitu hanya beberapa orang warga belajar yang telah mengikuti program keaksaraan usaha mandiri di PKBM Albir Salam Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Begitu juga dengan kelompok sumber informan dipilih bebarapa orang saja yaitu penyelenggara dan tutor/sumber belajar program keaksaraan usaha mandiri.

Berdasarkan hasil studi panjajagan dan observasi serta orientasi dengan warga belajar program keaksaraan usaha mandiri serta melakukan diskusi dengan pihak penyelenggara, akhirnya didapat informasi bahwa subjek yang sesuai dengan


(24)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuan penelitian adalah 4 orang warga belajar program keaksaraan usaha mandiri. Untuk mendapatakan data yang akurat dan tepat setelah mengumpulkan hasil observasi dan wawancara dengan keempat sumber primer, maka peneliti mengadakan triangulasi dengan penyelenggara dan tutor/sumber belajar. Dengan demikian jumlah subyek penelitian seluruhnya adalah 7 orang terdiri dari 4 orang warga belajar, 2 orang tutor, dan 1 orang penyelenggara.

C. Definisi Operasional

Untuk memperjelas kearah mana penelitian ini dilaksanakan sesuai judul serta terhindar dari salah pengertian terhadap pemahaman judul penelitian ini, maka peneliti terlebih dahulu akan menjelaskan beberapa istilah sebagai fokus dalam penelitian ini yaitu:

1. Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan. (Cahya, dkk, 2007: 1)

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini kemiskinan adalah suatu keadaan serba kekurangan, artinya sumber daya ekonomi yang dimiliki tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan, karena keterbatasan mereka pada akses dalam meningkatkan taraf hidupnya.

2. Keaksaraan usaha mandiri merupakan kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan bagi peserta didik yang telah mengikuti dan atau telah mencapai kompetensi keaksaraan dasar, melalui pembelajaran keterampilan usaha (kewirausahaan) yang dapat meningkatkan produktivitas peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok sehingga diharapkan dapat memiliki mata pencaharian dan penghasilan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya. (Saryanto: 2011)


(25)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, keaksaraan usaha mandiri mengandung pengertian program atau kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraannya yang dilatihkan melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermata pencaharian yang bertujuan agar warga belajar tidak kembali buta aksara dan mempunyai bekal keterampilan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya. Keterampilan yang dibelajarkan melalui program keaksaraan usaha mandiri yang diselenggarakan oleh PKBM Albir Salam adalah keterampilan anyaman lodor.

3. Pemberdayaan perempuan menurut Ulfa (2010: 17) yaitu sebagai penguatan perempuan dalam berbagai bentuk kehidupan sosial, ekonomi, dan politik berdasarkan pada keterkaitan antara kebebasan pribadi dan aturan masyarakat yang berlaku.

Pemberdayaan perempuan pada penelitian ini dimaksudkan adalah upaya untuk menumbuhkan kekuatan-kekuatan agar perempuan mampu berkembang secara optimal dapat mengantisipasi kelemahan-kelemahan dibidang sosial, ekonomi, politik, dalam rangka membantu perekonomian keluarga. Agar perempuan tersebut mempunyai daya untuk mengatasi masalah-masalah hidupnya, maka dilakukan strategi pemberdayaan yaitu community organization, self management and collaboration, participatory approach dan education for justice.

4. Kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan yang harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan yang serius di dalam keluarga, sehingga standar kehidupan dapat terwujud (Soejipto, 1992)

Berdasarkan pendapat diatas, yang peneliti maksud dengan kesejahteraan keluarga dalam penelitian ini adalah suatu kondisi yang mana terpenuhinya kebutuhan sehari-hari baik jasmani ataupun rohani setelah mengikuti program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan sehingga


(26)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terbentuknya keluarga yang sejahtera atau taraf hidup warga belajar menjadi lebih baik.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2012: 307-308) peneliti sebagai intrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan

pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Peneliti sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

7. Peneliti sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberikan perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama dan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dalam kondisi yang sesungguhnya. Sebagai panduan, peneliti mengembangkan beberapa instrumen penelitian yaitu 1) instrumen observasi, 2) pedoman wawancara pengelola PKBM, 3) pedoman wawancara peserta didik dan 4) pedoman wawancara tutor.


(27)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilaksanakan melalui beberapaa tahapan yang menurut Nasution (1992: 33-34) terdiri dari: tahap persiapan (orientasi), tahap pelaksanaan (eksplorasi) dan tahap akhir (member check)

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang permasalahan-permasalahan yang akan diteliti sekaligus untuk memantapkan desain dan fokus penelitian berikut nara sumbernya. Tahap persiapan diawali dengan penjajakan lapangan untuk menentukan permasalahan atau fokus penelitian. Tahap persiapan ini secara rinci meliputi:

a. Penyusunan desain penelitian

b. Review dan revisi rancangan penelitian c. Penyusunan, review dan revisi instrumen d. Pengadaan instrumen terbatas

e. Orientasi kepada pihak-pihak terkait sekaligus pemantapan desain dan instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelakasanaan inai peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Berkaitan dengan pengumpulan data ini, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan yaitu: pertnyaan-pertanyaan untuk wawancara, camera, tape recorder. Peneliti mengamati dan mengikuti secara aktif jalannya kagiatan program keaksaraan usaha mandiri dan mencatat serta mendokumentasikannya. Peneliti melakukan wawancara langsung kepada subyek penelitian yaitu warga belajar, penyelenggara, dan sumber belajar berkenaan dengan karakteristik perempuan pada keluarga miskin, strategi pemberdayaan perempuan dan pencapain kesejahteraan keluarga peserta program keaksaraan usaha mandiri.


(28)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi dokumentasi dilakukan peneliti melalui dokumen yang dimiliki meliputi: profil kelurahan sukaratu, profil penyelenggara, administrasi pembelajaran, administrasi penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri, dan foto-foto yang dimiliki PKBM Albir Salam yang berkenaan dengan penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan cara terlibat secara aktif dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh warga belajar.

Setelah data-data yang dibutuhkan peneliti terkumpul, maka selanjutnya adalah kegiatan pengolahan data hasil penelitian, seperti kita ketahui bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama dan setelah dari lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun data-data dan informasi sesuai dengan kajian penelitian ini yaitu mendeskripsikan karakteristik perempuan pada keluarga miskin, strategi pemberdayaan pada keaksaraan usaha mandiri, dan capaian kesejahteraan keluarga peserta keaksaraan usaha mandiri di PKBM Albir Salam Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Selanjutnya data-data hasil pengumpulan dari lapangan dikaji secara mendalam menggunakan teori-teori dan konsep-konsep dari beberapa ahli pendidikan yang dikemukakan pada kajian teori untuk kemudian disimpulkan dan diberikan rekomendasi pada pihak-pihak yang terkait untuk lebih efektif dan efisiennya kegiatan keaksaraan usaha mandiri.

3. Tahap Akhir (member check)

Untuk mengecek kebenaran data dan informasi yang telah dikumpulkan sehingga hasil penelitian dapat dipercaya maka perlu dilakukan member check. Setiap perolehan data atau informasi selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali kepada sumber datanya.

Untuk memantapkan lagi dilakukan observasi dan triangulasi dengan sumber data dan pihak-pihak yang lebih kompeten. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalahpahaman dalam menafsirkan data atau informasi yang disampaikan tahap eksplorasi dan member check merupakan siklus artinya


(29)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi atau data yang dikumpulkan selalu diperbaiki, disempurnakan dan dimantapkan sehingga kebenarannya dapat ditingkatkan.

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, asumsi yang digunakan adalah dengan memandang bahwa realitas itu bersifat menyeluruh (holistik), tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel seperti halnya dalam kuantitatif. Adapun yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data menurut Arikunto (2006:175) adalah : “cara yang digunakan

oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan”.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam rangka memperoleh data semaksimal mungkin agar tercapai keutuhan yaitu sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi verbal secara langsung dari penyelenggara program, tutor dan warga belajar. Estenberg (2002) dalam Sugiyono (2010: 317) mendefinisikan wawancara (interview) sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint contruction of meaning abaout a

prticular topic.” Wawancara adalah merupakan pertemuan dua oarang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik.

Wawancara merupakan cara yang penting untuk memeriksa keakuratan data hasil observasi. Wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Tujuan mewawancarai seseorang adalah untuk mengetahui apa yang ada dipikiran mereka, apa yang mereka pikirkan, atau bagaimana perasaan mereka tentang sesuatu hal, dikarenakan hal-hal tersebut tidak dapat diobservasi (Nasution, 2003).

Wawancara dilakukan langsung pada warga belajar, sumber belajar/tutor, dan penyelenggaran yang terlibat dalam kegiatan ini. Adapun data yang digali melalui


(30)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara meliputi: a. karakteristik perempuan pada keluarga miskin; b. strategi pemberdayaan; dan c. pencapain kesejahteraan keluarga dari warga belajar program keaksaraan usaha mandiri.

2. Observasi

Menurut Margono (2004 : 158) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian observasi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objak ditempat kajian atau berlagsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diteliti.

b. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsung peristiwa yang akan diselidiki.

Dalam penelitian ini data yang diamati dan menjadi fokus pengamatan adalah kondisi warga belajar dan proses pembelajaran keaksaraan usaha mandiri.

3. Study Dokumentasi

Study dokumentasi menurut Sukmadinata (2005: 221) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan manganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis (diurai), dibandingkan, dan dipadukan (disintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Dalam penelitian ini, dihimpun berbagai dokumen yang terkait dengan pengelolaan kejar KUM seperti hasil pembelajaran KUM dan administrasi pengelolaan program pembelajaran serta dokumen lain yang mendukung.

4. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan prosedur yang dilakukan oleh penulis untuk mengambil sebagian atau seluruh pendapat para ahli, hal ini sebagaimana


(31)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepustakaan, yaitu teknik untuk mendapatkan data teoritis guna memperoleh pendapat para ahli dan teorinya melalui sumber bacaan”.

Teknik studi kepustakaan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari atau membaca sumber literature yang berhubungan dengan uraian pembatasan masalah yang sedang diteliti, sumbernya berasal dari buku, majalah, atau bacaan lainnya. Adapun study kepustakaan diterapkan penulis untuk memperoleh informasi menganai masalah yang berkaitan dengan konsep kemiskinan, hakikat pemberdayaan perempuan, hakikat keaksaraan usaha mandiri dan hakikat kesejahteraan keluarga.

Menurut Sudjana (2006: 214-215) bahwa, untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis data dan intreprestasi. Mengingat penelitian ini dilaksanakan melalui metode kualitatif, maka analisis penelitian dilakukan semenjak data pertama dikumpulkan sampai dengan mengikuti prosedur seperti berikut ini : (a) Reduksi Data, (b) Display Data, (c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.

1. Redukasi Data adalah meringkas kembali catatan-catatan lapangan dengan memilih hal-hal yang penting yang berhubungan dengan batasan penelitian yaitu mengenai pemberdayaan perempuan melalui keaksaraan usaha mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga perempuan keluarga miskin, kemudian ringkasan tersebut dirangkum dalam susunan yang sistematis. 2. Display Data adalah dengan cara memaparkan hasil temuan dari penelitian. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi yaitu menyimpulkan dari


(32)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Permasalahan yang tengah dihadapi bangsa ini adalah kemiskinan. Faktor penyebab terjadinya kemiskinan dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah, hal ini berpengaruh terhadap tingkat keahlian melek huruf yang rendah. Penyandang buta aksara sebagian besar adalah perempuan, yang mana menyebabkan pada rendahnya kualitas sumber daya manusianya, yang secara tidak langsung berdampak pada keterampilan dan mata pencaharian yang dimiliki oleh mereka.

Dalam kasus pada keluarga miskin di pedesaan tidak dipungkiri bahwa perempuan pada keluarga miskin pada umumnya hanya mengandalkan pendapatan dari suami atau kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. adanya tekanan sosial akan ekonomi rumah tangga yang semakin meningkat, mendorong perempuan pada keluarga miskin mencari nafkah tambahan, karena berlatar belakang pendidikan yang rendah (buta aksara) para perempuan pada keluarga miskin bekerja sebagai buruh tani, pedagang, dan pembantu rumah tangga.

Pelaksanaan program keaksaraan usaha mandiri untuk perempuan pada keluarga miskin di PKBM Albir Salam Kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang bertujuan untuk memfasilitasi warga belajar yang telah mengikuti program pendidikan keaksaraan dasar (paska program) atau telah mencapai kompetensi keasaraan dasar, dapat membaca, dan berhitung dalam rangka peningkatan pengetahuannya selain itu juga memiliki keterampilan. Dengan keterampilan tersebut dapat dipergunakan oleh mereka sebagai akses untuk peningkatan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berdasarkan hasil ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berdasarkan hasil penelitian pada program pendidikan keasaraan usaha mandiri dalam


(33)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik Perempuan pada Keluarga Miskin

Perempuan pada keluarga miskin ada yang bertempat tinggal sudah permanen dan semi permanen yang berasal dari warisan orang tua. Jumlah anggota keluarga berkisar antara 5 orang sampai dengan 8 orang. Mereka bermata pencaharian selain sebagai ibu rumah tangga tetapi juga bekerja sebagai buruh tani apabila musim bertani tiba. Pendapatan yang diperoleh sangat minim dan tidak tetap tergantung pada musiman. selain dari musim bertani mereka mengandalkan pendapatan dari para suami atau anak. Hal tersebut, dipengaruhi karena latar belakang pendidikan yang rendah, yang mana mereka tidak tamat sekolah dasar. Karena pendapatan yang minim sehingga dari segi kesehatan mereka masih belum terjangkau. Untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit, mereka meminjam atau menghutang ke sausada atau tetangga.

2. Strategi Pemberdayaan melalui Keaksaraan Usaha Mandiri

Penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri melibatkan organisasi

lokal seperti posyandu, PKK, dan majelis Ta’lim. Program lanjutan yang perlu

dilaksanakan setelah program selesai adalah program pendampingan dengan melibatkan organisasi koperasi, UKM, dan KKM. Pendekatan yang dilakukan dalam program keasaraan usaha mandiri adalah pendekatan kelompok. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dilakukan rapat dengan pengelola, tokoh masyarakat, dan tutor. warga belajar dilibatkan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Materi pembalajaran disesuaikan dengan keinginan warga belajar yang disesuaikan dengan potensi yang ada di linkgungan sekitar. Penyampaian materi menggunakan metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan pemecahan masalah. Keterlibatan dari pemerintah yaitu dari dinas pendidikan untuk memonitoring program keasaraan usaha mandiri.


(34)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Capaian kesejahteraan keluarga pada perempuan pada keluarga miskin melalui keaksaraan usaha mandiri baru mencapai beberapa indikator pada tahap keluarga sejahtera I (KS-I)

Adapun indikator yang dicapai antara lain:

a. Indikator ekonomi belum ada yang tercapai karena keterampilan yang di ajarkan belum diterapkan oleh warga belajar sebagai rangka mendapatkan pendapatan. Untuk terjadinya perubahan pada peningkatan kesejahteraan keluarga pada indikator ekonomi dibutuhkan waktu jangka panjang dengan pendampingan dan pembinaan yang serius dari pihak yang terkait bukan berarti mereka tidak dapat memenuhi indikator selanjutnya.

b. Indikator ekonomi non-ekonomi yaitu: 1) Ibadah teratur

2) Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin\ 3) Usia 6-15 tahun bersekolah

B. Rekomendasi

Rekomendasi dalam penelitian ini ditujukkan kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Pihak penyelenggara program

a. Pihak penyelenggara program dalam menyelenggarakan program harus melibatkan warga belajar dari tahap identifikasi masalah sampai dengan tahap evaluasi lebih intensif lagi agar program lebih terfokus dengan kebutuhan warga belajar.

b. Membuat inovasi-inovasi dalam mengembangkan produk keterampilan anyaman lodor.

b. Menjalin kemitraan atau kerja sama tidak hanya dengan di wilayah sekitar (masyarakat Kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang) untuk memperluas jaringan dalam memasarkan produk agar pemasaran produk lebih luas lagi. Yang terpengaruh positif pada peningkatan penghasilan warga belajar.


(35)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pihak penyelenggara senantiasa memfasilitasi apa yang menjadi aspirasi dan keluhan-keluhan yang dialami warga belajar sebelum dan sesudah mengikuti program.Bagi aparat

2. Pemerintah dan tokoh masyarakat

a. Bagi aparat pemerintah (desa atau kecamatan) dan tokoh masyarakat agar senantiasa terlibat tidak hanya pada saat penyelenggaraan program tapi juga paska penyelenggaraan program berupa memonitoring warga belajar agar merasa diperhatikan dan timbul rasa percaya diri dan keberanian

b. Diadakannya program-program pembelajaran yang bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan bagi perempuan keluarga miskin.

3. Peneliti lain

a. Penelitian dapat dilakukan dengan tema yang sama tetapi pada lokasi, sasaran, dan konten yang berbeda sehingga dapat diketahui keberhasilan dan efektifitas program pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha mandiri berbasis pemberdayaan perempuan b. Penelitian lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian

ini untuk lebih disempurnakan dalam penelitian pengembangan pelatihan yang berbasis pemberdayaan perempuan, khususnya pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di berbagai sektor kehidupan selain bidang ekonomi keluarga melalui pendidikan keaksaraan usaha mandiri.


(36)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Penerbit Intima.

Arikunto, Suharsimi. (2006).Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Auliyaaziz. (2013). PKBM (PNF) sebagai Lembaga Mitra BPPNFI. [Online].

Tersedia di: http://auliyaazizapls.blogspot.com. [Diakses 05 Maret 2014].

A’yun, Qurrati. (2012). Menitik Kembali Peran Perempuan dalam Pengentasan

Kemiskinan. [Online]. Tersedia di:

http://www.p2kp.org/wantaarsipdetil.asp?mid=4681&catid=2&. [Diakses 05 Maret 2014].

Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional VII Mataram. (2012). Juklak Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online]. Tersedia di:http://bppnfi-reg7.org/file/Juklak%20Dikmas.pdf. [Diakses 8 September 2013].

Cahya, A, Gonner, C, and Haug, M. (2007). Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga: Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat, Bogor: Center for International Research.

Coyers, Diana. (1994). Perencanaan Sosial Didunia Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal. (2012). Pendidikan Masyarakat Prioritaskan Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online] Tersedia di: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/pendidikan-masyarakat-prioritaskan-keaksaraan-usaha-mandiri. [Diakses 8 September 2013].

Febrisusanto, Gilang. (2014). Sejarah Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://gilangfebrisusanto.blogspot.com/p/sejarah-pls-fip-uny.html. [Diaskes 05 Maret 2014)

Hatimah, I, dkk. (2007). Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan (Edisi Satu). Jakarta: Universitas Terbuka.

Hiryanto. (2008). Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendidikan Nonformal. [Online]. Tersedia di: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah-ppm-pemberdayaan-masyarakat-pnf.pdf. [Diakses 05 Maret 2014].


(37)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hubeis, Aida. (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor. IPB Press.

Hudaya, D. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Bogor: IPB. Skripsi

Irhash, A, Samier. (2010). Konsep Pemberdayaan. [Online] Tersedia di: http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/konsep-pemberdayaan.html. [Diakses 5 Juni 2014]

Isbandi Rukminto, Adi. (2002). Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Kusnadi, et. Al. (2005). Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi, Implementasi. Jakarta: Dirjen Pendididkan Luar Sekolah.

Kusnadi. (2006). Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam, Yogyakarta: P,T, Lkis Pelangi Aksara.

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta. Moleong, L. J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyana, E. (2007). Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam Perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Mutiara Ilmu.

Ratnawati, Susi. (2011). Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan. [Online]. Tersedia di: http://lp3m.widyakartika.ac.id/lp3m/wp-content/uploads/2012/10/model- pemberdayaan-perempuan-miskin-perdesaan-melalui-pengembangan-kewirausahaan.pdf. [Diakses 11 Agustus 2013].

Rellisa. (2012). Pendidikan dan Pembangunan. [Online]. Tersedia di: http://rellisa-pendidikanuntukpembangunan.blogspot.com. [Diakses 05 Maret 2014].

Rothman, J. (1974). Planning, Organization for Social Change. Newyork: Colombia University Press.

Saryanto. (2011). Penyusunan Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online].

Tersedia di:

http://pkbmngudikapinteran.wordpress.com/2011/09/19/penyusunan-bahan-ajar-keaksaraan-usaha-mandiri. [Diakses 11 Agustus 2013].


(38)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soeroso, Santoso. (2005). Mengarustamakan Pembangunan Kependudukan di Indonesia. Jakarta: EGC.

Sudjana, HD. (2004). Manajemen Program Pendidikan, untuk Pendidikan NonFormal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.

___________,. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah untuk Pengembangan pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya. Bandung. Diterbitkan atas kerja sama Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2006). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

Suparjan dan Henpri Suyatno. (2003). Pengembangan Masyarakat: Dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media.

Suryadi, A. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press.

Susiati,s.dkk. (2006). Media Simulasi Makanan Ringan dan Balapan Rak Bambu Pembelajaran Pemberdayaan perempuan. Bandung: Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Regional II Jayagiri Bandung.

Susiati, Susi. (2011). Pendidikan Keaksaraan. [Online]. Tersedia di: http://desacilembu.blogspot.com/2011/10pendidikan-keaksaraan.html.

[Diakses 11 Agustus 2013].

Syukri, M. (2013). Pemberdayaan Perempuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan: Seberapa Afektifkah dalam Meningkatkan Kesetaraan Gender?. [Online]. http://www.smeru.or.id/newslet/2013/news34.pdf. [Diakses 5 Mei 2014].

Thoha, Miftah. (1993). Perilaku Organisasi-Konsep Dasar dan Aplikasinya. Cetakan ke Enam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(39)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta : Depdiknas.

Yudhistira, Geradi. (2010). Perempuan Pedesaan dan Potensinya Menyingkirkan Kemiskinan. [Online]. Tersedia di: htpp://desasejahtera.org/artikel/409-perempuan-pedesaan-dan-potensinya-menyingkirkan-kemiskinan-html. [Diakses 8 September 2013].

Yunus. L. Dadang. (2010). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Dalam Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Untuk Peningkatan Pendapatan Dan Kemandirian Berwirausaha. Bandung : PPS UPI. Tesis. Wicaksono, Eko. P. (2014). Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Meningkat jadi

28,55 Juta Jiwa. [Online]. Tersedia di:

http://bisnis.liputan6.com/read/790061/jumlah-penduduk-indonesia-meningkat-jadi-2855-juta-jiwa. [Diakses 5 Mei 2014].

Winarni, Johan. (2008). Pemberdayaan Perempuan melalui Program Keaksaraan Fungsional (KF). Bandung : PPS UPI. Tesis

Zahroh, S. Fathimatuz. (2011). Pendidikan bagi Perempuan Buta Aksara. [Online]. Tersedia di: http://17-08-1945.blogspot.com/2011/09/koran-digital-siti-fathimatuz.html. [Diakses 4 Februari 2014].


(1)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Capaian kesejahteraan keluarga pada perempuan pada keluarga miskin melalui keaksaraan usaha mandiri baru mencapai beberapa indikator pada tahap keluarga sejahtera I (KS-I)

Adapun indikator yang dicapai antara lain:

a. Indikator ekonomi belum ada yang tercapai karena keterampilan yang di ajarkan belum diterapkan oleh warga belajar sebagai rangka mendapatkan pendapatan. Untuk terjadinya perubahan pada peningkatan kesejahteraan keluarga pada indikator ekonomi dibutuhkan waktu jangka panjang dengan pendampingan dan pembinaan yang serius dari pihak yang terkait bukan berarti mereka tidak dapat memenuhi indikator selanjutnya.

b. Indikator ekonomi non-ekonomi yaitu: 1) Ibadah teratur

2) Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin\ 3) Usia 6-15 tahun bersekolah

B. Rekomendasi

Rekomendasi dalam penelitian ini ditujukkan kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Pihak penyelenggara program

a. Pihak penyelenggara program dalam menyelenggarakan program harus melibatkan warga belajar dari tahap identifikasi masalah sampai dengan tahap evaluasi lebih intensif lagi agar program lebih terfokus dengan kebutuhan warga belajar.

b. Membuat inovasi-inovasi dalam mengembangkan produk keterampilan anyaman lodor.

b. Menjalin kemitraan atau kerja sama tidak hanya dengan di wilayah sekitar (masyarakat Kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang) untuk memperluas jaringan dalam memasarkan produk agar pemasaran produk lebih luas lagi. Yang terpengaruh positif pada peningkatan penghasilan warga belajar.


(2)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pihak penyelenggara senantiasa memfasilitasi apa yang menjadi aspirasi dan keluhan-keluhan yang dialami warga belajar sebelum dan sesudah mengikuti program.Bagi aparat

2. Pemerintah dan tokoh masyarakat

a. Bagi aparat pemerintah (desa atau kecamatan) dan tokoh masyarakat agar senantiasa terlibat tidak hanya pada saat penyelenggaraan program tapi juga paska penyelenggaraan program berupa memonitoring warga belajar agar merasa diperhatikan dan timbul rasa percaya diri dan keberanian

b. Diadakannya program-program pembelajaran yang bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan bagi perempuan keluarga miskin.

3. Peneliti lain

a. Penelitian dapat dilakukan dengan tema yang sama tetapi pada lokasi, sasaran, dan konten yang berbeda sehingga dapat diketahui keberhasilan dan efektifitas program pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha mandiri berbasis pemberdayaan perempuan b. Penelitian lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian

ini untuk lebih disempurnakan dalam penelitian pengembangan pelatihan yang berbasis pemberdayaan perempuan, khususnya pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di berbagai sektor kehidupan selain bidang ekonomi keluarga melalui pendidikan keaksaraan usaha mandiri.


(3)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional Menuju

Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Penerbit

Intima.

Arikunto, Suharsimi. (2006).Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Auliyaaziz. (2013). PKBM (PNF) sebagai Lembaga Mitra BPPNFI. [Online].

Tersedia di: http://auliyaazizapls.blogspot.com. [Diakses 05 Maret 2014]. A’yun, Qurrati. (2012). Menitik Kembali Peran Perempuan dalam Pengentasan

Kemiskinan. [Online]. Tersedia di:

http://www.p2kp.org/wantaarsipdetil.asp?mid=4681&catid=2&. [Diakses 05 Maret 2014].

Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional VII Mataram. (2012). Juklak Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online]. Tersedia di:http://bppnfi-reg7.org/file/Juklak%20Dikmas.pdf. [Diakses 8 September 2013].

Cahya, A, Gonner, C, and Haug, M. (2007). Mengkaji Kemiskinan dan

Kesejahteraan Rumah Tangga: Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat, Bogor: Center for International Research.

Coyers, Diana. (1994). Perencanaan Sosial Didunia Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal. (2012).

Pendidikan Masyarakat Prioritaskan Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online]

Tersedia di: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/pendidikan-masyarakat-prioritaskan-keaksaraan-usaha-mandiri. [Diakses 8 September 2013].

Febrisusanto, Gilang. (2014). Sejarah Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://gilangfebrisusanto.blogspot.com/p/sejarah-pls-fip-uny.html. [Diaskes 05 Maret 2014)

Hatimah, I, dkk. (2007). Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan (Edisi Satu). Jakarta: Universitas Terbuka.

Hiryanto. (2008). Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendidikan Nonformal. [Online]. Tersedia di: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah-ppm-pemberdayaan-masyarakat-pnf.pdf. [Diakses 05 Maret 2014].


(4)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hubeis, Aida. (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor. IPB Press.

Hudaya, D. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di

Indonesia. Bogor: IPB. Skripsi

Irhash, A, Samier. (2010). Konsep Pemberdayaan. [Online] Tersedia di: http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/konsep-pemberdayaan.html. [Diakses 5 Juni 2014]

Isbandi Rukminto, Adi. (2002). Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan

kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Kusnadi, et. Al. (2005). Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi, Implementasi. Jakarta: Dirjen Pendididkan Luar Sekolah.

Kusnadi. (2006). Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber

Daya Alam, Yogyakarta: P,T, Lkis Pelangi Aksara.

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta. Moleong, L. J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyana, E. (2007). Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam Perspektif

Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Mutiara Ilmu.

Ratnawati, Susi. (2011). Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan

Melalui Pengembangan Kewirausahaan. [Online]. Tersedia di: http://lp3m.widyakartika.ac.id/lp3m/wp-content/uploads/2012/10/model- pemberdayaan-perempuan-miskin-perdesaan-melalui-pengembangan-kewirausahaan.pdf. [Diakses 11 Agustus 2013].

Rellisa. (2012). Pendidikan dan Pembangunan. [Online]. Tersedia di: http://rellisa-pendidikanuntukpembangunan.blogspot.com. [Diakses 05 Maret 2014].

Rothman, J. (1974). Planning, Organization for Social Change. Newyork: Colombia University Press.

Saryanto. (2011). Penyusunan Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online].

Tersedia di:

http://pkbmngudikapinteran.wordpress.com/2011/09/19/penyusunan-bahan-ajar-keaksaraan-usaha-mandiri. [Diakses 11 Agustus 2013].


(5)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soeroso, Santoso. (2005). Mengarustamakan Pembangunan Kependudukan di

Indonesia. Jakarta: EGC.

Sudjana, HD. (2004). Manajemen Program Pendidikan, untuk Pendidikan

NonFormal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

___________,. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah untuk

Pengembangan pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya.

Bandung. Diterbitkan atas kerja sama Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2006). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,

Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial.

Bandung : PT. Refika Aditama.

Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

Suparjan dan Henpri Suyatno. (2003). Pengembangan Masyarakat: Dari

Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media.

Suryadi, A. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar: Konsep, Kebijakan dan

Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press.

Susiati,s.dkk. (2006). Media Simulasi Makanan Ringan dan Balapan Rak Bambu

Pembelajaran Pemberdayaan perempuan. Bandung: Balai Pengembangan

Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Regional II Jayagiri Bandung.

Susiati, Susi. (2011). Pendidikan Keaksaraan. [Online]. Tersedia di: http://desacilembu.blogspot.com/2011/10pendidikan-keaksaraan.html.

[Diakses 11 Agustus 2013].

Syukri, M. (2013). Pemberdayaan Perempuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan: Seberapa Afektifkah dalam Meningkatkan Kesetaraan Gender?. [Online]. http://www.smeru.or.id/newslet/2013/news34.pdf. [Diakses 5 Mei 2014].

Thoha, Miftah. (1993). Perilaku Organisasi-Konsep Dasar dan Aplikasinya. Cetakan ke Enam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

Herlina Siregar, 2014

Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta :

Depdiknas.

Yudhistira, Geradi. (2010). Perempuan Pedesaan dan Potensinya Menyingkirkan

Kemiskinan. [Online]. Tersedia di:

htpp://desasejahtera.org/artikel/409-perempuan-pedesaan-dan-potensinya-menyingkirkan-kemiskinan-html. [Diakses 8 September 2013].

Yunus. L. Dadang. (2010). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Dalam

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Untuk Peningkatan Pendapatan Dan Kemandirian Berwirausaha. Bandung : PPS UPI. Tesis.

Wicaksono, Eko. P. (2014). Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Meningkat jadi

28,55 Juta Jiwa. [Online]. Tersedia di:

http://bisnis.liputan6.com/read/790061/jumlah-penduduk-indonesia-meningkat-jadi-2855-juta-jiwa. [Diakses 5 Mei 2014].

Winarni, Johan. (2008). Pemberdayaan Perempuan melalui Program Keaksaraan

Fungsional (KF). Bandung : PPS UPI. Tesis

Zahroh, S. Fathimatuz. (2011). Pendidikan bagi Perempuan Buta Aksara. [Online]. Tersedia di: http://17-08-1945.blogspot.com/2011/09/koran-digital-siti-fathimatuz.html. [Diakses 4 Februari 2014].