PERAN PAMONG SATUAN KARYA PRAMUKA WANABAKTI DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN ANGGOTA MELALUI PENERAPAN SISTEM AMONG.

(1)

(Studi Deskriftif Pada Satuan Karya Pramuka WanabaktiBagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH ) Ciparay)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

Octaviani Lukman NIM 1000867

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

Halaman Hak Cipta


(2)

Anggota Melalui Penerapan Sistem Among

(Studi Deskriftif Pada Satuan Karya Pramuka

Wanabakti Bagian Kesatuan Pemangku

Hutan (BKPH) Ciparay)

Oleh Octaviani Lukman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Octaviani Lukman 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(BKPH) Ciparay)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I,

Prof.Dr.H.Achmad Hufad, M.ed NIP. 195501011 198101 1001

Pembimbing II,

Dr. Asep Saepudin M.Pd NIP. 19700930 200801 1 004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S.Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1003


(4)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Permasalahan ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pamong ... 12

1. Pengertian Peran ... 12

2. Peran Pembina ... 12

3. Pimpinan Satuan Karya Pramuka ... 13

4. Pamong Stuan Karya ... 14

B. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 15

1. Pengartian Pendidikan Luar Sekolah ... 15

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 17

3. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah ... 18

4. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah ... 21


(5)

6. Perspektif Pendidikan Nonformal dan Pembangunan ... 23

C. Konsep Kemandirian ... 25

1. Pengertian Kemandirian ... 25

2. Komponen Kemandirian ... 30

3. Ciri-ciri Kemandirian ... 30

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian ... 33

5. Tingkatan Kemandirian ... 36

D. Konsep Sistem Among ... 38

1. Pengertian ... 38

2. Tujuan Sistem Among ... 39

3. Prinsip Sistem Among ... 40

E. Satan Karya Pramuka Wanabakti... 41

1. Pengertian ... 41

2. Tujuan Satuan Karya Wanabakti ... 41

3. Kegiatan Satuan Karya Wanabakti ... 42

F. Kode Etik dan Kode Kehormatan gerakan Pramuka Sebagai Wujud Kemandirian ... 43

1. Kode Kehormatan Pramuka dalam Bentuk Janji Satya ... 43

2. Fungsi Dasa Darma Pramuka ... 44

G. Konsep Pembelajaran ... 48

1. Pengertian Pembelajaran ... 48

2. Komponen Pembelajaran ... 50

3. Proses Pembelajran ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 54

B. Desain Penelitian ... 55

C. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 57

D. Definisi Operasional ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 60

F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 61


(6)

H. Triangulasi Data ... 63 I. Analisis Data ... 63 BAB IV HASIL DAN PEMBEHASAN

A. Prifil Satuan Karya Pramuka ... 67 B. Hasil Penelitian ... 72 C. Pembahasan dan Hasil Temuan ... 106 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 117 B. Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN


(7)

ABSTRAK

Fokus penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti dalam membina kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wanabaktdi Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay. Memperoleh gambaran peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among. Landasan teori dari penelitian ini yaitu mengacu pada konsep peran, konsep Pendidikan Luar Sekolah, Konsep kemandirian, dan konsep pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan angket , subjek penelitian terdiri atas satu orang pamong, satu orang pimpinan satuan karya dan dua orang anggota satuan karya pramuka wanabakti. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diperoleh data yaitu :1) Pamong berperan sesuai dengan tugas seorang pendidik karena pada proses pelaksanaannya pamong berperan untuk membina, mengoorganisisr dan melakukan pengawasan. 2) penerapan sistem among pada proses pembinaan dapat dilihat dari mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dengan didasari pada proses pembinaan menggunakan sistem among yang menitik beratkan kepada kebebasan anggota. 3) kemandirian yang ditunjukan oleh anggota menunjukan pada kemandirian yang tinggi dilihat dari berbagai aspek kemandirian yaitu, disiplin, tanggung jawab dan percaya diri. 4) faktor penghambat dan pendukung dalam poses pembinaan terbagi kedalm kelebihan dan kekurangan baik dari internal maupun eksternal satuan karya pramuka wanabakti.

Kata Kunci : Membina, Satuan Karya Pramuka, Kemandirian, Sistem Among

ABSTRACT

The Focus research is to gain an overview of the role of teachers ' Work units of Scouts Wanabakti in fostering Scout Service Brigade independence Agency for the unity at BKPH) Ciparay. Obtain an overview role of teachers ' Work units of Scouts Wanabakti in fostering self-reliance through the application of the system among members. The cornerstone of the theory of this research that refers to the concept of the role of School Education, the concept, the concept of independence, and the concept of learning. The methods used in this research was the qualitative approach with deskriftif methods and techniques of data collection through interviews, documentation and research subject, now consists of one person, one teachers ' leadership of the unit's work and two other units of Scouts wanabakti. Based on the deliberations of the research results obtained data are: 1) the teachers ' Act in accordance with the tasks of an educator because in the process of teachers ' role to foster their implementation, Organizing and conduct surveillance. 2) implementation of the system among the coaching process can be seen from the start of planning, implementation, evaluation and follow-up with the coaching process is based on using a drip system among a series to freedom members. 3) indicated by the independence of the members of the show on the high views of the independence of the various aspects of discipline, Independence, responsibility and confidence. 4) restricting factors in the process of supporting and coaching are divided into the advantages and disadvantages of both the internal and external unit of Scouts wanabakti. Key Keywords: coaching , A Unit Of The Scout service Brigade, Independence, The System Among


(8)

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat melanjutkan cita-cita bangsa serta membawa bangsa ke arah perkembangan yang lebih baik, seperti bangsa Indonesia pada periode 2005-2035 dikaruniai usia populasi produktif yang luar biasa begitu besar dan itu belum pernah dialami ketika Indonesia merdeka. Melihat kondisi hal tersebut maka hal ini dapat menjadi keuntungan atau kerugian bagi bangsa Indonesia seperti yang di

kemikakan Muhamad Nuh (2014:17) “jumlah populasi produktif tersebut akan

menjadi bonus demografi (demographic dividend) atau nikmat; tapi apabila tidak berkualitas justru akan menjadi laknat atau bencana demografi (demographic

disaster).

Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku dalam pengambilan keputusan serta nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain. Mu’tadin (2002: 1) mengemukakan, “selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di masa


(10)

mendatang.” Banyak remaja yang mengalami frustasi dan kemarahan kepada orang tua karena tidak mendapatkan kemandirian. Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.

Menurut Ali & Asrori (2009: 108-109) pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat gejala- gejala negatif. „Pertama ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada perilaku formalistik dan ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan menghambat pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri dari kualitas sumber daya kemandirian manusia. Kedua, sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Manusia mandiri bukanlah manusia yang lepas dari lingkungannya, melainkan manusia yang bertransenden terhadap lingkungannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat masih rendah. Ketiga, sikap hidup konformistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan mengorbankan prinsip.

Gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk adanya ketidak jujuran berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah. Gejala-gejala tersebut merupakan sebagian kendala utama dalam mempersiapkan individu-individu yang mampu mengurangi kehidupan di masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian remaja menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk diusahakan


(11)

secara serius, sistematis, dan terprogram “perkembangan kemandirian telah

digambarkan sebagai salah satu yang tugas perkembangan yang paling signifikan

dari remaja.”

Menurut Yusuf, (2008: 14) , masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, (2) minat seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.‟

Adams et al (2003: 177) mengemukakan “mencapai kemandirian adalah salah satu isu normatif kunci perkembangan psikososial remaja, dan semua perspektif pada pengembangan kemandirian menekankan hasil bermasalah yang

mungkin mengikuti dari kurangnya dukungan yang tepat untuk kemandirian.”

Selama pengembangan kemandirian remaja biasanya cepat karena perubahan fisik dan kognitif yang cepat, memperluas hubungan sosial, dan hak-hak serta tanggung jawab. Kemandirian pribadi dan pengambilan keputusan meningkat, dan identitas diri bertahap secara konsolidasi, mempengaruhi, perilaku, dan kognisi. Kegagalandalam tugas-tugas ini dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku secara luas dan dapat menimbulkan kesulitan lainnya.

Yusuf, (2008: 198) mengemukakan “pada masa remaja berkembang sikap conformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti opini, pendapat,

nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya).” Konformitas memberikan dampak yang negatif dan positif bagi remaja. Dampak negatif tersebut dapat mempengaruhi kemandirian remaja. Tidak sedikit remaja yang berperilaku konformitas terhadap teman-temannya, hal ini menandakan bahwa remaja tidak mandiri dalam perilakunya yaitu remaja tidak menunjukan bahwa dirinya memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.


(12)

Steinberg (1993: 296) mengungkapkan indikator remaja yang memiliki kemandirian perilaku kemandirian perilaku pada masa remaja ditandai dengan (1) memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a) menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternatif pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya, (2) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan dan (3) memiliki rasa percaya diri yang ditandai oleh (a) merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah, (b) merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan sekolah, (c) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, dan (d) berani mengemukakan ide.

Melihat penting nya meningkatkan kemandirian remaja maka hal tersebut perlu ditingkatkan, dalam menunjang peninkatan tersebut banyak sekali kegiatan-kegiatan pendidikan baik pendiikan formal maupun pendidikan nonformal yang digalakan digalakan guna menciptakan masyarakat yang berkualitas sehingga mampu menjadi masyarakat yang mandiri dari segala bidang hal ini tertuang dalam tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa sehingga menjadi pribadi yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan


(13)

yang diambilnya, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.

Pendidikan disusun sebagai salah satu upaya yang dapat mengarahkan kepribadian manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya agar kelak dapat menjadi manusia yang insan kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya, (Taqiyudin,2008:55) pendidikan yang berkaitan dengan hal tersebut dan dikaitkan pendidikan luar sekolah dengan merujuk pada peraturan pemerintah No. 73 Tahun 1991tentang pendidikan luar sekolah yang dikemukakan bahwa:

Pendidikan Luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik dilembagakan atapun tidak (pasal 1 ayat (1) yang bertujuan untuk (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja, mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan/atau jenjang yang lebih tinggi dan (3) memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi jalur pendidikan sekolah (pasal2).

Gerakan Pramuka hadir sebagai wadah organisasi guna meningkatkan kemampuan anggotanya baik kemampuan dari hard skil maupun soft skill peserta didiknya hal ini telah diamanatkan oleh UU No.12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka dan revitalisasi Gerakan Pramuka yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 (dalam blog Dewan Kerja Nasional) serta sesuai dengan tema Hari Pramuka ke-51 yakni Tingkatkan Kemandirian Gerakan Pramuka untuk Keberhasilan Karakter Kaum Muda, maka kiranya seluruh komponen mulai memikirkan dan berupaya untuk membentuk unit usaha yang dimaksud. Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, semua bisa melihat bahwasanya revitalisasi Gerakan Pramuka dengan tiga sasaran


(14)

pokoknya yaitu 1) Memperkuat dasar hukum Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan nonformal di tanah air; 2) pembaharuan sistem pendidikan kepramukaan; 3) kemandirian organisasi telah berhasil merubah cara pandang masyarakat terhadap Gerakan Pramuka. Selaku penyelenggaraan pendidikan kepramukaan, Gerakan Pramuka memang mempunyai peranan besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda.Peranan itulah yang saat ini telah menjadi dambaan utama masyarakat Indonesia.

Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka supaya memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup sehingga anggota pramuka dapat memiliki kemandirian didalam hidupnya.

Proses pembelajaran didalam gerakan pramuka dalam meningkatkan kemampuan anggota pramuka dilakukan berbagai metode kepramukaan antara lain dengan metode sistem among dimana metode tersebut guna meningkatkan kegiatan pendidikan kepramukaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan spiritual dan intelektual, keterampilan, dan ketahanan diri yang dilaksanakan melalui metode belajar interaktif dan progresif , dalam meningkatkan minat dan bakat peserta didikanya kegiatan dalam gerakan pramuka tidak hanya berkemah, baris-berbaris, seperti yang kita ketahui pada umumya, gerakan pramuka juga mewadahi peserta didiknya kedalam kegiatan satuan karya pramuka (SAKA) hal in berguna untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang yang di minatinya.


(15)

Satuan Karya Pramuka (Saka) adalah wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman parapramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Satuan Karya diperuntukkan bagi para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandegaatau para pemuda usia antara 16-25 tahun dengan syarat khusus.

Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai gerakan pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup.

Gerakan Pramuka, merupakan salah satu kegiatan organisasi yang memiliki visi, misi, arah, tujan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada setiap dalam prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan satuan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang. Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara, Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among. Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan : di depan menjadi teladan, di tengah membangun kemauan; dan di belakang mendorong dan memberikan motivasi.

Secara umum Gerakan Pramuka dan Satuan Karya Wanabakti bertujuan mempersembahkan kepada bangsa dan negara Indonesia kader bangsa sebagai kader pembangunan yang bermoral Pancasila. Untuk itu proses pendidikan progresif sepanjang hayat bagi anggota muda Gerakan Pramuka dalam abad ke 21


(16)

guna mencapai tujuan tersebut, difokuskan pada ketahanan mental, moral, fisik, emosional, intelektual, iptek dan sosial peserta didik baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Ketangguhan iptek/Teknologi dalam Gerakan Pramuka dibina dan dikembangkan dalam satuan khusus yaitu Satuan karya Pramuka (SAKA).

Satuan karya, di lingkungan World Scouting disebut Scout Service Brigade, merupakan wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan pengalaman Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam berbagai bidang kejuruan/tehnologi. Saka, memotivasi mereka untuk melaksanakan kegiatan karya nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan dalam rangka peningkatan ketahanan nasional, dalam menujudkan hal tersebut maka tidak luput dari peran serta tugas seorang pamong yang mengatur kegiatan sedemikan rupa sehingga tujuan dari satuan karya pramuka itu sendiri dapat terlaksana dan terwujud. Pamong merupakan figur yang sangat penting dalam satuan karya pramuka karena pamong bertugas dalam merancang dan management program pengembangan dan pembinaan satuan karya pramuka, mendaji pendorong, motivator, pendamping dan pembangit semangat untuk anggotanya.

Satuan Karya Pramuka Wanabakti BKPH Ciparay adalah satuan karya wanabakti satusatunya yang aktif di kawasan bandung selatan, hal ini terbukti dari kegiatan yang sering dilaksanakan baik di dalam maupun kegiatan partisipsasi diluar, keutuhan dan keaktifan organisasi tersebut tentunya tak lupun dari peran seorang pengelola yaitu yang disebut sebagai pamong, dalam mengelola satuan karyanya pamong SAKA di BKPH Ciparay secara konsisten mempertahankan prinsip dan metode yang tertuang dalam anggaran rumah tangga pramuka yaitu Sistem Among, sistem among merupakan metode kepramukaan yang


(17)

membebaskan peserta didiknya untuk mengembangkan potensi sesuai minatnya, dan pamong bertugas untuk memfasilitasi dan melakukan pengawasan supaya tidak terjadi sesuatu yang menyimpang. Maka dari latar belakang diatas lah

peneliti tertarik untuk meneliti “PERAN PAMONG SATUAN KARYA

WANABAKTI DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN ANGGOTA MELALUI

PENERAPAN SISTEM AMONG”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

1. Anggota satuan karya wanabakti BKPH ciparay terlihat mandiri hal ini dapat terlihat dari program kerja yang dilakukan oleh satuan karya wana bakti, berupa persemaian, kegiatan latihan rutin dan kegiatan bakti sosial. 2. Anggota pramuka sakawanabakti mempunyai kreatifitas yang cukup baik

karena dapat menggunakan media alam sebagai sarana latihannya.

3. Prestasi satuan karyawanabakti cukup baik hal ini telihat dari berbagai prestasi yang pernah diraih.

4. Keteladan yang ditunjukan oleh pamong sakapramuka satuan karya wana bakti dalam melatih n anggota pramuka satuan karya wana bakti.

5. Pamong menggunakan sistem among dalam membina proses kegiaatan latihan anggota pramuka saka wana bakti .

6. Metode latihan beregu sebagai salah satu metode yang digunakan dalam latihan anggota pramuka saka wana bakti.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas maka dapat dirumuskanpermasalahannya sebagai berikut: Bagaimana peran pamong saka wana bakti dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem


(18)

among? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat diperolrh pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wana Bakti dalam membina anggota Wanabakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay?

2. Bagaimana penerapan sistem among oleh pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay?

3. Bagaimana Kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wana Bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay?

4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peran pamong satuan karya pramuka dalam meningkatkan kemandirian anggota satuan karya pramuka melalui penerapan sistem among. Dan secara khusus tujunan penilitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wana Bakti dalam membina Kemandirian anggota Satuan Karya Pramuka Wana Bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay.

2. Mendeskripsikan penerapan sistem among oleh pamong Satuan Karya Pramuka Wana Bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay.

3. Mendeskripsikan kemandirian anggota pramuka satuan karya wana bakti di Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ciparay.

4. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis


(19)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan luar sekolah, terutama pada organisasi satuan karya pramuka wanabakti dalam mengembangkan kemandirian peserta didiknya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga

Bagi pihak Lembaga hasil karya skripsi ini dapat dijadikan sebagai bentuk masukan dan motivasi dalam rangka membina kemandirian anggota dalam kegiatan latihan satuan karya pramuka wanabakti

b. Bagi Peserta didik

Meningkatkan kemandirian anggota pramuka satuan karya wanabakti dalam menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah maupun keterampilannya.

c. Bagi Pamong atau Calon Peneliti

Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan satuan karya Pramuka Wanabakti.

d. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati seluruh kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan .

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini disususn kedalam lima bab yang berisi mengenai:

BAB I : Pada BAB I mengeraikan pembahasan mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan


(20)

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, struktur organisasi penelitian dan definisi operasional

BAB II : Pada BAB II menguraikan pembahasan mengenai kajian pustaka, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

BAB 9III: Pada BAB III menguraikan pembahasan mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data.

BAB IV : Menguraikan Pembahasan mengenai Pengolahan data dan pembahasan hasil temuan penelitian

BAB V : Pada BAB V menguraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi


(21)

METODE PENELITIAN

Metode sebagaimana dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Sementara itu, metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (qualitative research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor L.J. Maleong, (2011:4) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, metode penelitian kualitatif menurut Syaodih Nana Sukmadinata , (2007:60) adalah cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Penelitian ini, diajukan untuk menganalisis dan mengungkapkan mengenai pran seseorang dalam melakukan pembinaan, dalam aktifitas kehidupan sosial terutama peserta didik. Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai maka, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi deskriptif analitis. Menurut Sugiyono (2008:15) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif

yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

Sementara itu Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1994:73) mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Selain itu, studi deskriptif analitis menurut Winarno dalam Dadang Supardan, (2000:103) adalah suatu penelitian yang tertuju pada penelaan masalah yang ada pada masa sekarang.

Metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif analitik yang dipakai dalam penelitian ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono, (2012:3)


(22)

mengandung makna. Metode kualitatif secara signifikan dapat mempengaruhi substansai penelitian. Artinya bahwa metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan, objek dan subjek penelitian. Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang hendaknya menjadi pedoman oleh peneliti, sebagaimana yang dikonstantir oleh Bogdan dan Biklen (1982:27-29) bahwa karakteristik penelitian kualitatif diantaranya:

1. Peneliti sendiri sebagai instrument utama untuk mendatangi secara langsung sumber data

2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung kata-kata dari pada angka

3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak semata-mata kepada hasil

4. Melalui analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang terjadi

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.

Berangkat dari karakteristik sebuah penelitian kualitatif yang telah dibentangkan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian ini, peneliti langsung berlaku sebagai alat peneliti utama (key instrument) yang mana melakukan proses penelitian secara langsung dan aktif mewawancarai, mengumpulkan berbagai materi atau bahan yang berkaitan dengan kemandirian anggota dan peran pamonf serta metode kepramukaan yaitu sistem among untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Demi menemukan hasil penelitian ini, maka peneliti menempuh beberapa langkah yaitu pengumpulan data, pengolahan data atau analisis data, penyusunan laporan serta penarikan kesimpulan. Proses ini dilakukan guna mendapatkan hasil penelitian secara objektif. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi.


(23)

Penelitian ini dilaksanakan di Satuan Karya Pramuka Wanabakti (SWB) yang bertempat di Kantor Asper BKPH Coparay JL. Raya Laswi No 454 ds. Jongor Kec. Ciparay Kabupaten bandung dibawah naungan kwartir ranting Ciparay dan Bagian Kesatuan Hutan Ciparay .

Subjek Penelitian ini ditentukan secara purposive,’’artinya subjek

penelitian sebagai sumber data dipilih dengan pertimbangan tertentu.” (Sugiyono, 2012:52). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh komponen dari satuan karya wanabakti . subjek penelitian merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan dalam suatu penelitian, karena didalam subjek penelitian ini twerdapat variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti karena penulis bermagsud meneliti lebih jauh mengenai peran pamong satuan karya wanabakti dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among. Menurut Moleong (2007:224) bahwa:

dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tetentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan kepopulasi, tetapi ditransferkan ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki kasamaan dengan situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human intument harus berinteraksi dengan sumber data dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang mmberiakn informasi data.maka dari itu pemilah narasumber maupun orang yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini sudah dipertimbangkan dengan alasan sumber datamemiliki data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan data diatas pertimbangan dan atas informasi dari pengurus serta pamong satuan karya wanabakti, maka yang menjadi subjek dalam melakukan penelitian ini antara lain adalah, pamong satuan karya wanabakti, Pimpinan saka dan anggota satuan karya wanabakti. Pamong satuan karya wanabakti merupakan anggota dewasa gerakan pramuka, yang bertanggung jawab atas pembinaan dan pengembangan saka wanabakti. anggota saka


(24)

Pandega Putri Putra (MUSPPANITERA) yang membatu untuk mempersiapkan kelangkapan saka dengan tugas smerencanakan dan merumuskan pelaksanaan kebijakan pembinaan dan pengembangan Saka Pramuka Penegak dan Pandega secara konsepsional, merencanakan dan melaksanakan program kerja operasional Dewan Kerja, merencanakan dan melaksanakan program kerja pendidikan dan latihan atau kegiatan dalam rangka pembinaaan dan pengembangan kualitas pramuka Penegak dan Pandega. dan melaksanakan program kegiatan penelitian dan evaluasi dalam rangka mendukung pembinaan dan pengembangan kuantitas dan kualitas Satuan Karya.

Pimpinan adalah unsur kwartir Gerakan Pramuka andalan, staf kwartir dan anggota dewan kerja pramuka penegak dan pandega unsur instansi pemerintah dan unsur lainnya, yang ada kaitannya dengan upaya pembinaan dan pengembangan saka, dengan jumlah anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.

B. Desain Penelitian

Desaian Penelitian merupakan rancangandalam melakukan penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan penelitian. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2007:127):

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahapan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan observasi secara langsung kelokasi penelitian yang berlokasi Jl. Raya Laswi No. 499 Ciparay di Bagian Kesatuan Pemangku Hutan, hal tersebut dilaksanakan supaya peneliti memperoleh gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada dilembaga tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan perizinan kepada pihak-pihak terkait mulai dari perizinan, dimana peneliti menjelasakan magsud dan tujuan dilakukan penelitian ini. Setelah tahap perizinan selesai, barulah peneliti melakukan diskusi dengan pamong satuan


(25)

yang akan diambil dan apakah berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji atau tidak.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

pada aktivitas ini peneliti mulai memfokuskan informasi yang didapat dari hasil observasi pertama dengan melakukan wawancara secara langsungdengan pamong satuan karya wanabakti hal dilakukan untuk memfokuskan suatu permasalahan, kemudian disusul dengan pemilihan narasumber dan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti dan siapa yang akan menjadi subjekdari penelitian yang dilaksanakan, selain hal itu pada tahapan ini peneliti melakukan penyususna instrumen penelitian, dan dilakukanlah pengumpulan daya dilapangan, dan terakhir membuat kesimpulan hasil data yang diperoleh dari hasil perolehan data dilapangan.

3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dulapangan, dan setelah selesai dilapangan ,

dalam hal ini Nasution dalam Sugiyono (2013:336) menyatakan “analisis telah

mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Maka dari hal itu karakteristik analisis data dalam penelitian ini berlangsung sara induktif dan dilakukan secara terus menerus. Dalam kegiatan analisis data ini dilakukan dengan memulai mengumpulkan data dan informasi yang dari hasil wawancara, observasi, pengamatan,dokumen resmi. Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolaha data dalam penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan peneliti menyajikan secara menyeluruh tahapan penelitian. Pada tahap ini peneliti memperoleh dan mengumpulkan data selama penelitian berlangsung. Tahap penulisan laporan merupakan tahapan akhir penyusunan hasil penelitian. Setelah peneliti berkonsultasi kepada


(26)

berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia. C. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitan tidak terlepas dari merode yang digunakan karena metode penelitian sangat berperan penting dalam proses penelitian karena metode dan pendekatan penelitian dapat memandu peneliti dalam melakukan penelitiannya. Menurut Sugiyino (2013:1) metode penelitian adalah :

Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuandapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Penelitian ini dimagsudkan untuk memperoleh data yang empiris terhadap peran pamong satuan karya wanabakti dalam membina kemadirian anggota melalui penerapan sistem among.

Metode penelintian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menurut Moleong (2007:6) menjelaskan penelitian kualitatif adalah :

Penelitian yang bermagsud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, Misalanya Prilaku, persepsi, motivasi,tindakan,dll. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan denagn memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan menurut Sugiyono (2013:1) menyebutkan penelitian kualitatif adalah:

Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyektif yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagian instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi(gabungan). Analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Untuk dapat mendeskripsikan hasil penelitian mengenai “Peran pamong

satuan karya wanabakti dalam membina kemadirian anggota melaui penerapan

sistem among” metode yang digunakakan adalah metode deskriftif dengan


(27)

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang”.tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskriptif gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

D. Definisi Operasional 1. Peran

Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indon peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854) Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.

2. Pamong SAKA

Pamong Saka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka, yang bertanggung jawab atas pembinaan dan pengembangan Saka.

3. Satuan Karya (SAKA)

Satuan Karya adalah wadah pendidikan kepramukaan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat, dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan pengalaman para Pramuka dalam berbagai bidang kejuruan, serta meningkatkan motivasinya untuk melaksanaan kegiatan nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan penghidupannya, serta bekal pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan


(28)

pembangunan, dalam rangka peningkatan ketahanan nasional. 4. Membina

Membina adalah sebagai proses pendidikan berisi kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan :

a. Dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras. b. Pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai bakat.

c. Keinginan serta kemampuan yang merupakan bekal dalam hidup dan kehidupannya.

5. Kemandirian

Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

6. Penerapan

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:148). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Lukman Ali, 1995:104). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran

dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang


(29)

1990:45). 7. Sistem Among

Sistem among menurut kihajar dewantara dalam Andri bob Sunardi (2006) adalah cara pelaksanaan pendidikan di dalam gerakan pramuka. sistem among adalah hasil pemikiran ki hajar dewantara. kata among berarti mengasuh, memelihara atau menjaga. dan orang yang melakukannya disebut pamong. sistem among tampak jelas pada kalimat yang ada di box samping yang mempunyai arti: "didepan memberi teladan, ditengah ikut membangun/melaksanakan, dan dibelakang memberi dorongan/bantuan ke arah kemandirian.

E. Istrumen Penelitian

Penyusunan instrumen ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti dengan tahapan dari proses pengambilan data di tempat penelitia, instrumen yang dipilih supaya sesuai dengan pencarian informan.

Dalam penelitina Kualitatif Sugiyono (2012:306) mengemukakan bahwa : Penelitian kualitatif sebagai human istrument berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Berdasarkan hal tersebut, jadi yang menjadi instrumen dalam mengarahkan dan menjaring data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu peneliti sendiri, karena peneliti berperan secara langsung dalam berinteraksi dengan sumber data yang akan diperoleh baik dari hasil wawancara maupun pengamatan dari kegiatan dan situasi yang akan diteliti.

Arikunto (2010:192) mengemukakan pendapat mengenai metode yang instrumennya dipergunakan dalam melaksanakan penelitian adalah :

a. Untuk metone wawancara maka instrumennya adalah pedoman wawancara

b. Untuk metode tes yaitu dengan menggunakan soal tes berupa(pre tes dan post tes)


(30)

d. Untuk metode observasi yaitu menggunakan chek-list

e. Untuk metode dokumentasi yaitu menggunakan dokumentasi atau bisa juga menggunakan chek list

Berdasarkan konsep diatas, maka peneliti memilih instrumen penelitian yang akan dopergunakan selama proses penelitian adalah pedoman wawancara, kuisioner dan dokumentasi.

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Dalam pengembangan instrumen penelitian maka tahapan dari menyusun instrumen antara lain:

1. Penyusunan Kisi-Kisi

Penyusunan kisi-kisi Penelitian merupakan pedoman dalam pembuatan alat pengumpul data berupa: pedoman wawancara, angket dan studi dokumentasi. Kisi-kisi penelitian peran pamong satuan karya wanabakti dalam membina kemamdirian anggota melalui penerapan sistem among terdiri daro beberapa kolom yaitu: pertanyaan penelitian,aspek penelitian, indikator, sub. Indikator, item pertanyaan, sumber data, teknik penelitian 2. Penyusunan Pedoman Wawancara

Pertanyaan-pertanyaan mengenai indikator-indikator dan sub indikator tersebut dirumuskan kedalam pedoman wawancara yang diujicobakan kepada. Pamong SAKA, dewan SAKA, dan anggota SAKA.

3. Penyusunan kuisioner

Kuisioner ini disusun dalam bentuk pernyataan dan kuisioner tertutup hal ini untuk memudahkan informan dalam mengisi karana jawaban sudah disediakan.

G. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti didasarkan pada metode serta situasi dan kondisi lapangan yang dijadikan objek dalam penelitian. Untuk itu dalam hal ini penulis menentukan teknik pengumpulan data diantaranya adalah :


(31)

tanya jawab, yang dilakukan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Menurut Moch Nazir (2003:193), mengemukakan bahwa wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara)”. Esterberg dalam Sugiyono (2013:72) menjelaskan bahwa:

“wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik.” Dalam penelitian ini penulis melakukan

wawancara dengan pamong saka, dewan saka dan anggota saka di sakawanabakti BKPH Ciparay yang dijadikan responden, untuk mengumpulkan data tentang penerapan peran pamong dalam membina kemandirian anfggota melalui penerapan sitem among. adapun pertanyaan penelitian yang ditanyakan dengan menggunakan metode wawancara tersebut adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana peran pamong satuan karya wanabakti dalam membina anggota Wanabakti di BKPH Ciparay.

b. Untuk mengetahui penerapan sistem among oleh pamong satuan karya wnabakti di BKPH Ciparay.

c. Untuk mengetahyu bagaimana kemandirian anggota satuan karya wanabakti di BKPH Caparay.

2. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu usaha penelaahan terhadap beberapa dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip. Sugiyono (2013:82) mengemukakan bahwa “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang”. Tujuan penggunaan studi dokumentasi ini adalah untuk memperoleh data tertulis yang diperlukan untuk melengkapi data


(32)

dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Suharsimi Arikunto (2002:206) mengemukakan bahwa “metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agendan dan

sebagainya”.

3. Studi Pustaka

Untuk menunjang penelitian dan melengkapi penulisan peneliti mengadakan studi kepustakaan dengan mengkaji berbagai literature dan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan ini serta sebagai bahan perbandingan dan pendukung teori masalah ini.

4. Angket atau Kuisioner

Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.(arikunto,2010:194)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup untuk memperoleh gambaran mengenai kemandirian anggota satuan karya Pramuka wanabakti.

H. Triangulasi Penelitian

Sugiyono (2013:83) mengungkapkan, pada teknik pengumpulan data,

triangulasi data diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada“. Triangulasi yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan data dari sumber data. Informasi yang diperoleh dari satu sumber di cek silang dengan menggunakan triangulasi, bertujuan untuk membandingkan tingkat kesahihan data dengan kenyataan sebenarnya. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya. I. Analisis Data


(33)

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain.” Data yang terkumpul dalam penelitian kualitatif, banyak sekali yang biasanya meliputi ratusan bahkan ribuan halaman. Data yang terkumpul secepatnya dianalisis dan ditafsirkan oleh peneliti sehingga data yang menjadi dingin ata kadaluarsa tidak akan terjadi. jadi dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dari lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah mengikuti apa yang dikemukakan oleh Miles

dan Huberman dalam Sugiyono (2013:91) yaitu: “(1) reduksi, (2) display, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi data.” Secara rinci prosedur kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Tahap Reduksi

Tahap ini dilakukan untuk menelaah data secara keseluruhan yang dihimpun sehingga dapat ditemukan hal-hal penting yang berhubungan dengan fokus penelitian. Laporan-laporan terperinci tentang data yang diperoleh di lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Data-data yang direduksi terdiri dari hasil wawancara, dokumentasi.

2. Data yang diperoleh melalui angket menggunakan skala sikap, diolah sebagai berikut :

a. Membuat tabel dengan jalur kolom nomor nama aspek skor, menentukan skala dan diberi keterangan.


(34)

Pilihan Jawaban Skor SS= Sangat Setuju

S= Setuju RR= Ragu-Ragu TS=Tidak Setuju

STS =Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 Sumber :Sugiyono (2012)

c. Data yang telah diperoleh dari skala sikap Likert, untuk mengetahui kemandirian anggota satuan karya pramuka wanabakti. Untuk mengetahui prosentasi digunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah skor anggota X Jumlah keseluruhan indikator d. Kriteria Rentang Sikap

Tabel 3.2 Rentang Sikap

No. Rentang Sikap

1. 30-60 Rendah

2. 70-100 Sedang

3. 110-150 Tinggi

hasil analisis data (2014)

3. Setelah Kriteria diatas telah ditetapkan oleh penulis, setiap hasil jawaban yang telah diperoleh skornya sehingga memudahkan dalam penapsiran pada peneliti

4. Tahap Display(Penyajian Data)

Sugiyono (2011:341) menjelaskan dalam bukunya bahwa setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data dengan menyajikannya data dalam bentuk teks yang bersifat naratif . dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami hasil data yang telah diperoleh untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi data.


(35)

Langkah selanjutmya dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013:99) adalah “penarikan kesimpulan dan

verifikasi.” Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan beruba bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab sebelumnya telah dibahas dan dipaparkan mengenai analisis sebagai hasil dari penelitian ini yaitu peran pamong satuan karya dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among , maka pada bab ini peneliti mencoba membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan

Pada bagian ini dibahas mengenai kesimpulan dari bagaimana peran Pamong satuan karya pramuka, penerapan sistem among, kemandirian anggota satuan karya pramuka wanabakti, dan mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistem among sebagai berikut :

1. Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti

Peran Pamong satuan karya Pramuka Wanabakti dalam melaksanakan tugannya terbagi kedalam tiga aspek yaitu, membina, mengoorganisir, dan melakukan pengawasan.

Peran pamong dalam membina anggota satuan karya pramuka wanabakti lebih kepada membina aspek kognitif afektif dan psikomotornya yang terbagi kedalam pembinaan nilai-nilai kehidupan, memberikan motivasi dan bimbingan, membina sikap, mental,moral dan spiritualnya, membina intelektual, emosional dan sikap sosialnya, pamong berperan baik dalam hal membina dengan sikap keteladan yang ditunjukan oleh pamong serta dengan mengaplikasikan dasa darma dan trisatya pramuka.

Pamong berperan juga dalam hal menggorganisir satuan karya pramuka wanabakti baik dalam kegiatan, pembelajaran maupun evaluasi dalam hal ini pada proses pelaksanaan mengoorganisir pamong merumuskan kegiatan, tujuan tugas dan tanggung jawab dewan saka dengan melaksanakan musyawarah satuan karya pramuka wanabakti dengan seluruh aspek wanabakti, selain hal itu Pamong juga melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang telah disepakati


(37)

kegiatan.

2. Penerapan Sistem Among Oleh Pamong Di Satuan Karya Pramuka Wanabakti

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara kepada pamong, pimpinan dan anggota satuan karya pramuka wanabakti, diketahui bahwa dalam menerapkan sistem among dapat dilihat dari proses pembinaan yang dimulai perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dengan didasari oleh sistem among yaitu pamong berperan didalamnya hanya sebagai contoh, pemberi keteladanan, memotivasi dan mendorong terus anggota untuk selalu menjadi anggota yang sesuai dengan trisatya dan dasa darma.

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan merencanakan seluruh aspek kegiatan pembelajaran sebagai penunjang latihan yaitu dengan menyiapkan program kegiatan yang disusun bersama melalui musyawarah satuan karya pramuka wanabakti, menyiapkan materi latiahan, waktu, penyesuaian tempat latihan baik teori mauoun praktek, mempersiapkan narasumber, instruktur dan menyusun metode pembelajaran penunjang lainnya lainnya.

Pada aspek kedua pelaksanaan penerapan sistem among dilaksanakan dengan memberikan contog sikap yang baik pada saat latihan maupun di luar latihan, membuat suasana yang interaktif atas pemberian dorongan dan motivasi kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk terus aktif dalam kegiatan apaun, kegiatan pembelajaran diatur sedimikian rupa sehingga kegiatan pembelajaran dapat menyenangkan, metode pembelajaran yang menungjang adalah metode diskusi, ceramah, experimen dan lainnya.

Aspek ketiga yaitu evaluasi dan tindak lanjut didalamnya terdapat evaluasi hasil kegiatan pembelajaran dan hasil kegiatan pelaksanaan program, hal ini dapat terlihat dari kemampuan anggota/peserta didik dalam praktek seperti membuat persemaian, melakukan penyadapan, mengolah hasil hutan dan pengetahuan yang dimiliki anggota ketika kegiatan tanya jawab dan diskusi. sedangkan untuk evaluasi program itu terlihat dari pengamatan selama


(38)

saka kepada pamong.

3. Kemandirian Anggota Di Satuan Karya Pramuka Wanabakti

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemandirian anggota satuan karya pramuka wanabakti di BKPH Ciparay ini diperoleh gambaran bahwa kemandirian anggota dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, pamong, lingkungan, orang tua, serta motivasi dalam diri.

Adapun yang menunjukan kemandirian mereka terlihat dari indikator-indikator sikap disiplin yaitu dengan ketepatan waktu dalam latiha, rutin latiha, konsisten pada diri sendiri dan taat pada aturan, terlihat dari hasil angket tabel 4.3 bahwasannya dari 15 responden hasil dari aspek disiplin menunjukan kedisiplinan yang tinggi.

Percaya diri pada aspek sikap kemandirian terdapat sun indikator mampu berpendapat, mempunyai inisiatif, optimis, mampu mengerjakan sesuatu atas kemampuan sendiri, dan dapat teguh pada pendirian, berdasarkan hasil dari angket tabel 4.4 terkait indikator percayadiri hasilnya menunjukan rasa percaya diri yang tinggi bahwasannya

Pada indikator tanggung jawab dengan sub indikator dapat menyelesaikan tugas dengan baik, mempunyai komitmen, dapat mengambil resiko atas keputusan yang diambil, dan dapat melaksanakan hak dan kewajiban sendiri, berdasarkan hasil dari tabel 4.5 bahwasannya tanggung jawab anggota pun menunjukan pada tanggung jawab yang tinggi.

ini semua berarti bahwa seluruh anggota satuan karya pramuka wanabaktu menunjukan sikap positif yaitu memiliki kemandirian yang tinggi hal ini dilihat dari indikator disiplin, percayadiri, dan tanggung jawab yang tinggi yang dimiliki oleh selurruh anggota denagn pembinaan yang dilakukan oleh pamong dengan menggunakan sistem among.

4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pamong Dalam Membina Kemandirian Melalui Penerapan Sistem Among.

Pada faktor pendukung Pamong dalam membina kemandirian anggota melalui peberapan sistem among terbagi kedalan dua aspek yaitu kelebihan dan


(39)

sarana prasarana cukup memadai, dan dukungan dari lembaga supaya sakawanabakti terus berjalan dan eksternal yaitu dukungan dari masyarakat, sedangkan peluang dari luar adalah motivasi yang tinggi dari peserta untuk ikut sakawana bakti atas kemauan sendri, saka wanabakti semakin dieksistensikan melalui berbagai kegiatan.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat terdapat pula dua spek yaitu ancaman dan kelemahan yang menjadi kelemahan adalah pamong yang lulusannyaSMA, lokasi tempat praktek yang jauh, ancaman SDM yang bersifat sukarela sangat jarang dan buku sumber yang kurang memadai.

B. Saran

Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai peran pamong satuan karya pramuka dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistema among, maka berikut di ungkapakan beberapa saran untuk semua pihak yang diharapkan dapat berguna.

1. Pihak Satuan Karya Pramuka Wanabakti

Pihak penyelenggara satuan karya pramuka wanabakti harus dapat meningkat lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya, baik dari segi persiapannya maupun pelaksanaan dan evaluasinya.

Selur pihak satuan karya pramuka wana bakti hendaknya lebih memahami lagi mengenai sistem among sehingga pada pelaksanaannya dapat lebih baik lagi.

2. Pamong

Pada saat pelaksanaan kegiatan latihan, pamong diharapkan lebih baik lagi dalam menerapkan sistem among, serta meningkatkan pengetahuan mengenai metode pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran metode yang digunakan lebih berfariatif.

Pamong juga perlu membantu seluruh anggota supaya dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kemandirian yang sudah dimiliki, sehingga kemandirian anggota dapat dipertahankan.


(40)

Kemandirian yang ada dalam diri anggota sudah relatif tinggi, hal ini dapat terlihat dari tujuan dan semangat anggota dalam mengikuti seluruh kegiatan satuan karya pramuka wanabakti, kemudian hendaknya dapat mempertahankan kemandirian yang dimiliki dan dapat terus di tingkatkan serta dapat diimplementasikan ilmu yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan dapat tercapainya tujuan akhir menjadi rimbawan yang mandiri.


(41)

Abdul , W, S, (1990), Pengentar analisis kebijakan Negara Jakarta : Rineka Cipta Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung.

Alfabeta

Adams, G & Berzonsky, M (2003). Blackwell Handbook of Adolescence.[Terjemahan] USA: Blackwell Publishing

Ali, Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta.

Ali, Mohammad dan Asrosi. (2009). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S (2010). Prosudur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta

Aspin. (2007). Hubungan Gaya Pengasuhan Orang Tua Authoritarian Dengan

Kemandirian Emosional Remaja (Studi Remaja Madya dalam Perspektif

Psikologi Perkembangan Pada Siswa SMA Negeri I Punggaluku Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara). [Online]. Tersedia di: http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=539. [1 AGUSTUS 2014]. Badudu, JS dan Sutan Mohammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bahara, Nasim. (2008). Kemandirian [oneline]. tersedia di http://www.nasheem.Blogsport.com/2008/04/ kemandirian.html.[1 agustus 20014]

Bogdan dan Biklen, (1982), Qualitative Research For An Introduction The Teory

And Method, London.

Budiman, A, (2008). Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chaplin, JP. (1997). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Darajat, Zakiyah. (2000). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Bumi Aksara

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Djamarah, S, B (1997), Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. E.St Harahap, dkk. (2007). Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Familia. (2006). Membuat Prioritas Melatih Anak Mandiri.Yogyakarta: Kanisius.


(42)

Hendriyani (2005) Perbedaan kemandirian remaja dan persepsinya tentang

perkakuan orang tua ditelaah dari satu anak. Bandung : SKRIPSI PPB

FIP UPI ( Tidak diterbitkan)

Jas, Walneg S. (2010.) Wawasan Kemandirian Calon Sarjana.Jakarta: PT Raja Garafindo Persada.

Kartadinata, S. (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung: SKRIPSI PPBUPI (Tidak diterbitkan)

Kemendiknas. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah

Pertama.[oneline] tersedia di

http://goeroendeso.feles.wordpress.com/2011/09/Panduan-pendidikan-karakter-di-smp-pdf.

Kindervatter, S. 1979. Nonformal Education as an Empowering Process.Massachusetts : Centre for International Education University of

Masachusetts.

Knowles, Malcom S. et.al. 2005. The Adult Learner, Sixth Edition. Burlington : Elsevier.

Masrun, dkk. (1986). Studi mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku

Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian. Yogyajarta: PPKLH

Universitas Gajah Mada.

Moleong, L J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutadin dkk (2002) kemandirian sebagai suatu kebutuhan psikologis remaja. [online] tersedia di teame.e-psikologi.com.http//www.e-psikologi.com 2 agustus 2014

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nazir , M(2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nuh, M (2014) Menyemai Kreator Peradaban jakarta: zaman

Parker, I. (2005). Qualitative Psychology [Terjemahan] . New York: McGraw-Hill


(43)

Sabri, Alisuf. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya Steinberg, L. (1993). Adolescence. third edison USA: McGraw Hill

Sudjana, Djuju. (2001) Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Azaz. Bandung : Falah

Production

Sugiyono (2012). Metode penelitian kombinasi(mixed methode) Bandung : Alfabeta

Sugiyono (2012). Metode penelitian kualitatif R&d. Bandung : Alfabeta Sugiyono (2013). Metode penelitian kualitatif R&d. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung :Alfabeta.

Sukmadinata, N,S(2007) Metode Penelitian Pendidikan Bandung :Rosdakarya Sunardi, Andri B. (2006). Boyman, Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa

Muda

Supardan, Dadang (2006). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sutikno (2013). Belajar Dan Pembelajaran. Lombok : Holistica

Swardi Herman (2005). Kehutanan Umum dan Saka Wanabakti Jakarta: sekertariat saka wanabakti tingkat nasional.

Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alphabeta Taqiyudin. M. (2008).Pendidikan Untuk SemuaDasar Dan Falsafah Pendidikan

Luar Sekolah. Bandung:Mulia Press.

Thorne Kaye (2004). Peran Pelatih Dalam Proses Perubahan Manusia Dan

Organisasi.[Terjemahan] Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.

Undang-undang republik indonesia No. 12 tahun 2010. Tentang gerakan

pramuka, [online] tersedia di

jaenisupratman.wodpress.com/2012/18/undang-undang-nomor-12-tahun-2010-dan-penjelasannya 12 juni 2014

Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional(Nomor 2 tahun 2003).


(44)

(1)

Octaviani Lukman, 2014

Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti Dalam Membina Kemandirian Anggota Melalui Penerapan Sistem Among

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peluang kelebihan yang dimiliki itu adalah kelebihan internal yang berupa, sarana prasarana cukup memadai, dan dukungan dari lembaga supaya sakawanabakti terus berjalan dan eksternal yaitu dukungan dari masyarakat, sedangkan peluang dari luar adalah motivasi yang tinggi dari peserta untuk ikut sakawana bakti atas kemauan sendri, saka wanabakti semakin dieksistensikan melalui berbagai kegiatan.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat terdapat pula dua spek yaitu ancaman dan kelemahan yang menjadi kelemahan adalah pamong yang lulusannyaSMA, lokasi tempat praktek yang jauh, ancaman SDM yang bersifat sukarela sangat jarang dan buku sumber yang kurang memadai.

B. Saran

Setelah mengkaji hasil penelitian mengenai peran pamong satuan karya pramuka dalam membina kemandirian anggota melalui penerapan sistema among, maka berikut di ungkapakan beberapa saran untuk semua pihak yang diharapkan dapat berguna.

1. Pihak Satuan Karya Pramuka Wanabakti

Pihak penyelenggara satuan karya pramuka wanabakti harus dapat meningkat lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya, baik dari segi persiapannya maupun pelaksanaan dan evaluasinya.

Selur pihak satuan karya pramuka wana bakti hendaknya lebih memahami lagi mengenai sistem among sehingga pada pelaksanaannya dapat lebih baik lagi.

2. Pamong

Pada saat pelaksanaan kegiatan latihan, pamong diharapkan lebih baik lagi dalam menerapkan sistem among, serta meningkatkan pengetahuan mengenai metode pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran metode yang digunakan lebih berfariatif.

Pamong juga perlu membantu seluruh anggota supaya dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kemandirian yang sudah dimiliki, sehingga kemandirian anggota dapat dipertahankan.


(2)

3. Anggota

Kemandirian yang ada dalam diri anggota sudah relatif tinggi, hal ini dapat terlihat dari tujuan dan semangat anggota dalam mengikuti seluruh kegiatan satuan karya pramuka wanabakti, kemudian hendaknya dapat mempertahankan kemandirian yang dimiliki dan dapat terus di tingkatkan serta dapat diimplementasikan ilmu yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan dapat tercapainya tujuan akhir menjadi rimbawan yang mandiri.


(3)

Octaviani Lukman, 2014

Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti Dalam Membina Kemandirian Anggota Melalui Penerapan Sistem Among

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdul , W, S, (1990), Pengentar analisis kebijakan Negara Jakarta : Rineka Cipta Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung.

Alfabeta

Adams, G & Berzonsky, M (2003). Blackwell Handbook of Adolescence.[Terjemahan] USA: Blackwell Publishing

Ali, Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta.

Ali, Mohammad dan Asrosi. (2009). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S (2010). Prosudur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta

Aspin. (2007). Hubungan Gaya Pengasuhan Orang Tua Authoritarian Dengan Kemandirian Emosional Remaja (Studi Remaja Madya dalam Perspektif Psikologi Perkembangan Pada Siswa SMA Negeri I Punggaluku Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara). [Online]. Tersedia di: http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=539. [1 AGUSTUS 2014]. Badudu, JS dan Sutan Mohammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bahara, Nasim. (2008). Kemandirian [oneline]. tersedia di http://www.nasheem.Blogsport.com/2008/04/ kemandirian.html.[1 agustus 20014]

Bogdan dan Biklen, (1982), Qualitative Research For An Introduction The Teory And Method, London.

Budiman, A, (2008). Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chaplin, JP. (1997). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Darajat, Zakiyah. (2000). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Bumi Aksara

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Djamarah, S, B (1997), Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. E.St Harahap, dkk. (2007). Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Familia. (2006). Membuat Prioritas Melatih Anak Mandiri.Yogyakarta: Kanisius.


(4)

Gea, Antonius Atosakhi, dkk. (2003). Character Building 1 Relasi dengan Diri Sendiri (edisi revisi . Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Hendriyani (2005) Perbedaan kemandirian remaja dan persepsinya tentang perkakuan orang tua ditelaah dari satu anak. Bandung : SKRIPSI PPB FIP UPI ( Tidak diterbitkan)

Jas, Walneg S. (2010.) Wawasan Kemandirian Calon Sarjana.Jakarta: PT Raja Garafindo Persada.

Kartadinata, S. (1988). Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Perilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung: SKRIPSI PPBUPI (Tidak diterbitkan)

Kemendiknas. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah

Pertama.[oneline] tersedia di

http://goeroendeso.feles.wordpress.com/2011/09/Panduan-pendidikan-karakter-di-smp-pdf.

Kindervatter, S. 1979. Nonformal Education as an Empowering Process.Massachusetts : Centre for International Education University of Masachusetts.

Knowles, Malcom S. et.al. 2005. The Adult Learner, Sixth Edition. Burlington : Elsevier.

Masrun, dkk. (1986). Studi mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian. Yogyajarta: PPKLH Universitas Gajah Mada.

Moleong, L J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutadin dkk (2002) kemandirian sebagai suatu kebutuhan psikologis remaja. [online] tersedia di teame.e-psikologi.com.http//www.e-psikologi.com 2 agustus 2014

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nazir , M(2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nuh, M (2014) Menyemai Kreator Peradaban jakarta: zaman

Parker, I. (2005). Qualitative Psychology [Terjemahan] . New York: McGraw-Hill


(5)

Octaviani Lukman, 2014

Peran Pamong Satuan Karya Pramuka Wanabakti Dalam Membina Kemandirian Anggota Melalui Penerapan Sistem Among

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PP No. 73 tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah

Sabri, Alisuf. (1999). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya Steinberg, L. (1993). Adolescence. third edison USA: McGraw Hill

Sudjana, Djuju. (2001) Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Azaz. Bandung : Falah Production

Sugiyono (2012). Metode penelitian kombinasi(mixed methode) Bandung : Alfabeta

Sugiyono (2012). Metode penelitian kualitatif R&d. Bandung : Alfabeta Sugiyono (2013). Metode penelitian kualitatif R&d. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung :Alfabeta.

Sukmadinata, N,S(2007) Metode Penelitian Pendidikan Bandung :Rosdakarya Sunardi, Andri B. (2006). Boyman, Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa

Muda

Supardan, Dadang (2006). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sutikno (2013). Belajar Dan Pembelajaran. Lombok : Holistica

Swardi Herman (2005). Kehutanan Umum dan Saka Wanabakti Jakarta: sekertariat saka wanabakti tingkat nasional.

Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alphabeta Taqiyudin. M. (2008).Pendidikan Untuk SemuaDasar Dan Falsafah Pendidikan

Luar Sekolah. Bandung:Mulia Press.

Thorne Kaye (2004). Peran Pelatih Dalam Proses Perubahan Manusia Dan Organisasi.[Terjemahan] Jakarta PT Bhuana Ilmu Populer.

Undang-undang republik indonesia No. 12 tahun 2010. Tentang gerakan

pramuka, [online] tersedia di

jaenisupratman.wodpress.com/2012/18/undang-undang-nomor-12-tahun-2010-dan-penjelasannya 12 juni 2014

Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional(Nomor 2 tahun 2003). Walgito B (1993) Pengantar Psikologi Umum Ed 3. Yogyakarta :Adi


(6)

Yusuf, S & Nurihsan. A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling Bandung : PT Remaja Rosdakarya.