STUDI PERBANDINGAN ANTARA KURIKULUM SMUTA, SMKTA DAN POLITEKNIK DAN STUDI TENTANG PENGALAMAN MAHASISWA DALAM MENGATASI KESULITAN YANG DIHADAPINYA : Suatu Studi terhadap Kurikulum SMUTA, SMKTA dan Politeknik dan Pengalaman Mahasiswa dalam Mengatasi kesulit
STUDI PERBANDINGAN ANTARA KURIKULUM SMUTA, SMKTA DAN
POLITEKNIK DAN STUDI TENTANG PENGALAMAN MAHASISWA
DALAM MENGATASI KESULITAN YANG DIHADAPINYA
( Suatu Studi terhadap Kurikulum SMUTA, SMKTA dan
Politeknik dan Pengalaman Mahasiswa dalam
Mengatasi kesulitan yang Dihadapinya di
Politeknik Jurusan Sipil Program Studi
Bangunan Gedung )
THESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Thesis
Institut fceguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi persyar&tan menempuh ujian
Magister Pendidikan Bidang Studi
Pengembangan Kurikulum
Disusun oleh
:
E. KOSASIH DANASASMITA S.
561 / F / XVII - 9
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
I989
DISETUJUI
DAN
DISAHKAN
OLEH
TIM
PEMBIMBING
Prof Sorimuda Nasution, MA., PhD.
Pembimbing
I
Prof. Dr. H. Subino Hadisubroto, M.A.
Pembimbing
FAKULTAS
PASCA
II
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1989
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
'
UCAPAN TERIMA KASIH
iii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
BAB II.
i
xi
PERMASALAHAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Malasah
3
C. Pembatasan Masalah
5
D. Tujuan Penelitian
7
METODOLOGI PENELITIAN
8
A. Metode Penelitian yang Digunakan
8
B. Sampel Penelitian
9
C. Tahap-Tahap Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
BAB III. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
12
• 19
24
28
A. Tahap Orientasi
2.6
B. Tahap Eksplorasi
28
Bagian Pertapia : Perbandingan Kesenjang*
an Antara Mata Pelajaran dan Bahan
viii
Halaman
Pengajaran Kurikulum SMA, STM Bangunan
Gedung dan Politeknik Bangunan Gedung ...
33
1. Relevansi Antara Mata Pelajaran Kuri
kulum SMA, STM Bangunan Gedung dan
Politeknik Bangunan Gedung
33
2. Relevansi Antara Bahan Pengajaran Ku
rikulum SMA, STM Bangunan Gedung dan
Politeknik Bangunan Gedung
1+0
3. Perihal Tes-Masuk Calon Mahasiswa ....
52
Bagian Kedua : Pengalaman Mahasiswa dalam
Mengatasi Kesulitan yang Dihadapinya ....
63
1. Perlakuan Terhadap Mahasiswa
63
2. Pengalaman Mahasiswa dalam Menghadapi
Mata Kuliah Keteknikan
3. Pengalaman Mahasiswa dalam Menghadapi
Mata Kuliah Eksakta
4. Pengalaman Mahasiswa dalam Menghadapi
Mata Kuliah Praktek
BAB IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
70
103
119
129
A. Kesimpulan
129
B. Implikasi
133
DAFTAR KEPUSTAKAAN
139
LAMPIRAN-LAMPIRAN.
IX
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Daftar Mahasiswa yang Diterima di Politeknik da
ri Tahun Ajaran 1982/1983 Sampai dengan Tahun
Ajaran 1988/1989
30
2. Perbandingan Jumlah Jam Belajar antara SMA dan
STM, Mata Pelajaran Fisika
tf
3. Perbandingan Jumlah Jam Belajar antara SMA dan
STM, Mata Pelajaran Matematika
46
if. Hasil Tes-Masuk Calon Mahasiswa Politeknik Angkatan Tahun 1986/1987
60
3. Hasil Tes-Masuk Calon Mahasiswa Politeknik Angkatan Tahun 1987/1988
60
6. Hasil Tes-Masuk Calon Mahasiswa Politeknik Angkatan Tahun 1988/1989
.•
6.1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.
Halaman
1. Struktur Program Kurikulum Politeknik Jurusan
Sipil Program Studi Bangunan Gedung
141
2. Kurikulum Politeknik Jurusan Sipil Program
Studi Bangunan Gedung
143
3. Kurikulum SMAKTA 1984 Rumpun Bangunan Program
Studi Bangunan Gedung
147
4. Kurikulum SMUTA 1984 Program Ilmu-Ilmu Fisik ..
•150
5. Relevansi antara Mata Pelajaran SMA, STM Ba
ngunan Gedung dan Politeknik Bangunan Gedung...
152
6. Relevansi antara Bahan Pengajaran Kurikulum
SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangun
an Gedung, Mata Kuliah Fisika
7. Relevansi antara Bahan Pengajaran Kurikulum
SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangun
an Gedung, Mata Kuliah Matematika
8. Relevansi antara Bahan Pengajaran Kurikulum
STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangunan Ge
dung, Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah
9. Relevansi anta Bahan Pengajaran Kurikulum STM
Bangunan Gedung, SMA dan Soal-Soal Tes-Masuk
Calon Mahasiswa Politeknik tahun 1988
XI
155
160
165
*
171
BAB I
PERMASALAHAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia yang
tercermin dalam alinea empat Pembukaan Undang-Undang Dasar
tahun 1945 pemerintah berkewajiban.mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sementara itu fasal ke-31 ayat ke-1 Undang-Undang
Dasar tahun 1945 juga menetapkan bahwa setiap warganegara
berhak untuk mendapatkan pendidikan. Di dalam upaya tereebut pemerintah telah mengambil pelbagai kebijaksanaan da lam pembangunan dan pembaharuan pendidikan. Salah satu sa-
sarannya diarahkan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang cakap dan terampil bagi pembangunan di pelbagai bidang.
Untuk itu maka pemerintah berupaya memperluas dan mening -
katk'an mutu pelbagai tingkat dan jenis pendidikan serta latihan kejuruan, termasuk di dalamnya adalah Politeknik.
Politeknik merupakan program pendidikan yang relatif
baru dalam jenjang kependidikan di Indonesia. la didirikan
dan dirintis oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ta
hun 1979 melalui keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi nomor ; 03/DJ/Kep./1979 tanggal 27 Januari 1979 ten
tang Pembukaan Program Pendidikan Diploma dalam bidang Tek
nik dan Akuntansi serta Pusat Pengembangan Pendidikan Poli
teknik.
Di lain fihak,-terdapat beberapa penelitian yang te
lah membuktikan bahwa terdapat banyak sekali faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Salah satu di antaranya
prestasi belajar dipengaruhi oleh hasil belajar yang telah
diperoleh sebelumnya (M.Surya, 1985 : 67).
Pernyataan lain menyatakan bahwa pengetahuan dan ke-
terampilan yang telah dimiliki serta sikap seseorang terba-
dap tugas-tugasnya akan menentukan keraampuan mengadaptasi
tugas-tugas baru yang dihadapinya (Bloom, 1982 : 11).
Setelah memasuki Politeknik para mahasiswa yang me -
miliki latar belakang yang beraneka ragam, lulusan SMKTA
dan lulusan SMUTA, harus mengikuti kurikulum yang sama, yakni kurikulum Politeknik. Berdasarkan kurikulum yang sama
tersebut mereka dididik menjadi lulusan yang sama pula. Yan*
menjadi pertanyaan adalah sejauh mana kesenjangan antara ku
rikulum SMUTA, SMKTA dan Politeknik ?. Setelah mengetahui
kesenjangan antara kurikulum tersebut perlu diketahui pula
bagaimana pengalaman mahasiswa dalam menghadapi pelaksanaan
kurikulum Politeknik tersebut. Untuk mengetahui bagaimana
perbandingan kesenjangan antara kurikulum SMUTA, SMKTA dan
Politeknik, serta bagaimana pengalaman mahasiswa dalam meng
atasi kesulitan yang dihadapinya perlu ada penelitian. The
sis ini membahas masalah tersebut di atas.
8. Rumusan Masalah
1-
Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
"Sejauh mana terdapat kesenjangan antara kurikulum SMUTA ,
SMKTA dan Politeknik, serta bagaimana pengalaman mahasisv/a
dalam mengatasi kesulitan yang disebabkan oleh kesenjangan
itu ?".
Seperti telah diuraikan pada bagian lain bahwa maha
siswa Politeknik berasal dari lulusan SMUTA dan SMKTA. ;3e -
suai dengan tujuannya kedua SLA tersebut tentunya memiliki
kurikulum yang berbeda pula. Yang menjadi pertanyaan adalah
sejauh mana terdapat kesenjangan antara mata pelajaran dan
bahan pelajaran SMUTA (dalam penelitian ini diambil SMA)
dan Politeknik ?. Selain itu sejauh mana pula terdapat ke senjangan antara mata pelajaran dan bahan pelajaran SMKTA
(dalam penelitian; ini. diambil STM) dan Politeknik ?.
Salah satu syarat untuk menjadi mahasiswa Politeknik
adalah lulus tes-masuk calon mahasiswa. Para peserta tes-
masuk yang terdiri atas lulusan SMA dan STM dihadapkan ke pada tes yang sama. Adapun tes-masuk tersebut terdiri atas
soal-soal Matematika dan Fisika. Muncul pertanyaan sejauh
mana terdapat kesenjangan antara bahan pelajaran yang ada
dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) SMA, STM
dan bahan pelajaran yang dijadikan soal-soal tes-masuk
calon mahasiswa Politeknik ?. Setelah lulus tes-masuk. calon
mahasiswa mereka resmi jadi mahasiswa Politeknik dan berhak
mengikuti semua kegiatan kurikuler. Yang menjadi pertanyaan
adalah bagaimana perlakuan para staf pengajar terhadap maha
siswa di dalam pelaksanaan proses belajar-raengajar ?. Bagai
mana pula upaya para mahasiswa dalam mengatasi kesulitan
yang mereka hadapi ?.
2.
Ulasan Tentang Pemilihan
Masalah
Hasil pertemuan yang kedua dengan pimpinan lembaga
pendidikan Politeknik, pak Andi (Laporan Lapangan No.l) ,di
peroleh beberapa informasi antara lain : (1) Mahasiswa Poli
teknik terdiri atas lulusan SMUTA dan SMKTA, (2) Politeknik
terraasuk jalur pendidikan "Practical Oriented". (3) Ada lu lusan SMKTA yang menunjukkan prestasi yang baik. Berdaserkan
informasi tersebut di atas, peneliti mengadakan wawancara
dengan staf pengajar Politeknik dan diperoleh inforraasi yang
lain di antaranya : (1) Jumlah mahasiswa Politeknik lulusan
STM sangat kecil jika dibandingkan dengan lulusan SMA, (2)
Tes-masuk yang digunakan menyeleksi calon mahasiswa Politek
nik lebih menguntungkan para lulusan SMA; (3) Mahasiswa lu
lusan STM menunjukkan lebih menguasai keteknikan dari pada
lulusan SMA tetapi mereka lemah dalam eksakta. Adapun lulus
an SMA lebih menguasai pelajaran eksakta tetapi lemah dalam
keteknikan (Laporan Lapangan No.2).
5
Berdasarkan informasi di atas peneliti merailih masa
lah "Bagaimana perbandingan prestasi belajar mahasiswa Poli
teknik lulusan SMUTA dan lulusan SMKTA ?. Sambil mengumpul-
kan dokumen yang diperlukan, yang ternyata mengalami kesu litan dan kurang lancar, peneliti membuat penjelasan dan pembatasan masalah tersebut, kemudian dikonsultasikan kembali
dengan pembimbing penulisan thesis. Maka terjadilan beberapa
kali perubahan masalah.
Setelah mempelajari dokumen yang diperoleh dari BAAK.
(Biro Administrasi Akademis dan Kemahasiswaan) Politeknik
ternyata mahasiswa lulusan SMKTA hanya berjumlah satu dua
orang saja dari tiap kelas, itu pun tidak setiap jurusan ada
lulusan SMKTA-nya (lihat Tabel 1.). Oleh karena itu maka di-
pilihlah fokus penelitian "Pelaksanaan pengajaran di Politek
nik dalam menangani lulusan SMUTA dan SMKTA". Fokus ini pun
mengalami perubahan lagi menjadi "Pelaksanaan Kurikulum di
Politeknik". Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapang
an akhirnya fokus penelitian menjadi : "Sejauh mana terda pat kesenjangan antara kurikulum SMUTA, SMKTA dan Politeknik
serta bagaimana pengalaman mahasiswa dalam mengatasi kesu litan yang disebabkan oleh kesenjangannya itu ?",
C
Pembataean Masalah
Oleh karena luasnya permasalahan : "Sejauh mana ter
dapat kesenjangan antara kurikulum SMUTA, SMKTA dan .
Politeknik, serta bagaimana pengalaman mahasiswa dalam meng
atasi kesulitan yang disebabkan oleh kesenjangannya itu ?" ,
maka pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut
:
1. Kurikulum Politeknik yang dinilai kesenjangannya dengan
kurikulum STM dam SMA adalah kurikulum Politeknik Jurus
an Sipil Program Studi Bangunan Gedung. Untuk selanjut nya dalam thesis ini digunakan nama Politeknik Bangunan
Gedung sebagai pengganti dari Politeknik Jurusan Sipil
Program Studi Bangunan Gedung.
2. Yang dimaksud dengan Kurikulum 1984 Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMKTA) adalah Kurikulum STM Rumpun
Bangunan Program Studi Bangunan Gedung. Untuk selanjut nya, dalam thesis ini digunakan nama STM Bangunan Gedung:
sebagai pengganti dari STM Rumpun Bangunan Program stu di Bangunan Gedung.
3. Komponen Kurikulum Politeknik yang dinilai kesenjangannya
dengan kurikulum STM dan SMA adalah komponen Mata pelajar
an dan Bahan Pelajaran yang terdapat dalam Sylabus Poli teknik Bangunan Gedung.
4. Komponen Kurikulum 1984 SMKTA yang dinilai kesenjangannya
adalah komponen Mata Pelajaran dan Bahan Pelajaran yang
terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) STM Bangunan Gedung.
5. Komponen Kurikulum 1984 SMUTA yang dinilai kesenjangann;iya
adalah komponen Mata Pelajaran dan Bahan Pelajaran yang
terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) SMA.
6. Staf pengajar yang diwawancarai sehubungan dengan pelak
sanaan proses belajar-mengajar adalah staf pengajar Poli
teknik Bangunan Gedung.
7. Mahasiswa yang diobservasi dan diwawancarai adalah para
mahasiswa Politeknik Bangunan Gedung.
D.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya menjawab per-
masalahan yang dirumuskan di atas. Adapun tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut i
1. Menganalisis kesenjangan antara kurikulum SMA, STM Bangun
an Gedung dan Politeknik Bangunan, Gedung. Berdasarkan an i-
lisis tersebut dapat dikatahui perbandingan kesenjangan
antara kurikulum SMA dan Politeknik Bangunan Gedung, dan
antara Kurikulum STM dan Politeknik Bangunan Gedung.
2. Melacak dan menelusuri pengalaman mahasiswa Politeknik
Bangunan Gedung dalam mengahadapi mata kuliah yang di ikutinya dan dalam upaya mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya.
BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Tahgp Orients!,
Sebelum mengadakan penelitian di lapangan, peneliti
mencari lembaga pendidikan yang memiliki peserta-didik (sis-
wa atau mahasiswa) beraneka-ragam. Di antara beberapa lemba
ga pendidikan yang memiliki peserta-didik beraneka-ragam ,
peneliti memilih lembaga pendidikan Politeknik A yang bera -
da di Kota A. Ketika diadakan kunjungan tidak resmi yang per
tama, diperoleh informasi bahwa lembaga pendidikan Politekr-
nik yang dipimpinnya memiliki peserta-didik (mahasiswa) yang
berlatar belakang beraneka-ragam, yakni berasal dari lulusan
SMUTA (Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas) dan SMKTA (Seko lah Menengah Kejuruan Tingkat Atas). Ia pun menjelaskan bah
wa merasa gembira ada "orang pendidikan" mengadakan peneli -
tian di lembaga pendidikan yang ia pimpin (Lap.nomor 1.).
Walaupun secara lisan, pada waktu itu ia sudah memberikan
ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sana.
B.
Tahap Eksplorasi
Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis kurikulum
dan pengalaman mahasiswa dalam mengatasi kesulitan yang di -
hadapinya. Oleh karena di Politeknik terdapat beberapa ju rusan dan program studi maka dalam penelitian ini lebih
28
29
ditujukan kepada analisis kurikulum, pelaksanaan belajar mengajar dan pengalaman mahasiswa di Jurusan Sipil Program
Studi Bangunan Gedung.
Menurut informasi dari staf pengajar, mahasiswa Po
liteknik yang berasal dari lulusan SMA memiliki prestasi
yang lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi mahasis
wa lulusan STM dalam mata pelajaran Eksakta, tetapi mereka
lebih rendah prestasinya dalam mata pelajaran keteknikan .
Sebaliknya, mahasiswa Politeknik lulusan STM memiliki pres
tasi yang lebih baik daripada mahasiswa lulusan SMA dalam
mata pelajaran keteknikan, tetapi mereka lebih rendah dalam
mata pelajaran Eksakta (Lap.nomor 2, 3» 4, 7, 8 dan 12).
Oleh karena mereka berasal dari SLA (Sekolah Lanjutan Atas)
yang berbeda, SMA dan STM, ada kecenderungan pengetahuan
mereka yang diperoleh sebelum memasuki Politeknik akan ber
beda- sesuai dengan tujuan sekolah masing-masing. Yang men -
jadi pertanyaan adalah sejauh mana terdapat kesenjangan an
tara bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum SMA,
STM dan kurikulum Politeknik ?.
Setelah memperoleh informasi bahwa mahasiswa Politek
nik terdiri atas mahasiswa lulusan SMA dan STM akan tetapi
jumlah mahasiswa lulusan STM jauh lebih kecil jika dibanding
kan dengan.jumlah mahasiswa lulusan SMUTA CLap.nomor 1, 2 ,
dan Tabel l.).maka muncul pertanyaan : Mengapa jumlah maha siswa yang lulus tes-masuk calon mahasiswa Politeknik yang
berasal dari para lulusan SMKTA hanya sedikit ?
50
Tabel : 1.
DAFTAR MAHASISWA YANG DITERIMA DI POLITEKNIK
DARI TAHUN AJARAN 1982/1983 SAMPAI DENGAN 1988/1989
TAHUN
SIPIL
No.
MESIN
LISTRIK
KET.
AJARAN
SMU
SMK
SMU
SMK
SMU
SMK
2
3
4
5
6
7
8
1982/1983
54
4
46
4
48
3
2
1983/1984
50
2
51
1
50
0
3
1984/1985
49
2
47
1
45
3
4
1985/1986
50
2
46
2
45
3
5
1986/1987
50
0
45
3
46
2
6
1987/1988
47
1
46
2
k3
5
7
1988/1989
48
3
48
0
48
3
1
1
.
Keterangan :
SMU
= Sekolah Menengah Umum
SMK
= Sekolah Menengah Kejuruan
9
31
Menurut informasi bahwa tes-masuk calon mahasiswa
terdiri atas materi Matematika dan Fisika, sedangkan selu-
ruh calon mahasiswa harus mengikuti tes-masuk yang sama .
Informasi lain adalah tes-masuk itu lebih menguntungkan pa
ra peserta tes yang berasal dari lulusan SMA. Dari mahasis
wa Politeknik yang berasal dari lulusan STM diperoleh in -
formasi bahwa mereka bisa lulus dengan jalan belajar sendi
ri mempelajari buku-buku SMA dan mempelajari soal-soal be -
kas tes-masuk tahun yang telah lalu (Lap.nomor 1, 2, 10 dan
14). Yang menjadi pertanyaan adalah : Sejauh mana terdapat
kesenjangan (diskripansi) materi
( soal) tes-masuk calon
mahasiswa Politeknik dengan materi Matematika dan Fisika
yang terdapat dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Penga jaran) SMA dan STM ?.
Berdasarkan informasi yang diuraikan di atas pada dasarnya menyatakan bahwa mahasiswa Politeknik terdiri atas
mahasiswa lulusan dari SMA dan STM. Selain itu diperoleh in
formasi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar antara mahasiswa yang bersangkutan. Berdasarkan in
formasi tersebut muncul pertanyaan, bagaimanakah perlakuan
(treatment) para pelaksana kurikulum dalara pelaksanaan pro
ses belajar-mengajar ? Bagaimana tanggapan mahasiswa Poll -
teknik terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di sa na ?.
Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
di atas, peneliti mengumpulkan berbagai informasi melalui
3^
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data yang diper
oleh disajikan secara terpisah dari thesis ini, akan tetapi
isinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari thesis ini.
Di dalam penelitian ini, data yang diperoleh diolah (diana -
lisis) dalam dua bagian, yakni bagian pertamaf membahas ten
tang kesenjangan antara kurikulum SMA, STM Bangunan Gedung
dan Politeknik Bangunan Gedung. Untuk mengetahui kesenjangan
tersebut, peneliti mengadakan analisis relevansi berdasarkan
mata pelajaran dan bahan pelajaran yang terdapat dalam kuri
kulum SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangunan Ge dung. Bagian kedua, membahas tentang pengalaman mahasiswa da
lam mengatasi kesulitan yang disebabkan oleh kesenjangannya
itu. Pada bagian ini secara berturut-turut akan disajikan
tentang perlakuan staf pengajar terhadap mahasiswa ; pengala
man mahasiswa dalam menghadapi mata kuliah keteknikan ; pe
ngalaman mahasiswa dalam menghadapi mata kuliah Fisika
dan
Matematika ; dan pengalaman mahasiswa dalam menghadapi mata
kuliah praktek.
BAGIAN PERTAMA :
PERBANDINGAN KESENJANGAN ANTARA MATA PELAJARAN DAN BAHAN
PENGAJARAN SMA, STM BANGUNAN GEDUNG
DAN POLITEKNIK BANGUNAN GEDUNG
Untuk mengetahui sejauh mana terdapat kesenjangan an
tara kurikulum SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Ba
-
ngunan Gedung, peneliti mengadakan analisis relevansi terha
dap kurikulum tersebut. Berikut ini secara berturut-turut
akan disajikan relevansi antara mata pelajaran kurikulum SKA,
STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangunan Gedung; relevan
si antara bahan pengajaran kurikulum SMA, STM Bangunan Gedung
dan Politeknik Bangunan Gedung; dan perihal tes-masuk calon
mahasiswa Politeknik.
l* ftelevansi antara Mata Pelaiarqn kurikulum SMA. STM R^im..
an Gedung dan Poli^knik Bangunan Gedung.
Hasil observasi terhadap pelaksanaan proses belajarmengajar mata pelajaran Teknik Satu (I.Ukur Tanah), menunjuk
kan bahwa mahasiswa lulusan STM memiliki kemampuan yang lebih
baik daripada teman-temannya. Pada saat diberi tugas untuk diselesaikan di dalam kelas, Edi, salah seorang mahasiswa lulus
an STM mampu menyelesaikannya dengan waktu tercepat dan hasil-
nya benar (Lap.nomor 10). Sedangkan dari "percakapan kami pada
saat mewawancarai Edi adalah sebagai berikut :
Pene : Waktu mengumpulkan tugas, Edi kelihatannya paling
33
34
duluan, raengapa bisa begitu ?
Edi
: Begini pak ..., sebenarnya pelajaran tadi sudah per
nah saya peroleh di SLA. Jadi terus terang saja saya
sudah menguasainya.
Panel : Oh begitu yah. Apa semua mata pelajaran sudah pernah
diperoleh di SLA ?
Edi
: Tidak pak, hanya "kebanyakan" materi keteknikan su dan pernah diperoleh di SLA.
Penel : Jadi hanya mengulang saja yah ?
Edi
Maksud saya begini pak, banyak mata kuliah di sini
sama dengan di SLA tetapi materinya ada yang mengu lang ada juga yang melanjutkan.
Penel
Oh ... begitu, bagaimana dengan mata kuliah yang la
in, maksud saya di luar keteknikan ?
Edi
Justru itu pak, saya ini kadang-kadang jadi tempat
bertanya teman-teman tetapi sekali-sekali saya yang
banyak bertanya pada mereka. Yang jelas penguasaan
pelajaran Matematika dan Fisika saya masih di baivah
teman-teman saya.
Penel : Lho, kenapa begitu ? Apa alasannya Ed ?
Edi
Begini pak, pelajaran Matematika dan Fisika itu per
nah diperoleh di SLA tetapi sangat minim sekali, se
dangkan di sini pelajaran tersebut cukup tinggi.
Akibatnya beberapa bagian materi pelajaran Matematika
dan Fisika merupakan "barang baru" bagi saya. (Lap.
nomor 10).
35
Berdasarkan pengakuan Edi ternyata banyak mata pela
jaran keteknikan yang sudah diperoleh di SLA walaupun di si
ni ada yang diulangi lagi,ada pula yang dilanjutkan atau di-
perdalara. Ia pun mengakui bahwa kemampuannya dalam mata pe lajaran Matematika dan Fisika masih di bawah teman-temannya
yang berasal dari SMA karena, menurut dia, materi pelajaran
tersebut hanya sedikit diperoleh di SLA.
Pernyataan serupa diberikan oleh Feri, mahasiswa lu
lusan STM, pada percakapan kami tanggal 4 Maret 1989. Dia
menyatakan tidak ada kesulitan dalam mata pelajaran keteknik
an karena sudah pernah mengenai di SLA. Akan tetapi dia me ngakui kelemahannya dalam mata pelajaran Matematika dan Fi -
sika karena selama di SLA kurang begitu terlatih (Lap.nomor
13).
Lain halnya dengan pernyataan Budi, mahasiswa lulusan
SMA, ..dia menganggap mata pelajaran Matematika dan Fisika ti
dak menjadi masalah baginya karena banyak materi tersebut te
lah diperoleh selama di SLA. Dia mengakui bahwa di Politeknik,
mata pelajaran Matematika dan Fisika ada yang mengulang, ada
juga yang melanjutkan atau bahkan diperkaya (Lap.nomor 11).
Berdasarkan informasi di atas tampak terdapat perbedaan pengetahuan para mahasiswa yang berasal dari SMA dan STM.
Apakah hal itu disebabkan karena kurikulumnya yang berbeda ?
Apabila kita perhatikan dari nama sekolah mereka memang sudah
berbeda, yakni "Umum" dan "Kejuruan" yang tentunya kurikulum
nya pun akan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh
56
kedua sekolah tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana persamaan dan perbedaan kurikulum kedua sekolah tersebut peneli
ti berusaha mengumpulkan beberapa informasi yang antara la
in berupa dokumen resmi berupa Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) baik SMA, STM ataupun Politeknik. Setelah
itu diadakan analisis relevansi (kesesuaian) antara mata pe
lajaran SMA, STM dan mata kuliah Politeknik. Analisis ini
hanya berdasarkan nama-nama mata pelajaran yang tertulis da
lam GBPP SMA dan STM Bangunan Gedung dan GBPP Politeknik Ba
ngunan Gedung.
Untuk mempermudah proses analisis relevansi (kesesuei-
an) mata pelajaran tersebut maka diadakan pemberian "kode"
pada setiap mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan se
kolah yang bersangkutan. Mata pelajaran SMA diberi kode de -
ngan diawali huruf SMU diikuti oleh lima angka, mata pelajar
an STM diberi kode dengan diawali huruf SMK diikuti oleh lima
angka, begitu juga mata kuliah Politeknik diberi kode dengan
diawali huruf POL dan diikuti oleh lima angka tertentu. Ke li
ma angka tersebut memiliki art! masing-masing, yakni dua ang
ka pertama menunjukkan nomor urut mata pelajaran, satu angka
berikutnya menunjukkan kelas, satu angka berikutnya lagi me
nunjukkan semester dan angka yang terakhir menunjukkan kre -
dit. Sebagai contoh misalnya kode POL. 09312 artinya :
POL = Mata kuliah yang termasuk kurikulum Politeknik.
09
= Nomor urut mata kuliah tersebut adalah sembilan.
37
3
= Mata kuliah tersebut diajarkan (diberikan) pada kelaa
(tingkat) tiga.
1
= Mata kuliah tersebut diajarkan pada semester satu di
tingkat yang bersangkutan (pada contoh tingkat tiga),
2
= Besarnya bobot kredit semester mata pelajaran terse but adalah dua.
Nomor kode tiap mata pelajaran dan mata kuliah dapat
dilihat pada Lampiran 2, Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Mata kuliah yang dianalisis kesesuaiannya adalah se
mua mata kuliah keteknikan baik berupa teori maupun praktek
ditambah mata kuliah Matematika dan Fisika yang berada pada
kurikulum Politeknik. Mata pelajaran STM yang dianalisis ke
sesuaiannya adalah semua mata pelajaran yang termasuk Mata
Pelajaran Dasar Kejuruan (MPDK) dan seluruh mata pelaja2-an
yang termasuk ke dalam Mata Pelajaran Kejuruan (MPK). Adapun
mata pelajaran SMA yang dianalisis kesesuaiannya adalah se -
luruh mata pelajaran yang termasuk Program Pilihan dan mata
pelajaran Program Inti yang sama dengan nama mata pelajaran
yang termasuk Program Pilihan kecuali Bahasa Inggris.
Relevansi (kesesuaian) nama-nama mata pelajaran yang
ada di SMA dan STM dengan mata kuliah Politeknik Bangunan
Gedung dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada kolom tiga, ke -
sesuaian dengan STM, ada yang terisi ada juga yang kosong,,
Apabila terisi berarti mata kuliah yang Politeknik yang bernomor urut sama ada kesesuaian dengan mata pelajaran STM .
38
Misalnya pada kolom tiga, nomor urut tujuh tertulis kode
SMK. 15112 berarti mata kuliah POL. 07113 (Fisika) ada di
Politeknik dan mata pelajaran dengan kode SMK 15112 (Fisi
ka I) ada di STM yang diajarkan pada semester satu, kelas
satu dengan bobot kredit dua.
Pada kolom empat, kesesuaian dengan SMA, juga ada
yang terisi ada juga yang kosong. Apabila terisi berarti
mata pelajaran tersebut ada di SMA tetapi jika kosong ber
arti mata pelajaran tersebut tidak ada di SMA. Sebagai con-
toh pada kolom empat nomor urut tujuh tertulis SMU. 13112,
hal ini berarti bahwa di SMA terdapat mata pelajaran Fisi
ka.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian (relevansi)
antara mata pelajaran yang terdapat pada GBPP SMA dan STM
Bangunan Gedung dengan mata kuliah yang ada dalam kuriku -
lum Politeknik Bangunan Gedung seperti terdapat pada Lam -
piran 5, ternyata ada enambelas mata pelajaran STM yang se
suai dengan mata kuliah Politeknik, dan ada dua mata pela jaran SMA yang sesuai dengan mata pelajaran Politeknik yakni Matematika dan Fisika. Persentase mata pelajaran STM Ba
ngunan Gedung adalah :
Rk = jumlah mata pelajaran yang sama
jumian semua mata pelajaran
"
=|£ x100ft =43,25#
Adapun persentase mata kuliah Politeknik yang sesuai dengan
mata pelajaran SMA adalah :
39
Rv = jumlah mata pelajaran yang sama
jumlah semua mata pelajaran
=?ff- x 100# = 5,kl%
Persentase di atas digunakan hanya untuk raembedakan
kesesuaian antara kurikulum SMA, STM Bangunan. Gedung dan
Politeknik berdasarkan nama mata kuliah. Oleh karena itu.
penggunaan. ruraus tersebut harus berhati-hati karena "isi"
dari mata kuliah yang dianggap ada kesesuaiannya itu tidak
seratus persen sama.
Hasil analisis kesesuaian (relevansi) di atas menun
jukkan bahwa 43,25# mata kuliah Politeknik ada kesesuaian
dengan mata pelajaran STM dan hanya 5,41$ mata kuliah Poli
teknik yang sesuai dengan mata pelajaran SMA. Adapun mata
kuliah yang ada kesesuaian dengan mata pelajaran SMA juga
dengan mata pelajaran STM ada dua buah yakni Matematika dan
Fisika. Hal ini berarti kesenjangan,berdasarkan nama mata
kuliah,antara kurikulum SMA dan. Politeknik jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan kesenjangan antara kurikulum STM
dan Politeknik. Muncul pertanyaan, sejauh mana tarap kesen
jangan antara bahan pengajaran yang terdapat dalam mata ku
liah yang ada di Politeknik, SMA dan STM ?. Sejauh mana ta rap kesenjangan antara bahan pengajaran yang terdapat dalam
mata kuliah yang ada di Politeknik dan STM. saja ?. Untuk itu
berikut ini akan disajikan analisis kesesuaian bahan penga
jaran mata kuliah Politeknik, mata pelajaran SMA dan STM.
Selain itu akan dianalisis bahan pengajaran mata kuliah
40
Politeknik yang hanya sesuai dengan mata pelajaran STM.
2. Kesesuaian (Relevansi) antara Bahan Pengaiaran SMA. STM
Bangunan Gedung dan Mata Kuliah Politeknik Bangunan Ge-
> dung.
Untuk mengetahui hingga mana kesesuaian (relevansi)
antara bahan pengajaran yang terdapat dalam mata pelajaran
yang ada di SMA, STM dan Politeknik Bangunan Gedung maka
diadakan analisis terhadap mata pelajaran dan mata kuliah
Eksakta Satu (Fisika) dan Eksakta Dua (Matematika). Sedang
kan untuk mengetahui kesesuaian bahan pengajaran STM dan
Politeknik Bangunan Gedung dianalisis mata pelajaran
dan
mata kuliah Teknik Satu (Ilmu Ukur Tanah). Tabel yang ter
dapat dalam Lampiran 6 dan Lampiran 7 menyajikan analisis
kesesuaian bahan pengajaran SMA, STM: Bangunan Gedung dalara
mata pelajaran Eksakta Satu (Fisika) dan Eksakta Dua (Ma tematika).
a. Relevansi Bahan Pengaiaran Fisika dan Matematika
Di dalam analisis ini dilihat kesesuaian Pokok Ba -
hasan dan Subr-Pokok Bahasan mata pelajaran Fisika yang ada
dalam GBPP SMA dan STM Bangunan Gedung dengan bahan penga
jaran yang ada dalam mata kuliah Fisika Politeknik Bangunan
Gedung.
41
Pada kolom tiga dan empat yang terdapat dalam Lam -
piran 6 tertulis kode yang terdiri atas huruf Romawi dan
angka-angka. Huruf Romawi menandakan kelas, sedangkan ang
ka pertama menunjukkan Tujuan Instruksional Umum (TIU) ,
angka kedua adalah nomor Pokok Bahasan dan angka ketiga me
nunjukkan nomor Sub-Pokok Bahasan (GBPP SMA dan STM). Se -
bagai contoh, di dalam Tabel yang terdapat dalam Lampiran
6, untuk Pokok Bahasan tiga "Gerakan dalam Bidang Vertikal",
Sub-Pokok Bahasan satu "Percepatan Gravitasi" di dalam ko
lom tiga tertulis "ya" dan pada kolom empat tertulis
1/2.1.5. Hal itu berarti bahan pengajaran yang tertulis da
lam GBPP SMA dengan Tujuan Instruksional Umum dua, Pokok Ba
hasan satu dan Sub-Pokok Bahasan lima ada keseusian dengan
bahan pengajaran Sub-Pokok Bahasan 3.1. mata kuliah Fisika
di Politeknik Bangunan Gedung. Kode "kelas" pada bahan peng
ajaran
yang ada dalam GBPP SMA perlu dicantumkan karena
ada nomor pokok bahasan atau sub-pokok bahasan yang sama
walaupun dalam kelas yang berbeda. Akan tetapi karena bahan.
pengajaran Fisika yang tercantum dalam GBPP STM memiliki
nomor Pokok.Bahasan yang berlanjut dari awal sampai akhir
maka kode "kelas" tidak perlu dicantumkan. Analisis rele -
vansi antara bahan Pengajaran Kurikulum Politeknik Bangun
an Gedung, untuk mata kuliah Fisika disajikan dalam tabel
yang terdapat pada Lampiran 6.
Dari hasil analisis kesesuaian (relevansi) antara
bahan pengajaran Eksakta Satu (Fisika) yang ada dalam
42
GBPP SMA dan bahan pengajaran mata pelajaran yang sama yang
ada dalam kurikulum Politeknik Bangunan Gedung adalah seba
gai berikut :
a. Terdapat lima Sub-Pokok Bahasan yang ada dalam Kurikulum
Politeknik tidak terdapat dalam GBPP SMA. Sub-Pokok Ba -
hasan tersebut antara lain nomor : 7.1; 7.2; 7.4; 11.4
dan 13.5.
b. Bahan pengajaran Fisika yang diberikan di Politeknik Ba
ngunan Gedung, walaupun ada kesesuaian dengan Sub-Pokok
Bahasan SMA, ternyata untuk beberapa Sub-Pokok Bahasan
lebih lengkap dan terinci daripada bahan pengajaran SMA.
Persentase kesesuaian bahan pengajaran Fisika yang terdiri
atas delapan puluh enam Sub-Pokok Bahasan, yang ada dalara
Kurikulum Politeknik, dengan bahan pengajaran mata pelajar
an yang sama yang ada dalam GBPP SMA adalah :
Rmi = J-^lah Sub-Pokok Bahasan vang ?flBiiai
BU
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
=-|| x100 %
= 94,19 %
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian (relevansi) an
tara bahan pengajaran Fisika yang ada dalam GBPP STM 1984
dan bahan pengajaran mata pelajaran yang sama yang ada dalam
Kurikulum Politeknik Bangunan Gedung adalah sebagai berikut:
a. Ada tigabelas Sub-Pokok Bahasan yang ada dalam kurikulum
Politeknik yang tidak terdapat dalam GBPP STM Bangunan
43
Gedung. Sub-Pokok Bahasan tersebut antara lain nomor :
1.3; 3.1; 3.2; 5.1; 5.2; ^.3; 5.4; 5.5; 7.1; 7.2\ 7.4 ;
7.4; dan 7.6.
b. Bahan pengajaran Fisika yang diberikan di Politeknik Ju
rusan Bangunan Gedung yang ada kesesuaian dengan bahan
pengajaran STM 1984 Bangunan Gedung, hampir seluruhnya
lebih lengkap dan terinci daripada bahan pengajaran ma
ta pelajaran yang sama yang ada dalam GBPP STM Bangunan
Gedung.
Persentasi kesesuaian bahan pengajaran mata pelajaran Fi sika, yang diajarkan di Politeknik, terdiri atas delapau
puluh enara Sub-Pokok Bahasan dengan bahan pengajaran mata
pelajaran yang sama yang ada dalam GBPP STM Bangunan Gedung
adalah
:
R
=^ffi ff1*13 f°^k Bahasan van* ^m,^
BK
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
=~$oL x100 %
= 84,88 %
Hasil analisis relevansi di atas menunjukkan bahwa
pertama, kesenjangan antara bahan pengajaran Fisika kuriku
lum SMA dan Politeknik lebih kecil dari pada kesenjangan an
tara kurikulum STM dan Politeknik. Kedua, kesenjangan ter -
sebut sangat kecil sekali. Sejauh mana terdapat kesenjangan
antara bahan pengajaran Matematika kurikulum SMA, STM dan
Politeknik ?
44
Analisis relevansi antara Bahan Pengajaran Matema -
tika Kurikulum SMA 1984, STM 1984 Bangunan Gedung dan Po -
liteknik Bangunan Gedung, disajikan dalam tabel yang ter dapat pada Lampiran 7. Dari hasil analisis kesesuaian (re
levansi) antara Bahan Pengajaran Eksakta Dua (Matematika)
yang ada dalam GBPP STM dan Bahan Pengajaran mata pelajaran
yang sama yang ada dalam kurikulum Politeknik Bangunan Ge
dung, terdapat duapuluh Sub-Pokok Bahasan yang ada dalam
GBPP SMA 1984.
Persentasi kesesuaian Bahan Pengajaran Matematika yang ter
diri atas limapuluh sembilan Sub-Pokok Bahasan adalah :
o
_ jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
bu ~
'
''* 'j'
.•'•'i•• i•>'".»«•"••. H..
y, .i—-i..,,„
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
=-||- x100%
= 66,10 %
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian (relevansi) an
tara Bahan Pengajaran Matematika yang ada dalam GBPP STM
1984 Bangunan Gedung dan Bahan Pengajaran mata pelajaran
yang sama yang ada dalam kurikulum Politeknik Bangunan Ge dung, diketahui terdapat tigapuluh tujuh Sub-Pokok Bahasan
yang ada dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung. Dengan demi kian persentase kesesuaiannya adalah :
r , = Jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
4'?
=-|2 x100 %
= 37,29 %
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kesenjangan
antara bahan pengajaran Matematika kurikulum SMA dan Poli -
teknik jauh lebih kecil dari pada kesenjangan antara bahan
pengajaran Matematika kurikulum STM dan Politeknik. Kesen -
jangan tersebut cukup besar jika dibandingkan, dengan kesen
jangan bahan pengajaran Fisika kurikulum SMA, STM dan Poli
teknik.
Menurut GBPP SMA dan STM ternyata jumlah jam belajar
secara keseluruhan, baik dalam mata pelajaran Fisika maupun
Matematika, SMA lebih besar dari STM. Dengan demikian kesem
patan bagi para siswa SMA, untuk mendapatkan pengajaran Fi -
sika dan Matematika, lebih besar daripada kesempatan yang
dimiliki oleh para siswa STM. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini.
Tabel
: 2
PERBANDINGAN JUMLAH JAM BELAJAR
ANTARA SMA DAN STM
MATA PELAJARAN:
NO.
1.
FISIKA
JENIS SEKOLAH
JENIS PROGRAM
SMA
, Ilmu-Ilmu Fisik (A.l)
Biologi (A.2)
2.
STM
Bangunan Gedung
JUMLAH JAM
BELAJAR
26
20
8
46
Tabel : 3
PERBANDINGAN JUMLAH JAM BELAJAR
ANTARA SMA DAN STM
MATA PELAJARAN:
NO.
JENIS SEKOLAH
1.
SMA
2.
STM
MATEMATIKA
JENIS PROGRAM
JUMLAH JAM
BELAJAR
Ilmu-Ilmu Fisik (A.l)
34
Biologi (A.2)
28
Bangunan Gedung
16
Interpretasi
Oleh karena jumlah jam belajar di SMA lebih besar da
ri pada di STM, ada kecenderungan pengetahuan para lulusan
SMA dalara mata pelajaran yang sama, lebih tinggi jika diban-
dingkan dengan para lulusan STM. Jadi walaupun persentase
kesesuaian bahan pengajaran Fisika antara SMA dan Politeknik
dan antara STM dan Politeknik itu sama besar, kemampuan me -reka mempelajari mata kuliah tersebut di Politeknik belum
tentu sama. Apalagi jika hasil analisis tersebut menunjukkan
perbedaan kesenjangan yang mencolok seperti dalam mata kuli
ah Matematika, kecenderungan kemampuan lulusan STM berada
di bawah lulusan SMA akan semakin besar lagi.
b. Relevansi Bahan Pengaiaran Keteknikan
Untuk mengetahui kesesuaian (relevansi) antara bahan
pengajaran keteknikan yang hanya ada dalara kurikulum STM
dan Politeknik, peneliti menganalisis setiap mata kuliah
yang termasuk kelompok mata kuliah keteknikan. Pada thesis
ini hanya akan disajikan analisis relevansi salah satu ma -
ta kuliah keteknikan yakni mata kuliah Teknik Satu (Ilmu
Ukur Tanah). Dengan cara yang sama seperti menganalisis ma
ta kuliah Ilmu Ukur Tanah, peneliti mengadakan analisis re
levansi terhadap mata kuliah keteknikan yang lainnya.
Analisis kesesuaian antara bahan pengajaran Ilmu
Ukur Tanah kurikulum STM Bangunan Gedung dan Politeknik Ba
ngunan Gedung disajikan dalam tabel yang terdapat dalara
Lampiran 8. Di dalam tabel tersebut, pada kolom tiga akan
terlihat kata-kata "ya" atau "tidak". Apabila tertulis "ya"
berarti Sub-Pokok Bahasan yang bersangkutan ada kesesuaian
dengan bahan pengajaran yang ada dalam GBPP STM 1984 Ba
-
ngunan Gedung. Jika "tidak" berarti Sub-Pokok Bahasan ter
sebut tidak ada kesesuaiannya. Pada kolom empat tertulis
kode-kode dengan diawali huruf Latin besar diikuti angka -
angka. "I" berarti termasuk dalam program inti, sedangkan
huruf P, H dan V termasuk program pilihan. Angka pertama
yang mengikuti menunjukkan pokok Tujuan Instruksional Umum,
angka kedua menunjukkan Pokok Bahasan dan angka ketiga me nunjukkan Sub-Pokok Bahasan (GBPP STM 1984 Bangunan Gedung).
to
lit
Sebagai salah satu contoh, Pokok Bahasan "Pengukur
an Jarak" dan Sub-Pokok Bahasan "Pengukuran Jarak pada ja
rak yang panjang", pada kolom ketiga tertulis "ya" dan pa
da kolom empat tertulis 1/3.2. Maksudnya Sub-Pokok Bahasan
2.2 "Pengukuran jarak pada jarak yang panjang" ada kesesuai
an dengan Pokok Bahasan dua pada program "inti" yang ada
dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung.
Dari hasil analisis kesesuaian (relevansi) antara
bahan pengajaran mata pelajaran Teknik Satu kurikulum Poli
teknik Bangunan Gedung dan bahan pengajaran mata pelajaran
yang sama dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung, seperti t.ercantura dalam Tabel 9 :
a. Terdapat sebelas Sub-Pokok Bahasan Kurikulum Politeknik
yang ada kesesuaiannya dengan bahan pengajaran Ilmu Ukur
Tanah yang ada dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung, prog
ram "inti".
b. Terdapat duapuluh sembilan Sub-Pokok Bahasan kurikulum
Politeknik yang ada kesesuaian dengan bahan pengajaran
Teknik Satu yang ada dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung
program pilihan Survey dan Pemetaan.
Persentase kesesuaian bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu
Ukur Tanah yang terdiri atas enampuluh delapan Sub-Pokok Ba
hasan, yang ada dalam kurikulum Politeknik, dengan bahan pel
ajaran
mata pelajaran yang sama yang ada dalam GBPP STM
1984 Bangunan Gedung adalah :
49
(1) Program Inti :
p
_ Jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
Jumlah semua Sub-Pokok Bahasan
.= 4s-x 10° %
=
16,18 %
(2) Program Pilihan :
D
_ jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
= -£2- x 100$
68
= 42,64 %.
(3) Yang tidak ada kesesuaian :
RBK = 100 %- (16,18 % + 42,64 %)
= 41,18 %
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa lebih dari
setengah Sub-Pokok Bahasan mata pelajaran Ilmu Ukur Tanah
kurikulum Politeknik telah diperoleh di STM. Hal ini ber -
arti bahwa masih terdapat kesenjangan antara bahan penga jaran Ilmu Ukur Tanah yang ada dalam kurikulum STM dan Po
liteknik, baik untuk program "inti" maupun program "pilih
an".
Interpretasi
Walaupun masih terdapat kesenjangan, tetapi para ma
hasiswa lulusan STM telah mengenai bahan pengajaran Ilmu
so
Ukur Tanah selama mereka berada di STM.
Hal ini akan mem -
berikan peluang bagi mereka untuk lebih cepat menguasai
bahan pengajaran dalam mata kuliah yang sama, yang diberi
kan di Politeknik. Yang menjadi pertanyaan adalah : Apakah
para lulusan SMA memiliki kesempatan untuk memanfaatkan
pengetahuan yang mereka peroleh selama di SMA, dalam mata
kuliah tersebut ?
Untuk raenjawab pertanyaan di atas, maka diadakan
analisis terhadap bahan pengajaran mata kuliah Teknik yang
terdapat di Politeknik Bangunan Gedung. Hasil analisis ba
han pengajaran mata kuliah Ilmu Ukur Tanah menunjukkan bah
wa mata kuliah tersebut banyak mengandung bahan pengajaran
Eksakta. Misalnya, dalam Pokok Bahasan delapan "Pesawat Pe
nyipat Dasar", Sub-Pokok Bahasan satu "Bagian-Bagian dari
Pesawat Penyipat Dasar", tentang "Lensa". -Bahan pengajaran
yang membahas tentang Lensa dan Hukum Pembiasan. Bahan pe
ngajaran tersebut erat kaitannya dengan bahan pengajaran
mata pelajaran Fisika di SMA.
Kita perhatikan Pokok Bahasan lima, "Lengkung Men -
datar Sederhana". Pokok Bahasan tersebut membahas tentang
cara menghitung lengkung sederhana yang melipitu cara menghitung jarak singgung, panjang lengkung, sudut pusat, su -
dut depleksi, tali busur dan rumus-rumus yang menggunakan
sinus, cosinus dan tangen. Bahan pengajaran tersebut erat
kaitannya dengan bahan pengajaran mata pelajaran
51
Matematika yang ada dalam kurikulum SMA.
Hasil analisis di atasmenunjukkan bahwa walaupun ma
ta pelajaran Ilmu Ukur Tanah tidak ada di SMA tetapi bahan
pengajaran mata pelajaran ters-ebut erat kaitannya dengan
bahan pengajaran yang ada dalam GBPP SMA, baik mata pela -
jaran Fisika maupun Matematika. Muncul pertanyaan : Apakah
setiap mata kuliah keteknikan "mengandung" bahan pengajaran
mata pelajaran Eksakta ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas diadakan
analisis terhadap bahan pengajaran setiap mata kuliah "ke
teknikan" yang diajarkan di Politeknik Bangunan Gedung. Ha-
silnya ternyata hampir seluruh mata kuliah di Politeknik
Bangunan Gedung banyak mengandung bahan pengajaran Eksakta.
Mata kuliah yang hanya sedikit bahkan hampir tidak mengan
dung bahan pengajaran Fisika dan Matematika yang diajarkan
di SMA adalah Gambar, Kerusakan dan Kegagalan, Pengelolaan
Proyek dan mata kuliah Praktek.
Interpretasi
I np^HM •••*• ••' • •••'• '"'M •"* —
I f
Walaupun mata kuliah keteknikan tidak diberikan. di
SMA tetapi bahan pengajaran mata kuliah tersebut banyak me
ngandung bahan pengajaran Fisika dan Matematika yang ada
dalam kurikulum SMA. Dengan demikian, para lulusan SMA pun
memiliki "modal" untuk mempelajari mata kuliah keteknikan
yang ada dalam kurikulum Politeknik.
52
3. Periha,! Tes-Masuk qalqn Mahasiswa
Untuk menjadi mahasiswa Politeknik salah satu sya -
ratnya adalah lulus tes-masuk calon mahasiswa yang diada kan setiap tahun ajaran baru. Para calon mahasiswa diharus-
kan mendaftarkan diri sebagai peserta tes-masuk, kemudian
pada waktu yang telah ditentukan mereka diharuskan raengi kuti pelaksanaan tes-masuk tersebut. Bagi para peserta tesmasuk yang lulus diberitahukan melalui surat ke alamat ru
mah masing-masing, sekaligus merupakan panggilan untuk melengkapi persyaratan yang lainnya (Lap.nomor 7).
Menurut informasi yang diperoleh ternyata para pe -
serta tes-masuk yang berasal dari lulusan STM yang dinya -
takan lulus dan diterima menjadi mahasiswa Politeknik jumlahnya hanya sedikit. Hal itu terungkap saat peneliti berdialog dengan pimpinan Lembaga Pendidikan Politeknik se
perti berikut :
Penel : Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menja
di mahasiswa di sini ?
Andi
: Salah satunya adalah mereka lulusan SLA baik dari
SMA atau dari SMK.
Penel : Apakah ada mahasiswa Politeknik yang berasal dari
SMK ?
Andi
: Yang sudah diterima menjadi mahasiswa di sini ter
diri dari lulusan SMA dan lulusan SMK.
-
53
Penel : Bagaimana kir-kira perbandingan jumlah antara ke dua lulusan tersebut ?
Andi
: Jumlah mahasiswa lulusan SMA jauh lebih banyak daripada mahasiswa lulusan STM.
Penel
Menurut pendapat Bapak, mengapa yang diterima di
Politeknik lebih banyak lulusan STM ?
Andi
Di samping jumlah pesertanya lebih banyak lulusan
SMA, juga mungkin karena isi tesnya lebih mengun tungkan lulusan SMA.
Penel
Tadi Bapak menjelaskan bahwa tes-masuk lebih meng
untungkan SMA, apa saja isi tes tersebut ?
Andi
Soal-soalnya terdiri dari materi Fisika dan Matema
tika.
(Lap.nomor 1.).
Dari hasil wawancara di atas dapat diaimpulkan bah
wa mahasiswa lulusan SMA jumlahnya lebih besar daripada lu
lusan STM dikarenakan tes-masuk yang dipergunakan lebih
menguntungkan para lulusan SMA. Selain itu kemungkinan lain
adalah karena peserta tes tersebut yang dari lulusan SMA.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar tes-masuk itu
lebih menguntungtungkan para lulusan SMUTA ? Untuk mengeta
hui siapa sebenarnya yang lebih diuntungkan, peneliti men -
coba memberi soal-soal tes-masuk yang digunakan pada tahun
terakhir. Soal-soal itu penulis peroleh dari pak Gani, sa lah seorang staf pengajar Politeknik, yang banyak
54
berkecimpung dalam kepanitiaan penerimaan mahasiswa baru.
Setalah itu peneliti mencari GBPP (Garis-Garis Besar Prog
ram Pengajaran) mata pelajaran Matematika dan Fisika, baik
dari SMA maupun dari STM.
Berdasarkan soal-soal tes-masuk calon mahasiswa Po
liteknik, peneliti menganalisis kesesuaian (relevansi) so
al-soal tersebut dengan materi mata pelajaran Matematika
dan Fisika SMA dan STM. Hasil analisis kesesuaian soal-so
al tes-masuk dengan materi Fisika dan Matematika dapat di
lihat pada tabel yang terdapat.dalam Lampiran 9. Soal-soal
yang terdapat pada tes-masuk mulai dari nomor satu sampai
dengan nomor liraapuluh adalah soal-soal Matematika, sedang
kan dari nomor limapuluh satu sampai dengan nomor seratus
adalah soal-soal Fisika.
Di dalam tabel yang terdapat pada Lampiran 9; pada
kolom tiga, kesesuaian dengan SMA, dan kolom empat, kese suaian dengan STM, dicantumkan huruf Romawi. dan angka Arab.
Maksudnya adalah apabila soal yang bersangkutan sesuai de
ngan materi yang ada di SLA, maka dicantumkan di kelas be-
rapa materi itu diperoleh dan sesuai dengan Pokok Bahasan
atau Sub-Pokok Bahasan nomor berapa. Sebagai contoh, misal
nya soal tes-masuk nomor satu. Nomor tersebut merupakan so
al Matematika yang berhubungan dengan "Dalil Sisa". Di da
lam GBPP SMA mata pelajaran Matematika, materi tersebut ter
dapat pada Pokok Bahasan satu, Sub-Pokok Bahasan dua, ter
masuk ke dalam Tujuan Instruksional Umum (TIU) nomor
55
sebelas. Materi tersebut diberikan di kelas dua, maka pada
kolom tiga ditulis kode: 11/11.1.2. Begitu juga di dalam
GBPP SMA mata pelajaran Matematika, materi dalil sisa ter
dapat pada Pokok Bahasan jfiga, termasuk ke dalam Tujuan
Instruksional Umum nomor sebelas. Materi tersebut diberikan
di kelas dua, oleh karena itu pada kolom empat dituliskan
kode seperti berikut: 11/11.3. Dengan demikian soal nomor
satu dari tes-masuk tadi sesuai, baik dengan materi Matema
tika di SMA maupun di STM.
Apabila pada kolom tiga dan kolom empat hanya ter
dapat kata "tidak" berarti soal tersebut tidak ada dalam
GBPP. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan pada kolom ti
ga terisi dengan kode tertentu tetapi pada kolom empat ter
dapat kata "tidak". Apabila hal itu terjadi, berarti mate
ri ,.yang berhubungan dengan soal tersebut terdapat pada
GBPP SMA tetapi tidak terdapat pada GBPP STM. Sebagai contoh, misalnya soal nomor empat. Materi soal tersebut meru
pakan soal Matematika yang berhubungan dengan materi "Ba -
risan dan Deret". Di dalam GBPP SMA mata pelajaran-Matema
tika, materi tersebut terdapat pada Pokok Bahasan nomor sa
tu, Sub-Pokok Bahasan*nomor satu, termasuk ke dalara Tujuan
Instruksional Umum nomor sebelas. Materi tersebut diberikan
di kelas dua. Oleh karena itu pada kolom tiga ditulis kode
11/12.1.1. Pada kolom empat tercantum kata "tidak" berarti
materi tersebut tidak ada dalam GBPP STM. Apabila
50
diperhatikan soal-soal Matematika dari nomor satu sampai
dengan nomor limapuluh seluruh materi soal-soal tersebut
terdapat pada GBPP SMA, walaupun untuk noraor duapuluh ti
ga dan duapuluh delapan tidak eksplisit ada tetapi materi
itu sudah dianggap tahu. "Dalam GBPP SMA tahun 1975 masih
dicantumkan tetapi sekarang tidak, sudah dianggap tahu"
kata ibu Susi. (Lap.nomor 17).
Materi soal-soal Matematika tidak seluruhnya terda
pat pada GBPP STM, ada enambelas nomor yang ternyata tidak
sesuai. Soal-soal tersebut antara lain noraor empat, lima ,
sepuluh, tigabelas, empatbelas, enambelas, sembilanbelas ,
duapuluh tiga, duapuluh empat, duapuluh tujuh, tigapuluh
satu, tigapuluh empat, tigapuluh lima, tigapuluh tujuh, ti
gapuluh sembilan dan empatpuluh satu. Apabila dihitung de
ngan persentase adalah sebagai berikut :
Jumlah soal yamg tidak sesuai
= 16 buah
Jumlah soal yang sesuai
= 34 buah
Jumlah soal seluruhnya
= 50 buah
Jadi soal yang tidak sesuai
-.|§ x 100 %
= 32 %
Untuk soal-soal Fisika, nomor limapuluh satu sampai dengan
nomor seratus, seluruh materi soal tersebut terdapat pada
GBPP SMA mata pelajaran Fisika. Akan tetapi soal-soal ter
sebut tidak seluruhnya terdapat pada GBPP STM. Ternyata
ada sebelas nomor yang tidak sesuai dengan materi yang ada
57
pada GBPP STM mata pelajaran Fisika. Apabila dihitung de ngan persentase adalah sebagai berikut :
Jumlah soal yang tidak sesuai
= 11 buah
Jumlah soal yang sesuai
= 39 buah +
Jumlah soal seluruhnya
= 50 buah
Jadi soal yang tidak sesuai
- ii x 100 %
= 22 %.
Dari analisis di atas ternyata seluruh soal tes-ma
suk, baik soal-soal Matematika maupun soal-soal Fisika su
dah diperleh para peserta tes-masuk yang berasal dari lu lusan SMA. Lain halnya dengan para peserta tes-masuk lulus
an SMKTA khususnya STM (Sekolah Teknologi Menengah) mereka
baru memperoleh materi Matematika sebesar 68 % dari soal -
spa; yang diberikan dan memperoleh materi Fisika sebesar
78 % dari soal-soal yang harus dikerjakannya. Apabila di lihat secara keseluruhan, tanpa memisah-raisahkan ke dalara
soal-soal Matematika dan Fisika, maka para peserta tes-ma
suk lulusan STM baru memperoleh materi yang menunjang ke -
berhasilan tes tersebut sebesar 76 %. Hal itu berarti, ti
dak terdapat kesenjangan antara bahan pengajaran Matemati
ka dan Fisika yang dalam kurikulum SMA dan bahan soal-soal
tes-masuk calon mahasiswa Politeknik. Akan tetapi antara
bahan pengajaran Matematika dan Fisika'yang ada dalam ku
POLITEKNIK DAN STUDI TENTANG PENGALAMAN MAHASISWA
DALAM MENGATASI KESULITAN YANG DIHADAPINYA
( Suatu Studi terhadap Kurikulum SMUTA, SMKTA dan
Politeknik dan Pengalaman Mahasiswa dalam
Mengatasi kesulitan yang Dihadapinya di
Politeknik Jurusan Sipil Program Studi
Bangunan Gedung )
THESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Thesis
Institut fceguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi persyar&tan menempuh ujian
Magister Pendidikan Bidang Studi
Pengembangan Kurikulum
Disusun oleh
:
E. KOSASIH DANASASMITA S.
561 / F / XVII - 9
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
I989
DISETUJUI
DAN
DISAHKAN
OLEH
TIM
PEMBIMBING
Prof Sorimuda Nasution, MA., PhD.
Pembimbing
I
Prof. Dr. H. Subino Hadisubroto, M.A.
Pembimbing
FAKULTAS
PASCA
II
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1989
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
'
UCAPAN TERIMA KASIH
iii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
BAB II.
i
xi
PERMASALAHAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Malasah
3
C. Pembatasan Masalah
5
D. Tujuan Penelitian
7
METODOLOGI PENELITIAN
8
A. Metode Penelitian yang Digunakan
8
B. Sampel Penelitian
9
C. Tahap-Tahap Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
BAB III. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
12
• 19
24
28
A. Tahap Orientasi
2.6
B. Tahap Eksplorasi
28
Bagian Pertapia : Perbandingan Kesenjang*
an Antara Mata Pelajaran dan Bahan
viii
Halaman
Pengajaran Kurikulum SMA, STM Bangunan
Gedung dan Politeknik Bangunan Gedung ...
33
1. Relevansi Antara Mata Pelajaran Kuri
kulum SMA, STM Bangunan Gedung dan
Politeknik Bangunan Gedung
33
2. Relevansi Antara Bahan Pengajaran Ku
rikulum SMA, STM Bangunan Gedung dan
Politeknik Bangunan Gedung
1+0
3. Perihal Tes-Masuk Calon Mahasiswa ....
52
Bagian Kedua : Pengalaman Mahasiswa dalam
Mengatasi Kesulitan yang Dihadapinya ....
63
1. Perlakuan Terhadap Mahasiswa
63
2. Pengalaman Mahasiswa dalam Menghadapi
Mata Kuliah Keteknikan
3. Pengalaman Mahasiswa dalam Menghadapi
Mata Kuliah Eksakta
4. Pengalaman Mahasiswa dalam Menghadapi
Mata Kuliah Praktek
BAB IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
70
103
119
129
A. Kesimpulan
129
B. Implikasi
133
DAFTAR KEPUSTAKAAN
139
LAMPIRAN-LAMPIRAN.
IX
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Daftar Mahasiswa yang Diterima di Politeknik da
ri Tahun Ajaran 1982/1983 Sampai dengan Tahun
Ajaran 1988/1989
30
2. Perbandingan Jumlah Jam Belajar antara SMA dan
STM, Mata Pelajaran Fisika
tf
3. Perbandingan Jumlah Jam Belajar antara SMA dan
STM, Mata Pelajaran Matematika
46
if. Hasil Tes-Masuk Calon Mahasiswa Politeknik Angkatan Tahun 1986/1987
60
3. Hasil Tes-Masuk Calon Mahasiswa Politeknik Angkatan Tahun 1987/1988
60
6. Hasil Tes-Masuk Calon Mahasiswa Politeknik Angkatan Tahun 1988/1989
.•
6.1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.
Halaman
1. Struktur Program Kurikulum Politeknik Jurusan
Sipil Program Studi Bangunan Gedung
141
2. Kurikulum Politeknik Jurusan Sipil Program
Studi Bangunan Gedung
143
3. Kurikulum SMAKTA 1984 Rumpun Bangunan Program
Studi Bangunan Gedung
147
4. Kurikulum SMUTA 1984 Program Ilmu-Ilmu Fisik ..
•150
5. Relevansi antara Mata Pelajaran SMA, STM Ba
ngunan Gedung dan Politeknik Bangunan Gedung...
152
6. Relevansi antara Bahan Pengajaran Kurikulum
SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangun
an Gedung, Mata Kuliah Fisika
7. Relevansi antara Bahan Pengajaran Kurikulum
SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangun
an Gedung, Mata Kuliah Matematika
8. Relevansi antara Bahan Pengajaran Kurikulum
STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangunan Ge
dung, Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah
9. Relevansi anta Bahan Pengajaran Kurikulum STM
Bangunan Gedung, SMA dan Soal-Soal Tes-Masuk
Calon Mahasiswa Politeknik tahun 1988
XI
155
160
165
*
171
BAB I
PERMASALAHAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia yang
tercermin dalam alinea empat Pembukaan Undang-Undang Dasar
tahun 1945 pemerintah berkewajiban.mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sementara itu fasal ke-31 ayat ke-1 Undang-Undang
Dasar tahun 1945 juga menetapkan bahwa setiap warganegara
berhak untuk mendapatkan pendidikan. Di dalam upaya tereebut pemerintah telah mengambil pelbagai kebijaksanaan da lam pembangunan dan pembaharuan pendidikan. Salah satu sa-
sarannya diarahkan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang cakap dan terampil bagi pembangunan di pelbagai bidang.
Untuk itu maka pemerintah berupaya memperluas dan mening -
katk'an mutu pelbagai tingkat dan jenis pendidikan serta latihan kejuruan, termasuk di dalamnya adalah Politeknik.
Politeknik merupakan program pendidikan yang relatif
baru dalam jenjang kependidikan di Indonesia. la didirikan
dan dirintis oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ta
hun 1979 melalui keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi nomor ; 03/DJ/Kep./1979 tanggal 27 Januari 1979 ten
tang Pembukaan Program Pendidikan Diploma dalam bidang Tek
nik dan Akuntansi serta Pusat Pengembangan Pendidikan Poli
teknik.
Di lain fihak,-terdapat beberapa penelitian yang te
lah membuktikan bahwa terdapat banyak sekali faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Salah satu di antaranya
prestasi belajar dipengaruhi oleh hasil belajar yang telah
diperoleh sebelumnya (M.Surya, 1985 : 67).
Pernyataan lain menyatakan bahwa pengetahuan dan ke-
terampilan yang telah dimiliki serta sikap seseorang terba-
dap tugas-tugasnya akan menentukan keraampuan mengadaptasi
tugas-tugas baru yang dihadapinya (Bloom, 1982 : 11).
Setelah memasuki Politeknik para mahasiswa yang me -
miliki latar belakang yang beraneka ragam, lulusan SMKTA
dan lulusan SMUTA, harus mengikuti kurikulum yang sama, yakni kurikulum Politeknik. Berdasarkan kurikulum yang sama
tersebut mereka dididik menjadi lulusan yang sama pula. Yan*
menjadi pertanyaan adalah sejauh mana kesenjangan antara ku
rikulum SMUTA, SMKTA dan Politeknik ?. Setelah mengetahui
kesenjangan antara kurikulum tersebut perlu diketahui pula
bagaimana pengalaman mahasiswa dalam menghadapi pelaksanaan
kurikulum Politeknik tersebut. Untuk mengetahui bagaimana
perbandingan kesenjangan antara kurikulum SMUTA, SMKTA dan
Politeknik, serta bagaimana pengalaman mahasiswa dalam meng
atasi kesulitan yang dihadapinya perlu ada penelitian. The
sis ini membahas masalah tersebut di atas.
8. Rumusan Masalah
1-
Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
"Sejauh mana terdapat kesenjangan antara kurikulum SMUTA ,
SMKTA dan Politeknik, serta bagaimana pengalaman mahasisv/a
dalam mengatasi kesulitan yang disebabkan oleh kesenjangan
itu ?".
Seperti telah diuraikan pada bagian lain bahwa maha
siswa Politeknik berasal dari lulusan SMUTA dan SMKTA. ;3e -
suai dengan tujuannya kedua SLA tersebut tentunya memiliki
kurikulum yang berbeda pula. Yang menjadi pertanyaan adalah
sejauh mana terdapat kesenjangan antara mata pelajaran dan
bahan pelajaran SMUTA (dalam penelitian ini diambil SMA)
dan Politeknik ?. Selain itu sejauh mana pula terdapat ke senjangan antara mata pelajaran dan bahan pelajaran SMKTA
(dalam penelitian; ini. diambil STM) dan Politeknik ?.
Salah satu syarat untuk menjadi mahasiswa Politeknik
adalah lulus tes-masuk calon mahasiswa. Para peserta tes-
masuk yang terdiri atas lulusan SMA dan STM dihadapkan ke pada tes yang sama. Adapun tes-masuk tersebut terdiri atas
soal-soal Matematika dan Fisika. Muncul pertanyaan sejauh
mana terdapat kesenjangan antara bahan pelajaran yang ada
dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) SMA, STM
dan bahan pelajaran yang dijadikan soal-soal tes-masuk
calon mahasiswa Politeknik ?. Setelah lulus tes-masuk. calon
mahasiswa mereka resmi jadi mahasiswa Politeknik dan berhak
mengikuti semua kegiatan kurikuler. Yang menjadi pertanyaan
adalah bagaimana perlakuan para staf pengajar terhadap maha
siswa di dalam pelaksanaan proses belajar-raengajar ?. Bagai
mana pula upaya para mahasiswa dalam mengatasi kesulitan
yang mereka hadapi ?.
2.
Ulasan Tentang Pemilihan
Masalah
Hasil pertemuan yang kedua dengan pimpinan lembaga
pendidikan Politeknik, pak Andi (Laporan Lapangan No.l) ,di
peroleh beberapa informasi antara lain : (1) Mahasiswa Poli
teknik terdiri atas lulusan SMUTA dan SMKTA, (2) Politeknik
terraasuk jalur pendidikan "Practical Oriented". (3) Ada lu lusan SMKTA yang menunjukkan prestasi yang baik. Berdaserkan
informasi tersebut di atas, peneliti mengadakan wawancara
dengan staf pengajar Politeknik dan diperoleh inforraasi yang
lain di antaranya : (1) Jumlah mahasiswa Politeknik lulusan
STM sangat kecil jika dibandingkan dengan lulusan SMA, (2)
Tes-masuk yang digunakan menyeleksi calon mahasiswa Politek
nik lebih menguntungkan para lulusan SMA; (3) Mahasiswa lu
lusan STM menunjukkan lebih menguasai keteknikan dari pada
lulusan SMA tetapi mereka lemah dalam eksakta. Adapun lulus
an SMA lebih menguasai pelajaran eksakta tetapi lemah dalam
keteknikan (Laporan Lapangan No.2).
5
Berdasarkan informasi di atas peneliti merailih masa
lah "Bagaimana perbandingan prestasi belajar mahasiswa Poli
teknik lulusan SMUTA dan lulusan SMKTA ?. Sambil mengumpul-
kan dokumen yang diperlukan, yang ternyata mengalami kesu litan dan kurang lancar, peneliti membuat penjelasan dan pembatasan masalah tersebut, kemudian dikonsultasikan kembali
dengan pembimbing penulisan thesis. Maka terjadilan beberapa
kali perubahan masalah.
Setelah mempelajari dokumen yang diperoleh dari BAAK.
(Biro Administrasi Akademis dan Kemahasiswaan) Politeknik
ternyata mahasiswa lulusan SMKTA hanya berjumlah satu dua
orang saja dari tiap kelas, itu pun tidak setiap jurusan ada
lulusan SMKTA-nya (lihat Tabel 1.). Oleh karena itu maka di-
pilihlah fokus penelitian "Pelaksanaan pengajaran di Politek
nik dalam menangani lulusan SMUTA dan SMKTA". Fokus ini pun
mengalami perubahan lagi menjadi "Pelaksanaan Kurikulum di
Politeknik". Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapang
an akhirnya fokus penelitian menjadi : "Sejauh mana terda pat kesenjangan antara kurikulum SMUTA, SMKTA dan Politeknik
serta bagaimana pengalaman mahasiswa dalam mengatasi kesu litan yang disebabkan oleh kesenjangannya itu ?",
C
Pembataean Masalah
Oleh karena luasnya permasalahan : "Sejauh mana ter
dapat kesenjangan antara kurikulum SMUTA, SMKTA dan .
Politeknik, serta bagaimana pengalaman mahasiswa dalam meng
atasi kesulitan yang disebabkan oleh kesenjangannya itu ?" ,
maka pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut
:
1. Kurikulum Politeknik yang dinilai kesenjangannya dengan
kurikulum STM dam SMA adalah kurikulum Politeknik Jurus
an Sipil Program Studi Bangunan Gedung. Untuk selanjut nya dalam thesis ini digunakan nama Politeknik Bangunan
Gedung sebagai pengganti dari Politeknik Jurusan Sipil
Program Studi Bangunan Gedung.
2. Yang dimaksud dengan Kurikulum 1984 Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMKTA) adalah Kurikulum STM Rumpun
Bangunan Program Studi Bangunan Gedung. Untuk selanjut nya, dalam thesis ini digunakan nama STM Bangunan Gedung:
sebagai pengganti dari STM Rumpun Bangunan Program stu di Bangunan Gedung.
3. Komponen Kurikulum Politeknik yang dinilai kesenjangannya
dengan kurikulum STM dan SMA adalah komponen Mata pelajar
an dan Bahan Pelajaran yang terdapat dalam Sylabus Poli teknik Bangunan Gedung.
4. Komponen Kurikulum 1984 SMKTA yang dinilai kesenjangannya
adalah komponen Mata Pelajaran dan Bahan Pelajaran yang
terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) STM Bangunan Gedung.
5. Komponen Kurikulum 1984 SMUTA yang dinilai kesenjangann;iya
adalah komponen Mata Pelajaran dan Bahan Pelajaran yang
terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) SMA.
6. Staf pengajar yang diwawancarai sehubungan dengan pelak
sanaan proses belajar-mengajar adalah staf pengajar Poli
teknik Bangunan Gedung.
7. Mahasiswa yang diobservasi dan diwawancarai adalah para
mahasiswa Politeknik Bangunan Gedung.
D.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya menjawab per-
masalahan yang dirumuskan di atas. Adapun tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut i
1. Menganalisis kesenjangan antara kurikulum SMA, STM Bangun
an Gedung dan Politeknik Bangunan, Gedung. Berdasarkan an i-
lisis tersebut dapat dikatahui perbandingan kesenjangan
antara kurikulum SMA dan Politeknik Bangunan Gedung, dan
antara Kurikulum STM dan Politeknik Bangunan Gedung.
2. Melacak dan menelusuri pengalaman mahasiswa Politeknik
Bangunan Gedung dalam mengahadapi mata kuliah yang di ikutinya dan dalam upaya mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya.
BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Tahgp Orients!,
Sebelum mengadakan penelitian di lapangan, peneliti
mencari lembaga pendidikan yang memiliki peserta-didik (sis-
wa atau mahasiswa) beraneka-ragam. Di antara beberapa lemba
ga pendidikan yang memiliki peserta-didik beraneka-ragam ,
peneliti memilih lembaga pendidikan Politeknik A yang bera -
da di Kota A. Ketika diadakan kunjungan tidak resmi yang per
tama, diperoleh informasi bahwa lembaga pendidikan Politekr-
nik yang dipimpinnya memiliki peserta-didik (mahasiswa) yang
berlatar belakang beraneka-ragam, yakni berasal dari lulusan
SMUTA (Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas) dan SMKTA (Seko lah Menengah Kejuruan Tingkat Atas). Ia pun menjelaskan bah
wa merasa gembira ada "orang pendidikan" mengadakan peneli -
tian di lembaga pendidikan yang ia pimpin (Lap.nomor 1.).
Walaupun secara lisan, pada waktu itu ia sudah memberikan
ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sana.
B.
Tahap Eksplorasi
Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis kurikulum
dan pengalaman mahasiswa dalam mengatasi kesulitan yang di -
hadapinya. Oleh karena di Politeknik terdapat beberapa ju rusan dan program studi maka dalam penelitian ini lebih
28
29
ditujukan kepada analisis kurikulum, pelaksanaan belajar mengajar dan pengalaman mahasiswa di Jurusan Sipil Program
Studi Bangunan Gedung.
Menurut informasi dari staf pengajar, mahasiswa Po
liteknik yang berasal dari lulusan SMA memiliki prestasi
yang lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi mahasis
wa lulusan STM dalam mata pelajaran Eksakta, tetapi mereka
lebih rendah prestasinya dalam mata pelajaran keteknikan .
Sebaliknya, mahasiswa Politeknik lulusan STM memiliki pres
tasi yang lebih baik daripada mahasiswa lulusan SMA dalam
mata pelajaran keteknikan, tetapi mereka lebih rendah dalam
mata pelajaran Eksakta (Lap.nomor 2, 3» 4, 7, 8 dan 12).
Oleh karena mereka berasal dari SLA (Sekolah Lanjutan Atas)
yang berbeda, SMA dan STM, ada kecenderungan pengetahuan
mereka yang diperoleh sebelum memasuki Politeknik akan ber
beda- sesuai dengan tujuan sekolah masing-masing. Yang men -
jadi pertanyaan adalah sejauh mana terdapat kesenjangan an
tara bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum SMA,
STM dan kurikulum Politeknik ?.
Setelah memperoleh informasi bahwa mahasiswa Politek
nik terdiri atas mahasiswa lulusan SMA dan STM akan tetapi
jumlah mahasiswa lulusan STM jauh lebih kecil jika dibanding
kan dengan.jumlah mahasiswa lulusan SMUTA CLap.nomor 1, 2 ,
dan Tabel l.).maka muncul pertanyaan : Mengapa jumlah maha siswa yang lulus tes-masuk calon mahasiswa Politeknik yang
berasal dari para lulusan SMKTA hanya sedikit ?
50
Tabel : 1.
DAFTAR MAHASISWA YANG DITERIMA DI POLITEKNIK
DARI TAHUN AJARAN 1982/1983 SAMPAI DENGAN 1988/1989
TAHUN
SIPIL
No.
MESIN
LISTRIK
KET.
AJARAN
SMU
SMK
SMU
SMK
SMU
SMK
2
3
4
5
6
7
8
1982/1983
54
4
46
4
48
3
2
1983/1984
50
2
51
1
50
0
3
1984/1985
49
2
47
1
45
3
4
1985/1986
50
2
46
2
45
3
5
1986/1987
50
0
45
3
46
2
6
1987/1988
47
1
46
2
k3
5
7
1988/1989
48
3
48
0
48
3
1
1
.
Keterangan :
SMU
= Sekolah Menengah Umum
SMK
= Sekolah Menengah Kejuruan
9
31
Menurut informasi bahwa tes-masuk calon mahasiswa
terdiri atas materi Matematika dan Fisika, sedangkan selu-
ruh calon mahasiswa harus mengikuti tes-masuk yang sama .
Informasi lain adalah tes-masuk itu lebih menguntungkan pa
ra peserta tes yang berasal dari lulusan SMA. Dari mahasis
wa Politeknik yang berasal dari lulusan STM diperoleh in -
formasi bahwa mereka bisa lulus dengan jalan belajar sendi
ri mempelajari buku-buku SMA dan mempelajari soal-soal be -
kas tes-masuk tahun yang telah lalu (Lap.nomor 1, 2, 10 dan
14). Yang menjadi pertanyaan adalah : Sejauh mana terdapat
kesenjangan (diskripansi) materi
( soal) tes-masuk calon
mahasiswa Politeknik dengan materi Matematika dan Fisika
yang terdapat dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program Penga jaran) SMA dan STM ?.
Berdasarkan informasi yang diuraikan di atas pada dasarnya menyatakan bahwa mahasiswa Politeknik terdiri atas
mahasiswa lulusan dari SMA dan STM. Selain itu diperoleh in
formasi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar antara mahasiswa yang bersangkutan. Berdasarkan in
formasi tersebut muncul pertanyaan, bagaimanakah perlakuan
(treatment) para pelaksana kurikulum dalara pelaksanaan pro
ses belajar-mengajar ? Bagaimana tanggapan mahasiswa Poll -
teknik terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di sa na ?.
Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
di atas, peneliti mengumpulkan berbagai informasi melalui
3^
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data yang diper
oleh disajikan secara terpisah dari thesis ini, akan tetapi
isinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari thesis ini.
Di dalam penelitian ini, data yang diperoleh diolah (diana -
lisis) dalam dua bagian, yakni bagian pertamaf membahas ten
tang kesenjangan antara kurikulum SMA, STM Bangunan Gedung
dan Politeknik Bangunan Gedung. Untuk mengetahui kesenjangan
tersebut, peneliti mengadakan analisis relevansi berdasarkan
mata pelajaran dan bahan pelajaran yang terdapat dalam kuri
kulum SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangunan Ge dung. Bagian kedua, membahas tentang pengalaman mahasiswa da
lam mengatasi kesulitan yang disebabkan oleh kesenjangannya
itu. Pada bagian ini secara berturut-turut akan disajikan
tentang perlakuan staf pengajar terhadap mahasiswa ; pengala
man mahasiswa dalam menghadapi mata kuliah keteknikan ; pe
ngalaman mahasiswa dalam menghadapi mata kuliah Fisika
dan
Matematika ; dan pengalaman mahasiswa dalam menghadapi mata
kuliah praktek.
BAGIAN PERTAMA :
PERBANDINGAN KESENJANGAN ANTARA MATA PELAJARAN DAN BAHAN
PENGAJARAN SMA, STM BANGUNAN GEDUNG
DAN POLITEKNIK BANGUNAN GEDUNG
Untuk mengetahui sejauh mana terdapat kesenjangan an
tara kurikulum SMA, STM Bangunan Gedung dan Politeknik Ba
-
ngunan Gedung, peneliti mengadakan analisis relevansi terha
dap kurikulum tersebut. Berikut ini secara berturut-turut
akan disajikan relevansi antara mata pelajaran kurikulum SKA,
STM Bangunan Gedung dan Politeknik Bangunan Gedung; relevan
si antara bahan pengajaran kurikulum SMA, STM Bangunan Gedung
dan Politeknik Bangunan Gedung; dan perihal tes-masuk calon
mahasiswa Politeknik.
l* ftelevansi antara Mata Pelaiarqn kurikulum SMA. STM R^im..
an Gedung dan Poli^knik Bangunan Gedung.
Hasil observasi terhadap pelaksanaan proses belajarmengajar mata pelajaran Teknik Satu (I.Ukur Tanah), menunjuk
kan bahwa mahasiswa lulusan STM memiliki kemampuan yang lebih
baik daripada teman-temannya. Pada saat diberi tugas untuk diselesaikan di dalam kelas, Edi, salah seorang mahasiswa lulus
an STM mampu menyelesaikannya dengan waktu tercepat dan hasil-
nya benar (Lap.nomor 10). Sedangkan dari "percakapan kami pada
saat mewawancarai Edi adalah sebagai berikut :
Pene : Waktu mengumpulkan tugas, Edi kelihatannya paling
33
34
duluan, raengapa bisa begitu ?
Edi
: Begini pak ..., sebenarnya pelajaran tadi sudah per
nah saya peroleh di SLA. Jadi terus terang saja saya
sudah menguasainya.
Panel : Oh begitu yah. Apa semua mata pelajaran sudah pernah
diperoleh di SLA ?
Edi
: Tidak pak, hanya "kebanyakan" materi keteknikan su dan pernah diperoleh di SLA.
Penel : Jadi hanya mengulang saja yah ?
Edi
Maksud saya begini pak, banyak mata kuliah di sini
sama dengan di SLA tetapi materinya ada yang mengu lang ada juga yang melanjutkan.
Penel
Oh ... begitu, bagaimana dengan mata kuliah yang la
in, maksud saya di luar keteknikan ?
Edi
Justru itu pak, saya ini kadang-kadang jadi tempat
bertanya teman-teman tetapi sekali-sekali saya yang
banyak bertanya pada mereka. Yang jelas penguasaan
pelajaran Matematika dan Fisika saya masih di baivah
teman-teman saya.
Penel : Lho, kenapa begitu ? Apa alasannya Ed ?
Edi
Begini pak, pelajaran Matematika dan Fisika itu per
nah diperoleh di SLA tetapi sangat minim sekali, se
dangkan di sini pelajaran tersebut cukup tinggi.
Akibatnya beberapa bagian materi pelajaran Matematika
dan Fisika merupakan "barang baru" bagi saya. (Lap.
nomor 10).
35
Berdasarkan pengakuan Edi ternyata banyak mata pela
jaran keteknikan yang sudah diperoleh di SLA walaupun di si
ni ada yang diulangi lagi,ada pula yang dilanjutkan atau di-
perdalara. Ia pun mengakui bahwa kemampuannya dalam mata pe lajaran Matematika dan Fisika masih di bawah teman-temannya
yang berasal dari SMA karena, menurut dia, materi pelajaran
tersebut hanya sedikit diperoleh di SLA.
Pernyataan serupa diberikan oleh Feri, mahasiswa lu
lusan STM, pada percakapan kami tanggal 4 Maret 1989. Dia
menyatakan tidak ada kesulitan dalam mata pelajaran keteknik
an karena sudah pernah mengenai di SLA. Akan tetapi dia me ngakui kelemahannya dalam mata pelajaran Matematika dan Fi -
sika karena selama di SLA kurang begitu terlatih (Lap.nomor
13).
Lain halnya dengan pernyataan Budi, mahasiswa lulusan
SMA, ..dia menganggap mata pelajaran Matematika dan Fisika ti
dak menjadi masalah baginya karena banyak materi tersebut te
lah diperoleh selama di SLA. Dia mengakui bahwa di Politeknik,
mata pelajaran Matematika dan Fisika ada yang mengulang, ada
juga yang melanjutkan atau bahkan diperkaya (Lap.nomor 11).
Berdasarkan informasi di atas tampak terdapat perbedaan pengetahuan para mahasiswa yang berasal dari SMA dan STM.
Apakah hal itu disebabkan karena kurikulumnya yang berbeda ?
Apabila kita perhatikan dari nama sekolah mereka memang sudah
berbeda, yakni "Umum" dan "Kejuruan" yang tentunya kurikulum
nya pun akan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh
56
kedua sekolah tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana persamaan dan perbedaan kurikulum kedua sekolah tersebut peneli
ti berusaha mengumpulkan beberapa informasi yang antara la
in berupa dokumen resmi berupa Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) baik SMA, STM ataupun Politeknik. Setelah
itu diadakan analisis relevansi (kesesuaian) antara mata pe
lajaran SMA, STM dan mata kuliah Politeknik. Analisis ini
hanya berdasarkan nama-nama mata pelajaran yang tertulis da
lam GBPP SMA dan STM Bangunan Gedung dan GBPP Politeknik Ba
ngunan Gedung.
Untuk mempermudah proses analisis relevansi (kesesuei-
an) mata pelajaran tersebut maka diadakan pemberian "kode"
pada setiap mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan se
kolah yang bersangkutan. Mata pelajaran SMA diberi kode de -
ngan diawali huruf SMU diikuti oleh lima angka, mata pelajar
an STM diberi kode dengan diawali huruf SMK diikuti oleh lima
angka, begitu juga mata kuliah Politeknik diberi kode dengan
diawali huruf POL dan diikuti oleh lima angka tertentu. Ke li
ma angka tersebut memiliki art! masing-masing, yakni dua ang
ka pertama menunjukkan nomor urut mata pelajaran, satu angka
berikutnya menunjukkan kelas, satu angka berikutnya lagi me
nunjukkan semester dan angka yang terakhir menunjukkan kre -
dit. Sebagai contoh misalnya kode POL. 09312 artinya :
POL = Mata kuliah yang termasuk kurikulum Politeknik.
09
= Nomor urut mata kuliah tersebut adalah sembilan.
37
3
= Mata kuliah tersebut diajarkan (diberikan) pada kelaa
(tingkat) tiga.
1
= Mata kuliah tersebut diajarkan pada semester satu di
tingkat yang bersangkutan (pada contoh tingkat tiga),
2
= Besarnya bobot kredit semester mata pelajaran terse but adalah dua.
Nomor kode tiap mata pelajaran dan mata kuliah dapat
dilihat pada Lampiran 2, Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Mata kuliah yang dianalisis kesesuaiannya adalah se
mua mata kuliah keteknikan baik berupa teori maupun praktek
ditambah mata kuliah Matematika dan Fisika yang berada pada
kurikulum Politeknik. Mata pelajaran STM yang dianalisis ke
sesuaiannya adalah semua mata pelajaran yang termasuk Mata
Pelajaran Dasar Kejuruan (MPDK) dan seluruh mata pelaja2-an
yang termasuk ke dalam Mata Pelajaran Kejuruan (MPK). Adapun
mata pelajaran SMA yang dianalisis kesesuaiannya adalah se -
luruh mata pelajaran yang termasuk Program Pilihan dan mata
pelajaran Program Inti yang sama dengan nama mata pelajaran
yang termasuk Program Pilihan kecuali Bahasa Inggris.
Relevansi (kesesuaian) nama-nama mata pelajaran yang
ada di SMA dan STM dengan mata kuliah Politeknik Bangunan
Gedung dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada kolom tiga, ke -
sesuaian dengan STM, ada yang terisi ada juga yang kosong,,
Apabila terisi berarti mata kuliah yang Politeknik yang bernomor urut sama ada kesesuaian dengan mata pelajaran STM .
38
Misalnya pada kolom tiga, nomor urut tujuh tertulis kode
SMK. 15112 berarti mata kuliah POL. 07113 (Fisika) ada di
Politeknik dan mata pelajaran dengan kode SMK 15112 (Fisi
ka I) ada di STM yang diajarkan pada semester satu, kelas
satu dengan bobot kredit dua.
Pada kolom empat, kesesuaian dengan SMA, juga ada
yang terisi ada juga yang kosong. Apabila terisi berarti
mata pelajaran tersebut ada di SMA tetapi jika kosong ber
arti mata pelajaran tersebut tidak ada di SMA. Sebagai con-
toh pada kolom empat nomor urut tujuh tertulis SMU. 13112,
hal ini berarti bahwa di SMA terdapat mata pelajaran Fisi
ka.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian (relevansi)
antara mata pelajaran yang terdapat pada GBPP SMA dan STM
Bangunan Gedung dengan mata kuliah yang ada dalam kuriku -
lum Politeknik Bangunan Gedung seperti terdapat pada Lam -
piran 5, ternyata ada enambelas mata pelajaran STM yang se
suai dengan mata kuliah Politeknik, dan ada dua mata pela jaran SMA yang sesuai dengan mata pelajaran Politeknik yakni Matematika dan Fisika. Persentase mata pelajaran STM Ba
ngunan Gedung adalah :
Rk = jumlah mata pelajaran yang sama
jumian semua mata pelajaran
"
=|£ x100ft =43,25#
Adapun persentase mata kuliah Politeknik yang sesuai dengan
mata pelajaran SMA adalah :
39
Rv = jumlah mata pelajaran yang sama
jumlah semua mata pelajaran
=?ff- x 100# = 5,kl%
Persentase di atas digunakan hanya untuk raembedakan
kesesuaian antara kurikulum SMA, STM Bangunan. Gedung dan
Politeknik berdasarkan nama mata kuliah. Oleh karena itu.
penggunaan. ruraus tersebut harus berhati-hati karena "isi"
dari mata kuliah yang dianggap ada kesesuaiannya itu tidak
seratus persen sama.
Hasil analisis kesesuaian (relevansi) di atas menun
jukkan bahwa 43,25# mata kuliah Politeknik ada kesesuaian
dengan mata pelajaran STM dan hanya 5,41$ mata kuliah Poli
teknik yang sesuai dengan mata pelajaran SMA. Adapun mata
kuliah yang ada kesesuaian dengan mata pelajaran SMA juga
dengan mata pelajaran STM ada dua buah yakni Matematika dan
Fisika. Hal ini berarti kesenjangan,berdasarkan nama mata
kuliah,antara kurikulum SMA dan. Politeknik jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan kesenjangan antara kurikulum STM
dan Politeknik. Muncul pertanyaan, sejauh mana tarap kesen
jangan antara bahan pengajaran yang terdapat dalam mata ku
liah yang ada di Politeknik, SMA dan STM ?. Sejauh mana ta rap kesenjangan antara bahan pengajaran yang terdapat dalam
mata kuliah yang ada di Politeknik dan STM. saja ?. Untuk itu
berikut ini akan disajikan analisis kesesuaian bahan penga
jaran mata kuliah Politeknik, mata pelajaran SMA dan STM.
Selain itu akan dianalisis bahan pengajaran mata kuliah
40
Politeknik yang hanya sesuai dengan mata pelajaran STM.
2. Kesesuaian (Relevansi) antara Bahan Pengaiaran SMA. STM
Bangunan Gedung dan Mata Kuliah Politeknik Bangunan Ge-
> dung.
Untuk mengetahui hingga mana kesesuaian (relevansi)
antara bahan pengajaran yang terdapat dalam mata pelajaran
yang ada di SMA, STM dan Politeknik Bangunan Gedung maka
diadakan analisis terhadap mata pelajaran dan mata kuliah
Eksakta Satu (Fisika) dan Eksakta Dua (Matematika). Sedang
kan untuk mengetahui kesesuaian bahan pengajaran STM dan
Politeknik Bangunan Gedung dianalisis mata pelajaran
dan
mata kuliah Teknik Satu (Ilmu Ukur Tanah). Tabel yang ter
dapat dalam Lampiran 6 dan Lampiran 7 menyajikan analisis
kesesuaian bahan pengajaran SMA, STM: Bangunan Gedung dalara
mata pelajaran Eksakta Satu (Fisika) dan Eksakta Dua (Ma tematika).
a. Relevansi Bahan Pengaiaran Fisika dan Matematika
Di dalam analisis ini dilihat kesesuaian Pokok Ba -
hasan dan Subr-Pokok Bahasan mata pelajaran Fisika yang ada
dalam GBPP SMA dan STM Bangunan Gedung dengan bahan penga
jaran yang ada dalam mata kuliah Fisika Politeknik Bangunan
Gedung.
41
Pada kolom tiga dan empat yang terdapat dalam Lam -
piran 6 tertulis kode yang terdiri atas huruf Romawi dan
angka-angka. Huruf Romawi menandakan kelas, sedangkan ang
ka pertama menunjukkan Tujuan Instruksional Umum (TIU) ,
angka kedua adalah nomor Pokok Bahasan dan angka ketiga me
nunjukkan nomor Sub-Pokok Bahasan (GBPP SMA dan STM). Se -
bagai contoh, di dalam Tabel yang terdapat dalam Lampiran
6, untuk Pokok Bahasan tiga "Gerakan dalam Bidang Vertikal",
Sub-Pokok Bahasan satu "Percepatan Gravitasi" di dalam ko
lom tiga tertulis "ya" dan pada kolom empat tertulis
1/2.1.5. Hal itu berarti bahan pengajaran yang tertulis da
lam GBPP SMA dengan Tujuan Instruksional Umum dua, Pokok Ba
hasan satu dan Sub-Pokok Bahasan lima ada keseusian dengan
bahan pengajaran Sub-Pokok Bahasan 3.1. mata kuliah Fisika
di Politeknik Bangunan Gedung. Kode "kelas" pada bahan peng
ajaran
yang ada dalam GBPP SMA perlu dicantumkan karena
ada nomor pokok bahasan atau sub-pokok bahasan yang sama
walaupun dalam kelas yang berbeda. Akan tetapi karena bahan.
pengajaran Fisika yang tercantum dalam GBPP STM memiliki
nomor Pokok.Bahasan yang berlanjut dari awal sampai akhir
maka kode "kelas" tidak perlu dicantumkan. Analisis rele -
vansi antara bahan Pengajaran Kurikulum Politeknik Bangun
an Gedung, untuk mata kuliah Fisika disajikan dalam tabel
yang terdapat pada Lampiran 6.
Dari hasil analisis kesesuaian (relevansi) antara
bahan pengajaran Eksakta Satu (Fisika) yang ada dalam
42
GBPP SMA dan bahan pengajaran mata pelajaran yang sama yang
ada dalam kurikulum Politeknik Bangunan Gedung adalah seba
gai berikut :
a. Terdapat lima Sub-Pokok Bahasan yang ada dalam Kurikulum
Politeknik tidak terdapat dalam GBPP SMA. Sub-Pokok Ba -
hasan tersebut antara lain nomor : 7.1; 7.2; 7.4; 11.4
dan 13.5.
b. Bahan pengajaran Fisika yang diberikan di Politeknik Ba
ngunan Gedung, walaupun ada kesesuaian dengan Sub-Pokok
Bahasan SMA, ternyata untuk beberapa Sub-Pokok Bahasan
lebih lengkap dan terinci daripada bahan pengajaran SMA.
Persentase kesesuaian bahan pengajaran Fisika yang terdiri
atas delapan puluh enam Sub-Pokok Bahasan, yang ada dalara
Kurikulum Politeknik, dengan bahan pengajaran mata pelajar
an yang sama yang ada dalam GBPP SMA adalah :
Rmi = J-^lah Sub-Pokok Bahasan vang ?flBiiai
BU
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
=-|| x100 %
= 94,19 %
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian (relevansi) an
tara bahan pengajaran Fisika yang ada dalam GBPP STM 1984
dan bahan pengajaran mata pelajaran yang sama yang ada dalam
Kurikulum Politeknik Bangunan Gedung adalah sebagai berikut:
a. Ada tigabelas Sub-Pokok Bahasan yang ada dalam kurikulum
Politeknik yang tidak terdapat dalam GBPP STM Bangunan
43
Gedung. Sub-Pokok Bahasan tersebut antara lain nomor :
1.3; 3.1; 3.2; 5.1; 5.2; ^.3; 5.4; 5.5; 7.1; 7.2\ 7.4 ;
7.4; dan 7.6.
b. Bahan pengajaran Fisika yang diberikan di Politeknik Ju
rusan Bangunan Gedung yang ada kesesuaian dengan bahan
pengajaran STM 1984 Bangunan Gedung, hampir seluruhnya
lebih lengkap dan terinci daripada bahan pengajaran ma
ta pelajaran yang sama yang ada dalam GBPP STM Bangunan
Gedung.
Persentasi kesesuaian bahan pengajaran mata pelajaran Fi sika, yang diajarkan di Politeknik, terdiri atas delapau
puluh enara Sub-Pokok Bahasan dengan bahan pengajaran mata
pelajaran yang sama yang ada dalam GBPP STM Bangunan Gedung
adalah
:
R
=^ffi ff1*13 f°^k Bahasan van* ^m,^
BK
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
=~$oL x100 %
= 84,88 %
Hasil analisis relevansi di atas menunjukkan bahwa
pertama, kesenjangan antara bahan pengajaran Fisika kuriku
lum SMA dan Politeknik lebih kecil dari pada kesenjangan an
tara kurikulum STM dan Politeknik. Kedua, kesenjangan ter -
sebut sangat kecil sekali. Sejauh mana terdapat kesenjangan
antara bahan pengajaran Matematika kurikulum SMA, STM dan
Politeknik ?
44
Analisis relevansi antara Bahan Pengajaran Matema -
tika Kurikulum SMA 1984, STM 1984 Bangunan Gedung dan Po -
liteknik Bangunan Gedung, disajikan dalam tabel yang ter dapat pada Lampiran 7. Dari hasil analisis kesesuaian (re
levansi) antara Bahan Pengajaran Eksakta Dua (Matematika)
yang ada dalam GBPP STM dan Bahan Pengajaran mata pelajaran
yang sama yang ada dalam kurikulum Politeknik Bangunan Ge
dung, terdapat duapuluh Sub-Pokok Bahasan yang ada dalam
GBPP SMA 1984.
Persentasi kesesuaian Bahan Pengajaran Matematika yang ter
diri atas limapuluh sembilan Sub-Pokok Bahasan adalah :
o
_ jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
bu ~
'
''* 'j'
.•'•'i•• i•>'".»«•"••. H..
y, .i—-i..,,„
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
=-||- x100%
= 66,10 %
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian (relevansi) an
tara Bahan Pengajaran Matematika yang ada dalam GBPP STM
1984 Bangunan Gedung dan Bahan Pengajaran mata pelajaran
yang sama yang ada dalam kurikulum Politeknik Bangunan Ge dung, diketahui terdapat tigapuluh tujuh Sub-Pokok Bahasan
yang ada dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung. Dengan demi kian persentase kesesuaiannya adalah :
r , = Jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
4'?
=-|2 x100 %
= 37,29 %
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kesenjangan
antara bahan pengajaran Matematika kurikulum SMA dan Poli -
teknik jauh lebih kecil dari pada kesenjangan antara bahan
pengajaran Matematika kurikulum STM dan Politeknik. Kesen -
jangan tersebut cukup besar jika dibandingkan, dengan kesen
jangan bahan pengajaran Fisika kurikulum SMA, STM dan Poli
teknik.
Menurut GBPP SMA dan STM ternyata jumlah jam belajar
secara keseluruhan, baik dalam mata pelajaran Fisika maupun
Matematika, SMA lebih besar dari STM. Dengan demikian kesem
patan bagi para siswa SMA, untuk mendapatkan pengajaran Fi -
sika dan Matematika, lebih besar daripada kesempatan yang
dimiliki oleh para siswa STM. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini.
Tabel
: 2
PERBANDINGAN JUMLAH JAM BELAJAR
ANTARA SMA DAN STM
MATA PELAJARAN:
NO.
1.
FISIKA
JENIS SEKOLAH
JENIS PROGRAM
SMA
, Ilmu-Ilmu Fisik (A.l)
Biologi (A.2)
2.
STM
Bangunan Gedung
JUMLAH JAM
BELAJAR
26
20
8
46
Tabel : 3
PERBANDINGAN JUMLAH JAM BELAJAR
ANTARA SMA DAN STM
MATA PELAJARAN:
NO.
JENIS SEKOLAH
1.
SMA
2.
STM
MATEMATIKA
JENIS PROGRAM
JUMLAH JAM
BELAJAR
Ilmu-Ilmu Fisik (A.l)
34
Biologi (A.2)
28
Bangunan Gedung
16
Interpretasi
Oleh karena jumlah jam belajar di SMA lebih besar da
ri pada di STM, ada kecenderungan pengetahuan para lulusan
SMA dalara mata pelajaran yang sama, lebih tinggi jika diban-
dingkan dengan para lulusan STM. Jadi walaupun persentase
kesesuaian bahan pengajaran Fisika antara SMA dan Politeknik
dan antara STM dan Politeknik itu sama besar, kemampuan me -reka mempelajari mata kuliah tersebut di Politeknik belum
tentu sama. Apalagi jika hasil analisis tersebut menunjukkan
perbedaan kesenjangan yang mencolok seperti dalam mata kuli
ah Matematika, kecenderungan kemampuan lulusan STM berada
di bawah lulusan SMA akan semakin besar lagi.
b. Relevansi Bahan Pengaiaran Keteknikan
Untuk mengetahui kesesuaian (relevansi) antara bahan
pengajaran keteknikan yang hanya ada dalara kurikulum STM
dan Politeknik, peneliti menganalisis setiap mata kuliah
yang termasuk kelompok mata kuliah keteknikan. Pada thesis
ini hanya akan disajikan analisis relevansi salah satu ma -
ta kuliah keteknikan yakni mata kuliah Teknik Satu (Ilmu
Ukur Tanah). Dengan cara yang sama seperti menganalisis ma
ta kuliah Ilmu Ukur Tanah, peneliti mengadakan analisis re
levansi terhadap mata kuliah keteknikan yang lainnya.
Analisis kesesuaian antara bahan pengajaran Ilmu
Ukur Tanah kurikulum STM Bangunan Gedung dan Politeknik Ba
ngunan Gedung disajikan dalam tabel yang terdapat dalara
Lampiran 8. Di dalam tabel tersebut, pada kolom tiga akan
terlihat kata-kata "ya" atau "tidak". Apabila tertulis "ya"
berarti Sub-Pokok Bahasan yang bersangkutan ada kesesuaian
dengan bahan pengajaran yang ada dalam GBPP STM 1984 Ba
-
ngunan Gedung. Jika "tidak" berarti Sub-Pokok Bahasan ter
sebut tidak ada kesesuaiannya. Pada kolom empat tertulis
kode-kode dengan diawali huruf Latin besar diikuti angka -
angka. "I" berarti termasuk dalam program inti, sedangkan
huruf P, H dan V termasuk program pilihan. Angka pertama
yang mengikuti menunjukkan pokok Tujuan Instruksional Umum,
angka kedua menunjukkan Pokok Bahasan dan angka ketiga me nunjukkan Sub-Pokok Bahasan (GBPP STM 1984 Bangunan Gedung).
to
lit
Sebagai salah satu contoh, Pokok Bahasan "Pengukur
an Jarak" dan Sub-Pokok Bahasan "Pengukuran Jarak pada ja
rak yang panjang", pada kolom ketiga tertulis "ya" dan pa
da kolom empat tertulis 1/3.2. Maksudnya Sub-Pokok Bahasan
2.2 "Pengukuran jarak pada jarak yang panjang" ada kesesuai
an dengan Pokok Bahasan dua pada program "inti" yang ada
dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung.
Dari hasil analisis kesesuaian (relevansi) antara
bahan pengajaran mata pelajaran Teknik Satu kurikulum Poli
teknik Bangunan Gedung dan bahan pengajaran mata pelajaran
yang sama dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung, seperti t.ercantura dalam Tabel 9 :
a. Terdapat sebelas Sub-Pokok Bahasan Kurikulum Politeknik
yang ada kesesuaiannya dengan bahan pengajaran Ilmu Ukur
Tanah yang ada dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung, prog
ram "inti".
b. Terdapat duapuluh sembilan Sub-Pokok Bahasan kurikulum
Politeknik yang ada kesesuaian dengan bahan pengajaran
Teknik Satu yang ada dalam GBPP STM 1984 Bangunan Gedung
program pilihan Survey dan Pemetaan.
Persentase kesesuaian bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu
Ukur Tanah yang terdiri atas enampuluh delapan Sub-Pokok Ba
hasan, yang ada dalam kurikulum Politeknik, dengan bahan pel
ajaran
mata pelajaran yang sama yang ada dalam GBPP STM
1984 Bangunan Gedung adalah :
49
(1) Program Inti :
p
_ Jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
Jumlah semua Sub-Pokok Bahasan
.= 4s-x 10° %
=
16,18 %
(2) Program Pilihan :
D
_ jumlah Sub-Pokok Bahasan yang sesuai
jumlah seluruh Sub-Pokok Bahasan
= -£2- x 100$
68
= 42,64 %.
(3) Yang tidak ada kesesuaian :
RBK = 100 %- (16,18 % + 42,64 %)
= 41,18 %
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa lebih dari
setengah Sub-Pokok Bahasan mata pelajaran Ilmu Ukur Tanah
kurikulum Politeknik telah diperoleh di STM. Hal ini ber -
arti bahwa masih terdapat kesenjangan antara bahan penga jaran Ilmu Ukur Tanah yang ada dalam kurikulum STM dan Po
liteknik, baik untuk program "inti" maupun program "pilih
an".
Interpretasi
Walaupun masih terdapat kesenjangan, tetapi para ma
hasiswa lulusan STM telah mengenai bahan pengajaran Ilmu
so
Ukur Tanah selama mereka berada di STM.
Hal ini akan mem -
berikan peluang bagi mereka untuk lebih cepat menguasai
bahan pengajaran dalam mata kuliah yang sama, yang diberi
kan di Politeknik. Yang menjadi pertanyaan adalah : Apakah
para lulusan SMA memiliki kesempatan untuk memanfaatkan
pengetahuan yang mereka peroleh selama di SMA, dalam mata
kuliah tersebut ?
Untuk raenjawab pertanyaan di atas, maka diadakan
analisis terhadap bahan pengajaran mata kuliah Teknik yang
terdapat di Politeknik Bangunan Gedung. Hasil analisis ba
han pengajaran mata kuliah Ilmu Ukur Tanah menunjukkan bah
wa mata kuliah tersebut banyak mengandung bahan pengajaran
Eksakta. Misalnya, dalam Pokok Bahasan delapan "Pesawat Pe
nyipat Dasar", Sub-Pokok Bahasan satu "Bagian-Bagian dari
Pesawat Penyipat Dasar", tentang "Lensa". -Bahan pengajaran
yang membahas tentang Lensa dan Hukum Pembiasan. Bahan pe
ngajaran tersebut erat kaitannya dengan bahan pengajaran
mata pelajaran Fisika di SMA.
Kita perhatikan Pokok Bahasan lima, "Lengkung Men -
datar Sederhana". Pokok Bahasan tersebut membahas tentang
cara menghitung lengkung sederhana yang melipitu cara menghitung jarak singgung, panjang lengkung, sudut pusat, su -
dut depleksi, tali busur dan rumus-rumus yang menggunakan
sinus, cosinus dan tangen. Bahan pengajaran tersebut erat
kaitannya dengan bahan pengajaran mata pelajaran
51
Matematika yang ada dalam kurikulum SMA.
Hasil analisis di atasmenunjukkan bahwa walaupun ma
ta pelajaran Ilmu Ukur Tanah tidak ada di SMA tetapi bahan
pengajaran mata pelajaran ters-ebut erat kaitannya dengan
bahan pengajaran yang ada dalam GBPP SMA, baik mata pela -
jaran Fisika maupun Matematika. Muncul pertanyaan : Apakah
setiap mata kuliah keteknikan "mengandung" bahan pengajaran
mata pelajaran Eksakta ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas diadakan
analisis terhadap bahan pengajaran setiap mata kuliah "ke
teknikan" yang diajarkan di Politeknik Bangunan Gedung. Ha-
silnya ternyata hampir seluruh mata kuliah di Politeknik
Bangunan Gedung banyak mengandung bahan pengajaran Eksakta.
Mata kuliah yang hanya sedikit bahkan hampir tidak mengan
dung bahan pengajaran Fisika dan Matematika yang diajarkan
di SMA adalah Gambar, Kerusakan dan Kegagalan, Pengelolaan
Proyek dan mata kuliah Praktek.
Interpretasi
I np^HM •••*• ••' • •••'• '"'M •"* —
I f
Walaupun mata kuliah keteknikan tidak diberikan. di
SMA tetapi bahan pengajaran mata kuliah tersebut banyak me
ngandung bahan pengajaran Fisika dan Matematika yang ada
dalam kurikulum SMA. Dengan demikian, para lulusan SMA pun
memiliki "modal" untuk mempelajari mata kuliah keteknikan
yang ada dalam kurikulum Politeknik.
52
3. Periha,! Tes-Masuk qalqn Mahasiswa
Untuk menjadi mahasiswa Politeknik salah satu sya -
ratnya adalah lulus tes-masuk calon mahasiswa yang diada kan setiap tahun ajaran baru. Para calon mahasiswa diharus-
kan mendaftarkan diri sebagai peserta tes-masuk, kemudian
pada waktu yang telah ditentukan mereka diharuskan raengi kuti pelaksanaan tes-masuk tersebut. Bagi para peserta tesmasuk yang lulus diberitahukan melalui surat ke alamat ru
mah masing-masing, sekaligus merupakan panggilan untuk melengkapi persyaratan yang lainnya (Lap.nomor 7).
Menurut informasi yang diperoleh ternyata para pe -
serta tes-masuk yang berasal dari lulusan STM yang dinya -
takan lulus dan diterima menjadi mahasiswa Politeknik jumlahnya hanya sedikit. Hal itu terungkap saat peneliti berdialog dengan pimpinan Lembaga Pendidikan Politeknik se
perti berikut :
Penel : Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menja
di mahasiswa di sini ?
Andi
: Salah satunya adalah mereka lulusan SLA baik dari
SMA atau dari SMK.
Penel : Apakah ada mahasiswa Politeknik yang berasal dari
SMK ?
Andi
: Yang sudah diterima menjadi mahasiswa di sini ter
diri dari lulusan SMA dan lulusan SMK.
-
53
Penel : Bagaimana kir-kira perbandingan jumlah antara ke dua lulusan tersebut ?
Andi
: Jumlah mahasiswa lulusan SMA jauh lebih banyak daripada mahasiswa lulusan STM.
Penel
Menurut pendapat Bapak, mengapa yang diterima di
Politeknik lebih banyak lulusan STM ?
Andi
Di samping jumlah pesertanya lebih banyak lulusan
SMA, juga mungkin karena isi tesnya lebih mengun tungkan lulusan SMA.
Penel
Tadi Bapak menjelaskan bahwa tes-masuk lebih meng
untungkan SMA, apa saja isi tes tersebut ?
Andi
Soal-soalnya terdiri dari materi Fisika dan Matema
tika.
(Lap.nomor 1.).
Dari hasil wawancara di atas dapat diaimpulkan bah
wa mahasiswa lulusan SMA jumlahnya lebih besar daripada lu
lusan STM dikarenakan tes-masuk yang dipergunakan lebih
menguntungkan para lulusan SMA. Selain itu kemungkinan lain
adalah karena peserta tes tersebut yang dari lulusan SMA.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar tes-masuk itu
lebih menguntungtungkan para lulusan SMUTA ? Untuk mengeta
hui siapa sebenarnya yang lebih diuntungkan, peneliti men -
coba memberi soal-soal tes-masuk yang digunakan pada tahun
terakhir. Soal-soal itu penulis peroleh dari pak Gani, sa lah seorang staf pengajar Politeknik, yang banyak
54
berkecimpung dalam kepanitiaan penerimaan mahasiswa baru.
Setalah itu peneliti mencari GBPP (Garis-Garis Besar Prog
ram Pengajaran) mata pelajaran Matematika dan Fisika, baik
dari SMA maupun dari STM.
Berdasarkan soal-soal tes-masuk calon mahasiswa Po
liteknik, peneliti menganalisis kesesuaian (relevansi) so
al-soal tersebut dengan materi mata pelajaran Matematika
dan Fisika SMA dan STM. Hasil analisis kesesuaian soal-so
al tes-masuk dengan materi Fisika dan Matematika dapat di
lihat pada tabel yang terdapat.dalam Lampiran 9. Soal-soal
yang terdapat pada tes-masuk mulai dari nomor satu sampai
dengan nomor liraapuluh adalah soal-soal Matematika, sedang
kan dari nomor limapuluh satu sampai dengan nomor seratus
adalah soal-soal Fisika.
Di dalam tabel yang terdapat pada Lampiran 9; pada
kolom tiga, kesesuaian dengan SMA, dan kolom empat, kese suaian dengan STM, dicantumkan huruf Romawi. dan angka Arab.
Maksudnya adalah apabila soal yang bersangkutan sesuai de
ngan materi yang ada di SLA, maka dicantumkan di kelas be-
rapa materi itu diperoleh dan sesuai dengan Pokok Bahasan
atau Sub-Pokok Bahasan nomor berapa. Sebagai contoh, misal
nya soal tes-masuk nomor satu. Nomor tersebut merupakan so
al Matematika yang berhubungan dengan "Dalil Sisa". Di da
lam GBPP SMA mata pelajaran Matematika, materi tersebut ter
dapat pada Pokok Bahasan satu, Sub-Pokok Bahasan dua, ter
masuk ke dalam Tujuan Instruksional Umum (TIU) nomor
55
sebelas. Materi tersebut diberikan di kelas dua, maka pada
kolom tiga ditulis kode: 11/11.1.2. Begitu juga di dalam
GBPP SMA mata pelajaran Matematika, materi dalil sisa ter
dapat pada Pokok Bahasan jfiga, termasuk ke dalam Tujuan
Instruksional Umum nomor sebelas. Materi tersebut diberikan
di kelas dua, oleh karena itu pada kolom empat dituliskan
kode seperti berikut: 11/11.3. Dengan demikian soal nomor
satu dari tes-masuk tadi sesuai, baik dengan materi Matema
tika di SMA maupun di STM.
Apabila pada kolom tiga dan kolom empat hanya ter
dapat kata "tidak" berarti soal tersebut tidak ada dalam
GBPP. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan pada kolom ti
ga terisi dengan kode tertentu tetapi pada kolom empat ter
dapat kata "tidak". Apabila hal itu terjadi, berarti mate
ri ,.yang berhubungan dengan soal tersebut terdapat pada
GBPP SMA tetapi tidak terdapat pada GBPP STM. Sebagai contoh, misalnya soal nomor empat. Materi soal tersebut meru
pakan soal Matematika yang berhubungan dengan materi "Ba -
risan dan Deret". Di dalam GBPP SMA mata pelajaran-Matema
tika, materi tersebut terdapat pada Pokok Bahasan nomor sa
tu, Sub-Pokok Bahasan*nomor satu, termasuk ke dalara Tujuan
Instruksional Umum nomor sebelas. Materi tersebut diberikan
di kelas dua. Oleh karena itu pada kolom tiga ditulis kode
11/12.1.1. Pada kolom empat tercantum kata "tidak" berarti
materi tersebut tidak ada dalam GBPP STM. Apabila
50
diperhatikan soal-soal Matematika dari nomor satu sampai
dengan nomor limapuluh seluruh materi soal-soal tersebut
terdapat pada GBPP SMA, walaupun untuk noraor duapuluh ti
ga dan duapuluh delapan tidak eksplisit ada tetapi materi
itu sudah dianggap tahu. "Dalam GBPP SMA tahun 1975 masih
dicantumkan tetapi sekarang tidak, sudah dianggap tahu"
kata ibu Susi. (Lap.nomor 17).
Materi soal-soal Matematika tidak seluruhnya terda
pat pada GBPP STM, ada enambelas nomor yang ternyata tidak
sesuai. Soal-soal tersebut antara lain noraor empat, lima ,
sepuluh, tigabelas, empatbelas, enambelas, sembilanbelas ,
duapuluh tiga, duapuluh empat, duapuluh tujuh, tigapuluh
satu, tigapuluh empat, tigapuluh lima, tigapuluh tujuh, ti
gapuluh sembilan dan empatpuluh satu. Apabila dihitung de
ngan persentase adalah sebagai berikut :
Jumlah soal yamg tidak sesuai
= 16 buah
Jumlah soal yang sesuai
= 34 buah
Jumlah soal seluruhnya
= 50 buah
Jadi soal yang tidak sesuai
-.|§ x 100 %
= 32 %
Untuk soal-soal Fisika, nomor limapuluh satu sampai dengan
nomor seratus, seluruh materi soal tersebut terdapat pada
GBPP SMA mata pelajaran Fisika. Akan tetapi soal-soal ter
sebut tidak seluruhnya terdapat pada GBPP STM. Ternyata
ada sebelas nomor yang tidak sesuai dengan materi yang ada
57
pada GBPP STM mata pelajaran Fisika. Apabila dihitung de ngan persentase adalah sebagai berikut :
Jumlah soal yang tidak sesuai
= 11 buah
Jumlah soal yang sesuai
= 39 buah +
Jumlah soal seluruhnya
= 50 buah
Jadi soal yang tidak sesuai
- ii x 100 %
= 22 %.
Dari analisis di atas ternyata seluruh soal tes-ma
suk, baik soal-soal Matematika maupun soal-soal Fisika su
dah diperleh para peserta tes-masuk yang berasal dari lu lusan SMA. Lain halnya dengan para peserta tes-masuk lulus
an SMKTA khususnya STM (Sekolah Teknologi Menengah) mereka
baru memperoleh materi Matematika sebesar 68 % dari soal -
spa; yang diberikan dan memperoleh materi Fisika sebesar
78 % dari soal-soal yang harus dikerjakannya. Apabila di lihat secara keseluruhan, tanpa memisah-raisahkan ke dalara
soal-soal Matematika dan Fisika, maka para peserta tes-ma
suk lulusan STM baru memperoleh materi yang menunjang ke -
berhasilan tes tersebut sebesar 76 %. Hal itu berarti, ti
dak terdapat kesenjangan antara bahan pengajaran Matemati
ka dan Fisika yang dalam kurikulum SMA dan bahan soal-soal
tes-masuk calon mahasiswa Politeknik. Akan tetapi antara
bahan pengajaran Matematika dan Fisika'yang ada dalam ku