Pengalaman Mahasiswa Fakultas Keperawatan dalam Mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi

(1)

PENGALAMAN MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM MENGIKUTI

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

SKRIPSI

OLEH

YHOGIE ZIKRI ARMIALIS 101101130

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Pengalaman Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Dalam Mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi

Nama : Yhogie Zikri Armialis

Nim : 101101130

Program : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2014

Abstrak

Kurikulum berbasis kompetensi menjadi suatu terobosan dalam pendidikan keperawatan. Banyak pengalaman yang bisa dieksplorasi dari penerapan kurikulum berbasis kompetensi dalam keperawatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan untuk menggali pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah tujuh orang. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner data demografi dan wawancara secara mendalam dengan berpedoman pada panduan wawancara. Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi empat bagian tema yaitu, proses belajar dengan metode yang berfokus pada mahasiswa, kelebihan kbk, hambatan dalam kbk, respon mahasiswa terhadap kbk, dan faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa. Diharapkan bagi mahasiswa untuk terus berusaha meningkat keingintahuan dalam hal-hal baru dan selalu memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan terintegrasi.


(4)

Program : Nursing Science

Year : 2014

Abstract

Competency-based curriculum has become a new breakthrough in nursing education. There are a lot of experiences that can be explored through the application of competency-based curriculum for nursing education. The aim of this research is to figure out students experience in following competency-based curriculum. The research was carried out in Nursing Faculty University of Sumatera Utara from September 2013 until July 2014. Phenomenology design was used in this research which aims to find out students experience in following competency-based curriculum. There are seven participants joining the research. Data was collected by using questionnaire of demography data and interview in detail based on the interview guidance. The result of the research is grouped into four themes namely learning process which focuses on students, the excess of competency-based curriculum, the obstacles, students responses and factors that give influences to students achievements. Students are hoped to increase their curiosity to new things continuously enrich themselves with integration science.


(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengalaman Mahasiswa Fakultas Keperawatan dalam Mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW atas semangat dan suri teladan bagi umatnya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph. D selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti hingga skripsi ini selesai.

3. Iwan Rusdi, S. Kp., MNS selaku dosen penguji I dan Nur Afi Darti, S. Kp., M. Kep selaku dosen penguji II yang memberikan kritik serta masukan dan saran kepada peneliti.

4. Terima Kasih kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan membantu dalam proses pengambilan data selama penelitianSemua partisipan yang telah bersedia dan berpartisipasi dalam penelitian peneliti.


(6)

6. Teristimewa kepada Ayahanda Armidin dan Ibunda Lili Suryani, serta kakanda saya Sintia Armialis S.Pd yang telah menjadi sumber motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat special dan teman seperjuangan penulis yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis : Abdur Rasyid Sirait S.Kep, Bambang Permadi S.Kep, Mawah Iqbal Tanjung S.Kep, Ilham Fahri S.Kep, Agus Irwandi S.Kep, Febri A Wibowo S.Kep, Devi Cordi Asdo S.Kep, Pangihutan Situmorang S.Kep, Benny Sutana Situmorang S.Kep, Nanda Irayanti S.Kep, Nadia Safitri S.Kep, Mahda C Malau S.Kep, dan teman seperjuangan angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan namanya.

8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 15 Juli 2014

(Yhogie Zikri Armialis) Nim. 101101130


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vii

Abstrak ... ix

Bab I. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah... 4

3. Tujuan Penelitian... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab II. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi... 6

1.1 Defenisi Kurikulum Berbasis Kompetensi... 6

1.2 Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 6

1.3 Alasan Perubahan Kurikulum... 7

1.4 Model-Model Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 8

1.5 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi.. 12

1.6 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Keperawatan .. 15

2. Studi Fenomenologi... 18

3. Keabsahan Data ... 19

3.1 Kredibilitas (Credibility)... 19

3.2 Transferabilitas (Transferability)... 21

3.3 Dependabilitas (Dependability)... 21

3.4 Konfirmabilitas (Confirmability)... 21

Bab III. Metodologi Penelitian ... 22

1. DesainPenelitian ... 22

2. Partisipan... 22

3. Lokasi danWaktu Penelitian... 23

3.1 Lokasi Penelitian ... 23

3.2 Waktu Penelitian ... 23

4. Pertimbangan Etik ... 23

5. Instrumen Penelitian ... 24

6. Pengumpulan Data... 25

7. Analisa Data ... 26

8. Tingkat Keabsahan Data ... 27

Bab IV. Hasil dan Pembahasan... 29

1. Hasil Penelitian... 29

1.1 Karakteristik Partisipan... 29

1.2 Pengalaman Mahasiswa Mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi... 30

2. Pembahasan ... 36


(8)

2. Saran ... 42

2.1 Saran Penelitian ... 42

2.2 Pendidikan Keperawatan... 42

2.3 Pelayanan Kesehatan ... 43

Daftar Pustaka ... 44

Lampiran... 46

1. PenjelasanPenelitian ... 47

2. Persetujuan Penelitian ... 48

3. Jadwal Tentatif Penelitian ... 49

4. Taksasi Dana... 50

5. Kuisioner Data Demografi ... 51

6. Panduan Wawancara ... 52


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perubahan Konsep Kurikulum... 8 Tabel 2. Rangkuman Perbedaan SCL dan TCL ... 14-15 Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan ... 29


(10)

Program : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2014

Abstrak

Kurikulum berbasis kompetensi menjadi suatu terobosan dalam pendidikan keperawatan. Banyak pengalaman yang bisa dieksplorasi dari penerapan kurikulum berbasis kompetensi dalam keperawatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan untuk menggali pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Jumlah partisipan pada penelitian ini berjumlah tujuh orang. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner data demografi dan wawancara secara mendalam dengan berpedoman pada panduan wawancara. Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi empat bagian tema yaitu, proses belajar dengan metode yang berfokus pada mahasiswa, kelebihan kbk, hambatan dalam kbk, respon mahasiswa terhadap kbk, dan faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa. Diharapkan bagi mahasiswa untuk terus berusaha meningkat keingintahuan dalam hal-hal baru dan selalu memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan terintegrasi.


(11)

Title : The Experience of Nursing Faculty Students of University of Sumatera Utara in Following Competency-Based Curriculum

Name of Student : Yhogie Zikri Armialis Student Number : 101101130

Program : Nursing Science

Year : 2014

Abstract

Competency-based curriculum has become a new breakthrough in nursing education. There are a lot of experiences that can be explored through the application of competency-based curriculum for nursing education. The aim of this research is to figure out students experience in following competency-based curriculum. The research was carried out in Nursing Faculty University of Sumatera Utara from September 2013 until July 2014. Phenomenology design was used in this research which aims to find out students experience in following competency-based curriculum. There are seven participants joining the research. Data was collected by using questionnaire of demography data and interview in detail based on the interview guidance. The result of the research is grouped into four themes namely learning process which focuses on students, the excess of competency-based curriculum, the obstacles, students responses and factors that give influences to students achievements. Students are hoped to increase their curiosity to new things continuously enrich themselves with integration science.


(12)

Seiring dengan berkembangnya dunia global dan dunia kerja, sehingga sudah saatnya kita untuk membuat suatu inovasi baru dalam pengembangan pendidikan saat ini. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan peraturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan (Dikti, 2008). Sedangkan menurut Purnomo (2005), kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang berorientasi pada hasil yang berupa kompetensi atau kemampuan yang di miliki peserta didik setelah melaksanakan sejumlah pengalaman belajar tertentu sehingga mampu bersaing di dunia kerja.

Sejarah kurikulum berbasis kompetensi bukan hal baru di Indonesia maupun dunia Internasional. Pada tahun 1960-an Amerika sudah mulia menerapkan konsep pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, sedangkan di Indonesia konsep ini mulai diterapkan pada tahun 1980-an melalui pendidikan guru yang disebut competence based teacher education (CBTE)(Purnomo,2005). Kurikulum berbasis kompetensi ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam UU No.22 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah; UU No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; dan Tap MPR No.IV/MPR/1999 tentang Arah kebijakan Pendidikan Masa Depan (Sanjaya,2008). Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara sendiri menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sejak tahun


(13)

2

2010. Metode pembelajaran yang sudah digunakan di fakultas keperawatan USU adalah small-group discussion, problem based learning, case study (FKep USU, 2010).

Salah satu karakteristik dari kurikulum berbasis kompetensi adalah fokus pendidikan yang tidak lagi berfokus pada guru sebagai pendidik, akan tetapi lebih pada peserta didik melalui perubahan belajar, dari berpikir menjadi belajar cara belajar (learn how to learn) dan belajar cara berfikir (learn how to think), selain itu pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based learning) juga diyakini mampu sebagai strategi jitu melatih kemampuan mahasiswa berfikir kritis (Fujiati, 2009).

Kelebihan kurikulum berbasis kompetensi adalah lebih mendekatkan peserta didik pada kebutuhan masyarakat secara nyata, silabus mudah disusun, implementasinya cukup mudah, sangat cocok diterapkan dimulai pengembangan pengetahuan tingkat rendah sampai dengan perguruan tinggi, dan mudah menyeimbangkan dengan kemajuan industri dan dunia kerja (Purnomo, 2005). Selain itu kurikulum berbasis kompetensi dapat melatih mahasiswa untuk berpikir kritis, dimana mahasiswa dituntut untuk mengambil suatu keputusan sesuai dengan permasalahan yang ada (Fujiati, 2007).

Menurut Sudiarta (2005) ada beberapa kelemahan kurikulum berbasis kompetensi yaitu: (a) pengembangan kurikulum selalu dilakukan secara top down tanpa melibatkan guru secara memadai yang merupakan mediator kurikulum dan mahasiswa, (b) penerapan kurikulum dilakukan tanpa strategi yang jelas, (c) implementasi cenderung tidak di evaluasi secara menyeluruh dan biasanya


(14)

evaluasi hanya berorientasi outcome, yaitu berupa tingkat prestasi siswa sedangkan proses diabaikan,(d) kurangnya dosen yang berkompeten tentang kurikulum berbasis kompetensi (e) sulit dikembangkan jika sarana dan prasana tidak memadai.

Kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya sekedar proses penyampaian materi, akan tetapi pada akhirnya pengembangan kurikulum berbasis kompetensi diharapkan dapat dijadikan sebagai pembentuk watak dan peradaban sera meningkatkan mutukehidupan mahasiswa. Selain itu konsep mengenai kurikulum berbasis kompetensi bertujuan agar setiap lulusan akademik memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sesuai dengan standar nasional dan internasional (Sanjaya, 2008). Hal ini sesuai dengan kesimpulan yang diambil oleh Purnomo (2005) bahwa kurikulum berbasis kompetensi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi , kecakapan hidup yang membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Mengingat belum adanya penelitian yang membahas tentang bagaimana pengalaman mahasiswa saat mengikuti kurikulum berbasis kompetensi, peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam beradaptasi saat mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini mendorong peneliti ini melakukan sebuah penelitian untuk mencoba mengeksplorasi dan menggambarkan secara mendalam pengalaman mahasiswa yang mengikuti kurikulum berbasis kompetensi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi deskriptif.


(15)

4

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi ?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi atas 3 bagian yaitu: 4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pengalaman mahasiswa Fakultas Keperawatan dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi.

4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih berguna bagi perawat pendidik untuk bisa di integrasikan dalam pembelajaran terkait dengan pengalaman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi.


(16)

4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dasar tentang pengalaman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi untuk digunakan dalam pengembangan penelitian yang belum terlaksana dalam penelitian selanjutnya.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi 1.1 Defenisi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi ialah perangkat rencana dan peraturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. Selain itu kurikulum berbasis kompetensi ialah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada kemampuan atau tingkat kecerdasan penuh tanggung jawab dari profesi tertentu dalam menjalankan tugasnya di tempat kerjanya (standar kompetensi) (Dikti, 2008). Kurikulum berbasis kompetensi juga merupakan kurikulum yang berorientasi pada hasil yang berupa kompetensi atau kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah dilaksanakan sejumlah pengalaman belajar tertentu sehingga mampu bersaing didunia kerja (Purnomo, 2005).

1.2 Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Hal-hal yang mendasari pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah The Four Pillars of UNESCO yaitu seseorang yang memiliki kompeten harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) landasan kemampuan pengembangan kepribadian, (b) kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why), dan kemampuan berkarya (know to do), (c) kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai, dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be), (d) dapat


(18)

hidup bermasyarakat dengan berkerjasama, saling menghormati, dan menghargai nilai-nilai pluralism, dan kedamaian (to live together)(Dikti, 2008).

1.3 Alasan Perubahan Kurikulum

Beberapa hal yang melatar belakangi konsep kurikulum yang tercantum dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 yaitu lebih bnyak di dorong oleh masalah-masalah global atau eksternal. Masalah tersebut antara lainnya adalah sebagai berikut : (a) persaingan dunia global, yang berakibat juga terhadap persaingan perguruan tinggi di dalam maupun di luar negeri, sehingga perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang dapat bersaing secara global, (b) adanya perubahan orientasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya menghasilkan manusia cerdas berilmu tetapi juga mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di masyarakat (kompeten dan relevan), yang lebih berbudaya, (c) adanya perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan dalam penerimaan tenaga kerja, yaitu adanya persyaratan softskills yang dominan disamping hardskillsnya. Konsep kurikulum ini didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai atau dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu ada perubahan ini juga di dorong oleh adanya perubahan otonomi perguruan tinggi yang di jamin oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang memberi kemudahan kepada perguruan tinggi untuk menentukan dan mengembangkan kurikulumnya sendiri (Dikti, 2008).


(19)

8

Beberapa perubahan konsep dari kurikulum berbasis isi (Kepmendikbud No. 056/U/1994 ke kurikulum berbasis kompetensi (Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan 045/U/2002) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

PERUBAHAN KONSEP KURIKULUM No Tinjauan Kurikulum Berbasis Isi

(KURNAS 1994)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (2000) 1 Latar belakang

Perubahan Masalah internal Masalah global 2 Basis kurikulum Berbasis isi(Content Based

Curricullum)

Berbasis kompetensi (Competency Based Curricullum) 3 Luaran PT

Kemampuan minimal sesuaisasaran

kurikulumnya

Kompetensi yang dianggap mampu oleh masyarakat. 4 Penilai kualitas

Lulusan Perguruan tinggi sendiri

Perguruan Tinggi dan pengguna lulusan/ stakeholders

5 Cara menyusun Mulai dari isi keilmuannya Mulai dari penetapan profil lulusan dan kompetensi 6 Penekanan Output , lebih banyak

menekankan hard skill

Outcome, keseimbangan hardskill

dan softskill 7 Pembelajaran

Teacher centered learning (TCL), dengan titik berat pada transfer of knowledge

Student centered learning (SCL), diarahkan pada pembekalanmethod of inquiry and discovery Tabel 1. Perubahan Konsep Kurikulum (Dikti, 2008)

1.4 Metode Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Dikti (2008) menjelaskan bahwa ada beragam metode pembelajaran untuk SCL, di antaranya adalah: (1) Small Group Discussion; (2) Role-Play & Simulation; (3) Case Study; (4) Discovery Learning (DL); (5) Self-Directed Learning (SDL); (6) Cooperative Learning (CL); (7) Collaborative Learning (CbL); (8) Contextual Instruction (CI); (9) Project Based Learning (PjBL); dan (10) Problem Based Learning and Inquiry (PBL/I). Dibawah ini akan dijelaskan


(20)

satu persatu bagaimana kesepuluh model pembelajaran Student Center Learning (SCL) dalam kurikulum berbasis kompetensi, yaitu :

1.4.1 Small Group Discussion

Diskusi adalah pembelajaran dengan cara mahasiswa membuat kelompok kecil yang beranggotakan 5-10 orang, kemudian yang akan mendiskusikan bahan yang berikan oleh dosen atau diperoleh sendiri oleh kelompok tersebut. Dengan diskusi kelompok kecil ini, mahasiswa diharapkan akan belajar: (a) menjadi pendengar yang baik; (b) bekerjasama untuk tugas bersama; (c) memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif; (d) menghormati perbedaan pendapat; (e) mendukung pendapat dengan bukti; dan (f) menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain).

1.4.2 Simulasi/Demonstrasi

Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi dapat berbentuk: (a) permainan peran (role playing). Contohnya dalam pembelajaran manajemen keperawatan tiap mahasiswa diberi peran seperti kepala ruangan, katim, atau perawat pelaksana, (b) Simulation exercices and Simulation games, dan (c) model komputer. Simulasi dapat mengubah cara pandang (mindset) mahasiswa, dengan catatan mahasiswa harus menerapkannya sesering mungkin dalam kehidupan bermasyarakat.

1.4.3 Discovery Learning

Discovery Learning (DL) adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara


(21)

10

belajar mandiri. Metode ini juga menekankan pada seberapa besar keinginan seorang mahasiswa untuk memperkaya ilmunya.

1.4.4 Self-Directed Learning

Self-Directed Learning (SDL) adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswatersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.

1.4.5 Cooperative Learning

Cooperative Learning (CL) adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang mahasiswa, yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah: (a) kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa (b) rasa tanggung jawab individu dan kelompok mahasiswa, (c) kemampuan dan keterampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan (d) keterampilan sosial mahasiswa.


(22)

1.4.6 Collaborative Learning

Collaborative Learning (CbL) adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar mahasiswa yang didasarkan pada kesepakatan yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui keputusan bersama antar anggota kelompok.

1.4.7 Contextual Instruction

Contextual Instruction (CI) adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengann situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Pada intinya dengan CI, dosen dan mahasiswa memanfaatkan pengetahuan secara bersama-sama, untuk mencapai kompetensi yang dituntut oleh matakuliah, serta memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dalam pembelajaran untuk belajar satu sama lain.

1.4.8 Project-Based Learning

Project-Based Learning (PjBl) adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap


(23)

12

pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati.

1.4.9 Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I)

Problem-Based Learning/Inquiry(PBL/I) adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Secara umum ada empat langkah yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBL/I, yaitu: (a) menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut matakuliah, dari dosennya, (b) melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah, (c) menata data dan mengaitkan data dengan masalah, dan (d) menganalis strategi pemecahan masalah. PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

1.5 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi 1.5.1 Kondisi Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Saat ini belum banyak perguruan tinggi yang menerapkan sistem kurikulum berbasis kompetensi. Proses pembelajaran perguruan tinggi saat ini kebanyakan masih berbentuklecturing (tatap muka), pembelajaran searah dengan dosen sebagai pemberi ilmu (teacher center learning). Proses belajar seperti ini hanya akan membuat mahasiswa menjadi lebih banyak diam dan kurang aktif dalam pembelajaran. Sudah banyak upaya yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran ini, misalnya kombinasi lecturing, tanya-jawab, pemberian


(24)

tugas yang semuanya itu diberdasarkan dari pengalaman mengajar dosen yang bersangkutan bersifat trial error. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan materi dan proses pembelajaran di perguruan tinggi dengan tidak lagi berbentuk teacher center learning tetapi berganti prinsip menjadi student center learning yang di sesuaikan dengan keadaan perguruan tingginya (Dikti, 2008).

1.5.2 Perubahan dari TCL (Teacher Center Learning) kearah SCL (Student Center Learning)

Proses pembelajaran dengan mengunakan paradigma lama dengan dosen sebagai penyedia pendidikan, saat ini tidak akan mampu mengatasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat. Hal ini sejalan dengan alasan lahirnya kurikulum berbasis kompetensi, yaitu semakin pesatnya kemajuan dunia kerja secara global menuntut tersedianya tenaga kerja memiliki kompetensi yang mampu bersaing di di pasar dunia. Oleh karena itu SCL sebagai paradigma baru diharapkan mampu menjadi solusi untuk mencapai kompetensi tersebut. Paradigma baru inimenempatkan dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan keterampilannya (method of inquiry and discovery). Dengan paradigma inilah proses pembelajaran (learning process) dilakukan (Dikti, 2008).

Secara lebih rinci perbedaan antara metode pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning )dan student centered learning antara lain seperti berikut:


(25)

14

Teacher Center Learning Student Center Learning A Pengetahuan ditransfer dari dosen

ke mahasiswa

Mahasiswa secara aktif

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya B Mahasiswa menerima

pengetahuansecara pasif

Mahasiswa secara aktif terlibat di dalammengelola pengetahuan

C Lebih menekankan pada penguasaanmateri

Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa (life-long learning) D Biasanya memanfaatkan media

tunggal

Memanfaatkan banyak media (multimedia)

E

Fungsi dosen atau pengajar sebagai pemberi informasi utama dan evaluator

Fungsi dosen sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa.

F Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah

Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling

berkesinambungan dan terintegrasi

G Menekankan pada jawaban yang benar saja

Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belajar H Sesuai untuk mengembangkan

ilmu dalam satu disiplin saja

Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan

interdisipliner I Iklim belajar lebih individualis dan

Kompetitif

Iklim yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif

J Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran

Mahasiswa dan dosen belajar bersama didalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan

keterampilan.

K

Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam proses

pembelajaran

Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan

L Penekanan pada tuntasnya materi Pembelajaran

Penekanan pada pencapaian kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi.

M Penekanan pada bagaimana cara dosen melakukan pembelajaran

Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based learning danskill competency. Tabel 2. Rangkuman Perbedaan TCL dan SCL (Dikti, 2008)


(26)

1.6 Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Keperawatan

Kurikulum berbasis kompetensi dalam keperawatan bisa dikatakan menjadi solusi terbaru untuk memajukan profesi keperawatan agar mampu bersaing dengan secara global. Hal ini sesuai dengan tema pertemuaan AIPNI pada Oktober 2003 s.d November 2007. Di dasari oleh Kepmendiknas No. 232/U/2000, 045/U/2002 dan UU No. 20 Tahun 2003 serta untuk mengantisipasi perkembangan global, AIPNI merasa perlu untuk melakukan perubahan pada kurikulum Keperawatan. Pengembangan kurikulum keperawatan didasarkan pada pengembangan masalah yang berorientasi pada hal diberikut : (1) sehat-sakit, (2) etika keperawatan, (3) keberagaman budaya, (4) hubungan perawat-pasien, (5) pengasuhan (Caring)(AIPNI, 2008). Berikut ini penjelasan mengenai pemgembangan kurikulum keperawatan berdasarkan masalah adalah sebagai berikut :

1.6.1 Sehat-sakit

Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dalam rentang sehat sakit yang dapat diartikan sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat adalah tanggung jawab individu yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya-upaya promotif, preventif, rehabilitatif dan kuratif. Selain itu sehat ditentukan oleh kemampuan individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk membuat tujuan yang realistik, serta


(27)

16

kemampuan untuk menggerakkan energi dan sumber-sumber yang tersedia untuk mencapaitujuan tersebut secara efektif dan efisien.

1.6.2 Etika Keperawatan

Etika adalah suatu prinsip dan metode yang sistematik untuk membedakan antara yang benar dari yang salah, antara yang baik dari yang buruk. Budaya, teknologi, agama/kepercayaan, dan perbedaan status ekonomi menjadi dasar untuk penetapan keputusan terkait dengan masalah etika. Konsep etika keperawatan meliputi praktek keperawatan yang berdasarkan pada pemikiran inovatif dan antisipatif tentang tanggung jawab dan kewajiban ners terhadap pasien.

1.6.3 Keragaman Budaya

Asuhan keperawatan kepada pasien, ners harus diberikan dengan memperhatikan aspek keberagaman budaya. Hal ini menjadi dasar pemikiran bahwa setiap pasien itu adalah individu yang unik. Pengembangan asuhan keperawatan mengacu pada keberagaman budaya, perbedaan gaya hidup, kepercayaan yang dianut, simbol dan pola budaya pasien.

1.6.4 Hubungan Perawat-Pasien

Hubungan perawat-pasien adalah suatu hubungan interpersonal yang profesional dan terapeutik. Tujuan dari hubungan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien, bukan kebutuhan tim kesehatan. Hubungan profesional perawat dan pasien didasarkan pada pemahaman bahwa pasien adalah orang yang paling tepat untuk membuat keputusan. Peran utama tim kesehatan dalam membantu pasien membuat keputusan adalah memfasilitasi dan memberdayakan potensi


(28)

internal pasien. Dengan demikian, hubungan yang terjadi haruslah menguntungkan pasien dan tidak memiliki efek yang negatif bagi pasien.

1.6.5 Pengasuhan/Kepedulian (Caring)

Caring adalah proses interpersonal yang menunjukkan perilaku yang berhubungan dengan orang lain dalam memfasilitasi perkembangan seseorang. Tema konseptual caring ini mengandung tingkat pemahaman peserta didik selama proses pendidikan terhadap keberadaan pasien yang sedang mengalami satu atau beberapa masalah kesehatan (AIPNI, 2008).

Pendekatan utama dalam pengembangan pembelajaran keperawatan yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi meliputi : (a) menyelesaikan masalah secara ilmiah yaitu kemampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah ditumbuhkan sejak dini dan dibina melalui berbagai bentuk pengalaman belajar terintegrasi. Metode ini merupakan landasan utama untuk menumbuhkan dan membina kemampuan memahami dan menerapkan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, (b) pembelajaran berfokus pada peserta didik,maksudnya ialah peserta didik diarahkan untuk belajar aktif dan mandiri melalui metode pembelajaran berfokus pada peserta didik dengan mengoptimalkan sumber-sumber pembelajaran untuk mencapai kompetensi ners, (c) berorientasi ke masa depan, ialah peserta didik selalu diorientasikan pada perkembangan ke masa depan, sehingga mereka tidak tertinggal didalam perkembangan global (AIPNI, 2008).


(29)

18

2. Studi Fenomenologi

Menurut Fenomenologi dikembangkan Husserl dan Heidegger yang bersumber dari sebuah tradisi filsafat yang merupakan sebuah pendekatan mengenai pengalaman hidup manusia. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang (Polit & Beck, 2004).

Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali defenisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti (Polit, Beck, 2001). Fenomenologi berfokus pada apa yang di alami manusia pada beberapa fenomena dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut. Fenomenologis percaya bahwa pengalaman hidup memberi arti penting terhadap persepsi masing-masing orang dari fenomena tertentu. Selain itu, seorang fenomenolog meyakini bahwa keberadaaan manusia memilik makna dan menarik karena kesadaran masyarakat terhadap keberadaannya. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Hungler, 1997).

Berdasarkan dari cara pengambilan kesimpulan dari fenomena yang ada dari subyek penelitian, ada dua jenis penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretatif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomena deskriptif), sedangkan fenomenologi interpretatif lebih kepada penafsiran dari pengalaman atau fenomena yang dialami subyek penelitian (Polit, Beck & Hungler, 2001).


(30)

Dalam fenomenologi deskriptif ada tiga fenomenoligist dalam proses analisa data. Dimana ketiga tokoh ini berpedoman pada filosof Husserl yang fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena. Ketiga tokoh tersebut adalah Collaizzi (1978), Giorgi (1985), dan Van Kaam (1959) (Polit, Beck & Hungler, 2001).

Kehidupan seseorang bagi fenomenologis adalah sesuatu yang sangat berharga dan menarik. Selain pada penelitian fenomenologi komunikasi merupakan suatu sumber data utama, percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan sebagai subyeknya. Seorang fenomenologis berusaha untuk membantu partisipan mengambarkan pengalaman hidupnya tanpa harus memimpin diskusi. Selain itu, dalam wawancara yang mendalam, peneliti berusaha untuk merasakan apa yang pernah dialami oleh informan untuk mendapatkan informasi penuh tentang pengalaman hidup mereka (Polit, Beck & Hungler, 2001).

3. Keabsahan Data

Ada empat kriteria untuk memperoleh keabsahan data (twustworthiness) menurut Lincoln dan Guba (1985) yaitu : kredibilitas, transferalitas, defentabilitas, dan konfirmabilitas.

3.1 Kredibilitas (Credibility)

Kredibilitas adalah suatu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Hal ini menentukan apakah hasil penelitian ini dapat di percaya oleh semua pembaca secara kritis dan informan sebagai partisipannya. Adapun cara untuk memperoleh tingkat kredibilitas meliputi :


(31)

20

a. Prolonged Engagement yaitu adanya hubungan yang relatif lama yang memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang di kumpulkan, serta membangun kepercayaan antara partisipan dengan peneliti, dan dapat menjadi tolak ukur informasi yang di dapatkan.

b. Persistent observation atau pengamatan yang berkelanjutan, sehingga peneliti dapat memperhatikan secara cermat, teliti, mendalam dan terperinci. c. Triangulation (triangulasi), yaitu memanfaatkan sesuatu yang di luar data

untuk mengecek atau membandingkan data yang diperoleh.

d. Peer Debriefing, yaitu mendiskusikan dengan orang lain dengan menunjukan hasil sementara dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan sejawat. Usahakan diskusikan dengan orang yang tidak terlibat dalam penelitian, agak lebih objektif dan netral dengan catatan harus memilik pengetahuan tentang pokok dan metode penelitian.

e. Member Checking adalah memvalidasi analisis yang peneliti telah buat secara langsung kepada partisipan. Hal ini merupakan cara yang paling penting dilakukan agar partisipan bisa memperbaiki bila ada kesalahan yang dibuat peneliti selama wawancara berlangsung atau melengkapi hal-hal yang diperlukan.

f. Analysis Case Negative, yaitu berusaha untuk menghindari kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian dalam waktu tertentu.

g. Refencial Adequacy Check, yaitu pengecekan bahan dokumentasi seperti hasil rekaman tape atau video-tape sebagai bahan refensi untuk meningkatkan kepercayaan atas keabsahan data.


(32)

3.2 Tranferabilitas (Transferability)

Tranferabilitas adalah suatu kriteria untuk memenuhi bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat di transfer ke subyek lain yang memiliki topologi yang sama. Tranferabilitas bertujuan agar hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain.

3.3 Dependabilitas (Defendability)

Defendabilitas adalah suatu kriteria untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Teknik yang sering digunakan adalah defendability audit yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas peneliti. Dependabilitas sering juga dikenal dengan reliabilitas atau syarat validitas.

3.4 Konfirmabilitas (Confirmability)

Konfirmabilitas adalah suatu kriteria yang digunakan untuk membuktikan kebenaran atau menilai kualitas dari hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitiaan dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian sehingga bisa lebih netral dan objektif.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini mengunakan desain fenomenologi yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa dalam mengikuti sistem kurikulum berbasis kompetensi. Desain ini bertujuan untuk memahami fenomena tentang kurikulum berbasis kompetensi pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universtitas Sumatera Utara.

2. Partisipan

Pengambilan partisipan dilakukan dengan teknik purposive sampling (Dempsey dan Dempsey, 2002). Pemilihan partisipan pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Partisipan yang dipilih untuk penelitian ini memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu sebagai berikut: (a) mahasiswa yang mengikuti sistem pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi, (b) kuliah di Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2010, (c) bersedia diwawancarai dan menjadi partisipan.

Partisipan pada penelitian ini berjumlah tujuh orang. Jumlah pasti dari partisipan akan ditentukan dari saturasi data yang diperoleh. Polit dan Hungler (2012) menjelaskan sebenarnya tidak ada cara yang baku dalam menentukan partisipan dalam penelitian kualitatif. Jumlah partisipan ditentukan berdasarkan kebutuhan informasi yang ingin didapatkan. Saturasi data ialah suatu prinsip yang dalam melakukan pengambilan sampel, dimana partisipan pada point tertentu tidak ada memberikan informasi baru yang dapat dijadikan tema yang bermakna.


(34)

Morse (2000) ; dalam Polit dan Hungler (2012) juga menyatakan bahwa jumlah partisipan untuk mecapai saturasi data tergantung pada beberapa faktor, yaitu : (a) batasan pertanyaan penelitian, (b) banyaknya partisipan yang dibutuhkan, (c) pengalaman-pengalaman terhadap fenomena, dan (d) pencarian sumber data tambahan. Dalam penelitian ini data yang peroleh sudah tersaturasi, akan tetapi masih banyak tema-tema yang belum terexplorasi secara mendalam dikarenakan kekurangan peneliti dalam melakukan wawancara secara mendalam dan kekurangan peneliti dalam menganalisa data hasil wawancara partisipan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera UtaraPemilihan lokasi ini dengan pertimbangan sebagai berikut : (a) Fakultas Keperawatan adalah salah satu dari 5 fakultas yang menerapkan sistem pendidikan kurikulum berbasis kompetensi di Universitas Sumatera Utara, (b) kemudahan akses terhadap partisipan, (c) sudah terjalinnya hubungan komunikasi yang relative lama antara peneliti dengan partisipan di Fakultas Keperawatan Universtas Sumatera Utara.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari 12 September 2013 sampai dengan Juli 2014 dari pengajuan judul proposal sampai dengan selesai penelitian.

4. Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(35)

24

untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian.Dalam penelitian ini, juga dilakukan Ethical clearance oleh Komisi Etik Penelitian Keperawatan. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan pertimbangan etik yaitu, peneliti menjelaskan makna dan tujuan dari pelaksanaan penelitian. Jika partisipan setuju menjadi partisipan maka peneliti akan memberikan informed consent untuk di tanda tangani. Peneliti tidak memaksa jika partisipan menolak untuk diwawancarai dan menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat dengan inisial. Selanjutnya identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality), hanya informasi yang diperlukan yang akan dituliskan dan di cantumkan dalam penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen dalam proses pengumpulan data. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, penganalisis, dan pelapor hasil penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, pertama merupakan kuesioner data demografi (KDD) yang berisi pernyataan mengenai nama (inisial) usia, dan sumber kurikulum berbasis kompetensi (Lampiran 5). Instrumen kedua merupakan panduan wawancara yang meliputi pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi, motivasi mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui kurikulum berbasis kompetensi serta manfaat mengikuti kurikulum berbasis kompetensi bagi partisipan (Lampiran 6).


(36)

6. Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti sebaiknya melakukan pilot stu. Pilot study adalah suatu cara untuk melakukan studi awal dalam skala kecil atau suatu tes yang digunakan sebagai persiapan untuk penelitian kualitatif (Polit dan Hungler, 2001). Pilot study juga digunakan sebagai tes awal pada instrument penelitian. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pilot study dikarenakan peneliti merupakan komunitas dari partisipan.Selama menjadi bagian komunitas partisipan peneliti merasakan banyak pengalaman-pengalaman dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Akan tetapi hal ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa peneliti menjadi kurang kritis dalam mengekplorasi pengalaman partisipan, karena ada kemungkinan peneliti mengabaikan tema-tema penting yang bisa dijadikan informasi yang baru.

Langkah pertama dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah peneliti mendapat persetujuan dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan setelah memperoleh ethical clearance dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Proses wawancara seharusnya dimulai dengan melakukan pendekatan kepada partisipan (prolonged engagement) sehingga terbinanya hubungan saling percaya, keterbukaan antara peneliti dan partisipan. Akan tetapi, peneliti sudah memiliki hubungan yang baik dengan partisipan, karena sudah mengenal cukup lama.Kemudian peneliti meminta kesedian untuk menjadi partisipan. Jika partisipan bersedia untuk diwawancarai maka partisipan diminta membaca dan mengisi lembar persetujuan dan data demografi. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara mendalam atau in-depth


(37)

26

interview dengan menggunakan pertanyaan pembuka.Wawancara dilakukan selama 30-60 menit selama 1-2 kali pertemuan.

Langkah keduanya adalah In-depth Interview yang merupakan salah satu cara pengumpulan data melalu proses tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat untuk memandu peneliti dalam mengumpulkan informasi. Peneliti menggunakan alat perekam suara untuk merekam wawancara.

Langkah selanjutnya adalah peneliti kemudian membuat transkrip hasil wawancara setiap kali selesai wawancara dengan partisipan. Peneliti mengelompokan data dan menguraikan data kedalam bentuk narasi kedalam bentuk tema, kelompok tema dan kategori tema yang utama. Kemudian peneliti membahas ulang hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan kepada tujuh partisipan.

7. Analisa Data

Analisa data pada riset fenomenologi merupakan data hasil wawancara dengan partisipan untuk menemukan tema atau pengalaman yang di pandang dari perspektif subyek penelitian (Dempsey dan Dempsey, 2002). Analisa data ini dilakukan tepat setelah wawancara selesai dilakukan, dimulai dengan peneliti membuat transkrip hasil wawancara dilengkapi dengan field note, kemudian transkrip tersebut di baca kembali.

Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode Collaizzi. Proses analisa datanya menurut Collaizzi (1978);dalam Polit, Beck & Hungler, (2001), terdiri dari tujuh langkah yaitun: (a) membaca transkrip wawancara untuk


(38)

mendapatkan perasaan dari partisipan, (b) meninjau setiap transkrip dan menarik kesimpulan dari setiap pernyataan yang signifikan, (c) menguraikan arti dari pernyataan yang signifikan, (d) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema, (e) menginterpretasikan hasil kedalam bentukdeskriptif, (f) membuat deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan setegas mungkin, (g) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai validasi akhir.

8. Tingkat Keabsahan Data

Beberapa kriteria yang digunakan untuk memvalidasi data yang berguna untuk meningkatkan kualitas dari suatu hasil penelitian, yaitu credibilitas, tranferabilitas, dependabilitas, dan confirmabilitas (Lincoln & Guba, 1985). Kredibilitas merupakan kriteria untuk menguji nilai kebenaran dari data dan informasi yang di kumpulkan. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan prolonged engagement sebelum penelitian dilakukan, karena peneliti sudah membina hubungan yang baik dengan partisipan selama empat tahun perkuliahan. Akan tetapi sebelum melakukan penelitian, peneliti tetap membina dan mendekatkan diri dengan partisipan, sehingga antara peneliti dengan partisipan semakin memiliki keterkaitan, semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai. Dengan demikian, informasi kan dapat di peroleh dengan lengkap.

Langkah kedua adalah konfirmabilitas, yaitu dilakukan dengan menunjukan seluruh transkrip dan catatan lapangan, tabel analisi tema kepada pembimbing kemudian didiskusi bersama untuk menentukan tema dari hasil penelitian dalam bentuk skema. Apabila pembimbing merasa peneliti sudah cukup


(39)

28

mampu menganalisa data secara mandiri, peneliti di beri kebebasan untuk menganalisa data tanpa harus didiskusikan dengan pembimbing.

Depentabilitas merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang peneliti lakukan. Peneliti melibatkan pembimbing sebagaipeneliti lain yang mengaudit cara dan hasil penelitian mulai dari menentukan masalah, pengambilan data penelitian, analisa data dan uji keabsahan data sampai dengan pembuatan kesimpulan.

Transferabilitas dilakukan dengan cara peneliti menulis laporan penelitian yang diuraikan dengan jelas, rinci, sistematis dan mudah di mengerti oleh pembaca sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang pengalaman mahasiswa dalam mengikuti sistem kurikulum berbasis kompetensi dan dapat di aplikasikan di tempat lain.


(40)

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam.

1.1 Karakteristik Partisipan

. Para partisipan adalah mahasiswa yang mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Jenis kelamin partisipan terdiri dari 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Umur ketujuh partisipan pada penelitian ini berkisar antara 21-22 tahun. Satu orang partisipan berusia 21 tahun, tujuh orang partisipan berusia 22 tahun. Kelima partisipan terdiri dari 4 orang beragama Islam, dan 3 orang partisipan beragama Kristen Protestan. Ringkas karakteristik partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Karakteristik Partisipan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

Inisial H S R R N L I

Usia 22 22 22 21 22 22 22

Agama Kristen Islam Kristen Islam Islam Islam Kristen


(41)

30

1.2 Pengalaman Mahasiswa dalam Mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi

Penelitian ini mendapatkan tema pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi, meliputi (1) proses belajar dengan metode berfokus pada mahasiswa (2) kelebihan kurikulum berbasis kompetensi, (3) Hambatan dalam kurikulum berbasis kompetensi, (4) respon mahasiswa terhadap kurikulum berbasis kompetensi.

1.2.1 Proses Belajar Dengan Metode Berfokus Pada Mahasiswa

Tiga partisipan mengatakan kurikulum berbasis kompetensi menjadikan mahasiswa lebih aktif dan kreatif dengan memfokuskan mahasiswa sebagai pusat pembelajaran.Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan 5 dan partisipan 7.

“Ya karena KBK itu proses belajarnya PBL (problem based learning) dimana kita belajar berdasarkan masalah dan difokuskan kepada mahasiswanya, jadi istilahnya mahasiswa lebih aktif dalam proses perkuliahan “ (Partisipan 5)

“ Mahasiswanyalah yang banyak berkontribusi aktif dalam pembelajaran. Kek misalnya kan tutorial.Kan di tutorial itu asli hanya mahasiswa yang saling berdisukusi untuk memecahkan suatu masalah “ (Partisipan 7)

1.2.2 Kelebihan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kelebihan kurikulum berbasis kompetensi menurut pastisipan adalah kurikulum berbasis kompetensi memiliki beberapa kelebihan yaitu, (1) memiliki metode yang memudahkan mahasiswa dalam menerima pembelajaran, (2) pembelajaran berdasarkan pada kompetensi yang di harapkan, (3) penerapan ilmu secara komprehensif.


(42)

1. Memiliki metode yang memudahkan mahasiswa dalam menerima pembelajaran

Lima partisipan pada penelitian ini mengatakan dalam kurikulum berbasis kompetensi memiliki beberapa metodeyang memudahkan mahasiswa dalam menerima pembelajaran. Metodenya terdiri dari tutorial (PBL), skill lab, dan praktikum. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari partisipan 1 dan partisipan 2.

“Sistemnya itu memudahkan saya untuk menerima pelajaran,seperti ada metode tutorial, ceramah. kemudian metode skill lab dan juga metode praktikum..biasanya saya waktu SMA dlu itu sangat sulit sekali menerima pelajaran,tetapi dengan adanya 4 metode yang saya sebutkan tadi, itu memudahkan saya menyerap setiap pelajaran dari dosen khususnya di bidang keperawatan “ (Partisipan 1)

“Karena dalam kbk ini seperti proses tutorial..skill lab dan praktikum, secara materi mahasiswa sudah pasti mendapatkan lebih,lebih aplikatif daripada perkuliahan secara umum.”(Partisipan 2)

2. Pembelajaran Berdasarkan pada Kompetensi yang di Harapkan

Empat partisipan mengatakan kurikulum berbasis kompetensi mengarahkan mahasiswa untuk mencapai kompetensi apa yang diharapkan di akhir pendidikan, yakni menguasai ilmu dan keterampilan, mampu berkarya, mampu bersikap dan berperilaku mandiri serta mampu menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab. Hal ini ini sesuai dengan pernyataan dari partisipan 3 dan partisipan 4.

“Kita memang dilatih untuk belajar berdasarkan kasus.”(Partisipan 3)

“Sudah banyak kasus yang masuk kedalam soal. Jadi nantipun ketika uji kompetensi ga terkejut kalilah (Partisipan 4)


(43)

32

3. Penerapan Ilmu Lebih Komprehensif

Tiga partisipan pada penelitian ini menyebutkan kurikulum berbasis berbasis kompetensi itu adalah sistem yang penerapannya lebih kompleks atau komprehensif. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 5 dan partisipan 6.

“Sejujurnya menurut saya dengan sistem KBK ini saya belajarnya jadi menyeluruh dan tidak terputus-putus. Misalnya blok 1 aman nyaman 1 dan blok 2 aman nyaman 2, jadi di blok 1 saya belajar mengenai masalah medisnya dan di blok 2 belajar mengenai askepnya, jadi semuanya berkesinambungan dan menyeluruh “ (Partisipan 5)

” Kbk ini semua pembelajaran itu digabungkan dalam satu blok dan dalam blok itu kita belajar secara komprehensif, ada belajar tentang anak, maternitas jiwa dan yang lainya, jadi kita memahami pembelajaran itu secara keseluruhan. Tidak hanya berfokus pada blok matakuliah itu saja “ (Partisipan 6)

1.2.3 Hambatan dalam Kurikulum berbasis Kompetensi

Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi bukan tanpa hambatan, partisipan mengatakan terdapat beberapa hambatan dalam pelaksaaan kurikulum berbasis kompetensi yaitu, (1) jadwal sering berubah, (2) kejenuhan mahasiswa, (3) metode mengajar dosen masih seperti kurikulum lama, (4) sarana prasarana yang belum memadai.

1. Format penjadwal yang belum tepat

Tujuh partisipan pada penelitian ini mengatakan yang menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah format penjadwalan yang belum tepat. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 5 dan partisipan 6.


(44)

“ Pertama masalah jadwal kuliah, Awalnya jadwal sudah diatur sedemikian rupa di BRP, namun banyak permasalahan, diantaranya jadwal yang harus diganti karena dosen yang berhalangan masuk atau ada jadwal yang bertabrakan dengan adik kelas atau kakak kelas dan mencari hari gantinya saja susah, dan ujung-ujungnya berdampak terhadap ujian “ (Partisipan 5) “Trus masalah jadwal perkuliahan ya, itu menjadi hambatan untuk kami melaksanakan perkuliahan kbk ini, karena jadwalnya banyak yang tidak sesuai..datang ga kuliah juga, datang ga kuliah juga”(Partisipan 6)

2. Kejenuhan Mahasiswa

Tiga partisipan menyatakan jenuh dengan kurikulum berbasis kompetensi karena beberapa alasan yakni jadwal yang padat, cara mengajar dosen. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 1 dan partisipan 5.

“Karenakan kami di program KBK ini ada program blok..jadi tu harus kerja target setiap bulannya, setiap bloknya berapa minggu gitu, sepertinya saya merasa ga tenggang waktunya antara blok satunya dengan blok yang lain, jadi sempat jenuh juga sih karena terus menerus tanpa adanya istirahat “ (Partisipan 1)

Sebenarnya jenuhlah dengan jadwal yang padat setiap hari, dulu kan sewaktu SMA katanya kuliah itu gak terlalu sibuk, dan buktinya lebih lebih sibuk rupanya “ (Partisipan 5)

3. Metode mengajar dosen masih seperti kurikulum lama

Tiga partisipan menyatakan paradigm mengajar para pendidik merupakan hambatan dalam kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 6 dan partisipan 7.

Kurang baik lah, monoton, datang duduk buka slide, kemudian membaca seluruh yang di slide tanpa ada menanyakan atau berkomukasi dengan mahasiswa, tanpa ada diskusi sedikitpun” (Partisipan 6)

”Karna kan ada yang menjelaskan itu dengan membaca slide aja, udah gitu gak ada ngasih contoh.” (Partisipan 7)


(45)

34

4. Sarana yang Kurang Memadai

Lima partisipan menyatakan sarana dan prasana menjadi hambatan yang cukup menjadi sorotan dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 2 dan partisipan 3.

“ Kalo menurut saya..kurang kondusif dengan satu kelas itu berjumlah 100 orang lebih” (Partisipan 2)

“Ya hambatannya mungkin ruangan yang tidak memadai ya menurut saya..kami satu angkatan seratus orang lebih ditempatkan di satu kelas.. ya kurang efisien lah belajarnya.. apalagi yang duduk di belakang.. udah lah panas, dan terkadang suara microfonnya nya mau kurang jelas terdengar, pecah..jadi kurang fokus” (Partisipan 5)

1.2.4 Respon Mahasiswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

Partisipan mengatakan beberapa respon mahasiswa dalam kurikulum berbasis kompetensi, khusus bagi yang pertama kali mengenal kurikulum berbasis kompetensi, yaitu senang. Lima partisipan merasa senang dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan 1 dan partisipan 6.

“ Pengalaman saya pribadi, selama saya mengikuti kelas kbk ini sangat senang ya, karena sistemnya itu memudahkan saya untuk menerima pelajaran “ (Partisipan 1)

“Saya sangat senang dengan kurikulum ini dan juga sangat setuju, ya dengan kurikulum ini “ (Partisipan 6)

1.2.5 Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa

Beberapa hal yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa dalam kurikulum berbasis kompetensi, yaitu (a) gaya belajar, (b) manajamen waktu, dan (c) motivasi belajar.


(46)

a. Gaya Belajar

Partisipan mengatakan gaya belajar mahasiswa yang berbeda-beda sangat berpengaruh dalam prestasi belajar mahasiswa, yaitu belajar secara audio, kinestetik, taktil, olfaktorius dan kombinatif. Hal ini sesuai dengan penyataan partisipan berikut :

“Kalo aku ya ruang belajar itu harus tenang, kemudian diminimalkan lah keributan. Lalu kalo aku itu belajar dengan gaya belajar visual biasanya slide itu ku garis-garisi..mana garis-garis pentingnya, kemudian ada juga yang ku bulati..pokoknya gimana senangnya aku lah, kucoret-coret “ (Partisipan 4)

b. Manajemen Waktu

Partisipan juga mengatakan manajemen waktu juga menjadi hal yang sangat penting dalam prestasi belajar mahasiswa seperti porsi belajar, waktu belajar yang baik. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh partisipan 4.

“Cuma gene misalkan yang ku katakan tadikan satu minggu, maksudnya malamnya memang ga belajar tapi ketika dosen menerangkan, aku nyatat aja. Aku catat bagian-bagian penting yang ditekankan dia, Jadi ketika ujian nanti aku tau..oh ini kira-kira keluar soalnya ini kemarin bagian yang ditekankan oleh dosen, oh ini bagian yang tidak ditekankan keknya ini ga keluar..kemudian itulah manajemen waktu itu penting, ga pun harus satu minggu, ntah tiga hari tapi memang waktu itu kita porsir untuk belajar “ (Partisipan 4) c. Motivasi Belajar

Hal terakhir yang dinyatakan partisipan yang mempengaruhi prestasi mahasiswa dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah motivasi belajar. Motivasi bisa bersifat internal ataupun motivasi internal. Hal yang ini sesuai dengan penyataan berikut :

Hal-hal yang bisa memotivasi aku bagi diriku itu ya..yang terpenting itu dari dirikita sendiri, kalo kita inging sukses, kita ingin berhasil ya kita harus mau belajar,kemudian motivasi yang lain itu


(47)

36

bisa berasal dari orang tua, gimana mereka mencari uang menyekolahkan kita, kemudian juga dari teman-teman kelompok belajar, kan kalo kita memiliki teman-teman dan merekapun ada niat untuk belajar, kitapun pasti akan terpacu untuk belajar, tapi gimanapun itu semua kalo sistem atau lingkungan yang kita jalanin sudah struktur rapi dan kita juga tidak terusik dengan system tersebut, pasti kita akan nyaman dengan system tersebut” (Partisipan 4)

2. Pembahasan

Dari hasil yang diperoleh dari hasil wawancara akan diuraikan pembahasan dengan literatur yang ada, yakni hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Proses belajar dengan metode yang berfokus pada mahasiswa, kelebihan kurikulum berbasis kompetensi, hambatan dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi, respon mahasiswa dalam kurikulum berbasis kompetensi, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.

2.1 Proses Belajar dengan Metode Berfokus Pada Mahasiswa

Hasil wawancara pada penelitian ini di temukan bahwa partisipan mengidentifikasikan kurikulum berbasis kompetensi berhubungan dengan proses belajar dalam perkuliahan yang menggunakan metode belajar yang berfokus pada mahasiswa, diantaranya PBL/I, Skill lab, ceramah dan praktikum. Hal ini sesuai dengan penyataan bahwa terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan student center learning, yaitu small group discussion, role-play & simulation, case study, discovery learning (DL), self-directed learning (SDL), cooperative learning(CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction


(48)

(CI), project based learning(PjBL), problem based learning and inquiry (PBL)(Nursalam & Efendi, 2008).

Hasil penelitian hanya didapatkan bahwa proses belajar dengan metode yang berfokus pada mahasiswa adalah PBL/I. Akan tetapi dalam penelitian ini belum diketahui bagaimana dengan metode lain yang secara konsep juga menjadi suatu metode yang berfokus pada mahasiswa. Hal ini akan menjadi suatu hal yang belum tergali dalam penelitian ini.

2.2 Kelebihan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Lima partisipan mengemukakan bahwa kelebihan dari kurikulum berbasis kompetensi, yaitu memiliki metode yang memudahkan mahasiswa dalam pembelajaran, pembelajaran berdasarkan pada kompetensi yang di harapkan, dan penerapan ilmu lebih komprehensif. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sari (2012), yang mengatakan bahwa ada beberapa kelebihan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu (a) memudahkan peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan, (b) adanya metode pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan, (c) mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didik pada setiap aspek pembelajaran dan bukan penekanan pada konten mata pembelajaran itu sendiri, (d) kurikulum berbasis kompetensi bersifat alamiah (kontekstual), karena berfokus pada peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing, (e) kurikulum berbasis kompetensi juga mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain, seperti kemampuan-kemampuan pemecahan masalah


(49)

38

dikehidupan sehari-hari dan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal sesuai dengan standar kompetensi tertentu, (f) mengembangan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center learning), (g) penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya secara optimal.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa kelebihan kurikulum berbasis kompetensi adalah memiliki metode yang berdasarkan pada pendekatan kompetensi, pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran secara menyeluruh, dimana mahasiswa tidak hanya di tuntut untuk memenuhi kompetensi yang diinginkan, melainkan juga diharapkan memiliki keterampilan. Menurut peneliti hal yang belum tergali dalam penelitian ini adalah sejauh mana kurikulum berbasis kompetensi mampu mempengaruhi sendi-sendi kehidupan aktivitas, prestasi, dan motivasi peserta didik selama perkuliahan.

2.3 Hambatan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

Hasil peneliti ini menunjukan bahwa terdapat beberapa hambatan dalam kurikulum berbasis kompetensi. Hal ini juga bisa dikatakan sebagai kelemahan dalam kurikulum berbasis kompetensi, yaitu jadwal yang sering berubah, kejenuhan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, metode mengajar dosen yang masih seperti kurikulum lama, serta sarana yang kurang memadai. Hal ini sesuai dengan penyataan bahwa pengembangan kurikulum berbasis kompetensi bukan tanpa hambatan, beberapa kendala yang menjadi perkerjaan rumah bagi kita adalah : (a) paradigma pengajar yang masih menganut kurikulum terdahulu serta keterbatasan tenaga pengajar sering menjadi permasalahan, (b) sarana


(50)

prasana yang kurang memadai seperti ketersedia ruang kelas dan peralatan penunjang pembelajaran, (c) kemandirian lembaga dalam pengaturan proses jadwal pembelajaran, (d) buku penunjang dan perangkat administrasi harus disesuaikan dengan kebutuhan pengajar dan peserta didik (Hidayatullah & Sumari, 2012). Hal serupa juga dikemukan oleh Sanareja (2012), ada beberapa hal yang sering menjadi hambatan dalam kurikulum berbasis kompetensi, yakni tenaga kependidikan, sarana dan prasana, pembiayaan, masyarakat dan lingkugan serta evaluasi hasil belajar. Jika di kaitkan dengan hasil penelitian, tema-tema yang sudah tergali dalam penelitian ini sudah cukup tercapai, akan tetapi ada beberapa tema yang belum terekplorasi secara mendalam seperti seberapa besar hambatan ini mempengaruhi prestasi mahasiswa, bagaimana cara untuk mengatasi hambatan yang ada.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi yang dikemukakan partisipan adalah gaya belajar, manajemen waktu belajar, dan motivasi belajar. Hal ini sesuai dengan penyataan dimana motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa keinginan berhasil dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Nursalam, 2008). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Pujiadi (2007), faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan motivasi belajar


(51)

40

mahasiswa, yaitu faktor intrinsik dalam diri mahasiswa, kualitas dosen, bobot mahasiswa, bobot mata kuliah dan metode perkuliahan.

Hal menjadi keterbatasan peneliti dalam faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar masih belum tergali lebih dalam meliputi faktor ekstrinsik seperti kualitas dosen, manajemen waktu, sarana dan prasarana. Sama halnya dengan faktor instrinsik yang belum tergali secara mendalam seperti motivasi belajar dan gaya belajar.


(52)

Hasil penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara secara mendalam kepada para mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi sebanyak tujuh orang, peneliti mengidentifikasi pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi, meliputi proses belajar dalam kurikurikulum berbasis kompetensi dengan metode yang berfokus pada mahasiswa, kelebihan kurikulum berbasis kompetensi, hambatan dalam kurikulum berbasis kompetensi, respon mahasiswa terhadap kurikulum berbasis kompetensi dan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu rencana pembelajaran yang mana dalam proses pembelajarannya terdapat beberapa metode yang berfokus pada peserta didik atau mahasiswa. Kurikulum berbasis kompetensi memiliki beberapa kelebihan baik secara sistem itu sendiri maupun dalam pelaksanaanya, yaitu mememiliki metode-metode unik yang berguna untuk memudahkan mahasiswa dalam menggali dan memproses informasi yang disampaikan, penerapan ilmu lebih komprehensif.

Ada beberapa hambatan dalam pengimplementasian kurikulum berbasis kompetensi. Hambatan-hambatan dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi antara lain kurangnya tenaga pengajar, sarana prasana dan perangkat administrasi lainya yang kurang memadai, kejenuhan yang dialami mahasiswa selama perkuliahan.Tiga faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa dalam


(53)

42

mengikuti kurikulum berbasis kompetensi adalah gaya belajar, manajemen waktu belajar dan motivasi belajar.

2. Saran

2.1 Saran Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat kendala yang ditemukan oleh peneliti, terutama berasal dari peneliti sendiri sebagai intrumen peneliti. Tema yang ditemukan dalam penelitian belum disebabkan peneliti masih sebagai peneliti kualitatif pemula. Sehingga peneliti peneliti belum mampu mengeksplorasi pengalaman mahasiswa kurikulum berbasis kompetensi secara mendalam. Untuk itu diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat mencari informasi yang lebih lengkap tentang penelitian fenomenologi dan melatih diri didalam melakukan pilot study seperti teknik wawancara dengan pertanyaan terbuka, teknik probingdan menganalisa data dapat menemukan tema yang tepat sehingga data yang terkumpul bisa tersaturasi. Hal yang juga harus diperhatikan adalah penelitian kualitatif akan lebih baik jika dilakukan oleh peneliti yang berada di luar komunitas partisipan, hal ini berguna untuk menghindari adanya pendapat peneliti dalam pengalaman partisipan. Sehingga hasil wawancara yang didapat merupakan murni pengalaman partisipan tanpa adanya pemikiran dari peneliti.

2.2 Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kurikulum berbasis kompetensi bagi mahasiswa dan dapat dijadikan sumber informasi dan


(54)

referensi untuk pengembangan pendidikan keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2.3 Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini memberikan pengetahuan tentang kurikulum berbasis kompetensi yang berguna untuk pengembangan pendidikan keperawatan sehingga dapat di pergunakan dalam praktik pelayanan kesehatan dimasyarakat.


(55)

44

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia. (2008). Kurikulum Pendidikan Ners.Diambil tanggal 25 Oktober 2013 dari http://www.andaners.files.wordpress.com/.../kurikulum-pendidikan-ners-ppt

Bungin, B. ( 2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grup.

Dempsey, A., P & Dempsey, A., D. (2002).Riset Keperawatan : Buku ajar & latihan, (ed :4 ). Jakarta : EGC.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Diambil tanggal 25 Oktober 2013 dari

http:/www.dikti.go.id/files/atur/PanduanKBK-Dikti2008.pdf.

Fujiati, I., I. (2007). Seven Areas of Competenceis of National Competency Based Curriculum in The Context of Critical Thinking and Clinical Reasoning; The Journal of Medical SchoolUSU,40 (2). Medan. Fujiati, I., I. (2007).Mahasiswa dengan Jalur Seleksi Nasional Mempunyai

Pencapaian Prestasi Akademik yang Lebih Baik pada Kurikulum Berbasis Kompetensi :The Journal of Medical School USU, 42(2). Medan.

Hidayatullah.(2012). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang. Diambil tanggal 6 Juli 2014 dari http://www.sitegoogle.com/hidayatullah/kurikulum-berbasis-kompetensi.pdf.

Hidayat, S & Madya, W. 2012. Psikologi Pendidikan. Di ambil tanggal 11 Juli 2014 dari http://www.google.scholar.com/psikologi-pendidikan-pdf Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985).Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage

Publications.

Nursalam & Efendi, F. (2008). Pendidikan Keperawatan.pdf. Jakarta : Salemba Medika. Diambil tanggal 15 Juli 2014 dari http://www.googlescholar.com//pendidikan-keperawatan.pdf

Polit, D. F & Hungler, B. P. (1997). Nursing Reseacrh Principles and Methods, (5th ed). Philadelphia : J. B. Lipincot Company.

Polit, D. F & Hungler, B.P . (2001). Essential of Nursing Research, Methods, Appraisal and Utilization. Philadelphia : J.B Lipincot Company.


(56)

Polit, D. F & Hungler, B. P. (2004). Canadian Essentials of Nursing Research. Phildelphia.

Purnomo, M., E. (2005).Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Implikasinya bagi Kegiatan Pembelajaran: Forum Pendidikan FKIP UNSRI, 24 (2).Palembang

Sanareja, S. (2012).Kurikulum Berbasis Kompetensi Harapan dan Tantangannya.Di ambil tanggal 6 Juli 2014 dari http://www.sitegoogle.com/sumari-sanareja/kurikulum-berbasis-kompetensi-harapan-tantangan.pdf.

Sanjaya, W. (2008).Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana

Sudiarta, I., G., P. (2005).Paradigma Baru Pembelajaran Matematika Refleksi Terhadap Tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 38 (2).

Universitas Hasanudin. (2011). Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi.Makasar. Di ambil tanggal 15 Oktober 2013 dari http://www.unhas.ac.id/lkpp/.../KBK%20Manajemen.pdf


(57)

46


(58)

Lampiran 1 INFORMED CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Nama Peneliti : Yhogie Zikri Armialis

Nim : 101101130

Instansi Peneliti : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Alamat : Jl. Jamin Ginting No. 86 Padang Bulan Medan

Judul Penelitian : Pengalaman Mahasiswa Fakultas Keperatan Universitas Sumatera Utara dalam mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi

Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas KeperawatanUniversitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian.Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi atau mengeksplorasi pengalaman mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi.Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Prodi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Manfaat penelitian untuk dapat memberikan informasi yang berguna tentang kurikulum berbasis kompetensi dan di harapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam memajukan pendidikan keperawatan sebagai suatu solusi pendidikan di masa depan.

Saya mengharapkan partisipasi saudara/i dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan fakta yang saudara/i alami tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban saudara/i, informasi yang saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara/ibebas menerima menjadi partisipan penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara/i bersedia menjadi partisipan, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti saudara/i bersedia partisipan pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian saudara/i untuk penelitian ini.

Peneliti

Yhogie Zikri Armialis Jadwal Pertemuan :


(59)

48

Lampiran 2 INFORMED CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (Inisial) : ………..

Umur : ………..

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan penelitian ini dan setelah mendapatkan jadwal dan pertanyaan terkait penelitian ini, maka saya memahami tujuan penelitian ini yang nantinya akan bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa lain yang juga mengikuti sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi. Saya mengerti bahwa ini menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai partisipan. Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi partisipan pada penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi pemahaman dalam mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Dengan menandatangani surat persetujuan ini, berarti saya menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksa dan bersifat sukarela.

Tanda Tangan Parsipan: ……… Tanggal:……….


(60)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

Jenis kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan judul Menetapkan judul Menyiapkan proposal Mengajukan sidang proposal Sidang proposal Revisi proposal Uji Validitas Pengumpulan data dan analisa data Penyusunan laporan skripsi Ujian skripsi Revisi proposal Mengumpulkan skripsi

Peneliti,


(61)

50

Lampiran 4 TAKSASI DANA

No Kegiatan Biaya

1 PROPOSAL

 Biaya internet dan pulsa modem  Kertas A4 80 gr 2 rim

 Fotocopy sumber-sumber daftar pustaka  Print persiapan proposal

 Fotocopy memperbanyak proposal  Sidang proposal

Rp. 100.000,-Rp. 74.000,-Rp. 30.000,-Rp. 60.000,-Rp. 50.000,-Rp.

150.000,-2 PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

 Izin penelitian dan ethical clearancedari FK USU

 Fotocopy KDD dan buku field note  Fotocopy informed consent

 Cendramata  Tape Recorder

Rp. 150.000,-Rp. 20.000,-Rp. Rp. 5.000,-Rp. 100.000,-Rp.

80.000,-3 PENGUMPULAN LAPORAN SKRIPSI

 Kertas A4 80 gr 2 rim  Penjilidan

 Fotocopy laporan penelitian  Sidang skripsi

Rp. 74.000,-Rp. Rp. 100.000,-Rp.

150.000,-4 BIAYA TAK TERDUGA Rp.


(62)

1.448.000,-Lampiran 5

KUISIONER PENELITIAN

PENGALAMAN MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM MENGIKUTI

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI 1. Kuisioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedian, atau dengan mengisi titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang seseuai menurut Saudara.

Kode (diisi oleh peneliti) :

Nama (Inisial) :

Usia :

Agama : 1. ( ) Islam

2. ( ) Kristen 3. ( ) Hindu 4. ( ) Budha

5. ( ) lain-lain, sebutkan ……….

Suku Bangsa : 1. ( ) Batak

2. ( ) Melayu 3. ( ) Jawa

4. ( ) Lain-lain, sebutkan………


(63)

52

Lampiran 6

PANDUAN WAWANCARA

PENGALAMAN MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM MENGIKUTI KURIKULUM BERBASIS

KOMPETENSI

1. Coba Saudara/i ceritakan pengalaman saudara selama mengikuti kuliah KBK? 2. Bagaimana respon Saudara/i terhadap adanya kurikulum berbasis kompetensi? 3. Apa kemudahan yang Saudara rasakan dengan adanya kurikulum berbasis

kompetensi di Fakultas keperawatan?

4. Hambatan-hambatan apa saya yang Saudara/i alami selama mengikuti kurikulum berbasis kompetensi?


(64)

Lampiran 7

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Yhogie Zikri Armialis

Tempat Tanggal Lahir : Polak pisang I, 25 Juli 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pasar 1 Gg. Anyelir No. 76 Setia Budi Medan

Riwayat Pendidikan

1. SDN 025 Polak Pisang I Prov. Riau Tahun 1997 - 2003 2. SMPN 3 Pelangko Prov. Riau Tahun 2003 - 2006

3. SMAN 2 Kecamatan Kelayang Kab. INHU Prov. Riau Tahun 2006-2009 4. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2010 - Sekarang


(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(1)

53

Lampiran 7

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Yhogie Zikri Armialis

Tempat Tanggal Lahir : Polak pisang I, 25 Juli 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pasar 1 Gg. Anyelir No. 76 Setia Budi Medan

Riwayat Pendidikan

1. SDN 025 Polak Pisang I Prov. Riau Tahun 1997 - 2003 2. SMPN 3 Pelangko Prov. Riau Tahun 2003 - 2006

3. SMAN 2 Kecamatan Kelayang Kab. INHU Prov. Riau Tahun 2006-2009 4. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2010 - Sekarang


(2)

54


(3)

55


(4)

56


(5)

57


(6)

58


Dokumen yang terkait

Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2 61 78

Gambaran Stressor Dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 72 77

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 9

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 1

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 1 6

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 15

Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 18

Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi - Pengalaman Mahasiswa Fakultas Keperawatan dalam Mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi

0 0 16

Gambaran Stressor Dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 1 18