Peran lembaga rumah pemberdayaan masyarakat melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM) di Pamulang Permai I Tangerang Selatan

(1)

PENDAMPINGAN KELUARGA MISKIN (P2KM) DI

PAMULANG PERMAI I TANGERANG SELATAN

Oleh :

BARENDRA REZA SETYA PRATAMA 109054000017

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

Barendra Reza Setya Pratama

PERAN LEMBAGA RUMAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MISKIN (P2KM) DI PAMULANG PERMAI I TANGERANG SELATAN

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya, untuk itu pemerintah melalui berbagai upaya dan program-program yang telah dirancang untuk mengatasi kemiskinan telah banyak dilakukan, namun program tersebut masih belum dirasakan oleh kalangan masyarakat, terutama keluarga sasaran. Dengan demikian, kehadiran pihak ketiga sangat penting untuk menjadi penengah dalam menyampaikan komunikasi yang berimbang dalam kaitannya terhadap pengembangan masyarakat. Penting dalam artiannya menjadi pendamping bagi masyarakat (miskin) yang berperan dalam membangun kemakmuran masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah; untuk mengetahui peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat sebagai pendamping dalam program pengembangan dan pengetasan kemiskinan masyarakat melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM). Mendapatkan peran untuk pemberdayaan masyarakat yang tepat melalui pendampingan. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui harapan pemberi program dan penerima program dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM). Selain itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui tindakan melalui keterkaitan tugas dan fungsi dalam kegiatan pada program P2KM.

Metodelogi penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif menurut Tylor yang dikutip oleh Lexi J.Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati”.1

Hasil analisis yang penulis temukan terkait dengan Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin adalah peran lembaga pemberdayaan melalui pendamping yang menjadikan dirinya sebagai mediator, fasilitator sekaligus sebagai perwakilan bagi masyarakat yang mengupayakan agar masyarakat sebagai penerima program berdaya dalam membangun hidup mereka secara layak dan mandiri.

Dengan demikian, analisis Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat (Pendamping) dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin adalah untuk mengupayakan masyarakat agar memiliki keberdayaan diri dalam membangun dan mengembangkan kehidupannya secara tanggung jawab terhadap masalah sosial yang tengah mereka hadapi.

1

Lexi J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2001) Cet Ke-15 h.3


(5)

i

Assalamualaikum Warrahmatullahiwabarakatuh,

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya pada-MU satu-satunya zat

yang kusembah Allah SWT. Atas karunia, ridho dan kekuatan dari-NYA lah

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Rumah

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin Di

Pamulang Permai Tangerang Selatan” sebagai syarat dalam memperoleh gelar

sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam teriring abadi dengan doa keselamatan kepada nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat motivasi, bimbingan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, ucapan terima kasih tersebut penulis tunjukkan kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MAg selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Ibu Wati Nilamsari M.Si. selaku ketua Program Studi Pengembangan

Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

ii

dan do’a yang selalu beliau berikan pada penulis.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas mengamalkan ilmunya kepada penulis.

5. Kedua Orang Tua ku tercinta, Ayahanda Agus Widodo ESB dan Ibuhanda

Purwanti, dengan untaian doa yang telah tiada lelah memberikan dukungan moril maupun materil, tanggung jawabnya yang besar serta rela berkorban jiwa dan raga dalam memberikan fasilitas kehidupan demi keberlangsungan pendidikan dan kesuksesan puteranya. Atas curahan cinta dan kasih sayang yang tiada putusnya, mengajarkan penulis untuk selalu kuat, tabah dan tegar dalam menjalani hidup sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kakak Perempuan ku Andyta Astiputri Setya Budhi dan Adik Perempuan ku

Citra Pramesti Setya Budhi , yang selalu memberikan doa dan semangat dalam penulisan skripsi, memberikan motivasi dan saran yang baik demi kelancaran skripsi ini.

7. Kepada Adinda ku Triastuti Setyaningrum, yang selalu memberikan

semangat, doa dan motivasi, mendengarkan keluh kesal penulis, menguatkan, mengingatkan penulis agar selalu bersabar dan tegar dalam menghadapi setiap permasalahan yang dilalui dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Kepada Teman-teman Pengembangan Masyarakat Islam 2009 Musyfiq,


(7)

iii

9. Kepada Teman-teman CNR terima kasih atas doa, dukungan motivasi dan

kebersamaannya sampai saat ini.

10. Kepada Sahabat dan Orang yang terdekat dengan penulis, yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan.

11. Kepada Bapak Ahmad Husen selaku Kepala Lembaga dan seluruh angota

Rumah Pemerdayaan Masyarakat di Pamulang Permai yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.

Harapan dan doa senantiasa penulis hajatkan kepada Allah SWT agar semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis terbalas ledih indah. Amin

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang penulis miliki serta kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan penulisan, oleh karena itukritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warhamatullahi Wabarakatuh,

Jakarta, Agustus 2014


(8)

iv

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. . Pembatasan Masalah ……….. 6

C. Perumusan Masalah ………... 7

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………. 7

E. . Metodelogi Penelitian ……… 8

F... Sistematika Penulisan ……… 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS A.Peran 1. Pengertian Peran ……… 17 2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peran ………... 19 B.Pekerja Sosial (Pendamping)


(9)

v

1. Pengerian Pekerja Sosial ………... 20

2. Pekerja Sosial dalam Pendampingan ……… 25

C.Kemiskinan 1. Pengertian Kemiskinan ………. 29

2. Faktor-faktor Kemiskinan ………. 33

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. Latar Belakang Berdirinya RPM ……… 35

B. Visi dan Misi RPM ………. 38

C.Proses Prekrutan Masyarakat RPM ………... 39

D. Struktur Pengurus RPM ……….. 40

E. Manajemen RPM ……….... 44

BAB IV HASIL ANALISIS ATAS PERAN RPM DALAM PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MISKIN A.Analisa Peran RPM dalam Pelayanan Sosial ………..………… 46

B.Harapan Pemberi dan Penerima Program P2KM ………... 57

C. Keterkaitan Tugas dan Fungsi RPM dan P2KM ……… 60

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ……… 66


(10)

vi

DAFTAR PUSTAKA ………. 69 LAMPIRAN


(11)

(12)

ix

Lampiran 1 Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Skripsi

Lampiran 4 Formulir Anggota Rumah Pemberdayaan Masyarakat


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dibandingkan dengan negara-negara di Asia pada umumnya, Indonesia adalah satu negara yang sedang berkembang. Berbeda dengan negara-negara di bagian Eropa, mereka telah lebih dulu mengalami kemajuan (modern), dalam hal ini negara-negara di Asia identik dengan kemiskinan, dikarenakan krisis yang melanda di kawasaan negara Asia Tenggara sejak tahun 1990-an hingga tahun 2000-an, seperti di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam serta Indonesia yang menggalami krisis pada waktu itu.

Kemiskinan merupakan masalah sosial menakutkan yang hadir di

tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.1 Sebagai negara

besar yang berkembang, Indonesia tidak terlepas dengan berbagai krisis yang melanda di hampir seluruh Asia, khususnya Asia Tenggara.

Krisis menjadikan Indonesia berpotensi menetaskan bencana (patologi sosial), dinamika dan problem sosial (gesekan antar etnis), kemiskinan dan kebodohan (pendidikan), kejahatan, kelaparan dan tidak sehatnya dinamika kepemimpinan Indonesia (politik).

Saat ini Indonesia mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung:PT RefikaAditama,2005).h.131


(14)

Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya-upaya pengetasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

Pada umumnya, partai-partai peserta pemilihan umum di Indonesia pada pemilihan umum 2004 juga mencantumkan program kemiskinan sebagai

program utama dalam platform mereka. Walaupun mengalami pertumbuhan

ekonomi cukup tinggi, yaitu rata-rata 7,5 persen selama tahun 1970-1996, penduduk miskin di Indonesia tetaplah tinggi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia tahun 1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5 persen atau 34,5 juta orang. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan banyak ekonom yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya mengurangi penduduk miskin.

Perhatian pemerintah terhadap pengetasan kemiskinan pada

pemerintahan reformasi terlihat lebih besar lagi setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Meskipun demikian, berdasarkan penghitungan BPS, persentase penduduk miskin di Indonesia sampai tahun 2003 masih tetap tinggi, sebesar 17,4 persen, dengan jumlah penduduk yang

lebih besar, yaitu 37,4 juta orang.2

Bahkan berdasarkan angka Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2001, persentase keluarga miskin (keluarga

2

Perencanaan program penanggulangan kemiskinan dan data yang di dapat dari tahun 1996 hingga tahun 2004, artikel ini diakses pada 4 mei 2014 dari


(15)

prasejahtera dan sejahtera I) pada 2001 mencapai 52,07 persen, atau lebih dari

separuh keluarga di Indonesia.3

Dinamika dan problem sosial, kemiskinan dan kebodohan, kejahatan,

kelaparan dan tidak sehatnya dinamika kepemimpinan Indonesia, merupakan bahaya besar bagi umat manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Kemiskinan mungkin

tidak selalu berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan, tetapi

kecenderungan yang terjadi di beberapa negara terbukti tingkat kemiskinan terkait dengan dinamika ketenagakerjaan .

Secara sosial-psikologis, menunjuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Dalam hal ini kemiskinan disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada di masyarakat.

Situasi ini bila tidak segera ditanggulangi akan memperparah kondisi masyarakat miskin yang ditandai dengan lemahnya etos kerja, rendahnya daya perlawanan terhadap berbagai persoalan hidup yang dihadapi, dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang terpaksa mereka lakukan dalam rangka jalan pintas mempertahankan hidup mereka yang bila berlarut akan melahirkan budaya kemiskinan yang sulit diberantas.

Kondisi masyarakat merupakan bahwa yang menyulitkan atau membuat kemiskinan itu sulit ditangani adalah sifatnya yang tidak saja multidimensional tetapi juga saling mengunci; dinamik dan kompleks. Pola kemiskinan sangat

3

Persentase keluarga miskin prasejahtera dan sejahtera I, artikel ini diakses pada 5 mei 2014 dari http://bkkbn.go.id/_layouts/mobile/mbllists.aspx


(16)

berbeda antar kelompok sosial, umur, budaya, lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang berbeda.

Hadirnya Rumah Pemberdayaan Masyarakat bertujuan membantu masyarakat miskin dalam mengatasi masalah kemiskinan yang ada di wilayah Pamulang dan menghadapi tantangan pembangunan yang terjadi seperti,

1. Rendahnya kepemilikan aset fisik atau praktis tidak memiliki benda-benda

fisik yang diperlukan sebagai modal hidup mereka seperti antara rumah/tempat tinggal yang layak, perabotan rumah tangga, kendaraan, peralatan produksi dan harta benda fisik lainnya.

2. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia atau tidak memiliki kualitas

sumber daya manusia yang cukup baik yang dapat menjamin keberhasilan hidup mereka, mencakup tingkat kesehatan, pendidikan, kemampuan memproduksi tenaga kerja (labor power), belum lagi oleh sebab terinternalisasinya budaya kemiskinan yang menghancurkan kualitas manusia secara keseluruhan, seperti antara lain rendahnya etos kerja, fatalisme, apatis, hancurnya jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan, boros, cari gampang.

3. Tidak memiliki akses ke pelayanan dasar yang dibutuhkan, seperti air

minum, sanitasi, drainasi, kesehatan, pendidikan, penerangan, energi, transportasi, jalan akses.

4. Tidak memiliki akses ke sumberdaya modal seperti kredit dari perbankan.

5. Tidak memiliki akses ke proses pengambil keputusan penting yang

menyangkut hidup mereka oleh sebab tidak tersedianya pranata yang memberi peluang masyarakat miskin menyuarakan aspirasinya.


(17)

6. Memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari segi mata pencaharian sehingga dengan mudah oleh guncangan sedikit saja (kecelakaan, sakit, krisis, kemarau panjang, bencana alam) dapat masuk ke kategori kelompok yang lebih rendah atau lebih miskin.

Rumah Pemberdayaan Masyarakat merupakan mitra terdepan dan amanah dalam hal pemberdayaan dan pendampingan khususnya pendampingan dalam keluarga miskin. Di samping itu Rumah Pemberdayaan Masyarakat mempunyai program-program sebagai berikut :

a. Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM), merupakan program

pendampingan dan pemberdayaan masyarakat yang menyeluruh dan berkelanjutan berbasis komunitas dan bertujuan merubah keluarga miskin menjadi berdaya.

b. Program SPP (Sandang, Pangan, Papan), adalah program

pendayagunaan dan sosial yang diperuntunkkan bagi masyarakat

khususnya warga miskin berupa kebutuhan dasar hidup.4

Penulis dalam kedua program diatas tertarik mengambil program tentang

Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM), yang bertujuan untuk merubah keluarga miskin menjadi berdaya. Dari program ini diharapkan dapat membantu mensejahterakan kehidupan masyarakat yang mandiri, dan mampu mengatasi kemiskinan, akibat krisis ekonomi dari satu sisi telah menimbulkan lonjakan pengganguran dan dengan cepat meningkatkan kemiskinan, oleh karena itu Rumah Pemberdayaan Masyarakat memandang perlu untuk memberikan Pendampingan Masyarakat Miskin.

4

Tim penyusun, company profil RPM, diakses pada 22 November 2013 dari http://rumahpemberdayaanmasyarakat.org/tentang-kami/


(18)

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya, untuk itu pemerintah melalui berbagai upaya dan program-program yang telah dirancang untuk mengatasi kemiskinan telah banyak dilakukan, namun program tersebut masih belum dirasakan oleh kalangan masyarakat, terutama keluarga sasaran, sehingga Penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian pada lembaga yang berdalih pada masalah mengatasi kemiskinan seperti Program Pendampingan Keluarga Miskin.

Dari uraian diatas, maka beralasanlah bila Penulis pada kesempatan

menyusun dan menulis skripsi dengan judul : Peran Lembaga Rumah

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Keluarga Miskin di Pamulang Permai I Tangerang Selatan.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan dalam Rumah Pemberdayaan Masyarakat terdapat program yaitu Pendampingan Keluarga Miskin, Program Peduli Kemandirian, Program Peduli Pendidikan, Program Peduli Kesehatan, Program SPP (Sandang, Pangan, Papan), maka untuk mempermudah penelitian pembahasan didalam skripsi peneliti ingin membatasi masalah yang diteliti yaitu upaya yang di lakukan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat dalam mengatasi kemiskinan melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM).


(19)

2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang

Permai dalam program pendampingan keluarga miskin?

2. Bagaimana harapan pemberi program dan harapan penerima program

dalam program pendampingan keluarga miskin?

3. Bagaimana keterkaitan tugas dan fungsi Rumah pemberdayaan

Masyarakat terhadap program pendampingan keluarga miskin?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Sebagai masalah tersebut diatas, maka peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang

Permai dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin.

2. Menjelaskan harapan pemberi program dan harapan penerima program

dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin.

3. Menjelaskan bentuk-bentuk keterkaitan tugas dan fungsi yang

dilakukan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat sebagai


(20)

2. Manfaat Penelitian

Hasil studi ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis studi ini dapat menambah pengetahuan dimana permasalahan masyarakat miskin tidak akan pernah berbeda dari zaman ke zaman, karena kehidupan bersifat dinamis.

Secara praktis kita dapat mengetahui dan merasakan akan segala permasalahan masyarakat miskin selama ini, dengan adanya penelitian ini semata-mata menjadikan tugas bagi para pengembang masyarakat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat miskin, sebagai fasilitator dan mediator bagi harapan akan keberdayaan masyarakat miskin.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan perbandingan dan bahan kajian dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti membahas skripsi sebagai berikut:

S.M Komarudin, “EVALUASI ATAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN OLEH PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI DESA LIMUSNUNGGAL

CILEUNGSI-BOGOR” Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2005.

Penelitian yang dilakukan oleh S.M Komarudin mengenai program pemberdayaan dalam penanggulangan kemiskinan dilakukan di desa limusnunggal cileungsi-bogor. Perbedaan penelitian Komarudin dengan penulis yaitu S.M Komarudin cenderung pada proses pemberdayaan kemiskinan perkotaan, sedangkan penulis menitikberatkan pada Efektivitas


(21)

program ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang dilakukan oleh Lembaga Rumah Pemberdayaan Masyarakat, serta perbedaan lainnya terletak pada lokasi penelitian dan lembaganya.

E.Metodologi Penelitian.

Metodelogi dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif menurut Tylor yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data

deskriktif berupa kata-kata atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati.5

Demikian penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berupaya menghimpun data, mengolah data dan menganalisa data secara kualitatif dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang mendalam tentang program yang menjadi penelitian.

1. Bentuk dan Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif. pada jenis penelitian desktiptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.6

5

Lexi.J.Melong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung ; PT. Remaja Rosda Karya 2007) Cet. Ke-15 h.3

6

Burhan Bugin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet.Ke-2, hal 39


(22)

Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan , yang didukung oleh observasi dan wawancara sebagai pelengkap.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Tylor yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata, tertulis atau lisan dari seorang prilaku yang dapat diamati”.7

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, data

primer yang didapatkan dari kegiatan Pendamingan Keluarga Miskin. Wawancara pribadi terhadap pihak yang berkepentingan sebanyak empat (4) orang, seperti ketua lembaga, koordinator program, tokoh masyarakat, peserta program maupun ibu rumah tangga yang konsen terhadap persoalan

kemiskinan dan pemberdayaan. Kedua, data sekunder yang bersumber dari

buku pedoman atau company profil Rumah Pemberdayaan Masyarakat, makalah, proposal kegiatan, artikel, media massa (seperti surat kabar, majalah, jurnal) dan media elektronik, seperti internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari penelitian ini, penulis melakukan penelitian langsung ke Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang Tangerang Selatan. Cara ini dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data, antara lain :

7

Lexi.JMelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung ; PT. Remaja Rosda Karya 2007) Cet. Ke-15 h.3


(23)

1. Dokumentasi

Berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang tertulis. Di dalam penelitian melalui dokumentasi peneliti berusaha menyelidiki benda-benda yang tertulis seperti : buku-buku, data-data jurnal, notulen anggaran dana pendidikan dan lain-lain. Dengan mengunakan dokumentasi peneliti dapat mengumpulkan data yang tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengambil data tentang program terhadap masalah yang diteliti.

2. Observasi

Alat pengamatan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan

mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diteliti.8 Observasi, yaitu

pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran.9 Menurut

istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan

memperhatikan.10 Selain itu, observasi merupakan kegiatan pengamatan,

peninjauan secara cermat tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi

disesuatu tempat tertentu.11 Dengan demikian penulis diharapkan dapat

memperoleh data tentang Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM) yang sesuai dengan penelitian.

8

Cholid Narbuko, Abu Achmadi. Metodolugi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 70

9

Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV.Tumaritis, 2003), edisi 3, h. 54.

10

Iin Tri Rahayu, dkk, Observasi dan Wawancara, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), cet. 1, h.1

11


(24)

Penulis melakukan observasi dengan mendatangi Rumah Pemberdayaan Masyarakat terutama melalui hal-hal yang menjadi objek penelitian ini, peneliti juga melihat dan mengikuti kegiatan dalam pelatihan kewirausahaan dengan ditemani ketua lembaga, pemeliti mengikuti kegiatan tersebut. Peneliti mengobservasikan kegiatan dalam bidang ekonomi, bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

3. Wawancara

Wawancara, yaitu metode interview, mencakup cara yang

dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden

dengan bercakap berhadapan muka dengan orang itu.12Wawancara

dilakukan kepada ketua lembaga, pengurus lembaga penerima program guna memperoleh data dan informasi tentang P2KM terhadap masalah yang diteliti. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi yang relevan tentang Rumah Pengembangan Masyarakat pada khususnya masalah mengatasi kemiskinan melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM).

4. Sumber Data

Sumber data yang utama adalah subjek utama dalam meneliti masalah di atas untuk memperoleh data-data yang kongkrit. Adapun sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

12

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), cet-3, h. 162


(25)

a. Data Primer

Yaitu data yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah hasil.obsevasi, wawancara dan dokumentasi Rumah Pengembangan Masyarakat Pamulang Permai Tangerang Selatan.

b.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti. Data sekunder bisa juga disebut sebagai data tambahan. Data sekunder yang penulis dapatkan berasal dari buku, majalah, tinjauan pustaka, internet dan brosur.

4. Instrumen dan Alat Bantu Peneliti

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen terpenting

dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (participant observer).

Peneliti mengunakan alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.

Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat bantu yang digunakan:


(26)

Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

b. Kamera

Kamera berguna Sebagai alat Bantu untuk mengambil gambar pada saat berjalannya kegiatan yang dilakukan Rumah Pemberdayaan Masyarakat.

5. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di Rumah Pemberdayaan Masyarakat selama skripsi ini berjalan.

6. Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses pengumpulan data dan mengurutkan kedalam pola, pengelompokan data tersebut untuk kemudian di analisa agar mendapat kesimpulan berdasarkan data yang ada. yaitu dengan mengunakan data yang bersifat deskriftif untuk mendapatkan gambaran yang kongkrit tentang aktifitas Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM) yang di lakukan pihak Rumah Pemberdayaan Masyarakat. Metode yang digunakan dalan penelitian ini adalah analisis kualitatif deskriptif.


(27)

Pada Saat menganalisa data hasil observasi peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan. Setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data tersebut. Analisis data melibatkan upaya mengidentiiikasikan ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dari analisa data ini diperolah berdasarkan fenomena-fenomena yang nampak pada Rumah Pemberdayaan Masyarakat Pamulang, Tangerang Selatan.

7. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada CeQDA (Center For Quality Development and Assurance )Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini berdasarkan buku panduan Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.13

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini penulis membaginya ke dalam lima bab, yakni :

BAB 1 Pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

13

Hamid Nasuhi, dkk.. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis dan Disertasi. (Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), Cet. ke-2. h. 11.


(28)

BAB II Landasan Teori : Pengertian Peran, Tinjauan Sosiologis Tentang Peran, Pengertian Pekerja Sosial (Pendamping), Pengertian Kemiskinan, Faktor-faktor Kemiskinan.

BAB III Gambaran Umum Rumah Pemberdayaan Masyarakat yang tediri dari Latar Belakang berdirinya Rumah Pemberdayaan Masyarakat,

visi dan misi, Proses Perekrutan Anggota, Struktur Pengurus, dan

Manajemen Rumah Pemberdayaan Masyarakat

BAB IV Analisa pelaksanaan dan peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat dalam program pendampingan keluarga miskin, tugas dan fungsi rumah pemberdayaan masyarakat dalam program pendampingan keluarga miskin dan harapan penerima program terhadap peranan Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang Permai, Tangerang Selatan.

BAB V Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta di akhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.


(29)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PERAN

1. Pengertian Peran

Berbicara mengenai peran, tentu tidak bisa dilepaskan dari status (kedudukan). Walaupun keduanya berbeda, akan tetapi mempunyai hubungan erat antara yang satu dengan yang lainnya, semua di ibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatanya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) memiliki (status) dalam masyarakat, walaupun kedudukannya berbeda antar satu orang dengan orang lain tersebut, akan tetapi masing-masing dirinya berperan dengan statusnya.

Peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila

seorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka

dia menjalankan suatu peranan.1

Peranan mencangkup 3 (tiga) hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang di dalam masyarakat

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.2

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, (2003 )


(30)

Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya

tersebut.3

Grass Massan dan A.W Eachern sebagaimana dikutip oleh David Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan

pada individu yang menepati kedudukan sosial tertentu.4

Harapan tersebut masih menurut Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan itu di temukan oleh norma-norma di masyarakat. Artinya seorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaanya dan

dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.5

2

Ibid

3

E.St. Harahap, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:PT.B.Angin,2007: 854)

4

N Grass W.S Massan dan A.W Mc Eachern, exsplorationRole Analisysis, dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, ( Jakarta : Raja Grafindo persada, 1995 ), ket. Ke-3,h.99


(31)

Dari penjelasan tersebut diatas, terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan-keharusan yang dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat di mana ia berbeda.

2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peran

Diatas telah di singgung bahwa ada hubungan erat antara peranan dan kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam lingkungan sosialnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk atau manusia lainnya, maka pada posisi semacam inilah, peranan sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing-masing sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat di mana ia bertempat tinggal.

Di dalam peranan terdapat dua macam harapan yaitu : Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang harapan dan harapan-harapan yang

dimiliki oleh si pemegang peranan terhadap masyarakat.6

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu akan suatu peran agar dijalankan sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat tersebut.

6

N Grass W.S Massan dan A.W Mc Eachern, exsplorationRole Analisysis, dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, ( Jakarta : Raja Grafindo persada, 1995 )


(32)

Masyarakat yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan

sosial yang ada dalam masyarakat. Norma-norma yang berlaku.7

Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat. Misalnya, peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat. Demikian pula halnya dengan seorang direktur yang memiliki sebuah organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai tempat untuk membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan ekonomi dan sosial pada umumnya. Memberdayakan masyarakat melalui konteks yang mudah didapatkan oleh masyarakat dan mampu dikembangkan oleh masyarakat itu dikemudian waktu. Di sana ada suatu harapan yang sangat besar sekali dari masyarakat dan mengingat pentingnya hal ini untuk pembangunan dan perubahan sosial bangsa Indonesia. Maka dari itu penulis mengambil peran lembaga pada program pemberdayaan masyarakat yang akan dikembangkan, dan dapat mendapatkan suatu pembelajaran dari hasil penelitian yaitu mengetahui seberapa jauh peran

pemberdayaan tersebut.

B. PEKERJA SOSIAL (PENDAMPING) 1. Definisi Pekerja Sosial

Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat

7

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(33)

perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan kariatif maupun perspektif professional. Para pekerja

sosial ini berperan sebagai pendamping sosial.8

Unsur terpenting dalam meraih keberhasilan pengembangan masyarakat disamping unsur modal alam, teknologi, kelembagaan, modal manusia adalah unsur modal sosial seperti saling percaya sesama anggota masyarakat, empati sosial, kohesi sosial, kepedulian sosial, dan kerjasama kolektif, karena itu diperlukan penguatan modal sosial dan modal manusia atau sumber daya manusia. Saat ini Indonesia telah berkembang satu sistem pemberdayaan masyarakat sebagai pelaksana atau pelaku dengan nama pendamping sosial untuk melengkapi pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sudah ada.

Proses sejarah lahirnya dan perkembangan dari lembaga swadaya masyarakat di bumi ini sebagaian besar inisiatornya adalah pendamping dari luar komunitas dampingan yang bertugas dan berfungsi melakukan aksi kebudayaan dan upaya menemani rakyat atau komunitas melalui proses transformasi sosial menuju cita-cita yang diharapkan bersama.

Dilihat dari kosa kata bahwa istilah Pendamping terdiri dari 2 (dua) suku

kata, yaitu: Pen (pe) dan damping. Suku kata Pen (pe) mengartikan Individu,

orang yang sedang melakukan pekerjaan atau aktivitas tertentu. Suku kata

8

Masyarakat dalam fasilitator,Sumber. http://fasilitator-masyarakat.org/index.php?pg-artikel_detail&id_190 diakses pada hari Rabu Tanggal 18 Desember 2013, pukul 03.17..


(34)

Damping mempunyai arti Sisi atau Samping terdekat, Mitra, Setara, Teman. Maka dapat diterangkan bahwa makna pendampingan ialah :

“Individu atau seseorang yang melakukan aktivitas menemani secara

dekat dekat dan mempunyai kedudukan setara dengan yang ditemani.”

Prinsipnya antara yang ditemani dan yang menemani tak ada yang dirugikan atau pun ketergantungan, merasa paling pintar dan bodoh. Intinya bahwa harkat dan martabat setiap manusia adalah sama. Setiap manusia pasti punya kelemahan dan kelebihan, pernah berhasil dan gagal. Di dunia ke lembaga swadaya masyarakatan bahwa istilah Pendamping mulai dikenal sejak

pertengahan 1980-an dari ‘penyempitan’ makna Community Organizer (CO).9

Pergeseran istilah itu berawal dari istilah CO yang maknanya sulit dimengerti oleh kalangan masyarakat bawah. Juga situasi politik saat itu, dalam penggunaan istilah CO dirasa sangat tidak strategis. Meskipun tanpa persetujuan ternyata lambat laun istilah CO jarang terdengar lagi dan mulai dikenal dengan istilah pendamping.

Pendampingan sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi masyarakat yang kuat. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja

9Ibid.


(35)

sosial seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan

sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung.10

Metode pendampingan diterapkan dalam mayoritas program lembaga swadaya masyarakat sesuai kondisi dan situasi kelompok sasaran yang dihadapi. Fungsi pendamping sangat penting, terutama dalam membina dan mengarahkan kegiatan kelompok sasaran. Pendamping bertugas mengarahkan proses pembentukan dan penyelengaraan kelompok sebagai fasilitator

(pemadu) komunikator (penghubung), maupun sebagai dinamisasor

(penggerak).11

Pekerja sosial (pendampingan) di dalam pemberdayaan masyarakat dapat digambarkan sebagai;

1) Seni, pekerjaan sosial sebagai seni memerlukan keterampilan

dalam praktek untuk memahami manusia dan membantu agar mempunyai kemampuan untuk menolong diri mereka sendiri, yang diperlukan dalam hal ini adalah keterampilan dalam pemahaman dan identifikasi masalah, mengadakan diagnosis, dan melakukan evaluasi, serta memberikan terapi-terapi tertentu. Untuk melakukan hal ini pendamping memerlukan ilmu pengetahuan yang memadai tentang pribadi, tingkah laku manusia, kondisi dan lingkungan sosial dimana manusia hidup.

2) Sebagai ilmu, pekerja sosial sebagai ilmu memerlukan

seperangkat ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan

10

Edi Suharto, Ph.D.,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT Rafika Aditama,

2009),h,93

11

Dr. Zubaedi, M.Ag. M.Pd, Wacana Pembangunan Alternatif; Ragam Perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2007), h.79


(36)

lainnya yang relevan dalam upaya pemecahan masalah. Dalam hal ini pemahaman masalah dan penggunaan metode pemecahan masalah dilaksanakan secara objektif berdasarkan prinsip ilmu pengetahuan, sehingga mampu memahami fakta-fakta dari setiap permasalahan, dan dapat pula digunakan untuk mengembangkan prinsip maupun konsep dalam praktek pekerjaan sosial. Dengan demikian pekerja sosial (pendamping) menggunakan ilmu pengetahuan dan seni dalam arti ia menggunakan metode-metode ilmiah dan melaksanakan tugasnya secara professional.

3) Sebagai profesi, pekerja sosial sebagai satu profesi harus

memiliki nilai-nilai dan kode etik karena pekerja sosial bukan hanya perlu syarat-syarat profesi, akan tetapi yang lebih adalah pekerja sosial yang memiliki tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat, terutama untuk mencapai tujuan sosial. Sebagai satu profesi, pekerjaan sosial memiliki karateristik tertentu, yang membedakan pekerjaan sosial dengan profesi lainnya. Durkheim menyatakan

bahwa ada beberapa karateristik dari profesi pekerja sosial, yaitu :12

1. Pekerja sosial merupakan kegiatan pemberian bantuan.

2. Dalam ranah sosial, pekerjaan sosial memiliki makna bahwa kegiatan

pekerjaan sosial adalah kegiatan nirbala (non profit) dalam artian

bahwa profesi ini lebih meningkatkan service (dalam arti yang luas)

dibandingkan sekedar mencari keuntungan saja.

12

Adi Isbandi Rukminto, Psikologi; Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial; Dasar-dasarPemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h.14-15.


(37)

3. Kegiatan perantara agar warga masyarakat dapat memanfaatkan semua sumber daya yang terdapat dalam masyarakat.

Pekerjaan sosial atau pendampingan merupakan profesi pertolongan yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat guna mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental, dan psikis yang sebaik-baiknya.

2. Pekerja Sosial dalam Pendampingan

Penguatan modal sosial dapat dilakukan melalui pendidikan agama, sosialisasi keluarga, teladan pemimpin, pemeliharaan dan pengembangan institusi sosial, sosialisasi dan internalisasi pentingnya modal sosial, pengembangan komunikasi informasi, dan mengakomodasi informasi melalui prosespenyaringan kemanfaatannya. Praktek pengembangan masyarakat membutuhjan pendamping yang berfungsi sebagai seorang yang menganalisa permasalahan, pembimbing kelompok, pelatih, innovator, pengerak, dan penghubung. Pendampingan sosial sebagai strategi dalam pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendampingan sosial :

1. Motivasi, keluarga miskin dapat memahami nilai kebersamaan,

interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Rumah tangga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa maupun di kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat


(38)

dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.

2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan, peningkatan

kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Sedangkan keterampilan-keterampilan vokalisasi bisa dikembangkan melalui cara-cara pertsipatif. Pengetahuan lokal yang biasanya diperoleh melalui pengalaman yang dapat dikombinasikan dengan pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat miskin untuk menciptakan matapencaharian sendiri atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnnya.

3. Manajemen diri, kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka

sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoprasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal pendamping dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

4. Mobilisasi sumber, merupakan sebuah metode untuk menghimpun

sumber-sumber individual melalui tabungan regular dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memilikisumbernya sendiri yang jika


(39)

dihimpun dapatmeningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.

5. Pembangunan dan pengembangan jaringan, pengoranisasian

kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan

bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.13

Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Mengacu pada Ife, peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya.

1. Fasilitator. Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber.

13

Sumber: http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_32.html Pendampingan Sosial dalam Pengembangan Masyarakat


(40)

2. Pendidik. Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik.

3. Perwakilan masyarakat. Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja

sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan

pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan

masyarakat, dan membangun jaringan kerja.

4. Peran-peran teknis. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur

sumber dana.14

C.KEMISKINAN

14

Ife, Jim (1995), Community Development: Creating Community Alternatives,Vision, Analysis and Practice, Longman, Australia


(41)

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan (income) dari suatu kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin.

Memahami masalah kemiskinan seringkali menuntut adanya upaya untuk melakukan pendefinisian dan pengukuran. Sehubungan dengan hal itu, perlu disadari juga bahwa masalah kemiskinan telah banyak dipelajari oleh berbagai ilmuan sosial yang berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Oleh sebab itu wajar apabila kemudian dijumpai berbagai konsep dan cara pengukuran tentang masalah kemiskinan ini.

Dalam konsep ekonomi misalnya, studi kemiskinan terkait dengan konsep standar hidup, pendapatan dan distribusi pendapatan. Standar kehidupan masyarakat yang bersifat umum. Selain itu dapat dinilai dari segi pendapatannya, jika pendapatannya jauh lebih besar dari kebutuhannya, maka ia disebut makmur.

Sementara ilmuan sosial yang lainnya tidak ingin berhenti pada konsep-konsep tersebut, melainkan megkaitkan dengan konsep-konsep kelas, stratifikasi sosial, struktur sosial, dan bentuk-bentuk diferensiasi sosial lainnya. Hal yang sama juga dijumpai dalam usaha untuk melakukan pengukuran tingkat kemiskinan.

Konsep taraf hidup misalnya, tidak cukup dilihat dari segi pendapatan, akan tetapi juga perlu melihat faktor pendidikan, kesehatan, perumahan, dan


(42)

kondisi sosial lainnya. Kenyataan tersebut mengakibatkan pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan juga bervariasi.

Menurut Hardiman (1982:33), mengemukakan tiga pendekatan yaitu :

garis kemiskinan, indicator kesejahtraan dan pengukuran ketimpangan.15

Adanya berbagai variasi pendekatan dalam pengukuran tersebut sekaligus juga menunjukan bahwa kemiskinan dapat dilihat secara Absolute dan Relatif.

Secara absolute maksudnya tingkat kemiskinan diukur dengan standar tertentu, sehingga kemudian dapat dikatakan bahwa mereka yang taraf hidupnya dibawah standar yang ditentukan tersebut dikatakan miskin. Sebaliknya mereka yang hidupnya di atas standar dinyatakan tidak miskin. Maksudnya tingkat kemiskinan diukur dengan standar tertentu, sehingga kemudian dapat dikatakan bahwa mereka yang taraf hidupnya di bawah standar yang ditentukan tersebut dikatakan miskin, sebaliknya mereka yang taraf hidupnya di atas standar dinyatakan tidak miskin.

Secara relatif, kemiskinan tidak semata-mata diukur dengan menggunakan standar yang baku, melainkan juga dilihat dari seberapa jauh peningkatan taraf hidup lapisan terbawah telah terjadi dibandingkan dengan masyarakat yang lain, juga dibandingkan dengan kenaikan tuntutan kebutuhan

hidup yang berkembang sejalan dengan perkembangan hidup masyarakat.16

Oleh karena kompleksitas masalah kemiskinan ini terkait erat dengan hampir seluruh aspek kehidupan manusia, maka analisa atau kajian mengenai penyebab terjadinya kemiskinan akan meliputi berbagai segi; sosial, politik, budaya, ekonomi, agama, dan juga lingkungan alam dan sebagainya. Karena

15

Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Jaya,1995),Cet.I. h.117

16


(43)

kajian tentang penyebab kemiskinan, selain dipengaruhi oleh bidang disiplin ilmu seseorang, juga bergantung pada bentuk atau jenis kemiskinan itu sendiri.

Kemiskinan menurut Ilmu Sosiologi diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan juga tidak bisa mengoptimalkan seluruh

kemampuan fisik mentalnya.17

Ada dua bentuk kemiskinan yang dapat ditandai, yaitu :

- Kemiskinan yang menimpa segelincir atau katakanlah segolongan

minoritas dalam beberapa lingkungan masyarakat. Disebabkan oleh :

Miskin dari perorangan, miskin dari keluarga atau keturunan didalam lingkungan pengaruh dari masyarakat makmur banyak diselidiki dan diperdebatkan, dan karena sebab-sebab lainnya, seperti ; Moral, Lingkungan, Pendidikan, Kesukuan, Sosial, Kesehatan.

Terdapat kemiskinan yang menimpa semuanya kecuali segelincir orang yang berada dalam masyarakat tersebut.

Kebanyakan rakyat miskin disebabkan karena mereka tidak mampu menanggapi keuntungan dari perusahaan dan persaingan bebas serta pemasaran. Dengan demikian, daya tenaganya telah disia-siakan oleh kebodohan dan birokrasi yang merugikan.

Kemungkinan lainnya adalah mereka miskin disebabkan mereka diekspoitasi, kelebihan yang mereka hasilkan telah diserap oleh tuan tanah yang kejam atu oleh orang kaum kapitalis, sehingga kemiskinan berlangsung terus menerus, pada akhirnya semua jatuh ketangan para pemilik tanah.

17


(44)

Kemiskinan adalah bencana bagi manusia yang paling perkasa, ketat, dan padat. Ia adalah biang keladi derita yang berlanjut, dari kelaparan dan

penyakit sampai kepada konflik sosial, bahkan perang.18 Masalah sosial yang

bersumber dari faktor ekonomis, yaitu ; kemiskinan adalah suatu keadaan yang dimana seseorang tidak bias menjamin hidupnya sendiri seperti orang lain pada umumnya. Ukuran ini akan semakin jelas, jika seseorang kurang atau tidak mampu menggunakan tenaga fisiknya dan mentalnya dalam usaha mencapai taraf hidup yang diinginkan, seperti taraf kehidupan orang lain dalam masyarakat tertentu.

Kemiskinan pada masyarakat yang masih sederhana, yaitu ; kemiskinan yang bukan sebagai masalah sosial, karena disamping taraf kemiskinan itu merata, sehingga tak begitu terasakan, juga karena orang pada umumnya menganggap bahwa kemiskinan itu sebagai bagian dari nasib hidupnya, yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Dengan demikian usaha yang dilakukannya hanya sekedar huntuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Memang mungkin bagi mereka hal ini bukanlah suatu masalah, akan tetapi ia merupakan masalah bagi Negara, sebab ukuran suatu Negara yang sejahtera terletak pada ukuran kesejahteraan masyarakat secara umum sebagai warga Negara.

Kemiskinan dalam masyarakat tergolong kompleks, yaitu ; seseorang merasa dirinya miskin bukan karena kurang makan, kurang sandang, atau kurang papan semata, melainkan lebih ditekankan pada hartanya yang ada dianggap kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kompleks.

18

Jhon Kenneth Galbraith. Hakikat Kemiskinan Masa. (Jakarta:Sinar Harapan, 1983)Cet.I. hal.21


(45)

Artinya ukuran kemiskinan masyarakat tergolong kompleks tidakllah sama dengan ukuran kemiskinan pada masyarakat yang masih sederhana. Keadaan ini dapat kita lihat pada perbedaan antara kehidupan masyarakat desa dan

kehidupan masyarakat kota.19

2. Faktor-faktor Kemiskinan

Banyak faktor yang mempengaruhi kemiskinan, diantaranya ; a. Pengangguran

Semakin banyak pengangguran, semakin banyak pula orang-orang miskin yang ada di sekitar. Karena pengangguran atau orang yang menganggur tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia itu semakin hari semakin bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan orang biasa menjadi pencuri, perampok, dan pengemis yang akan meresahkan masyarakat sekitar.

b. Tingkat pendidikan yang rendah

Tidak adanya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan wawasan yang lebih, masyarakat tidak akan mampu memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa mengerti dan memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia. Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa

19

Drs. Abdul Syani, Sosiologi Kelompok Dan Masalah Sosial, (Jakarta:Fajar Agung, 1987). Cet.I. hal. 120


(46)

menjadi bisa, salah menjadi benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan yang rendah masyarakat akan dekat dengan kemiskinan.

c. Bencana Alam

Banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan tsunami menyebabkan gagalnya panen para petani, sehingga tidak ada bahan makanan untuk dikonsumsi dan dijual kepada penadah atau koperasi. Kesulitan bahan makanan dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak

dapat terpenuhi.20

20

Sumber dari http://ochascorpiogirl.com/2012/10/faktor-penyebab-dan-cara-mengatasi.html> Di Akses pada 7 November 2014 Pukul 19.34 WIB.


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM

RUMAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A.Latar Belakang Berdirinya Rumah Pemberdayaan Masyarakat

Kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat tidak mungkin

dibebankan kepada satu pihak saja. Semua elemen masyarakat harus terlibat aktif dalam bentuk apapun dan dalam semua bidang yang ada. Pemerintah telah menyiapkan sistemnya, masyarakat dapat mengkritisinya dan memberikan masukan perbaikan dalam tahapan pelaksanaannya. Sedangkan media massa berperan sebagai jembatan penghubung informasi antar kedua belah pihak. Semua peran itu tersambung menjadi satu kelengkapan yang utuh. Masing-masing berperan dalam porsinya dan menjadi evaluator bersama pula. Keberadaan semua elemen penting ini akan menjadi keniscayaan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat di Indonesia

Perlu dipahami arti dan makna pemberdayaan masyarakat, keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa

dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang

bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar memiliki kesehatan fisik dan mental, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi, sedangkan pembangunan masyarakat adalah suatu hal yang perlu diarahkan untuk kemampuan masyarakat itu sendiri. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat kita dalam kondisi yang


(48)

masih belum mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat, hingga muncul perubahan yang lebih efektif dan efisien.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selain itu, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah langkah positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perekutan ini juga meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. Dalam upaya pemberdayaan ini, yang amat pokok adalah meningkatkan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan pemberdayaan ini menyangkut pembangunan sarana dan prasarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan,listrik jembatan, mauapun sekolah, dan juga fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta kesediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu menyentuh pada lapisan masyarakat ini.


(49)

Pada saat sekarang ini sangat banyak program-program yang ditujukan pada masyarakat dengan label pemberdayaan masyarakat. Program-program ini bersumber dari pembiayaan negara yang dikelola oleh pemerintah maupun dari sumber-sumber yang berasal dari luar negeri yang biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Program dengan pendekatan partisipatoris dalam rangka pemberdayaan masyarakat ini mencoba untuk mendudukkan masyarakat menjadi pelaku sentral dari program. Pendekatan ini mencoba untuk memperbaiki pola-pola lama yang berlaku pada program pembangunan pada era dulu dimana masyarakat hanya menjadi objek semata.

Program Penanggulangan Kemiskinan yang dimulai sejak lama sudah menjangkau seluruh pelosok tanah air, upaya itu telah menghasilkan perkembangan yang positif, namun demikian, belum sepenuhnya mampu mengatasi persoalan kemiskinan secara menyeluruh di tingkat masyarakat sebagai kelompok sasaran, hal ini disebabkan oleh ketidakjujuran di dalam pemerintahan, terlihat kejanggalan yang sering terjadi, atau biasa kita ketahui dengan nama korupsi. Pada suatu sisi menyebabkan kemalasan pada masyarakat, dan menimbulkan lonjakan pengganguran dan dengan cepat meningkatkan angka kemiskinan di pedesaan maupun perkotaan.

Khusus menangani persoalan kemiskinan Rumah Pemberdayaan Masyarakat telah merancang suatu program yang diharapkan dapat lebih terjamin berkelanjutan yaitu P2KM ( Program Pendampingan Keluarga Miskin ), program ini mempunyai strategi dan orientasi yang lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas. Program yang akan di laksanakan oleh Lembaga Rumah Pemberdayaan Masyarakat ini menganut


(50)

pendekatan pemberdayaan sebagai suatu syarat menuju pemberdayaan masyarakat miskin hingga mencapai kehidupan yang layak dan mandiri.

Rumah Pemberdayaan Masyarakat merupakan mitra terdepan dan amanah dalam hal pemberdayaan dan pendampingan khususnya pendampingan pada keluarga miskin. Lembaga ini pertama kali berdiri dengan nama Baitul mal Hijrah yang merupakan divisi sosial KJKS HIJRAH cabang Ciputat, tepatnya pada pertengahan 2010, saat itu kegiatan yang baru dijalankan adalah santunan untuk guru, pembagian sembako bagi masyarakat dan bantuan untuk pedagang Kaki”5 yang tersangkut hutang rentenir. Namun pada pertengahan 2011 fokus kegiatan kami hanya pada pendampingan dan pembinaan saja , dan kegiatan kami mulai dengan menggunakan nama baru yaitu Rumah Pemberdayaan Hijrah. Kemudian Rumah Pemberdayaan Hijrah baik aspek manajemen dan aspek legal terpisah dari KJKS Hijrah menjadi lembaga otonom yaitu LSM Rumah Pemberdayaan Masyarakat, hal ini disebabakan bahwa membina dan mendampingi kelarga miskin harus diperlukan waktu

penuh dan profesional para pengelolanya.1

B. Visi dan Misi Rumah Pemberdayaan Masyarakat

- Terdepan dan Amanah dalam pendampingan dan pemberdayaan

masyarakat miskin.

- Memberikan Pendampingan dengan mudah, cepat dan berkualitas.

- Mengoptimalkan dana-dana sosial melalui pendampingan warga miskin.

1


(51)

Tujuan RPM yaitu membantu masyarakat miskin dalam menemukan potensi sehingga meningkat statusnya menjadi berdaya dan mandiri, dan agar dapat meningkatkan serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan warga miskin, memberikan advokasi kepada masyarakat tentang prosedur mengakses layanan umum gratis baik milik pemerintah maupun swasta, serta sebagai upaya membantu pemerintah dalam program pengetasan kemiskinan

masyarakat.2

C. Proses Perekrutan Masyarakat Rumah Pemberdayaan Masyarakat Proses perekrutan masyarakat yang akan diberdayakan, Rumah Pemberdayaan Masyarakat melakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui masyarakat dengan mulut ke mulut, artinya untuk mengetahui tentang keberadaan lembaga dari seseorang kerabat atau family diantara mereka yang kebetulan memiliki tetangga atau keluarga yang layak untuk diberikan bantuan dan bimbingan atau layak untuk diberdayakan.

Memberitahukan lapisan masyarakat melalui RT atau RW dengan maksud mencari data untuk mengetahui keadaan warga dari RT dan RW tersebut. Memfasilitasi masyarakat dengan halaman yang bisa diakses melalui internet dengan Web, dan memberikan formulir pendaftaran bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan Rumah Pemberdayaan Masyarakat.

Rumah Pemberdayaan Masyarakat sendiri juga melakukan survey langsung terhadap masyarakat dengan mempunyai kriteria kelayakan hidup yaitu setiap keluarga harus mempunyai penghasilan per kepala setidaknya Rp

2

Ahmad Husein, Ketua Rumah Pemberdayaan Masyarakat, Wawancara Pribadi, Tangerang Selatan 12 Oktober 2013


(52)

600.000 per bulan, jika dalam satu keluarga terdapat tiga orang, maka penghasilan dari keluarga tersebut dikalikan tiga. Kriteria ini dijadikan pegangan kelayakan hidup bagi masyarakat yang akan direkrut untuk

diberdayakan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat.3

D. Struktur Pengurus Rumah Pemberdayaan Masyarakat

Pada dasarnya Struktur pengurus Rumah Pemberdayaan Masyarakat tidak terlalu banyak dan berbelit. Mereka mengoptimalkan pengurus yang dibutuhkan dalam menjalankan program. Kepengurusan yang memungkinkan koordinasi yang maksimal untuk kepengurusan sejenis lembaga tersebut. Ini terlihat dari beberapa orang yang duduk di kepengurusan tersebut, karena hanya terdapat ketua atau direktur, sekertaris, bendahara dan koordinator-koordinator program. Selain dari struktur itu terdapat staff dan juga banyak lapisan masyarakat yang membantu kegiatan mereka. Tapi secara sederhana susunan kepengurusan adalah sebagai berikut.

Diatas dewan pengurus yang diketuai oleh ketua umum ada dewan pendiri, dewan pembina dan dewan penasehat. Jika dilihat dari struktur yang ada, dewan Pendiri berhak mengangkat dan memberhentikan dewan pengurus, dewan Pembina dan dewan penasehat.

Struktur lembaga Rumah Pemberdayaan Masyarakat secara garis besar dibagi dalam empat bagian, yang terdiri dari;

- Dewan Pendiri, mereka yang mendirikan pertama kali lembaga ini.

Mereka mempunyai kewenangan penuh dalam apapun di lembaga.

3


(53)

- Dewan Pembina, mereka yang memberikan pembinaan dan masukan – masukan untuk pelaksanaan program.

- Dewan Penasehat, mereka menasehati terhadap kegiatan – kegiatan yang

dilakukan oleh lembaga.

- Dewan Pengurus, mereka yang melaksanakan program kerja dari

kepengurusan lembaga.

Ketua Pembina, terdiri dari;

1. Ir. Jusuf Sanggarabudi

Dewan Pembina, terdiri dari;

1. Ajat Jatnika, S.E

2. Ali Rahmat, Lc.MA

Dewan Penasehat, terdiri dari;

1. Ir. Eko P.Pratomo

2. Ir. Ruhamaben M.Sae

Disamping itu juga Rumah Pemberdayaan Masyarakat didukung oleh para relawan atau pendamping yang cepat dalam kerja serta tanggap dalam merespon tuntutan lapangan. Para pendamping yang membantu berjalannya kegiatan di Rumah Pemberdayaan Masyarakat sangat dibutuhkan, sebab jika hanya koordinator saja, tentu akan kekurangan orang dalam turun dilapangan.

Selain itu juga untuk memudahkan dalam berkerjasama dan memberi data-data lapangan yang kongkrit. Dan juga tentunya semua kerja lapangan


(54)

yang dilakukan banyak diawasi baik dari pihak luar, seperti para donator yang ingin melihat langsung bagaimana kerja lapangan yang dilakukan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat dan tentunya dari pihak lembaga itu sendiri.


(55)

Struktur Kepengurusan Rumah Pemberdayaan Masyarakat;

Gambar 1

Sumber: Struktur Kepengurusan Rumah Pemberdayaan Masyarakat Ta.2013

KETUA/DIREKTUR Ahmad Husen, S.Kom DEWAN PEMBINA

Ajat Jatnika, S.E Ali Rahmat, Lc.MA

DEWAN PENASEHAT Ir. Eko P.Pratomo Ir. Ruhamaben M.Sae KETUA PEMBINA

Ir. Jusuf Sanggarabudi

SEKRETARIS Khulafaurrosyidin

BENDAHARA Ria Ratna Ningsih S.ag

KETUA BID. EKONOMI Rudi Hendrawan, S.E KETUA BID. RELAWAN

Eko Yudo

KETUA BID. KESEHATAN dr. Anni Martiyanii KETUA BID. PENDIDIKAN


(56)

E. Manajemen Rumah Pemberdayaan Masyarakat

Rumah Pemberdayaan Masyarakat adalah lembaga yang di rancang untuk memberdayakan kehidupan masyarakat yang mampu mengatasi kemiskinan dan membuat dirinya menjadi mandiri. Disamping itu RPM juga mengemban misi untuk memberikan pendampingan agar masyarakat menjadi berdaya.

Untuk melancarkan tugas dan misi mengenai berbagai pemberdayaan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan upaya pendampingan keluarga miskin secara berkelanjutan, RPM memiliki manajemen kelembagaan yang mampu mengatasi persoalan yang timbul. Manajemen RPM dilakukan secara terbuka, dalam pengambilan keputusan dilakukan dalam sistem musyawarah. Transparasi dan akuntabilitas merupakan prinsip yang harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dan terlibat dalam pelaksanaan Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM), untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas tersebut RPM perlu menyusun laporan atau data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya laporan keuangan, laporan penyaluran dana, laporan dana kegiatan program. Laporan tersebut hendaknya dibuat bulanan, khusus laporan akhir tahun harus di audit oleh akuntan publik.

Laporan setiap bulan atau data tersebut dipampang pada catatan dinding yang disediakan oleh lembaga RPM. Sedangkan laporan akhir tahun dipampang pada catatan dinding dan disampaikan pada rapat tahunan RPM


(57)

yang dilakukan setiap setahun sekali dan dipertanggung jawabkan oleh penggurus RPM dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan, dalam tiga bulan sekali pengelola keuangan membuat laporan ke lembaga tentang laporan keuangan RPM. Laporan keuangan ini di audit oleh akuntan publik, dengan tujuan mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya. Secara umum pemeriksaan akuntan adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-peryataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam pemeriksaan laporan keuangan ini, akuntan publik menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, hasil pemeriksaan akuntan terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam

bentuk tertulis berupa laporan akuntan.4

4


(58)

BAB IV

ANALISIS

A.Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin di Pamulang Permai I Tangerang Selatan

Sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti dengan ketua lembaga, maka dapat dianalisa beberapa peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat dalam membantu memberikan pelayanan sosial, kesejahteraan dan bimbingan dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin.

Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat dalam memberdayakan masyarakat khususnya dalam pendampingan keluarga miskin, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bidang, yaitu: bidang ekonomi, bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Dan terdapat tugas rutin Rumah Pemberdayaan Masyarakat sebagai pendamping dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin. Rumah Pemberdayaan Masyarakat telah berperan dalam melakukan kegiatan pemberdayaan yang dapat dijalankan oleh penerima program agar dapat memenuhi kebutuhan secara layak dan mandiri sesuai hak dan kewajiban mereka sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.

1. Bidang Ekonomi

Pemberdayaan dalam bidang ekonomi yang ada di Rumah Pemberdayaan Masyarakat yaitu pemberdayaan ekonomi dalam bentuk bantuan usaha mikro dan pelatihan wirausaha, kegiatan ini disediakan untuk


(59)

masyarakat di bawah naungan Rumah Pemberdayaan Masyarakat agar masyarakat dapat memiliki kemampuan usaha dan dapat memberdayakan

dirinya sendiri sehingga menjadi masyarakat yang mandiri.1

a. Bantuan Gerai Usaha Mikro

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah program yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Program ini merupakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat dalam bidang ekonomi. Dimana Rumah Pemberdayaan Masyarakat memberikan bantuan bagi masyarakat yang mengikuti program ini, seperti bedah gerobak, dalam bedah gerobak, masyarakat yang sudah memiliki gerobak dan akan di survey agar menjadi layak dan masyarakat yang ingin mempunyai usaha dengan menggunakan gerobak maka RPM akan menyiapkan gerobak, sehingga masyarakat mempunyai kapasitas pendapatan yang cukup, dan memberikan bantuan bagi masyarakat yang memiliki warung makanan ringan plus kopi, tentunya dalam hal ini masyarakat yang mengikuti program Gerai Usaha Mikro sudah melalui tahap survey yang telah ditentukan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat, usaha mikro ini sendiri dapat membantu memberdayakan masyarakat yang

1

Dwi, Koodinator Program, Wawancara Pribadi, , Tangerang Selatan 13 Januari 2014, Pukul 10.15 WIB.


(60)

memiliki keterbatasan modal sehingga dapat mengembangkan usaha dari masyarakat itu sendiri dan menjadi masyarakat yang mandiri.

Seperti yang dikatakan Pak Hendri setelah berjualan menggunakan

gerobak di sekolah-sekolah;2

„„Tadinya saya jualan depan sekolah mas, kalau sekarang saya nyewa tempat di dalem sekolah, enak jadinya mas..allhamdulillah abis terus kalau di dalem sekolah..‟‟

Setelah melakukan perbaikan gerobak dengan Rumah Pemberdayaan Masyarakat, dengan mengembangkan usahanya, penjualan meningkat dan penambahan item yang dipasarkan, sehingga Pak Hendri dapat menambah gerobak dan dapat menyewa tempat di dalam sekolah YPIA Parung,Bogor, dan memberikan peluang kepada masyarakat lain untuk menjaga usaha yang berada diluar sekolah.

Kegiatan ini mentargetkan peningkatan pemberdayaan yaitu setiap satu tahun, setelah waktu yang ditentukan tersebut akan diadakan evaluasi kegiatan pemberdayaan ini.

b. Entrepreneur Training

Program Entrepreneur training (pelatihan kewirausahaan ) bertujuan untuk melahirkan para pengusaha baru dari kalangan masyarakat. Masyarakat diajarkan untuk sukses, sehingga masyarakat membutuhkan banyak keterampilan dan keterampilan tersebut pasti dapat diperoleh dari pelatihan yang berkesinambungan.

2

Pak Hendri, Anggota P2KM, Wawancara Pribadi, Tangerang Selatan, Selasa 11 November 2014 Pukul 16.00 WIB.


(61)

Pelatihan kewirausahaan ini memberikan bekal pelatihan yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha baru bagi masyarakat. Pelatihan kewirausahaan dijalankan dengan kurikulum yang dibuat dari pengalaman para pengusaha-pengusaha yang telah sukses menjalankan usahanya

bertahun-tahun. Masyarakat dapat mempelajari mengenai dasar keuangan,

pengembalian modal, mengenali peluang, keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses, berkompetisi, analisis biaya dan manfaat, sales, dan hukum dagang serta pajak yang sederhana. Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat keluarga miskin agar dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Kegiatan pelatihan kewirausahaan ini dilaksanakan setiap tiga kali dalam sebulan, dalam pertemuan pertama, masyarakat diberikan materi yang mencakup kewirausahaan dan manajemen usaha, dan di pertemuan kedua, masyarakat diberikan cara pengolahan usaha dan jenis-jenis usaha, kemudian pada pertemuan ketiga, masyarakat diberikan cara-cara melakukan praktik usaha serta diberikan latihan bermacam-macam pebuatan usaha.

2. Bidang Pendidikan

Untuk percepatan kemandirian masyarakat, maka perlu dilaksanakan kegiatan pendidikan kemasyarakatan. Dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas Masyarakat, Rumah Pemberdayaan Masyarakat melakukan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pendidikan. Kegiatan ini mendasarkan bahwa sumber daya manusia merupakan aset yang dimiliki masyarakat miskin, dan perkembangannya memiliki kepentingan yang mendasar dalam pengurangan kemiskinan serta


(62)

membangun dan meningkatkan keahlian-keahlian yang dapat dipasarkan dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin.3

a. Senyum Cerdas Dhuafa

Pemberdayaan dalam bidang pendidikan yang ada di Rumah Pemberdayaan Masyarakat, yaitu pendidikan berbentuk PAUD atau pendidikan anak usia dini, pendidikan yang disediakan untuk dhuafa. Program ini memprioritaskan anak-anak usia dini dari kalangan keluarga atau masyarakat tidak mampu. Memberikan kesempatan bagi anak usia dini dari keluarga dan masyarakat tidak mampu untuk berkembang dengan penyediaan tempat bermain dan belajar yang membantu mereka agar tumbuh cerdas, bahagia dan bertakwa.

Pendidikan PAUD yang ada dalam naungan Rumah Pemberdayaan Masyarakat ini bertujuan untuk, meningkatkan keyakinan dalam beragama, menanamkan pendidikan akhlak Islami pada anak sejak usia dini, mengasah sosialisasi dan kepekaan emosional anak secara sehat sejak usia dini, mengembangkan kemampuan kognitif anak dimulai dari usia dini, mengembangkan koordinasi motorik halus anak dan kreativitas dalam keterampilan dan seni dan meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani.

Terdapat metode dan teknik pengajaran dalam pendidikan anak usia dini, yaitu dengan cara bermain sambil bernyanyi, yang bertujuan untuk melatih

3

Dwi, Koodinator Program, Wawancara Pribadi, , Tangerang Selatan 13 Januari 2014, Pukul 10.30 WIB.


(63)

emosi serta menciptakan suasana ceria dan bahagia. Dalam metode pemberian tugas yaitu bertujuan untuk melatih anak-anak agar bertanggung-jawab, praktek dan latihan langsung dengan melatih dan mengembangkan keterampilan, serta bercerita dan sandiwara boneka yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas anak.

b. Sekolah Karakter Plus Bimbel

Sekolah karakter plus bimbel ini merupakan kegiatan yang ada di rumah pemberdayaan masyarakat. Kegiatan sekolah karakter plus bimbel ini bertujuan untuk penguatan karakter pada masyarakat miskin agar tidak berpengaruh dengan pendidikan orang tua yang rendah, dalam kegiatan ini khususnya pelajar dari SD sampai SMA. Anak-anak diajarkan pelajaran umum seperti Bahasa Inggris, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Selain pelajaran umum mereka juga diajarkan pelatihan karakter dalam diri mereka, yaitu seperti pembelajaran terhadap mereka agar tidak menjadi pemalas dan siap bertanggung jawab demi kelangsungan hidup mereka nanti karena mereka adalah penerus bangsa dan orang tua mereka masing-masing, serta memjadikan diri mereka lebih mandiri.

Kegiatan ini diadakan seminggu sekali, berlokasi di desa Pondok Benda Tangerang Selatan. Dalam kegiatan ini terdapat 53 anak-anak dari keluarga miskin. Dalam seminggu sekali Rumah Pemberdayaan Masyarakat menurunkan relawan atau pendamping dari lembaga Rumah Pemberdayaan Masyarakat.


(64)

c. Pendidikan Keterampilan

Pendidikan yang terdapat di Rumah Pemberdayaan Masyarakat yaitu pembuatan mie hijau, pembuatan diterjen, pengupasan tusuk sate dan pembuatan keripik singkong. Pendidikan keterampilan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mempunyai keterampilan untuk perkembangan masyarakat yang mandiri.

Pendidikan keterampilan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi masa depan bagi individu masyarakat, pendidikan keterampilan secara kongkrit juga dapat merubah prilaku dan membentuk peningkatan kemampuan yang ada pada individu masyarakat dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan membuat pengusaha-pengusaha baru sesuai dengan keterampilan yang masyarakat miliki.

Seperti apa yang dikatakan mas Ian, 27 tahun;4

“bisa bikin mie hijau mas, saya buat usaha rumahan mas dibantu istri,kalau sekarang mah ada yang baituin tiga orang, pas saya ikut kegiatan pelatihan tau-taunya ga begitu ribet, saya coba-coba dah mas…kalau dijual lumayan mas ke pasar -pasar…

Setelah sebelumnya berpenghasilan pas-pasan dengan mengojek, dan sekarang membuat usaha rumahan mie hijau dengan modal tabungannya sebesar lima ratus ribu rupiah, maka sekarang mempunyai penghasilan bersih empat juta rupiah setiap bulannya.

Kegiatan pendidikan keterampilan ini diadakan setiap hari kamis mulai dari jam 09.00-12.00 WIB bertempat di dalam ruangan Rumah Pemberdayaan Masyarakat.

4

Mas Ian, Anggota P2KM, Wawancara Pribadi, Tangerang Selatan, Selasa 11 November 2014 Pukul 09.10 WIB.


(65)

3. Bidang Kesehatan

a. Dokter Mitra Dhuafa

Dokter mitra dhuafa merupakan kegiatan yang ada di lembaga rumah pemberdayaan masyarakat, kegiatan ini bertujuan untuk menjadikan masyarakat menjadi lebih tanggap terhadap kesehatan dan diharapkan menjadi masyarakat yang sehat di masa yang akan datang.

Dalam kegiatan ini masyarakat miskin hanya mendaftarkan diri dengan menggunakan surat keterangan tidak mampu, kemudian masyarakat mendapatkan kartu kesehatan yang bisa dipakai untuk pemeriksaan atau pengobatan rutin selanjutnya.

Seperti yang dikatakan Ibu Ece;5

Dateng bawa SKTM entar dapet kartu dah bang..kalo kerumah sakit mah ribet bang,..mesti pake ini itu apa dah..kalo ini mah enak bang..grratisss…hhaa..lumayann bang berobat iya dapur ngebul iya bang..hahaha”

Hal ini mengupayakan agar masyarakat mempedulikan kesehatannya dengan tidak membebani perekonomian mereka dan tetap bisa memenuhi kebutuhan mereka setiap harinya.

Kegiatan dokter mitra dhuafa ini diadakan satu bulan sekali dengan berbeda kelurahan di Tangerang Selatan setiap bulannya. Rumah pemberdayaan masyarakat menyiapkan dua dokter dan tiga perawat dalam satu kali kegiatan dokter mitra dhuafa, untuk dokter dan perawat dalam setiap kali kegiatan ini didatangkan dari rumah sehat Indonesia.

5

Ibu Ece, Anggota P2KM, Wawancara Pribadi, Tangerang Selatan, Rabu 12 November 2014 Pukul 12.25 WIB.


(66)

Rumah pemberdayaan masyarakat bekerja sama dengan rumah sehat Indonesia untuk program pendampingan keluarga miskin dalam pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.

4. Tugas Rutin Rumah Pemberdayaan Masyarakat

a. Melakukan Pertemuan Awal

Pertemuan awal merupakan kegiatan rumah pemberdayaan masyarakat sebagai pendamping untuk mensosialisasikan program kepada masyarakat atau keluarga miskin sebagai penerima program dan mendukung sosialisasi pada masyarakat umum. Dalam pertemuan awal pada tahun ini yaitu dilakukan pada tanggal 8 agustus 2013 kemarin, bertempat di kantor Rumah Pemberdayaan Masyarakat.

b. Pendampingan Proses Pembayaran

Dalam hal ini pada dasarnya Rumah Pemberdayaan Masyarakat mendampingi proses pembayaran serta melakukan negoisasi dan pengawasan agar proses pembayaran berjalan sesuai dengan ketentuan.

c. Diskusi dalam kelompok masyarakat

Kegiatan ini yaitu menyusun agenda dan mengadakan pertemuan dengan kelompok penerima program dalam kegiatan ini membahas dan menampung masalah pengaduan, keluhan, perubahan status dan menjawab pertanyaan tentang program.


(1)

(2)

(3)

Pelatihan Kewirausahawan RPM kerjasama dengan Kecamatan Pamulang


(4)

Bantuan Warung Makanan Ringan plus Kopi dalam Gerai Usaha Mikro


(5)

Kegiatan dalam Pendidikan Keterampilan


(6)

Kegiatan Dokter Mitra Dhuafa