Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Wawan Hermawan

NIM 1112054100028

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

iv 1112054100028

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Kasus Pada Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Kecamatan Rajeg,

Kabupaten Tangerang)

Implementasi merupakan proses yang sangat penting dalam suatu kebijakan. Kadangkala, implementasi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. PNPM Mandiri adalah program yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat baik melalui penguatan modal maupun kelembagaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Kecamatan Rajeg dan untuk mengetahui manfaat yang terjadi dalam pelaksanaan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Rajeg. Adapun studi ini akan menjawab: Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan (PNPM-MP) dalam Kegiatan Simpan Pinjam di Kecamatan Rajeg; serta Manfaat Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Bagi Masyarakat di Kecamatan Rajeg.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan 3 orang informan pendukung dan 8 orang informan utama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder, dan teknik analisa data dilakukan dengan analisa data kualitatif purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi PNPM MP pada Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Rajeg memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya perempuan yakni meningkatnya taraf hidup keluarga dengan adanya bantuan modal usaha. Adapun manfaat yang telah diterima oleh peserta simpan pinjam secara sosial, ekonomi dan budaya; peserta lebih aktif dalam mengikuti kegiatan sosial di lingkungan; penghasilan usaha peserta meningkat 50%; peserta mampu berpikir terbuka dalam lingkungan sosialnya. Diharapkan sebelum Implementasi PNPM MP dilakukan seluruh pengurus yang terlibat di dalamnya harus mampu memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya keterlibatan mereka sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi akan lebih baik. Perlu adanya pelatihan bagi seluruh pengurus kelompok Simpan Pinjam Perempuan yakni ketua, sekretaris dan bendahara sehingga mereka dapat mengelola kelompok dengan baik serta adanya pembagian tugas yang seimbang. Pemerintah perlu membuat pelatihan pekerja PNPM dalam bidang pemberdayaan sosial sehingga proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan dapat dilakukan dengan lebih baik.


(6)

v

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan, penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Hj. Nunung Khoiriyah, M.Ag, Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

5. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta membantu literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.


(7)

vi

7. Pihak PNPM Mandiri Kecamatan Rajeg Pak Hasan, Pak Arif, Bu Ipah dan Bu Asna yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.

8. Kedua orang tua Bapak Abdul Rosyid dan Ibu Suheti, terima kasih untuk semua doanya, untuk semua Jasa-jasanya dan semua Pengorbanannya.

9. Kakak-kakak dan adik-adik saya Heriyanto, Maria Ulfah, Siti Hernawati, Jamaludin Siti Raudotul Janah dan Kayla Almera Farzana, terima kasih atas dukungan moril dan materiil dalam menempuh studi selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10.Sahabat dan teman-teman seperjuagan Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2012

(Fahri, Nikmal, Yoga, Yunus, Erik, Ican, Iqbal, Dado dan Kiki S.Sos) yang terus memberikan dukungan dan support dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Juni 2016


(8)

vii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1. Pembatasan Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian ... 10

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

2. Pendekatan Penelitian ... 11

3. Jenis Penelitian ... 12

4. Sumber Data ... 13

5. Teknik Pemilihan Informan ... 14

6. Teknik Pengumpulan Data ... 15

7. Teknik Analisa Data ... 18

8. Teknik Keabsahan Data ... 19

9. Teknik Penulisan ... 20

E. Tinjauan Pustaka ... 20

F. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II LANDASAN TEORI ... 23

A. Pemberdayaan Sosial ... 20

1. Pengertian ... 20

2. Tujuan Pemberdayaan Sosial ... 22

3. Indikator Pemberdayaan Sosial ... 23

4. Tahapan Pemberdayaan Sosial 5. Strategi Pemberdayaan Sosial ... 24

B. Pinjaman dan Modal ... 41


(9)

viii

b. Jenis-jenis Modal ... 45

C. Metode Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Kegiatan Simpan Pinjam ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ... 40

A. Sejarah PNPM Mandiri Perdesaan ... 40

B. Visi dan Misi ... 40

C. Struktur Kepengurusan PNPM Mandiri Perdesaan ... 42

D. Prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan ... 43

E. Jenis-Jenis Program PNPM Mandiri Perdesaan ... 43

F. Kelompok Simpan Pinjam Perempuan ... 60

1. Sejarah Kelompok Simpan Pinjam ... 60

2. Pengertian Simpan Pinjam ... 63

3. Tujuan Simpan Pinjam ... 63

4. Sasaran, Bentuk dan Ketentuan Simpan Pinjam ... 64

a. Sasaran Program... 64

b. Bentuk Kegiatan ... 65

c. Ketentuan Kelompok Simpan Pinjam ... 66

d. Syarat Simpan Pinjam ... 67

e. Penentuan Jasa Pinjaman ... 67

f. Jangka Waktu Pinjaman ... 67

g. Jadwal Angsuran ... 67

h. Ketentuan Pendanaan ... 68

i. Pengawasan Simpan Pinjam ... 68

5. Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri Perdesaan ... 69

6. Prestasi PNPM Mandiri Perdesaan ... 75

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 75

A. Proses Pelaksanaan Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 78

1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ... 78

a. Tahap Persiapan (Engagement)... 78

b. Tahap Assesment ... 78

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program ... 78

d. Tahap Formulasi Rencana Aksi ... 83

e. Tahap Pelaksanaan Program ... 85

f. Tahap Monitoring dan Evaluasi ... 86


(10)

ix

4. Manfaat Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 95

a. Manfaat Ekonomi ... 95

b. Manfaat Sosial ... 98

c. Manfaat Budaya ... 99

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan fonemena sosial yang menjadi permasalahan utama di Indonesia. Kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Jika dalam pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter, dimana kemiskinan diukur dengan membandingkan pendapatan/konsumsi individu dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap miskin. Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan tidak hanya sebatas ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat (World Bank Institute 2005). 1

Batasan yang digunakan dalam menentukan penduduk miskin salah satunya adalah “garis kemiskinan” yaitu berdasarkan pengeluaran penduduk untuk konsumsi makanan yang mencapai 2100 kalori per hari. Angka kemiskinan Kabupaten Tangerang pada tahun 2010 sebesar 7,18 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 6,55 persen. Berdasarkan data Susenas 2010, jumlah penduduk miskin di Tangerang sekitar 205.100 orang. Sedangkan garis kemiskinan untuk tahun 2010 sebesar 258.155

1

Kementrian Sosial Republik Indonesia, Analisis Data Kemiskinan, (Jakarta: Kemensos RI, 2012), h. 4.


(12)

rupiah/kapita/bulan.2 Kemiskinan terjadi karena beberapa sebab. Loekman Soetrisno mengutip pendapat Robert chambers, menyatakan bahwa kemiskinan yang dialami oleh rakyat Negara sedang berkembang, khususnya rakyat Perdesaan, disebabkan oleh beberapa faktor yang disebut sebagai ketidakberuntungan atau disadvantages yang saling terkait satu sama lain. Menurut Robert Chambers ada lima “ketidakberuntungan” yang melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin, yaitu: Pertama, kemiskinan (poverty),

Kedua, fisik yang lemah (physical weakness), Ketiga, keterasingan (isolation),

Keempat, kerentanan (vulnerability),dan Kelima, kerentanan (vulnerability).3 Menurut World Bank Institute (2005), ada 4 (empat) alasan mengapa kemiskinan itu diukur. Pertama adalah untuk membuat orang miskin terus berada dalam agenda, jika kemiskinan tidak diukur, maka orang miskin akan mudah terlupakan. Kedua, orang harus mampu mengidentifikasi orang miskin jika salah satu tujuannya adalah untuk keperluan intervensi dalam rangka mengentaskan kemiskinan. Ketiga adalah untuk memantau dan mengevaluasi proyek-proyek atau kebijakan intervensi yang diarahkan kepada orang miskin. Terakhir adalah untuk mengevaluasi efektivitas lembaga-lembaga pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.4

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan

2

Susenas Stada Kabupaten Tangerang,” Angka Kemiskinan Kabupaten

Tangerang,”artikel diakses pada 8 Maret 2016 dari http:// www.bps.go.id/2016/803/.html

3

Loekman Sutrisno, Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 120.

4

Kementrian Sosial Republik Indonesia, Analisis Data Kemiskinan, (Jakarta: Kemensos RI, 2012), h. 4.


(13)

desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Ekowati, dkk 2005).5 Dalam hal ini keterlibatan pemerintah dalam menyikapi fenomena kemiskinan sangatlah penting, karena menjadi tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya sesuai Undang – Undang Dasar Republik Indonesia No.13 Tahun 2011, tentang penanganan fakir miskin. Untuk mengatasi keadaan ini pemerintah telah melakukan berbagai usaha dalam rangka mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Usaha-usaha tersebut terlihat dalam berbagai program bantuan sosial , program beras untuk rakyat miskin (raskin), program bantuan langsung tunai (BLT), program keluarga harapan (PKH) dan lain sebagainya.

Namun dalam kenyataannya, berbagai program yang dilaksanakan pemerintah masih belum dapat mengentaskan kemiskinan yang ada. Kurangnya lapangan pekerjaan dan sulitnya masyarakat khususnya perempuan untuk memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya membuat banyak masyarakat sulit keluar dalam zona kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan tujuan pokok penanggulangan kemiskinan ini menitik beratkan pada usaha meningkatkan kemandirian masyarakat. Mengedepankan partisipasi masyarakat sehingga tujuan pokoknya dapat tercapai jika kesejahteraan masyarakat meningkat melalui pelatihan serta penyediaan sarana dan prasarana sosial dasar ekonomi. Tujuan tersebut juga dapat diperkuat dalam Undang-Undang Desa No.6 Tahun2014 Tentang

5Arpan Siregar, “

Model dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan.”Artikel diakses pada 10 Maret 2016 dari https://arpansiregar.wordpress.com


(14)

Desa Bab I Pasal 4 Poin h yang menyatakan bahwa dalam pengaturan Desa bertujuan untuk memajukan perekonomian masyarakat serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Kemajuan ekonomi dan kesetaraan pembangunan dapat diatasi dengan salah satu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) yakni program simpan pinjam perempuan diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya. Melalui program PNPM Mandiri Perdesaan ini juga diharapkan nantinya masyarakat mampu belajar mengembangkan usaha yang produktif demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lain di sekitar mereka. Hal ini sejalan pula dengan Undang Undang Kesejahteraan Sosial dalam Bab III tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian keempat, Pemberdayaan Sosial, pasal 12 ayat 2e tentang Pemberian Bantuan Usaha.6

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Kecamatan Rajeg mempunyai kegiatan pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu kegiatan yang memberikan kemudahan bagi rumah tangga miskin untuk mendapatkan permodalan dan meningkatkan usaha ekonomi. Pengelolaan dana bergulir adalah seluruh dana program yang bersifat pinjam dari Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang digunakan oleh masyarakat untuk mendanai kegiatan ekonomi masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-kelompok masyarakat yaitu kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan kelompok

6

Adi Fachrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2012). h. 124.


(15)

Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok perempuan dengan aktivitas/kegiatan pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman. Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam Perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan.

Program SPP di Kecamatan Rajeg ini telah mencapai 288 kelompok yang berasal dari 13 Desa/Kelurahan yaitu 12 Desa dan 1 Kelurahan di Kecamatan Rajeg. Program SPP ini terbentuk dalam kelompok yang terdiri dari 6-10 anggota perempuan berasal dari Desa/Kelurahan yang sama. PNPM Kecamatan Rajeg memberikan pinjaman mulai dari Rp. 500.000,- s.d Rp. 5000.000,- pinjaman diberikan secara bertahap jika kelompok SPP memenuhi kebijakan yang ditentukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rajeg.7

Beberapa prestasi pun pernah diperoleh PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rajeg yaitu juara I administrasi dan peminjaman terbaik se-Kabupaten Tangerang tahun 2012, juara II administrasi dan peminjaman terbaik se-Provinsi Banten 2007 dan menjadi lokasi studi banding PNPM Mandiri Perdesaan dalam kunjungan studi banding se-Indonesia tahun 2008.8

Namun pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang dilaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

7

Wawancara Pribadi dengan Asnawari, Tangerang, 18 Januari 2016.

8


(16)

(PNPM-MP), tidak berjalan dengan mulus ada beberapa permasalahan yang sering muncul di antaranya masih ada anggota kelompok SPP yang kabur sehingga proses pembayaran tidak berjalan lancar, PNPM Mandiri Kecamatan Rajeg masih kesulitan dalam mengelola kelompok SPP jika terjadi konflik kelompok, pembinaan kelompok dan pemberian dalam memfasilitasi kelompok SPP karena tidak adanya pekerja profesional dalam bidang sosial.9

Dalam istilah umum, Pinjaman dapat diartikan sebagai penyaluran dana kepada masyarakat.10 Penyaluran dana kepada masyarakat dengan arti menyalurkan dana tidak dengan cuma-cuma layaknya bantuan hibah. Penyaluran dana yang harus dikembalikan lagi oleh masyarakat kepada pengelola dengan kesepakatan bersama. Pinjam meminjam („Ariyah) menurut istilah syari'at islam adalah akad atau perjanjian yang berupa pemberian manfaat dari suatu benda yang halal dari seseorang kepada orang lain tanpa adanya imbalan dengan tidak mengurangi ataupun merubah barang tersebut dan nantinya akan dikembalikan lagi setelah diambil manfaatnya.11

Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al- Ma'idah/5: 2 berikut:

تو

ن ٰو ۡدعۡلٱو مۡث ۡۡٱ لع ْا نواعت َو ٰۖ ۡقَتلٱو ِربۡلٱ لع ْا نواع

9

Wawancara Pribadi dengan Arief Subrowi, Tangerang, 20 Januari 2016.

10

Kasmir,kewirausahaan, (Jakarta: Pt Rajagrafindo, 2006). h. 122.

11

H. Sulajman Rasyid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014) cet ke-62. h. 322.


(17)

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong berbuat dosa dan permusuhan."12

Esensi yang dapat diambil dari pinjam meminjam adalah bertujuan untuk tolong menolong di antara sesama manusia. Dalam hal pinjam meminjam adalah tolong menolong melalui dan dengan cara meminjamkan suatu benda yang halal untuk diambil manfaatnya. Oleh karena itu, kegiatan simpan pinjam merupakan kegiatan yang baik dapat membantu dalam pengentasan kemiskinan melalui bentuk peminjaman modal dan juga bernilai ibadah di dalam agama.

Akan tetapi walaupun pelaksanaan program simpan pinjam telah berlangsung lama sejak tahun 2007 lalu dalam pemberian modal usaha, pada kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat Rajeg, terutama Rumah Tangga Miskin (RTM) masih merupakan masyarakat yang tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Melihat pada kondisi tersebut maka dirasakannya penting untuk melakukan penelitian “Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan Rajeg”. Hal ini dikarenakan program simpan pinjam merupakan suatu bentuk implementasi pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi formal yang terus dikembangkan dan diperuntukkan bagi rumah tangga miskin itu sendiri. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena selain belum banyak yang

12Departemen Agama, “

Al-Quran dan Terjemah”(Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012).


(18)

diteliti, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan tambahan informasi tentang implementasi PNPM-MP di Perdesaan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berfokus pada Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan Rajeg, dan penelitian ini berfokus pada bagaimana perkembangan masyarakat sebelum dan setelah mengikuti program simpan pinjam di PNPM-MP Kecamatan Rajeg.

b. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, peneliti membatasi permasalahan ke dalam perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan (PNPM-MP) dalam Kelompok Simpan Pinjam di Kecamatan Rajeg?

2. Apakah Manfaat Pelaksanaan Kelompok Simpan Pinjam dalam meningkatkan status ekonomi keluarga miskin di Kecamatan Rajeg?


(19)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk menggambarkan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Kelompok Simpan-Pinjam Perempuan (PNPM-MD KSPP) di Kecamatan Rajeg. 2. Untuk menjelaskan manfaat pelaksanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPM-MP) dalam meningkatkan status ekonomi keluarga miskin di Kecamatan Rajeg.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang sebagai tindak lanjut dari apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu:

1. Manfaat Teoritis

1) Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti.

2) Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.


(20)

3) Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

1) Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

2) Dapat memberi masukan bagi para pihak yang berkepentingan dan referensi bagi penelitian berikutnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian a) Tempat Penelitian

Lokasi penelitian mengambil di Kecamatan Rajeg. Disana peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dari pengurus PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg dengan observasi terlebih dahulu, wawancara langsung dan untuk mendapatkan data tertulis seperti dokumen dan data-data yang mendukung penelitian, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan simpan pinjam PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg serta untuk mendapatkan bagaimana respon masyarakat setempat tentang pengelolaan simpan pinjam PNPM tersebut, peneliti dalam hal ini melakukan wawancara dengan warga dan mencatat data yang di dapat dari pengelola PNPM tersebut.


(21)

Alasan penulis memilih lokasi penelitian di PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg sudah banyak memiliki pengalaman dan prestasi yang diraih. Selain itu juga, PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg sendiri sudah berdiri selama 12 tahun, yaitu semenjak tahun 2004 melalui progam PPK. Namun peresmiannya menjadi PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2007.

b)Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016 hingga Mei 2016.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Miles dan Hubermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy j Moelong, penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah


(22)

wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.13

Jadi, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan subyek yang diamati oleh penulis, di mana peneliti tidak hanya meneliti perilaku subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan keseharian subyek dalam rangka memberdayakan mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan cara persaingan yang sehat dengan para pedagang usaha mikro lainnya.

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan dari pengurus PNPM dan masyarakat serta beberapa dokumen yang berkaitan dengan simpan pinjam untuk memberikan gambaran penyajian laporan pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg.

Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remeja Rosda Karya, 2007), cet-23, h.11.


(23)

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.14

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan sekunder.

a) Data Primer

Data primer sendiri terbagi menjadi 2 sumber data :

1) Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian, yaitu data dari masyarakat di Kecamatan Rajeg, baik yang terlibat langsung mau tidak langsung dalam kegiatan pengelolaan simpan pinjam PNPM.

2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari berbagai staf pegawai dan pengelola simpan pinjam PNPM yang terkait dalam pengelolaan simpan pinjam di Kecamatan Rajeg. b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang peneliti peroleh baik berupa dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya maupun gambar atau benda yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder ini peneliti peroleh dari PNPM, media massa, jurnal, buku dan lain-lain.

14

Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 201.


(24)

5. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk penentuan subjek dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan). Purposive sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kita memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini bukanlah jumlah informan, melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.15 Peneliti memilih 11 (sebelas) sampel dalam penelitian ini diantaranya 3 orang Informan pendukung yaitu 2 orang dari UPK Kepala UPK Bapak Abdul Hasan, S.E., M.pd dan Staff Bapak Arif Subrowi, 1 orang dari Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Bapak Rasim, S.H, serta 8 orang Informan utama yaitu Ibu Nadiroh ketua kelompok anggrek, Ibu Sofa (Uni) ketua kelompok mawar, Ibu Asminah anggota kelompok berkah, Ibu Yayat Anggota kelompok berkah, Ibu Erna Anggota kelompok berkah, Ibu Suryati bendahara kelompok anggrek, Ibu Ajizah bendahara kelompok anggrek dan Ibu Erna anggota kelompok berkah. Alasan peneliti memlilih informan tersebut merupakan hasil masukan dari UPK yang diyakini memiliki kemampuan untuk memberikan informasi kepada

15

Nanang Martono, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.79.


(25)

peneliti dalam proses pelaksaanaan dan manfaat pelaksanaan PNPM. Informan yang di pilih peneliti telah bergabung dengan PNPM lebih dari 5 tahun, dengan waktu yang cukup lama tersebut peneliti yakin bahwa mereka mempunyai capability dalam memberikan informasi yang akurat kepada penelitian ini.

Berikut ini tabel informan dan objek yang terpilih dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

Tabel 1.1 Rancangan Informan

No Informan Informasi Yang Dicari Jumlah

1 Kepala dan Staff di UPK PNPM Rajeg

Gambaran lembaga, latar belakang lembaga, kegiatan lembaga, faktor penghambat program dalam PNPM Kecamatan Rajeg.

2 orang

2 Peserta Simpan Pinjam Perempuan

Pelaksanaan program lembaga dan manfaat yang dirasakan oleh peserta simpan pinjam PNPM Kecamatan Rajeg.

8 orang dari 4 kelompok.

3 Mitra Kerja UPK (BKAD dan BP-UPK)

Pelaksanaan program simpan pinjam PNPM, dan pengawasan program simpan pinjam PNPM Kecamatan Rajeg.


(26)

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data sebagai berikut :

a) Wawancara

Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawaancara untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti dari yang diwawancarai. Sedangkan menurut W. Gulo wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka. Dengan wawancara, proses wawancara data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.16

Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaanya akan diajukan telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu bentuk catatan.17

Wawancara yang dilakukan peneliti sebanyak sebelas kali (11x) wawancara, satu kali (1x) wawancara dengan kepala UPK, (1x) satu kali wawancara dengan pekerja UPK PNPM Kecamatan Rajeg, dua kali (1x) wawancara dengan Badan Kerjasama Antar Desa Kecamatan Rajeg dan delapan kali (8x) wawancara kepada

16

W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h.119.

17

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Malang: PT Bumi Aksara, 2013), h. 160.


(27)

para peserta simpan pinjam perempuan UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg. Kegiatan wawancara ini dilakukan pada 17 April sampai dengan 25 April 2016 yang bertempat di UPK Kecamatan Rajeg dan rumah peserta simpan pinjam perempuan UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg. Waktu yang dilakukan oleh peneliti untuk wawancara pukul 10.00. Wib sampai dengan pukul 16.00. Wib.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.18

7. Teknik Analisa Data

Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data. Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.19

18

Ibid,. h. 216. 19


(28)

Miles dan Hubermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy j Moelong ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:20

a) Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang relevan dengan proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg.

b) Penyajian data, setelah data mengenai proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel, dan lain sebagainya.

c) Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh dengan kenyataan yang ada pada saat penelitian. Adapun Ketekunan Pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Teknik ini sengaja

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000) cet ke-13, h. 103.


(29)

dipilih penulis karena sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan penelitian kualitatif.

9. Teknik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, (skripsi, tesis, disertai). Diterbitkan oleh ceQDA (Center For Quality Development an Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun 2007.21

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa tulisan yang membahas tentang implementasi PNPM Mandiri dalam kegiatan Simpan Pinjam, beberapa skripsi sebagai berikut:

a. Studi Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Kelurahan Pondok Labu. Oleh Ahmad Ghozali Kesejahteran Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2012). b. Pemberdayaan Masyarakat melalui Simpan Pinjam (studi kasus

Program Simpan Pinjam di BMT Khairul Ummah Leuwi, Liang-Bogor. Oleh Lia Fitria Farhana Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2009).

21


(30)

c. Pengaruh Pinjaman Modal Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri Perdesaan serta Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten Kebumen. Oleh Riri Tri Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (2014).

Penulis tidak menafikan diri bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak data-data yang diambil dari studi tersebut, meskipun hanya sebagai data sekunder yang berfungsi sebagai pelengkap data primer.

Skripsi yang peneliti angkat ini merupakan komplikasi analisa dari literatur-literatur yang ada untuk membahas tentang Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan) dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan Rajeg.


(31)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi:

I. Bab I yaitu pendahuluan, pada bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

II. Bab II yaitu tinjauan pustaka, pada bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, berisi rangkaian teori yang menunjang objek penelitian.

III. Bab III yaitu metode penelitian, pada bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

IV. Bab IV yaitu deskripsi lokasi penelitian, pada bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

V. Bab V yaitu analisis data, pada bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

VI. Bab VI yaitu penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam praktik pekerjaan sosial, Pembangunan sosial dan pemberdayaan masyarakat mempunyai kedekatan makna. Pembangunan sosial dan pengembangan masyarakat saling terkait meskipun berbeda dalam praktiknya. Dapat dikatakan bahwa Pengembangan masyarakat merupakan bentuk dari pekerjaan komunitas yang berusaha menyelesaikan masalah kelompok lokal secara bersama-sama sedangkan pembangunan sosial merupakan aplikasi dari pengembangan masyarakat di negara berkembang sebagai keseluruhan aspek pembangunan sosial dan ekonomi.22

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development di mana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat di ibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu kebijakan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan yang strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk

22

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 95.


(33)

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara optimal serta secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologinya.23

1. Teori Pemberdayaan (Empowerment)

Teori pemberdayaan muncul dari kesulitan praktik ekonomi liberal. Dalam praktik pekerjaan sosial, Pemberdayaan membantu individu dan kelompok mendapatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi dengan cara meningkatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi dengan cara meningkatkan kepercayaan diri untuk menggunakan kekuasaan serta mentransfer kekuatan dari kelompok dan individu.24

Menurut Wrihatnolo dan Riant istilah pemberdayaan diambil dari bahasa asing, yaitu empowerment, yang juga dapat bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu, tetapi juga mempunyai kuasa.25

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasan (empowerment),

berasal dari kata dari kata „power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Secara harfiah bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau

23

Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 102.

24

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 49.

25

Wrihatnolo, dkk. Manajemen pemberdayaan, Sebuah Pangantar dan Panduan Untuk Pembardayaan Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 2007), h. 1.


(34)

peningkatan “ kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantage).26

Zastrow mendefinisikan konsep pemberdayaan (empowerment)

sebagai proses menolong individu, keluarga, kelompok dan komunitas untuk meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, sosial ekonomi, dan politik dan pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidupnya.27

Beberapa ahli juga mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan:

a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak beruntung.28

b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.29

26

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Bandung: Humaniora, 2008), h. 96.

27

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 51.

28

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memerdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 58.

29


(35)

c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.30

d. Pemberdayaan adalah suatu cara usaha pengalokasian kembali kekuasaan diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rapport).

Menurut Ife, pemberdayaan berarti “providing people with the

resources, opportunities,knowledges, and skills to increase their capacity to determine their own future, and to participate in and affect the life of their

community.” Pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan kepada masyarakat dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Selanjutnya menurut Sumodiningrat pemberdayaan berarti meningkatkan kemampuan atau kemandirian.31

Dengan demikian pemberdayaan dapat dilihat sebagai proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan ialah Self-development and coordination di mana pemberdayaan memberikan dorongan agar subjek mampu melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas. Dan sebagai tujuan, pemberdayaan mampu membawa ekonomi, sosial dan ekologi ke gerbang yang dinamis, lingkungan

30

Soetama, Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, Januari 2011), h. 36.

31

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1999), h. 134.


(36)

yang strategis dan masyarakat mampu untuk memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah perwujudan capita building yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia melalui pengembangan kelembagaan pembangunan sistem sosial ekonomi rakyat, sarana dan prasarana, serta pengembangan 3P, yaitu:

1. Pendampingan, yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat,

2. Penyuluhan, yang dapat merespon dan memantau ubahan-ubahan yang terjadi di masyarakat, dan

3. Pelayanan, yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketetapan distribusi asset sumber daya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat.

Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) pihak


(37)

yang diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi.32

Dalam pemberdayaan, diperlukan suatu perencanaan yang didalamnya terkandung prinsip-prinsip pemberdayaan, yaitu adanya pihak-pihak yang memberdayakan (community worker) dan pihak yang diberdayakan (masyarakat). Antara kedua pihak harus saling mendukung sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan hanya dijadikan objek, tetapi lebih diarahkan sebagai subjek (pelaksana). Kartasasmita menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui 3 proses33, yaitu:

1. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya manusia atau masyarakat tanpa daya,

2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana,

3. memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi

32

Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. (Jakarta: Bappenas, 1996), h. 249.

33

Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. (Jakarta: Bappenas, 1996), h. 193.


(38)

bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.

Menurut Shardlow34 (Adi,2001:54-55), pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana kelompok atau individu komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah;

1. Masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. 2. Masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.

3. Proses pelaksanaan pembangunan sudah berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku.

4. Proses pembangunan terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat.

5. Respon masyarakat terhadap kegiatan program pembangunan tersebut sudah baik.

6. Telah melibatkan masyarakat dalam musyawarah peran pembangunan.

7. Hasil pelaksanaan pembangunan dapat dinikmati masyarakat. 8. Pemerintah dapat mempertanggungjawabkan hasil

pemberdayaan pelaksanaan pembangunan.

34

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 54-55.


(39)

9. Terlaksananya demokrasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan.

10.Sesuai dengan permintaan atau harapan masyarakat dengan program pemerintah yang terlaksana.

Menurut Soegijoko, terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus terarah yakni berpihak pada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu di dampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilisator, komentator dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian.35

3. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok lemah dan rentan sehingga mereka memilki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas

35

Soegijoko dan Kusbiantoro. Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan diIndonesia. (Jakarta: Grasindo, 1997), h. 179.


(40)

dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.36

Dalam hal ini Kartasasmita mengemukakan bahwa upaya memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui tiga cara yaitu:

a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, kondisi ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Hakikat dari kemandirian dan keberdayaan rakyat adalah keyakinan bahwa rakyat memiliki potensi untuk mengorganisasi dirinya sendiri dan potensi kemandirian tiap individu perlu di berdayakan.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana dan fasilitas yang dapat diakses oleh lapisan masyarakat paling bawah.

c. Memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah jangan sampai yang bertambah lemah atau makin terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,

36

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 58.


(41)

perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat, melindungi dan membela harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak berimbang dan eksploitasi atas yang lemah.37

Dari penjelasan di atas, peneliti memahami bahwa tujuan pemberdayaan dapat dilihat dari segi ekonomi, sosial dan hukum. Karena dalam tujuan pemberdayaan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

basic needs (sandang, pangan dan papan), dapat memperoleh pelayanan sosial, kesehatan dan pendidikan serta mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang dapat mempengaruhi masyarakat. Dan upaya dalam memberdayakan masyarakat dapat dilakukan melalui empat dasar pendekatan, yaitu komunikasi, informasi, edukasi dan advokasi. Melalui keempat dasar ini pemberdayaan dapat dijalankan dengan baik.

4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan mencakup tiga indikator yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif sebagai berikut:38

a. Indikator Kompetensi Kerakyatan

37

Ken blanched, Pemberdayaan Bukan Perubahan Sekejap Ed 2 (Yogyakarta, Amara Books 2002) cet ke 1 h. 151.

38Miftakhul Yakin, Azfandi. “Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesa

an di

Kabupaten Brambang” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Magister Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Vol, 4. No.2 (April 2016). h. 367.


(42)

Indikator kompetensi kerakyatan dipengaruhi oleh pemberdayaan yang berbasis sosial ekonomi kerakyatan kemudian difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga dalam proses produksi seperti akses informasi, pengetahuan, dan ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan akses kepada sumber-sumber keuangan.

b. Indikator kemampuan sosiopolitik

Pemberdayaan sosiopolitik difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga ke dalam proses pengambilan keputusan publik yang mempengaruhi masa depannya.

c. Kompetensi partisipatif

Pendekatan pembangunan dilakukan melalui pembangunan dengan sistem partisipatif. Artinya, hasil pembangunan bukan lagi bersifat given dan charity, tapi lebih menggunakan model pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diperlakukan sebagai subyek/pelaku pembangunan yang berperan aktif dalam upaya menentukan bentuk program yang akan dilangsungkan. Atau dengan kata lain pembangunan partisipatif adalah (1) pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subyek atas program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan mereka sendiri; (2) Pelibatan masyarakat mulai dari tahap


(43)

perencanaan-pelaksanaan-monitoring-evaluasi; dan (3) Pengerahan massa (baca: mobilisasi) diperlukan jika program berupa padat karya.39

Untuk mencapai indikator keberdayaan tersebut diperlukan peran pendamping bagi masyarakat miskin yang ingin di berdayakan tersebut, oleh karenanya pekerjaan sebagai pendamping bukan merupakan suatu tugas yang mudah. Pendampingan adalah suatu keahlian dapat dianggap sebagai suatu misi.

Andres (1998) mengajukan tiga syarat sebagai suatu pendamping (fasilitator) pada pekerjaan pembangunan masyarakat desa, yaitu:

Pertama, pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta pengetahuan yang dalam dan luas di bidangnya; kedua,

pendamping memiliki komitmen profesional, motivasi serta kematangan seperti yang ditujukan dalam pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan sebelumnya; dan ketiga, pendamping memiliki kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa yang dianggapnya baik bagi sesamanya.40

Selain itu juga ada beberapa tugas sebagai pendamping yang berpusat pada empat tugas, yakni: (1.) pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, fungsi ini berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas dalam fungsi ini melakukan mediasi, negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber. (2.) penguatan

(empowering) fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat (capacity Building), pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif serta bertukar

39

Ibid,. h. 367.

40Ghozali, “ implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perkotaan dalam Pengentasan kemiskinan di Pondok Labu,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan


(44)

gagasan. (3.) perlindungan (protecting), berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. (4.) pendukungan (supporting), pendamping melakukan tugas dengan melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur sumber dana.41

5. Tahap-tahap Pemberdayaan

Tahap-tahap pemberdayaan dalam praktik pekerjaan social memiliki beberapa tahapan pemberdayaan masyarakat, sebagaimana yang dikembangkan oleh Isbandi Rukminto, terdiri dari 7 tahapan, yakni tahap pesiapan, tahap pengkajian (Assessment),tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing), tahap pemformulasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program (implementasi), tahap monitoring evaluasi (monev) dan tahap terminasi.

Tahapan tersebut bukanlah sebuah tahapan yang kaku dan hirarkis antara satu tahap lainnya, melainkan tahapan yang fleksibel, sesuai dengan panah yang ada disebelah kiri, yang menunjukan apabila satu tahapan telah terlewati, masih membuka kemungkinan untuk kembali ke tahapan sebelumnya, penjelasan tentang tahapan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :42

41

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 95-97.

42

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.


(45)

Pertama: Tahap persiapan. Tahapan persiapan terdiri dari dua hal, yakni:

a) Persiapan petugas (dalam hal ini tenaga community worker) merupakan prasyarakat suksesnya suatu pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan Non-Directif. Penyiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan persepsi mengenai konsep yang akan dilaksanakan dalam program pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesamaan pandangan diantara tenaga pengubah (change agent), terutama apabila tim pengubah berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya saja, ada petugas ada petugas yang berlatar belakang sarjana Agama, sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, sarjana Pendidikan dan sarjana Sastra. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal untuk menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut, serta bagaimana teknik-teknik yang akan dilakukan dalam melakukan perubahan di masyarakat.

b) Sedangkan pada tahap persiapan lapangan, petugas (community worker) akan melakukan penyiapan lapangan. Pada awalnya dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan,

community worker harus mencoba menerobos jalur formal untuk mendapatkan dari pihak yang terkait. Tetapi di samping itu,


(46)

community worker juga tetap harus menjalin kontak dengan tokoh-tokoh informal (informal leader) agar hubungan dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik. Pada tahap inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi yang baik pada tahap awal biasanya akan mempengaruhi keterlibatan warga pada fase berikutnya. Fase ini juga dikenal sebagai fase engagement dalam suatu proses pemberdayaan masyarakat.43

Kedua: Tahap Assessment, yakni tahap pengkajian yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran sehingga menemukan apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt needs) dan juga apa sumber daya yang mereka miliki. Dalam proses

Assessment ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Di samping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan.

Assessment yang dilakukan pada suatu komunitas dapat dilakukan secara individual (individual assessment) melalui tokoh-tokoh masyarakat ataupun anggota masyarakat tertentu. Tetapi dapat juga dilakukan secara berkelompok (group assessment). Pada tahap

43


(47)

ini, petugas sebagai pelaku perubahan berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.

Ketiga: Tahap perencanaan alternatif program. Pada tahap ini change agent secara partisipatif melibatkan warga untuk merumuskan masalah yang mereka hadapi serta solusi yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Penyusunan alternatif program yang tepat, dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada, dapat dipikirkan sebagai solusi dari masalah yang dihadapi.44

Program dan kegiatan yang akan mereka kembangkan tentunya harus disesuaikan dengan tujuan pemberian bantuan sehingga tidak muncul program-program yang bersifat incidental (one shot programme) ataupun charity (amal) yang kurang dapat dilihat manfaatnya dalam jangka panjang. Dalam proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu. Misalnya saja, dalam program kesehatan, kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan, begitu pula dalam kaitan dengan program pendidikan, kira-kira kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan dengan mempertimbangkan beberapa sumber daya yang ada.

44


(48)

Keempat: Tahap pemformulasian rencana aksi. Yakni tahap menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan alternatif program ke dalam pernyataan kegiatan (proposal) secara tertulis. Peran change agent dalam tahap ini adalah membantu sasaran menuliskan rumusan program mereka dalam format yang layak untuk diajukan kepada penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian rencana aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.45

Kelima: Tahap pelaksanaan (implementasi) program. Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, keberhasilan dari tahap ini tergantung dari kerja sama yang baik antara change agent

dengan warga masyarakat serta tokoh masyarakat setempat. Adanya konflik diantara tiga komponen ini akan sangat mengganggu tahap pelaksanaan program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Dalam upaya melaksanakan program pengembangan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader ini biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang masih memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan tersebut.

45


(49)

Keenam: Tahap Monitoring dan evaluasi. Monitoring adalah proses pengumpulan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi selama proses implementasi atau penerapan program dengan cara memantau program yang sedang berjalan. 46 Sedangkan Evaluasi adalah perbandingan dari actual project dengan perencanaan strategi yang telah disepakati.47 Evaluasi dikenal sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih „mandiri’ dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Akan tetapi, kadang kala dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan umpan baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan. Sehingga apabila diperlukan dapat dilakukan kembali

assessment terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat ataupun terhadap sumber daya yang tersedia. Karena pelaku perubahan juga menyadari bahwa tolak ukur suatu masyarakat juga dapat berkembang

46

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 119.

47Ikosnomos, “Panduan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi PNPM peduli,” artikel

diakses pada 6 Juni 2016 dari https://monitoringevaluation.wordpress.com/2011/09/30/panduan-perencanaan-monitoring-dan-evaluasi/.


(50)

sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang sudah terjadi. Evaluasi itu sendiri dapat dilakukan pada input, proses dan hasil.48

Ketujuh: Tahap terminasi, yakni tahap “pemutusan” atau

pemberhentian program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat atau komunitas sasaran benar-benar sudah “berdaya”. Pemutusan hubungan dengan komunitas sasaran ini sebaiknya dilakukan secara pelan-pelan, bertahap, tidak secara langsung ditinggalkan begitu saja oleh change agent, sehingga dapat dipastikan ketika agen perubah keluar dari komunitas tersebut, keadaan sudah jauh berubah dan komunitas sasaran sudah kreatif mandiri. Meskipun demikian, tidak jarang community worker tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin.49

6. Strategi dan intervensi Pemberdayaan

Pengembangan masyarakat lokal menurut Rothman (sebagaimana diulas oleh Suharto, 2005:42) adalah pengembangan masyarakat yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki

48

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.

49

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.


(51)

potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.50 Strategi pada dasarnya memiliki tiga arah yaitu:51

a. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat

b. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat

c. Modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran masyarakat lokal.

Dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual. Meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem di luar dirinya. Dalam konteks pekerja sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui:

a. Intervensi Mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan secara individu melalui bimbingan, konseling, stress Management, crisiss intervention,. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini

50

Asep Usman Ismail, (Ed) Dan Ismet Firdaus, Dkk, Pengalaman Al-Qur’an “Tentang

Pemberdayaan Dhua’fa (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Dakwah Press, 2008) Cet. 1, h. 73.

51

Sumodiningrat Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat & Jaring Pengaman Sosial (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 30.


(52)

sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

b. Intervensi Mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Intervensi Makro, pendekatan ini disebut sebagai sebagian strategi

sistem besar (large-system strategi) karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, lobying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak.52

Intervensi makro mencakup berbagai metode profesional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal, regional maupun nasional.53

52

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 66.

53

Adi Rukminta Isbandi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 57.


(53)

B. Feminisme dan Gender

1. Teori Feminisme

Teori feminisime adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari persfektif yang terpusat pada wanita. Feminisme lahir untuk menunjukan bagaimana penilaian tentang suatu kondisi sosial dimana perempuan menempuh kehidupan mereka membuka kesempatan untuk merekonstruksi dunia mereka dan menawarkan prospek kebebasan di masa depan. Teori feminisme dalam teori sosiologi digolongkan menjadi 3 golongan. Pertama, feminisme liberal, kedua, feminisme Marxis, dan ketiga, feminisme radikal.54

Pertama, Feminisme liberal memandang prasangka gender sebagai persoalan ketidak-acuhan. Oleh sebab itu, sikap tidak acuh itu dapat dihilangkan dengan memberlakukan undang-undang anti diskriminasi terhadap individu-individu yang terkait dengan mempromosikan sikap-sikap anti seksis.

Kedua, feminisme Marxis menjelaskan bahwa subordinasi perempuan melayani kebutuhan akan kapitalisme. Dalam hubungan ekonomi dan karakteristik gagasan dari mode kapitalisme produksi yang seharusnya mencari struktur ketidaksetaraan yang secara tidak adil menghambat

54

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 115.


(54)

kehidupan perempuan, kebalikan dari kehidupan laki-laki yang serba menikmati keuntungan dan kelebihan.

Ketiga, feminisme radikal menjelaskan bahwa kunci untuk memahami fenomena universal struktur sosial dan hubungan patriark adalah universal dan unsur yang mendasar. Dalam faham ini berpendapat bahwa fenomena universal pada akar patriark bukanlah menjadi ibu biologis, melainkan institusi sosial keluarga yang berbasis perkawinan tipe tertentu.

Menurut Lengerman dan Brantley (2003) teori feminis bertolak dari pertanyaan sederhana: “Dan bagaimana dengan perempuan?” Dengan kata lain dimana wanita berada di dalam setiap situasi yang diteliti? Bila wanita tak berperan, mengapa? Bila mereka berperan apa yang sebenarnya yang mereka lakukan?.55

2. Gender

Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan atau bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan demikian, gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksikan oleh sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.

55


(55)

Kekuatan kategori gender dalam masyarakat telah membuat kita hidup dalam cara-cara yang telah tergenderkan. Selain itu, mustahil pula bagi kita untuk tidak memunculkan perilaku-perilaku yang tergenderkan saat berinteraksi dengan orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bila pelestarian kategori gender sangat bergantung pada kuatnya penanaman diperilaku keseharian. Laki-laki atau perempuan keduanya tidak akan pernah bisa menjadi kategori sosial yang penting tanpa menampilkan perilaku gender (mengenderkan atau digenderkan) secara proporsional.56

Hubungan perempuan dan laki-laki di Indonesia, masih didominasi oleh ideology gender yang membuahkan budaya patriarkhi. Budaya ini, tidak mengakomodasikan kesetaraan, keseimbangan, sehingga perempuan menjadi tidak penting untuk diperhitungkan.57.

Selain itu didalam pelaksanaan Menurut Bernard,58 perempuan membatasi kebebasan semata-mata kepada urusan keluarga dan urusan rumah tangga lambat-laun akan menghambat pertumbuhan mentalnya dan akibatnya adalah kemampuan rasional yang berlahan-lahan akan mengalami kemunduran. Pada hal pekerjaan rumah tangga bertentangan dengan kemungkinan terwujudnya manusia secara utuh dalam kegiatan-kegiatan sosial.

56

Sugihastuti Itsna, Gender dan Inferioritas Perempuan.(Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007), h. 75-76.

57

Nunuk Murniati, Getar Gender, (Magelang: Yayasan Indonesia Tera, 2004), h. 75. 58

Sugihastuti Itsna, Gender dan Inferioritas Perempuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 313-314.


(56)

C. Metode Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

Metode pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM dalam program simpan pinjam dapat dilihat melalui mekanisme pengelolaan kegiatan.59 Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan PNPM-MP dalam tahapan sebagai berikut:

1) Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi

Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan SPP, sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkannya.60 2) Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi

Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan SPP ditingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP serta melakukan proses lanjutan.

59

Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 17.

60


(57)

3) Musyawarah Dusun

Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun dengan proses sebagai berikut:

a. Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas termasuk kondisi anggota.

b. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP kemudian melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari Kelompok Pemula, Kelompok Berkembang dan Kelompok Siap. Proses kategoriasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok.

c. Menyiapkan daftar pemanfaat setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan.

d. Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri: Daftar kelompok yang diidentifikasi, kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan, peta sosial dan peta RTM, serta rekap kebutuhan pemanfaat.

4) Musyawarah Desa dan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP) Hasil tahapan seleksi di tingkat desa adalah:

a) Penentuan usulan desa adalah proses penentuan keputusan usulan desa yang akan dikompetisikan di tingkat kecamatan.

b) Penulisan usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetisikan di tingkat kecamatan.


(58)

c) Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sekilas kondisi kelompok SPP.

d) Gambaran usaha dan rencana yang menjelaskan: • Kondisi Anggota

• Kondisi Permodalan • Kualitas Pinjaman • Kondisi Operasional

e) Rencana usaha dalam satu tahun yang akan datang. f) Perhitungan rencana kebutuhan dana

g) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan peta sosial dan peta RTM.61

5) Verifikasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP adalah:62

1. Penetapan Formulir Verifikasi

Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan contoh format formulir yang telah tersedia. Contoh format formulir masih harus disesuaikan dengan kondisi lokal namun tidak mengurangi prinsip dasar penilaian dengan model CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning and Liquidity) yaitu penilaian tentang permodalan, kualitas pinjaman, manajemen, pendapatan, dan likuiditas.

61

Ibid., h. 24.

62


(59)

2. Proses Pelaksanaan Verifikasi

Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut: • Pengalaman Kegiatan

• Persyaratan Kelompok

3. Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian yaitu:

Permodalan, Kualitas Pinjaman, Administrasi dan Pengelolaan, Pendapatan, Likuiditas atau pendanaan jangka pendek, Penilaian khusus rencana kegiatan, Penilaian calon pemanfaat apakah sesuai dengan hasil pemetaan RTM dan kategorisasi tingkat perkembangan kelompok.

6) Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan

Tahapan ini merupakan tahapan evaluasi akhir dengan model kompetisi dengan mempertimbangkan hasil verifikasi. Prioritas penilaian ditekankan pada kelompok yang lebih mengutamakan calon pemanfaat kategori RTM. Dalam tahapan ini menilai usulan-usulan kelompok yang tergabung dalam paket usulan desa. Penilaian dilakukan dengan basis usulan kelompok sehingga jika ada kelompok yang tidak layak maka tidak secara otomatis menggugurkan paket usulan desa tersebut, kelompok yang dianggap layak tetap mendapatkan pendanaan.63

63


(60)

Perankingan dilakukan pada seluruh kelompok SPP tanpa memperhatikan asal desanya, sehingga ranking prioritas yang diperoleh merupakan ranking kelompok bukan ranking paket usulan desa atau desa. Hasil perankingan SPP sudah dapat menunjukkan kebutuhan pendanaan BLM untuk kegiatan SPP sehingga sudah dapat ditentukan kelompok-kelompok layak yang akan didanai dari BLM. Untuk kelompok yang layak dan akan didanai BLM tahap selanjutnya adalah melakukan penyempurnaan dokumen usulan misalnya: KTP, Perjanjian Pinjaman, dan sebagainya.

7) Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan Usulan

Pada tahapan ini keputusan pendanaan mencakup Penentuan pendanaan usulan dengan menentukan kelompok kelompok yang telah memenuhi syarat perankingan dapat didanai dengan dana BLM PNPM. Dalam MAD penetapan usulan ini dimungkinkan adanya mundurnya kelompok yang akan didanai sesuai dengan MAD Prioritas Usulan sehingga ranking selanjutnya yang akan menerima, jika terjadi tidak sama jumlah kebutuhan pada kelomok terakhir maka agar diputuskan melalui musyawarah. Bagi kecamatan yang telah mengelola dana bergulir PNPM-MP maka pada MAD ini dapat juga dilakukan proses MAD perguliran. 64

64


(61)

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Kecamatan Rajeg

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan program pemerintah di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui Ditjen Pengembangan Masyarakat Daerah dan Departemen Dalam Negeri. Awal mula PNPM Mandiri Perdesaan berdiri melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) pada tahun 2004.Program PPK dengan Tujuan Pokok mempercepat penanggulangan kemiskinan ini menitik beratkan pada usaha meningkatkan kemandirian masyarakat sehingga tujuan pokoknya dapat tercapai jika kapasitas masyarakat meningkat melalui pelatihan serta penyediaan sarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pinjaman bergulir (SPP dan EUP) serta beasiswa untuk siswa anggota Rumah Tangga miskin. Hal tersebut disampaikan oleh Pak Rasim sebagai berikut:


(62)

“PNPM Kecamatan Rajeg ialah program pemerintah yang terbentuk pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 melalui program PPK dengan tujuan utamanya mengatasi kemiskinan di Indonesia. Program PPK punya beberapa program diantaranya program sarana pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana dan pinjaman bergulir.”65

Setelah berjalan satu tahun, pada tahun 2005 PPK mengalami perubahan dengan berganti nama menjadi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dengan tujuan pokok yang sama. Penyempurnaan program PPK terus dilakukan oleh Pemerintah. Pada 1 September 2006 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di rubah menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, dan terakhir pada tanggal 30 April 2007 disempurnakan menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yang mengadopsi mekanisme dan skema program PPK. Sesuai pernyataan Pak Rasim sebagai berikut:

“Setelah berjalan kira-kira setahun, tahun 2005 PPK mengalami perubahan yakni nama PPK berubah jadi UPK. Kemudian pada 1 September 2006, PPK berubah lagi namanya jadi PNPM kemudian disahkan 30 April 2007 jadi PNPM Mandiri

Perdesaan.”66

Pada akhir program PNPM-PPK berdasarkan surat Ditjen Pengembangan Masyarakat Desa dan Departemen dalam negeri tentang Pelestarian Asset PPK, pada tahun 2008 PNPM Kecamatan Rajeg menginisiasi terbentuknya Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD) dengan misi utama melestarikan asset PPK. BKAD adalah lembaga yang dibentuk untuk mengelola kegiatan-kegiatan dalam usaha melestarikan asset Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Sampai

65

Wawancara Pribadi dengan Rasim AR, Tangerang, 17 April 2016.

66


(1)

Peneliti : Apa Ibu sering aktif kalau dalam perkumpulan di lingkungan? Ibu Suryati : Kalo di pertemuan mah sih saya sering ngomong mah tapi dikit.

Peneliti : Maaf yah Bu, Apa Ibu suka minder jika ikut berkumpul dengan orang-orang yang status ekonominya di atas Ibu?

Ibu Suryati : Gak sih biasa aja

Peneliti : Oh gitu yah Bu, kayak nya udah cukup nih Bu pertanyaannya makasih yah Bu udah mau nyempetin waktunya.


(2)

Wawancara XI

Informan : Ibu Ajizah (35 th)

Jabatan : Bendahara Kelompok Anggrek SPP UPK Kecamatan Rajeg Waktu : Senin, 25 April 2016. Pukul 11.00. s/d 11.30.WIB.

Tempat : Kantor PNPM

Peneliti : Assalamu Alaikum, Ibu Azijah : Walaikumsalam,.

Peneliti : Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar, saya boleh ngobrol sebentar dengan ibu.

Ibu Azijah : Iyah ga apa-apa. Emang ada perlu apa yah de?

Peneliti : Saya kan lagi meneliti Program Simpan Pinjam di PNPM Bu, saya ingin tahu Bu pelaksanaan simpan pinjam menurut Ibu.

Ibu Azijah : Menurut Ibu yah Simpan Pinjam itu program yang sangat bermanfaat de, saya bisa terbantu dalam usaha saya dan bisa ngebantu usaha saya lebih maju.

Peneliti : Oh gitu yah Bu, Sudah berapa lama Bu ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP) PNPM?

Ibu Ajizah : Saya sudah 6 tahun ikutan SPP de


(3)

Ibu Ajizah : Buat nambah modal usaha

Peneliti : Kenapa Bu emang usahanya, terus kenapa Ibu mau minjem di SPP PNPM?

Ibu Ajizah : Butuh modal buat usaha saya dan karena SPP pinjamannya bisa dicicil per harinya di dalam kelompok dan di dalam kelompoknya itu orang-orang yang deket sama saya semua. Jadi saya enak aja minjemnya.

Peneliti : Oh….Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa Bu? (mengulang pertanyaan guna melihat konsistensi si Ibu)

Ibu Ajizah : Tentunya buat nambahin modal de.

Peneliti : Sebelum ikutan SPP usaha Ibu apaan Bu?

Ibu Ajizah : Sebelum minjem usaha Ibu jualan bareng sama suami jualan ban motor. Ibu ikutan juga buat nambahin modal suami sih jadi kan kalo usaha ban modalnya lumayan de.

Peneliti : Oh jualan ban yah Bu. Ibu kan sudah lama pinjam di SPP, apa ada perubahan Bu untuk usaha Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri?

Ibu Ajizah : Perubahan yang saya rasakan sih tentunya tambahan stok ban motor saya lebih komplit yah dan buat keluarga bisa ngebantu ngeringanin beban keluarga seperti iuran sekolah, jajan anak dan keperluan lainnya saya kan punya ua anak de, anak pertama lagi SMP dan anak kedua sekolah SD. Kalo perubahan buat saya sih tentunya dikit-dikit sudah bisa nyicil motor matik buat nganterin anak ke sekolah.

Peneliti : Terus Bu, kira-kira nih ya penghasilan dari usaha Ibu dan Bapak berapa Bu per harinya?


(4)

Bu Azijah : Kalo penghasilan mah antara 200-350 ribuan lah per harinya tapi gak tentu juga namanya juga ban motor orang beli pas bannya udah botak aja.

Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu penghasilan Ibu sebelum ikut Simpan Pinjam PNPM berapa Bu?

Bu Azijah : Dulu mah kan Ibu jualan palingan satu dua ban motor yah, palingan penghasilannya 100-200an lah.

Peneliti : Iyah sih Bu.hehe. Kira-kira nih ya Bu kalau pengeluaran keluarga berapa Bu per harinya?

Bu Azijah : Kalo pengeluaran mah per hari paling 50 rban lah per harinya. Banyak de buat anak jajan, ongkos sekolah anak, buat masak sayur-sayuran, lauk pauk lah. Beli beras, minyak, bumbu-bumbu dapur dan lain-lain.

Peneliti :Oh gitu yah.. Untuk pengeluaran mingguannya nih Bu apa aja kira-kira?

Bu Azijah : Kalo mingguan mah sih jarang yah de palingan peralatan mandi kayak sampo sabun, bumbu-bumbu dapur gitu deh.

Peneliti : Kalau pengeluaran bulanannya Bu apa aja kira-kira?

Bu Azijah : Bulananan mah biasanya beli gas LPG 3 kg dan biaya anak sekolah dan setoran motor.

Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikut berpartisipasi dalam acara di lingkungan Ibu?


(5)

Peneliti : Apa Ibu pernah menjadi ketua acara di lingkungan Ibu?

Bu Azijah : Kalo ketua mah saya belum pernah de. jadi anggota biasa aja pengennya.

Peneliti : Apa Ibu sering aktif kalau dalam perkumpulan di lingkungan?

Bu Azijah : Kalo di pertemuan mah sih lebih suka mendengarkan aja. Hehe..

Peneliti : Maaf yah Bu, Apa Ibu suka minder jika ikut berkumpul dengan orang-orang yang status ekonominya di atas Ibu?

Bu Azijah : Gak ah biasa aja..

Peneliti : Oh bagus dong bu, Bu kapan-kapan saya boleh mampir gak nih ke toko ban Ibu?

Bu Azijah : Hehehe,. Tentu saja Boleh de, sekalian ganti ban juga ya.

Peneliti : Heheh.. Iyah Bu tentunya, Terima kasih banyak yah Bu sudah menyempatkan waktu ngobrolnya dengan saya.

Peneliti : Iyah de. Sama-sama. Assalamu Alaikum.


(6)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PNPM MANDIRI PERDESAAN KECAMATAN RAJEG

Alamat Kantor : Ruko Perum Sukatani Blok G.2/10 Jln. Raya Daon Kel.

Sukatani

Kecamatan Rajeg Kab. Tangerang Banten Telp. 021-59351964

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN NO: 02/UPK.PNPM/RJG/V/2016

Yang bertanda tangan di bawah ini Manager Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang, menerangkan bahwa :

Nama : Wawan Hermawan

Jurusan : Kesejahteraan Sosial

Alamat : Kp. Daon Tegal Desa Pangarengan Kec. Rajeg

Kab. Tangerang.

Nama tersebut di atas telah melakukan penelitian Skripsi yang berjudul “Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin” dari 22 April sampai dengan 31 Mei 2016.

Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Rajeg, 31 Mei 2016

Manager


Dokumen yang terkait

Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kabupaten Nias Barat

5 117 182

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Asahan

4 55 137

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76