PEMBELAJARAN TARI KREATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK USIA DINI.

(1)

PEMBELAJARAN TARI KREATIF UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK USIA DINI

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan Seni Konsentrasi Pendidikan Seni Tari

oleh:

Ratna Yulianti

NIM 1201222

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

==================================================================

Pembelajaran Tari Kreatif Untuk

Meningkatkan Pemahaman Cinta

Lingkungan Pada Anak Usia Dini

Oleh Ratna Yulianti S.Sn ISI Yogyakarta, 1996

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana Pendidikan Seni

© Ratna Yulianti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

RATNA YULIANTI

PEMBELAJARAN TARI KREATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK USIA DINI

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M. Hum. NIP 195212051986112001

Pembimbing II

Dr. Desfina, M. Hum. NIP 196102201990032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Dr. Sukanta, S. Kar, M.Hum NIP 196207191989031002


(4)

ABSTRAK

Usia dini merupakan masa terpenting dan potensial dalam pertumbuhan anak-anak untuk mendapatkan pengalaman eksplorasi dari segala aspek baik motorik, maupun psikomotorik. TK Bukit Dago Bandung telah 47 tahun menjadi salah satu penyelenggara pendidikan anak usia dini. Sebelumnya, di sekolah ini pembelajaran seni tari masih menjadi kegiatan yang insidental, sehingga siswa memiliki keterbatasan untuk mengekspresikan dirinya melalui gerak. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode yang terpusat pada guru sebagai model, sehingga anak hanya menirukan dan menghafalkan gerak baku yang dilakukan oleh guru. Dalam proses ini ruang imajinasi dan kreativitas siswa dikesampingkan. Pandangan demikian tentu berbeda jauh apabila memposisikan seni tari sebagai salah satu wadah yang efektif untuk mengantarkan anak-anak melewati dunianya.Gerak sebagai media tari mengajarkan anak-anak untuk berimajinasi, berkreasi dan bereskpresi. Sesuai dengan teori belajar humanistik, pembelajaran tari kreatif merupakan proses aktivitas individu yang perkembangannya ditentukan oleh individu itu sendiri. Melalui perubahan paradigma tersebut, kini di TK Bukit Dago diterapkan pembelajaran tari kreatif (creative dance) bertema lingkungan yang melibatkan siswa secara aktif dalam eksplorasi dan penemuan gerak. Lingkungan hidup dipilih untuk tema tari kreatif karena kesadaran cinta lingkungan harus diajarkan sejak usia dini. Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang membantu mengarahkan dan membimbing siswa dalam mengoptimalkan kreativitasnya. Melalui tari kreatif bertema lingkungan siswa mendapatkan pengalaman secara konstruktif dan kreatif. Siswa mendapatkan ruang imajinasi dan ekspresi. Pemilihan peran disesuaikan minat siswa. Menjadi bunga, kupu-kupu, pohon, orang hutan, burung, atau objek lingkungan yang lain merupakan bentuk kebebasan yang dapat dipilih oleh setiap siswa. Peneliti menggunakan metode tindakan kelas (actions research) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran siswa. Dari penerapan tari kreatif ini didapatkan materi pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran di TK Bukit Dago. Dilengkapi kostum dan properti penuh warna serta diiringi irama musik yang selaras, siswa bergerak penuh semangat dan mengalami pengalaman menyenangkan sesuai kebutuhan anak usia dini. Di sisi lain, kebersamaan, kedisiplinan, kemandirian, tanggungjawab siswa yang terjalin di dalam proses tari kreatif dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap cinta lingkungan.


(5)

Ratna Yulianti, 2014

Abstract

The early age is the most potential and important stage for children in experiencing motoric and psycho-motoric explorations. Dance is one of the most effective media to bring the children to explore their world. Whereas movement, as one of the media for dancing, teach children to play in their imagination, to create, and to express themselves. For 47 years, the Bukit Dago Kindergarten has been active in educating children in early age. But here, dancing was only taught incidentally causing the children to have limited resource to express themselves through movements. The learning system put the teacher as a model and students only imitate and memorize the movements that were being taught, marginalizing the children's own imagination and creativity.When Bukit Dago Kindergarten was introduced to creative dance concept, using 'caring for the environment' as the theme, students were asked to explore and discover their own movements. Teachers act as motivators and facilitators in optimizing the children's creativity. 'Caring for the environment' is considered suitable as the main theme because the issue should also be taught to children from early age. The method of action research is being used here in order to increase the quality of education. The creative dance method should produces learning materials, the process of learning, and the benchmarks created from the activity. According to the humanism learning theory, the process of creative dancing is an individual process where the development is truly dependent on the individual itself. Loving-the-environment-creative-dancing in Bukit Dago kindergarten helped students to be more creative, be cooperative in finding and constructing the dance, as well as building their imaginative space and expressions. The casts highly considered their individual interests: flowers, butterflies, trees, orang utan, and bird, respecting the children's rights in determining what they want to be. Energeticaly moving in colorful costumes, accompanied by playful music, a happy environment was created specially for these children. In addition to that, togetherness, discipline, independence, and sense of responsibility increase children's awareness towards caring to the environment.


(6)

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Identifikasi Masalah... C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... D. Tujuan Penelitian... E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... A. Kreativitas Anak Usia Dini ... B. Tari Kreatif... C. Cinta Lingkungan Melalui Tari Kreatif ... D. Penelitian Terdahulu...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Metode Penelitian... B. Prosedur & Langkah-Langkah Penelitian... C. Lokasi Dan Subyek Penelitian... D. Instrumen Penelitian... E. Teknik Pengumpulan Data... F. Teknik Analisis Data...

i ii iii iv vi viii ix ix 1 1 4 5 7 7 10 10 21 27 35 39 39 43 53 53 55 59


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. TK Bukit Dago Bandung ... 1. Sejarah dan Struktur Organisasi ... 2. Visi Misi, Kurikulum, Peserta Didik... 3. Lokasi, Sarana dan Fasilitas... 4. Kegiatan Pembelajaran... 5. Kondisi Pembelajaran Gerak di TK Bukit Dago Sebelum

penelitian Tindakan... B. Materi Pembelajaran Tari Kreatif ...

1. Siklus 1 ... 2. Siklus 2... 3. Siklus 3... 4. Siklus 4... C. Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Tari Kreatif Bertema

Lingkungan... 1. Materi Pembelajaran ... 2. Proses Pembelajaran Tari Kreatif... 3. Media Pembelajaran Tari Kreatif ... 4. Hasil Pembelajaran Tari Kreatif bertema Lingkungan

dan Unsur Pendukungnya...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 62 62 62 63 65 66 68 70 70 86 99 109 112 113 119 128 130 136 136 137


(8)

DAFTAR TABEL TABEL

2.1 Perbandingan Metode Imitatif dan Kreatif diadaptasi dari Haselbach (1978) (Melina Surya Dewi)... 3.1 Skema Spiral Interaktif Stringer ... 4.1 Struktur Organisasi TK Bukit Dago... 4.2 Deskripsi yel-yel "Menjejak Bumi”... 4.3 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Pertemuan 1 ... 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Pertemuan 2... 4.5 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus 2... 4.6 Pembahasan siklus tari kreatif ... 4.7 Uraian metode kreatif Haselbach dalam proses pembelajaran tari kreatif.... 4.8 Materi musik berdasarkan adegan...

26 42 62 74 84 85 98 114 123 135


(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kreativitas anak usia dini... 2.2 Bermain sambil belajar... 2.3 Metode tari kreatif menekankan kebebasan berekspresi... 2.4 Metode guru sebagai model peniruan gerak... 2.5 Lingkungan menjadi tema dalam eksplorasi gerak tari kreatif... 4.1 Arena bermain outdoor TK Bukit Dago... 4.2 Lokasi TK Bukit Dago... 4.3 Peneliti bercerita Elmo si Petualang Alam... 4.4 Siswa menyimak cerita Elmo bagian 1... 4.5 Boneka tangan dari perca keluarga Elmo... 4.6 Siswa menyimak cerita Elmo bagian 2 ... 4.7 Ekspresi siswa merespon cerita... 4.8 Siswa memasuki halaman untuk kegiatan eksplorasi... 4.9 Siswa melakukan eksplorasi... 4.10 Suasana pembagian kartu peran... 4.11 Kartu peran untuk siswa ... 4.12 Siswa berkelompok sesuai peran... 4.13 Latihan per kelompok peran... 4.14 Beberapa kegiatan akhir pembelajaran... 4.15 Kelompok Orang Hutan sedang berlatih... 4.16 Imajinasi siswa tentang pohon tumbang... 4.17 Siswa mencoba kostum pohon, mahkota orang hutan & kupu-kupu... 4.18 Penjiwaan siswa terhadap peran... 4.19 Latihan kelompok burung dengan properti... 4.20 Penampilan tari kreatif siswa TK Bukit Dago... 4.21 Siswa membantu membereskan kostum... 4.22 Pembelajaran dalam ruang kelas B... 4.23 Keterlibatan orangtua dalam pertunjukan tari kreatif ...

11 17 22 24 30 65 66 74 76 76 80 81 88 90 91 92 95 100 101 103 104 107 108 109 110 111 121 133


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto peneliti & guru dalam pembelajaran tari kreatif

Lampiran 2 Foto observasi kegiatan siswa di luar pembelajaran tari kreatif Lampiran 3 Foto lingkungan hidup sebagai sumber belajar dan bermain Lampiran 4 Foto suasana persiapan rias dan busana sebelum pertunjukan Lampiran 5 Foto pertunjukan tari kreatif dalam perpisahan TK Bukit Dago Lampiran 6 Foto ekspresi siswa dalam pertunjukan tari kreatif

Lampiran 7 Foto pembuatan kostum tari kreatif

Lampiran 8 Foto pemanfaatan halaman sekolah TK Bukit Dago sebagai ruang kreativitas siswa

Lampiran 9 Foto siswa TK Bukit Dago, para pengajar & peneliti dalam kegiatan Hari Kartini di TK Bukit Dago

Lampiran 10 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 11 Pedoman Wawancara


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut sebagai aset bangsa. Anak-anak yang mendapatkan pendidikan dengan baik sejak usia dini tentu akan melahirkan generasi yang berkualitas. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah berupaya untuk menggalakkan pendidikan anak usia dini di berbagai daerah. Terobosan pemerintah ini dalam rangka untuk memberikan perhatian yang lebih pada anak usia dini. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Latief, Mukhtar dkk, 2013:4).

Usia dini merupakan masa terpenting dalam pertumbuhan seorang anak. Para ahli menyebut masa tersebut sebagai golden age yaitu masa-masa keemasan yang dimiliki seorang anak. Merupakan masa yang tepat merangsang kecerdasan anak supaya dapat berkembang dengan optimal (Suyadi, 2009:8). Atas dasar inilah penting kiranya dilakukan pendidikan anak usia dini dalam rangka memaksimalkan kemampuan dan potensi anak. Dalam masa potensial ini anak-anak harus mendapatkan pengalaman eksplorasi dari segala aspek, baik motorik maupun psikomotorik.

Pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang usia dini sangat berpengaruh pada kehidupan yang akan dilalui pada masa datang. Seperti


(12)

dari manusia. Maksud dari ungkapan ini adalah masa anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang (Fadlillah, 2012: 56). Artinya pengalaman anak-anak pada masa kecil akan berpengaruh ketika mereka dewasa.

Dunia anak adalah dunia bermain menjadi prinsip dasar pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu “bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain”, sehingga untuk memberikan pembelajaran untuk anak usia dini khususnya siswa Taman Kanak-kanak harus menggunakan media yang tepat, salah satunya melalui seni tari. Pada anak usia dini seni tari merupakan salah satu wadah yang efektif untuk mengantarkan anak-anak melewati dunianya. Gerak sebagai media tari mengajarkan anak-anak untuk berimajinasi, berkreasi dan bereskpresi.

Tari adalah kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh manusia. Tubuh sebagai alat utama dan gerak tubuh merupakan media untuk mengekspresikan, menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Masunah (2003:248) :

Aspek psikomotor dapat dicapai melalui kegiatan siswa bergerak dalam upaya mengekspresikan imaji kreatifnya melalui tubuhnya. Imaji kreativitas merupakan hasil pemikiran tentang kemungkinan gerak tubuh atau gerak perumpamaan, tanpa pengolahan pikir tidak akan terwujud gerak yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses berpikir dan mempertanggungjawabkan bentuk gerak oleh siswa merupakan usaha mengolah aspek kognitif. Aspek kognitif sering dipandang hanya dari sudut pengetahuan teoretis saja, padahal proses berpikir dalam mewujudkan gerakpun merupakan aspek kognitif.

Pendapat di atas menyatakan bahwa pada saat menari anak sedang mengolah imajinasi dan menghasilkan kreativitas. Dimana kreativitas tersebut merupakan hasil olah pikir, ide dan gagasan anak yang diungkapkan melalui gerak. Kenyataan di lapangan pendidikan seni tari untuk anak usia dini cenderung mengacu pada tarian bentuk yang harus ditiru dan dihafalkan, sehingga masih mengesampingkan ruang imajinasi dan kreativitas yang muncul dari mereka.

TK Bukit Dago Bandung telah 47 tahun menjadi salah satu penyelenggara pendidikan anak usia dini. Pembelajaran seni tari di sekolah ini masih menjadi kegiatan yang insidental. Siswa belajar menari untuk persiapan pementasan di


(13)

3

acara Gelar Seni & Kreativitas Anak yang biasanya diselenggarakan berkala setiap dua tahun sekali, bertepatan dengan kegiatan perpisahan sekolah. Jangka waktu kegiatan seni ini terbilang cukup lama, sehingga siswa memiliki keterbatasan untuk mengekspresikan dirinya melalui gerak. Materi tari yang pernah diajarkan para guru pada siswa diantaranya adalah tari Ayam, tari Angsa, tari Jaranan, tari Kelinci, tari Batok, tari Gembira, tari Rebana dan tari Mbok Jamu. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode yang terpusat pada guru sebagai model, sehingga siswa hanya menirukan dan menghafalkan gerak baku yang dilakukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran seperti ini ruang imajinasi dan kreativitas siswa dikesampingkan (Hendayana dalam wawancara 13 Maret 2014).

Bila disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini, maka tari kreatif berpotensi untuk diimplementasikan. Tari kreatif sebagai media pembelajaran tentu dapat berfungsi sebagai perantara dalam menyampaikan pembelajaran pada anak usia dini. Media ini diharapkan dapat merangsang semangat dan motivasi untuk mereka dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan, sehingga mereka tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Lloyd seperti dikutip Desfina menyampaikan bahwa creative

movement dan creative dance adalah suatu bentuk gerakan yang unik dari ekspresi

diri yang menggunakan gerakan berirama untuk mengeluarkan idea, perasaan, rasa dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk berkomunikasi melalui gerakan tubuh, ruang, masa dan energi. Tarian kreatif meliputi proses individu dan pemilihan kumpulan gerak dan pemilihan kumpulan gerakan, aturan gerakan untuk menghasilkan tema dan mempersembahkan tarian untuk diri atau untuk orang lain (Desfina, 2010:237).

Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam berlimpah. Potensi kekayaan alam bersumber dari daya alam hayati maupun non hayati. Keanekaragaman hayati dan hewani menjadi bagian dari lingkungan hidup yang harus selalu dijaga kelestariannya. Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


(14)

Hidup disebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (http://jdih.menlh.go.id/, 21 Februari 2014: 13.30).

. Kenyataan yang memprihatinkan, bahwa lingkungan hidup di Indonesia sudah mengalami kerusakan disebabkan oleh tingkah laku manusia yang tidak mempunyai kesadaran untuk menjaga lingkungan. Penebangan liar, perburuan satwa liar, pembakaran hutan, banjir bandang, pencemaran udara, pencemaran air, adalah deretan kondisi tindakan, bencana dan kerusakan lingkungan yang terjadi dalam kehidupan kita saat ini. Oleh karena itu pendidikan lingkungan harus ditanamkan sejak anak usia dini.

TK Bukit Dago juga menerapkan pembelajaran PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) yang biasanya dilakukan pada setiap hari Rabu. Materi berupa kegiatan kebersihan kelas dan lingkungan sekolah, seperti menyapu, membersihkan sampah, menyiram bunga dan lain sebagainya. Siswa juga sekali waktu diajak berjalan-jalan di luar lingkungan sekitar sekolah, untuk mengenal lebih jauh tentang lingkungan.

Dari kegiatan yang bersifat kebiasaan tersebut di atas, sekolah perlu membuat pengayaan materi yang berkaitan dengan tema lingkungan. Sehingga pemahaman tentang lingkungan bisa diperoleh dari media yang lain, salah satunya bisa dicapai melalui pembelajaran tari. Penetapan tema akan menjadi bahan acuan dalam membuat proses pembelajaran lebih terarah dan materi bahan ajar yang dipersiapkan untuk siswa. Tema lingkungan hidup ini menarik dipilih sebagai tema pembelajaran tari kreatif untuk anak usia dini, karena dapat membangkitkan minat anak untuk berekspresi dan berimajinasi tentang topik tersebut. Memberikan pemahaman lingkungan melalui cerita, mengajak siswa untuk mengamati, bereksplorasi tentang beragam bagian yang terdapat dalam lingkungan hidup akan menjadi sumber inspirasi siswa dalam penemuan gerak kreatifnya.


(15)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan yang difokuskan pada pembuatan Tari Kreatif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini. Oleh karena itu untuk menjawab semua permasalahan yang dimaksudkan di atas, maka diperlukan rumusan dalam bentuk pertanyaan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Materi Tari Kreatif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini?

2. Bagaimana Proses penerapan Tari Kreatif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini? 3. Bagaimana hasil pembelajaran Tari Kreatif dalam meningkatkan

pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini?

C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibagi dalam beberapa variabel yang dijadikan landasan penelitian sebagai berikut:

a. Tari Kreatif

b. Lingkungan Hidup c. Anak Usia Dini 2. Definisi Operasional

Dari variabel-variabel penelitian diatas, maka akan dibatasi pada beberapa istilah dalam bentuk definisi operasional seperti berikut:

a. Tari Kreatif

Mengambil pendapat Gilbert yang dikutip oleh Desfina (2002:3-7) yang mengatakan bahwa tarian kreatif mengabungkan penguasaan pergerakan melalui seni ekspresi. Ia adalah gabungan kedua-duanya dan bukan sesuatu yang menjadikan tarian kreatif sangat kuat. Ia juga


(16)

mengatakan pembelajaran seni tarian di sekolah dapat mengembangkan cognitive outcomes, affective outcomes, physical

outcomes, social outcomes. Tujuan mempelajari seni tari bagi pelajar

adalah untuk mengekspresikan kembali pengalaman mereka yang lalu secara kreatif, memupuk dan mengembangkan daya ciptanya yang diekspresikan dalam bentuk seni karya tarian kreatif.

Dalam penelitian ini akan dirancang tari kreatif yang mengambil tema lingkungan hidup sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini. Aspek–aspek afektif, kognitif dan psikomotor merupakan bagian penting dalam pengembangan pembelajarannya.

b. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Demikian pengertian yang termuat dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pendidikan lingkungan hidup diarahkan kepada aspek sikap dan perilaku siswa didik untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan dan bagaimana mencintai dan menjaga lingkungan sehingga manjadi nilai-nilai positif yang tertanam dalam keseharian mereka. Tari kreatif bertema lingkungan menjadi upaya untuk meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini.

c. Anak Usia Dini

Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1 disebutkan bahwa yang temasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6. Anak usia dini merupakan masa di mana semua aspek dalam dirinya sedang mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhannya. Aspek perkembangan


(17)

7

yang dapat dilihat dilihat langsung pada diri seorang anak misalnya aspek kognitif, emosi, bahasa, moral, sosial, dan daya imajinasi atau fantasi. Seiring perkembangan fisik, secara otomatis akan terjadi perkembangan fisik-motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus (Fadlillah, 2012: 18). Perkembangan fisik motorik sangat berperan penting bagi anak, karena selain melatih kecekatan dan kelincahan juga dapat memberikan motivasi kepada anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kodrat anak adalah kreatif, sehingga pendidikan apapun bentuknya semestinya menyediakan ruang agar anak dapat mengembangkan imajinasi dan daya kreativitasnya sesuai tingkat perkembangannya (Suharno, 2008:18). Tari kreatif merupakan sebuah media pembelajaran yang secara langsung akan memberikan proses imajinasi, ekspresi dan pengalaman kreasi pada anak usia dini.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari rencana penelitian ini secara umum adalah untuk menemukan sebuah model pembelajaran berbentuk tari kreatif yang dapat meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini sebagai berikut,

1. Memperoleh materi tari kreatif untuk anak usia dini

2. Mengetahui proses pembelajaran tari kreatif untuk anak usia dini 3. Mendapat hasil pembelajaran tari kreatif untuk anak usia dini

E. Signifikansi Dan Manfaat Penelitian

Signifikansi dari penelitian ini adalah membuat media pembelajaran berbentuk tari kreatif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini. Kreativitas merupakan komponen penting dan sangat diperlukan. Tanpa kreativitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat yang sempit (Beetlestone, 2011:28).


(18)

Dalam kehidupan global yang semakin kompleks, terdapat kebutuhan yang meningkat akan pendidikan untuk memberikan pengalaman-pengalaman yang akan menolong siswa untuk sadar akan keunikan diri sendiri dan menjadi cakap dalam membuat keputusan sendiri dengan penuh tanggung jawab untuk semua kehidupan. (Masunah,2012:7). Oleh karena itu, pengalaman kreatif bagi anak mesti menjadi bagian utama dalam pendidikan. Taman Kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan formal yang berfokus pada pendidikan untuk anak usia dini, seharusnya memberikan bahan ajar yang tepat dan berorientasi pada kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Suasana belajar tidak hanya dipenuhi dengan segudang teori yang harus dihafalkan oleh anak dengan duduk secara statis di dalam kelas, namun justru melibatkan pengalaman praktis dan meransang ide-ide kreatif yang orisinal dan beraneka ragam dari anak-anak itu sendiri. Ini semua memungkinkan anak dapat mengembangkan kecerdasan budi pekertinya secara praktis, baik yang berkaitan dengan kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional maupun kecerdasan moral dan spiritualnya. Pendidikan melalui tari (through dance) ini memberikan dampak positif dalam penanaman rasa seni, sikap kreatif, serta menumbuhkan motivasi untuk menghargai kesenian.

Manfaat penelitian ditujukan bagi: 1. Peneliti

Penelitian yang dilakukan merupakan wujud pengalaman yang sangat berharga dan merupakan salah satu upaya untuk membantu menambah khasanah pengetahuan tentang pengembangan media pembelajaran yang berbentuk tari kreatif. Dalam penelitian ini akan menghasilkan materi, proses dan hasil pembelajaran sehingga diharapkan bisa menjadi alternatif media pembelajaran yang bisa diimplementasikan untuk anak usia dini, baik pada jalur formal maupun non formal : TK, Kelompok bermain, AUD, sanggar dan komunitas anak dari berbagai kalangan apapun. Tema pendidikan lingkungan yang disampaikan


(19)

9

melalui pembelajaran tari kreatif akan menjadi stimulus siswa untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan dan bagaimana mencintai dan menjaga lingkungan, sehingga menjadi nilai-nilai positif yang tertanam dalam keseharian mereka.

2. Objek yang diteliti

Penelitian pembuatan tari kreatif merupakan wujud minat, dedikasi, dan komitmen pada dunia pendidikan secara umum khususnya pendidikan untuk anak usia dini. Media pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada pengembangan kreativitas anak usia dini melalui tari kreatif dan diharapkan penelitian serupa terus dilaksanakan dengan mengangkat tema-tema yang berbeda.

3. Pengajar tari

Selama ini pendidikan tari di sekolah dan sanggar-sanggar yang dilakukan guru dan seniman tari lebih mengarah pada penguasaan keterampilan, sehingga lebih mengutamakan siswa mampu menguasai tari. Adapun dalam pembelajaran tari kreatif, anak diberi kebebasan mengembangkan imajinasinya guna menggagas, menciptakan, dan menyajikan karya tarinya sesuai tingkat perkembangannya. Dalam tari kreatif pengajar berfungsi sebagai fasilitator dan motivator agar dapat menyediakan keperluan dan memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan daya kreativitasnya. Interaksi antara guru dan siswa, berikut antara siswa dengan siswa yang lain adalah faktor yang utama dalam pembelajaran ini. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru, seniman tari dan pihak-pihak yang bergerak dalam dunia pendidikan tari untuk menerapkan tari kreatif.

4. Lembaga Pendidikan

Lembaga-lembaga pendidikan terutama yang termasuk dalam jenjang pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), baik formal maupun non formal, sering mengalami kesulitan untuk mengajarkan tari pada siswa, karena tidak memiliki bahan ajar dan merasa tidak memiliki


(20)

kemampuan mengajar. Hasil dari penelitian tari kreatif diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran untuk lembaga pendidikan dan pihak-pihak yang relevan untuk menerapkannya.


(21)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang akan dipergunakan dalam penelitian “ Pembelajaran Tari Kreatif untuk Meningkatkan Pemahaman Cinta Lingkungan pada Anak Usia

Dini ” adalah metode Actions Research atau Penelitian Tindakan. Metode ini dipilih karena dianggap tepat untuk mengupas penelitian ini, karena peneliti melakukan tindakan berupa pembelajaran tari kreatif yang bertema lingkungan untuk diterapkan pada siswa TK Bukit Dago.

Berdasarkan data di lapangan, pembelajaran seni, terutama seni tari pada umumnya dilakukan melalui metode yang terpusat pada guru sebagai model, sementara anak menirukan gerak yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, anak-anak belajar menirukan tarian yang sudah jadi (tari bentuk), artinya anak-anak tidak dilibatkan secara kreatif-konstruktif dalam proses penemuan dan penyusunan gerak tari.

Demikian pula yang berlaku di TK Bukit Dago, berdasarkan wawancara dengan guru TK kelas A, Hendayani, selama ini pembelajaran seni tari di sekolah masih berdasarkan peniruan (imitasi). Siswa belajar dengan meniru dari gerak-gerak yang dicipta oleh guru, anak tidak memiliki banyak kesempatan berekspresi sesuai kreativitasnya. Kondisi yang lain disampaikan, bahwa pembelajaran tari bukan merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan dalam satu semester, tetapi dilakukan secara berkala yaitu setiap dua tahun sekali. Bertepatan dengan kegiatan perpisahan pihak sekolah mengadakan Gelar Seni dan Kreativitas anak, salah satu materinya adalah pergelaran tari anak-anak. Agenda pertunjukan yang terbatas ini, membuat siswa kurang memiliki ruang dan kesempatan untuk mengekspresikan dirinya melalui kegiatan menari.

Berdasarkan wawancara dengan Hendayani, kegiatan berolah gerak dilakukan dalam bentuk senam irama atau senam parahyangan yang dilakukan temporer setiap hari Rabu. Untuk jenis senam ini struktur geraknya


(22)

juga sudah baku, sehingga anak kembali melakukan peniruan (Hendayani dalam wawancara 13 Maret 2014).

Berangkat dari fenomena tersebut, maka peneliti bermaksud membuat pembelajaran tari kreatif dengan mengambil tema lingkungan. Tema yang sesuai dan berkaitan erat dengan materi Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Peneliti ingin mengajak siswa untuk memiliki kepekaan memahami aspek-aspek yang terdapat dalam lingkungan, dengan kreativitas dan imajinasi melalui pembelajaran tari kreatif. Dari proses tersebut diharapkan akan meningkatkan pemahaman siswa untuk mencintai lingkungannya. Bigss dalam Alwasilah (2011: 69) menyampaikan:

... action research is being systematic about changing your teaching and making sure the changes are in the right direction; that your students are now learning better than they used to. The target of action learning is the teaching of the individual teacher herself or himself

Menurut Alwasilah definisi tersebut yang paling relevan dalam konteks perbaikan proses belajar mengajar. Guru melakukan action

research untuk memperbaiki kualitas mengajar, sehingga terjadi

peningkatan kualitas mengajar siswa ke arah lebih baik. Perubahan dalam

actions research adalah perubahan yang sistematis, disengaja, direkam dan

diukur. Dari berbagai sumber yang dihimpun oleh Mertler, A Craig (Actions Research, 2011:33) terdapat beberapa hakikat penelitian tindakan, yaitu:

1. Penelitian tindakan merupakan sebuah proses bersiklus perencanaan, pengambilan tindakan, pengembangan dan refleksi.

2. Penelitian tindakan merupakan sebuah proses yang menuntut kita untuk

“menguji” gagasan kita tentang pendidikan. 3. Penelitian tindakan bersifat terbuka.

4. Penelitian tindakan merupakan sebuah proses yang meningkatkan pendidikan secara umum dengan cara memasukkan perubahan sebagai elemennya.


(23)

41

5. Penelitian tindakan berciri partisipatif, karena para pendidik merupakan anggota terpadu – bukan orang luar yang terpisah proses penelitiannya. 6. Penelitian tindakan berciri praktis dan relevan dengan guru kelas, karena

memungkinkan mereka mengakses langsung temuan-temuan penelitian. Dari beberapa hakikat di atas, maka pembelajaran tari kreatif merupakan sebuah proses penelitian yang membuat sebuah perubahan bentuk pembelajaran tari bagi anak usia dini. Sifatnya yang “terbuka” , berarti membuka kesempatan bagi peneliti untuk mengeksplor kreativitas anak-anak dalam berolah gerak dan mengembangkan pengetahuan mereka khususnya tentang lingkungan hidup berdasarkan kemampuan dasarnya. Diharapkan penelitian ini akan meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti.

Mills dalam Mertler, A Craig (2011:24) menyampaikan bahwa dalam proses penelitian tindakan ini, terdapat beberapa model tindakan. Karena proses agak dinamis maka beragam model tampak berbeda satu sama lain, namun memiliki sejumlah elemen yang sama. Model-model tindakan berawal dari sebuah permasalahan atau tema utama. Meliputi observasi atau pengawasan terhadap praktik yang sudah berjalan, diikuti oleh pengumpulan dan sintesis informasi dengan data. Terakhir, tindakan tertentu diambil yang kemudian berfungsi sebagai sebagai landasan bagi tahap penelitian tindakan berikutnya.

Penelitian ini, mengambil model penelitian tindakan Stringer yang berwujud Spiral Interaktif. Stringer dalam Mertler, A Craig (2011:24) menjelaskan bahwa penelitian tindakan yang berwujud spiral interaktif,

melukiskan penelitian tindakan sebagai ”kerangka kerja sederhana namun ampuh” yang terdiri atas tiga langkah teratur: “melihat, berpikir, dan

bertindak”. Sepanjang masing-masing tahap partisipan mengamati, merefleksi, dan kemudian mengambil tindakan tertentu. Tindakan ini mengantarnya menuju tahap berikutnya. Berikut gambar untuk model tersebut:


(24)

Tabel 3. 1. Skema Spiral Interaktif Stringer

Sumber: diolah dari Action Research (hlm.9). oleh Ernest T. Stringer, 2007, Thousand Oanks, CA: Sage. Hak Cipta 2007 oleh Sage

Model ini dianggap sesuai untuk dipergunakan dalam penelitian ini, karena dengan melakukan pendekatan kreatif dan subjek penelitian anak usia dini yang memiliki beberapa karakteristik, seperti; unik, spontan, aktif dan energik, egosentris, eksploratif, daya perhatian pendek, mudah frustasi. Hal ini menuntut peneliti sebagai guru mempunyai kepekaan yang berbeda dalam melakukan tindakan di kelas berkaitan dengan pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran tari kreatif yang berdasar pada minat, potensi dan bakat siswa, maka diperlukan kemampuan guru untuk cepat menfasilitasi kreativitas siswa dikelas.

Mengacu dari tiga langkah tersebut diatas “melihat, berpikir, dan bertindak” maka guru harus melakukan pengamatan seksama terhadap

seluruh peserta didik sebagai subjek pembelajaran. Hasil pengamatan tersebut menjadi bahan untuk direfleksikan, hasilnya dapat segera dilakukan tindakan tertentu untuk berlangsungnya proses belajar selanjutnya agar tercapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan sifatnya yang dinamis, maka tahap-tahap yang dilakukan proses tindakan tidak harus linier.

Penelitian tindakan merupakan sebuah proses yang berputar dan berulang yang lazimnya tidak berjalan secara linier (2011:32), sehingga peneliti bisa menjalani siklus-siklus perencanaan, pengambilan tindakan dan

Lihat

Lihat

Lihat

Bertindak

Bertindak

Bertindak


(25)

43

pengamatan, menyusun rencana baru dan refleksi. Menurut Parsons dan Browns dalam Mertler (2011:57) melukiskan proses ini sebagai sebuah

proses “pengamatan-bertindak-pengamatan-penyesuaian” dan kemudian mengulanginya lagi.

Menurut versi Mertler A Craig, secara umum proses penelitian tindakan berupa sebuah prosedur yang terdiri dari empat tahap dan terurai dalam langkah-langkah yang akan menjadi panduan dalam melaksanakan proses penelitian tindakan. Tahap dan langkah sebagai berikut,

1. Tahap Perencanaan

a. Identifikasi dan pembatasan tema b. Pengumpulan informasi

c. Tinjauan pustaka

d. Penyusunan rencana penelitian 2. Tahap Pengambilan Tindakan

a. Implementasi rencana dan pengumpulan data b. Analisis data

3. Tahap Pengembangan

a. Penyusunan rencana aksi (revisi, perubahan, perbaikan & pengembangan aksi)

4. Tahap Refleksi

a. Merangkum hasil penelitian, menciptakan strategi untuk berbagi hasil penelitian dan meninjau seluruh proses penelitian.

B. Prosedur & Langkah-Langkah Penelitian

Sesuai dengan paparan versi Mertler diatas maka langkah dan tahap yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah:

1. Tahap Perencanaan

Langkah awal dalam studi penelitian tindakan adalah menetapkan objek yang hendak dipelajari secara persis. Tema-tema potensial untuk diteliti bisa berupa temuan yang memancing minat dan rasa keingintahuan apa dan bagaimanapun bentuknya. Hal yang perlu diingat bahwa tujuan dalam penelitian tindakan adalah keinginan untuk membuat segala


(26)

sesuatunya lebih baik, meningkatkan praktik spesifik tertentu, atau memperbaiki sesuatu yang tidak berjalan semestinya (Fraenkel & Walen dalam Mertler, 2011:61). Oleh karena itu tujuan dari penelitian harus dicamkan baik-baik, sewaktu mengidentifikasi dan mempersempit tema penelitian.

Mills (dalam Mertler, 2011:61) menyebutkan pengumpulan informasi di awal penelitian dengan sebutan penelisikan (reconaissance). Aktivitas bisa bercakap-cakap dengan kepala sekolah, guru dan penyelenggara sekolah untuk meraba-raba pandangan mereka tentang permasalahan penelitian yang peneliti usulkan.

Pembelajaran tari yang dilakukan masih memakai metode yang terpusat guru sebagai model, sementara siswa menirukan (imitasi) dari gerak yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa hanya belajar menirukan bentuk tarian yang sudah jadi. Tidak terlibat dalam proses penciptaan dan penyusunan gerak tari (Hendayani dalam wawancara 13 Maret 2014). Sebenarnya guru berkeinginan untuk mempunyai waktu dan kesempatan yang lebih luas lagi untuk bisa memberikan pembelajaran tari pada siswa, namun dalam pelaksanaannya sangat memiliki beberapa keterbatasan, yaitu kesulitan terbesar adalah menciptakan materi tari, mengelola waktu pembelajarannya dan minimnya kesempatan untuk menyelenggarakan pertunjukan. Dari data ini bisa dikatakan bahwa ruang kreativitas siswa TK Bukit Dago khususnya di bidang tari sangat kurang dan terbatas. Pandangan bahwa tari adalah produk tentu tidak dapat dihindari. Saat guru melakukan pembelajaran tari selalu berpikir bahwa hasil akhirnya adalah produk tari yang dipertunjukkan.

Berdasarkan wawancara dengan dua orang tua siswa kelas A TK Bukit Dago, peneliti mendapatkan data bahwa pada dasarnya mereka sangat senang bila siswa diberikan aktivitas untuk belajar menari dengan waktu yang lebih banyak (Imas dalam wawancara 6 Maret 2014). Selama bersekolah di TK Bukit Dago, siswa hanya mempunyai kesempatan untuk


(27)

45

tampil dalam kegiatan tari satu kali. Pertunjukan dalam jangka 2 tahun sekali, bisa dibilang sangat minim untuk pengalaman kreativitas siswa.

Hal ini yang mendasari peneliti ini ingin melakukan sebuah pembelajaran tari untuk siswa TK Bukit Dago dengan metode yang berbeda. Peneliti ingin mengajak siswa untuk bersama mendapatkan

“pengalaman bergerak” secara kreatif. Siswa yang selama ini hanya

berkutat pada peniruan, melalui pembelajaran tari kreatif mempunyai kesempatan untuk mengagas, mencipta dan membuat sebuah karya tari secara bersama.

Berbeda dengan data di atas, dalam pembelajaran tari kreatif ini metode yang dikembangkan terpusat pada minat, kemampuan dan potensi siswa. Target dalam pembelajaran tari kreatif ini bukan sekedar produk tapi lebih penting adalah proses dan pengalaman yang didapatkan siswa selama keseluruhan pembelajaran. Selanjutnya peneliti melakukan tinjauan pustaka terkait, yaitu berbagai sumber informasi yang bisa menjabarkan tema yang dipilih untuk diteliti. Ketika melakukan observasi awal ke TK Bukit Dago, peneliti juga mendapatkan informasi beberapa hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran di TK Bukit Dago. Data-data yang berkaitan dengan jumlah siswa, jumlah siswa perempuan dan laki-laki, dokumentasi kegiatan dan sejarah berdirinya TK Bukit Dago. Sumber informasi juga bisa dilihat dari foto kegiatan siswa dan hasil-hasil karya siswa yang merupakan produk kreativitas siswa. Menurut Osborn dalam Latif, Mukhtar, dkk ( 2013:49 ) melalui program yang berdasarkan tema, anak dapat membangun hubungan antara potongan-potongan (fragment) informasi menjadi bentuk konsep yang abstrak dan lebih kompleks.

Tema merupakan bingkai atau frame dari rencana pembelajaran yang lebih terarah. Terkait itu, maka pembelajaran tari kreatif yang diterapkan dalam penelitian ini mengambil tema lingkungan khususnya lingkungan hutan. Kehidupan flora dan fauna adalah materi yang selalu menarik dan menyenangkan untuk siswa, khususnya bagi anak usia dini.


(28)

Lingkungan sebagai tema akan juga sebagai salah satu cara untuk menanamkan kesadaran cinta lingkungan sejak usia dini.

Salah satu fasilitas yang dimiliki TK Bukit Dago adalah halaman sekolah yang luas dan asri. Terletak di kawasan Bandung Utara lingkungan sekolah ini memiliki udara yang masih bersih dan segar. Sesuai dengan tema lingkungan, halaman berumput dan dikelilingi beberapa tanaman bisa dimanfaatkan sebagai arena siswa dalam proses eksplorasi pembelajaran tari kreatif. Dari penelitian pembelajaran tari kreatif bertemakan lingkungan di TK Bukit Dago terdapat 3 (tiga) aspek yang akan didapatkan yaitu bagaimana materi tari, bagaimana proses penerapan tari kreatif dan hasil tari kreatif yang diterapkan pada siswa TK Bukit Dago.

2. Tahap Pengambilan Tindakan:

Langkah selanjutnya dalam proses penelitian tindakan adalah penetapan data spesifik yang harus dikumpulkan berikut cara aktual pengumpulannya. Hal ini terkait dengan pula dengan instrumen dan teknik-teknik pengumpulan data lainnya yang dilakukan dalam penelitian. Untuk melakukan perencanaan implementasi pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan peneliti merancang dan mempersiapkan beberapa hal diantaranya merancang siklus, menyusun RPP (rancangan pelaksanaan pembelajaran), mempersiapkan lembar observasi, pedoman wawancara, alat dokumentasi berupa video dan kamera foto dan media pembelajaran.

Pada waktu observasi awal peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah dan berdiskusi dengan guru pengajar untuk mengatur jadwal penerapan pembelajaran tari kreatif. Berdasarkan kebijakan sekolah proses penerapan pembelajaran tari kreatif (KBM) dilakukan pada program

intrakurikuler, yaitu dilaksanakan setiap hari Selasa dan Kamis dimulai

pukul 10.00-10.45 wib. Waktu pembelajaran berlangsung antara 30 menit sampai 45 menit. Pihak sekolah memberikan waktu KBM dalam


(29)

47

intrakurikuler, supaya siswa bisa menyelesaikan jam belajar sekolah

seperti biasa yaitu jam 11.00 wib.

Dalam proses penelitian ini menggunakan metode actions research yang terdiri dari 4 (empat) siklus yang terbagi menjadi 8 pertemuan. Dalam sebuah siklus terdiri dari : rencana pembelajaran, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Rincian singkat siklus tersebut adalah sebagai berikut,

1. Siklus 1 : Siswa memahami lingkungan sekitar

Dalam siklus ini peneliti memberikan cerita tentang hutan, tumbuhan, satwa, lingkungan desa, lingkungan kota dan kerusakan lingkungan. Sebagai stimulus digunakan rangsang auditif dan rangsang visual. Jadi saat bercerita siswa diputarkan slide-slide gambar yang berkaitan dalam lingkungan. Terdiri dari lingkungan hutan dan pedesaan: gunung, sungai, tumbuhan (sayur, buah, tanaman) dan lingkungan penduduk perkotaan: rumah, jalan tol, kemacetan. Termasuk bencana-bencana yang diakibatkan kerusakan lingkungan, misalnya: banjir, kebakaran, sampah, kemacetan, polusi asap dan lain sebagainya. Dari pembelajaran tersebut siswa mengapresisasi dengan berkomentar, berpendapat, sehingga terjadi diskusi yang aktif antara siswa dan peneliti.

2. Siklus 2: Siswa melakukan eksplorasi dan bergerak kreatif dengan mengambil tema hutan

Dalam siklus ini peneliti mengajak siswa melakukan eksplorasi untuk memilih objek yang diambil dari hutan untuk kemudian diperankan. Selanjutnya siswa bergerak dengan kreatif sesuai dengan peran yang dipilih dan tahap selanjutnya dibuat alur cerita sehingga siswa bereksplorasi gerak sesuai dengan alur tersebut. 3. Siklus 3 : Siswa dapat melakukan tari kreatif berjudul “ Hutanku

Rindang, Alamku Nyaman, Satwaku Senang”

Dalam siklus ini siswa sudah bisa menghafal tari kreatif sesuai dengan alur cerita dan bergerak sesuai dengan musik. Selain itu


(30)

siswa juga mulai dikenalkan dengan properti sesuai peran masing-masing. Supaya siswa dapat terbiasa menyesuaikan gerak dengan properti sekaligus untuk menambah penjiwaan siswa terhadap perannya.

4. Siklus 4: Siswa mampu menampilkan tari kreatif berjudul

“Hutanku Rindang, Alamku Nyaman, Satwaku Senang”.

Dalam siklus ini semua siswa akan menampilkan karya tari kreatif berjudul “Hutanku Rindang, Alamku Nyaman, Satwaku Senang” secara keseluruhan. Karya tersebut dipertunjukkan di halaman sekolah TK Bukit Dago. Pada kesempatan ini, seluruh siswa menari dengan dilengkapi dengan properti dan iringan musik. Proses penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan. Dalam menjalankan perannya ini, peneliti sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa. Sebagai motivator dan fasilitator guru mengantar siswa kepada pengalaman gerak (discovery), penjelajahan gerak (exploration) dalam merangkaikan dan menyusun gerak, baik secara individual maupun kelompok. Selain itu, peneliti juga bertindak sebagai konseptor, observer, evaluator, serta merancang tindakan selanjutnya. Dalam pelaksanaan di kelas, guru TK kelas A dan B juga turut membantu mengarahkan siswa turut membantu peneliti dalam melakukan proses pembelajaran meski pada awalnya masih terkait dengan hal teknis.

Selanjutnya guru-guru tersebut juga terlibat dalam hal-hal yang lebih substansi, misalnya turut memberikan stimulus siswa dalam bereksplorasi gerak, turut menata komposisi gerak anak dan memberikan dukungan pada siswa selama proses pembelajaran. Peneliti juga melibatkan kolega untuk membuat dokumentasi proses pembelajaran baik foto dan video. Sebelumnya peneliti pernah melakukan proses tari kreatif pada waktu mengerjakan mata kuliah Komposisi Tari Anak di semester 3 dengan melibatkan 7 (tujuh) siswa TK Bukit Dago. Dari proses ini memudahkan peneliti untuk berinteraksi dengan siswa, karena sudah pernah mengenal sebelumnya.


(31)

49

Berkaitan dengan tema, maka untuk pembelajaran tari kreatif ini tentu harus disesuaikan dengan tema dan karakter anak usia dini. Baik dalam eksplorasi gerak maupun visi dan misi yang harus disampaikan, sehingga segala proses dan pengalaman yang akan didapatkan sesuai dengan tingkat usianya. Terkait dengan kepentingan penanaman kesadaran anak-anak terhadap lingkungan, maka pembelajaran tari kreatif ini bertema

lingkungan dengan mengambil judul ““Hutanku Rindang, Alamku Nyaman, Satwaku Senang”. Agar anak-anak lebih mudah dalam mengekspresikan dirinya dengan mengacu pada tema tersebut, maka dibuat alur cerita yang berlatar belakang lingkungan. Alur cerita dibuat sederhana dan mengacu pada pilihan peran yang telah dipilih anak-anak pada saat siklus dua. Sinopsis dari tema cerita tentang kehidupan di hutan itu adalah:

Pada suatu hari yang cerah sekelompok bunga dan kupu-kupu

sedang menikmati keindahan alam. Selanjutnya ada sekawanan orang hutan yang sedang bermain di pepohonan. Namun tiba-tiba suasana gaduh karena datang manusia yang menebang pohon sehingga pohon-pohon roboh dan pasukan orang hutan berlarian menyelematkan diri. Setelah itu datanglah seekor burung yang sedih melihat pohon-pohon tumbang, karena tempatnya berlindung telah hilang. Namun burung tidak hilang semangat, dia memanggil teman-temannya untuk segera menyebarkan benih tumbuhan. Supaya hutan kembali rindang, alam menjadi nyaman dan satwa menjadi senang.

Media pembelajaran merupakan salah satu alat untuk menyampaikan materi kepada siswa. Media membawa informasi atau pesan pengajaran kepada siswa. Melalui media, pembelajaran menjadi lebih menarik, interaktif dan menyenangkan. Gerlach dan Ely dalam Fadlilah (2012:206) menyebutkan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronikatau alat-alat menyajikan, memproses dan menjelaskan informasin lisan dan visual. Untuk pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan maka peneliti juga mempersiapkan beberapa media pembelajaran yang disesuaikan untuk anak usia dini. Beberapa macam media yang dipergunakan adalah :


(32)

1. Media audio adalah sebuah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pendengaran), serta hanya mengandalkan kemampuan suara. Pada proses tari kreatif musik diputarkan sebagai media untuk merangsang imajinasi dan menstimulus siswa dalam bergerak. Sebagai alat pendukung digunakan player berupa laptop dan pengeras suara.

2. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.Contoh untuk media ini adalah media grafis (gambar, poster, komik) dan media proyeksi (OHP, slide, filmstrips). Pada siklus 1 proses tari kreatif, peneliti menyampaikan materi bertema lingkungan dalam bentuk power point berisi gambar-gambar flora, fauna dan lingkungan sekitar. Sebagai alat pendukung digunakan

player berupa laptop, pengeras suara dan LCD. Melalui gambar

realis yang ditampilkan, siswa dapat melihat dengan persis tentang sesuatu yang dipelajari.

3. Media Audivisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar yang bergerak. Pada siklus 1 proses tari kreatif, peneliti menyampaikan materi bertema lingkungan dalam bentuk dokumentasi tentang kehidupan satwa di hutan. Sebagai alat pendukung digunakan player berupa laptop, speaker sebagai pengeras suara dan LCD.

4. Media lingkungan adalah suatu tempat atau suasana (keadaan) yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Media lingkungan bisa disebut sebagai lingkungan belajar. Lingkungan yang merupakan tempat siswa untuk bereksplorasi, bereksperimen dan mengekspresikan diri. Secara langsung siswa dapat merasakan tiupan angin, segarnya udara, melihat daun bergoyang, melihat kupu-kupu terbang dan peristiwa alamiah lainnya. Pada proses pembelajaran tari kreatif beberapa kali siswa dibawa ke halaman sekolah untuk melakukan praktek secara langsung di alam terbuka.


(33)

51

Terkait dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan Fraenkel dan Wallen dalam Metrler (2011:65) mengajukan 3 (tiga) kategori. Pertama, peneliti bisa mengamati para partisipan yang yang terlibat dalam proses pendidikan. Partisipan mencakup siswa, guru TK, kepala sekolah, pihak penyelenggara sekolah dan orang tua. Saat melakukan pengamatan peneliti berusaha merekam objek yang diamati semaksimal mungkin. Sebagai penguat data, maka peneliti juga membuat catatan lapangan (jurnal) yang digunakan untuk melukiskan peristiwa atau objek yang diamati dan didengar secara detil.

Pendokumentasian tidak hanya bertumpu pada saat pembelajaran tari kreatif, tapi juga beberapa kegiatan siswa TK Bukit Dago yang lain, baik yang berbentuk pembelajaran harian (persiapan memulai pembelajaran, persiapan makan, persiapan pulang sekolah dll). Juga kegiatan insidentil misalnya perayaan Hari Kartini yang dilaksanakan 23 April 2014 dan kegiatan lomba menggambar dalam rangka Expo PAUD yang dilaksanakan di PG PAUD UPI pada 14 April 2014. Kedua, wawancara juga dipergunakan untuk mengumpulkan data dari para individu yang terkait dengan penelitian. Bisa dilakukan secara lisan, maupun secara tertulis ( kuesioner atau survei).

Peneliti melakukan wawancara dengan siswa, guru TK, kepala sekolah, pihak penyelenggara sekolah dan orang tua. Kepada kepala sekolah dan pihak penyelenggara sekolah (yayasan) peneliti bisa mendapatkan informasi tentang profil TK Bukit Dago (sejarah, visi misi, program & agenda kegiatan, struktur organisasi). Untuk hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas bisa mendapatkan informasi dari para guru TK A dan TK B.

Orang tua siswa dapat memberikan informasi seputar kegiatan siswa biasanya berupa cerita, tukar pengalaman, harapan, saran bahkan evaluasi yang ditujukan kepada pihak sekolah. Siswa sebagai subjek penelitian merupakan responden yang tentu akan dapat memberikan informasi yang bisa menukik pada substansi penelitian kita. Berkaitan


(34)

dengan tari kreatif, kegiatan tanya jawab yang terstruktur maupun tidak terstruktur antara peneliti dan siswa bisa berada pada wilayah kreativitas, motivasi, ekspresi, emosi, eksplorasi dan ragam kegiatan lain yang secara langsung terjadi selama proses pembelajaran.

3. Tahap Pengembangan

Penyusunan rencana aksi adalah merupakan tujuan utama dari semua studi penelitian tindakan. Menurut Creswell dalam Mertler (2011:69) hal penting dari penyusunan rencana aksi adalah keberadaan/kemunculan pendekatan yang spesifik dan kasat untuk mencoba beberapa gagasan baru sebagai sarana untuk memecahkan permasalahan awal.

Rencana aksi, pada dasarnya berupa usulan strategi untuk mengimplementasikan hasil-hasil proyek penelitian tindakan. Selama rencana aksi diterapkan, maka efektivitas harus terus dipantau, dievaluasi dan direvisi. Pada tahap ini, pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan mulai diterapkan pada siswa. Pembelajaran terdiri dari 4 siklus dirancang untuk 8 pertemuan. Sejalan dengan proses pembelajaran tari kreatif, peneliti juga mempersiapkan musik pengiring yang dipergunakan untuk menstimulus siswa dalam menggerakkan anggota tubuh sesuai dengan karakter dan peran yang dimainkan. Dalam hal ini harus ada konsep keselarasan antara musik dan tari.

Keselarasan berkaitan dengan irama dan tempo, sehingga gerakan nyaman untuk dipertunjukkan. Selain itu harus sesuai juga dengan suasana dan temanya. Peneliti juga mempersiapkan kostum dan properti yang akan dikenakan oleh siswa dalam tari kreatif bertema lingkungan tersebut. Dua aspek ini penting untuk menunjang siswa menghayati tema dan peran yang dimainkan. Properti dibuat sederhana dengan menggunakan bahan-bahan dari kertas dan kain perca.


(35)

53

Merangkum hasil penelitian, menciptakan strategi untuk berbagi hasil penelitian dan meninjau seluruh proses penelitian. Refleksi merupakan sebuah langkah penting di dalam proses penelitian tindakan, karena ini saatnya peneliti melakukan peninjauan terhadap apa saja yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan setelah kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti.

Dalam refleksi, peneliti mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi, berupa kemajuan maupun faktor yang menghambat proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Peneliti bersama observer mendiskusikan semua hal yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil diskusi saat refleksi dilakukan sebagai pedoman dalam membuat perencanaan untuk tahap pembelajaran selanjutnya.

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di TK Bukit Dago beralamat di Jl. Bukit Dago Selatan, Kotamadya Bandung. TK tersebut, dikelola oleh Yayasan Nurul Jamil Dago dan telah menyelenggarakan proses pendidikan anak usia dini sejak tahun 1967 (47 tahun). Hal ini menjadi salah satu

alasan pemilihan lokasi penelitian ini, karena akan menarik “bekerja”

dengan sebuah sekolah yang sudah memiliki pengalaman cukup lama dalam pengelolaan pendidikan anak usia dini.

Penerapan pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan diharapkan menjadi alternatif pengembangan kurikulum dan pengayaan pembelajaran untuk siswa TK Bukit Dago. Selain itu lokasi yang strategis dan nyaman dilengkapi dengan fasilitas halaman yang cukup luas, lapangan berumput yang dikelilingi pohon dan tanaman bunga, memberikan peluang pada siswa untuk dapat bereksplorasi dengan alam sekitar. Beberapa binatang seperti kupu-kupu, belalang, katak, capung masih mudah dilihat di sekitar halaman tersebut.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa TK Bukit Dago berjumlah 36 siswa. Mereka terbagi di kelas A sebanyak 16 siswa dan di kelas B sebanyak 20 siswa. Dari seluruh siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan


(36)

19 siswa perempuan. Keterlibatan seluruh siswa akan memberikan proses kebersamaan dan pengalaman kreativitas dan imajinasi pembelajaran tari kreatif.

D. Instrumen Penelitian

Kualitas instrumen penelitian sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2013:222).

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan berupa:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis, ditujukan untuk guru, siswa, kepala sekolah, pengurus yayasan dan orangtua. Pedoman wawancara yang terkait dengan: (a) bagaimana pembelajaran tari yang pernah dilakukan, (b) materi pembelajaran tari, (c) persiapan bahan ajar (d) kegiatan PLH.

Pedoman wawancara untuk siswa berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan: (a) pengetahuan tentang lingkungan , (b) mengenal flora dan fauna, (c) pengetahuan tentang kerusakan lingkungan.

Pedoman wawancara untuk kepala sekolah berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan : (a) kegiatan pembelajaran tari yang telah dilakukan selama ini, (b) dukungan sekolah terhadap kegiatan seni khususnya pembelajaran seni tari.

2. Pedoman Observasi

Lembar observasi yang digunakan yakni mengobservasi kegiatan kepala sekolah, guru dan siswa, yang bertujuan untuk mengamati


(37)

55

proses dan hasil pembelajaran. Lembar pengamatan untuk guru terdiri dari: (a) kegiatan belajar mengajar yang meliputi : metode, penggunaan media, penguasaan materi, serta sikap anak dalam mengikuti proses pembelajaran; (b) evaluasi pembelajaran yang meliputi proses serta hasil pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan.

a. Pedoman observasi yang digunakan berbentuk daftar cek (check

list) yang bersifat terstruktur dan tidak terstruktur. Format yang

terstruktur pengisiannya cukup dilakukan dengan cara memberikan tanda cek (√) pada pernyataan yang menunjukkan perilaku yang ditampakkan siswa. Adapun yang tidak terstruktur pengisiannya berupa narasi atau bentuk pernyataan perilaku yang ditunjukkan siswa selama pengamatan. Dari kegiatan observasi, peneliti membuat suatu kesimpulan dari hasil observasi yang dilakukan.

b. Catatan Anekdot

Sebuah catatan yang lebih menfokuskan pada sikap dan perilaku anak yang terjadi secara khusus atau peristiwa yang terjadi secara insidental/tiba-tiba. Instrumen ini pada dasarnya merupakan bagian teknik dari observasi. Namun teknik ini tidak menggunakan komunikasi dengan siswa yang diamati dan dicatat peristiwa yang sangat bermakna. Peneliti membuat catatan anekdot yang berupa tingkah laku siswa yang ditunjukkan pada saat persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan bahkan setelah pembelajaran tari kreatif dalam setiap pertemuan. Peneliti harus teliti dalam melakukan pengamatan agar peristiwa penting dapat terlihat dengan baik, sebab setiap tingkah laku yang ditunjukkan siswa merupakan bentuk perkembangan yang sangat bermakna bagi dirinya (Fadlilah, 2012:233). Panduan saat pembuatan catatan anekdot diantaranya : mencatat peristiwa yang insidental, apa yang dicatat bukan interpretasi, terdiri atas kata-kata yang


(38)

menggambarkan situasi/peristiwa yang sebenarnya dan cara menggambarkan hendaknya khusus (kejadian, reaksi/tingkah lakuanak, dan ucapan) yang bermakna.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data penelitian ini adalah:

1. Observasi

Dalam Sugiyono (2013:145) disampaikan bahwa proses observasi merupakan teknik pengumpulan data yang spesifik bila dibanding dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Dalam wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam melakukan observasi pada penelitian ini, dilakukan beberapa kali di sela-sela pembelajaran berlangsung, juga pada saat TK Bukit Dago melaksanakan kegiatan peringatan hari Kartini. Adapun observasi yang pertama adalah:

a. Siswa TK Bukit Dago (dilakukan sejak bulan Februari 2014) Dikutip oleh Fadlilah dari Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak - Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak-kanak dan Sekolah Dasar tahun 2010 (2012:229) observasi merupakan pengamatan alamiah yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mendapatkan data dan informasi tentang perkembangan anak dalam berbagai situasi dan kegiatan yang dilakukan (Fadlilah,2012:229). Ditambahkan oleh Sudijono observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara


(39)

57

sistematis, terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan (2005:76). Fenomena tersebut berupa tingkah laku yang ditunjukkan siswa dalam perkembangannya selama beraktivitas di sekolah.

b. Pihak Sekolah (dilakukan sejak bulan Maret 2014)

Melalui pengamatan yang intens kepada setiap individu Sebagai subjek penelitian peneliti cukup fokus melakukan pengamatan pada aktivitas dan siswa. Fokus pengamatan meliputi aktivitas Siswa TK Bukit Dago Selanjutnya juga kepada pengelola sekolah (pihak yayasan, kepala sekolah, para guru TK termasuk para orang tua siswa). Lingkungan, sarana serta fasilitas sekolah juga menjadi objek dalam observasi. Dalam hal ini peneliti terlibat secara penuh dengan subjek penelitan sehingga bisa dikatakan melakukan observasi berperan serta. Peneliti mempunyai interaksi yang dekat dengan siswa, guru dan seluruh perangkat. Dari sisi instrumentasi terstruktur (observasi yang dirancang secara sistematis: apa, kapan dan tempat) dan observasi tidak terstruktur (observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang yang akan diobservasi).

c. Pihak Orang Tua (dilakukan sejak bulan Maret 2014)

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah melihat bagaimana keterlibatan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan pembelajaran tari kreatif yang dijalani oleh siswa di sekolah. d. Sarana dan fasilitas (dilakukan sejak bulan Februari 2014)

Pengamatan ini meliputi semua benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar terdiri dari ruangan, sarana bermain, dan inventaris peralatan.

 situasi sekolah sebagai tempat belajar

 sosial dan budaya sekolah

 sarana dan prasarana yang dimiliki 2. Wawancara (interview)


(40)

a. Wawancara dengan siswa (dilakukan sejak Februari 2014)

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu hal. Dalam wawancara dilakukan secara mendalam namun dibuat suasana santai, menyenangkan dan mengasyikkan. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa lebih sederhana sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Dalam pembelajaran tari kreatif pertanyaan yang diajukan untuk siswa adalah wawancara terstruktur, yaitu percakapan dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis dan jawabannya sudah disediakan dalam bentuk skala. Pertanyaan dalam wawancara dengan siswa berkaitan dengan minat, motivasi, keinginan, respon, sikap terhadap pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan.

b. Wawancara dengan pihak sekolah dan orang tua siswa (dilakukan sejak Maret 2014)

Wawancara terstruktur dan tidak terstruktur juga dilakukan dilakukan dengan pihak sekolah TK Bukit Dago (koordinator pendidikan, kepala sekolah, guru TK) dan orang tua siswa. Pertanyaan dalam wawancara dengan pihak sekolah berkaitan dengan kondisi sekolah (siswa didik, lokasi sekolah, manajemen, program/kurikulum) dan termasuk hal-hal yang menyangkut kebijakan TK Bukit Dago. Wawancara dengan orang tua siswa berkaitan dengan tumbuh kembang siswa.

3. Dokumentasi

Pendokumentasian merupakan bagian pengumpulan data yang menggunakan alat bantu berupa perekam gambar dan perekam audiovisual. Alat perekam menggunakan kamera foto dan kamera video (handycam). Pendokumentasian dengan menggunakan alat-alat tersebut cukup membantu peneliti mengatasi kelemahan indera amatan dan indera ingatan peneliti dalam menangkap, merekam dan mengingat kembali. Pendokumentasian dilakukan sejak peneliti


(41)

59

melakukan observasi awal ke lapangan yaitu pada saat kegiatan siswa sedang melaksanakan pembelajaran reguler. Baik kegiatan awal ketika siswa memulai pembelajaran, kegiatan inti ketika siswa menerima materi pembelajaran dan kegiatan akhir ketika siswa persiapan untuk pulang. Waktu istirahat, persiapan makan, memberi salam, berdoa adalah aktivitas yang rutin dilakukan siswa. Dokumentasi ini secara tidak langsung bisa menjadi bahan yang bisa diamati terkait dengan sikap, tingkah laku, interaksi sesama teman, interaksi dengan guru dan suasana pembelajaran. Selain waktu pembelajaran, peneliti juga mendokumentasikan kegiatan siswa TK Bukit Dago pada kegiatan

insidentil yang lain. Misalnya saat siswa mengikuti kegiatan fashion

show baju daerah dan karnaval untuk memperingati hari Kartini di sekolah (21 April 2014), juga saat siswa mengikuti lomba mewarnai di PG Paud UPI (14 April 2014).

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013: 244) menyebutkan bahwa :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menyebarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, meyeleksi data dan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Untuk memberikan makna terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis dan intrepretasi. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus semenjak data dikumpulkan sampai akhir penelitian. Analisis dan intrepretasi ini dilakukan dengan merujuk kepada identifikasi masalah dan landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian kualitatif pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu secara terus menerus mulai dari tahap pengumpulan data sampai akhir penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti apabila tidak


(42)

dianalisis lebih lanjut. Dengan demikian perlu adanya upaya penganalisisan data dengan teknik analisis kualitatif secara induktif, yaitu dengan cara membandingkan antara data yang terkumpul dari lapangan dengan teori yang ada.

Peneliti melakukan analisis data dengan melakukan penataan data secara sistematis berdasarkan catatan hasil observasi, hasil wawancara, catatan anekdot, dokumentasi (foto dan video) dan studi dokumentasi (portofolio siswa, laporan kegiatan sekolah, foto kegiatan siswa). Keseluruhan data yang dihasilkan dari tindakan seluruh siklus kemudian dianalisis, untuk kemudian dipaparkan secara deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui bagaimana materi, proses dan hasil pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan dapat meningkatkan pemahaman rasa cinta lingkungan pada anak usia dini.

Milles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013:246) mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Menurut mereka ada tiga tahap analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verification).

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2013:247). Selama penelitian, maka akan terkumpul dan ditemukan berbagai macam data yang harus dipilah dan dipilih yang penting dan membuang yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.

2. Penyajian Data

Setelah proses reduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar


(43)

61

kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun, masih menurut Miles dan Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2013:249).

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013:253). Kesimpulan bahwa pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan dapat meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini adalah kesimpulan sementara. Namun bila kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pembelajaran Tari Kreatif

Untuk Meningkatkan Pemahaman Cinta Lingkungan pada TK Bukit Dago maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran tari di TK Bukit Dago masih menggunakan metode yang terpusat pada guru sebagai model, sementara anak menirukan gerak yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, anak-anak belajar menirukan tarian yang sudah jadi (tari bentuk), artinya anak-anak tidak dilibatkan secara kreatif-konstruktif dalam proses penemuan dan penyusunan gerak tari. Fakta lain adalah kesempatan siswa untuk mendapatkan pembelajaran tari sangat terbatas, yaitu hanya pada agenda Gelar Seni dan Kreativitas Anak yang diselenggarakan oleh TK Bukit Dago dalam jangka 2 tahun sekali. Kondisi ini menyebabkan siswa kurang berekspresi melalui gerak, kurang mempunyai kesempatan membuka imajinasi dan menuangkan dalam karya kreatif.

2. Pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan menggunakan metode yang mengacu pada minat, potensi dan kemampuan siswa. Pemahaman tema lingkungan melalui cerita, melakukan eksplorasi, berimajinasi dan mengekspresikan gerak sesuai peran adalah proses yang menghantarkan siswa pada ruang kreativitas gerak yang menyenangkan. Aspek kognitif, afektif, psikomorik dan sosial yang dikembangkan dalam tari kreatif bertema lingkungan bermanfaat untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pembelajaran tari kreatif “Hutanku Rindang,

Alamku Nyaman, Satwaku Riang” di TK Bukit Dago menghasilkan model


(45)

137

Melalui pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan, akan mengantarkan siswa untuk memiliki kepekaan memahami aspek-aspek yang terdapat dalam lingkungan, sehingga akan melahirkan pemahaman cinta lingkungan yang meningkat. Peran guru sebagai motivator dan fasilitator menjadi ujung tombak yang penting dalam pembelajaran tari kreatif.

B. Saran

Manfaat penelitian ditujukan bagi: 1. Peneliti

Penelitian yang dilakukan merupakan wujud pengalaman yang sangat berharga dan merupakan salah satu upaya untuk membantu menambah khasanah pengetahuan tentang pengembangan media pembelajaran yang berbentuk tari kreatif. Dalam penelitian ini akan menghasilkan materi, proses dan media pembelajaran sehingga diharapkan bisa menjadi alternatif media pembelajaran yang bisa diimplementasikan untuk anak usia dini baik pada jalur formal maupun non formal : TK, Kelompok bermain, Paud, sanggar dan komunitas anak dari berbagai kalangan apapun. Tema pendidikan lingkungan yang disampaikan melalui pembelajaran tari kreatif akan menjadi stimulus siswa untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan dan bagaimana mencintai dan menjaga lingkungan sehingga menjadi nilai-nilai positif yang tertanam dalam keseharian mereka.

2. Objek yang diteliti

Penelitian pembuatan tari kreatif merupakan wujud minat, dedikasi, dan komitmen pada dunia pendidikan secara umum khususnya pendidikan untuk anak usia dini. Media pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada pengembangan kreativitas anak usia dini melalui tari kreatif dan diharapkan penelitian serupa terus dilaksanakan dengan mengangkat tema-tema yang berbeda.


(46)

3. Pengajar tari

Selama ini pendidikan tari di sekolah dan sanggar-sanggar yang dilakukan guru dan seniman tari lebih mengarah pada penguasaan keterampilan, sehingga lebih mengutamakan siswa mampu menguasai tari. Adapun dalam pembelajaran tari kreatif, anak diberi kebebasan mengembangkan imajinasinya guna menggagas, menciptakan, dan menyajikan karya tarinya sesuai tingkat perkembangannya. Dalam tari kreatif pengajar berfungsi sebagai fasilitator dan motivator agar dapat menyediakan keperluan dan memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan daya kreativitasnya. Interaksi antara guru dan siswa, berikut antara siswa dengan siswa yang lain adalah faktor yang utama dalam pembelajaran ini. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru, seniman tari dan pihak-pihak yang bergerak dalam dunia pendidikan tari untuk menerapkan tari kreatif.

4. Lembaga Pendidikan

Lembaga-lembaga pendidikan terutama yang termasuk dalam jenjang pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), baik formal maupun non formal, sering mengalami kesulitan untuk mengajarkan tari pada siswa karena tidak memiliki bahan dan merasa tidak memiliki kemampuan. Hasil dari penelitian tari kreatif diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran untuk lembaga pendidikan dan pihak-pihak yang relevan untuk menerapkannya.


(1)

melakukan observasi awal ke lapangan yaitu pada saat kegiatan siswa sedang melaksanakan pembelajaran reguler. Baik kegiatan awal ketika siswa memulai pembelajaran, kegiatan inti ketika siswa menerima materi pembelajaran dan kegiatan akhir ketika siswa persiapan untuk pulang. Waktu istirahat, persiapan makan, memberi salam, berdoa adalah aktivitas yang rutin dilakukan siswa. Dokumentasi ini secara tidak langsung bisa menjadi bahan yang bisa diamati terkait dengan sikap, tingkah laku, interaksi sesama teman, interaksi dengan guru dan suasana pembelajaran. Selain waktu pembelajaran, peneliti juga mendokumentasikan kegiatan siswa TK Bukit Dago pada kegiatan insidentil yang lain. Misalnya saat siswa mengikuti kegiatan fashion show baju daerah dan karnaval untuk memperingati hari Kartini di sekolah (21 April 2014), juga saat siswa mengikuti lomba mewarnai di PG Paud UPI (14 April 2014).

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013: 244) menyebutkan bahwa :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menyebarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, meyeleksi data dan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Untuk memberikan makna terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis dan intrepretasi. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus semenjak data dikumpulkan sampai akhir penelitian. Analisis dan intrepretasi ini dilakukan dengan merujuk kepada identifikasi masalah dan landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian kualitatif pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu secara terus menerus mulai dari tahap pengumpulan data sampai akhir penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti apabila tidak


(2)

dianalisis lebih lanjut. Dengan demikian perlu adanya upaya penganalisisan data dengan teknik analisis kualitatif secara induktif, yaitu dengan cara membandingkan antara data yang terkumpul dari lapangan dengan teori yang ada.

Peneliti melakukan analisis data dengan melakukan penataan data secara sistematis berdasarkan catatan hasil observasi, hasil wawancara, catatan anekdot, dokumentasi (foto dan video) dan studi dokumentasi (portofolio siswa, laporan kegiatan sekolah, foto kegiatan siswa). Keseluruhan data yang dihasilkan dari tindakan seluruh siklus kemudian dianalisis, untuk kemudian dipaparkan secara deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui bagaimana materi, proses dan hasil pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan dapat meningkatkan pemahaman rasa cinta lingkungan pada anak usia dini.

Milles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013:246) mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Menurut mereka ada tiga tahap analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verification).

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2013:247). Selama penelitian, maka akan terkumpul dan ditemukan berbagai macam data yang harus dipilah dan dipilih yang penting dan membuang yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.

2. Penyajian Data

Setelah proses reduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar


(3)

kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun, masih menurut Miles dan Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2013:249).

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013:253). Kesimpulan bahwa pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan dapat meningkatkan pemahaman cinta lingkungan pada anak usia dini adalah kesimpulan sementara. Namun bila kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pembelajaran Tari Kreatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Cinta Lingkungan pada TK Bukit Dago maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran tari di TK Bukit Dago masih menggunakan metode yang terpusat pada guru sebagai model, sementara anak menirukan gerak yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, anak-anak belajar menirukan tarian yang sudah jadi (tari bentuk), artinya anak-anak tidak dilibatkan secara kreatif-konstruktif dalam proses penemuan dan penyusunan gerak tari. Fakta lain adalah kesempatan siswa untuk mendapatkan pembelajaran tari sangat terbatas, yaitu hanya pada agenda Gelar Seni dan Kreativitas Anak yang diselenggarakan oleh TK Bukit Dago dalam jangka 2 tahun sekali. Kondisi ini menyebabkan siswa kurang berekspresi melalui gerak, kurang mempunyai kesempatan membuka imajinasi dan menuangkan dalam karya kreatif.

2. Pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan menggunakan metode yang mengacu pada minat, potensi dan kemampuan siswa. Pemahaman tema lingkungan melalui cerita, melakukan eksplorasi, berimajinasi dan mengekspresikan gerak sesuai peran adalah proses yang menghantarkan siswa pada ruang kreativitas gerak yang menyenangkan. Aspek kognitif, afektif, psikomorik dan sosial yang dikembangkan dalam tari kreatif bertema lingkungan bermanfaat untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pembelajaran tari kreatif “Hutanku Rindang,

Alamku Nyaman, Satwaku Riang” di TK Bukit Dago menghasilkan model


(5)

Melalui pembelajaran tari kreatif bertema lingkungan, akan mengantarkan siswa untuk memiliki kepekaan memahami aspek-aspek yang terdapat dalam lingkungan, sehingga akan melahirkan pemahaman cinta lingkungan yang meningkat. Peran guru sebagai motivator dan fasilitator menjadi ujung tombak yang penting dalam pembelajaran tari kreatif.

B. Saran

Manfaat penelitian ditujukan bagi: 1. Peneliti

Penelitian yang dilakukan merupakan wujud pengalaman yang sangat berharga dan merupakan salah satu upaya untuk membantu menambah khasanah pengetahuan tentang pengembangan media pembelajaran yang berbentuk tari kreatif. Dalam penelitian ini akan menghasilkan materi, proses dan media pembelajaran sehingga diharapkan bisa menjadi alternatif media pembelajaran yang bisa diimplementasikan untuk anak usia dini baik pada jalur formal maupun non formal : TK, Kelompok bermain, Paud, sanggar dan komunitas anak dari berbagai kalangan apapun. Tema pendidikan lingkungan yang disampaikan melalui pembelajaran tari kreatif akan menjadi stimulus siswa untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan dan bagaimana mencintai dan menjaga lingkungan sehingga menjadi nilai-nilai positif yang tertanam dalam keseharian mereka.

2. Objek yang diteliti

Penelitian pembuatan tari kreatif merupakan wujud minat, dedikasi, dan komitmen pada dunia pendidikan secara umum khususnya pendidikan untuk anak usia dini. Media pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada pengembangan kreativitas anak usia dini melalui tari kreatif dan diharapkan penelitian serupa terus dilaksanakan dengan mengangkat tema-tema yang berbeda.


(6)

3. Pengajar tari

Selama ini pendidikan tari di sekolah dan sanggar-sanggar yang dilakukan guru dan seniman tari lebih mengarah pada penguasaan keterampilan, sehingga lebih mengutamakan siswa mampu menguasai tari. Adapun dalam pembelajaran tari kreatif, anak diberi kebebasan mengembangkan imajinasinya guna menggagas, menciptakan, dan menyajikan karya tarinya sesuai tingkat perkembangannya. Dalam tari kreatif pengajar berfungsi sebagai fasilitator dan motivator agar dapat menyediakan keperluan dan memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan daya kreativitasnya. Interaksi antara guru dan siswa, berikut antara siswa dengan siswa yang lain adalah faktor yang utama dalam pembelajaran ini. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru, seniman tari dan pihak-pihak yang bergerak dalam dunia pendidikan tari untuk menerapkan tari kreatif.

4. Lembaga Pendidikan

Lembaga-lembaga pendidikan terutama yang termasuk dalam jenjang pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), baik formal maupun non formal, sering mengalami kesulitan untuk mengajarkan tari pada siswa karena tidak memiliki bahan dan merasa tidak memiliki kemampuan. Hasil dari penelitian tari kreatif diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran untuk lembaga pendidikan dan pihak-pihak yang relevan untuk menerapkannya.