PEMBELAJARAN TARI SURANTANG-SURINTING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI DI TK NUSANTARA CILEGON BANTEN.
Veby Anggraeni, 2014
PEMBELAJARAN TARI SURANTANG-SURINTING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI DI
TK NUSANTARA CILEGON BANTEN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari
Oleh Veby Anggraeni
0901889
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
Veby Anggraeni, 2014
Pembelajaran Tari Surantang-surinting
Untuk Meningkatkan Kecerdasan
Kinestetik Anak Usia Dini Di TK
Nusantara Cilegon Banten
Oleh Veby Anggraeni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Veby Anggraeni 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Veby Anggraeni, 2014
LEMBAR PENGESAHAN Nama : Veby Anggraeni
0901889
Pembelajaran Tari Surantang-Surinting
Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini di TK Nusantara Cilegon Banten
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Dewi Karyati, S.Sen., M.Pd NIP. 195807061984032002
Pembimbing II
Beben Barnas, M.Pd NIP. 197112062001121001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si NIP. 195710181985032001
(4)
(5)
Veby Anggraeni, 2014
Penelitian yang berjudul “ pembelajaran Tari Surantang-surinting Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Di TK Nusantara Cilegon Banten”. Kecerdasan kinestetik pada kenyataannya masih ada sebagian guru yang beranggapan bahwa peningkatan kecerdasan kinestetik anak akan berkembang dengan sendirinya, sehingga lemahnya upaya guru untuk meningkatkan kecerdasan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Action Reserch Classroom, dengan pendekatan kualitatif. Rumusan masalah a). Bagaimana proses pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini di TK Nusantara Cilegon? b.) Bagaimana hasil pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini di TK Nusantara Cilegon?. subjek penelitian adalah siswa TK Nusantara. Proses pembelajaran tari surantang-surinting ini di lakukan sebanyak II siklus. Dalam siklus I terdapat 6 kali pertemuan, sedangkan pada siklus II terdapat 5 kali pertemuan. Hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah terjadi peningkatan kecerdasan kinestetik. Dari pra siklus mendapatkan hasil 36,59%, pada siklus I mendapatkan hasil 46,70% sedangkan pada siklus II mendapatkan hasil 85,79%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari surantang-surinting dapat di terima oleh anak TK Nusantara dan dapat dikatakan Berhasil
(6)
Veby Anggraeni, 2014
ABSTRACT
The research entitled "Dance lessons Surinting-surantang Kinesthetic Intelligence To Increase In Early Childhood Kindergarten Cilegon Banten Archipelago". Kinesthetic intelligence in fact there are some teachers who thought that the increase in child kinesthetic intelligence will evolve by itself, so that the weak efforts of teachers to improve the intelligence. The research method used was action research (Action Reserch Classroom, with a qualitative approach. Formulation of a problem). a). How does the process of learning dance surinting surantang-kinesthetic intelligence to improve early childhood kindergarten archipelago in Cilegon? b.) How learning outcomes dance surinting surantang-kinesthetic intelligence to improve early childhood kindergarten archipelago in Cilegon?. subjects were students in kindergarten archipelago. The learning process surantang-surinting dance is done as much as the second cycle. In the first cycle, there are 6 sessions, while in the second cycle there are 5 sessions. The results of the observations made by the researchers is an increase kinesthetic intelligence. From the pre-cycle to get the 36.59%, in the first cycle to get the 46.70% whereas in the second cycle to get the 85.79%. From these results it can be concluded that learning dance surantang-surinting can be received by the Archipelago and kindergarten children can be said to be Successful
(7)
Veby Anggraeni, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 11
A. Hakikat Anak Usia Dini ... 11
1. Pengertian Anak Usia Dini ... 11
2. Perkembangan Anak Usia Dini ... 14
3. Kemampuan Dasar Anak Usia Dini ... 26
4. Pengembangan Kreativitas Anak Dalam Kemampuan Dasar Seni ... 28
5. Kedudukan Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Seni ... 33
B. Hakikat Kecerdasan Kinestetik ... 34
1. Pengertian Kecerdasan ... 34
2. Pengertian Kecerdasan Kinestetik ... 37
3. Aplikasi Kecerdasan Kinestetik ... 45
4. Tujuan Pengembangan Kinestetik ... 46
5. Aplikasi Kecerdasan Kinestetik Terhadap Pembelajaran Seni Tari Anak Usia Dini ... 47
C. Hakikat Pembelajaran ... 51
1. Pengertian Pembelajaran ... 51
2. Pembelajaran Anak Usia Dini ... 52
3. Pembelajaran Tari Untuk Anak Usia Dini ... 53
4. Komponen Pembelajaran ... 54
D. Tari Surantang-surinting ... 72
BAB III METODE PENELITIAN ... 74
A. Lokasi Penelitian ... 74
B. Subjek Penelitian ... 74
C. Metode Peneltian ... 74
(8)
Veby Anggraeni, 2014
E. Definisi Operasional ... 78
F. Variabel Penelitian ... 79
G. Teknik Pengumpulan Data ... 80
H. Teknik Analisis Data ... 93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 95
A. Hasil Penelitian ... 95
B. Proses pembelajaran Tari Surantang-surinting ... 101
C. Hasil Pembelajaran Tari Surantang-surinting ... 129
D. Pembahasan Penelitian ... 140
E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 144
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 147
A. Kesimpulan ... 147
B. Saran ... 148
DAFTAR PUSTAKA ... 150 RIWAYAT HIDUP
(9)
Veby Anggraeni, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Instrument Observasi Pembelajaran ... 81 Tabel 3.2 Lembar Penilaian Intrument Observasi ... 84 Tabel 4.1 Data Pendidik TK Nusantara ... 96 Tabel 4.2 Daftar Nama Peserta Didik Kelas B1 TK Nusantara ... 97 Tabel 4.3 Hasil Kecerdasan Kinestetik Anak Dari Kondisi Pra
Siklus Hingga Akhir Siklus II ... 129 Tabel 4.4 Tabel Deskripsi Data Pra Siklus ... 131 Tabel 4.5 Data Peningkatan Siklus I ... 132 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Instrumen Penelitian Tindakan
Pada Siklus I ... 133 Tabel 4.7 Data Peningkatan Siklus II ... 136 Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Instrumen Penelitian Tindakan
Pada Siklus II ... 137 Tabel 4.9 Data Peningkatan Kecerdasan Kinestetik ... 141 Tabel 4.10 Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Menurut Indikator
Pra Siklus ... 142 Tabel 4.11 Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Menurut Indikator
Siklus I ... 143 Tabel 4.12 Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Menurut Indikator
(10)
Veby Anggraeni, 2014
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik Hasil Kecerdasan Kinestetik Anak Dari
Kondisi Pra Siklus Hingga Akhir Siklus II ... 130
Grafik 4.2 Grafik Kegiatan Pra Siklus ... 131
Grafik 4.3 Grafik Peningkatan Siklus I ... 132
Grafik 4.4 Grafik Peningkatan Siklus II ... 136
Grafik 4.5 Grafik Hasil Kecerdasan Kinestetik Anak Dari Kondisi Pra Siklus Hingga Akhir Siklus II ... 141
(11)
Veby Anggraeni, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Instrumen Observasi ... 154
Lampiran 2 Lembar Penelitian Instrumen Observasi ... 157
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ... 165
Lampiran 4 Rencana Kegiatan Harian ... 166
Lampiran 5 Tabel Deskripsi Data ... 203
Lampiran 6 Data Pra Siklus ... 206
Lampiran 7 Gambar Kegiatan Siklus I ... 209
(12)
Veby Anggraeni, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru dengan siswa tetapi berupa interaksi edukatif
Pengertian pembelajaran menurut Trianto ( 2010:17 ) adalah pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, dan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembang dan pengalaman hidup. Hal ini dinyatakan dengan tegas dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20, menyatakan bahwa: ” Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”
Sebuah perkembangan yang baik adalah stimulasi terhadap perubahan kualitas anak yang baik secara fisik dan mental sehingga tidak ada satu dimensi perkembangan yang lebih baik dari yang lain. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk yang diungkapkan Gardner dinilai dapat memenuhi variasi kecerdasan dan perkembangan anak. Salah satu jenis kecerdasan yang merupakan kecerdasan yang hampir tidak dikenal adalah kecerdasan kinestetik jasmani. Kecerdasan ini merupakan satu jenis kecerdasan yang berhubungan dengan perkembangan jasmani (fisik) dan perkembangan indra perasa (taktil). Perkembangan kecerdasan ini sangat penting untuk
(13)
Veby Anggraeni, 2014
dikembangkan dalam mendukung keaktifan dan daya eksplorasi anak usia dini yang sangat besar.
Masa kanak-kanak merupakan suatu rentang dalam kehidupan manusia. Dalam pertumbuhan dan perkembangan, seorang anak pada usia tertentu sudah memiliki banyak keterampilan seperti keterampilan motorik, kinestetik, bahasa, emosi dan sosial. Pada awal masa kanak-kanak setiap indivindu memiliki keinginan yang kuat untuk menggerak-gerakan tumbuhnya dan menemukan banyak hal baru dengan mencoba berbagai gerakan kinestetik seperti berjalan, melompat dan lainnya. Semakin kuat fungsi otot kasar pada anak gerak anak akan semakin lebih terkoordinasi pada lengan dan jari-jarinya.
Lima tahun pertama dalam perkembangan kehidupan seseorang merupakan tanggapan dasar bagi perkembangan selanjutnya, karena pada masa anak ini anak memiliki berbagai potensi tersembunyi (hidden potency). Potensi tersembunyi merupakan kondisi dimana suatu fungsi jiwa perlu diberi berbagai rangsangan, agar dapat berkembang dengan baik. Potensi-potensi tersebut diantaranya kemampuan kognitif, sosioemosional, bahasa, motorik, kinestetik, moral seni dan lain sebagainya.
Salah satu potensi anak usia dini yang harus distimulasi adalah kecerdasan kinestetik. Masa kecil dapat disebut masa ideal untuk mempelajari kecerdasan kinestetik. Di masa peka seorang anak dibutuhkan sebuah stimulasi yang optimal, agar kecerdasan kinestetik anak tersebut dapat berkembang secara optimal.
Anak usia dini memiliki dimensi perkembangan yang harus di stimulasi atau dirangsang oleh guru sehingga anak dapat melalui perkembangan dengan baik. Salah satu perkembangan anak yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perkembangan kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik sangat penting peranannya bagi perkembangan anak usia dini, pertama kehidupan pasca lahir dengan harapan anak dapat mengendalikan gerakan kasar, gerakan yang melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat dan sebagainya
(14)
3
Veby Anggraeni, 2014
ditambah pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, menggenggam alat (Elizabet B Hurlock, 1998;150). Oleh sebab itu perkembangan kinestetik tidak dapat diabaikan oleh guru walaupun perkembangan kinestetik ini berkembang sejalan dengan pertambahan usia dan kematangan syaraf serta otot-otot anak.
Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberi kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak spontan dan tanpa beban.Kebutuhan atau dorongan internal (terutama tumbuhnya sel saraf di otak) sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktivitas bermain tanpa mengenal lelah.
Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak adalah dengan menari. Menari merupakan salah satu latihan gerak tubuh, karena dengan bergerak manusia mampu bertahan hidup. Melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan perkembangan sosial. Begitu pula dengan perkembangan gerak dan kurang berkembangnya pembelajaran dan pelatihan koordinasi tubuh terhadap anak usia dini, apabila tidak dikembangakan sejak dini maka tidak menutup kemungkinan perkembangan dalam gerak tubuhnya akan terhambat dan menyebabkan anak menjadi pasif. Anak usia dini merupakan masa-masa perkembangan gerak tubuhnya harus terlatih supaya motorik kasarnya dapat berkembang. Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak, agar lebih memahami ciri khas yang dimiliki anak. Guru harus memiliki bahan, sumber belajar dan teknik kegiatan yang tepat, sehingga
(15)
Veby Anggraeni, 2014
guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan bermakna dalam kegiatan sehari-hari.
Melalui kegiatan menari ini pengembangan kecerdasan kinestetik dan sensivitas anak dapat ditingkatkan, serta dapat membantu mengembangkan minat, rasa percaya diri anak dan perasaan mampu melakukan berbagai gerakan kegiatan sesuai untuk anak serta meningkatkan kesehatan jasmani. Dengan arahan yang baik pula anak yang pemalu akan mau beraktivitas bersama sekelompok teman–teman sebayanya. Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran kecerdasan kinestetik, guru perlu menentukan pembelajaran dengan tujuan yang akan dicapai, serta sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Pada kenyataannya masih ada sebagian guru yang beranggapan bahwa peningkatan kecerdasan kinestetik akan berkembang dengan sendirinya, sehingga tidak diperlukan stimulasi masih terlihat di beberapa Taman Kanak-kanak yang masih melakukan hal tersebut, hal ini di sebabkan karena keterbatasan waktu, guru sebagai fasilitator seringkali memberikan tugas-tugas kemampuan kinestetik kepada anak yang mengalami kesulitan motorik tanpa menyediakan kegiatan yang dapat menstimulasi otot dan syaraf anak agar lebih berkembang. Hal ini melibatkan anak tidak dapat melakukan kegiatan kinestetik dengan baik.
Kreativitas guru dalam mengoptimalkan proses pembelajaran kemampuan kinestetik yang kurang bervariasi mengakibatkan pemilihan bahan ajar dan proses belajar yang terlalu monoton dan membosankan. Proses pembelajaran formal yang selalu dilaksanakan didalam kelas dan tidak melalui kegiatan sambil belajar. Seperti di Taman Kanak-kanak Nusantara membuat anak tidak dapat bereksplorasi dan bergerak menggunakan kinestetiknya secara maksimal. Seharusnya guru berpotensi untuk memilih pembelajaran yang tepat dan mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki anak. Kegiatan belajar terkadang tidak
(16)
5
Veby Anggraeni, 2014
memberikan banyak pilihan sehingga membuat anak tidak dapat melakukan kegiatan kinestetik sesuai dengan minat dan bakat anak, padahal Taman Kanak-kanak sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini seharusnya dapat menampung serta mengarahkan bakat dan minat.
Dengan menelaah pernyataan tadi maka materi dalam pembelajaran tari di TK harus efektif dan efisien dengan melihat karakteristik anak TK. Agar pembelajaran tercapai, guru harus menguasai pembelajran dan tujuan. Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan. Seorang guru dalam praktek sehari-hari mampu menyeimbangkan serta menerapkan berbagai teori pengajarannya, agar bervariasi dan tidak menimbulkan kejenuhan bagi anak yang sedang belajar. Sehubungan dengan itu guru harus terlebih dahulu memperoleh informasi tentang bagaimana karakteristik anak, maka guru mendapat masukan yang dijadikan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memilih dan menerapkan bahan ajar yang tepat dalam pembelajaran, dengan demikian materi yang diajarkan mendapat perhatian dan menumbuhkan minat anak belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya meningkatkan kecerdasan kinestetik anak, maka sebaiknya anak dilatih dan diberi rangsangan untuk perkembangan kecerdasan kinestetiknya. Seorang guru sebaiknya dapat kreatif dalam memilih kegiatan dan metode apa yang dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan fisik motorik anak agar pertumbuhan fisik dan perkembangan Kecerdasan Kinestetik anak berkembang secara optimal. Salah satunya kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak adalah dengan menari karena saat anak menari dapat menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan dan menumbuhkan kreatifitas juga dapat membantu perkembangan jasmani dan rohani serta membuat tubuh anak menjadi berkembang, cenderung tidak pasif. Durban mengatakan bahwa “menari adalah dorongan jiwa manusia
(17)
Veby Anggraeni, 2014
sejak anak-anak untuk mengekspresikan diri ketika mendengar atau merasakan getaran suatu irama di dalam dirinya”. Sayangnya, naluri ilmiah ini akan lenyap bila tidak dipupuk, dan itulah yang terjadi pada sebagian besar manusia.
Lebih lanjut Durban mengatakan bahwa ”kegiatan menari untuk anak sebaiknya menggunakan gerakan- gerakan yang mudah dan mendekati gerak alamiah dengan lagu pengiring yang ringan, ritmis dan mendorong anak
untuk bergerak”. TK Nusantara adalah salah satu sekolah yang ada di daerah Cilegon-Banten, dalam proses pembelajaran sehari-hari, anak-anak selalu diberikan rangsangan terhadap perkembangan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan dasar-dasar keagamaan. Sebagian besar waktu anak di sekolah dihabiskan di kursi untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru. Walaupun ada kegiatan yang pengembangkan kecerdasan kinestetik itu hanya sebatas olah fisik sederhana seperti berjalan di atas papan titian, berlari, melompat dari bangku, menendang, senam irama, main bola, dan seni tari yang dilakukan hanya pada semester dua itu pun waktunya jika telah mendekati perpisahan untuk pentas seni.
Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menerapkan pembelajaran tari bernuansa daerah khas Banten yaitu tari surantang-surinting, karena selain ingin melakukan hal yang baru dalam pembelajaran tari di TK Nusantara Cilegon Banten yang biasanya hanya pembelajaran tari kreatif modern yang dibuat guru, juga ingin mengenalkan kesenian bernuansa daerah dari daerah Banten. Alasan mengapa peneliti mengambil tari surantang-surinting ini di karenakan pola gerak dalam tari ini sangat sederhana. Tentu saja dalam penggunaan tari yang disesuaikan dengan perkembangan anak yang bertujuan untuk dapat diikuti oleh anak dan juga meransang peningkatan kecerdasan kinestetik anak.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik pada pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik, dimana
(18)
7
Veby Anggraeni, 2014
guru belum tepat dalam memilih materi untuk peningkatan kecerdasan
kinestetik. Dengan demikian, penelitian ini dengan mengambil judul
“ Pembelajaran Tari Surantang-surinting Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini di TK Nusantara Cilegon-Banten ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik di TK Nusantara Cilegon Banten?
2. Bagaimana Hasil pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik di TK Nusantara Cilegon Banten?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian dilakukan dengan tujuan secara umum untuk mengetahui pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik TK Nusantara Cilegon Banten.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, adalah :
a. Untuk memperoleh data proses pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik di TK Nusantara Cilegon Banten.
b. Untuk memperoleh data hasil pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik di TK Nusantara Cilegon Banten.
(19)
Veby Anggraeni, 2014
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang kegiatan menari terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini .
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi : a. Program Studi Anak Usia Dini.
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi/masukan untuk peningkatan konsep dan teori pendidikan yang berkaitan dengan peranan pendidikan dalam membantu peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini.
b. Praktisi Pendidikan
Sebagai masukan untuk memperkaya wawasan tentang kegiatan bermain, menari dan permainan yang tepat sebagai sarana stimulasi bagi kecerdasan kinestetik anak melalui kegiatan tari permainan. c. Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi lembaga pendidikan taman kanak-kanak untuk menanamkan kepada siswa dalam pelestarian kesenian daerah.
d. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai inspirasi untuk mengembangkan penelitian lanjutan yang berkenaan dengan kegiatan menari yang dapat mengoptimalkan kecerdasan kinestetik anak usiadini.
3. Bagi Siswa
a. Mengetahui sejak dini keberadaan kesenian daerah Banten.
b. Dapat meningkatkan daya kreativitas dan imajinatif melalui gerak tari.
(20)
9
Veby Anggraeni, 2014
c. Dapat melatih keseimbangan dan kelenturan tubuh.
E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran
B. Hakikat Kecerdasan Kinestetik C. Hakikat Pembelajaran
D. Tari Surantang-surinting BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian
B. Subjek Penelitian C. Metode Penelitian D. Prosedur Penelitian E. Definisi Operasional F. Variabel Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data H. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian
B. Proses Pembelajaran Tari Surantang-surinting C. Hasil Pembelajaran Tari Surantang-surinting D. Pembahasan Penelitian
E. Pembahasan Temuan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
(21)
Veby Anggraeni, 2014
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(22)
Veby Anggraeni, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di TK Nusantara Cilegon bertempat di Jln. Sastradikarta No. 3 RT. 06/05 Jombang Wetan ( Lapangan Coklat ) Kecamatan Jombang Wetan Kota Cilegon. Lokasi ini di anggap strategis dan mendukung bagi peneliti karena terdapat permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yaitu Kurangnya relevansi bahan ajar terhadap kecerdasan kinestetik anak usia dini. Hal itu terjadi karena guru kurang pintar dalam memberikan pembelajaran yang menarik untuk anak usia dini untuk kecerdasan kinestetiknya. Atas pertimbangan tersebut peneliti memilih sekolah TK Nusantara sebagai lokasi penelitian.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun yang berada di TK Nusantara pada kelompok B1 tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah 10 anak yang terdiri dari 4 laki-laki dan 6 perempuan .
Peneliti tidak mengambil anak TK A karena usia belum 5-6 tahun, anak TK B mempunyai control fisik yang lebih besar dan bisa mengikuti kegiatan tertentu dalam waktu yang relatif lama, anak TK B akan merasa lebih lelah jika duduk dalam waktu yang lama dari pada mereka melakukan kegiatan aktif dalam posisi berdiri, anak usia TK B akan jauh lebih mudah untuk diasah dalam hal kecerdasan kinestetiknya. Demikian beberapa hal mengapa penulis mengambil subjek anak TK B.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode Classroom Action Research yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
(23)
Veby Anggraeni, 2014
tindakan, yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Menurut Mc Niff dalam buku Suharsimi Arikunto (2013) memandang PTK sebagai bentuk penelitian relektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
Suharsimi ( 2013:2 ) ada tiga kata yang membentuk pengertian penelian tindakan kelas, maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan:
1. Penelitian: merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti
2. Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas: dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang saman pula.
Perencanaan merupakan awal dari sebuah proses. Dalam membuat perencanaan, harus memperhatikan seluruh komponen tersebut.Tindakan merupakan lanjutan dari perencanaan. Setelah perencanaan dibuat, laksanakan apa yang tertulis dalam perencanaan tersebut. Ketika melaksanaan tindakan, sekaligus melaksanakan observasi.Setelah ketiga komponen diatas dilaksanakan, lalu melakukan refleksi.Yaitu mempertimbangkan hasil atau dampak dari kegiatan yang dilakukan oleh anak.
(24)
76
Veby Anggraeni, 2014
D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas untuk memperoleh data tentang proses dan hasil yang akan dicapai pada penelitian ini di lakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahap penelitian.Oleh sebab itu, identifikasi masalahn merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti. Masalah yang asal-asalan ( kurang teridentifikasi ) dapat menyebabkan pemborosan energi karena penelitiannya tidak membawa temuan yang bermanfaat. Tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan penelitian tindakan kelas ( classroom action research ).
Penelitian yang akan dilaksanakan harus memfokuskan masalah yang akan diteliti, berdasarkan hasil pengamatan di TK Nusantara Cilegon, tingkat kecerdasan kinestetik anak masih kurang dikarenakan
(25)
Veby Anggraeni, 2014
kurang tepatnya guru dalam memberikan pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak. hal ini dapat terlihat ketika anak mudah lelah ketika melakukan kegiatan senam, ketika anak di minta menari bebas, anak terlihat kurang dapat bergerak sesuai irama, dan masih banyak anak yang kurang dalam hal keseimbangan
2. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara terperinci dalam segala keperluan pelaksanaan PTK.Faktor pendukung dalam pelaksanaan PTK ini yaitu meliputi guru, materi, sarana dan prasarana termasuk media dan sumber belajar.
Kegiatan atau langkah dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Membuat satuan kegiatan harian dan mingguan. b. Mempersiapkan materi pembelajaran
c. Memperiapkan metode dan media pembelajaran yang akan digunakan. d. Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses hasil tindakan,
lembar wawancara untuk kepala sekolah dan guru.
e. Melaksanakan stimulasi cara memilih materi yang tepat terhadap
kecerdasan kinestetik anak melalui pembelajaran tari surantang-surinting,.
3. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini, peneliti bersama kolabolator melaksanakan satuan kegiatan perencanaan tindakan yang sudah di rencanakan sebelumnya, yaitu: kegiatan menari dalam tari surantang-surinting, namun demikian tindakan yang dilakukan bersifat dinamis dan fleksibel yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung di dalam kelas.
(26)
78
Veby Anggraeni, 2014
Pada tahap ini peneliti mengamati segala aktifitas yang dilakukan oleh guru dan anak pada saat berlangsungnya kegiatan tindakan. Mengamati untuk memperoleh gambaran atau peristiwa yang terjadi pada saat proses penelitian tindakan, kendala pada saat penelitian tindakan sedang di lakukan, pengaruh dari tindakan yang dilakukan serta permasalah yang mungkin akan muncul pada saat proses pemberian tindakan. Pengamatan ini dilakukan selama proses pemberian tindakan dilaksanakan mulai dari siklus 1 sanpai siklus berikutnya.
5. Refleksi
Setelah dilakukan identifikasi masalah, perencanaan, tindakan dan pengamatan, peneliti bersama kolabolator mengadakan refleksi tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk menganalisis ketercapaian proses pemberian tindakan maupun menganalisis faktor penyebab tidak tercapainya tindakan .jika pelaksanaan tindakan telah tercapai, maka peneliti pun selesai, tetapi apabila pelaksanaan tindakan belum tercapai maka kembali pada siklus rencana pembelajaran berikutnya.
E. Definisi Oprasional
Untuk menegaskan definisi istilah agar tidak terjadi salah penafsiran dalam judul penelitian ini, maka perlu adanya penafsiran terhadap istilah-istilah tersebut. Oleh karena itu peneliti akan mendefinisikan secara operasional terhadap istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Kecerdasan adalah dapat pula dipandang sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai kemampuan tertentu atas aneka macam ketrampilan.
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang yang berkaitan dengan olah tubuh yang dapat di rangsang melalui gerakan, tarian, olahraga dan gerakan-gerakan tubuh lainnya.
(27)
Veby Anggraeni, 2014
Anak Usia Dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. TK Nusantara adalah sebuah lembaga untuk mendidik anak usia dini dibawah naungan yayasan Nusantara Abadi. Sekolah ini terdiri dari A1, A2, dan B1.Sekolah ini juga sudah terakreditasi A.
F. Variable Penelitian
Variabel merupakan karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah.Ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam penelitian ini terdapat dua variable. Sebagai kerangka penelitian, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain.
Variabel Y
( Peningkatkan Kecerdasan Kinestetik )
Variabel X ( pembelajaran tari surantang-surinting )
Koordinasi Gerak 1. Anak dapat
mengkoordinasi gerak kepala dan tangan
2. Anak dapat mengkoordinasi gerak
kepala,tangan dan kaki
3. Anak dapat mengkoordinasi gerak tangan, kepla, kaki dan Kelenturan
1. Anak dapat lentur dalam melakukan gerak, tidak cenderung kaku Ketahanan 1. Anak dapat bertahan untuk melakukan gerak yang belum mereka ketahui Kekuatan
1. Anak dapat melakukan gerak dengan kuat Kelincahan 1. Anak melakukan gerak yang diberikan dengan lincah lincah
(28)
80
Veby Anggraeni, 2014
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini lembar observasi sangatlah penting bagi pedoman peneliti selama proses penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengamati subjek penelitian yaitu siswa kelas B1 TK Nusantara dalam mengikuti proses belajar menggunakan menggunakan metode Classroom Action Research.
Adapun pengertian dari observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (M. Ngalim Purwanto, 2001;149 ).Berdasarkan keterlibatan peneliti dan penelitian ini, maka jenis observasi yang di lakukan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis dan terbuka. a. Metode observasi sistematis atau terstruktur menurut Arikunto adalah
observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006;133 ). instrument pengamatan tersebut berupa daftar dari aspek-aspek yang akan diamati serta kolom penilaian.
b. Metode observasi Terbuka menurut Wiriaatmadja (2005:110) adalah observasi yang observer atau pengamatannya melakukan pengamatan dengan menggambil kertas, pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjaadi di dalam kelas. catatan yang dibuat dalam hasil pengamatan terbuka dapat menggambarkan situasi yang terjadi ketika penelitian berlangsung secara lengkap, hingga urutan kejadian tercatat semua. Hasil observasi yang sudah di dapat kemudian secara mendetail di catat dalam catatan lapangan sebagai sumber data untuk kemudian
(29)
Veby Anggraeni, 2014
didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan. Teknik observasi dalam penelitian ini adalah jenis observasi tersetruktur yaitu pengamatan atau observer hanya membubuhkan tanda ceklis pada lembar observasi untuk aspek yang akan diamati, baik kecerdasan kinestetik maupun keterampilan guru dalam meilih bahan ajar yang baik. Data-data yang diperoleh dalam observasi ini dicatat dalam suatu catatan observasi. Hasil observasi ini digunakan sebagai masukan dalam pelaksanaan refleksi. Berikut ini adalah table observasi untuk guru.
Tabel 3.1
Lembar Instrument Observasi Pembelajaran Tari Surantang-surinting Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini di TK
Nusantara Cilegon Banten.
Nama Anak :
Pelaksanaan :
Siklus / Pertemuan : Kelompok / Semester :
No Indikator BB CB B BS
1. Anak dapat berjalan maju dan mundur dengan menenglengkan kepala ke kanan dan ke kiri
2. Anak mampu menggerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan maju
(30)
82
Veby Anggraeni, 2014
tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan maju dengan kepala tengleng kanan dan kiri
4. Anak dapat membuka kedua tangan dengan posisi kepala menengok ke arah kanan
5. Anak dapat membuka ke dua tangan dengan posisi kepala menengok ke arah kanan dan posisi kaki kanan di tarik dan rengkuh ke belakang
6. Anak dapat menepuk batok ke kanan dan ke kiri
7. Anak dapat berputar sambil memukul batok di depan dada.
8. Anak dapat menepuk batok ke kanan dan ke kiri di sambung dengan gerak berputar sambil memukul batok di depan dada 9. Anak dapat memukul batok sambil
memutar tangan di depan dada
10. Anak dapat menepuk batok sambil memutar tangan ke depan dada dengan berjalan di tempat dan sidakep
11. Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan kekiri atas sambil berjalan di tempat 12. Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan
dan kiri atas sambil berjalan maju dan mundur.
13. Anak dapat melompat ke kanan dan ke kiri sambil menepuk batok
(31)
Veby Anggraeni, 2014
sambil menepuk batok dan di sambung dengan berputar sambil menepuk batok di depan dada.
15. Anak dapat menepukan batoknya dengan batok teman pasangannya ke kiri dan ke kanan secara tepat
16. Anak dapat mengelilingi teman sambil menepuk batok
17. Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan ke kiri sambil membentuk lingkaran 18. Anak dapat maju ke depan dengan posisi
lingkaran dan saling menepukan batok ke arah teman yang ada di sampingnya
19. Anak dapat berjalan mundur dalam posisi lingkaran dan memukul batok di depan dada
20. Anak dapat melenggangkan tangan dengan posisi diam di tempat, maju dan mundur 21. Anak dapat melenggangkan tangannya dan
menepukan batok ke depan dada
22. Anak dapat melenggangkan tangan dan menepukan batok di depan dada sambil berjalan membentuk lingkaran.
Catatan :
BB ( Belum Baik ) : Skor nilai 1 CB ( Cukup Baik ) : Skor Nilai 2 B ( Baik ) : Skor Nilai 3 BS ( Baik Sekali ) : Sekor Nilai 4
(32)
84
Veby Anggraeni, 2014
Tabel 3.2
Lembar Penilaian Intrument Observasi Pembelajaran Tari Surangtang-surinting Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini di TK
Nusantara Cilegon Banten
No Indikator BB CB B BS
1. Anak dapat berjalan maju dan mundur dengan
menenglengkan kepala ke kanan dan ke kiri
Anak dapat
melakukan berjalan maju dan mundur dengan baik Anak dapat berjalan maju mundur dengan menenglengkan kepala Anak dapat berjalan maju dan mundur dengan meneglengkan kepala ke kanan dan ke kiri
Anak dapat berjalan maju dan mundur dengan
menenglengkan kepala ke kanan dan ke kiri dengan tepat dan baik serta
seirama 2. Anak mampu
menggerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan maju
Anak mampu menggerakan pergelangan tangan Anak mampu menggerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan di tempat
Anak mampu menggerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan maju
Anak mampu menggerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan maju dengan tepat dan baik serta seirama 3. Anak mampu
menggrakan
pergelangan tangan ke atas dan ke bawah
Anak mampu menggerakan pergelangan tangan ke atas dan ke
Anak mampu menggerakan perrgelangan tangan ke atas
Anak mampu menggrakan pergelangan tangan ke atas
Anak mampu menggrakan pergelangan tangan ke atas
(33)
Veby Anggraeni, 2014
sambil berjalan maju dengan kepala tengleng kanan dan kiri
bawah dan ke bawah
sambil berjalan maju
dan ke bawah sambil berjalan maju dengan kepala tengleng kanan dan kiri
dan ke bawah sambil berjalan maju dengan kepala tengleng kanan dan kiri dengan tepat dan baik serta
seirama 4. Anak dapat
membuka kedua tangan dengan posisi kepala menengok ke arah kanan Anak dapat membuka kedua tangan Anak dapat membuka kedua tangan dengan baik tanpa perbaikan dari peneliti serta teman sejawat Anak mampu menggrakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan maju dengan kepala tengleng kanan dan kiri
Anak mampu menggrakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sambil berjalan maju dengan kepala tengleng kanan dan kiri dengan tepat dan baik serta
seirama 5. Anak dapat
membuka ke dua tangan dengan posisi kepala menengok ke arah kanan dan posisi kaki kanan di tarik dan rengkuh ke belakang
Anak dapat membuka kedua tangan dengan baik
Anak dapat membuka ke dua tangan dengan posisi kepala menengok ke arah kanan Anak dapat membuka ke dua tangan dengan posisi kepala menengok ke arah kanan dan posisi kaki kanan di tarik
Anak dapat membuka ke dua tangan dengan posisi kepala menengok ke arah kanan dan posisi kaki kanan di tarik dan rengkuh ke belakang dengan
(34)
86
Veby Anggraeni, 2014
tepat dan baik serta seirama 6. Anak dapat menepuk
batok ke kanan dan ke kiri Anak dapat menepuk batok dengan baik Anak dapat menepuk batok dengan baik dan tepat
Anak dapat menepuk batok ke kanan dan ke kiri
Anak dapat menepuk batok ke kanan dan ke kiri dengan baik dan tepat serta seirama 7. Anak dapat berputar
sambil memukul batok di depan dada.
Anak mampu berputar di tempat dengan baik
Anak mampu berputar di tempat dengan baik dan tepat
Anak dapat berputar sambil memukul batok di depan dada
Anak dapat berputar sambil memukul batok di depan dada dengan tepat dan baik serta
seirama 8. Anak dapat menepuk
batok ke kanan dan ke kiri di sambung dengan gerak berputar sambil memukul batok di depan dada Anak dapat memukul batok dengan baik Anak dapat menepuk batok ke kanan dan ke kiri dengan baik
Anak dapat menepuk batok ke kanan dan ke kiri di sambung dengan gerak berputar sambil memukul batok di depan dada
Anak dapat menepuk batok ke kanan dan ke kiri di sambung dengan gerak berputar sambil memukul batok di depan dada dengan baik dan tepat serta seirama 9. Anak dapat
memukul batok sambil berjalan di tempat dengan Anak dapat memukul batok dengan baik Anak dapat memukul batok sambil berjalan di tempat Anak dapat memukul batok sambil berjalan di tempat dan
Anak dapat memukul batok sambil berjalan di tempat dan
(35)
Veby Anggraeni, 2014
memutar tangan di depan dada
dengan baik memutar tangan di depan dada
memutar tangan di depan dada dengan baik dan tepat serta seirama 10. Anak dapat menepuk
batok sambil sambil berjalan di tempat dengan memutar tangan ke depan dada dan sidakep
Anak dapat memukul batok dengan baik Anak dapat menepuk batok sambil sambil berjalan di tempat dengan memutar tangan ke depan dada
Anak dapat menepuk batok sambil sambil berjalan di tempat dengan memutar tangan ke depan dada dan sidakep Anak dapat menepuk batok sambil sambil berjalan di tempat dengan memutar tangan ke depan dada dan sidakep dengan tepat dan baik serta
seirama 11. Anak dapat
mengayunkan tangan ke kanan dan kekiri atas sambil berjalan di tempat
Anak dapat mengayunkan tangan dengan baik
Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan kekiri atas
Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan kekiri atas sambil berjalan di tempat
Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan kekiri atas sambil berjalan di tempat dengan baik dan tepat serta seirama 12. Anak dapat
mengayunkan tangan ke kanan dan kiri atas sambil berjalan maju dan mundur.
Anak dapat mengayunkan tangan dengan baik
Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan kiri atas
Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan kiri atas sambil berjalan maju dan
Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan kiri atas sambil berjalan maju dan
(36)
88
Veby Anggraeni, 2014
mundur mundur dengan
baik dan tepat serta seirama 13. Anak dapat
melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian sambil menepuk batok
Anak dapat
melompat ke kanan dan kekiri dengan tepat
Anak dapat melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian
Anak dapat melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian sambil menepuk batok
Anak dapat melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian sambil menepuk batok dengan baik dan tepat serta seirama 14. Anak dapat
melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian sambil menepuk batok dan di sambung dengan berputar sambil menepuk batok di depan dada. Anak dapat melompat dengan baik Anak dapat melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian
Anak dapat melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian sambil menepuk batok dan di sambung dengan berputar sambil menepuk batok di depan dada.
Anak dapat melompat ke kanan dan ke kiri dengan satu kaki bergantian sambil menepuk batok dan di sambung dengan berputar sambil menepuk batok di depan dada dengan baik dan tepat serta seirama 15. Anak dapat
menepukan batoknya dengan batok teman pasangannya ke kiri
Anak dapat menepukan batok kelapanya kepada batok kelapa Anak dapat menepukan batoknya dengan batok Anak dapat menepukan batoknya dengan batok teman Anak dapat menepukan batoknya dengan batok teman
(37)
Veby Anggraeni, 2014
dan ke kanan secara tepat
pasangannya dengan di bantu peneliti atau teman sejawat
teman
pasangannya ke kiri dan ke kanan
pasangannya ke kiri dan ke kanan secara tepat dan baik
pasangannya ke kiri dan ke kanan secara tepat dan baik serta seirama 16. Anak dapat
mengelilingi teman sambil menepuk batok Anak dapat mengelilingi teman pasangannya dengan baik Anak dapat mengelilingi teman sambil menepuk batok Anak dapat mengelilingi teman sambil menepuk batok dengan tepat dan baik
Anak dapat mengelilingi teman sambil menepuk batok dengan tepat dan baik serta
seirama 17. Anak dapat
mengayunkan tangan ke kanan dan ke kiri atas sambil membentuk lingkaran Anak dapat mengayunkan tangan Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan ke kiri atas
Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan ke kiri atas sambil membentuk lingkaran dengan baik Anak dapat mengayunkan tangan ke kanan dan ke kiri atas sambil
membentuk lingkaran dengan baik dan tepat serta seirama 18. Anak dapat maju ke
depan dengan membentuk
lingkaran dan saling menepukan batok ke arah teman yang ada di sampingnya
Anak dapat berjalan maju ke depan membentuk lingkaran
Anak dapat maju ke depan dengan
membentuk lingkaran dan saling
menepukan batok ke arah teman yang ada
Anak dapat maju ke depan dengan membentuk lingkaran dan saling
menepukan batok ke arah teman yang ada di sampingnya
Anak dapat maju ke depan dengan membentuk lingkaran dan saling
menepukan batok ke arah teman yang ada di sampingnya
(38)
90
Veby Anggraeni, 2014
di sampingnya dengan tepat dan baik
dengan tepat dan baik serta
seirama 19. Anak dapat berjalan
mundur dalam posisi lingkaran dan
memukul batok di depan dada
Anak dapat berjalan mundur dalam posisi lingkaran Anak dapat berjalan mundur dalam posisi lingkaran dan memukul batok di depan dada
Anak dapat berjalan mundur dalam posisi lingkaran dan memukul batok di depan dada dengan baik dan tepat Anak dapat berjalan mundur dalam posisi lingkaran dan memukul batok di depan dada dengan baik dan tepat serta seirama 20. Anak dapat
melenggangkan tangan dengan posisi diam di tempat, maju dan mundur
Anak dapat melenggangkan tangan dengan posisi diam di tempat
Anak dapat melenggangkan tangan dengan posisi diam di tempat dan maju
Anak dapat melenggangkan tangan dengan posisi diam di tempat, maju dan mundur
Anak dapat melenggangkan tangan dengan posisi diam di tempat, maju dan mundur dengan baik dan tepat serta seirama 21. Anak dapat
melenggangkan tangannya dan menepukan batok ke depan dada Anak dapat melenggangkan tangannya Anak dapat melenggangkan tangannya dan menepukan batok ke depan dada
Anak dapat melenggangkan tangannya dan menepukan batok ke depan dada dengan baik dan tepat
Anak dapat melenggangkan tangannya dan menepukan batok ke depan dada dengan baik dan tepat serta seirama 22. Anak dapat
melenggangkan Anak dapat melenggangkan Anak dapat melenggangkan Anak dapat melenggangkan Anak dapat melenggangkan
(39)
Veby Anggraeni, 2014
2. Pedoman Wawancara
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan pada siswa, guru.dan kepala sekolah Wawancara yang dilakukan pada guru dengan tujuan untuk untuk mendapatkan informasi mengenai kurikulum dan pemilihan bahan ajar yang tepat untuk siswa dalam rangka menigkatkan kecerdasan kinestetik.
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara terstruktur dengan narasumber terkait. Wawancara akan dilakukan dengan kepala TK Nusantara Cilegon dan pendidik ( guru ) yang terkait dengan penelitian, yaitu guru kelas.
Pada penelitian ini wawancara yang di lakukan yaitu wawancara dengan kepala sekolah dan juga guru. Wawancara yang di lakukan dengan kepala sekolah yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran di sekolah tersebut, tipe anak yang akan di ajar secara garis besar dan lain sebagainya. Sedangkan wawancara yang di lakukan dengan guru yaitu untuk mendapatkan informasi secara detail mengenai keadaan tangan dan
menepukan batok di depan dada sambil berjalan membentuk lingkaran.
tangan tangan dan
menepukan batok di depan
tangan dan menepukan batok di depan dada sambil berjalan membentuk lingkaran.
tangan dan menepukan batok di depan dada sambil berjalan membentuk lingkaran dengan baik dan tepat serta seirama.
(40)
92
Veby Anggraeni, 2014
anak, cara mengajar di kelas dan lain sebagainya. Hasil wawancara ini diharapkan mampu mendukung data yang akan di tuangkan oleh penulis.
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa :
a. Format Instrumen kemampuan kinestetik anak untuk melihat kemapuan kinestetik yang muncul selama kegiatan menari.
b. Format satuan perencanaan tindakan yang merupakan perencanaan tindakan selama penelitian.
c. Format catatan lapangan untuk mencatat aktivitas anak dalam proses pembelajaran
d. Pedoman Wawancara (data kualitatif) yang berisi sejumlah pertanyaan untuk mengungkapkan hal-hal yang sulit untuk dimengerti.
e. Foto dari kegiatan yang diberikan saat penelitian berlangsung. Hasil foto tersebut digunakan untuk membantu mendeskripsikan apa yang dicatat dicacatan lapangan.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi menurut Arikunto ( 1993; 202 ) adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.Studi dokumentasi ini berupa foto-foto hasil penelitian.
Studi kepustakaan ( literature ) menurut Danial dan Warsiah ( 2009;80 ) adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Pada penelitian ini dokumentasi yang dikumpulkan untuk mendukung data penelitian yaitu berupa :
(41)
Veby Anggraeni, 2014
a. Daftar nilai siswa yaitu sebagai dokumentasi bagi peneliti dalam mengolah data hasil belajar siswa sehingga nantinya akan mendapatkan kesimpulan perkembangan hasil belajar yang didapat oleh siswa.
b. Foto anak sedang melakukan sedang melakukan gerak-gerak tari surantang-surinting.
4. Studi Pustaka
Pada penelitian ini studi pustaka merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dokumen, buku-buku, skripsi, internet, maupun hasil objek yang relevan dengan objek penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Setelah selesai dilaksanakan, maka hasil pengamatan yang berupa lembar hasil observasi yang dilanjutkan pada tahap analisis data kuantitatif berupa perhitungan statistik yaitu mean, modus, median dan standar deviasi. Perhitungan statistik bertujuan untuk menghitung presentase peningkatan kecerdasan kinestetik anak serta taraf signifikasi dan perbedaan antara hasil pengamatan sebelum tindakan dan hasil pengamatan sesudah tindakan pada akhir siklus.Analisis data penelitian dilakukan dengan menguji hipotesis tindakan, yaitu dengan menggunakan perbedaan nilai rata-rata anak sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.Analisis ini dilakukan dalam setiap siklus dengan pengolahan data mentah dan uji hipotesis tindakan. Teknik analisis data yang digunakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan berupa kegiatan menari surantang-surinting terhadap peningkatan kecerdasan kinestetik anak usia dini.
Adapun presentase kenaikan setiap siklus dan pra penelitian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Presentase kenaikan = � � ℎ ��
(42)
94
Veby Anggraeni, 2014
Analisis data pemantau tindakan dengan menggunakan analisis sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman, yakni tahapan 1.Reduksi data, 2. Display data, 3. Kesimpulan, verivikasi dan refleksi.Reduksi data memuat penyederhanaan, dan ringkasan dari pengkodean data. Display data terdiri atas penyajian data secara matrik, bagan atau daftar checklist. Penarikan kesimpulan mengenai validitas dan temuan pola.Ini semua dilakukan agar peneliti dapat mengembangkan visualisasi akibat, efek, hasil dan pengaruhdari intervensi tindakan penelitian.Pengambilan data kuantitatif menggunakan catatan wawancara.
(43)
Veby Anggraeni, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peningkatan kecerdasan kinestetik tidak hanya dapat dilakukan dengan cara di atas meja dan duduk diam. Seperti contohnya Peningkatan kecerdasan kinestetik dapat di lakukan melalui pembelajaran tari surantang-surinting yang di gunakan oleh peneliti.
Setelah memberikan pembelajaran melalui tari surantang-surinting terlihat peningkatan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok TK B1. Anak lebih antusias dalam melakukan proses pembelajaran tari surantang-surinting.
Dalam memberikan pembelajaran tari surantang-surinting terdapat 2 siklus. Dalam siklus I terdapat 6 kali proses pembelajaran tari surantang-surinting. Sedangkan dalam siklus II terdapat 5 proses pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran setiap anak mengalami peningkatan kecerdasan kinestetik.
Dalam setiap siklusnya anak-anak mengalami peningkatan kecerdasan kinestetik. Meskipun peningkatan anak tidak seluruhnya sama, tetapi sebagian besar dari mereka mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil analisis data pra penelitian yang dilakukan pada tanggal 8 oktober 2012 di dapat presentase sebesar 36,59% sedangkan siklus I yang dilakukan sejak tanggal 15 oktober 2012 sampai dengan 26 oktober 2012 mempunyai presentase sebesar 46,70% dari data tersebut dapat dikatakan bahwa presentase dari prapenelitian ke siklus I mengalami kenaikan sebesar 10,11%. Sebagaimana di sampaikan pada interpretasi hasil analisis bahwa berdasarkan kesepakatan peneliti dan teman sejawat telah sepakat menetapkan presentase kenaikan sebanyak 10%, maka dari prasiklus ke siklus I, penelitian dikatakan berhasil karena peningkatan
(44)
148
Veby Anggraeni, 2014
kecerdasan kinestetik anak sebesar 10,11%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini mengalami peningkatan. Hasil analisis ini di nilai cukup baik, namun peneliti dan teman sejawat melihat belum optimalnya kecerdasan kinestetik pada beberapa anak, sehingga tindakan di lanjutkan pada siklus II.
Sedangkan pada siklus II analisis data menggunakan presentase kenaikan diperoleh presentase sebesar 85,79%, dengan demikian terjadi peningkatan kecerdasan kinestetik anak dari siklus I ke siklus II sebesar 39,09%. Peningkatan ini di nilai sangat baik peneliti dan teman sejawat melihat sudah optimalnya kecerdasan kinestetik pada seluruh anak sehingga tindakan berhenti pada siklus II.
Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan berhasil untuk pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik ini dapat diterima oleh kelompok B1 di TK Nusantara.
Tabel 5.1 Data
Peningkatan Kecerdasan Kinestetik
HasilTindakan Peningkatan
PraSiklus 36,59% -
Siklus I 46,70% 10,11%
Siklus II 85,79% 39,09%
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mencoba untuk mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi jurusan pendidikan seni tari pembelajaran untuk anak usia dini dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat memberikan pembelajaran tari. Tari disini dibuat secara mudah dan gerakannya
(45)
Veby Anggraeni, 2014
memiliki beberapa unsur untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik. Apabila ingin menggunakan tarian daerah setempat pilihlah tarian yang memiliki gerakan mudah dan mengandung beberapa kecerdasan kinestetik.
2. Bagi taman kanak-kanak agar lebih mengoptimalkan kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui kegiatn tari. Dalam kegiatan menari merupakan salah satu contoh yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak.
3. Bagi guru, guru harus dapat memilih bahan ajar yang baik dan tidak monoton bagi anak karna apabila pembelajaran hanya dilakukan diatas meja dan duduk anak akan gampang merasakan jenuh dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
(46)
Veby Anggraeni, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, dkk. (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.
Arikunto Suharsimi (1993) Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta. Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi, dkk. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah para juara-Menerapkan multiple Intelligences. Bandung: Kaifa
David L. Galiahuc. (1982). Understanding Motor Development in Children. New York. John Willen and Sons
Desfina, (2008). ”Tari Kreatif untuk mengembangkan keterampilan gerak
anak”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 1. (1). 6
Dini P. Daeng Sari. Metode Mengajar di Taman Kanak – kanak II. Jakarta:Dep DIK Bud
Endriani, Ani. (2011). Pengertian Masa Prenatal.
Tersedia: http:// aniedriani.blogspot.com/2011/02/pengertian-masa-prenatal.html?m=1
Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences- Kecerdasan Majemuk Teori Dalam Praktek. Jakarta: Interaksara.
Hermawan. A. H. dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. (2009). Undang-undang sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Fokus Media
Hurlock B Elizabeth. (1998). Perkembangan Anak Jilid I Edisi 6, Jakarta: Erlangga,
Kuamayadi Ismail. (2011). Membongkar Kecerdasan Anak: mendeteksi bakat dan potensi anak, Jakarta: Gudang Ilmu,. h. 9
Laurel Schmidt, Jalan Pintas Tujuh Kali Lebih Cerdas (Bandung: kaifa, 2002 ), h. 35
Lutan, Rusli. (1998). Belajar Ketermpilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta. Depdikbud
(47)
Veby Anggraeni, 2014
Lutan, Rusli. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani- Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka
Majid, Abdul (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 174.
Manshabarazhafira. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Seni
Tersedia:
http://manshabarazhafira.wordpress.com/2013/05/21/pengembangan-kreativitas-anak-usia-dini-melalui-kegiatan-seni/
Meliala, Andyda. (2004). Anak Ajaib- Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Melalui Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Andi Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.
Muhaimin. Modul Wawasan Tentang Pengembangan Bahan Ajar. Bab V. Malang LKP 2L, 25 Mei 2008.
Nova, Oktryani. (2012). Perkembangan Anak Usia ( Online )
Tersedia: http:// novaoktryani.blogspot.com/2012/12/karakteristik-perkembangan-anak-usia.html?m=1
Purwanto, M. Ngalim. (2001)Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya
Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press
Relawati, Tian (2003) Materi Pokok Perkembangan Bahan Ajar Edisi ke 1 Jakarta: Universitas Terbuka. h. 1-3.
Safana Tiantoro. (2005) Creativity Quotient. Jogjakart. platinum.
Setiawati, Rahmida. (2008). Seni Tari. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Schmit, Luriel. (2003). Jalan Pintas menjadi dan Tujuh Kali Lebih Cerdas. Bandung: Kaifa
Sujiono, Yuliani Nurani. (2012). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Indeks
(48)
154
Veby Anggraeni, 2014
Sujiono, Yuliani Nurani. (2004) Metodelogi Pengembangan Intelektual. Jakarta: Pusdiani Pers.
Sujarwo. (2012). Model-model Pembelajaran. Suatu Strategi Mengajar: Yogyakarta
Sumantri MS, (2003). Model Pengembangan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas.
Sunendar, Dadang dan Wassid, Iskandar. (2008). Strategi pembelajaran Bahasa Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 172-173.
Supardjan dkk. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Kelas V ( Solo: sindhunnata, 2005 ), Cover bagian belakang
Sugandi, Achmad. dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Tatapangarsa, Azis. (2011). Pengembangan Bahan Ajar. Tersedia:http:// blog.uin-malang.ac.id/azistatapangarsa/2011/06/05/pengembangan-bahan-ajar/
Wiriaatmadja. Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Bandung. Rosdakarya
Yekti, Utami, ( 2008 ). Pembelajaran Gerak Lagu dan Tari Pada Anak Usia Dini
Tersedia:
(1)
Veby Anggraeni, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peningkatan kecerdasan kinestetik tidak hanya dapat dilakukan dengan cara di atas meja dan duduk diam. Seperti contohnya Peningkatan kecerdasan kinestetik dapat di lakukan melalui pembelajaran tari surantang-surinting yang di gunakan oleh peneliti.
Setelah memberikan pembelajaran melalui tari surantang-surinting terlihat peningkatan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok TK B1. Anak lebih antusias dalam melakukan proses pembelajaran tari surantang-surinting.
Dalam memberikan pembelajaran tari surantang-surinting terdapat 2 siklus. Dalam siklus I terdapat 6 kali proses pembelajaran tari surantang-surinting. Sedangkan dalam siklus II terdapat 5 proses pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran setiap anak mengalami peningkatan kecerdasan kinestetik.
Dalam setiap siklusnya anak-anak mengalami peningkatan kecerdasan kinestetik. Meskipun peningkatan anak tidak seluruhnya sama, tetapi sebagian besar dari mereka mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil analisis data pra penelitian yang dilakukan pada tanggal 8 oktober 2012 di dapat presentase sebesar 36,59% sedangkan siklus I yang dilakukan sejak tanggal 15 oktober 2012 sampai dengan 26 oktober 2012 mempunyai presentase sebesar 46,70% dari data tersebut dapat dikatakan bahwa presentase dari prapenelitian ke siklus I mengalami kenaikan sebesar 10,11%. Sebagaimana di sampaikan pada interpretasi hasil analisis bahwa berdasarkan kesepakatan peneliti dan teman sejawat telah sepakat menetapkan presentase kenaikan sebanyak 10%, maka dari prasiklus ke siklus I, penelitian dikatakan berhasil karena peningkatan
(2)
Veby Anggraeni, 2014
kecerdasan kinestetik anak sebesar 10,11%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak usia dini mengalami peningkatan. Hasil analisis ini di nilai cukup baik, namun peneliti dan teman sejawat melihat belum optimalnya kecerdasan kinestetik pada beberapa anak, sehingga tindakan di lanjutkan pada siklus II.
Sedangkan pada siklus II analisis data menggunakan presentase kenaikan diperoleh presentase sebesar 85,79%, dengan demikian terjadi peningkatan kecerdasan kinestetik anak dari siklus I ke siklus II sebesar 39,09%. Peningkatan ini di nilai sangat baik peneliti dan teman sejawat melihat sudah optimalnya kecerdasan kinestetik pada seluruh anak sehingga tindakan berhenti pada siklus II.
Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan berhasil untuk pembelajaran tari surantang-surinting untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik ini dapat diterima oleh kelompok B1 di TK Nusantara.
Tabel 5.1 Data
Peningkatan Kecerdasan Kinestetik
HasilTindakan Peningkatan
PraSiklus 36,59% -
Siklus I 46,70% 10,11%
Siklus II 85,79% 39,09%
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mencoba untuk mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi jurusan pendidikan seni tari pembelajaran untuk anak usia dini dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat memberikan pembelajaran tari. Tari disini dibuat secara mudah dan gerakannya
(3)
149
Veby Anggraeni, 2014
memiliki beberapa unsur untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik. Apabila ingin menggunakan tarian daerah setempat pilihlah tarian yang memiliki gerakan mudah dan mengandung beberapa kecerdasan kinestetik.
2. Bagi taman kanak-kanak agar lebih mengoptimalkan kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui kegiatn tari. Dalam kegiatan menari merupakan salah satu contoh yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak.
3. Bagi guru, guru harus dapat memilih bahan ajar yang baik dan tidak monoton bagi anak karna apabila pembelajaran hanya dilakukan diatas meja dan duduk anak akan gampang merasakan jenuh dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
(4)
Veby Anggraeni, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, dkk. (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.
Arikunto Suharsimi (1993) Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta. Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi, dkk. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah para juara-Menerapkan multiple Intelligences. Bandung: Kaifa
David L. Galiahuc. (1982). Understanding Motor Development in Children. New York. John Willen and Sons
Desfina, (2008). ”Tari Kreatif untuk mengembangkan keterampilan gerak anak”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 1. (1). 6
Dini P. Daeng Sari. Metode Mengajar di Taman Kanak – kanak II. Jakarta:Dep DIK Bud
Endriani, Ani. (2011). Pengertian Masa Prenatal.
Tersedia: http:// aniedriani.blogspot.com/2011/02/pengertian-masa-prenatal.html?m=1
Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences- Kecerdasan Majemuk Teori Dalam Praktek. Jakarta: Interaksara.
Hermawan. A. H. dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. (2009). Undang-undang sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Fokus Media
Hurlock B Elizabeth. (1998). Perkembangan Anak Jilid I Edisi 6, Jakarta: Erlangga,
Kuamayadi Ismail. (2011). Membongkar Kecerdasan Anak: mendeteksi bakat dan potensi anak, Jakarta: Gudang Ilmu,. h. 9
Laurel Schmidt, Jalan Pintas Tujuh Kali Lebih Cerdas (Bandung: kaifa, 2002 ), h. 35
Lutan, Rusli. (1998). Belajar Ketermpilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta. Depdikbud
(5)
153
Veby Anggraeni, 2014
Lutan, Rusli. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani- Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka
Majid, Abdul (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 174.
Manshabarazhafira. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Seni
Tersedia:
http://manshabarazhafira.wordpress.com/2013/05/21/pengembangan-kreativitas-anak-usia-dini-melalui-kegiatan-seni/
Meliala, Andyda. (2004). Anak Ajaib- Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Melalui Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Andi Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.
Muhaimin. Modul Wawasan Tentang Pengembangan Bahan Ajar. Bab V. Malang LKP 2L, 25 Mei 2008.
Nova, Oktryani. (2012). Perkembangan Anak Usia ( Online )
Tersedia: http:// novaoktryani.blogspot.com/2012/12/karakteristik-perkembangan-anak-usia.html?m=1
Purwanto, M. Ngalim. (2001)Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya
Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press
Relawati, Tian (2003) Materi Pokok Perkembangan Bahan Ajar Edisi ke 1 Jakarta: Universitas Terbuka. h. 1-3.
Safana Tiantoro. (2005) Creativity Quotient. Jogjakart. platinum.
Setiawati, Rahmida. (2008). Seni Tari. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Schmit, Luriel. (2003). Jalan Pintas menjadi dan Tujuh Kali Lebih Cerdas. Bandung: Kaifa
Sujiono, Yuliani Nurani. (2012). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Indeks
(6)
Veby Anggraeni, 2014
Sujiono, Yuliani Nurani. (2004) Metodelogi Pengembangan Intelektual. Jakarta: Pusdiani Pers.
Sujarwo. (2012). Model-model Pembelajaran. Suatu Strategi Mengajar: Yogyakarta
Sumantri MS, (2003). Model Pengembangan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas.
Sunendar, Dadang dan Wassid, Iskandar. (2008). Strategi pembelajaran Bahasa Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 172-173.
Supardjan dkk. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Kelas V ( Solo: sindhunnata, 2005 ), Cover bagian belakang
Sugandi, Achmad. dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Tatapangarsa, Azis. (2011). Pengembangan Bahan Ajar. Tersedia:http:// blog.uin-malang.ac.id/azistatapangarsa/2011/06/05/pengembangan-bahan-ajar/
Wiriaatmadja. Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Bandung. Rosdakarya
Yekti, Utami, ( 2008 ). Pembelajaran Gerak Lagu dan Tari Pada Anak Usia Dini
Tersedia: